konsensus-imunisasi-dewasa

15
Konsensus Imunisasi Dewasa Ditulis oleh dr.M.Adi Firmansyah Sabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37 Perhimpunan Spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) berusaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diantaranya dengan cara pencegahan penyakit melalui vaksinasi. Untuk itu PB PAPDI telah membentuk Satgas Imunisasi Dewasa. Satgas ini bertujuan meningkatkan upaya pencegahan melalui vaksinasi. Pada tahun 2007 di Indonesia telah tersedia vaksin HPV kuadrivalen dan pada tahun 2008 vaksin HPV bivalen. Vaksin HPV dapat mencegah kejadian kanker serviks, kondiloma akuminata serta penyakit lain yang disebabkan oleh infeksi HPV. Penelitian di berbagai negara telah menunjukkan bahwa vaksin HPV mempunyai efektivitas yang tinggi dalam mencegah infeksi HPV sehingga akan mempengaruhi kejadian kanker serviks, kondiloma akuminata serta penyakit lain akibat infeksi HPV. Baik kanker serviks maupun kondiloma akuminata merupakan penyakit yang kekerapannnya tinggi, pengobatannya sulit dan mahal sehingga merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dengan tersedianya vaksin HPV di Indonesia maka PAPDI terpanggil untuk memanfaatkan vaksin ini untuk mencegah infeksi HPV. Dalam pemanfaatan tersebut perlu kejelasan mengenai indikasi, kontra indikasi serta efek samping vaksin ini. Untuk itu perlu disusun konsensus PAPDI mengenai vaksin HPV. Konsensus PAPDI 2008 1. PAPDI sepakat memanfaatkan vaksin HPV untuk mencegah infeksi HPV disamping upaya- upaya pencegahan lain. 2. Penggunaan vaksin HPV dimaksudkan untuk mencegah kanker serviks, lesi pra kanker, kondiloma akuminata serta penyakit lain yang disebabkan oleh infeksi HPV. 3. Indikasi penggunaan vaksin HPV pada kelompok umur 12-26 tahun. 4. Vaksinasi HPV pada kelompok umur 27-55 tahun atau pada orang yang telah melakukan hubungan seksual masih dapat dilakukan namun manfaatnya tidak sebaik pada kelompok umur 12-26 tahun yang belum melakukan hubungan seksual. 5. Vaksinasi HPV diberikan 0,5 ml secara intramuskular pada waktu 0,2 dan 6 bulan atau cara lain sesuai dengan petunjuk penggunaan. 6. Vaksinasi HPV pada masa kehamilan sebaiknya ditunda sampai selesai kehamilan namun vaksin HPV dapat digunakan pada masa menyusui. 7. Vaksin HPV dikontraindikasikan pada penderita dengan riwayat hipersensitivitas terhadap ragi atau komponen vaksin lainnya. 1 / 15

Transcript of konsensus-imunisasi-dewasa

Page 1: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

Perhimpunan Spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) berusaha untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat diantaranya dengan cara pencegahan penyakitmelalui vaksinasi. Untuk itu PB PAPDI telah membentuk Satgas Imunisasi Dewasa. Satgas inibertujuan meningkatkan upaya pencegahan melalui vaksinasi. Pada tahun 2007 di Indonesiatelah tersedia vaksin HPV kuadrivalen dan pada tahun 2008 vaksin HPV bivalen.

Vaksin HPV dapat mencegah kejadian kanker serviks, kondiloma akuminata serta penyakit lainyang disebabkan oleh infeksi HPV. Penelitian di berbagai negara telah menunjukkan bahwavaksin HPV mempunyai efektivitas yang tinggi dalam mencegah infeksi HPV sehingga akanmempengaruhi kejadian kanker serviks, kondiloma akuminata serta penyakit lain akibat infeksiHPV. Baik kanker serviks maupun kondiloma akuminata merupakan penyakit yangkekerapannnya tinggi, pengobatannya sulit dan mahal sehingga merupakan masalahkesehatan masyarakat.Dengan tersedianya vaksin HPV di Indonesia maka PAPDI terpanggil untuk memanfaatkanvaksin ini untuk mencegah infeksi HPV. Dalam pemanfaatan tersebut perlu kejelasan mengenaiindikasi, kontra indikasi serta efek samping vaksin ini. Untuk itu perlu disusun konsensus PAPDImengenai vaksin HPV.

Konsensus PAPDI 2008 1. PAPDI sepakat memanfaatkan vaksin HPV untuk mencegah infeksi HPV disampingupaya- upaya pencegahan lain. 2. Penggunaan vaksin HPV dimaksudkan untuk mencegah kanker serviks, lesi pra kanker,kondiloma akuminata serta penyakit lain yang disebabkan oleh infeksi HPV. 3. Indikasi penggunaan vaksin HPV pada kelompok umur 12-26 tahun. 4. Vaksinasi HPV pada kelompok umur 27-55 tahun atau pada orang yang telah melakukanhubungan seksual masih dapat dilakukan namun manfaatnya tidak sebaik pada kelompok umur12-26 tahun yang belum melakukan hubungan seksual. 5. Vaksinasi HPV diberikan 0,5 ml secara intramuskular pada waktu 0,2 dan 6 bulan ataucara lain sesuai dengan petunjuk penggunaan. 6. Vaksinasi HPV pada masa kehamilan sebaiknya ditunda sampai selesai kehamilannamun vaksin HPV dapat digunakan pada masa menyusui. 7. Vaksin HPV dikontraindikasikan pada penderita dengan riwayat hipersensitivitas terhadapragi atau komponen vaksin lainnya.

1 / 15

Page 2: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

8. Pemeriksaan PAP smear untuk deteksi dini masih tetap harus dilakukan meskipun telahmendapat vaksinasi HPV. 9. Upaya hidup sehat harus tetap dijalankan disamping upaya pencegahan melaluivaksinasi HPV ini.

Konsensus PAPDI 2003

Dalam rangka mendukung Indonesia sehat 2010 kegiatan pencegahan penyakit merupakanupaya penting. Pada pertemuan tahunan American Society of Inter¬nal Medicine di Atlanta,Amerika Serikat tahun 2001 diungkapkan bahwa imunisasi pada orang dewasa dapatmencegah kematian sepuluh kali lipat dibandingkan dengan anak, nyatalah imunisasi tak hanyabermanfaat untuk anak namun juga amat bermanfaat untuk orang dewasa.Dewasa ini imunisasi dewasa di Indonesia berjalan secara tersebar dalam skala kecil dan barumelibatkan kegiatan imunisasi yang masih terbatas yaitu Hepatitis B, Hepatitis A, DemamTifoid, Meningokok dan Influenza. Kedua vaksin terakhir terutama diberikan pada calon jemaahhaji. Dukungan untuk kegiatan imunisasi dewasa berupa kepedulian tenaga kesehatan,tersedianya layanan yang merata dan terjangkau serta pedoman imunisasi dewasa belumtersedia.Sebagai organisasi profesi yang memberikan layanan pada orang dewasa maka PAPDIterpanggil untuk me¬nyusun konsensus imunisasi dewasa yang akan diguna¬kan di kalangananggota PAPDI dan konsensus ini juga diharapkan dapat merupakan kontribusi PAPDI dalammendorong kegiatan imunisasi dewasa di Indonesia.

Macam Vaksin

Macam vaksin yang digunakan untuk imunisasi adalah :

1. Vaksin yang dilemahkan (attenuated live vaccine) : viabilitas dan daya infeksi kuman atauvirus dilemah¬kan namun mampu menumbuhkan respons imun. Vaksin ini dapat berasal darikeseluruhan organisme atau bagian dari organisme contoh vaksin polio oral. 2. Vaksin yang telah dimatikan (bakteri, virus atau riketsia): berasal dari mikroorganismeyang telah dimatikan. Respons imun yang timbul lebih lemah daripada vaksin hidup sehinggabiasanya memerlukan imuni¬sasi ulang, contohnya kolera, pertusis. 3. Vaksin Subunit: berasal dari bagian organisme misal¬nya komponen kapsul bakteri(streptococcus pneumoniae), Keuntungan vaksin ini aman diberikan pada anak, menghindarivaksin yang virulen. 4. Vaksin toksoid, dibuat dari bahan toksin bakteri: tidak toksis namun dapat merangsangpembuatan antibodi, contoh tetanus, difteri.

2 / 15

Page 3: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

5. Vaksin konyugat: Vaksin polisakarida murni kurang imunogenik untuk anak di bawah usia2 tahun. Untuk meningkatkan imunogenisitas polisakarida dikonyu¬gasikan dengan proteinkarier sehingga dapat me¬ningkatkan respons imun.

 Pendekatan baru dalam pembuatan vaksin

1. Vaksin rekombinan.Satu atau lebih gen yang mengkode determinan penting imunitas pada mikroorganisme diinsersikan ke vektor. Vektor yang biasa digunakan adalah virus (poxvirus vaccinia, canarypox,adenovirus) dan bakteri (Salmonella), contoh vaksin Hepatitis B.

2. Vaksin DNA.Berasal dari asam nukleat yang mengkode anti¬gen penting. Masih dalam penelitian dandikembangkan untuk mem¬produksi vaksin influenza, HIV dan Herpes simpleks.

 Keuntungan Vaksin Hidup dan Inaktif

Keuntungan vaksin hidup :

1. Proteksi lama setelah vaksinasi satu kali. 2. Merangsang pembentukan sistem imun secara luas termasuk respon sel T dan responsmukosa IgA. 3. Menyebarluaskan imunitas herd (menimbulkan imu¬nitas pada orang yang tidakdivaksinasi).

Kerugian vaksin hidup :

1. Dapat menimbulkan penyakit pada orang imun¬kompromais yang tak terdiagnosis. 2. Dapat berubah menjadi virulen. 3. Tak dapat dilakukan imunisasi pada bayi yang masih mempunyai antibodi ibu. 4. Untuk mempertahankan potensi perlu penyimpanan dan transportasi pada suhu 4oC atauyang sangat rendah (contoh : vaksin polio oral harus disimpan pada suhu – 20° C). 5. Lebih reaktogenik.

3 / 15

Page 4: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

Keuntungan vaksin inaktif :

1. Aman karena tak ada risiko jadi virulen. 2. Mudah di produksi dan disimpan. 3. Dapat digunakan pada bayi tanpa interferensi dengan antibodi yang berasal dari ibu. 4. Toleransi lebih baik

Kerugian vaksin inaktif :

1. Memerlukan penggunaan berulang untuk memper¬tahankan proteksi. 2. Rangsangan imunitas seluler dan mukosa kurang. 3. Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan penyakit karena imbalans respons imun.

Indikasi

Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasar¬kan kepada riwayat paparan, risikopenularan, usia lanjut, imunokompromais, pekerjaan, gaya hidup dan rencana bepergian.

- Riwayat paparan : Tetanus toksoid., Rabies - Risiko penularan : Influenza, Hepatitis A, Tifoid, MMR. - Usia lanjut : Pneumokok, Influenza. - Risiko pekerjaan : Hepatitis B, Rabies. - Imunokompromais : Pneumokok, Influenza, Hepatitis B. Hemophilus influenza tipe B. - Rencana bepergian : Yellow fever, Japanese B ence¬phalitis, Tifoid, Hepatitis A. - Jemaah haji : Meningokok ACYW 135., Influenza

Indikasi imunisasi pada daftar ini dibuat lebih luas karena pada imunisasi dewasa belum adaprogram yang dibiayai oleh pemerintah. Karena itu penggunaan indikasi ini perlumempertimbangkan keadaan individu yang akan diimunisasi. Untuk calon haji imunisasimeningokok merupakan suatu keharusan, begitu juga imunisasi Yellow fever untuk bepergianke Afrika Selatan. Imunisasi pada usia lanjut perlu mendapat perhatian karena data-datatentang manfaat imunisasi influenza dan pnemokok pada usia lanjut menunjukkan bahwaimunisasi ini bermanfaat dan cost effective. Selain itu imunisasi pada Heptitis B perlu mendapatperhatian karena tingginya risiko penularan Hepatitis B di kalangan petugas kesehatan.

4 / 15

Page 5: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

 

Manfaat

Manfaat vaksin yang digunakan pada orang dewasa di Indonesia datanya amat terbatas. Datadi negara maju menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Hepatitis B dalam mencegah penyakit80% sampai 95%. Efektivitas ini menurun pada kelompok lanjut usia. Vaksin influenza dapatmenurunkan insidens influenza 70% sampai 90%. Sedangkan efektivitas vaksin pnemokok 60%sampai 64%. Pada kelompok usia di atas 65 tahun efektivitas vaksin ini 44% sampai 61%.Vaksin campak akan menim¬bulkan imunitas yang bertahan lama pada sekitar 95% orang yangdivaksin. Jika vaksinasi diulang maka imunitas akan timbul pada 90% nonresponder. Vaksingondongan akan menurunkan insidens penyakit 75% sampai 95% dan begitu pula rubellaefektivitasnya hampir menyamai campak. Vaksin tetanus jika digunakan secara benar dapatmencegah tetanus 100% dan vaksin difteri 85%.

Cakupan imunisasi dewasa

Meski manfaat imunisasi dewasa nyata namun cakupan imunisasi dewasa di negara majusekalipun masih rendah. Cakupan Hepatitis B berkisar antara 1% sampai 60% (rata-rata 10%).Antibodi terhadap tetanus yang adekuat hanya ditemukan pada 40% orang dewasa.Rendahnya cakupan ini disebabkan oleh kepedulian petugas kesehat¬an yang belum optimal,kurangnya pemahaman mengenai manfaat, pedoman yang beraneka ragam dan rumit, layananyang belum merata dan kurangnya dukungan pembiayaan. Namun demikian denganpemahaman yang baik mengenai manfaat imunisasi dewasa ini, negara berkembang misalnyaKuba mampu menyelenggarakan imunisasi dewasa yang cakupannya cukup tinggi. PAPDIperlu mendorong agar kegiatan imunisasi dewasa yang dimulai oleh profesi dan masyarakatdapat menjadi program pemerintah.

Jadwal imunisasi dewasa

5 / 15

Page 6: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

6 / 15

Page 7: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

Penjelasan

7 / 15

Page 8: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

 Penjelasan rekomendasi jadwal imunisasi dewasa 1. Tetanus dan Diphteria (Td): - Seluruh orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap 3 dosis seri primer dari difteridan toksoid tetanus, dengan 2 dosis diberikan paling tidak dengan jarak 4 minggu dan dosisketiga diberikan 6 hingga 12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernahmendapat imunisasi tetanus dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap10 tahun. - Macam vaksin : Toksoid - Efektivitas : 90 % - Rute Suntikan i.m 2. Measles, Mumps, Rubella: (MMR) - Orang dewasa yang lahir sebelum 1957 dianggap telah mendapat imunitas secaraalamiah. Orang dewasa yang lahir pada tahun 1957 atau sesudahnya perlu mendapat 1 dosisvaksin MMR. Beberapa kelompok orang dewasa yang berisiko terpapar mungkin memerlukan 2dosis yang diberikan tidak kurang dari jarak 4 minggu. Misalnya mereka yang kerja di fasilitaskesehatan dan yang sering melaku¬kan perjalanan. - Macam Vaksin : vaksin hidup - Efektivitas : 90-95% - Rute suntikan : s.c 3. Influenza - Vaksinasi influenza dilakukan setiap tahun bagi orang dewasa dengan usia ³ 50 tahun;penghuni rumah jompo dan penghuni fasilitas-fasilitas lain dalam waktu lama (misalnya biara,asrama dsb); orang muda dengan penyakit jantung, paru kronis, penyakit meta-bolisme(termasuk diabetes), disfungsi ginjal, hemo¬globinopati atau immunosupresi, HIV juga untukanggota rumah tangga, perawat dan petugas-petugas ke¬sehatan di atas. Vaksin ini jugadianjurkan untuk calon jemaah haji karena risiko paparan yang cukup tinggi. Di Amerika Serikatdan Australia imunisasi influenza telah dijadikan program sehingga semua orang yang berumur65 tahun atau lebih mendapat layanan imunisasi infuenza melalui program pemerintah. - Macam vaksin : Vaksin split dan subunit - Efektivitas : 88 – 89%. - Rute Suntikan : i.m. - Catatan : vaksin ini dianjurkan untuk usia ³ 50 tahun untuk individualsedangkan untukprogram, usia ³ 65 tahun. 4. Pneumokok - Vaksin polisakarida pneumokok diberikan , pada orang dewasa usia >65 tahun danmereka yang berusia < 65 tahun dengan penyakit kardiovaskular kronis, penyakit paru kronis,diabetes melitus, alkoholik chirrosis, kebocoran cairan serebospinal, aspleniaanatomik/fungsional, infeksi HIV, leukemia, penyakit limfoma Hodgkins, mieloma berganda,malignansi umum, gagal ginjal kronis, gejala nefrotik, atau mendapat kemoterapiimunosupresif.Vaksinasi ulang secara rutin pada individu imunokompeten yang sebelumnya mendapatVaksinasi Pneumo 23 valensi tidak dianjurkan; tetapi, revaksinasi dianjurkan jika vaksinasisebelumnya sudah > 5 tahun dan juga:' 1. Umur <65 th ketika divaksinasi terdahulu dan sekarang > 65 th 2. Merupakan individu berisiko tinggi terjadinya infeksi pneumokok yang serius (sesuai deskripsi Advisory Comittee on Immunization Practice ,ACIP) 3. Individu yang mempunyai tingkat antibodi yang cepat sekali turun - Macam vaksin : polisakarida - Efektivitas : 90 % - Rute Suntikan : i.m. atau s.c. 5. Hepatitis A - Vaksin Hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 hingga 12 bulan pada individuberisiko terjadi¬nya infeksi virus Hepatitis A, seperti penyaji makanan (food handlers) danmereka yang menginginkan imunitas, populasi yang berisiko tinggi mis: individu yang seringmelakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempunyai prevalensi tinggi HepatitisA, homoseksual, pengguna narkoba, pen¬derita penyakit hati, individu yang bekerja denganhewan primata terinfeksi Hepatitis A atau peneliti virus Hepatitis A, - Macam vaksin : antigen virus inaktif - Efektivitas : 94-100% - Rute :i.m 6. Hepatitis B - Dewasa yang berisiko terinfeksi Hepatitis B: Individu yang terpapar darah atau produkdarah dalam kerjanya, klien dan staff dari institusi pendidikan manusia cacat, pasienhemodialisis, penerima konsentrat faktor VIII atau IX, rumah tangga atau kontak seksualdengan individu yang teridentifikasi positif HBsAg-nya, indi¬vidu yang berencana pergi atautinggal di suatu tempat dimana infeksi Hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat injeksi,homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti ataubaru terkena PMS, fasilitas penampungan korban narkoba, individu etnis kepulauan pasifik atauimigran/pengungsi baru dimana endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan3-dosis dengan jadual 0, 1 dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respons yang baik makatidak perlu dilakukan pemberian imuniasasi penguat (booster). - Macam vaksin : Antigen virus inaktif - Efektivitas : 75-90% - Rute suntikan : i.m 7. Meningokok - Vaksin meningokok polisakarida tetravalen (A/C/Y/W-135) wajib diberikan pada calon haji.Vaksin ini juga dianjurkan untuk individu defisiensi kompo¬nen, pasien asplenia anatomik danfungsional, dan pelancong ke negara di mana terdapat epidemi penyakit meningokok(misaln“Meningitis belt” di sub-Sahara Afrika). Pertimbangkan vaksinasi ulang setelah 3 tahun. - Macam vaksin : Polisakarida inaktif - Efektivitas : 90% - Rute suntikan : s.c. 8. Varisela - Vaksin varisela diberikan pada pada individu yang akan kontak dekat dengan pasien yangberisiko tinggi terjadinya komplikasi (misalnya petugas kesehatan dan keluarga yang kontakdengan individu imuno¬kompromais). Pertimbangkan vaksinasi bagi mereka yang berisikotinggi terpapar virus varisela, seperti mereka yang pekerjaannya berisiko (misalnya guru yangmengajar anak-anak, petugas kesehatan, dan residen serta staf di lingkungan institusi),mahasiswa, penghuni serta staf institusi penyadaran (rehabilitasi) anggota militer, wanita usiasubur yang belum hamil, dan mereka yang sering melakukan perjalanan kerja/ wisata.Vaksinasi terdiri dari 2 dosis yang diberikan dengan jarak 4 – 8 minggu. - Macam vaksin : virus hidup dilemahkan - Efektivitas : 86 % - Rute suntikan : s.c. Selain vaksin di atas juga digunakan vaksin berikut pada orang dewasa.9. Demam Tifoid - Dianjurkan penggunaannya pada pekerja jasa boga, wisatawan yang berkunjung kedaerah endemis. Pemberian vaksin Thypim vi perlu diulang setiap 3 tahun. - Macam vaksin : antigen vi inaktif - Efektivitas : 50-80 % - Rute suntikan : i.m. 10. Yellow fever - Vaksin ini diwajibkan oleh WHO bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Afrika Selatan.Ulangan vaksinasi setiap 10 tahun. - Macam vaksin : virus hidup dilemahkan - Efektivitas : tinggi - Rute suntikan : s.c. 11.Japanese encephalitis - Untuk wisatawan yang akan bepergian ke daerah endemis (Asia) dan tinggal lebihdaripada 30 hari atau akan tinggal lama di sana, terutama jika mereka melakukan aktivitas dipedesaan. - Macam vaksin : virus inaktif - Efektivitas : 91 % - Rute suntikan s.c 12. Rabies - Bukan merupakan imunisasi rutin,dianjurkan pada individu yang berisiko tingggi tertular (dokter hewan dan petugas yang bekerja dengan hewan , pekerja laboratorium ) wisatawanberkunjung kedaerah endemis yang berisiko kontak dengan hewan dan individu yang tergigitbinatang tersangka rabies. - Macam vaksin : Virus yang dilemahkan - Juga tersedia serum (Rabies Immune Globulin). - Efektivitas : vaksin 100 % - Rute penyuntikan : IM , SC. Vaksin kombinasi

Untuk meningkatkan cakupan dan mengurangi biaya dapat digunakan vaksin kombinasi. Vaksinkombinasi mempunyai imunogenisitas yang sama dengan vaksin tunggal. Sejumlah vaksinkombinasi telah dibuktikan bermanfaat dan aman diantaranya : difteri, tetanus, MMR (Measle,mumps dan rubella).

Penggantian merek vaksin

Dianjurkan untuk menggunakan vaksin yang sama pada ulangan imunisasi. Vaksin yangdiproduksi oleh perusahaan farmasi yang berbeda dalam komponen dan respons imunnya.Namun terdapat vaksin yang dapat digunakan merek yang lain sesuai dengan lisensipengunaannya yaitu: difteri dan tetanus toksoid, vaksin polio hidup dan inaktif, Hepatitis A,Hepatitis B dan rabies.

Penggunaan simultan

8 / 15

Page 9: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

Pada umumnya vaksin dapat digunakan secara simultan. Namun pemberian vaksin polio oraltak boleh bersamaan dengan kolera dan yellow fever. Begitu pula vaksin kolera dan yellowfever diberikan dengan jarak 3 minggu.

Pemberian vaksin dan imunoglobulin

Pemberian imunoglobulin bersamaan dengan vaksin inaktif atau toksoid tidak mempengaruhirespons imun. Namun pemberian imunoglobulin bersamaan (dalam waktu 14 hari) denganvaksin virus hidup tertentu seperti campak, gondongan dan varisela harus disertai pemeriksaanserokonversi untuk meyakini bahwa respons imun terhadap vaksin tersebut tetap baik.

Pemberian vaksin pada penggunaan obat kemoterapi dan steroid

Setelah pemberian obat kemoterapi pemberian vaksin virus hidup ditunda 3 bulan atau sampaistatus imun pulih kembali. Sedangkan penderita yang menggunakan obat steroid sistemik dosistinggi (lebih 2 mg/kg BB) selama 2 minggu atau lebih baru diberikan vaksin virus hidup setelahsebulan menghentikan steroid.

 

Cara penyuntikan - Intramuskular (im): diberikan pada orang dewasa di daerah deltoid menggunakan jarum A22-25. - Subkutan (s.c) : diberikan pada daerah anterolateral paha atau lengan dengan jarumA22-25 yang panjangnya 5/8 atau ¾ inci. - Intradermal (i.d) : diberikan pada bagian volar lengan. Karena jumlah antigen yangdisuntikkan sedikit tehnik penyuntikan harus benar dan setelah penyuntikan terbentuk benjolan.

Kontraindikasi 1. Kontraindikasi absolut: anafilaksis terhadap komponen yang terdapat dalam vaksin.

9 / 15

Page 10: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

- Untuk vaksin pertusis ensefalopati yang timbul dalam 7 hari setelah penyuntikan yang tak dapat ditetapkan sebabnya dianggap sebagai kontraindikasi absolut. - Pemberian vaksin dT untuk melengkapi seri imunisasi perlu dipertimbangkan kecuali memang terjadi anafilak¬sis nyata terhadap DTP.

- Kontraindikasi sementara: perempuan yang men¬dapat vaksinansi MMR harusmenghindari kehamilan dalam waktu sedikitnya 3 bulan dan sedangkan untuk vaksin varisela 1bulan. Imunisasi virus hidup yang secara tidak sengaja diberikan pada perempuan hamil tidakmenjadi alasan untuk terminasi kehamilan karena tidak ada data mengenai hubungan imunisasivaksin hidup dengan kelainan janin. Ibu yang sedang menyusui diperbolehkan mendapat vaksinhidup.

Efek samping

1. LokalReaksi lokal berupa bengkak, nyeri pada tempat suntikan. Reaksi akan hilang dalam 48 jamdan biasanya sering terjadi pada suntikan intradermal.Pada umumnya pemberian vaksin dapatdilanjutkan.

2. SistemikReaksi sistemik dapat berupa demam, rasa lemah, nyeri otot dan nyeri kepala. Reaksi ini akanmeng¬hilang dalam 48 jam. Reaksi alergi (melalui IgE) dapat terjadi namun jarang. Reaksi iniberupa urtikaria, angioudema, anafilaksis setelah suntikan. Juga dapat terjadi reaksi imunkompleks meski jarang.Cara mengatasi reaksi sistemik sesuai dengan cara pengatasan reaksialergi pada umumnya.

 

Vaksin tertentu dapat menimbulkan kejadian ikutan meski jarang :

* Polio oral dapat menimbulkan poliomielitis para¬litik. * MMR dapat menimbulkan trombositopenia.

Kejadian ikutan pasca imunisasi perlu dilaporkan ke Panitia Kejadian Ikutan Pasca Imuniasi.

10 / 15

Page 11: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

 

Perkembangan Imunisasi dewasa di Indonesia tahun 2003 – 2008

Perhatian Khusus.

1. 1. Vaksin HPV

Kanker leher rahim merupakan kanker nomor 2 yang paling sering menyerang wanita di seluruhdunia. Lebih dari 95 % dari kanker leher rahim disebabkan oleh virus yang dikenal denganHuman Papiloma Virusgenital warts). Vaksin diberikan 3 dosis dalam 6 bulan. (HPV). HPVmerupakan sejenis virus yang menyerang manusia. Terdapat lebih dari 120 tipe HPV dan 2 tipediantaranya yaitu tipe 16 dan 18, tipe tersebut merupakan tipe terbanyak yang menyebabkankanker leher rahim. Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28tahun). Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditentukannya sel-selabnormal bawah leher rahim yang dapat ditemukan melalui papsmear. HPV dapat menginfeksisemua orang karena HPV dapat menyebar melalui hubungan seksual. Wanita yang mulaiberhubungan seksual pada usia di bawah 20 tahun serta sering berganti pasangan seksualberisiko tinggi untuk terkena HPV. Saat ini kanker leher rahim dapat dicegah dengan pemberianvaksin HPV yang dapat membantu memberikan perlindungan terhadap beberapa tipe HPVyang dapat menyebabkan masalah dan komplikasi kanker leher rahim dan penyakit kutilkelamin (

1. 2. Vaksinasi pada tenaga kesehatan

Terdapat beberapa vaksin yang direkomendasikan untuk tenaga kesehatan, yaitu:

Vaksinasi influenzaVaksin ini direkomendasikan kepada setiap tenaga kesehatan yang berhubungan denganpasien dengan tujuan mengurangi angka kesakitan dan mencegah penularan kepada pasien.

Vaksin Hepatitis ATidak semua tenaga kesehatan direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin ini kecuali padamereka yang bekerja di laboratorium dengan virus hepatitis A. Pegawai yang bertugasmenangani makanan pasien (koki, pelayan, pengantar makanan, bagian dapur, dll)dipertimbangkan untuk divaksinasi.

Vaksin Hepatitis BVaksin ini direkomendasikan untuk tenaga kesehatan yang berhubungan/terpapar terhadapdarah atau cairan tubuh pasien (dokter, pegawai laboratorium, perawat, dll).

Vaksin VariselaVaksin ini direkomendasikan kepada setiap orang dewasa yang tidak memiliki bukti imunitasterhadap vaksin ini. Bukti imunitas adalah: 1) bukti tertulis pernah mendapatkan vaksin inisebanyak 2 dosis; 2) riwayat terkena varisela yang dikonfirmasi oleh dokter; 3) riwayat varisela

11 / 15

Page 12: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

zoster yang diverifikasi oleh dokter 4) bukti laboratorium akan adanya imunitas atau pernahterkena.

Vaksin MMRVaksin ini juga direkomendasikan kepada setiap tenaga kesehatan kecuali memiliki buktiimunitas. Bukti imunitas diantaranya: 1) lahir sebelum tahun 1957; 2) pernah mendapatkan 1dosis MMR terdokumentasi; 3) riwayat terkena campak, gondongan yang diverifikasi olehdokter; 4) bukti laboratorium.

Berhubungan dengan faktor biaya, maka diantara berbagai vaksin tersebut yang diutamakanadalah vaksin Hepatitis B. Namun jika ada kemudahan, petugas kesehatan diharapkan jugadapat menjalani imunisasi dengan vaksin yang lain.

1. 3. Vaksinasi pada usia lanjut

Imunisasi yang dianjurkan pada usia lanjut adalah imunisasi influenza dan pnumokok. Imunisasiinfluenza dianjurkan pada kelompok umur di atas 50 tahun. Imuniasi influenza telah menjadiprogram di berbagai negara dan pada umumnya imunisasi ini diberikan sebagai program padakelompok umur di atas 65 tahun. Imunisasi influenza diberikan setiap tahun. Namun, disadaribahwa pemberian imuniasi pada usia di atas 65 tahun sebenarnya terlambat karena banyakorang dengan usia yang lebih muda sebenarnya akan mendapat manfaat perlindungan vaksinini. Karena itu untuk imunisasi yang dibiayai sendiri oleh masyarakat imunisasi influenzadianjurkan dimulai. Sejak umur 50 tahun. Sedangkan bagi pasien yang berpenyakit kronikpemberian vaksin ini dianjurkan meski usia di bawah 50 tahun (lihat indikasi imunisasiinfluenza)

Selain influenza juga direkomendasikan imunisasi penumokok. Vaksin ini cukup diberikan 5tahun sekali.

1. 4. Vaksin Herpes Zooster

Di luar negeri telah tersedia vaksin Herpes Zoster. Vaksin ini masih dalam tahap registrasi diIndonesia sampai naskah buku ini dibuat. Vaksin ini bermanfaat untuk mencegah penularanHerpes Zoster. Untuk penderita usia lanjut vaksin ini juga bermanfaat untuk mengurangi nyeripasca infeksi herpes Zoster. Karena itu imunisasi Herpes Zoster diutamakan untuk kelompokusia lanjut.

Jadwal Imunisasi Dewasa menurut CDC Amerika tahun 2013

12 / 15

Page 13: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

Keterangan: 1. Direkomendasikan untuk setiap orang yang memenuhi kriteria usia dan tidak terdapatbukti imunitas (tidak tercatat/terdokumentasi atau tidak pernah mendapatkan infeksisebelumnya) 2. Direkomendasikan jika faktor risiko lain ditemukan (yang berkaitan dengan risiko medis,pekerjaan, gaya hidup, atau indikasi lain) 3. Beberapa perubahan yang terlihat dibandingkan rekomendasi oleh PAPDI tahun 2003adalah: - Perbedaan pembagian kelompok usia, di mana pada jadwal tahun 2008 hanyadikelompokkan menjadi 3 grup. - Penambahan jadwal vaksin untuk Human Papilloma Virus (HPV). Manfaat imunisasi HPVnyata pada pasien yang belum pernah melakukan hubungan seksual dan dalam kelompokumur pada usia dibawah 26 tahun. Namun imunisasi HPV masih bermanfaat pada kelompokumur 27 sampai 55 tahun (meski manfaatnya tidak sebesar mereka yang belum melakukanhubungan seksual atau usia < 26 tahun) - Penambahan jadwal vaksinasi Zoster yang diutamakan pada kelompok usia lanjut.   Lampiran 1 Daftar penyusun konsensus imunisasi dewasa PAPDI 1. DR.Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, (Ketua) 2. Dr.Iris Rengganis,SpPD-KAI, (Cabang Jakarta) 3. Dr.Primal Sudjana,SpPD-KPTI,(Cabang Bandung) 4. Dr.Soebagjo Loehoeri,SpPD-KPTI (Cabang Yogyakarta) 5. Prof.DR. Dr.Guntur Hermawan,SpPD-KPTI (Cabang Surakarta) 6. Dr.Suhardjono,SpPD-KKV,(Cabang Semarang) 7. DR.Dr.Suharto,MSc DTMH,SpPD-KPTI, (Cabang Surabaya) 1. Dr.Gatot Ismanoe,SpPD-KPTI, (Cabang Malang) 2. Dr.Syaiful Biran,SpPD-KPTI (Cabang Denpasar) 3. Dr.Akmal Sjahroni,SpPD-KPTI (Cabang Sumsel) 4. Prof.Dr.Nazirwan Acang,SpPD,DTMH,KHOM (Cabang Sumatera Barat) 1. Dr. Zulhaelmi,SpPD (Cabang Sumatera Utara) 2. Dr.Heru Kurniawan,SpPD,(Cabang Riau) 3. Dr.Syamsu,SpPD, (Cabang Makassar) 4. Dr.P.N.Hariyanto,SpPD-KPTI (Cabang Manado) 5. Dr.B.A.Marbun,SpPD,(Cabang Kalimantan Barat) 6. Dr.Lukman H.Soenarya,SpPD ,(Cabang Kaltim) 7. Dr.Achmad Soefjani,SpPD (Cabang Kalsel) 8. Dr. H.Nurdin Atjo, SpPD (Cabang Palu) 9. Dr.Arief Fadillah,SpPD,(Cabang NAD Aceh) Daftar Narasumber 1. Prof.Dr. Y. Kisyanto, PhD,SpPD-KKV,SpJP (PKWI) 2. Dr. Heru Sundaru, SpPD-KAI (PERALMUNI) 3. Prof. Dr. RHH. Nelwan, SpPD-KPTI (PETRI) 4. Dr. Unggul Budihusodo, SpPD-KGEH (PPHI) 5. Dr. Aziz Rani, SpPD,KGEH (PGI) 6. Dr. Zulkifli Amin, SpPD-KP (PERPARI) 7. Dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD-KGer (PERGEMI) Lampiran 2.Konsensus bersama PB. PAPDI dan Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (PKWI)mengenai imunisasi pada Orang yang Bepergian (travelers)Yellow fever - 0,5 ml s.c. 10 hari sebelum berangkat - Vaksin Virus hidup Hepatitis A - 1 ml im. 2 kali pemberian dg jarak 6/12 bln, lengkap 2-4 minggu sblm berangkat - Tidak diberikan untuk anak < 2 th dan dosis anak 0,5 ml im didaerah deltoid Tifoid - Tiphym Vi 0,5 ml i.m. daerah deltoid 2 minggu sebelum berangkat - Ulangan 3 tahun Meningokok - 0,5 ml s.c. 1-2 minggu sebelum berangkat - Ulangan 3 tahun Janapanese Ensepalitis - 1 ml s.c. pada hari 0, 7 dan 30 hendaknya lengkap 10 hari sebelum berangkat   Lampiran 3 Daftar Penyusun dan nara sumber Konsensus Imunisasi HPV 2008 1. Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI (ketua) 2. Prof. Dr. Dinajani S Mahdi, SpPD-KAI (Cabang Jakarta) 3. Prof. Dr.Nazirwan Acang,SpPD,DTMH,KHOM 4. Dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI (Cabang Jakarta) 5. Prof DR. Dr. Syamsu, SpPD (Cabang Makassar) 6. DR.Dr.Suharto,MSc DTMH,SpPD-KPTI (Cabang Surabaya) 7. Dr. Niniek Burhan, SpPD-KPTI (Cabang Malang) 8. Dr. PN Harijanto, SpPD-KPTI (Cabang Manado) 9. DR. Dr. Suhendro, SpPD-KPTI (Cabang Jakarta) 10. Dr. Widayat Djoko, SpPD-KPTI (Cabang Jakarta) 11. Dr. Primal Sudjana, SpPD-KPTI (Cabang Bandung) 12. Dr. Marulam Bonar, SpPD-KGH (Cabang Jakarta) 13. Dr. Rino A Gani, SpPD-KGEH (Cabang Jakarta) 14. Dr. Anna Ujainah, SpPD-KP, MARS (Cabang Jakarta) 15. Dr. Ravainal, SpPD (Cabang Padang) 16. Dr. Gatot Ismanoe,SpPD-KPTI, (Cabang Malang) 17. Dr. Tuti Parwati, SpPD (Cabang Bali) 18. Dr. Sumardi, SpPD (Cabang Yogyakarta) 19. Dr. BA Marbun, SpPD (Cabang Kalimantan Barat) 20. Dr. A Guntur, SpPD (Cabang Solo) 21. Dr. Zulhelmi B, SpPD (Cabang Medan) 22. Dr. Lukman Hatta S, SpPD (Cabang Kaltim) 23. Dr. Sukamto Koesnoe, SpPD (Cabang Jakarta) 24. Dr. Alex J Barus, SpPD (Cabang Pekanbaru) 25. Dr. Erwanto, SpPD (Cabang Bogor) 26. Dr. Akmal Syarmi, SpPD (Cabang Palembang) 27. Dr. Ika PW, SpPD (Cabang Jakarta) 28. Dr. Edy Rizal, SpPD (Cabang Jakarta) 29. Dr. M Rudiansyah, SpPD (Cabang Banjarmasin) Narasumber 1. Prof. Dr. Nugroho Kampono, SpOG (K) 2. Prof. Dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK (K) 3. DR. Dr. Fera Ibrahim, SpMK Kepustakaan 1. Bart KJ, Foulds J, Partriarca P. Global eradication of poliomyelitis: benefit-cost analysis.Bulletin of the World Health Organization, 1996;74:35-45 2. Gardner P, Schaffner W. Immunization of adults. In : Desforges JF, editor. Currentconcepts. N Engl J Med 1993;29:1252-8. 3. Update on adult immunization: recommendations of the immunization Practices AdvisoryCommittee (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep 1991;40(RR-12) 4. Good M, Britton W, Frazer I, Cooper D. Challenges for vaccination (Symposium). XVIIInternational Congress of Allergology and Clinical Immunology. Sydney Australia, 15-20Oktober 2000 5. American College of Physicians Task Force on Adult Immunization, Infectious DiseasesSociety of America. Guide for adult immunization. 2nd ed. Philadelphia: American College ofPhysicians,1990 6. Williams WW, Hickson MA, Kane MA, Kendal AP, Spika JS, Hinman AR. Immunizationpolicies and vaccine coverage among adults: the risk for missed opportunities. Ann Intern Med1988;108:616-25 7. Barker W, Raubertas R, Menegus M, O’brien D, Freundlich C, Betts R. Case control studyof influenza vaccine effectiveness in preventing pneumonia hospitalization among olderoersons, Monroe Country, New York 1989-1992. In: Elsevier Publishers B.V. Options for the

13 / 15

Page 14: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

control of influenza II. C. Hannoun et al. eds. 1992:143-51 8. Schoenbaum Sc. Economic impact of influenza. Am J Med 1987;82:26-30 9. Prevention and control of influenza: recommendations of the immunization PracticesAdvisory Committee (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep 1992;41(RR-9) 10. Odelin MF, Pozetto B, Aymard M, Defayolle M, Jolly-million J. Role of influenzavaccination in the elderly during an epidemic of A/H1N1 virus in 1988-89: clinical and serologicaldata. Gerontology 1993;39:109-16 11. Edelman R, Levine MM. Summary of an international work¬shop on typhoid fever. RevInfect Dis 1986;8(3):329-49 12. Ryan CA, Hargrett-Bean NT, Blake PA. Salmonella typhi infections in the United States,1975-1984; increasing role of foreign travel. Rev Infect Dis 1989;11(1):1-8 13. Acharya IL, Lowe CU. Thapa R et al. Prevention of typhoid fever in Nepal with the Vicapsular polysaccharide of Salmonella typhi. N Engl J Med 1987;317(18):1101-4 14. Johnson AG. High-Yield Immunology. A Wolters Kluwer Company. Philadelphia1999;13:64-8 15. Singleton JA, Greby SM, Wooten KG, Walker FJ, Strikas R. Influenza, pneumococcal,and tetanus toxoid vaccination og adults-United States, 1993-1997. MMWR2000;49(SS09);39-62 16. CDC. Implementation of the Medicare influenza vaccination benefit. MMWR1994;43:771-3 17. CDC. National Adult Immunization Awareness Week. MMWR 1989;38:708-10 18. CDC. Adult Immunization: knowledge, attitudes, and practices. DeKalb and Fultoncountries, Georgia, 1988. MMWR 1988;37:657-61 19. CDC. Vaccine-preventable diseases: improving vaccination coverage in children,adolescents, and adults: a report on recommendations of the Task Force on CommunityPreventive Services. MMWR 1999;48(No.RR-8) 20. Noe CA, Markson LJ. Pneumococcal vaccination: preceptions of primary carephysicians. Prev Med 1998;27:767-72 21. Metersky ML, Mennone JZ, Fine JM. Factors inhibiting use of the pneumococcalpolysaccharide vaccine: a survey of Connecticut physicians. Conn Med 1998;62:649-54 22. Nichol KL, MacDonald R, Hauge M. Factors associated with influenza andpneumococcal vaccination behavior among high-risk adults. J Gen Intern Med 1996;11:673-7 23. Centers for Disease Control and Prevention. Recommended Adult ImmunizationSchedule [online]. October 2007 [cited 2008 Sept 20]; Available from:URL:http://www.cdc.gov/vaccines/recs/schedules/adult-schedule.htm 24. HPV. Prevention of Cervical Cancer : Chalenges and Perspectives of HPV ProphylacticVaccines. Dalam : Joseph Monsonegoro. Emerging Issues on HPV Infections. From Science toPractice. pp. 184-205. Monsonigo J (ed). Editor Joseph Monsonego. Karger. 2006. France.

Perhimpunan Spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) berusaha untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat diantaranya dengan cara pencegahan penyakitmelalui vaksinasi. Untuk itu PB PAPDI telah membentuk Satgas Imunisasi Dewasa. Satgas inibertujuan meningkatkan upaya pencegahan melalui vaksinasi. Pada tahun 2007 di Indonesia

14 / 15

Page 15: konsensus-imunisasi-dewasa

Konsensus Imunisasi Dewasa

Ditulis oleh dr.M.Adi FirmansyahSabtu, 13 Juli 2013 21:04 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 27 Juli 2013 21:37

telah tersedia vaksin HPV kuadrivalen dan pada tahun 2008 vaksin HPV bivalen.

Vaksin HPV dapat mencegah kejadian kanker serviks, kondiloma akuminata serta penyakit lainyang disebabkan oleh infeksi HPV. Penelitian di berbagai negara telah menunjukkan bahwavaksin HPV mempunyai efektivitas yang tinggi dalam mencegah infeksi HPV sehingga akanmempengaruhi kejadian kanker serviks, kondiloma akuminata serta penyakit lain akibat infeksiHPV. Baik kanker serviks maupun kondiloma akuminata merupakan penyakit yangkekerapannnya tinggi, pengobatannya sulit dan mahal sehingga merupakan masalahkesehatan masyarakat.

Dengan tersedianya vaksin HPV di Indonesia maka PAPDI terpanggil untuk memanfaatkanvaksin ini untuk mencegah infeksi HPV. Dalam pemanfaatan tersebut perlu kejelasan mengenaiindikasi, kontra indikasi serta efek samping vaksin ini. Untuk itu perlu disusun konsensus PAPDImengenai vaksin HPV.

 

15 / 15