Konsep-Dasar-Penyakitaskepmely.doc
Transcript of Konsep-Dasar-Penyakitaskepmely.doc
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek
Liewollyn&Jones: 2002).
Hal serupa dikemukakan Murray, 2002 bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan
dengan pengeluaan hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
2. Epidemiologi
Data dari beberapa Negara memperkirakan bahwa antara 10 %dan 15% yang
terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering terjadi pada
wanita berusia diatas 30 tahun dan meningkat pada usia 35 tahun. Frekuensi
meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas: 6% kehamilan
pertama atau kedua berakhir dengan abortus; angka ini menjadi 16% pada kehamilan
ketiga dan seterusnya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami
abortus spontan (Derek Liewollyn&Jones, 2002).
3. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa etiologi yaitu :
A. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
a.Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b.Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c.Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alcohol
B. Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis, hipertensi, toksemia
gravidarum, anomaly plasenta.
C. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
D. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi
atau fetus papiraseus.
5. Klasifikasi
A. Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua
abortus.
Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a) Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks.
b) Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus.
c) Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
d) Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
e) Abortus servikalis : keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam
kanalis serviks uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding menipis
f) Missed Abortion : kematian janin sebelum usia 20 minggu, tetapi janin mati itu
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
g) Abortus habitualis : abortus yang berulang dengan frekuaensi lebih dari 3 kali
B. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa
bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics: Pengguguran kehamilan
dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa
maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit
jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
b) Abortus provocatus criminalis : pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang
sah dan dilarang oleh hukum.
6. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala abortus sebagai berikut :
a) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b) Keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
c) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
d) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Diagnosa Banding
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks.
Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya
sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai rasa mulas.
d) Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
e) Pemeriksaan kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih
berlangsung.
f) Pemeriksaan auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan kondisi
janin.
9. Penatalaksanaan
o Abortus Imminens
Penanganan abortus imminens meliputi :
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
o Abortus Insipiens
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
a) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
o Abortus lnkompletus
Penanganan abortus inkomplit :
a) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per
oral.
b) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
c) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
o Abortus Kompletus
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya
apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau
jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
o Abortus Servikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
o Missed Abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi
perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu
faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan
ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai
berikut:
a) Tidak enak badan.
b) Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan
suhu meningkat.
c) Sakit kepala dan penglihatan terasa kabur.
d) Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau
perdarahan terus-menerus.
Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi :
Lama kehamilan
Kapan terjadinya perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi
Karakterstik darah; merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lendir
Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas
serta pusing
e) Gejala-gejala hipovolemia seperti sinkop
f) Perasaan takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan.
g) Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan
suhu meningkat.
2. Diagnosa
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;
a. Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah
berlebih
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
d. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin
e. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri
berhubungan
dengan dilatasi
servik, trauma
jaringan dan
kontraksi uterus
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan pasien
dapat bertoleransi
terhadap nyeri yang
dialami dengan criteria
hasil;
Ibu dapat
mendemonstras
ikan teknik
relaksasi
Tanda-tanda
vital dalam
1. Tentukan sifat,
lokasi, dan durasi
nyeri. Kaji
kontraksi uterus
hemoragi atau
nyeri tekan
abdomen
2. Kaji stress
psikologis ibu
/pasangan dan
respon emosiol
terhadap kejadian
3. Berikan
1. Membantu
dalam
mendiagnosis dan
menentukan
tindakan yang
akan dilakukan.
ketidaknyamanan
dihubungkan
dengan aborsi
spontan dan
molahidatidosa
karena kontraksi
uterus yang
batas normal
Ibu tidak
meringis
lingkungan yang
tenang dan
aktivitas untuk
menurunkan rasa
nyeri.
Instruksikan
untuk
menggunakan
metode relaksasi,
misalnya; nafas
dalam, visualisasi
distraksi, dan
jelaskan prosedur.
Kolaborasi
4. Berikan
narkotik atau
sedatif berikut
obat-obat
praoperatif bila
prosedur
pembedahan
diindikasikan
5. Siapkan untuk
prosedur bedah
bila terdapat
indikasi
mungkin
diperberat oleh
infus oksitosin.
2. Ansietas
sebagai respon
terhadap situasi
darurat dapat
memperberat
ketidaknyamanan
karena sindrom
ketegangan,
ketakutan, dan
nyeri
3. Dapat
membantu dalam
menurunkan
tingkat ansietas
dan karenanya
mereduksi
ketidaknyamanan
4. Meningkatkan
kenyamanan,
menurunkan
resiko komplikasi
pembedahan
5. Tindakan
terhadap
penyimpangan
dasar akan
menghilangkan
nyeri.
2 Kurang volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
vascular dalam
jumlah berlebih
Setelah diberikan
asuhan keperwawatan
diharapkan pasien
dapat
mendemonstrasikan
kestabilan/ perbaikan
keseimbangan cairan
dengan criteria hasil:
Tanda-tanda vital
stabil
pengisian kafilari
refil <2 detik
pengeluaran dan
berat jenis urine
adekuat secara
individual
1. Evaluasi,
laporkan,serta
catat jumlah dan
sifat kehilangan
darah, lakukan
perhitungan
pembalut,
kemudian
timbang pembalut
2. Lakukan tirah
baring,
instruksikan
untuk
menghindari
valsava manuver
dan koitus
3. Posisikan
dengan tepat,
terlentang dengan
panggul
ditinggikanatau
posisi semi
fowler
4. Catat tanda-
tanda vital,
pengisian kapiler
pada dasar kuku,
warna membran
mukosa atau kulit
dan suhu. Ukur
tekanan vena
1. Perkiraan
kehilangan darah
membantu
membedakan
diagnosis. Setiap
gram peningkatan
berat pembalut
sama dengan
kehilangan kira-
kira 1 ml darah
2. perdarahan
dapat berhenti
dengan reduksi
aktivitas.
Peningkatan
tekanan abdomen
atau orgasme
dapat merangsang
perdarahan
3. Menjamin
keadekuatan darah
yang tersedia
untuk otak,
peninggian
panggul
menghindari
kompresi vena
kaya. Posisi
semifowler
memungkinkan
janin bertindak
sentral bila ada
5. Pantau
aktivitas uterus,
status janin dan
adanya nyeri
tekan pada
abdomen
6. Pantau
masukan/keluaran
cairan. Dapatkan
sample urine
setiap jam, ukur
berat jenis
7. Simpan
jaringan atau
hasil konsepsi
yang keluar
Kolaborasi:
8. Dapatkan
pemeriksaan
darah cepat; HDL
jenis dan
pencorakan
silang, titer Rh,
Kadar fibrinogen,
hitung trombosit,
APTT dan kadar
LCC
9. Pasang Kateter
10. Berikan
sebagai tampon
4. Membantu
menentukan
beratnya
kehilangan darah
meskipun sianosis
dan perubahan
pada tekanan
darah dan nadi
adalah tanda-tanda
lanjut dari
kehilangan
volume sirkulasi
5. Membantu
menentukan sifat
hemoragi dan
kemungkinan
akibat dari
peristiwa
hemoragi
6.Menentukan
luasnya
kehilangan cairan
dan menunjukkan
perfusi ginjal
7. Dokter perlu
mengevaluasi
kemungkinan
retensi jaringan,
pemeriksaan
hstologi mungkin
larutan intravena,
ekspander
plasma, darah
lengkap atau sel-
sel kemasan
sesuai indikasi
diperlukan.
8. Menentukan
jumlah darah yang
hilang dan dapat
memberikan
informasi
mengenai
penyebab harus
dipertahankan di
atas 30% untuk
mendukung
transpor oksigen
dan nutrien
9. Haluaran
kuarang dari
30ml/jam
menandakan
penurunan perfusi
ginjal dan
kemungkinan
terjadinya nekrosis
tubuler. Keluaran
yang tepat
ditentukan oleh
derajat defisit
individual dan
kecepatan
penggantian
10. meningkatkan
volume darah
sirkulasi dan
mengatasi gejala
syok.
3 Perubahan
perfusi jaringan
berhubungan
dengan
hipovolemia
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
pasien dapat
menunjukkan
perubahan perfusi
jaringan kembali
normal dengan criteria
hasil:
Tanda vital
dalam batas
normal
Hb dalam batas
normal
1. Perhatikan
status fisiologi
ibu, staus
sirkulasi dan
volume darah
2. Auskultasi dan
laporkan DJJ.
Catat bradikardi
atau takikardi.
Catat perubahan
pada aktivitas
janin
3. Catat
kehilangan darah
ibu karena adanya
kontraksi uteus
4. Anjurkan tirah
baring pada
posisi miring
Kolaborasi;
5.Berikan
suplemen oksigen
pada ibu.
Lakukan sesuai
indikasi
6. Ganti
kejilangan darah
ibu
1. Kejadian
perdarahan
berisiko merusak
hasil kehamilan.
Kemungkinan
menyebabkan
hipovolemia atau
hipoksia
uteroplasenta
2. Mengkaji
berlanjutnya
hioksia janin, pada
awalnya janin
berespon pada
penurunan kadar
oksigen dengan
takikardi dan
peningkatan
gerakan. Bila tetap
defisit, bradikardi
dan penurunan
aktivitas terjadi
3. Bila kontraksi
uterus disertai
dilatasi serviks,
tirah baring dan
medikasi mungkin
tidak efektif dalam
mempertahankan
7. Siapkan ibu
untuk intervensi
bedah dengan
tepat
kehamilan.
Kehilangan darah
ibu secara
berlebihan
menurunkan
perfusi plasenta
4. meningkatkan
ketersediaan
oksigen untuk
janin. Janin
mempunyai
beberapa
kepastian
perlengkapan
untuk mengatasi
hipoksia, dimana
disosiasi Hb janin
lebih cepat
daripada Hb
dewasa dan
jumlah eritrosit
janin lebih besar
dari dewasa,
sehingga kapasitas
oksigen yang
dibawa janin
meningkat.
5. Mengevaluasi
dengan
menggunakan
Doppler respon
DJJ terhadap
gerakan janin,
bermanfaat dalam
menentukan janin
apakah janin
dalam keadaan
asfiksia
6.
Mempertahankan
volume sirkulasi
yang adekuat
untuk transpor
oksigen.
Hemoragi
maternal
memengaruhi
tranpor oksigen
uteroplasenta
secara negatif,
menimbulkan
kemungkinan
kehilangan
kehamilan atau
memburuknya
status janin. Bila
penyimpanan
oksigen menetap,
janin akan
kehilangan tenaga
untuk melakukan
melanisme koping
dan kemungkinan
susunan saraf
pusat rusak/janin,
sehingga janin
dapat meninggal.
7. pembedahan
perlu dilakukan
bila terjadi
pelepasan plasenta
yang berat atau
bila perdarahan
berlebihan, terjadi
penyimpanan
oksigen janin dan
kelahiran melalui
vagia tidak
mungkin seperti
pada kasus
plasenta previa
tota dimana
pembedahan
mungkin perlu
diindikasikan
untuk
menyelamatkan
hidup janin.
4 Ketakutan
berhubungan
dengan ancaman
kematian pada
diri sendiri dan
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan cemas
teratasi dengan criteria
hasil:
1. Diskusikan
tentang situasi
dan pemahaman
tentang situasi
dengan ibu dan
1. Memberi
informasi tentang
reaksi individu
terhadap apa yang
terjadi
janin Ibu mendiskusikan
takut mengenai diri
janin dan masa depan
kehamilan, juga
mengenai ketakutan
yang sehat dan tidak
sehat
pasangan
2. Pantau respon
verbal dan
nonverbal ibu dan
pasangan
3. Dengarkan
masalah ibu
dengan seksama
4. Berikan
informasi dalam
bentuk verbal dan
tertulis serta beri
kesempatan klien
untuk
mengajukan
pertanyaan
5. Libatkan ibu
dalam
perencanaan dan
berpartisipasi
dalam perawatan
sebanyak
mungkin
6. Jelaskan
prosedur dan arti
gejala
2. Menandai
tingkat rasa takut
yang sedang
dialami ibu atau
pasangan
3. meningkatkan
rasa kontrol
terhadap situasi
dan memberikan
kesempatan pada
ibu untuk
mengembangkan
solusi sendiri
4. Pengetahuan
akan membantu
ibu untuk
mengatasi apa
yang sedang
terjadi dengan
lebih efektif.
Informasi
sebaiknya tertulis
agar nantinya
memungkinkan
ibu untuk
mengulang
informasi akibat
tingkat stress, ibu
mungkin tidak
dapat
mengasimilasi
informasi.
Jawaban yang
jujur dapat
meningkatkan
pemahaman
dengan lebih baik
serta menurunkan
rasa takut.
5. menjadi mampu
melakukan sesuatu
untuk membantu
mengontrol situasi
sehingga dapat
menurunkan rasa
takut.
6. Pengetahuan
dapat membantu
menurunkan rasa
takut dan
meningkatkan rasa
kontrol terhadap
situasi.
5 Risiko tinggi
terjadi infeksi
berhubungan
dengan
penahanan hasil
konsepsi,
tindakan invasif
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan pasien tidak
menunjukkan tidak
tejadi infeksi dengan
criteria hasil:
Tidak terdapat tanda-
tanda infeksi
Tanda vital dalam
1. Tinjau ulang
kondisi faktor
resiko yang ada
sebelumnya
2. Kaji terhadap
tanda dan gejala
infeksi
( misalnya
peningkatan
1. kondisi dasar
ibu; seperti DM
dan hemoragi
menimbulkan
potensial resiko
infeksi atau
penyembuhan luka
yang buruk.
Adanya proses
batas normal suhu, nadi,
jumlah sel darah
putih, atau bau/
warna secret
vagina
Kolaborasi
3. Lakukan
persiapan kulit
praoperatif, scrub
sesuai protocol
4. Dapatkan
kultur darah
vagina dan
plasenta sesuai
indikasi
5. Catat Hb dan
Ht catat perkiraan
kehilangan darah
selama prosedur
pembedahan
6. Berikan
antibiotik
spectrum luas
parenteral pada
praoperasi.
infeksi dapat
meningkatkan
resiko kontaminasi
janin
2. Pecah ketuban
terjadi 24 jam
sebelum
pembedahan dapat
mengakibatkan
korioamnionitis
sebelum intervensi
bedah dan dapat
mengubah
penyembuhan luka
3. Menurunkan
resiko kontaminan
kulit memasuki
insisi,
menurunkan
resiko infeksi
pasca operasi
4.Mengidentifikasi
organisme yang
menginfeksi dan
tingkat
keterlibatan.
5. Resiko infeksi
pasca perdarahan
serta
penyembuhan
lebih lama bila
kadar Hb rendah
dan kehilangan
darah berlebihan.
6. Antibiotik
profilaktik dapat
dipesankan untuk
mencegah
terjadinya proses
infeksi sebagai
pengobatan pada
infeksi yang
teridentifikasi
Daftar Pustaka
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Llewellynijones, Derek. 2001. Dasar – dasar Obstiteri dan Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
nersumjcomunity.files.wordpress.com/2009/03/abortus-makalah.doc