konsep kesehatan kerja

10
2.2 Konsep Kesehatan Kerja 2.2.1 Prinsip dasar kesehatan kerja Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri. 2.2.2 Ruang lingkup kesehatan kerja Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun spikis dalam hal cara atau metode, proses dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk: 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

description

komunitas

Transcript of konsep kesehatan kerja

2.2 Konsep Kesehatan Kerja2.2.1 Prinsip dasar kesehatan kerjaUpaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.

2.2.2 Ruang lingkup kesehatan kerjaKesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun spikis dalam hal cara atau metode, proses dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk:1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.3. Memberi pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkunagn pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.2.3 Mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah sebagai berikuta. Pengenalan lingkungan kerja, dengan cara melihat dan mendengarb. Evaluasi lingkungan kerja Tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.c. Pengendalian lingkungan kerjaMengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat yang berbahaya dilingkungan kerja.1. Pengendalian lingkungana. Desain dan tata letak yang adekuatb. Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya2. Pengendalian perorangan, pengendalian alat pelindung peroranagn

2.2.4 Tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerjaSecara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990)1. Agar tenaga kerja dan setiap orangyang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat.2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

Kecelakaan kerjaMenurut peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaanadalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tiddak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.Penyebab kecelakaan kerja1. Penyebab dasara. Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologis, kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress dan motivasi yang tidak cukup atau salah.b. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan dan atau pengawasan, rekayasa, pembelia atau pengadaan barang, perawatan, alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahan-bahan, standar-standar kerja, serta penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.2. Penyebab langsunga. Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar unsafe condition), yaitu tindakan akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau memenuhi syarat; bahan dan peralatan yang rusak ; terlalu sesak atau sempit; sistem tanda peringatan yang kurang memadai; bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan; kerapian atau tata letak yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan laiinya); bising paparan radiasi; serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B.Sugengg, 2003).b. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar- unsafe act) yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk memberikan peringatan dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah ; menyebabkan alat-alat kesehatan tidak berfungsi; memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat yang rusak; menggunakan alat dengan cara yang salah; serta kegaggaln menggubakan alat pelindung.

2.2.5 Diagnosis spesifik penyakit akibat kerjaSecara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B. Sugeng, 2003)1. Anamnesis (wawancara) meliputi identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.2. Riwayat pekerjaana. Sejak pertama kali bekerjab. Kapan , bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain.c. Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerjaa. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilangb. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerjac. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data penyakit di perusahaan4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatana. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifikb. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinisc. Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedisa. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen parub. Pemeriksaan audiometric. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan yang memerlukan :a. Kerjasama dengan tenaga ahlii higiene perusahaanb. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang adac. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian laina. Sering kali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lamab. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat (kaitan dengan kompensasi)

2.2.6 Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit pada penyakit akibat kerja1. Peningkatan kesehatan Misalnya; pendidikan kesehatan, peningkatan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.2. Perlindungan khususMisal: imunisasai, higiene perorangan, sanitasi lingkungan serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepatMisalnya: diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.4. Membatasi kemungkinan cacatMisalnya: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan5. Pemulihan kesehatanMisalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kembali parapekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.

2.2.7 Fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerjaFungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut (Nasrul Effendy, 1998).Fungsi perawat1. Mengkaji masalah kesehatan2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja.3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawtan terhadap pekerja4. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukanTugas perawat1 Mengawasi lingkungan pekerja2 Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan3 Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja4 Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja5 Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan6 Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja7 Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja8 Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan keluarganya9 Membatu usaha penyelidikan kesehatan pekerja10 Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3

SUMBER :Efendi F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas (Teori dan Praktik Dalam Keperawatan). Jakarta: Salemba Medika