KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH...

93
KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK DI SDN PETIR 3 SKRIPSI Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Agama Islam Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : ASEP QUSYAIRI 1113011000041 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H

Transcript of KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH...

Page 1: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU

MISKAWAIH DAN RELEVANSINYA TERHADAP

PENDIDIKAN AKHLAK DI SDN PETIR 3

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Agama Islam Untuk Memenuhi Persyaratan

Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

ASEP QUSYAIRI

1113011000041

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M / 1441 H

Page 2: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.
Page 3: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.
Page 4: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.
Page 5: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.
Page 6: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

i

ABSTRAK

Asep Qusyairi (NIM: 1113011000041) Konsep Metode Pendidikan Akhlak Ibnu

Miskawaih Dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Akhlak Di Sdn Petir 3

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak ibnu

miskwaih dan relevansinya terhadap pendidikan karakter di Indonesia. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualtitatif, yaitu data yang diperoleh (berupa kata-

kata, gambar dan perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka

melainkan tetap dalam bentuk kualitatif, sifatnya menganalisa dan memberi

pemaparan mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk naratif. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian kepustakaan/library research yakni

mengumpulkan, menelaah dan mengkaji data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan

dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan. Sumber

data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Dalam hal

ini kitab Tahzib al Akhlaq. Sedangkan data sekunder merupakan data-data yang

mendukung data primer, yaitu buku-buku dan literatur yang relevan dengan

penelitian ini. Data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

buku, jurnal dan sumber literatur lainnya yang mengkaji tentang akhlak terkait

konsep pendidikan akhlak ibnu akhlak. Teknik analisis data menggunakan teknik

content analysis dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian ini yakni konsep

pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di

Indonesia. Karena konsep yang beliau bawa dalam kitabnya, menekankan

pembangunan pendidikan moral. Hal itu tentu sesuai dengan apa yang di inginkan

oleh masyarakat Indonesia yang nilai moral masih jauh tertinggal oleh Negara lain.

Terutama dalam moral akhlak islami.

Page 7: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

ii

ABSTRACT

Asep Qusyairi (NIM: 1113011000041) The Concept of Ibn Miskawaih Moral

Education Method and Its Relevance to Moral Education in Sdn Petir 3

This study aims to determine the concept of Ibn Miskwaih's moral education and

its relevance to character education in Indonesia. This study uses a qualitative

approach, ie the data obtained (in the form of words, pictures and behavior) is not

set forth in the form of numbers or numbers but remains in a qualitative form, the

nature of analyzing and giving exposure to the situation under study in narrative

form. The type of research used is library research / library research that is

collecting, studying and reviewing data or scientific papers that aim at the object of

research or collection of data that are library. Primary data sources are data obtained

directly from the object under study. In this case the book of Tahzib al Akhlaq.

While secondary data is data that supports primary data, namely books and

literature relevant to this study. Secondary data used by researchers in this study are

books, journals and other sources of literature that examines morals related to the

concept of Ibn Moral Moral Education. Data analysis techniques using content

analysis techniques in descriptive form. The results of this study are Ibnu

Miskawaih's concept of education is still relevant to character education in

Indonesia. Because the concept he brought in his book, emphasizes the building of

moral education. That is certainly in accordance with what is desired by the people

of Indonesia whose moral values are still far behind by other countries. Especially

in Islamic moral morals.

Page 8: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamua’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh ..

Segala Puji bagi Allah atas limpahan rahmat-Nya, atas segala nikmat yang

telah diberikan, baik nikmat islam, iman dan sehat wal afiat. Shalawat dan salam

penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diberikan keistimewaan

oleh Allah SWT yakni Jawami’ulkalim (ungkapan yang singkat namun maknanya

padat).

Penulis bersyukur atas rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan judul “Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih dan

Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia.” Skripsi ini disusun

untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd). Penelitian ini terselesaikan tentunya tidak dengan hasil kerja

penulis pribadi, melainkan mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu

penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Ibu

Sururin, M.Ag beserta Staf dan Jajarannya.

3. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag selaku

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Terima kasih pula kepada Drs. Rusdi Jamil, M.Ag Selaku Sekretaris Jurusan

Pendidikan Agama Islam.

5. Bapak Drs. Achmad Gholib, M.Ag. selaku dosen pembimbing penulisan

Skripsi yang telah meluangkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi

selesaikan. Semoga Allah swt membalas segala amal baik beliau dengan

sebaik-baiknya balasan.

6. Bapak. Dr Dimyati, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik.

Page 9: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

iv

7. Segenap para Dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan banyak ilmu dan membantu baik prihal akademik maupun hal

lainnya.

8. Kedua Orang tua, Almarhum Ayahanda saya H. Ali dan Ibunda Hj.

Kosriyah yang tanpa henti memberikan Do’a, dukungan dan bimbingannya

kepada penulis dan semoga ibunda saya selalu diberikan kesehatan.

9. Kepada para sahabat seperjuangan kelas PAI-B dan juga keluarga besar

PAI angkatan 2013 yang telah memberikan banyak kesan baik selama

berkecimpung di dunia perkuliahan. Semoga Allah membalas segala amal

baik kalian.

10. Keluarga Besar SDN Petir 3 yang telah memberikan masukan, dukungan

dan motivasi kepada penulis, semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu

dalam lindungan Allah Swt.

11. Sahabat-sahabat Keluarga Besar MAPK 2013 terutama Ahmad Milki,

Ajrine Rahma, Ahmad Ulan Fahri serta Forum AL-MADANY (Alumni MA

Annida Al-Islamy) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga

selalu dalam lindungan Allah Swt.

Dan kepada semua pihak, teman-teman yang lain dimanapun kalian berada

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya

skripsi ini semoga dimanapun kalian berada senantiasa diberikan kesehatan dan

dilancarkan segala urusan. Penulis meminta maaf karena pasti terdapat kekurangan

dalam penulisan ini, Olehkarenanya, saran dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak senantiasa penulis harapkan demi terciptanya penelitian yang lebih

baik lagi.

Wassalamu ‘alaikum …

Jakarta, 1 Jnui 2020

Penulis

Asep Qusyairi

Page 10: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

v

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

LAMPIRAN vii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 6

C. Pembatasan Masalah 6

D. Rumusan Masalah 7

E. Tujuan Penelitian 7

F. Manfaat Penelitian 7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Akhlak 8

B. Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih 21

C. Metode Mujahadah dan Riyadhoh 33

D. Model Pendidikan Akhlak 36

E. Hasil Penelitian Yang Relevan 44

Page 11: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

vi

HALAMAN

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 46

B. Objek dan Subjek Penelitian 47

C. Teknik Pengumpulan Data 48

D. Teknik Analisis Data 48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Metode Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih 50

B. Metode Pendidikan Akhlak di SDN Petir 3 Kota Tangerang 54

C. Relevansi Konsep Metode Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih

Terhadap Pendidikan Akhlak di SDN Petir 3 Kota Tangerang 57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 64

B. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 69

LAMPIRAN 72

Page 12: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

vii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Bimbingan Skripsi

LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 3 Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN 4 Surat Uji Referensi

Page 13: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah terbesar yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah semakin

merosotnya moral bangsa. Perilaku yang tidak bermoral dapat disaksikan setiap saat

melalui media elektronik, mulai dari kasus korupsi, pencurian, pemerkosaan,

pembunuhan, judi, minuman keras, obat-obatan terlarang, seks bebas, kekerasan

dalam rumah tangga, tauran pelajar, gang motor dan lain-lain.

Kemerosotan moral yang demikian itu lebih menghawatirkan lagi, karena

bukan hanya terjadi di kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan, kedudukan

dan profesinya, melainkan juga telah menimpa para pelajar, pemuda yang di

harapkan dapat melanjutkan perjuangan membela kebenaran, keadilan dan

perdamaian masa depan.

Tingkah laku menyimpang yang ditunjukkan oleh sebagian generasi muda

harapan masa depan itu, sekalipun jumlahnya mungkin hanya seperkian persen dari

jumlah pelajar secara keseluruhan, tetapi tetap sangat disayangkan. karena

fenomena tersebut dapat mencoreng citra bangsa Indonesia yang dulu terbiasa

santun dalam berperilaku, ramah tamah, musyawarah mufakat dalam

menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas,

serta bersikap toleran dan gotong royong.

Pelajar sebagai seorang remaja memiliki peranan sangat penting dan

keberadaannya tidak bisa kita pisahkan dari masyarakat. Hal ini dapat diasumsikan

bahwa permasalahan remaja dengan berperilaku negatif merupakan bagian dari

permasalahan sosial yang merugikan masyarakat. Pada masa usia seperti mereka

inilah terjadi kerawanan, sehingga memerlukan perhatian khusus.

Kerawanan yang sering terjadi pada masa remaja ini disebabkan

bergejolaknya keinginan dan dorongan-dorongan yang kadang dapat

Page 14: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

2

menjerumuskan mereka kepada perilaku negatif. Karena masa remaja adalah masa

timbulnya berbagai macam kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan

kemampuan fisik lebih jelas dan daya pikir menjadi matang.

Semua perilaku negatif masyarakat Indonesia baik yang terjadi di kalangan

pelajar dan mahasiswa maupun kalangan yang lainnya, jelas menunjukkan

rapuhnya moral bangsa Indonesia yang salah satunya disebabkan oleh tidak

optimalnya pengembangan pendidikan akhlak di lembaga pendidikan. Padahal

negara dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) telah menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Apabila gejala dan fakta realitas tersebut tidak disikapi secara profesional

dan bijak, bangsa ini menjadi bangsa yang gagal karena generasi mudanya telah

teracuni narkoba, miras, sex bebas dan tawuran, sedangkankan generasi tuanya

telah terkontaminasi oleh budaya koruptif dan selingkuh, yang merupakan

eksistensi dari kehidupan matrealisme, permisivisme dan glamorisme.1

Membuat peserta didik berkarakter adalah tugas pendidikan, yang esensinya

adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter.2

Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk mengemban

fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah

itu diawadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya.

1 Anas Salahudin dan Irwanto, Pendidikan Karakter, Pendidikan Berbasis Agama dan

Budaya, (Bandung: Pustaka setia, 2013), h. 16. 2 Ibid., h. 43

Page 15: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

3

Pada proses pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktivitas kemanusiaan dan

pemanusiaan sejati.3

Menurut ajaran Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai

ilahiah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Al-Qur’an dan Hadits sehingga

menjadi manusia yang berakhlak mulia.4 Hal tersebut sangat sesuai dengan firman

Allah SWT. Yang menjelaskan:

كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا آياته وليتذكر أولو اللباب

Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh

dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat

pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S Shadd:29)

Salah satu misi utama agama Islam adalah menyempurnakan akhlak

manusia. al-akhlak al-karimah yang diajarkan Islam merupakan orientasi yang

harus dipegang oleh setiap muslim. Seseorang yang hendak memperoleh

kebahagiaan sejati (al-sa’âdah al-haqîqiyyah), hendaknya menjadikan akhlak

sebagai landasan dalam berperilaku. Sebaliknya orang yang tidak memperdulikan

pembinaan akhlak adalah orang yang tidak memiliki arti tujuan hidup.

Membicarakan akhlak merupakan hal yang sangat penting dan sangat

mendasar. Akhlak yang baik adalah semulia-mulianya sesuatu, sebaik-baiknya

manusia. Dengan Akhlak yang baik, manusia menjadi lebih tinggi derajatnya

ketimbang derajat binatang.5 Begitu pentingnya akhlak bagi kehidupan manusia

sehingga jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana

akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila

akhlaknya rusak maka rusaklah lahir dan batinnya.

Di era modern seperti sekarang ini, sedikitnya terdapat tiga fungsi akhlak

dalam kehidupan manusia. Pertama, ia dapat dijadikan sebagai panduan dalam

3 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 1 4 Ibid., h. 49 5 Ibnu Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1994), Cet. I, h. 25

Page 16: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

4

memilih apa yang boleh diubah, dan apa pula yang harus dipertahankan. Kedua,

dapat dijadikan sebagai obat penawar dalam menghadapi berbagai ideologi

kontemporer (seperti materalisme, nihilisme, hedonisme, radikalisme, marxisme,

sekulerisme dan lain-lain).6

Dan ketiga, akhlak sebagai filter terhadap arus globalisasi, dimana

globalisasi telah menyebarkan arus informasi yang begitu banyak dan beragam.

Arus informasi tersebut tidak hanya berupa pengetahuan tetapi juga berbagai nilai,

dan nilai-nilai yang sepintas lalu terasa baru dan asing. Apakah nilai-nilai tersebut

positif atau negatif tergantung pada nilai-nilai budaya dan tradisi yang berlaku

didalam masyarakat.7

Dalam menghadapi globalisasi tersebut sebaiknya kita tidak boleh bersikap

apriori menolak apa saja yang datang bersama arus globalisasi itu, misalnya dengan

dalih semua itu adalah budaya dan nilai-nilai Barat yang bersifat negatif.

Sebaliknya kita harus bersikap selektif dan berusaha memfilter nilai-nilai dan

menanamkan nilai-nilai (akhlak) pada peserta didik agar dapat mempersiapkan

mereka dalam menghadapi tantangan globalisasi yang mereka hadapi dan alami.

Dalam rangka penanaman nilai-nilai (akhlak) tersebut pendidikan menjadi

kunci utama, tentu saja penanaman nilai-nilai tersebut tidak akan dapat diwujudkan

bila ia hanya mengandalkan pendidikan formal semata, setiap sektor pendidikan

lain baik formal, informal maupun non formal harus difungsikan secara integral.

Disamping itu pendidikan harus diarahkan secara seimbang antara aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik

Penanaman nilai-nilai (akhlak) dan budi pekerti, bukanlah masalah yang

baru muncul saat ini. Dalam sejarah pemikiran Islam, ditemukan beberapa tokoh

yang menyibukkan diri dalam bidang ini.

6 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta:

Kanasils, 1987), h. 15 7 Shindhunata, Menggagas Pendidikan Baru Pendidikan Demokratisasi, Otonomi, Civil

Society Globalisasi, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2000), h. 106 – 107

Page 17: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

5

Kajian tentang akhlak (etika) dikalangan umat islam pada masa permulaan

Islam hanya terbatas pada upaya memahami akhlak dari Qur’an dan Sunnah.

Selanjutnya, kajian akhlak ini berkembang menjadi lebih luas seiring dengan

perkembangan zaman, terutama setelah era penerjemah literatur filsafat Yunani,

bermunculan tokoh-tokoh yang berkonsentrasi mengkaji khasanah klasik Yunani

termasuk teori-teori mereka mengenai akhlak dan berbagai corak pemikiran.

Di antara segelintir filsuf muslim yang konsen dibidang ini antara lain al-

Farabi, al-Kindi, dan Ibnu Miskawaih dikawasan timur dunia Islam, serta Ibnu

Majah dan Ibnu Thufail dibelahan Barat.

Usaha dan kontribusi yang dicurahkan para filsuf yang berkecimpung dalam

filsafat akhlak dan berbegai macam corak pemikiran ini bukan sekedar taklid

“mengekor” dari pendahulu mereka dari kalangan filsuf Yunani, akan tetepi mereka

melakukan upaya pembaruan dan memiliki otentisitas tersendiri dalam cara

berpikir. Hal ini tampak jelas ketika kita mendalami karya-karya mereka, terutama

kitab Tahzîb al-Akhlâq wa tathîr al-a’râq karya Ibnu Miskawaih.

Penulis memilih pemikiran Ibnu Miskawaih dalam kitabnya tersebut, karena

membicarakan tentang akhlak dan dirasa relavan dan dapat dijadikan acuan untuk

memperbaiki pendidikan etika pada zaman yang serba modern ini, karena

pemikiran Ibnu Miskawaih dalam kitabnya tersebut mengemukakan teori jalan

tengah. Doktrin jalan tengah yang dikemukakan Ibnu Miskwaih tidak hanya

memiliki nuansa dinamis akan tetapi juga fleksibel. Maka dari itu doktrin tersebut

dapat terus menerus berlaku sesuai dengan tantangan zamannya tanpa

menghilangkan nilai-nilai esensial dari pendidikan akhlak itu sendiri. Jadi, dengan

doktrin jalan tengah manusia tidak akan kehilangan arah dalam kondisi apapun.

Selain itu alasan penulis memilih Ibnu Miskawaih dan pemikirannya dalam

skripsi ini karena Ibnu Miskawaih adalah seorang tokoh filsof pertama yang

menulis tentang teori etika sekaligus menulis buku tentang akhlak. Ibnu Miskawaih

juga mendapat julukan sebagai bapak akhlak karena pemikirannya yang cemerlang

Page 18: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

6

tentang akhlak. Ibnu Miskwaih juga memiliki kelebihan dibidang filsafat akhlak,

karena sejak masa mudanya ia telah mempelajari akhlak Persia dan Yunani.

Oleh karena itu, penulis memberi judul skripsi ini dengan judul “Konsep

Metode Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih Dan Relevansinya Terhadap

Pendidikan Akhlak Di Sdn Petir 3”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mencoba akan

memaparkan masalah yang terjadi. Berikut indentifikasinya :

1. Merosotnya pendidikan akhlak di Indonesia

2. Banyak yang mengetahui tentang konsep metode pendidikan akhlak yang

di bawa para ilmuan muslim dan namun dalam implementasinya hingga saat

ini masih kurang khususnya konsep pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih

3. Masihkan ada relavansi metode pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh

Ibn Miskwaih terhadap metode pendidikan yang ada pada saat ini, terutama

di tingkat sekolah dasar, khususnya di Sekolah Dasar Negeri Petir 3, Kota

Tangerang

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang penulis paparkan

diatas, maka penulis membatasi masalah ini pada metode pendidikan akhlak Ibn

Miskawaih dan Relevansi metode tersebut terhadap model pendidikan akhlak di SD

Negeri Petir 3, Kota Tangerang.

Page 19: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

dijelaskan sebelumnya. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana metode pendidikan Akhlak menurut Ibnu Miskawaih ?

2. Bagaimana relevansi konsep metode pendidikan akhlak Ibnu Miskwaih

dengan model pendidikan akhlak di SDN Petir 3, Kota Tangerang ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis pada penelitian ini adalah:

1. Mengetahui metode pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih

2. Mengetahui relevansi metode pendidikan Ibnu Miskawaih dengan model

pendidikan karakter di SDN Petir 3, Kota Tangerang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis pada penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, sebagai informasi dan menambah pengetahuan serta wawasan

yang bermanfaat mengenai metode pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih dan

relevansinya terhadap model pendidikan akhlak di Indonesia, khususnya di

SDN Petir 3, Kota Tangerang. Guna dalam rangka untuk mengembangkan

berbagai konsep pendidikan islam di era modern ini.

2. Bagi almamater, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam menambah nuansa karya ilmiah di lingkungan kampus.

3. Hasil penelitian ini dapat menjadikan rujukan bagi guru dan siswa serta

masyarakat pada umumnya.

Page 20: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Munurut Bahasa

Pengertian menurut bahasa Arab, Pendidikan mempunyai beberapa makna

dan arti. Berikut akan dijelaskan beberapa makna dalam bahasa Arab Di

antaranya:

a. At-Tarbiyah

Kata tarbiyah berasal dari kata rabba, yarubbu, rabban8 yang memiliki

rarti mengasuh, memimpin, mengasuh (anak). Penjelasan diatas

berdasarkan kata Al-Tarbiyah ini lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai

berikut. rabba, yarubbu tarbiyatan mengandung arti memperbaiki

(ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah,

memberi makna, mengasuh, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian

maupun eksistensinya. Dengan menggunakan kata yang ketiga ini, maka

tarbiyah ini pun memiliki arti usaha memelihara, mengasuh, merawat,

memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar

dapat survive lebih baik dalam kehidupannya. 9 Dengan demikian, pada

kata Al-Tarbiyah tersebut mengandung cakupan tujuan pendidikan, yaitu

menumbuhkan dan mengembangkan potensi; dan proses pendidikan, yaitu

memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengaturnya.

Karena demikian pengertian Al-Tarbiyah ini, ada sebagian pakar

pendidikan, seperti Naquib al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar

pendidikan lainnya yang menggunakan kata Al-Tarbiyah dengan arti

pendidikan. Menurutnya kata Al-Tarbiyah terlalu luas arti dan

8 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah,

2007), h.136 9 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada

Media,2010), h.11

Page 21: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

9

jangkauannya. Kata tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan

juga menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut. Benda-benda alam

selain manusia, menurutnya tidak dapat dididik, karena benda-benda alam

selain manusia itu tidak memiliki persyaratan potensional seperti akal,

panca indera, hati nurani, insting, dan fitrah yang memungkinkan untuk di

didik. Yang memiliki potensi-potensi akal, panca indera, hati nurani insting

dan fitrah itu hanya manusia. Untuk itu Naquib al-Attas lebih memiliki kata

al-ta'dib (sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk arti penidikan., dan

bukan kata Al-Tarbiyah.10

b. At-Ta’lim

Menurut Mahmud Yunus dengan singkat mengartikan bahwa al-

Ta'lim adalah hal yang berkaitan dengan mengajar dan melatih.11 Sementara

itu Muhammad Rasyid Ridha mengartiakn al-Ta'lim sebagai proses

transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya

batasan dan ketentuan tertentu.12 Sedangkan H.M Quraisy Shihab, ketika

mengartikan kata yu’allimu sebagaimana terdapat pada surah al-

Jumu'ah (62) ayat 2, dengan arti mengajar yang intinya tidak lain kecuali

mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam

metafisika serta fisika. 13 Kata al-Ta'lim di dalam al-Quran menunjukan

sebuah proses pengajaran, yaitu menyampaikan sesuatu berupa ilmu

pengetahuan, hikmah, kandungan kitab suci, wahyu, sesuatu yang belum

diketahui manusia, keterampilan membuat alat pelindung, ilmu laduni (yang

langsung dari tuhan), nama-nama atau simbol-simbol dan rumus-rumus

yang berkaitan dengan alam jagat raya, dan bahkan ilmu yang terlarang

seperti sihir. Ilmu-ilmu baik yang disampaikan melalui proses at-Talim

10 Abudddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2012), h.11 11 Mahmud Yunus, h.278 12 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, h.19 13 Abudddin Nata, h.11

Page 22: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

10

tersebut dilakukan oleh Allah Ta'ala, malaikat, dan para Nabi. Sedangkan

ilmu pengetahuan yang berbahaya diajarkan oleh setan.

Al-Ta’lim dalam arti pendidikan sesungguhnya merupakan kata yang

paling lebih dahulu digunakan dari pada kata al-Tarbiyah. Kegiatan

pendidikan dan pengajaran yang pertama kali dilakukan oleh Nabi

Muhammad dirumah al-Arqom (daar al Arqom) di Mekah, dapat disebut

sebagai majlis al-Ta'lim. Demikian pula kegiatan pendidikan Islam di

Indonesia yang dilaksanakan oleh para dai di rumah, mushala, masjid,

surau, langgar, atau tempat tertentu. pada mulanya merupakan kegiatan al-

Ta’lim.

Dengan memberikan data maupun informasi tersebut, maka dengan

jelas, kata Al-Ta’lim termasuk kata yang paling tua dan banyak digunakan

dalam kegiatan non formal dengan tekanan utama pada pemberian

wawasan, pengetahuan atau informasi yang bersifat kognitif. Atas dasar ini

pula, maka arti Al-Ta’lim lebih pas diartikanpengajaran daripada diartikan

pendidikan. Namun, karena pengajaran merupakan bagian dari kegiatan

pendidikan, maka pengajaran juga termasuk pendidikan.

c. At-Ta’dib

Kata At-Ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta'diban yang

berarti pendidikan. At-Ta’dib berasal dari kata adab yang berarti beradab.

Bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.14

Kata At-Ta’dib dalam arti pendidikan, sebagaimana penjelasan diatas,

ialah kata yang dipilih oleh Naquib al Attas. Dalam hubungan ini, ia

menjelaskan bahwa kata At-Ta’dib sebagai pengenalan dan pengakuan yang

secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-

tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga

membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan

14 Mahmud Yunus, h.37

Page 23: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

11

Tuhan. Melalui kata At-Ta’dib ini, al Ataas ingin menjadikan pendidikan

sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber dalam

ajaran Agama yang bersumber pada diri manusia, sehingga menjadi dasar

bagi terjadinya proses Islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu

pengetahuan ini menurutnya perlu dilakukan dalam rangka membendung

pengaruh materialisme, sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan

yang dikembangkan oleh barat.15

d. At-Tahdzib

Kata At-Tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak,

atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula

terdidik atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula yang beradab dan

sopan santun.16 Dari pengertian tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan

kata At-Tahdzib terkait dengan perbaikan mental spiritual, moral dan

akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan

ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma;

memeperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat, serta

memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia.

Berbagai kegiatan tersebut termasuk bidang kegiatan pendidikan. Itulah

sebabnya, kata At-Tahdzib juga berarti pendidikan.

e. Al-Wa'dz atau al-Mau'idzoh

Al- Wa'dz berasal dari kata wa'adza yang berarti mengajar, kata hati,

suara hati nurani, memperingatkan atau mengingatkan, mendesak dan

memperingatkan. 17 Inti Al- Wa'dz atau al-Mau'idzoh adalah pendidikan

dengan cara memberikan penyadaran dan pencerahan batin, agar timbul

kesadaran untuk menjadi orang yang baik.

15 Abudddin Nata, h.14 16 Mahmud Yunus, h.480 17 Mahmud Yunus, h.502

Page 24: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

12

f. Ar-Riyadhah

Ar-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti

penjinakan, latihan, melatih. 18 Dalam pendidikan, kata Ar-

Riyadhah diartikan mendidik jiwa anak dan akhlak mulia.Kata Ar-

Riyadhah selanjutnya banyak digunakan dikalangan para ahli tasawuf dan

diartikan agak berbeda dengan arti yang digunakan para ahli pendidikan

dikalangan para ahli tasawuf Ar-Riyadhah diartikan latihan spiritual

rohaniah dengan cara khalwat dan uzlah (menyepi dan menyendiri) disertai

perasaan batin yang takwa.

g. At-Tadzkiyah

Al-Tazkiyah berasal dari kata zakka, yuzakki, tazkiyyatan yang berarti

pemurnian atau pensucian.19 Al-Tazkiyah atau yuzakki telah digunakan oleh

para ahli dalam hubungannya dengan mensucikan atau pembersihan jiwa

seseorang dari sifat-sifat yang buruk (al-Takhali), dan mengisinya dengan

akhlak yang baik (al-Tahali), sehingga melahirkan manusia yang memiliki

keahlian dan akhlak yang terpuji. Dalam hubungan ini, Ibnu Sina dan al

Ghazali menggunakan istilah Al-TazkiyahAlannafs (menyucikan diri)

dalam arti membersihkan rohani dari sifat-sifat yang tercela. 20 Dari

penjelasan tersebut terlihat bahwa kata Al-Tazkiyah ternyata juga digunakan

untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental spiritual dan akhlak

mulia.

h. At-Talqin

Kata al-Talqin berasal dari laqqana yulaqqinu talqinan yang berarti

pengajaran atau mengajarkan perkataan. 21 Abuddin Nata menyebutkan

bahwa kata tersebut sering dijumpai dalam hadits sebagai berikut: "ajarilah

18 Mahmud Yunus, h.149 19 Mahmud Yunus, h.156 20 Abudddin Nata, h.20 21 Mahmud Yunus, h.400

Page 25: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

13

(orang yang hampir neminggal dunia) kalimat laa ila haillallah (tiada

tuhan selain Allah )."Perintah mengajarkan kalimat tauhid ( lailaha

illallah ) sebagaimana tersebut selalu dipraktikkan umat Islam pada setiap

kali menyaksikan keluarga, teman, tetangga atau lainya yang sesama

muslim, pada saat mereka menjelang datangnya ajal atau sakaratul maut.

Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-Talqin digunakan pula

untuk arti pendidikan dan pengajaran.22

i. At-Tadris

Kata al-Tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang dapat

berarti pengajaran atau mengajarkan. 23 Selain itu, kata al-

Tadris berarti Baqa' atsaruha wa baqa' al Atsar yaqtadli inmihauhu fi

nafsihi, yang artinya: sesuatu yang pengaruhnya membekas, menghendaki

adanya perubahan pada diri seseorang. Intinya, kata al-Tadris berarti

pengajaran, yakni menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik

yang selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada

dirinya.24 Kata al-Tadris, termasuk yang sudah banyak digunakan para ahli

pendidikan, bahkan pada perguruan tinggi Islam. kata al-Tadris digunakan

untuk nomenklatur jurusan atau program studi yang mempelajari ilmu-ilmu

umum, seperti matematika, biologi, ilmu pengetahuan sosial, ilmu budaya

dan dasar, dan fisika.

j. At-Tafaqquh

Kata al-Tafaqquh berasal dari kata tafaqqoha yatafaqqohu tafaqquhan,

yang berarti mengerti dan memahami.25 Kata al-Tafaqquh selanjutnya lebih

digunakan untuk menunjukan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran

ilmu agama Islam. masyarakat yang mendalami ilmu agama di pesantren-

pesantren di Indonesia misalnya, sering menyebut sedang melakukan al-

22 Abudddin Nata, h.20 23 Mahmud Yunus, h.126 24 Abudddin Nata, h.21 25 Mahmud Yunus, h.321

Page 26: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

14

Tafaqquhfi al ddin, yakni mendalami ilmu agama, sehingga ahli ilmu agama

yang mumpuni yang selanjutnya disebut ulama, kiai, ajengan, buya, syaikh,

dan sebagianya.

k. At-Tabyin

Kata al-Tabyin berasal dari kata bayyana yubayyinu tabyinan, yang

mengandung arti mengemukakan, mempertunjukan, berarti pula

menyatakan atau menerangkan.26 Di kalangan para ahli, belum ada yang

menggunakan Al-Tabyin sebagai salah satu arti pendidikan. Namun dengan

alasan tersebut Abuddin Nata berkeyakinan untuk memasukkan kata Al-

Tabyin sebagai salah satu arti pendidikan. Di dalam dalam al Quran,

kosakata at-Tabyin dengan derifasinya disebutkan sebanyak 75 kali, Di

antaranya:“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia

supaya mereka bertakwa”(QS. al Baqarah [2] : 187)

Dari penjelasan ayat tersebut terlihat, bahwa pada umumnya, kata al-

Tabyin diartikan menerangkan atau menjelaskan tentang ayat-ayat Allah

Ta'ala sebagaimana terdapat di dalam al Quran dan kitab-kitab lainnya yang

diwahyukan Tuhan. Penerangan dan penjelasan tersebut dilakukan oleh

para nabi atas perintah Tuhan. Dengan demikian para nabi bertugas

sebagai al Mubayyin, yaitu orang yang menjelaskan atau orang yang

menerangkan.

l. At-Tadzkirah

Kata al-Tadzkirah berasal dari kata dzakkaraa yudzakkiru tadzkirotan,

yang berarti peringatan, mengingatkan kembali.27 Selain itu, juga berarti

sesuatu yang perlu diperingatkan yang sifatnya lebih umum dari pada

indikasi (addilalah) atau tanda-tanda ( al imarah ). Dari beberapa arti

kata altadzkirah tersebut ternyata ada arti yang berhubungan dengan

26 Mahmud Yunus, h.75 27 Mahmud Yunus, h.134

Page 27: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

15

kegiatan pendidikan dan pengajaran, yaitu mengingatkan kembali atau

memberikan peringatan, karena didalam kegiatan pendidikan dan

pengajaran terdapat kegiatan yang bertujuan mengingatkan peserta didik

agar memahami sesuatu atau mengingatkan agar tidak terjerumus kedalam

perbuatan yang keji.

m. Al-Irsyad

Kata al-Irsyad dapat mengandung arti menunjukan, bimbingan,

melakukan sesuatu, menunjukan jalan. 28 Dari pengertian al-Irsyad ini,

terdapat pengertian yang berhubungan dengan pengajaran dan pendidikan,

yaitu bimbingan, pengarahan, pemberian informasi, pemberitahuan,

nasihat, dan bimbingan spiritual. Dengan demikian kata al-Irsyad layak

dipertimbangkan untuk dimasukkan kedalam arti kata pendidikan dan

pengajaran.29

2. Pengertian Pendidikan Menurut Istilah30

Secara istilah atau terminologi pada dasarnya merupakan kesepakatan

yang dibuat oleh para ahli dalam bidangnya masing-masing terhadap

pengertian tentang sesuatu dalam hal ini pendidikan. Dengan demikian

dalam istilah tersebut terdapat visi, misi, tujuan yang diinginkan oleh yang

merumuskannya, sesuai dengan latar belakang pendidikan, keahlian,

kecenderungan, kepentingan, kesenangan dan sebagainya. Berikut

pengertian menurut para ahli;

Menurut Ahmad Fuad al Ahwaniy : “Pendidikan adalah pranata yang

bersifat sosial yang tumbuh dari pandangan hidup tiap

masyarakat. Pendidikan senantiasa sejalan dengan pandangan falsafah

28 Mahmud Yunus, h.141 29 Abudddin Nata, h.25-26 30 Abudddin Nata, h.28-31

Page 28: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

16

hidup masyarakat tersebut, atau pendidikan itu pada hakikatnya

mengaktualisasikan falsafah dalam kehidupan nyata.”

Menurut Ali Khalil Abul Ainain : “Pendidikan adalah program yang

bersifat kemasyarakatan, oleh karena itu, setiap falsafah yang dianut oleh

suatu masyarakat berbeda dengan falsafah yang dianut masyarakat lain

sesuai dengan karakternya, serta kekuatan peradaban yang

memengaruhinya yang dihubungkan dengan upaya menegakkan spiritual

dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan

hidupnya. Makna dari ungkapan tersebut ialah bahwa tujuan pendidikan

diambil dari tujuan masyarakat, dan perumusan operasionalnya ditujukan

untuk mencapai tujuan tersebut, dan disekitar tujuan pendidikan tersebut

terdapat atmosfer falsafah hidupnya. Dari keadaan yang demikian itu, maka

falsafah pendidikan yang terdapat dalam suatu masyarakat lainnya, yang

disebabkan perbedaan sudut pandang masyarakat, serta pandangan hidup

yang berhubungan dengan sudut pandang tersebut.

Menurut Muhammad Athiyah al Abrasyi : “Pendidikan Islam tidak

seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual, namun tujuan ini

merupakan landasan bagi tercapainya tujuan yang bermanfaat. Dalam asas

pendidikan Islam tidak terdapat pandangan yang bersifat materialistis,

namun pendidikan Islam memandang materi, atau usaha mencari rezeki

sebagai masalah temporer dalam kehidupan, dan bukan ditujukan untuk

mendapatkan materi semata-mata, melainkan untuk mendapatkan manfaat

yang seimbang. Di dalam pemikiraan al Farabi, Ibnu Sina, Ikhwanul as

Shafa terdapat pemikiran, bahwa kesempurnaan seseorang tidak akan

tercapai, kecuali dengan mensinergikan antara agama dan ilmu.”

Menurut rumusan Konferensi Pendidikan Islam sedunia yang ke-2, pada

tahun 1980 di Islamabad: “Pendidikan harus ditujukan untuk mencapai

keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh,

dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik manusia. Dengan

Page 29: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

17

demikain pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia pada

seluruh aspeknya ; spiritual, intelektual, daya imajinasi, fisik, keilmuan dan

bahasa, baik secara individual maupun kelompok serta dorongan seluruh

aspek tersebut untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. tujuan akhir

pendidikan diarahkan pada upaya merealisasikan pengabdian manusia

kepada Allah ta’ala, baik pada tingkat individual, maupun masyarakat dan

kemanusiaan secara luas.”

Pendidikan adalah sesuatu yang dapat mengembangkan potensi

masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan nafsu

generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya

secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan

menyeluruh. Pada dasarnya islam sebagai agama yang sempurna telah

memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan,

yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-

nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat memfungsikan dirinya sebagai

hamba Allah.31

Pendidikan merupakan kewajiban setiap warga yang merupakan

cerminan akan maju atau mundurnya suatu bangsa, karena pendidikan

merupakan proses untuk mengubah dan mengembangkan pengetahuan dan

bukan sekedar mewarisi kebudayaan dari generasi ke generasi. Pendidikan

adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan

pemerintah, termasuk disini adalah tanggung jawab untuk meningkatkan

kecerdasan anak bangsa.32

Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan di atas maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang

dilakukan manusia secara sadar dalam rangka untuk mengolah bakat serta

31 Nurhidayat, “Peran dan tantangan pendidikan agama islam di era global”, jurnal

pendidikan agama islam, Vol. 12, No. 1, juni 2015, hal. 62 32 Sa’diah. Khalimatus, “Kualitas pembeljaran al-qur’an dengan metode tartila”, jurnal

pendidikan agama islam, Vol. 2, nomor 2, November 2013

Page 30: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

18

potensi-potensi yang dimilikinya agar dapat terbentuk kepribadian manusia

yang baik, serta menjadikan manusia yang sadar dan bertanggung jawab

akan tugas-tugas dan kewajibannya sebagai manusia.

3. Pengertian Akhlak

Secara bahasa (etimologi) Akhlak berasal dari bahasa Arab (bentuk

dari isim mashdar = infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang

berarti perangai, ta’biat, kebiasaan, dan peradaban yang baik.33

Namun ada pendapat bahwa kata akhlaqa dari bentuk infinitif ini

kurang tepat karena isim masshdar dari akhlaqa adalah iklaqan bukan

akhlaqan. Sehingga muncul pendapat baru yang menyatakan bahwa akhlak

tergolong dalam isim jamid (bentuk isim yang tidak memiliki asal kata).

Jadi, kata akhlak tidak berasal dari kata lain melainkan kata yang sudah

ada.34

Menurut Quraish Shihab walaupun kata akhlak terambil dari bahasa

Arab tetapi kata tersebut tidak ditemukan di dalam Al-Qur’an, yang

ditemukan hanyalah bentuk tunggal yaitu Khuluq yang tercantung dalam

surat al-Qalam ayat 4:

(٤و إنك لعلى خلق عظيم )

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang

luhur.” (Q.S Al-Qalam: 4)35

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan

kehendak.36 Ini berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu

33 Achmad Gholib, 2017, Pendidikan Akhlak dalam Tatanan Masyarakat Islami,

Jakarta:Berkah FC, hlm.,1 34 Achmad Gholib, 2017, Pendidikan Akhlak dalam Tatanan Masyarakat Islami,

Jakarta:Berkah FC, hlm.,1-3 35 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2004), Cet,

hlm. 451. 36 Ahmad Amin, Kitab Akhlak, (Cairo: Dar Al-Kutubiyah), hlm. 15.

Page 31: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

19

maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya, bila dibiasakan

memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. Di dalam Ensiklopedi

Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan

(kesadaran etik dan moral) yaitu kelakukan baik yang merupakan akibat dari

sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia.37

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), pengertian akhlak menurut

para ahli adalah sebagai berikut:

a. Ibn Miskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau

mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih

dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.38

b. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan

yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga

jiwanya terisi dengan kebaikan dan tentang keburukan yang

harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala

bentuk keburukan.39

c. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya

membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia,

dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.40

d. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa

manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena

kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih

dahulu.41

37 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), hlm.

9.

38 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006),

h. 151. 39 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qru’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h.

3. 40 Ibid., 41 Ibid., h. 4.

Page 32: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

20

Dikutip oleh Asmaran, di dalam kitab Al-Mu’jam al-Wasit

disebutkan definisi akhlak sebagai berikut:

لق عبارة حال للنفس راسخة تصدر عنها العمال من خير أو شر من غير حاجة الخ

إلى فكر و رؤية

“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang

dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau

buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.42

Imam Ghazali mengemukakan dalam kitab Ihya Ulumuddin

sebagai berikut:

الخلق عبارة عن هيئة النفس راسخة عنها تصد رالافعال بسهولة

ويسر من غير حاجة الى فكر وروية

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang

daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,

dengan tidak memerlukan pertimbangan dan fikiran terlebih

dahulu”.43

Jadi pada hakikatnya Khulq (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu

kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian

hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan

dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.

4. Pengertian Pendidikan Akhlak

Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan

dan pengertian akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak

adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk

memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penamaan

42 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet ke II,

h. 5 43 Ibid.,

Page 33: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

21

nilai-nilai islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah

positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan

kebiasaan bertingkah laku, berfikir dan berbudi pekerti luhur menuju

terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat menghasilakan

perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dan

disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran.44

B. Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih

1. Riwayat Singkat Ibnu Miskawaih

Ibnu Miskawaih adalah salah seorang filosof muslim yang paling

banyak mengkaji dan mengungkapkan persoalan-persoalan akhlak. Nama

lengkapnya adalah Abu Ali al-Khazin Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu

Ya’qub Ibnu Miskawaih. la dilahirkan di Kota Ray (Iran) pada tahun 932

M2 dan meninggal di Asfahan pada tanggal 9 Shafar 412 H atau 16 Februari

1030 M. Informasi meninggalnya Ibnu Miskawaih tidak bayak diketahui

karena kelangkaan berita yang ditulis oleh para sejarawan, di samping Ibnu

Miskawaih sendiri tidak pernah menuliskan otobiografinya.45

Sebelum menganut agama Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang

pemeluk agama Majusi. Namun setelah masuk Islam, ia merupakan salah

seorang sarjana yang taat dalam menjalankan ajaran agamanya. Banyak

penulis berpendapat bahwa Ibnu Miskawaih adalah seorang Syi'i. Pendapat

tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa sebagian besar hidupnya

dihabiskan untuk mengabdi kepada pemerintah Dinasti Buwaihi (salah satu

kerajaan beraliran Syi'ah yang menggantikan posisi Daulah Abbasiyah di

Irak sekitar abad ke 10 -12 M).

Dari segi latar belakang pendidikannya tidak diketahui secara pasti.

Namun demikian, dapat diprediksikan bahwa ia menempuh pendidikan

44 Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah al-Khuluqiyyah, (Gema Insani: Jakarta, 2004) hlm.

121 45 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar : Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta

: Kanasils, 1987), h. 15

Page 34: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

22

seperti anak-anak seusianya. Ahmad Amin mendeskripsikan bahwa

pendidikan anak pada masa Abbasiyyah saat itu pada umumnya anak-anak

mulai belajar membaca, menulis, mempelajari al-Qur'an, dasar-dasar bahasa

Arab, tata bahasa Arab (nahwu) dan Arud (ilmu membaca dan membuat

sya'ir). Pelajaran-pelajaran tersebut diselenggarakan di surau-surau dan di

rumah-rumah bagi keluarga yang mampu mendatangkan guru privat bagi

anak-anak mereka. Setelah ilmu-ilmu dasar itu diberikan, dilanjutkan

dengan mata pelajaran ilmu fikih, hadits, sejarah Arab Persi khususnya dan

India, serta ilmu matematika. Selain itu, diberikan pula pelajaran ilmu-ilmu

praktis seperti musik, main catur, dan furusiah (ilmu militer).46

Aktivitas intelektual Ibnu Miskawaih dimulai dengan belajar sejarah

kepada Abu Bakr Ahmad Ibnu Kamil al Qadhi. Selajutnya ia belajar filsafat

kepada Ibnu al Khammar, seorang komentator atas karya-karya

Ariestoteles. Disamping itu, ia juga belajar kimia dari Abi al-Tayyibah al-

Razi, seorang ahli kimia terkenal di zamanya. Karena keahliannya dalam

berbagai ilmu, Iqbal mengelompokannya sebagai seorang pemikir, moralis,

dan sejarawan Parsi paling terkenal.47

Ibnu Miskawaih hidup pada masa pemerintahan Abbasiyyah yang

berada dibawah kekuasaan Bani Buwaihi yang beraliran Syi'ah dan berasal

dari keturunan Persi. Karena begitu besar pengaruhnya terhadap

pemerintahan Abbasiyyah sejak kekuasaan dipegang oleh Al-Mustakfi dari

Bani Abbas, maka Ahmad bin Buwaih diangkat sebagai perdana menteri

(Amir al-Umara') dengan gelar Muizz al-Daulah pada tahun 945 M.48

Zaman keemasan Bani Buwaihi adalah pada masa "Adhud al- Daulah"

yang berkuasa pada tahun 367-372 H.49 Pada masa inilah Ibnu Miskawaih

46 M. Yusuf Musa, Falsafat al-akhlak fi al-Islam, terjemahan, (Jakarta : Gaya Media Pratama,

1963), h. 71 47 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Bandung : Mizan, 1999), h. 56 48 Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al- Misriyayyah, 1974), Juz

11, 66 – 69 49 M.M. Syarief, Para Filosof of Muslim, (Bandung : Mizan, 1998), h.84

Page 35: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

23

mendapat kepercayaan untuk menjadi bendaharawan Adhud Al-Daulah,

dan pada masa ini pula Ibnu Miskawaih terkenal sebagai seorang filosof,

dokter, penyair dan ahli bahasa.50 Selain itu Ibnu Miskawaih juga banyak

bergaul dengan para ilmuwan semasanya seperti Abu Hayyan al-Tauhidi,

Yahya Ibnu A'di dan Ibnu Sina. Ibnu Miskawaih juga dikenal sebagai

sejarawan besar yang kemasyhurannya melebihi pendahulunya, Al- Thabari

(w. 3190 H / 923M ).51

Dari berbagai disiplin ilmu yang dikuasainya, Ibnu Miskawaih

memberikan perhatian besar kepada masalah akhlak sehingga ia dikenal

sebagai seorang pemikir muslim dalam bidang ini. Sebagai bukti atas

kebesarannya itu, ia telah menulis banyak buku Di antaranya; Tahzib al-

Akhlaq (tentang moralitas), Thaharah al-hubs (penyucian jiwa), al-Fauz al-

Akbar (kiat memperoleh kebahagiaan dalam hidup), al Fauz al-:Shaqir

(lanjutan dari al-Fauz al-Akbar), Kitab al Sa 'adah (Buku tentang

kebahagiaan), Adab al Dunya wa al-Din (moralitas dunia dan agama), dan

lain-lain.52

2. Pemikiran Pendidikan

Pemikiran Ibnu Miskawaih dalam hal pendidikan tidak bisa dilepaskan

dari konsepnya tentang manusia dan akhlak. Berikut akan dikemukakan

tentang dasar pemikiran (tingkatan daya dan akhlak) dan konsep pendidikan

( tujuan, materi, metode, lingkungan pendidikan dan kode etik pendidik dan

peserta didik) menurut Ibnu Miskawaih.

a. Tingkatan Daya

Pandangan Ibnu Miskawaih terhadap manusia tidak jauh berbeda

dengan pandangan para filosof lainnya. Menurutnya di dalam diri

50 Philip K, Hitti, History of The Arabic, terj. Arab oleh Edward Jurji, dkk., (Beirut : Dar al-

Fikr, 1952), h. 566 – 567 51 B.H. Shiddiqui, Maskawaih on The Purpose of Historiography dalam The Muslim World,

(USA, The Hartford Seminary Foundation, 1971), h. 21 52 Hasyimsyah, h. 58

Page 36: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

24

manusia mempunyai 3 (tiga) macam daya, yaitu (1) daya bernafsu (al-

nafs albahimiyyat) sebagai daya paling rendah, (2) Daya berani (al-nafs

al-sabu’iyyat) sebagai daya pertengahan dan (3) daya berpikir (al-nafs

al-nathiqah) sebagai daya tertinggi.53 Ketiga unsur tersebut merupakan

unsur ruhani pada manusia yang asal mula kejadiannya itu berbeda

antara satu dengan yang lainnya.Sebagaimana yang dikutip oleh

Abuddin Nata, Bahwasanya Ibnu Miskawaih memahami unsur ruhani

berupa daya bernafsu (al-nafs al-bahimiyyat) dan daya berani (al-nafs

al-sabu’iyyat) berasal dari unsur materi sedangkan daya berpikir (al-

nafs al-nathiqah) berasal dari ruh Tuhan. Oleh karena itu unsur yang

berasal dari materi akan hancur bersama hancurnya badan sedangkan

unsur (al-nafs al-nathiqah) yang berasal dari ruh Tuhan tidak akan

mengalami kehancuran sedikitpun.54

Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa hubungan jiwa al-

bahimiyyat/alsyahwiyyat (bernafsu) dan jiwa al-ghadabiyat/al-

sabu’iyyat (berani) dengan jasad pada hakikatnya saling mempengaruhi

satu dengan yang lainnya. Kuat atau lemahnya, sehat atau sakitnya

tubuh berpengaruh terhadap kuat atau lemahnya, sehat atau sakitnya

kedua macam jiwa tersebut. Kedua macam jiwa ini dalam melaksanakan

fungsinya tidak akan sempurna kalau tidak menggunakan alat bendawi

atau badani yang terdapat dalam tubuh manusia. Oleh karena itu Ibnu

Miskawaih melihat bahwa manusia terdiri dari unsur jasad dan ruhani

yang saling berhubungan.55

b. Konsep Akhlaq

Paradigma pemikiran Ibnu Miskawaih dalam bidang ahklak

memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Pemikiran akhlak Ibnu

53 Ibnu Maskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Beirut : Mansyurah Dar al-

Maktabah al-Hayat, 1398 H), cet.II, h. 62 54 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. raja Grafindo

Persada, 2000), h. 7 55 Abuddin Nata, h. 7 -8

Page 37: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

25

Miskawaih banyak dipengaruhi oleh para filosof Yunani, seperti

Aristoteles, plato, dan Galen dengan meramu pemikiran-pemikiran

tersebut dengan ajaran-ajaran Islam. Disamping itu, Ibnu Miskawaih

juga banyak dipengaruhi filosof Muslim, seperti al-Kindi, al-Farabi dan

al-Razi serta lainnya. Oleh karena itu, corak pemikiran Ibnu Miskawaih

dapat dikategorikan ke dalam tipologi etika filosofi (etika rasional),

yaitu pemikiran etika yang banyak dipengaruhi oleh para filosof,

terutama para filosof Yunani.56

Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih di dalam pendidikan

akhlak secara umum dimulai dari pembahasan tentang akhlak

(karakter/watak). Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada

watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan. Kedua watak

tersebut menurut Ibnu Miskawaih bahwa watak itu pada hakekatnya

tidak alami, walaupun kita diciptakan dengan menerima watak, akan

tetapi watak tersebut dapat diusahakan melalui pendidikan dan

pengajaran. Dalam pembahasannya tentang watak tersebut Ibnu

Miskawaih tidak mengambil diskursus dari ayat-ayat al-Qur‘an atau Al-

Sunnah. Menurutnya, akhlak dalam Islam dibangun atas pondasi

kebaikan dan keburukan. Kebaikan dan keburukan tadi berada pada

fitrah yang selamat dan akal yang lurus, sehingga segala sesuatu yang

dianggap baik oleh fitrah dan akal yang lurus, ia termasuk bagian dari

akhlak yang baik, dan sebaliknya yang dianggap jelek, ia termasuk

akhlak yang buruk.

Ibnu Miskawaih juga menegaskan bahwa pendidikan akhlak

didasarkan pada doktrin jalan tengah. 57 Menurutnya jalan tengah

diartikan dengan keseimbangan, moderat, harmoni, utama, mulia atau

posisi tengah antara dua ekstrem baik dan buruk yang ada dalam jiwa

56 Abuddin Nata, h. 7 -8 57 Majid Fakhry, Etika Dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1995), h. 22

Page 38: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

26

manusia. Menurutnya, posisi tengah jiwa bahimiyah adalah iffah, yaitu

menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Selanjutnya posisi tengah

jiwa al-ghadlabiyah adalah al-saja ‘ah yaitu keberanian yang

dipertimbangkan untung dan ruginya. Sedangkan posisi tengah jiwa

nathiqah adalah al-hikmah yaitu, kebijaksanaan. Adapun perpaduan

dari ketiga posisi tengah tersebut adalah keadilan atau keseimbangan.

Keempat keutamaan (al fadhilah akhlak al-iffah, al-saja 'ah, al hikmah

dan al-adalah adalah merupakan pokok atau induk akhlak yang mulia.

Adapun lawannya ada empat pula yaitu al-jah,l as-syarh, al-jubn dan

al-jur.58 Setiap keutamaan tersebut memiliki dua sisi ekstrem. Yang

tengah bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat tercela. Oleh sebab itu

manusia harus senantiasa berada pada jalan tengah, supaya ia tidak jatuh

dan selamat dari kehinaan. Akan tetapi sayang sekali doktrin jalan

tengah yang dikemukakan oleh Ibnu Miskawaih tersebut sama sekali

tidak mengutip ayat al-Qur'an atau al-Hadits sebagai sumber ajaran

Islam.59 Selanjutnya pemikiran Ibnu Miskawaih tentang konsep/aspek

pendidikan akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Tujuan Pendidikan Akhlaq

Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak

adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara

spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik.60

sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan

yang sejati dan sempurna. Dalam Muhammad Yusuf Musa, Abuddin

Nata bahwa persoalan al-sa’adat merupakan persoalan utama dan

mendasar bagi kehidupan umat manusia dan sekaligus bagi

pendidikan akhlak. Menurut M. Abdul Hak Ansari, alsa’adat

merupakan konsep komprehensif yang di dalamnya terkandung

58 Ibnu Maskawaih, h. 38-39 59 Abuddin Nata, h. 9 60 Abuddin Nata, h. 11

Page 39: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

27

unsur kebahagiaan (happiness), kemakmuran (prosperity),

keberhasilan (success), kesempurnaan (perfection), kesenangan

(blessedness), dan kecantikan (beautitude).61

Oleh karena itu tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh Ibnu

Miskawaih adalah bersifat menyeluruh, yakni mencapai

kebahagiaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya.

2) Muatan Materi

Di samping konsep yang ditawarkan oleh Ibnu Miskawaih,

untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam konteks pendidikan

akhlak, maka perlu mendeskripsikan komponen-komponen sebagai

jembatan yang harus dilalui. Komponen yang dimaksud dalam hal

ini ialah materi pendidikan sebagai perantara menuju tujuan. Materi

pendidikan yang disampaikan harus berkaitan dengan tujuan yang

ingin dicapai agar berkesinambungan. Ada tiga hal penting atau

pokok yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan akhlaknya,

yaitu: hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh manusia, hal-hal

yang wajib bagi jiwa dan hal-hal yang wajib bagi hubungannya

dengan sesama manusia. Oleh karenanya, Ibnu Miskawaih berbeda

dengan al-Ghazali yang mengkategorikan dan mengklasifikasikan

ilmu dengan dua macam, yaitu ilmu agama dan ilmu non-agama

serta hukum mempelajarinya. Adapun materi yang wajib bagi

kebutuhan manusia menurut Ibnu Miskawaih ialah seperti salat dan

puasa. Sedangkan materi pendidikan akhlak yang wajib dipelajari

bagi keperluan jiwa ialah seperti pembahasan tentang akidah yang

benar, meng-Esakan Allah dengan segala kebesaran-Nya serta

memotivasi untuk senang terhadap ilmu.

61 Abuddin Nata, h. 11-12

Page 40: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

28

Selanjutnya, materi yang terkait dengan keperluan manusia

terhadap manusia lain ialah seperti ilmu muamalat, pertanian,

perkawinan, saling menasehati, peperangan dan sebagainya.

Ketiganya merupakan sesuatu yang tidak boleh tidak harus dimiliki

oleh manusia demi keberlangsungan hidupnya dan mencapai

kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kemudian, karena materi-materi

tersebut selalu dikaitkan dengan pengabdian kepada Tuhan, maka

apapun materi yang terdapat dalam suatu ilmu yang ada, asalkan

semuanya tidak lepas dari tujuan pengabdian kepada Tuhan, Ibnu

Miskawaih tampaknya akan menyetujuinya.

Dan juga Ibnu Miskawaih menganjurkan agar mempelajari

buku-buku yang khusus berbicara tentang akhlak supaya mendapat

motivasi yang kuat untuk beradab. Pendapat Ibnu Miskawaih di atas

nampaknya lebih jauh mempunyai maksud agar setiap

guru/pendidik, apapun materi bidang ilmu yang diasuhnya harus

diarahkan untuk terciptanya akhlak yang mulia bagi diri sendiri dan

murid-muridnya.62

3) Kode etik Pendidik dan Peserta Didik

Menurut Ibnu Miskawaih, pendidik mempunyai tugas dan

tanggung jawab untuk meluruskan peserta didik melalui ilmu

rasional agar mereka dapat mencapai kebahagiaan intelektual dan

untuk mengarahkan peserta didik pada disiplin-disiplin praktis dan

aktifitas intelektual agar dapat mencapai kebahagiaan praktis.63 Dari

pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pandangan Ibnu

Miskawaih tentang pendidik sesuai dengan pandangannya tentang

daya jiwa yang ada dalam diri manusia dan pendidik mempunyai

tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu yang bersifat

62 Maghfiroh., Muliatul, “Pendidikan Akhlak menurut kitab Tahzib Al-Akhlak karya Ibnu

Miskwaih”, Tadris, Vol. 11 nomor 2, Desember 2016, hal. 210. 63 Ibn Miskawaih, h. 61-62

Page 41: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

29

rasional dan praktis tersebut, sehingga etika filsafat Ibnu Miskawaih

dapat dikategorikan pada filsafat etika praktis dan teoritis.

Pandangan Ibnu Miskawaih tentang pendidik diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu orang tua dan guru. Sementara itu, guru

menurutnya ada dua, yaitu guru ideal mua'lim al-hakim dan guru

biasa dengan persyaratan masing-masing. Adapun pandangan Ibnu

Miskawaih tentang kewajiban peserta didik adalah mencintai guru

yang melebihi cintanya terhadap orang tua. Bahkan kecintaan

peserta didik terhadap gurunya disamakan dengan cinta terhadap

Tuhannya. Oleh karena itu, dalam interaksi edukatif antara guru dan

murid harus didasarkan pada perasaan cinta kasih. Dengan adanya

dasar semacam ini proses pembelajaran diharapkan berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

4) Metode Pendidikan

Metode yang dikemukakan Ibnu Miskawaih dalam upaya

mencapai akhlak yang baik adalah pertama; kemauan yang

bersungguh-sungguh. Adanya kemauan secara bersungguh-sungguh

untuk berlatih secara terus menerus dan menahan diri (al-‘adat wa

al-jihad) untuk memperoleh keutamaan dan kesopanan yang

sebenarnya adalah sesuai dengan keutamaan jiwa.64

Latihan ini bertujuan untuk menahan kemauan jiwa al-

syahwaniyyat dan alghadabiyyat. Latihan yang dilakukan antara lain

adalah dengan makan dan minum yang tidak berlebihan yang

membawa pada kerusakan tubuh. Sedangkan yang kedua; yakni

menjadikan pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin

bagi dirinya, yaitu pengetahuan dan pengalaman berkenaan dengan

hukum akhlak yang berlaku bagi sebab munculnya kebaikan dan

64 Ibn Miskawaih, h. 65

Page 42: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

30

keburukan bagi manusia. Dengan cara ini seseorang tidak akan

hanyut kepada perbuatan yang tidak baik, karena ia bercermin

kepada perbuatan buruk dan akibat buruk yang dialami orang lain.65

5) Materi Pendidikan Akhlaq

Secara garis besar Ibnu Miskawaih mengklasifikasikan materi

pendidikan akhlak ke dalam tiga jenis, Di antaranya yaitu (1) hal-hal

yang wajib bagi kebutuhan tubuh manusia, (2) hal-hal yang wajib

bagi jiwa manusia dan (3) hal-hal yang wajib bagi hubungannya

dengan sesama manusia. Pembagian semacam ini tidak terlepas dari

pembagian Ibnu Miskawaih tentang daya jiwa manusia. 66 Dari

ketiga pokok materi tersebut, maka akan diperoleh ilmu yang secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama; ilmu-ilmu

tentang pemikiran (al-‘ulum al-fikriyah), kedua; ilmu yang berkaitan

dengan indera (al-‘ulum al-bissiyat).

6) Lingkungan Pendidikan

Kebahagiaan tidak akan dapat dicapai oleh manusia tanpa

bantuan orang lain, kebahagiaan bisa dicapai jika manusia

bekerjasama, saling tolong menolong dan saling melengkapi.

Kondisi tersebut akan tercipta jika sesame manusia saling mencintai.

Menurut Ibnu Miskawaih sebaik-baik manusia adalah orang yang

berbuat baik terhadap keluarga dan orang-orang yang masih ada

kaitan dengannya; baik saudara, anak atau orang yang masih ada

hubungan dengan saudara atau anak, kerabat, keturunan, rekan,

tetangga, kawan atau kekasih.67 Salah satu tabiat manusia adalah

memelihara diri.

65 Abuddin Nata, h. 23-25 66 Ibn Miskawaih, h. 116 67 Ibn Miskawaih, h. 44

Page 43: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

31

Untuk memperolehnya, maka manusia harus berusaha dan

memperolehnya secara bersama-sama dengan makhluk sejenisnya,

Di antaranya adalah dengan cara melakukan pertemuan; seperti

shalat berjamaah. Untuk mencapai lingkungan yang demikian, maka

kepala negara dan aparatnya wajib menciptakannya. 68 Walaupun

Ibnu Miskawaih tidak membicarakan secara eksplisit tentang

lingkungan pendidikan, tetapi ia banyak membicarakan tentang

lingkungan masyarakat secara umum.

c. Orientasi Pendidikan Akhlaq

Kehidupan manusia yang senantiasa terus berproses dalam

perkembangan kehidupannya. Di antara persoalan pendidikan yang

cukup penting dan mendasar adalah mengenai tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan, sebab

tanpa adanya perumusan tujuan pendidikan yang baik, maka perbuatan

mendidik tidak akan jelas, tanpa arah dan bahkan bisa menjadi tersesat.

Oleh karenanya masalah tujuan pendidikan menjadi inti dan sangat

penting dalam menentukan isi dan arah pendidikan yang diberikan.69

Menurut Ibnu Miskawaih tujuan pendidikan akhlak adalah

terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong melakukan perbuatan

yang bernilai baik atau pribadi susila, sehingga akan memperoleh

kebahagiaan disisi Allah di akhirat kelak dan hidup dengan perilaku

yang baik di dunia. Dengan begitu diharapkan akan diperoleh

kebahagiaan (al-Sa'adah).70

Dalam mewujudkan sikap batin yang mampu mendorong perbuatan

yang bernilai baik, menurut Ibnu Miskawaih dapat dilakukan dengan

68 Ibn Miskawaih, h. 128-129 69 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung : Mandar Maju, 1992), h.

214 70 Busyairi Majidi, Konsep Penddikan Islam Para Filosof Muslim, (Yogyakarta : al-Amin

Press, 1997), h. 70

Page 44: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

32

keharusan meluruskan perangai berlandaskan ajaran filsafat yang benar,

sehingga perbuatan akan terwujud dengan mulus. Ibnu Miskawaih

menganalisis kebahagiaan dan mendefinisikan kebaikan tertinggi guna

menyimpulkan kebahagiaan manusia selaku manusia. Kebahagiaan

dimaksud harus menjadi tujuan tertinggi dengan sendirinya, karena

berhubungan dengan akal, suatu hal yang paling mulia pada diri

manusia.71

Menurutnya, manusia memiliki dua kebajikan, pertama adalah

kebajikan ruhani yang dengannya ia dapat mencapai kebahagiaan

menyamai ruh-ruh yang baik (ruh malaikat) dan kedua adalah kebajikan

jasmani, yang dengannya ia dapat mencapai kebahagiaan menyamai

binatang. Dengan berbekal fisik,yang dengannya ia menyamai binatang,

manusia tinggal di alam rendah dan akan mendapat kebahagiaan yang

relatif singkat untuk memakmurkan bumi ini. Apabila dia telah

mencapai derajat kesempurnaan dalam mengemban tugas

kemanusiaannya, dia akan berpindah ke alam tinggi dan tinggal di sana

penuh keabadian dan kesentosaan bersama para malaikat atau ruh-ruh

yang baik.72

Dengan demikian kebahagiaan yang paling tinggi adalah kebajikan

yang bersifat ilahi, yaitu perbuatan yang seluruhnya sudah menjadi

perbuatan ilahi dan keluar dari diri sejati yang merupakan akal yang

bersifat ilahi, dan esensi realnya berarti esensi-Nya juga. Kalau manusia

sudah mencapai tingkatan ini, maka jiwa kebinatangannya akan hilang

dan digantikan dengan jiwa akal.

Untuk itu manusia harus berusaha mencapai kebajikan terakhir ini,

akan tetapi karena kebajikan bukanlah sesuatu yang bersifat alami dalam

diri manusia, maka harus diusahakan. Karenanya menjadi suatu

71 Ahmad Mahmud Subhi, Filsafat Etika ; Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intusionalis

Islam, (Jakarta : Serambi, 2001), 310 72 Ibn Miskawaih, h. 94-96

Page 45: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

33

kewajiban untuk mengajarkan dasar-dasar pengetahuan dan pergaulan.

Pengetahuan yang paling penting bagi anak kecil adalah pengetahuan

syariat, sebab itu adalah kewajiban guna menerima kebijaksanaan dan

mencari keutamaan dan kebahagiaan.

Demikianlah arah dan orientasi tujuan pendidikan akhlak Ibnu

Miskawaih yang berusaha mewujudkan peserta didik yang berbudi

pekerti susila dan punya ilmu pengetahuan yang memadai, sehingga

akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat secara sempurna.

Disamping itu yang patut dibanggakan dalam pendidikan akhlak Ibnu

Miskawaih adalah juga berorientasi untuk membentuk manusia yang

berkepribadian utama atau manusia yang berkepribadian muslim atau

insan kamil, sehingga orientasi pendidikan akhlak bersesuaian dengan

formulasi rumusan tujuan pendidikan Islam.

C. Metode Mujahadah dan Riyadhah

Di kalangan para sâlikîn atau pengamal tarikat, istilah mujâhadah

dan riyâdhah dikenal sebagai metode. Mujâhadah menurut bahasa artinya

bersungguh-sungguh agar sampai kepada tujuan.6 Secara lebih luas,

mujâhadah adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam memerangi

hawa nafsu (keinginankeinginan) serta segala macam ambisi pribadi supaya

jiwa menjadi suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa

saja yang bersifat suci, sehingga ia berhak memperoleh pelbagai

pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan kebesaran-Nya.

Dengan demikian, mujâhadah merupakan tindakan perlawanan

terhadap nafsu, sebagaimana usaha memerangi semua sifat dan perilaku

buruk yang ditimbulkan oleh nafsu amarahnya, yang lazim disebut

mujâhadah alnafs.7

Berkaitan dengan ini, Allah Swt. berfirman, “Dan mereka yang

mujâhadah /bersungguh-sungguh mencari Allah, maka sungguh kami

(Allah) akan menunjukkan jalan (Tarekat) kepada kamu.” (Q.S. [29]:49)

Page 46: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

34

Ujung dari keberhasilan mujâhadah adalah munculnya kebiasaan dari

seorang sâlikîn untuk menghiasi dirinya dengan dzikrullah sebagai cara

untuk membersihkan hatinya dan sebagai upaya untuk mencapai

musyahadah (merasakan adanya kehadiran Allah).8

Adapun riyâdhah artinya “latihan”. Maksudnya adalah latihan

rohaniah untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan

jasad (badan). Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan

pembersihan atau pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah,

kemudian menghiasi jiwanya dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan

berakhlak mulia. Pekerjaan yang termasuk kedalam amalan riyâdhah adalah

mengurangi makan, mengurangi tidur untuk salat malam, menghindari

ucapan yang tidak berguna, dan berkhalwat yaitu menjauhi pergaulan

dengan orang banyak diisi dengan ibadah, agar bisa terhindar dari perbuatan

dosa.9

Tujuan riyâdhah bagi seorang sufi adalah untuk mengontrol diri,

baik jiwanya maupun badannya, agar roh tetap suci.10 Karena itu, riyâdhah

haruslah dilakukan secara sungguhsungguh dan penuh dengan kerelaan.

Riyâdhah yang dilakukan dengan kesungguhan dapat menjaga seorang

sâlikîn dari berbuat kesalahan, baik terhadap manusia ataupun makhluk

lainnya, terutama terhadap Allah Swt. Dan bagi seorang sufi riyâdhah

merupakan sarana untuk mengantarkan dirinya lebih lanjut pada tingkat

kesempurnaan, yaitu mencapai hakekat.11

Mujâhadah dan riyâdhah yang dilakukan oleh sâlikin secara

sungguh-sungguh akan mendatangkan cahaya di dalam kalbu mereka.

Dengan kesungguhan ber-mujâhadah dan berriyâdhah, Allah akan

menumbuhkan rasa manisnya amal ibadah di hati para sâlikin, sehingga

mereka semakin tekun beribadah. Mereka benar-benar akan merasakan

nikmatnya salat, puasa, zikir, dan ketaatan lainnya. Dan akhirnya Allah akan

Page 47: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

35

menumbuhkan dalam kalbu mereka sifat-sifat terpuji, seperti ikhlas,

tuma’ninah, sabar, jujur, istiqamah dan selalu gemar beribadah.

Bagi mereka yang sudah bersungguh-sungguh melakukan

mujâhadah dalam ibadahnya, biasanya akan menerima nur dari Allah yang

datang ke hatinya, sehingga hati itu mengalami keadaan (hâl) yang

bermacam-macam. Ada yang merasakan keresahan dan ketakutan yang

sangat kepada Allah, atau rasa cinta yang besar kepada Allah, atau

munculnya rasa kasih sayang kepada semua makhluk Allah, atau

menimbulkan gairah menegakkan agama Allah, dan bahkan ada yang

mendapatkan kasyf (tersingkapnya rahasia batin) atau musyâhadah.

Dalam suatu hadits Qudsi, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Senatiasa hamba-Ku tetap berupaya mendekatkan diri kepada-Ku dengan

amalamal sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,

maka Aku adalah pendengarannya yang dipakainya untuk mendengar, dan

penglihatannya yang dipakai olehnya untuk melihat serta tangannya yang

dipakainya untuk menggenggam”.12 Bagi para sâlikin, hadits qudsi di atas

sering dijadikan rujukan dalam beribadah secara sungguh-sungguh. Tak

heran, jika ahli ahli tarikat sering kali dicirikan sebagai orang yang

keterlaluan dalam menjalankan mujâhadah.

Namun demikian, Islam adalah agama pertengahan dan

penyeimbang. Rasulullah Saw. sendiri mengajarkan umatnya agar berlaku

pertengahan dalam menjalankan ibadah dan tidak ekstrim. Beliau bersabda:

“Aku berpuasa dan berbuka, makan daging dan juga menggauli istri-istriku.

Maka barang siapa tidak menyukai sunahku, dia tidak termasuk

golonganku.”13 Sebagaimana dikatakan di atas, mujâhadah dan riyâdhah

yang diamalkan oleh para sâlikîn merupakan latihan rohaniah dalam rangka

menyucikan jiwa (tazkiyyatun nafs), agar hati diliputi nur Ilahiah,

tersingkapnya rahasia batin (mukâsyafah), merasakan nikmat dan lezatnya

Page 48: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

36

beribadah. Ini merupakan keadaan (hâl) bagi para sâlikîn dalam

mendekatkan dirinya kepada Allah Swt.

Pencapaian tersebut tidak lepas dari jalan (tharîq) yang harus mereka

lalui. Karena syariat bagaikan pohon, tarekat bagaikan cabang, makrifat

bagaikan daun, dan hakekat bagaikan buah”, demikian ungkap As-Syekh

Abdul Qadir Jaelani.14 Dalam menempuh jalan, diumpamakan cabang

tersebut terdiri dari beberapa tingkatan (maqâmât) yang harus ditempuh satu

demi satu, dan memerlukan waktu yang panjang dan berat, mereka akan

mengalami berbagai keadaan batin yang disebut dengan ahwal. Jadi,

maqâmât dan ahwâl merupakan tahap-tahap yang lazim dilalui oleh para

sâlik menuju tujuan puncaknya, yaitu mencapai ma`rifatullâh (buah).

D. Model Pendidikan Karakter

1. Pengertian Model Pendidikan Akhlak

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang dipergunakan

sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sesuatu yang berurutan

mewujudkan suatu proses seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan

media, metode maupun evaluasi. 73 Sedangkan pendidikan akhlak

merupakan sub atau bagian pokok dari materi pendidikan agama yang

merupakan proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia ke dalam peserta

didik sehingga nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam pola pikir (mindset),

ucapan dan perbuatannya, serta dalam interaksinya dengan Tuhan, manusia,

serta lingkungan alam.74

Maka dilihat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Model

pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai bentuk pendidikan yang

tergambar dari awal hingga akhir yang disajikan secara khas oleh sekolah

73 Amirullah Syarbini, Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga, hlm. 7 74 Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu Isu Kontemporer tentang Pendidikan

Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 209

Page 49: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

37

mengenai pendidikan akhlak. Di dalamnya terkandung strategi pencapaian

kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik.

Dari pengertian tersebut diketahui bahwa model mencakup beberapa

hal, yang terangkum dalam strategi yang dilaksanakan, dan menjadi

pedoman, yang mana model tersebut digunakan sebagai petunjuk oleh guru

dalam operasionalnya dari awal hingga akhir dalam mendidik sehingga

menjadi kekhasan tersendiri. Dengan demikian, model pendidikan akhlak

tidaklah monolitik dalam pengertian harus menjadi nama bagi suatu sistem

di lembaga, melainkan terintegrasi38 dalam berbagai mata pelajaran atau

kegiatan sekolah.

Merespon sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan

akhlak dan budi pekerti, sebagaimana dipaparkan dalam “Pendidkan

karaker Islami“ terutama melalui dua mata pelajaran Pendidikan agama dan

Pendidikan Kewarganegaraan, telah diupayakan inovasiinovasi

pendidikan, berikut ini inovasi-inovasi tersebut:

1) Pendidikan akhlak dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata

pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam

substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang memfasilitasi dipraktiknya nilainilai dalam setiap

aktifitas di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran

2) Pendidikan akhlak juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan

pembinaan peserta didik

3) Pendidikan akhlak dilaksanakan melalui kegiatan pengolahan semua urusan

disekolah yang melibatkan semua warga sekolah.75

Dari bentuk inovasi di atas yang paling penting dan langsung

bersentuhan dengan aktifitas pembelajaran sehari-hari adalah

pengintegrasian pendidikan akhlak atau karakter dalam proses

75 Marzuki, Pendidikan Karakter Islami, (Jakarta : Amzah 2015), Hlm 115

Page 50: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

38

pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan akhlak melalui proses

pembelajaran semua mata pelajaran di sekolah sekarang menjadi salah satu

model yang banyak ditetapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma

bahwa semua guru adalah pendidik akhlak, semua mata pelajaran juga

diasumsikan memiliki misi dalam membentuk akhlak mulia peserta didik.

Disamping model ini ada juga model subjeck matter dalam bentuk

mata pelajaran sendiri, yaitu menjadikan pendidikan akhlak sebagai mata

pelajaran tersendiri sehingga memerlukan adanya rumusan tersendiri

mengenai standar isi, standar kompetensi, kompetensi dasar, silabus, RPP,

bahan ajar serta srategi pembelajaran dan penilaian.76 Model ini tidaklah

mudah dan akan menambah beban peserta didik yang sudah diberi sekian

banyak mata pelajaran. Oleh karena itu, model pendidikan akhlak dalam

mata pelajaran dinilai lebih efektif dan efisien disbanding dengan model

sebjeck matter.

2. Implementasi Model Pendidikan Akhlak

Untuk merumuskan model pendidikan akhlak sebagaimana dalam buku

yang berjudul “model pendidikan karakter dalam keluarga” dapat dijelaskan

bahwa pendidikan akhlak meliputi: tujuan, pendidik, peserta didik, materi,

metode, alat, progam, dan evaluasi.

1) Tujuan

Tujuan sangat penting di dalam aktivitas pendidikan, karena

merupakan arah yang hendak di capai. Tujuan pendidikan akhlak adalah

sasaran atau hasil akhir yang ingin dicapai melalui proses pendidikan akhlak

dalam sekolah. Adapun besar atau kecil dan ruang lingkup yang ingin

dicapai hasil pendidikan itu ditentukan dan dibatasi oleh klasifikasi

76 Marzuki, Pendidikan Karakter Islami,,Hlm 116

Page 51: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

39

tujuannya. Oleh karena itu tujuan dan model ini dibagi menjadi dua

kategori, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Secara khusus tujuan pendidikan akhlak adalah sebagai

pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan

perilaku anak didik agar mereka mampu menjalani kehidupan secara

selaras, serasi, seimbang (lahir-batin, materialspiritual, individu-sosial).

Melalui pendidikan akhlak peserta didik diharapkan mampu memahami

nilai-nilai positif atau terpuji dan menginternalisasikannya dalam perilaku

kehidupan sehari-hari.77 Sedangkan secara umum tujuan pendidikan akhlak

adalah untuk membina anakanak agar menjadi pribadi yang taat pada Allah

dan rosulnya, berbakti kepada orang tua dan bermanfaat bagi masyarakat

serta berguna bagi agama dan bangsa.

2) Pendidik

Peserta didik atau Anak didik adalah orang yang menerima

pengetahuan dan bimbingan dalam melaksanakan amal ibadahnya, dengan

memusatkan segala perhatian dan usahanya ke arah itu, melepas segala

kemauannya dengan menggantungkan diri dan nasibnya kepada iradah

Allah.

Untuk memperoleh keberhasilan dalam proses pendidikan

diperlukan persyaratan dan adab sopan santun yang harus dilaksanakan

selama masa pendidikan dibawah bimbingan pendidik. Dan juga harus

menyerahkan diri sepenuhnya kepada pendidik serta tunduk dan rela dengan

tata tertib yang ada.78

77 Amirullah Syarbini, Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga, Hlm 99 78 Nur Uhbiyati, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: FITK Walisongo, 2012),

Hlm 139.

Page 52: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

40

3) Peserta Didik

Yang dimaksud pendidik disini adalah orang dewasa yang

bertanggung-jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik

dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya

dan mamu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di

permukaan bumi, sebagai makhluk social dan sebagai individu yang

sanggup berdiri sendiri.

Sebagaimana tersirat dalam pengertian pendidik, maka didalamnya

tersirat pula mengenai tugas pendidik Di antaranya adalah (1) Membimbing

peserta didik dalam mencari pengenalan terhadap kebutuhan ilmu,

kesanggupan, bakat, minat bagi peserta didiknya. (2) Menciptakan situasi

untuk pendidikan, agar dalam proses pendidikan bias berjalan dengan lancer

(3) berkompeten dalam bidang ilmu pengetahuan yang diperlukan.

Pengetahuan ini jangan hanya sekedar diketahui tetapi juga diamalkan dan

diyakininya sendiri, karena kedudukan pendidik adalah pihak yang lebih

dalam situasi pendidikan.79

4) Materi

Materi adalah sekumpulan pesan, pengetahuan, informasi,

pengalaman dan nilai-nilai akhlak yang akan diberikan kepada peserta didik.

Materi tersebut dibagi menjadi dua sebagaimana prioritasnya materi pokok

dan materi penunjang. Materi pokok seperti Akidah-akhlak, fiqih, Sejarah

Islam, Qur’an dan Hadits. Kemudian materi penunjang seperti tambahan

kegiatan ekstrakulikuler rohani islamiyah, kegiatan amaliyah harian.

5) Metode

Metode adalah semua cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai

untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan akhlak, metode yang biasa

79 Nur Uhbiyati, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan Islam, Hlm 142

Page 53: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

41

diterapkana dalam rangka pembentukan atau pembinaan akhlak siswa

disekolah Di antaranya adalah:

a) Metode Internalisasi

b) Melalui mata pelajaran tersendiri dan terintegrasi ke dalam

semua mata pelajaran

c) Melalui kegiatan diluar mata pelajaran yaitu pembiasaan-

pembiasaan dan pengembangan diri.

d) Melalui metode keteladanan (uswah hasanah)

e) Melalui nasihat-nasihat dan memberi perhatian

f) Metode reward dan punishment.80

6) Alat

Alat adalah segala sesuatu yang digunakan oleh pelaksana

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan dengan demikian alat

mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu berjalannya

sebuah pendidikan. Baik alat tersebut yang bersifat visual, audio, maupun

audio visual.81

Karena berhasil dan tidaknya pedidikan akhlak dipengaruhi oleh

seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan. Apabila timbul

permasalahan di dalam pendidikan maka suatu lembaga harus dapat

mengklarifikasikan masalah yang dihadapi kedalam faktor-faktor yang ada.

Terutama dari segi alat pendukung melalui sarana dan prasarana pendidikan

yang memadai.

7) Program

Progam adalah segala bentuk kegiatan usaha yang dilakukan dalam

menanamkan karakter pada diri anak. Progam ini dapat dilakukan melalui

pengajaran, pemotivasian, peneladanan, pembiasaan, dan penegakan aturan.

80 Marzuki, Pendidikan Karakter Islami,,Hlm 113 81 Nur Uhbiyati, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 198

Page 54: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

42

8) Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian/pengukuran tingkat keberhasilan anak

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah progam. Terkait

dengan keberhasilam siswa dalam membudayakan nilai-nilai akhlak mulia,

tentu bias dilakukan evaluasi dalam bentuk penilaian oleh guru. Dalam

pendidikan akhlak penilaian harus dilakukan dengan baik dan benar.

Penilaian tidak hanya menyangkut pencapaian kognitif peserta didik tetapi

juga pencapaian afektif dan psikomotoriknya. Pada pendidikan akhlak lebih

ditekankan pada penilaian afektif dan psikomotoriknya mengingat

keberhasilan pendidikan akhlak dapat terlihat dari sikap dan perilaku peserta

didik.82

3. Model-model Pendidikan Akhlak

Ada berbagai model pendidikan akhlak dalam menciptakan suasana

religius di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:83

a) Model Struktural

Penciptaan Suasana religius yang disemangati oleh adanya

peraturan-peraturan, pembangunan kesan baik dari dunia luar atas

kepemimpina atau kebijakan suatu lembaga pendidikan atau suatu

organisasi. Model ini bersifat top-down yakni kegiatan prakarsa atau

intruksi dari pejabat/pimpinan atasan.

b) Model Formal

Penciptaan Suasana religius yang didasari atas pemahaman bahwa

pendidikan agama adalah upaya manusia untuk mengajarkan masalah-

masalah kehidupan akhirat atau ruhani saja. Model ini berimplikasi terhadap

pengembangan pendidikan agama yang lebih berorientasi kepada akhirat,

82 Marzuki, Pendidkan Karakter Islami,,Hlm 114 83 Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, hlm, 305

Page 55: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

43

sedangkan masalah dunia dianggap tidak penting. Model ini bersifat

normative, doktriner, dan absolutis.

c) Model Mekanik

Penciptaan Suasana religius yang didasari atas pemahaman bahwa

kehidupan terdiri atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai

penanaman dan pengembangan seperangkat kehidupan yang masing-

masing bergerak dan berjalan sesuai fungsinya. Masing-masing bergerak

bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-

elemen yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri. Model

ini berimplikasi pada pengembangan pendidikan agama yang menonjolkan

dimensi afektif. Dimensi kognitif dan psikomotor diarahkan untuk

pembinaan afektif (moral dan spiritual) yang berbeda dengan mata pelajaran

lainnya (kegiatan dan kajian-kajian keagamaan hanya untuk pendalaman

agama dan kegiatan spiritual).

d) Model Organik

Penciptaan Suasana religius yang disemangati oleh pandangan

bahwa pendidikan agama adalah kesatuan atau sebagai sistem yang

berusaha mengembangan pandandangan hidup agamis yang

dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup yang religius.

Model ini berimplikasi pada pengembangan pendidikan agama yang

dibangun dari fundamental doctrins dan fundamental value yang terdapat

dalam al-Qur’an dan al-sunnah shahih sebagai sumber pokok.84

84 Muhaimin, dkk.Paradigma Pendidikan Islam, hlm, 305-307

Page 56: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

44

E. Hasil penelitian yang relavan

1. Skripsi Muthoharoh (2014), dengan judul “Konsep Dan Strategi

Pendidikan Akhlak Menurut Ibnu Miskawaih Dalam Kitab Tahdzib Al-

Akhlak.” Dalam penelitian tersebut membahas segala konsep pendidikan

akhlak menurut Ibnu Miskawaih. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu

lebih melihat bagaimana pandangan pendidikan modern terhadap konsep

pendidikan modern.

2. Skripsi Siti Rohmah (2012), dengan judul “Relevansi Konsep Pendidikan

Islam Ibnu Khaldun Dengan Pendidikan Modern.” Penelitian yang

dilakukan oleh Siti Rohmah ini bertujuan untuk mengetahui relevansi

konsep pendidikan modern dengan konsep pendidikan modern. Perbedaan

dengan penelitian penulis yaitu, penulis meneliti konsep pendidikan Ibnu

Miskawaih sedangkan Siti Rohmah meneliti tentang konsep pendidikan

Ibnu Khaldun.

Page 57: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada dasarnya, setiap melakukan penelitian ilmiah untuk lebih terarah

diperlukan metode yang sesuai dengan objek yang diteliti, karena metode tersebut

berfungsi sebagai cara mengerjakan sesuatu dalam upaya agar kegiatan penelitian

dapat terlaksana secara rasional guna mencapai hasil optimal. Dengan adanya

metode dapat dijamin kemahiran seseorang dalam melakukan penelitian dan

penulisan.

Metode adalah strategi dalam penelitian ilmiah yang bertujuan untuk

meramalkan, dan menjelaskan gejala-gejala yang teramati guna mendapatkan

kebenaran yang diinginkan. 85 Sedangkan penelitian adalah usaha untuk

menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan yang

dilakukan dengan menggunakan metode.86 Metode penelitian menurut Sugiono

adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat

ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga

pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah.

Pada penelitian pustaka akan ditemukan suatu teori atau pendekatan baru

yang lebih akurat dan konprehensif (menyeluruh). Studi kepustakaanmenghasilkan

berupa teori dan bahan-bahan lain yang dijadikan landasan dan latar belakang yang

dapat mendasari dalam penulisan dan penelitian.87

Untuk terarahnya pembahasan maka perlu ditentukan tahaptahapan yang

digunakan dalam proses penyusunan skripsi ini. Tahaptahapan ini meliputi: jenis

dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data.

85 Muhammad Suban, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Jilid 1, (Bandung: Pustaka Setia,

2009), h. 10. 86 Sutrisnso Hadi, Metodologi Research, Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Affset, 2004), h. 4. 87 Rusdi Pohan, Penelitian Pendidikan, (Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah UIN Ar-raniry,

2005), h. 37.

Page 58: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah sebuah meode penelitian

yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang ada yang

masih terjadi sampai saat sekarang atau waktu yang lalu.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Library Research (Penelitian Perpustakaan). Penelitian perpustakaan

merupakan kegiatan mengamati berbagai literature yang berhubungan dengan

pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah, ataupun

tulisan yang sifatnya membantu, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman

penelitian. Menurut Kartono (1986:28) dalam buku Pengantar Metodologi

Penelitian Sosial mengemukakan bahwa tujuan penelitian perpustakaan

adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-

macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar

dan alat utama bagi praktek penelitian dilapangan.

Penggunaan pendekatan deskriptif dalam penelitian ini karena data

yang dikumpulkan berupa kata-kata (pemikiran tokoh Ibnu Miskawaih

tentangmetode pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawaih).Hal ini sesuai

dengan penggunaan Lexy J. Moeleong terhadap istilah deskriptif sebagai

karakteristik dari pendekatan kualitatif disebabkan semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap obyek yang sudah diteliti.88

Karena dalam penelitian ini peneliti menguraikan secara keseluruhan

tentang metode pendidikan akhlak dari pendapat Ibnu Miskawaih. Penelitian

kepustakaan merupakan teknik penelittian yang mengumpulkan data dan

informasi dengan berbagai macam materi yang terkandung dalam

kepustakaan, baik berupa buku, majalahjurnal dan beberapa tulisan yang

memiliki keterkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini.89

88 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013), h. 11. 89 P. Joko Subagyo, Metodoiogi Penelitian Dan Praktek, (Jakarta: RinekaCipta, 1991), h.

100.

Page 59: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

B. Objek dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek Penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pokok

permasalahan yang menjadi fokus penelitian.Dalam sebuah penelitian,

menemukan masalah adalah suatu keniscayaan bagi seorang peneliti.Tanpa

adanya masalah, penelitian tidak dapat dilaksanakan.Masalah harus

difikirkan serta dirumuskan secara jelas dan sederhana sebelum penelitian

dilakukan.

Dengan demikian, penelitian akan menjadi terfokus ketika masalah

yang menjadi objeknya terfikirkan secara cermat dan jelas. Terkait dengan

permasalahan ini, pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah

"Metode Pendidikan Akhlak menurut Ibnu Miskawaih".Oleh karena itu,

penelitian ini menjadikan Metode Pendidikan Akhlak sebagai objek

penelitian.Objek tersebut sekaligus menjadi sumber data primer bagi

penelitian skripsi ini.

2. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian merupakan suatu yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti, yakni yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. 90

Maksudnya ialah, seseorang atau sesuatu yang ingin diperoleh keterangan.

Bisa kita simpulkan subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme

yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data

penelitian.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah metode-metode pendidikan

yang dilakukan para pendidik di SDN Petir 3 dalam membangun karakter

siswa dan siswi. Maksud dari penelitian skripsi ini adalah sumber data

penelitian berupa data informasi yang bersumber langsung dari buku-buku

pendidikan dan pendidikan Islam atau kaiya-karya ilmiah lainnya yang

berkaitan dengan pembahasan penelitian untuk memecahkan (solving) pokok

permasalahan yang dihadapi.

90 Muhammad Nazir, Metode Penelitian ..., h. 79.

Page 60: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data (data collecting) dalam sebuah penelitianmerupakan

suatu keniscayaan dan bersifat esensial Pengumpulan data merupakan pekerjaan

peneliti yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian dan merupakan

faktor terpenting demi keberhasilan sebuah penelitian terkait cara pengumpulan

data, siapa sumbernya, dan alat apa saja yang digunakan. Berikut ini ada

beberapa teknik pengumpulan data yaitu: melalui observasi, dengan melakukan

telaahan terhadap berbagaireferensi yang relevan dengan focus penelitian, baik

berbentuk konsep, teori yang terdapat dalam buku-buku, internet dan lain-lain

yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yang tersedia, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan (das sein) yang diperoleh melalui penelitian

yang menjadi objek dan subjek penelitian untuk memperoleh data yang

sebenarnya (das sollen).91

Dalam hal ini yang menjadi das seinnya adalah metode-metode

pendidikan yang dilakukan para pendidik di SDN Petir 3 dalam membangun

karakter siswa dan siswi. Dan yang menjadi (das sollennya) adalah metode-

metode pendidikan akhlak yang ada dalam pendapat Ibnu Miskawaih.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Nasution, analisis data adalah proses penyusunan data agar

dapat ditafsirkan, yang berarti menggolongkan dalam suatu pola tertentu,

kemudian diinterpretasikan (menafsirkan) dalam arti memberi makna dan

mencari makna dan mencari hubungan berbagai konsep yang telah

dikumpulkan.92

Untuk menganalisis data-data tersebut maka penulis menggunakan

Metode Analisis Deskriptif.

Metode Deskriptif Analisis artinya setelah data terkumpul dan

didistribusikan sesuai dengan sistematika pembahasan kemudian diadakan

analisis. Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

91 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta(pTIjfeneka Cipta, 2002), h. 20. 92 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatifa&andung: Tarsito, 1992), h. 126

Page 61: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

manusia, suatu objek, susut kondisi, suatu sistem pemikiranataupun suatu kelas

penstiwa pada masa sekarang.93

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang ingin di analisis,

yaitu metodemetode pendidikan akhlak dan buku-buku Ibnu Miskawaih yang

telah diamati, kemudian akan diadakan analisis sesuai dengan sistematika

pembahasan.

Analisis data merupakan upaya untuk menelaah dan menata secara

sistematis data-data yang telah dikumpulkan.Dalam tahap ini data yang telah

dikumpulkan diorganisir, kemudian dianalisis dan dicari korelasinya, sehingga

menjadi satu kesatuan yang harmonis dan logis.Pada tahap selanjutnya hasil

analisis tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga konsep yang jelas untuk

kemudian disusun menjadi karyatulis yang dipahami.

Dalam hal ini penelitian data yang telah terkumpul kemudian dianalisis

satu persatu dengan menggunakan pola pikir deduktif, induktif, dan komperatif.

Pola pikir deduktif adalah cara pikir yang berangkat dari masalah-masalah yang

sifatnya umum kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya khusus. Kemudian

pola pikir induktif yaitu cara berpikir yang titik tolak dari hal-hal yang sifatnya

khusus ditarik kemudian ditarik suatu kesimpulan umum. Selanjutnya, pola pikir

komperatif yaitu penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan

melalui analisis tentang hubungan sebab akibat, yaitu menyelidiki faktor-faktor

tertentu yang berhubungan dengan kondisi atau fenomena yang diteliti,

kemudian dibandingkan dengan yang lain.94

Dalam hal ini peneliti akan melihat fenomena metode pendidikan akhlak

yang ada di SDN Petir 3 dalam membentuk karakter siswa siswi yang akan

peneliti kaitkan dengan nilai-nilai pendidikan dan pendidikan agama Islam,

dimana penelitian ini akan menganalisis relevansi metode pendidikan akhlak

yang ada di SDN Petir 3 dengan metode pendidikan akhlak Ibnu Miskwaih

Adapun teknik penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

"Panduan Akademik dan Penulisan Skripsi Tahun 2017".

93 Muhammad Nazir, Metode ….,h. 63 94 Sustrisno Hadi, Metodologi..., h. 4.

Page 62: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Metode Pendidikan Ibnu Miskawaih

Metodologi pendidikan dapat diartikan sebagai cara-cara yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, yaitu

perubahan-perubahan kepada keadaaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Perubahan yang demikian dianggap sangatlah serius oleh Ibnu Miskawaih

untuk menyempurnakan akhlak yang tidak stabil pada diri manusia. Jalan

yang ditempuh oleh Ibnu Miskawaih bersifat mengetahui Sang Pencipta.

Dengan demikian, metode ini terkait dengan perubahan atau

perbaikan. Jika sasarannya adalah perbaikan akhlak, maka metode

pendidikan di sini berkaitan dengan metode pendidikan akhlak. Dalam

kaitan ini Ibn Miskawaish berpendirian bahwa masalah perbaikan akhlak

bukanlah merupakan bawaan atau warisan, karena jika demikian

keadaannya tidak diperlukan adanya pendidikan. Ibn Miskawaih

berpendirian bahwa akhlak seseorang dapat diusahakan atau menerima

perubahan yang di usahakan, jika demikian halnya, maka usaha-usaha untuk

mengubahnya diperlukan adanya car-cara yang efektif yang selanjutnya

dikenal dengan istilah metodologi.

Metodologi perbaikan akhlak di sini dapat diberi pengertian sebagai

metode mencapai akhlak yang baik, dan metode memperbaiki akhlak yang

buruk. Walaupun demikian, pembahasannya disatukan karena antara satu

dengan yang lainnya saling melengkapi dan tidak dipisahkan secara ketat.

Semua pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah dianggap

sebagai cermin bagi dirinya. Oleh karena itu, ilmu yang dijadikan oleh Allah

SWT. hendaknya dipakai untuk hal-hal yang membawa ke jalan lurus. Hal

ini bertujuan agar sandaran yang dipakai tidak menyeleweng dari agama.

Page 63: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

Pengalaman yang di dapati seseorang menjadikan dia sebuah cermin yang

digunakan sebagai tolak ukur patokan dimana dia mengetahui apa yang

dialaminya.

Adanya kemauan yang keras dalam diri seseorang untuk belajar

terus-menerus membuat manusia itu memperoleh keutamaan terutama

memperoleh derajat Di antara orang-orang yang berilmu pengetahuan.

Seperti pernah dikemukakan sebelumnya, Ibn Miskawaih berpendapat

bahwa usaha mendapat kebahagiaan (asset 'adat) tidak dapat dilakukan

sendiri, tetapi harus bersama atas dasar saling menolong dan saling

melengkapi. Kondisi demikian akan tercipta apabila sesama manusia saling

mencintai.

Setiap pribadi merasa bahwa kesempumaan dirinya akan terwujud

karena kesempumaan yang lainnya. Jika tidak demikian, maka kebahagiaan

tidak dapat dicapai dengan sempurna. Atas dasar itu, maka setiap individu

mendapati posisi sebagai salah satu anggota dari seluruh anggota badan.

Manusia menjadi kuat dikarenakan kesempumaan anggota-anggota

badannya. Selanjutnya Ibn Miskawaih berpendapat, bahwa sebagai

makhluk sosial, manusia memerlukan kondisi yang baik dari luar dirinya.95

Selanjutnya ia menyatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah orang

yang berbuat baik terhadap keluarga dan orangorang yang masih ada ikatan

dengannya mulai dari saudara, anak, atau orang yang masih ada

hubungannya dengan saudara atau anak, kerabat, keturunan, rekan,

tetangga, kawan atau kekasih.96

95 Menurutnya karena binatang dapat hidup tanpa perlu bantuan orang lain, maka manusia

demikian halnya. Lihat Ibn Miskawaih, Al-Fauz al-Ashghar, op. cit,.h. 55-56. 96 Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq, op. cit, h. 44

Page 64: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

Selanjutnya Ibn Miskawaih berpendapat bahwa salah satu tabiat

manusia adalah memelihara diri. Karena itu manusia selalu berusaha untuk

memperolehnya bersama dengan makhluk sejenisnya.97

Di antara cara untuk mencapainya adalah dengan sering bertemu.

Manfaat dari hasil pertemuan di antaranya adalah akan memperkuat akidah

yang benar dan kestabilan cinta kasih sesamanya. Upaya untuk ini, antara

lain dengan melaksanakan kewajiban syari'at Shalat Jum'at, shalat

berjama'ah, shalat hari raya, dan haji menurut Ibn Miskawaih merupakan

isyarat bagi adanya kewajiban untuk saling bertemu, sekurang-kurangnya

satu minggu sekali. Pertemuan ini bukan saja dengan orang-orang yang

berada dalam lingkungan terdekat, tetapi sampai pada tingkat yang paling

jauh.98

Untuk mencapai keadaan lingkungan yang demikian itu, menurut

Ibn Miskawaih terkait dengan politik pemerintahan. Kepala negara berikut

aparatnya mempunyai kewajiban untuk menciptakannya. Karena itu, Ibn

Miskawaih berpendapat bahwa agama dan Negara ibarat dua saudara yang

saling melengkapi. Satu dengan yang lainnya saling menyempurnakan.

Cinta kasih kepala negara (pemimpin) terhadap rakyatnya semisal cinta

kasih orang tua terhadap anakanaknya.99

Terhadap pemimpin demikian, rakyat wajib mencintainya semisal

cinta anak terhadap orang tuanya. Selanjutnya bagaimana dengan

lingkungan pendidikan yang merupakan pokok bahasan pada bagian ini.

Selama ini dikenal adanya tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat. Ibn Miskawaih secara eksplisit tidak

membicarakan ketiga masalah tersebut. Ibn Miskawaih membicarakan

lingkungan pendidikan dengan cara yang bersifat umum. Yaitu dengan

membicarakan lingkungan masyarakat pada umumnya, mulai dari

97 Ibid.,h. 128. 98 Ibid., h. 128-129 99 Ibid.,h. 132.

Page 65: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

lingkungan sekolah yang menyangkut hubungan guru dan murid,

lingkungan pemerintahan yang menyangkut hubungan rakyat dengan

pemimpinnya, sampai lingkungan rumah tangga yang meliputi hubungan

orang tua dengan anak dan anggota lingkungan lainnya. Keseluruhan

lingkungan ini satu dan lainnya secara akumulatif berpengaruh terhadap

terciptanya lingkungan pendidikan.

Terdapat beberapa metode yang diajukan Ibn Miskawaih dalam

mencapai akhlak yang baik. Pertama, adanya kemauan yang sungguh-

sungguh untuk berlatih terus-menerus dan menahan diri (al- ladat wa al-

jihad) untuk memperoleh keutamaan dan kesopanan yang sebenamya sesuai

dengan keutamaan jiwa. Latihan ini terutama diarahkan agar manusia tidak

memperturutkan kemauan jiwa al-syahwaniyyat dan alghadabiyyat. Karena

kedua jiwa ini sangat tekait dengan alat tubuh, maka wujud latihan dan

menahan diri dapat dilakukan antara lain dengan tidak makan dan tidak

minum yang membawa kerusakan tubuh, atau dengan melakukan puasa.

Apabila kemalasan muncul, maka latihan yang patut dilakukan antara lain

adalah bekerja yang di dalamnya mengandung unsur yang berat, seperti

mengerjakan shalat yang lima, atau melakukan sebagian pekerjaan baik

yang di dalamnya mengandung unsur yang melelahkan. Latihan yang

sungguh-sungguh semacam ini diumpamakan oleh Ibn Miskawaih seperti

kesiapan raja sebelum berhadapan dengan musuh. Kesiapan dimaksud

mengadung pengertian harus dilakukan secara dini, terus-menerus dan tidak

menggagu waktu. Metode semacam ini ditemui pula dalam karya etika para

filosofi lain seperti halnya yang dilakukan Imam al-Ghazali, Ibn Arabi dan

Ibn Sina. Metode semacam ini termasuk metode yang paling efektif untuk

memperoleh keutamaan jiwa.

Kedua dengan menjadikan semua pengetahuan dan pengalaman

orang lain sebagi cermin bagi dirinya. Adapaun pengetahuan dan

pengalamn yang dimaksud dengan pemyataan ini adalah pengetahuan dan

pengelaman berkenaan dengan hokum-hukum akhlak yang berlaku bagi

Page 66: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

sebab munculnya kebaikan dan keburukan bagi manusia. Dengan cara ini

seseorang tidak akan hanyut ke dalam perbuatan yang tidak baik, karena ia

bercermin kepada perdalaman buruk dan akibatnya yang dialami orang lain.

Manakala ia mengukur kejelekan atau keburukan orang lain, ia

kemungkinan mencurigai dirinya, bahwa dirinya juga sedikit banyak

memiliki kekurangan seperti orang tersebut, Ialu menyelediki dirinya.

dengan demikian, maka setiap malam dan siang ai akan selalu meninjau

kembali semua perbuatannya, sehingga tidak satu pun perbuatannya

terhindar dari perhatiannya.

B. Metode Pendidikan Akhlak di SDN Petir 3

Model pendidikan akhlak di SDN Petir 3 Kota Tangerang terkonsep

dalam komponen-komponen pendidikan akhlak, sebagai berikut :

1. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan Pendidikan Akhlak di SDN Petir 3, termaktub dalam Visi

dan Misi Sekolah tersebut. Yaitu :

SDN PETIR 3

VISI

“Membentuk Karakter Siswa/I Yang Berakhlakul Karimah,

Cerdas, Disiplin Dan Peduli Terhadap Lingkungan.”

MISI

1) Melaksanakan Serta Menghayati Ajaran Agama

2) Melaksanakan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan

Menyenangkan (Paikem) Dengan Mengoptimalkan Potensi Siswa

Dan Profesionalisme Guru

3) Meningkatkan Disiplin Warga Sekolah

4) Memotivasi Siswa Untuk Berprestasi Dalam Ilmu Pengetahuan

5) Menumbuhkembangkan Rasa Cinta Kebersihan, Keindahan,

Keamanan, Kesehatan Dan Kekeluargaan

6) Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Sebagai Salah Satu Sarana

Dan Media Pembelajaran

7) Menggalakkan Program Hemat Energi

Page 67: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

2. Materi Pendidikan Akhlak

Materi pendidikan akhlak yang diberikan di sekolah berupa

pengetahuan dan perbuatan. Dalam pemberian ilmu pengetahuan materi

yang diberikan adalah buku kurikulum 2013 edisi revisi 2018 dari kelas 1

hingga kelas 6.

Dalam buku tersebut banyak memuat tentang pendidikan akhlak,

mulai dari kisah-kisah Nabi dan Rasul, asmaul husna dan sifat-sifat yang

harus di miliki oleh pelajar saat ini.

Sedangkan dalam pemberian materi pendidikan akhlak melalui

perbuatan ialah guru menjadi suri tauladan siswa. Contohnya dalam cara

berpakaian yang rapih serta akhlak yang baik. Dan juga dalam berinteraksi

dengan siswa. Tidak memberikan hukuman yang berat serta memberikan

sanksi social jika siswa melakukan pelanggaran yang berat.

3. Program Pendidikan Akhlak

Dalam program pendidikan akhlak sekolah SDN Petir 3 ada yang

harian, mingguan dan tahunan. Untuk harian siswa di wajibkan mengikuti

tata tertib siswa SDN Petir 3. Contohnya, siswa wajib datang ke sekolah 10

menit sebelum pelajaran dimulai, siswa wajib memakai seragam sekolah

lengkap, siswa melakukan piket sekolah, siswa wajib menjaga lingkungan

sekolah agar selalu bersih.

Untuk program mingguannnya dilakukan pada saat upacara hari

senin, siswa wajib memakai seragam yang sesuai dan atribut lengkap (Topi,

Dasi, Rompi, Ikat Pinggang, Kaus Kaki putih dan Sepatu hitam). Dan

program pendidikan akhlaknya juga dilakukan pada saat hari jumat, karena

ada kegiatan tadarus bersama-sama baik murid maupun guru. Siswa

Page 68: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

membawa juz ‘amma, kemudian dilanjutkan dengan melakukan sholat dhuha

berjamaah.

Sedangkan untuk program pendidikan akhlak tahunan biasanya siswa

ada kegiatan islami. Seperti isra’ mi’raj, mauled nabi, dan juga hari sampah

seduni. Itu semua dilakukan untuk mendidikan akhlak siswa agar lebih

disiplin, islami dan mencintai lingkungan.

4. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk mendidik siswa agar akhlaknya

terbangun adalah banyak di tempel slogan-slogan untuk mengingatkan siswa

di sekolah. Di antaranya, slogan 5 S, slogan menjaga lingkungan, slogan

berpakaian rapih, slogan menhemat listrik.

5. Metode Pendidikan Akhlak

Metode yang dilakukan untuk membangun akhlak siswa adalah

dengan cara pembiasaan, reward dan punishment. Pembiasaan disini

dilakukan setiap hari pada saat KBM ataupun diluar KBM. Pada saat KBM

metode agar akhlak siswa terbangun adalah dengan pembelajaran yang aktif,

tidak terpaku dengan guru. Dan juga murid dibiasakan pada saat KBM

dengan tidak berbicara yang tidak baik, contohnya nyeletuk sembarangan

dan tidak ada isinya.

Pada saat diluar KBM siswa dibiasakan untuk mengikuti tata tertib

sekolah, contohnya tadi memakai seragam yang sesuai dengan atribut yang

lengkap. Contoh lainnya dengan mencontohkan membuang sampah pada

tempatnya. Karena SDN Petir 3 adalah sekolah adiwiyata tingkat nasional

pada tahun 2019. Jadi siswa diminta untuk membawa tempat makan dan

minum dari rumah untuk keperluan makan mereka, sehingga di sekolah

siswa tidak banyak membuang sampah.

Page 69: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

Reward dalam metode pendidikan akhlak sudah tentu memberikan

nilai keterampilan yang lebih tinggi jika siswa tersebut bersifat baik. Selain

itu juga reward yang diberikan bisa penunjukkan siswa tersebut sebagai duta

kebersihan di sekolah ataupun menjadi dokter cilik di sekolah.

Metode punishment yang dilakukan adalah dengan cara memberikan

siswa tersebut hukuman yang sesuai apabila melakukan tindakan yang

kurang baik di sekolah. Contohnya pada saat itu siswa melakukan upacara

dan hukuman yang diberikan adalah dengan meminta siswa untuk memungut

sampah yang ada di linhkungan sekolah.

6. Evaluasi Pendidikan Akhlak

Evaluasi dalam pendidikan akhlak dilakukan setiap hari, setiap

minggu, setaip semester ataupun setiap tahun ajaran baru. Dengan koordinasi

dengan guru kelas, guru bidang dan juga semua penduduk sekolah. Jika ada

siswa yang kelakuannya kelewat batas maka orang tuanya akan di panggil

dan di beri pengarahan.

Evaluasi juga dilakukan oleh guru kelas, para guru kelas biasanya

melakukan panggilan kepada siswa siswa yang sering membuat keributan di

dalam kelas. Kemudian memberikan punishment social.

C. Relevansi Konsep Metode Pendidikan Ibnu Miskawaih dengan Konsep

Pendidikan di SDN Petir 3

Dalam Islam masalah akhlak, termasuk masalah krusial. Selama 13

tahun periode Mekkah dimana turun ayatayat Makkiah terlihat konsen

nubuwwah terfokus pada masalah aqidah dan akhlak.100 Seperti perintah

untuk menghormati kedua orang tua, perintah untuk berkata yang baik dan

benar, untuk tidak saling menghasut, tidak mengghibah, tidak memfitnah,

100 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2008, hlm. 3.

Page 70: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

dan lain sebagainya. Karena begitu pentingnya masalah akhlak ini, nabi saw

bersabda;

“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang

baik”. (HR. Ahmad bin Hanbal).

Dalam hadis ini, nabi ingin mengatakan bahwa tujuan diturunkan

wahyu yang disampaikan melalui dirinya adalah untuk mendidik manusia

agar berakhlak mulia. Atau dalam pandangan Nurkhalis Madjid, berfungsi

mengarahkan manusia untuk menjadi makhluk moral, yakni mahkluk yang

bertanggungjawab sepenuhnya atas segala perbuatan yang dipilihnya

dengan sadar, yang saleh maupun yang jahat.101

Ibnu Miskawaih memberikan pengertian khuluq sebagai keadaan

jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa

dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya.

“Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong seorang untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan”.102

Pengertian akhlak menurut Ibnu Miskawaih diatas sejalan dengan

pengertian yang disampaikan oleh Imam alGhazali, dimana ia mengatakan

akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-

macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa pemikiran dan

pertimbangan.

“Khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa

pemikiran dan pertimbangan”.103

Point penting dari definisi akhlak Ibnu Miskawaih dan al-Ghazali

tersebut adalah kata “tanpa pemikiran dan pertimbangan” yang ini berarti

101 Nurkhalis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, hlm. 6 102 Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak, Beirut,Libanon: Darul Kutub Al-ilmiah, 1985, hlm

25. 103 Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, jilid 3, Kairo: Dar al-Hadits, 2004, hlm. 70.

Page 71: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

bahwa akhlak itu berhubungan dengan prilaku yang sudah menjadi

kebiasaan.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Aristoteles dalam

bukunya “Nicomachean Ethics”.

“Kebaikan moral (baca. Akhlak) dibentuk oleh kebiasaan. Ini juga

menunjukkan bahwa tidak ada kebajikan moral yang ditanamkan

pada manusia oleh alam, karena tidak ada sesuatu yang ada secara

alamiah dapat diubah oleh kebiasaan. Sebagai contoh, tidaklah

mungkin sebuah batu, yang memiliki sifat alamiah jika dilempar

akan jatuh ke bawah, dibiasakan untuk jatuh ke atas. Bahkan jika

seseorang melemparnya sepuluh ribu kali maka tetap saja batu akan

jatuh ke bawah.”104

Kebiasaan lahir dari suatu tindakan yang berulangkali dilakukan dan

sudah mendarah daging. Pada mulanya kebiasaan adalah suatu yang

diusahakan dan dipaksakan untuk dilakukan. Contohnya, dalam pendidikan

akhlak di SDN Petir 3 dilakukan pembiasaan yang dimulai dari dating ke

sekolah hingga pulang sekolah. Di antaranya, melakukan 5S setiap pagi.

Guru setiap pagi mulai pukul 06.15 WIB sudah berdiri di depan

gerbang untuk menyambut siswa, mulai dari memeriksa kerapihan siswa

dan juga salam kepada siswa. Lanjut dikelas, siswa dibiasakan memulai

pembelajaran dengan berdoa, dilanjut dengan membaca juz 30.

Kebiasaan berawal dari pengetahuan akan sesuatu. Pengetahuan

didapatkan dari dua sumber yaitu dari pengalaman dan pendidikan.

Pengalaman didapatkan dari suatu perbuatan yang telah dilakukan, sehingga

yang bersangkutan sudah mengetahui seluk beluk perbuatan tersebut.

Dalam kebudayaan bangsa Indonesia, orang yang jatuh kedalam

kesalahan dan kegagalan yang sama akan dicap sebagai orang yang hina dan

104 Aristoteles, Nicomachean ethics, Terj. Embun Kenyowati, Bandung; Mizan, 2004,hlm

29

Page 72: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

bodoh. Karena dirinya tidak mampu belajar dari pengalaman yang sudah

dialaminya sendiri.

Sepertinya Ibnu Miskawaih percaya bahwa akhlak itu pada

keseluruhannya diperoleh dari pengalaman dan pedidikan. Ia terpengaruh

oleh faktor-faktor waktu, tempat, situasi dan kondisi masyarakat, adat,

tradisi, sistemnya, dan harapan-harapannya. Ia tidak terpelihara (ma’sum).

Dalam Tahdzib Ibnu Miskawaih mengatakan :

“Setiap karakter dapat berubah. Sedangkan apapun yang berubah

maka sifatnya tidak alami. Karena tidak ada yang bisa merubah

sesuatu yang alami. Tidak ada seorang pun yang bisa membuat batu

yang dilempar agar jatuh ke atas, tidak ke bawah.”105

Sedangkan pendidikan menurut Hasan Langgulung adalah suatu

proses yang bertujuan untuk menciptakan pola tingkah laku tertentu pada

anak-anak atau orang yang sedang dididik.106

John Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses

pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya

pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat

manusia biasa.107

Abuddin Nata berpendapat pendidikan adalah suatu usaha yang

didalamnya ada proses belajar untuk menumbuhkan atau menggali segenap

potensi fisik, psikis, bakat, minat, dan sebagainya yang dimiliki oleh para

manusia.108

Intinya, dalam pendidikan itu ada proses dan tahapan, dimana

membutuhkan waktu dan sistem. Sebenarnya pendapat dalam masalah

105 Ibnu Miskawaih, hlm. 28. 106 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Akhlak, Jakarta: PT. Pustaka al-Husna Baru,

2003, hlm. 1. 107 M. Arifin, Filsafat Penddikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, hlm. 1. 108 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Rajawali Pers, 2012,

hlm. 19

Page 73: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

pendidikan dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu golongan yang

menggunakan sudut internal, dan golongan yang menggunakan sudut

eksternal. Bagi golongan pertama, menganggap bahwa pengembangan

potensi manusia ditentukan oleh faktor hereditas, yaitu faktor pembawaan

yang bersifat kodrat dari kelahiran, yang tidak dapat dirubah oleh

lingkungan atau pengajaran dari luar. Gagasan ini diperkenalkan oleh

Sokrates. Misalnya, ia berkata , bahwa; “saya ini bukanlah seorang guru,

melainkan seorang bidan”. Tugas bidan hanya mengeluarkan janin yang

sebenarnya sudah ada dan berbentuk, bukan merubah dan menciptakan

janin. Selanjutnya gagasan sudut internal ini dikembangkan oleh Arthur

Schopenhauer (1788-1860) dengan aliran nativismenya.109

Jika dilihat, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional juga cenderung mengikuti aliran nativisme ini. Disebutkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.110

Sedangkan golongan sudut eksternal adalah kebalikan dari golongan

sudut internal dimana mereka menganggap bahwa pengembangan potensi

manusia harus dipelajari dan tidak bersifat kodrati, bawaan sejak lahir.

Diasumsikan proses pendidikan, bahwa peserta didik adalah gelas kosong,

atau kertas putih, atau dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang yang

akan membentuknya. Golongan ini diikuti oleh Aritoteles dan mayoritas

ahli pendidikan modern.111

Terkait dua golongan ini, nampaknya Ibnu Miskawaih berada pada

posisi tengah antara golongan sudut internal dan eksternal, dimana dalam

109 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, hlm. 30 110 www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf , di akses pada (15 Januari 2020). 111 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat.., hlm. 32

Page 74: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

salah satu penjelasannya ia membagi manusia menjadi tiga golongan, yaitu;

Pertama, golongan yang baik menurut tabi‟atnya. Jika orang baik menurut

tabi‟atnya, maka ia tidak bisa berubah menjadi orang jahat. Kedua,

Manusia yang jahat menurut tabi‟atnya. Mereka akan sulit merubahnya,

karena merupakan bawaan. Kedua golongan ini merupakan hal yang jarang

terjadi. Terjadi tapi mungkin hanya kepada orang-orang tertentu. Yang

Ketiga adalah Golongan yang dapat menjadi baik dan menjadi jahat, hal itu

terjadi karena faktor lingkungan atau faktor pendidikan yang ia terima. Ini

adalah mayoritas dari manusia dan fungsi pendidikan akhlak adalah untuk

membimbing golongan ini.112

Sedangkan pengertian pendidikan akhlak atau pembinaan akhlak,

menurut Ibnu Miskawaih adalah :

“Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang difokuskan untuk

mengarahkan tingkah laku manusia agar menjadi baik (sebagaimana

yang akan saya sampaikan)”.113

Point penting dari defenisi pendidikan akhlak menurut Ibnu

Miskawaih adalah mengarahkan tingkah laku manusia. Tingkah laku

manusia menurutnya ada 2 (baik) yaitu baik dan buruk. Tingkah laku yang

baik adalah tingkah laku yang sesuai dengan esensi manusia diciptakan,

karena menurutnya manusia mempunyai kecenderungan untuk menyukai

kebaikan dari pada keburukan. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan

dalam hadis Nabi saw, yaitu:

“Tidak seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah,

maka kedua ibu bapaknyalah yang membuatnya menjadi Yahudi,

atau Nashrani atau bahkan Majusi.”114

Naluri manusia untuk melakukan kebaikan dapat dilihat ketika

orang melihat suatu musibah besar yang menimpa suatu tempat, misal, dala

112 Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak...,hlm. 12-13. 113 Ibnu Miskawaih, hlm. 30 114 Imam Muslim bin al-Hajjaj, Shohih Muslim, Bairut: Daar Ihya alMaktab al-Arabiyah,

jil. 4, 1985, hlm. 2047.

Page 75: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

pendidikan akhlak di SDN petir 3 siswa biasanya diminta untuk

memberikan uang takziyah jika ada orang tua temannya yang meninggal

dunia. Maka terlihat semua siswa, baik yang terkenal kebaikannya maupun

yang terkenal keburukannya. Mereka menaruh belas kasihan, ikut berduka,

dan bahkan mencoba mengulurkan tangan membantu dengan pelbagai

upaya. Tetapi Di antara semua orang yang ikut merasa iba, ada sebagian

yang hanya cukup sebatas iba saja, dan sebagian lagi dengan kesadaran

tergugah hatinya untuk ikut menolong.

Relevansi metode pendidikan akhlak Ibn Miskawaih dengan yang

terjadi di SDN Petir 3 masih sangat relavan. Karena Ibn masih banyak

kesamaan yang terjadi antara kedua metode tersebut. Di SDN Petir 3 masih

mengutamakan metode pembiasaan, begitu juga Ibn Miskwaih yang yakin

bahwa akhlak seseorang masih bisa diubah. Melalui pelatihan dan

pembiasaan sehari-hari.

Page 76: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ibnu Miskawaih memiliki nama lengkap Ahmad bin Muhammad

bin Ya’qub bin Miskawaih, Abu Ali, seorang pengkaji dan sejarawan. Ada

pula yang memanggilnya hanya dengan Miskawaih (tanpa Ibnu). Ia

dilahirkan di kota Ray (Iran) pada tahun 932 M/320 H. Menetap di Isfahan

dan meninggal dunia di kota ini pada tahun 421 H/1030 M.

Ia menekuni bidang kimia, filsafat, dan logika untuk masa yang

cukup lama. Banyak penulis berpendapat bahwa Ibnu Miskawaih adalah

seorang Syi'i. Pendapat tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa sebagian

besar hidupnya dihabiskan untuk mengabdi kepada pemerintah Dinasti

Buwaihi (salah satu kerajaan beraliran Syi'ah yang menggantikan posisi

Daulah Abbasiyah di Irak sekitar abad ke 10 -12 M).

Ibnu Miskawaih sangat tertarik kepada masalah sejarah, filsafat dan

etika. Pemikirannya dipengaruhi oleh pemikiran Plato, Aristoteles.

Pemikiran filsafatnya dapat dijumpai dalam bukunya al-Fauz al-Asghar.

Kendatipun disiplin ilmunya meliputi bahasa, sejarah dan filsafat, namun ia

lebih populer sebagai filosof akhlak (al-Falsafah al 'Amaliyah), ketimbang

sebagai filosof ketuhanan (al-Falsafah al-Nadzariyyah al-'Amaliyah).

Hal itu terbukti banyaknya karya-karya yang berbicara masalah

pendidikan, pengajaran, etika yang utama dan metode-metode yang baik

bagi semua masalah tersebut. Adapun karya-karyanya adalah Tajarih Al-

Umam, Ta’qub Al-Himam, Thaharat Al-Nafs, Adab Al-‘Arab wa Al-

Firs, Al-Fawz Al-Ashgar fi Ushul Al-Dinayat, Al-Fawz Al-Akbar (dalam

bidang etika), Kitab Al-Siasat, Mukhtar Al-Asy’ar, Nadim Al-Farid, Nuzhat

Page 77: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

65

Namah ‘Alaiy, Jawidan Khird, Tartib Al-Sa’adat, Al-Adwiyah Al-

Mufridah, Al-Asyribah dan Tahdzîb al-Akhlaq wa Tathîr al-A'raq

Pemikiran Ibnuu Miskawaih sangat dipengaruh oleh filsafat Yunani,

peradaban Pesia, ajaran syariat islam dan pengalaman pribadi. Walaupun

tidak ditemukan satupun yang mebahas secara khusus tentang pendidikan

karakter, namun dalam beberapa karyanya dinilai banyak berhubungan

dengan pendidikan. Ibnuu Miskawaih sendiri mengakui hakikat dan fungsi

dari pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian diri manusia

sehingga terbentuk manusia yang memiliki karakter terpuji.

Pemikiran Ibnu Miskawaih terkait pendidikan, tidak terlepas dari

pemikirannya mengenai manusia dan akhlak. Mengenai konsepnya tentang

manusia, Ibnu Miskawaih memandang bahwa manusia memiliki tiga daya,

yaitu daya bernafsu (an-Nafs al-Bahimiyat), daya berani (an-Nafs al-

Sabu’iyat) dan daya berpikir (an-Nafs al-Natiqah).

Mengenai akhlaq, menurutnya akhlaq merupakan suatu keadaan

jiwa. Keadaan jiwa ini yang membuat manusia berbuat tanpa berpikir atau

dipertimbangkan secara mendalam. Akhlaq dibagi menjadi dua, pertama

barsifat alamiah dan bertolak dari jiwa. Kedua, yang tercipta melalui

kebiasaan dan latihan. Pada mulanya, keadaan ini terjadi karena

dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian melalui praktik terus

menerus, menjadi karakter. Kedua watak tersebut menurut Ibnu Miskawaih

pada hakekatnya tidak alami, meskipun kita diciptakan dengan menerima

watak, akan tetapi watak tersebut dapat diusahakan melalui pendidikan dan

pengajaran. Ibnu Miskawaih menegaskan bahwa pendidikan akhlak

didasarkan atas doktrin jalan tengah. Menurutnya jalan tengah diartikan

sebagai keseimbangan, moderat, harmoni, utama, mulia atau posisi tengah

antara dua ekstrim baik dan buruk yang ada dalam jiwa manusia.

Pendidikan akhlak yang digagas pertama kali oleh Ibnu Miskawaih

memiliki urgensi nilai yang cukup signifikan, dalam hal ini, Ibnu

Page 78: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

66

Miskawaih menekankan pendidikan moral (moral education) bagi

pembangunan manusia. Karena sejatinya pembangunan manusia adalah

pembangunan jiwa dengan keutamaan (ahsan taqwîm) harus berbanding

lurus dengan kenikmatan jasmani, harta dan kekuasaan.

Kehidupan manusia bukanlah kehidupan zuhud dan penolakan,

melainkan kompromi dan penyesuaian antara tuntutan jasad dan ruh

(jasmani dan rohani). Orang bijak bukanlah orang yang meninggalkan

kenikmatan dunia sepenuhnya akan tetapi menghubungkannya dengan

kenikmatan spiritual dengan etika sebagai kontrolnya. Hal ini cukup relevan

jika kita jadikan acuan di era masa kini, agar kita tidak hanya mementingkan

kehidupan duniawi saja ataupun sebaiknya, melainkan kita harus

mengkombinasikan keduanya dan mengaturnya sedemikian rupa agar

segala yang kita kerjakan di dunia ini semata-mata hanyalah untuk

kehidupan akhirat kelak yang sifatnya lebih kekal.

Menurut penulis, konsep pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih dalam

metodenya masih sangat relevan dan dapat dijadikan acuan untuk

memperbaiki pendidikan etika zaman sekarang. Beberapa hal yang perlu

diterapkan dalam pendidikan sekarang Di antaranya: reorientasi ilmu

pengetahuan, menghidupkan dan mengembangkan tradisi pemikiran dalam

islam, system pendidikan yang terpadu, dan integrasi keilmuan.

B. Saran

Pemikiran konsep pendidikan akhlak Ibnuu Miskawaih ini cukup

relavan dengan dengan konsep pendidikan karakter di Indonesia.

Membangun manusia yang berkarakter islami tidak terlepas dari kajian-

kajian atau penelitian-penelitian para aktivis akademisi dalam menggali

suatu konsep yang digagas para pemikir islam pada masa lampau sehingga

bisa digunakan para era seperti sekarang ini.

Page 79: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

67

Berdasarkan simpulan dalam kajian ini dapat disarankan sebagai

berikut :

Pertama, keluarga perlu memberikan perhatian dalam membentuk

karakter anak dimulai dari anak masih dalam kandungan. Para calon orang

tua hendaknya sudah memberikan perhatian dalam menyiapkan karakter

anak dengan menjaga perilaku orang tua mulai dari ucapan, tingkah laku,

makanan yang dikonsumsi ibu berasal dari yang halal dan bergizi serta

pengamalan agama yang lebih baik. Demikian juga ketika anak sudah lahir

para orang tua juga tetap menanamkan nilai-nilai dengan contoh perilaku

orang tua sehari-hari dengan akhlak mulia.

Kedua, sekolah sebagai tempat kedua dari lingkungan keluarga juga

perlu menciptakan kondisi yang lebih baik dalam memberikan

pembentukan karakter peserta didik. Sekolah perlu menciptakan hubungan

yang dengan peserta didik dengan memperlakukan lemah lembut tetapi

tetap dalam kondisi disiplin kepada peserta didik. Sekolah memberikan

dorongan anak untuk tetap berkreasi tanpa ada tekanan dan memberikan

penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi sebaliknya bagi peserta

didik yang melanggar tata tertib sekolah perlu dikenakan sanksi yang dapat

memberikan pembelajaran supaya peserta didik mengerti bahwa apa yang

dilakukan tidak benar. Keteladanan guru perlu diciptakan karena gurulah

sebagai tokoh sentral yang setiap saat di sekolah menjadi perhatian peserta

didik sehingga perilaku guru mulai dari ucapan, penampilan selalu terjaga

dalam membentuk karakter peserta didik.

Ketiga, pendidikan karakter perlu juga keterlibatan semua

komponen bangsa dalam hal ini masyarakat dimana lingkungan anak

tersebut berada . Artinya perlu adanya peran dari masyarakat lingkungan,

media masa, dalam membentuk karakter anak sehingga semua komponen

bangsa ikut bertanggung jawab dalam membentuk karakter anak untuk bisa

Page 80: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

68

mandiri menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan

bangsanya.

Dengan demikian, diharapkan akan terciptanya pendidikan karakter

islami sesuai dengan konsep pendidikan akhlak Ibnuu Miskawaih dan juga

akan tercapainnya tujuan pendidikan islam. Khususnya di Indonesia yang

berbudi luhur ini.

Page 81: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qru’an, (Jakarta: Amzah,

2007)

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,

2006)

Amin, Ahmad. Dhuha al-Islam, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al- Misriyayyah,

1974), Juz 11

Amin, Ahmad. Kitab Akhlak,(Cairo: Dar Al-Kutubiyah)

Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet

ke II

Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, (Semarang : CV. Diponegoro,

2006)

Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, (Surakarta: Ziyad, 2009)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,

2004)

Fakhry, Majid. Etika Dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy, (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 1995)

Gholib, Achmad. 2017, Pendidikan Akhlak dalam Tatanan Masyarakat Islami,

Jakarta:Berkah FC

Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung : Mandar Maju,

1992)

Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global, (Jakarta: Grafindo, 2010)

Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Mendidik Siswa Menjadi Pintar

dan Baik, (Bandung: Nusa Media, 2008)

Maghfiroh, Muliatul. “Pendidikan Akhlak menurut kitab Tahzib Al-Akhlak karya

Ibnu Miskwaih”, Tadris, Vol. 11 nomor 2, Desember 2016

Magnis Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar : Masalah-Masalah Pokok Filsafat

Moral, (Yogyakarta : Kanasils, 1987)

Mahmud, Ali Abdul Halim. Tarbiyah al-Khuluqiyyah, (Gema Insani: Jakarta, 2004)

Page 82: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

70

Majidi, Busyairi. Konsep Penddikan Islam Para Filosof Muslim, (Yogyakarta : al-

Amin Press, 1997)

Maskawaih, Ibnu. Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Beirut : Mansyurah Dar

al- Maktabah al-Hayat, 1398 H), cet.II

Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Yusuf. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana

Prenada Media,2010)

Musa, M. Yusuf. Falsafat al-akhlak fi al-Islam, terjemahan, (Jakarta : Gaya Media

Pratama, 1963)

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam, (Bandung : Mizan, 1999)

Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. raja

Grafindo Persada, 2000)

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2012)

Nurhidayat, “Peran dan tantangan pendidikan agama islam di era global”, jurnal

pendidikan agama islam, Vol. 12, No. 1, juni 2015

Pendidikan adalah Senjata untuk Mengubah Dunia, dalam

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/05/21/panglima-tni-pendidikanadalah-

senjata-untuk mengubah-dunia, diakses tanggal 21 Mei 2014 Pukul 21:25 WIB

Philip K, Hitti. History of The Arabic, terj. Arab oleh Edward Jurji, dkk., (Beirut :

Dar al- Fikr, 1952)

Poerbakawatja, Soegarda. Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981)

Rozi, Fakrur. Model Pendidikan Karakter dan Moralitas Siswa di Sekolah Islam

Modern; Studi pada SMP Pondok Pesantren Selamat Kendal, (Semarang, IAIN

Walisongo, 2012)

Sa’diah, Khalimatus, “Kualitas pembeljaran al-qur’an dengan metode tartila”,

jurnal pendidikan agama islam, Vol. 2, nomor 2, November 2013

Shiddiqui, B.H. Maskawaih on The Purpose of Historiography dalam The Muslim

World, (USA, The Hartford Seminary Foundation, 1971)

Subhi, Ahmad Mahmud. Filsafat Etika ; Tanggapan Kaum Rasionalis dan

Intusionalis Islam, (Jakarta : Serambi, 2001)

Page 83: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

71

Syarbini, Amirullah. Buku Pintar Pendidikan Karakter; Panduan Lengkap

Mendidik karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah, (Jakarta: As@-Prima

Pustaka, 2012)

Syarief, M.M. Para Filosof of Muslim, (Bandung : Mizan, 1998)

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik,

(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007)

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1,

ayat (1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2011)

Wiyani, Novan Ardy. Membumikan Pendidikan Karakter di SD; Konsep, Praktik

dan Strategi, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT Mahmud Yunus Wa

Dzuriyyah, 2007)

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011)

Page 84: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Bimbingan Skripsi

Page 85: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

73

LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian

Page 86: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

74

LAMPIRAN 3 Surat Keterangan Penelitian

Page 87: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

75

LAMPIRAN 4 Surat Uji Referensi

Page 88: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

76

Page 89: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

77

Page 90: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

78

Page 91: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

79

Page 92: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

80

Page 93: KONSEP METODE PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pendidikan ibnu miskawaih masih relavan terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

81