Konsep Dakwah Zainuddin MZ

download Konsep Dakwah Zainuddin MZ

of 65

description

Skripsi Jurusan Dakwah

Transcript of Konsep Dakwah Zainuddin MZ

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahMenurut pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan dengan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip dari ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang di riwayatkan Imam Thabrani: Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, di lakukan dengan itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas).[footnoteRef:2] [2: Marjuani, Sunnah Nabi, Cet. IV, (Jakarta: Grafika Media, 2006), h. 64]

Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan cara yang efektif dan efesien merupakan konsep yang mesti di atur terlebih dahulu, dan sebenarnya, konsep merupakan manejemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang di syariatkan di dalam Islam. Konsep dakwah merupakan kunci bagi setiap keberhasilan pendakwah. Setiap pendakwah harus mengetahui tentang kunci-kunci keberhasilan dakwah. Tidak semua dai menguasai ilmu-ilmu tentang cara berdakwah yang baik. Banyak yang bisa berdakwah, tetapi hanya sedikit yang bisa menjadi pendakwah yang mampu menarik simpati madu untuk melakukan pesan-pesan yang di sampaikan dalam dakwah.[footnoteRef:3] [3: Dedi Haryanto, Panduan & Prinsip Sebuah Organisasi, Cet. V, (Bandung: Rama Sentosa, 2005), h. 97]

Sukses atau tidaknya suatu dakwah bukanlah di ukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Sukses tersebut diukur lewat, antara lain pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya atau kesan yang terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam semua tingkah laku objek dakwah. Tujuan dakwah adalah mengubah tingkah laku manusia, dari tingkah laku yang negatif ke tingkah laku yang positif. Karena tingkah laku manusia bersumber dari nafs (jiwanya), maka dakwah yang efektif adalah dakwah yang bisa diterima nafs, yakni dakwah yang sesuai dengan hati atau jiwa. Sebagai seorang juru dakwah hendaklah dapat memahami kondisi yang menjadi objek dakwahnya.[footnoteRef:4] Ia harus mampu melihat persoalan-persoalan dengan lebih teliti dan mampu untuk memberikan solusi yang terbaik dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu, persoalan dakwah tidak bisa terlepas dengan persoalan realita yang terjadi dalam masyarakat, karena tidak selamanya proses dakwah akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan sehingga diperlukan perencanaan yang baik sebagai sarana agar pesan-pesan dakwah atau tujuan dari dakwah itu sendiri bisa diterima oleh umat manusia. [4: Darmani Ahmad, Dakwah Bilkalam, Cet. I, (Jakarta: Grafika Media, 2001), h. 34]

Cukup banyak metode yang telah dikemukakan dan dipraktekkan oleh para dai dalam menyampaikan dakwah, seperti ceramah, diskusi, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya. Semuanya dapat diterapkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Tetapi harus di garis bawahi bahwa metode yang baik sekalipun tidak menjamin hal yang baik secara otomatis, karena metode bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan. Akan tetapi, keberhasilan dakwah ditunjang dengan seperangkat syarat, baik dari pribadi dai materi, cara yang di gunakan, subjek dakwah, ataupun yang lainya.Terhadap persoalan-persoalan dakwah di atas, penulis menyadari sebenarnya sudah banyak pemikir dakwah yang mencoba memecahhkanya, baik pada tingkat wacana maupun praksis. Mereka memberikan analisa dan contoh bagaimana memecahkan persoalan dakwah masa kini yang semakin kompleks. Jalaluddin Rahmat, Abdul Munir Mulkhan, dan Amrullah Ahmad, sekedar menyebut beberapa contoh, adalah yang lebih terkonsentrasi pada tingkat wacana. Sedangkan Abdullah Gymnastiar, K.H. Zainuddin M.Z. Dapat digolongkan sebagai praktisi dakwah yang mulai menyahuti isu-isu modernitas dan menggunakan teknologi sebagai salah satu instrumen dakwah.Penulis tidak menjelaskan ke semua tokoh di atas. Penulis hanya akan mengkaji dan menganalisis dakwah Islam yang dikembangkan oleh K.H. Zainuddin M.Z. Hal ini dalam hemat penulis K.H. Zainuddin M.Z berhasil mendiagnosis hampir secara konprehensif persoalan masyarakat moderen dan kemudian memberikan rekomendasi kepada para dai apa yang mesti dilakukanya. Hal ini penulis lakukan bukan saja untuk kebutuhan akademik semata, namun lebih jauh dari itu, bisa menjadi stimulus bagi para akademisi untuk mulai memikirkan persoalan dakwah masa kini, dan pada akhirnya, minimal bisa di jadikan rujukan bagi para dai dalam menyebar ajaran Islam.Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk merangkum sebuah karya tulis dengan judul Konsep dan Metode Keberhasilan Dakwah KH. Zainuddin MZ (Studi Analisis Media Audio dan Video Dakwah K.H. Zainudin MZ).

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka ada tiga masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah:1. Bagaimana Konsep keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin M.Z?2. Bagaimana Metode keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin M.Z?3. Sejauh mana bukti keberhasilan Konsep dan Metode dakwah K.H Zainuddin M.Z?

C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin M.Z.2. Untuk mengetahui metode keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin M.Z.3. Untuk mengetahui sejauh mana bukti keberhasilan dakwah K.H Zainuddin M.Z.

D. Manfaat PenelitianAdapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:1. Manfaat teoritisManfaat dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi sumbangan berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan kedepan, tentunya penelitian yang berhubungan dengan karya tulis ini.2. Manfaat praktis Secara praktis hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, yang berarti pula meminimalkan ketidak pahaman di dalam masyarakat khususnya dalam bidang yang penulis teliti ini. Karena ilmu untuk mencapai kesuksesan sangat penting dalam kehidupan manusia untuk mencapai sebuah keberhasilan terlebih bagi seorang dai, maka dengan mengetahui konsep dan prinsip yang harus di terapkan dalam mencapai sebuah keberhasilan kita akan mendapatkan sebuah harapan yang baik, karena jalan yang kita tempuh adalah jalan yang bermanajemen.

E. Defenisi Operasional 1. Konsep DakwahKonsep dakwah adalah suatu gagasan atau ide yang dituangkan untuk menyeru manusia patuh dan taat pada peraturan yang sah pada tingkat abstrak dan komplek. konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah di tarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.[footnoteRef:5] [5: Pratmana, Sukses Menuju Pilar Kemenangan, Cet. XII, (Jakarta: Fuji Raya, 2003), h. 556]

Penulis lebih cenderung mengartikan konsep dakwah adalah suatu manajemen yang diatur dengan rapi dan sempurna dalam menyeru manusia ke jalan Rabbnya.2. Metode DakwahMetode dakwah adalah suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar sesuai dengan aturan. Ciri utama metode dakwah adalah metode Al-Hikmah, Al-Hasanah dan Al-Mujadalah. Keputusan-keputusan diambil berdasarkan data empiris (penegasan yang benar).[footnoteRef:6] [6: Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 5]

Sedangkan menurut penulis metode dakwah adalah suatu strategi yang ditempuh oleh pendakwah dalam menjalankan dakwahnya, metode mereka bermacam ragam sehingga dengan metode itu bisa membuat pendengar tertarik dengan dakwahnya.

BAB IILANDASAN TEORITIS

A. Definisi dan Unsur-unsur Dakwah1. Definisi DakwahDakwah yang kita ketahui artinya mengajak, menyeru umat ke jalan kebenaran beramal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya agar menjadi masyarakat yang madani.[footnoteRef:7] Dakwah secara etimologi berarti memanggil, menyeru, mengajak menjamu. Dakwah secara etimologi tersebut dapat ditemukan dalam Q.S Ali Imran: 104 yang berbunyi sebagai berikut: [7: Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Cet. I, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h.43]

dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

Kalimat yadu dalam ayat tersebut dijadikan sebagai definisi dakwah secara etimologi, Ayat di atas juga menunjukkan perlunya berdakwah, berdasarkan ayat tersebut dapat dikatagorikan dakwah ke dalam hukum fardhu kifayah, sebagian saja dari semuanya yang bersedia menjalankan perintah tersebut maka terlepaslah ketetapan yang Allah perintahkan itu.

2. Unsur-unsur DakwahBetapapun baiknya suatu ide, jika tidak dikembangkan, ide tersebut akan tetap tinggal sebagai ide. karena itu, Ide yang baik perlu selalu dipublikasikan agar dikenal oleh masyarakat luas. Semua manusia yang normal, membutuhkan petunjuk Allah SWT, karena hanya dengan petunjuk-Nyalah seseorang dapat mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat. Sejarah perkembangan agama tauhid, menunjukkan bahwa kebenaran yang diturunkan Allah SWT. terus-menerus dapat dikembangkan dengan baik, disebarluaskan melalui dakwah oleh para Nabi, ulama dan muballigh. Dakwah Islam menentukan tegak atau runtuhnya suatu masyarakat. Islam tidak bisa berdiri tegak tanpa jamaah dan tidak bisa membangun masyarakat tanpa dakwah. Dakwah adalah kewajiban bagi umat Islam.[footnoteRef:8] [8: Zaidan, Kunci Sukses Berdakwa, Cet. I, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 1989), h. 98]

Seiring dengan itu Teungku Zur Al Luthfy mengatakan bahwa posisi dakwah dalam Islam, sangat penting. Disebut demikian, karena dakwah Islam menurut beliau akan ikut menentukan jatuh bangunnya suatu masyarakat dalam suatu bangsa. Di dalam Alquran dan sunah ditemukan bahwa dakwah Islam menduduki tempat dan posisi yang utama dan strategis. Keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman baik dalam sejarah maupun prakteknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umat Islam.[footnoteRef:9] [9: Teungku Zur Al Luthfy, Dewan Guru Pesantren Raudhatul Jannah, Wawancara langsung, Jumat 26 April 2013.]

Dengan demikian, maka sangat perlu kita mengetahui unsur-unsur dakwah tersebut agar dakwah bisa berjalan. Diantaranya adalah:

a. Pendakwah (Dai)Dai secara Etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata daa yang merupakan bentuk Isim fail (kata yang menunjukan pelaku) yang artinya orang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da'i yaitu setiap muslim yang berakal Mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah.[footnoteRef:10] [10: Ismah Ismail, Strategi Dakwah di Era Millenium, Cet. II, (Jakarta: Pustaka Setia, 2009), h.2]

Definisi terminologis tersebut memberi pengertian, bahwa kewajiban dakwah terbebani kepada setiap muslim yang telah mencapai usia baligh, aqil dan mukallaf, baik lelaki maupun perempuan. Sehingga secara luas dakwah bukan hanya aktifitas yang diperlukan oleh seelompok orang, tetapi hanya diaktifkan oleh para ulama, tidak hanya oleh para aktivis kampus, tetapi seluruh elemen dan komponen masyarakat yang mempunyai kewajiban yang sama.Menjadi seorang dai adalah suatu tugas yang sangat mulia dan memiliki beban tersendiri, karena semua yang telah didakwahkannya harus bisa masuk dan diaplikasikan dalam kehidupan keseharian dari objek dakwahnya.[footnoteRef:11] Maka seorang pendakwah harus memiliki tiga bekal utama. Yaitu: [11: Zaidan, Kunci Sukses Berdakwa, Cet. I, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 1989), h. 102]

a. Pemahaman yang benar dan tepat, maksudnya ialah pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan dakwah dan konsekuensinya. Baik pengetahuan keIslaman maupun pengetahuan ilmu dakwah serta pengetahuan umum yang dapat menunjang dakwahnya.b. Keislaman yang kokoh, maksudnya ialah keyakinan dai tentang kebenaran Islam sebagai isu utama dakwahnya, yakni keimanan yang melahirkan kecintaannya kepada Allah SWT. Rasul-Nya dan kepada al-Islam, keimanan yang mewujudkan rasa takut hanya kepada Allah SWT. Dan rasa harap kepada rahmat dan keberkahan dari-Nya.c. Hubungan kuat dengan Allah SWT, yaitu keterkaitan da'i kepada Allah dan sikap tawakal hanya kepada-Nya, karena kayakinannya bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan Alam Semesta, Pemeliharaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.b. Sasaran (Madu)Mad'u secara Etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata daa yad u dawatan yang merupakan bentuk isim maf'ul yang artinya orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Secara terminologis Mad'u adalah objek dan sekaligus subjek yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali.[footnoteRef:12] [12: Ibid. h.6]

Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad'u dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi juga kepada orang-orang diluar Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosialnya, ekonomi dan latar belakang mereka. Pernyataan ini sesuai dengan QS. Saba: 28

dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.[footnoteRef:13] [13: Departemen Agama RI, Terjemahan Al Quran, Surah Saba ayat 28]

c. Materi (Midau)Hal yang paling penting dalam sebuah dakwah adalah materi (Midau) dakwah. Materi yang bagus dapat memberikan kesan yang bagus bagi dai dan madu. Materi dakwah adalah pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh para da'i dan bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadist, materi-materi yang digunakan secara umum menerangkan mengenai akidah (ketuhanan), ibadah (muamalah) dan akhlak (budi pekerti) yang sangat menyeluruh dan menjelaskan hubungan dengan Allah SWT. Sebagai tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.[footnoteRef:14] [14: Syamsuri Siddiq. Dakwah dan Teknik Berkhutbah. (Bandung: al-Ma'rifat, 1981),h.12]

B. Konsep DakwahKonsep dakwah terdiri dari dua suku kata yaitu konsep dan dakwah. Konsep secara etimologi berarti rancangan, ide, atau apapun yang digunakan akal budi untuk memahami sesuatu.[footnoteRef:15] Sejalan dengan itu Muin Salim mendefenisikan konsep sebagian ide pokok yang mendasari satu gagasan atau ide umum.[footnoteRef:16] Dengan demikian konsep adalah suatu hal yang sangat mendasar yang dijadikan patokan dalam melaksanakan sesuatu. [15: Nurwahidah Alimuddi, Konsep Dakwah dalam Islam, Cet. I, (Jakarta: Grafika Media, 1989), h. 456] [16: Muin Salim, Jurnalistik Dakwah, Cet. II, (Jakarta: Raja Grafindo Jaya, 1990), h. 17]

Secara etimologi dakwah yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan[footnoteRef:17] berdasarkan beberapa ayat dalam Al-Quran: [17: Umar, Dasar Hukum Dakwah, Cet. I, (Semarang: Toha Putra, 1987), h. 52]

Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang dakwah yang bersifat seruan terdapat dalam Surah Yunus ayat 25

Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam).[footnoteRef:18] [18: Departemen Agama RI, Terjemah Al Quran, Surah Yusuf Ayat 23.]

Berdasarkan ayat tersebut konsep dakwah bersifat seruan. Tentunya seruan ke jalan yang benar atau ke hal yang lebih baik. Konsep seperti ini banyak dilakukan oleh para nabi dan rasul, kebanyakan dakwah mereka adalah menyeru kepada ketauhidan yang benar.[footnoteRef:19] [19: Mahmud Alamsyah, Retorika Dakwah II, Cet. II, (Semarang: Earlangga, 1999), h. 25 ]

Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang dakwah bersifat ajakan terdapat dalam Surah Yusuf ayat 23

berkata Zulaikha: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah[footnoteRef:20] [20: Ibid]

Ayat dia atas menjelaskan tentang konsep dakwah bersifat ajakan. Konsep seperti ini juga banyak dilakukan oleh para nabi dan rasul, setelah mereka menyeru kemudian mengajak untuk melakukannya.Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang konsep dakwah bersifat panggilan atau larangan terdapat dalam Surah Al Baqarah ayat 221

dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.[footnoteRef:21]. [21: Ibid]

Ayat tersebut menerangkan tentang konsep dakwah bersifat panggilan atau larangan. Memanggil denga menggunakan huruf nafi maka berfaedah melarang. Ketiga konsep dakwah di atas yang penulis jelaskan sama-sama dilakukan oleh para nabi dan rasul dalam menjalankan perintah Allah dan membawa syariat yang benar kepada umat manusia.Selanjutnya Penulis lebih cenderung mengartikan dakwah adalah amar nahi mungkar. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dakwah merupakan suatu usaha menyampaikan ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan menggunakan cara-cara tertentu untuk mempengaruhi orang lain agar dapat mengikuti apa yang menjadi tujuan dakwah tersebut tanpa ada paksaan. Dakwah dalam konteks demikian mempunyai pemahaman yang mendalam, yaitu bahwa dakwah (amar maruf), tidak sekedar asal menyampaikan saja, melainkan memerlukan beberapa syarat yaitu mencari materi yang cocok, mengetahui keadaan subjek dakwah secara tepat, memilih metode yang representatif, dan menggunakan bahasa yang bijaksana.

C. Metode Dakwah

Al-Quran surah Al-Nahl ayat 125 termuat beberapa metode dakwah sebagaimana dapat dibaca dalam firman Allah SWT:

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[footnoteRef:22] [22: Departemen Agama RI, Terjemah Al Quran, An Nahl ayat 125]

Ada tiga metode dakwah yang terkandung dalam ayat ini, yaitu : metode Al-Hikmah, metode Al-Mawizhah dan metode Al-Mujadalah.1. Metode Al-HikmahKata al-hikmah terulang sebanyak 210 kali dalam Al-Quran. Secara etimologis, kata ini berarti kebijaksanaan, bagusnya pendapat atau pikiran, ilmu, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, pepatah dan juga berarti Al-Quran Al-Karim. Hikmah juga diartikan Al-Ilah, seperti dalam kalimat hikmah Al-Tasyri atau ma hikmah zalika dan diartikan juga Al-Kalam atau ungkapan singkat yang padat isinya. Makna Al-Hikmah yang tersebar dalam Al-Quran di 210 tempat tersebut, secara ringkas, mengandung tiga pengertian. Pertama, Al-Hikmah dalam arti penelitian terhadap segala sesuatu secara cermat dan mendalam dengan menggunakan akal dan penalaran. Kedua, Al-Hikmah yang bermakna memahami rahasia-rahasia hukum dan maksud-maksudnya. Ketiga, Al-Hikmah yang berarti kenabian atau nubuwwah.[footnoteRef:23] [23: Sayyid Qutb, Metode Penyampaian Dakwah, Cet. IV, (Semarang: Toha Putra, 1988), h. 45]

Adapun kata Al-Hikmah dalam ayat 125 surah An-Nahl menurut Al-Maraghi, berarti perkataan yang jelas disertai dalil atau argumen yang dapat memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan. Sedang Muhammad Abduh mengartikan Al-Hikmah sebagai ilmu yang sahih yang mampu membangkitkan kemauan untuk melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat dan kemampuan mengetahui rahasia dan faedah setiap sesuatu. Dalam Tafsir Departemen Agama disebutkan bahwa Al-Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil. Dalam Tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan Al-Hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Dia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan.[footnoteRef:24] [24: Tafir Departemen Agama Republik Indonsia jilid III, h. 320]

Al-Hikmah juga berarti sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan mendatangkan kemashlahatan dan kemudahan yang besar atau yang lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau yang lebih besar.[footnoteRef:25] [25: Quraish, Metode-Metode Dakwah dalam Islam, Cet. II, (Jakarta: Bintang Jaya Muda, 2006), h. 15]

Sementara itu Sayyid Qutb berpendapat yang dimaksud dengan hikmah adalah melihat situasi dan kondisi obyek dakwah. Memperhatikan kadar materi dakwah yang disampaikan kepada mereka, sehingga mereka tidak merasa terbebani terhadap perintah agama (materi dakwah) tersebut, karena belum siap mental untuk menerimanya. Memperhatikan metode penyampaian dakwah dengan bermacam-macam metode yang mampu menggugah perasaan, tidak memancing kemarahan, penolakan, kecemburuan dan terkesan berlebih-lebihan, sehingga tidak mengandung hikmah di dalamnya.[footnoteRef:26] [26: Sayyid Qutb, Metode Penyampaian Dakwah, Cet. IV, (Semarang: Toha Putra, 1988), h. 78]

Hikmah adalah inti yang lebih halus dari filsafat. Filsafat hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang telah terlatih pikiran dan logikanya, tetapi hikmah dapat dipahami oleh orang yang belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar. Kebijaksanaan itu bukan saja ucapan, melainkan juga tindakan dan sikap hidup. Kadang-kadang diam lebih berhikmat daripada berbicara.[footnoteRef:27] [27: Hamka, Anjuran Berdakwah dari siapa untuk siapa?, Cet. III, (Jakarta: Pustaka Setia, 2001), h. 54]

2. Metode Al-Mawizah Al-HasanahMetode dakwah kedua yang terkandung dalam QS. Al-Nahl ayat 125 adalah metode Al-Mawizat Al-Hasanah. Mawizat dari kata Waadha yang berarti nasehat. Juga berarti menasehati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan, menyuruh untuk mentaati dan memberi wasiat agar taat. Kata Mawizat disebut dalam Al-Quran sebanyak 9 kali. Kata ini berarti nasehat yang memiliki ciri khusus, karena mengandung al-haq (kebenaran), dan keterpaduan antara akidah dan akhlaq serta mengandung nilai-nilai keuniversalan. Kata Al-Hasanah lawan dari Sayyiah, maka dapat dipahami bahwa Mawizah dapat berupa kebaikan dan dapat juga berupa keburukan.[footnoteRef:28] [28: Ibid, h. 20]

Metode dakwah berbentuk nasehat ini ditemukan dalam Al-Quran dengan memakai kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide-ide yang dikehendakinya, seperti nasehat Luqman Al-Hakim kepada anaknya. Tetapi, nasehat Al-Quran itu menurut Quraish Shihab, tidak banyak manfaatnya jika tidak dibarengi dengan teladan dari penasehat itu sendiri. Dalam hal ini, Rasulullah SAW. yang patut dijadikan panutan, karena pada diri beliau telah terkumpul segala macam keistimewaan sehingga orang-orang yang mendengar ajarannya dan sekaligus melihat penjelmaan ajaran itu pada diri beliau sehingga akhirnya terdorong untuk meyakini ajaran itu dan mencontoh pelaksanaannya.[footnoteRef:29] [29: Ibid, h. 22]

3. Metode Al-MujdalahAl-Mujdalah terambil dari kata , yang bermakna diskusi atau perdebatan. Kata jadal (diskusi) terulang sebanyak 29 kali dengan berbagai bentuknya di beberapa tempat dalam Al-Quran.[footnoteRef:30] [30: Sayyid Qutb, Metode Penyampaian Dakwah, Cet. IV, (Semarang: Toha Putra, 1988), h. 80]

Al-Maraghi mengartikan kalimat wa jadilhum bi allatiy hiya ahsan dengan berdialog dan berdiskusi agar mereka patuh dan tunduk. Sedangkan Sayyid Qutb mengartikannya dengan: berdialog dan berdiskusi bukan untuk mencari kemenangan, akan tetapi agar patuh dan tunduk terhadap agama untuk mencapai kebenaran.

D. Faktor-faktor Keberhasilan DakwahAdapun usaha-usaha yang mesti dilakukan yang akan menjadi faktor penentu sehingga kita layak mendapat keberhasilan/kemenangan dari Allah SWT adalah sebagai berikut:

1. Membersihkan niat beramal dari segala motivasi yang tidak bersih.Ikhlas di mana ianya adalah faktor pertama yang paling penting bagi terbukanya pintu kemenangan dari Allah SWT. Nilai suatu pekerjaan sangat bergantung kepada kadar keikhlasan pelakunya. Meskipun secara zahirnya sesuatu pekerjaan itu nampak berat dan besar dalam rangka untuk membela kepentingan Islam, namun bila pelakunya tidak memiliki niat yang ikhlas, maka amalnya akan sia-sia bahkan mungkin akan mendatangkan siksa. Ada orang yang mungkin melakukan pekerjaan yang dinilai baik di mata manusia, tapi ia berniat melakukannya untuk kemasyhuran atau kepentingan duniawi lainnya. Orang seperti ini tidak akan mendapat pertolongan Allah SWT.Dengan kata lain, wujudnya keikhlasan tidak sekali-kali terlihat sekadar bila seseorang melakukan sesuatu pekerjaan yang berat dan menanggung risiko. Bahkan dalam medan jihad, pernah diceritakan di dalam sebuah hadist kisah seorang pemuda yang dilihat cukup gagah berani di medan pertempuran. Namun Rasulullah mengatakan pemuda itu adalah penghuni neraka. Di akhir pertempuran, para sahabat mendapati pemuda itu menghunus pedangnya ke tubuhnya sendiri lantaran tidak kuat menahan luka.2. Berdoa dengan penuh kepasrahan kepada Allah SWT.Dalam Al-Qur'an disebutkan : "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan penuh rendah diri dan suara yang lembut" (QS Al-A'raf : 55)[footnoteRef:31] [31: Departemen Agama RI, Terjemahan Al quran, Al Arah, 55]

Berdoa dengan rasa rendah diri dan suara lembut merupakan salah satu bentuk kesungguhan dan kepasrahan di hadapan Allah.Memanjatkan doa kepada Allah mesti dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi sebagai bukti kerendahan dan harapan penuh kita kepada Allah SWT. Permohonan seperti ini, insyaAllah akan dikabulkan.3. Yakini bahwa kehidupan ini adalah ladang amal tanpa batas untuk meraih kebahagiaan di akhirat.Ruang lingkup amal yang mesti dilakukan itu meliputi seluruh waktu kehidupan seseorang. Selama mana ia masih hidup, selama itu pula ia diperintahkan untuk terus berusaha dan berjuang sebatas kemampuan yang dimiliki. Tidak ada ujian hidup yang melanggar kemampuan batas kemanusiaan. Dalam surah Al-Baqarah, Allah SWT telah menegaskan :"Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya. Seberat apapun ujian dan kesulitan hidup, pasti masih berada dalam batas kemampuan manusia untuk memikulnya dan manusia dapat memikul beban tersebut hanya dengan kualiti iman yang baik.4. Hindarkan diri kita daripada mengatakan bahwa kita sudah habis kesabaran menghadapi keadaan yang tidak sesuai. Ini adalah karena pada dasarnya batas kesabaran itu tidak ada. Batas kesabaran, adalah sama dengan batas kehidupan manusia dan selama itu tidak ada pernyataan bahwa kesabaran kita sudah habis.

5. Pantang berputus asa dari rahmat Allah SWT.Putus asa ialah sikap tidak mempunyai harapan baik akan masa depan.Sikap putus asa timbul pada diri orang yang kurang beriman pada kemurahan Allah SWT kepada makhluk-Nya. Lantaran keadaan tersebut, seseorang bahkan menuduh Allah tidak adil kerana menjadikan dirinya dalam kesulitan atau kesusahan. Dengan kata lain, orang yang putus asa adalah orang yang mengingkari sifat keadilan, kemurahan dan kebijaksanaan Allah kepada makhluk-Nya. Sikap inipasti menjadikan Allah murka.6. Tetap memelihara sikap istiqamah.Ini dapat dilakukan dengan memperbanyakkan ibadah dan menjauhi maksiat. Orang yang istiqamah atau berpegang teguh pada petunjuk Allah akan senantiasa dituntun pada kebenaran.7. Jangan sekali-kali menyalahkan ketentuan Allah SWT.Perkataan dalam satu riwayat "Tidak sekali-kali seorang muslim di bumi ini berdoa pada Allah meminta suatu permintaan, melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta atau memalingkan darinya suatu kejahatan yang semisal dengan permintaannya, selagi ia tidak berdoa meminta suatu dosa atau memutuskan silaturahim. Maka ada seseorang berkata : Kalau demikian, kami akan memperbanyakkan (berdoa). Baginda menjawab : Allah Maha Memberi.[footnoteRef:32] [32: Abi Jamarah Bukhari, Risalah Hadist, (Semarang: Thoha Putra, 2005), h. 65]

8. Pelajari dan lakukan sebab-sebab logik bagi datangnya pertolongan Allah.Pertolongan Allah tidak akan datang bagi seseorang yang tidak mahu melakukan sesuatu yang boleh mendatangkan keberhasilan sesuai dengan sunnatullah dalam alam semesta ini.Allah akan mengkurniaikeberhasilan/kemenangan hakiki kepada kita setelah kita melengkapkan faktor-faktor yang akan membuka pintu pertolongan-Nya dengan kehendak-Nya. Sesungguhnya Allahakan senantiasa membantu pejuang-pejuang agama-Nya selagimana mereka tetap berada di atas jalan-Nya yang lurus di samping mengikuti sunnah Nabi SAW sehingga Allah berikan kekuasaan kepada hamba-hamba pilihan bagi menegakkan syariat-Nya di muka bumi ini.Imam Hasan Al Banna mengingatkan tentang dua pandangan yang asasi yang mesti dipegang teguh pendakwah yaitu :1. Sekalipun jalan ini sangat panjang dan berliku, tetapi tidak ada pilihan lain selain jalan ini. 2. Seorang aktivis dakwah pertama sekali mestilah bekerja menunaikan kewajibannya, barulah kemudiannya boleh mengharapkan hasil kerjanya.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Profil K.H. Zainuddin. M.Z

Terlahir dengan nama Zainuddin Muhammad Zein lalu biasa dikenal sebagai K.H Zainuddin M.Z, lahir di Jakarta, 2 Maret 1951, ia adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia. Julukannya adalah Dai sejuta umat. Anak tunggal buah cinta pasangan Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli ini sejak kecil memang sudah nampak mahir berpidato. Udin nama panggilan keluarganya suka naik ke atas meja untuk berpidato di depan tamu yang berkunjung ke rumah kakeknya. Kenakalan berpidatonya itu tersalurkan ketika mulai masuk Madrasah Tsanawiyah hingga tamat Aliyah di Darul Maarif, Jakarta. Di sekolah ini ia belajar pidato dalam forum Talimul Muhadharah (belajar berpidato).[footnoteRef:33] [33: Mahfudh Syamsul Hadi, Rahasia Keberhasilan Dakwah, Cet. I, (Surabaya: Ampel Suci, 1998), h. 45 ]

Kebiasaannya mendongeng terus berkembang. Setiap kali tampil, ia memukau teman-temannya. Kemampuannya itu terus terasah, berbarengan dengan permintaan ceramah yang terus mengalir. Karena ceramahnya sering dihadiri puluhan ribu ummat, maka tak salah kalau pers menjulukinya Dai Berjuta Umat. Suami Hj. Kholilah ini semakin dikenal masyarakat ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh pelosok Nusantara, tapi juga ke beberapa negara Asia. Sejak itu, dai yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta bersafari bersama artis ke berbagai daerah yang disebut Nada dan Dawah.Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin ke dunia politik. Pada tahun 1977-1982 ia bergabung dengan partai berlambang Kabah (PPP). Jabatannyapun bertambah, selain dai juga sebagai politikus. Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PB NU itu salah seorang deklarator PPP. Dia mengaku lama belajar di Ponpes Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik sebagai kubu dalam NU.[footnoteRef:34] [34: Rahmat Setiawan, Retorika Para Politikus, Cet. I, ( Jakarta: Al Ilmu, 2002), h. 24 ]

Pada 20 Januari 2002 beliau bersama rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa (MLB) pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai ini. K.H. Zainuddin. M.Z menjabat sebagai Ketua umum PBR sampai tahun 2006. Saat ini K.H. Zainuddin M.Z telah kembali fokus untuk menebarkan dakwah dan kembali berada ditengah-tengah umat.[footnoteRef:35] [35: Ibid, h. 27 ]

B. Jenis PenelitianAdapun jenis penelitian yang penulis gunanakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap dakwah-dakwah beliau baik audio dan vidio dan dengan melakukan penelaahan buku buku, kitabkitab dan dokementasi serta bacaan bacaan lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini, Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan objektif yang temuan temuannya tidak diperoleh dari statistik atau bentuk hitungan lainnya.[footnoteRef:36] [36: Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kaulitatif, Cet I, ( Bandung : Pustaka Setia, 2002 ),h.32.]

Beberapa pendapat ahli tentang penelitian Kualitatif, menurut Bodgan dan Taylor mendefinisikan penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.[footnoteRef:37] [37: Lexy J. Moleong, Penelitian Kualitatif, Cet I, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006 ), h.4.]

Kirk dan Miller mendifinisikan bahwa kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.[footnoteRef:38] [38: Kirk dan Miller, dikutip dalam J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.5.]

C. Kajian PenelitianPenelitian ini berfokus pada masalah keberhasilan dakwah K.H. Zainudin M.Z. Yaitu penjelasan tentang masalah, hal dan tata cara yang digunakan beliau dalam berdakwah. Konsep dan metode yang diterapkan dalam menempuh perjalanan dakwah. Dan apakah metode yang beliau terapkan tersebut mempu memberikan dampak keberhasilan kepada para pendai lain.Disamping itu penulis juga menggunakan penunjang lain untuk membantu terselesainya penulisan ikhtisar ini, seperti pengetahuann yang penulis dapatkan disaat menuntut ilmu dan pengetahuan yang penulis dengar baik dari media atau lewat penceramah.

D. Sumber DataPenelitian ini mengunakan dua sumber data :a. Data Primer. Yaitu, data pokok yang diperoleh melalaui kajian Buku Kesuksesan Dakwah K.H. Zainuddin M.Z, media Vidio dan audio dakwah beliau. Adapun judul-judul pidato beliau yang menjadi data primer adalah: Reformasi Besar, Isra dan Miraj, Pemimpin.b. Data Sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh dengan penelitian berupa dokumen-dokumen, buku-buku, artikel-ertikel dan serta buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Pengumpulan DataAdapun untuk memperoleh data yang harus dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan tehnik sebagai berikut :a. Telaah dan mengamati video beliau, yaitu menelaah buku karangan beliau sendiri dan mencocokkannya dengan trik, gaya dan cara beliau berpidato yang ada dalam dakwah beliau.b. Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara menelaah konsep berupa buku buku, serta dokumen dokumen yang mendukung dan ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti dengan kajian pokok, kemudian data yang terkumpul dianalisa sehingga mendapat kesimpulan pokok dari topik yang dikaji.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis DataAnalisis data dalam studi kualitatif adalah sebuah proses sistematik yang bertujuan untuk menyeleksi, mengkatagorikan dan menginterpretasikan data untuk membangun suatu gambaran konprehensif tentang fenomena atau topik yang sedang diteliti.Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan analisis induktif.[footnoteRef:39] yaitu dengan membaca, menganalisa, menelaah dan menguraikan serta menyimpulkan data yang didapatkan dari berbagai sumber yang didapatkan, dengan demikian diperoleh hasil yang rinci dan jelas. Dalam proses penyusunan penelitian ini penulis memakai buku Panduan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh STAIN Malikussaleh Lhokseumawe tahun 2012 dan buku panduan penulisan karya ilmiah lainnya. [39: Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet, I,( Bandung : Alfabeta, 2007 ), h.87.]

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin M.ZK.H. Zainuddin. M.Z menerapkan dua konsep dalam menyongsong keberhasilan dakwahnya.1. Konsep TehnisKemampuan berdakwah bukanlah semata- mata suatu ilmu yang diajarkan atau seni yang dipelajari, akan tetapi lebih dari itu, kecakapan berdakwah lebih banyak sebagai anugerah dan karunia yang dilimpahkan Allah SWT kepada orang-orang yang Dia kehendaki. K.H. Zainuddin M.Z adalah figur dai yang mampu mengkombinasikan antara teori berdakwah dan potensi diri (bakat) dari Allah SWT. Ia menekuni dunia dakwah sejak remaja kalau ditopang dengan bakat alami sebagai guru dakwah. Dengan dua kemampuan dasar itu K.H. Zainuddin M.Z mampu menyuguhkan metode, materi, gaya dakwah yang tepat dan mengena di hati umat.[footnoteRef:40] [40: Muaddin Aminan, Konsep Keberhasilan Dakwah, Cet. I, (Surabaya: Ampel Suci, 2008), h. 220]

Ide atau gagasan yang Dia atur sebagus mungkin membuat dakwahnya disukai dan disenangi oleh berbagai umat manusia, tidak hanya muslim akan tetapi juga non muslim menyukai konsep dakwah beliau.Salah satu konsep beliau yang membuat dakwahnya laku adalah permasalahan yang beliau sampaikan selalu berkenaan dengan waktu yang sesuai dan sasaran yang tepat. Konsep seperti ini sangat sulit diterapkan oleh orang yang tidak mempunyai skil tertentu. Banyak pendakwah ketika menyampaikan materinya dalam satu masalah selalu dikaitkan dengan hal-hal atau perkara-perkara lain yang tidak menyangkut dengan masalah pokok yang sedang disampaikan, hal tersebut dilakukan hanya untuk menambah bahan dakwahnya saja. Hal ini sesuai dengan analisis yang penulis lakukan pada beberapa pendakwah di aceh.Materi dakwah K.H. Zainuddin M.Z berfokus pada tiga masalah pokok dan mendasar bagi umat Islam yaitu keimanan, ukhuwah Islamiah, dan prestasi ibadah. Keberhasilan K.H. Zainuddin M.Z dalam berdakwah, karena ia mampu mengaktualisasikan dan menerjemah konsep- konsep Al-Quran dalam kehidupan sehari- hari (tekstual dan konstektual). Di samping itu ia menjadikan agama dalam dakwahnya sebagai solution (memberi jawaban) terhadap problem yang dihadapi umat.[footnoteRef:41] [41: Analisis Media Audio, Dakwah Revormasi, 24 April 2013 ]

Beberapa sebab yang dapat menjadikan dakwah K.H. Zainuddin M.Z mudah diterima ummat berdasarkan analisis penulis terhadap vidio akwah K.H Zainuin M.Z tentang hari raya. antara lain:a. Materi dakwahnya up to date, mempu memberi jawaban terhadap masalah yang dihadapi umat. Umat dirangsang rasa ingin tahunya untuk selalu mengikuti dan pada akhirnya umat tersentuh dengan nilai-nilai yang islam yang ia sampaikan. Jika umat tersentuh (bukan tersinggung) maka pasti akan mendekat.b. Materi dakwahnya sesuai dengan daya tangkap atau kemampuan umat sebagai penrima dakwah. Barabgkali ia berpegang pada sabda Rasulullah SAW berbicaralah kepada manusia sesuai dengan daya tangkap mereka.c. Materi dakwahnya disampaikan dengan hati yang iklas. K.H. Zainuddin MZ mempunyai prinsip bahwa sesuatu yang keluar dari hati insyaallah akan sampai ke hati, dakwah yang disampaikan denga hati yang tulus iklas akan mudah diterima oleh umat.2. Konsep Non TehnisK.H. Zainuddin M.Z tidak hanya disebabkan oleh konsep tehnis dalam kaitannya dengan dunia dakwah tetapi konsep non tehnis juga ikut mengantar keberhasilan tersebut. Untuk menelusuri konsep non tehnis sebagai salah satu sebab keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin M.Z tidaklah mudah, namun demikian apabila kita mau mengadakan penelitian secara cermat akan ditemukan jawaban bahwa dalam berdakwah K.H. Zainuddin M.Z mampu melaksanakan tuntunan Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dalam mendakwahkan Islam di tengah- tengah kaum kafir Quraisy.[footnoteRef:42] Tuntunan itu tergambar dalam surat Al-Insan ayat 23- 26: [42: Ibid, h. 231]

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka. dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.[footnoteRef:43] [43: Departemen Agama, Terjemahan Al Quran, Al Insaan, 23-26 ]

Ayat tersebut di atas adalah tuntunan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam berdakwah yang oleh K.H. Zainuddin M.Z mampu diterapkan dalam berdakwah di tengah- tengah umat Islam sekarang ini. Oleh karenanya secara non tehnis keberhasilan K.H. Zainuddin M.Z dalam berdakwah disebabkan antara lain:a. K.H. Zainuddin M.Z mempunyai kesabaran yang luar biasa dalam berdakwah.b. K.H. Zainuddin M.Z mengambil sikap tegas dalam berdakwah.c. K.H. Zainuddin M.Z mempunyai sandaran vertikal melalui zikrullah secara istiqamah.d. K.H. Zainuddin M.Z mendirikan shalat malam (tahajjud).

B. Metode Keberhasilan Dakwah K. H. Zainuddin. MZ1. Metode dari Al-QuranK.H. Zainuddin. M.Z tidak melakukan dakwah dengan gegabah dan sembarangan, karena telah ada rambu-rambu metode yang digariskan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tidak cukup berbekal semangat dan tekat untuk melakukan dakwah, namun harus disertai dengan pemahaman yang benar tentang bagaimana dakwah harus dilakukan. Allah Taala telah memberikan pedoman dalam menunaikan dakwah, sebagaimana firman-Nya QS. An Nahl: 125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[footnoteRef:44] [44: Departemen Agama, Terjemahan Al Quran, An Nahl, 125 ]

Ayat di atas memberikan beberapa petunjuk terkait metode dakwah. Metode tersebutlah yang telah diterapkan K.H. Zainuddin. MZ dalam berdakwah.a. K.H. Zainuddin M.Z Berdakwah dengan hikmahSalah satu metode yang dilakukannya adalah metode al hikmah, sebagaimana perintah ayat di atas. Dari segi bahasa, kata Al- Hikmah menurut kitab Al-Qamus Al-Muhith, bermakna adil, lembut, kenabian, Al-Quran, dan bagusnya pemikiran. Adapun dari pengertian syara, Al-Hikmah memiliki banyak makna, di antaranya adalah ketepatan ucapan dan perbuatan, sebagaimana ditulis dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ar-Razy.[footnoteRef:45] Dalam kitab Al Bahrul Muhith, hikmah dimaknai sebagai meletakkan segala sesuatu pada proporsinya. [45: Tafsir Ath Thabari dan Ar Razy, jilid 2 dan 3, (Semarang: Toha Putra, 2000), h. 67 dan 15]

Ath Thabari dan Ibnu Katsir memaknai al hikmah sebagai mengetahui Al Quran dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Kata Al- Hikmah juga bermakna as sunnah, sebagaimana diungkapkan oleh Ath Thabari, Ibnu Katsir, dan Ar Razi. Dalam kaitan Al- Hikmah yang bermakna As-Sunnah, bisa pula didapatkan dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat ke 129, 151, dan 231; surat Al-Ahzab ayat ke 34 dan surat Al-Jumah ayat ke 2.Makna-makna tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Seseorang dai tidak akan bisa berbicara yang benar, berbuat yang benar serta sesuai antara ucapan dengan perbuatan jika tidak memahami Al-Quran dan As Sunnah. Demikian pula seseorang dai tidak akan bisa meletakkan sesuatu secara proporsional jika ia tidak memahami ketentuan syariat yang termaktub dalam Al Quran dan sunnah Rasul.Dari berbagai pengertian secara bahasa maupun pengertian syara di atas, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menyimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan hikmah di dalam dakwah adalah berbuat yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu yang tepat. Sedangkan Muhammad Abul Fathi Al Bayanuni menyebutkan, di antara aplikasi hikmah dalam dakwah adalah menyusun prioritas (aulawiyat) gerakan, bertahap dalam merealisasikan prioritas gerakan, serta memilih metode yang tepat untuk kondisi dan kapasitas madu yang tepat.Aplikasi metode dakwah dengan hikmah telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Perilaku beliau yang selalu berlaku lembut dan santun kepada semua orang, namun ada saatnya Rasullullah SAW mengomando para sahabat untuk mengangkat senjata memerangi musuh, adalah aplikasi hikmah. Ada kalanya menahan diri, tetapi ada pula saat berperang. Ada masanya beliau berdakwah secara siriyah (tertutup), tetapi ada pula masanya untuk berdakwah secara jahriyah (terbuka).Tahap-tahap dakwah yang dilalui oleh Rasullullah SAW adalah contoh dari hikmah dalam dakwah. Rasullullah SAW tidak melakukan dakwah dengan memukul rata semua kondisi, semua masa, dan semua manusia. Beliau melakukan dakwah dengan tahapan-tahapan yang jelas sebagaimana pentahapan dalam turunnya Al-Quran. Apabila tidak bertahap dalam melakukan dakwah, justru akan memunculkan ketidaksiapan masyarakat dalam menerima seruan kebenaran. Aisyah RA pernah menceritakan :Sesungguhnya yang diturunkan mula-mula dari surat-surat pendek (Makiyah) berisi di dalamnya peringatan tentang surga dan neraka. Sampai ketika manusia telah teguh kepada Islam, barulah diturunkan tentang halal dan haram. Seandainya yang diturunkan mula-mula dari segala sesuatu adalah, Jangan kamu minum khamr, maka sungguh (orang-orang) akan berkata, Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya. Atau seandainya yang diturunkan mula-mula adalah, Jangan kamu berzina, sungguh (orang-orang) akan berkata, Kami tidak akan meninggalkan zina selamanya.[footnoteRef:46] [46: Buya Hamka, Tali Agama yang Kokoh, Cet. IV, (Semarang: Toha Putra, 1989). H. 216]

b. K.H. Zainuddin M.Z Berdakwah dengan pelajaran yang baikAl-Mauizhah Al-Hasanah adalah pelajaran dan peringatan yang baik. Al Khalil berkata, Al Mauizhah adalah memberi peringatan dengan kebajikan yang membuat hati senang. Al-Hikmah dan Mauizhah Hasanah disebut dalam kitab Adab Al Bahts wal Munazharah sebagai Al-Burhan (bukti, dalil) dan Al-Khithab (pidato). Allah Taala menghubungkan kata Al-Mauizhah dan Al-Hasanah, yang dalam susunan seperti ini terdapat pengertian ada Al-Mauizhah yang tidak baik, namun yang diperintahkan Allah adalah Mauizhah yang baik.Dengan pikiran jernih kita bisa memahami bahwa dakwah dengan mauizhah dari orang yang tidak mengambil pelajaran dengan apa yang diperingatkan itu, atau tidak melaksanakan sendiri apa yang diserukan itu, bukanlah termasuk Mauizhah yang baik. Al Bayanuni menyebutkan aplikasi Mauizhah Hasanah sebagai nasihat dan peringatan, perkataan yang jelas dan lembut serta berita gembira dan ancaman.c. Perdebatan Beliau dilakukan dengan tepatKadang dalam dakwah menuntut dilakukannya sebuah perdebatan. Debat atau jadal (jidal) sebagaimana disebutkan dalam ayat ke 125 surat An Nahl, dijelaskan oleh Dr. Muhammad Jamil Ghazi: Ayat tadi (QS. 16 : 125) membatasi metode dakwah dengan Al-Hikmah dan Al-Mauizhah Al-Hasanah. Karena jika berdakwah dengan dalil-dalil yang meyakinkan, maka itulah Al-Hikmah, dan jika dengan dalil-dalil zhanni maka itu al mauizhah al hasanah. Adapun jadal bukan termasuk dakwah, tetapi ia mempunyai maksud lain yang berbeda dari dakwah, yaitu meyakinkan dan mendiamkan lawan.Karenanya ayat tadi tidak mengatakan (udu ila sabili rabbika bil hikmah wal mauizhah al hasanah wal jadal al hasan), tetapi ayat tersebut melepaskan jadal dari bagian dakwah karena ingin memberi tahu bahwa ia bukan bagian langkah untuk mencapai dakwah. Ia hanya dimaksudkan untuk membela dakwah dan menolak syubhat, kepercayaan-kepercayaan bathil dan kepalsuan-kepalsuan yang timbul di sekitarnya.[footnoteRef:47] [47: Departmen Agama RI, Tafsir Al Quran, jilid 3: 16: 125]

Dr. Ali Abdul Halim Mahmud memasukkan jadal dalam bagian dari metode dakwah, jika memang jadal itu diperlukan. Namun pelaksanaan jadal harus dengan jalan billati hiya ahsan, dengan cara yang lebih baik, dengan tujuan untuk ihqaqul haq wa izharuhu, membenarkan yang haq dan memenangkannya.2. Metode Dakwah dari dalam Diri K.H. Zainuddin MZ

K.H. Zainuddin M.Z adalah dai yang padanya terkumpul kehebatan tiga orator besar Indonesia. Ia bisa menjadi singa seperti Soekarno, mampu mewarisi kehalusan bahasa Buya Hamka dan sanggup bermain logika seperti Idham Kholid. Dalam berdakwah K.H. Zainuddin M.Z lebih banyak menggunakan pendekatan humanitis (kemanusiaan) artinya dalam berdakwah lebih banyak menyentuh, bukan menyinggung, mengajak, bukan mengejek, merangkul, bukan memukul, ibarat mencubit tetapi tidak terasa sakit. Pendekatan ini sebenarnya aplikasi dari metode yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam berdakwah.Selain menggunakan metode humanitis tersebut, K.H. Zainuddin M.Z dalam berdakwah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, karena itu titik sentralnya adalah pesan dakwah harus mengena, sampai pada sasaran. Hal ini terbukti dengan merasa hausnya umat atas siraman rohani yang ia sampaikan. Di samping beberapa sebab di atas, kelebihan yang menyebabkan keberhasilan K.H. Zainuddin M.Z. Antara lain: Ia mampu menerapkan teori dalam praktek dakwahnya. Ia mengatakan bahwa seorang dai harus bermata setajam rajawali, berhati sepeka radar, berkaki sekuat bionik, dan bertangan sehalus seniman. Semua yang dikatakan tersebut, ia miliki dan ia terapkan sebagai seorang dai.[footnoteRef:48] [48: Hamka, Prinsip-prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Cet. II, (Jakarta: Pustaka Setia, 1990), h. 76 ]

a. K.H. Zainuddin M.Z bermata setajam rajawali artinya ia sanggup dan mampu mengamati gejala- gejala yang terjadi di masyarakat, lalu atas dasar pengamatan itu ia menyusun konsep apa yang dibutuhkan masyarakat.b. K.H. Zainuddin M.Z berhati sepeka radar artinya sandaran vertikal yang kuat, maka hati akan hidup dan hati yang akan mampu mendeteksi persoalan, sehingga secara naluriah ia akan dapat emmilah dan memilih materi yang bermanfaat bagi agama dan umat.c. K.H. Zainuddin M.Z berkaki sekuat bionik artinya ia sanggup mengendalikan diri tidak hanyut oleh gambaran- gambaran yang enak dan gemerlapan. Ia sanggup menghadapi berbagai tantangan.d. K.H. Zainuddin M.Z bertangan sehalus seniman artinya ia sanggup mengadakan pendekatan yang sifatnya manusiawi, ibarat mencubit tapi tidak terasa sakit.Di samping metode-metode tersebut di atas akhlak dan kepribadian yang ia miliki juga turut menentukan keberhasilan dalam berdakwah. Di antara akhlaknya yang menonjol adalah:a. Sederhana K.H. Zainuddin M.Z adalah figur yang sederhana. Dilihat dari keadaan rumahnya tidak lebih baik dari masjid yang di bangunnya. Dilihat dari makanan setiap hari nampak ada keistimewaan. Justru terdapat tradisi makan bersama dengan pengurus masjid, para tamu disetiap selesai shalat Jumat. Walaupun ia mempunyai mobil mewah tapi semata- mata hanyalah untuk kelancaran dakwah bukan sekedar kemewahan.

b. Low ProfileK.H. Zainuddin M.Z adalah figur dai yang dapat diterima umat secara utuh. Ia pandai bergaul dan menempatkan diri di berbagai kalangan. Ia mampu mewujudkan tiga teladan ukhuwah yang dimiliki oleh Rasullullah SAW, yaitu:a) Memberi pelayanan yang tulus kepada umat.b) Menghargai karya atau prestasi orang lain.c) Pemaaf 3. Pembentukan Aktifitas Dakwah K.H. Zainuddin M.ZSebagaimana yang telah diterangkan pada pembahasan sebelumnya bahwa dakwah merupakan suatu kegiatan yang hidup dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Dakwah yang baik adalah dakwah yang seimbang antara ucapan dan perbuatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Fushshilat: 33 siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"[footnoteRef:49] [49: Departemen Agama, Terjemahan Al Quran, Fushshilat, 33]

Berdasarkan ayat tersebut di atas, secara garis besar ada tiga pola pengertian yang selama ini hidup dalam pemikiran dakwah yaitu sebagai berikut:a. Dakwah diberi pengertian tabligh, penyiaran, ceramah, penerangan agama (dakwah bil lisan).b. Dakwah diberi pengertian semua kegiatan, usaha untuk merealisir ajaran Islam dalam semua segi kehidupan manusia (dakwah bil hal).c. Dakwah diberi pengertian segala usaha untuk mengembangkan ajaran Islam melalui dunia grafika (dakwah bil kitabah).Adapun pengertian yang pertama menyempitkan hakikat dakwah, sehingga kriteria dai hanyalah orang- orang yang aktif berceramah di mimbar- mimbar. Pola pengertian dakwah seperti ini mengakibatkan Islam hanya dapat difahami dalam satu dimensi, yaitu dimensi nasehat dan ceramah. Sedangkan pola pengertian yang kedua melebarkan wilayah kerja dakwah yaitu dakwah tidak identik dengan tabligh tapi meliputi semua usaha mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan manusia. Pola pengertian dakwah semacam ini melahirkan metode dan strategi baru dalam berdakwah, dakwah bukan hanya bersifat verbalis (bil lisan) melainkan menjadi gerakan yang hidup sesuai dengan tuntutan zaman. Pola dakwah ini akan mampu memberikan jawaban kongkrit atas permasalahan yang dihadapi umat. Seorang dai tidak hanya dituntut dakwah bil lisan, tetapi harus dapat menyempurnakan dengan dakwah bil hal, dakwah mimbar bisa menjawab segalanya tetapi tidak mungkin menyelesaikan semuanya.Adapun pola pengertian yang ketiga sebenarnya adalahpengembangan dari pengertian kedua, hanya saja sifatnya lebih spesifik, yaitu usaha mengembangkan ajaran Islam melalui meia cetak. Dakwah dalam bentuk media cetak (dakwah bil kitabah) ini akan mampu menggoreskan kenangan dihati umat dan tidak akan tenggelam dari peredaran zaman sekalipun sang juru dakwah sudah selesai melaksanakan tugas dan kewajibannya.Pada hakikatnya pembagian dakwah menjadi tiga pola pengertian sebagaimana di atas hanyalah bertujuan untuk lebih mudah memahami arti dakwah dalam berbagai dimensi. Dalam prakteknya ketiga pola pengertian dakwah tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan artinya antara dakwah bil lisan dengan dakwah bil hal dan dakwah bil kitabah saling menyempurnakan, sebagaimana tuntutan surat Fushshilat ayat 33 di atas bahwa ucapan, amal dan usaha dai adalah satu kesatuan. Dengan demikian dakwah akan menjadi suatu gerakan yang hidup untuk mewujudkan ajaran Islam dalam semua dimensi kehidupan manusia. Model dakwah seperti inilah yang dulu dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yang kemudian diteruskan oleh para sahabat, tabiin, tabiit tabiin sampai pada generasi awal abad 20 dengan segala konsekwensinya.[footnoteRef:50] [50: Hasan Al Bana, Menempuh Jalan yang Benar dan Mudah, Cet, III, (Bansung: Suaka Ilmu, 2001), h. 55]

Pada zaman Rasulullah SAW dakwah tidak hanya sebatas tabligh, khutbah di mimbar (dakwah bil lisan) tetapi sudah mengembang pada dakwah bil hal, dimana Rasulullah SAW di samping tabligh dan khutbah di mimbar juga berdakwah dalam bentuk perbuatan (dakwah bil hal), seperti beliau mendirikan mesjid, lembaga pendidikan meskipun bentuknya berupa halaqah (Darul Arqam). Bahkan beliau sudah mengembangkan Islam melalui surat kepada bebrapa raja di Semenanjung Arabiah untuk menerima Islam. Model dakwah yang dilaksanakan Rasulullah SAW ini sampai pada akhirnya mampu merubah tatanan kehidupan masyarakat Madinah dari masyarakat jahil menuju masyarakat Islami, bahkan mampu membentuk Masyarakat Islam Madinah.Model dakwah yang diterapkan Rasulullah SAW selanjutnya diteruskan oleh para sahabat, tabiin, tabiit tabiin dan generasi awal abad 20. Mereka berdakwah melalui mimbar, disempurnakan dengan amal, usaha, gerakan yang hidup seperti mendirikan lembaga pendidikan, lembaga sosial keagamaan dan meninggalkan kenang- kenangan dalam bentuk karya tulis yang dapat dinikmati setiap zaman dari generasi ke generasi. Model dakwah seperti ini pulalah yang juga diterapkan oleh K.H. Zainuddin M.Z dalam mengembangkan ajaran Islam.Apabila K.H. Zainuddin M.Z dikatakan sebagai dai yang mampu meneruskan para pendahulunya, menterjemahkan makna dakwah dalam berbagai dimensi kehidupan, dakwah tidak terfokus kepada kegiatan mimbar saja akan tetapi disempurnakan dengan dakwah bil hal dan bil kitabah, maka hal itu dapat dilihat dari aktifitasnya dalam berdakwah.[footnoteRef:51] antara lain sebagai berikut: [51: Arif Fadhilah, Lembaga Dakwah Indonesia, Cet. I, (Jakarta: Grafika Media, 2009), h. 26 ]

a. Membentuk Koordinator Dakwah (KORDA)K.H. Zainuddin M.Z membentuk koordinator- koordinator dakwah hampir di seluruh provinsi Indonesia bahkan di luar negeri seprti di Malaysia, Singapura dan Brunai. Koordinator- koordinator tersebut berfungsi menampung permintaan daerah yang bersangkutan kemudian mengatur dan mengkonfirmasikan acara pada koordinator pusat. Tujuan pembentukan korda- korda tersebut adalah untuk memudahkan proses pelaksanaan dakwah, misalnya tentang perizinan, transport pulang pergi K. H. Zainuddin M.Z dengan dipikul bersama-sama seluruh jumlah panitia yang ada. Koordiantor Pusat Dakwah K.H. Zainuddin M.Z ditangani oleh empat orang yaitu: K.H. Moenazar M.Z sebagai Koordinator Pusat, Ir. Luthfi An Nahdi sebagai sekretaris, Yosmarni sebagai Administrator dan Operator telepon dan Bahari sebagai Pembantu Umum. Untuk menunjang tugas Koordinator Dakwah di Pusat tersebut, setiap personil menempati ruang kerja masing- masing yang juga dilengkapi alat- alat elektronik seperti komputer, faximile, saluran telepon dan lain- lain.b. Ceramah di KasetPengembangan dakwah agar setiap apa yang disampaikan dapat didengar dan dinikmati oleh umat, maka K.H. Zainuddin M.Z masuk studio rekaman untuk ceramah dan dikasetkan.Keberadaan dakwah memalui kaset sebenarnya dimaksudkan untuk mengantisipasi keterbatasan K.H. Zainuddin M.Z baik waktu maupun tenaga sementara permintaan umat semakin banyak. Karena K.H. Zainuddin M.Z tidak mampu melayani setiap permintaan umat maka beliau memanfaatkan studio rekaman sebagai media dakwah/ceramah dan dikasetkan. Dengan ceramah dalam kaset tersebut setiap umat dapat mendengar dan menikmati ceramah- ceramahnya walaupun tidak berhadapan langsung. c. Mendirikan Yayasan Nurul FalahK.H. Zainuddin M.Z disamping aktif dalam dakwah bil lisan, beliau juga aktif membina yayasannya sendiri sebagai pengejawantahan daripada dakwah bil hal yaitu Yayasan Nurul Falah di Gandaria Kebayoran Baru Jakarta Selatan.Yayasan Nurul Falah yang dipimpin oleh K.H. Zainuddin M.Z tersebut bergerak dalam dunia pendidikan. Sampai sekarang ini terdapat beberapa lembaga pendidikan yaitu: 1) Raudhatul Athfal (RA)2) Madrasah Ibtidaiyah (MI)3) Madrasah Tsanawiyah (MTs)4) Sekolah Menengah Pertama (SMP)5) Sekolah Menengah Umum (SMU)d. Gerakan Nada dan DakwahGerakan nada dan dakwah ini bersifat contoh sentral diman K.H. Zainuddin M.Z menjalin kebersamaan dengan beberapa seniman dengan tujuan untuk mengemas dakwah sehingga menarik dan mudah diterima umat sesuai dengan tuntutan zaman dan ini diprioritaskan untuk daerah tertentu, seperti masyarakat perkotaan yang pada umumnya menjadikan seni sebagai kebutuhan sekaligus mengimbangi walaupun tidak sama sekali menghilangkan musik- musik atau budaya seni yang merusak mental dan kepribadian sebagai bangsa Indonesia dengan falsafah pancasila yang tidak bisa dilepaskan dari nilai- nilai religius.e. Memanfaatkan Film sebagai Media DakwahFilm adalah media yang bersifat netral artinya film dapat dimanfaatkan untuk dakwah. Kehadiran K.H. Zainudin MZ dalam dunia film semata- mata menunjukkan bahwa film dapat dimanfaatkan untuk berdakwah karena menurutnya selama ini ada kecenderungan bahwa Islam dalam film hanya bersifat sisipan, numpang lewat, lipstick, kampungan dan tidak berwibawa realita atau problem kehidupan pada hal agama dalam segala dimensinya merupakan sulution terhadap problem kehidupan.Kehadiran K.H. Zainuddin M.Z bersama Rhoma Irama dalam film Nada dan Dakwah tidak lebih hanyalah dakwah melalui film sehingga apa yang diperankan dalam film tersebut adalah sebagai sosok seorang dai yang sedang memberikan ceramah, artinya Zainuddin sebagai Zainuddin, juru dakwah dan berbicara serta berperan sesuai dengan profesinya bukan memerankan orang lain. Dan film seperti Nada dan Dakwah ini perlu terus ditindaklanjuti demi menyampaikan pesan- pesan dakwah walaupun bukan oleh K.H. Zainuddin M.Z sendiri, karena baginya film Nada dan Dakwah merupakan yang pertama sekaligus menjadi yang terakhir (the first and the last). f. Mendirikan PT. Hira UtamaK.H. Zainuddin M.Z di samping piawai dalam dakwah bil lisan juga mampu berdakwah bil hal. Hal ini sangat jelas dengan berdirinya PT. Hira Utama yang telah beropersi di Pontianak Kalimantan Barat dan akan bergerak juga di Jakarta.PT. Hira Utama telah berdiri selama 4 tahun yang lalu yang bergerak dibidang kontraktor, suppliyer, properti dan perdagangan umum. Motivasi pendirian PT. Hira Utama adalah usaha dari umat untuk umat. Menurutnya umat Islam bukan tidak punya potensi tetapi hanya kurang pandai dalam menginventarisir potensi tersebut. Dengan demikian akan tergali potensi umat Islam dan semua hasil usaha dikerahkan untuk perbaikan dan kesejahteraan umat.Peran yang di tampilkan oleh PT. Hira Utama yang sudah berjalan dibidang dakwah mempunyai program khusus yaitu sebagai berikut:1) Setiap aktivitas dakwah K.H. Zainuddin M.Z di provinsi Kalimantan Barat, PT. Hira Utama yang bekerjasama dengan Pemda setempat, usahawan, Tokoh masyarakat dan lain- lain mengambil peran langsung dari segi pendanaan. Artinya setiap pengajian K.H. Zainuddin M.Z tanpa ada kartu infaq dan emua biaya ditanggung oleh PT. Hira Utama. Inilah cita- cita K.H. Zainuddin M.Z setiap tabligh akbar di biayai Kaum Industrialis sehingga umat menikmati dan menerima pengajian dengan gratis.2) Memberi sport dana (back up) untuk pembangunan lembaga- lembaga pendidikan Islam atau pondok- pondok pesantren dan lain- lain sperti sumbangan dana pembangunan Pondok Pesantren Al Ihsan Pontianak di atas tanah seluas 7, 6 ha. Adapun sarana yang sudah dibangun antara lain: gedung induk, pendopo, rumah pengasuh/kiyai dan perumahan dewan guru.3) Kadernisasi Dai Mandiri PT. Hira Utama membina beberapa juru dakwah dan diterjunkan ke pelosok- pelosok daerah pedalaman (daerah transmigrasi) dengan biaya dari PT. Hira Utama. g. Mendirikan Yayasan HiraYayasan Hira didirikan dan disahkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1991. Adapun maksud dan tujuan didirikannya Yayasan Hira tersebut adalah ingin meningkatkan taraf hidup dan pengetahuan bangsa yang adil dan makmur secara merata baik fisik materil maupun mental spirituil.Adapun yang mendasari pemikiran sehingga didirikannya Yayasan Hira pada hakikatnya bahwa pembangunan Nasional Indonesia adalah untuk masyarakat Indonesia. Di samping itu juga karena umat Islam Indonesia adalah umat yang mayoritas dan perlu mendapat perhatian utama dalam pembangunan agar terbina menjadi muslim yang baik serta turut ambil bagian secara bersama- sama dalam pembangunan.h. Mendirikan Devisi Penerbitan dan PercetakanDevisi penerbitan dan percetakan K.H. Zainuddin M.Z ini didirikan pada tanggal 17 Agustus 1994 yang beralamatkan di Jl. Jemurwonosari Gg. Lebar 142 Surabaya. Adapun yang menjadi tujuan pendirian usaha ini yaitu untuk mengembangkan dakwah bil lisan kepada dakwah lewat media cetak serta berusaha memberikan kenang- kenangan dan sekaligus menjadi warisan dalam mengembangkan dakwah melalui media cetak disamping dakwah bil lisan bagi generasi yang akan datang.Demikianlah aktivitas dakwah bil hal K.H. Zainuddin M.Z ditengah- tengah kesibukannya dakwah bil lisan. Aktivitas- aktivitas tersebutakan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Aktivitas- aktivitas tersebut menunjukkan bahwa K.H. Zainuddin M.Z bukan hanya sebagai dai mimbar tetapi dai multi dimensional. Aktivitas- aktivitas tersebut juga membuktikan betapa besar peran K.H. Zainuddin M.Z dalam mengembangkan ajaran Islam diberbagai aspek kehidupan.K.H. Zainuddin M.Z adalah figur dai berjuta umat. Perjalanan dakwahnya merambah dari kota- kota besar sampai ke pelosok- pelosok desa, tidak hanya wilayah Pulau Jawa tetapi hampir mencakup 27 provinsi di Indonesia, bahkan Asia, Australia dan Amerika pun sudah di jamah. Para jamaahnya tidak hanya kalangan orangtua tetapi juga anak- anak kecil sudah mengenalnya, tidak hanya kelompok ekonomi lemah, tetapi the have pun ikut mengundangnya. Karenanya tidak mengherankan jika ia sangat populer, terkenal di kalangan umat Islam, terlebih yang sering mendatangi pengajian atau ceramah agama Islam.[footnoteRef:52] [52: Mahfudh Syamsul Hadi, Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin Mz, h. 216 ]

K.H. Zainuddin MZ merupakan figur dai yang berhasil, ia sanggup menggoyang lautan massa setiap kali hadir, ucapan- ucapannya di atas mimbar mampu menggetarkan jiwa jutaan umat, kadang bagaikan air surga yang mengalir sejuk membasahi kerontangnya hati pendengar, kadang laksana halilintar yang menyambar tanpa meninggalkan bekas duka dan kadang laksana bara api yang sanggup membakar semangat massa. Guyuran air hujan sering tidak mampu membuat massa bergeser dari tempat duduknya bila ia sedang tampil di podium, para ibu yang menggendong anaknya tetap setia mendengarkan ceramahnya di bawah sengatan terik matahari. Keberhasilannya berdakwah selalu membuat umat bertanya- tanya apakah rahasia dakwah K.H. Zainuddin M.Z4. Prinsip Dakwah K.H. Zainuddin. M.Z kepada Al Quran dan HadistPrinsip mengandung pengertian dasar atau asas kebenaran yang menjadi pokok pada dasarnya berfikir, bertindak dan sebagainya.[footnoteRef:53] [53: Didin Hafidhuddin, Dakwah Faktual, Cet. II (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),h.77.]

Pada dasarnya prinsip dakwah yaitu amar ma'ruf nahi munkar., meskipun demikian tidak menjadikan dakwah sebagai suatu yang mudah untuk dilakukan, tanpa mengindahkan tata cara yang sopan dan santun sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW karena dakwah adalah merupakan kewajiban terhadap setiap muslim tanpa memandang asal golongan maupun sosial dari objek dakwahnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan secara seksama agar dakwah dapat dilaksanakan dengan baik dan menyejukan pendengar (mad'u) seperti yang diterapkan oleh K.H. Zainuddin. M.Z antara lain.[footnoteRef:54] [54: M. Munir, Metode Dakwah.Ct. I, (Jakarta: Pernada, 1989), h.50-58]

a. K.H. Zainuddin. M.Z Selalu Mencari Titik Temu atau Sisi Kesamaan. Prinsip dakwah beliau bertumpu kepada pola dakwah Rasulullah Saw. Sebelum tiba masanya hijrah, tidak pernah menyeru umatnya sendiri atau ahli kitab sebutan orang-orang kafir, musrik atau munafik. Melainkan dengan seruan yang sama dengan dirinya yakni yaa ayyuhan naas (wahai manusia) atau ya qaumii (wahai kaumku). Bahkan untuk orang-orang yang munafik, sebelum jatuhnya kota Mekkah Rasullullah SAW mempergunakan panggilan yaa ayyuhal ladziina aamanu (wahai orang-orang yang beriman), dan sama sekali tidak pernah mengungkapkan secara terang-terangan kemunafikan mereka dengan panggilan yaa ayyuhal munafiqun (wahai-orang-orang yang munafik).b. K.H. Zainuddin. M.Z Berdakwah dengan Cara Menggembirakan Sebelum Menakut-nakuti. Sudah menjadi fitrah manusia menyukai hal-hal yang menyenangkan dan membenci kepada yang menakutkan, maka selayaknya bagi para da'i untuk memulai dakwahnya dengan memberi harapan yang menarik dan menggembirakan sebelum memberikan ancaman seperti yang dilakukan K.H. Zainuddin. MZ. Rasulullah SAW bersabda dalam hadist yang diriwayatkan muslim yang artinya :"Serulah manusia Berilah kabar gembira dan janganlah membuat orang lari." Seorang dai seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib (kabar gembira) sebelum tarhib (ancaman). Contohnya memberi tahu keutaman menjalankan shalat pada waktunya sebelum memberi peringatan besarnya dosa meninggalkan shalat. Kebar gembiran dan ancaman memang sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam berdakwah, karena targhib memberikan motivasi untuk menumbuhkan harapan dan optimisme seseorang. Sedangkan tarhib memberikan perenungan dan penyadaran kepada sesesorang untuk kembali kepada Jalan Allah SWT.c. K.H. Zainuddin. M.Z Selalu Memudahkan Tidak Mempersulit.Rasulullah SAW selalu menerapkan metode yang mempermudah tidak mempersulit, karena pada dasarnya Allah SWT menyukai yang mudah dan tidak mempersulit seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah: 185

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.[footnoteRef:55] [55: Departemen Agama, Terjemahan Al Quran, Al Baqarah: 185]

d. K.H. Zainuddin. M.Z Selalu Memperhatikan Psikologi Mad'u. Mengingat bermacam-macam tipe manusia yang dihadapi da'i dan berbagai jenis antara dia dengan mereka serta kondisi psikologis mereka. Setiap da'i yang mengharapkan sejuk dalam aktivitas dakwahnya harus memperhatikan kondisi psikologis mad'u. hal ini menjadi penting, mengingat tidak semua pokok persoalan yang dihadapi seseorang dapat diselesaikan dengan metode penyampaian yang sama.Lebih lanjut Faizhah dan dan Lalu Mukhsin Effendi dalam bukunya Psikologi Dakwah[footnoteRef:56] menjelaskan bahwa agar dakwah menjadi efektif, msyarakat dakwah khususnya para da'i harus memahami prinsip dakwah yang sesuai dengan kenyataan dakwah dilapangan. Yang selalu K.H. Zainuddin. M.Z terapkan adalah: [56: Faizhah. Cs, Psikologi Dakwah, Cet. II, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2008), h. 24]

(1) Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (Ibda' binafsik) dan kemudian menjadikan keluarganya sebegai contoh bagi masyarakat, sebagai mana firman Allah SWT yang terdapat dalam Q.S At-Tahrim: 6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan[footnoteRef:57] [57: Departemen Agama, Terjemahan Al Quran, At Tahrim: 6]

(2) Secara mental, da'i harus siap menjadi pewaris para nabi yakni mewarisi perjuangan yang beresiko seperti para nabi juga harus mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya meski sudah dilengkapi dengan mu'jizat.(3) Da'i juga harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagaimana dahulu Rasullullah SAW harus melalui tahapan periode Mekkah dan Madinah.(4) Da'i juga harus menyelami alam fikiran masyarakat sehingga kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat. Sebagaimana pesan Rasul : Khatib an as'ala qadri 'uqulihim atau dalam menghadapi kesulitan, da'i harus bersabar, jangan bersedih atas kearifan masyarakat dan jangan terbelenggu dalam tipu daya setan, karena sudah menjadi sunatullah bahwa setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang kafir, bahkan setiap nabi pun harus mengalami diusir oleh kaumnya. Seorang da'i harus bisa mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk adalah Allah SWT.(5) Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah, sebaliknya citra buruk dakwah akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontra produktif. Citra positif bisa dibangun dengan kesungguhan dan konsisten dalam waktu yang lama, tetapi citra buruk dapat terbangun hanya karena oleh satu kesalahan fatal. Dalam hal ini, terbangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal. Dalam hal ini, keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah.(6) Da'i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang bersifat universal. Yakni Al-Khair adalah kebaikan universal yang datangnya secara normatif dari tuhan, seperti keadilan dan kejujuran, sedangkan al-ma'ruf adalah sesuatu yang secara sosial dipandang sebagai kepantasan.Menurut Lukmanul Hakim ada beberapa prinsip asas di dalam fiqh dakwah yang perlu difahami dan dimengerti oleh para kader dakwah.[footnoteRef:58] Diantaranya: [58: Lukmanul Hakim, Dewan Guru Raudhatul Jannah, Wawancara, Rabu 6 April 2013]

a. Al-Basiroh al Waiyah (pandangan jauh penuh sedar)Dakwah adalah seruan yang berdiri di atas basirah. Basirah ialah melihat sesuatu dengan penuh hikmah, kebijaksanaan dan penuh sedar. Ia adalah satu tuntutan Al-Quran kepada para duat.Kemahiran menguasai fiqh dakwah tidak cukup dengan membaca dan merujuk buku-buku dakwah tetapi perlu bertalaqqi dan berguru dari para Masayeikh Robbaniy. Ini kerana ia tidak cukup untuk membina dan mencetak para kader tanpa melalui Manhaj Idad duat Ar-Robbaniy.b. Al-Hal As-SodiqDakwah adalah seni. Dakwah yang berkesan ialah dakwah yang membuahkan amal atau tindakan. Dakwah bukan sekadar ungkapan kata-kata semata-mata tetapi diterjemahan dengan satu perlakuan yang mewujudkan contoh-contoh hidup. Inilah yang dikatakan Al-Hal Al-Sodiq.c. Makrifatul al-AsrDai adalah manusia yang hidup untuk zamannya, umatnya dan tempat titik kehidupannya. Ia berinteraksi dengan zaman, tempat dan manusia.Itulah medan dakwah seorang dai. Seorang dai yang bijak ialah yang memahami lingkungan zaman, lingkungan umat dan lingkungan realiti yang ia hadapi.Kesemua yang telah penulis sebutkan telah dilakoni dan diteladani oleh K.H. Zainudin M.Z sehingga dakwahnya bisa menyentuh setiap individu.5. Keteguhan Hati dan Aqidah yang Kuat K.H. Zainuddin M.ZK.H. Zainuddin M.Z adalah dai yang memiliki keteguhan hati dan aqidah yang kuat kepada Allah SWT, kedekatannya dengan Allah yang mengantarkan Dia kepada kesuksesan dalam berdakwah. Sebahagian manusia ada yang melihat dari sudut yang sempit dalam memahami makna keberhasilan/kemenangan dan kejayaan yang hanya pada gambaran tertentu dan terbatas, padahal bentuk keberhasilan/kemenangan mempunyai banyak modelnya, walaupun kadang-kadang memiliki kesamaan dengan sebahagian yang lainnya dengan bentuk kekalahan jika pandangannya adalah singkat. Nabi Ibrahim AS dilemparkan ke dalam api namun tidak surut keimanan dan dakwahnya. Apakah ini merupakan sikap keberhasilan/kemenangan atau kekalahan.Tidak ada keraguan lagi dari segi logika, aqidah bahwa sikap tersebut merupakan puncak keberhasilan/kemenangan ketika Nabi Ibrahim AS dilemparkan ke dalam api yang panas dan merupakan keberhasilan/kemenangan kedua ketika Beliau selamat dari api tersebut.

C. Beberapa Bukti Keberhasilan Konsep dan Metode Dakwah K.H. Zainuddin MZJika ditanya seberapa jauh keberhasilan konsep dan metode dakwah K.H. Zainuddin MZ? K.H. Zainuddin M.Z hanyalah salah satu dari sekian banyak dai- dai yang tersebar di bumi Nusantara Indonesia, kehadirannya dalam jajaran pendakwah Islam memberikan warna tersendiri dan merupakan era baru dalam bidang dakwah Islam di Indonesia. K.H. Zainuddin MZ adalah seorang dai yang berbeda dengan dai- dai pada umumnya. Hal itu dapat dilihat dan dibuktikan dengan melautnya umat yang menghadiri ceramahnya.Wujud keberhasilan K.H. Zainuddin MZ sebagai dai yang sukses adalah sebagai berikut:1. Hasil Penelitian NasionalPenelitian tentang keberhasilan dakwah beliau dilakukan selama empat bulan, mulai dari bulan Oktober 1992 sampai Januari 1993 pada 20 provinsi (74,07%) dari 27 provinsi yang ada di Indonesia yaitu Sumatra Utara, Lampung, Sumatra Selatan, Daerah Istimewa Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Tenggara, Riau, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Kalimantan Tengah.[footnoteRef:59] [59: Mahmud Syamsul Hadi, Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin MZ, Cet. II, (Surabaya: Ampel Suci, 1989) h. 246]

Penelitian ini menggunakan angket tertutup sebanyak 2500 angket, dimana responden di hadapkan bberapa pertanyaan dan alternatif jawaban tentang keberhasilan dakwah beliau. Hasil jawaban responden selanjutnya di analisis untuk memperoleh kesimpulan seabagai berikut:a. Dari 2500 responden yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia 2165 orang atau 86, 60% mengaku merasa kagum atas ceramah/ dakwah beliau baik melalui kaset atau terjun langsung di lapangan.b. Dari 2500 responden yang btersebar di 20 provini di Indonesia, 2074 orang atau 82, 95% mengatakan bahwa dakwah beliau sangat baik dan mereka merasa jiwanya terisi dengan ajaran Islam yang sebelumnya mereka kurang memahami ajaran Islam. Mereka mengatakan bahwah ceramah beliau mengena dan menyentuh karena mampu memberi contoh sekalipun terkesanbanyak humornya.c. Dari 2500 responden yang tersbar di 20 provinsi di Indonesia, 2163 orang atau 86,44% mengatakan bahwa dakwah yang di sampaikan beliau mengena di hati, mudah dimengerti dan diterima.[footnoteRef:60] [60: Ibid, h. 248 ]

2. Komentar para Ilmuwan TerkemukaAdapun beberapa komentar para ilmuwan dan negarawan terhadap keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin MZ adalah sebagai berikut:a. Dr. Tarmizi Thaher (Menteri Agama Republik Indonesia)K.H. Zainuddin MZ adalah dai yang berhasil membina umat, dai yang bagus, menarik dan favorit masyarakat. Sekarang ini ia menjadi dai terkondang di Asia Tenggara, karenanya tidak heran jika Departemen Agama RI mendapat surat permintaan dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunai yang meminta ia berceramah di sana.[footnoteRef:61] [61: Arif Fadhilah, Lembaga Dakwah Indonesia, Cet. I, (Jakarta: Grafika Media, 2009), h. 56 ]

b. K.H. Hasan Basri (Ketua Majlis Ulama Indonesia)K.H. Zainuddin MZ adalah dai yang berhasil membina umat, ia dai lintas sektoral, dai yang baik, komunikatif dalam menjalankan dakwah. Kelebihan ini yang belum dimiliki oleh dai- dai di Indonesia. Kehadirannya dalam berdakwah dibutuhkan untuk menggairahkan kehidupan beragama di Indonesia.[footnoteRef:62] [62: Ibid, h. 57 ]

c. K.H. Abdurrahman Wahid (Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) K.H. Zainuddin MZ adalah dai yang populer dikalangan umat Islam karena dia menyajikan hal- hal yang menjadi pikirannya masyarakatdi berbagai kalangan. Ia mampu mengambil isu yang lintas sektoral. Umat yang bermacam- macam jenisnya dapat dilayani dengan baik dan bisa mengambil materi yang pas.[footnoteRef:63] [63: Ibid, h. 57 ]

d. K.H. Noer Muhammad Iskandar (Pemimpin Pondok Pesantren Ash Shiddiqiyyah Jakarta)K.H. Zainuddin MZ adalah sosok yang patut diteladani dari sekian banyak jiwa ummat Nabi Muhammad SAW.[footnoteRef:64] [64: Ibid, h. 57 ]

D. Analisis PenulisMenurut penulis sesungguhnya ada berbagai keadaan yang dapat menyempurnakan keberhasilan/kemenangan dalam bentuknya yang jelas dan dekat jika memiliki hubungan dengan bentuk yang kekal dan tetap, seperti Rasullullah SAW yang telah mendapatkan keberhasilan/kemenangan dalam perjalanan hidupnya, karena keberhasilan/ kemenangan ini memiliki hubungan yang erat dengan tegaknya aqidah dengan hakikatnya yang sempurna di muka bumi ini. Aqidah ini tidak sempurna secara penuh kecuali dengan menguasai kehidupan jamaah dan mengendalikan mereka semua, dimulai dari individu menuju daulah, sehingga Allah berkehendak memberikan keberhasilan/kemenangan kepada pemilik aqidah dalam hidupnya lalu mewujudkan aqidah ini dalam bentuknya yang sempurna, meninggalkan ketetapan realiti sejarah yang terbatas. Sebagai peribadi-peribadi yang tumbuh dan dibesarkan dalam medan dakwah, tentulah visi besar kita sebagai aktivis dakwah adalah Tamkinud Dakwah sebagaimana firman Allah SWT berikut:

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An Nur : 55)[footnoteRef:65] [65: Departemen Agama RI, Terjemahan Al Quran, An Nur: 55]

Ayat di atas, Allah SWT telah berjanji di antaranya adalah bahwa Dia akan mengukuhkan dakwah Islam dan menjadikannya berkuasa dalam kehidupan kita.Yang perlu kita fikirkan sebagai pemimpin dakwah adalah bahwa Tamkin dari Allah itu tidak akan terwujud jika kita belum mampu merealisasikan sebab-sebab seperti berikut. Yaitu Sebab-sebab maknawi dan material.1. Sebab Maknawia. Mempersiapkan Individu Rabbaniyyin.b. Mencetak Qiyadah Rabbani.c. Memerangi sebab-sebab perpecahan.d. Mengambil akar persatuan dan kesatuan.2. Sebab-sebab materiala. Membangun pusat-pusat tumpuan , pengkhususan dan kajian.b. Melakukan perancanganpengurusan.c. Mempersiapkan perancangan ekonomi.d. Membangun persiapan dalam bidang informasi.e. Membangun persiapan keamanan dan keselamatan.Penulis tertarik dengan sebuah kata yang di ucapkan oleh guru ngaji penulis Ke arah mana kita menyeru manusia. Kebangkitan suatu bangsa di dunia selalunya bermula dari kelemahan. Sesuatu yang sering membuatkan orang percaya bahwa kemajuan yang mereka capai di kemudian hari adalah sebentuk kemustahilan. Tapi, di sebalik anggapan kemustahilan itu, sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran, keteguhan, kearifan dan ketenangan dalam melangkah telah menghantarkan bangsa-bangsa lemah itu merangkak dari ketidakupayaan menuju kejayaan.Sejarah kehidupan bangsa-bangsa, kebangkitan dan kemajuan adalah sebuah kemestian yang mesti diyakini. Namun, kelemahan yang sedang mengungkung suatu bangsa seringkali menimbulkan keputusasaan sehingga bayang-bayang ketidakpastian dan kemustahilan menjadi begitu kuat. Realita kejiwaan masyarakat inilah yang ingin penulis rubah satu ungkapannya : Sesungguhnya kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin, dan mimpi hari ini akan menjadi kenyataan esok hari.Atas keyakinan inilah, penulis menegaskan satu perpektif baru dalam menatap kebangkitan bahwa, kehancuran material adalah kayu ukur fenomena yang zahir dari kelemahan suatu bangsa, sementara akar penyebab kelemahan yang sebenarnya ada pada kehancuran jiwa masyarakatnya. Inilah yang sangat ditakuti dan diserlahkan oleh Abul Hasan Ali An-Nadwi dalam ucapannya :Kemanusiaan sedang berada dalam sakratul maut. [footnoteRef:66] [66: Ibid, h. 12]

Seterusnya Dalam proses pembangunan kembali umat, Imam Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima fasa yang akan dilalui. Kesimpulan ini bertitik tolak dari analisa sejarah perjalanan bangsa-bangsa dan usaha memahami arahan-arahan Rabbani (taujihat rabbaniyah)sebagai berikut:1. Kelemahan (Adh-Dhofu)Faktor utama kelemahan adalah wujudnya rejim kekuasaan yang melakukan kezaliman sewenang-wenangnya. Kezaliman melalui kekuasaan inilah yang memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat dan memadamkan potensi-potensi kebaikannya dengan alasan kepentingan kekuasaan. Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolongan dari mereka, membunuh anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang yang membuat kerusakan. (QS Al Qashash: 4)[footnoteRef:67] [67: Departemen Agama RI, Terjemahan Al quran. Al Qashas: 4]

Itulah sebabnya tujuan pertama peralihan iklim politik menurut Imam Hasan Al-Banna adalah membebaskan umat dari belenggu penindasan dalam kehidupan politik.2. Kepemimpinan (Az-Zuaamah)Sejarah perubahan menunjukkan bahwa usahakebangkitan kembali dari kehancuran memerlukan seorang pemimpin yang kuat. Kepemimpinan ini mesti muncul pada dua wilayah, yaitua. Pemimpin di tengah-tengah masyarakat (Az-Zuaamah Ad-Dawiyah) yang menyeru kepada kebaikan.b. Pemimpin pemerintahan(Az-Zuaamah As-Siyasiyah) yang sebenarnya muncul atau menjadi sebahagian dari mata rantai barisan penyeru kebaikan itu. Berarti kekuatan-kekuatan Islam mesti mempersiapkan diri secara sistematik, sehingga masa peralihan iklim politik menjadi kesempatan untuk meneguhkan kepemimpinan dakwah dan untuk meraih kepemimpinan politik. Inilah halangan sekaligus rintangan terberat kaum muslimin pada hari ini.3. Pertarungan (Ash-Shiraau)Ketika suatu bangsa memasuki masa peralihan iklim politik, Imam Hasan Al-Banna mengingatkan akan muncul dan semaraknya berbagai kekuatan ideologi yang lengkap dengan tawaran sistem dan para penyerunya. Namun akan berlaku persaingan terbuka untuk menanamkan pengaruh, meraih dukungan dan merebutkan kekuasaan. Ada dua karakter asas ideologi-ideologi kuffar :a. Secara hakikinya, ia berlawanan dengan ideologi Islam. b. Bagi menjamin kewujudannya di muka bumi, ideologi-ideologi kuffar itu akan berusaha untuk menghancurkan ideologi Islam. Pertarungan yang paling sengit adalah pada usaha untuk membebaskan diri dari pemikiran, sikap, perilaku dan budaya yang sudah terperangkap oleh ideologi materialisma-sekular. Pertarungan ini tidak mampu dimenangkan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan bangunan keimanan baru yang memantulkan izzah (harga diri) umat di hadapan peradaban-peradaban kuffar.

4. Iman (Al-Iman)Pertarungan ideologi di fasa peralihan iklim politik menuju kebangkitan adalah masa-masa ujian berat bagi umat. Pertarungan ini akan memunculkan dua golongan manusia :a. Mereka yang tidak istiqamah dengan cita-cita Islam dan menggadaikan perjuangannya demi keuntungan-keuntungan material. Perjuangan bagi mereka adalah bagaimana mengumpulkan sebanyak-banyaknya perhiasan dunia sesuatu yang tidak mereka miliki sebelumnya. b. Mereka yang istiqamah dan iltizam dengan garis dan cita-cita perjuangan. Besarnya kekuatan musuh justeru menambah keimanan mereka dan semakin mendekatkan diri mereka kepada Allah. Inilah golongan yang sedikit, tapi dijanjikan kemenangan oleh Allah. Proses kebangkitan umat tidak akan berjalan tanpa keberadaan mereka; orang-orang yang akan menorehkan garis sejarah panjang perjuangan yang diliputi berbagai keistimewaan dan keajaiban.5. Pertolongan Allah (Al-Intishar)Inilah hakikat kemenangan bagi umat, yaitu ketika Allah SWT telah menurunkan pertolongannya untuk mencapai keberhasilan/kemenangan sejati. Keberhailan/kemenangan ini bukan semata-mata diukur oleh kekalahan musuh tapi, kemenangan adalah ketika tangan-tangan Allah ikut bersama kita menghancurkan seluruh kekuatan musuh.Inilah benih awal tumbuhnya kehidupan baru di mana Allah akan menerangi dengan cahaya-Nya dan Allah akan menaungi kehidupan umat dengan Keperkasaan dan Kasih-SayangNya. Di sinilah pertukaran atau pergantian keadaan (tabdil) dalam kehidupan akan berlaku di mana kemakmuran, keamanan, kedamaian dan keadilan akan menjadi nikmat yang boleh dimiliki oleh setiap makhluk yang mendiami negeri itu. [Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmatNya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang besar. (QS Al-Fath : 1-3)[footnoteRef:68] [68: Departemen Agama RI, Terjemahan Al quran. Al Fath 1-3.]

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian maka dapat penulis ambil beberapa kesimpulan dari. Antara lain:1. Konsep keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin MZ bertumpu pada konsep tehnik dan non tehnik.2. Metode keberhasilan dakwah beliau bertumpu kepada lima metode yaitu metode dari al quran, metode dari dirinya sendiri, pembentukan aktivitas dakwah, prinsip dakwahnya dan keteguhan hati yang kuat dan tegas seperti rasulullah3. Bukti keberhasilan dakwah K.H. Zainuddin. MZ banyak hasil karya beliau yang menjadi bukti keberhasilan dalam dakwahnya. Untuk lebih akurat dilakukan penelitian nasional tentang dakwah beliau di beberapa provinsi di Indonesia.

B. Saran1. Untuk Mahasiswaa. Diharapkan penulisan ini bisa menjadi sumber referensi dan khazanah bagi mahasiswa untuk penelitian-penelitian selanjutnya.b. Diharapkan mahasiswa bisa mengambil hikmah dan contoh konsep serta metode dakwah K.H. Zainuddin. MZ yang telah penulis uraikan dalam karya tulis ini.c. Mengingat penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari mahasiswa.2. Untuk Dosena. Diharapkan bisa menjadi sebagai bahan ajar bagi para dosen.b. Diharapkan bisa menjadi sumber referensi untuk penelitian selanjutnyac. Mengingat penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari dosen.3. Untuk Lembaga Pendidikan STAINa. Diharapkan bisa menerima dan menjadikan karya tulis ini menjadi bahan referensi baru untuk mahasiswa dan dosen di perpustakaan.b. Semakin memberi dukungan kepada jurusan dan mahasiswa dakwah agar lebih berkembang dan maju.

63