Konsep Dasar Dismenore

24
KONSEP DASAR DISMENORE A. Defenisi Dismenore Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus. Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter. Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari- hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik. Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea menurut Sunaryo (1989) adalah sebagai berikut : pertama dismenorea primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea

description

askeo disminore

Transcript of Konsep Dasar Dismenore

Page 1: Konsep Dasar Dismenore

KONSEP DASAR DISMENOREA.   Defenisi Dismenore

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat  bersifat kolik atau terus menerus.Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.

Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya.  Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik. 

Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea menurut Sunaryo (1989) adalah sebagai berikut : pertama dismenorea primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD. Menurut Huffman (1968) menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir semuanya disebabkan dismenorea primer. Dismenorea primer disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja

B.     Klasifikasi DismenoreDismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :

a.       Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan

Page 2: Konsep Dasar Dismenore

gejala system saraf pusat  (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan prostaglandin yang berlebihan belum diketahui.

b.      Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder. Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore primer aatau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis. Desminore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis yang dapat menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi, semuanya dapat digunakan untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang mendasarinya.

C.    Etiologia.      Dismenore Primer

Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore Primer

a. Faktor endokrin    Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan               Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus               sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. b. Kelainan organik    Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis, mioma submukosum bertangkai, polip endometrium.c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis   Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,      konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.d. Faktor konstitusi   Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya dismenorea.e. Faktor alergi   Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi         antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.

b.      Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :1.      Endometriosis2.      Polip atau fibroid uterus3.      Penyakit radang panggul4.      Perdarahan uterus disfungsional5.      Prolaps uterus6.      Maladaptasi pemakaian AKDR7.      Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik,

atau ,melahirkan.8.      Kanker ovarium atau uterus.D.    Pathofisiologi1.      Dismenorea primer

(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan     pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium

Page 3: Konsep Dasar Dismenore

dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori (Willman, 1976). Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri (Helsa, 1992; Eden, 1998).Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi (Speroff, 1997; Dambro, 1998). Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan (Dawood, 1990). Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus (Helsa, 1992). Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin (Demers, 1984; Rees, 1987; Chegini, 1988; Sundell, 1990; Nigam, 1991). Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer (Akerlund, 1979). Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

2.      Dismenorea SekunderDismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :a. Endometriosisb. Pelvic inflammatory diseasec. Tumor dan kista ovariumd. Oklusi atau stenosis servikale. Adenomyosisf. Fibroidsg. Uterine polypsh. Intrauterine adhesionsi. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)j. Intrauterine contraceptive devicek. Transverse vaginal septuml. Pelvic congestion syndromem. Allen-Masters syndrome

Page 4: Konsep Dasar Dismenore

E.     Gambaran KlinisMenurut Harlow (1996), juga terdapat faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya dismenorea yang berat (severe episodes of dysmenorrhea) :

         Menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche)         Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)         Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)         Merokok (smoking)         Riwayat keluarga yang positif (positive family history)A.    Dismenore Primer1.      Deskripsi perjalanan penyakita.       Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis

yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.b.      Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri yang paling

berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.c.       Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :         Muntah         Diare         Sakit kepala         Sinkop         Nyeri kaki2.      Karakteristik dan faktor yang  berkaitan :a.       Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.b.      Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27 tahun, lalu mulai

mereda.c.       Umumnya terjadi pada wanita nulipara  , kasus ini kerap menuntun signifikasi setelah

kelahiran anak.d.      Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.e.       Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.f.       Jarang terjadi pada atlet.g.      Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.h.      Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)i.        Usia saat menstruasi pertama <12 tahunB.     Dismenore sekunder1.      Indikasia.       Dismenore di mulai setelah usia 20 tahunb.      Nyeri berdifat unilateral.2.      Faktor yang berhubungan sebagai penyebaba.       PRP         Awitan akut         Dispraurenia         Nyeri tekan asala palpasi dan saat bergerak         Massa adneksia yang dapat terabab.      Endometriosis         Dispsreunia siklik         Intensitas nyeri samakin meningkat sepanjang menstruasi (tidak terjadi sebelum menstruasi

dan tidak berakhior dalam beberapa jam, seperti pada kasus dismenore primer).         Nyeri yangh menetap bukannya kram dan mungkin spesifik pada sisi lesi.         Kadang di temukan nodul yang mungkin teraba selama pemeriksaan.c.       Fibriliomioma dan polip uterus

Page 5: Konsep Dasar Dismenore

         Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi dari npada dismenore primer.

         Disertai perubahan dalam aliran menstruasi.         Nyeri kram         Fibroleimioma yang dapat teraba         Polip yang bisa atau menonjol pada serviks.d.      Prolaps uterus         Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahu reproduktif dari pada dismenore

primer.         Lebih umum terjadi pada pasian multipara.         Nyeri punggung awalnya di mulai saat pramenstruasi dan menetap sepanjang menstruasi.         Disertai disparunia dan nyeri panggul yang dapata di pulihkan dengan posisi terlentang, atau

lutut-dada.         Sistokel dan inkontennesia urine terjadi bersamaan.

Tanda gejala umum yang paling sering muncul yaitu :         Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area lumbrosacral.         Sering disertai nausea, muntah         Diare         Kelelahan         Nyeri kepala         Emosi labil

Perbandingan gejala Dismenore Primer dengan Dismenore Sekunder :1.      Dismenore Primer         usia lebih muda         timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur         sering pada nulipara         nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik         nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan hari pertama dan

kemudian dengan keluarnya darah haid         sering memberikan respons - sering memerlukan tindakan terhadap pengobatan medika

dakan operatif mentosa         sering disertai mual, muntah, - tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala2.      Dismenore Sekunder         usia lebih tua         tidak tentu         tidak berhubungan dengan paritas         nyeri terus-menerus         nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya darah haid.F.     Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder menurut riwayat dan pemeriksaan

fisik.1.      Riwayata.       Riwayat menstruasi         Awitan menarke         Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke         Frekuensi dan keteraturan siklus         Lama dan jumlah aliran menstruasi         Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi.b.      Deskripsi nyeri         Awitan yang terkait dangan masa menstruasi

Page 6: Konsep Dasar Dismenore

         Rasa kram spasmodic atau menetap         Lokasi menyeluruh atau spesifik         Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah         Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.         Memburuk saat palpasi atau bergerakc.       Gejala yang berkaitan         Gejala ekstragenetalia         Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus menstruasi.d.      Riwayat obstetri-paritase.       Pemasangan AKDRf.       Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.2.      Pemeriksaan fisika.       Pencatatan usia dan berat badanb.      Pemeriksaan speculum         Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.         Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan sediaan

basah.         Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan riwayat

pasien.c.       Pemeriksaan bimanual         Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks         Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.         Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.         Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.G.    Pemeriksaan penunjang

Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul, Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dismenorea:

1.      Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.2.      Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.3.      Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.4.      Sedimentation rate.5.       Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam

mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif rendah.6.      Laparoscopy7.      Hysteroscopy8.      Dilatation9.      Curettage10.  Biopsi Endomentrium

H.    PenatalaksanaanA.     Dismenore primer1.      Latihana.       Latihan moderat, seperti berjalan atau berenangb.      Latihan menggoyangkan panggulc.       Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau miring.2.      Panasa.       Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau abdomen bagian

bawah

Page 7: Konsep Dasar Dismenore

b.      Mandi air hangat atau sauna3.      Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan  : hubungan seksual tanpa

orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.4.      Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin5.      Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.6.      Istirahat7.      Obat-obatana.       Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejalab.      Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.c.       Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam, tergantung

dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.d.      Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.8.      Terapi Komplementera.       Biofeedbackb.      Akupunturc.       Meditasid.      Black cohosB.     Dismenore sekunder1.      PRPa.       PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis panggul.b.      Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria Gonnorrhoea dan C.

thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.

c.       Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :

         Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.

         Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.

         Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.

d.      Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terpi masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan.

2.      Endometriosisa.       Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopib.      Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain sesuai anjuran dokter.3.      Fibroid dan polip uterusa.       Polip serviks harus di angkatb.      Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di rujuk ke dokter.4.      Prolaps uterusa.       Terapi definitive termasuk histerektomib.      Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat di ringankan dengan

beberapa cara berikut :         Latihan kegel         Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat kandung kemih.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DISMENOREA.    Pengkajian1.      Riwayata.       Riwayat menstruasi

Page 8: Konsep Dasar Dismenore

         Awitan menarke         Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke         Frekuensi dan keteraturan siklus         Lama dan jumlah aliran menstruasi         Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi.b.      Deskripsi nyeri         Awitan yang terkait dangan masa menstruasi         Rasa kram spasmodic atau menetap         Lokasi menyeluruh atau spesifik         Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah         Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.         Memburuk saat palpasi atau bergerakc.       Gejala yang berkaitan         Gejala ekstragenetalia         Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus menstruasi.d.      Riwayat obstetri-paritase.       Pemasangan AKDRf.       Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.2.      Pemeriksaan fisika.       Pencatatan usia dan berat badanb.      Pemeriksaan speculum         Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.         Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan sediaan

basah.         Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan riwayat

pasien.c.       Pemeriksaan bimanual         Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks         Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.         Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.         Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.B.     Diagnosa1.      Nyeri akut b/d gangguan menstruasi (dismenore)2.      Intoleransi aktifitas b/d kelemahan umum3.      Ansietas b/d perubahan status kesehatan4.      Kurang pengetahuan tentang proses terjadinya dismenore b/d kurang informasi.C.    Intervensi

No

Diagnosa Keperawata

n

Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri akut b/d gangguan menstruasi (dismenore)

Setelah diberikan askep selama 1x24 jam diharapkan nyeri  pasien berkurang   dengan kriteria hasil : Nyeri berkurang/dapat diadaptasi, Dapat mengindentifikasi aktivitas yang

Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Ajarkan penggunaan Meringankan kram

Page 9: Konsep Dasar Dismenore

meningkatkan/menurunkan nyeri, skala nyeri ringan.

kompres hangat. abdomen. Panas bekerja dengan pedoman  meningkatkan vasodilatasi dan otot relaksasi,saat menurnnya iskemic uterus.

Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

Lakukan pijatan punggung bawah.

Mengurangi nyeri dengan relaksasi otot vertebra dsn menigkatkan suplai darah.  Banyak perempuan yang mengdapatkan hal positif dengan yoga, biofeedback,   meditasi, dan relaksasi therapy.

Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkn kenyamanan         

Anjurkan menurunkan masukan sodium selama seminggu sebelum mens               

Mengurangi resiko retensi cairan.

Page 10: Konsep Dasar Dismenore

               Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat        membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

9. Observasi ulang tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.

Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk  mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

10. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik. Kolaborasi pemberian obat seperti penghambat sintesa prostaglandin ( PGSI), ibuprofen ( Motrin), naproxen sodium ( Anaprox) dan ibuprofen setidaknya 48 jam sebelum terjadi menstruasi. 

Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang. Kontrasepsi oral dapat diberikan jika klien menginginkan kontrasepsi sebagai pembebasan nyeri.OC's mencegah ovulasi, menurunkan jumlah darah haid, yang mengurangi jumlah prostaglandin dan dysmenorrhea.

2 Intoleransi aktifitas b/d nyeri dismenore.

Setelah diberikan askep selama 1x24 jam diharapkan Ps menunjukan perbaikan toleransi aktifitas dengan kriteria hasil Ps

Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat lelah,    berikan istirahat yang cukup

Istirahat yang cukup dapat menurunkan stress dan meningkatkan kenyamanan.

Page 11: Konsep Dasar Dismenore

dapat melakukan aktifitas

Berikan istirahat cukup dan tidur 8 – 10 jam tiap malam

istirahat cukup dan tidur cukup menurunkan kelelahan dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi

Observasi ulang tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat     analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.

Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang  obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

3 Ansietas b/d ineffektif koping individu.

Setelah diberikan askep selama 1x24 jam diharapkan kecemasan menurun dengan kriteria hasil Ps tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya.

Jelaskan prosedur yang diberikan dan ulangi dengan sering       

Informasi memperkecil rasa takut dan ketidaktauan

Anjurkan orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan          

Meningkatkan perasaan berbagi

Anjurkan dan berikan kesempatan pada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah

membuat perasaan terbuka dan bekerja samaBantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Singkirkan stimulus yang berlebihan       

memberi lingkungan yang lebih tenang

Page 12: Konsep Dasar Dismenore

Ajarkan teknik relaksasi; latihan napas dalam, imajinasi terbimbing

 pengalihan perhatian selama episode asma dapat menurunkan ketakutan dan             kecemasan

Informasikan tentang perawatan, dan pengobatan        

menurunkan rasa takut dan kehilangan control akan dirinya

Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.       

Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikansebagai ketakutan/ansietas.

Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor dismenore.       

Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Kolaborasi dengan psikiatri

membantu mengatasi masalah pada pasien yang kronis dan koping maladaftif

 Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

 

Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4 Kurang pengetahuan tentang proses terjadinya

Setelah diberikan askep selama 1x24 jam diharapkan Ps tahu, mengerti, dan patuh dengan program

Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka pendek dan jangka panjang   

Menyiapkan pasien untuk mengatasi kondisiserta memperbaiki kualitas hidup

Page 13: Konsep Dasar Dismenore

dismenore b/d kurang informasi.

terapeutik dengan kriteria hasil Ps mengerti tentang penyakitnya dan apa yang mempengaruhinya.

2. Ajarkan pasien tentang penyakit dan perawatannya. 

Mengajarkan pasien tentang kondisinya adalah salah satu aspek yang paling penting dari perawatannya.

Berikan dukungan emosional.    

Memudahkan klien agar bersikap positif.

Libatkan orang terdekat dalam program pengajaran, sediakan materi pengajaran/instruksi tertulis.

Membantu meningkatkan pengetahuan dan memberikan sumber tambahan untuk referensi                      perawatan di rumah.

Diposkan oleh M. Wahyu NC di 22.59   Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

DISMENORE

A.         Definisi

Dismenorhea adalah menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan

punggung, serta biasanya terasa seperti kram.(Helen Varney.2006.Asuhan Kebidanan.Jakarta :EGC).

 Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenore atau

nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke

dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya.

(Prof.Abdul Bari Saifudin.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta.YBP-SP).

B.         Fisiologis Haid

Page 14: Konsep Dasar Dismenore

Haid adalah pengeluaran darah dan disertai stroma endometrium secara siklit (rutin). Pada wanita yang

sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungnya dan ini disebut

haid. Adayang menyebutnya mensis, menstruasi, datang bulan, kain kotor atau period.

Pada siklue haid, mukosa rahim diperiksakan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah

terjadinya ovulasi, keadaan ini dikontrol oleh hormnon-hormon yang dapat dideteksi dalam air kemih. Yang

diperiksa adalah air kemih 24 jam dan diukur kadar estriol dan pregnandiolnya. Siklus haid normal 28 hari +/-

(2-3 hari)

Satu siklus haid dibagi atas beberapa fase (stadia) :

1.      Stadium menstruasi (deskuamasi)      :   3-7 hari

2.      Stadium proliferasi                            :   7-9 hari

3.      Stadium sekresi                                :   11 hari

4.      Stadium premenstruasi                      :   3 hari

Masa haid :

1.      Haid (2-8 hari) endometrium lepas dan hormon ovarium menurun

2.      Proliferasi (ke 14) endometrium proliferasi/timbul antara ke (12-14) dapat terjadi ovulasi

3.      Masa sekresi  korpusiutrum  karpus luteum yang menghasilkan progesteron (untuk membuat desidue).

C.         Pembagian Dismenore

-          Dismenore primer, yaitu : dismenore tanpa kelainan anatomis genetalis (esensial, intrinsik, idiopatik).

-          Dismenore sekunder, yaitu : dismenore yang disertai kelainan anatomis genetalis (ekstrinsik, yang diperoleh,

acquired).

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata.

Dismenhore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena

siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai

dengan rasa nyeri.

Dismenore sekunder digambarkan sebagai rasa sakit saat menstruasi muncul setelah wanita mengalami

siklus menstruasi tanpa adanya rasa sakit yang bermakna.

Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung

untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah

kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan

paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea, iritabilitas dan

sebagainya.

Pembagian Klinis

Dismenore :

    Ringan          :   Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.

    Sedang         :   Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.

    Berat            :   Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai, sakit kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan.

Page 15: Konsep Dasar Dismenore

D.        Etiologi

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya

belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,

antara lain :

1.      Faktor kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik

tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

2.      Faktor konstitusi

Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap

rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya

dismenore.

3.      Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore ialah stenosis kanalis servikalis.

Terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus teretak dalam

hiperantefleksi atau hiperretrofleksi.

4.      Faktor endokrin

Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds

yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang

kontraktilitas uterus sedang hormon progesteron menghambat atau mencegahnya.

Clitheroe dan Pickles menyatakan bahwa karena endometrium dalam feses sekresi memproduksi prostagladin

F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostagladin yang berlebihan dilepaskan ke dalam

peredaran darah maka selain dismenore dijumpai pula efek umum seperti diarea, nausea, muntah, flushing.

5.      Faktor alergi

Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Dismenore sekunder disebabkan prostalglandin, tetapi oleh faktor anatomis/patologis. Faktor ini termasuk

endometriosis, mioma uteri, polip endometrium, kanker uteri, dan adanya penyakit radang panggul. Adanya alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat berperan terhadap terjadinya dismenore. Akhirnya telah ditunjukan

bahwa wanita yang mengalami menstruasi yang diiringi dengan rasa sakit, secara teoritis karena penurunan

aliran darah ke ovarium pasca bedah, mengakibatkan perubahan hormon yang dapat mempengaruhi menstruasi.

E.         Manifestasi klinis

1.      Dismenore primer

        Usia lebih muda

        Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

        Sering pada nulipara

        Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

        Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama/kedua haid

        Tidak dijumpai keadaan patalogik pelvik

        Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

2.      Dismenore sekunder

        Usia lebih tua

        Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

        Nyeri terus-menerus dan tumpul

        Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

        Terdapat kelainan pelvik

Page 16: Konsep Dasar Dismenore

F.          Penatalaksanaan

1.      Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan.

Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan

penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul, mengenai haid perlu

dibicarakan. nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan olah raga mungkin berguna.

Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2.      Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar oabt-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa

nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi

penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fanasetin dan kafein.

Obat-obat paten yang beredar dipasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

3.      Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer atau untuk memungkinkan penderita

melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian

salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4.      Terapi obat nonsteroid antiprostagladin

Terapi obat nonsteroid antiprostagladin memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer.

Termasuk disini indometasin ibuprofen dan naproksen dalam kurang lebi 70% penderita dapat disembuhkan

atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan  sebelum haid mulai 1-3 hari sebelum haid

dan pada hari pertama haid.

5.      Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan

prostagladin di dalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan

saraf pusat).

Pengobatan pada dismenore primer, diantaranya :

-         Antiprostaglandi

-         Pil KB / pemberian progesteron saja (nortesteron, medroksi progesteron asetat, didrogesteron) dari hari 5-25

siklus haid 5-10 mg/hari. Pengobatan berlangsung berbulan-bulan, setelah keluhan neyri berkurang, progesteron

cukup diberikan pada hari ke-16 sampai ke-25 siklus haid.

Pada dismenore sekunder bergantung pada penyebabnya, yaitu :

-         Untuk endometriosis

-         Untuk infeksi, berikan antibiotik yang sesuai

Page 17: Konsep Dasar Dismenore

DAFTAR PUSTAKA

1.            Abdul Bari Saifudin, Prof., 1994,  Ilmu Kandungan, YBP-SP : Jakarta

2.            Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC : Jakarta.

3.            Helen Varney, 2006,  Asuhan Kebidanan, EGC : Jakarta