KONSEP BALA PERSPEKTIF...

105
KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’AN (Kajian Tematik dengan Pendekatan Semiotik Charles Sanders Peirce) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh Muhammad Iqbal Nim: 1113034000127 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Transcript of KONSEP BALA PERSPEKTIF...

Page 1: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’AN

(Kajian Tematik dengan Pendekatan Semiotik Charles

Sanders Peirce)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh

Muhammad Iqbal

Nim: 1113034000127

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...
Page 3: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...
Page 4: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...
Page 5: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

iii

ABSTRAK

Muhammad Iqbal

1113034000127

Penelitian ini ingin menguji pertanyaan tentang bagaimana proses semiosis kata al-balā

dalam al-Qur’an jika menggunakan analisis semiotika Carles Sanders Peirce dan apa makna

yang dikandungnya. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan dalam pemaknaan kata al-

balā. Sebagaimana yang sering disebutkan dalam praktek kebudayaan masyarakat Indonesia,

lebih cenderung berdekatan atau dimaknai sepadan dengan bencana. Padahal dalam

penelusuran awal penulis terhadap lafaẓ al-balā di dalam al-Qur’an memiliki makna yang

tidak hanya sebagai ujian yang bersifat keburukan ataupun tidak disenangi melainkan juga

bisa berupa hal kebaikan serta disenangi.

Data yang penulis gunakan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan di atas

adalah kumpulan ayat-ayat yang terkait dengan kata al-balā di dalam al-Qur’an yang

berjumlah tiga puluh ayat. Berdasarkan hasil bacaan tiga puluh ayat tersebut ditemukan dua

klasifikasi al-balā yaitu:

1. Kumpulan ayat-ayat al-balā berdasarkan tinjauan objek.

2. Kumpulan ayat-ayat al-balā berdasarkan tinjauan subjek.

Kumpulan ayat-ayat al-balā berdasarkan tinjauan objek terbagi menjadi dua yakni

objek kesenangan dan kesusahan. Sedangkan al-balā berdasarkan tinjauan subjek terbagi atas

subjek orang beriman dan orang kafir.

.Hasil temuan di atas penulis baca dengan menggunakan metode semiosis semiotik

Charles Sanders Peirce yang sangat bertumpu pada sistem triadik. Sistem semiosis triadik

terdiri atas 3 unsur yakni representament, objec, dan interpretant. Semua kerja semiosis yang

dilakukan oleh Charles Sanders Peirce digunakan oleh penulis untuk menganalisis ayat-ayat

yang terkait dengan makna lafaẓ al-balā di atas.

Pada proses semiosis triadik ini, menempatkan lafaẓ al-bala dalam ayat al-Qur’an

menjadi tanda awal dalam proses semiosis yang dikenal dengan representament, yang

berhubungan dengan tanda selanjutnya berupa objek kesenangan sehingga menghasilkan

pemahaman atau interpretant berupa diuji dengan hal kesenangan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah setiap objek kesenangan dan kesusahan

merupakan bentuk ujian yang bisa menimpa kepada siapa saja, baik terhadap diri orang

beriman maupun terhadap diri orang yang tidak beriman selama meraka masih hidup.

Ujian kesenangan akan menuntut sikap bersyukur sedangkan ujian kesusahan akan

menuntut sikap bersabar. Sikap bersyukur akan menghasilkan perolehan tambahan

kenikmatan dan sikap bersabar akan menghasilkan balasan pahala yang lebih besar dari

Allah. Sebaliknya sikap tidak bersyukur atau kufur nikmat akan mengakibatkan

disempitkanya rezeki serta sikap tidak sabar akan menyebabkanya mendapatkan aẓab serta

siksa yang pedih dari Allah.

Page 6: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas

segala rahmat dan karunia-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul Konsep al-Balā’ Perspektif al-Qur’an (Kajian Tematik

dengan Pendekatan Semiotik Carles Sanders Pierce).

Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan,

dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

saya ucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr Dede Rosyada, M.A Selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Beliau telah banyak membuat kebijakan-kebijakan

kampus yang mendukung kajian keilmuan mahasiswa.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah dengan sigap dan cepat

membuat jurusan IQTAF mendapatkan Akreditasi A.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir (IQTAF) yang mengesahkan proposal ini sehingga diterima dalam

rapat persetujuan proposal.

4. Ibu Banun Binaningrum, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir (IQTAF).

5. Bapak Eva Nugraha, M.A dan bapak Dr. Fariz Pari, M.Fils. selaku dosen

pembimbing pertama dan kedua yang telah membimbing saya dalam

menyelesaikan skripsi ini berdasarkan cara penulisannya, tujuannya, dan

Page 7: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

v

manfaatnya bagi civitas akademik. Jikalau tanpa bimbingannya, sulitlah

kiranya skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.

6. Seluruh dosen pada program studi Ilmu Al-Qur’an (IQTAF) atas segala

motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang

mendorong penulis selama menempuh studi, serta seluruh staff Fakultas

Ushuluddin.

7. Orang Tua di Rumah, Ibu Saniah dan Bapak Kuraisyin yang sudah

mendukung dan berjuang sehingga saya bisa sampai seperti sekarang ini.

8. Kedua adik saya, yakni Prada Furqan dan Uswatun Hasanah yang tidak

pernah berhenti untuk menyemangati dan mensupport saya, serta kaka

Reni dan Nurmi yang telah banyak membantu saya juga.

9. Bapak Dr.dr. Kasyunil Kamal, Sp.PK, Pak Surya, Pak Alvi, Pak Gatot,

Pak dr. Budi Kurniawan, Pak Suratidjo, Pak Yusril, Pak H. Rofiuddin, Pak

H. Hari Purnomo, Pak H. Wanda, Pak Dasep, Pak Herry Teken, Pak

Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang

tidak dapat saya sebut satu persatu namanya, tapi tidak mengurangi rasa

hormat saya.

10. Teman-teman Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2013 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya kelas IQTAF-D yang telah bersama-sama

berjuang selama bangku kuliah.

11. Terkhusus kepada saudara Feisal Adam, yang sudah sangat banyak

membantu dan direpotkan waktunya.

12. Semua Keluarga Besar IPAH Jakarta dan Nasional, yang sudah sangat

banyak memberikan motivasi dan nilai kekeluargaan.

Page 8: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

vi

13. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat penulis satu persatu.

Kemudian saya sadar bahwa keilmuan yang saya miliki masih sangat kurang

sehingga dalam penelitian ini tidak jauh dari kesalahan. Dengan demikian saya

memohon maaf atas segala kesalahan dalam penelitian ini.

Kepada Allah lah saya berharap ridha dan bersyukur. Semoga tulisan ini bisa

menjadi manfaat kepada para pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran

Rasulullah Saw. Āmīn

Wassalamualaikum Wr.Wb

Ciputat, 04 Januari 2018

Muhammad Iqbal

Page 9: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri

Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan

0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Latin Huruf Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan ا

- Ba B ب

- Ta T ت

Sa Ṡ s dengan titik di atasnya ث

- Jim J ج

Ha Ḥ h dengan titik di bawahnya ح

- Kha Kh خ

- Dal D د

Zal Z z dengan titik di atasnya ذ

- Ra R ر

- Za Z ز

- Sin S س

- Syin Sy ش

Sad Ṣ s dengan titik di bawahnya ص

Dad Ḍ d dengan titik dibawahnya ض

Ta Ṭ t dengan titik di bawahnya ط

Za Ẓ z dengan titik di bawahnya ظ

Page 10: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

viii

Ain ‘ Koma terbalik di atasnya‘ ع

- Gain G غ

- Fa F ف

- Qaf Q ق

- Kaf K ك

- Lam L ل

- Mim M م

- Nun N ن

- Wawu W و

- Ha H ه

Hamzah ‘ Apostrof ء

- Ya Y ي

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda Syad|d|ah, ditulis lengkap

ditulis Ah}madiyyah :أحمد ی ة

C. Ta’ Marbutah di akhir Kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah

terserap menjadi bahasa Indonesia

ditulis jamā‘ah : ج ماعة

2. Bila dihidupkan karena berangkai dengan kata lain, ditulis t.

ditulis ni‘matullāh :نعمة هللا

Page 11: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

ix

ditulis zakātul-fitri :زاكة افلرط

D. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u

E. Vokal Panjang

1. a panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī dan u panjang ditulis ū, masing-masing

dengan tanda ( ˉ ) di atasnya

2. Fathah + ya’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + waw> u mati

ditulis au.

F. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof (‘)

تنم ditulis a’antum : أأ

|ditulis mu’annas : م ؤن ث

G. Kata Sandang Alief + Lam1.

1. Bila diikuti huruf Qamariyyah ditulis al-

ditulis al-Qur’an :القرا ن

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf i diganti dengan huruf syamsiyah

yang mengikutinya

ditulis asy-syī‘ah : ا لشیعة

H. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD

Page 12: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

x

I. Kata dalam Rangkaian Frase dan Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut

ditulis syaikh al-Islām atau syaikhul-Islām :شیخ اإلسال

J. Lain-Lain

Kata-kata yang sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (seperti kata ijmak, nas, dll.), tidak mengikuti pedoman transliterasi ini

dan ditulis sebagaimana dalam kamus tersebut.

Page 13: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii

LEMBAR NAMA-NAMA TIM PENGUJI .......................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9

D. Metodologi Penelitian ................................................................... 10

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 13

F. Sistematika Penelitian ................................................................... 16

BAB II. TEORI DAN ANALISA SEMIOTIK CHARLES S. PEIRCE

A. Asal-Usul dan Pengertan Semiotika .............................................. 19

B. Biografi Charles Sanders Peirce .................................................... 20

C. Teori Semiotik Charles Sanders Peirce ......................................... 22

D. Aplikasi Teori Semiotika Peirce .................................................... 27

BAB III. DEFINISI DAN MAKNA KATA AL-BALĀ’ SERTA

PENAFSIRAN PARA ULAMA

A. Definisi Kata al-Balā’ .................................................................... 33

B. Makna al-Balā’ Menurut Para Ulama… ....................................... 35

1. Makna al-Balā’ Menurut Ulama Tafsir.. ................................. 36

2. Makna al-Balā’ Menurut Ulama Fuqaha ................................. 37

C. Kata yang Maknanya mirip dengan al-Balā’ dalam al-Qur’an ..... 38

1. Al-Mihnah .............................................................................. 39

Page 14: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

xii

2. Al-Fitnah ................................................................................. 41

3. Musibah .................................................................................. 42

4. Azab ........................................................................................ 43

D. Macam-Macam al-Balā’ dalam al-Qur’an .................................... 45

1. Ujian Berupa Kenikmatan ...................................................... 45

2. Ujian Berupa Keburukan ........................................................ 52

BAB IV. ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA Al-BALĀ’ DI DALAM

AL-QUR’AN

A. Aplikasi Teori Semiotik Peirce .................................................. 60

B. Jenis-Jenis al-Balā’ Beradasarkan Semiosis Peirce .................... 61

1. Ujian Al-Balā’ Berdasarkan Tinjauan Obyek ........................... 61

a. Ujian Berupa Obyek Kesenangan ........................................ 62

b. Ujian Berupa Obyek Kesusahan .......................................... 65

2. Al-Balā’ Berdasarkan Subyek Penerima ................................... 68

a. Ujian Terhadap Orang Beriman ........................................... 68

b. Ujian Terhadap Orang Kafir ................................................ 70

C. Analisis Semiotik Peirce ............................................................ 72

1. Ujian Kesenangan ................................................................... 72

a. Sikap Syukur Orang Beriman atas Ujian Kesenangan ......... 72

b. Sikap Tidak Bersyukur Orang Beriman atas Ujian

Kesenangan .......................................................................... 73

c. Sikap Orang Kafir atas Ujian Kesenangan ........................... 75

2. Ujian Kesusahan ..................................................................... 76

a. Sikap Sabar Orang Beriman atas Ujian Kesusahan ............. 76

b. Sikap Tidak Sabar Orang Beriman atas Ujian Kesusahan ... 77

c. Sikap Orang Kafir atas Ujian Kesusahan ............................. 79

D. Tinjauan Kritis ............................................................................. 81

1. Penggunaan Metode Peirce ...................................................... 81

2. Perbedaan dengan Mufassir Lainya ......................................... 84

3. Kesimpulan (Dampak Pada al-Qur’an) ................................... 85

Page 15: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

xiii

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 86

B. Saran-Saran ................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 88

Page 16: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan petunjuk dan sumber hukum bagi umat manusia

dalam kehidupannya. Dalam menyampaikan penjelasan terhadap berbagai

persoalan, ayat-ayat al-Qur‟an terkadang dipaparkan secara rinci dan tegas yang

dikenal dengan istilah ayat-ayat muḥkamāt, tetapi tidak jarang hanya dipaparkan

dalam bentuk global atau sekilas saja yang tentu mengundang banyak penafsiran

dan pemaknaanya atau yang dikenal dengan istilah ayat-ayat mutasyābihāt1. Hal

seperti ini bisa diambil salah satu contohnya adalah pemaknaan lafaẓ al-balā‟

yang cenderung dimaknai “ujian” yang berkonotasi negatif.

Al-balā‟ dalam artian (ujian dan cobaan) merupakan hal yang pasti terjadi

dalam kehidupan manusia di dunia.2 Di dalam al-Qur‟an, ujian dibahasakan

menggunakan lafadz al-balā‟ yang dalam konteks penggunaannya bisa berbentuk

ujian kebaikan maupun keburukan.3 Tetapi dalam praktek kebudayaan sosial

bangsa Indonesia seringkali kata bala (ujian) diartikan sebagai hal yang bermakna

konotasi negatif baik dari segi bentuk maupun efeknya. Hal ini dapat kita lihat

pada pengertian kata balā‟ yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia dan

kamus bahasa daerah lainya yang memaknai kata bala dengan konotasi negatif.

1 Hal ini dijelaskan dalam al-Qur‟an surat Ali-Imrān/3: 7. “Dia-lah yang menurunkan al-

Kitab (al-Quran) kepada kamu. diantaranya ada ayat-ayat yang muhkamāt, itulah pokok-pokok isi

al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyābihāt. Adapun orang-orang yang dalam hatinya

condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaābihāt dari

padanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang

mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami

beriman kepada ayat-ayat yang mutasyābihāt, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat

mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal. 2 Abdul Qodir Abu Faris, Ujian, Cobaan, Fitnah Dalam Dakwah (Jakarta: Gema Insani

Press, 1992), h. 20. 3 Lihat: al-Fakhr al-Rāzī, al-Tafsīr al-Kabīr , vol. 2, (Mesir: Dār al-Fikr, 1985), h. 74.

Page 17: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

2

Hal ini setidaknya menimbulkan asumsi awal bahwa dalam praktek kebudayaan

masyarakat Indonesia, ada kecenderungan untuk memaknai kata bala dengan

ujian yang berkonotasi negatif atau keburukan.

Kata al-balā‟ berasal dari akar kata Bahasa Arab, yang kemudian diserap

kedalam Bahasa Indonesia menjadi kata bala. Kata bala diserap dengan

menggunakan aturan serapan yang berbentuk antara asal kata dengan kata hasil

serapan memiliki model kata yang sama tetapi berbeda dalam pemaknaanya.4

Contohnya: (kata abad dalam bahasa Arab diartikan sebagai kekal atau abadi,

sedangkan kata serapan Indonesia mengartikan kata abad adalah rentang waktu

100 tahun, kalimat dalam bahasa arab diartikan sebagai “kata” sedangakan dalam

serapan bahasa Indonesia kata kalimat bermakna susunan kata-kata, termasuk kata

al-balā‟ dalam bahasa Arab yang dasarnya memiliki makna ujian yang bisa

berupa kebaikan maupun keburukan, berbeda halnya dengan kata bala dalam

serapan bahasa Indonesia mengandung arti ujian yang cenderung bersifat

keburukan saja dengan beberapa objeknya seperti, kemalangan, kelaparan, dan

lain-lain.5

Dalam kebudayaan Bangsa Indonesia seringkali kata bala (ujian) diartikan

sebagai hal yang bermakna konotasi negatif baik dari segi bentuk maupun

efeknya. Kecenderungan pemaknaan kata bala dengan konotasi negatif tersebut

tergambar jelas dalam praktek kebudayaan dibeberapa tempat bangsa Indoneisa

yang melaksanakan ritual dan acara keagamaan “tolak bala” yang ditujukan untuk

mengusir atau menangkal kemalangan, musibah, bencana dan keburukan yang

akan menimpa daerah tersebut. Praktek ritual acara tolak bala ini dapat kita

4 Kamus Serapan Arab Indonesia.

5 Kamus Bahasa Serapan.

Page 18: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

3

jumpai di daerah Aceh dengan nama ritual “Makmegang”6 dan daerah Bima

dengan nama “Do‟a Dana”7. Pergeseran makna bala dalam kebudayaan

masyarakat Indonesia ini tercermin juga dalam pemaknaan kata bala yang terdapat

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaknai sebagai malapetaka,

kemalangan, cobaan, kena, mendapat, menolak, lalu dibawa singgah, sengaja

mencari kesusahan (kecelakaan), bencana malapetaka, kesengsaraan.8 Hal senada

juga terlihat dalam beberapa kamus bahasa daerah Indonesia. Hal inilah

memunculkan asumsi awal dari sebagian masyarakat Indonesia bahwa bala

merupakatan kata yang seringkali dikonotasikan negatif. Asumsi awal ini

dibangun oleh penulis berdasarkan gambaran di atas bahwa tidak mungkin akan

ada ritual tolak bala, seandainya dalam kebudayaan Bangsa Indonesia memahami

makna kata al-balā‟ sebagai sebuah ujian berupa kebaikan. Sangat tidak logis jika

ada kebaikan yang ditolak.

Hal inilah yang membuat kita tidak jarang tendengar ucapan setiap kali

Bangsa Indonesia ditimpa berbagai macam bencana yang mengakibatkan

banyaknya kerugian dan kesedihan, seperti: Tsunami Aceh,9 letusan Gunung

Merapi, Gempa Bumi, dan berbagai kejadian alam lainya disebut sebagai balā‟

(ujian), azab, laknat, dan musibah dari Allah SWT. Tetapi berbanding terbalik

dengan pemahaman terhadap segala kenikmatan dan kesenangan yang dianggap

bukan sebagai al-balā‟ (ujian). Kebiasaan itu memberikan kesan bahwa

6 Tradisi “Makmegang” adalah sebuah tradisi tolak bala yang dilakukan oleh warga Aceh.

Tradisi ini berupa pembacaan do‟a-do‟a yang dipimpin oleh seorang tokoh Agama. 7 Ritual “Do‟a Dana” dilaksanakan oleh masyarakat Bima dengan cara mengadakan do‟a

ditengah lapangan kampung yang di pimpin oleh pemuka agama, yang di tengah lapanganya sudah

di penuhi oleh berbagai hasil olahan makanan dari hasil pertanian dan peternakan. 8 Tim Penyusun Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

edisi ke-2, cet. ke-10, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 82. 9 Biro Humas & Luar Negeri BPK, Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Tsunami”, artikel yang di akses dari laman web,

http:www.bpk.go.id/web/p=3985 pada tanggal 17 Januari 2017.

Page 19: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

4

pemaknaan al-balā‟ (ujian) dalam al-Qur‟an sebagai asal kata serapan al-balā‟

adalah hal atau kejadian yang selalu berkonotasi negatif baik dalam bentuk

maupun proses terjadinya.

Kata al-balā‟ dalam al-Qur‟an sangat berbeda sekali dengan kata Bala yang

dipahami dalam kosa kata bahasa Indonesia. Dalam al-Qur‟an kata al-balā‟

mengandung arti “ujian” yang model ujian itu sendiri berbeda-beda. Sedangkan

kata al-balā‟ yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan ejaan

Indonesia, dimaknai sebagai sebuah kata yang mengandung makna yang

berkonotasi negatif, seperti bala bencana, tolak bala, dan lain-lain.

Al-balā‟ berasal dari Bahasa Arab yang maknanya adalah al-Ikhtibār,10

yang

artinya menguji, mencoba dan mentes.11

Kata al-balā‟ dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia diartikan sebagai malapetaka, kemalangan, cobaan, kena,

mendapat, mendapat, menolak, kecelakaan, bencana, malapetaka dan

kesengsaraan.12

Sementara jika diteliti lebih mendalam pada al-Qur‟an, ditemukan bahwa

kata al-balā‟ tidak selalu berhubungan dengan hal-hal yang negatif. Al- Balā‟

dalam al-Qur‟an juga berkaitan dengan hal-hal yang bersifat positif dan

menyenangkan seperti contohnya; keselamatan, kemenangan, kekayaan, jabatan

dan kenikmatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

10

Abi Fadl Jamāl al-dīn Muḥammad bin Makrim Ibn Manẓur al-Miṣri, Lisān al-„Arab, vol.

7 ( Libanon, Dār Ṣādir: 1414 M), h. 304. 11

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997), h. 109. 12

Tim Penyusun Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

edisi kedua, cet. ke-10, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 82.

Page 20: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

5

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu

dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).

dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan,35.13

al-Rāzy dalam kitab tafsirnya juga mengatakan bahwa al-balā‟ memiliki

dua macam makna yang berbeda yakni bisa “baik dan buruk”. Kedua makna

tersebut mempunyai nama yang sama yaitu al-balā‟.14

Di dalam buku Ujian,

Cobaan dan Fitnah Dalam Dakwah‟ dijelaskan makna al-balā‟ dan derivasinya

adalah mengujinya atau mencobainya.15

Dalam al-Qur‟an sendiri kata al-balā‟

dan al-Ibtala‟ baik dalam bentuk masdar maupun fi‟il diulangi kurang lebih tiga

puluh kali dalam al-Qur‟an. Pengkajian kata al-balā‟ sendiri telah dibanyak

dilakukan dengan metode penafsiran maudhu‟i, yang salah satunya pernah

dipraktikan oleh Abdul Rasyid Sabirin dalam penulisan tesisnya yang berjudul

“al-balā‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna al-balā‟Serta Sikap Manusia

Dalam Menghadapi Ujian”.

Berangkat dari permasalahan pemahaman dalam praktek kebudayaan

masyarakat Indonesia yang cenderung memaknai kata al-balā‟ sebagai hal yang

berkonotasi negatif, sepeti yang telah disebutkan di atas, sehingga untuk

menyeimbangkan kembali pemaknaan al-balā‟ yang bisa berupa ujian kebaikan

maupun keburukan. Maka, berdasarkan penulusuran terhadap beberapa karya

ilmiah yang berkaitan dengan pemaknaan terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang

mampu menghadirkan pemahaman yang lebih menyeluruh, semiotika dianggap

mampu menjadi alat pendekatan dan pengkajian terhadap pemahaman ayat-ayat

al-Qur‟an secara mendalam dan komprehensif. Hal ini bisa dirujuk dari beberapa

13

QS. Al-Anbiyā/21: 35. 14

Fakhr al-Dīn al-Rāzy, al-Tafsir al-Kabir, vol. 2, (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), h. 74. 15

Abdu al-Qodir Abu Faris, Ujian, Cobaa, Fitnah Dalam Dakwah (Jakarta: Gema Insani

Press, 1992), h. 14

Page 21: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

6

karya ilmiah yang ditulis oleh: Ali Imron,16

yang merupakan pria kelahiran Pati

Jawa Tengah, tanggal 26 Juni 1983 silam. Ia juga merupakan alumni sarjana S1

dan S2 dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Bandung. Beliau juga

merupakan seorang dosen sampai saat sekarang ini. Irpan Sanusi,17

yang

merupakan alumni sarjana S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Serta Pipit Aidul Fitriyana,18

yang telah menggunakan

metode semiotika dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an.

Hal konkret yang membuat penulis tertarik menggunakan pisau analisis

semiotika sebagai alat pendekatan dalam memahami makna kata al-balā‟ yang

sering kali hanya dipahami dari segi konotasi negatifnya saja. Berangkat dari

beberapa karya ilmiah yang ditulis oleh para akademisi. Dalam hal ini penulis

mengambil sebuah contoh karya ilmiah dari skripsi Irpan Sanusi yang berjudul

“Pesan Semiotis al-Qur‟an: Analisis Strukturalisme Q.S. Al-Lahab. Dalam kajian

pembahasanya Irpan Sanusi mampu mengahadirkan pemahaman makna gelar Abū

Lahb yang diberikan kepada paman Rasulullah yakni „Abdu al-„Uzzā berbeda

dengan para mufassir pada umumya.

Pertama-tama Irpan Sanusi menggambarkan sosok „Abdu al-„Uzzā yang

pada masa pra-Islam terkenal sebagai sosok yang sangat berpengaruh, ganteng,

pemberani, bangsawan Qurais, hartawan, keturunan „Abdu al-Muṭālib yang

terkenal sebagai pengatur logistik warga Mekah, yang memang pantas

mendapatkan gelar Abū Lahb.

16

Ali Imron, Semiotika AL-Qur‟an: Metode Dan Aplikasi Terhadap Kisah Yusuf

(Yogyakarta: Teras, 2011) 17

Irpan Sanusi, “Pesan Semiotis al-Qur‟an : Analisis Strukturalisme Q.S Al-Lahab,”

(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016) 18

Irpan, “Pesan Semiotis al-Qur‟an,”

Page 22: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

7

Gelar Abū Lahb telah ada sebelum Islam datang dan memiliki makna yang

positif, tetapi hal ini berbanding terbalik ketika Islam datang yang memandang

makna Al-Lahb dengan konotasi negatif berupa perlawanan dan kehancuran.

Pemahaman yang muncul dari pelabelan ini memberikan kesan bahwa gelar

Abū Lahb merupakan lambang kebinasaan yang didapat dari perlawanan terhadap

dakwah Rasulullah. Padahal menurut Teori Mitologi Roland Barthes yang

dipraktekan oleh Irpan Sanusi dalam skripsinya menyatakan bahwa gelar Abu

Lahb diberikan kepada „Abd al-„Uzzā disebabkan perbuatanya sebagai salah satu

pemimpin kota Mekkah yang bersifat kapitalis-monopolis.19

Hal inilah yang

membuat penulis tertarik untuk menggunakan pendekatan semiotika dalam

mengkaji al-Qur‟an, terkhusus makna kata al-balā‟ yang dibahas dalam penulisan

skripsi ini.

Semiotika adalah ilmu tentang tanda.20

Dalam skripsi Irpan Sanusi,

semiologi atau semiotika diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda-

tanda lain, pengiriman dan penerimanya, oleh mereka yang menggunakanya.21

Sedangkan dalam buku Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, yang di tulis oleh

Benny H. Hoed bahwa semiotika didefinisikan sebagai ilmu yang membahas

tanda-tanda dalam kehidupan.22

Ilmu semiotika dapat digunakan untuk membaca

tanda dari berbagai aspek kehidupan manusia. Pembacaan ayat-ayat dalam al-

Qur‟an berdasarkan tanda melalui pendekatan semiotika.

19 Irpan Sanusi, “Pesan Semiotis al-Qur‟an : Analisis Strukturalisme Q.S Al-Lahab,”

(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016) 20

Benny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya (Depok: Komunitas Bambu,

2014), h. 5. 21

Irpan Sanusi, “Pesan Semiotis al-Qur‟an,” h. 6. 22

Benny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya (Depok: Komunitas Bambu,

2014), h. 3.

Page 23: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

8

Semiotika yang digunakan oleh Charles Sanders Peirce lebih umum dikenal

dengan “Semiotika Struktur Triadik”.23

Hal ini disebabkan oleh selalu munculnya

tiga dimensi pemaknaan tanda oleh Pierce sendiri. Tiga dimensi ini berupa

representamen, object dan interpretant, yang juga memiliki bagian masing-

masing lagi.24

Dari beberapa permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam

pemaknaan al-balā‟ seperti yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba

menawarkan pembacaan baru terhadap konsep al-balā‟ perspektif al-Qur‟an

dengan menggunakan pendekatan analisis pisau semiotika. Terkhusus semiotika

yang ditawarkan oleh Charles Sanders Pierce dalam skripsi yang akan penulis

bahas dengan judul “KONSEP BALA PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Kajian

Tematik dengan Pendekatan Semiotika Carles Sanders Peirce)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini, penulis fokuskan pada problem pemahaman terhadap

pemaknaan kata al-balā‟dalam al-Qur‟an dengan realisasi makna kata bala dalam

praktek budaya masyarakat Indonesia. Kata al-balā‟ bersinonim dengan kata al-

ikhtibār yang bermakna ujian dan cobaan dalam bahasa Indonesia. Kata al-balā‟

dalam bahasa Arab yang telah menjadi kosa-kata baku dalam Bahasa Indonesia,

memiliki makna ujian dan cobaan yang pada dasarnya bisa bermakna positif dan

negatif. Hal ini berbeda sekali dengan kata bala yang telah diserap ke dalam

praktek kebudayaan Bahasa Indonesia, yang cenderung borkonotasi makna

23

Marcel Danesi, Pesan,Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan

Teori Komunikas. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h. 36. 24

Marcel Danesi, Pesan,Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan

Teori Komunikas. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h. 37.

Page 24: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

9

negatif. Dengan melihat problem sebelumnya, penulis ingin coba

menyeimbangkan kembali makna kata al-balā‟ dalam al-Qur‟an, dengan makna

kata al-balā‟ dalam praktek kebudayaan masyarakat Indonesia, yang nantinya bisa

memberikan pemahaman makna al-balā‟ dalam al-Qur‟an se-proporsional

mungkin.

Dalam proses pembacaan lafaẓ al-balā‟ yang terdapat di dalam al-Qur‟an

dengan menggunakan metode semiotik Peirce ini, hanya ditujukan untuk melihat

alur logis penceritaan dalam teks ayat itu sendiri. Hal yang berikaitan dengan

asbab al-nuzul dalam ayat tersebut tidaklah dibahas dan diteliti.

Dalam membahas masalah ini penulis mengajukan pertanyaan sebagai

rumusan masalah mendasar. Pertanyaannya adalah bagaimana proses semiosis

kata al-balā‟ dalam al-Qur‟an jika menggunakan analisis semiotika Carles

Sanders Peirce dan apa makna yang dikandungnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Melihat dari permasalahan di atas dapat dijelaskan tujuan penulisan skripsi

ini adalah:

a. Menjelaskan makna al-balā‟ menurut para ulama tafsir baik berupa ujian

kebaikan maupun ujian keburukan.

b. Mengklasifikasi ayat-ayat al-balā‟ berdasarkan obyek dan penerimaan

subyek-nya.

c. menganalisis makna al-balā‟ dalam al-Qur‟an dengan metode

pemahaman semiotika Charles Sanders Peirce.

2. Manfaat Penelitian

Page 25: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

10

Dengan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi teoritis

maupun praktis antara lain:

a. Kegunaan teoritis adalah untuk memperkuat penafsiran para ulama tafsir

yang mengatakan bahwa al-balā‟ memiliki makna ganda yakni ujian

kebaikan maupun keburukan.

b. Untuk melengkapi tesis yang pernah di tulis oleh Abdul Rasyid Sabirin

dalam segi alur logis al-Qur‟an menceritakan subyek penerima ujian.

c. Sebagai cara untuk mengembangkan makna kata al-balā‟ yang

sebelumnya cenderung dikaitkan dengan hal-hal negatif dalam praktek

kehidupan budaya masyarakat Indonesia .

d. Sebagai bahan tambahan yang menunjukan bahwa kajian Barat

(semiotik) dapat digunakan untuk memahami makna al-Qur‟an secara

konprehensif tanpa harus mengubah makna al-Qur‟an.

e. Kegunaan praktis adalah sebagai bahan tambahan ajar pada mata kuliah

Tafsir seperti, Semiotika, Metodologi Penelitian Tafsir dan Hadits, serta

Pendekatan Modern di dalam Penafsiran al-Qur‟an.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kajian semiotika yang

bersumber dari teori-teori semiotika Charles Sanders Peirce, dengan asumsi

bahwa semiologi ini mampu menghadirkan pemahaman ayat yang lebih

mendalam dan konprehensif.

2. Jenis Penelitian

Page 26: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

11

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk kualitatif25

yang

menggunakan data-data kepustakaan (library research). Objek utama dalam

penelitian ini adalah al-Qur‟an dan penafsiranya. Penulis akan menggunakan teori

semiotika triadik Charles Sanders Peirce.26

Sebagaimana yang di sampaikan oleh

Benny H. Hoed bahwa Peirce mengusung konsep pemahamanya dengan istilah

unlimited semiosis27

(pemahaman tanpa batas) dalam pemahaman kata al-balā‟.

Jadi dalam penelitian akan berkonsentrasi pada pengelolaan dari sumber data-data

pustaka, baik berupa buku, jurnal, maupun semua artikel yang berkaitan dengan

pembahasan al-balā‟ dan teori semiotika.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang dijadikan rujukan adalah al-Qur‟an, terutama teks-

teks ayat yang terkait dengan makna al-balā‟. Terdapat 30 ayat yang penulis

temukan di dalam al-Qur‟an yang berkaitan dengan laafaẓ tersebut.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder sebagai rujukan pembantu dalam penelitian ini adalah

merupakan buku-buku atau jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penafsiran-

penafsiran al-Qur‟an, teori semiotika triadik dan studi tentang tafsir ayat-ayat al-

balā‟ dalam al-Qur‟an. Seperti kitab-kitab tafsir yang direpresentasikan oleh

mufassir dari berbagai latar belakang, seperti: Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīl Āyi al-

25 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2017). 26

26Marcel Danesi, Pesan,Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan

Teori Komunikas. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h. 30. 27

Unlimited Semiosis adalah proses pemahaman makna tanda yang terus berulang-ulang

tanpa batas berdasarkan sistem triadik semiotika Peirce, yang dikutip dari tulisan Ali-Imron yang

berjudul Semiotika al-Qur‟an: Metode dalam Kisah Yusuf.

Page 27: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

12

Qur‟ān karya Imam Al-Ṭābarī dan Tafsir Al-Miṣbah karya Quraish Shihab, guna

untuk menemukan makna kata al-balā‟ yang sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an

dan kebudayaan serta bahasa Indonesia. Penggunaan karya tafsir Imam Al-Ṭābarī

didasarkan pada pandang bahwa tafsir Al-Ṭābarī merupakan tafsir yang bercorak

bil ma‟tsur, yang dalam memahami ayat-ayat al-Qur‟an selalu bertumpu pada

dalil-dalil yang shahih. Sedangkan Tafsir Al-Miṣbah karya Quraish Shihab

digunakan berdasarkan pandangan bahwa kitab tafsir tersebut bercorak adabul

ijtima‟i (sosial kemasyarakatan), yang dalam pandangan penulis sangat cocok

untuk menggali makna kata bala yang dipahami dalam kebudayaan msyarakat

Inonesia. Buku-buku yang berkaitan dengan ilmu semiotika, terutama teori

semiotika Charles Sanders Pierce seperti: Pesan,Tanda, dan Makna: Buku Teks

Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi karya Marcel Danesi yang

diterjemahkan oleh Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari. Kemudian buku

Semiotika al-Qur‟an yang di tulis oleh Ali Imron, beserta juga buku Semiotika

Budaya yang di tulis oleh T. Christomy dan Untung Yuwono.

c. Teknis Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini dirujuk berdasarkan buku “Pedoman Penulisan

Skripsi”.28

Dalam hal penulisan transliterasi, skripsi ini menggunakan transliterasi

berdasarkan Surat Keputusan Bersama Mentri Agama RI dan Mentri Pendidikan

dan Kebudayaan RI nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari

1988. Beserta juga menggunakan al-Qur‟an dan Terjemahanya berdasarkan data

al-Qur‟an in Word.

28

Hamid Nasuhi, dkk. “Pedoman Penulisan Skripsi” dalam Tim Penyusun, Pedoman

Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta 2013-

2014 (Ciputat: Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 361-394.

Page 28: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

13

E. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka skripsi ini di bagi pada dua besaran. Pertama terkait tulisan-

tulisan para sarjana atau ulama yang membahas tentang al-balā‟ atau istilah yang

sejenis, seperti musibah, cobaan dan lain-lain. Kedua adalah kumpulan karya-

karya yang terkait dengan penggunaan metode atau pendekatan kebahasaan untuk

memahami teks al-Qur‟an. Seperti pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce,

semiotika Saussure dan lain-lain.

Kajian al-balā‟ dalam al-Qur‟an bukanlah kajian yang murni penulis

temukan sendiri, melainkan kelanjutan dari beberapa karya ilmiah yang pernah

dibahas dan ditulis oleh beberapa sarjana yang berkompeten dalam penulisannya.

Karya ilmiah pertama yang penulis temukan adalah tulisan Ibn Qayyim al-

Jauziyah dalam bukunya Hikmah Al-Ibtila‟. Karya Abdul Rasyid Sabirin dengan

dengan judul “al-Balā‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna dan Macam-

Macam al-balā‟ serta Sikap Manusia Dalam Menghadapi Ujian”.29

Karya ini

merupakan Tesis yang diajukan sebagai tugas untuk memperoleh gelar Magister

Ilmu Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. al-balā‟ dalam al-Qur‟an

disajikan secara umum dan lengkap sekali, mulai dari arti kata al-balā‟, macam-

macam al-balā‟ beserta cara mengahadapi al-balā‟ itu sendiri. Di samping itu ada

sebuah buku yang di tulis oleh Dr. Abdul Qodir Abu Faris dengan judul Ujian,

Cobaan, Fitnah Dalam Dakwah.30

Buku ini banyak membahas bagaimana tentang

perbedaan peruntukan kata ujian, cobaan dan fitnah, dan bagaimana cara tepat

untk menanganinya. Selain itu penulis juga menemukan beberapa tulisan skripsi

29

Abdul Rasyid Sabirin, “al-Balā‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna dan Macam-

Macam al-Bala‟, Serta Sikap Manusia Dalam Menghadapi Ujian,” (Tesis S2 Fakultas Ushuluddin

dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011). 30

Abdul Qodir Abu Faris, Ujian, Cobaan, Fitnah Dalam Dakwah (Jakarta: Gema Insani

Press, 1992)

Page 29: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

14

yang memang tidak langsung membahas al-balā‟ tetapi, masih berkaitan dan

relevan dengan pembahasan al-balā‟, seperti: Ismail Amir31

dalam skripsiya

tentang “Laknat Dalam Pandangan al-Qur‟an: Analisis Ayat-Ayat Laknat Dalam

al-Qur‟an”. Dalam penulisan skripsi ini banyak membahas bagaimana

pemahaman dan penafsiran kata “Laknat” dalam al-Qur‟an yang diusung oleh

Mustafa al-Marāghi dalam karya tafsirya. Dalam penulisan skripsi ini juga sedikit

dibahas tentang perbedaan antara makna azab, laknat, dan musibah. Ade Tisna

Subarata juga menulis skripsi tentang “Perspektif al-Qur‟an Tentang Musibah:

Telaah Tafsir Tematik Tentang Ayat-Ayat Musibah”, yang difokuskan pada

pemahaman ayat-ayat tentang musibah berdasarkan kajian tafsir tematik, baik

musibah yang berbentuk keburukan saja maupun musibah yang berbentuk

keburukan juga kebaikan.

Dalam hal kajian semiotika, telah ada beberapa karya yang telah penulis

lihat menggunakan kajian semiotika dalam pemahaman tanda pada teks al-Qur‟an,

seperti: skripsi yang ditulis oleh Irpan Sanusi, “Pesan Semiotis Al-Qur‟an:

Analisis Struktural Q.S. Al-Lahab”,32

juga skripsi “Penggunaan Semiotika

Naratologi A.J. Greimas Dalam Pembacaan Kisah Dalam Al-Qur‟an”, yang di

tulis oleh Ja‟far Shiddiq,33

. Dalam skripsi ini dibahas mengenai bagaimana

semiotika naratologi menghadirkan pemahaman yang lebih kompleks dan

menyuluruh dalam pembacaan kisah dalam al-Qur‟an, yang dikhususkan dengan

menganalisis kisah Nabi Ibrāhim dalam al-Qur‟an. Di samping itu, Pipit Aidul

31

Ismail Amir, “Laknat Dalam Pandangan Al-Qur‟an:Analisis Ayat-Ayat Laknat Dalam

Tafsir Al-Maraghi,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri

Jakarta, 2011). 32

Irpan Sanusi, “Pesan Semiotis al-Qur‟an : Analisis Strukturalisme Q.S Al-Lahab,”

(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016) 33

Ja‟far Shiddiq, “Penggunaan Semiotika Naratologi A.J. Greimas Dalam Pembacaan

Kisah Al-Qur‟an,” (Jakarta Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri

Jakarta, 2016)

Page 30: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

15

Fitriyana juga menulis skripsis yang berjudul Kisah Yusuf Dalam Al-Qur‟an:

Perspektif Semiologi Roland Barthes.34

Dalam skripsinya tersebut, dibahas kisah

Yusuf dengan pendekatan Analisis Teori Mitos Roland Barthes. Namun dalam

pembahasanya skripsi ini terkesan hanya mengulang metode penafsiran tematik.

Sebuah buku yang ditulis oleh Ali Imran dengan judul Semiotika Al-Qur‟an:

Metode dan Aplikasi terhadap Kisah Yusu.35

Objek kajian dalam buku ini

membahas kisah Yusuf dalam al-Qur‟an dengan menggunakan pendekatan teori

semiologi/semiotika yang dikembangkan oleh tokoh semiotika Charles Sanders

Peirce. Sebagaimana yang diketahui bahwa semiotika Peirce lebih menekankan

pada aspek produksi tanda secara sosial dan proses interpretasi yang tanpa akhir

(unlimited semiosis).

Luthfi Firdaus, “Relevansi Semiotika Dalam Kajian Tafsir Kontemporer”.36

Dalam skripsi ini, Luthfi mengemukakan bahwa metode semiotika sangatlah

relevan dengan kajian tafsir al-Qur‟an, sehingga dengan lantang Luthfi

mengambil kesimpulan bahwa semiotika adalah jawaban bagi penafsiran yang

bersifat artificial dan letterlux, disebabkan penafsiran dengan metode semiotika

mengusung historisitas teks.

Rony Subayu juga menulis skripsi yang membahas bahwa bahwa semiotika

mitos Barthes hanya cocok diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat mu‟amalah

saja, tidak untuk menafsirkan ayat-ayat „ubudiyah.37

34

Pipit Aidul Fitriyana, “Kisah Yusuf Dalam AL-Qur‟an: Perspektif Semiologi Roland

Barthes,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014) 35

Ali Imran, Semiotika AL-Qur‟an: Metode Dan Aplikasi Terhadap Kisah Yusuf

(Yogyakarta: Teras, 2011) 36

Luthfi Firdaus, Relevansi Semiotika Dalam Kajian Tafsir Kontemporer (Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005) 37

Rony Subayu, “Al-Qur‟an Sebagai Narasi Mitis: Konsep Mitos Roland Barthes Sebagai

Metode Penafsiran Al-Qur‟an,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam

Negeri Jakarta, 2005)

Page 31: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

16

Ada beberapa kesamanaan yang dapat mendukung antara rujukan kajian

pustaka yang telah dimunculkan di atas dengan teori aplikasi semiotika Peirce

yang akan penulis jelaskan dalam pembahasan skripsi ini. Yang pertama adalah

persamaan dengan karya-karya yang telah menulis tentang al-balā‟ dengan skripsi

karya penulis ini adalah sama-sama ingin menunjukan bahwa makna lafaẓ al-

balā‟ dalam al-Qur‟an adalah ujian dan cobaan yang bisa berbentuk kebaikan

maupun keburukan. Sedangakan perbedaanya adalah terletak pada cara

memahami ujian yang didasarkan pada obyek dan sikap penerimaan subyeknya.

Yang kedua persamaan dengan karya yang menggunakan teori semiotika dalam

kajiannya adalah sama-sama menggunakan metode semiotika Peirce yang lebih

condong kearah pembahasan masalah makna kata yang di lihat dari sifat potensial

sebuah tanda.

F. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akan saya sajikan menjadi lima bab. Masing-masing bab

memiliki beberapa sub bab.

Bab pertama: Pendahuluan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran

awal isi pembahasan dalam skripsi ini. Oleh karenanya di isi dengan sejumlah sub

bab yang terdiri dari batasan dan rumusan masalah yang berfungsi untuk

memfokuskan kajian yang dibahas, kemudian sub bab tujuan dan manfaat

penelitian yang memberikan penjelasan mengenai kegunaan dan manfaat dari

penulisan skripsi ini, sub bab metodologi penelitian guna menunjukan bahwa

tulisan ini bersifat penelitian kepustakaan, sub bab kajian pustaka yang

memapakar tulisan-tulisan yang relevan dan mendukung dalam pembahasan

Page 32: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

17

skripsi ini, serta sub bab sistematika penulisan yang bertujuan memberikan

gambaran umum yang pembahas setiap bab yang dibahas.

Bab kedua: Semiotika. pada bab ini akan dibahas mengenai teori semiotika,

yang dimulai dengan sub bab asal-usul dan pengertian semiotika yang berguna

memberikan pemahaman tentang awal muncul dan permulaan teori semiotika,

kemudian diikuti sub bab tentang biografi Carles Sanders Peirce yang bertujuan

menjelaskan siapa Peirce, dan sub bab teori semiotika Carle Sanders Peirce yang

menjelaskan bagaiamana teori semiotika yang dikembangkan oleh Peirce, serta

sub bab aplikasi teori semiotika peirce yang membahas mengenai cara penerapan

teori semiotika Peirce dengan metode semiosisnya.

Bab tiga: Definisi dan penggunaan kata al-balā‟ serta penafsiran para

ulama. Pada bab ini akan membahas tentang makna al-balā‟ (ujian) secara bahasa,

penggunaannya di dalam al-Qur‟an dan Hadis serta penafsiran-penafsiran ulama

yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna al-balā‟ yang ditafsirkan

oleh para ulama. Bab ini juga akan menjadi pembanding isi bab sesudahnya yang

akan memunculkan makna al-balā‟ berdasarkan teori semiotika Peirce.

Bab empat: Analisis semiotika terhadap makna al-balā‟ di dalam al-

Qur‟an. Pada bab ini akan membahas deskripsi-analisis atas penerapan semiotika

Charles Sanders Peirce terhadap teks ayat-ayat yang berbicara tentang al-balā‟

(ujian) dalam al-Qur‟an. Pada bab ini juga akan dimunculkan pembahasan

pembanding antara makna yang dipahami oleh para mufassir pada bab

sebelumnya dengan makna al-balā‟ berdasarkan aplikasi teori semiosis Peirce.

Bab ini utamanya akan membahas hasil penggunaan teori semiotika Peirce dalam

Page 33: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

18

pembacaan makna al-balā‟yang nantinya akan menjadi kesimpulan teori pada bab

sesudahnya.

Bab kelima adalah penutup yang menyajikan Kesimpulan dan Saran

Rekomendasi. Al-balā‟ dalam alQur‟an memiliki makna ujian dan cobaan yang

bentuknya bisa berupa kebaikan dan keburukan. Makna ujian kebaikan dan

keburukan dapat dilihat berdasarkan dua aspek yakni aspek obyek dan sikap

penerimaan subyek. Aspek obyek berkaitan dengan bentuk-bentuk obyek seperti

kesenangan dan kesusahan. Sedangkan aspek sikap penerimaan subyek berupa

nilai keimanan dan kekafiran subyek.

Page 34: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

19

BAB II

TEORI SEMIOTIK

A. Asal-usul dan Pengertian Semiotika

Semiotika biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda1 (the study

of signs), yang berupa kode-kode dengan entitas makna tertentu.2 Mengikuti

pemahaman Charles S. Peirce, semiotika hanyalah nama lain dari logika, yakni

“doktrin formal tentang tenda-tanda”, sementara ketika mengikuti pemahaman

Ferdinand de Saussure, semiologi adalah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu

yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Maka bagi Peirce

semiotika adalah sebuah cabang dari filsafat, sedangkan bagi Saussure semiologi

adalah bagian dari disiplin ilmu Psikologi Sosial.

Semiotika juga merupakan bentuk ilmu sosial dalam memahami dunia

dengan menggunakan unit dasar yang disebut “tanda”.3 Secara definitif semiotika

berasal dari kata semion, yang berarti tanda. Sehingga sering disebut sebagai ilmu

yang mengkaji tentang tanda-tanda.4 Semiotika sendiri diyakini kemunculanya

sebagai bentuk tidak berkembangnya peran strukturalisme dalam memahami

realitas persoalan kehidupan. Istilah semiotka sendiri pertama kali dimunculkan

oleh tokoh filsuf berkebangsaan Jerman yang bernama Lambert pada abad ke 18,

1 Tanda adalah segala sesuatu yang bermakna, baik berupa warna, isyarat, kedipan mata,

objek rumus matematika, dan lain-lain. Setiap hal yang merepresentasikan sesuatu yang lain selain

dirinya. Kata red, seperti yang telah kita tulis di atas, dikategorikan sebagai tanda karena ia bukan

merepresentasikan bunyi r-e-d yang menyusunya, melainkan sejenis warna dan hal lainya. Lihat:

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori

Semiotika (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 7. 2 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h. 3. 3 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa Agama (Malang:

UIN-Malang Prees, 2007), h. 9. 4 Ali Imran, Semiotika AL-Qur’an: Metode dan Aplikasi Terhadap Kisah Yusuf

(Yogyakarta: Teras, 2011), h. 9.

Page 35: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

20

dan mulai booming dikalangan masyarakat secara sistematis pada abad ke 20.5

Ada beberapa definisi semiotika (semiologi) yang dikemukakan oleh para ahli.

Antara lain :

1. Charles S. Peirce dalam Hawkes, mengungkapkan bahwa batasan

semiotika adalah sebagai berikut: “Logic, in its general sense, is a believe i

have shawn, only another name of semiotics, the quasi-necessary, or

formal doctrine of sign”. (Dalam pengertian yang umum, logika -

sebagaimana yang saya percaya dan saya tunjukan – merupakan nama lain

dari semiotika, yaitu doktrin tanda yang “pura-pura penting” atau doktrin

tanda yang formal). Lebih dari itu, Peirce juga menjelaskan bahwa yang

dimaksud doktrin tanda adalah tanda yang lahir dari pengamatan kita

terhadap sifat-sifat tanda yang betul-betul kita ketahui.6

2. Ferdinand de Saussure, mendefinisikan semiologi sebagai sebuah ilmu yang

mengkaji tanda-tanda dalam kehidupan sosial. Ilmu ini merupakan bagian

penting dari psikologi sosial. Sedangkan linguistik merupakan cabang dari

semiologi.7

B. Biografi Charles Sanders Peirce

Charles Sanders Peirce lahir pada tanggal 10 Saleptember 1839 di

Cambridge, merupakan anak dari pasangan Benjamin Peirce, seorang ahli

matematika dan astronom yang sangat jenius di Harvard dan ibunya bernama

Sarah Mills, anak dari seorang senator Elijah Hunt Mills. Peirce memiliki lima

orang saudara dan dia merupakan anak kedua. Keluarga besar Peirce memang

5 Ali Imran, Semiotika Al-Qur’an, h. 10.

6 Wildan Taufiq, Semiotika: Untuk Kajian Sastra dan al-Qur’an, (Bandung: Penerbit

Yrama Widya, 2016), h. 9.

7 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (Depok: Komunitas Bambu,

2014). h. 22.

Page 36: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

21

dikenal sebagai ahli intelektual, hal ini bisa dilihat dari salah satu kakaknya, yang

bernama James Mills Peirce, yang menjadi profesor matematika di Harvard.

Selain itu saudaranya, Herbert Henry Davis Peirce yang mendapatkan karir

terhormat di Foreign Service, sedangkan adiknya yang terkecil, Benjamin Mills

Peirce, menunjukkan bakatnya menjadi seorang insinyur. Akan tetapi, ia

meninggal saat masih muda. Bakat keilmuan yang dimiliki Peirce bersaudara,

merupakan bagian kemampuan intelektual yang luar biasa, yang sedikit banyak

dipengaruhi juga oleh kemampuan ayah mereka.8

Peirce merupakan seorang filsuf terkemuka di Amerika yang paling orisinil

dan multidimensosial. Namun, Peirce memiliki sebuah kekurangan yang tidak

dapat dia jaga, berupa mudah marah dan tempramental yang diakibatkan oleh

penyakit syaraf yang diidapnya, sehingga membuatnya banyak dijauhi oleh kawan

dan koleganya. Hal ini juga yang menyebabkan Peirce dikeluarkan sebagai dosen

dari Universitas John Hopkins.9

Peirce merupakan ilmuan yang sangat produktif menghasilkan berbagai

macam karya, namun dari sejumlah besar karyanya yang diterbitkan, tidak ada

yang spesifik menelaah tentang masalah yang menjadi objek bidangnya. Dalam

kaitan dengan karyanya tentang tanda, pemikiran Peirce haruslah selalu dianggap

berada dalam proses semiosis10

yang terus dapat diperbaharui maknanya secara

berlanjut.11

8 Lexi Zulkarnain, “Hadis Tentang Keutamaan Ibu: Suatu Tinjauan dan Analisis Semiotik

Charles S. Peirce,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta,

2009), h. 24. 9 Wildan Taufuq, Semiotika: Untuk Kajian Sastra dan al-Qur’an (Bandung: Penerbit

Yrama Widya, 2016), h. 28.

10 Semiosis adalah proses pembentukan tanda yang bertolak dari representament yang

secara spontan berkaitan dengan object dalam kognisi manusia dan kemudian diberi penafsiran

tertetu oleh manusia tersebut sebagai interpretan. 11

Wildan Taufiq, Semiotika: Untuk Kajian Sastra dan al-Qur’an, h. 29.

Page 37: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

22

C. Teori Semiotik Charles Sanders Peirce

Mengawali pembahasan mengenai pemikiran dan teori aplikasi yang

ditawarkan oleh semiotik Charles Sanders Peirce, terlebih dahulu penulis akan

mencoba memahami tiga garis besar yang dimiliki oleh semiotik itu sendiri yakni:

struktural, pragmatis, dan gabungan keduanya.12

1. Semiotik Struktural didasarkan pada pemikiran Ferdinand D. Saussure

yang mengatakan bahwa tanda adalah tersusun atas dasar penanda

(signifiant) dan petanda (signifie).

2. Semiotik Pragmatis didasarkan pada pemikiran yang dikembangkan oleh

Charles Sanders Peirce yang mengatakan bahwa tanda dan pemaknaan

merupakan suatu proses kognitif atau yang lebih populer disebut

semiosis.

Lebih lanjut mengenai teori semiotik Peirce, dituntut untuk mengetahui

perbedaan pengujian teori dalam terapan; antara teori sebagai hasil analisa dari

hubungannya dengan fakta-fakta, dengan teori sebagai hasil pengujian dari

metode (metodologi). Pengujian teori yang pertama bertujuan untuk verifikasi

atau falsifikasi terhadap teori tersebut, karena teori yang pertama berisi preposisi-

preposisi yang menjelaskan realitas fakta sehingga pengujiannya diukur dengan

teori kebenaran korespondensi. Jika terdapat kesesuaian antara preposisi teori

dengan realitas fakta maka teori tersebut terbukti (terverifikasi), tetapi sebaliknya

jika tidak ada kesesuaian maka teori tersebut adalah salah (falsifikasi). Sedangkan

pengujian teori yang kedua, yaitu metodologi, tidak dapat membuat verifikasi atau

falsifikasi, karena jenis teori ini berisi proses-proses dalam penelitian dan asumsi-

12

Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (Depok: Komunitas Bambu,

2014), h. 5.

Page 38: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

23

asumsi yang dibangun dari proses tersebut, sehingga dari aplikasi yang akan

dihasilkan proses-proses tersebut adalah kelebihan dan kekurangan, atau kekuatan

dan kelemahan teori tersebut. Sedangkan asumsi-asumsi yang dikembangkan

dalam teori tersebut yang dapat diuji adalah ketersambungannya.13

Peirce mendefinisikan tanda sebagai berikut:

“saya mendefinisikan tanda sebagai apapun yang ditentukan oleh

sesuatu yang lain, yang disebut objek, dan menentukan suatu pada

seseorang, yang pengaruh saya sebut Interpretant, yang mana interpretan itu

ditentukan oleh objek.”14

Dalam hal ini, objek yang diacu oleh tanda, atau sesuatu yang kehadiranya

digantikan oleh tanda adalah “realitas”atau apa saja yang dianggap ada. Artinya

objek tersebut tidak mesti konkret, tidak harus berupa hal yang kasat mata

(observable) atau eksis sebagai realitas empiris, tetapi bisa pula hal lain yang

abstrak, bahkan imajiner dan fiktif.

Definisi tanda dari Peirce berkaitan dengan kategori firstness, secondness,

dan thirdness. Dengan demikian, Peirce membedakan tiga tipe tanda dasar

kategori fenomenologinya. Tanda sebagai firstness yaitu tanda sebagai tanda itu

sendiri, yang disebut representament. Tanda sebagai secondness yaitu objeknya,

dan tanda sebagai thirdness, yaitu tanda sebagai interpretant (hasil interpretasi).

Tiap hubungan ini tidak menunjukan bentuk keberadaan yang berbeda ataupun

mewakili kelas fenomena yang berbeda.

13

Lexi Zulkarnain Hikmah, “Hadis Tentang Keutamaan Ibu: Suatu Tinjauan dan Analisis

Semiotik Charles S. Peirce,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam

Negeri Jakarta, 2008). 14

Lexi Zulkarnain Hikmah, Hadis Tentang Keutamaan Ibu..., h. 19.

Page 39: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

24

Representament adalah tanda yang mewakili objek lain. Antara tanda yang

diacunya merupakan objek. Hubungan ini melalui proses representasi.

Representament juga merupakan “bentuk fisik sebuah tanda”15

Sebagaimana yang

telah disebutkan, bahwa semua yang dapat terpikirkan dan yang tidak dapat

terpikirkan dapat merupakan objek. Objek ini mempunyai hubungan langsung

dengan interpretasi. Interpretasi merupakan hubungan antara tanda dan subjek

penerima tanda yang menginterpretasikan tanda tersebut sehingga membuat tanda

baru yang disebut interpretant. Interpretant adalah tanda yang berkembang dari

tanda yang telah terlebih dahulu ada dalam benak orang yang

menginterpretasikanya. Interpretasi dapat dilakukan setelah obyek yang diwakili

oleh tanda (representament) tersebut diketahui. Interpretant ini dapat menjadi

representament baru yang merepresentasikan object yang lain sehingga

memerlukan interpretan kembali. Dengan kata lain, proses semiosis adalah

sebuah rangkaian yang tidak berujung-pangkal, tanpa awal dan akhir; sebuah

semiosis yang tanpa batas (unlimited semiosis). Proses yang tidak terbatas tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

15 T. Christomy dab Untung Yuwono, “Semiotika Budaya”, C. 2 (Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia)

(O) (O) (O)

(R) (I/R

al-Keterangan: R: Representament, (O): Objec, (I): Interpretant

(I/R

al-

(I/R

al-

Gambar 2. 1: Segi Tiga Semiosis

Page 40: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

25

Jika kita arahkan perhatian kita pada sifat dari tanda itu sendiri sebagai

representament, terpisah dari objeknya atau interpretanya, maka terdapat tiga

macam tanda. Tanda dalam hubungannya dengan firstness, yaitu qualisign,

sinsign, dan legisign. Pertama, qualisign diambil dari kata quality adalah

merupakan tanda-tanda yang berdasarkan suatu sifat, contohnya merah. Karena

merah merupakan tanda pada apa yang mungkin, seperti sosialisme, cinta.

Qualisign atau tone (sifat) adalah tanda yang merupakan kualitas atau

penampakan belaka. Suatu Qualisign tidak dapat beroperasi secara simbolis

sampai tanda itu diberi bentuk atau diwujudkan, namun tidak mempengaruhinya

sebagai suatu tanda. Kedua, sinsign diambil dari kata singular adalah tanda yang

merupakan dasar tampilanya dalam kenyataan, seperti jeritan, tertawa, nada suara,

metafora, juga termasuk segala pernyataan individual yang tidak dilembagakan.

Sinsign hanya dapat menunjukan diriya melalui kualitasnya, suatu qualisign atau

lebih tepat lagi kelompok qualisign, karena ditentukan oleh beberapa kausalitas.

Ketiga, legisign diambil dari kata legitimation adalah tanda-tanda yang

merupakan tanda dasar sebuah peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi,

sebuah kode, misalnya mengangguk berarti “iya”, tanda lalu lintas, jabat tangan.

Aturan ini biasanya dibuat atau ditetapkan oleh manusia. Setiap tanda

konvensional adalah suatu legisign. Legisign bukan merupakan objek tunggal,

tapi suatu tipe umum, yang telah disetujui mempunyai arti. Karena legisign

Gambar 2.2

R I

O

Page 41: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

26

bersifat umum, dan hanya dapat berfungsi melalui contoh atau replika dari dirinya

sendiri. Tapi replika ini harus suatu yang melibatkan qualisign.

Dalam hubungannya antara representament dan objeknya, Peirce

membedakan antara icon, index dan symbol. Icon merupakan tanda yang mewakili

objeknya berdasarkan „kemiripan‟ karakter yang dimiliki, tanpa mempedulikan

apakah objek tersebut eksis atau tidak, contohnya adalah diagram dan peta. Index

adalah tanda yang memiliki kaitan fisik dan eksistensial di antara representamen

dan objecnya sehingga seolah-olah akan kehilangan karakter yang menjadikanya

tanda jika objeknya dipindahkan atau dihilangkan. Contohnya asap adalah index

dari adanya api. Sedangkan simbol adalah tanda yang representamenya merujuk

kepada objek tertentu tanpa motivasi (unmotivated); simbol terbentuk melalui

konvensi-konvensi atau kaidah-kaidah tanpa adanya kaitan langsung di antara

representamen dan objeknya, contohnya adalah kata “pohon” yang dalam bahasa

Inggris „tree‟ adalah simbol. Karena relasi di antara kedua tanda tersebut sebagai

representament dan pohon betulan yang menjadi objeknya tidak bermotivasi alias

arbitrer, semata-mata kesepakatan (konvensional).16

Dalam hubungannya dengan interpretan yang ditandainya suatu tanda

adalah rheme, dicent, dan argument, atau sesuai dengan term, preposisi, dan

argumen. Pertama: Rheme adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda

apapun yang tidak benar dan tidak pula salah. Sebuah huruf atau fonem yang

berdiri sendiri adalah rheme, bahkan nyaris semua kata tunggal – dari kelas

apapun baik kata kerja, kata benda dan kata sifat, dan yang lainnya adalah rheme,

kecuali kata „ya‟ dan „tidak‟ atau „benar‟ dan „salah‟. Kedua: Disign atau Dicent

16

T. Christomy dab Untung Yuwono, Semiotika Budaya, C. 2 (Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia), h. 119.

Page 42: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

27

adalah tanda eksistensial aktual, suatu tanda faktual yang biasanya berupa

preposisi. Sebagai preposisi, dicent adalah tanda yang bersifat informasional

seperti pada pernyataan “tom adalah seekor kucing”. Ketiga: Argumen adalah

tanda hukum atau kaidah, suatu tanda nalar yang didasari oleh leading principle

yang menyatakan bahwa peralihan dari premis-premis tertentu kepada kesimpulan

tertentu adalah cenderung benar. Apabila tanda dicent hanya menegaskan

eksistensi sebuah objek, maka argumen mampu membuktikan kebenaranya.

Contoh yang paling jelas dari sebuah argumen adalah silogisme.17

Tipologi Tanda Peirce.

Relasi dengan

representament

Relasi

dengan objek

Relasi dengan

Interpretan

Kepertamaan

(firtness)

Bersifat potensial

(qualisign)

Berdasarka

keserupaan

(ikonis)

Terms

(rheme)

Keduaan

(secondness)

Bersifat

keterkaitan

(sinsign)

Berdasarkan

penunjukan

(indeks)

Suatu pernyataan

yang bisa benar

dan bisa salah

(proposisi atau

dicent)

Ketigaan

(thirdness)

Bersifat

kesepakatan

(legisign)

Berdasarkan

kesepakatan

(simbol)

Hubungan

proposisi yang

dikenal dalam

bentuk logika

tertentu (inter

argumen)

D. Aplikasi Teori Semiotika Peirce

Dalam pembahasan ini, penulis akan melakukan pengujian dalam

pemaknaan sebuah tanda dengan menggunakan Teori Semiotika Peirce yang

bersifat trikotomis. Dalam hal ini juga, akan dibahas kembali bagaimana

17

T. Christomy dab Untung Yuwono, Semiotika Budaya, C. 2 (Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia), h. 121.

GAMBAR 2.3

Page 43: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

28

pemaknaan sebuah tanda dilihat dari tiga sudut pandangan yakni, Representamen,

Objec, Intrepretan dalam tanda itu sendiri.

Untuk mempermudah penerapan Teori Semiotik Peirce dalam memahami

tanda, maka penulis mencoba membaca sebuah tanda mengenai pandangan umat

Islam dan dunia terhadap kewajiban menutup aurat bagi wanita muslim dengan

menggunakan kerudung, seperti yang dipraktekan oleh Wildan Taufiq.

Wildan Taufiq, dalam bukunya Semiotika: Untuk Kajian Sastra dan al-

Qur’an, memberikan sebuah contoh penggunaan teori semiotik Peirce dengan

mengambil contoh penggunaan Jilbab untuk umat Islam. Menurutnya menutup

aurat adalah kewajiban setiap wanita muslim. Jilbab atau kerudung merupakan

salah satu cara yang digunakan wanita muslim untuk menutupi auratnya dari

bagian kepala sampai dada. Hal ini merupakan bagian tanda ketakwaan

pemakainya terhadap perintah Allah. Sebagaimana yang termaktub dalam al-

Qur‟an surat Al-Ahzāb/59 dan Al-Nūr/24: 33.18

Dalam perjalananya sendiri, pemaknaan terhadap pemakaian jilbab atau

kerudung sebagai sebuah lambang ketaatan terhadap perintah agama, sedikit

bergeser nilainya menjadi sebuah tradisi umat Islam. Ketika makna kerudung

menjadi tradisi, maka akan dipandang dari beberapa sudut pandang yang

menghasilkan pemaknaan bahwa kerudung adalah pakaian kuno atau kolot. Hal

ini terlihat disekitar Tahun 80-90 an, banyak perusahaan dan perkantoran yang

melarang karyawatinya berkerudung dan bahkan cenderung tidak menerima

pelamar karyawati pemakai kerudung. Akan tetapi di era tahun 2000-an,

pandangan tentang kerudung sebagai pakaian kolot bergeser lagi. Sekarang ini,

18

Wildan Taufiq, Semiotika: Untuk Kajian Sastra dan al-Qur’an, (Bandung: Penerbit

Yrama Widya, 2016), h. 38

Page 44: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

29

kerudung atau jilbab dipandang sebagai sebuah tren fashion dunia yang bahkan

memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk dunia pasar dan bisnis.19

Dari beberapa uraian di atas, jika dianalisis menggunakan Semiotika Peirce,

akan menghasilkan sebagai berikut:

1. Representament : dilambangkan dengan huruf (R)

2. Objek : dilambangkan dengan huruf (O), dan

3. Interpretant : dilambangkan dengan huruf (I)

Proses penerapan Teori Peirce dalam pembacaan tanda disebut dengan

istilah “Semiosis”. Semiosis dari tanda yang penulis sebutkan di atas dapat

digambarkan sebagai berikut: kata kerudung menjadi (R (1)), yang objeknya (O

(1))adalah penutup kepala wanita muslim, menjadi tanda kesalehan atau ketaatan

terhadap perintah agama (I (1)). Kerudung kemudian menjadi (R (2)) ketika

dianggap sebagai busana kolot atau kuno (I (2)). Kerudung menjadi (R (3)), ketika

menjadi salah satu tren busana dunia (I (3)). Objek kedua (O (2)) dan objek ketiga

(O (3)) adalah sama dengan objek yang pertama (O (1)).20

O (1): O (2): O (3):

Penutup kepala Penutup kepala Penutup kepala

Wanita muslim Wanita muslim Wanita muslim

R (1): I (1): (I- (2)) (I- (3))

Kerudung ketaatan terhadap Busana kolot /kuno Tren Busana

Perintah agama (R- (3)) dunia

Kesalehan (R-(4))

(R (2))

19

Wildan Taufiq, Semiotika: Untuk Kajian Sastra dan al-Qur’an, h.39 20

Wildan Taufiq, Semiotika: Untuk Kajian Sastra dan al-Qur’an., h.40.

Page 45: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

30

Lebih lanjut penerapan teori dapat dilihat ketika Peirce mencoba

menjelaskan bagaimana sebuah proses berpikir dalam diri manusia terjadi. Hal ini

terjadi ketika manusia berinteraksi dengan tanda, karena bagi Peirce semuanya

adalah tanda, maka baik bunyi, tulisan, bau, warna, atau apapun itu yang dapat

dipahami manusia adalah tanda. Proses tanda tersebut terdiri dari tiga langkah;

pencerapan tanda, penggambaran objek, dan interpretasi. Sebagai contoh hal ini

dapat dilihat dari seorang pengendara motor menginterpretasi salah satu lampu

dari tiga lampu lalu lintas sebagai sebuah tanda. Lampu tersebut terdiri dari tiga

warna yang berbeda, yang masing-masing lampu mewakili perintah tertentu;

merah (merah perintah untuk berhenti), hijau (perintah untuk jalan), dan kuning

(perintah untuk hati-hati). Ketika pengendara motor melihat lampu berwarna

merah maka secara otomatis sang pengendara motor tersebut langsung berhenti.

Proses berpikir pengendara motor dapat digambarkan dengan semiotik:

(O) Perintah untuk berhenti

Lampu berwarna merah Berhenti

(R) (I)

Lampu berwarna merah merupakan tanda yang dipahami sang pengendara

motor, yang kemudian berelasi dengan dengan objek “perintah untuk berhenti”

yang pada akhirnya membentuk interpretasi “berhenti”.

Tanda yang sama boleh jadi memiliki objek yang berbeda sehingga

menimbulkan interpretasi yang berbeda. hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Sebagai contoh adalah ketika tiga orang mendengar kata “mie” dalam

sebuah pertanyaan “kalian mau makan mie apa?” maka setidaknya terdapat tiga

Page 46: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

31

interpretasi mengenai kata “mie” dalam pertanyaan tersebut. Proses tersebut dapat

digambarkan dengan semiotok sebagai berikut21

:

Mie Goreng Mie Rebus Mie Kari

Kata“mie” mie goreng Kata“mie” mie rebus Kata“mie” mie kari

Orang 1 Orang 2 Orang 3

Selain itu, sebuah tanda yang berbeda boleh jadi memiliki objek yang sama

sehingga menghasilkan interpretan yang sama pula. Proses ini dapat dilihat pada

rumusan berikut ini:

Sebagai contoh adalah ketika seseorang menyebutkan beberapa merek

kendaraan seperti Avanza, xenia, innova, maka hal tersebut akan mengacu kepada

satu interpretasi jenis kendaraan roda empat yang disebut dengan “mobil”. Proses

ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Mobil Mobil Mobil

Avanza Mobil Xenia Mobil Innova Mobil

Orang 1 Orang 2 Orang 3

Semiotik merupakan suatau epistemologi pragmatis. Hal ini tercermin dari

teori kebenaranya. Benar bagi semiotik adalah apabila berfungsi dan efektif dalam

kehidupan, yang berarti dapat dimanfaatkan dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Oleh karena, semiotik sebagai epistemologi bertumpu pada pengalaman. Dari

21

Lexi Zulkarnain Hikmah, “Hadis Tentang Keutamaan Ibu: Suatu Tinjauan dan Analisis

Semiotik Charles S. Peirce,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam

Negeri Jakarta, 2008), h. 25.

Page 47: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

32

pengalaman ini dengan melalui proses semiosis, diperoleh struktur rinci. Dari

pengalaman ini pula diperoleh wawasan dan pengembangan pengetahuan yang

dinamis, artinya pengetahuan ini bertambah dan berubah terus seiring dengan

pengalaman hidup sehingga pengetahuan manusia berkembang pesat.

Page 48: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

33

BAB III

DEFINISI DAN PENGGUNAAN KATA AL-BALĀ’ SERTA PENAFSIRAN

PARA ULAMA

A. Definisi Kata Al-Balā’

Al-balā‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab. Asal katanya

adalah balā ( بال ) atau baliya (بلى) yang artinya Jaraba (جرب), imtahana (امتحن),

ikhtabara (اختبر), sehingga al-balā‟ maknanya al-ikhtibāru wa al-imtahānu wa

aṭṭakhrību.1yang berarti ujian dan cobaan. Ibn Manẓur al-Miṣri, Lisān al-„Arab

mencontohkan بلوت الر جل بلوا وبالء وبتليته: أختبرته؛ وباله بلوا أذا جربه وختبره ا artinya

“balawtu dan ibtalaytu: saya menguji seseorang”, “balā-yablū: ia mencoba dan

mengujinya.

al-Balā‟ yang berarti ujian..Kata tersebut berasal dari empat huruf ba‟-lam-

ya‟-wau, yang secara morfologis berasal dari kata balā-yablū-balwan wa balā‟an,

berarti: tampak jelas, rusak, menguji, dan sedih. Kata balā‟ dalam al-Qur‟an

terulang enam kali. Bentuk jamaknya adalah balayā, dengan segala derivasinya

dipakai dalam al-Qur‟an sebanyak 33 kali, tersebar dalam berbagai surat 16.

Dalam al-Qur‟an al-balā‟ mempunyai makna yang sama dengan kata الألبتالء

yang berasal dari kata ابتلى yang berarti اختبروامتحن 2 (ujian dan cobaan). Meskipun

demikian, dalam ayat-ayat al-Qur‟an penggunakan kata al-balā‟ lebih sering

menunjukan ujian kebaikan. Sedangkan al-Ibtalā lebih sering menggunakan ayat-

ayat yang berkaitan dengan ujian keburukan. Pada dasarnya kedua kata tersebut

1 Abi Fadl Jamāl al-dīn Muḥammad bin Makrim Ibn Manẓur al-Miṣri, Lisān al-„Arab, vol.

14 ( Libanon, Dār Ṣādir: 1414 M), h. 83-84. 2 Abdul Rasyid Sabirin, “al-Bala‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna dan Macam-

Macam al-balā, Serta Sikap Manusia Dalam Menghadapi Ujian,” (Tesis S2 Fakultas Ushuluddin

dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 23. Sabirin menulis bahwa dalam

bukunya Ibn Faris, berpendapat bahwa al-balā‟memiliki kata asal بلوى yang terdiri dari dua makna

yaitu “sesuatu yang usang” dan “sebuah ujian”. Lihat: Abū al-Husain Ibn Fāris, cet. ke-2, vol. 1,

Mu‟jam Maqāyis al-Lughah (Mesir: Mustafa Bāby al-Halaby, 1962), h. 293-294.

Page 49: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

34

dapat menunjukan pengertian ujian kebaikan maupun keburukan. Seperti Firman

Allah dalam QS. al-Anbiyā/21: 35.

“35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji

kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-

benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan”.

Menurut para ulama Ulumul al-Qur‟an, al-khithāb bil fi‟il yadullu „alā al-

tajaddud wal hudūts (bahwa khitab dengan fiil mudlari‟ menunjukkan peristiwa

yang selalu mengalami pembaharuan). Hal itu memberi isyarat bahwa bala atau

ujian dalam kehidupan manusia ini akan terus berlangsung dan dialami oleh

manusia. Apabila manusia mampu menyikapinya dengan sikap terbaik dan

bersabar, niscaya akan dilimpahkan rahmat Tuhan dan digolongkan sebagai

orang-orang yang memperoleh petunjuk (Q.S. al-Baqarah/2: 157).

Term balā‟ dengan makna ikhtibār (ujian) yang menunjukkan bentuk

cobaan yang menyenangkan, misalnya dalam Surat al-Anfāl/8: 17, yakni ketika

umat Islam diberi kemenangan pada waktu perang Badar. Dalam ayat tersebut,

kemenangan dalam peperangan disebut dengan kata balā‟an hasanā (ujian

kemenangan). Demikian pula ketika Nabi Sulaiman diberikan berbagai kemuliaan

berupa kekayaan dan kekuasaan serta kemampuan berkomunikasi dengan

hewan/binatang (Q.S. al-Anfāl/27:40).3 Sementara balā‟ dalam konteks yang

tidak menyenangkan terungkap dalam kisah umat Nabi Musa, ketika mereka diuji

oleh Allah melalui Fir‟aun yang menyiksa mereka serta membunuh anak-anak

3 Abū Ja‟fār Muḥammad bin Jarīr Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān.

Penerjemah Ahmad Affandi, vol. 10 (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008), h. 854-877.

Page 50: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

35

mereka (Q.S al-Baqarah/2: 49, al-A‟rāf/7: 141, dan kisah Nabi Ibrahim ketika

diuji oleh Allah untuk menyembelih puteranya Isma‟il (Q.S. al-Shaffāt: 104-106).

B. Makna al-Balā’ Menurut Para Ulama

Pemaknaan kata al-balā‟ di dalam kalangan ulama sangat beragam. al-

Fairuzabady mengatakan bahwa al-balā‟ adalah ujian yang bisa berupa kebaikan

(minhah) maupun keburukan (mihnah).4 Pendapat yang senada juga disampaikan

oleh Ibn Manẓūr dalam kamus Lisān al-„Arāb-nya yakni al-balā‟bermakna (al-

Ikhtibār) ujian, baik yang berbentuk kebaikan maupun keburukan.5

Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, al-Rāghib al-Isfahāny

menambahkan sedikit penekanan terhadap pemaknaan al-balā‟yang berarti ujian

kebaikan dengan ujian keburukan. menurut beliau, ujian dengan kebaikan lebih

berat posisinya ketimbang ujian dengan keburukan.6 Hal ini didasarkan pada

kewajiban seorang hamba ketika mendapatkan ujian kebaikan adalah bersyukur,

sedangkan ketika ujian keburukan adalah bersabar. Maka pada praktek, realisasi

ataupun bentuk nyata dari rasa syukur pada kenikmatan lebih sulit untuk

dipraktekan ketimbang realisasi kesabaran dalam hal keburukan.

Berbeda dengan pandangan ulama yang disebutkan di atas, Abū Hilāl al-

„Asykāry mengatakan bahwa al-balā‟ ataupun al-Ibtalā merupakan identifikasi

terhadap mubtala (orang yang diuji) dalam hal ketaatan dan kemaksiatan dengan

cara Allah memberikan ujian yang susah, tidak disenangi dan menyulitkan.7

4 Al-Fairuzabādy, Qāmus al-Muhith (Beirut: Dār al-Fikr, 1995), h. 1138

5 Ibn Manẓur al-Miṣri, Lisān al-„Arab, h. 83.

6 Al-Asfahāny, Mu‟jam Mufradat Alfāzh al-Qur‟an, h.

7 Abū Hilal al-„Asykariy, al-Furūq al-Lughawiyyah, cet. ke-3, (Beirut: Dār al-Afāq al-

Jadidah, 1997), h. 210.

Page 51: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

36

Dari beberapa pendapat ulama di atas tentang makna al-balā‟ sangat

beragam, dapat disimpulkan bahwa kata al-balā‟ dan al-Ibtalā adalah memiliki

makna yang sama yakni ujian dan cobaan dari Allah berupa kebaikan maupun

keburukan yang dibebankan kepada semua manusia dalam rangka untuk

mengetahui sejauh mana kualitas keimanan, ketakwaan, dan kecintaan serta

kepatuhan manusia kepada Allah.

1. Makna al-Balā’ menurut Ulama Tafsir

Imam Ibnu Mandzur, dalam Lisân al-„Arab menyatakan, bahwa

musibah adalah al-dahr (kemalangan, musibah, dan bencana)8

Sedangkan menurut Imam al-Baidhawi, musibah adalah semua

kemalangan yang dibenci dan menimpa umat manusia. Ini didasarkan

pada sabda Rasulullah Saw, “Setiap perkara yang menyakiti manusia

adalah musibah.”9

Imam Ibn Katsir menjelaskan bahwa asal makna al-balā‟ adalah

ujian atau cobaan.10

Ujian atau cobaan bisa berupa kebaikan atau

keburukan. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Anbiyā‟: 35.

35. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan

menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang

sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.

Dan juga pada surah QS. Al-A‟rāf: 168

8Ibnu Mandzur, Lisân al-„Arab, juz 1, hal. 535.

9Imam al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi, juz 1, hal. 431).

10Syekh Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir. Cet. Ke 2. (Jakarta: Darus Sunnah,

2014). h. 197. Diterjemahkan oleh Agus Makmun, Suharlan, Suratman, (Darus Sunnah)

Page 52: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

37

168. dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa

golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada

yang tidak demikian. dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-

baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada

kebenaran).

Ibnu Jarir mengatakan “Jika untuk suatu keburukan maka lebih

banyak menggunakan Lafazh “balā an, ablauhu, balautuhu, sedangakan

untuk kebaikan menggunakan lafazh (ablaituhu), wabalā an, iblā an,

ublīhi.

Sebagaimana Zuhair bin Abi Sulami berkata:

“jazallahu bil ihsāni mā fa‟alā bikum ... wa ablā humā khoiro al-

balā i alladzi yablū”

“ Semoga Allah membalas apa yang mereka berdua lakukan

terhadap kalian dengan kebaikan ... dan menimpakan bala‟ kepada

keduanya dengan sebaik-baik bala yang ditimpakan”

2. Makna al-Balā’ menurut Ulama Fuqaha

Imam Abu Hanifah (150 H) menghadapi ujian dan cobaan berupa

dicambuk 110 kali dan jebloskan ke dalam penjara sampai akhir hayat

beliau. Ujian penyiksaan ini diderita oleh imam Abu Hanifah lantaran

beliau tidak mau menerima jabatan Qadhi yang dibeban kepadanya

dengan mengatakan bahwa “aku tidak layak”.Penyiksaan dan penjara

yang dialami oleh imam Abu Hanifah ini, terjadi pada masa khalifah

Abdul Malik bin Marwan dari dinasti Bani Umayyah.

Imam Malik bin Anas juga pernah mendapat hukuman karena

mempertahankan prinsip yang dia yakini. Malik bin Anas (179 H)

adalah seorang ulama hadits dan fiqh, penulis kitab al-Muwatha. Ia

dikenal dengan kehati-hatianya dalam berfatwa. Imam Malik

mengatakan, “perisai seorang yang berilmu adalah „aku tidak tahu‟ dan

seseorang melalaikanya, dia binasa”.

Page 53: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

38

Imam Malik mendapatkan ujian keburukan berupa didera dan

dicambuk serta ditarik salah satu tanganya, hingga persendian bahunya

lepas. Hal ini dilakukan oleh Gubernur Madinah yang bernama Ja‟far

bin Sulaiman yang hendak memperbolehkan adanya hukum talaq

meskipun dalam keadaan terpaksa, sedangkan imam Malik

menyampaikan hadits “tidak ada talaq atas orang yang dipaksa”.

Imam Ahmad ibn Hanbal menghadapi mihnah yang artinya cobaan

dan ujian yang terberat adalah ketika handak disuruh oleh Khalifah Al-

Makmun dari dinasti Abbasiyah untuk mengatakan bahwa al-Qur‟an

adalah makhluk Allah. Namun imam Ahmad ibn Hanbal tidak mau

menuruti perintah dari Khalifah Al-Makmun, sehingga Imam Ahmad

ibn Hanbal, harus dipenjara dan disiksa.

Dalam keteguhan hati imam Ahmad bin Hanbal ini, para ulama

berkomentar bahwa Imam Ahmad bin Hanbal adalah benteng terakhir

akidah umat islam saat itu. Sebab seandainya imam Ahmad bin Hanbal

mengikuti perintah Khalifah Al-Makmun, maka umat islam sudah

hampir dipastikan seluruhnya akan manganut paham Muktazilah.

Dengan melihat beberapa ujian dan cobaan yang menimpa

terhadap di para fuqaha, dapat penulis menyimpulkan bahwa ujian dan

cobaan yang terberat dan terburuk dalam pandangan para fuqaha adalah

istiqamah dalam mengatakan kebenaran meskipun harus mendapatkan

penyiksaan dan kesengsaraan dari para penguasa.

C. Kata yang maknanya mirip dengan al-balā’ dalam al-Qur’an

Page 54: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

39

Kata ujian dan cobaan di dalam al-Qur‟an selain diketahui lewat kata al-

balā‟ dapat pula kita ketahui melalui kata al-mihnah, al-fitnah, musibah,dan azab.

1. Al-Miḥnah

Kata al-mihnah berasal dari kata Arab yaitu “maḥana” yang

artinya menguji dan mencoba. Abū Fāris menjelaskan bahwa kata “ma-

ha-na” mengandung beberapa makna, yaitu: pertama, al-ikhtibār (ujian),

kedua, al-„I‟tha‟ (pemberian), dan ketiga, al-Dharbu (cambukan).11

Di dalam al-Qur‟an ayat yang menunjuk kepada kata “maḥana”

yang bermakna ujian yang terdapat pada surat al-Hujurāt/49:3, dan al-

Mumtaḥanah/60:10.

QS. al-Hujurāt/49:3

2.Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah

mereka Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk

bertakwa. bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.

Ibn „Athiyyah mengatakan bahwa “امتحن” pada ayat di atas artinya

menguji.12

„Abū Bakr al-Jazāiry menjelaskan bahwa imtaḥana Allah

qulūbahum li al-Taqwa artinya Allah melapangkan hati mereka dan

meluaskanya untuk dapat bertakwa kepada-Nya. Saīd Hawa dan al-

Farrā‟ menambahkan, artinya Allah mensucikan hati mereka untuk

11

Abu Fāris, Mu‟jam Maqāyīs al-Lughah, op. cit. Jilid 5, h. 302. 12

Ibn „Athiyyah al-Andalusy, al-Muharrir al-Wajīz fi Tafsīr al-Kitaāb al-„Azīz, Juz 5

(Beirūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), h. 145

Page 55: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

40

bertakwa sebagaimana emas yang disucikan dengan api maka akan

tampak yang murni dari yang jelek dan buruk.13

QS. Al-Mumtaḥanah/60:10.

10. Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu

perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji

(keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan

mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)

beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-

suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang

kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan

berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka

bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar

kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali

(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu

minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta

mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang

ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana.

Al-Jazāiry menjelaskan bahwa famtaḥinūhunna maksudnya, adalah

“maka ujilah mereka dengan sumpah. Sebagaimana yang yang diartikan

oleh al-Farrā‟, “mintalah mereka bersumpah”.14

2. Al-Fitnah

13

Abdul Rasyid Sabirin, “al-Bala‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna dan Macam-

Macam al-balā, Serta Sikap Manusia Dalam Menghadapi Ujian,” (Tesis S2 Fakultas Ushuluddin

dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 26. 14

Abdul Rasyid Sabirin, “al-Bala‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna dan Macam-

Macam al-balā, Serta Sikap Manusia Dalam Menghadapi Ujian,” (Tesis S2 Fakultas Ushuluddin

dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 26.

Page 56: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

41

Kata al-Fitnah berasal dari Arab yaitu : فتن, yang artinya

membakar. Ibn Fāris menjelaskan bahwa fa-ta-na merupakan tiga huruf

shahih (ashl shahih) yang artinya menunjukan pada ibtilā‟ dan

ikhtibār.15

Al-Fairūzabady kemudian menjelaskan bahwa al-Fitnah

mempunyai banyak arti seperti: al-Dhalāl (kesesatan), al-„Itsm (dosa),

al-Kufr (kekafiran), al-Fadhīhah (keburukan), al-Adzāb (siksa), Idzābat

al-Dzahab (melarutkan emas), al-Fidhah (perak), al-„Idhal

(penyesatan), al-Junun (gila), al-Mihnah (ujian), al-Māl (harta), al-

Awlād (anak).16

Al-Ashfaḥāny mengatakan bahwa makna al-Fatn adalah

memasukkan emas ke dalam api untuk mengetahui apakah murni atau

tidak. Kemudian kata tersebut dipergunakan dalam arti memasukkan

manusia ke dalam neraka (QS. al-Dzāriyāt/51: 13 dan 14). Terkadang

juga digunakan untuk menunjukan azab (QS. al-Taubah/9:49), juga bisa

untuk merujuk kepada makna ujian (QS. Al-Thāḥa/20:40).

Dalam al-Qur‟an, ayat-ayat yang menunjukan kepada kata fatana

dengan berbagai perubahanya berjumlah lima puluh lima ayat dalam tiga

puluh surat. Dari lima puluh lima ayat tersebut, duapilih delapan ayat

diantaranya mengandung arti ujian dan cobaan. Salah satunya terdapat

pada QS. Al-An‟ām/6:53.

15

Abu Fāris, Mu‟jam Maqāyīs al-Lughah, op. cit. Jilid 5, h. 302. 16

Abdul Rasyid Sabirin, “al-Bala‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna dan Macam-

Macam al-balā, Serta Sikap Manusia Dalam Menghadapi Ujian,” (Tesis S2 Fakultas Ushuluddin

dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 27.

Page 57: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

42

53. Dan demikianlah telah kami uji sebahagian mereka orang-orang kaya dengan

sebahagian mereka orang-orang miskin, supaya orang-orang yang kaya itu berkata:

"Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada

mereka. Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang

yang bersyukur (kepadaNya)?"

3. Musibah

Kata musibah berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata

dasar asaba yang memiliki arti menimpa atau mengenai17

. Dalam al-

Qur‟an kata musibah disebutkan di sepuluh ayat, dan semuanya

bermakna kemalangan, musibah, dan bencana yang dibenci manusia.

Namun demikian, Allah SWT memerintahkan kaum Muslim untuk

menyakini, bahwa semua musibah itu datang dari Allah SWT, dan atas

ijinNya. Allah SWT berfirman: Qs. al-Taghâbun/[64]:11.

11. tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan

ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan

memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala

sesuatu.

Imam Ibnu Mandzur, dalam Lisân al-„Arab menyatakan, bahwa

musibah adalah al-dahr (kemalangan, musibah, dan bencana)18

Sedangkan

menurut Imam al-Baidhawi, musibah adalah semua kemalangan yang

17

A.W.Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, edisi kedua,

(Surabaya: Pustaka Progressif,1997), h. 800. 18

Ibnu Mandzur, Lisân al-„Arab, juz 1, hal. 535.

Page 58: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

43

dibenci dan menimpa umat manusia. Ini didasarkan pada sabda Rasulullah

Saw, “Setiap perkara yang menyakiti manusia adalah musibah.”19

4. Azab

Kata „azab disebutkan dalam al-Qur‟an sebanyak 373 kali yang

terdiri atas 69 surat. Sebanyak 221 kata di antaranya terdapat dalam ayat-

ayat makkiyah, dan selebihnya 152 kata terdapat dalam ayat-ayat

madaniyyah.4 Secara umum, Alquran menggunakan kata „azab diartikan

sebagai segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, rasa tidak enak,dan

ketidakbebasan. Terdapat yang mengatakan bahwa „azab pada dasarnya

berarti menyekap dan menahan (al-habs wa al-man‟). Dengan demikian,

air jernih disebut údzubat al-ma‟ karena ia telah ditahan dan disekap

dalam bejana sampai kotorannya mengendap. Jadi, setiap yang ditahan dan

disekap disebut di-„azab. Siksa disebut „azab karena orang yang disiksa,

ditahan dan dicegah dari segala yang mendatangkan keenakan dan

kebaikan.5 Ada juga yang mengatakan „azab berasal dari kata „azabat

ash-shawth (ujung cambuk). Jadi, „azab berkaitan dengan siksaan dengan

pukulan ujung cambuk yang mendatangkan rasa sakit.6 Apa pun asal

katanya, namun „azab secara umum dapat dirujukkan pada arti yang

dikemukakan di atas.7

Kata „azab tidak saja digunakan untuk siksa dan hukuman di

akhirat, tetapi digunakan pula untuk siksa dan hukuman di dunia. Contoh

yang terakhir ini adalah siksaan atau hukuman dera terhadap pezina yang

19

Imam al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi, juz 1, hal. 431).

Page 59: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

44

oleh Allah, dianjurkan agar disaksikan oleh sekelompok orang-orang

mukmin, perhatikan Q.S.al-Nur/24:2.

2. perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-

tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan

kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika

kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah

(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang

yang beriman.

Juga Q.S.al-Zumar/39:26:

26. Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia.

dan Sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka

mengetahui.

Adapun kemunculan „azab adalah terkait dengan perbuatan

manusia, dalam hal ini perbuatan negatif atau jahat. Kejahatan-kejahatan

itulah yang menjadi penyebab munculnya „azab dan yang tebanyak adalah

kufr. Lebih dari tiga puluh kali kata kufr ini muncul bersama „azab, di

antaranya perhatikan Q.S.Ali Imran/3: 56:

Selain berkenaan dengan kufr, kemunculan kata „azab juga berkenaan

dengan nifaq,8 takabbur,9 zhulm10 dan lain-lainya. Semuanya itu

menunjukkan bahwa Allah mengazab seseorang disebabkan oleh

kejahatan yang telah dilakukan. Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak

berbuat kejahatan. Hal ini tidak berarti bertentangan dengan ayat yang

menyatakan bahwa Allah akan menyiksa orang yang dikehendaki-Nya.11

Page 60: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

45

Ayat-ayat tentang hal itu, tidak berarti bahwa Allah akan menyiksa siapa

saja, temasuk orang-orang baik yang tidak melakukan kejahatan. Menurut

az-Zamakhsyari,12 pengertian man yasya‟ pada ayat itu adalah orang-

orang yang berbuat maksiat. Mereka itulah orang-orang yang pas dan tepat

mendapat siksaan, dan mereka itulah yang dikehendaki Allah menerima

sasaran siksaan-Nya. Demikianlah kata „azab dalam Alquran yang

semakna dengan kata musibah, kendatipun tidak persis sama.

D. Macam-macam Al-balā’ dalam al-Qur’an

Kata al-balā‟ dalam Al-Qur‟an yang bermakna ujian atau cobaan

menggunakan lafadz al-balā‟ dan al-ibtilā‟, baik untuk menunjukan ujian berupa

kebaikan maupun keburukan.

1. Ujian Berupa Kebaikan

a. Jabatan dan Kekuasan

Dalam hal ini tercermin dalam Q.S. Al-Naml/27: 38 – 40

“38. berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara

kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum

mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". 39.

berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu

dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari

tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya

Page 61: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

46

lagi dapat dipercaya". 40. berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI

Kitab. "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu

berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di

hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba

aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan

Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk

(kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka

sesungguhnya Tuhanku maha kaya lagi maha mulia". Pada ayat di atas menceritakan tentang ujian kenikmatan yang diberikan

kepada Nabi Sulaimān as, untuk mengetahui apakah Nabi Sulaimān as,

merupakan orang yang bersyukur atau mengingkari terhadap nikmat yang Allah

berikan kepadanya, dengan menganggap bahwa dirinya adalah orang yang paling

hebat dan istimewa di antara yang lainya.

Dalam ayat ini menceritakan tentang Nabi Sulaimān as, dan Ratu Balqis.

Nabi Sulaimān, menyeru kepada para pembesar kaumnya baik dari golongan

bangsa jin maupun dari golongan bangsa manusia, supaya dapat memindahkan

singgasana yang dimiliki Ratu Balqis yang disimpan di tempat paling aman di

kerajaanya. Hal ini dilakukan ketika Nabi Sulaimān mendengar berita bahwa Ratu

Balqis akan datang bersama seluruh raja-raja pembesar yang ada di Yaman, untuk

menyerahkan diri seraya berbai‟at dan mengikuti agama yang diajarkan dan

dibawa oleh Nabi Sulaimān as. Mendengar permintaan Nabi Sulaimān tersebut,

maka berkatalah Jin Ifrit, yang merupakan pembesar dari pada jin, bahwa dia

sanggup memindahkan singgasana Ratu Balqis, kehadapan Nabi Sulaimān as,

sebelum beliau berdiri dari tempat pijakanya atau tempat duduknya. Tapi, berkata

pula salah seorang kaum Nabi Sulaimān as, yang diberi kelebihan dari Al-Kitab.

Bahwasanya, dia dapat memindahkan singgasana tersebut sebelum Nabi Sulaimān

mengedipkan matanya. Tatkala orang tersebut berdo‟a kepada Allah, maka

munculah singgasana Ratu Balqis kehadapan Nabi Sulaimān. Melihat hal itu,

Page 62: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

47

Nabi Sulaimān, berkata bahwa ini adalah benar-benar kenikmatan dari Tuhan-ku,

untuk menguji kesyukuran terhadap diriku.20

b. Kemenangan dalam Perang

Dalam hal ini tercermin dalam Q.S. Al-Anfāl/8: 17.

“17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka,

akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang

melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah

berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi

kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.

Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Imam Al-Ṭābarī menjelaskan bahwa dalam ayat di atas membahas tentang

perang Badar. Dalam ayat ini Allah memberikan pernyataan kepada hamba-Nya

yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bahwa kemenangan yang mereka raih

dalam perang Badar, bukanlah semata-semata hasil kerja keras mereka sendiri,

melainkan ada bantuan Allah kepada mereka.21

Allah menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah membunuh orang-orang

musyrik itu, bukan orang-orang mukmin yang memerangi orang-orang musyrik

itu, karena Allah lah yang memberikan sebab pembunuhan terhadap mereka.

Allah juga menjelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad melemparkan pasir atau

debu ke arah kaum kafir, musuh kaum muslim. Kemudian pasir tersebut yang

menyebabkan mata kaum kafir menjadi sakit dan sulit untuk melihat, sejatinya

kejadian tersebut adalah perbuatan Allah. Sebab dalam pandangan logika, tidak

20

Abū Ja‟fār Muḥammad bin Jarīr Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān.

Penerjemah Ahmad Affandi, vol. 10 (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008), h. 854-877. 21

Abū Ja‟fār Muḥammad bin Jarīr Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān.

Penerjemah Ahmad Affandi, (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008), h. 130-133.

Page 63: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

48

mungkin pasir atau debu segenggam mampu membuat mata ribuan orang sakit

kecuali dengan kuasa Allah. Maka kemenangan yang diraih kaum muslim dalam

perang Badar tersebut merupakan ujian yang baik untuk mereka (al-balā‟ al-

Hasan), agar kaum muslimin dapat bersyukur kepada Allah terhadap nikmat yang

mereka terima.22

Kata (ليبلي) liyubliya terambil dari kata (بالء) balā‟ yang berarti menguji.

Huruf lām pada kata tersebut adalah lām al-Aqibah yang mengandug arti hasil,

kesudahan atau akibat. Sedangkan kata (اباله) ablāhu bermakna memberi anugrah.

Kata ini pada awalnya berarti ujian, kemudian digunakan untuk menunjukan hasil

perolehan. Hasil perolehan ini biasanya bersifat negatif, tetapi tidak selalu

demikian.

Ujian yang dimaksud dalam ayat ini adalah ujian terjun ke medan

pertempuran atau peperangan, karena ujian yang dilukiskan berupa ujian yang

baik, maka ini berarti bahwa hasil peperangan yang didapat adalah kemengan.

Ayat ini membahas kemengangan dalam peperangan Badar yang diperoleh

kaum muslimin. Kemenangan yang diperoleh ini adalah murni atas bantuan Allah

terhadap kaum muslimin. Sebab dalam hitungan logika manusia mustahil,

pasukan muslim yang hanya berjumlah 300 orang dan hanya bersenjata terbatas,

mampu mengalahkan kaum Kafir Qurais yang berjumlah seribu orang yang

memiliki persenjataan lengkap pada saat itu.23

c. Selamat dari Musuh

Hal ini tercermin dalam QS. Al-Baqarah/2: 49.

22

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, h. 130-133. 23

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Miṣbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, vol. 5

(Ciputat: Penerbit Lentera Hati, 2001), h. 402-403.

Page 64: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

49

“49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari Fir'aun dan

pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang

seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan

membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. dan pada yang demikian

itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu”.

Pada ayat ini, sejatinya Allah mengingatkan terhadap kenikmatan yang

diberikan kepada Bani Isra‟il berupa keselamatan dan terbebas dari kekejaman

Fir‟aun. Kekajaman Fir‟aun terhadap Bani Isra‟il bermula, ketika Fir‟aun dan

para pengikutnya menyadari apa yang dijanjikan oleh Allah terhadap Nabi

Ibrahim, bahwa Allah akan menjadikan keturunan Nabi Ibrahim menjadi Nabi dan

Raja. Hal ini-lah yang membuat Fir‟aun memerintahkan pengawal dan bala

tentaranya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru dilahirkan oleh para

wanita Bani Isra‟il dan membiarkan hidup setiap bayi-bayi perempuan yang

dilahirkan. Sehingga hampir-hampir saja seluruh kaum Bani Isra‟il punah akibat

dari perintah Fir‟aun tersebut.24

Maka Allah menyelamatkan Bani Isra‟il terhadap kekejaman siksaan

Fir‟aun dengan menghancurkan dan menenggelamkannya di dalam laut. Pada

penyelamatan Allah tersebut merupakan ujian dan cobaan yang besar bagi Bani

Isra‟il berupa untuk selalu bersyukur kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya

dengan yang lain.25

Dalam ayat 49 surat al-Baqarah ini, mengandung makna pemberian

keselamatan saat terjadinya siksaan dan penderitaan, sehingga kaum Bani Isra‟il

24

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, h. 695. 25

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, h. 701-702.

Page 65: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

50

terhindar dari siksa. Sedangkan dalam surat al-A‟rāf ayat 141, merupakan

pemberian keselamatan dengan cara menjauhkan siksaan tersebut secara

keseluruhan. Dengan demikian, ada dua keselamatan yang diperoleh Bani Isra‟il

dalam konteks ayat ini. Yang pertama menghindarkan (sebagian mereka), berarti

dalam pelaksanaan terhadap siksaan Fir‟aun, ada di antara mereka yang tidak

tersiksa. Hal ini disebabkan pada setahun penuh Fir‟aun memerintahkan untuk

membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari kaum Bani Isra‟il, dan pada tahun

berikutnya membiarkan semuanya hidup tanpa ada yang dibunuh. Dalam

keselamatan yang pertama ini Allah hendak menguji kesabaran kaum Bani

Isra‟il.26

Keselamatan kedua yang diperoleh Bani Isra‟il adalah ketika Allah

meruntuhkan dan membinasakan Fir‟aun dan segala bala tentaranya ke dalam laut.

Sehingga umat Bani Isra‟il mendapatkan kebebasan dalam kehidupanya. Dalam

penyelamatan kedua ini, sejatinya Allah hendak menguji kesyukuran terhadap diri

para kaum Bani Isra‟il.27

Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa ujian bukan hanya terbatas pada

bentuk hal-hal yang merugikan atau yang dinilai negatif saja, tetapi juga bisa

berupa kenikmatan. Dalam hal ujian keburukan Allah hendak menuntut

kesabaran, dan sedangkan dalam ujian kenikmatan Allah hendak menuntut

kesyukuran. Biasanya ujian dalam hal kesyukuran lebih berat dilaksanakan

ketimbang ujian yang menuntut kesabaran. Seringkali ujian keburukan

26

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 183-184 27

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 1, h. 185.

Page 66: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

51

mendekatkan seorang hamba dengan Allah dan sebaliknya ujian kenikmatan tidak

jarang membuat hamba lupa dan mengkufuri Allah.28

QS. Al-A‟rāf/7: 141.

“141. Dan (ingatlah Hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan

kamu dari Fir'aun dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang

sangat jahat, Yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan

hidup anak anak perempuanmu. dan pada yang demikian itu cobaan yang

besar dari Tuhanmu."

QS. Ibrahim/14: 6.

“6. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah

nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari Fir'aun dan

pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih,

mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak

perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari

Tuhanmu".

d. Kemudahan dalam Hidup

Hal ini tercermin dalam QS. Al-Dukhan/44: 33.

“33. Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-

tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang didalamnya terdapat nikmat yang

nyata”.

Abū Ja‟far mengatakan dalam ayat ini bahwasanya Allah memberikan ujian

terhadap hambanya, bisa berupa ujian kebaikan maupun ujian keburukan. Dalam

hal ini juga sebagian ulama, seperti yang diriwayatkan dari Qatādah, memberikan

28

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 1, h. 187.

Page 67: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

52

tanggapan bahwa ayat ini menjelaskan ujian berupa kenikmatan. Seperti Bani

Isra‟il mendapatkan banyak ujian kenikmatan yang diberikan Allah. Diantaranya

Nabi Musa dengan izin Allah bisa membelah laut untuk menyelamatkan mereka

dan memberi naungan awan ketika kepanasan serta menurunkan manna dan

salwa untuk Bani Isra‟il. 29

e. Kemudahan Rezeki

QS. Al-Māidah/5: 94.

“94. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya Allah akan

menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat

oleh tangan dan tombakmu, supaya Allah mengetahui orang yang takut

kepada-Nya, biarpun ia tidak dapat melihat-Nya. barang siapa yang

melanggar batas sesudah itu, Maka baginya azab yang pedih”.

2. Ujian Berupa Keburukan

a. Kekalahan dalam Perang

QS. Muḥammad/47: 4.

“4. Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan

perang) Maka pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kamu telah

mengalahkan mereka Maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh

membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir.

Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan

mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian

yang lain. dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan

menyia-nyiakan amal mereka”.

29

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, h. 231-232.

Page 68: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

53

QS. Ali-„Imrān/3: 152.

“152. Dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada

kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at

kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah

(Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. di

antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang

yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari

mereka, untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan

kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang

yang beriman”.

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwasanya Allah telah memenuhi janji-

janji Allah terhadap orang mukmin. Pada saat Perang Uhud terjadi, kaum

muslimin hampir saja mencapai kemenangan dalam peperangan tersebut. Hal ini

ditandai dengan mampunya kaum muslimin membunuh pembawa panji kaum

Kafir Qurais, bahkan sampai tujuh orang setelahnya. Dan bahkan Allah menaruh

rasa takut di dalam dada kaum kaum Kafir Qurais yang ikut berperang. Tetapi

ketika kemenangan sudah hampir didapat, maka Allah membalikkan keadaan

dengan mencabut rasa takut yang ada di dalam dada kaum Kafir Qurais sehingga

mereka mempunyai keberanian kembali untuk berperang. Hal ini terjadi lantaran

kemaksiatan dan tidak patuhnya kaum muslimin terhadap perintah Rasulullah

untuk tidak tergoda dengan harta duniawi yang didapatkan dalam rampasan

peperangan. Peristiwa kekalahan kaum muslimin pada Perang Uhud ini, jelas

Page 69: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

54

Allah jadikan sebagai ujian untuk kaum muslim dalam mengetahui siapa yang

kuat keimanan dan kesabaranya serta siapa juga yang imanya rapuh dan lemah.30

b. Penyembelihan Anak

QS. Ash-Shāffāt/37: 104-106.

“104. dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 105. Sesungguhnya

kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami

memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.106. Sesungguhnya

ini benar-benar suatu ujian yang nyata”.

Dalam ayat ini, berkaitan dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk

menyembelih anaknya (Isma‟il), melalui mimpi yang benar (wahyu). Ayat ini

juga menggambarkan bahwa ujian yang menimpa Nabi Ibrahim, merupakan

benar-benar ujian yang sangat berat dan besar.31

Ibn Zaid memberikan tanggapanya bahwa “lafazh بالء ditempat ini artinya

keburukan, bukan termasuk ikhtibār (ujian untuk mengetahui kadar iman),

disebabkan ujian ini merupakan hal yang dibenci, dan itu buruk, bukan termasuk

ikhtibār.32

Dalam ayat ini menceritakan tentang keadaan Nabi Ibrahim as, yang tengah

menghadapi ujian yang sangat berat, berupa perintah penyembelihan anaknya

yang bernama Ismail, sebagai wujud ketaatan terhadap perintah Allah. Perintah ini

merupakan ujian yang sangat berat, disebabkan oleh kenyataan bahwa Nabi

Ibrahim telah menunggu kehadiran sosok anak dalam kehidupanya sekian tahun

30

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 2 , h. 231. 31

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, h. 894. 32

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, h. 185.

Page 70: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

55

lamanya. Kemudian ketika mendapatkan keturunan, maka Nabi Ibrahim harus

menyembelihnya lagi dengan tangannya sendiri juga.33

c. Kegundahan Hati

Q.S. Al-Ahzab/33: 11.

“9. Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah yang

telah dikaruniakan kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu

Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat

kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu

kerjakan. 10. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari

bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik

menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah

dengan bermacam-macam buruksangka. 11. Disitulah diuji orang-orang

mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat”.

Dalam ayat ini, menjelaskan tentang keadaan umat muslim yang sedang

dilanda ujian dan cobaan yang membimbangkan hati mereka. Kebimbangan ini

disebabkan oleh beredarnya fitnah dan propaganda yang dilakukan kaum munafik.

Umat muslim benar-benar diuji dengan ujian yang membingungkan hati.

Sehingga terkadang umat muslim berpikir apakah mengikuti atau mengingkari

ujian yang ada. Intinya ujian ini dijadikan oleh Allah untuk melihat siapa yang

tetap teguh terhadap perintah Allah dan Rasulnya, serta siapa yang berpaling dan

berkhianat terhadap perintah tersebut.34

d. Harta dan Jiwa (Umur)

33

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 12 , h. 65. 34

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, h. 23-24.

Page 71: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

56

Q.S. Ali-„Imran/3: 186.

“186. Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan

dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-

orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang

mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.

jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu

Termasuk urusan yang patut diutamakan”.

Dalam ayat ini Allah mengingatkan umat Islam, bahwasanya umat Islam

benar-benar akan diuji dalam urusan harta, baik berupa kekurangan harta,

kehilangan atau dalam bentuk kewajiban berzakat dan bersedakah, dan bahkan

juga akan diuji dengan dirinya sendiri, baik berupa luka dan kesakitan yang

disebabkan peperangan, penganiayaan dari musuh atau akibat penyakit. Bukan

hanya ujian harta dan jiwa yang akan di lewati dirasakan oleh umat Islam,

melainkan juga ujian yang datang atau disebabkan oleh orang yang diberi al-Kitab

yakni Yahudi dan Nasrani, serta kaum Musyrik Mekah, yang banyak mengganggu

dan melecehkan Agama Islam. Dalam ayat ini juga menyiratkan bahwa ujian yang

paling berat yang akan menimpa umat Islam adalah ujian dalam permasalahan

Agama. Sehingga pada waktunya, harta dan jiwa akan dikorbankan, untuk

menolong Agama yang telah tersentuh kehormatan dan kesakralanya.35

e. Larangan Menikmati Kemudahan

Q.S. Al- Baqarah/2: 259.

35

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 2, h. 286.

Page 72: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

57

“259. Apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu

negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:

"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka

Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya

kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia

menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman:

"Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah

kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah

kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan

menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada

tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,

kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata

kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun

berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Q.S. al-A‟rāf/7: 163.

“163. Dan Tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang

terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di

waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka

terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-

ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka

disebabkan mereka Berlaku fasik”.

f. Ketakutan, Kelaparan, Kemiskinan, Kematian dan Gagal Panen.

Q.S. Al-Baqarah/2: 155.

Page 73: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

58

“155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Dalam ayat di atas Allah ingin memberitahukan kepada umat Nabi

Muhammad, bahwa dunia merupakan tempat ujian. Mereka benar-benar akan

diuji dengan uijan yang sangat berat, untuk mengetahui siapa yang tetap

mengikuti dan siapa yang berpaling dari Rasulullah. Hal ini terlihat dalam

peristiwa, ketika Allah menguji mereka dengan memalingkan qiblat dari semula

menghadap Baitul Maqdis menjadi menghadap ke arah Ka‟bah.

Ujian berat yang ditimpakan Allah kepada umat Nabi Muhammad Saw,

merupakan ujian yang berbentuk ketakutan terhadap ancaman musuh,

kekurangan harta dan kelaparan yang disebabkan masa-masa oleh kemarau

panjang dan masa paceklik, banyak terjadi kematian yang diakibatkan oleh

peperang yang terjadi di antara umat Islam dan kaum Kafir, dan juga hama yang

selalu menyerang tanaman dan buah-buahan sehingga menyebabkan terjadinya

gagal panen dan kekurangan pangan. Ujian yang sangat berat ini dijadikan oleh

Allah, untuk melihat siapa umat Nabi Muhammad yang tetap bersabar terhadap

ujian dan juga siapa yang mengingkari atau tidak terima terhadap ujian dari

Allah.36

Maka untuk umat yang bersabar mendapatkan berita gembira berupa

ganjaran pahala surga yang akan didapatkanya.

Ujian atau cobaan yang dihadapi pada hakikatnya sedikit, sehingga

betapapun besaranya, akan sedikit jika dibandingkan dengan imbalan dan

36

Al-Ṭābarī, Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-Qurān, vol. 2, h. 675-676.

Page 74: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

59

ganjaran yang akan diterima. Ujian itu sedikit, karena betapapun besarnya ujian,

ia dapat terjadi dalam bentuk yang lebih besar dari pada yang telah terjadi.

Bukankah setiap mengalami bencana, ucapan yang sering terdengar adalah

“untung hanya begitu” Ia sedikit, karena ujian yang paling besar adalah kegagalan

mengahadapi ujian, khususnya ujian dalam kehidupan beragama.37

Setiap ujian yang diberikan Allah kepada hambanya, pastilah sudah diukur

dengan kadar kemampuan hambanya. Sehingga setiap ujian pada dasarnya bisa

dilewati oleh setiap hamba. Ujian yang Allah berikan kepada hambanya bisa

berupa yang baik maupun yang buruk. Ujian yang buruk kepada hamba berupa

diberikan rasa takut akan kekurang harta benda, kelaparan, jiwa, dan buah-

buahan.

37

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 1, h. 341-342.

Page 75: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

60

BAB IV

ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP MAKNA Al-BALĀ’ DI DALAM

AL-QUR’AN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan proses semiosis yang terjadi dalam

pola pikir terhadap pembacaan dan pemaknaan makna al-balā’. Penguraian ini

sendiri akan melewati beberapa tahap.

A. Aplikasi Teori Semiotik Peirce.

Pada langkah ini, penulis memaparkan langkah awal yang dilalui dalam

menerpakan metode semiotik Peirce dalam pembacaan dan pemaknaan ayat al-

Qur‟an, terkhusus kepada ayat-ayat yang terkandung lafadz al-balā’ di dalam

susunan kalimatnya. Proses pembacaan ini dapat dilakukan, disebabkan dalam

teori semiotik Peirce menjadikan setiap yang terdapat di bumi dan dapat diindera

adalah tanda. Ayat al-Qur‟an sendiripun merupakan hal yang dapat diindera,

sehingga layak disebut sebagai sebuah tanda yang memiliki makna. Dari

kesamaan inilah yang mendorong penulis menjadikan metode semiotik Peirce

yang populer dikenal dengan istilah semiosis, dipakai untuk membaca makna

tanda pada lafadz al-balā’ di dalam ayat-ayat al-Qur‟an.

Pada langkah awal, penulis mengumpulkan seluruh tanda al-balā’ dalam hal

ini semua ayat al-Qur‟an yang didalamnya terdapat lafadz al-balā’ dengan

menggunakan kitab Mu’jām al-Mufaḥrās li al-fāẓ al-Qur’ān.

Dalam al-Qur‟an terdapat tiga puluh lafaẓ al-balā’ dan derivasinya. Seperti

data di bawah ini.

Surat Al-Baqarah/2: 49, 124, 155, 249, Al-Māidah/5: 48, 94, Al-Anfāl/8: 17,

Al-Kahfi/18: 7, Al-Naml/27: 40, Al-Qālam/68: 17, Hūd/11: 7, Al-Fajr/89: 15, Ali-

„Imrān/3: 152, 154, 186, Al-A‟rāf/7: 141, 163, Ash-Shāffāt/37: 106,

Page 76: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

61

Muhammad/47: 4, 31, An-Nahl/16: 92, Al-Ahzab/33: 11, Al-Fajr/89: 16, Al-

A‟rāf/7: 168, Al-Mulk/67: 2, An-Nisā/4: 6, Yunus/10: 3, Aṭ-Ṭāriq/ 86: 9,

Ibrāhim/14: 6, Ad-Dukhān/44: 33.

Dari data di atas, penulis memuat klasifikasi kata al-balā’ beradasarkan

obyeknya serta berdasarkan sikap penerimaan subyek terhadap obyek al-balā’,

seperti yang akan dijelaskan pada pembahasan sub bagian selanjutnya.

B. Jenis-Jenis Ujian (al-Balā’) Berdasarkan Teori Semiosis Peirce.

Dalam penerapan Teori Semiotik Peirce, mengharuskan adanya tiga unsur

yang ada di dalam segitiga. Unsur pertama yang terlihat adalah Representament

yang dilambangkan dengan huruf (R), yang kedua adanya Objec yang

dilambangkan dengan huruf (O), dan yang terakhir melahirkan Interpretant yang

dilambangkan dengan huruf (I).

Untuk kasus lafaẓ al-balā’ yang ada di dalam al-Qur‟an, maka yang harus

dipetakan pertama kali adalah representament. Representament sendiri merupakan

hal yang penting dalam penerapan teori semiotik ini. Dalam ayat-ayat al-balā’,

representament menjadi lafaẓ al-balā’ itu sendiri. Oleh karena itu, maka jenis al-

balā’ yang pertama kali akan dilihat adalah ujian berdasarkan tinjauan objeknya

atau dengan kata lain representament yang dikaitkan dengan objek

representament itu sendiri.

1. Ujian Berdasarkan Tinjauan Obyeknya

Hasil dari merelasikan representament yang berupa balā’ pada objeknya ,

terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah representament yang objeknya berupa

ujian kesenangan dan yang kedua adalah representament yang objeknya berupa

ujian kesusahan. Sebagaimana yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.

Page 77: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

62

a. Ujian Berupa Objek Kesenangan

Pembahasan ujian berupa objek kesenangan hanya akan difokus pada ayat-

ayat yang terdapat di dalam tabel dibawah ini.

Tabel. 1: Data ayat aL-Balā' Tinjauan Obyek

Posisi lafaz balā Obyek

Surah Al-Baqarah /2: 49 Dibebaskan dari siksaan Fir‟aun Ali-„Imrān/3: 186 Harta dan Jiwa Al-Māidah/5: 94 Kemudahan mendapatkan hewan buruan Al-Anfāl/8: 17 Kemenangan dalam peperangan Al-Kahfi/18: 7 Perhiasan yang ada di Bumi

Al-Naml/27: 40 Kekuasaan dan kedudukan

Al-Qālam/68: 17 Hasil kebun yang melimpah

Hūd/1: 7 Kesempurnaan dan keindahan ciptaan

Allah

Al-Fajr/89: 15 I. Kemuliaan dan kesenangan

Setelah selesai memetakan ayat al-balā’ berdasarkan obyeknya. Agar lebih

mempermudah pemahaman terhadap lafaẓ al-balā’ ini, penulis juga menjabarkan

proses semiosis pada lafaẓ ini, seperti yang terlihat pada tabel selanjutnya di

bawah ini.

Tabel 4. 2: Lafaẓ al-Balā’ Obyek Kesenangan Nama

Surah

Representam

ent

Obyek Interpretant Subyek Sikap Dampak

(Subyek/

Obyek)

Al-

baqarah/2

: 49

(cobaan-

cobaan)

Dibebaskan

dari siksaan

Fir‟aun

Diuji dengan

dibebaskan

dari siksaan

Fir‟aun

Kaum

Bani

Isra’il

Bersyukur S:

Mendapatkan

kenikmatan

yang

melimpah

O:

Ali-

„Imrān/3:

186

(kamu

sungguh-

sungguh akan

diuji)

Harta dan

jiwa

Harta dan jiwa

merupakan

ujian

Orang

mukmin

bersyukur

Ground: ayat ini menjelaskan tentang ujian yang pasti didapat oleh orang-orang mukmin

sahabat Rasulullah

Page 78: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

63

Al-

Māidah/5

: 94

(Allah akan

menguji

kamu)

Kemudahan

dalam

mendapatkn

hewan

buruan

kemudahan

dalam

menangkap

hewan buruan

ketika sedang

melaksanakan

haji dan

umrah adalah

ujian

Orang

mukmin

Tetap

menang-

kap dan

mem-

bunuh

binatang

saat

sedang

berihram

haji dan

umrah

S: Membayar

kafarat

(denda)

O:

Ground: ayat ini menjelaskan tentang bahwa orang-orang yang sedang berihram untuk haji dan

umrah dilarang untuk membunuh bnatang buruan, meskipun binatang-binatang tersebut mudah

untuk di tangkap.

Al-

Anfāl/8:

17

(memberi

kemenangan)

Ke-

menangan

dalam

peperangan

Diuji dengan

mendapatkan

kemenangan

dalam

peperangan

Orang

mukmin

Bersyukur S:

Mendapatkan

kemenangan

dalam

berperang.

O:

Ground: ayat ini menjelaskan tentang bantuan allah terhadap orang-orang mukmin sehingga

mendapatkan kemengangan dalam Perang Badar

Al-

kahfi/18:

7

(agar Kami

menguji)

Perhiasan

yang ada di

bumi

Diuji dengan

perhiasan

yang ada di

bumi

Orang

mukmin

Bersyukur S: Menjadi

orang yang

paling baik

amalnya

(mukmin

sejati)

O:

Ground: ayat ini menjelaskan tentang pemanfaatan hasil alam.

An-

Naml/27:

40

(untuk

mencoba aku)

Kekuasaan Diuji dengan

kekuasan dari

bangsa jin,

manusia dan

hewan

Nabi

Sulaiman

Bersyukur S:

Mendapatkan

tambahan

nikmat

O:

Al-

Qālam/6

8: 17

(mencobai)

Subjek :

Musyrik

Mekah.

Hasil kebun

yang

melimpah

Ujian dengan

mendapat

hasil kebun

yang

melimpah

Orang

musyrik

Mekah

Menerima

objek bala

dengak

sikap

Licik dan

Curang.

S: Hasil

kebun tidak

sesuai harapan

O: Kebun

terbakar atau

rusak

Ground: ayat ini ditunjukan kepada kaum musyrik Mekkah yang diberikan ujian berupa masa

peceklik dan kelaparan.

Hūd/11:

7

(agar Dia

menguji)

Kesempurna

an dan

keindahan

ciptaan

Allah

Diuji dengan

kesempurnaan

dan keindahan

ciptaan Allah

Musyrik

Mekkah

Ingkar S: Kufur

nikmat

O:

Page 79: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

64

Al-

Fajr/89:

15

(Tuhannya

mengujinya)

Kemuliaan

dan

kesenangan

Diuji dengan

kemuliaan dan

kesenangan

Orang

mukmin

Diterima

dengan

penuh

Bersyukur

S: Bersyukur

O:

Dari analisis ayat di atas dapat disimpulkan bahwa makna al-balā’

“ujian”, berdasarkan obyeknya adalah hal-hal yang disenangi. Secara substansi

segala bentuk obyek kenikmatan dan kesenangan yang diberikan Allah kepada

manusia adalah merupakan ujian untuk menentukan nilai kesyukuran dan nilai

amal shaleh.

Berdasarkan data ayat di atas, dapat digambarkan hasil semiosisnya

dengan menempatkan lafaẓ dan sebagai Representament yang

bersifat (Qualisign) berupa tanda awal yang berhubungan dengan Obyek (Sinsign)

yang berbentuk kesenangan dan kenikmatan berupa (diselamatkan dari musuh,

mendapat kemenangan dalam peperangan dan memperoleh harta benda yang

banyak), sehingga menghasilkan Interpretan “ kesenangan dan kenikmatan dalam

hidup adalah merupakan bentuk ujian dari Allah” yang dalam proses ini disebut

sebagai Legisign.

O

Kesenangan dan kenikmatan

R I

kesenangan dan kenikmatan dalam

hidup merupakan bentuk ujian dari

Allah

Sinsign

Qualisign

Legisign

Page 80: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

65

b. Ujian Berupa Obyek Kesusahan

Pembahasan ujian berupa obyek kesusahan pada langkah ini, hanya akan

difokus pada ayat-ayat yang terdapat dibawah ini.

1. Al-Baqarah/2 : 155 A. Sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan

harta, jiwa, dan buah-buahan.

2. Ali-„Imrān/3: 152 B. Kekalahan dalam berperang.

3. Al-A‟rāf/7: 163 C. Perjanjian hari sabtu.

4. Ash-Shāffāt/37: 106 D. Perintah menyembelih anak.

5. Muhammad/47: 4 E. Peperangan.

6. Muhammad/47: 31 F. taat kepada Allah dan Rasul.

7. An-Nahl/16: 92 G. Perselisihan antar golongan.

8. Al-Baqarah/2: 124 H. Perintah menjalankan Syari‟at.

9. Al-Baqarah /2: 249 I. Larangan meminum air di sungai.

10. Ali-‟imrān/3: 154 J. Kecemasan dalam berperang.

11. Al-Ahzāb/33: 11 K. Keraguan dalam hati.

12. Al-Fajr/89: 16 L. Membatasi rezeki.

Tabel 4. 3: Ayat al-Balā' Obyek Kesusahan Nama

Surah

Representam

ent

Obyek Interpretant Subyek Sikap Dampak

(Subyek/

Obyek)

Al-

Baqarah/

2: 155

(Kami berikan

cobaan

kepadamu)

Sedikit

Ketakutan,

kelaparan,

kekurangan

harta, jiwa

dan buah-

buahan.

Diuji dengan

Sedikit

Ketakutan,

kelaparan,

kekurangan

harta, jiwa

dan buah-

buahan.

Orang

mukmin

Menerima

dengan

sabar

S:

Memperoleh

ampunan

dan rahmat

serta

petunjuk

dari Allah

O:

Ali-

„Imrān/3:

152

(untuk

menguji

kamu)

Kekalahan

dalam

berperang

Ujian

mendapatkan

kekalahan

dalam

berperang

Orang

mukmin

yang

lemah

imanya

Me-

langgar

perintah

Rasulullah

S :

Kematian

dan

kesulitan

dalam

berperang

O :

Ground: ayat ini menjelaskan tentang peristiwa dalam Perang Uhud

Page 81: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

66

Al-

A‟rāf/7:1

63

(Kami

mencoba

mereka)

Perjanjian hari

sabtu

Diuji dengan

perjanjian hari

sabtu

Bani Israil

yang fasik

Langgar

perjanjian

S: Menjadi

orang-orang

yang fasik

O:

Ground: ayat ini menceritakan tentang peristiwa Bani Isra’il yang melanggar perjanjian hari

Sabtu

Ash-

shāffāt/3

7: 106

(benar-benar

suatu ujian)

Perintah

penyembelih

anak

Diuji dengan

perintah untuk

menyembelih

anak

Nabi

Ibrahim

Melaksan

akan

perintah

S: Menjadi

orang yang

sabar dan

mendapat

kebaikan

O :

Ground: ayat ini menjelaskan tentang ketaatan Nabi Ibrah im terhadap perintah Allah untuk

mengorbankan Nabi Ismail

Muham

mad/47:

4

(Allah hendak

menguji)

Subjek :

mukmin yang

bejihad

Peperangan Diuji dengan

peperangan

Orang-

orang

mukmin

yang

lemah

imanya

Ikut

berjihad

dalam

perang

S:

Memperoleh

mati syahid

O:

Ground: ayat ini di turunkan ketika terjadi perang uhud, bahwa allah menguji orang-orang yang

beriman dengan adanya peperangan.

Muham

mad/47:

31

(Kami benar-

benar akan

menguji

kamu)

Taat kepada

Allah dan

Rasul serta

senantiasa

menjaga amal

Diuji dengan

menaati

perintah Allah

dan Rasul

serta

senantiasa

menjaga amal

Orang

mukmin

Menerima

dan patuh

S: Menjadi

golongan

orang-orang

yang

berjihad dan

bersabar

O:

An-

Nahl/16:

92

(Allah hanya

menguji

kamu)

Perselisihan

antar

golongan

Diuij dengan

perselisihan

antar

golongan

Orang

mukmin

Tidak

mentatati

perintah

Allah

S: Banyak

orang yang

berselisih

O:

Ground: ayat ini menjelaskan tentang penciptaan langit serta bumi dalam waktu enam hari dan

juga hari kebangkitan.

Al-

Baqarah/

2: 124

(diuji)

Perintah

menjalankan

syari‟at

Nabi Ibrahim

diuji dengan

perintah untuk

menjalankan

syari‟at

S : Nabi

Ibrahim

Melaksan

akan

perintah

S: Nabi

Ibrahim

menjadi

seorang

pemimpin

O:

Page 82: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

67

Al-

Baqarah/

2: 249

(menguji

kamu)

Larangan

meminum air

di sungai

Diuji dengan

laranagan

meminum air

di sungai

Bani

Israi’l

yang fasik

Melnggar

larangan

S: Menjadi

orang fasik

dan merugi

O:

Ali-

„Imrān/3:

154

(untuk

menguji)

Kecemasan

dalam

berperang

Diuji dengan

kecemasan

dalam

berperang

Orang

mukmin

yang

lemah

imanya

Banyak

muslim

yang

masih

ragu

S: Tidak

percaya

kepada

Allah dan

Rasul

O:

Ground: ayat ini menjelaskan tentang Peristiwa dalam Perang Badar

Al-

Ahzāb/

33: 11

(diuji)

Keraguan

dalam hati

Diuji dengan

keraguan

dalam hati

Orang

mukmin

yang

lemah

imanya

Tidak

tawaqal

S:

Meragukan

kepastian

datangnya

pertolongan

Allah

O:

Al-

Fajr/89:

16

(Tuhannya

mengujinya)

Membatasi

rezeki

Diuji dengan

pembatasan

rezeki

Tidak

diterima

dengan

penuh

syukur

S: Kerugian

O:

Dari analisis ayat di atas dapat disimpulkan bahwa makna al-balā‟

(“ujian”), berdasarkan objeknya adalah bermakna kesusahan. Secara substansi

segala bentuk objek kesusahan yang diberikan Allah kepada manusia adalah

merupakan ujian untuk menentukan nilai kesabaran dan ketabahan dalam

menjalani kehidupan.

Berdasarkan data ayat di atas, dapat digambarkan hasil semiosisnya dengan

menempatkan lafaẓ dan sebagai Representament yang bersifat

(Qualisign) berupa tanda awal yang berhubungan dengan Obyek (Sinsign) yang

berbentuk kesenangan dan kenikmatan berupa (diselamatkan dari musuh,

mendapat kemenangan dalam peperangan dan memperoleh harta benda yang

banyak), sehingga menghasilkan Interpretan “ kesenangan dan kenikmatan dalam

Page 83: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

68

hidup adalah merupakan bentuk ujian dari Allah” yang dalam proses ini disebut

sebagai Legisign.

O

Kesusahan dan keburukan

R I

kesusahan dan keburukan dalam

hidup merupakan bentuk ujian dari

Allah

2. Ujian Berdasarkan Subyek Penerima.

a. Ujian Terhadap Orang Beriman

Al-Baqarah/2: 155, Ali-„Imrān/3: 152, Ali-„Imrān3: 186, Ash-Shāffāt/37:

106, Muhammad/47: 4, Muhammad/47: 31, Al-Baqarah/2: 124, Al-Baqarah/2:

249, Al-Anfāl/8: 17, Al-Māidah/5: 48, An-Naml/27: 40, Al-Fajr/89: 15, Al-

Kahfi/18: 7.

Tabel 4. 4: Ayat al-Balā' Subyek Orang Beriman Nama Surah Representame

nt

Obyek

(Subyek)

Interpretant Sikap Obyek

Dampak

(Subyek/

Obyek)

Al-

Baqarah/2:

155

(Kami berikan

cobaan

kepadamu)

Orang

mukmin

Orang

beriman pasti

diuji

Menerima

dengan

sabar

Sedikit

Ketakutan

kelaparan,

kekurngan

harta, jiwa

dan buah-

buahan.

S: Mendapat

ampunan

dan rahmat

serta

petunjuk

dari Allah

O:

Ali-

„Imrān/3:

152

(untuk

menguji

kamu)

Orang

mukmin

yang lemah

imanya

Orang

mukmin yang

lemah imanya

juga tetap

diuji

Menerima

dengan

sabar

Kekalahan

dalam

berperang

S: Kematian

dan

kesulitan

dalam

berperang

:

Qualisign

Legisign

Sinsign

Page 84: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

69

Ground: ayat ini menjelaskan tentang peristiwa dalam Perang Uhud

Al-

„Imrān/3:1

86

(kamu

sungguh-

sungguh akan

diuji)

Orang

mukmin

Orang

mukmin pasti

diuji

Bersabar Harta dan

jiwa

S:

O:

Ground: ayat ini menjelaskan tentang ujian yang pasti di dapat oleh orang-orang mukmin

sahabat rasulullah

Ash-

Shāffāt/37:

106

(benar-benar

suatu ujian)

Nabi

Ibrahim

Nabi Ibrahim

juga diuji

Melak

sanakan

perintah

Perintah

menyemb

elih anak

S : Menjadi

orang yang

sabar dan

mendaptkan

kebaikan

O :

Ground: ayat ini menjelaskan tentang ketaatan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah untuk

menyembelih atau mengorbankan Nabi Ismail

Muhamma

d/47:4

.

(Allah hendak

menguji)

Subjek :

mukmin yang

bejihad

Orang-

orang

mukmin

yang lemah

imanya

Orang-orang

mukmin yang

lemah imanya

juga diuji

Ikut

berjihad

dalam

perang

Perang S: Meraih

mati syahid

O:

Ground: ayat ini di turunkan ketika terjadi perang uhud, bahwa allah menguji orang-orang yang

beriman dengan adanya peperangan

Muhamma

d/47:31

(Kami benar-

benar akan

menguji

kamu)

Orang

mukmin

Orang

mukmin akan

diuji

Menerima

dan patuh

Taat

kepada

Allah dan

Rasul

serta

senantiasa

menjaga

amal

S: Menjadi

golongan

orang-orang

yang

berjihad dan

bersabar

O:

Al-

Baqarah/2:

124

(diuji)

Nabi

Ibrahim

Nabi Ibrahim

diuji dengan

perintah untuk

menjalankan

syari‟at

Melak

sanakan

perintah

Perintah

menjalank

an syari‟at

S : Nabi

Ibrahim

menjadi

seorang

pemimpin

Al-

Baqarah/2:

249

(menguji

kamu)

Bani Israi’l

yang fasik

Bani Isra’il

akan diuji

Melangar

larangan

Larangan

meminum

air di

sungai

S: Menjadi

orang fasik

dan merugi

O :

Page 85: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

70

Al-

Anfāl/8:17

(memberi

kemenangan)

Orang

mukmin

Orang

mukmin akan

mendapatkan

ujian

Tawaqal

kepada

janji Allah

Menang

dalam

perang

S :

Mendapat

kemenangan

dalam

berperang.

O :

Ground: ayat ini menjelaskan tentang bantuan allah terhadap orang-orang mukmin sehingga

mendapatkan kemengangan dalam Perang Badar

Al-

Māidah/5:

48

(tetapi Allah

hendak

menguji

kamu)

Orang

mukmin

yang lemah

imanya

Orang yang

lemah imanya

juga tetap

diuji

Ada yang

mengikuti

petunjuk

dan ada

yang tidak

mengikuti

petunjuk

dari al-

Qur‟an

Kebenarn

Al-Qur‟an

(Syari‟at)

S: Terjadi

perselisihan

diantara

umat islam

O

An-

Naml/27:

40

(untuk

mencoba aku)

Nabi

Sulaiman

Nabi

Sulaiman juga

tetap diuji

Bersyukur

Kekuasaan S :

Mendapat

tambahan

nikmat

O :

Al-Fajr/89:

15

(Tuhannya

mengujinya)

Orang

mukmin

Orang

mukmin akan

tetap diuji

Diterima

dengan

penuh

bersyukur

Kemulian

dan

kesnangan

S:

Bersyukur

O :

Al-

Kahfi/18: 7

(agar Kami

menguji)

Orang

mukmin

Orang

mukmin juga

akan diuji

Mengikuti

perintah

allah

Perhiasan

yang ada

di bumi

S : Menjadi

orang yang

paling baik

amalnya

(mukmin

sejati)

O :

Ground: ayat ini menjelaskan tentang pemanfaatan hasil alam.

b. Ujian Terhadap Orang Kafir

Surah Al-Baqarah/2: 49, Al-Māidah/5: 94, Al-Qālam/68: 17, Hūd/1: 7,

Al-A‟rāf/7: 163, An-Nahl/16: 92, Ali-„Imrān/3: 154, Al-Ahzab/33: 11, Al-

Fajr/89: 1.

Tabel 4.5: Ujian Subyek Orang Kafir Nama

Surah

Representa

ment (R1)

Obyek

(O1)

Interpretant

R2

Subyek

(O2)

Sikap

(O3)

Dampak

(Subyek/

Obyek)

Page 86: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

71

Al-

Baqarah/2:

49

(cobaan-

cobaan)

Selamat

dari

siksaan

Fir‟aun

Diuji dengan

diselamatkan

dari siksaan

Fir‟aun

Kaum Bani

Isra’il

Kufur

terhadap

nikmat

Allah

S:

Mendapatkan

kenikmatan

yang

melimpah

O:

Al-

Māidah/5:

94

(Allah akan

menguji

kamu)

Mudah

dalam

mendapat

hewan

buruan

Ujian

kemudahan

dalam

menangkap

hewan buruan

S: Orang

mukmin

(sahabat

Rasulullah)

O :

Tetap

menagkap

dan

membnuh

binatang

saat

sedang

berihram

haji dan

umrah

S: Membayar

kafarat

(denda)

O :

Ground: ayat ini menjelaskan tentang bahwa orang-orang yang sedang berihram untuk haji dan

umrah dilarang untuk membunuh binatang buruan, meskipun binatang-binatang tersebut mudah

untuk di tangkap.

Al-

Qālam/68:

17

(mencobai)

Subjek :

Musyrik

Mekah.

Hasil kebun

yang

melimpah

Ujian dengan

mendapat

hasil kebun

yang

melimpah

Orang

musyrik

Mekah

Menerima

objek bala

dengak

sikap Licik

dan Curang.

S: Hasil

kebun tidak

sesuai harapan

O: Kebun

terbakar atau

rusak

Ground : ayat ini ditunjukan kepada kaum musyrik mekkah yang diberikan ujian berupa masa

peceklik dan kelaparan.

Hūd/11: 7

(agar Dia

menguji)

Kesempur

naan dan

keindahan

ciptaan

Allah

Diuji dengan

kesempurnaan

dan keindahan

ciptaan Allah

Musyrik

Mekah

Ingkar S: Kufur

nikmat

O:

Al-A‟rāf/7:

163

(Kami

mencoba

mereka)

Perjanjian

hari sabtu

Diuji dengan

perjanjian hari

Sabtu

Bani Israil

yang fasik

Melanggar

perjanjian

S : Menjadi

orang-orang

yang fasik

O :

Ground: ayat ini menceritakan tentang peristiwa Bani Isra‟il yang melanggar perjanjian hari

Sabtu

An-Nahl

[16]:92

(Allah

hanya

menguji

kamu)

Perselisih

an antar

golongan

Diuij dengan

perselisihan

antar

golongan

Orang

mukmin

Tidak

mentatati

perintah

Allah

S: Banyak

orang yang

berselisih

O:

Ground: ayat ini menjelaskan tentang penciptaan langit serta bumi dalam waktu enam hari dan

juga hari kebangkitan.

Page 87: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

72

Ali-‟imrān

[3]: 154

(untuk

menguji)

Kecemasa

n dalam

berperang

Diuji dengan

kecemasan

dalam

berperang

Orang

mukmin

yang

lemah

imanya

Banyak

muslim

yang masih

ragu

S: Tidak

percaya

kepada Allah

dan Rasul

O

Ground: ayat ini menjelaskan tentang peristiwa dalam Perang Badar

Al-Ahzab

[33]: 11

(diuji)

Keraguan

dalam hati

Diuji dengan

keraguan

dalam hati

Orang

mukmin

yang

lemah

imanya

Tidak

tawaqal

S: Meragukan

lepastian

datangnya

pertolongan

Allah

O:

Al-Fajr

[89]: 16

(Tuhannya

mengujinya)

Membatas

i rezeki

Diuji dengan

pembatasan

rezeki

Tidak

diterima

dengan

kesyukuran

S: Kerugian

O:

C. Analisis Semiotik Peirce

1. Ujian Kesenangan

a. Sikap Syukur Orang Beriman atas Ujian Kesenangan

Lafaẓ al-balā’ yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur‟an menjadi

representament/tanda (R) yang dikategorikan sebagai Qualisign yang

berhubungan dengan object (O1) Sinsign yang berbentuk “kesenangan”, dan

menghasilakan interpretant (I1) berupa Legisign “diuji dengan nikmat

kesenangan”. Kemudian interpretant “diuji dengan nikmat kesenangan” (I1

“Icon”) juga menjadi representament baru (R2), bagi munculnya object “orang

beriman” (O2 ), yang menghasilkan interpretant (I2) “orang beriman diuji dengan

nikmat kesenangan”. Interpretant (I2) “orang beriman diuji dengan nikmat

kesenangan” ini juga menjadi Representament baru (R3), yang memunculkan

object “bersyukur” (O3), dan memberikan interpretant baru “ orang beriman akan

bersyukur terhadap kesenangan dan kenikmatan (I3). Interpretant (I3) menjadi

representament baru (R4), yang memunculkan object (O4) “mendapat tambahan

Page 88: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

73

kenikmatan di dunia”, yang kemudian menghasilkan interpretant (I4) “bersyukur

akan mendatangkan tambahan nikmat di dunia”. Kemudian Interpretant (I4)

“bersyukur akan mendatangkan tambahan nikmat di dunia” menjadi

representament baru (R5) yang berhubungan dengan object (O5) “memperoleh

ganjaran pahala”, dan menghasilkan interpretant (I5) “orang yang bersyukur, di

akhirat akan memperoleh ganjaran pahala. Hal ini bisa dilihat pada proses

semiosis dengan segitiga getok tular dibawah ini.

kesenangan orang beriman bersyukur

Ujian diuji dengan orang beriman orang beriman

Kesenangan diuji dengan akan

kesenangan bersyukur

terhadap

kesenangan

Mendapat tambahan

Kenikmatan di dunia memperoleh ganjaran pahala

Bersyukur akan di akhirat akan

mendatangkan tambahan memperoleh ganjaran

Kenikmatan di dunia pahala yang besar

b. Sikap Tidak Bersyukur Orang Beriman atas Ujian Kesenangan

Lafaẓ al-balā’ yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur‟an menjadi

representament/tanda (R) yang berhubungan dengan object (O1) “kesenangan”,

dan menghasilakan interpretant (I1) “diuji dengan nikmat kesenangan”. Kemudian

Interpretant (I2) “diuji dengan nikmat kesenangan” juga menjadi tanda baru

O1

V

O2

V

O3

V

R1

Qualisign

I1/R2 Sinsign

O4

V O5

V

I2/R3

legisign

I3/R4 Icon

I4/R5 Index

I5/R6

Symbol

Page 89: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

74

representament (R2) bagi munculnya object “orang beriman” (O2), yang

menghasilkan interpretant (I2) “orang beriman diuji dengan nikmat kesenangan”.

Interpretantnt (I2) “orang beriman diuji dengan nikmat kesenangan” ini menjadi

Representament baru (R3), yang memunculkan object “ tidak bersyukur atau kufur

nikmat” (O3), dan memberikan interpretant baru “orang beriman ada yang tidak

bersyukur terhadap ujian kesenangan” (I3). Interpretant (I3) “orang beriman ada

yang tidak bersyukur terhadap ujian kesenangan” menjadi representament baru

(R4), yang memunculkan object (O4) “mendapat kesengsaraan”, yang kemudian

menghasilkan interpretant (I4) “tidak bersyukur akan membuat hidup sengsara di

dunia”. Interpretant (I4) “tidak bersyukur akan membuat hidup sengasara di dunia

menjadi representament baru (R5) yang berhubungan dengan object (O5)

“ditimpakan azab yang pedih”, dan menghasilkan interpretant (I5) “orang yang

tidak bersyukur, di akhirat akan ditimpakan azab yang pedih. Hal ini bisa dilihat

pada proses semiosis dengan segitiga getok tular dibawah ini.

kesenangan orang beriman tidak bersyukur/ kufur

nikmat)

Ujian diuji dengan diuji dengan tidak mampu

kesenangan kesenangan melewati

untuk mengetahui ujian untuk kadar keimanan bersyukur

O1

V

I1/R2

O3

V

O2

V

R1

V

I2/R3 I3/R4

Page 90: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

75

mendapatkan

kesengsaraan ditimpakan azab yang pedih

akan mendapatkan dibalas dengan azab yang

ujian kesengsaraan pedih

c. Sikap Orang Kafir atas Ujian Kesenangan.

Lafaẓ al-balā’ yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur‟an menjadi

representament/tanda (R) yang berhubungan dengan object (O1) “kesenangan”,

dan menghasilakan interpretant (I1) “diuji dengan nikmat kesenangan”. Kemudian

Interpretant (I1) “diuji dengan nikmat kesenangan”, menjadi tanda representament

baru (R2), bagi munculnya object “orang kafir” (O2), yang menghasilkan

interpretant (I2) “orang kafir diuji dengan nikmat kesenangan”. Interpretantnt (I2)

“orang kafir diuji dengan nikmat kesenangan” menjadi representament baru (R3),

yang memunculkan object “kufur nikmat” (O3), dan memberikan interpretant

baru “orang kafir tidak akan pernah bersyukur dengan nikmat kesenangan” (I3).

Interpretant (I3) “orang kafir tidak akan pernah bersyukur dengan nikmat

kesenangan” menjadi representament baru (R4), yang memunculkan object (O4)

“mendapat mendapat tamabahan kenikmatan”, yang kemudian menghasilkan

interpretant (I4) “orang kafir kan selalu diuji dengan tambahan kenikmatan

didunia”. Interpretant (I4) “orang kafir kan selalu diuji dengan tambahan

kenikmatan didunia” menjadi representament baru (R5) yang berhubungan

dengan object (O5) “ditimpakan azab yang pedih dan kekal”, dan menghasilkan

interpretant (I5) “orang kafir akan ditimpakan azab yang pedih dan kekal di

O4

V O5

V

I4/R5 I5/R6

Page 91: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

76

akhirat nanti. Hal ini bisa dilihat pada proses semiosis dengan segitiga getok tular

dibawah ini.

kesenangan orang kafir bersyukur

Ujian diuji dengan orang kafir orang kafir

Kesenangan juga tetap diuji bersyukur

kesenangan dengan

kesenangan

mendapatkan

tambahan kenikmatan ditimpakan azab yang pedih

orang kafir akan orang kafir akan mendapat

selalu diuji dengan balasan azab yang pedih

tambahan kenikmatan di akhirat.

di dunia

2. Ujian Kesusahan

a. Sikap Sabar Orang Beriman atas Ujian Kesusahan.

Lafadz al-balā’ yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur‟an menjadi

representament/tanda (R) yang berhubungan dengan object (O1) “kesusahan”, dan

menghasilkan Interpretant (I1) “diuji dengan kesusahan”. Kemudian Interpretant

(I1) “diuji dengan kesusahan”, menjadi tanda baru representament (R2) bagi

munculnya object “orang beriman” (O2), yang menghasilkan interpretant (I2)

“orang beriman juga tetap diuji dengan kesusahan”. Interpretantnt (I2) ini juga

menjadi representament baru (R3), yang memunculkan object “bersabar” (O3),

O1

V

I1/R2

O3

V

O2

V

R1

V

I2/R3 I3/R4

O4

V O5

V

I5/R6

I4/R5

Page 92: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

77

dan memberikan interpretant baru “orang beriman akan bersabar terhadap ujian

kesusahan” (I3). Interpretant (I3) “orang beriman akan bersabar terhadap ujian

kesusahan” menjadi representament baru (R4), yang memunculkan object (O4)

“mendapat balasan terbaik (pahala)”, yang kemudian menghasilkan interpretant

(I4) “orang beriman percaya akan mendapatkan balasan terbaik dari Allah atas

sikap sabarnya. Hal ini bisa dilihat pada proses semiosis dengan segitiga getok

tular dibawah ini.

kesusahan orang beriman bersabar

Ujian diuji dengan orang beriman orang beriman

Kesusahan juga tetap diujiakan akan bersabar

kesusahan terhadap ujian

kesusahan

mendapatkan

balasan terbaik (pahala)

orang beriman

percaya akan mendapatkan

balasan terbaik dari Allah

b. Sikap Tidak Sabar Orang Beriman atas Ujian Kesusahan.

Lafadz al-balā’ yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur‟an

menjadi representament/tanda (R) yang berhubungan dengan object (O1)

I1/R2

O1

V

O2

V

O3

V

R1

V

I3/R4

I2/R3

O4

V

I4/R5

Page 93: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

78

“kesusahan”, dan menghasilkan interpretant (I1) “diuji dengan

kesusahan”. Kemudian Interpretant (I1) “diuji dengan kesusahan”, menjadi

tanda baru representament (R2) bagi munculnya object “orang beriman”

(O2), yang menghasilkan interpretant (I2) “orang beriman juga tetap diuji

dengan kesusahan”. Interpretantnt (I2) ini juga menjadi Representament

baru (R3), yang memunculkan object “tidak bersabar” (O3), dan

memberikan interpretant baru “orang yang lemah imanya tidak akan

bersabar terhadap ujian kesusahan” (I3). Interpretant (I3) “orang yang

lemah imanya tidak akan bersabar terhadap ujian kesusahan” menjadi

representament baru (R4), yang memunculkan object (O4) “semakin

disusahkan”, yang kemudian menghasilkan interpretant (I4) “orang yang

tidak bersabar, akan semakin disusahkan oleh Allah. Hal ini bisa dilihat

pada proses semiosis dengan segitiga getok tular dibawah ini.

kesusahan orang beriman tidak bersabar

Ujian diuji dengan orang beriman orang yang lemah

Kesusahan juga tetap diuji imanya tidak

kesusahan bersabar terhadap

ujian kesusahan

semakin disusahkan

orang yang tidak

bersabar, akan semakin

disusahkan oleh Allah

O1

V

I1/R2

O3

V

O2

V

R1

V I2/R3

I3/R4

R1

V

I3/R4

Page 94: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

79

c. Sikap Orang Kafir atas Ujian Kesusahan.

Lafadz al-balā’ yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur‟an menjadi

representament/tanda (R) yang berhubungan dengan object (O1) “kesusahan”, dan

menghasilkan Interpretant (I1) “diuji dengan kesusahan”. Kemudian interpretant

(I1) “diuji dengan kesusahan”, menjadi tanda baru representament (R2) bagi

munculnya object “orang kafir” (O2), yang menghasilkan interpretant (I2) “orang

Kafir juga tetap diuji dengan kesusahan”. Interpretantnt (I2) ini juga menjadi

Representament baru (R3), yang memunculkan object “tidak bersabar” (O3), dan

memberikan interpretant baru “orang Kafir tidak akan bersabar terhadap ujian

kesusahan” (I3). Interpretant (I3) “orang Kafir tidak akan bersabar terhadap ujian

kesusahan” menjadi representament baru (R4), yang memunculkan object (O4)

“semakin disusahkan”, yang kemudian menghasilkan interpretant (I4) “orang

yang tidak bersabar, akan semakin disusahkan oleh Allah. Hal ini bisa dilihat pada

proses semiosis dengan segitiga getok tular dibawah ini.

kesusahan orang kafir tidak bersabar

Ujian diuji dengan orang kafir orang kafir

Kesusahan juga tetap di uji tidak akan

dengan kesusahan bersabar

terhadap

ujian

kesusahan

O1

V

I1/R2

O3

V

O2

V

R1

V

I3/R4

I2/R3

Page 95: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

80

semakin disusahkan

z

orang yang tidak

bersabar, akan semakin

disusahkan oleh Allah.

Hasil semiosi terhadap keseluruhan ayat al-balā’ berdasarkan teori

semiotik Peirce dapatlah penulis gambarkan sebagai berikut.

(O)

kesenangan

(Sinsign)

(R) (I)

(Balā’) Ujian Allah menguji seluruh hambanya

(Qualisign) dengan nikmat kesenangan untuk

mengetahui

siapa yang bersyukur dan paling

baik amalnya dalam mengahadapi

ujian kenikmatan tersebut

(Legisign)

Pada proses semiosis terhadap seluruh lafaẓ al-balā’ yang menjadi

Representament awal yang pada proses ini di kategorikan sebagai Qualisign

(karena kata ini memiliki potensial makna yang bisa ditafsirkan dengan beragam)

yang kemudian berhubungan dengan obyek “kesenangan” yang pada proses ini di

sebut sebagai Sinsign (hal ini dikarenakan tanda al-balā’ akan dimaknai

berdasarkan hubungannya dengan obyek lain) yang menghasil Interpretant yang

bersposisi sebagai Legisign“Allah menguji seluruh hambanya dengan nikmat

O4

V

I4/R5

Page 96: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

81

kesenangan supaya untuk mengetahui siapa yang bersyukur dan paling baik

amalnya terhadap ujian kesenangan tersebut.

(O)

kesusahan

(Sinsign)

(R) (I)

(Balā’) Ujian Allah menguji seluruh hambanya

(Qualisign) dengan ujian kesusahan untuk mengetahui

siapa yang bersabar dan paling

baik amalnya dalam mengahadapi

ujian kesusahan tersebut

(Legisign)

Pada proses semiosis terhadap seluruh lafaẓ al-balā’ yang menjadi

Representament awal yang pada proses ini di kategorikan sebagai Qualisign

(karena kata ini memiliki potensial makna yang bisa ditafsirkan dengan beragam)

yang kemudian berhubungan dengan obyek “kesusahan” yang pada proses ini di

sebut sebagai Sinsign (hal ini dikarenakan tanda al-balā’ akan dimaknai

berdasarkan hubungannya dengan obyek lain) yang menghasil Interpretant yang

bersposisi sebagai Legisign“Allah menguji seluruh hambanya dengan ujian

kesusahan supaya untuk mengetahui siapa yang bersabar dan paling baik amalnya

terhadap ujian kesusahan tersebut.

D. Tinjauan Kritis.

1. Penggunaan Metode Peirce (manfaat)

Penggunaan metode semiotik Peirce untuk pembacaan lafaẓ al-

balā’ dalam al-Qur‟an memunculkan dua segi cara pandang yakni

berdasarkan obyek al-balā’ dan yang kedua berdasarkan subyek

penerima al-balā’. Dari dua pandangan tersebut memberikan

Page 97: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

82

kesimpulan pemahaman bahwa lafaẓ al-balā’ bermakna ujian dan

cobaan yang bentuknya bisa berupa kebaikan maupun keburukan.

Sikap Menerima Ujian Kebaikan dan Keburukan

kebaikan Mukmin dan bersyukur

dan keburukan Kafir dan bersabar

Ujian kebaikan dan orang Mukmin orang Mukmin

keburukan dan orang kafir dan Kafir,

bentuk ujian tetap akan diuji bisa bersyukur

dengan kebaikan dan besbar

dan keburukan terhadap ujian

kebaikan dan

keburukan

Mendapat tambahan kenikmatan

z

orang yang bersyukur dan

bersabar, akan semakin

mendapatkan tambahan kenikmatan

Allah

I1/R2 Sinsign

R1 Qualisign

I3/R4 Icon

I2/R3

legisign

O4

V

I4/R5 Index

O1 O3 O2

Page 98: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

83

Sikap Tidak Terima terhadap Ujian Kebaikan dan Keburukan

kebaikan Mukmin dan tidak bersyukur

dan keburukan Kafir dan tidak bersabar

Ujian kebaikan dan orang Mukmin orang Mukmin

keburukan dan orang kafir dan Kafir,

bentuk ujian tetap akan diuji tidak

dengan kebaikan bersyukur

dan keburukan dan bersabar

terhadap

ujian

kebaikan dan

keburukan

Disempitkan rezeki oleh Allah

z

Allah akan mempersempit

Rezeki, terhadap setiap

Orang yang tidak bersyukur

Dan bersabar terhadap ujian

Kebaikan dan keburukan

Dari hasil penggunaan analisis metode semiotic Peirce terhadap makna

lafaẓ al-balā’ di dalam al-Qur‟an mengandung pengertian ujian dan cobaan yang

dialami oleh seluruh manusia baik yang muslim maupun non muslim, yang

bentuknya bisa berupa kebaikan maupun keburukan yang apabila disikapi dengan

kesabaran dan kesyukuran akan mendatangkan tambahan kenikmatan terhadap

subyeknya dan sebaliknya apabila ujian dan cobaan terhadap kebaikan maupun

R1

V

O4

V

I4/R5 Index

I3/R4 Icon

I2/R3

legisign

I1/R2 Sinsign

O1

V

O3

V

O2

V

Page 99: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

84

keburukan yang disikapi dengan tidak bersabar dan bersyukur, akan menyebabkan

subyeknya mendapatkan timpaan siksaan dan azab yang pedih. Sehingga

kesimpulan umum yang dapat di ambil adalah ujian dan cobaan yang dikatakan

baik maupun buruk, sungguh sangat bergantung terhadap cara pandang dan sikap

yang ditunjukan oleh subyek penerima ujian tersebut.

2. Perbedaan dengan Mufassir lainya.

Dalam pengamatan penulis menunjukan bahwa kecenderungan para

mufassir dalam menafsirkan ayat al-Qur‟an adalah bertumpu pada persoalan

perintah dan larangan. Dalam hal ini penulis mengambil penafsiran yang di tulis

dalam dua kitab tafsir klasik dan modern yakni Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl Āyi al-

Qur’ān karya Imam Al-Ṭābarī dan Tafsir Al-Miṣbah karya Quraish Shihab.

Padahal dalam al-Qur‟an sendiri telah sangat lengkap menggambarkan

yang bukan hanya persoalan perintah dan larangan melainkan juga sikap dan

respon umat terhadap al-Qur‟an itu sendiri. Sehingga penulis juga berkesimpulan

bahwa mufassir dalam menafsirkan dan memaknai lafaẓ al-balā’ cenderung

berpatokan kepada obyek keburukan yang ada dalam ayat itu sendiri.

Hal di atas inilah yang menurut penulis menjadi perbedaan antara teori

semiotik Peirce yang telah digunakan dalam pembacaan makna lafaẓ al-balā’

yang dapat ditinjau baik dari segi obyek maupun subyek al-balā’ itu sendiri.

Dalam segi obyek yang dilihat adalah bentuk kejadian atau peristiwa yang

dianggap sebagai ujian. Sedangkan dalam segi subyek adalah ujian yang dilihat

berdasarkan pelaku atau orang yang mengalaminya. Seperti yang terlihat pada

tebel di bawah ini.

Page 100: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

85

Manhaj Ayat/Teks Tafsir

Quraish

Shihab

Kesenangan (بالء)

dan kesusahan

Ujian bisa terjadi dalam

bentuk kesenangan maupun

kesusahan

Al-Thabari (بالء) Kesenangan

dan kesusahan

Manusia akan diuji untuk

mengetahui keimananannya

dengan ujian kesenangan dan

kesusahan

Ibn Katsir (بالء) Kesenangan

dan kesusahan

Kesenangan dan kesusahan

adalah bentuk ujian dari

Allah

Charles S.

Peirce

Kesenangan (بالء)

dan kesusahan

Ujian merupakan ketetapan

Allah yang bentuknya bisa

berupa hal yang disenagani

maupun yang dibenci.

Yang bisa menimpa kepada

orang beriman maupun orang

kafir. Yang apabila bersabar

dan bersyukur terhadap ujian

tersebut akan menjadikan

subyeknya mendapatkan

tambahan kenikmatan dari

Allah.

3. Dampak pada al-Qur‟an.

Dari hasil pembacaan metode semiotik Peirce memberikan dampak

pemahaman bahwa sesungguhnya di dalam al-Qur‟an sendiri telah dijelaskan

setiap makna tanda pada lafaẓ-lafaẓ ayat yang kebenaranya selalu absolut dan

terpelihara sepanjang zaman.

Dari pembacaan semiotik ini juga menunjukan bahwa dalam penceritaan

alur logis makna al-balā’ dalam al-Qur‟an sudah sangat sempurna sekali. Mulai

dari muncul kata al-balā’ dan derivasinya, kemudian obyek-obyek ujian, saran-

saran untuk menghadapi ujian, sampai bahkan perilaku subyek dalam

mengahadapi ujian.

Page 101: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

86

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses Semiosis Charles Sanders Peirce selalu bertumpu pada pada

tiga unsur tanda yang dikenal dengan nama representament (R), objec (O)

dan interpretant (I). Ketiga unsur tanda ini akan selalu berhubungan secara

terus menerus dalam memberikan makna terhadap sebuah tanda. Ketiga

unsur inilah yang penulis terapkan dalam pembacaan makna tanda terhadap

lafaẓ al-balā’ yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’an.

Proses pemaknaan ayat-ayat al-balā berdasarkan metode semiosis

Charles Sanders Peirce menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa setiap

objek kesenangan dan kesusahan merupakan bentuk ujian yang bisa

menimpa kepada siapa saja, baik terhadap diri orang beriman maupun

terhadap diri orang yang tidak beriman selama meraka masih hidup.

Ujian kesenangan akan menuntut sikap bersyukur sedangkan ujian

kesusahan akan menuntut sikap bersabar. Sikap bersyukur akan

menghasilkan perolehan tambahan kenikmatan dan sikap bersabar akan

menghasilkan balasan pahala yang lebih besar dari Allah. Sebaliknya sikap

tidak bersyukur atau kufur nikmat akan mengakibatkan disempitkanya

rezeki serta sikap tidak sabar akan menyebabkanya mendapatkan aẓab serta

siksa yang pedih dari Allah.

B. SARAN

Penulis menyadari sekali, bahwa dalam tulisan ini masih sangat

banyak kekurangan. Baik itu dalam segi tehnik penyusunan kata-kata

Page 102: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

87

perkalimat maupun kekurangan dalam hal kepadatan dan kedalam

pemabahasan yang penulis sajikan. Sehingga dari itu, penulis sangat

mengaharapkan saran dan kritik dari setiap pembaca skripsi ini, guna untuk

menyempurnakan skripsi ini baik dalam tehnik penulisan maupun

kedalaman dan kepadatan materi yang disajikan di dalamnya.

Page 103: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

88

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Ismail. “Laknat Dalam Pandangan Al-Qur‟an:Analisis Ayat-Ayat Laknat

Dalam Tafsir Al-Maraghi.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan

Filsasat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Biro Humas & Luar Negeri BPK, Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan

Dana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Tsunami”, artikel

yang di akses dari laman web, http:www.bpk.go.id/web/p=3985 pada

tanggal 17 Januari 2017

Cawidu, Harifudin. Konsep Kufr Dalam al-Qur‟an: Suatu Kajian Teologis

Dengan Pendekatan Tafsir Tematik. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

Danesi, Marcel. Pesan,Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikas. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi

Lian Piantari. Yogyakarta: JALASUTRA, 2010.

Faris, Abdul Qodir Abu. Ujian, Cobaa, Fitnah Dalam Dakwah. Jakarta: Gema

Insani Press, 1992.

Firdaus, Luthfi. “Relevansi Semiotika Dalam Kajian Tafsir Kontemporer.”

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Fitriyana, Pipit Aidul. “Kisah Yusuf Dalam AL-Qur‟an: Perspektif Semiologi

Roland Barthes.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Hoed, Benny H. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas

Bambu, 2014.

Hikmah, Lexi Zulkarnaen. “Hadis Tentang Keutamaan Ibu: Suatu Tinjauan dan

Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce.” Skripsi S1 Fakultas

Page 104: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

89

Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016.

Imran, Ali Semiotika AL-Qur‟an: Metode Dan Aplikasi Terhadap Kisah Yusuf.

Yogyakarta: Teras, 2011.

Mandzur, Ibn. Lisan al-Arab. Cairo: Jilid 14.

Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir. Yogyakarta: Krapyak, 1984.

Muzakki, Akhmad. Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa Agama.

Malamg: UIN-Malang Press, 2017.

Pari, Fariz. Epistemologi Semiotik Peirce. Bogor: Yayasan Kajian Otentik

Peradaban Islam (Kopi Center), 2012.

Al-Razy, al-Fakhr. al-Tafsir al-Kabir. Beirut: Dar al-Fikr, 1985.

Sabirin, Abdul Rasyid. “al-Bala‟ Dalam al-Qur‟an: Kajian Tentang Makna

dan Macam-Macam al-Bala‟, Serta Sikap Manusia Dalam Menghadapi

Ujian.” Tesis S2 Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Sandjaja, B. dan Heriyanto, Albertus. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi

Pustakaraya, 2006.

Sanusi, Irpan “Pesan Semiotis Al-Qur‟an: Analisis Struktural Q.S. Al

Lahab.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Shiddiq, Ja’far. “Penggunaan Semiotika Naratologi A.J. Greimas Dalam

Pembacaan Kisah Al-Qur‟an.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan

Filsasat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Page 105: KONSEP BALA PERSPEKTIF Al-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39352/1/MUHAMMAD... · Kukuh, serta seluruh DKM dan jama’ah masjid al-Aqsha Delatinos yang ...

90

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Miṣbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an.

Ciputat: Penerbit Lentera Hati, 2001.

Subarata, Ade Tisna. “Perspektif al-Qur‟an Tentang Musibah:Telaah Tafsir

Tematik Tentang Ayat-Ayat Musibah.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin

dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Subayu, Rony. “Al-Qur‟an Sebagai Narasi Mitis: Konsep Mitos Roland

Barthes Sebagai Metode Penafsiran al-Qur‟an.” Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin dan Filsasat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016.

Al-Ṭābarī, Abū Ja’fār Muḥammad bin Jarīr. Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīli āyi al-

Qurān. Penerjemah Ahmad Affandi, Jakarta Selatan: Pustaka Azzam,

2008.

Tim Penyusun Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

Tommy Christomy & Untung Yuwono. Semiotika Budaya. Depok: Pusat

Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya. Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia, 2010.