Konseling Di Rumah Sakit

23
KONSELING POPULASI KHUSUS Tentang: KONSELING DI RUMAH SAKIT Kelompok VII Oleh : Elpina Sari Febby Pratama Istiqamah Miftahur Rahmi Nico Triadi Dosen pengampu mata kuliah: Irman S.Ag., M.pd PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR

description

konseling populasi khusus

Transcript of Konseling Di Rumah Sakit

Page 1: Konseling Di Rumah Sakit

KONSELING POPULASI KHUSUS

Tentang:

KONSELING DI RUMAH SAKIT

Kelompok VII

Oleh :

Elpina Sari

Febby Pratama

Istiqamah

Miftahur Rahmi

Nico Triadi

Dosen pengampu mata kuliah:

Irman S.Ag., M.pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BATUSANGKAR

2013

Page 2: Konseling Di Rumah Sakit

KONSELING DI RUMAH SAKIT

A. Pendahuluan

layanan bimbingan dan konseling bukan hal baru, karena bimbingan konseling

tidak hanya berada di insitusi pendidikan saja namun juga diberbagai institusi seperti

halnya rumah sakit, pengadilan agama, dan lembaga-lembaga lainnya. Bimbingan dan

konseling di rumah sakit rasanya menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Hal

tersebut dikarenakan pasien di rumah sakit terutama pasien rawat inap bukan hanya

menderita berbagai penyakit fisik akan tetapi mereka juga mengalami berbagai tekanan

dan gangguan mental yang ringan sampai berat akibat penyakit yang dideritanya.

Gangguan tersebut misalnya ketakutan, kecemasan, keputusasaan, dan berbagai

bentuk gangguan-gangguan lain yang sekiranya kondisi tersebut memerlukan

pendampingan, layanan, dan bimbingan-bimbingan. Dalam makalah ini, pemakalah

mencoba menguraikan bagimana bentuk konseling dirumah sakit dengan membatasi

penjelasan berkenaan dengan hakikat penyakit dalam pandangan psikologi, kondisi

psikologis di rumah sakit, pola konseling yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit,

dan model-model konseling untuk pasien di rumah sakit.

B. Konseling di rumah sakit

1. Hakikat Penyakit Dalam Pandangan Psikologi

Sejak lama para ahli psikologi menduga bahwa di dalam jiwa manusia itu

terdapat perasaan, kemauan, dan akal pikiran. Heymans mengistilahkan dengan

emosionalitas, aktifitas dan fungsi sekunder. Emosionalitas bersumber dari hati,

sedangkan aktifitas bersumber dari hawa nafsu keduanya merupakan inti jiwa.

Adapun akal merupakan kulit jiwa dan disebut fungsi sekunder. Muatan kekuatan

ketiga macam potensi kejiwaan ini tidak sama. Dalam kehidupan modern ini sering

muncul tingkah laku yang tidak wajar, seperti tindakan kriminal, manipulasi,

korupsi, kejahatan seksual dan perbuatan penyimpangan sosial lainnya diakibatkan

oleh persaingan hidup yang sedemikian ketat. Hal ini menimbulkan banyak

kegelisahan, keresahan, ketakutan, dan ketegangan batin pada manusia. Akibatnya,

tidak sedikit orang yang menderita ketegangan syaraf dan mengalami stres yang

meledak menjadi penyakit mental. Jadi ketegangan serta ketakutan yang dialami

manusia menjadi persemaian yang subur sekali bagi timbulnya bermacam-macam

penyakit mental.

Page 3: Konseling Di Rumah Sakit

Apabila jiwa terguncang, pikiran menjadi tidak setabil, akibatnya

mempengaruhi fisik manusia dan dapat menimbulkan penyakit yang disebut

psikosomatik. Penderita psikosomatik bukan hanya membutuhkan terapi medis atau

terapi fisik semata, tetapi juga membutuhkan terapi sufistik dengan salah satu

metodenya, yaitu tobat. Uraian ini bertolak dari pemikiran bahwa sumber penyakit

psikosomatik dapat disebabkan oleh konflik-konflik psikis atau dapat juga

disebabkan oleh gangguan yang sifatnya organis. Beberapa pendapat ahli tentang

defenisi penyakit:

a. Kathleen Meehan Arias; Penyakit adalah suatu kesakitan yang biasanya

memiliki sedikitnya dua sifat dari kriteria ini: agen atiologik telah diketahui,

kelompok tanda serta gejala yang dapat diidentifikasi, atau perubahan anatomi

yang konsisten.

b. DR. Beate Jacob; Penyakit adalah suatu penyimpangan dari keadaan tubuh

yang normal atau ketidakharmonisan jiwa.

c. Wahyudin Rajab, M. Epid; Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan

rasa sakit bersifat subjektif.

d. DR. Eko Dudiarto; Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu

organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan

sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh.

e. Thomas Timmreck; Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan

terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak

normal.

f. Azizan Haji Baharuddin; Penyakit ialah keadaan yang diakibatkan oleh

kerusakan keseimbangan fungsi tubuh dan bagian badan.

2. Kondisi Psikologis Pasien Di Rumah Sakit

Problematika yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang

dialaminya, misalnya ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh kembali

sangat kecil atau ketika pasien akan menjalani pengobatan/penyembuhan dengan

jalan operasi atau bedah akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologisnya

seperti:

a. Shock

b. Kecemasan dan ketakutan

c. Penolakan

Page 4: Konseling Di Rumah Sakit

d. Keputusasaan

e. Kejenuhan dan kebosanan menjalani perawatan

f. Stress dll.

secara umum pasien di rumah sakit mengalami penyakit fisik yaitu menurut

pemeriksaan medis adanya gangguan atau kelainan pada organ fisik (faal) seperti

jantung, lambung, hati dan lain sebagainya. Dimana keadaan ini berpengaruh

sigifikan terhadap perubahan hidup yang harus dijalani. Selain menderita sakit

fisik, pasien menghadapi berbagai masalah seperti :  

1. Penyesuaian Diri

Mungkin hanya sedikit orang yang merasa tidak mengalami kesulitan untuk

melakukan penyesuaian diri ketika harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Tapi bagi sebagian pasien menjalani rawat inap merupakan satu bentuk

perubahan hidup yang membutuhkan penyesuaian diri yang tidak mudah.

Apalagi kata ”rumah sakit” tidak bisa dilepaskan dengan berbagai label yang

berkaitan dengan sesuatu yang mengerikan dan menakutkan. Seperti adanya

pertanyaan besar dalam diri pasien tentang apakah penyakitnya sedemikian

parah sehingga mebutuhkan perawatan disana, adanya ketakutan dengan

tindakan operasi/pembedahan, pasien yang dirawat di rumah sakit biasanya

adalah mereka yang sakit keras dan berujung pada kematian, dan rumah sakit

dipenuhi dengan roh atau syaitan karena banyak orang meninggal disana.

Berbagai kondisi yang digambarkan tersebut, menambah beban pasien untuk

mampu menyesuaikan diri selama menjalani perawatan di rumah sakit, belum

lagi pasien harus membiasakan diri mengikuti aturan-aturan mulai minum obat,

istirahat, pola makan dan melepaskan diri untuk sementara waktu dengan

kebiasaan hidup sehari-hari seperti berkumpul dengan keluarga, bekerja dan

aktivitas sosial lainnya.1

2. Rasa Takut dan Khawatir

Perasaan ini merupakan perasaan yang kerap kali mengiringi manusia hidup, tak

terkecuali para pasien di rumah sakit. Pasien umumnya mengalami rasa takut

dan khawatir disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pertama, ketakutan

terhadap berbagai tindakan medis (operasi, CD Scan dll). Kedua, ketakutan

1 Andrew, Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany, Penerapan Psikologi dalam Keperawatan, (Yogyakarta : Andi, 1996), h. 351

Page 5: Konseling Di Rumah Sakit

akan kematian. Hal ini umumnya dialami mereka menderita jenis penyakit

kronis.2 Ketiga, rasa takut dan khawatir karena meninggalkan keluarga. Rasa

takut dan khawatir bersumber dari dirinya sendiri karena yang menjadi tulang

punggung keluarga (mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarga), seorang ibu yang mengkhawatirkan tentang masalah pengurusan

anak-anaknya, sampai pada ketakutan dan kekhawatiran memikirkan keluarga

jika harus ditinggalkan untuk selama-lamanya.

3. Penerimaan Diri Terhadap Penyakit

Pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit terkadang belum mengetahui

secara pasti penyakit yang derita. Biasanya dokter menyarankan perawatan

karena dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut agar diketahui secara pasti apa

sebenarnya penyakit yang bersarang ditubuhnya. Siklus ini merupakan salah

satu dinamika yang harus dilewati pasien sebelum adanya diagnosa jelas dari

dokter. Tahap berikutnya pasien dihadapkan pada kondisi baru tentang kejelasan

penyakitnya. Jika ternyata pasien divonis menderita penyakit yang berbahaya,

maka pasien diharapkan memiliki penerimaan yang tinggi terhadap

penyakitnya. Hal ini tentunya tidak mudah, dan hampir sangat jarang ditemui

pasien yang dengan mudahnya menerima penyakit yang divoniskan pada

dirinya. Umumnya pasien akan mengalami stres, putus asa, gelisah bahkan

depresi sebelum pada akhirnya mereka dapat menerima keadaan dirinya saat ini.

4. Stres dan Depresi

Salah satu stressor psikososial yang dapat menyebabkan depresi adalah

penyakit fisik, cedera, kecelakaan, operasi/pembedahan, dan sebagainya. Dalam

hal ini,penyakit yang sering menimbulakn depresi dan kecemasan, adalah

penyakit kronis, jantung, dan kanker. Menurut Sartorius (1974) menjelaskan

angka depresi penduduk dunia akan semakin bertambah diantaranya disebabkan

oleh meningktanya jumlah penderita penyakit kronis. Depresi yang sering kali

dialami sebagian besar pasien memiliki penyakit kronis berawal dari perubahan

psikis yang agak serius setelah mengetahui hasil pemeriksaan medis. Perubahan

psikis ini dipicu pula oleh pengujian medis yang harus dihadapi secara

berulang-ulang, treatment yang harus dijalani dan menunggu hasil pengobatan

penyakitnya dalam ketidakpastian. Kondisi seperti ini cenderung membuat

2 ibid 351

Page 6: Konseling Di Rumah Sakit

pasien mengalami kegelisahan yang tinggi, kecemasan setiap saat, dan

ketidakmampuan menghadapi kenyataan hidup akibat penyakit yang diderita. 3

3. Pola konseling yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit

a. Konsep Dasar Konseling Di Rumah Sakit

Banyak para ahli yang mengistilahkan bimbingan rohani dengan konseling,

kedua istilah tersebut memang terlihat sama tapi sebenarnya memiliki arti yang

berbeda. Menurut darminta bimbingan rohani dan konseling kelihatannya

sama, keduanya terjadi dengan adanya dua orang yang saling berbicara dan

mewawancara pada waktu tertentu, kedua-duanya berkisar pada masalah hidup

dan mencari bagaimana mengubah sikap untuk mencari pemecahan

masalahnya. Kedua-duanya menghargai pekembangan dan proses, mungkin

juga adanya perubahan. Namun pada dasarnya perubahan itu adalah

pengalaman hidup dalam hubungannya dengan Allah dengan kata lain hidup

religius yang lebih diperhatikan oleh bimbingan rohani. Sedangkan dalam

konseling, banyak membicarakan tentang kehidupan pribadi, hasil-hasil yang

sudah dicapai, ketakutan-ketakutan, harapan-harapan, dan ambisi pribadi.

Pembicaraan hal tersebut dalam bimbingan rohani hanya sejauh membantu

orang untuk membuka diri kepada hubungan yang bersifat personal dengan

Allah.

Rohaniawan dalam bimbingan rohani adalah orang yang mementingkan

kehidupan kerohanian dari pada yang lain atu orang yang ahli di hal

kerohanian. Sedangkan rohaniawan Islam adalah orang yang mementingkan

kerohanian yang memberikan bantuantrhadap individu agar mampu hidup

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berdasrkan Al-Quran dan Hadis.

Pasien yang dirawa inap di rumah sakit memiliki berbagai macam perasaan.

Ada yang sabar, ada yang tabah, ada yang merasa takut, bingung, kesepian,

putus asa dan perasaan lainnya. Dalam kondisi yang demikian maka

diperlukanlah layanan bimbingan dan rohani untuk memberikan dorongan

moral dan spiritual bagi pasien. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah

dengan terapi bimbingan penyuluhan Islam.

Bimbingan penyuluhan islam yang diberikan tersebut sangat diperlukan dalam

upaya memebrikan nasihat untuk mengikuti petunjuk agama Islam yakni agar

manusia selalu mengingat Allah dan sabar dalam menghadapi cobaan.

3 Agus, Taufiq, Konseling Kelompok bagi Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung: Rizky Press, 2005), h. 335

Page 7: Konseling Di Rumah Sakit

Sasaran dari konseling itu bukan pada penyakit fisik melainkan pada problema

psikologis dan berbagai disabilitas pasien dibalik penyakit yang nampak untuk

mengetahui bagaimana pemahaman dan pemaknaan pasien terhadap

penyakitnya. Robert Bor et.al mendefenisikan konseing rumah sakit adalah

proses interaksi dalam situasi terapeutik dengan fokus utama percakapan

tentang hubungan, kepercayaan, prilaku (perasaan)melalui masalah yang

dirasakan pasien, kemudian masalah tersebut ditafsir ulang dan dipahami

kembalai dengan cara yang baru bagi pasien.

Dileep Kumar berpendapat bahwa konseling rumah sakit adalah interaksi

antara konselor, pasien, dan keluarga pasien dimana konselor mengambil sikap

tertentu dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan, keterangan untuk

memperkenalkan pasien dalam proses menuju pemahaman diri yang mengarah

pada tindakan sehingga terjadi perubahan prilaku pasien untuk memecahkan

masalahnya. Tujuan utama konseling di rumah sakit:

1) Terjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada diri pasien terhadap

sakit yang dihadapinya.

2) Membaantu pasien menemukan berbagai makna dari sakit dan proses

peawatan yang dijalani.

3) Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan yang

sangat membantu dalam proses penyembuhan.

4) Salah satu sumberrujukan untuk menemukan sistem kepercayaan dan

keyakinan dari sisi spiritualitas dan keagamaan yang dianut pasien.

Tugas konselor dengan tim

1) Memetakan proses, berbagai tahapan perawatan dan terapi yang akan

dijalani pasien bersama tim.

2) Menjajagi proses penyampaian hasil diagnosa dengan berbagai

kemungkinan mengenai penyakit, pengaruhnya terhadap pasien, keluarga,

dan pihak-pihak terkait.

3) Menjaga lalulintas komunikasi dan mekanisme kolaborasi selama proses

perawatan berlangsung.

Tugas konselor dengan pasien

1) Menjalin komunikasi dengan pasien dengan suasana terapeutik.

2) Memulai konseling dari sejarah dan pengalaman pasien

Page 8: Konseling Di Rumah Sakit

3) Mendorong dan membangkitkan semangat pasien untuk dapat bekerja sama

dan berpartisipasi aktif dalam semua proses dan sesi terapi

4) Mengeplorasi sistem kepercayaan untuk mengetahuisejauh mana pasien

memiliki pemahaman tentang makna-makna dari sakit yang ia hadapi

5) Mencegah pasien dari sikap pasif dalam pengobatan, tidak berdaya terhadap

segala macam protokoler terapi, dan menjga agar pasien terhindar dari

berbagai kesalahpahaman tentang sakit untuk menghindari sikap “wrong

doing” dan berbagai tindakan yang merugikan pasien.

6) Senantiasa memperhatikan hal-hal khusus dari pasien diantaranya; suasana

dan keadaan, berbagai keterikatan, tipologi pemahaman sakit-sehat,

perkembangan dan siklus hidup pasien, rasa ingin tahu, berbagai ungkapan

perasaan, tutur cerita, dan berbagai penekanan, kesadaran, pola prilaku,

pengaturan dan disiplin waktu, serta sistem kepercaayaan.

Tugas konselor dengan keluarga

1) Menjaga support keluaraga terhadap pasien

2) Menjalani komunikasi dengan keluarga untuk mempermudah menggali

informasi tentnag pasien.

4. Model-Model Konseling Untuk Pasien Di Rumah Sakit

a. Metode Dan Teknik Untuk Pasien Di Rumah Sakit

Metode konseling dan psikoterapi yang sudah ada memiliki kemungkinan

untuk diterapkan sejauh memiliki relevansi dengan berbagai kebutuhan pasien

dirumah sakit, setidaknya ada empat bentuk pelayanan:

1) Bimbingan

2) Konseling

3) Kolaborasi dan konsultasi

4) Psikoterapi

Dalam bimbingan dan konseling, dapat digunakan pendekatan CBT karena

memiliki relevansi untuk setting rumah sakit. Misalnya dalam menangani pasien

yang mengalami gangguan mental seperti deprese dan antasitas yang umumnya

terdapat pada pasien. Metode konsultasi ditujukan pada fungsi-fungsi dan tujuan

kerjasama bukan kepada subtansi dan esensi terapi tapi kejaringan yang lebih

luas seperti tim, lembaga atau penyelenggara berbagai layanan kesehatan, dan

kelompok profesional tentnag bagaimana cara mengelola tugas-tugas khusus

Page 9: Konseling Di Rumah Sakit

atau aktifitas tertentu atau langsung dengan pasien dan keluarganya. Sedangkan

teknik kolaboratif adalah bekerjasama dengan mitra kerja menuju tercapainya

tujuan.

Penggunaan metode dan teknik harus memperhatikan pertimbangan-

pertimbangan berkenaan dnegan tingkatan konseling yaitu:

1) Informating giving

Hanya bersifat pemberian informasi mengenai beberapa hal seperti, rencana

pengobatan, hasil tes laboratorium, perawatan dan percobaan obat, pengehan

penyakit dan lain-lain. Hal ini biasanya untuk penderita penyakit HIV,

kanker, dll.

2) Implication counseling

Merupakan tindak lanjut dari pemberian informasi jika terjadi hal-hal yang

harus dirundingkan dengan pihak keluarga pasien atau pihak terkait.

3) Supportuve cuonseling

Merupakan tahapan konseling selanjutnya jika terjadi berbagai reaksi

emosional atas berbagai informasi yang diterima pasien atau keluarga atau

mendorong agar memiliki kesiapan menerima kenyataan dan memasuki

proses berikutnya.

4) Psycotherapeutic cunseling

Merupakan tahapan lebih lanjut yang difokuskan pada pennyembuhan,

penyesuaian, kemampuan mengatasi dan berbagai hal yang terkait dengan

penyelesaian masalah yang dihadapi pasien

Pertimbangan terakhir adalah penggunaan teknik brief focussed

counseling, yaitu konseling dirumah sakit yang dilakukan konselor secara

singkat, efektif, dan tepat sasaran dengan pertimbangan; 1) dilaksanakan dalam

setting medis yang sibuk dan terbatas waktu, 2) karena ada tekanan dan

keterbatasan waktu, 3) karena banyak perubahan yang terjadi pada diri pasien

sehubungan penyakit yang diderita, 4) dituntuk fokus pada masalah psikologis

utama yang dialami pasien.

b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Konseling

Berdasarkan teknik brief focussed counseling, terdapat 4 langkah dalam

konseling di rumah sakit:

1) Forming and therapeutik relationship

Page 10: Konseling Di Rumah Sakit

Yaitu menjalin komunikasi dengan pasien sebagai konseli, membuka

komunikasi dan percakapan.

2) Making assesment

Pada tahap ini konselor harus sudah mendapatkan gambaran mengenai

kondisi psikologis pasien, latar belakang, pemahaman, makna, kepercayaan

pasien mengenai sakitnya.

3) Intervening all the same session

Pada tahah ini konselor sudah harus dapat melakukanberbagai intervensi,

penanganan, pemecahan masalah yang dihadapi sambil memantau berbagai

kemungkinan masalah baru yang muncul sepanjang sesi konseling dan sesi

keperawatan medis untuk dicariakan solusinya secara kolaboratif.

4) Closing

Merupakan penutupan internal agar dapat melakukan evaluasi terhadap

segala bentuk intervensi dan terapi yang dilakukan.

Untuk penanganan kasus khusus yang mengalami ansietas, dapat

diilustrasikan dnegan langkah-langkah berikut:

1) Pastikan pasien dapat dan mau berkomunikasi

2) Pastikan masalah psikologis yang inti dari pasien

3) Lakukan konseling dengan kehadiran tim medis dan perawat secar lengkap

4) Bangun hubungansecara cepat agar pasien dapat segera mengepresikan apa

yang paling dikhawatirkan atau menjadi permasalahan.

5) Dorong pasien untuk memberi informasi secara ringkas, dan efektif

6) Gali terus pembicaraan pasien untuk mendapatkan masalahpokok pasien,

tujuan, dan ekspektasi pasien dan bagaimana muncul pemahaman itu.

7) Bicarakan bersama pasien renacana dan keinginan yang tepat untuk

mencari solusi bagi permasalahan yang dihadapi.

c. Metode Dalam Melakukan Bimbingan Rohani

Metode-metode yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan rohani

diantaranya adalah:

1) Metode interview

Merupakan salah satu cara memperoleh fakta kejiwaan yang dapat

dijadikan pemetaan, dibimbing pada saat tertentu yang memerlukan

bantuan.

2) Metode kelompok (group guidance)

Page 11: Konseling Di Rumah Sakit

Dengan metode ini pembimbing dapat mengembangkan sikap sosial, sikap

memahami peranan anak bimbing dalam lingkungan, ingin mendapatkan

pandangan baru tentang dirinya dengan orang lain.

3) Metode yang dipusatkan pada keadaan klien (centered method)

Dalam metode ini terdapat dasar pemikiran klien sebagai makhluk yang

bulat yang mempunyai kemampuan lebih memahami keadaan klien yang

bersumber dari perasaan dosa yang menimbulkan perasaan-perasaan

cemas, konflik kejiwaan, dan lain-lain.

4) Directive counseling

Dalam metode ini, konselor langsung memberikan jawaban-jawaban

terhadap problema yang oleh klien menjadi sumber kecemasannya.

5) Metode educative

Metode ini menekankan pada usaha mengorek sumber-sumber perasaan

yang dirasa menjadi beban tekanan batin klien atau mengaktifkan

kekuatan potensinya.

6) Metode bimbingan agama

a) Metode individual

Metode ini pembimbing melakukan komunikasi langsung secar

individual dengan puhak yang dibimbingnya.

b) Metode kelompok

Metode ini sama dngan group guidance, tapi dalam pelaksanaan

bimbingan, pembimbing mengarahkan pembicaraan dan diskusi

pada masalah keagamaan dan sasarannya pada klien yang

mempunyai masalah yang sama.

d. Bentuk Pelayanan Kepada Pasien

1) klien yang putus asa

Usaha yang dapat dilakukan oleh konselor untuk membantu klien yang

mengalami permasalahan diatas adalah:

a) Memberikan pemahaman pada klien untuk tidak berprasangka buruk pada

Allah dan berputus asa tanpa memiliki harapan untuk kesembuhannya

b) Melalui konseling konselor mengarahkan individu agar dapat menerima

segala ujian yang diberikan Allah dan menjelaskan kepada individu agar

dapat menanggulangi setiap permasalahan yang dihadapi dengan meminta

pertolongan kepada Allah

Page 12: Konseling Di Rumah Sakit

c) Konselor memupuk atau mengembalikan kembali potensi illahiyah yang

telah dibawa sejak lahir terutama sifat sabar, karena dengan sabar akan

membawa individu kepada keikhlasan dari setiap ujian yang dihadapi.

d) Konselor menekankan kepada individu untuk tidak berputus asa dan juga

mengarahkan individu kearah yang lebih positif sehinga akan membawa

dampak yang besar yaitu membuat individu rela untuk meninggalkan

semua yang dilarang Allah dan menjalankan semua yang diperintahkan-

Nya, sehinga dapat menumbuhkan semangat dan motivasi individu untuk

terus berusaha dan berikhtiar untuk kesembuhannya.

2) Klien yang kecil kemungkinan sembuh

Pokok – pokok  dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam

perawatan pasien terminal terdiri dari :

a) Peningkatan Kenyamanan; Kenyamanan bagi klien menjelang ajal

termasuk pengenalan dan peredaan distress psikobiologis. konselor harus

memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan

bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena

mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.

Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian

kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala

penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada 

konselor dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya,

sehingga konselor bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi

keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien.

b) Pemeliharan Kemandirian; Tempat perawatan yang tepat untuk pasien

terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice

yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. konselor harus

memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien.

Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan

aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana

seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat klien.

konselor tidak boleh memaksakan partisipasi klien terutama jika

ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.

konselor bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan

klien membuat keputusan.

Page 13: Konseling Di Rumah Sakit

c) Pencegahan Kesepian dan Isolasi; konselor membutuhkan kesabaran dan

pengalaman untuk merespon secara efektif terhadap klien menjelang ajal.

Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, konselor

mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan

harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman

dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus

diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Konselor

memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien

menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.

d) Peningkatan Ketenangan Spiritual; Peningkatan ketenangan spiritual

mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta rohaniawan. Ketika

kematian mendekat, Klien sering mencari ketenangan. konselor dan

keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya.

Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan

makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin

minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota

keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta, cinta

dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh

simpati dari keluarga. keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan

menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien,

membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

e) Dukungan untuk keluarga yang berduka; Anggota keluarga harus

didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang

mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada

klien harus diberikan penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu

jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal

harus dijelaskan pada keluarga.

3) Klien yang akan menjalani operasi

Orang yang akan menjalani proses operasi biasanya akan menimbulkan

perasaan cemas, was-was, takut, yang mana terkadang individu diliputi oleh

pemikiran negative tentang suasana operasi dan kondisi setelah operasi.

Banyak fenomena yang dilihat terutama dirumah sakit, ada diantara pasien

yang ragu-ragu dalam mengambil keputusan apakah dia mau dioperasi atau

tidak. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya kestabilan emosi sehingganya

Page 14: Konseling Di Rumah Sakit

klien menjadi stress dalam menghadapi operasi tersebut. Menyikapi kondisi

tersebut maka perlu adanya pelayanan dari konselor sebelum klien melakukan

operasi. Hal-hal yang perlu diberikan oleh konselor dalam mengatasi masalah

ini adalah:

a) Mengarahkan individu agar bisa menghilangkan kecemasan dan ketakutan

akan hal-hal yang belum pasti terjadi. Klien juga diarahkan untuk selalu

menyerahkan diri kepada Allah.

b) Meningkatkan kepercayaan diri individu untuk melakukan operasi tersebut

dan klien akan memperoleh kesembuhan nantinya.

c) Memberikan penguatan kepada klien bahwa ia akan mampu menjalani

operasi tersebut dan ia akan sembuh dari sakitnya.

d) Memberikan pemahaman kepada individu bahwa operasi bukanlah kondisi

yang buruk dan menyakitkan, akan tetapi operasi adalah salah satu jalan

menuju kesembuhan dari penyakit yang di deritanya.

5. Penutup

a. Kesimpulan

ketegangan serta ketakutan yang dialami manusia menjadi persemaian

yang subur sekali bagi timbulnya bermacam-macam penyakit mental.

Problematika yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang

dialaminya, misalnya ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh

kembali sangat kecil atau ketika pasien akan menjalani

pengobatan/penyembuhan dengan jalan operasi atau bedah akan memberi

pengaruh terhadap kondisi psikologisnya seperti:

a. Shock

b. Kecemasan dan ketakutan

c. Penolakan

d. Keputusasaan

e. Kejenuhan dan kebosanan menjalani perawatan

f. Stress dll.

Page 15: Konseling Di Rumah Sakit

KEPUSTAKAAN

Andrew, Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany. 1996. Penerapan Psikologi dalam Keperawatan,

Yogyakarta : Andi

Agus, Taufiq, 2005. Konseling Kelompok bagi Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung:

Rizky Press.