Konseling Di Rumah Sakit
-
Upload
muhammad-hasby-jamil -
Category
Documents
-
view
1.139 -
download
7
description
Transcript of Konseling Di Rumah Sakit
KONSELING POPULASI KHUSUS
Tentang:
KONSELING DI RUMAH SAKIT
Kelompok VII
Oleh :
Elpina Sari
Febby Pratama
Istiqamah
Miftahur Rahmi
Nico Triadi
Dosen pengampu mata kuliah:
Irman S.Ag., M.pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BATUSANGKAR
2013
KONSELING DI RUMAH SAKIT
A. Pendahuluan
layanan bimbingan dan konseling bukan hal baru, karena bimbingan konseling
tidak hanya berada di insitusi pendidikan saja namun juga diberbagai institusi seperti
halnya rumah sakit, pengadilan agama, dan lembaga-lembaga lainnya. Bimbingan dan
konseling di rumah sakit rasanya menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Hal
tersebut dikarenakan pasien di rumah sakit terutama pasien rawat inap bukan hanya
menderita berbagai penyakit fisik akan tetapi mereka juga mengalami berbagai tekanan
dan gangguan mental yang ringan sampai berat akibat penyakit yang dideritanya.
Gangguan tersebut misalnya ketakutan, kecemasan, keputusasaan, dan berbagai
bentuk gangguan-gangguan lain yang sekiranya kondisi tersebut memerlukan
pendampingan, layanan, dan bimbingan-bimbingan. Dalam makalah ini, pemakalah
mencoba menguraikan bagimana bentuk konseling dirumah sakit dengan membatasi
penjelasan berkenaan dengan hakikat penyakit dalam pandangan psikologi, kondisi
psikologis di rumah sakit, pola konseling yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit,
dan model-model konseling untuk pasien di rumah sakit.
B. Konseling di rumah sakit
1. Hakikat Penyakit Dalam Pandangan Psikologi
Sejak lama para ahli psikologi menduga bahwa di dalam jiwa manusia itu
terdapat perasaan, kemauan, dan akal pikiran. Heymans mengistilahkan dengan
emosionalitas, aktifitas dan fungsi sekunder. Emosionalitas bersumber dari hati,
sedangkan aktifitas bersumber dari hawa nafsu keduanya merupakan inti jiwa.
Adapun akal merupakan kulit jiwa dan disebut fungsi sekunder. Muatan kekuatan
ketiga macam potensi kejiwaan ini tidak sama. Dalam kehidupan modern ini sering
muncul tingkah laku yang tidak wajar, seperti tindakan kriminal, manipulasi,
korupsi, kejahatan seksual dan perbuatan penyimpangan sosial lainnya diakibatkan
oleh persaingan hidup yang sedemikian ketat. Hal ini menimbulkan banyak
kegelisahan, keresahan, ketakutan, dan ketegangan batin pada manusia. Akibatnya,
tidak sedikit orang yang menderita ketegangan syaraf dan mengalami stres yang
meledak menjadi penyakit mental. Jadi ketegangan serta ketakutan yang dialami
manusia menjadi persemaian yang subur sekali bagi timbulnya bermacam-macam
penyakit mental.
Apabila jiwa terguncang, pikiran menjadi tidak setabil, akibatnya
mempengaruhi fisik manusia dan dapat menimbulkan penyakit yang disebut
psikosomatik. Penderita psikosomatik bukan hanya membutuhkan terapi medis atau
terapi fisik semata, tetapi juga membutuhkan terapi sufistik dengan salah satu
metodenya, yaitu tobat. Uraian ini bertolak dari pemikiran bahwa sumber penyakit
psikosomatik dapat disebabkan oleh konflik-konflik psikis atau dapat juga
disebabkan oleh gangguan yang sifatnya organis. Beberapa pendapat ahli tentang
defenisi penyakit:
a. Kathleen Meehan Arias; Penyakit adalah suatu kesakitan yang biasanya
memiliki sedikitnya dua sifat dari kriteria ini: agen atiologik telah diketahui,
kelompok tanda serta gejala yang dapat diidentifikasi, atau perubahan anatomi
yang konsisten.
b. DR. Beate Jacob; Penyakit adalah suatu penyimpangan dari keadaan tubuh
yang normal atau ketidakharmonisan jiwa.
c. Wahyudin Rajab, M. Epid; Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan
rasa sakit bersifat subjektif.
d. DR. Eko Dudiarto; Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu
organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan
sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh.
e. Thomas Timmreck; Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan
terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak
normal.
f. Azizan Haji Baharuddin; Penyakit ialah keadaan yang diakibatkan oleh
kerusakan keseimbangan fungsi tubuh dan bagian badan.
2. Kondisi Psikologis Pasien Di Rumah Sakit
Problematika yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang
dialaminya, misalnya ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh kembali
sangat kecil atau ketika pasien akan menjalani pengobatan/penyembuhan dengan
jalan operasi atau bedah akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologisnya
seperti:
a. Shock
b. Kecemasan dan ketakutan
c. Penolakan
d. Keputusasaan
e. Kejenuhan dan kebosanan menjalani perawatan
f. Stress dll.
secara umum pasien di rumah sakit mengalami penyakit fisik yaitu menurut
pemeriksaan medis adanya gangguan atau kelainan pada organ fisik (faal) seperti
jantung, lambung, hati dan lain sebagainya. Dimana keadaan ini berpengaruh
sigifikan terhadap perubahan hidup yang harus dijalani. Selain menderita sakit
fisik, pasien menghadapi berbagai masalah seperti :
1. Penyesuaian Diri
Mungkin hanya sedikit orang yang merasa tidak mengalami kesulitan untuk
melakukan penyesuaian diri ketika harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Tapi bagi sebagian pasien menjalani rawat inap merupakan satu bentuk
perubahan hidup yang membutuhkan penyesuaian diri yang tidak mudah.
Apalagi kata ”rumah sakit” tidak bisa dilepaskan dengan berbagai label yang
berkaitan dengan sesuatu yang mengerikan dan menakutkan. Seperti adanya
pertanyaan besar dalam diri pasien tentang apakah penyakitnya sedemikian
parah sehingga mebutuhkan perawatan disana, adanya ketakutan dengan
tindakan operasi/pembedahan, pasien yang dirawat di rumah sakit biasanya
adalah mereka yang sakit keras dan berujung pada kematian, dan rumah sakit
dipenuhi dengan roh atau syaitan karena banyak orang meninggal disana.
Berbagai kondisi yang digambarkan tersebut, menambah beban pasien untuk
mampu menyesuaikan diri selama menjalani perawatan di rumah sakit, belum
lagi pasien harus membiasakan diri mengikuti aturan-aturan mulai minum obat,
istirahat, pola makan dan melepaskan diri untuk sementara waktu dengan
kebiasaan hidup sehari-hari seperti berkumpul dengan keluarga, bekerja dan
aktivitas sosial lainnya.1
2. Rasa Takut dan Khawatir
Perasaan ini merupakan perasaan yang kerap kali mengiringi manusia hidup, tak
terkecuali para pasien di rumah sakit. Pasien umumnya mengalami rasa takut
dan khawatir disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pertama, ketakutan
terhadap berbagai tindakan medis (operasi, CD Scan dll). Kedua, ketakutan
1 Andrew, Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany, Penerapan Psikologi dalam Keperawatan, (Yogyakarta : Andi, 1996), h. 351
akan kematian. Hal ini umumnya dialami mereka menderita jenis penyakit
kronis.2 Ketiga, rasa takut dan khawatir karena meninggalkan keluarga. Rasa
takut dan khawatir bersumber dari dirinya sendiri karena yang menjadi tulang
punggung keluarga (mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga), seorang ibu yang mengkhawatirkan tentang masalah pengurusan
anak-anaknya, sampai pada ketakutan dan kekhawatiran memikirkan keluarga
jika harus ditinggalkan untuk selama-lamanya.
3. Penerimaan Diri Terhadap Penyakit
Pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit terkadang belum mengetahui
secara pasti penyakit yang derita. Biasanya dokter menyarankan perawatan
karena dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut agar diketahui secara pasti apa
sebenarnya penyakit yang bersarang ditubuhnya. Siklus ini merupakan salah
satu dinamika yang harus dilewati pasien sebelum adanya diagnosa jelas dari
dokter. Tahap berikutnya pasien dihadapkan pada kondisi baru tentang kejelasan
penyakitnya. Jika ternyata pasien divonis menderita penyakit yang berbahaya,
maka pasien diharapkan memiliki penerimaan yang tinggi terhadap
penyakitnya. Hal ini tentunya tidak mudah, dan hampir sangat jarang ditemui
pasien yang dengan mudahnya menerima penyakit yang divoniskan pada
dirinya. Umumnya pasien akan mengalami stres, putus asa, gelisah bahkan
depresi sebelum pada akhirnya mereka dapat menerima keadaan dirinya saat ini.
4. Stres dan Depresi
Salah satu stressor psikososial yang dapat menyebabkan depresi adalah
penyakit fisik, cedera, kecelakaan, operasi/pembedahan, dan sebagainya. Dalam
hal ini,penyakit yang sering menimbulakn depresi dan kecemasan, adalah
penyakit kronis, jantung, dan kanker. Menurut Sartorius (1974) menjelaskan
angka depresi penduduk dunia akan semakin bertambah diantaranya disebabkan
oleh meningktanya jumlah penderita penyakit kronis. Depresi yang sering kali
dialami sebagian besar pasien memiliki penyakit kronis berawal dari perubahan
psikis yang agak serius setelah mengetahui hasil pemeriksaan medis. Perubahan
psikis ini dipicu pula oleh pengujian medis yang harus dihadapi secara
berulang-ulang, treatment yang harus dijalani dan menunggu hasil pengobatan
penyakitnya dalam ketidakpastian. Kondisi seperti ini cenderung membuat
2 ibid 351
pasien mengalami kegelisahan yang tinggi, kecemasan setiap saat, dan
ketidakmampuan menghadapi kenyataan hidup akibat penyakit yang diderita. 3
3. Pola konseling yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit
a. Konsep Dasar Konseling Di Rumah Sakit
Banyak para ahli yang mengistilahkan bimbingan rohani dengan konseling,
kedua istilah tersebut memang terlihat sama tapi sebenarnya memiliki arti yang
berbeda. Menurut darminta bimbingan rohani dan konseling kelihatannya
sama, keduanya terjadi dengan adanya dua orang yang saling berbicara dan
mewawancara pada waktu tertentu, kedua-duanya berkisar pada masalah hidup
dan mencari bagaimana mengubah sikap untuk mencari pemecahan
masalahnya. Kedua-duanya menghargai pekembangan dan proses, mungkin
juga adanya perubahan. Namun pada dasarnya perubahan itu adalah
pengalaman hidup dalam hubungannya dengan Allah dengan kata lain hidup
religius yang lebih diperhatikan oleh bimbingan rohani. Sedangkan dalam
konseling, banyak membicarakan tentang kehidupan pribadi, hasil-hasil yang
sudah dicapai, ketakutan-ketakutan, harapan-harapan, dan ambisi pribadi.
Pembicaraan hal tersebut dalam bimbingan rohani hanya sejauh membantu
orang untuk membuka diri kepada hubungan yang bersifat personal dengan
Allah.
Rohaniawan dalam bimbingan rohani adalah orang yang mementingkan
kehidupan kerohanian dari pada yang lain atu orang yang ahli di hal
kerohanian. Sedangkan rohaniawan Islam adalah orang yang mementingkan
kerohanian yang memberikan bantuantrhadap individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berdasrkan Al-Quran dan Hadis.
Pasien yang dirawa inap di rumah sakit memiliki berbagai macam perasaan.
Ada yang sabar, ada yang tabah, ada yang merasa takut, bingung, kesepian,
putus asa dan perasaan lainnya. Dalam kondisi yang demikian maka
diperlukanlah layanan bimbingan dan rohani untuk memberikan dorongan
moral dan spiritual bagi pasien. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah
dengan terapi bimbingan penyuluhan Islam.
Bimbingan penyuluhan islam yang diberikan tersebut sangat diperlukan dalam
upaya memebrikan nasihat untuk mengikuti petunjuk agama Islam yakni agar
manusia selalu mengingat Allah dan sabar dalam menghadapi cobaan.
3 Agus, Taufiq, Konseling Kelompok bagi Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung: Rizky Press, 2005), h. 335
Sasaran dari konseling itu bukan pada penyakit fisik melainkan pada problema
psikologis dan berbagai disabilitas pasien dibalik penyakit yang nampak untuk
mengetahui bagaimana pemahaman dan pemaknaan pasien terhadap
penyakitnya. Robert Bor et.al mendefenisikan konseing rumah sakit adalah
proses interaksi dalam situasi terapeutik dengan fokus utama percakapan
tentang hubungan, kepercayaan, prilaku (perasaan)melalui masalah yang
dirasakan pasien, kemudian masalah tersebut ditafsir ulang dan dipahami
kembalai dengan cara yang baru bagi pasien.
Dileep Kumar berpendapat bahwa konseling rumah sakit adalah interaksi
antara konselor, pasien, dan keluarga pasien dimana konselor mengambil sikap
tertentu dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan, keterangan untuk
memperkenalkan pasien dalam proses menuju pemahaman diri yang mengarah
pada tindakan sehingga terjadi perubahan prilaku pasien untuk memecahkan
masalahnya. Tujuan utama konseling di rumah sakit:
1) Terjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada diri pasien terhadap
sakit yang dihadapinya.
2) Membaantu pasien menemukan berbagai makna dari sakit dan proses
peawatan yang dijalani.
3) Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan yang
sangat membantu dalam proses penyembuhan.
4) Salah satu sumberrujukan untuk menemukan sistem kepercayaan dan
keyakinan dari sisi spiritualitas dan keagamaan yang dianut pasien.
Tugas konselor dengan tim
1) Memetakan proses, berbagai tahapan perawatan dan terapi yang akan
dijalani pasien bersama tim.
2) Menjajagi proses penyampaian hasil diagnosa dengan berbagai
kemungkinan mengenai penyakit, pengaruhnya terhadap pasien, keluarga,
dan pihak-pihak terkait.
3) Menjaga lalulintas komunikasi dan mekanisme kolaborasi selama proses
perawatan berlangsung.
Tugas konselor dengan pasien
1) Menjalin komunikasi dengan pasien dengan suasana terapeutik.
2) Memulai konseling dari sejarah dan pengalaman pasien
3) Mendorong dan membangkitkan semangat pasien untuk dapat bekerja sama
dan berpartisipasi aktif dalam semua proses dan sesi terapi
4) Mengeplorasi sistem kepercayaan untuk mengetahuisejauh mana pasien
memiliki pemahaman tentang makna-makna dari sakit yang ia hadapi
5) Mencegah pasien dari sikap pasif dalam pengobatan, tidak berdaya terhadap
segala macam protokoler terapi, dan menjga agar pasien terhindar dari
berbagai kesalahpahaman tentang sakit untuk menghindari sikap “wrong
doing” dan berbagai tindakan yang merugikan pasien.
6) Senantiasa memperhatikan hal-hal khusus dari pasien diantaranya; suasana
dan keadaan, berbagai keterikatan, tipologi pemahaman sakit-sehat,
perkembangan dan siklus hidup pasien, rasa ingin tahu, berbagai ungkapan
perasaan, tutur cerita, dan berbagai penekanan, kesadaran, pola prilaku,
pengaturan dan disiplin waktu, serta sistem kepercaayaan.
Tugas konselor dengan keluarga
1) Menjaga support keluaraga terhadap pasien
2) Menjalani komunikasi dengan keluarga untuk mempermudah menggali
informasi tentnag pasien.
4. Model-Model Konseling Untuk Pasien Di Rumah Sakit
a. Metode Dan Teknik Untuk Pasien Di Rumah Sakit
Metode konseling dan psikoterapi yang sudah ada memiliki kemungkinan
untuk diterapkan sejauh memiliki relevansi dengan berbagai kebutuhan pasien
dirumah sakit, setidaknya ada empat bentuk pelayanan:
1) Bimbingan
2) Konseling
3) Kolaborasi dan konsultasi
4) Psikoterapi
Dalam bimbingan dan konseling, dapat digunakan pendekatan CBT karena
memiliki relevansi untuk setting rumah sakit. Misalnya dalam menangani pasien
yang mengalami gangguan mental seperti deprese dan antasitas yang umumnya
terdapat pada pasien. Metode konsultasi ditujukan pada fungsi-fungsi dan tujuan
kerjasama bukan kepada subtansi dan esensi terapi tapi kejaringan yang lebih
luas seperti tim, lembaga atau penyelenggara berbagai layanan kesehatan, dan
kelompok profesional tentnag bagaimana cara mengelola tugas-tugas khusus
atau aktifitas tertentu atau langsung dengan pasien dan keluarganya. Sedangkan
teknik kolaboratif adalah bekerjasama dengan mitra kerja menuju tercapainya
tujuan.
Penggunaan metode dan teknik harus memperhatikan pertimbangan-
pertimbangan berkenaan dnegan tingkatan konseling yaitu:
1) Informating giving
Hanya bersifat pemberian informasi mengenai beberapa hal seperti, rencana
pengobatan, hasil tes laboratorium, perawatan dan percobaan obat, pengehan
penyakit dan lain-lain. Hal ini biasanya untuk penderita penyakit HIV,
kanker, dll.
2) Implication counseling
Merupakan tindak lanjut dari pemberian informasi jika terjadi hal-hal yang
harus dirundingkan dengan pihak keluarga pasien atau pihak terkait.
3) Supportuve cuonseling
Merupakan tahapan konseling selanjutnya jika terjadi berbagai reaksi
emosional atas berbagai informasi yang diterima pasien atau keluarga atau
mendorong agar memiliki kesiapan menerima kenyataan dan memasuki
proses berikutnya.
4) Psycotherapeutic cunseling
Merupakan tahapan lebih lanjut yang difokuskan pada pennyembuhan,
penyesuaian, kemampuan mengatasi dan berbagai hal yang terkait dengan
penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
Pertimbangan terakhir adalah penggunaan teknik brief focussed
counseling, yaitu konseling dirumah sakit yang dilakukan konselor secara
singkat, efektif, dan tepat sasaran dengan pertimbangan; 1) dilaksanakan dalam
setting medis yang sibuk dan terbatas waktu, 2) karena ada tekanan dan
keterbatasan waktu, 3) karena banyak perubahan yang terjadi pada diri pasien
sehubungan penyakit yang diderita, 4) dituntuk fokus pada masalah psikologis
utama yang dialami pasien.
b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Konseling
Berdasarkan teknik brief focussed counseling, terdapat 4 langkah dalam
konseling di rumah sakit:
1) Forming and therapeutik relationship
Yaitu menjalin komunikasi dengan pasien sebagai konseli, membuka
komunikasi dan percakapan.
2) Making assesment
Pada tahap ini konselor harus sudah mendapatkan gambaran mengenai
kondisi psikologis pasien, latar belakang, pemahaman, makna, kepercayaan
pasien mengenai sakitnya.
3) Intervening all the same session
Pada tahah ini konselor sudah harus dapat melakukanberbagai intervensi,
penanganan, pemecahan masalah yang dihadapi sambil memantau berbagai
kemungkinan masalah baru yang muncul sepanjang sesi konseling dan sesi
keperawatan medis untuk dicariakan solusinya secara kolaboratif.
4) Closing
Merupakan penutupan internal agar dapat melakukan evaluasi terhadap
segala bentuk intervensi dan terapi yang dilakukan.
Untuk penanganan kasus khusus yang mengalami ansietas, dapat
diilustrasikan dnegan langkah-langkah berikut:
1) Pastikan pasien dapat dan mau berkomunikasi
2) Pastikan masalah psikologis yang inti dari pasien
3) Lakukan konseling dengan kehadiran tim medis dan perawat secar lengkap
4) Bangun hubungansecara cepat agar pasien dapat segera mengepresikan apa
yang paling dikhawatirkan atau menjadi permasalahan.
5) Dorong pasien untuk memberi informasi secara ringkas, dan efektif
6) Gali terus pembicaraan pasien untuk mendapatkan masalahpokok pasien,
tujuan, dan ekspektasi pasien dan bagaimana muncul pemahaman itu.
7) Bicarakan bersama pasien renacana dan keinginan yang tepat untuk
mencari solusi bagi permasalahan yang dihadapi.
c. Metode Dalam Melakukan Bimbingan Rohani
Metode-metode yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan rohani
diantaranya adalah:
1) Metode interview
Merupakan salah satu cara memperoleh fakta kejiwaan yang dapat
dijadikan pemetaan, dibimbing pada saat tertentu yang memerlukan
bantuan.
2) Metode kelompok (group guidance)
Dengan metode ini pembimbing dapat mengembangkan sikap sosial, sikap
memahami peranan anak bimbing dalam lingkungan, ingin mendapatkan
pandangan baru tentang dirinya dengan orang lain.
3) Metode yang dipusatkan pada keadaan klien (centered method)
Dalam metode ini terdapat dasar pemikiran klien sebagai makhluk yang
bulat yang mempunyai kemampuan lebih memahami keadaan klien yang
bersumber dari perasaan dosa yang menimbulkan perasaan-perasaan
cemas, konflik kejiwaan, dan lain-lain.
4) Directive counseling
Dalam metode ini, konselor langsung memberikan jawaban-jawaban
terhadap problema yang oleh klien menjadi sumber kecemasannya.
5) Metode educative
Metode ini menekankan pada usaha mengorek sumber-sumber perasaan
yang dirasa menjadi beban tekanan batin klien atau mengaktifkan
kekuatan potensinya.
6) Metode bimbingan agama
a) Metode individual
Metode ini pembimbing melakukan komunikasi langsung secar
individual dengan puhak yang dibimbingnya.
b) Metode kelompok
Metode ini sama dngan group guidance, tapi dalam pelaksanaan
bimbingan, pembimbing mengarahkan pembicaraan dan diskusi
pada masalah keagamaan dan sasarannya pada klien yang
mempunyai masalah yang sama.
d. Bentuk Pelayanan Kepada Pasien
1) klien yang putus asa
Usaha yang dapat dilakukan oleh konselor untuk membantu klien yang
mengalami permasalahan diatas adalah:
a) Memberikan pemahaman pada klien untuk tidak berprasangka buruk pada
Allah dan berputus asa tanpa memiliki harapan untuk kesembuhannya
b) Melalui konseling konselor mengarahkan individu agar dapat menerima
segala ujian yang diberikan Allah dan menjelaskan kepada individu agar
dapat menanggulangi setiap permasalahan yang dihadapi dengan meminta
pertolongan kepada Allah
c) Konselor memupuk atau mengembalikan kembali potensi illahiyah yang
telah dibawa sejak lahir terutama sifat sabar, karena dengan sabar akan
membawa individu kepada keikhlasan dari setiap ujian yang dihadapi.
d) Konselor menekankan kepada individu untuk tidak berputus asa dan juga
mengarahkan individu kearah yang lebih positif sehinga akan membawa
dampak yang besar yaitu membuat individu rela untuk meninggalkan
semua yang dilarang Allah dan menjalankan semua yang diperintahkan-
Nya, sehinga dapat menumbuhkan semangat dan motivasi individu untuk
terus berusaha dan berikhtiar untuk kesembuhannya.
2) Klien yang kecil kemungkinan sembuh
Pokok – pokok dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam
perawatan pasien terminal terdiri dari :
a) Peningkatan Kenyamanan; Kenyamanan bagi klien menjelang ajal
termasuk pengenalan dan peredaan distress psikobiologis. konselor harus
memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan
bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena
mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.
Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian
kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala
penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada
konselor dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya,
sehingga konselor bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi
keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien.
b) Pemeliharan Kemandirian; Tempat perawatan yang tepat untuk pasien
terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice
yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. konselor harus
memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien.
Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan
aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana
seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat klien.
konselor tidak boleh memaksakan partisipasi klien terutama jika
ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.
konselor bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan
klien membuat keputusan.
c) Pencegahan Kesepian dan Isolasi; konselor membutuhkan kesabaran dan
pengalaman untuk merespon secara efektif terhadap klien menjelang ajal.
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, konselor
mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan
harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman
dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus
diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Konselor
memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien
menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.
d) Peningkatan Ketenangan Spiritual; Peningkatan ketenangan spiritual
mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta rohaniawan. Ketika
kematian mendekat, Klien sering mencari ketenangan. konselor dan
keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya.
Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan
makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin
minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota
keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta, cinta
dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh
simpati dari keluarga. keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien,
membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
e) Dukungan untuk keluarga yang berduka; Anggota keluarga harus
didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang
mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada
klien harus diberikan penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu
jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal
harus dijelaskan pada keluarga.
3) Klien yang akan menjalani operasi
Orang yang akan menjalani proses operasi biasanya akan menimbulkan
perasaan cemas, was-was, takut, yang mana terkadang individu diliputi oleh
pemikiran negative tentang suasana operasi dan kondisi setelah operasi.
Banyak fenomena yang dilihat terutama dirumah sakit, ada diantara pasien
yang ragu-ragu dalam mengambil keputusan apakah dia mau dioperasi atau
tidak. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya kestabilan emosi sehingganya
klien menjadi stress dalam menghadapi operasi tersebut. Menyikapi kondisi
tersebut maka perlu adanya pelayanan dari konselor sebelum klien melakukan
operasi. Hal-hal yang perlu diberikan oleh konselor dalam mengatasi masalah
ini adalah:
a) Mengarahkan individu agar bisa menghilangkan kecemasan dan ketakutan
akan hal-hal yang belum pasti terjadi. Klien juga diarahkan untuk selalu
menyerahkan diri kepada Allah.
b) Meningkatkan kepercayaan diri individu untuk melakukan operasi tersebut
dan klien akan memperoleh kesembuhan nantinya.
c) Memberikan penguatan kepada klien bahwa ia akan mampu menjalani
operasi tersebut dan ia akan sembuh dari sakitnya.
d) Memberikan pemahaman kepada individu bahwa operasi bukanlah kondisi
yang buruk dan menyakitkan, akan tetapi operasi adalah salah satu jalan
menuju kesembuhan dari penyakit yang di deritanya.
5. Penutup
a. Kesimpulan
ketegangan serta ketakutan yang dialami manusia menjadi persemaian
yang subur sekali bagi timbulnya bermacam-macam penyakit mental.
Problematika yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang
dialaminya, misalnya ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh
kembali sangat kecil atau ketika pasien akan menjalani
pengobatan/penyembuhan dengan jalan operasi atau bedah akan memberi
pengaruh terhadap kondisi psikologisnya seperti:
a. Shock
b. Kecemasan dan ketakutan
c. Penolakan
d. Keputusasaan
e. Kejenuhan dan kebosanan menjalani perawatan
f. Stress dll.
KEPUSTAKAAN
Andrew, Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany. 1996. Penerapan Psikologi dalam Keperawatan,
Yogyakarta : Andi
Agus, Taufiq, 2005. Konseling Kelompok bagi Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung:
Rizky Press.