Konsep Medis Ileus Obstruktif

37
A. Konsep Medis 1. Pengertian Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi yaitu : 1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

description

ileus

Transcript of Konsep Medis Ileus Obstruktif

A. Konsep Medis

1. Pengertian Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.Ada dua tipe obstruksi yaitu :1. Mekanis (Ileus Obstruktif)Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

2. EtiologiAdapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu:1. Mekanis : Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan abses.2. Fungsional : Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.

3. PatofisiologiPeristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.

4. Manifestasi Klinik 1. Nyeri tekan pada abdomen.2. Muntah.3. Konstipasi (sulit BAB).4. Distensi abdomen.5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus

5. Komplikasi1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

6. Pemeriksaan Diagnostik Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:1. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.2. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.3. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi

7. PenatalaksaanDasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.1. Obstruksi Usus HalusDekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium). Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.2. Obstruksi Usus BesarApabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.

Konsep Keperawatan

1. Pengkajian1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.2. Riwayat kesehatana. Keluhan utama . Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.b. Riwayat kesehatan sekarang Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus- menerus (menetap).R : Di daerah mana gejala dirasakanS : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10.T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan.c. Riwayat kesehatan masa laluPerlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.

3. Pemeriksaan a. Aktivitas/istirahatGejala :Kelelahan dan ngantuk.Tanda :Kesulitan ambulasib. SirkulasiGejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)c. EliminasiGejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan FlatusTanda :Perubahan warna urine dan fecesd. Makanan/cairanGejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah - pecah.Kulit buruk.e. Nyeri/KenyamananGejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekanf. PernapasanGejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,Tanda : Napas pendek dan dangkalg. Diagnostik Test Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus. Pemeriksaan simtologi Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi Leukosit: normal atausedikit meningkat Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ danClrendah Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batuempedu, volvulus, hernia) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.

2. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun yang dikaibatkan oleh tekanan intra lumen menurun3. konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akibat penyakit5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.6. Resiko Tinggi Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.

3. Rencana Intervensi Keperawatan

No.DxDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria EvaluasiIntervensiRasional

1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomenSetelah dilakukan tindakan Keperawatan 2 X 24 jam rasa nyeri teratasi atau terkontrol, dengan kriteria rasa nyeri teratasi atau terkontrol1. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan dengan adanya distensi abdomen1. Mengetahui kekuatan nyeri yang dirasakan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya guna mengatasi nyeri.

2. 2. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif2. Nyeri hebat yang dirasakan pasien akibat adanya distensi abdomen dapat menyebabkan peningkatan hasih TTV.

3. 3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler3. Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

4. 4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri4. Relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

5. 5. Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik pengalihan saat merasa nyeri hebat.5. Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

6. 6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik6. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

No.Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria EvaluasiIntervensiRasional

2Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun yang dikaibatkan oleh tekanan intra lumen menurun.Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam Pola nafas kembali efektif \Kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih dan tidak adanya dispneu Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

1. Observasi frekuensi/kedalaman pernafasan, nafas dangkal,distres pernafasan dapat mengakibatkan hivopentilasi/atelektasis

2. Auskultasi bunyi nafas, area yang menurun/tak ada bunyi nafas diduga atelektasis, sedangkan bunyi adventisius (mengi, ronki) menunjukkan kongesti.

3. Pertahankan posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru.

4. Kolaborasi dengan tim medis, Berikan oksigen

1. Kecepatan biasanya meningkat. Dispneu dan terjadi peningkatan kerja napas. Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas.

2. Bunyi napas menurun / tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap pendarahan. Ronkhi dan mnegi menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan.

3. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difus

4. Memaksimalakan Bernapas dan menurunkan kerja napas,

No.DxDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria EvaluasiIntervensiRasional

3konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam di harapkan pola eliminasi kembali normal.Kriteria hasil:Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU normal: 5-35 x/menit, tidak ada distensi abdomen.1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces1. Mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal.

2. 3. Auskultasi bising usus2. Mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus.

3. 4. Kaji adanya flatus3. Adanya flatus menunjukan perbaikan fungsi usus.

4. 5. Kaji adanya distensi abdomen4. Gangguan motilitas usus dapat menyebabkan akumulasi gas di dalam lumen usus sehingga terjadi distensi abdomen.

5. 6. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB5. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga serta untuk meningkatkan kerjasana antara perawat-pasien dan keluarga.

6. 7. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)6. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi

No.Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria EvaluasiIntervensiRasional

4 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akibat penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil.1. Jumlah jam tidur dalam batas normal1. Pola tidur,kualitas dalam batas normal1. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat1. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur

1. Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin menghalangi tidur, Mendengar aktif dapat membantu penyebab kesulitan tidur.

2. Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari

3. Evaluasi tingkat stress / orientasi sesuai perkemabangan hari demi hari.

4. Berikan bantuan tidur pada pasien seperti bantal, mandi sebelum tidur, dan bahan bacaan. Susu dan beberapa kudapan tinggi protein, seperti keju dan kacang mengandung L-trytophan, yang dapat mempermudah tidur. Higiene pribadi secara rutin dapat mempermudah tidur bagi sejumlah pasien.

5. Minta pasien untuk setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya.

6. Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi,nmusik tenang, relaksasi/ latihan napas

7. Beri pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan pola tidur normal pasien. Pantau dan catat reaksi yang tidak diharapkan.

1. Pengungkapan keluhan secara verbal dapat membantu menemukan penyebab kesulitan tidur.

2. Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur

3. Peningkatkan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas

4. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk, mepermudah pasien dalam tidur

5. Tindakan ini membantu mendeteksi adanya gejala perilaku yang berhubungan dengan tidur.

6. Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic.

7. Agen hipnotik memicu tidur, obat penenang menurunkan ansietas.

No.DxDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria EvaluasiIntervensiRasional

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 2 X 24 jam Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.Kriteria hasil :1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi. 2. Berat badan stabil. 3. Pasien tidak mengalami mual muntah.1. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas.1. Mempengaruhi pilihan intervensi.

2. 3. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.2. Menentukan kembalinya peristaltik ( biasanya dalam 2-4 hari ).

3. 4. Identifikasi kesukaan / ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C.3. Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet. Protein/vitamin C adalah kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.

4. 5. Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan berminyak.4. Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus halus, memerlukan evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendah serat.

5. 6. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin (Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet).5. Mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi.

No.DxDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria EvaluasiIntervensiRasional

7. Resiko Tinggi Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 2 X 24 jam Volume cairan seimbang.Kriteria hasil : a. Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.b. Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.1. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan.1. Tanda-tanda awal hemoragi usus atau pembentukan hematoma, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.

2. 3. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa.2. Memberi informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.

3. 4. Perhatikan adanya edema.3. Edema dapat terjadi kerena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein.

4. 5. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine, berat jenis,. Kalkulasi keeimbangan 24 jam, dan timbang berat badan setiap hari.4. Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.

5. 6. Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.

5. Perpindahan cairan dari ruang vaskuler menurunkan volume sirkulasi dan merusak perfusi ginjal.

7. Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT. tes pH sesuai indikasi. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering.

6. Haluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan eletrolit dan alkalosis metabolik dengan kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang berupaya untuk mengkompensasi. Hiperasiditas, ditunjukkan oleh pH kurang dari 5, menunjukkan pasien beresiko ulkus stres. Pengubahan posisi mencegah pembentukan magenstrase di lambung, yang dapat menyalurkan cairan gastrik dan udara melalui selang NGT kedalam duodenum.