Konsep Dasar Penyakit Ileus Obstruktif

22
KONSEP DASAR PENYAKIT ILEUS OBSTRUKTIF A. Definisi Definisi Obstruksi Usus Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Tipe obstruksi usus terdiri dari : 1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses. 2. Neurogonik/fungsional (Ileus Paralitik) Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson. Menurut para ahlai ileus obtruktif adalah : Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus, dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional (Iin Inayah, 2004 : 202).

Transcript of Konsep Dasar Penyakit Ileus Obstruktif

KONSEP DASAR PENYAKIT ILEUS OBSTRUKTIFA. Definisi Definisi Obstruksi Usus Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.Tipe obstruksi usus terdiri dari : 1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses. 2. Neurogonik/fungsional (Ileus Paralitik) Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.Menurut para ahlai ileus obtruktif adalah : Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus, dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional (Iin Inayah, 2004 : 202). Ileus obstruktif terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi usus, bisa juga karena hambatan terhadap rangsangan saraf untuk terjadinya peristaltik atau karena adanya blockage (Barbara C. Long, 1996 : 242).Sehingga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif adalah penyumbatan yang terjadi secara parsial atau komplit, mekanik atau fungsional, yang terjadi bisa diusus halus ataupun diusus besar, dapat mengakibatkan terhambatnya pasase cairan, flatus, dan makanan.

B. KlasifikasiMenurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan yaitu:a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan neoplasma b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus. Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar C. EtiologiPada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak. Selain factor congenital ileus obstruktif juga dapat disebabkan oleh:1) Adhesi, sebagai perlengketan fibrosa (jaringan ikat) yang abnormal di antara permukaan peritoneum yang berdekatan, baik antar peritoneum viseral maupun antara parietal2) Hernia, terjebaknya bagian usus pada lubang abnormal.3) Massa makanan yang tidak dicerna.4) Sekumpulan cacing5) Tinja yang keras.6) Intussusception, masuknya satu segmen usus kedalam usus itu sendiri.7) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.8) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.9) Karsinoma, tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus, atau tumor diluar usus mendesak dinding usus.D. Patofisiologi Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau non mekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforais akan menyebabkan bakteri akan masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis.Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic. (Price &Wilson, 2007)

E. Pathways

F. Manifestasi klinisSusan Martin Tucker (1998), Christian Stone, M.D (2004) dan Barbara C Long (1996) menemukan bahwa tanda dan gejala dari ileus obstruktif adalah :a.Obstruksi Usus Halus1)Mual2)Muntah, pada awal mengandung makanan tak dicerna,selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal.3)Nyeri seperti kram pada perut, disertai kembung, nyerinya bisa berat dan menetap.4)Demam sering terjadi, terutama bila dinding usus mengalami perforasi. Perforasi dengan cepat dapat menyebabkan peradangandan infeksi yang berat serta menyebabkan syok.5)Obstipasi dapat terjadi terutama pada obstrusi komplit.6)Abdominal distention7)Tidak adanya flatusb.Obstruksi Usus Besar1)Distensi berat2)Nyeri biasanya terasa didaerah epigastrium, nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemi atau peritonitis.3)Konstipasi dan obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplet4)Muntah fekal laten5)Dehidrasi laten6)Penyumbatan total menyebabkan sembelit yang parah, sementara penyumbatan sebagian menyebabkan diare.G. Komplikasia. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.d. Ketikaseimbangan elektrolite. Asidosis metabolikf. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122)

H. Pemeriksaan penunjang1) Pemeriksaaan radiografi abdomen (CT Scan abdomen) sangat penting dalam menegakkan diagnosis obstruksi ileus.2) Bila foto polos tidak memberikan kepastian diagnosis akhir, dilakukan pemeriksaan radiografi dengan barium untuk mengetahui letak obstruksi.3) Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.

I. Penatalaksanaan medisa. Pasang selang hidung untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen.b. Pasang infus untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit.c. Lakukan pembedahan.(Kapita Selekta, 2000, hal 1318)d. Selang nasogastrik harus dipasang, untuk dekompresi usus, mengurangi muntah, dan mencegah aspirasiJ. Konsep asuhan keperawatan1. Pengkajiana.Identitas1)Identitas klienData yang terdapat berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi, diagnosa medik.2)Identitas penanggung jawabMencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.b.Riwayat keperawatan1)Keluhan utamaGangguan utama/terpenting yang dirasakan klien sehingga ia butuh pertolongan.2)Riwayat kesehatan sekarangRiwayat penyakit sekarang yang ditemukan ketika dilakukan pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST. Pasien ileus obstruktif sering ditemukan nyeri kram, rasa ini lebih konstan apalagi bila bergerak akan bertambah nyeri dan menyebar pada distensi, keluhan ini mengganggu aktivitas klien, nyeri ini bisa ringan sampai berat tergantung beratnya penyakit dengan skala 0 sampai 10. Klien post laparatomi pun mengeluh nyeri pada luka operasi, nyeri tersebut akan bertambah apabila klien bergerak dan akan berkurang apabila klien diistirahatkan, sehingga klien biasanya hanya berbaring lemas. Nyeri yang dirasakan klien seperti disayat-sayat oleh benda tajam letaknya disekitar luka operasi, dengan skala nyeri lebih dari 5 (0-10).3)Riwayat kesehatan dahuluKlien dengan ileus obstruktif mempunyai riwayat pernah dioperasi padabagian abdomen, yang mengakibatkan terjadinya adhesi. Klien post laparatomi biasanya mempunyai riwayat penyakit pada system pencernaan.4)Riwayat kesehatan keluargaRiwayat dalam keluarga sedikit sekali kemungkinan mempunyai ileus obstruktif karena kelainan ini bukan merupakan kelainan genetik, ada kemungkinan pada keluarga dengan ileus obstruktif dan post laparatomi mempunyai riwayat penyakit kanker dan dapat pula mempunyai riwayat cacingan pada keluarga.5)Situasi Riwayat pekerjaantempat bekerja dan lingkungan.6)Riwayat geografiKondisi lingkungan tempat tinggal7)Riwayat socialAda perubahan peran, pekerjaan, atau aktivitas, klien akan merasa tergantung dan membutuhkan bantuan orang lain.kesembuhan penyakit.8)Pola kebiasaan sehari-hariAdanya kesulitan dalam melakukan aktivitas, adanya gangguan dalam nutrisi biasanya tidak mampu makan dan minum karena mual dan muntah, gangguan dalam tidur/istirahat, kesulitan BAB (konstipasi atau obstipasi), personal hygiene kurang terpenuhi.

c. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umum:2) Sistem pernafasan (breath)3) Sistem kardiovaskuler (blood)4) Sistem pencernaan(bawel)5) Sistem persyarafan (brain)6) Sistem musculoskeletal (bone)7) Sistem perkemihan (bladder)8) Sosial9) Spiritual

2. Dignosa keperawatana) Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan (Dx.ileus obstruksi)\b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.c) Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan .d) Kurang pengetahuan dengan proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi.Menurut Wong D.L diagnosa yang sering muncul pada klien dengan gangguan sisitem pencernaan (Dx.ileus obstruksi) adalahe) Resiko tinggi kerusakan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang aktif melalui feses atau muntah.

3. Perencanaan keperawatanAdapun renana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan obstruksi usus antara lain:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan (Dx.ileus obstruksi)

Tujuan : menunjukkan penurunan rasa nyeri berkurang sampai hilangKriteria hasil :

1). Nyeri berkurang sampai hilang.2). Ekspresi wajah rileks.3). TTV dalam batas normal.4). Skala nyeri 3-0.

Intervensi:

1). Kaji status nyeri (lokasi, lamanya intensitas skala nyeri 0-10).Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi (Doenges, M. E. 2000).2).Pantau tanda-tanda vital.Rasional : Untuk mengenali indikasi kemajuan atau penyimpangan hasil yang diharapkan (Doenges, M.E. 2000).

3). Berikan tindakan kenyamanan atau lingkungan yang nyaman.Rasional : Meningkatkan relaksasi (Doenges, 2000)4). Berikan obat analgesik sesuai indikasi.Rasional : Untuk penanganan dan memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan (Doenges, 2000).b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurangn dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.Tujuan : Menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran.Kriteria hasil :

1). Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.2). Berat badan stabil.3). Pasien tidak mengalami mual muntah.

Intervensi:1). Kaji status nutrisi.Rasional : Mempengaruhi pilihan untuk intervensi (Doenges, M. E. 2000).

2). Auskultasi bising usus, palpasi abdomen, catat adanya flatus.Rasional : menentukan kembali peristaltik (Doenges, M. E. 2000).

3). Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi.Rasional : Membantu dan mengidentifikasi nutrisi kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran kurang dari normal. (Doenges, M. E. 2000).

4). Anjurkan maknan kesukaan atau ketidaksukaan diet diri klien, anjurkan makanan yang tinggi protein dan vitamin.Rasional : Meningkatkan kerjasama klien dengan aturan diet. Protein atau vitamin adalah kontribusi utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan (Doenges, M.E, 2000)

c. Gangguan pemenhuan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan Tujuan : pasien mempunyai cairan yang normal

Kriteria hasil :

1). Anak mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.2).Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.

Intervensi:1). Berikan cairan infuse sesuai indikasiRasional : untuk mencegah dehidrasi (Wong D.L, 2003).2). Berikan larutan rehidrasi oral sesuai indikasiRasional : untuk mencegah dehidrasi (Wong D.L, 2003).

3). Modifikasi diet dengan tepat .Rasional : untuk menurunkan kehilangan cairan dan meningkatkan hidrasi (Wong D.L, 2003).

4). Pantau masukan, keluaran dan berat badan.Rasional : Untuk mengkaji hidrasi (Wong D.L, 2003).

5). Dorong masukan cairan dengan tepat.Rasional : Untuk meningkatkan hidrasi (Wong D.L, 2003).6). Gunakan tehnik bermain.Rasional : Untuk mendorong masukan cairan (Wong D.L, 2003).

d. Kurang pengetahuan tentang tindakan, proses penyakit dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : pengetahuan keluarga klien tentang penyakit meningkatKriteria hasil :

1). Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita

2). Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar

3). Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengobatan

Intervensi:1). Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar dari klien dan keluarga.Rasional : Memungkinkan untuk menyampaikan bahan yang didasarkan atas kebutuhan secara individual (Doenges, 2000).2). Berikan informasi yang berhubungan dengan klien.Rasional : Membantu dalam menciptakan harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman pada keadaan saat ini dan kebutuhannya (Doenges, M. E, 2000).3). Ajarkan informasi yang diperlukan, gunakan kata-kata yang sesuai dengan tingkat pengetahuan klien, pilih waktu yang tepat, batasi lesi penyuluhan sampai 30 menit atau kurang.Rasional : Individualisasi rencana penyuluhan meningkatkan pembelajaran (Smeltzer and Bare, 2001).4). Evaluasi hasil pendidikan kesehatan yang diberikan.Rasional : agar klien dan keluarga dapat bertanya apa yang kurang jelas dari pembelajaran (Doenges, M. E, 2000).

REFERENSIJurnal Univesitas Sumatra Utara dengan link :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter%20II.pdfdiakses pada tanggal 26 mei 2015 pukul 18.09Brunner and Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.Doengoes , Mailyn . E . 2000.Rencana Asuhan Keperawata.Edisi 3 . EGC . Jakarta.Wong,Donna L. (2003).essential of pediatric nursing.st. Louis :MosbyInayah, iin. 2004.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. 202. EGC. Jakarta.