Konsep Audit

24
Bab II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Review Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, penulis perlu mengadakan review hasil-hasil penelitian terdahulu. Review hasil penelitian terdahulu dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah atau isu-isu apa saja yang pernah dibahas oleh orang-orang terdahulu yang berkaitan dengan tema yang sedang dibahas, yaitu “Analisis pernyataan tidak memberikan pendapat terhadap laporan keuangan PT. AdeS Waters Indonesia Tbk dan anak perusahaan tahun 2004”. Dalam penelitian ini penulis mendapat referensi dari penelitan terdahulu yang pernah dilakukan mendapatkan fakta bahwa salah saji tidak semestinya terhadap aset menyebabkan auditor harus mengeluarkan laporan pernyataan tidak memberikan pendapat, (Kasidi, 2001). 2.2. Audit 2.2.1. Pengertian dan jenis-jenis audit

description

Konsep Audit

Transcript of Konsep Audit

Page 1: Konsep Audit

Bab II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Review Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian, penulis perlu mengadakan review hasil-hasil penelitian

terdahulu. Review hasil penelitian terdahulu dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah atau

isu-isu apa saja yang pernah dibahas oleh orang-orang terdahulu yang berkaitan dengan tema

yang sedang dibahas, yaitu “Analisis pernyataan tidak memberikan pendapat terhadap laporan

keuangan PT. AdeS Waters Indonesia Tbk dan anak perusahaan tahun 2004”.

Dalam penelitian ini penulis mendapat referensi dari penelitan terdahulu yang pernah

dilakukan mendapatkan fakta bahwa salah saji tidak semestinya terhadap aset menyebabkan

auditor harus mengeluarkan laporan pernyataan tidak memberikan pendapat, (Kasidi, 2001).

2.2. Audit

2.2.1. Pengertian dan jenis-jenis audit

Ada beberapa pengertian audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi,

antara lain:

Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke :

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person”.1

Menurut Mulyadi :

1 Alvin A. Arens and James K. Loebbecke, (1997), Auditing An Integrated Approach, International Edition, Seventh Edition, New Jersey : Prentice-Hill Inc, hal 2

Page 2: Konsep Audit

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian haisl-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.2

Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang

dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi

bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut.

Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:

1). Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat

digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut, 2). Penetapan entitas

ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab

auditor, 3). Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi

tujuan audit, 4). Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen

dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan

diambilnya.

Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : audit laporan keuangan, audit

kepatuhan, dan audit operasional.

1) Audit laporan keuangan (financial statement audit). Audit laporan keuangan adalah audit

yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk

memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-

2 Mulyadi, (1990), Pemeriksaan Akuntan, Edisi 3, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, hal 4

Page 3: Konsep Audit

kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan

seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.

2) Audit kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang

diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu. Kriteria-kriteria yang

ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia

mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur pengendalian internal.

Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal, karena oleh pegawai perusahaan.

3) Audit operasional (operational audit). Audit operasional merupakan penelahaan secara

sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam

audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis

yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu. Tujuan audit operasional

adalah untuk : 1). Menilai kinerja, kinerja dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan,

standar-standar, dan sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh manajemen, 2).

Mengidentifikasikan peluang dan, 3). Memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau

tindakan lebih lanjut. Pihak-pihak yang mungkin meminta dilakukannya audit operasional

adalah manajemen dan pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang

meminta dilaksanakannya audit tersebut.

2.2.2. Tujuan dan manfaat audit independen

Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas

kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku umum.3 Kewajaran laporan keuangan diukur berdasarkan asersi

3 Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001, (2001), Cetakan ke-1, Jakarta : Salemba Empat, PSA 02 (SA 110)

Page 4: Konsep Audit

terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan, yang disebut dengan

asersi manajemen.

Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi

lima kategori :

1) Keberadaan atau kejadian (existency or occurence). Asersi ini merupakan pernyataan

manajemen aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada

pada tanggal neraca serta apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan rugi

laba benar-benar terjadi selama periode akuntansi.

2) Kelengkapan (completeness). Kelengkapan berarti semua transaksi dan akun-akun yang

seharusnya tercatat dalam laporan keuangan telah dicatat. Asersi kelengkapan berlawanan

dengan asersi keberadaan. Jika asersi keberadaan tidak benar maka akun akan dinyatakan

terlalu tinggi, sementara jika asersi kelengkapan tidak benar, maka akun akan dinyatakan

terlalu rendah. Asersi kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang

harus dicantumkan dalam laporan keuangan, sedangkan asersi keberadaan berkaitan dengan

penyebutan angka yang seharusnya tidak dimasukkan.

3) Hak dan kewajiban (rights and obligations). Auditor harus memastikan apakah aktiva

memang menjadi hak klien dan apakah kewajiban merupakan hutang klien pada tanggal

tertentu.

4) Penilaian atau alokasi (valluation or allocation). Asersi ini menyangkut apakah aktiva,

kewajiban, ekuitas, pendapatan, atau beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan pada

jumlah yang tepat.

5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Asersi ini menyangkut masalah

apakah komponen-komponen laporan keuangan telah diklasifikasikan, diuraikan, dan

Page 5: Konsep Audit

diungkapkan secara tepat. Pengungkapan berhubungan dengan apakah informasi dalam

laporan keuangan, termasuk catatan yang terkait, telah menjelaskan secara gamblang hal-hal

yang dapat mempengaruhi penggunaannya.

2.2.3. Independensi

Masalah utama yang dihadapi oleh akuntan publik saat ini adalah berkurangnya

kekuasaan mereka dalam melaksanakan penugasan. Seorang akuntan yang independen dituntut

untuk bertindak sesuai dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi. Fenomena

hubungan antara akuntan publik dengan klien telah menjadi pusat perhatian bagi para pembuat

keputusan, seperti investor, kreditor, dan pemegang saham.

Mereka sangat menyadari adanya kemampuan yang dimiliki oleh pihak manajemen

perusahaan. Pertama, kemampuan yang berkaitan dengan kecenderungan manajemen perusahaan

untuk memanipulasi kinerja laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan

penilaian yang positif atas tanggung jawabnya sebagai pihak yang mengelola perusahaan.

Kecenderungan ini dikenal dengan istilah window dressing, biasanya dilakukan dengan cara

memperbaiki laporan keuangan sedemikian rupa sehingga tampak lebih baik dari semestinya.

Berbeda dengan profesi lain, auditor tidak dapat bertindak untuk kepentingan kliennya

sebagaimana pengacara dengan kliennya. Meskipun dibayar oleh klien akuntan publik bekerja

bagi kepentingan masyarakat umum. Auditor harus independen dalam dari segala kewajiban dan

pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Ia harus pula menghindari keadaan-

keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dalam

kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental

Page 6: Konsep Audit

independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya

atas jasanya tersebut.

2. Kecenderungan untuk memuaskan kliennya.

3. Resiko kehilangan klien.

2.2.4. Jenis-jenis auditor

Auditor biasanya diklasifikasikan dalam tiga kategori berdasarkan siapa yang

mempekerjakan mereka : akuntan publik, akuntan pemerintah, dan akuntan intern.4

Akuntan publik. Akuntan publik adalah akuntan professional yang menjual jasanya

kepada masyarakat umum, terutama daam bidang pemeriksaan terhadap laporan

keuangan yang dibuat oleh kliennya.

Akuntan pemerintah. Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di

instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam

pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

Akuntan intern. Adalah akuntan yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya

adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen

puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap aset-aset

organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta

menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

4 Mulyadi, (1992), Pemeriksaan Akuntan, Edisi 4, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, hal 27

Page 7: Konsep Audit

2.3. Laporan auditor

2.3.1. Pengertian dan jenis-jenis laporan auditor

Pembuatan laporan auditor adalah langkah terakhir dan paling penting dari keseluruhan

proses audit. Secara umum laporan auditor dapat didefinisikan sebagai laporan yang menyatakan

pendapat auditor yang independen mengenai kelayakan atau ketepatan pernyataan klien bahwa

laporan keuangannya disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntan yang berlaku

umum, yang diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.5 Dalam menyiapkan dan

menerbitkan sebuah laporan audit, auditor harus berpedoman pada empat standar pelaporan yang

terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Terpenting, harus dilihat standar yang terakhir karena standar ini mensyaratkan suatu

pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atau pernyataan bahwa pendapat

tidak dapat diberikan disertai dengan alasan-alasannya. Standar ini mensyaratkan adanya

pernyataan auditor secara jelas mengenai sifat pemeriksaan yang telah dilakukan dan sampai

dimana auditor membatasi tanggungjawabnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu

laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit bentuk baku.

Menyadari fungsi utama laporan audit sebagai media komunikasi antara manajemen

dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan, maka dibutuhkan adanya keseragaman pelaporan

untuk menghindari kerancuan. Oleh karena itu standar profesional telah merumuskan dan

merinci berbagai jenis laporan audit yang harus disertakan pada laporan keuangan.

5 Arthur W. Holmes dan David C. Burns, (1996), Auditing norma dan prosedur, Edisi 9, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, hal 2

Page 8: Konsep Audit

Terdapat beberapa jenis pendapat akuntan yang diberikannya berkenaan dengan suatu

pemeriksaan umum, yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with

explanatory language).

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion).

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).

1). Laporan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Istilah unqualified disini bukan berarti tidak memenuhi syarat atau tidak qualified. Arti

unqualified disini adalah tanpa kualifikasi (qualification) atau tanpa reserve atau tanpa

keberatan-keberatan.6 Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi

pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai

kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam penyusunan laporan

keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan

memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi

keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum jika memenuhi kondisi-kondisi berikut :

Prinsip akuntansi berlaku umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan

Perubahan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum dari periode ke periode telah

cukup dijelaskan

6 Theodorus., M., Tuanakotta, (1982), Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, Edisi ketiga, Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, hal 31

Page 9: Konsep Audit

Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan

dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum

2). Laporan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan ( unqualified

opinion with explanatory language).

Laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

klien namun ditambah dengan hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan.

3). Laporan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat ini hanya diberikan jika secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan oleh klien

adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak

mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Terdapat beberapa kondisi yang

membuat auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian, yaitu :

Lingkup audit dibatasi oleh klien

Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat

memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan

klien dan auditor

Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum

Prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan

tidak diterapakan secara konsisten

4). Laporan pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip-

prinsip akuntansi yang berlaku umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan,

hasil usaha, perubahan saldo laba dan arus kas perusahaan klien. Auditor memeberikan pendapat

Page 10: Konsep Audit

tidak wajar jika tidak terdapat pembatasan bukti audit. Pendapat tidak wajar merupakan

kebalikan pendapat wajar dengan pengecualian. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika

ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten dalam

jumlah cukup untuk mendukung pendapatnya.

5). Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan auditor jika ia tidak berhasil menyakinkan

dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pernyataan tidak

memberikan pendapat diberikan jika antara lain, terdapat banyak pembatasan lingkup audit,

hubungan yang tidak independen antara auditor dan klien. Masing-masing kondisi tersebut tidak

memungkinkan auditor untuk dapat menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan secara

keseluruhan.

2.3.2. Tujuan dan manfaat laporan auditor

Dalam perusahaan perseroan, dimana para manajer ditempatkan pada posisi dimana

mereka dapat menguntungkan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan yang

disusunnya dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan yang disusun merupakan bentuk

pertanggungjawaban dari hasil pekerjaannya selama suatu periode. Para manajer tergoda untuk

menyajikan laporan keuangan yang berat sebelah, mengandung hal-hal yang tidak benar, dan

mungkin menyembunyikan informasi informasi tertentu kepada pihak-pihak lain yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan itu, termasuk investor, kreditor, dan regulator.

Oleh karena itu masyarakat keuangan membutuhkan jasa profesional untuk menilai

kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen. Atas dasar informasi keuangan

yang andal, masyarakat akan memiliki basis yang kuat untuk menyalurkan dana mereka ke

Page 11: Konsep Audit

usaha-usaha yang beroperasi secara efisien dan memiliki posisi keuangan yang sehat. Untuk itu

masyarakat menghendaki agar laporan keuangan yang diserahkan kepada mereka diperiksa lebih

dulu oleh auditor independen. Keterlibatan audit yang independen akan memberikan manfaat-

manfaat antara lain, menambah kredibilitas laporan keuangan, mengurangi kecurangan

perusahaan, dan memberikan dasar yang lebih dipercaya untuk pelaporan pajak dan laporan

keuangan lain yang harus diserahkan kepada pemerintah.

2.4. Materialitas

Selama pemeriksaan auditor terus dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang

seberapa banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan, jenis bahan bukti, dan tindakan apa yang

harus diambil terhadap bahan bukti yang diperiksa. Secara umum materialitas sangat tergantung

pada intuisi si auditor.

Materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah

saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut

dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional.7 Salah saji

informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan

atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap

informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor bukanlah pemberi jaminan bagi klien atau

pemakai laporan keuangan lainnya, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Auditor

tidak dapat memberikan jaminan karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam

7 Arens.,A., dan Loebbecke., J, (1997), Auditing Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia, Jilid I, Jakarta : Salemba Empat, hal 42.

Page 12: Konsep Audit

tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,

diringkas, digolongkan, dan dikompilasi dengan semestinya ke dalam laporan keuangan.

Di samping itu tidaklah mungkin seseorang menyatakan keakuratan laporan keuangan

(ketepatan semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan), mengingat bahwa laporan

itu sendiri berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan dalam proses penyusunannya, yang

seringkali pendapat, estimasi, dan pertimbangan tersebut tidak tepat atau akurat seratus persen.

Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini :

1. Jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah

dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.

2. Bukti audit kompeten telah cukup dikumpulkan sebagai dasar memadai untuk memberikan

pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Dalam bentuk pendapat, bahwa laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar

dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan atau kecurangan.

2.5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat

2.5.1. Pengertian pernyataan tidak memberikan pendapat

Pernyataan tidak memberikan pendapat dapat didefinisikan bahwa akuntan publik

menolak memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diperiksanya atau jika

auditor tidak dapat melaksanakan pemeriksaan karena pembatasan lingkup audit.

Page 13: Konsep Audit

Jika auditor tidak bersedia untuk menyatakan pendapat, semua alasan pokok harus dibuat

dalam laporan pemeriksaan, dan alasan untuk tidak menyatakan pendapat harus disusun sehingga

berfokus pada penyajian laporan keuangan yang tidak dapat diverifikasi. Juga, alasan

ketidaksediaan harus menjelaskan bagaimana hubungan antara penyajian yang tidak diverifikasi

dengan kewajaran menyeluruh dari laporan keuangan yang tidak diberi pendapat. Penolakan

memberi pendapat tidak boleh diberikan oleh auditor, bila ia yakin atas dasar hasil

pemeriksaannya, bahwa terdapat penyimpangan yang material terhadap prinsip-prinsip akuntansi

yang berlaku umum.

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar

adalah: pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor dalam keadaan auditor mengetahui adanya

ketidakwajaran laporan keuangan klien. Sedangkan pernyataan tidak memberikan pendapat

diberikan karena ia tidak memperoleh cukup bukti mengenai kewajaran laporan keuangan

auditan atau ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Berikut kondisi-kondisi yang menyebabkan auditor menolak memberikan pendapat, yaitu

:

1. penyimpangan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, atau salah saji,

atau pengungkapan yang tidak layak, atau pembatasan lingkup audit, atau perubahan

metode akuntansi yang tidak disetujui oleh auditor.

2. akun-akun yang terkait cukup material, sehingga pendapat wajar tidak layak untuk

diberikan.

3. hasil laporan keuangan secara material menyesatkan atau auditor tidak yakin akan akurasi

akun-akun tertentu.

Page 14: Konsep Audit

4. dampak dari akun-akun yang secara material salah saji dapat merusak laporan keuangan.

2.5.2. Pembatasan terhadap lingkup audit

Pembatasan lingkup audit dapat disebabkan oleh klien atau keadaan. Pembatasan

terhadap lingkup audit berakibat terhadap jumlah dan kompetensi bukti yang dapat dikumpulkan

oleh auditor. Jika pembatasan tersebut dapat diatasi oleh auditor dengan menempuh prosedur

audit alternatif, auditor tidak perlu mencantumkan pengecualian dalam paragraf lingkup audit

dan auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.

Contoh, jika auditor tidak dibolehkan oleh klien untuk mengirim surat konfirmasi kepada

debitur, tetapi auditor dapat membuktikan adanya piutang kepada debitur tersebut melalui

prosedur audit terhadap penerimaan kas setelah tanggal neraca dari para debitur tersebut, maka

auditor telah dapat menempuh prosedur audit alternatif untuk menggantikan prosedur audit yang

diharuskan oleh standar akuntansi.

Jika prosedur alternatif tidak dapat dilakukan, sehingga bahan bukti dalam jumlah cukup

dan kompeten tidak dapat diperoleh, maka auditor biasanya menambah kata-kata dalam paragraf

lingkup audit untuk menarik perhatian terhadap adanya pengecualian tersebut. Auditor dapat

menentukan bahwa ia dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian hanya jika audit

telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Pembatasan terhadap lingkup audit, baik yang dikenankan oleh klien atau keadaan, kegagalan

memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau tidak cukupnya catatan akuntansi, dapat

mejadikan dasar bagi auditor untuk memberikan pengecualian di dalam pendapatnya atau

Page 15: Konsep Audit

pernyataan tidak memberikan pendapat. Dalam hal ini, alasan pengecualian atau pernyataan

tidak memberikan pendapat harus dijelaskan oleh auditor dalam laporannya.

Keputusan auditor dalam memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau

pernyataan tidak memberikan pendapat karena pembatasan lingkup audit tergantung atas

penilaian auditor terhadapa pentingnya prosedur yang tidak dapat dilaksanakan tersebut bagi

auditor dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Penilaian ini akan

dipengaruhi oleh sifat dan besarnya damapak yang mungkin timbul sebagai akibat hal yang

dikecualikan tersebut dan pentingnya bagi laporan keuangan. jika dampak yang mungkin timbul

menyangkut banyak pos laporan keuangan, maka pentingnya hal yang dikecualikan tersebut

lebih besar jika dibandingkan dengan jika hanya menyangkut pos laporan keuangan yang lebih

sedikit.

Jika pembatasan terhadap lingkup audit ini kurang material dampaknya terhadap

informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangannya, sehingga auditor masih dapat

memberikan pendapat wajar terhadap laporan keuangan tersebut secara keseluruhan, maka

auditor akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian.

Jika pembatasan terhadap lingkup audit mengakibatkan auditor sangat kekurangan bukti

yang kompeten untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka auditor akan

menyatakan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut.

---

Butuh bantuan dalam pembuatan skripsi, tesis, disertasi atau olahdata statistik?

Hubungi kami:

http://skripsitesisdisertasi.comhttp://jasapembuatanskripsi.net

Page 16: Konsep Audit

http://jasapembuatantesis.nethttp://jasapembuatandisertasi.net

http://olahdatastatistik.org

Pengelola:"CALYPSO"

Email: [email protected]/Office: Jl. Waru 39 Rt. 007 Rw. 07 Rawamangun Jakarta 13220

Telp. (021) 4705484Hp. 085777792226 - 087788868885 - 081212127180

Pin BB: Z66FA6D0

---