KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan...

35
KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA KEHUTANAN DI IUPHHK-HA PT DASA INTIGA KALIMANTAN TENGAH RADIK MADYA MAULID DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan...

Page 1: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEKERJA KEHUTANAN DI IUPHHK-HA PT DASA

INTIGA KALIMANTAN TENGAH

RADIK MADYA MAULID

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kondisi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Pekerja Kehutanan di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga

Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Radik Madya Maulid

NIM E14120064

Page 3: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

ABSTRAK

RADIK MADYA MAULID. Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerja

Kehutanan di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh

EFI YULIATI YOVI.

Kegiatan pengelolaan hutan merupakan kegiatan yang tergolong berbahaya

dan memiliki resiko tinggi. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat

melalui sistem manajemen K3, maka akan tercipta lingkungan kerja aman, sehat

dan nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien serta adanya

jaminan kualitas kerja. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kondisi

K3, kepuasan kerja, gejala kelelahan kumulatif dan status gizi pekerja di PT Dasa

Intiga. Penelitian ini dianalisis melalui hasil wawancara pada kuesioner yang

disediakan. Hasilnya sebanyak 28.89% responden pernah mengalami kecelakaan

kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering

terjadi. Sakit pinggang, kaku pada leher dan pundak, dan nyeri punggung bawah

adalah keluhan penyakit yang banyak dirasakan. Hasil analisis regresi logistik biner

menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi kepuasan kerja adalah kontrak kerja

dan alat kerja. Gejala kelelahan kumulatif pekerja di PT Dasa Intiga yang dominan

adalah aspek fisik, kemudian aspek mental dan aspek sosial. Tingkat kecukupan

energi dan status gizi dari responden adalah normal.

Kata kunci: gejala kelelahan, kepuasan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja

ABSTRACT

RADIK MADYA MAULID. Occupational Safety and Health Conditions of

Forestry Workers in IUPHHK-HA PT Dasa Intiga, Cental Kalimantan. Supervised

by EFI YULIATI YOVI.

Forest management activities are activities that are considered dangerous and

risky. The implementation of occupational safety and health (OSH) through OSH

management system will create a safe, healthy, and comfortable working

environment. Consequently, it becomes more productive and efficient, and thus

assuring quality work. This study aimed to identify the OSH system condition, job

satisfaction, cumulative fatigue symptoms and nutritional status of employees at PT

Dasa Intiga. Research data was taken from interviews based on a prepared

questionnaires. The resut showed that as much as 28.89% of respondents had had

working accident(s) and the most frequently occurring one was motorcycle

accident. Waist pain, stiffness in the neck and shoulders, and lower back pain were

grievance that often reported. The result of binary logistic regression analysis

showed that factors that influence job satisfaction were the employment contract

and working tools. Symptoms of cumulative fatigue of workers at PT Dasa Intiga

were dominantly the physical aspect, followed with the mental aspect and the social

aspect. The level of energy sufficiency and nutritional status of the respondents

were normal.

Keywords: fatigue symptoms, job satisfaction, occupational safety and health

Page 4: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEKERJA KEHUTANAN DI IUPHHK-HA PT DASA

INTIGA KALIMANTAN TENGAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

RADIK MADYA MAULID

Page 5: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop
Page 6: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga April 2016 ini

adalah keselamatan dan kesehatan kerja, dengan judul Kondisi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Pekerja Kehutanan di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga Kalimantan

Tengah.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Efi Yuliati Yovi, SHut MLife

Env Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan pengarahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh kerabat Manajemen Hutan

49 atas kritik, saran dan dorongan semangatnya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf PT Dasa

Intiga yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga

disampaikan kepada orang tua, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2016

Radik Madya Maulid

Page 7: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Pemilihan dan Jumlah Responden 3

Pengumpulan Data 3

Prosedur Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Kerja dan K3 6

Kepuasan Kerja 11

Gejala Kelelahan Kumulatif 14

Strategi Pengembangan Sistem Manajemen K3 19

Asupan Gizi 21

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

RIWAYAT HIDUP 27

Page 8: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

DAFTAR TABEL

1 Pengukuran suhu dan kelembaban udara 7

2 Data personal responden 8

3 Jenis kecelakaan kerja, near miss accident dan hari kerja hilang periode

tahun 2013−2015 9

4 Kondisi kesehatan kerja pekerja PT Dasa Intiga 11

5 Tabel klasifikasi 12

6 Peubah penjelas yang nyata terhadap peubah respon, uji Wald dan nilai

dugaan rasio odds 13

7 Kelompok pertanyaan indeks kumulatif gejala kelelahan 15

8 Pemakaian APD 19

9 Saran perbaikan responden kepada perusahaan 20

10 Sebaran asupan energi dan tingkat kecukupan energi berdasarkan jenis

pekerjaan 22

11 Status gizi berdasarkan jenis pekerjaan 22

DAFTAR GAMBAR

1 Akumulasi gejala kelelahan seluruh responden 15

2 Perbandingan gejala kelelahan kumulatif berdasarkan usia 16

3 Perbandingan gejala kelelahan kumulatif berdasarkan lama kerja 17

4 Perbandingan gejala kelelahan kumulatif berdasarkan jenis pekerjaan 18

Page 9: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan pengelolaan hutan merupakan kegiatan yang tergolong berbahaya

dan memiliki risiko tinggi. Pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis

pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja sulit,

beban kerja yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas kerja pekerja hutan),

dan risiko kecelakaan yang tinggi (Yovi 2007). Iklim tropis di Indonesia dengan

suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memberikan beban kerja yang lebih tinggi

bagi tubuh dan dapat memengaruhi kondisi kesehatan dan stamina pekerja pada saat

melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat. Selain itu, sebagian besar pekerja

kehutanan di Indonesia memiliki tingkat pengetahuan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) yang rendah (Yovi et al. 2012, 2016; Yovi dan Yamada 2015).

Penerapan K3 dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja aman, sehat dan

nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien serta adanya jaminan

kualitas kerja.

Menurut Suma’mur (1988) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. K3 merupakan hal

yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.

K3 pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pekerja,

akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan melalui sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

Menurut Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang SMK3, SMK3

adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien dan produktif. Perlindungan terhadap tenaga kerja

dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin

kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk

mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap

memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha (UU Nomor 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan). Pemeliharaan pekerja adalah usaha mempertahankan dan

atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan sikap pekerja, agar mereka tetap loyal

dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan.

Perlindungan dan pemeliharaan pekerja merupakan hal yang penting, oleh karena

itu SMK3 harus diterapkan dengan sebaik-baiknya oleh perusahaan.

Evaluasi sistem manajemen K3 adalah hal yang harus dilakukan untuk

mendukung terwujudnya suasana yang aman dan nyaman pada lingkungan kerja

bidang kehutanan. Metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi manajemen

K3 ini diantaranya adalah penelitian mengenai kondisi K3, kepuasan kerja, gejala

kelelahan kumulatif dan asupan gizi. Penelitian ini dimaksudkan untuk

mengidentifikasi kondisi K3, kepuasan kerja, gejala kelelahan kumulatif dan status

gizi pekerja di PT Dasa Intiga.

Page 10: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

2

Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kerja dan K3 pekerja kehutanan di PT Dasa Intiga.

2. Bagaimana tingkat kepuasan kerja pekerja kehutanan yang menjadi fokus kajian

penelitian ini.

3. Bagaimana akumulasi gejala kelelahan kumulatif akibat kerja pada pekerja

kehutanan di PT Dasa Intiga.

4. Bagaimana tingkat kecukupan energi dan status gizi pekerja kehutanan di PT

Dasa Intiga.

Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi kerja dan K3 pekerja kehutanan.

2. Mengukur tingkat kepuasan kerja dan mengetahui faktor yang memengaruhi

kepuasan kerja pekerja kehutanan.

3. Mengukur indeks kumulatif gejala kelelahan pekerja kehutanan.

4. Mengidentifikasi tingkat kecukupan energi dan status gizi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan

pertimbangan mengenai evaluasi sistem manajemen K3 yang telah dilaksanakan

dan menjadi informasi dasar untuk keselamatan dan kesehatan kerja dibidang

kehutanan Indonesia. Melalui perbaikan sistem manajemen K3 yang perlu

dilakukan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kegiatan pengelolaan pada hutan

alam. Pekerja yang dikaji adalah pekerja setingkat supervisor dan pekerja pada

bidang lain seperti perencanaan lapangan, persemaian, penebangan, penyaradan,

pengangkutan, Sumber Daya Manusia (SDM), serta administrasi dan TUK (Tata

Usaha Kayu).

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di areal kerja IUPHHK-HA PT Dasa Intiga,

Kalimantan Tengah. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai

Maret 2016.

Page 11: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

3

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam proses pengambilan data yaitu: alat tulis, kamera,

termometer digital, kuesioner, dan laptop yang dilengkapi dengan software

Microsoft Office, excel 2016 dan software SPSS versi 2.1. Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data personal responden, kondisi K3, kepuasan kerja,

asupan gizi dan keluhan gejala kelelahan kumulatif dari pekerja kehutanan di PT

Dasa Intiga.

Pemilihan dan Jumlah Responden

Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling. Jumlah

responden yang dipilih sebanyak 45 orang dengan pertimbangan 8 jenis pekerjaan

yang berbeda seperti: pekerja setingkat supervisor dan pekerja pada bidang lain

seperti perencanaan lapangan, persemaian, penebangan, penyaradan, pengangkutan,

sumber daya manusia, serta administrasi dan TUK. Kriteria supervisor pada

penelitian ini adalah pekerja setingkat kepala bagian dan manajer, kriteria lainnya

adalah usia (muda: < 30 tahun dan tua: ≥ 30 tahun) dan lama kerja (pekerja baru: <

10 tahun dan pekerja lama: ≥ 10 tahun).

Pengumpulan Data

Penelitian ini mengadaptasi metode penelitian yang dilakukan oleh

Yoshimura dan Acar (2004) dan penelitian sebelumnya mengenai kondisi

keselamatan dan kesehatan kerja pekerja kehutanan. Data yang dikumpulkan pada

penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer yang digunakan yaitu observasi dan wawancara. Observasi berupa

pengambilan data langsung dari lapangan meliputi pengukuran suhu dan

kelembaban udara. Wawancara dilakukan secara semistruktur dengan

menggunakan kuesioner terhadap responden. Data pada kuesioner meliputi data

personal, kondisi K3, pengalaman kecelakaan kerja, kepuasan kerja, dan gejala

kelelahan kumulatif. Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia pada PT

Dasa Intiga seperti mengutip buku serta data-data lain yang berhubungan dengan

penelitian ini untuk menambah kelengkapan data.

Prosedur Analisis Data

Kondisi Kerja dan K3

Data kondisi kerja dan K3 diperoleh dari hasil kuesioner yang yang diisi oleh

responden. Hasil tersebut direkapitulasi ke dalam tabel kemudian dianalisis dan

dibandingkan dengan data sekunder dan literatur yang ada sehingga mendapatkan

gambaran mengenai kondisi kerja dan K3 pada lokasi yang diteliti.

Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan menggunakan termometer

digital. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Pengukuran pertama dilakukan

pada pagi hari pukul 08:00, pengukuran kedua dilakukan pada siang hari pukul

13:00 dan pengukuran ketiga dilakukan pada sore hari pukul 17:00. Masing-masing

Page 12: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

4

pengukuran dilakukan ulangan sebanyak tiga kali. Lokasi pengukuran dilakukan

pada setiap tempat aspek kegiatan yang diteliti, diantaranya pada camp tarik, pusat,

cabang, persemaian, petak tebang, dan kantor camp. Hasil pengukuran dari

berbagai lokasi tersebut dapat digunakan dalam mendeskripsikan besaran suhu

setiap kegiatan kehutanan yang diteliti.

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja dianalisis melalui kuesioner yang menanyakan kepuasan

kerja seseorang terhadap peubah bebas yang dinilai dengan skala Likert. Menurut

Davis dan Newstrom (1996) diacu dalam Anggraeni (2004) kepuasan kerja

merupakan perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek

seperti upah atau gaji yang diterima, periode kerja, hubungan dengan pegawai

lainnya, suasana dan lingkungan pekerjaan, penempatan kerja, dan jenis kerja,

sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi

kesehatan, kemampuan, dan pendidikan. Oleh Karena itu, dalam analisis peubah

terikat yaitu kepuasan kerja dan peubah bebas yaitu jenis pekerjaan, gaji, jenis

kontrak kerja, alat kerja, fasilitas kerja, aksesibilitas, dan lokasi kerja. Kuantifikasi

penilaian skala Likert dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skor 5 adalah sangat puas,

2. Skor 4 adalah puas,

3. Skor 3 adalah cukup puas,

4. Skor 2 adalah tidak puas, dan

5. Skor 1 adalah sangat tidak puas.

Faktor-faktor yang diduga memengaruhi kepuasan kerja dianalisis

menggunakan regresi logistik biner. Skala Likert yang telah dibentuk

disederhanakan menjadi dua kategori, yaitu 1 (puas) dan 0 (tidak puas). Apabila

peubah responnya terdiri atas dua kategori yaitu Y = 1 (sukses) dan Y = 0 (gagal),

metode regresi logistik yang dapat diterapkan adalah regresi logistik biner (Agresti

1990 diacu dalam Sari 2013). Regresi logistik adalah prosedur pemodelan yang

diterapkan untuk memodelkan peubah respon (Y) yang bersifat kategorik

berdasarkan satu atau lebih peubah prediktor (X) (Sari 2013).

Pengujian terhadap parameter model dilakukan untuk memeriksa peranan

peubah penjelas yang ada didalam model. Menurut Hosmer dan Lemeshow (2000)

untuk mengetahui peran seluruh peubah penjelas didalam model secara bersama-

sama maka digunakan statistik uji G. Hipotesis uji G yang diuji yaitu:

H0 : semua peubah penjelas tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

H1 : paling sedikit ada satu peubah penjelas yang berpengaruh terhadap kepuasan

kerja.

Pengambilan keputusan pada uji G ini yaitu terima H0 apabila nilai-p > α dan

tolak H0 apabila nilai-p < α, sedangkan α merupakan tingkat kepercayaan yang

digunakan sebesar 95 % (0.05). Selanjutnya dapat dilihat keragaman dari model

yang dilihat dari Nagelkerke R Square. Kemudian dilakukan uji Hosmer dan

Lemeshow yang dilakukan untuk menentukan apakah model yang dibentuk sudah

tepat atau tidak. Hipotesis uji Hosmer dan Lemeshow yang diuji yaitu:

H0 : Model kepuasan kerja layak untuk digunakan.

H1 : Model kepuasan kerja tidak layak untuk digunakan.

Pengambilan keputusan pada uji Hosmer dan Lemeshow ini yaitu terima H0

apabila nilai-p > α dan tolak H0 apabila nilai-p < α, sedangkan α merupakan tingkat

Page 13: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

5

kepercayaan yang digunakan sebesar 95 % (0.05). Selanjutnya dilakukan uji Wald

untuk menguji peubah penjelas secara parsial. Hipotesis uji Wald yang diuji yaitu:

H0 : peubah penjelas tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

H1 : peubah penjelas berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Tingkat kepercayaan (α) yang digunakan sebesar 95 % (0.05) sehingga

pengambilan keputusan pada uji Wald ini yaitu terima H0 apabila nilai-p > α dan

tolak H0 apabila nilai-p < α. Kemudian dapat dibentuk persamaan model regresi

logistik kepuasan kerja. Selanjutnya dilakukan interpretasi koefisien dengan

menggunakan nilai rasio odds.

Gejala Kelelahan Kumulatif

Gejala kelelahan kumulatif pada pekerja kehutanan dianalisis menggunakan

Cumulative Fatigue Symptom Index (CFSI) atau Indeks Kumulatif Gejala

Kelelahan (Kosugo et al. 1992 diacu dalam Yoshimura dan Acar 2004). CFSI

menggunakan 74 dari 81 pertanyaan berupa keluhan yang ditanyakan kepada

responden, kemudian responden diarahkan untuk menjawab pertanyaan “ya atau

tidak”. Nilai hasil dari setiap pertanyaan dihitung menggunakan persamaan berikut:

𝑟 =𝑦

𝑇

Keterangan:

r = nilai hasil setiap pertanyaan

y = jumlah total dari jawaban “ya” dari setiap pertanyaan

T = jumlah total dari responden

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokan dalam 8 karakter. Nilai

keluhan untuk setiap kelompok dihitung menggunakan persamaan berikut:

𝑅 =𝑌

𝑘𝑇

Keterangan:

R = nilai hasil untuk setiap kelompok pertanyaan

Y = jumlah total dari jawaban “ya” untuk pertanyaan pada setiap kelompok

T = jumlah total dari responden

k = jumlah pertanyaan pada setiap kelompok

Asupan Gizi

Asupan gizi dianalisis menggunakan metode food recall melalui kuesioner

yang disajikan pada 3 orang responden dengan 3 jenis pekerjaan yang berbeda.

Responden diminta data tinggi badan, berat badan dan asupan gizi atau makanan

yang telah dikonsumsi oleh responden selama 24 jam terakhir selama 7 hari. Data

konsumsi selanjutnya dikonversi menggunakan tabel Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM) untuk mengetahui kandungan zat gizi dari makanan yang

dikonsumsi. Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) diacu dalam Subarna (2012)

nilai kandungan zat gizi dapat diperoleh dengan rumus:

𝐾𝐺𝑖𝑗 = ∑(𝐵𝑗

100×𝐺𝑖𝑗×

𝐵𝐷𝐷𝑗

100)

Page 14: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

6

Keterangan:

KGij = jumlah zat gizi i dari setiap jenis pangan j

Bj = berat pangan j (gram)

Gij = kandungan zat gizi i dari pangan j

BDDj = persen jumlah pangan j yang dapat dimakan

Anggraeni (2012) menyatakan bahwa untuk mendapatkan tingkat kecukupan

zat gizi melalui rumus:

𝑇𝐾𝐺 = (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖

𝑘𝑒𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙)×100

Konsumsi merupakan rata-rata dari asupan gizi aktual. Kecukupan gizi aktual

merupakan standar asupan zat gizi yang harus diperoleh menurut berat badan aktual

dibandingkan dengan berat badan standar yang terdapat pada Angka Kecukupan

Gizi (AKG) kemudian dikali dengan asupan zat gizi standar yang terdapat pada

AKG. Untuk mengetahui status gizi dapat diperoleh dengan rumus (Anggraeni

2012):

𝐼𝑀𝑇 =𝐵𝐵 (𝑘𝑔)

𝑇𝐵 (𝑐𝑚)2

Keterangan:

IMT = Indeks massa tubuh

BB = Berat badan aktual

TB = Tinggi badan aktual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Kerja dan K3

Menurut Setiawan (2010), keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang

aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

Kecelakaan kerja merupakan akibat yang dapat ditimbulkan di tempat kerja. Risiko

kecelakaan kerja dapat diminimalkan dengan memakai perlengkapan perlindungan

milik perusahaan, melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan

mengadakan pelatihan kepada tenaga yang kurang terampil. Kesehatan kerja

menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa

sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Untuk menciptakan sistem

manajemen K3 yang baik diperlukan program perlindungan K3 yang efektif dengan

cara mengumpulkan data dan informasi mengenai kondisi fisik dan K3 dari

lingkungan kerja pekerja kehutanan.

Kondisi Fisik Lingkungan Kerja

IUPHHK-HA PT Dasa Intiga secara geografis terletak pada koordinat

00°6’−01°33’ LU dan 114°17’−114°39’ BT termasuk dalam wilayah administrasi

Kecamatan Kapuas Tengah dan Timpah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan

Tengah. Areal tersebut berada pada kelompok Hutan Sungai Kuatan sampai Sungai

Page 15: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

7

Hyang dan termasuk dalam DAS Kapuas (Sub DAS Kuatan dan Sub DAS Hyang).

Letak geografis yang berada di garis khatulistiwa ini mengakibatkan suhu pada

lingkungan kerja PT Dasa Intiga tinggi. Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu di

lingkungan kerja PT Dasa Intiga melebihi suhu nikmat kerja yang dianjurkan. Suhu

yang dianjurkan di tempat kerja yaitu sekitar 24−26 °C dan kelembaban 65−95 %,

suhu tersebut merupakan suhu nikmat kerja di Indonesia (Suma’mur 1996 diacu

dalam Siswantiningsih 2010). Berikut merupakan tabel hasil pengukuran suhu dan

kelembaban udara di PT Dasa Intiga.

Tabel 1 Pengukuran suhu dan kelembaban udara

Tempat Temperatur (°C) Kelembaban (%)

Camp cabang 28.34 ± 1.83 85.89 ± 4.91

Camp pusat 28.78 ± 1.26 83.56 ± 5.56

Camp tarik 31.38 ± 2.30 79.56 ± 8.67

Kantor camp 28.92 ± 1.97 82.89 ± 8.20

Persemaian 28.88 ± 1.84 81.44 ± 11.4

Petak tebang 29.77 ± 1.67 79.55 ± 3.90

Suhu tertinggi ada pada camp tarik, hal tersebut karena letak camp berada

pada tengah lapang yang kosong tidak tertutup vegetasi. Suhu terendah ada pada

camp cabang, karena lokasi camp berada di lembah bukit, di sekitar camp tersebut

juga terdapat arboretum sehingga menciptakan suhu sejuk pada pagi hari. Suhu

maksimal pada setiap tempat yang diukur umumnya terjadi pada siang hari, ketika

panas matahari sedang memuncak, sedangkan suhu mínimum pada setiap tempat

yang diukur terjadi pada pagi hari. Bekerja pada lingkungan diluar zona nyaman

akan mempercepat kelelahan kerja seseorang (Santoso 2004 diacu dalam Susanto

2015).

Kondisi Responden

Pekerja PT Dasa Intiga sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 43 responden dan 2 responden berjenis kelamin perempuan. Pekerja yang

berjenis kelamin perempuan kebanyakan bekerja pada bagian persemaian,

sedangkan bagian lainnya adalah laki-laki. Status pernikahan responden lebih dari

setengahnya sudah menikah, selain itu ada yang bercerai dan ada yang masih bujang.

Pendidikan terakhir responden terlihat sebanyak 57.78 % lulusan SMA atau lebih

tinggi, sebanyak 33.33 % lulusan SMP dan sisanya merupakan lulusan SD atau

dibawahnya.

Menurut Putra (2012), tenaga kerja dibedakan menjadi 2, yaitu tenaga kerja

dan bukan tenaga kerja. Pekerja yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah

penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batas usia kerja versi Bank Dunia

adalah antara 15 hingga 64 tahun (Dumairy 1996). Usia seluruh responden pekerja

PT Dasa Intiga lebih dari 15 tahun yang berarti sudah tergolong dalam tenaga kerja.

Lebih dari setengah responden di PT Dasa Intiga memiliki kontrak kerja musiman

dan yang lainnya tetap. Pekerja musiman rata-rata pada pekerja lapang seperti

operator chainsaw, asisten chainsaw, operator bulldozer dan asisten bulldozer, serta

Page 16: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

8

sebagian bidang perencanaan dan bidang persemaian. Berikut merupakan Tabel 2

yang memperlihatkan kondisi personal seluruh responden.

Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan tidak diharapkan serta

mengakibatkan kerugian hilangnya hari kerja satu hari atau lebih (Suma’mur 1993).

Kecelakaan terjadi secara tidak terduga. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan

yang terkait dengan hubungan kerja perusahaan. Kecelakaan kerja di sektor

kehutanan sangat tinggi oleh karena itu perlu ditangani dengan serius, hal ini

dikarenakan kecelakaan kerja dapat menyebabkan banyak kerugian baik bagi

pekerja maupun bagi perusahaan. Selain kecelakaan kerja, dikenal juga kejadian

hampir celaka atau near-miss accidents, yaitu sebuah situasi yang hampir

menyebabkan kecelakaan. Yoshimura dan Acar (2004) menyatakan bahwa dalam

mengidentifikasi faktor risiko terhadap kecelakaan kerja membutuhkan informasi

mengenai kejadian hampir celaka. Kejadian hampir celaka dapat berpotensi

menjadi kecelakaan kerja yang sebenarnya sehingga hal ini penting untuk diketahui.

Menurut ILO (1998) pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan

tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dikerjakan untuk:

Tabel 2 Data personal responden

Karakteristik Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 43 95.56

Perempuan 2 4.44

Usia < 30 tahun 14 31.11

≥ 30 tahun 31 68.89

Status Pernikahan Belum nikah 14 31.11

Nikah 31 68.89

Pendidikan terakhir SD atau dibawahnya 4 8.89

SMP 15 33.33

SMA atau lebih tinggi 26 57.78

Jenis Pekerjaan Penebangan 6 13.33

Perencanaan 8 17.78

Persemaian 5 11.11

Pengangkutan 4 8.89

Penyaradan 8 17.78

Administrasi dan TUK 4 8.89

HRD/SDM 3 6.67

Supervisor 7 15.56

Jenis Kontrak Kerja Tetap 22 48.89

Musiman 23 51.11

Lama Bekerja < 10 tahun 24 53.33

≥ 10 tahun 21 46.67

Page 17: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

9

1. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang kecelakaan dan

penyakit akibat kerja pada tingkat perusahaan dan nasional,

2. Mengidentifikasi permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja utama

yang timbul dari kegiatan kehutanan,

3. Menentukan prioritas tindakan,

4. Meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit

akibat kerja,

5. Memantau keefektivitas yang diambil untuk menjamin tingkat kepuasan

keselamatan dan kesehatan kerja.

Berdasarkan kuesioner sebanyak 13 responden (28.89 %) pernah mengalami

kejadian celaka dan hampir celaka. Satu responden pernah mengalami lebih dari

satu kali kecelakaan. Menurut Idris dan Soemarno (1988) diacu dalam Fadillah

(2010) jenis kecelakaan kerja dikelompokkan menjadi 3 jenis, sebagai berikut:

a. Kecelakaan kecil, yaitu jenis kecelakaan yang mengakibatkan pekerja

tidak dapat masuk kerja kurang dari 3 hari.

b. Kecelakaan besar, yaitu jenis kecelakaan yang mengakibatkan pekerja

tidak dapat masuk kerja lebih dari 3 hari.

c. Kecelakaan yang menyebabkan meninggal.

Tabel 3 dibawah ini menunjukkan jenis kecelakaan kerja, near miss accident

yang terjadi pada periode tahun 2013−2015.

Tabel 3 Jenis kecelakaan kerja, near miss accident dan hari kerja hilang periode

tahun 2013−2015

Jenis kecelakaan kerja yang umumnya terjadi adalah jatuh dari sepeda motor.

Kecelakaan yang tergolong besar ini terjadi karena lingkungan kerja PT Dasa Intiga

memiliki tekstur berpasir, hal ini menyebabkan ban mudah slip. Menurut

RKUPHHK PT Dasa Intiga, lingkungan kerja di PT Dasa Intiga yaitu memiliki

bentuk wilayah datar sampai landai dengan kelas kelerengan berkisar dari 0−15 %

dan ketinggian tempat berkisar antara 100−300 mdpl serta memiliki suhu rata-rata

yang diatas suhu nikmat kerja yang dianjurkan. Jenis tanahnya terdiri atas 2 jenis

ordo yaitu podsolik merah kuning dan podsol. Kejadian jatuh dari motor

menyebabkan 1 responden mengalami kerugian sebanyak 60 hari kerja hilang.

Responden menyebutkan kejadian tersebut sudah berlangsung lama, sekitar tahun

2013, dan luka yang diterimanya adalah bahu retak, sehingga membutuhkan waktu

60 hari untuk penyembuhan. Kecelakaan yang umumnya terjadi selanjutnya adalah

No Jenis kecelakaan Jumlah kejadian

(kali)

Hari kerja hilang

(hari)

1 Jatuh dari sepeda motor 7 60,0,0,0,0,0,0

2 Tersengat lebah 6 2,0,0,0,0,0

3 Kena parang 2 30, 30

4 Tabrakan antara mobil logging

dengan mobil lain 2 150,0

5 Hampir tertimpa pohon 2 0,0

6 Mobil logging menabrak orang 1 0

7 Chainsaw tertindih pohon 1 0

8 Kena seling 1 0

Page 18: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

10

tersengat lebah, hal tersebut terjadi ketika musim berbunga yang menyebabkan 2

hari kerja hilang. Pekerja yang umumnya sering tersengat lebah adalah pekerja

pemanenan, karena pada saat itu penebang menebang pohon yang terdapat sarang

lebah diatasnya. Jenis kecelakaan ini tergolong kedalam jenis kecelakaan kecil,

namun seharusnya pekerja tidak menurunkan tingkat kewaspadaannya terhadap

lingkungan karena pekerjaan dibidang kehutanan merupakan jenis pekerjaan yang

berbahaya yang memiliki risiko kecelakaan yang tinggi (Yovi 2007).

Kecelakaan selanjutnya adalah terkena parang yang menyebabkan 2

responden harus libur selama 30 hari. Responden menyebutkan bahwa kejadian

tersebut terjadi karena dirinya kurang waspada, hal ini sejalan dengan pernyataan

Fadillah (2010) yang menyatakan bahwa kasus kecelakaan yang terjadi biasanya

karena pekerja yang kurang hati-hati. Kecelakaan yang berat lainnya adalah

tabrakan antara mobil logging dengan mobil lain yang menyebabkan patah kaki

sehingga sebanyak 150 hari kerja hilang. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2013

dan 2014 karena kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan operator sulit

untuk memprediksinya. Kecelakaan lainnya yang menimpa mobil truk logging

adalah mobil logging menabrak orang, responden tidak mengalami luka sehingga

tidak mengurangi hari kerja namun orang yang ditabrak mengalami luka yang

cukup parah.

Kesehatan Kerja

Lalu (2005) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu

kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang

sempurna baik fisik, mental maupun sosial. Menurut Kuswana (2016) kesehatan

kerja adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari gangguan fisik dan

mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan lingkungannya. Kesehatan

merupakan unsur penting bagi manusia untuk dapat melakukan suatu pekerjaan.

Pekerjaan apapun yang dilakukan tidak akan maksimal jika kesehatan berkurang,

sehingga berakibat pada menurunnya produktivitas.

Jenis keluhan yang terdapat pada Tabel 4 merupakan jenis keluhan yang

umumnya dirasakan oleh pekerja kehutanan (Yovi dan Prajawati 2015).

Berdasarkan Tabel 4 jenis keluhan yang paling banyak dirasakan responden

terdapat dapat pada sakit pinggang yaitu sebesar 55.56 %, hal tersebut terjadi karena

posisi tubuh responden dalam melakukan pekerjaannya tetap atau tidak banyak

bergerak sehingga meyebabkan sakit ketika berubah posisi. Kebanyakan resonden

melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk, membungkuk, dan jongkok.

Keluhan kedua yang banyak dirasakan oleh responden adalah kaku pada leher atau

pundak yaitu sebesar 51.11 %. Keluhan selanjutnya yang juga banyak dirasakan

oleh responden adalah nyeri punggung bawah yaitu sebesar 46.67 %. Menurut Yovi

dan Prajawati (2015) pekerja bagian penebangan, pembagian batang, dan

penyaradan manual memiliki risiko tinggi terkena Musculosceletal Disorders

(MSDs). Hal tersebut terjadi karena pekerja melakukan dengan posisi tubuh yang

tidak nyaman dan dilakukan secara berulang ditambah dengan beban kerja yang

tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Colantony et al. (2012) bahwa MSDs

disebabkan oleh mengangkat beban berat, posisi tubuh yang salah dan gerakan yang

berulang.

Kondisi pendengaran responden hampir semua normal. Meskipun tidak

semua responden bekerja dibagian yang menyebabkan kebisingan seperti bagian

Page 19: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

11

penebangan, penyaradan, pengangkutan, namun responden yang berada dibagian

tersebut mengaku kondisi pendengarannya masih normal. Menurut penelitian yang

dilakukan Widiastuti (2014) tingkat kebisingan dari chainsaw sebesar 97.6 dBA

yang melebihi nilai ambang batas normal sebesar 85 dBA. Terpapar kebisingan

yang tinggi secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

Pengaruh dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada indera

pendengar (Mulia 2005). Menurut Buchari (2007) diacu dalam Widiastuti (2014)

gangguan kesehatan yang ditimbulkan berupa gangguan fisiologis, gangguan

psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Berdasarkan catatan klinik

perusahaan, pekerjanya banyak yang terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA). Hal ini terjadi karena lingkungan kerja PT Dasa Intiga merupakan tanah

berpasir, sehingga ketika kendaraan besar melintas debu pasir bisa sampai menutupi

jalan. Selain itu perilaku pekerja yang umumnya perokok, terlihat dari Tabel 4

bahwa jumlah responden perokok sebanyak 66.67 %. Mengurangi dampak

kesehatan akibat pekerjaan pada pekerja bisa dilakukan dengan menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) yang lengkap seperti helm, sarung tangan, masker, earplug,

pelindung mata, jaket keselamatan, celana keselamatan dan sepatu keselamatan.

Berikut merupakan Tabel 4 yang menunjukkan kondisi kesehatan kerja pekerja PT

Dasa Intiga.

Tabel 4 Kondisi kesehatan kerja pekerja PT Dasa Intiga

Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

Kaku pada leher atau pundak 23 51.11

Nyeri punggung bawah 21 46.67

Sakit pinggang 25 55.56

Sakit pada bahu kanan 18 40.00

Sakit pada bahu kiri 17 37.78

Sakit pada lengan kanan atas 13 28.89

Sakit pada lengan kanan bawah 13 28.89

Sakit pada lengan kiri atas 5 11.11

Sakit pada lengan kiri bawah 7 15.56

Lain-lain: Sakit pada kaki 1 2.22

Merokok 30 66.67

Minuman Keras 9 20.00

Kondisi pendengaran: Normal 44 97.78

Terganggu 1 2.22

Gangguan fisik 0 0.00

Pernah terserang ISPA 11 24.44

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pekerja tentang menyenangkan

atau tidak menyenangkan didalam pekerjaannya (Rivai 2006). Kepuasan

mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, hal ini tampak pada

Page 20: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

12

sikap positif pekerja terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di

lingkungan kerjanya. Pekerja akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek

pekerjaan seperti upah atau gaji yang diterima, periode kerja, hubungan dengan

pegawai lainnya, suasana dan lingkungan pekerjaan, penempatan kerja, dan jenis

kerja dan aspek-aspek dirinya seperti umur, kondisi kesehatan, kemampuan, dan

pendidikan menyokong dan sebaliknya jika aspek-aspek tidak menyokong, maka

pekerja akan merasa tidak puas.

Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja, untuk melihat

faktor mana saja yang memengaruhi kepuasan kerja dilakukan analisis regresi

logistik biner. Hasil analisis dengan menggunakan 7 peubah penjelas menghasilkan

nilai-p pada Uji G sebesar 0.001, yang berarti tolak H0, hal tersebut menunjukkan

bahwa setidaknya ada satu peubah penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan kerja pada taraf nyata 0.05. Keragaman dari model kepuasan kerja dapat

terlihat dari nilai Nagelkerke R Square yaitu sebesar 0.608, artinya keragaman

kepuasan kerja seorang pekerja dapat dijelaskan oleh model sebesar 60.8 % dan

sisanya sebesar 39.2 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Hasil pengujian Hosmer dan Lemeshow menghasilkan nilai signifikansi

sebesar 0.606 yang berarti terima H0, hal tersebut menunjukkan bahwa model

kepuasan kerja layak untuk dipakai. Tabel 6 menunjukkan seberapa besar model

mampu memprediksikan kepuasan kerja secara tepat.

Tabel 5 Tabel klasifikasi

Aktual Prediksi

Persen Benar (%) Tidak Puas Puas

Tidak Puas 8 03 72.7

Puas 3 31 91.2

Persen Keseluruhan (%) 86.7

Secara keseluruhan persen kebenaran sebesar 86.7 %, artinya model mampu

untuk memprediksikan kepuasan kerja dengan baik. Berdasarkan Tabel 6, kolom

tidak puas dengan tidak puas bernilai 8 dan kolom tidak puas dengan puas bernilai

3, artinya ketidakpuasan diprediksi secara tepat sebanyak 8 dari 45 responden

sedangkan 3 dari 45 responden lainnya salah prediksi. Kolom puas dengan tidak

puas bernilai 3 dan kolom puas dengan puas bernilai 31, artinya sebanyak 31 dari

45 responden kepuasan diprediksi secara tepat dan 3 dari 45 responden lainnya

salah prediksi.

Hasil pengujian parameter secara parsial dengan menggunakan Uji Wald

menunjukkan bahwa terdapat dua peubah penjelas yang menolak H0 yaitu kontrak

kerja dan alat kerja, artinya peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap kepuasan

kerja pada taraf nyata 0.05. Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan maka model

yang dapat dibentuk adalah:

ĝ(x) = -1.666 + 1.147 X1 + 1.298 X2 + 2.554 X3 + 3.388 X4 + 0.313 X5 –

0.226 X6 – 0.011 X7

Keterangan: ĝ(x) = Kepuasan Kerja

X1 = Jenis pekerjaan

X2 = Gaji

X3 = Kontrak kerja

X4 = Alat kerja

X5 = Aksesibilitas

X6 = Lokasi kerja

X7 = Fasilitas kerja

Page 21: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

13

Dari peubah-peubah yang diduga memengaruhi kepuasan kerja, peubah yang

berpengaruh nyata terhadap kepuasan kerja yaitu X3 (kontrak kerja) dan X4 (alat

kerja), hal tersebut dapat terlihat dari nilai signifikansi pada Tabel 5. Taraf nyata

yang digunakan adalah 0.05, pada Tabel 5 signifikansi X3 0.023 dan X4 0.036. Nilai

X3 dan X4 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kontrak kerja dan alat kerja

berpengaruh nyata terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan hasil uji Wald dapat

dijelaskan bahwa untuk setiap pekerja yang kontrak kerjanya berubah dari buruh

harian menjadi pegawai tetap maka akan meningkatkan kepuasan kerja pekerja.

Supriatna (2015) menyatakan bahwa jenis kontrak kerja akan berpengaruh terhadap

gaji yang diterima. Pekerja tetap akan mendapatkan gaji yang sama tiap bulannya,

sedangkan pekerja harian atau musiman mendapatkan gajinya sesuai dengan jumlah

hari dia bekerja atau target yang dicapai. Alat kerja dapat dijelaskan bahwa setiap

pekerja yang memakai alat kerja yang sudah disiapkan oleh perusahaan yang

dipertahankan kualitas dan kuantitasnya maka akan meningkatkan kepuasan kerja

pekerja. Hal ini dikarenakan pekerja yang memakai alat kerja yang sudah disiapkan

oleh perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan

pekerjaannya, sedangkan pekerja yang memakai alat milik sendiri selain dia

membeli alat sendiri dia juga harus merawat kondisi alatnya dengan uangnya

sendiri.

Tabel 6 Peubah penjelas yang nyata terhadap peubah respon, uji Wald dan nilai

dugaan rasio odds

Peubah B S.E Wald Sig. Rasio

odds

SK 95%

Lower Upper

X1 1.147 1.271 0.815 0.367 3.149 0.261 38.008

X2 1.298 1.126 1.329 0.249 3.663 0.403 33.298

X3 2.554 1.120 5.201 0.023* 12.859 1.432 115.465

X4 3.388 1.615 4.403 0.036* 29.615 1.250 701.524

X5 0.313 1.526 0.042 0.837 1.368 0.069 27.242

X6 -0.226 1.078 0.044 0.834 0.798 0.096 6.601

X7 -0.011 0.050 0.047 0.828 0.989 0.898 1.090

Constant -1.666 2.981 0.312 0.576 0.189 *Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

Interpretasi koefisien dari model logistik diatas dapat dilakukan dengan

menggunakan nilai rasio odds dengan selang kepercayaan 95 %. Nilai rasio odds

dan selang kepercayaan 95 % terdapat pada Tabel 5. Nilai rasio odds kontrak kerja

(X3) adalah 12.859, artinya seseorang yang mengalami kenaikan kontak kerja maka

kepuasan kerjanya akan meningkat sebesar 12.859 kali dibandingkan dengan orang

yang kontrak kerjanya tetap. Berdasarkan tingkat selang kepercayaan 95 %, setiap

pekerja yang mengalami kenaikan kontrak kerja akan menyebabkan kepuasan

kerjanya meningkat antara 1.432 sampai 115.465, hal tersebut berarti bahwa

pekerja yang mengalami kenaikan kontrak kerja akan semakin puas dengan

pekerjaannya. Alat kerja memiliki nilai rasio odds 29.615, artinya seseorang yang

memakai alat kerja yang telah disediakan oleh perusahaan kepuasan kerjanya akan

meningkat sebesar 29.615 kali dibandingkan dengan orang yang memakai alat kerja

milik sendiri. Berdasarkan selang kepercayaan 95 %, setiap pekerja yang memakai

alat yang telah disediakan perusahaan akan menyebabkan kepuasan kerjanya

meningkat antara 1.250 sampai 701.524, hal itu berarti bahwa kepuasan kerja

Page 22: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

14

seorang pekerja akan meningkat apabila memakai alat yang telah disediakan oleh

perusahaan.

Selain kepuasan kerja, ada juga ketidakpuasan kerja. Ketidakpuasan pekerja

yang paling tinggi ada diaksesibilitas, yaitu sebanyak 13 responden atau 28.89 %.

Banyak dari responden mengeluhkan aksesibilitas karena lokasi tempat kerja yang

jauh dari rumah, jauh dari pedesaan, perkotaan, pasar dan minimnya angkutan

transportasi. Ketidakpuasan selanjutnya adalah gaji dan fasilitas kerja yang

mempunyai nilai sama yaitu 11 responden atau 24.44 %.

Gejala Kelelahan Kumulatif

Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi,

performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus

melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto 2003). Menurut

Suma’mur (1989) kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah

pemulihan. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk sisa pembakaran dalam

otot dan peredaran darah sehingga menyebabkan berkurangnya kemauan untuk

bekerja. Kelelahan ditandai oleh rasa berkurangnya kesiapan untuk

mempergunakan energi (Sulistyadi dan Lisa 2003). Kuswana (2016) menyatakan

bahwa kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Kosugo dan Fujii

(2002) diacu dalam Yoshimura dan Acar (2004) mengelompokkan kelelahan

menjadi 3 aspek, yaitu aspek fisik, aspek mental dan aspek sosial. Aspek fisik terdiri

atas kelelahan umum, gangguan fisik, dan kelelahan kronis. Aspek mental terdiri

atas penurunan kekuatan, perasaan cemas, dan perasaan depresi. Aspek sosial

terdiri atas perasaan mudah tersinggung dan keengganan bekerja.

Faktor yang menyebabkan kelelahan menurut Suma’mur (1989) yaitu

keadaan monoton adalah pekerjaan atau lingkungan kerja yang membosankan,

beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental, keadaan lingkungan

seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan, keadaan jiwa seperti tanggung

jawab, kekhawatiran atau konflik, dan keadaan gizi, penyakit atau perasaaan sakit.

Efek dari kelelahan bisa jangka panjang atau pendek, seperti kesulitan dalam

berkonsentrasi, mudah terganggu, mengurangi kapasitas komunikasi interpersonal

yang efektif, berkurangnya koordinasi tangan dengan mata dan persepsi visual,

kewaspadaan berkurang, waktu reaksi menjadi lebih lambat, dan memori berkurang

(Kuswana 2016). Kuswana (2016) menyebutkan bahwa tidur merupakan satu-

satunya strategi jangka panjang yang efektif untuk mencegah dan mengelola

kelelahan. Otot lelah dapat sembuh dengan istirahat, sedangkan otak hanya dapat

dipulihkan dengan tidur. Gejala kelelahan dalam penelitian ini diukur dengan

metode Indeks Kumulatif Gejala Kelelahan atau Cumulative Fatigue Symptom

Index (CFSI). CFSI berisi 74 dari 81 pertanyaan yang kemudian dikelompokkan

lagi menjadi 8 kelompok, seperti terlihat pada Tabel 7.

Page 23: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

15

Tabel 7 Kelompok pertanyaan indeks kumulatif gejala kelelahan

Kelompok Karakteristik Pertanyaan nomor

NF1

NF2-1

NF2-2

NF3

NF4

NF5-1

NF5-2

NF6

Penurunan kekuatan

Kelelahan umum

Gangguan fisik

Mudah tersinggung

Keengganan bekerja

Perasaan cemas

Perasaan depresi

Kelelahan kronis

2, 8, 22, 36, 43, 56, 65, 66,68

17, 25, 28, 40, 41, 53, 58, 59, 60, 67

1, 11, 18, 21, 38, 51, 80

3, 7, 23, 24, 31, 44, 54

6, 13, 33, 34, 37, 39, 48, 57, 63, 73, 76, 77, 78

14, 16, 19, 45, 46, 50, 55, 64, 69, 72, 74

4, 15, 26, 27, 29, 35, 52, 79, 81

9, 12, 30, 32, 42, 70, 71, 75 Keterangan: Pertanyaan nomor 5, 10, 20, 47, 49, 61, dan 62 sudah tidak digunakan sejak

revisi dari CFSI (Kosugo et al. 1992, 1993a, 1993b diacu dalam Yoshimura dan Acar

2004)

Berdasarkan hasil yang didapat, tingkat keluhan paling tinggi adalah nomor

74 ‘saya sering merasa bersemangat untuk tidur dimalam hari’, hal tersebut

mengindikasikan beratnya pekerjaan sehari-hari responden. Yoshimura dan Acar

(2004) menyatakan bahwa hal ini wajar karena pekerjaan kehutanan merupakan

pekerjaan yang sangat berat. Tingkat keluhan selanjutnya adalah nomor 14

‘terkadang saya merasa timbul perasaan-perasaan yang menggelisahkan’ dan

nomor 1 ‘saya merasa akhir-akhir ini kurang nafsu makan’. Pekerja di PT Dasa

Intiga umumnya pendatang, mereka yang pendatang sebagian besar meninggalkan

keluarganya sehingga timbul perasaan khawatir kepada keluarganya di kampung

halaman. Beberapa pekerja mengeluhkan kurang nafsu makan, hal tersebut karena

pekerja sebagian besar tinggal di hutan yang jauh dari pedesaan, pasar bahkan

perkotaan, ditambah dengan minimnya angkutan transportasi sehingga makanan

yang tersedia hanya seadanya. Gambar 1 memperlihatkan bahwa akumulasi gejala

kelelahan dari seluruh responden yang merupakan pekerja di PT Dasa Intiga.

Gambar 1 Akumulasi gejala kelelahan seluruh responden

Gejala kelelahan yang paling dominan adalah aspek fisik, terlihat pada

Gambar 1 bahwa NF2-1, NF6 dan NF2-2, memiliki nilai lebih dari 30 %. NF2-1

yaitu kelelahan umum yang paling menonjol dari aspek fisik. Kemudian diikuti oleh

aspek mental dan yang paling rendah adalah aspek sosial. Aspek mental yang paling

dominan adalah NF5-1 yaitu perasaan cemas, karena sebagian besar responden

merupakan pendatang.

0

10

20

30

40

50NF3

NF2-1

NF6

NF2-2

NF4

NF1

NF5-1

NF5-2

Gejala kelelahan

seluruh responden

Keterangan:

- NF2-1, NF6 dan NF2-2

merupakan kelelahan aspek

fisik

- NF1, NF2-1 dan NF5-2

merupakan kelelahan aspek

mental

- NF3 dan NF4 merupakan

kelelahan aspek sosial

(%)

Page 24: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

16

Gejala Kelelahan Berdasarkan Usia Gambar 2 merupakan hasil dari gejala kelelahan berdasarkan usia, usia muda

berkisar antara 15−30 tahun sedangkan usia tua lebih dari 30 tahun.

Gambar 2 Perbandingan gejala kelelahan kumulatif berdasarkan usia

Berdasarkan Gambar 2, secara umum gejala kelelahan yang paling tinggi

pada aspek fisik baik itu usia muda maupun usia tua. Aspek fisik usia muda yang

paling tinggi ada pada kelompok NF6 dan NF2-2 yaitu sebesar 35.71 %, sedangkan

pada usia tua ada pada kelompok NF2-1 38.39 %. Persentase keluhan aspek mental

paling tinggi ada pada kelompok NF5-1, baik itu pada usia muda 33.12 % maupun

usia tua 30.5 %. Kelompok NF3 merupakan tingkat keluhan tertinggi pada aspek

sosial baik itu pada usia muda 19.39 % maupun usia tua 16.13 %. Dilihat dari

Gambar 2, usia muda memiliki persentase gejala kelelahan kumulatif paling tinggi

di semua aspek. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngadiputra

(2015) di IUPHHK-HA PT. Carus Indonesia, Kalimantan Tengah, bahwa

persentase keluhan pekerja usia muda lebih tinggi daripada pekerja usia tua. Usia

muda memiliki semangat kerja yang tinggi bila dibandingkan dengan usia tua. Usia

muda juga memiliki fisik yang lebih kuat sehingga mereka bekerja lebih keras dan

berakibat pada kelelahan yang tinggi. Gejala kelelahan aspek mental usia muda

lebih tinggi dari pada usia tua, karena sebagian besar usia muda memiliki jabatan

yang rendah sehingga selalu mendapat tekanan dari atasan mereka. Usia muda

dikenal juga sebagai masa peralihan dari remaja menuju ke dewasa, sebagian dari

mereka memiliki sifat yang masih labil sehingga NF3 yaitu keluhan mudah

tersinggung mereka tinggi. Enrico (2002) menyatakan bahwa perasaan lelah yang

dialami pekerja usia muda dikarenakan oleh sedikitnya fasilitas hiburan sehingga

mereka tidak dapat menikmati kehidupannya.

Gejala Kelelahan Berdasarkan Lama Kerja

Gambar 3 merupakan hasil dari gejala kumulatif berdasarkan lama kerja yang

telah dilakukan terhadap 45 responden yang terdiri atas 24 responden dengan lama

kerja < 10 tahun dan 21 responden dengan lama kerja ≥ 10 tahun.

0

10

20

30

40

50NF3

NF2-1

NF6

NF2-2

NF4

NF1

NF5-1

NF5-2

Usia <30 tahun

Usia ≥30 tahun

Keterangan:

- NF2-1, NF6 dan NF2-2

merupakan kelelahan aspek

fisik

- NF1, NF2-1 dan NF5-2

merupakan kelelahan aspek

mental

- NF3 dan NF4 merupakan

kelelahan aspek sosial

(%)

Page 25: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

17

Secara umum gejala kelelahan yang paling tinggi adalah aspek fisik. NF2-1

merupakan keluhan paling tinggi pada kelompok pekerja lama yaitu sebesar

42.38 %, sedangkan pada kelompok pekerja baru keluhan paling tinggi adalah NF6

yaitu sebesar 32.81 %. Persentase keluhan untuk aspek mental yang paling tinggi

pada NF5-1, baik itu pada pekerja lama 30.74 % maupun pekerja baru 31.82 %.

Selanjutnya dari aspek sosial, NF3 merupakan keluhan paling tinggi baik itu pada

pekerja lama 19.05 % maupun pakerja baru 15.48 %. Persentase gejala kelelahan

paling tinggi dari semua aspek ada pada kelompok pekerja lama. Perasaan lelah

pada pekerja lama disebabkan adanya pembebanan otot secara statis yang jika

dipertahankan dalam waktu lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain

Injuries) yaitu nyeri otot tulang, tendon, dan sebagainya yang diakibatkan oleh jenis

pekerjaan yang bersifat berulang atau monoton (Muizzudin 2013).

Gejala Kelelahan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Secara umum, keluhan aspek fisik lebih tinggi dibandingkan aspek lainnya.

Berdasarkan Gambar 4, tingkat keluhan paling tinggi adalah jenis pekerjaan

persemaian, hal tersebut karena sebagian besar pekerja dengan jenis pekerjaan

persemaian adalah wanita, dimana kondisi fisik wanita cenderung rendah

dibandingkan pria. Kelelahan dibidang persemaian ini juga diakibatkan oleh

kejenuhan dengan jenis pekerjaannya ditambah dengan status kontrak pekerjaannya

adalah buruh harian lepas atau musiman, yang penghasilannya tidak lebih tinggi

dari pegawai tetap. Tingkat keluhan tinggi selanjutnya adalah bagian perencanaan,

hal tersebut juga karena sebagian besar pekerja memiliki kontrak kerja buruh harian

lepas atau musiman. Pekerja dengan kontrak kerja buruh harian lepas dibayar sesuai

dengan jumlah hari penuh dia bekerja. Jika sedang tidak ada kegiatan perencanaan,

sebagian besar pekerja perencanaan ikut membantu pekerjaan persemaian, sehingga

pekerja mengalami kejenuhan. Tingkat keluhan tinggi berikutnya adalah regu

penebang, hal tersebut dikarenakan beban kerja yang dialami regu penebang tinggi

ditambah dengan tinggal di dalam hutan dekat dengan petak tebang dengan fasilitas

camp yang sederhana serta jauh dari keluarga. Yovi et al. (2005) diacu dalam Yovi

dan Prajawati (2015) menyatakan bahwa mengoperasikan gergaji mesin seberat 15

kg dalam kegiatan penebangan mengonsumsi hingga 78 % dari kapasitas kerja

Gambar 3 Perbandingan gejala kelelahan kumulatif berdasarkan lama kerja

0

10

20

30

40

50NF3

NF2-1

NF6

NF2-2

NF4

NF1

NF5-1

NF5-2

<10 tahun≥10 tahun

Keterangan:

- NF2-1, NF6 dan NF2-2

merupakan kelelahan

aspek fisik

- NF1, NF2-1 dan NF5-2

merupakan kelelahan

aspek mental

- NF3 dan NF4 merupakan

kelelahan aspek sosial

(%)

Page 26: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

18

maksimal seseorang. Berikut adalah hasil dari gejala kelelahan kumulatif

berdasarkan jenis pekerjaan.

Gambar 4 Perbandingan gejala kelelahan kumulatif berdasarkan jenis pekerjaan

Aspek mental pada jenis pekerjaan persemaian dan perencanaan terlihat

tinggi, hal itu disebabkan karena tekanan mental yang diberikan pada atasan cukup

tinggi. Kedua jenis pekerjaan tersebut juga sebagian besar berusia muda sehingga

ketika ekspektasi mereka mengenai dunia kerjanya tinggi dan harapan dengan

realitanya terdapat kesenjangan maka mengakibatkan meningkatnya indeks

kelelahan kumulatif (Ngadiputra 2015). Persentase aspek sosial yang dominan

adalah jenis pekerjaan persemaian dan pengangkutan. Pada jenis pekerjaan

persemaian, hal tersebut terjadi karena terkadang terdapat konflik kecil antar

pegawai wanita dengan pegawai pria, namun konflik tersebut tidak sampai

berkepanjangan, sedangkan pada jenis pekerjaan pengangkutan karena mereka

merupakan pegawai musiman yang diupah berdasarkan kubikasi kayu bulat yang

mereka angkut. Terkadang konflik kecil terjadi ketika mereka berlomba untuk

sampai pada TPn untuk mengangkut kayu bulat, karena semakin banyak trip yang

mereka jalankan maka semakin banyak pula upah yang mereka dapatkan. Tingkat

gejala kelelahan yang paling rendah berurutan adalah jenis pekerjaan supervisor

dan HRD/SDM, hal tersebut karena beban kerja yang rendah dan sebagian besar

pekerja di bagian tersebut merupakan pekerja tetap. Karyawan-karyawan yang

menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih puas daripada

karyawan yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih rendah (Saputra 2012).

0

10

20

30

40

50

60

70

Persemaian

Perencanaan

Regu penebang

Pengangkutan

Penyaradan

Administrasi dan

TUKHRD/SDM

Supervisor

Keterangan:

- NF2-1, NF6 dan NF2-

2 merupakan kelelahan

aspek fisik

- NF1, NF2-1 dan NF5-

2 merupakan kelelahan

aspek mental

- NF3 dan NF4

merupakan kelelahan

aspek sosial

(%)

Page 27: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

19

Menurut Yoshimura dan Acar (2004) kepuasan kerja merupakan faktor penting

dalam kelelahan kumulatif pekerja kehutanan dan dengan meningkatkan kepuasan

kerja akan mengurangi kelelahan kumulatif.

Strategi Pengembangan Sistem Manajemen K3

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja menurut ILO (1998)

adalah struktur, tanggung-jawab, praktek, dan prosedur sumber daya perusahaan

untuk menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi

manajemen yang mengembangkan, menerapkan dan memelihara kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan (ILO 1998). Tujuan dibentuknya

SMK3 adalah untuk pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

seperti penyakit dan kecelakaan akibat kerja, guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif (Endoryo 2006). Sehubungan dengan SMK3, Alat

Pelindung Diri (APD) sebagai alat pencegahan risiko kerja menjadi peran penting

dalam K3. Tabel 8 merupakan pemakaian APD oleh responden yang didapatkan

dari kuesioner berupa soal uraian.

Tabel 8 Pemakaian APD

Alat Pelindung Diri Jumlah (orang) Persentase (%)

Helm 7 15.56

Sarung tangan 10 22.22

Sepatu keselamatan 31 68.89

Masker 2 4.44

Tabel 8 memperlihatkan bahwa pemakaian APD para pekerja masih sangat

minim. Berdasarkan pengamatan, hanya pekerja lapang yang memakai APD.

Sebagian besar pekerja lapang sudah memakai sepatu keselamatan (68.89 %),

sedangkan pemakaian helm hanya 7 responden (15.56 %) dan pemakaian sarung

tangan 10 responden (22.22 %). Pemakaian sarung tangan banyak dipakai oleh regu

penebang, asisten bulldozer dan pegawai persemaian. Berdasarkan pengamatan

peneliti, tidak ada satu pun pemakaian APD yang lengkap. Responden mengaku

tidak memakai APD lengkap karena tidak terbiasa, sehingga mengganggu

pekerjaan. Bagian sumberdaya manusia yang menangani ketenagakerjaan sekaligus

K3 mengatakan bahwa APD selalu disediakan setiap 6 bulan sekali. Kesulitan

utama yang dihadapi yaitu budaya dari pekerja yang menganggap pemakaian APD

menyulitkan pekerjaan.

Selain APD, hal lain yang perlu diperhatikan adalah jenis tempat tinggal,

karena jenis tempat tinggal dapat memengaruhi kesehatan pekerja. Menurut Elias

(2012), base camp sebagai tempat tinggal pekerja kehutanan dibedakan menjadi 4

jenis, yaitu: base camp induk, base camp cabang, base camp tarik, dan base camp

pembinaan hutan. Jenis tempat tinggal pekerja PT Dasa Intiga berupa base camp.

Karena lokasi kerja PT Dasa Intiga jauh dari desa dan perkotaan sehingga sebagian

pekerja tinggal di base camp. Base camp di PT Dasa Intiga terdiri atas base camp

induk yaitu base camp 37, base camp cabang yaitu base camp Hyang, dan Logpond,

base camp tarik, dan base camp pembinaan hutan yaitu base camp TPTI. Antara

Page 28: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

20

keempat base camp tersebut yang menjadi pembeda adalah fasilitasnya. Fasilitas

pada base camp induk, cabang dan pembinaan hutan lebih lengkap dibandingkan

dengan base camp tarik. Fasilitas yang disediakan pada base camp induk, cabang

dan pembinaan hutan diantaranya adalah air, listrik meskipun hanya malam hari,

kantin, sarana olah raga, hiburan seperti TV bersama dan fasilitas lainnya. Berbeda

dengan fasilitas yang ada pada base camp tarik, pada base camp tarik air tersedia

pada sungai terdekat, tidak semua camp tarik terdapat listrik. Pekerja yang

menempati base camp tarik adalah pekerja bidang pemanenan, penyaradan, dan

kupas kulit. Fasilitas pada base camp patut untuk diperhatikan oleh perusahaan

karena kenyamanan dan ketersediaan fasilitas dasar untuk hidup pada tempat

tinggal turut memengaruhi kepuasan kerja (Ngadiputra 2015).

Base camp di tempatkan didekat lokasi kerja, sehingga pekerja tidak perlu

berjalan jauh untuk menuju ke tempat kerja. Sebagian besar pekerja menuju ke

tempat kerjanya masing-masing membutuhkan waktu 5−10 menit dengan berjalan

kaki. Berbeda dengan pekerja pada bagian penebang dan bagian penyarad, mereka

membutuhan waktu 30−60 menit dengan menaiki bulldozer untuk sampai ke petak

tebang, semakin jauh petak tebangnya maka akan semakin lama juga waktu yang

ditempuhnya. Selanjutnya pada pekerja pengangkutan membutuhkan waktu 30−60

menit dengan menggunakan logging truk, tergantung dari jauhnya TPn dan TPK.

Sebagian besar pekerja tidak mengeluhkan mengenai kondisi tersebut, sebaliknya

pekerja senang karena mereka tidak perlu berjalan jauh untuk menuju tempat kerja

sehingga ketika sampai ditempat kerja kondisi fisik tetap segar.

Selain melakukan penelitian, peneliti juga menanyakan saran perbaikan yang

perlu dilakukan oleh perusahaan pada responden yang diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan pekerja sehingga produktivitas perusahaan meningkat,

seperti terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Saran perbaikan responden kepada perusahaan

Saran Perbaikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Fasilitas lainnya diperbaiki dan dilengkapi 12 26.67

Gaji/upah 6 13.33

Fasilitas komunikasi, seperti tower sinyal 5 11.11

Fasilitas transportasi 2 4.44

Adakan pelatihan 1 2.22

Penerangan jalan 1 2.22

Berdasarkan Tabel 9, terdapat 8 saran perbaikan yang disampaikan.

Persentase terbesar adalah fasilitas lainnya diperbaiki dan dilengkapi sebesar

26.67 %. Responden mengeluhkan mengenai fasilitas di base camp yang dirasa

kurang terutama base camp tarik. Salah satu lokasi base camp yang berdekatan

dengan base camp milik perusahaan tambang juga selalu menjadi pembanding.

Fasilitas lainnya yang dimaksud adalah tempat tinggal agar diperbaiki, kemudian

responden menyarankan ditambahnya fasilitas ibadah seperti masjid dan fasilitas

kesehatan. Fasilitas kesehatan saat ini hanya ada satu, yaitu di base camp pusat dan

ditangani oleh satu mantri kesehatan, hal tersebut dirasa kurang, mengingat jarak

antar base camp yang berjauhan. Saran selanjutnya adalah gaji/upah 13.33 %.

Menurut beberapa responden, gaji/upah yang saat ini dirasa kurang. Kelompok

pekerja yang menyarankan perbaikan gaji/upah ini didominasi oleh pekerja lapang

Page 29: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

21

seperti asisten chainsaw dan asisten bulldozer. Saran perbaikan selanjutnya adalah

fasilitas komunikasi 11.11 %. Lokasi perusahaan yang jauh dari desa dan perkotaan

menyebabkan sinyal komunikasi minim. Komunikasi hanya dilakukan dengan

menggunakan HT (Handy Talky) atau alat komunikasi radio untuk

mengkoordinasikan pekerjaan pada setiap bagian. Pekerja yang umumnya

merupakan pendatang mengeluhkan kondisi tersebut, karena tidak dapat

menghubungi keluarganya karena tidak terdapat sinyal ponsel. Saran lainnya yang

diajukan responden adalah fasilitas transportasi, adakan pelatihan dan penerangan

jalan, persentase masing-masing berurutan adalah 4.44 %, 2.22 % dan 2.22 %.

Transportasi menjadi salah satu sarana penting untuk mobilisasi jarak jauh.

Terbatasnya sarana transportasi menyebabkan beberapa bagian pekerjaan menunda

untuk menyelesaikan pekerjaannya. Saran peneliti adalah perusahaan menambah

sarana transportasinya agar produktivitas perusahaan meningkat. Salah seorang

responden menyarankan adakan pelatihan, hal tersebut dirasa penting agar pekerja

mempunyai ilmu tambahan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya sehingga risiko

kecelakaan menjadi minim dan produtivitas menigkat. ILO (1998) menyatakan

bahwa sebelum penugasan awal suatu tugas spesifik semua pekerja harus menjalani

pelatihan yang sesuai. Pelatihan yang efektif menjadi bagian dari kebijakan

keselamatan kerja.

Asupan Gizi

Sumber penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, salah

satunya adalah gizi (Supariasa et al. 2001). Salah satu faktor yang menyebabkan

kelelahan juga adalah asupan gizi yang tidak memadai. Food recall 24 jam

merupakan salah satu metode penilaian konsumsi pangan secara kuantitatif.

Menurut Supariasa et al. (2001) metode kuantitatif dapat mengetahui jumlah

makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan

menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang

diperlukan seperti daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah

Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM).

Metode food recall 24 jam mempunyai kelebihan yaitu mudah

melaksanakannya, biaya relatif murah, cepat, dapat digunakan pada responden yang

buta huruf dan dapat memberikan gambaran nyata. Kelemahan dari metode ini

adalah bila dilakukan recall satu hari maka tidak dapat menggambarkan asupan

makanan sehari-hari, ketepatannya tergantung oleh daya ingat responden,

membutuhkan petugas yang terlatih dalam menggunakan alat bantu seperti Ukuran

Rumah Tangga (URT), dan ada kecenderungan bagi responden yang gemuk

melaporkan lebih sedikit dan sebaliknya (Supariasa et al. 2001). Nilai konsumsi

pangan yang sudah dikonversi dengan menggunakan daftar diatas kemudian

dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sehingga menghasilkan

tingkat kecukupan gizi. Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) diacu dalam

Subarna (2012) AKG dapat digunakan untuk menilai tingkat konsumsi zat gizi yaitu

mengetahui seberapa banyak kecukupan zat gizi. Zat gizi yang digunakan pada

penelitian ini adalah energi. Berikut merupakan tingkat kecukupan energi hasil

perhitungan dari ketiga responden.

Page 30: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

22

Tabel 10 Sebaran asupan energi dan tingkat kecukupan energi berdasarkan jenis

pekerjaan

Asupan Energi Jenis Pekerjaan

Operator

Chainsaw

Asisten

Chainsaw

Asisten

Bulldozer

Min (kkal) 2117 1939 1969

Max (kkal) 3501 2652 3230

Mean (kkal) 2669 2245 2311

Kebutuhan Energi (kkal) 2583 2329 2293

Tingkat Kecukupan Energi (%) 103 96 101

Menurut Hanum et al. (2014) tingkat kecukupan energi dikategorikan normal

(90−119 % AKG), defisit tingkat ringan (80−89 % AKG), defisit tingkat sedang

(70−79 % AKG) dan defisit tingkat berat (< 70 % AKG). Berdasarkan Tabel 10,

asupan energi minimum paling rendah adalah asisten chainsaw (1939 kkal)

dibandingkan dengan asisten bulldozer (1969 kkal) dan operator chainsaw (2117

kkal). Asupan energi maksimal paling tinggi adalah operator chainsaw (3501 kkal)

dibandingkan dengan dua responden lainnya yaitu asisten bulldozer (3230 kkal) dan

asisten chainsaw (2652 kkal). Urutan yang sama juga terjadi pada rata-rata asupan

energi yaitu operator chainsaw (2669 kkal), asisten bulldozer (2311 kkal) dan

asisten chainsaw (2245 kkal). Standar asupan energi seseorang berbeda-beda,

tergantung dari tinggi badan dan berat badan. Standar kebutuhan energi operator

chainsaw sebesar 2583 kkal, standar ini lebih tinggi dibandingkan dengan asisten

chainsaw (2329 kkal) dan asisten bulldozer (2293 kkal). Nilai persentase tingkat

kecukupan energi didapat dari asupan energi rata-rata dibagi dengan kebutuhan

energi lalu dikali 100 %. Persentase tingkat kecukupan energi operator chainsaw

lebih tinggi dari responden lainnya yakni 103 %, sedangkan asisten bulldozer 101 %

dan asisten chainsaw 96 %. Kategori tingkat kecukupan energi dari ketiga reponden

adalah normal. Peneliti menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk

mengetahui status gizi responden seperti terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Status gizi berdasarkan jenis pekerjaan

Jenis Pekerjaan IMT (kg/m2)

Operator chainsaw 20.38

Asisten chainsaw 20.96

Asisten Bulldozer 18.75

IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa (Anggraeni 2012). Berdasarkan Tabel 11, IMT operator chainsaw, asisten

chainsaw dan asisten bulldozer berurutan adalah 20.38, 20.96 dan 18.75. Status gizi

dari ketiga responden adalah normal, dilihat dari IMT yang berada pada ≥

18.5−24.9. Batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi menurut Depkes

(2013) adalah kurus (< 18.5), normal (≥ 18.5−24.9), berat badan lebih (≥ 25−27)

dan obesitas (≥ 27). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yovi (2007) menunjukkan

bahwa beban kerja yang diterima oleh pekerja kehutanan mencapai 71 % dari

kapasitas kerja seseorang. Semakin tinggi VdotO2 semakin tinggi pula energi yang

dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Ketiga jenis pekerjaan yang menjadi

Page 31: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

23

responden bekerja tidak hanya mengangkat beban yang berat, lingkungan kerja

yang tidak nyaman juga diduga dapat memengaruhi berkurangnya energi.

Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa tingkat kecukupan energinya

dikategorikan normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan gizi sehari-harinya

sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan energi yang dia pakai untuk bekerja. Zat

gizi berperan dalam penyediaan energi, proses pertumbuhan, perbaikan jaringan,

pengaturan serta pemeliharaan proses fisiologis dan biokimia di dalam tubuh

(Tejasari 2003).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebanyak 28.89 % responden pernah mengalami kecelakaan kerja. Jatuh dari

sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering terjadi. Jenis keluhan

penyakit yang banyak dirasakan responden adalah sakit pinggang (55.56 %), kaku

pada leher atau pundak (51.11 %) dan nyeri punggung bawah (46.67 %). Peubah

yang memengaruhi kepuasan kerja dari regresi logistik biner adalah kontrak kerja

dan alat kerja. Sebagian besar responden puas dengan pekerjaannya. Sebanyak

28.89 % ketidakpuasan responden disebabkan oleh aksesibilitas dan sebanyak

24.44 % ketidakpuasan disebabkan oleh gaji dan fasilitas. Nomor 74 ‘saya sering

merasa bersemangat untuk tidur dimalam hari’ merupakan pertanyaan CFSI yang

paling tinggi dikeluhkan oleh responden. Secara umum gejala kelelahan yang

paling dominan adalah aspek fisik, kemudian aspek mental dan aspek sosial. Gejala

kelelahan pekerja usia muda memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan

pekerja usia tua. Persentase gejala kelelahan pekerja lama lebih tinggi dibandingkan

dengan pekerja baru. Berdasarkan jenis pekerjaannya, jenis pekerjaan persemaian

memiliki persentase gejala kelelahan yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis

pekerjaan lainnya. Pemakaian APD masih sangat minim. Sepatu keselamatan

memiliki persentase terbesar dari APD yang digunakan diikuti oleh sarung tangan

dan helm. Saran perbaikan dengan persentase terbesar yang disampaikan oleh

responden diantaranya adalah fasilitas lainnya diperbaiki dan dilengkapi (26.67 %),

gaji/upah (13.33 %) dan fasilitas komunikasi, seperti tower sinyal (11.11 %).

Tingkat kecukupan energi dan status gizi dari tiga responden dengan tiga jenis

pekerjaan yang berbeda adalah normal.

Saran

1. Saran kepada pengelola untuk lebih giat lagi membudayakan pemakaian APD

secara menyeluruh sebagai salah satu upaya perlindungan K3 pekerja.

2. Saran kepada pengelola untuk meninjau dan merealisasikan perbaikan yang

disampaikan oleh pekerja.

3. Penelitian selanjunya dengan topik serupa diharapkan dilakukan pada semua

jenis pengelolaan hutan dan tersebar diseluruh Indonesia agar terlihat kondisi K3 nasional dibidang kehutanan.

Page 32: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

24

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni A D. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Yogyakarta (ID):

Graha Ilmu.

Anggraeni L. 2004. Analisis tingkat kepuasan kerja karyawan bagian produksi di

PT. Mitra Marin Manunggal, Sidoarjo, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Colantony A, Marucci A, Monarca D, Pagniello B, Cecchini M dan Bedini R. 2012.

The risk of musculoskeletal disorders due to repetitive movements of upper

limbs for workers employed to vegetable grafting. Journal of Food,

Agriculture & Environment. 10 (3&4): 14−18.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2013. RISKESDAS Indonesia Tahun 2013.

Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta (ID): Erlangga.

Elias. 2012. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut

Pertanian Bogor.

Endoryo B. 2006. Peranan manajemen k3 dalam pencegahan kecelakaan kerja

konstruksi. Jurnal Teknik Sipil. 3 (1):8−15.

Enrico E. 2002. Analisis kelelahan pekerja pemanenan hutan dengan menggunakan

metode indeks kumulatif gejala kelelahan di PT. Musi Hutan Persada Propinsi

Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fadillah D. 2010. Biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja di PT.

Erna Djuliawati, Provinsi Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas

Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Hanum F, Khomsan A dan Heryatno Y. 2014. Hubungan asupan gizi dan tinggi

badan ibu dengan status gizi anak balita. Jurnal Gizi dan Pangan. 9 (1): 1−6.

Hosmer D W, Lemeshow S. 2000. Applied Logistic Regression. Ed ke-2. New York

(US): John Wiley and Sons.

[ILO] International Labour Organization. 1998. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di Kehutanan. Geneva (CH): ILO.

Kuswana W S. 2016. Ergonomi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Bandung (ID): PT. Remaja Rosdakarya.

Lalu H. 2005. Hukum Ketenagakerjaan, Edisi Revisi. Jakarta (ID): PT. Raja

Grafindo.

Muizzudin A. 2013. Hubungan kelelahan dengan produktivitas kerja pada pekerja

tenun di pt. alkatex tegal. Unnes Journal of Public Health. 2 (4): 1−8.

Mulia R M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Ngadiputra S. 2015. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja kehutanan di

IUPHHK-HA PT. Carus Indonesia, Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

PT DASA INTIGA. 2012. Dokumen Rencana Kerja Umum (RKU) Periode

2012−2021. Kalimantan Tengah (ID): BC Hyang Sakti.

Putra R E. 2012. Pengaruh nilai investasi, nilai upah, dan nilai produksi terhadap

penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di kecamatan pedurungan kota semarang. Economics Development Analysis Journal. 1 (2): 42−56.

Republik Indonesia. 2003. UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Jakarta (ID): Sekretariat Kabinet RI.

Page 33: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

25

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): Sekretariat

Kabinet RI.

Rivai V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta (ID):

PT. Raja Grafindo Persada.

Saputra D. 2012. Analisis hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) terhadap

kepuasan kerja karyawan Di PT Dystar Colours Indonesia [skripsi]. Bogor

(ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Sari I P. 2013. Analisis minat siswa sma ibrahimy sukorejo melanjutkan ke IAII

Sukorejo menggunakan regresi logistik biner dan multi korespondensi

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Institut Pertanian Bogor.

Setiawan S. 2010. Analisis kompetensi pekerja dan pengusaha terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja bidang pemanenan kayu di KPH Cianjur

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Siswantiningsih K A. 2010. Perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja

pada iklim kerja panas di Unit Workshop PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar [laporan khusus]. Surakarta (ID): Fakultas

Kedokteran. Universitas Sebelas Maret.

Subarna A. 2012. Analisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan serta

hubungannya dengan status gizi mahasiswa penerima Beasiswa Etos Jawa

Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian

Bogor.

Sulistyadi K dan Lisa S S. 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Jakarta

(ID): Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sahid.

Suma’mur P K. 1988. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): PT.

Saksama.

Suma’mur P K. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta (ID): CV. Hji

Masagung.

Suma’mur P K. 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta

(ID): CV. Haji Masagung.

Supariasa I D N, Bakri B dan Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID):

Penerbit buku kedokteran EGC.

Supriatna. 2015. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja kehutanan di

IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas

Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Susanto. 2015. Pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan pada pekerja bagian

sizing PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta [Skripsi]. Surakarta (ID):

Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tejasari. 2003. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta (ID): Graha ilmu.

Widiastuti T. 2014. Identifikasi kondisi lingkungan kerja dan persepsi pekerja

industri mebel kayu jati terhadap perlindungan k3 di Kabupaten Jepara

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Wignjosoebroto S. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya (ID): Guna

Widya.

Page 34: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

26

Yoshimura T dan Acar H H. 2004. Occupational safety and health conditions of

forestry workers in turkey. Jurnal Forestry Resource. (9):

225−232.doi:10.007/s10510.004-0078-y.

Yovi E Y. 2007. %VdotO2max as physical load indicator unit in forest work

operation. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 13 (3): 140−145.

Yovi E Y, Gandaseca S, Adiputra I N. 2012. Worker’s competency and perception

toward safety and health on forest harvesting operation in Indonesia long

rotation plantation forest. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 18 (3): 198−205.

doi: 10.7226/jtfm.18.3.198.

Yovi E Y dan Prajawati W. 2015. High risk posture on motor-manual short wood

logging system in acacia mangium plantation. Jurnal Manajemen Hutan

Tropika. 21 (1): 11−18.doi: 10.7226/jtfm.21.1.11.

Yovi E Y dan Yamada Y. 2015. Strategy to disseminate occupational safety and

health information to forestry workers: The Felling Safety Game. Journal of

Tropical Forest Science. 27 (2): 213−221.

Yovi E Y, Yamada Y, Zaini MF, Kusumadewi CAY dan Marisiana L. 2016.

Improving the OSH knowledge of Indonesian forestry workers by using

safety game application: Tree Felling Supervisors and Operators. Jurnal

Manajemen Hutan Tropika. 21 (1): 11−18.doi: 10.7226/jtfm. 2.1. 2 75.

Page 35: KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA … · kerja dan jatuh dari sepeda motor merupakan kecelakaan kerja yang paling sering ... termometer digital, kuesioner, dan laptop

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 3 September 1993. Penulis

merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Rosadi dan Hotijah.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Al-Irsyad Al-

islamiyah Rawa Lumbu pada tahun 2000, menyelesaikan sekolah dasar di SDN

BJRL X Rawa Lumbu pada tahun 2006. Kemudian penulis menyelesaikan sekolah

menengah pertama di SPMN 2 Bekasi dan menyelesaikan sekolah menengah atas

di SMAN 3 Bekasi pada tahun 2012, pada tahun yang sama penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jaur SMNPTN Undangan dan diterima di

Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan.

Selama masa pendidikan sekolah menengah atas penulis aktif di organisasi

Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) sebagai Bendahara 1 (2010−2011) dan Staf

Ekstrakurikuler Taekwondo (2010−2012). Kemudian selama masa perkuliahan,

penulis aktif di lembaga kemahasiswaan dan berbagai kepanitiaan, yaitu Staf Divisi

PSDM Forest Management Student’s Club (FMSC) (2013−2015), Staf Divisi Dana

Usaha Kejuaraan IPB Karate Cup V Se-Jawa Bali (2013), Staf Divisi Logstran Bina

Hutan Rakyat (2014), dan Staf Divisi Logstran Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu

(2015). Penulis juga telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan pada

tahun 2014 di Telaga Bodas-Sancang Timur, Praktik Pengenalan Hutan pada tahun

2015 di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, dan Praktik Kerja Lapang

pada Februari hingga April tahun 2016 di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga Kalimantan

Tengah.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

dengan judul Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerja Kehutanan di

IUPHHK-HA PT Dasa Intiga Kalimantan Tengah dibawah bimbingan Dr Efi

Yuliati Yovi, SHut MLife Env Sc.