Konseling Anak Sd New

36
Makalah Bimbingan Konseling Sekolah Dasar KELOMPOK III 1. Eny Wiji Lestari 121014002 2. Faizatur Rohmah 121014015 3. Nuri 4. Sumairah 121014011 5. Ajeng Intan Nur Rahmawati 121014228 6. Yoga Kusuma 121014034 7. Sutam Bayu A 121014234 Universitas Negeri Surabaya Fakultas Ilmu Pendidikan

description

makalah

Transcript of Konseling Anak Sd New

Page 1: Konseling Anak Sd New

Makalah

Bimbingan Konseling Sekolah Dasar

KELOMPOK III

1. Eny Wiji Lestari 121014002

2. Faizatur Rohmah 121014015

3. Nuri

4. Sumairah 121014011

5. Ajeng Intan Nur Rahmawati 121014228

6. Yoga Kusuma 121014034

7. Sutam Bayu A 121014234

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Ilmu Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

2015

Page 2: Konseling Anak Sd New

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling anak awalnya tidak diperlukan karena anak-anak dianggap

belum memiliki masalah yang berarti. Karena itulah anak-anak merupakan

kelompok yang paling tidak diperhatikan kondisi mentalnya. Tetapi saat ini

sudah banyak perubahan yang terjadi sehingga anak-anak merupakan target

konseling yang paling tinggi.

Di Amerika Serikat, sejumlah konselor untuk anak meningkat pesat

dalam 20 tahun terakhir ini. Sebagian besar diantara mereka memberikan

pelayanan bagi anak-anak usia 6-18 tahun di sekolah-sekolah. Disamping itu

para konselor juga bekerja di berbagai institusi, rumah sakit, program

intervensi (alkhohol, drugs, penganiayaan, pelecehan sekual) atau membuka

praktik pribadi. Di Indonesia, melihat klien datang ke pusat-pusat konsultasi,

sangat banyak dibutuhkan konselor untuk menangani berbagai macam

masalah pada anak (Baruth & Robinson III, 1987).

Para peserta didik memiliki tugas – tugas perkembangan yang harus

dipenuhinya. Untuk pencapaian kompetensi siswa secara optimal diperlukan

kerja sama yang baik antara manajemen/supervisi, pengajaran, dan bimbingan

konseling yang merupakan tiga pilar pendidikan. Maka dari itu diperlukan

adanya program bimbingan dan konseling yang baik disertai dengan

pelaksanaannya yang benar, supaya tugas – tugas perkembangan siswa dapat

ditangani dengan optimal. Dalam menangani masalah yang dialami oleh anak

berbeda dengan menangani masalah yang dialami oleh pra-remaja dan remaja.

Berdasarkan paparan di atas maka penulis membuat makalah yang

berjudul “Konseling Anak” supaya mengetahui apa yang dilakukan seorang

konselor dalam melakukan konseling anak.

Page 3: Konseling Anak Sd New

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dari makalah ini antara lain:

A. Apa Konseling Anak?

B. Bagaimana Sifat Dasar Anak?

C. Apa Karakteristik Konseling Pada Anak-Anak?

D. Bagaimana Modal harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan

konseling anak?

E. Bagaimana Konseling Anak Pada Middle Childhood (5-9 Tahun)?

F. Bagaimana Konseling Pra-Remaja (9-12 Tahun)?

G. Apa Hal-hal yang harus ada dalam proses konseling untuk anak?

H. Bagaimana Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling

berlangsung?

I. Apa Saja Faktor‐faktor yang Berpengaruh dalam Pelaksanaan Konseling

untuk Anak?

J. Apa Media Konseling Anak-Anak?

K. Apa Fungsi Konselor Anak?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang dapat

dirumuskan dalam makalah ini antara lain:

A. Mengetahui tentang Konseling Anak

B. Mengetahui Sifat Dasar Anak

C. Mengetahui Karakteristik Konseling Pada Anak-Anak

D. Mengetahui Modal harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan

konseling anak

E. Mengetahui Konseling Anak Pada Middle Childhood (5-9 Tahun)

F. Mengetahui Konseling Pra-Remaja (9-12 Tahun)

G. Mengetahui Hal-hal yang harus ada dalam proses konseling untuk anak

H. Mengetahui Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling

berlangsung

Page 4: Konseling Anak Sd New

I. Mengetahui Faktor‐faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling

untuk anak

J. Mengetahui Media Konseling Anak-Anak

K. Mengetahui Fungsi Konselor Anak

Page 5: Konseling Anak Sd New

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konseling Anak

Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang

konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi

kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh

dan kembali rasa percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong

untuk dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap

dan tak terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat

menimbulkan masalah jangka panjang.

Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara

tentang hal-hal yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara

dengan pada orang dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi

oleh orang dewasa. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab

untuk dewasa dari setiap hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan

kesempatan untuk melakukan kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan

karena itu lebih dapat diatur. Konseling dapat memberikan pengertian pada

anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat berharga. Dalam konseling,

mereka memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa

yang ia lakukan. Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan

dengan orang dewasa di mana mereka lebih dapat dipercaya.

Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh

profesi konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan dilakukan

dengan cara face to face, sehingga individu  yang  mendapatkan  bantuan 

tersebut  mendapatkan  kebahagiaan.  Pemberian bantuan  face  to  face 

dalam  proses  konseling  tentu  saja  membutuhkan  teknik  dan keterampilan 

tertentu  yang  harus  dikuasai.  Keterampilan  yang  dimaksud  adalah

keterampilan konseling. 

Dalam  memberikan  konseling  untuk  anak  berbeda  metodenya 

dengan  konseling yang  ditujukan  kepada  remaja  ataupun  orang  dewasa. 

Kekhasan  atau  keunikan  anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Page 6: Konseling Anak Sd New

penggunaan metode pendekatan konseling. Penguasaan metode yang

ditunjang dengan pemahaman tentang dunia anak sesungguhnya akan 

mempermudah  kerja  konselor  dan  tujuan  diadakannya  konseling  tersebut 

dapat tercapai.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konseling anak :

1. Apa fokus dari intervensi yang dilakukan? Apakah fokus dari konseling

akan melibatkan anak sebagai konseli ataupun juga akan membangun

kesepahaman pada orang tuanya juga.

2. Apakah ada bukti untuk mendukung, seleksi dari pendekatan teraputik?.

Apakah ada bukti yang didapat dari proses assesmen untuk mendukung,

terapi ataupun menyarankan kepada terapis.

3. Apa dampak terapi terhadap proses perkembangan anak ataupun pengaruh

perkembangan terhadap proses terapi? Apakah terapi akan mempengaruhi

perkembangannya, ataupun proses perkembangan dalam usia dan tahapan

tertentu berpengaruh terhadap jenis dan atau proses terapi itu sendiri.

B. Sifat Dasar Anak

Masa kanak-kanak merupakan masa yang unik, masa belajar yang

amat penting bagi perkembangan seorang individu. Yang dimaksud dengan

belajar disini tidak hanya mencakup keterampilan belajar praktis, melainkan

juga memperoleh perspektif yang lebih luas tentang belajar di seluruh area

perkembangan manusia. Konselor untuk anak yang baik haruslah memahami

perkembangan anak yang normal sehingga dapat digunakan untuk

mengevaluasi anak-anak yang bermasalah. Anak tidak dapat disamakan

dengan orang dewasa. Rousseau (Baruth dan Robinson III, 1987) mengatakan

bahwa orang dewasa harus di pandang sebagai orang dewasa, dan anak

sebagai anak, dan jalan menuju ke sejahteraan jiwa adalah member mereka

tempatnya masing-masing.

Menurut Maslow (1968) ada 8 karakteristik umum dari anak sehat

yaitu :

a. Spontan, ingin berinteraksi dengan lingkungan dan mengekspresiakn

keterampilan yang dimiliki

Page 7: Konseling Anak Sd New

b. Sehat secara fisik, tidak di dominasi rasa takut, dan merasa cukup aman

untuk mengambil resiko.

c. Pengalaman dengan lingkungan di peoleh secara kebetulan atau dengan

bantuan orang dewasa

d. Cukup aman dan percaya diri dalam melakukan interaksi dan menerima

berbagai konsekuensinya

e. Akan mengulangi pengalaman-pengalaman yang sukses

f. Kemudian berkembang kea rah pengalaman yang lebih kompleks

g. Pengalaman-pengalamannya yang sukses akan meningkatkan self-estem

dan perasaan mapu, member kekuatan serta control diri.

h. Memilih untuk terus tumbuh dan maju.

C. Karakteristik Konseling Pada Anak-Anak

Anak-anak merupakan “penonton” pada dunia orang dewasa. Segala

kebutuhannya masih sangat tergantung pada orang tua dan orang dewasa lain.

Karena masih terbatasnya kebebasan yan dimiliki, pilihan yang ada untuk

konselor dan anak juga amat terbatas. Anak-anak terpaksa harus mengambil

apa yang ada. Dia tidak akan mengubah lingkungan kerja misalnya, ia dapt

membuat pilihan dengn pindah kepekerjan lain. Tidk demikian halnya dengan

anak. Dalam hal ini konseling pada anak, peran konselor sebagai konsultan

dan agen perubahan adalah yang utama, Ia dapat melakukan hal-hal sebagai

berikut (1) mencoba mengubah anak sehingga lebih cocok bagi

lingkungannya, (2) mencoba mengubah lingkungan agar anak dapat berfungsi

dengan lebih baik, (3) gabungan dari usaha tersebut.

Konseling pada anak haruslah memperhatikan pola piker mereka yang

masih cenderung egosentris yaitu amat terpaku pada pola pikir sendiri. Mereka

juga lebih intuitif dan konkret dalam berfikir sehingga sulit untuk memahami

hal-hal yang abstrak. Pada anak-anak yang lebih kecil, orientasi mereka adalah

masa sekarang. Oleh karena itu pertemuan konseling sedapat mungkin

dilakukan minimal dua kali seminggu agar mereka memperoleh manfaatnya.

Proses konseling akan lebih bermakna bila anak mempeoleh kesempatan

untuk melakukan eksplorasi secara konkrit, misalnya membuat sesuatu,

Page 8: Konseling Anak Sd New

bermain dengan sesuatu, main ayunan dan lain-lain yang memberikan

kesempatan untuk mengeksplorasi secara konkrit dunianya. Berbagai media

yang kurang cocok untuk orang dewasa seperti alat permainan, games, cat

air, boneka dan sebagainya dapat digunakan untuk anak-anak yang rentang

perhatiannya masih sangat singkat dan kadang-kadang kurang mampu untuk

mengekspresikan dirinya secara verbal.

D. Modal harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan konseling

anak

1. Modal  Umum. 

Adanya  pemahaman  komprehensif  tentang  konseling  untuk 

anak. Konseling untuk  anak adalah proses pemberian bantuan pada anak

yang ditujukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan

lingkungan di sekolah. Metode pendekatan yang dilakukan juga

hendaknya  juga  berbeda  ketika  berhadapan  dengan  remaja.  Metode 

yang  digunakan  tentunya mengikuti berbagai macam tahap proses

konseling yang sesuai dengan karakteristik anak. Dalam menjalankan

proses konseling, pendidik dan konselor harus mempunyai ide yang jelas

sehingga tujuan diadakannya proses konseling tercapai.

Pencapaian tujuan selain didasari dengan ide yang matang,  faktor 

terpenting  yang  pertama  harus  dibentuk  dengan  baik  adalah 

menemukan  cara pendekatan yang tepat dengan anak‐anak sehingga anak

percaya dan hubungan antara guru atau konselor dengan anak‐anak dapat

berjalan baik. Kita tidak dapat menggunakan cara yang sama dalam 

menghadapi  anak‐anak  dengan  remaja  ataupun  orang  dewasa.  Jika 

hal  itu  terjadi, kemungkinan  situasi  yang  akan  kita  hadapi  adalah 

anak  akan  diam,  mudah  bosan,  ataupun menimbulkan  reaksi‐reaksi 

emosi  yang  tidak  diharapkan,  sehingga  apa  yang  diharapkan  dari

pertemuan tidaklah tercapai. Hal yang selalu kita sadari bersama bahwa

anak-anak mempunyai dunia yang unik dan berbeda dari masa sebelum

dan sesudahnya. Masa kanak‐kanak ini terbentuk dari proses pertumbuhan

Page 9: Konseling Anak Sd New

fisiologis dan psikologis yang terus menerus dalam tahap belajar menuju

ke masa selanjutnya.

2. Modal khusus sebagai konselor anak  haruslah   memiliki:

a) Pemahaman mendalam tentang dunia anak yang dihadapinya.

b) Kongruent. Kepribadian  konselor  haruslah  terintegrasi  dengan 

baik,  jujur,  konsisten, stabil, dapat beradaptasi, sehingga kepercayaan

diri konselor dalam menjalankan proses terapi  dapat  terbentuk. 

Kepribadian  ini  akan  memotivasi  timbulnya  pemahaman

pemahaman yang baik akan dunia anak, sehingga lingkungan yang

dibutuhkan anak‐anak dapat terbentuk.

c) Menjaga kedekatan dan hubungan yang baik dengan anak‐anak.

d) Adanya penerimaan yang tulus. Hal ini dapat dilihat dari sikap baik

verbal maupun non verbal  dalam  menghadapi  anak‐anak  tanpa 

melihat  atau  mendeskriminasi  adanya keterbatasan pada diri anak.

Anak perlu mendapatkan penerimaan yang  positif dari

konselor/pendidik dengan menghargai anak sebagai individu yang

unik. 

e) Tidak mereaksi anak secara emosional. Berikanlah  sikap kasih sayang

yang hangat dan ramah pada anak‐anak, sehingga anakpun dapat

merasakannya.

E. Konseling Anak Pada Middle Childhood (5-9 Tahun)

Secara umum, anak-anak usia ini menghadapi masalah pada empat

area (Baruth & Robinson III, 1987) :

1) Sekolah:

Memahami guru dan dipahami guru,

Takut bertanya di kelas,

Menghadapi tugas-tugas yang terlalu sulit,

Ingin lebih baik pada mata pelajaran tertentu,

Tidak menyukai bidang tertentu,

Dibebani pekerjaan yang terlalu mudah.

Page 10: Konseling Anak Sd New

2) Keluarga:

Ingin lebih dekat dengan orangtua,

Merasa orangtua terlalu ketat dan berharap terlalu banyak,

Ingin punya relasi lebih baik dengan saudara sekandung,

Ingin mempunyai lebih banyak kebersamaan dengan orangtua.

3) Hubungan dengan orang lain:

Ingin punya lebih banyak teman,

Bahan ejekan teman,

Membuat teman yang disukai mau bermain dengannya,

Takut bicara dengan orang,

Belajar menyesuaikan dengan orang lain; untuk menjadi bagian dari

sesuatu dan diterima.

4) Diri sendiri:

Tidak bahagia,

Merasa tidak akurat secara fisik, sosial atau pribadi,

Belajar bagaimana mengelola perasaan,

Belajar menangani perasaan malu (shyness) atau perasaan sepi

(lonesome).

Disamping masalah-masalah perkembangan ini anak mungkin

menghadapi hal-hal bersifat traumatic padahal mereka belum memiliki

kemampuan yang baik dalam menangani stress. Kejadian-kejadian yang

akan menimbulkan tekanan berat antara lain: perceraian orang tua,

kematian orang yang dicintai, penganiayaan fisik/emosional, tidak sukses

pada bidang yang dianggap penting oleh anak dan sebagainya.

Teknik yang dapat digunakan untuk konseling anak adalah

1. Konseling melalui bermain

Menurut Baruth dan Robinson III (1987), Salah satu bentuk

konseling yang sering digunakan untuk anak usia sekolah adalah

konseling bermain. Dengan cara ini anak bisa mengekpsreikan dirinya

sendiri dan memperoleh kesempatan untuk play out perasaan-perasaan

dan masalahnya.

Page 11: Konseling Anak Sd New

Manfaat bermain dalam konseling adalah

a. Pemahaman diagnostic tentang anak: memahai karakteristik anak,

misalnya kapasitasnya untuk berhubungan dengan dirinya sendiri

dan orang lain, mudahnya perhatian beralih, rigidinitas, persepsi

tentang orang, harapan-harapannya, persepsi tentang drinya sendiri.

Dengan permaianan ini dapat dilihat bagaimana dia memandang

dirinya sendiri dan masalahnya

b. Membentuk hubungan kerja, terutama bagi anak-anak yang

kapasitas verbalnya untuk ekspresi diri masih sangat terbatas, anak-

anak yang menunjukan resistensi dan yang tidak mampu

berartikulasi

c. Mengetahui cara anak berhadapan dengan situasi sehari-hari dan

defans terhadap kecemasan.

d. Membantu anak mengungkapkan hal-hal tertentu serta perasaan

menyertainya. Sangat bermanfaat bila anak terhlang (mengalami

blocking) mendiskusikan hal-hal tertentu dan terapi tidak

mengalami kemajuan.

e. Membantu anaka mengekpresikan mteri-materi yang tidak di sadari

dan mengurangi ketegangan. Untuk mengungkapkan materi-materi

simbolik yang dirasakan bahaya oleh anak. Konselor harus

memahami sejauh mana materi ini dapat di ungkapkan tanpa

menimbulkan panic dalam diri anak.

f. Mengembangkan minat bermain pada anak yang dapat di alihkan

pada kehidupan sehari-hari dan yang dapat diperkuat dirinya untuk

kehidupan selanjutnya.

2. Friendship Group

Baruth dan Robinson III (1987) menyebutkan suatu cara lain,

yaitu dengan pelatihan Friendship Grou. Tujuan dari pembentukan

kelompok ini adalah untuk menjajaki hubungan teman sebaya yang

positif. Kelompok ini bersifat heterogen.

Page 12: Konseling Anak Sd New

3. Eksplorasi dari isi mimpi

Barker (1990) mengatakan bahwa iya selalu bertanya kepada

anak apakah mereka bermimpi ketika mereka tidur, dan jawabannya

kebanyakan adalah bahwa mereka bermimpi, meskipun beberapa

mengatakan bahwa mereka tidak ingat apa isi mimpi mereka. Mereka

yang menyangkal bermimpi tau mengatakan tidak ingat isi mimpi

mereka biaanya tidak menolak kalau diminta untuk mengarang sebuah

mimpi, untuk pura-pura bahwa mereka bermimpi. Isi dari “mimpi

buatan” ini dapat member wawasan lebih lanjut tentang kehidupan

fantasinya. Eksplorasi mimpi anak dapat menjadi sarana yang

bermanfaat untuk masuk kedalam pikiran dan perasaan yang mungkin

tidak disadari oleh anak, meskipun aliran (pendekatan) yang dianut

oleh konselor akan berpengaruh pada makna mimpi.

4. Meggunakan board games dan aktivitas formal lainnya.

Cara ini juga dikemukakan oleh Barker (1990). Menggunakan

board games (seperti ular tangga,scrabble, halma dll) adalah salah satu

cara untuk menjalin kontak dengan anak-anak yang enggan untuk

bicara banyak tentang dirinya sendiri dalam percakapan dan tidak

dapat berman dengan bebas dengan mainan dan materi-materi bermain

lainnya yang ada. Board games yang dipilih hendaknya sederhana dan

tidak memakan waktu yang lama (missal monopoli)

Board games atau permainan berstruktur formal lainnya, bisa

lebih daripada hanya sarana untuk menjalin rapport dan emmbuat anak

emrsa nyaman. Mialnya dapat dilihat rasa percaya diri anak,

kemauannya untuk bermain esuai dengan peraturan dan tidak bermain

curang. Rasa marah, sedih, putus asa, takut gagal, kemampuan untuk

menikmati permaianan atau ekspektasi untuk sukses dapat di lihat dari

cara dan sikap anak dalam berman. Akan kelihatan juga, kemampuan

ana berkonsentrasi dan kemampuan untuk memahami permaiann dan

berfikir dengan cara abstrak. Barker (1990) mengatakan bahwa dari

pengalamannya, ia kemudian dapat melakukan percakapan dengan

Page 13: Konseling Anak Sd New

anak sambil bermain, bahkan dengan anak yang tadinya enggan

berbicara.

F. Konseling Pra-Remaja (9-12 Tahun)

Pada usia ini sering di sebut sebagai usi laten. Anak-anak usia ini biasanya

cenderung berkelompok dengan teman sebaya dari jenis kelamin sama dan

mempunyai cirri “ada dalam keadaan tidak aktif”, dan untuk orang dewasa

sering tampak seperti ada dalam dunianya sendiri. Pada masa ini laju

perkembangan anak laki-laki dan perempuan tidak sama, anak perempuan

berkembang sediit lebih cepat dari pada anak laki-laki. Yang menjadi focus

perhatian adalah hubungan interpersonal. Di sekolah, “meneruskan berita”-

yang ditulis secarik kerrtas kecil-menjadi pengisi waktu. Juga meneruskan

masa pencarian.

Bentuk konseling yang dianjurkan adalah konseling bermain dan konseling

dengan menggunakan media seperti seni, music, drama, guided fantasy dan

literatur.

1. Media Seni untuk Konseling

Menurut Gumaer (Baruth & Robinson III, 1987). Seni dalam

kegiatan konseling dapat bermanfaat bagi anak dalam hal seperti :

a. Seni melibatkan anak untuk menggunakan pikiran dan panca

indranya. Seni menuntut anak untuk berpikir sebelum bertindak.

Mereka dilatih untuk menggabungkan berbagai input untuk menjadi

produk yang terintegrasi (misalnya lukisan, patung).

b. Anak dapat mengekpresikan pikiran dan perasaannya yang

berhubungan dengan masa lalu, saat ini, maupun memproyeksikannya

ke dalam aktivitas di masa depan.

c. Seni memungkinkan anak untuk melakukan katarsis dari emosi-emosi

negatif dalam bentuk yang dapat diterima lingkungannya. Anak yang

agresif terhadap orang lain seringkali karena mereka tidak mempunyai

strategi alternatif untuk melepaskan ketegangan mereka.

d. Seni merupakan produk hasil dari inisiatif diri dan dikontrol oleh anak

sehingga meningkatkan perkembangan ego.

Page 14: Konseling Anak Sd New

e. Media seni, proses artistik, dan hasil jadinya memberikan perasaan

telah berprestasi, kepuasan dan harga diri.

f. Seni dapat membantu pembentukan rapport dengan anak-anak yang

pemalu, ragu-ragu atau nonverbal.

g. Melalui seni, terapis dapat menyentuh aspek-aspek bawah sadar pada

anak tanpa harus berhadapan dengan mekanisme defensnya.

h. Seni memberikan tambahan data diagnostik bagi informasi lain yang

diperoleh dalam konseling.

2. Bibliocounseling

Dalam konseling dengan pra-remaja dapat pula digunakan buku,

puisi, cerita rakyat, dan sebagainya. Beberapa manfaat dari

bibliocounseling adalah :

a. Memberi informasi yang diperlukan dalam pemecahan masalah.

b. Memberi instruksi dan petunjuk untuk pengembangan keterampilan.

c. Mengidentifikasi dan memuaskan minat pribadi.

d. Membantu membawa masalah yang direpresi ke alam kesadaran.

e. Membantu pengkajian topik yang bersifat pribadi dan mengancam

dengan memberi ide-ide dan cara-cara untuk mengomunikasikannya.

f. Membantu pemahaman diri dan pemahaman tentang diri dalam

hubungan dengan orang lain.

g. Membantu proses sosialisasi dengan menstimulasi perasaan menjadi

bagian dengan orang lain.

h. Membantu timbulnya perasaan universalisasi, well-being, dan rasa

aman dengan membantu anak-anak dengan memberi pemahaman

bahwa orang-orang lain juga merasakan seperti mereka dan telah

mengalami pengalaman serupa. Mengurangi perasaan sendiri dan

terisolasi yang tipikal untuk anak-anak yang bermasalah.

i. Membantu anak untuk rileks dengan mengurangi anxietas melalui

kelegaan emosional.

j. Membantu pengujian kembali sikap dan nilai.

k. Memberi kesenangan dan hiburan melalui pengalaman estetik.

Page 15: Konseling Anak Sd New

l. Mengembangkan apresiasi kritis dan estetik mengenai nilai buku dan

bentuk literatur lain (Gumaer ; Baruth & Robinson III, 1987).

G. Hal-hal yang harus ada dalam proses konseling untuk anak

Geldard  and  Geldard  (2008)  memformulasikan  beberapa  atribut 

yang  harus  ada  dalam hubungan konselor dan anak dalam menjalankan

proses konseling, yaitu:

a) Adanya kesinambungan antara persepsi konselor dan dunia anak‐anak. Hal

ini dapat dibangun konselor dengan memahami tentang apa dan bagaimana

dunia anak, sehingga persepsi dan penghargaan serta sikap yang tidak

menghakimi akan keberadaan dunia anak akan terbentuk.

b) Hubungan  yang  eksklusif.  Konselor  hendaknya  membangun  dan 

menjaga  hubungan yang  baik  dengan  anak‐anak  untuk  membentuk 

kepercayaan  pada  diri  anak  pada konselor.

c) Hubungan yang aman. Konselor berusaha membuat lingkungan kondusif

bagi anak‐anak sehingga ia dapat mengeksresikan emosi dan perasaan

mereka dengan bebas. Perasaan aman  dalam  bersikap  dan  bertingkap 

laku  dan  menimbulkan  rasa  percaya  kepada konselor. 

d) Hubungan Autentik. Hubungan yang dibangun adalah hubungan yang

dilandasi dengan sikap jujur, terbuka , spontan, dan alamiah. Sikap pura-

pura dapat menghambat jalannya proses konseling.  Sikap  konselor yang

demikian akan membawa konselor berinteraksi dan bermain dengan anak-

anak dengan rasa senang.

e) Hubungan yang menimbulkan adanya rasa percaya diri pada anak. Ketika

bekerjasama dengan anak-anak, konselor berusaha mengembangkan

suasana yang aman untuk anak-anak  dalam  membagi  apa  yang 

dipikirkan  dan  dirasakannya.  Konselor  dapat mencoba mencari suasana

yang disukai klien.

f) Hubungan non-intrusif. Konselor jangan menginterupsi dengan apa yang

dikatakan dan dilakukan  anak,  sehingga  anak  merasa  terganggu. 

Buatlah  suasana  nyaman.  Terlalu membingungkan  anak  bila 

menanyakan  pertanyaan-pertanyaan  yang  terlalu  banyak dalam satu

Page 16: Konseling Anak Sd New

waktu. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan perasaan curiga pada diri

anak sehingga menimbulkan perasaan takut berbagi.

g) Hubungan  yang  bertujuan.  Setiap  hal  yang  dilakukan  oleh  konselor 

hendaknya bertujuan dengan jelas. Harus disadari bahwa beberapa anak

memerlukan waktu yang lama untuk bisa bekerja sama dengan konselor,

dan terkadang diiiringi dengan perasaan cemas. Bermain merupakan

sarana yang baik untuk mendekatkan diri pada anak‐anak. Permainan 

yang  dipilih  sebaiknya  mendukung  proses  pemecahan  masalah  yang

dihadapinya.

H. Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling berlangsung

Selama proses konseling dilakukan, ada beberapa ketrampilan

konseling yang harus dimiliki oleh  seorang  konselor  atau  pendidik  yang 

membantu  anak  dalam  penyelesaian  hambatan  atau masalah pada diri anak,

yaitu:

a) Pendekatannya  menyatu dengan anak (joining with the child)

b) Mengamati perilaku anak selama konseling (observation) 

c) Mendengar secara aktif  aktif (active listening)

d) Menyadari berbagai isu untuk menfasilitasi perubahan (awareness raising

and the resolution of issues to facilitate change)

e) Menyelami apa yang diyakini anak  (dealing with the child’s belief)

f) Aktif memfasilitasi anak yakni dengan memberi kesempatan anak untuk

mengekspresikan apa yang dipikir dan dirasa (actively facilitating).

g) Mengakhiri dengan kesimpulan (termination)

I. Faktor‐faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling untuk

anak

a) Usia

Perbedaan  usia  pada  anak  akan  mempengaruhi  berbagai 

macam  hal  yang membantu  proses  pelaksanaan  konseling,  misalnya 

penerimaan/persepsi  anak  yang masih sederhana berpengaruh pada 

bahasa dan metode pendekatan, serta media yang dipakai.

Page 17: Konseling Anak Sd New

b) Latar belakang kehidupan anak

Orang tua melalui gaya pengasuhan (hubungan‐keterdekatan, pola

komunikasi, pola kedisiplinan), aturan/norma keluarga,

kebiasaan/habituasi dalam keluarga,  status  sosial  ekonomi,  budaya 

lingkungan,  tingkat  pendidikan,  bakat  (potensi khusus) dan minat

(kesenangan).

c) Keterbukaan dan kerjasama dari orang tua dalam memberikan informasi

merupakan hal penting  untuk melihat perubahan perilaku pada anak.

J. Media Konseling Anak-Anak

Salah satu bantuan yang dapat dilakukan pada institusi sekolah dasar

adalah melalui proses konseling yang terstruktur. Konseling untuk anak‐anak

dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Konseling anak

jelas berbeda dengan konseling pada orang dewasa dalam pelaksanaannya.

Konseling pada anak memiliki kekhasan sendiri dalam melakukannya.

Menimbang dunia sekolah dasar adalah dunia bermain, sehingga media yang

digunakan adalah media‐media yang sesuai dengan metode pembelajaran pada

pendidikan sekolah dasar. Konseling ini tentu saja berbeda dengan metode

mendongeng, keterampilan dalam melakukan konseling beserta prosedur

konseling dilakukan, seperti mendengarkan secara aktif, dan melakukan

kesimpulan‐kesimpulan yang melibatkan anak secara interaktif. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Geldard dan Geldard (2008) bahwa “praktek

konseling dengan anak memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan

dengan pendekatan orang dewasa”. Selanjutnya dikemukakan bahwa

konseling untuk anak sekolah dasar menggunakan pendekatan berbagai

metode pembelajaran pada institusi sekolah dasar tersebut, seperti bercerita

dengan menggunakan media gambar-menggambar dan konstruksi.

Penggunaan beberapa media dalam konseling anak, antara lain:

a. Miniatur binatang

1) Sekumpulan binatang berbagai jenis (binatang buas, ternak, jinak,

dinosaurus, binatang peliharaan, dan lain-lain)

2) Benda-benda pendukung lainnya (misalnya pagar dan lain-lain)

Page 18: Konseling Anak Sd New

Langkah-langkah penggunaan miniatur binatang dalam terapi anak, antara

lain:

a) Pilihlah binatang yang paling menggambarkan anak

b) Pilihlah binatang yang mewakili keluarga anak atau sekolahnya

c) Susunlah binatang itu menurut kedekatan hubungan mereka

d) Bila ada satu binatang tidak ada (salah satu yang berpengaruh), apa

yang terjadi?

e) Susunlah binatang itu yang membuat semua yang ada di dalamnya

merasa lebih bahagia serta akhiri konseling dengan sesuatu yang

melegakan/membahagiakan.

b. Sand tray

1) Kotak pasir, pasir yang bersih dan berukuran lebih besar

2) Perlengkapan: benda-benda apa saja (yang akan dijadikan simbol /

lambang)

Langkah-Langkah menggunakan sand tray dalam terapi anak:

a) Kumpulkan informasi penting mengenai apa yang sedang terjadi dalam

diri anak (misalnya: perceraian, kematian, dan lain-lain). Observasi

cara anak bermain, cara meletakkan lambang, pemilihan lambang,

emosinya, raut wajahnya, dan tema selama bermain.

b) Beri feedback dan gunakan open question untuk memancing anak

bercerita lebih banyak mengenai apa yang sedang terjadi dengannya.

c) Beri dia kesempatan untuk menata mainan (sand tray) tersebut

berdasarkan apa yang membuatnya lebih bahagia dibanding dengan

apa yang telah terjadi.

c. Clay

1) Clay atau malam, tanah liat

2) Tatakan untuk bermain malam (agar kebersihan tetap terjaga)

3) Benda-benda pendukung (alat untuk memotong, membentuk,

mencetak)

Langkah-langkah menggunakan clay dalam terapi anak diantaranya:

a) Minta anak berteman dengan clay (dengan meminta mereka

melakukan sesuatu seperti membuat bola, memipihkan, membuat ular,

Page 19: Konseling Anak Sd New

melingkarkan ke jari, dan lain sebagainya). Saat anak bermain lakukan

observasi dan feedback.

b) Meminta anak memilih bagian mana dari aktifitas tadi yang disukainya

sehingga bagian yang disukai tersebut dapat diperagakan lagi.

c) Minta dia membuat sesuatu tentang dirinya (bentuk apa saja kecuali

bentuk asli manusia).

d) Coba minta mereka membuat anggota keluarga lain.

e) Atur berdasarkan kedekatan serta minta dia merefleksi perasaannya.

f) Minta anak berdiri, pegang clay yang melambangkan perasaannya.

Katakan pada clay itu dengan suara keras (saya marah karena...),

lempar clay ke bawah (konselor harus tenang supaya situasi lebih

terkendali)

g) Atur posisi anggota keluarga yang membuat semua lebih bahagia.

h) Tanyakan perasaannya sekarang.

i) Konfirmasikan pada anak mengenai apakah anak itu sendiri atau

konselor yang akan memberitahu orang tua mengenai apa yang perlu

orang tua ketahui.

j) Setelah itu mainan dapat dirapikan.

d. Fruit tree drawing

1) Kertas gambar, pensil dan krayon

2) Kursi dan meja kecil untuk menggambar

Langkah-langkah menggunakan fruit tree drawing dalam terapi anak

yakni:

a) Minta anak menggambar sebuah pohon yang menggambarkan dirinya.

b) Dialog dengan anak mengenai gambar itu, misalnya mengenai pohon

apa itu, apakah hidup sendiri/bersama, bagaimana buahnya, apa yang

terjadi dengan pohon itu. Gunakan kata ganti orang pertama untuk

bercerita mengenai pohon itu. Minta anak menceritakan lebih banyak

tentang dirinya dan apa yang dipikirkan mengenai diri dan

lingkungannya. Dalam hal ini konselor perlu  mengobservasi dan

feedback dimana hal tersebut merupakan hal krusial untuk menolong

anak bercerita.

Page 20: Konseling Anak Sd New

e. Comic strip

1) Kertas dengan 3 kotak untuk menggambar

2) Alat gambar/pewarna

Langkah-langkah dalam menggunakan comic strip dalam terapi anak

yakni:

a) Untuk kotak pertama: minta anak menggambar apa yang sedang terjadi

saat ini (sumber masalahnya).

b) Untuk kotak kedua: tindakan yang membuat anak terhindar dari

masalah tersebut.

c) Untuk kotak ketiga: apa yang dapat dilakukan untuk menolongnya

agar dapat terhindar dari masalah yang timbul.

d) Penekanan: anak punya pilihan dan segala pilihan pasti ada

konsekuensinya masing-masing.

K. Fungsi Konselor Anak

a. Melaksanakan tes

Tes-tes psikologis merupakan alat diagnostic yang dapat

membantu konselor merencanakan intervensi yang efektif. Konselor yang

bekerja di institusi biasanya akan memberikan beberapa tes bagi kliennya.

Data yang diperoleh dari tes-tes tersebut dapat disampaikan kepada

orangtua, guru dan pihak lain serta untuk membantu merancang program

yang cocok bagi anak. Bentuk tes biasa diberikan adalah tes kemampuan

mental, tes prestatif, inventori kepribadian, inventori konsep diri dan lain

sebagainya.

b. Menulis dan menyimpan berbagai catatan

Konselor juga bertugas untuk mencatata dan menyimpan data-data

mengenai klien anak. Informasi dalam konseling akan bermanfaat dalam

mengevaluasi kemajuan konseling dan merencanakan pertemuan

berikutnya. Seperti juga pada konseling orang dewasa, data-data yang di

peroleh dari anak akan di jaga kerahasiaannya, kecuali untuk tujuan

diskusi dengan sesame professional.

Page 21: Konseling Anak Sd New

c. Melakukan rujukan dan penempatan

Salah satu tanggung jawab etis dari konselor adalah memberikan

pelayanan yang terbaik bagi anak, sesuai dengan masalahnya. Karena

adanya keterbatasan kemampuan atau jasa yang diberikan oleh institusi di

mana konselor bekerja, maka ada kalanya perlu dilakukan rujukan.

Idealnya konselor tahu benar berbagai jasa yang tersedia di masyarakat,

yang dapat membantu anak sehingga dapat melakukan rujukan secara

tepat. Konsleor yang bekerja di sekolah memiliki tanggung jawab untuk

merujuk anak ke sekolah khusus bila anak mengalami kesulitn belajar

pada anak sekolah umum (misalnya bagi anak down syndrome,autis,cacat

fisik, anak dengan gangguan emosi dll)

Page 22: Konseling Anak Sd New

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam  memberikan  konseling  untuk  anak  berbeda  metodenya 

dengan  konseling yang  ditujukan  kepada  remaja  ataupun  orang  dewasa. 

Kekhasan  atau  keunikan  anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

penggunaan metode pendekatan konseling. Konselor untuk anak yang baik

haruslah memahami perkembangan anak yang normal sehingga dapat

digunakan untuk mengevaluasi anak-anak yang bermasalah. Anak tidak dapat

disamakan dengan orang dewasa. Orang dewasa harus di pandang sebagai

orang dewasa, dan anak sebagai anak.

B. Saran

Dalam pelaksanaan konseling anak, masih belum bisa terealisasikan

dengan baik, karena bimbingan dan konseling masih kurang digerakkan pada

sekolah-sekolah terutama Sekolah Dasar. Padahal BK di SD sangatlah penting

bagi perkembangan anak. Dalam proses konseling anak, konselor juga dapat

memahami bagaimana cara melakukan konseling anak dengan baik, karena

konseling anak berbeda dengan konseling pada remaja.

Page 23: Konseling Anak Sd New

DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. (2001). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Sixth Ed.

Belmont, CA: Wadsworth.

http://astipurwanti.blogspot.co.id/2014/09/konseling-anak-sd.html (di akses pada

hari kamis, 17 september 2015)

http://ekodageink.blogspot.co.id/2013/03/bimbingan-konseling-tk-sd-

konseling.html (diakses pada hari kamis, tanggal 17 september 2015)

Lesmana, N, Jeanette. 2006.Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI-Press

Secasa. 2007. Children and counseling: South Eastern Centre Against Sexual

Assault is a service of Southern Health. (online www.secasa.com, September 16th

2015)

Sundberg, N, et.al. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.