KONFLIK TIMUR TENGAH.docx
-
Upload
raden-mas-anjas -
Category
Documents
-
view
184 -
download
41
Transcript of KONFLIK TIMUR TENGAH.docx
KONFLIK TIMUR TENGAH: KONFLIK ANTARA PALESTIN DAN ISRAEL
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Sejarah Asia Barat Daya
Yang dibina oleh Bu Dra. Yuliati, M.Hum.
oleh
1. Aditya Fajar Utama 1407326027422. Anjas Septiawan 1407326027833. Inges Reagita 1407326026994. M. Faruq Amrulloh 1407326011045. Mujiburrohman Wicaksono 140732602486
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
MARET 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jazirah Arab merupakan tempat dimana banyak nabi dan rosul diturunkan untuk
membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Peradaban Mesopotamia
merupakan salah satu peradaban tertua yang ada di dunia yang terletak di lembah
Eufrat dan Tigris yang sekarang letaknya di Irak. Awalnya muncul yang pertama
adalah bangsa Sumeria yang mana kekuasaannya mencapai Babylonia hingga
Siria. Setelah Sumeria dikalahkan oleh Bangsa Akadia dan Raja Sargon terkenal
dalam mempimpin bangsa Akadia. Kemudian berkembanglah dan muncul bangsa
Babylonia dan Assyiria. Bangsa Bangsa Babylonia muncul kembali setelah
kerajaan Assyiria lenyap. Kerajaan ini merupakan gabungan pemberontak yaitu
bangsa Media dan Persia, yang berhasil menghancurkan Niniveh pada 612 SM.
Pemberontakan bangsa Yahudi ditindas dan mereka dibawa ke Babylonia sebagai
budak pada 597 SM. Berawal dari sinilah bangsa Yahudi menjadi eksodus dan
melarikan diri sedangkan yang lainnya menjadi budak. Wilayaah Kanaan di
Palestina yang kosong kemudian dihuni oleh bangsa Arab Palestina sedangkan
yang lain pindah ke Mesir. Setelah para bangsa Yahudi dilepaskan dari
perbudakan, mereka kembali ke wilayah Kanaan namun wilayahnya yang
ditinggal sudah dihuni oleh bangsa lain. Ketika bangsa Romawi menguasai Eropa
dan wilayah Syiria dan sekitarnya hingga Palestina, kaum Yahudi banyak yang
diburu kemudian dijadikan budak, dibunuh, dan melarikan diri melakukan
eksodus hingga islam menguasainya kembali dan bangsa Yahudi dilindungi
penguasa Islam. Berbicara mengenai konflik dan peperangan memang Timur
Tengah tidak ada habis habisnya, belakangan ini yang terbaru adalah serangan
ISIS yang menggemparkan dunia karena ulahnya yang menguasai Suriah dan
Irak. Kemudian sebelum itu juga ada konflik di Suriah antara pejuang islam
dengan Presiden otoriternya Bashar al- Assad hingga menewaskan banyak
rakyatnya sendiri. Kemudian di Yaman antara islam sunni dan syi’ah juga konflik.
Selanjutnya yang paling fenomenal adalah perang yang terjadi di jalur Gaza
antara Palestina dan Zionis Israel. Konflik dan perang yang terjadi di Gaza
memang konflik yang berlarut-larut hingga Palestina dibebaskan kembali, bahkan
Rosululloh telah bersabda mengenai perang saudara antara Palestina dengan Israel
tersebut. Banyak dampak yang muncul dari perang dan konflik antara Palestina
dengan Israel hingga mempengaruhidan melibatkan negara-negara di Timur
Tengah. Bahkan negara seperti Amerika Serikat juga ikut campur meskipun tidak
sepenuhnya diketahui aktivitasnya oleh publik di Timur Tengan maupun
Palestina. Lantas bagaimana awal konflik antara Palestina dan Israel tersebut, dan
bagaimana mendamaikan kedua belah pihak agar konflik tersebut terhenti. Oleh
karena itu kamu membuat makalah yang berjudul Konflik Timur Tengah: Konflik
Antara Palestin dan Israel.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah Latar Belakang perang atau konflik antara Israel dan
Palestina?
1.2.2. Bagaimanakah Perjalanan Perang antara Palestina dan Israel?
1.2.3. Bagaimanakah Dampak yang diperoleh dari konflik antara Palestina
dengan Israel?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Perang atau Konflik Antara Israel dan Palestina
Membahas masalah Israel dan Palestina mungkin kita bertanya-tanya awal
mula terjadinya konflik tersebut. Memang jika ditelusuri lebih lanjut, akar
permasalahannya mengenai persengketaan wilayah dan batas negara. Masih
banyak pendapat kapan awal mulanya konflik tersebut. Mungkin Konflik di
Timur Tengah khususnya antara Israel dan Palestina bermula keruntuhan Turki
Ustmani pada tahun 1924, dan bangsa barat seperti Inggris dan Perancis mencoba
menguasai wilayah wilayah Jazirah Arab yang awalnya masuk dalam kekuasaan
Turki Ustmani. Setelah menguasai sebagaian bangsa-bangsa di Jazirah Arab
kemudian Perancis dan Inggris membagi wilayah-wilayah dengan batas-batas
tertentu. Setelah Perang Dunia kedua berakhir, bangsa-bangsa di Jazirah Arab
dijanjikan sebuah kemerdekaan dan selang beberapa tahun tersebut muncul
negara-negara baru di Jazirah Arab seperti Arab Saudi, Yaman, Suriah,Palestina,
Yordania, Israel, Mesir, dan sebagainya.
Dalam Perang Dunia I Zionis dibawah pimpina Dr. Chaim Weizman
menuntut Inggris; agar diberi Palestina dan sanggup membantu biaya perang dan
tenaga melawan Jerman. Akhirnya lahir Balfour Deklaration (1917) isinya:
Pertama, didirikannya National Home (otonomi) untuk bangsa Yahudi di
Palestina. Kedua, bangsa Yahudi tidak boleh merugikan bangsa Arab setempat.
Dengan adanya pengumuman ini berbondong-bondong orang Yahudi kembali ke
Palestina. Dengan uangnya, tipu muslihat dan paksaan mereka, menguasai tanah
orang Arab. Terjadilah konflik antara orang Arab dengan imigran Yahudiyang
jumlahnya makin banyak. Pejabat Inggris keturunan Yahudi seperti Menlu Bafour
dan Helbert Samuel (komisaris Tinggi Inggris di Palestina 1920-1925),
kebijaksanannya menguntungkan Yahudi. Herbert Samuel membentuk Jewish
Agency, suatu organisasi semi pemerintahan dan memiliki pasukan yang disebut
Haganahdan tindakannya merugikan penduduk Arab. Sehingga mufti Jerussalem
Muhammad Amin al Husaeni mengorbankan semangat anti Yahudi dan timbul
peperangan (1929). Inggris trurn tangan dan keluarlah :The Passifield White
Paper, isinya: Imigran Yahudi dilarang membeli tanah orang Arab. Yahudi
menolak; Arab menerima. Karena Haganah berpengalaman dalam Perang Dunia I,
dapat menggagalkan serangan Arab Palestina.
Palestina menjadi kacau Inggris menurunkan komisi penemuan fakta (Peel
Commisiom), hasilnya diumkan pada Palestina. Pertama, negara yahudi
ditetapkan sepanjang pantai palestina. Kedua, daerah mandate Inggris sekitar jalan
kereta api antara Jerusalem sampai Pelabuhan Jafa. Ketiga, Palestina dikurang
daerah a +b diatas untuk Arab Palestina. Rencana ini diterima Yahudi tetapi
ditolak Arab.Kemudian Inggris mengeluarkan White Paper (1939) isinya:
Pertama, pada 1949 akan dibentuk negara Palestina, Kedua, UUD yang disusun
harus melindungi a Jewish Home (bukan bangsa Jahudi) tetapi daerah Jahudi).
Ketiga, Imigran Yahudi dibatasi 75.000 orang dan tidak boleh membeli tanah.
Bangsa Arab maupun Yahudi menolak. Karena Inggris sibuk perang
meninggalkan masalah Palestina, sebaliknya Yahudi berbondong-bondong ke
Palestina dari Eropa.
Sesudah Perang Dunia II selesai, Inggris membawa masalah palestina ke
PBB dan menetapkan: Palestina dibagi menjadi daerah Arab dan daerah Yahudi.
Arab menolak, sedang Yahudi menerima. Inggris mengembalikan mandatnya ke
PBB, sedang Yahudi memproklamirkan kemerdekaannya (1948), yaitu Republik
Israel. Kemerdekaan ini dengan cepat diakui Amerika Serikat dan Uni Soviet
(1948), keduanya ingin meluaskan pengaruhnya di Timur Tengah, mengganti
Inggris Perancis. Perang Arab-Israe pertama meledak PBB mengirimkan mediator
menentukan batas wilayah Israel-Arab Palestina, tetapi merugikan Israel.
Akibatnya Bernadote (Swedia) petugas PBB dibunuh Haganah; penggantinya Dr.
Ralp Bunche berhasil menetapkan batas wilayah, tetapi kedua belah pihak tak
mengakui. Dalam perang itu 1948) Mesir berhasil menguasai jalur Gaza, sedang
Yordania. Memperoleh bagian timur kota Yerusalem dan daerah tepi Barat
(Akhira) (Soepratignyo dan Sri Sumartini, 1995: 95-97).
Pada tahun 1945 di Bludan berdirilah Arab League (Liga Arab) oleh Mesir,
Saudi Arab, Yaman, Irak, Yordania, Libanon, Siria, dan wakil bangsa Palestina
sebagai peninjau. Tujuannya menjamin kemerdekaan anggota, mempererat
kerjasama dan anggota harus tunduk keputusan sidang Liga Arab (termasuk
mendirikan negara Palestina). PLO (Palestina Liberalization Organization)
dibentuk pada tahun 1963 gabungan dari berbagai organisasi perjuangan Palestina
(berpaham nasionalis, sosialis, marxis maupun Islam). Organisasi anggota PLO
yang terbesar adalah Al Fatah (nasionalis) didirikan pada 1956 dan salh seorang
pendirinya adalah Yasser Arafat. Yasser Arafat anak pedagang kaya Palestina di
nMesir dan lulusan Universitas Teknik Kairo. Ketika menjadi mahasiwa ikut
berperang dalam tahun 1948, setelah lulus bekerja pada pertambangan minyak di
Kuwait (6 tahun). Kemudian berhenti dan aktif di PLO dan 1969 terpilih sebagai
ketua PLO, kemudian Presiden Palestina (1988). Perjuangan PLO dilakukan
secara militer (1963-1974) dan diplomatis sejak 1974. Secara militer melibatkan
dalam perang Arab-Israel atau melakukan perang gerilya. Di dalam PLO terdapat
gerakan radikal yang dipimpin oleh Dr Habbas yang beraliran marxis. Aksi terror
(demikian pers Baratmenamakan) tidak saja di Palestina tetapi juga di Eropa.
Korban teroro tidak saja orang Yahudi tetapi juga pejabat PLO di Eropa yang
dianggap moderat. Gerakan radikal lainnya yang berdasarkan Islam adalah Jihad,
Hisbulah dan Hamas (Harakaah Muqawanah Islamiyah) berpangkalan didaerah
pendudukan Israel. Mereka melakukan operasi rahasia dan perang syahid, sangat
ditakuti bangsa Israel.
Kemudian pada tahun 1986 muncul gerakan Intifadah pejuangnya para
remaja Palestina di daerah pendudukan Israel. Mereka sering berdemontrasi dan
mengganggu pasukan pendudukan Israel; membakar ban, melempar batu kearah
pasukan Israel. Banyak remaja Palestina menjadi korban tembakan pasukan Israel,
tetapi mereka tidak jera. Justru gerakan ini menarik perhatian Internasional dan
meresahkan Israel, sat sebab Israel mau berdamai dengan PLO. Perjuangan
gerilya diganti dengan diplomasi untuk memperoleh dukungan politik di dunia
Internasional. Karena itu pada 1974 Yazer Arafat diundang dalam sidang umum
PBB untuk mengadukan nasib bangsanya. Perjuangan diplomasi memperoleh
dukungan Internasional termasuk Amerika Serikat.Pada 1988 diproklamirkan
negara Palestina di Aljir (Afrika utara), segera diakui negara lain khususnya yang
tergabung di OKI (Organisasi Konferensi Islam) (Ishlah 13/I/1993). Kemudian
dilakukan hubungan diplomatic dengan negara lain., upaya menjadi anggota PBB
masih dalam perjuangan, sebab akan diveto blok Barat dan statusnya peninjau.
Sebab status palestina dalam perdamaian di Washington (13-9-1993) adalah
otonomi terbatas. Bahkan Israel mengusulkan nantinya Palestina bergabung
dengan Yordania, sebagai negara federasi.
Dalam perjuangan diplomasi tidak berjalan mulus dan berbagai faktor
menjadi kendala. Pertama, Yahudi fanatik maupun radikal menentang perdamain.
Kedua, status “negara Palestina” mengambang; Israel menghendaki otonomi;
sedang Palestina merdeka penuh walaupun hanya di Gaza dan Tepi Barat. Ketiga,
taktik diplomasi Yaser Arafat ada yang salah, umpama dalam Perang teluk II
mendukung Irak; akibatnya Kuwait dan Arab Saudi menghentikan bantuan.
Keempat, Arab yang bersistem kerajaan “curiga” adanya Republik Palestina;
Kelima, permainan politik negara adidaya yang mencari pengaruh di Timur
Tengah dahulu maupun sekarang. Israel penting sebagai pion Blok Barat dan tak
ketinggalan para pemilik industri perang. (ingat, bila taka da perang; industrinya
akan bangkrut),(Soepratignyo dan Sri Sumartini, 1995: 99-101). . Mungkin itu
berbagai hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik antara Palestina dan Israel.
.
2.2 Perjalanan Perang antara Palestina dan Israel
Kronologi dan Anatomi Konflik Israel-Palestina
Tahun Pristiwa Deskripsi
1917 Deklarasi Balfour
2 November 1917 Inggris
memenangkan Deklarasi Balfour yang
dipandang pihak Yahudi dan Arab
sebagai janji untuk mendirikan tanah air
bagi kaum Yahudi di Palestina.
1922 Mandat Palestina
1936-1939 Revolusi Arab
Pimpinan Amin al Husein yang
menyebabkan tidak kurang 5000 warga
Arab terbunuh
1947 Rencana pembagian
wilayah oleh PBB
29 November 1947, Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyetujui untuk
mengakhiri Mandat Britania untuk
Palestina dari tanggal 1 Agustus 1948
dengan pemecahan wilayah mandat
1948Deklarasi Negara
Israel
Israel diproklamirkan pada tanggal 14
Mei 1948, sehari kemudian langsung
diserang oleh tentara dari Libanon,
Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab
lainnya. Israel berhasil memenangkan
peperangan dan merebut + 70% dari
luas total wilayah mandat PBB Britania
Raya.
1949Perseteujuan gencatan
senjata
3 April 1949, Israel dan Arab sepakat
untuk melakukan gencatan senjata.
Israel mendapat kelebihan 50 persen
lebih banyak dari yang diputuskan
rencana pemisahan PBB
1956 Perang Suez
29 Oktober 1965, Krisis Suez, sebuah
serangan meliter terhadap Mesir
dilakukan oleh Britania Raya, Perancis
dan Israel.
1964 Organisasi
Pembebasan Palestina
(PLO) berdiri
Mei 1964, Organisasi Pembebasan
Palestina (PLO) resmi berdiri, tujuannya
untuk menghancurkan Israel.
1967
Perang enam hari
Dikenal dengan perang Arab-Israel
1967, merupakan peperangan antara
Israel menghadapi gabungan tiga negara
Arab: Mesir, Yordania dan Suriah, yang
mendapatkan bantuan aktif dari Irak,
Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan
Aljazair. Perang tersebut berlangsung
selama 132 jam 30 menit.
Resolusi Khartoum Sebuah pertemuan 8 pemimpin negara
Arab pada tanggal 1 September 1967
karena terjadinya perang enam hari.
Resolusi ini berlanjut ke perang Yom
Kippur tahun 1973.
1968
Palestina menuntut
pembekuan Israel
Perjanjian Nasional Palestina dibuat,
dan secara resmi Palestina menuntut
pembekuan Israel.
1970 War of Attrition
Setelah perang enam hari (5-10 Juni
1967), terjadi insiden serius di Terusan
Suez. Tembakan pertama dilepaskan 1
Juli 1967, ketika pasukan Mesir
menyerang patroli Israel, dan ini
merupakan awal dari perang War of
Attrition.
1973 Perang Yom Kippur
Dikenal juga dengan Perang Ramadhan
pada tanggal 6-26 Oktober 1973 karena
bertepatan dengan bulan ramadhan.
Perang ini merupakan perang antara
pasukan Israel melawan koalisi negara-
negara Arab yang dipimpin oleh Mesir
dan Suriah, terjadi pada hari raya Yom
Kipur, hari raya yang paling besar
dalam tradisi orang-orang Yahudi.
1978Kesepakatan Camp
David
Ditandatangani pada tanggal 17
September 1978 di Gedung Putih yang
diselenggarakan untuk perdamaian di
Tmur Tengah. Jimmy Carter (Presiden
Amerika Serikat) memimpin
perundingan rahasia yang berlangsung
selama 12 hari antara Presiden Mesir,
Anwar Sadat, dan Perdana Menteri
Israel, Menachem Begin.
1982 Perang Libanon Perang antara Israel dan Libanon yang
terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika
angkatan bersenjata Israel menyerang
Libanon Selatan.
1990-1991 Perang Teluk
1993
Kesepakatan damai
antara Palestina dan
Israel
13 September 1993, Israel dan PLO
sepakat untuk saling mengakui
kedaulatan masing-masing. Pertemuan
Yaser Arafat dan Israel Yitzhak Rabin
berhasil melahirkan kesepakatan OSLO.
Rabin bersedia menarik pasukannya dari
Tepi Barat dan Jalur Gaza serta
memberi Arafat kesempatan
menjalankan sebuah lembaga
semiotonom yang bisa memerintah di
kedua wilayah. Arafat mengakui hak
negara Israel untuk eksis secara aman
dan damai.
1996Kerusuhan
teromongan al Aqsha
Israel sengaja membuka terowongan
Masjid al Aqsha untuk memikiat para
turis dan membahayakan fondasi mesjid
bersejarah, pertempuran berlangsung
beberapa hari.
1997 Israel menarik pasukannya dari Hebron,
Tepi Barat
1998 Perjanjian Wye River
Oktober 1998, Perjanjian Wye River
yang berisi penarikan Israel dan
dilepaskannya tahanan politik dan
kesediaan Palestina untuk menerapkan
butir-butir perjanjian Oslo, termasuk
soal penjualan senjata ilegal.
2000 KTT Camp David
2002
Israel membangun tembok pertahanan di
tepi Barat diiringi rangkaian serangan
bunuh diri Palestina
2004
Mahkamah Internasional menetapkan
pembangunan batas pertahanan
menyalahi hukum internasional dan
Israel harus merobohkannya
2005
Mahmud Abbas
terpilih menjadi
Presiden
9 Januari 2005, Mahmud Abbas dari al
Fatah terpilih sebagai Presiden Otoritas
Palestina menggantikan Yaser Arafat
yang wafat pada 11 November 2004
Juni 2005, pertemuan Mahmud Abbas
dan Ariel Sharon di Yerusalem.
Mahmud Abbas mengulur Jadwal
Pemili karena mengkhawatirkan
kemenangan diraih pihak Hammas
Agustus 2005, Israel hengkang dari
pemukiman Gaza dan empat wilayah
pemukiman di Tepi Barat
2006 Hamas memenangkan
Pemilu
Januari 2006, Hammas memenangkan
kursi Dewan Legislatif, menyudahi
dominasi fatah selama 40 tahun
2008 Januari-Juli, ketegangan meningkat di
Gaza. Israel memutus suplai listrik dan
gas, Hamas dituding tidak mampu
mengendalikan kekerasan
November 2008, Hamas batal ikut serta
dalam pertemuan univikasi Palestina
yang dilaksanakan di Kairo, Mesir.
Serangan roket kecil berjatuhan di
wilayah Israel.
26 Desember 2008, Agresi Israel ke
Jalur Gaza. Israel melancarkan Operasi
Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan
dengan serangan udara ke pusat-pusat
operasi Hamas.
2.3 Dampak yang diperoleh dari konflik antara Palestina dengan Israel
Dampak terbesar dari Perang 1948 adalah pengusiran sebagian besar
penduduk Palestina. Sebelum perang, setidaknya ada sekitar 1.000.000 orang
Arab Palestina di perbatasan Israel. Pada akhir perang tahun 1949, 700.000
sampai 750.000 dari mereka telah terusir, hanya 150.000 saja yang tetap
tinggal di Israel.
Banyak warga Palestina mengungsi karena karena takut akan serangan dan
kekejaman Israel. Ketakutan mereka sangat beralasan, pada 9 April 1948,
sekitar 120 penjajah Israel memasuki kota Deir Yassin, dekat Yerusalem, lalu
membantai 600 penduduk desa. Beberapa meninggal membela kota dalam
pertempuran melawan pasukan Israel, sementara yang lain dibunuh dengan
granat tangan yang dilemparkan ke rumah-rumah mereka, atau dieksekusi
setelah diarak melewati jalan-jalan Jerusalem.
.
Foto korban pembantaian Deir Yassin, 9 April 1948
Setelah kejadian ini, pembantaian pun menyebar ke seluruh Palestina,
orang-orang Palestina sangat takut akan kemungkinan terburuk yang ditimbulkan
orang-orang Yahudi ini. Dalam banyak kasus, warga-warga di seluruh desa
Palestina melarikan diri dari kebengisan Yahudi. Mereka berharap dapat
menghindari jatuh pada nasib yang sama dengan penduduk Deir Yassin. Beberapa
kelompok Yahudi Israel, seperti Yishuv, menyebarkan perasaan takut ini melalui
perang psikologis yang dimaksudkan untuk mengintimidasi warga kota-kota
Palestina agar menyerah atau melarikan diri. Siaran radio yang disiarkan dalam
bahasa Arab, memperingatkan warga Arab bahwa mereka tidak akan mampu
menghadapi serangan orang-orang Israel, perlawanan adalah kesia-siaan.
Ketakutan adalah faktor pendorong utama bagi pengungsi di awal perang.
Lalu, Perang yang berlarut-larut sampai tahun 1948, membuat aksi pengusiran
oleh orang-orang Israel kian marak. Yahudi Israel terus menaklukkan wilayah
demi wilayah, pasukan mereka kian tersebar dalam jumlah besar di seluruh negeri.
Akibatnya, desa-desa yang baru ditaklukkan dikosongkan secara paksa oleh
pasukan Israel.
Contoh nyata dari hal ini adalah kota-kota di Lida dan Ramla, dekat
Yerusalem. Ketika wilayah tersebut ditaklukkan pada bulan Juli 1948, Yitzhak
Rabin menandatangani sebuah perintah mengusir semua warga Palestina dari dua
kota yang memiliki populasi sebesar 50.000 hingga 70.000 orang itu. Pasukan
Yahudi Israel menekan penduduk hingga ke garis perbatasan Arab, sementara
yang lain dipaksa untuk berjalan dan hanya diizinkan mengangkut barang yang
bisa mereka bawa. Pengusiran ini prosentasenya hanya sekitar 10% dari total
pengusiran warga Palestina di tahun 1948.
Dalam beberapa kesempatan, tentara Arab dari negara-negara tetangga,
khususnya Yordania, menganjurkan agar penduduk di kota-kota Palestina
mengungsi. Salah satu alasannya adalah untuk memberikan medan perang terbuka
antara Arab-Israel tanpa ada warga sipil dalam baku tembak tersebut. Apapun
latar belakangnya, banyak warga sipil Palestina meninggalkan rumah mereka di
bawah arahan dari tentara Arab, mereka berharap bisa segera kembali setelah
kemenangan pasukan Arab, dan hanya menjadi pengungsi di negara-negara
tetangga –bukan menetap terus-menerus-.
Perang Arab-Israel tahun 1948 menciptakan masalah pengungsian besar-
besaran di Timur Tengah. Lebih dari 500 kota besar dan kecil di seluruh Palestina
benar-benar kehilangan penghuni selama perang ini berlangsung. 700.000 lebih
pengungsi dari kota-kota tersebut menjadi beban ekonomi dan sosial di negara-
negara tetangga dan Tepi Barat, terutama di wilayah Yordania. Pada tahun 1954,
Israel membuat Prevention of Infiltration Law –sebuah hukum yang dibuat Israel
untuk mengatur orang-orang yang masuk dari dan ke wilayah mereka baik
bersenjata maupun tidak-. Hukum ini memungkinkan pemerintah Israel mengusir
setiap warga Palestina yang berhasil menyelinap kembali ke rumah mereka yang
telah menjadi wilayah Israel (Eko, 2009).
Kamp pengungsi dampak dari Nakba 1948.
Saat ini, hak kembali masih merupakan masalah utama yang belum bisa
diselesaikan oleh perundingan damai antara Palestina dan Israel. Pengusiran paksa
warga Palestina pada tahun 1948 terbukti menjadi masalah yang terus berlangsung
bahkan setelah para pengungsi tahun 1948 telah meninggal semuanya di awal
tahun 2000-an, masalah pun tetap ada. Mengenai korban jiwa yang ada akibat
Perang Palestina-Israel memang tidak berimbang, karena Israel menang dalam
persenjataan. Berikut data dan fakta korban jiwa dari Konflik antara Israel dan
Palestina
TAHUN KEMATIAN
PALESTIN+A ISRAEL
2011 118 (13) 11 (5)
2010 81 (9) 8 (0)
2009 1034 (314) 9 (1)
2008 887 (128) 35 (4)
2007 385 (52) 13 (0)
2006 665 (140) 23 (1)
2005 190 (49) 51 (6)
2004 832 (181) 108 (8)
2003 558 (119) 185 (21)
2002 1032 (160) 419 (47)
2001 469 (80) 192 (36)
2000 282 (86) 41 (0)
1999 9 (0) 4 (0)
1998 28 (3) 12 (0)
1997 21 (5) 29 (3)
1996 74 (11) 75 (8)
1995 45 (5) 46 (0)
1994 152 (24) 74 (2)
1993 180 (41) 61 (0)
1992 138 (23) 34 (1)
1991 104 (27) 19 (0)
1990 145 (25) 22 (0)
1989 395 (83) 31 (1)
1988 310 (50) 12 (3)
1987 22 (5) 0 (0)
TOTAL 7978 (1620) 1503 (142)
Terlebih lagi mengenai wilayah Palestina akibat mengalami kekalahan setiap
perangnya maka wilayah Palestina semakin hari semakin sempit dan Israel
menguasai wilayah Palestina dengan pasukan militernya yang dibantu senjatanya
yang cukup lengkap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah Perang Dunia kedua berakhir, bangsa-bangsa di Jazirah Arab dijanjikan
sebuah kemerdekaan dan selang beberapa tahun tersebut muncul negara-negara
baru di Jazirah Arab seperti Arab Saudi, Yaman, Suriah,Palestina, Yordania,
Israel, Mesir, dan sebagainya. Dalam Perang Dunia I Zionis dibawah pimpina Dr.
Chaim Weizman menuntut Inggris; agar diberi Palestina dan sanggup membantu
biaya perang dan tenaga melawan Jerman. Akhirnya lahir Balfour Deklaration
(1917) isinya: Pertama, didirikannya National Home (otonomi) untuk bangsa
Yahudi di Palestina. Kedua, bangsa Yahudi tidak boleh merugikan bangsa Arab
setempat. Dengan adanya pengumuman ini berbondong-bondong orang Yahudi
kembali ke Palestina. Dengan uangnya, tipu muslihat dan paksaan mereka,
menguasai tanah orang Arab. Terjadilah konflik antara orang Arab dengan
imigran Yahudiyang jumlahnya makin banyak. Pejabat Inggris keturunan Yahudi
seperti Menlu Bafour dan Helbert Samuel (komisaris Tinggi Inggris di Palestina
1920-1925), kebijaksanannya menguntungkan Yahudi. Herbert Samuel
membentuk Jewish Agency, suatu organisasi semi pemerintahan dan memiliki
pasukan yang disebut Haganahdan tindakannya merugikan penduduk Arab.
Sehingga mufti Jerussalem Muhammad Amin al Husaeni mengorbankan
semangat anti Yahudi dan timbul peperangan (1929). Pada tahun 1945 di Bludan
berdirilah Arab League (Liga Arab) oleh Mesir, Saudi Arab, Yaman, Irak,
Yordania, Libanon, Siria, dan wakil bangsa Palestina sebagai peninjau. Tujuannya
menjamin kemerdekaan anggota, mempererat kerjasama dan anggota harus
tunduk keputusan sidang Liga Arab (termasuk mendirikan negara Palestina). PLO
(Palestina Liberalization Organization) dibentuk pada tahun 1963 gabungan dari
berbagai organisasi perjuangan Palestina (berpaham nasionalis, sosialis, marxis
maupun Islam). Organisasi anggota PLO yang terbesar adalah Al Fatah
(nasionalis) didirikan pada 1956 dan salh seorang pendirinya adalah Yasser
Arafat. Yasser Arafat anak pedagang kaya Palestina di nMesir dan lulusan
Universitas Teknik Kairo. Ketika menjadi mahasiwa ikut berperang dalam tahun
1948, setelah lulus bekerja pada pertambangan minyak di Kuwait (6 tahun).
Kemudian berhenti dan aktif di PLO dan 1969 terpilih sebagai ketua PLO,
kemudian Presiden Palestina (1988). Perjuangan PLO dilakukan secara militer
(1963-1974) dan diplomatis sejak 1974. Secara militer melibatkan dalam perang
Arab-Israel atau melakukan perang gerilya. Di dalam PLO terdapat gerakan
radikal yang dipimpin oleh Dr Habbas yang beraliran marxis. Aksi terror
(demikian pers Baratmenamakan) tidak saja di Palestina tetapi juga di Eropa.
Dampak terbesar dari Perang 1948 adalah pengusiran sebagian besar penduduk
Palestina. Sebelum perang, setidaknya ada sekitar 1.000.000 orang Arab Palestina
di perbatasan Israel. Pada akhir perang tahun 1949, 700.000 sampai 750.000 dari
mereka telah terusir, hanya 150.000 saja yang tetap tinggal di Israel. Banyak
warga Palestina mengungsi karena karena takut akan serangan dan kekejaman
Israel. Ketakutan mereka sangat beralasan, pada 9 April 1948, sekitar 120
penjajah Israel memasuki kota Deir Yassin, dekat Yerusalem, lalu membantai 600
penduduk desa. Beberapa meninggal membela kota dalam pertempuran melawan
pasukan Israel, sementara yang lain dibunuh dengan granat tangan yang
dilemparkan ke rumah-rumah mereka, atau dieksekusi setelah diarak melewati
jalan-jalan Jerusalem.
Perang Arab-Israel tahun 1948 menciptakan masalah pengungsian besar-
besaran di Timur Tengah. Lebih dari 500 kota besar dan kecil di seluruh Palestina
benar-benar kehilangan penghuni selama perang ini berlangsung. 700.000 lebih
pengungsi dari kota-kota tersebut menjadi beban ekonomi dan sosial di negara-
negara tetangga dan Tepi Barat, terutama di wilayah Yordania. Pada tahun 1954,
Israel membuat Prevention of Infiltration Law –sebuah hukum yang dibuat Israel
untuk mengatur orang-orang yang masuk dari dan ke wilayah mereka baik
bersenjata maupun tidak-. Hukum ini memungkinkan pemerintah Israel mengusir
setiap warga Palestina yang berhasil menyelinap kembali ke rumah mereka yang
telah menjadi wilayah Israel. Saat ini, hak kembali masih merupakan masalah
utama yang belum bisa diselesaikan oleh perundingan damai antara Palestina dan
Israel. Pengusiran paksa warga Palestina pada tahun 1948 terbukti menjadi
masalah yang terus berlangsung bahkan setelah para pengungsi tahun 1948 telah
meninggal semuanya di awal tahun 2000-an, masalah pun tetap ada (Eko, 2009).
Mengenai korban jiwa yang ada akibat Perang Palestina-Israel memang tidak
berimbang, karena Israel menang dalam persenjataan. Berikut data dan fakta
korban jiwa dari Konflik antara Israel dan Palestina. Terlebih lagi mengenai
wilayah Palestina akibat mengalami kekalahan setiap perangnya maka wilayah
Palestina semakin hari semakin sempit dan Israel menguasai wilayah Palestina
dengan pasukan militernya yang dibantu senjatanya yang cukup lengkap.
DAFTAR RUJUKAN
Eko Marhaendy.2009. Analisis Konflik Israel Palestina: Sebuah Penjelajahan Dimensi Politik dan Teologis, https://ekomarhaendy.wordpress.com/2009/02/13/analisis-konflik-israel-palestina-sebuah-penjelajahan-dimensi-politik-dan-teologis/, (online), diakses tanggal 3 Maret 2016.
Soepratignyo dan Sri Sumartini. 1995. Sejarah Asia Barat Daya. Malang: IKIP
Malang.