KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id fileUKM belum merasakan dampak ACFTA. Survei itu juga menun-jukkan...

1
18 SELASA, 25 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA E KONOMI NASIONAL JAJANG SUMANTRI S UDAH genap setahun In- donesia memberlakukan perjanjian perdagangan bebas China-ASEAN (ASEAN-China Free Trade Agree- ment/ACFTA). Namun, pakta itu ternyata belum mampu memacu gairah pelaku usaha kecil dan menengah Tanah Air untuk melebarkan bisnis ke mancanegara. Hal itu tecermin dalam survei global UKM yang diumumkan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC), beberapa waktu lalu. Dalam survei terhadap 300 pelaku UKM nasional pada Oktober dan November 2010 itu terungkap mayoritas pelaku UKM belum merasakan dampak ACFTA. Survei itu juga menun- jukkan kecilnya persentase UKM Indonesia yang aktif dalam perdagangan internasional, teru- tama dengan China. “Mayoritas responden meru- pakan pelaku bisnis domestik yang siklus bisnis mereka ter- gantung kekuatan konsumsi masyarakat Indonesia,” ujar ACFTA belum Pacu Gairah Pebisnis Kecil Bisnis berskala kecil dan menengah masih berjuang memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas. ekonom HSBC untuk Indonesia dan Thailand Wellian Wiranto. Menurutnya, potensi konsum- si dari sekitar 230 juta penduduk Indonesia memang berperan dalam menjaga kepercayaan pelaku UKM terhadap prospek bisnis di dalam negeri. Akan tetapi, lanjutnya, pelaku UKM Indonesia tidak boleh cuma ter- paku pada pasar domestik. Sejauh ini, dari sekitar 45 juta pelaku UKM Indonesia, sangat minim yang terlibat da- lam perdagangan internasional. Adapun mereka yang terlibat dalam perdagangan internasio- nal lebih ‘rajin’ melakukan impor ketimbang ekspor. Dari survei HSBC, 73% responden masih berorientasi impor, sedangkan yang terlibat dalam aktivitas ekspor hanya 43%. “Namun, meski dominan im- por, secara nilai, angka ekspornya lebih besar,” ungkap Wellian. Sebagian dari impor itu juga terkait dengan bahan baku dan barang modal untuk stabilitas produksi sehingga membuka lapangan kerja baru. Ia optimistis jika dapat meng- antisipasi sejumlah kendala yang ada saat ini (lihat tabel), jumlah UKM Indonesia yang melaku- kan perdagangan internasio- nal dapat naik 21%. “Kendala utama yang dihadapi UKM ini adalah tidak tersedianya kredit pembiayaan.” Konsolidasi Sementara itu, berdasarkan paparan dalam buku Asia Free Trade Agreements; How is Busi- ness Responding yang dirilis Bank Pembangunan Asia (Asia Deve- lopment Bank/ADB) kemarin, terdapat 50 perjanjian perda- gangan bebas di kawasan Asia Timur saja pada Januari 2011. Adapun 80 perdagangan bebas lainnya sedang diperiksa. Data dalam buku itu juga menyebutkan UKM pada khu- susnya masih berjuang dalam memanfaatkan perjanjian per- dagangan bebas itu. Konsolidasi aneka perjanjian diyakini ADB akan membantu perusahaan dan pertumbuhan ekonomi. “Perjanjian perdagangan bebas akan memiliki manfaat ekonomi yang jelas. Itu tentu saja akan meningkatkan akses pasar untuk berbagai barang, jasa, keahlian, dan teknologi,” kata Presiden ADB Haruhiko Kuroda. (Ant/E-3) [email protected] PEMBANGUNAN PLTU: Pekerja tengah menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam, kemarin. Pembangunan PLTU Nagan Raya dengan kapasitas 2x110 megawatt (Mw) tersebut diperkirakan akan selesai pada akhir 2012. Dengan beroperasinya PLTU tersebut, krisis listrik di Aceh diharapkan dapat diatasi. MI/HENDRA SAPUTRA rapatkan dahulu bersama peme- rintah,” ungkap Deputi Guber- nur BI Budi Rochadi di Gedung DPR, Jakarta, kemarin. Redenominasi pada dasarnya merupakan penyederhanaan satuan mata uang. Nilai pecahan rupiah yang sudah mencapai ra- tusan ribu akan disederhanakan menjadi hanya beberapa digit. Penyederhanaan ini tidak akan memengaruhi nilai uang terse- but terhadap barang. Menurut Budi, BI akan ber- koordinasi dengan Wakil Presi- den dalam pembahasan rencana redenominasi tersebut. Hasil pembahasan dalam koordinasi dengan pemerintah diharapkan selesai pada 2011 ini. Saat menanggapi hal itu, eko- nom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono melihat pe- laksanaan redenominasi tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Instabilitas harga dan nilai tukar rupiah saat ini men- jadi penyebabnya. Dia meng- ingatkan, stabilitas harga, inasi yang rendah, dan stabilitas nilai tukar merupakan syarat mutlak redenominasi. “Sepertinya inasi yang kita tidak duga tahun lalu membu- yarkan mimpi BI melakukan redenominasi. Jadi sementara redenominasi lupakan saja, itu akan menjadi agenda lagi ketika stabil,” ujar Toni. Dia mengingatkan, pelaksa- naan redenominasi di negara seperti Turki baru berhasil ketika devisa dan turis masuk. Oleh sebab itu, pendapatan dan ca- dangan devisa yang besar men- Pemerintah Mulai Dukung Redenominasi Masih Kena Bea Masuk Harga Terigu Naik 5% MESKI pemberlakuan bea masuk 5% untuk produk gan- dum impor telah ditunda akhir pekan lalu, harga terigu tetap akan naik 5%. Soalnya, hingga kemarin kegiatan impor ko- moditas itu masih dikenai bea masuk. “Sejak diberlakukan pada 22 Desember 2010 lalu, produsen tepung terigu telah memba- yar bea masuk sekitar Rp100 miliar. Hingga kini kami be- lum mendapat pemberitahuan resmi terkait penundaan bea masuk itu. Jadi, hingga hari ini bea masuk masih berlaku,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pro- dusen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang di Jakarta, kemarin. Akibatnya, pihak produsen harus menyesuaikan harga produk tepung terigu. Selan- jutnya, kenaikan akan berimbas pada harga produk turunan seperti mi, roti, dan biskuit. Misalnya, Bogasari akan me- naikkan harga sekitar 5% kare- na adanya bea masuk itu. “Tentu ini berimbas pada harga produk turunan seperti produk mi, roti, dan biskuit yang dinaikkan 1,5% per bu- 5 Maskapai Terindikasi Kesulitan LIMA maskapai penerbangan nasional berjadwal terindikasi mengalami kesulitan keuang- an. Hal itu terlihat dari minim- nya jumlah armada yang diope- rasikan. Selain Mandala Airlines dan Kartika Airlines yang masing- masing telah berhenti operasi sementara per Januari 2011 dan Juli 2010, ada tiga maskapai lainnya yang terindikasi menga- lami kesulitan. Ketiga maskapai itu ialah Riau Airlines, Kal Star Aviation, dan Air Maleo. Untuk Mandala Airlines dan Kartika Airlines, regula- tor memberikan kesempatan mengoperasikan pesawat kem- bali. Sementara tiga lainnya masih mengoperasikan pesa- wat, namun jumlahnya terbatas atau di bawah lima unit. Menurut Dirjen Perhubung- an Udara Kementerian Perhu- bungan (Kemenhub) Herry Bhak ti Singayudha Gumay, minimnya jumlah armada bisa menunjukkan bahwa maskapai tersebut mengalami keterba- tasan permodalan. Dalam bis- nis penerbangan, terangnya, maskapai disebut berkembang bila pesawat yang dioperasikan terus bertambah. “Kalau maskapai berjadwal tapi hanya mengoperasikan dua atau tiga pesawat, itu bia- sanya mengalami kesulitan ke uangan,” ujar Herry saat dihubungi, kemarin. Ia menerangkan, setiap tri- wu lan, pihaknya menerima laporan keuangan dari setiap maskapai. Laporan itu diguna- kan sebagai bahan penilaian kesehatan maskapai. “Kami tak bisa publikasikan kinerja mereka. Kami juga tak bisa intervensi lebih jauh. Fokus kami sebagai regulator adalah dari sisi keamanan dan kese- lamatan (safety and security). Kalau maskapai dalam kondisi demikian (kesulitan keuangan), biasanya pesawatnya sedikit, ya kami rekomendasikan agar beroperasi sesuai kemampuan saja,” tandasnya. Hal itu dapat dilihat dari pengurangan rute penerbangan yang dilayani, seperti yang dialami Mandala Airlines. Pada September 2010 lalu, Kemen- hub melayangkan ultimatum kepada maskapai itu untuk se- gera menambah jumlah arma- danya. (CS/E-4) M m du pe ak ke m m De te ya m lu re m in uj du (A di ha pr jut pa se M na na ha pr ya PRESIDEN memerintahkan Bank Indonesia (BI) untuk me- lanjutkan pembahasan rencana redenominasi rupiah bersama pemerintah. Tahun ini kedua pihak akan berkoordinasi untuk mematangkan rencana rede- nominasi yang dipimpin Wakil Presiden Boediono. “Sudah ada perintah dari Presiden untuk kita melanjut- kan pembahasan redenominasi bersama pemerintah. Nanti kita jadi syarat utama. “Dan tentunya harus sustainable,” ujarnya. Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan BI akan meningkatkan esiensi sistem pembayaran. Dalam kon- teks ini, redenominasi menjadi salah satu solusi. Solusi lainnya ialah integrasi sistem pem bayaran yang ada melalui national payment gateway. Ini akan didukung pene- trasi keuangan (nancial inclusion) lebih jauh. (*/E-5) JA (A me it u m ke un m glo Th Ba (H pe Ok itu UK AC juk In pe tam pa ya ga m B m p lan,” ujar Chief Executive Of- cer (CEO) PT Bogasari Flour- mills ini. Menurutnya, dengan keter- gantungan hampir 100% ter- hadap gandum impor, sulit bagi 15 produsen tepung terigu nasional untuk menahan harga. Terakhir, produk ini menga- lami kenaikan harga pada September 2010. Namun, harga pascakenaikan masih ditetap- kan ketika harga gandum di level US$260 per ton. “Saat ini sekitar US$370 per metrik ton,” ujarnya. Meskipun demikian, pem- bebasan bea masuk produk gandum juga memberikan ancaman berupa banjirnya pro- duk impor. Secara spesik dia menyoroti maraknya produk gandum dari Turki yang ter- bukti melakukan dumping sehingga dibebani bea masuk antidumping. “Dengan pembebasan bea masuk impor tepung terigu ini, artinya bea masuk antidumping produk tepung terigu impor dari Turki juga tidak akan dike- nakan,” ujar Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies. Saat ini harga terigu nasional rata-rata berkisar Rp117.700- Rp156.200 per sak (25 kg). Sementara harga terigu Turki di pasar domestik Rp106.000- Rp113.000 per sak. Terigu Turki ini menguasai 62,20% pangsa terigu impor yang selama 2010 mencapai 762.515 ton. Hingga akhir 2010 lalu, total konsumsi tepung terigu na- sional berada di kisaran 4,39 juta ton (setara dengan 5,85 juta metrik ton gandum). Dari jumlah tersebut sebanyak 3,62 juta ton dipasok oleh produsen lokal dan 762.515 ton dipa- sok dari produk terigu impor. Namun, seiring pertumbuhan ekonomi, pada 2010 terjadi pe- ningkatan konsumsi domestik hingga 10,53%. (Jaz/E-5) MI/DEDE SUSANTI Franciscus Welirang Ketua Umum Aptindo

Transcript of KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id fileUKM belum merasakan dampak ACFTA. Survei itu juga menun-jukkan...

18 SELASA, 25 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIAEKONOMI NASIONAL

JAJANG SUMANTRI

SUDAH genap setahun In-donesia memberlakukan perjanjian perdagangan bebas China-ASEAN

(ASEAN-China Free Trade Agree-ment/ACFTA). Namun, pakta itu ternyata belum mampu memacu gairah pelaku usaha kecil dan menengah Tanah Air untuk melebarkan bisnis ke mancanegara.

Hal itu tecermin dalam survei global UKM yang diumumkan The Hongkong and Shanghai

Banking Corporation Limited (HSBC), beberapa waktu lalu.

Dalam survei terhadap 300 pelaku UKM nasional pada Oktober dan November 2010 itu terungkap mayoritas pelaku UKM belum merasakan dampak ACFTA. Survei itu juga menun-jukkan kecilnya persentase UKM Indonesia yang aktif dalam perdagangan internasional, teru-tama dengan China.

“Mayoritas responden meru-pakan pelaku bisnis domestik yang siklus bisnis mereka ter-gantung kekuatan konsumsi masyarakat Indonesia,” ujar

ACFTA belum Pacu Gairah

Pebisnis KecilBisnis berskala kecil dan menengah masih berjuang memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas.

ekonom HSBC untuk Indonesia dan Thailand Wellian Wiranto.

Menurutnya, potensi konsum-si dari sekitar 230 juta penduduk Indonesia memang berperan dalam menjaga kepercayaan pelaku UKM terhadap prospek bisnis di dalam negeri. Akan tetapi, lanjutnya, pelaku UKM Indonesia tidak boleh cuma ter-paku pada pasar domestik.

Sejauh ini, dari sekitar 45 juta pelaku UKM Indonesia, sangat minim yang terlibat da-lam perdagangan internasional. Adapun mereka yang terlibat

dalam perdagangan internasio-nal lebih ‘rajin’ melakukan impor ketimbang ekspor. Dari survei HSBC, 73% responden masih berorientasi impor, sedangkan yang terlibat dalam aktivitas ekspor hanya 43%.

“Namun, meski dominan im-por, secara nilai, angka eks pornya lebih besar,” ungkap Wellian.

Sebagian dari impor itu juga terkait dengan bahan baku dan barang modal untuk stabilitas produksi sehingga membuka lapangan kerja baru.

Ia optimistis jika dapat meng-antisipasi sejumlah kendala yang

ada saat ini (lihat tabel), jumlah UKM Indonesia yang melaku-kan perdagangan internasio-nal dapat naik 21%. “Kendala utama yang dihadapi UKM ini adalah tidak tersedianya kredit pembiayaan.”

KonsolidasiSementara itu, berdasarkan

paparan dalam buku Asia Free Trade Agreements; How is Busi-ness Responding yang dirilis Bank Pembangunan Asia (Asia Deve-lopment Bank/ADB) kemarin, terdapat 50 perjanjian perda-gangan bebas di kawasan Asia Timur saja pada Januari 2011. Adapun 80 perdagangan bebas lainnya sedang diperiksa.

Data dalam buku itu juga

menyebutkan UKM pada khu-susnya masih berjuang dalam memanfaatkan perjanjian per-dagangan bebas itu. Konsolidasi aneka perjanjian diyakini ADB akan membantu perusahaan dan pertumbuhan ekonomi.

“Perjanjian perdagangan bebas akan memiliki manfaat ekonomi yang jelas. Itu tentu saja akan meningkatkan akses pasar untuk berbagai barang, jasa, keahlian, dan teknologi,” kata Presiden ADB Haruhiko Kuroda. (Ant/E-3)

[email protected]

PEMBANGUNAN PLTU: Pekerja tengah menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam, kemarin. Pembangunan PLTU Nagan Raya dengan kapasitas 2x110 megawatt (Mw) tersebut diperkirakan akan selesai pada akhir 2012. Dengan beroperasinya PLTU tersebut, krisis listrik di Aceh diharapkan dapat diatasi.

MI/HENDRA SAPUTRA

rapatkan dahulu bersama peme-rintah,” ungkap Deputi Guber-nur BI Budi Rochadi di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Redenominasi pada dasarnya merupakan penyederhanaan satuan mata uang. Nilai pecahan rupiah yang sudah mencapai ra-tusan ribu akan disederhanakan

menjadi hanya beberapa digit. Penyederhanaan ini tidak akan me mengaruhi nilai uang terse-but terhadap barang.

Menurut Budi, BI akan ber-koordinasi dengan Wakil Presi-den dalam pembahasan rencana redenominasi tersebut. Hasil pem bahasan dalam koordinasi

dengan pemerintah diharapkan selesai pada 2011 ini.

Saat menanggapi hal itu, eko-nom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono melihat pe-laksanaan redenominasi tidak bisa dilakukan dalam waktu de kat. Instabilitas harga dan nilai tukar rupiah saat ini men-

jadi penyebabnya. Dia meng-ingatkan, stabilitas harga, infl asi yang rendah, dan stabilitas nilai tukar merupakan syarat mutlak redenominasi.

“Sepertinya infl asi yang kita tidak duga tahun lalu membu-yarkan mimpi BI melakukan redenominasi. Jadi sementara

redenominasi lupakan saja, itu akan menjadi agenda lagi ketika stabil,” ujar Toni.

Dia mengingatkan, pelaksa-naan redenominasi di negara seperti Turki baru berhasil ketika devisa dan turis masuk. Oleh sebab itu, pendapatan dan ca-dangan devisa yang besar men-

Pemerintah Mulai Dukung Redenominasi

Masih Kena Bea MasukHarga Terigu Naik 5%

MESKI pemberlakuan bea masuk 5% untuk produk gan-dum impor telah ditunda akhir pekan lalu, harga terigu tetap akan naik 5%. Soalnya, hingga kemarin kegiatan impor ko-moditas itu masih dikenai bea masuk.

“Sejak diberlakukan pada 22 Desember 2010 lalu, produsen tepung terigu telah memba-yar bea masuk sekitar Rp100 miliar. Hingga kini kami be-lum mendapat pemberitahuan resmi terkait penundaan bea masuk itu. Jadi, hingga hari ini bea masuk masih berlaku,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pro-dusen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang di Jakarta, kemarin.

Akibatnya, pihak produsen harus menyesuaikan harga produk tepung terigu. Selan-jutnya, kenaikan akan berimbas pada harga produk turunan seperti mi, roti, dan biskuit. Misalnya, Bogasari akan me-naikkan harga sekitar 5% kare-na adanya bea masuk itu.

“Tentu ini berimbas pada harga produk turunan seperti produk mi, roti, dan biskuit yang dinaikkan 1,5% per bu-

5 Maskapai Terindikasi KesulitanLIMA maskapai penerbangan nasional berjadwal terindikasi mengalami kesulitan keuang-an. Hal itu terlihat dari minim-nya jumlah armada yang diope-rasikan.

Selain Mandala Airlines dan Kartika Airlines yang masing-masing telah berhenti operasi sementara per Januari 2011 dan Juli 2010, ada tiga maskapai lainnya yang terindikasi menga-lami kesulitan. Ketiga maskapai itu ialah Riau Airlines, Kal Star Aviation, dan Air Maleo.

Untuk Mandala Airlines dan Kartika Airlines, regula-

tor mem berikan kesempatan meng operasikan pesawat kem-bali. Sementara tiga lainnya masih mengoperasikan pesa-wat, namun jumlahnya terbatas atau di bawah lima unit.

Menurut Dirjen Perhubung-an Udara Kementerian Perhu-bungan (Kemenhub) Herry Bhak ti Singayudha Gumay, mi nimnya jumlah armada bisa menunjukkan bahwa maskapai tersebut mengalami keterba-tasan permodalan. Dalam bis-nis penerbangan, terangnya, maskapai disebut berkembang bila pesawat yang dioperasikan

terus bertambah.“Kalau maskapai berjadwal

tapi hanya mengoperasikan dua atau tiga pesawat, itu bia-sanya mengalami kesulitan ke uangan,” ujar Herry saat di hubungi, kemarin.

Ia menerangkan, setiap tri-wu lan, pihaknya menerima la poran keuangan dari setiap maskapai. Laporan itu diguna-kan sebagai bahan penilaian kesehatan maskapai.

“Kami tak bisa publikasikan kinerja mereka. Kami juga tak bisa intervensi lebih jauh. Fokus kami sebagai regulator adalah

dari sisi keamanan dan kese-lamatan (safety and security). Kalau maskapai dalam kondisi demikian (kesulitan keuangan), biasanya pesawatnya sedikit, ya kami rekomendasikan agar beroperasi sesuai kemampuan saja,” tandasnya.

Hal itu dapat dilihat dari pengurangan rute penerbangan yang dilayani, seperti yang dialami Mandala Airlines. Pada September 2010 lalu, Kemen-hub melayangkan ultimatum kepada maskapai itu untuk se-gera menambah jumlah arma-danya. (CS/E-4)

Mmdupeakkemm

Deteyamlureminujdu(Adi

haprjutpaseMnana

haprya

PRESIDEN memerintahkan Bank Indonesia (BI) untuk me-lanjutkan pembahasan rencana redenominasi rupiah bersama pemerintah. Tahun ini kedua pihak akan berkoordinasi untuk mematangkan rencana rede-nominasi yang dipimpin Wakil Presiden Boediono.

“Sudah ada perintah dari Pre siden untuk kita melanjut-kan pembahasan redenominasi bersama pemerintah. Nanti kita

jadi syarat utama. “Dan tentunya harus sustainable,” ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Dar min Nasution mengatakan BI akan meningkatkan efi siensi sistem pembayaran. Dalam kon-teks ini, redenominasi menjadi salah satu solusi. Solusi lain nya ialah integrasi sistem pem bayaran yang ada melalui national payment gateway. Ini akan didukung pene-trasi keuangan (fi nancial inclusion) lebih jauh. (*/E-5)

JA

(Ameitumkeunm

gloTh

Ba(H

peOkituUKACjukInpetam

payagam

Bmp

lan,” ujar Chief Executive Of-fi cer (CEO) PT Bogasari Flour-mills ini.

Menurutnya, dengan keter-gantungan hampir 100% ter-hadap gandum impor, sulit bagi 15 produsen tepung terigu nasional untuk menahan harga. Terakhir, produk ini menga-lami kenaikan harga pada September 2010. Namun, harga pascakenaikan masih ditetap-kan ketika harga gandum di level US$260 per ton. “Saat ini sekitar US$370 per metrik ton,” ujarnya.

Meskipun demikian, pem-bebasan bea masuk produk gandum juga memberikan an caman berupa banjirnya pro-duk impor. Secara spesifi k dia

menyoroti maraknya produk gandum dari Turki yang ter-bukti melakukan dumping se hingga dibebani bea masuk antidumping.

“Dengan pembebasan bea masuk impor tepung terigu ini, artinya bea masuk antidumping produk tepung terigu impor dari Turki juga tidak akan dike-nakan,” ujar Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies.

Saat ini harga terigu nasional rata-rata berkisar Rp117.700-Rp156.200 per sak (25 kg). Sementara harga terigu Turki di pasar domestik Rp106.000-Rp113.000 per sak. Terigu Turki ini menguasai 62,20% pangsa terigu impor yang selama 2010 mencapai 762.515 ton.

Hingga akhir 2010 lalu, total konsumsi tepung terigu na-sional berada di kisaran 4,39 juta ton (setara dengan 5,85 juta metrik ton gandum). Dari jumlah tersebut sebanyak 3,62 juta ton dipasok oleh produsen lokal dan 762.515 ton dipa-sok dari produk terigu impor. Namun, seiring pertumbuhan ekonomi, pada 2010 terjadi pe-ningkatan konsumsi domestik hingga 10,53%. (Jaz/E-5)

MI/DEDE SUSANTI

Franciscus WelirangKetua Umum Aptindo