KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN...

69
KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN Acanthaster planci L. DAN HUBUNGANNYA DENGAN ASPEK ANTROPOGENIK DI PERAIRAN PULAU PANGGANG, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU SKRIPSI PANGESTUTI UTAMI 1111095000016 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN...

Page 1: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI

KEPADATAN Acanthaster planci L. DAN HUBUNGANNYA DENGAN

ASPEK ANTROPOGENIK DI PERAIRAN PULAU PANGGANG,

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU

SKRIPSI

PANGESTUTI UTAMI

1111095000016

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI

KEPADATAN Acanthaster planci L. DAN HUBUNGANNYA DENGAN

ASPEK ANTROPOGENIK DI PERAIRAN PULAU PANGGANG,

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Setara Satu (S1)

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PANGESTUTI UTAMI

1111095000016

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 3: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

i

KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI

KEPADATAN Acanthaster planci L. DAN HUBUNGANNYA DENGAN

ASPEK ANTROPOGENIK DI PERAIRAN PULAU PANGGANG,

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Setara Satu (S1)

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PANGESTUTI UTAMI

1111095000016

Menyetujui,

Page 4: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

ii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Kondisi Karang Hidup Ditinjau dari Kepadatan

Acanthaster planci L. dan Hubungannya dengan Aspek Antropogenik Di Perairan

Pulau Panggang, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu” yang ditulis oleh

Pangestuti Utami, NIM 1111095000016 telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam

sidang Munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 10 April 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat untuk memenuhu gelar sarjana stara satu (S1) Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

iii

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN KEASLIAN SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, April 2018

Page 6: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

iv

K ATA PENGANTAR

Puji syukur segala puji bagi Allah atas rahmat dan karunia-Nya kepada

penulis maka selesailah skripsi ini dengan judul “KONDISI KARANG HIDUP

DITINJAU DARI KEPADATAN Acanthaster planci L. DAN

HUBUNGANNYA DENGAN ASPEK ANTROPOGENIK DI PERAIRAN

PULAU PANGGANG, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN

SERIBU”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia, dan semoga kita menjadi

pengikutnya hingga nanti, amin. Selesainya skripsi ini tak lupa dari doa

kesungguhan hati, kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak, baik saran,

bimbingan maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan ini semua, dan lebih

khusus ucapan terima kasih saya ucapkan

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda (H.Suparmin) dan ibunda (asih) telah

memberikan segenap hidupnya untuk membesarkan serta mendidik

penulis dan kakakku puji santoso serta adikku hari hidayat yang telah

memotivasi dan mendukung penulis dalam setiap keadaan dengan segala

cinta dan kasih sayang.

2. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

v

3. Dr. Dasumiati, M.Si selaku ketua Program Studi serta seluruh dosen

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri .,M.Env. Stud. (pembimbing I), Narti

Fitriana, M.Si, (pembimbing II), Dr. Fahma Wijayanti, M.Si (penguji

seminar hasil I) Drs. Paskal Sukandar, M.Si (penguji seminar hasil II),

Dr.Megga Ratnasari Pikoli (penguji sidang I) dan Dr. Dasumiati, M.Si

(penguji sidang II) yang senantiasa memberikan pengarahan,

membimbing, membantu dan memberikan informasi-informasi kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Pak sairan (abah) dan pak firdi yang membantu saat pengambilan data dan

senantiasa memberikan ilmunya hingga terselesainya skripsi ini.

6. Reza Bayu Zikrillah,S.Si serta keluarga MBC yang telah membantu,

mendampingi serta memberikan semanggat sampai terselesainya skripsi

ini.

7. Seluruh teman-teman biologi 2011 yang selalu senantiasa memberikan

semangat dan masukan dalam proses pembuatan skripsi ini.

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak

sempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya,dan pembaca umumnya.

Jakarta, April 2018

Penulis

Page 8: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

vi

ABSTRAK

PANGESTUTI UTAMI. Kondisi Karang Hidup Ditinjau dari Kepadatan

Acanthaster planci L. dan Hubungannya dengan Aspek Antropogenik di Perairan

Pulau Panggang, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Skripsi di bawah bimbingan

Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env. Stud dan Narti Fitriana, M.Si. Program

Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2018.

Terumbu karang memiliki peranan penting dalam lingkungan kawasan pesisir dan

lautan. Kerusakan terumbu karang dapat disebabkan faktor alam dan limbah

antropogenik. Acanthaster planci merupakan salah satu predator karang, jika

jumlahnya melebihi ambang batas dapat mengakibatkan kerusakan terumbu

karang. Penelitian dilaksanakan bulan Maret 2015 di perairan Pulau Panggang

Taman Nasional Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kondisi karang hidup ditinjau dari kepadatan individu Acanthaster planci dan

antropogenik. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan 4 arah mata angin,

menggunakan Transek Garis (Line Intercept Transect) dan Belt Transect. Data

dianalisa menggunakan rumus persentase tutupan karang dan analisa statistik

menggunakan PCA. Hasil rata-rata persentase tutupan karang yaitu 31,16% dalam

luasan perairan 62,1 ha dengan kedalaman 3 m tergolong kategori sedang dan

24,61% dalam luasan perairan 62,1 ha dengan kedalaman 10 m tergolong kategori

rusak. A. planci yang ditemukan yaitu 0,002 individu/480m2 tergolong ketegori

alami. Berdasarkan hasil PCA terdapat pencirian yang kuat antara salinitas dengan

karang hidup, sedangkan keberadaan karang hidup dengan A. planci hubungan

sangat lemah. Aspek antropogenik yang ditemukan yaitu lalu lintas kapal,

penangkapan ikan dengan menggunakan bubu dan pembuangan sampah yang

menunjukan konstribusi kandungan nitrat yang sudah melebihi ambang batas

yaitu 0,019-0,0250 mg/l, namun kandungan fosfat relatif rendah yaitu 0,0004-

0,0031 mg/l.

Kata kunci : Acanthaster planci, Antropogenik, Karang Hidup

Page 9: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

vii

ABSTRACT

PANGESTUTI UTAMI. The Condition of Coral Reefs in based on Density

Acanthaster planci L. and it correlation with the anthropogenic on the territorial

waters of Panggang Island. Undergraduate Thesis. Under-guidance of Prof. Dr.

Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud and Narti Fitriana, M.Si. Biology

Departement. Faculty of Science and Technology. Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta. 2018.

Coral reefs hold an important role in the environment which affects the quality of littoral

ecosystem and sea water. Acanthaster planci is assumed as coral destruction factor. This

research is conducted on March 2015 at Panggang Island- The Thousand Islands. The

purpose of this research is to determine coral reef’s condition by its density of

Acanthaster planci and anthropogenic factors. This research is performed in 4 stations of

the island using transect lines (line intercept transects) and belt transect method. The data

is analyzed by coral reefs cover percentage formulation and statistically analyzed using

PCA method. The results of analysis demonstrated that the average percentage of coral

reefs is 31,16 % in water area 62,1 ha at the depth of 3 m (medium category) and 24,61 %

in water area 62,1 ha at the depth of 10 m (categorized as damaged). The observation

showed that A. planci density is 0.002 individual/480m2 (categorized as natural). Based

on the correlation matrix of the PCA, the correlation between salinity with line coral is

high. However, relation between the presence of living coral with A. planci are proven to

be very weak. Anthropogenic aspects effect such as the ship traffic, “bubu” fishing, and

trash disposal contribute on the exceeding amount of nitrate (0,019-0,0250 mg / l), and

relatively low phosphate content (0,0004-0,0031 mg/l).

Keywords: Acanthaster planci , Anthropogenic, Coral reefs

Page 10: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

viii

DAFTAR ISI

hlm.

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

PERNYATAAN ................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

ABSTRAK. ....................................................................................................... vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... . ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Batasan Masalah........................................................................... 4

1.3. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

1.4. Hipotesis ....................................................................................... 5

1.5. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

1.6. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem terumbu karang ........................................................... 7

2.2. Acanthaster planci ....................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian ........................................................ 22

3.2. Alat dan bahan ............................................................................. 23

3.3. Prosedur penelitian ...................................................................... 23

3.4. Analisis data ................................................................................ 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi tutupan karang hidup di perairan Pulau Panggang. ........... 27

4.2. Kepadatan Acanthaster planci di perairan Pulau Panggang ........... 36

4.3. Analisa PCA .................................................................................... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. .................................................................................... 45

5.2. Saran. ............................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

ix

DAFTAR TABEL

hlm.

Tabel 1. Kategori dan persentase tutupan karang (Fachrul, 2008) ..................... 25

Tabel 2. Komposisi penutupan substrat dasar di perairan Pulau Panggang ........ 34

Tabel 3. Acanthaster planci yang ditemukan di perairan Pulau Panggang.......... 39

Page 12: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

x

DAFTAR GAMBAR

hlm.

Gambar 1. Karang dalam sistem filum Coelenterata hermatipik karang

pembangun terumbu ditempatkan didalam kotak garis

putus-putus (Sunarto, 2006) ............................................................ 9

Gambar 2. Acanthaster planci (Dok.Pribadi, 2015) ......................................... 16

Gambar 3. Mofologi A. panci (a) tampak atas (b) tampak bawah

(Fraser dkk., 2003) ......................................................................... 17

Gambar 4. Beberapa predator pemangsa A. planci (Fraser dkk., 2003) ........... 21

Gambar 5. Peta lokasi pengamatan (Dok.Pribadi, 2015) .................................. 22

Gambar 6. Petak pengambilan data karang dan A.planci ................................. 24

Gambar 7. Persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Panggang ....... 28

Gambar 8. Alat tangkap ikan (bubu) ................................................................. 32

Gambar 9. Perbedaan karang sehat (a) dengan patahan karang (rubble) (b). .. 32

Gambar 10. Persentase bentuk pertumbuhan karang hidup 3 m ........................ 34

Gambar 11. Persentase bentuk pertumbuhan karang hidup10 m ....................... 35

Gambar 12. Acanthaster planci pada lokasi pengamatan .................................. 37

Gambar 13..Grafik analisis komponen utama karakter karang hidup, A.planci

dan fisika-kimia perairan, Pulau Panggang ..................................... 38

Page 13: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

xi

DAFTAR LAMPIRAN

hlm.

Lampiran 1. Kerangka berpikir ......................................................................... 47

Lampiran 2. Parameter fisika-kimia perairan Pulau Panggang, Kepulauan

Seribu ............................................................................................. 48

Lampiran 3. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun barat

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 dan

10 meter ......................................................................................... 49

Lampiran 4. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun selatan

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 dan

10 meter .......................................................................................... 50

Lampiran 5. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun timur

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 dan

10 meter .......................................................................................... 51

Lampiran 6. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun utara

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 dan

10 meter .......................................................................................... 52

Page 14: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia mempunyai kawasan ekosistem terumbu karang dengan luas

sekitar 70.000 km². Terumbu karang memiliki berbagai peranan penting dalam

tatanan lingkungan kawasan pesisir dan lautan, ditinjau dari segi biologi dan

ekologi maupun biotanya. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang

khas dan unik yang ditandai tingginya keanekaragaman jenis biotanya. Secara

fisik terumbu karang berfungsi sebagai pemecah ombak dan melindungi pantai

dari sapuan badai, terjadinya kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh

faktor alam dan faktor manusia secara berlebihan akan mengakibatkan perubahan

populasi biota lainnya (Guntur, 2011).

Kerusakan terumbu karang secara alami salah satunya disebabkan oleh

biota laut seperti Acanthaster planci. A. planci adalah salah satu bintang laut yang

tersebar di daerah Indo-Pacifik dan beberapa lokasi lain seperti Red Sea,

Mauritinus, Maldive dan Teluk Panama (Suharsono, 1991). A. planci merupakan

salah satu masalah yang dihadapi terumbu karang. Hewan ini merupakan salah

satu predator pemakan polip karang. Polip karang adalah hewan kecil yang

hidup dalam semacam cawan yang terbentuk dari kalsium karbonat (Guntur,

2011).

Kepadatan A. planci dalam keadaan normal di daerah terumbu karang

merupakan pengontrol bagi ekosistem terumbu karang, karena hewan ini

mempunyai pilihan makanan berupa karang yang pertumbuhannya cepat dan

Page 15: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

2

mendominasi wilayah terumbu seperti Acropora dan Montipora. Kepadatan A.

planci yang melimpah merupakan ancaman yang serius bagi keutuhan ekosistem

tersebut. Kepadatan alami dari A. planci adalah 14 individu/1000m2. Seekor

A.planci dewasa dapat mengkonsumsi sekitar 5 - 6 m2 tutupan karang hidup

dalam setahun. (Endean, 1987). Catatan mengenai kehadiran dan kepadatan A.

planci di perairan Indonesia dilakukan sehubungan dengan program inventarisasi

biota laut dan serangkaian kegiatan ekspedisi kelautan seperti Ekspedisi

RUMPHIUS I s/d IV dan Ekspedisi SNELLIUS II. Hasil yang dilakukan dari

kegiatan ekpedisi ini khususnya di Kepulauan Seribu yaitu, terdapat 2,5-3,5

individu/1000 m2 di Pulau Lancang, 1-5,75 individu/1000 m

2 di Pulau Pari, (Aziz,

1995).

Di wilayah Indonesia lain juga sudah dilakukan penelitian yang sama,

seperti di bagian selatan Pulau Bunaken yang dilakukan penelitian pada siang dan

malam hari. Hasil yang diperoleh pada siang hari kelimpahan A. planci 0,0042

individu/750m2 sedangkan pada malam hari 0,0082 individu/750m

2 hasil tersebut

merupakan tergolong alami (Napitupulu dkk., 2013). Pengamatan yang dilakukan

di Kabupaten Belitung tepatnya Perairan Tanjung Kelayang terdapat 5-7

individu/m2 hasil ini merupakan tergolong normal (Fahreza dkk., 2013).

Faktor lain yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang salah satunya

adalah antropogenik. Antropogenik merupakan kerusakan yang ditimbulkan

akibat aktivitas manusia. Pulau Panggang merupakan salah satu Pulau yang

menyusun gugusan Kepulauan Seribu dan termasuk dalam zona pemukiman yang

memiliki penduduk sebesar 5.123/ 9 ha jiwa atau sebanyak 24,30%/ 9 ha, Jumlah

Page 16: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

3

penduduk tersebut merupakan terbesar kedua setelah Pulau Kelapa yang ada di

Kepulauan Seribu (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2010) berdasarkan

data hasil laporan bulanan yang dilakukan kelurahan pulau Panggang jumlah

penduduk pada Febuari 2015 sebesar 4.227 jiwa dari luas Pulau Panggang yaitu 9

ha (Data Hasil Laporan Bulanan, 2015). Pulau Panggang juga merupakan pulau

wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Banyaknya aktivitas manusia

yang terjadi di Pulau Panggang maka akan berdampak buruk pada ekosistem laut.

Antropogenik yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem khususnya

terumbu karang, seperti: penambangan karang, sedimentasi, limbah sampah,

penyelaman dan tabrak kapal. Pembuangan limbah sampah ke perairan laut

diduga dapat akan mengakibatkan eutrofikasi yaitu pengkayaan unsur hara nitrat

dan fosfat anorganik yang dapat mengakibatkan terjadinya blooming alga,

sehingga akan menghalangi masuknya oksigen kedalam laut untuk kebutuhan

biota laut sehingga akan mengakibatkan kematian pada biota laut.

Hasil penelitian kondisi terumbu karang yang dilakukan di perairan Pulau

Panggang tergolong sedang yaitu pada ke dalaman 3-5 m sebesar 41,45% / 960 m

dan pada perairan dalam 6-10 m sebesar 29,88% / 960 m (Rahmawati dkk., 2008).

Penelitian yang sama dilakukan tahun 2014 dengan ke dalam yang sama, pada

kedalaman 3 m persentase tutupan karang berkisar antara 30,20% /500m atau

termasuk dalam kategori sedang, pada ke dalaman 10 m persentase tutupan

karang berkisar antara 19,60% /500m atau termasuk dalam kategori buruk

(Yusnita,2014). Berdasarkan analisa dampak yang dilakukan, menunjukan bahwa

potensi tingkat kerusakan akibat diving adalah sebesar 7,574 % /tahun dan

snorkeling sebesar 8,196 % /tahun (Yusnita, 2014). Perilaku wisatawan saat

Page 17: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

4

diving dan snorkeling yang berpotensi mengakibatkan kerusakan terumbu karang

adalah menginjak karang, menendang karang dan mengambil karang.

Informasi di atas diduga adanya keberadaan A. planci sebagai ancaman

terumbu karang terdapat pula di perairan Pulau Panggang. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian mengenai kondisi terumbu karang ditinjau dari kepadatan

Acanthaster planci dan antropogenik di perairan Pulau Panggang Kepulauan

Seribu.

1.2. Batasan Masalah

Penelitian ini mencakup yakni:

a. Kondisi karang hidup di perairan Pulau Panggang Taman Nasional

Laut Kepulauan Seribu.

b. Kepadatan A.planci di perairan Pulau Panggang Taman Nasional Laut

Kepulauan Seribu.

c. Hubungan antara kondisi karang hidup dengan kepadatan A.planci

di perairan Pulau Panggang Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

d. Aktivitas antropogenik yang ditinjau dari nitrat dan fosfat di perairan

Pulau Panggang Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi karang hidup di perairan Pulau Panggang Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu?

b. Bagaimana kepadatan A. planci di perairan Pulau Panggang Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu?

Page 18: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

5

c. Apakah kondisi tutupan karang hidup dipengaruhi kepadatan A. planci

di perairan Pulau Panggang, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu?

d. Apakah aktivitas antropogenik yang ditinjau dari nitrat dan fosfat

berpengaruh terhadap kondisi tutupan karang hidup di perairan Pulau

Panggang, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu?

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Kondisi karang hidup di perairan Pulau Panggang Taman Nasional

Laut Kepulauan Seribu dalam persentase rendah.

b. Kepadatan A. planci dalam kategori ancaman.

c. Terdapat hubungan antara kondisi karang hidup dengan kepadatan A.

planci di perairan Pulau Panggang Taman Nasional Laut Kepulauan

Seribu.

d. Aktivitas antropogenik yang ditinjau dari nitat dan fosfat terhadap

kondisi karang hidup berpengaruh.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui kondisi karang hidup di perairan Pulau Panggang Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu.

b. Mengetahui kepadatan A. planci di perairan Pulau Panggang Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu.

c. Mengetahui hubungan antara kondisi karang dengan kepadata A.planci

di perairan Pulau Panggang Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

Page 19: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

6

d. Mengetahui pengaruh antropogenik yang ditinjau dari nitrat dan fosfat

di perairan Pulau Panggang Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain, sebagai

informasi dasar bagi masyarakat dan pemerintah maupun lembaga terikat

mengenai kondisi terumbu karang hidup, kepadatan A. planci,

antropogenik serta kandungan nitrat dan fosfat agar mendapatkan

perhatian dan penanganan lebih lanjut di perairan Pulau Panggang Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu.

Page 20: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium

karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Pembentukan

terumbu karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Berkaitan dengan

pembentukan terumbu karang terbagi atas dua kelompok yaitu karang berbentuk

terumbu (hermatipik) dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu

(ahermatipik). Pembentukan terumbu karang hermatipik dimulai adanya individu

karang (polip) yang dapat hidup berkelompok (koloni) ataupun menyendiri

(soliter). Karang yang hidup berkoloni membangun rangka kapur dengan berbagai

bentuk, karang yang hidup sendiri hanya membangun satu bentuk rangka kapur.

Gabungan beberapa bentuk rangka kapur tersebut disebut terumbu (Guntur, 2011).

Ekosistem terumbu karang ditandai dengan perairan yang selalu jernih,

produktif dan kaya CaCO3 (kapur). Terumbu karang merupakan ekosistem yang

khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem mempunyai produktifitas organik yang

sangat tinggi. Komponen biodata terpenting terumbu karang ialah hewan karang

batu (stony coral), hewan yang tergolong Scleractinia yang kerangkanya terbuat

dari bahan kapur. Semuanya terjalin dalam hubungan fungsional dalam satu

ekosistem yang dikenal dengan ekosistem terumbu karang. Fungsi terumbu

Page 21: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

8

karang sebagai pelindung ekosistem pantai yaitu menahan dan memecah ombak

sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya (Guntur, 2011).

Ekosistem terumbu karang memiliki komponen-komponen ekosistem

lain yaitu komponen biotik dan abiotik. Secara umum, ekosistem perairan

komponen biotik yang berperan adalah tumbuhan hijau dan bermacam-macam

kelompok hewan dan bakteri (dekomposer). Komponen utama adalah alga yang

disebut zooxanthelae yang hidup bersimbiosis dengan binatang karang.

Komponen biotik yang menempati ekosistem terumbu karang terutama adalah

hewan karang itu sendiri yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Jenis hewan

banyak yang berasosiasi dengan ekosistem ini antara lain ikan-ikan karang,

moluska, spons, berbagai jenis echinodermata, dan berbagai jenis alga (Sunarto,

2006). Komponen abiotik meliputi unsur dan senyawa baik organik maupun

anorganik dan parameter lingkungan berupa temperatur, oksigen, nutrien dan

faktor fisik lain yang membatasi kondisi kehidupan. Komponen-komponen

tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Keterkaitan antar komponen-

komponen tersebut sangat erat sehingga perubahan salah satu komponen tersebut

dapat berakibat berubahnya kondisi ekosistem. Keseimbangan ekosistem akan

selalu terjaga bila komponen-komponen tersebut tetap berada pada kondisi stabil

dan dinamis. Indikator kesetabilan itu dapat dilihat berdasarkan besarnya

keanekaragaman hayati yang merupakan unsur biotik dalam suatu ekosistem

(Sunarto, 2006).

Sebagian besar terumbu karang masuk dalam kelas Anthozoa, kelas

Anthozoa meliputi dua subkelas Hexacoralia dan Octocorallia, yang berbeda

Page 22: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

9

asalnya, dalam morfologi dan fisiologinya. Fungsi bangunan terumbu sebagian

besar dibentuk oleh karang pembangun terumbu yang membentuk endapan kapur

(aragonit) masif. Kelompok karang hermatipik diwakili sebagian besar oleh ordo

Scleractinia. Dua spesies dalam kelompok ini termasuk dalam ordo Octocorallia

(Sunarto, 2006). Karang hermatipik mengandung alga simbion zooxanthellae

yang sangat mempercepat proses kalsifikasi, dengan demikian memungkinkan

karang inangnya membangun koloni masif (Sunarto, 2006).

Gambar 1. Karang dalam sistem filum Coelenterata, hermatipik karang

pembangun terumbu ditempatkan di dalam kotak garis putus-

putus (Sunarto, 2006)

Berdasarkan fungsinya dalam pembentukan terumbu hermatipik

ahermatipik dan ada/tidaknya simbion (simbiotik-asimbiotik) maka karang terbagi

menjadi 4 kelompok:

Page 23: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

10

a. Hermatipik-simbiotik. Kelompok ini dari anggota karang yang dapat

terbentuk terumbu yang sebagian besar anggota Scleretinia (karang

batu), Octocorallia (karang luak), dan Hydrocorallia.

b. Hermatipik-asimbiotik.Kelompok ini merupakan karang yang

pertumbuhannya lambat yang dapat membentuk kerangka kapur massif

tanpa bantuan zooxanthellae, sehingga mampu hidup tanpa bantuan

cahaya.

c. Ahermatipik-simbiotik. Scleractinia yang termasuk dalam kelompok

fungiidae kecil ini, seperti Heteropsammia dan Diaseris, dan juga

karang Leptoseris, yang ada sebagai polip tunggal atau sebagai koloni

kecil, dan karenanya tidak dapat dimasukkan dalam pembangun

terumbu. Kelompok ini juga hampir seluruhnya merupakan Octocoral-

alcyonaceans dan gorgonacean yang memiliki alga simbion tetapi tidak

membangun koloni kapur masif.

d. Ahermatipik-asimbiotik. Kelompok ini ada diantara beberapa spesies

Scleractinia yang memiliki polip kecil (Guntur, 2011).

Keruskan terumbu karang dapat terjadi secara biotik maupun abiotik,

kerusakan secara biotik salah satunya diakibatkan oleh Acanthaster planci yang

merupakan hewan pemakan polip karang. Hewan ini tersebar di berbagai perairan

yang ditumbuhi oleh beberapa jenis karang. Kepadatan populasi A. planci di

daerah terumbu karang akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan karang.

Informasi yang diperoleh dari Aziz (1977) mengenai ledakan populasi A. planci

sebaran A. planci hanya di daerah Indo-Pacifik dan beberapa lokasi lainnya seperti

Page 24: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

11

Red Sea, Mauritius, Maldives, dan Teluk Panama. Kepadatan A. planci yang

dianggap berbahaya terhadap terumbu karang adalah 10-20 individu/m. Ledakan

populasi A. planci dapat terjadi bertahun tahun tergantung dari luas daerah

terumbu karang, terumbu karang yang rusak akibat A. planci memerlukan waktu

untuk tumbuh kembali sekitar 12-15 tahun untuk pulih seperti semula.

Pengamatan terhadap populasi A. planci sudah banyak dilakukan, seperti yang

dilakukan oleh Rani, dkk (2011) di daerah Perairan Tomia Taman Nasional

Wakatobi A. planci yang ditemukan pada kedalaman 3-5 meter kepadatan

mencapai 0,132 Individu/m yang merupakan kategori mengancam. Pengamatan

yang sama dilakukan oleh Syahnilawati, dkk (2013) mengenai kelimpahan

Acanthaster planci di perairan Pulau Santigi Sulawesi Tenggara, hasil yang

ditemukan kelimpahan A. planci berkisar antara 0,013-0,063 Individu/meter.

Pengmatan yang dilakukan oleh Fahreza,dkk(2013) di perairan Tanjung Kelayang

Kabupaten Belitung, hasil pengamatan ditemukan kelimpahan A. planci 5-7

individu/m yang merupakan kategori alami. Pengamatan yang dilakukan oleh

Banata (2015) di Pulau Air Kepulauan seribu yaitu kelimpahan A. planci sebesar

0,002 individu/ meter yang tergolong alami.

Kerusakan terumbu karang juga dapat diakibatkan secara abiotik salah

satunya adalah antropogenik. Pulau Panggang merupakan salah satu pulau yang

berada pada gugusan Kepulauan Seribu. Berdasarkan letak geografis Pulau

Panggang memiliki luas 62,10 Ha dengan batasan-batasan, sebelah utara:

05’41’41”LS-05’41’41”LS, sebelah selatan: 106’44’50”BT, sebelah barat:

106’19’30”BT dan sebelah timur: 05’47’00”LD-05’45’14”LS.

Page 25: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

12

Penduduk Pulau Panggang mayoritas bermata pencarian nelayan sedangkan

untuk Pulau Pramuka penduduknya bermata pencarian pedagang, perkantoran dan

persewaan dari pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Pulau Panggang

menunjukkan kondisi fisik yang relatif buruk. Data demografi kecamatan

Kepulauan Seribu tahun 2015 menunjukan jumlah sebesar 4.227 jiwa dengan

jumlah penduduk terbesar berada di Kelurahan Pulau Kelapa yaitu sebesar 5.557

jiwa. Komposisi penduduk Pulau Panggang yaitu laki-laki sebesar 2.189 jiwa dan

perempuan 2.038 jiwa (Data Laporan Bulanan, 2015).

Meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat pula aktivitas dari

penduduk yang ada di Pulau Panggang. Masyarakat Pulau Panggang mayoritas

memiliki pekerjaan sebagai nelayan, Antropogenik merupakan kerusakan yang

dilakukan akibat aktivitas manusia, masalah antropogenik yang sering dilakukan

dan berdampak buruk bagi ekosistem laut seperti, penambangan karang,

sedimentasi, pembuangan limbah, pengeboman ikan, aktivitas wisatawan yang

melakukan diving dan snorkeling. Perilaku spesifik yang ditampakkan oleh

pemanfaat dari sumberdaya pesisir dan lautan ada berbagai pola. Eksploitasi

sumberdaya pesisir dan lautan di Kepulauan Seribu, khususnya di kawasan

Kelurahan Pulau Panggang sudah terlalu parah, terutama dalam hal penambangan

karang illegal, penggunaan potassium cyanide dan kompresor. Kegiatan manusia

merupakan ancaman yang paling dominan dangan sangat berpotensi merusak

ekosistem sekaligus berpotensi menghilangkan keanekaragaman terumbu karang.

Kegiatan manusia yang dilakukan baik pada ekosistem terumbu karang maupun

Page 26: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

13

diluar terumbu karang yang berpotensi merusak terumbu karang antara lain

(Sunarto, 2006).

a. Eksploitasi karang dan batu

Karang dan batu karang memiliki bentuk yang indah dan unik, oleh karena

itu karang banyak dikoleksi sebagai hiasan. Hal ini akan menjadi masalah

yang serius yang akan mengancam keberadaan karang apabila tidak

dilakukan pembatasan. Pengambilan karang dalam jumlah besar seperti

dilakukan para ekportir bunga karang sangat membahayakan ekosistem

terumbu karang dan sanat berpotensi menghilangkan atau menurunkan

keanekaragaman spesies karang. Masyarakat pesisir juga melakukan

pengambilan batu karang sebagai bahan bangunan yang akan mengganggu

fungsi ekologis dari ekosistem terumbu karang.

b. Sedimentasi

Dampak bertambahnya sedimentasi akibat kegiatan antropogenik mungkin

paling umum dan serius yang mempengaruhi terumbu karang. Tekanan

sedimen dapat disebabkan oleh aktivitas yang terjadi secara langsung pada

daerah terumbu, terutama penggalian dan pengeboman untuk

pembangunan pelabuhan, atau melalui akibat sekunder yang dihasilkan

dari perubahan fisik terumbu. Penambahan sedimentasi dapat memiliki

pengaruh merusak terhadap karang (khususnya ketika karang terpendam

seluruhnya). Sedimen tersuspensi melalui proses alami pada lingkungan

terumbu, sebagian besar karang dapat bertahan pada suplai sedimen yang

rendah pada permukaannya. Beberapa spesies memiliki kemampuan untuk

Page 27: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

14

menghilangkan sedimen dari jaringannya melalui penggelembungan

dengan air atau melalui gerakan ciliary yang dapat menghapus pengaruh

mematikan dari sedimentasi.

c. Perikanan Terumbu Karang

Tingginya harga ikan-ikan karang memicu masyarakat untuk melakukan

penangkapan terhadap ikan-ikan karang. Aktivitas penangkapan ikan pada

daerah terumbu karang sangat besar pengaruhnya terhadap kerusakan

terumbu karang. Saat ini masyarakat banyak menggunakan cara-cara

penangkapan yang sangat merusak ekosistem terumbu karang seperti

pengeboman dan penggunaan racun cianida.

d. Limbah dan Eutrofikasi

Parameter penting dari tekanan sampah di lingkungan laut tampak dari

penurunan kandungan oksigen, jumlah kontaminan beracun dan tingkat

penanganan limbah. Limbah dapat mengandung sejumlah penting bahan

toksik atau produk ikutan dari pestisida, herbisida, klorin, atau logam

berat. Nilai BOD yang tinggi dari limbah menimbulkan pengaruh toksik.

Selain limbah toksik, masuknya unsur hara (nutrien) yang berlebihan

(eutropikasi) dari daratan juga mengakibatkan kerusakan pada terumbu

karang.

Zat hara nitrat (NO3) dan fosfat (PO4) merupakan salah satu mata rantai

makanan yang dibutuhkan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan hidup organisme di laut. Sumber utama zat hara tersebut berasal

dari berbagai limbah daratan salah satunya adalah limbah rumah tangga yang

mengandung senyawa organik. Limbah yang mengandung senyawa organik

Page 28: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

15

tersebut akan mengalami proses penguraian menjadi senyawa anorganik dan

masuk ke dalam perairan, namun bila zat hara yang masuk ke perairan dalam

konsentrasi tinggi atau melebihi dari ambang batas maka dapat mengakibatkan

eutrofikasi yaitu kondisi perairan yang mengalami pengkayaan yang diindikasikan

dengan terjadinya blooming fitoplankton dan menyebabkan kematian berbagai

jenis biota (Simanjuntak, 2012).

2.2. Acanthaster planci L.

Acanthaster memiliki 3 jenis dan 2 anak jenis (subspesies) dari genus

Acanthaster, yaitu: A. planci, yang tersebar secara luas pada kawasan Indo

Pasifik, A. ellisii, spesies yang memiliki duri dan lengan yang pendek dan tersebar

di kawasan Pasifik Timur, dan A. brevispinus, yang memiliki duri lebih pendek

yang ditemukan di Filipina. Sedangkan 2 subspesies lainnya yaitu menemukan

satu subspesies dari A. ellsii pseudoplanci dan A. brevispinus seychellesentis

(Aziz, 1995). Bintang laut planci dilaporkan pertama kali dari contoh hewan di

Indonesia oleh George Rumphius pada tahun 1705, yang 50 tahun kemudian

dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1758 (Moran, 1990). Klasifikasi dari A.

planci menurut Birkeland dan Lucas (1990): Kingdom: Animalia, Phylum :

Echinodermata,Class: Asteroidea, Ordo: Spinolisida, Family: Acanthasteridae,

Genus : Acanthaster, Spesies : Acanthaster planci.

Page 29: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

16

Gambar 2. Acanthaster planci (Dok.Pribadi, 2015)

Morfologi dari tubuh bagian bawah, A. planci mempunyai sebuah mulut

tengah yang besar dan kaki pipa dengan penghisapnya yang tersusun sebagai

suatu alur/jalur pada masing-masing lengan. Permukaan tubuh bagian atas

terdapat sejumlah susunan atau struktur yang hanya bisa terlihat dengan

pengamatan yang seksama, seperti: sebuah anus, yang terletak dekat dengan

tubuh bagian tengah (disk), sejumlah tonjolan kecil keras yang terletak di sekitar

tubuh bagian luar (madreporites) dan sejumlah pasangan duri tubuh berbentuk

seperti jepitan kecil sekali yang digunakan untuk membersihkan permukaan

tubuh bagian atas (pedicellaria) Juga terdapat yang disebut papulae yaitu kantung-

kantung kecil berbentuk seperti jari yang terdapat dibagian permukaan tubuh yang

berfungsi sebagai alat untuk bernapas dan sirkulasi air (Fraser dkk., 2003).

Bagian ujung lengan-lengan ada struktur yang sangat sensitif berwarna

merah muda cerah yang dikelilingi dengan kaki pipa khusus. Tentakel-tentakel

sensor yang selalu bergerak untuk mendeteksi adanya sinyal-sinyal kimiawi di air.

Page 30: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

17

Warna tubuh A. planci bervariasi mulai dari kelabu sampai biru, ungu dan merah.

Bintang laut biasa akan meregenarasi lengan-lengannya, begitu juga dengan

bagian tubuh lainnya secara cepat Seringkali, ada dua individu bintang laut yang

berasal dan bertumbuh dari beberapa bagian tubuh satu individu bintang laut. A.

planci memiliki kemampuan regenerasi ini terbatas. Individu-individu yang rusak

maka regenerasi lengan adalah biasa, begitu juga dengan tubuh yang terbelah dua

tepat di bagian tengah akan bisa bertahan hidup. A. palnci tidak seperti bintang

laut lainnya, fragmen tubuh A. planci dan lengan yang terpotong tidak akan

beregenerasi menjadi individu baru (Fraser dkk., 2003).

Gambar 3. Morfologi A. planci (a) tampak atas (b) tampak bawah

(Fraser dkk., 2003)

Tubuh A. planci adalah radial simetri yaitu susunan tubuh yang terdiri dari

keping yang sama mengelilingi sebuah pusat secara garis lurus (aksis) vertikal.

Pergerakan tubuh A. planci adalah secara acak atau pada arah tak beraturan sesuai

tuntunan pergerakan lengan-lengannya. Ratusan kaki pipa di bagian bawah lengan

yang akan menggerakkan binatang perlahan, biasanya pada kecepatan 10 cm per

menit. Setiap kaki pipa bergerak maju dan menempel pada substrat (karang,

batuan atau pasir) dengan penghisapnya. Kaki pipa akan mengendur agar bisa

Page 31: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

18

menarik tubuh ke depan, kemudian mengerut atau mengendur dan bergerak ke

depan lagi. Seperti bintang laut lainnya, cara makan A. planci yaitu dengan

menekan lambungnya ke luar melalui mulut dan mengeluarkannya di luar tubuh,

dalam suatu proses yang disebut eversion (seperti memuntahkan) (Fraser dkk.,

2003). A. planci ketika makan akan menempatkan dirinya pada suatu substrat

karang yang dianggap cocok, mengeluarkan lambungnya, kemudian lambung ini

akan melebar menutupi permukaan karang pada suatu area yang hampir setengah

dari diameter tubuhnya sendiri. Lambung ini akan dikeluarkan enzim-enzim

pencernaan ke dalam jaringan tubuh karang sehingga akan terurai karena proses

cerna, setelah itu menyerap jaringan tubuh yang sudah dicerna bersamaan dengan

menarik lambungnya kembali. Cara makan seperti ini memakan waktu cukup

lama (berjam-jam), maka A. planci makan hanya sekali atau dua kali sehari,

sekalipun banyak sekali karang yang tersedia. Umumnya A. planci lebih

menyukai jenis karang yang bertumbuh cepat seperti Acropora sp (Fraser dkk.,

2003).

Upaya melindungi diri selama proses makan yang perlahan, selama proses

itu mereka mudah diserang predator, A. planci juga dilengkapi dengan racun.

Semua jaringan lunak A. planci berisi substansi kimiawi yang disebut saponin,

Saponin merupakan zat beracun, akan tetapi keberadaannya tidak untuk meracuni

predator yang berusaha untuk memakan mereka, tapi sebenarnya hanya untuk

mencegah atau memperkecil peluang kehadiran predator tersebut. Rasa dari

saponin tidak enak dan dapat menyebabkan gangguan pada luka akibat tusukan

duri A. palnci. (Fraser dkk., 2003). Luka-luka pada manusia akibat dari tusukan

Page 32: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

19

A. planci akan menimbulkan rasa sakitnya bukan hanya oleh karena tusukan itu

sendiri tetapi juga oleh karena adanya saponin yang berisi racun. Duri tersebut

akan patah dan tertinggal dalam tusukan tersebut. Luka-luka yang terasa sangat

sakit tersebut akan diikuti oleh infeksi dan pembengkakan. Korban akan dengan

segera merasa kejang dalam beberapa jam. Beberapa orang mengalami muntah-

muntah dan reaksi alergi (Fraser dkk., 2003).

Area-area yang sangat dipengaruhi oleh musim, seperti di Great Barier

Reef, Australia, gonad (organ seksual) akan mulai perkembangannya pada akhir

musim dingin (Agustus) suhu air mulai menaik kemudian di kawasan tersebut

akan memijah pada tengah-musim panas (Januari). Pemijahan binatang jarang

sekali diobservasi. A. planci akan merangkak sampai dibagian puncak karang,

seperti bagian atas karang bercabang, kemudian dari sana telur dan sperma akan

dilepaskan ke dalam air melalui lubang-lubang (pores) pada permukaan bagian

atas lengan-lengan mereka. A. planci akan memijah secara serentak dalam satu

kelompok apabila mereka terangsang oleh stress atau oleh memijahnya A. planci

yang lain. Ada sekitar 10 juta telur-telur yang kecil (diameter 1,2 mm) bisa

dilepaskan oleh seekor induk betina besar kedalam air. Sperma yang dilepaskan

oleh jantan akan berenang menuju telur-telur tersebut. Setiap telur telah dimasuki

oleh sebuah sperma, maka membran telur akan membesar menjauhi yolk (kuning

telur) untuk mencegah masuknya sperma yang lain (Fraser dkk., 2003). Saat

pemijahan pelepasan sperma dan sel telur dilakukan secara serentak hal ini

dikarenakan pada saat pemijahan A. planci melepaskan semacam hormon yang

Page 33: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

20

disebut Pheromone. Pheromone merangsang A. planci yang berdekatan untuk

melepaskan gonadnya (Suharsono, 1991).

Telur-telur yang telah dibuahi akan menjadi larva planktonik sehingga

akan terbawa oleh arus jauh dari tempatnya dipijah, atau seringkali sampai

permukaan terumbu karang. Satu hari telur yang dibuahi tersebut menjadi besar

dan menjadi suatu larva gastrula. Perkembangan A. planci sangat kompleks dan

mempunyai beberapa tingkatan larva. Larva A. planci yang masih kecil akan

berenang dan makan pada perairan laut terbuka dengan menggunakan organ

seperti rambut-rambut kecil yang disebut silia (cilia). Larva A. planci akan

menempati suatu tempat, maka warna akan segera berubah menjadi warna mula-

mula yaitu krem, dengan lima lengan sebagai A. planci muda dan biasanya

berukuran hanya sekitar 0,7 mm. A. planci yang masih muda ini biasanya makan

alga koralin yang melimpah sampai sekitar umur 6 bulan. Setelah tujuh bulan A.

planci akan membesar sampai sekitar berdiameter 10 mm dan mulai ketambahan

lengan sampai organisme ini mencapai ukuran dewasa dan sesudah mulai

memakan polip karang (Fraser dkk,.2003). Pertumbuhan A. planci sangat cepat

karena dapat mencapai sekitar 5 cm pada tahun pertama, 20 cm pada tahun kedua,

dan 30 cm setelah kira-kira mencapai umur dua tahun. A. planci mencapai matang

seksual pada umur dua tahun, hanya setelah tiga tahun dapat melepaskan telur dan

sperma (gametes) yang tinggi (Fraser dkk., 2003).

A. planci muda mempunyai suatu bahan kimiawi untuk pertahanan, setelah

menjadi dewasa justru duri-duri beracunnya akan berkurang. A. planci tergolong

organisme yang mudah dimangsa oleh organisme yang dapat melokalisir dan

Page 34: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

21

terlindung terhadap pertahanan mereka. Kepiting karang dan beberapa jenis ikan

diketahui memangsa A. planci juvenil. Jenis ikan seperti ikan kerapu, ikan

“trigger’’ dan ikan napoleon yang pernah diamati memakan A. planci dewasa.

Ikan-ikan ini menghindar dari duri tubuh yang beracun dengan cara membalikan

A. planci sehingga bagian bawah menghadap atas dan mudah dimangsa. Triton

raksasa (Charonia tritonis) dan udang warna (Hymeno cerapicta) juga merupakan

predator A. planci (Gambar 4).

Gambar 4. Beberapa predator pemangsa A. planci (Fraser dkk., 2003)

Page 35: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan awal bulan Maret 2015. Lokasi penelitian

dilaksanakan di perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Data

diwakili oleh 4 stasiun pengamatan berdasarkan arah mata angin yaitu, barat,

selatan dan timur, utara (Gambar 5). Titik koordinat ditentukan dapat mewakili

persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Panggang, stasiun 1:

S05044’30.2” E106

035’11.7”(barat), stasiun 2:S05

044’54.0”E106

035’53.0”

(selatan), stasiun 3:S05044’34.7”E106

036’25.5”(timur) dan stasiun 4:

S05044’12.8”E106

036’15.3”(utara)

Gambar 5. Peta lokasi pengamatan (Dok.Pribadi, 2015)

Page 36: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

23

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: roll meter, current

meter, transek 70 m, botol, conductivity meter, kamera digital, refractometer,

GPS, dive set, Secchi disk, alat tulis, termometer raksa, kertas indikator pH,

coolbox, dan buku identifikasi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

terumbu karang dan A. planci sebagai objek pengamatan.

3.3. Prosedur Penelitian

a. Penentuan Stasiun Penelitian

Penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan menggunakan GPS pada

lokasi diantaranya yaitu perairan Pulau Panggang bagian barat (stasiun 1),

bagian selatan (stasiun 2), bagian timur (stasiun 3) dan bagian utara (stasiun 4)

yang dianggap dapat mewakili kondisi terumbu karang hidup di perairan Pulau

Panggang.

b. Pengukuran Parameter Lingkungan

Pengukuran Faktor Fisika-Kimia

Pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada setiap stasiun meliputi suhu,

DO, salinitas, pH, kecepatan arus, kedalaman, konduktivitas, kecerahan.

Pengambilan Sempel Air untuk Nitrat dan Fosfat

Pengambilan sempel air dilakukan di setiap titik stasiun pengamatan (barat, timur,

selatan dan utara) dengan cara pengambilan sempel secara langsung saat

penyelaman, air dimasukan ke dalam botol kaca kemudian seluruh sempel

disimpan dalam coolbox. Sempel air dianalisa 1 hari setelah pengambilan sempel ,

analisa dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Ancol.

Page 37: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

24

c. Pengambilan Data Karang

Pengambilan menggunakan tehnik Transek Garis (Line Intercept Transect)

(Gambar 6) untuk pengambilan data terumbu karang dan pengambilan data A.

planci menggunakan tehnik Belt Transek dengan pengamatan 24 titik sampling

yang tersebar di perairan Pulau Panggang. Titik sampling ditentukan berdasarkan

arah mata angin ( barat, selatan, timur dan utara) ke dalaman 3-5 m dan 10-13 m

dengan tiga pengulangan pada masing-masing kedalaman. Pengambilan

pengamatan dengan kedalaman yang berbeda bertujuan untuk membandingkan

persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Panggang, 3-5 m merupakan

perairan dangkal dan 10-13 m merupakan perairan sedang. Teknik ini dilakukan

dengan memasang transek sepanjang 70 m sejajar dengan garis pantai masing-

masing titik sampling. Lebar transek yang digunakan adalah 2,5 meter ke arah

kanan dan 2,5 meter ke arah kiri.

Pengambilan data A. planci dilakukan pada titik pengamatan dengan

melakukan pemantauan secara langsung di sepanjang garis transek dengan area

pemantauan 2,5 meter di sisi kiri dan kanan transek garis.

Gambar 6. Petak pengambilan data persentase tutupan karang hidup dan

A.planci

70 m

2.5 m

2.5 m

0 – 20 m 25 – 45 m 50 – 70 m

5 m5 m

Page 38: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

25

3.4. Analisis Data

a. Tutupan Terumbu Karang

Gambaran kondisi ekosistem terumbu karang didapatkan dari data tutupan

karang, yang kemudian dihitung nilai persentase tutupan setiap kategori

berdasarkan petunjuk sebagai berikut: (English et al, 1994).

Keterangan:

Pc = Persentase tutupan (%)

Li = Panjang tutupan lifeform (cm)

Ltotal = Panjang transek (m)

Tabel 1. Kategori dan persentase tutupan karang (Fachrul,2008).

Kategori Tutupan Karang (%)

Rusak 0-24,9

Kritis/Sedang 25-49,9

Baik 50-74.9

Sangat Baik 75-100

b. Kepadatan A. planci

Menghitung kepadatan A. planci maka digunakan rumus sebagai berikut

( Krebs,1989 ).

Keterangan:

D= Kepadatan spesies (ind/m2)

n= Jumlah total individu (ind)

A= Luas total transek (m2)

Page 39: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

26

Kategori kepadatan A. planci berdasarkan yaitu dikategorikan alami jika

kepadatannya kurang dari 14 individu /1000m2 dan ancaman jika

kepadatannya lebih dari 14 individu/1000m2

Status ekologi kepadatan

A.planci (Endean,1987).

c. Hubungan Antara Kondisi Karang Hidup dengan Kepadatan A.planci

Hubungan antara kondisi karang hidup dengan komponen yang

mempengaruhinya dianalisis menggunakan analisis komponen utama PCA

(principal component analysis) dengan bantuan Excelsat SPSS dengan kriteria

sebagai berikut (Abdurrahman dan Muhidin, 2007):

0 - < 0,20: Pencirian sangat lemah (dianggap tidak ada);

- < 0,40: Pencirian rendah;

- < 0,70: Pencirian sedang/cukup;

- < 0,90: Pencirian kuat/tinggi;

- < 1,00: pencirian sangat kuat/sangat tinggi

Selain itu dilakukan analisis secara deskriptif dengan mengelompokkan

status kepadatan A. planci (alami dan ancaman) dan dilakukan perhitungan rata-

rata penutupan karang hidup berdasarkan status kepadatan A. planci tersebut,

hasilnya disajikan dalam bentuk grafik histogram. Sebagai pendukung

kelengkapan dalam penulisan dilakukan pengambilan data tambahan seperti, data

sosial.

Page 40: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi karang hidup di perairan Pulau Panggang

Penelitian dilakukan pada kedalaman 3 meter dan 10 meter di setiap arah

mata angin (barat, timur, selatan dan utara). Berdasarkan analisa yang dilakukan

didapatkan hasil rata-rata persentase kondisi terumbu karang hidup di perairan

Pulau Panggang pada kedalaman 3 meter adalah 31,16% /560m2 yang tergolong

kategori kritis/sedang dan pada kedalaman 10 meter adalah 24,61% /560m2 yang

tergolong kategori rusak, golongan kategori ini berpacu pada persentase tutupan

karang hidup menurut Fachrul (2008) yaitu 0-24,9(rusak), 25-49,9 (kritis/sedang),

50-74,9 (baik) dan 75-100 (sangat baik), Hasil tersebut tidak jauh berbeda dari

hasil pengamatan tutupan karang hidup yang dilakukan Yusnita (2014) pada

kedalaman 3 m berkisar 30,20% termasuk kategori kritis/sedang dan pada

kedalaman 10 m berkisar 19,60% termasuk kategori rusak. Perbandingan lain di

Pulau Pramuka yaitu 15,84%-40,22% yang termasuk dalam kategori buruk hingga

sedang (Efrinawati, 2012) dan pada penelitian di Pulau Air tutupan karang hidup

adalah 44,21% (Banata, 2015).

Page 41: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

28

Gambar 7. Persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Panggang

Keterangan

K/S = kritis/sedang

R = rusak

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kondisi karang hidup tergolong

kategori kritis/sedang sampai rusak, jika dilihat dari pengukuran faktor fisik-kimia

(Lampiran 2) yang dilakukan terlihat untuk pengukuran suhu, kecerahan,

konduktivitas, DO, pH dan salinitas memiliki hasil yang tergolong dalam ambang

batas untuk pertumbuhan terumbu karang yang berpacu pada Kementrian

Lingkungan Hidup (2004). Hasil yang berbeda terlihat pada pengukurang

kecepatan arus, hasil pengukuran kecepatan berkisar 0,13–0,21 m/dtk hal ini

menunjukan hasil tersebut melebihi ambang batas kecepatan arus bagi

petumbuhan terumbu karang yaitu 0,05 – 0,08 m/dtk dikarenakan kecepatan arus

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan

terumbu karang hidup. Menurut Thamrin (2006), arus berperan peting untuk

28.9

34.72

43.54

17.74

36.78

29.24

10.41

13.88

0 2.18

0 0

5.01

0.71 0 0 0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

3 m 10m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m

Barat Selatan Timur Utara

pe

rse

nta

se t

utu

pan

(%

)

karang keras karang lunak

R

Page 42: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

29

transformasi zat hara, larva karang, oksigen, bahan sedimen serta arus dapat

membersihkan polip karang dari kotoran yang menempel. Terumbu karang

umumnya ditemukan tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi arus

yang cukup besar.

Stasiun 2 (selatan) dengan kedalaman 10 m memiliki kondisi terumbu karang

hidup dengan kategori rusak yaitu 17,74% sedangkan pada kedalaman 3 m

kondisi terumbu karang hidup tergolong kategori sedang yaitu 43,54%

perbandingan yang terbalik ini pada stasiun 2 kedalaman 10 m terlihat pada

kondisi penutupan substrat dasar ( Tabel 2) banyaknya ditemukan DCA (Dead

Coral Algae ) mencapai 59,63 % hal ini diduga kematian karang oleh alga sudah

berlangsung lama. Terumbu karang hidup memerlukan zat hara untuk

pertumbuhan dan perkembangannya, nitrat dan fosfat merupakan salah satu zat

hara yang dibutuhkan oleh terumbu karang hidup. Nitrat dan fosfat dapat

dihasilkan oleh bahan organik/anorganik atau dihasilkan dari laut itu sendiri

(Hutagalung, 1997). Kerusakan terumbu karang di stasiun 2 (selatan) kedalaman

10 m diduga kurangnya unsur hara yang masuk pada lokasi ini, pengukuran faktor

fisika-kimia didapatkan hasil pengukuran fosfat yaitu 0,0004 mg/l nilai tersebut

sangat rendah dibandingkan nilai ambang batas bagi pertumbuhan karang didalam

KLH (2004) untuk fosfat yaitu 0,015 mg/l. Hal ini diduga pemanfaatan fosfat

yang merupakan salah satu zat hara bagi pertumbuhan dan perkembangan

terumbu karang hidup tidak optimal sehingga pemulihan terumbu karang hidup

akibat DCA dapat berlangsung lama. Zat hara lain yang juga dibutuhkan terumbu

karang hidup salah satunya adalah nitrat. Menurut Effendi (2003), nitrat adalah

bentuk nitrogen utama dalam perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi

Page 43: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

30

pertumbuhan alga. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2004), mengenai

batu mutu air laut nilai ambang baras kadar nitrat untuk biota laut adalah 0,008

mg/l. Hasil pengukuran kadar nitrat yang didapatkan pada stasiun 2 (selatan)

adalah 0,0211 mg/l hasil ini melebihi ambang batas yang ditentukan oleh

Kementrian Lingkungan Hidup (2004). Limbah organik akan menjadi anorganik

sederhana oleh bakteri pengurai yang didalamnya merupakan bakteri nitrifikasi,

perubahan akhir nitrogen yaitu nitrat dalam batas normal akan dimanfaatkan oleh

organisme laut seperti zooxanthellae untuk proses fotosintesis (Steven,2011).

Kadar nitrat suatu perairan dalam ambang batas normal maka fotoplankton

disuatu prairan sehingga akan terjadinya fotosintesis yang akan menghasilkan O2

yang dibutuhkan oleh organisme laut, namun kadar nitrat yang melebihi ambang

batas normal akan mengakibatkan akumulasi pertumbuhan ganggang yang tak

terbatas air akan kekurangan O2, sehingga tidak terjadinya proses nitrifikasi

melainkan proses denitrifikasi yaitu pelepasan senyawa racun bagi organisme laut

(Steven, 2011).

Kondisi terumbu karang hidup di stasiun 4 (utara) tidak jauh berbeda

kondisinya dengan stasiun 2 (selatan) yang berada kedalaman 10 m. Di stasiun 4

(utara) pada kedalaman 3 m kondisi terumbu karang hidup yaitu 10,41 % kondisi

ini tergolong kategori rusak. Kondisi ini diduga tingginya persentase abiotik,

terlihat pada komposisi penutup substrat dasar (Tabel 2) persentase abiotik

mencapai 69,74 % yang terdiri dari 2,93 % pasir (sand) dan 66,81 % patahan

karang (rubble) (Lampiran 6) tingginya persentase patahan karang yang diduga

adanya akibat antropogenik yang terjadi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh

manusia seperti lalu lintas kapal yang sering melewati stasiun 4 (utara)

Page 44: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

31

dikarenakan bagian utara merupakan tempat bersandarnya kapal, diduga patahnya

terumbu karang akibat lemparan jangkar yang dilakukan para nelayan atau

pemilik kapal dengan cara yang salah dan tidak mengetahui posisi yang tepat

untuk meletakan jangkar.

Menurut Data Hasil Laporan Bulanan Kelurahan Pulau Panggang (2015)

terdapat 28 kapal yang terdiri dari 9 jenis angkutan umum,2 jenis angkutan anak

sekolah dengan trayek Pulau Panggang–Pulau Pramuka, dan 17 jenis angkutan

umum/regular dengan trayek Pulau Pangganang–Muara Angke, Pulau Panggang

ke Pulau Pramuka. Aktivitas di laut yang dapat mengancam terumbu karang

antara lain pencemaran dari pelabuhan, tumpahan minyak, dan akibat langsung

dari pelemparan jangkar kapal. Kegiatan kapal dapat berdampak bagi terumbu

karang memalui tumpahan minyak dari pembuangan ballast kapal. Selain

aktivitas lalu lintas kapal yang dapat mengakibatkan patahanya karang

antropogenik menangkap ikan dengan alat tangkap bubu juga dapat merusak

terumbu karang. Bubu merupakan alat tangkap ikan pasif tradisional yang masih

dilakukan oleh masyarakat di Pulau Panggang. Penghasilan tangkap ikan dengan

bubu dapat mencapai Rp. 1,200,000 – 2,000,000 per bulannya, masyarakat Pulau

Panggang masih melakukan penangkapan ikan dengan bubu karena untuk

memenuhi perekonomian nelayan (Gambar 8).

Page 45: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

32

Gambar 8. Alat tangkap ikan (bubu)

Bubu merupakan alat tangkap pasif tradisional yang berupa penangkap ikan

terbuat dari bambu dan rotan yang dibuat sehingga ikan yang masuk tidak dapat

keluar. Pengoprasian bubu membutuhkan pemberat untuk menindihnya agar bubu

tidak mudah bergeser karena arus laut. Pemberat yang dipergunakan untuk

menindih bubu adalah karang hidup lalu dihimpitkan pada bubu sehingga

membentuk gua. Tujuan ditindih dengan karang hidup adalah untuk mengelabui

ikan seolah-olah mulut dari bubu adalah rongga dalam terumbu karang.

Pembongkaran karang hidup inilah yang menyebabkan karang menjadi rusak dan

patah (Gambar 9) (Kusumastuti, 2004).

Gambar 9. Perbedaan terumbu karang hidup sehat(a) dengan patahan karang

(rubble) (b)

a b

Page 46: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

33

Kondisi terumbu karang hidup pada kedalaman 10 m persentase terumbu

karang hidup tidak jauh berbeda yaitu 13,88% hal ini tergolong dalam kategori

rusak. Kondisi ini diduga tingginya persentase karang mati yang ditemukan

(Tabel 2) yang mencapai 57,11% yang didominasi oleh DCA yang mencapai

54,14%. Pengukuran fosfat dan nitrat yang merupaka unsur hara yang dibutuhkan

oleh terumbu karang diduga dapat mempengaruh bagi pertumbuhan terumbu

karang. Fosfat pada stasiun 4 (utara) memiliki kandungan yang rendah dari

ambang batas baku mutu air laut yaitu hanya mencapai 0,0031 mg/l (Lampiran 2)

sehingga fosfat tidak optimal dimanfaatkan oleh terumbu karang karna

kandungannya yang terlalu rendah. Nitrat pada strasiun 4 (utara) memiliki

kandungan yang tinggi yang melebihi dari ambang batas batu mutu air laut yaitu

0,024 mg/l (Lampiran 2) kandungan unsur hara yang tinggi yg melebihi dari

ambang batas dapat berpotensi menjadi racun untuk organisme laut.

Tabel 2. Komposisi penutupan substrat dasar di perairan Pulau Panggang

Lokasi Kedalaman Abiotik Alga Biota

Lain

Karang

Keras

Karang

Lunak

Karang

Mati

Barat 3 m 27,98 0 1,77 28,9 0 27,05

10 m 0,38 0,95 1,55 34,72 2,18 45,9

Selatan 3m 15,57 0 3,5 43,54 0 23,1

10 m 5,37 1,95 1,01 17,74 0 59,62

Timur 3 m 26,9 8,5 13,51 36,78 5,01 2,61

10 m 3,3 1,47 7,65 29,24 0,71 43,32

Utara 3 m 69,72 0 5,38 10,41 0 0,17

10m 8,28 0 5,92 13,88 0,5 57,11

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan komposisi penutupan substrat dasar

di perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu lebih mendominasi oleh karang

Page 47: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

34

mati, kondisi karang mati banyaknya disebabkan oleh DCA (dead coral algae)

diduga kondisi ini sudah berlangsung lama. Tingginya abiotik yang terlihat yaitu

banyaknya patahan karang (rubble) turut serta mendukung sedikitnya persentase

terumbu karang hidup di perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu.

Persentase tutupan karang beberapa bentuk pertumbuhan karang (Acropora

dan Non-Acropora) ditemukan di perairan Pulau Panggang cukup beragam antara

lain, Acropora branching (ACB), Acropora digitate (ACD), Acropora tabulate

(ACT) termasuk dalam pertumbuhan Acropora dan Coral branching (CB), Coral

encrusting (CE), Coral foliose (CF), Coral massive (CM), Coral submassive

(CS), Coral mushroom (CMR), Coral millepora (CME) termasuk dalam

pertumbuhan Non-Acropora (Gambar 10).

Gambar 10. Persentase bentuk pertumbuhan karang hidup di kedalaman 3 m

Persentase karang hidup dengan bentuk pertumbuhan massive, foliose dan

branching terlihat lebih mendominasi di setiap stasiun pengamatan, pada

kedalaman 3 meter CB 40,9%, CF 22,74%, CM 23,12% sedangkan pada ACB

0.14 0.92 0 0

10.44

18.18

6.5 5.78

0

19.14

2.6 1

12.52

5 4.45 1.15

0 0 1.5

0 0 0

2.67

0 0 0 2.08 0 0

5

10

15

20

25

3 m 3 m 3 m 3 m

Barat Selatan Timur Utara

pe

rse

nta

se t

utu

pan

(%

)

ACB ACD ACT CB CE CF CM CS CMR CME

Page 48: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

35

15,18%, ACD 1,06%, ACT 0 %, CE 2,47%, CS 1,5%, CMR 2,67% dan CME

2,08%. (Gambar 11).

Gambar 11. Persentase bentuk pertumbuhan karang hidup di kedalaman 10 m

Persentase bentuk karang hidup dengan kedalaman 10 m CM 23,51%, CF 22,39%

sedangkan pada ACB 6,12%, ACD 0,14%, ACT 0,31%, CB 4,97%, CE 19,6%,

CS 14,2%, CMR 4,29% dan CME 0%.

Berdasarkan hasil persentase karang Non-Acropora lebih tinggi dibandingkan

karang Acropora yaitu rata-rata mencapai 26,34%, sedangkan persentase karang

Acropora hanya mencapai rata-rata 7,60%. Bentuk morfologi kedua karang ini

adalah bercabang namun bentuk cabang dari Acropora berukuran lebih kecil

sehingga karang ini lebih mudah rapuh jika terjadi perubahan kondisi perairan.

Menurut Rahmitha dkk (2015), jenis Acropora merupakan karang yang rapuh dan

sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Karang masif yang merupakan

komponen penting penyusun terumbu karang dikawasan Indo-Pasifik, karang

5.27

0.07 0 0.78

0.58 0.15

3.44

0.8

6

8.58

1.58

3.44

12.44

1.81

8.14

0

5.6

4.24

5.77

7.9

3.28 2.14

8.18

0.6 1.6

0.72 1.97

0 0

2

4

6

8

10

12

14

10 m 10 m 10 m 10 m

Barat Selatan Timur Utara

pe

rse

nta

se t

utu

pan

(%

)

ACB ACD ACT CB CE CF CM CS CMR CME

Page 49: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

36

jenis ini sangat melimpah di perairan Indonesia. Karang masif mampu beradaptasi

di lingkungan yang keruh hal ini menunjukan karang masif dapat mendominasi

karena mampu beradaptasi dalam lingkungan kronis (Suharsono,1996).

4.2 Kepadatan Acanthaster planci di perairan Pulau Panggang

Acanthaster planci merupakan salah satu predator yang memakan polip

karang. Penelitian ini menemukan keberadaan A. planci di perairan Pulau

Panggang bagian barat sebanyak 1 individu pada kedalaman 3 meter (Tabel 3).

Kepadatan A. planci di perairan Pulau Panggang adalah sebesar 0,002

individu/480m2 sehingga dapat dikategorikan alami karena kurang dari 14

individu/1000m2. A. planci ditemukan berada pada karang mati/patahan karang

(Gambar 12).

Tabel 3. Acanthaster planci yang ditemukan di perairan Pulau Panggang

Jumlah A.planci 0,002 individu/480m2

Stasiun Barat

Kedalaman 3 meter

Transek ke- 1

Panjang (cm) 30 cm

Jumlah Lengan 12

Jarak Pada LIT 10 meter

Jarak A.planci dengan LIT 229 cm

Life form Karang

Berasosiasi

Karang Mati/

patahan karang

Page 50: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

37

Gambar 12. Acanthaster planci yang ditemukan pada lokasi pengamatan

Sedikitnya A. planci yang ditemukan diduga karena sedikitnya jenis karang

Acropora yang tumbuh yang merupakan makanan dari hewan A. planci. Faktor

lingkungan seperti arus dan kedalaman diduga dapat mempengaruhi keberadaan

A. planci. Pada lokasi barat kecepatan arus adalah 0,13 m/s kecepatan arus ini

cukup kencang untuk keberadaan A. planci. Menurut Suharsono (1991), kisaran

arus yang optimal bagi terumbu karang adalah 0,05–0,08 m/s, sedangkan menurut

Aziz (1995), umumnya A. planci terdapat pada perairan yang berarus lambat.

4.3. Analisa PCA

Uji statistik dengan menggunakan analisa PCA yang dilakukan terhadap data

menampilkan mengenai informasi yang sederhana mengenai pencirian antara

persentase tutupan karang hidup yang ditinjau dari kepadataan A. planci yang

didukung parameter fisika dan kimia. Berdasarkan analisa hubungan tersebut

terlihat bahwa komponen 1 terdiri atas karang hidup, salinitas, kecerahan, DO,

Page 51: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

38

pH, fosfat (PO4) dan suhu sedangkan pada komponen 2 terdiri atas karang mati, A.

planci, konduktivitas, kecepatan arus dan nitrat (NO3).

Gambar 13. Grafik analisa komponen utama karakter karang hidup,

Acanthaster planci dan fisik-kimia perairan di perairan

Pulau Panggang

Berdasarkan hasil PCA terdapat hubungan yang kuat antara salinitas yaitu

0.945 dengan karang hidup yaitu 0.964. Berdasarkan pengukuran faktor fisik-

kimia yang dilakukan di 4 stasiun (barat, selatan, timur, utara) (Lampiran 2),

salinitas berkisar antara 28,9–30,2 0/00, kisaran salinitas tersebut masih tergolong

optimal bagi pertumbuhan terumbu karang yaitu 27–350/00 (Supriharyono, 2007).

Hasil ini menunjukan bahwa salinitas perairan di lokasi penelitian masih optimal

bagi perkembangan dan pertumbuhan terumbu karang. Berdasarkan batu mutu

salinitas untuk karang yaitu 330/00–34

0/00 (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004).

Page 52: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

39

Salinitas sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan dan

pengaruhnya tersebut menyebabkan terjadinya tekanan osmotik tubuh organisme,

sehingga organisme tersebut akan mengeluarkan energi yang besar untuk

beradaptasi dengan lingkungannya, penurunan salinitas mendekati batas toleransi

akan berakibat kematian bagi organisme (Syahnilawati dkk, 2013). Menurut

Hutabarat,dkk (2006), berkurangnya kadar salinitas karena adanya sejumlah air

tawar yang masuk yang berasal dari sungai-sungai dan juga disebabkan oleh

pasang surut dan curah hujan, curah hujan tinggi dapat membunuh terumbu

karang dengan meningkatkan jumlah endapan dalam air dan penurunan salinitas.

Distribusi salinitas yang rendah dilapisan permukaan laut-laut Asia Tenggara

selama terjadinya angin musim barat (north east monsoon) dari bulan Desember

sampai Mei.

Berdasarkan hasil PCA memiliki pencirian antara persentase karang hidup

dengan keberadaan A. planci di perairan Pulau Panggang. Berdasarkan

pengamatan A. planci yang ditemukan hanya 0,002 individu yang merupakan

ketegori alami. Tingginya persentase karang mati di perairan Pulau Panggang

tidak dapat dipastikan diakibakan oleh keberadaan A. planci namun diduga karena

keadaan lain seperti faktor fisik kimia dan antropogenik di perairan Pulau

Panggang.

Setiap parameter tinggi rendahnya hasil yang didapat akan tetap memberikan

pengaruh terhadap kondisi terumbu karang hidup di perairan Pulau Panggang

kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil matriks, kecerahan memiliki hasil yaitu

0.782 dan posisinya mendekati karang hidup hal ini menunjugan juga kecerahan

Page 53: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

40

memiliki pengaruh terhadap karang hidup walaupun hasil yang ditunjukan tidak

mendekati 1 seperti hasil yang ditunjukan oleh salinitas. Berdasarkan pengamatan

faktor fisik-kimia (Lampiran 2) yang dilakukan di 4 stasiun dengan kedalaman 3

dan 10 meter, stasiun yaitu barat, selatan dan timur memiliki kecerahan lebih dari

10 meter, namun pada stasiun utara kecerahannya lebih rendah hanya memiliki

kecerahan 887,5 cm yang kecerahannya kurang dari 10 meter, diduga stasiun

utara merupakan jalur lalu lintas kapal yang setiap hari dilewati terlihat dari hasil

persentase tutupan karang pada stasiun utara lebih rendah karang hidupnya

(Gambar 7) yang sudah dikategorikan rusak, sedangkan pada stasiun selatan

memiliki kecerahan 13,75 meter namun kondisi persentase karang pada

kedalaman 10 meter kategori rusak karena banyaknya karang mati karena alga

(DCA) namun kondisi kecerahan ini masih dalam batas baku mutu untuk karang

yaitu >5 m (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004).

Menurut Guntur, (2011), kecerahan merupakan bagian faktor penting bagi

pertumbuhan terumbu karang, untuk hidup dan berkembang terumbu karang

memerlukan air laut yang bersih dan jernih, bila terjadi kekeruhan pada air laut

akan menghalangi penetrasi cahaya matahari sehingga laju pertumbuhan dan

produksi terumbu karang akan berhenti. Kekuatan dari mesin kapal akan

mengaduk pasir yang ada di dalam laut sehingga akan membuat air menjadi keruh

dan pasir juga dapat menutupi terumbu karang. Kejernihan air laut yang berkaitan

erat dengan faktor pengendapan di dalam air ataupun di atas terumbu karang

mempunyai pengaruh negatif terhadap koloni terumbu karang, kebanyakan

terumbu karang tidak dapat bertahan dengan adanya endapan yang berat karena

akan menutupi dan menyumbat struktur terumbu karang (Guntur, 2011).

Page 54: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

41

Berdasarkan hasil perhitungan, oksigen terlarut (DO) memiliki kedekatan

dengan pH. Pengukuran factor fisik-kimia (Lampiran 2) menunjukan hasil

oksigen terlarut yaitu berkisar antara 7,7–7,9 mg/l nilai tersebut masih dalam

ambang batas yaitu 5,7-8,5 mg/l (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004) dan nilai

pH berkisar antara 7-8 nilai ini juga masih dalam kondisi ambang batas

pertumbuhan terumbu karang. Oksigen terlarut dalam air diperoleh langsung dari

udara yaitu dengan difusi langsung dari udara dan melalui pergerakan air yang

teratur juga dihasilkan dari fotosintesis tanaman yang berklorofil (Sutika, 1989).

Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, oksigen

terlarut juga merupakan faktor penting bagi organisme air, banyaknya oksigen

terlarut melalui udara ke air tergantung pada luas permukaan air, suhu dan

salinitas (Barus, 2004). Kejenuhan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu air,

semakin tinggi suhu maka konsentrasi oksigen terlarut semakin turun. Konsentrasi

dan distribusi oksigen di laut ditentukan oleh kelarutan gas oksigen dalam air dan

proses biologis yang mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan oksigen

(Fardian, 1992).

Kandungan pH rata – rata 7- 8,5 hal ini termasuk dalam kisaran normal, Nilai

pH mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa suatu perairan. Setiap

organisme mempunyai toleransi terhadap pH. Menurut Nybakken (1992), bahwa

umumnya organisme perairan dapat hidup pada kisaran pH tidak kurang dari 6,7

dan tidak lebih dari 8,5. Kandungan pH yang mendukung bagi kehidupan biota

karang berkisar antara 6,5–8,5 (Thamrin, 2006).

Page 55: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

42

Berdasarkan hasil perhitungan PCA terdapat hubungan antara konsentrasi

fosfat dengan suhu. Hasil faktor fisik menunjukan suhu pada 4 stasiun

pengamanatan mencapai 28,50C-29,3

0C. Berdasarkan hasil persentase tutupan

karang pada pada kedalaman 3 meter masih dapat tumbuh dengan baik namun

pada kedalaman 10 meter rata-rata sudah rusak diduga karena faktor antropogenik

dan diduga sudah terjadi kerusakan dalam waktu yang sudah cukup lama yang

terdapat di perairan Pulau Panggang. Menurut Hutabarat,dkk (2006), suhu di laut

adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan,

karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun

perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Fauna karang memerlukan

suhu diatas 180C, pertumbuhan yang optimal bagi terumbu karang suhu perairan

rata-rata suhu tahunnya berkisar antara 130C–25

0C, adapun suhu maksimum yang

dapat ditoleransi oleh terumbu karang adalah 360C – 40

0C (Guntur,2011). Hasil

faktor fisik kandungan fosfat di 4 stasiun pengamatan mencapai 0,0004-0,0031

mg/l konsentrasi ini masih dibawah ambang batas yaitu 0,015mg/l. Menurut

Hutagalung,dkk (1997), fosfat merupakan zat hara yang sangat dibutuhkan oleh

zooxanthela yang bersimbiosis dengan terumbu karang untuk berfotosintesis,

fosfat merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi metabolisme sel

tumbuhan akuatik. Nilai kandungan fosfat berpengaruh pada angin musim barat

yang bertepatan dengan musim hujan sangat berpotensi untuk meningkatkan

kadar fosfat yang berasal dari daratan (Simanjuntak, 2003). Berdasarkan

pengamatan faktor fisik yang dilakukan suhu yang nilainya masih diambang batas

bagi pertumbuhan terumbu karang berdampank pada konsentrasi fosfat di

Page 56: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

43

perairan. Menurut Nur, (2011), semakin meningkatnya suhu maka konsentrasi

fosfat akan rendah.

Konduktivitas lokasi penelitian nilai konduktivitas kisaran 39,5–40,9 mS/cm

hasil tersebut tergolong dalam keadaan normal yaitu 55 mS/cm. Menurut Effendi,

(2003) konduktivitas adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk

meneruskan aliran listrik, semakin banyak kandungan garam terlarut yang dapat

terionisasi semakin tinggi pula nilai konduktivitas. Konduktivitas bertambah

dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas. Secara umum, faktor

yang lebih dominan dalam perubahan konduktivitas air adalah temperatur.

Berdasarkan hasil faktor fisik kecepatan arus permukaan perairan yang

diperoleh selama penelitian antara lain bekisar 0,13–0,21 m/s. Kecepatan arus

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan

terumbu karang. Kecepatan arus di lokasi penelitian cukup kencang melebihi

kisaran arus yang optimal bagi terumbu karang yaitu 0,05–0,08 m/s (Suharsono,

1984). Hal ini didukung banyaknya sebaran karang masif di Pulau Panggang,

umumnya karang masif dapat beradaptasi dan bertahan terhadap tekanan dari arus

yang cukup besar. Menurut Thamrin (2006), arus atau gelombang penting untuk

transportasi zat hara, larva, bahan sedimen dan oksigen, serta dapat membersihkan

polip karang dari kotoran yang menempel, itu sebabnya karang yang hidup di

daerah berombak dan berarus kuat lebih berkembang dibanding daerah yang

tenang dan terlindung. Arus akan memberikan suplai oksigen ke dalam air laut,

menghalangi pengendapan sedimen pada koloni karang dan dapat memberikan

makanan bagi terumbu karang (Nybakken 1992). Umumnya terumbu karang

ditemukan tumbuh dan berkembang dengan baik pada perairan laut dengan

Page 57: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

44

kondisi kecepatan arus yang cukup besar. Namun, Endean (1987), mengemukakan

bahwa pada umumnya bintang laut ini ditemukan pada lokasi-lokasi perairan

dengan kecepatan arus yang lambat.

Berdasarkan hasil faktor fisik nilai kandungan nitrat yang didapatkan diempat

lokasi berkisar antara 0,0194-0,0250 mg/l lebih tinggi dari nilai ambang batas.

Menurut Effendi (2003), menjelaskan bahwa nitrat adalah bentuk nitrogen utama

dalam perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan alga.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004),

tentang batu mutu air laut nilai ambang batas kadar nitrat untuk biota laut adalah

0,008 mg/l. Tingginya kadar nitrat dikarenakan meningkatnya limbah yang

dibuang keperairan melalui sungai. Nitrat senyawa nitrogen dalam air laut

terdapat dalam tiga bentuk utama yangberada dalam keseimbangan, yaitu

amoniak, nitrit dan nitrat. Keseimbangan tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan

oksigen bebas dalam air. Kadar oksigen rendah, keseimbangan bergerak menuju amoniak,

sedangkan padasaat kadar Oksigen tinggi keseimbangan bergerak menuju nitrat.

Nitrat merupakan hasil akhir dari oksidasi nitrogen dalam air laut.

Page 58: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Berdasarkan analisa yang dilakukan didapatkan hasil bahwa rata-rata

persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Panggang kedalaman 3

meter adalah 31,16% tergolong kategori sedang dan pada kedalaman 10 m

adalah 24,61% tergolong kategori rusak.

b. Kepadatan Acanthaster planci yang ditemukan yaitu 0,002 individu/480m2

dalam ketegori alami.

c. Berdasarkan analisa PCA diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat

antara salinitas dengan tutupan karang hidup di perairan Pulau Panggang

Kepulauan Seribu, sedangkan persentase karang hidup dengan keberadaan

A.planci tidak terdapat hubungan.

d. Aktivitas antropogenik yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah

lalulintas kapal, penangkapan ikan menggunakan bubu dan limbah sampah

yang mengacu pada kandung nitrat (NO3) yang melebihi ambang batas

diduga dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi dan kandungan fosfat

(PO4) yang rendah diduga mempengaruhi persentase karang hidup karena

fosfat salah satu unsur hara yang dibutuhkan karang untuk pertumbuhan.

Page 59: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

46

5.2. Saran

a. Melakukan pemantauan tutupan terumbu karang dalam tingkat genus lebih

lanjut pada lokasi perairan Pulau Panggang untuk menjaga kelestarian

terumbu karang dan biota laut.

b. Adanya penanganan lebih lanjut mengenai antropogenik khususnya

mengenai limbah sampah di perairan Pulau Panggang Taman Nasional

Laut Kepulauan Seribu

Page 60: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

47

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. M dan Muhidin. S A. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur

dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Aziz. A. 1977. Bulu Seribu dari Pulau Pari. Jurnal Oseana IV 1:7-13.

Jakarta.

Aziz. A. 1995. Beberapa Catatan Tentang Kehadiran Bintang Laut Jenis

Acanthaster planci di Perairan Indonesia. Jurnal Oseana

Vol.XX.2:23-31. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2010. Hasil Sensus Penduduk

2010. (SP2010),BPS. Diakses.Kamis,15 Januari 2015.

Banata. A. 2015. Kepadatan Acanthaster planci L. dan Hubungan dengan

Persentase Tutupan Karang Hidup di Pulau Air (Daerah

Peyangga) Taman Nasional Kepulauan Seribu.UIN Syarif

Hidayatullah. Jakarta.

Barus. T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan

Danau. Program Studi Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan.

Birkland. C and Lucas. 1990. The Influence of Echinoderm on Coral Reef

Communities in: Echinoderm Studies M. Jangoux and J.M.

Lawrence vol.3.A.A. Berkerna, Roterdam, Nerherlands.

Data Hasil Laporan Bulanan.2015. Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus

Ibu Kota Jakarta. Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan

Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Efrinawati. 2012. Kondisi Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Kelurahan

Pulau Panggang Taman Nasional Kepulauan Seribu. Fakultas

Sains dan Teknologi.UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Endean, R. 1987. Acanthaster planci Investation. pp. 299-237. In B. salvat

(editor). Human Impact on Coral Reefs: Facts and

Recommendations, Antenne Museum E.P.H.E. French Polynesia.

Australia.

English, S. Wilkenson, C., and Baker, V. 1994. Survey Manual For Tropical

Marine Resources. ASEAN Australia Living Coastal Resources

Project. Australian Institute of Marine Science.

Fachrul. M. 2008. Metode Sampling Bioteknologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Page 61: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

48

Fahreza. A. D.,Pujiono. W. P.,Boedi. H. 2013. Kelimpahan serta predasi

Acanthaster planci di perairan tanjung klayang kabupaten

Belitung. Jurnal of Management of aquatic resources. Jurusan

Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas

Diponegoro. Semarang.

Fardian, S., 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisisus. Yogyakarta.

Fraser, N. B.R. Crawford, dan J. Kusen. 2003. Panduan Pembersihan

Bintang Laut Berduri, Koleksi Dokumen Pesisir. USAID-ICRMP,

Jakarta. 34 hal.

Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Ekologi Karang pada

Terumbu Karang Buatan,Cet.1. Ghalia Indonesia. Bogor.

Hutabarat. S., Stewart M. Evans. 2006. Pengantar OSEANOGRAFI.

Universitas Indonesia. Jakarta.

Hutagalung, H. P. 1997. Metoda Analisis Air Laut,Sedimen dan Biota.Buku

2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indinesia. Jakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH). 2004. Baku Mutu

Air Laut Untuk Biota Laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.KLH.

Jakarta.

Krebs, T. 1989. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and

Abundace . Harper and Row: New York.

Kusumastuti, A. 2004. Kajian Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Terumbu

Karang Di Perairan Bontang Kuala dan Alternative

Penanggulangannya. Program Magister Ilmu Lingkungan Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Moran, P.J. 1990. The Acanthaster planci (L.); Biographical Data. Coral

Reefs 95-96.

Napitupulu. P., Hanny. T., dan Agung. W. 2013. STRUKTUR POPULASI

Acanthaster planci DI RATAAN TERUMBU BAGIAN

SELATAN PULAU BUNAKEN. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis.

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Nur,K. 2011. Hubungan Suhu, Oksigen Terlarut dan pH Perairan Terhadap

Konsentrasi Nitrat dan Fosfat Di Muara Sungai Wonorejo,

Gunung Anyar Surabaya. Universitas Trunojoyo Madura.

Nybakken,J. W. 1992. Biota Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa:

M.Eidman, Koesoebiono, D.G.Bengen dan M. Hutomo. Gramedia.

Jakarta.

Page 62: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

49

Rahmawati. F., Amnihani. Y., Luki. A. S. 2008. Kondisi Terumbu Karang

di Pulau Pramuka,Pulau Sekati,dan Pulau Panggang Kepulauan

Seribu. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Rahmitha, I. A, Ruswahyuni dan Suryani. 2015. Laju Sedimentasi pada

Karang Masive dan Karang Bercabang di Perairan Pulau Panjang

Jepara. Jurnal of Maquaries Management of Aquatic Resource.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Rani. C, Arifin. D, dan Alfian. A. 2011. Status Ekologi Kepadatan Predator

Karang Acanthaster planci LINN: Kaitannya dengan Kondisi

Terumbu Karang di Perairan Tomia, Taman Nasional Wakatobi.

Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

UNHAS. Makasar.

Simanjuntak. M. 2003. Kadar Fosfat, Nitrat dan Silikat di Teluk Jakarta.

Jurnal Perikanan (J.Fish .Sci) IX (2): 274-287. Jakarta.

Simanjuntak. M. 2012. Kualitas Air Laut Ditinjau dari Aspek Zat Hara,

Oksigen Terlarut, dan pH di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.4, No.2. Bidang

Dinamika Laut, penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta. Hlm.290-

303.

Suharsono. 1991. BULU SERIBU (Acanthaster planci). Jurnal Oseana,

Volume XVI No. 3, 1991

Sunarto. 2006. Keanekaragaman Hayati Dan Degradasi Ekosistem

Terumbu Karang. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.

Universitas Padjadjaran. Bandung.

Sutika, N., 1989. Ilmu Air. Universitas Padjadjarang. BUNPAD Bandung.

Bandung.

Syahnilawati, Baru S., dan Romy. 2013. Kelimpahan Acanthaster planci

pada Perairan Terumbu Karang di Pulau Santigi Selat Tiworo

Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara .Jurnal Mina Laut Indonesia.

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas

Halu Oleo.Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari.

Thamrin. 2006. Karang: Biologi Reproduksi dan Ekologi. Penerbit

Minmandiri. Pres. Pekanbaru.

Yusnita,I. 2014. Kajian Potensi Dampak Wisata Bahari Di Kelurahan Pulau

Panggang Kepulauan Seribu. Sekolah Pasca Sarjana IPB.Bogor.

Page 63: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

50

Lampiran 1. Kerangka berpikir

Pulau Panggang merupakan salah satu zona

pemukiman padat Kepulauan Seribu

Terumbu karang salah satu ekosistem

penting di laut dan setiap tahun mengalami

kerusakan

Kerusakan secara

biotik

Kerusakan secara

abiotik

Acanthaster planci

Merupakan predator

karang yang dapat

berpotensi mengancam

Faktor Fisika-Kimia Antropogenik

KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI

KEPADATAN Acanthaster planci L. DAN HUBUNGANNYA DENGAN

ASPEK ANTROPOGENIK DI PERAIRAN PULAU PANGGANG,

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU

Page 64: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

51

Lampiran 2. Parameter fisika-kimia perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

No Faktor Fisik-

Kimia

Ambang Batas

(KLH, 2004)

Lokasi

Barat Selatan Timur Utara

3 m

10

m 3 m

10

m 3 m

10

m 3 m

10

m

1 Suhu 36 0C - 40

0C 28,5 28,5 28,7 28,5 29,2 28,7 29,3 29,3

2 Kecerahan >5 m 10,97 13,75 10,71 8,87

3 Konduktivitas 55 mS/cm 40,5 40,8 40,5 41,2 39,5 39,9 40,7 40,7

4 Kecepatan Arus 0.05 - 0.08 m/det 0,13 0,15 0,21 0,16

5 DO 5.7 - 8.5 mg/l 7,8 7,7 7,7 7,7 7,7 7,7 7,9 7,7

6 pH 6.5 - 8.5 7 7 7 7 7 7 8 8

7 Salinitas 27 - 42 0/00 30,1 30 29,7 30,1 30 30 28,9 30,2

8 PO4 0.015 mg/l 0,0028 0,0004 0,0025 0,0031

9 NO3 0.008 mg/l 0,0194 0,0211 0,025 0,024

Page 65: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

52

Lampiran 3. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun barat

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 meter

dan 10 meter

Line Intercept Transect (LIT) Lembar Pengamatan

Lokasi : Perairan Pulau Panggang Panjang Transek : 70 meter

Stasiun : Barat Panjang Ulangan : 20 meter

Kedalaman : 3 meter dan 10 meter Latitude:05044’30.2” Longitude: 106035’11.7”

Kategori Kode Persentase Tutupan (%)

3 meter 10 meter

Life Coral

Acropora

Acropora brancing ACB 0 5,27

Acropora digitate ACD 0,14 0

Acropora ecrusting ACE 0 0

Acropora submassive ACS 0 0

Acropora tabulate ACT 5,78 0

Non-Acropora

Coral brancing CB 10,44 0,52

Coral massive CM 12,52 5,6

Coral encrusting CE 0 6

Coral submassive CS 0 3,28

Coral foliose CF 0 12,44

Coral mushroom CMR 0 1,6

Coral millepora CME 0 0

Coral heliopora CHL 0 0

Total Life Coral 28,37 34,72

Dead Coral

Dead coral DC 26,37 0

Dead coral with algae DCA 0 45,9

Total Dead Coral 26,37 45,9

Other Fauna

Soft coral SC 0 2.18

Sponges SP 0 0.08

Zoanthids ZO 0 0

Others OT 0 1.47

Total Other Fauna 0 3.73

Algae

Alga assemblage AA 0 0

Coralline alga CA 0 0

Halimeda HA 0 0

Macroalgae MA 0 0,95

Tuft alga TA 0 0

Total Alga 0 0,95

Abiotic

Sand S 4,5 0,38

Rubble R 23.48 0

Rock RCK 0 0

Total Abiotic 23,48 0,38

Page 66: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

53

Lampiran 4. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun selatan

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 meter

dan 10 meter

Line Intercept Transect (LIT) Lembar Pengamatan

Lokasi : Perairan Pulau Panggang Panjang Transek : 70 meter

Stasiun : Selatan Panjang Ulangan : 20 meter

Kedalaman : 3 meter dan 10 meter Latitude : 05044’54.0” Longitude:106

035’53.0”

Kategori Kode Persentase Tutupan (%)

3 meter 10 meter

Life Coral

Acropora

Acropora brancing ACB 0,28 0,07 Acropora digitate ACD 0,93 0

Acropora ecrusting ACE 0 0

Acropora submassive ACS 0 0

Acropora tabulate ACT 0 0

Non-Acropora

Coral brancing CB 18,18 0,15

Coral massive CM 5 4,24

Coral encrusting CE 0 8,58

Coral submassive CS 0 2,14

Coral foliose CF 19,14 1,81

Coral mushroom CMR 0 0,73

Coral millepora CME 0 0

Coral heliopora CHL 0 0

Total Life Coral 43,53 17,72

Dead Coral

Dead coral DC 13,31 0

Dead coral with algae DCA 9,78 59,63

Total Dead Coral 23,09 59,63

Other Fauna

Soft coral SC 0 0

Sponges SP 0 0,05

Zoanthids ZO 0 0

Others OT 3,5 0,95

Total Other Fauna 3,5 1

Algae

Alga assemblage AA 0 0

Coralline alga CA 0 0

Halimeda HA 0 0

Macroalgae MA 0 1,96

Tuft alga TA 0 0

Total Algae 0 1,96

Abiotic

Sand S 0 0

Rubble R 15,57 5,37

Rock RCK 0 0

Total Abiotic 15,57 5,37

Page 67: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

54

Lampiran 5. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun timur

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 meter

dan 10 meter

Line Intercept Transect (LIT) Lembar Pengamatan

Lokasi : Perairan Pulau Panggang Panjang Transek : 70 meter

Stasiun : Timur Panjang Ulangan : 20 meter

Kedalaman : 3 meter dan 10 meter Latitude:05044’34.7” Longitude:106

036’25.5”

Kategori Kode Persentase Tutupan (%)

3 meter 10 meter

Life Coral

Acropora

Acropora brancing ACB 14,9 0 Acropora digitate ACD 1,05 0,14

Acropora ecrusting ACE 0 0

Acropora submassive ACS 0 0

Acropora tabulate ACT 0 0

Non-Acropora

Coral brancing CB 6,16 0,34

Coral massive CM 4,46 5,77

Coral encrusting CE 1,34 1,58

Coral submassive CS 1,57 8,18

Coral foliose CF 2,6 8,14

Coral mushroom CMR 2,67 1,97

Coral millepora CME 2,02 0

Coral heliopora CHL 0 0

Total Life Coral 36,77 26,12

Dead Coral

Dead coral DC 0 0

Dead coral with algae DCA 2,61 43,33

Total Dead Coral 2,61 43,33

Other Fauna

Soft coral SC 5,01 0,71

Sponges SP 0 3,11

Zoanthids ZO 0 0,93

Others OT 8,5 3,61

Total Other Fauna 13,51 8,36

Algae

Alga assemblage AA 7,77 0

Coralline alga CA 0 0

Halimeda HA 0 0

Macroalgae MA 0,86 1,47

Tuft alga TA 0 0

Total Algae 8,63 1,47

Abiotic

Page 68: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

55

Sand S 12,68 2,91

Rubble R 14,21 0,38

Rock RCK 0 0

Total Abiotic 26,89 3,29

Lampiran 6. Persentase tutupan penyusun habitat karang pada stasiun utara

perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu di kedalaman 3 meter

dan 10 meter

Line Intercept Transect (LIT) Lembar Pengamatan

Lokasi : Perairan Pulau Panggang Panjang Transek : 70 meter

Stasiun : Utara Panjang Ulangan : 20 meter

Kedalaman : 3 meter dan 10 meter Latitude:05044’12.8” Longitude: 106

036’15.3”

Kategori Kode Persentase Tutupan (%)

3 meter 10 meter

Life Coral

Acropora

Acropora brancing ACB 0 0,78 Acropora digitate ACD 0 0

Acropora ecrusting ACE 0 0

Acropora submassive ACS 0 0

Acropora tabulate ACT 0 0,31

Non-Acropora

Coral brancing CB 5,78 0,8

Coral massive CM 1,16 7,9

Coral encrusting CE 2,47 3,44

Coral submassive CS 0 0,64

Coral foliose CF 1 0

Coral mushroom CMR 0 0

Coral millepora CME 0 0

Coral heliopora CHL 0 0

Total Life Coral 10,41 13,87

Dead Coral

Dead coral DC 0,17 2,97

Dead coral with algae DCA 0 54,14

Total Dead Coral 0,17 57,11

Other Fauna

Soft coral SC 0 0,5

Sponges SP 4,73 5,18

Zoanthids ZO 0 0,28

Others OT 0,66 0,46

Total Other Fauna 5,39 6,42

Algae

Alga assemblage AA 0 0

Coralline alga CA 0 0

Halimeda HA 0 0

Macroalgae MA 0 0

Tuft alga TA 0 0

Total Alga 0 0

Page 69: KONDISI KARANG HIDUP DITINJAU DARI KEPADATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47964... · 2019-10-31 · kondisi karang hidup ditinjau dari . kepadatan acanthaster

56

Abiotic

Sand S 2,93 5,06

Rubble R 66,81 3,23

Rock RCK 0 0

Total Abiotic 69,74 8,29