Konsep Laba
description
Transcript of Konsep Laba
“ KONSEP LABA ”
KONSEP LABA
Laba dapat didekati secara sintaktis, yaitu melalui aturan-aturan yang mendefinisikannya; secara
sematis, yaitu melalui hubungan pada realitas ekonomi yang mendasari; atau secara pragmatis,
yaitu melalui penggunaannya oleh investor tanpa memperhatikan bagaimana hal itu diukur atau
apakah itu artinya.
PENDAHULUAN
Suatu pengetahuan atas pengukuran yang berbeda atas laba bersih perusahaan dapat berguna
untuk tujuan berbeda, tetapi ada pandangan bahwa terdapat manfaat dari penerimaan umum
konsep all-pervasive dari laba bersih untuk tujuan pelaporan eksternal.
Tujuan utama dari pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang
paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Tujuan yang lebih spesifik mencakup :
1. Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen
2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari
perusahaan atau pembagian dividen masa depan.
3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan
manajerial masa depan
KONSEP LABA PADA TINGKAT SINTAKTIK
SFAC 1 mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu
perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.
Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa untuk
model-model keputusan dari investor dan kreditor. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini belum terbukti
mempunyai keabsahan empiris. Bedford, di pihak lain, menegaskan bahwa pembaca laporan laba
harus menyadari bahwa arti laba akuntansi hanya dapat dimengerti dengan mengetahui
bagaimana laba diukur (operasionalisme). Yaitu, pembaca harus memahami operasi yang
digunakan oleh akuntan untuk menghasilkan jumlah laba.
Pendekatan Transaksi pada Pengukuran Laba
Pendekatan transaksi pada pengukuran laba adalah pendekatan lebih konvensional yang
digunakan oleh akuntan. Ini melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian aktiva dan
kewajiban hanya bila ini merupakan hasil dari transaksi. Istilah transaksi digunakan dalam
pengertian luas untuk mencakup baik transaksi internal maupun eksternal. Transaksi eksternal
berasal dari melakukan bisnis dengan pihak luar dan transfer aset atau kewajiban ke atau dari
perusahaan itu. Sedangkan transaksi internal berasal dari penggunaan atau konversi aset di dalam
perusahaan.
Sejauh penilaian pasar baru menggantikan penailaian masukan (biaya) apabila transaksi eksternal
terjadi, laba diakui apabila transaksi eksternal terjadi. Transaksi eksternal dapat menyebabkan
perubahan penilaian, tetapi hanya yang dihasilkan dari penggunaan atau konversi aset yang
biasanya dicatat. Apabila konversi terjadi, nilai aset lama biasanya ditransfer ke aset baru.
Karena itu, pendekatan transaksi siap memberi kemungkinan pada konsep pengakuan pada
waktu penjualan atau pertukaran dan pada konvensi biaya dalam akuntansi.
Manfaat utama dari pendekatan transaksi adalah :
1. Komponen laba bersih dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, seperti menurut produk
atau golongan pelanggan, untuk mendapatkan informasi yang lebih berguna bagi manajemen.
2. Laba yang berasal dari berbagai sumber seperti dari operasi dan dari penyebab eksternal
dapat dilaporkan secara terpisah sejauh hal itu dapat diukur
3. Hal itu memberikan dasar untuk menentukan jenis dan kuantitas aktiva dan kewajiban yang
ada pada akhir periode. Metode penilaian lain kemudian dapat diterapkan lebih mudah pada
persediaan ini.
4. Efisien bisnis mengharuskan pencatatan transaksi eksternal untuk alasan-alasan lain.
5. Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling berhubungan satu sama lain, yang
aandiasumsikan memungkinkan pemahaman yang lebih baik atas data yang mendasari.
Prosedur yang umum adalah mencatat pendapatan dan beban manakala muncul dari transaksi
eksternal. Masalah waktu dan penilaian ada dalam pencatatan setiap transaksi, tapi masalah
utamanya dipusatkan pada penandingan yang tepat beban pada pendapatan yang berkaitan
dengan yang dilaporkan dalam periode tertentu.
Pendekatan Aktivitas pada Pengukuran Laba
Pendekatan ini berpusat pada deskripsi aktivitas sebuah perusahaan, yang mana laba diasumsikan
akan timbul bila aktivitas-aktivitas atau kejadian-kejadian tertentu terjadi, tidak hanya sebagai
hasil dari transaksi spesifik. Sebagai contoh, laba aktivitas akan dicatat selama proses
perencanaan, pembelian, produksi, dan penjualan, termasuk selama proses penagihan.
Pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan transaksi karena hal itu dimulai dengan
transaksi sebagai dasar pengukuran. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa pendekatan
transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang mengukur suatu kejadian eksternal—yaitu
transaksi; sedangkan pendekatan aktivitas didasarkan pada konsep aktivitas dunia nyata dalam
pengertian yang lebih luas.
Salah satu manfaat yang diasumsikan dari pendekatan aktivitas adalah bahwa hal itu
memungkinkan pengukuran beberapa konsep yang berbeda dari laba, yang dapat digunakan
untuk tujuan berbeda. Efisiensi manajemen dapat diukur lebih baik jika komponen-komponen
laba diklasifikasikan sesuai dengan jenis operasi atau aktivitas yang berbeda yang harus lebih
atau kurang dikendalikan oleh manajemen. Selanjutnya klasifikasi komponen laba menurut jenis
operasi memungkinkan prediksi yang lebih baik karena pola perilaku yang berbeda dari jenis
aktivitas yang berbeda.
KONSEP LABA PADA TINGKAT SEMANTIK
Akuntan mengandalkan dua konsep ekonomi dalam mendefinisikan laba. Pertama, perubahan
dalam kesejahteraan, dan yang kedua yaitu maksimalisasi laba dalam kondisi-kondisi tertentu
dari pasar, permintaan produk, dan biaya masukan.
Laba sebagai suatu Pengukur Efisiensi
Operasi efisien dari sebuah perusahaan mempengaruhi baik aliran deviden saat ini maupun
penggunaan modal yang diinvestasikan untuk memberikan aliran dividen masa depan. Tujuan
mengukur efisiensi suatu perusahaan dicerminkan dalam SFAC 1 yang menyatakan bahwa
“Pelaporan Keuangan harus memberikan informasi tentang kinerja keuangan selama suatu
periode.”
Efisiensi memiliki interpretasi salah satunya merupakan kemampuan relatif untuk memdapatkan
keluaran maksimum dengan jumlah sumber daya tertentu, atau suatu kombinasi sumber daya
yang optimum bersama dengan permintaan tertentu akan produk (dan karenanya harga) guna
memungkinkan imbalan yang maksimum bagi pemilik. Namun, untuk membandingkan efisiensi
dari tahun ke tahun, diperlukan suatu dasar yang ideal atau beberapa dasar lain.
Jika laba bersih dibagi dengan modal yang diinvestasikan, maka hasilnya disebut tingkat imbalan
atas investasi. Imbalan ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih kepada pemegang saham
dengan ekuitas pemegang saham—yaitu tingkat imbalan investasi pemegang saham—atau
dengan membagi laba bersih ditambah bunga (sesudah pajak) dengan total kapitalisasi
perusahaan, termasuk utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham—yaitu tingkat imbalan
atas total ekuitas. Tingkat imbalan untuk tahun-tahun sebelumnya, tingkat imbalan yang
diperoleh perusahaan lain, suatu tingkat yang arbitrer, atau suatu tingkat yang ditentukan pasar
dapat digunakan sebagai stándar.
Dasar lain untuk membandingkan laba adalah total pendapatan dari periode bersangkutan.
Meskipun total pendapatan periode itu dapat diukur lebih akurat daripada modal yang
diinvestasikan, penggunaan total pendapatan sebagai dasar mempunyai beberapa kekurangan
nyata. Perbandingan laba bersih terhadap penjualan untuk beberapa tahun sah hanya jika
pemanfaatan kapasitas adalah sama setiap tahun atau jika kegagalan untuk memanfaatkan
kapasitas dipandang sebagai bagian dari inefisiensi manajemen. Perbandingan dengan
perusahaan lain bahkan lebih sulit dilakukan. Hanya bila perputaran modal sama untuk beberapa
perusahaan barulah rasio laba pada penjualan dapat diperbandingkan.
Laba Akuntansi lawan Laba Ekonomi
Penyusun dan pemakai informasi akuntansi berusaha selama bertahun-tahun untuk memberikan
kandungan ekonomi laba bersih. Tujuan utama dari upaya mereka adalah menetapkan hubungan
antara imbalan atas investasi dan tingkat imbalan internal.
Imbalan atas investasi (ROI) dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aset yang
digunakan pada harga pokok. Sedangkan tingkat pengembalian internal adalah tingkat yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari aset dengan harga
pokok dari aset tersebut.
Dari kedua persamaan tersebut, dapat dinyatakan bahwa :
Laba bersih akuntansi = Pendapatan – beban – penyusutan akuntansi
Laba bersih ekonomi = Pendapatan – beban – penyusutan ekonomi
Perbedaan angka berasal dari penggunaan metode penyusutan yang berbeda. Akuntan
menggunakan metode garis lurus, sedangkan ekonom menggunakan metode bunga.
Laba Banyak Orang
Terkait keadaan yang memiliki unsur ketidakpastian dalam hal menganalisis laba akuntansi dan
kaitannya dengan laba ekonomi, diperlukan usaha-usaha untuk menangani ketidakpastian
tersebut. Oleh karena itu, para peneliti telah membedakan satu kasus dimana pasar dinyatakan
sempurna dan lengkap. Dinyatakan secara lebih umum, pasar yang sempurna dan lengkap
memungkinkan kontrak-kontrak diadakan, dan dapat ditunjukkan angka laba bersih yang berarti,
yang harus dihitung.
KONSEP LABA PADA TINGKAT PRAGMATIK
Konsep pragmatik dari laba berkaitan dengan proses keputusan dari investor dan kreditor, reaksi
harga sekuritas dalam pasar yang teratur terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal
dari manajemen, dan reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan.
Laba Sebagai Alat Peramal
SFAC 1 menyatakan bahwa investor, kreditor, dan pihak lain berkepentingan dengan
menetapkan prospek arus kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk
membantu mereka mengevaluasi daya menghasilkan laba, meramalkan laba masa depan, atau
menetapkan risiko investasi atau memberi pinjaman kepada perusahaan. Jadi, ada hubungan
yang diasumsikan antara laba yang dilaporkan dan arus kas, termasuk kas yang dibagikan kepada
pemilik. Terdapat istilah indikator ikhtisar yaitu angka-angka spesifik yang disukai investor dan
pihak lain dalam menetapkan prospek perusahaan. Disebut indikator ikhtisar karena hal itu
tampak dimaksudkan untuk mengikhtisarkan keberhasilan atau kegagalan relatif dari suatu
perusahaan. Contoh dari indikator ikhtisar yaitu laba per saham.
Nilai sekarang dari sebuah perusahaan dan nilai selembar sahamnya dalam perusahaan itu
tergantung pada aliran distribusi masa depan yang diharapkan kepada pemegang saham.
Berdasarkan pengharapan ini, pemegang saham saat ini dapat memutuskan untuk menjual saham
itu atau terus menahannya. Bagi banyak perusahaan, prediksi laba diasumsikan lebih relevan
dalam meramalkan harga pasar masa depan saham daripada prediksi distribusi dividen jangka
pendek, dan distribusi jangka panjang yang diasumsikan tergantung pada faktor-faktor laba yang
ditahan dan pertumbuhan. Karena itu, harapan akan laba masa depan dipandang harus digunakan
oleh banyak investor sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi dividen masa depan, dan
perkiraan dividen merupakan faktor yang penting dalam menentukan nilai berjalan dari lembar-
lembar saham atau dari perusahaan secara keseluruhan.
Satu studi menyimpulkan bahwa nilai masa lalu dari laba akuntansi yang dihitung berdasarkan
biaya historis memberikan prediksi yang lebih baik atas nilai-nilai masa depan dari rangkaian
yang sama daripada nilai laba masa lalu yang dihitung berdasarkan biaya masa berjalan.
Laba adalah indikator arus kas masa depan dan bahwa nilai aset modal berkaitan dengan aliran
arus kas masa depan yang diharapkan, termasuk harga jual masa depan dari sekuritas tersebut.
Informasi mengenai keragaman aktivitas dari tahun ke tahun adalah relevan dalam evaluasi atas
resiko dan karenanya relevan dalam proses keputusan
Pengambilan Keputusan Manajerial
Laporan keuangan formal ditujukan tidak hanya untuk pemakai eksternal data akuntansi, tetapi
akuntan juga harus melengkapi manajemen dengan alat-alat dan bahan baku yang diperlukan
untuk pengendalian dan untuk keputusan yang baik.
Sejauh laba digunakan oleh manajemen untuk tujuan keputusan dan pengendalian, harus berhati-
hati untuk memastikan bahwa sifat arbitrer dari alokasi dan penandingan diminimisasikan atau
dinetralkan. Netralitas dicapai hanya jika keputusan-keputusan itu tidak dipengaruhi oleh
prosedur alokasi dan penandingan yang diterapkan dalam pengukuran laba. Jika hal ini tidak
dapat dihindarkan, laba tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk keputusan manajerial.
Pendekatan Pasar Modal
Beberapa studi empiris telah menyatakan bahwa laba per saham atau proyeksi laba per saham
yang dilaporkan tidak mempunyai dampak langsung pada harga pasar saham biasa.
Korelasi antara laba dan harga tidak sempurna. Sebagian dari tidak adanya korelasi yang
sempurna adalah bahwa harga menangkap seperangkat informasi yang lebih luas daripada hanya
laba akuntansi. Alasan lain untuk tidak adanya korelasi yang sempurna adalah bahwa beberapa
fluktuasi dalam laba akuntansi dihasilkan dari perubahan dalam aturan-aturan akuntansi yang
tidak mempunyai implikasi segera pada perekonomian.
Penyusunan suatu model penerapan laba memerlukan pemahaman tentang bagaimana laba
berperilaku sepanjang waktu, misalnya, perlu diketahui apa yang disebut properti seri-waktu,
yaitu properti statistik dari satu periode ke periode lain.
Pandangan Pendekatan Kontraktual dari Laba
Laba akuntansi yang dilaporkan telah menjadi dasar dari banyak hubungan hukum dan
kontraktual dalam masyarakat; sampai sejauh ini, hal itu mempunyai implikasi perilaku
sekalipun mungkin tidak mempunyai interpretasi semantik. Peranan yang dimainkan oleh laba
dalam kisar kontrak yang luas memberi banyak pandangan ke dalam cara laba dapat diperkirakan
untuk berlaku.
Kekuatan dari pendekatan kontraktual adalah bahwa hal itu tidak menuntut interpretasi semantik
dari perubahan akuntansi. Pendukung pendekatan itu menyatakan bahwa masyarakat dapat setuju
untuk bermain dengan aturan apapun yang dipilih tanpa memperhatikan apakah itu masuk akal
atau tidak.
APA YANG HARUS DIMASUKKAN DALAM LABA ?
Beberapa akuntan berpendapat bahwa angka yang disebut ”Laba bersih untuk periode itu” harus
mencakup semua kejadian ekonomi yang dicatat dan bahwa laba yang berasal dari sumber
spesifik harus diberi judul sepatutnya. Kontroversi ini menimbulkan dua konsep dasar laba-
konsep operasi kini dan konsep all-inclusive dan suatu posisi antara yang disyaratkan dalam
APB 30 dan SFAS 16.
Konsep Operasi Kini dari Laba
Konsep laba operasi kini (current operating concept of income) memusatkan pada pengukuran
efisiensi perusahaan bisnis. Istilah efisien berkaitan dengan pemanfaatan secara efektif sumber
daya perusahaan dalam mengoperasikan perusahaan dan menghasilkan laba.
Dalam menghitung laba, penekanan tertentu diletakkan pada istilah kini (masa berjalan) dan
operasi. Hanya perubahan nilai dan kejadian yang dapat dikendalikan oleh manajemen dan yang
dihasilkan dari periode berjalan yang harus dimasukkan. Akan tetapi, laporan ini harus
dikualifikasikan untuk menyertakan penggunaan faktor-faktor yang diperoleh dalam periode
sebelumnya. Keputusan periode berjalan melibatkan penggunaan dan kombinasi yang tepat dari
faktor ini. Perubahan yang harus dikeluarkan adalah yang benar-benar terjadi pada periode
sebelumnya, tapi belum diakui atau dicatat sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, peralatan
yang ditemukan menjadi usang dalam periode berjalan dapat mungkin telah usang dalam
periode-periode sebelumnya. Keputusan untuk menghentikan penggunaannya dalam periode
berjalan mungkin merupakan hasil dari manajemen yang efisien dan karena itu, ini bukan
merupakan kejadian operasi dari periode berjalan. Demikian pula, pengakuan kekeliruan dalam
perhitungan laba periode sebelumnya bukan merupakan refleksi dari efisiensi manajemen dalam
tahun berjalan.
Aspek kedua dari konsep ini adalah bahwa perubahan relevan hanya timbul dari operasi normal,
yang memungkinkan perbandingan yang lebih baik dengan operasi-operasi lain. Meskipun
aktivitas non operasi juga dipengaruhi oleh efisiensi manajerial, lebih sulit untuk mendapatkan
standar untuk mengukur hasil-hasil periode tersebut. Sedikitnya hasil-hasil operasi dan non
operasi harus dipisahkan.
Pendukung konsep operasi kini menyatakan bahwa laba bersih yang dilaporkan lebih berarti
untuk perbandingan antar periode dan antar perusahaan dan untuk membuat prediksi. Mereka
juga menyatakan bahwa, meski klasifikasi pos-pos operasi dan non operasi mungkin sulit,
akuntan yang terlatih berada pada posisi yang lebih baik untuk membuat klasifikasi ini daripada
pihak luar atau bukan akuntan. Harus ada pengungkapan penuh atas pos-pos bukan masa berjalan
dan bukan operasi, tetapi para analis keuangan dan sering pengguna lain dari data akuntansi
sering menenkankan satu angka untuk laba bersih untuk tahun itu. Jadi, dinyatakan bahwa, hanya
jika satu angka yang dikutip, laba bersih operasi masa berjalan lebih berguna sebagai ukuran
kinerja operasi masa berjalan.
Konsep Laba All-Inclusive (Laba Komprehensif)
Konsep laba all-inclusive didefinisikan sebagai total perubahan dalam modal yang diakui dengan
mencatat transaksi atau revaluasi perusahaan selama suatu periode tertentu, kecuali untuk
pembagian deviden dan transaksi modal. Ini merupakan konsep yang dirujuk oleh FASB sebagai
laba komprehensif. Laba komprehensif lebih luas dari laba bersih karena mencakup:
Perubahan tertentu yang lain dalam aktiva bersih (terutama keuntungan dan kerugian tertentu
yang ditahan) yang diakui dalam periode itu, seperti beberapa perubahan dalam nilai pasar
investasi dalam sekuritas ekuitas yang mudah dipasarkan yang diklasifikasi sebagai aktiva tak
lancar, beberapa perubahan dalam nilai pasar investasi yang mempunyai praktik akuntansi
khusus untuk sekuritas yang mudah dipasarkan, dan penyesuaian translasi valuta asing.
Laba bersih, di pihak lain, berisi pos-pos tertentu yang secara nyata bukan dari masa berjalan.
Secara spesifik, laba bersih (dan laba komprehensif) mencakup :
Pengaruh dari penyesuaian akuntansi tertentu dari periode-periode sebelumnya yang diakui
dalam periode tersebut, seperti contoh utama dalam praktek saat ini—pengaruh kumulatif
perubahan dalam prinsip akuntansi…
FASB memilih untuk menguraikan konsep laba yang mencerminkan hanya masa berjalan
dengan istilah penghasilan (earning). Dengan demikian, diperoleh hierarki berikut :
Penghasilan = Laba operasi kini + pos tak berulang
Laba bersih = Penghasilan + efek kumulatif perubahan prinsip akuntansi pada tahun-
tahun sebelumnya
Laba komprehensif = Laba bersih + penyesuaian kumulatif periode sebelumnya +
perubahan bukan pemilik dalam ekuitas yang tersisa
Pendukung konsep laba all-inclusive mengemukakan alasan berikut untuk pengukuran laba ini :
1. Laba bersih tahunan yang dilaporkan apabila ditambahkan bersama untuk keseluruhan
perusahaan, harus sama dengan total laba bersih perusahaan.
2. Peniadaan beban dan kredit tertentu dari penghitungan laba bersih memberi peluang
untuk memanipulasi atau perataan angka penghasilan tahunan.
3. Laporan rugi laba yang memasukkan semua beban dan kredit laba yang diakui selama
tahun itu dikatakan lebih mudah untuk disiapkan dan lebih mudah dimengerti pembaca.
4. Dengan pengungkapan penuh sifat perubahan laba selama tahun itu, pembaca laporan
keuangan dianggap lebih mampu membuat klasifikasi yang tepat untuk memperoleh
pengukuran laba yang tepat daripada akuntan dan manajemen, yang tidak
mengantisipasikan kebutuhan spesifik dari para pemakai.
5. Perbedaan antara beban dan kredit operasi dan non operasi belum jelas benar. Transaksi
yang diklasifikasikan sebagai operasi oleh suatu perusahaan dapat diklasifikasikan
sebagai bukan operasi oleh perusahaan lain.
Perbedaan utama antara konsep laba operasi kini dan all-inclusive adalah dalam tujuan yang
diasumsikan untuk pelaporan laba bersih.
Laba yang Berulang dan Tak Berulang
Angka laba bersih berdasarkan peristiwa-peristiwa berulang umumnya lebih berguna bagi
investor dalam meramalkan kemungkinan arus laba dan dividen masa depan. Kejadian non
operasi yang berulang adalah sama pentingnya dengan kejadian berulang yang asalnya dari
operasi normal. Namun, perbedaan antara operasi dan non operasi lebih bermanfaat untuk
mengukur efisiensi manajemen. Asumsi yang mendasari laporan ini adalah bahwa kejadian
operasi cenderung lebih dapat dikendalikan daripada kejadian non operasi.
Manfaat dari mengklasifikasikan beban dan kredit laba sebagai berulang dan tak berulang
didasarkan pada kegunaan yang meningkat dari angka laba bersih yang dihasilkan dalam
membuat prediksi oleh investor. Mungkin lebih sulit bagi pihak luar untuk membedakan antara
kejadian berulang dan tak berulang dibanding membedakan pos-pos operasi dan non operasi
Penyesuaian Periode Sebelumnya
Di Indonesia, terdapat PSAK yang mengatur terkait penyesuaian periode sebelumnya yaitu
PSAK 25 yang berjudul ‘’Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi, dan Kesalahan’’.
Mengikuti implikasi hipotesis pasar yang efisien, pengungkapan koreksi periode sebelumnya
mencukupi untuk menyertakan informasi itu dalam harga pasar. Tidak benar-benar menjadi
masalah apakah pos itu diungkapkan dalam laporan laba rugi atau dalam laporan laba ditahan. Di
pihak lain, dapat diperdebatkan bahwa, karena kemungkinan fiksasi fungsional pada angka laba
bersih, pos-pos tak lancar harus dikeluarkan jika hal itu dapat dilakukan secara obyektif tanpa
memungkinkan manipulasi laba yang dilaporkan.
Pos-Pos Luar Biasa
APB 30 mendefinisikan pos-pos luar biasa sebagai kejadian dan transaksi yang tidak sering (atau
tidak berulang dan tidak biasa atau tidak berkaitan dengan operasi normal).
Karena pos-pos tidak biasa yang memang terjadi dimasukkan dalam perhitungan laba bersih
sebelum pos luar biasa, pemilahan laba bersih ini tidak mencerminkan laba operasi kini.
Selanjutnya, karena kebanyakan pos yang tidak berulang tetapi bersifat normal tidak
diungkapkan secara terpisah, kemampuan untuk memenuhi tujuan prediktabilitas diperlemah.
Dalam PSAK No.1 Penyajian Laporan Keuangan Revisi 2013, penyajian pos-pos luar biasa
(extraordinary item) tidak diperkenankan lagi.
LABA BERSIH KEPADA SIAPA
Konsep Nilai Tambah dari Laba
Secara luas, adalah mungkin untuk memandang perusahaan sebagai mempunyai sejumlah besar
pengklaim atau pihak yang berkepentingan, termasuk tidak hanya pemilik dan investor lain,
tetapi juga karyawan dan tuan tanah dari properti yang disewa. Pandangan ini disebut
pendekatan nilai tambah.
Laba Bersih Perusahaan
Konsep laba bersih mempunyai manfaat dari sudut pandang pemisahan aspek keuangan
perusahaan dari operasi. Laba bersih pada perusahaan adalah suatu konsep operasi dari laba
bersih. Bunga pada pemegang utang dan laba pada pemegang saham bersifat keuangan.
Laba Bersih kepada Investor
Sesuai dengan konsep satuan usaha dari perusahaan bisnis, pemegang saham dan pemegang
utang jangka panjang keduanya dipandang sama sebagai investor dari modal permanen. Dalam
konsep satuan usaha, laba kepada investor mencakup bunga atas utang, deviden pada pemegang
saham preferen dan pemegang saham biasa, dan sisa yang tak dibagikan.
Laba Bersih kepada Pemegang Saham
Sudut pandang yang paling tradisional dan diterima dari laba bersih adalah bahwa hal itu
merupakan imbalan kepada pemilik perusahaan. Meskipun konsep ini mempunyai dasar yang
kuat dalam pendekatan kepemilikan, banyak pengarang menerapkannya pada pendekatan satuan
usaha dan menganggap laba akuntansi kepada satuan usaha merupakan kewajiban kepada
pemilik
Laba Bersih Kepada Pemegang Ekuitas Tersisa
Dalam suatu perusahaan yang menguntungkan dengan umur yang tak terbatas, pemegang ekuitas
tersisa adalah pemegang saham biasa atau investor yang dapat menjadi pemegang saham biasa
melalui konversi atau penggunaan hak-hak lain. Tetapi selalu ada kemungkinan bahwa melalui
reorganisasi, atau karena kegagalan dalam pembayaran klaim preferen, salah satu dari kelompok
investor lain-pemegang saham preferen atau pemegang obligasi-mungkin menjadi pemegang
saham tersisa.