Kondisi dan Perkembangan Perekonomian Sumatera Barat Terkini 1... · Puji Atmoko Kepala Perwakilan...

37
Puji Atmoko Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat Disampaikan dalam Workshop Financial Programming Policies Padang, 31 Juli 2017 Kondisi dan Perkembangan Perekonomian Sumatera Barat Terkini

Transcript of Kondisi dan Perkembangan Perekonomian Sumatera Barat Terkini 1... · Puji Atmoko Kepala Perwakilan...

Puji Atmoko

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat

Disampaikan dalam Workshop Financial Programming Policies

Padang, 31 Juli 2017

Kondisi dan Perkembangan

Perekonomian Sumatera Barat Terkini

PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN NASIONAL

2

Perbaikan ekonomi global 2017 masih berlanjut...

3

WTV: World Trade VolumeIHKEI : Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia

FFR : Fed Fund RateIp : Investasi Pemerintah

Pertumbuhan Ekonomi global tahun 2017 diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2016...

4

Sumber: IMF

5

6

PERKEMBANGAN EKONOMI SUMATERA BARAT

7

PDRB SUMATERA BARAT TW-I 2017

• Dalam tiga triwulan terakhir, pertumbuhan ekonomi Sumbar berada di bawah nasional.• Laju pertumbuhan PDRB Sumbar sejak tw III 2016 tidak lagi menduduki posisi tertinggi pertama di kawasan

Sumatera, bahkan pada tw I 2017 hanya mampu berada di peringkat kelima dari 10 provinsi di Sumatera.

Pertumbuhan Ekonomi Sumbar dan Nasional Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Tw I 2017

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Pertumbuhan Ekonomi Sumbar, Kawasan, dan Nasional

4.71 4.68 4.73 5.04 4.91 5.19 5.02 4.94 5.01

5.49 5.755.26

5.61 5.58 5.85

4.81 4.86 4.91

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Nasional Sumatera Barat%, yoy

6.425.21 5.11 5.11 4.91 4.50 4.27

2.87 2.822.02

4.05

5.01

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00Provinsi di Sumatera Sumatera Nasional

% yoy

8

Pertumbuhan Tahunan Ekonomi Sumbar

Pertumbuhan Ekonomi Sumbar dan Nasional Pangsa PDRB Sumbar Tahun 2016

Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Sumbar cenderung menurun

9

Rata-Rata 2011-20165,90%

Sumber: BPS, diolah

Pengeluaran

Pertanian23,10%

Perdagangan15,37%

Transportasi dan

Pergudangan 11,81%

Industri Pengolahan

10,92%

Jasa-jasa14,67%

Konstruksi8,86%

Lainnya15,27%

Lapangan Usaha

Konsumsi Rumah Tangga52,58%

Konsumsi Pemerintah

11,48%

Investasi (PMTB)29,22%

Net Ekspor6,72%

Perkembangan Kinerja Perekonomian Sumatera Barat (Tw I 2017)

Q12017

PERTUMBUHAN EKONOMI

Konsumsi RT

K. Pemerintah

PMTB

Ekspor LN

Impor LN

Pertanian

Perdagangan

Transportasi

Industri

5,58

4,86 4,91

Q1'16 Q4'16 Q1'17

• Peningkatan terutama didorong oleh

tumbuhnya kelompok perumahan dan

furniture, meningkatnya pengeluaran untuk

kesehatan dan pendidikan sementara

kelompok lain mencatatkan perlambatan.

• Ekspor tumbuh tinggi terutama

disebabkan oleh meningkatnya

ekspor CPO dan karet dengan

kontribusi sebesar 73%.

KONSUMSI

RUMAH TANGGA

KONSUMSI

PEMERINTAHINVESTASI EKSPOR

• Pertumbuhan masih dibawah kisaran

normal seiring dengan masih minimnya

pengeluaran pemerintah di awal tahun.

Sebagai informasi realisasi belanja

barang sekitar 10% sementara belanja

pegawai 9% (APBD).

• Relatif stabil, namun secara

umum pertumbuhan ditopang

oleh sedikit meningkatnya

realisasi investasi bangunan dan

konstruksi lain.

• Perbaikan pertumbuhan

pertanian disebabkan oleh

pergeseran musim tanam dan

peningkatan produksi

perikanan

• Perlambatan lap. usaha

perdagangan disebabkan oleh

melambatnya produksi

barang domestik supply

barang impor

PERTANIANINDUSTRI

PENGOLAHANTRANSPORTASIPERDAGANGAN

• Perbaikan disebabkan oleh

penambahan armada dan rute

perjalanan subkategori

angkutan sungai, danau, dan

penyeberangan

• Melambatnya pertumbuhan

produksi manufaktur mikro dan

kecil

Sumber: BPS, diolah

Outlook Perekonomian Sumatera Barat

TAHUN2017

PERTUMBUHAN EKONOMI

Konsumsi RT

K. Pemerintah

PMTB

Ekspor LN

Impor LN

20175,3 – 5,7

5,52

5,26

2015 2016

Pertanian

Perdagangan

Transportasi

Industri

Konsumsi

Rumah Tangga

Investasi

Ekspor

• Membaiknya optimisme masyarakat (Survei

Konsumen)

• Peningkatan harga komoditas dunia, khususnya

CPO dan karet yang mendorong perbaikan

daya beli dan tingkat pendapatan masyarakat.

Pertanian

Peningkatan kapasitas industri olahan

semen serta perkiraan peningkatan

pembangunan infrastruktur menjadi

faktor pendukung peningkatan kinerja

lapangan usaha tersebut.

Sumber Penopang Sisi PengeluaranSumber Penopang Sisi Lapangan Usaha

•Tingginya komitmen realisasi investasi PMA

dan PMDN di tahun 2017.

•Fokus pengembangan berbagai infrastruktur

pariwisata

Perbaikan perekonomian global, volume

perdagangan dunia dan harga komoditas

internasional yang berimbas pada permintaan

ekspor

Industri

Pengolahan

Perdagangan

Imbas dari perbaikan harga komoditas

(CPO dan karet) yang meningkatkan

insentif petani untuk berproduksi.

Perbaikan daya beli dan tingkat

pendapatan masyarakat

Sumber: KPw BI Sumbar, diolah

Overview Inflasi Nasional Juni 2017

12

Beberapa daerah mengalami inflasi bulanan yang relatif rendah karena stabilnya pasokan bahan pangan. Kenaikan harga disumbangoleh kelompok Administered Price terutama didorong oleh kenaikan TTL, angkutan udara dan angkutan antar kota

• Inflasi bulanan Sumbar sebesar 0,32% (mtm) terendah ke-3 nasional setelah Sumut (0,26%, mtm) dan Riau (0,27%,mtm)

• Inflasi tahunan Sumbar sebesar 5,00% (yoy) tertinggi ke-7 nasional dan ke-4 di regional Sumatera• Secara regional, inflasi tahunan tercatat paling rendah di KTI (4,27%, yoy), Jawa (4,30%, yoy) dan Sumatera (4,65%,

yoy)

Overview Inflasi Regional Sumatera Juni 2017

13

Sumber: BPS, diolah

Inflasi BULANAN (%mtm) Inflasi TAHUNAN (%yoy) Inflasi TAHUN BERJALAN (%ytd)

Terendah ke-SE-SUMATERA3

Terendah ke-NASIONAL 4

Tertinggi ke-SE-SUMATERA 4

Tertinggi ke-NASIONAL 7

Terendah ke-SE-SUMATERA 2

Terendah ke-NASIONAL 2

Overview Inflasi Nasional Juni 2017

14

Inflasi Bulanan (%mtm) Inflasi Tahunan (%yoy) Inflasi Tahun Berjalan (%ytd)

Sumber: BPS, diolah

Inflasi Sumbar vs Nasional

15

Setelah mengalami inflasi tahunan tertinggi secara nasional pada 2014, inflasi Sumbar mencatatkan inflasi terendah nasional pada2015. Fluktuasi inflasi Sumbar masih cukup tinggi di 2016 dan mulai stabil memasuki tahun 2017. Fluktuasi inflasi Sumbar banyak dipengaruhi oleh kelompok volatile food dan administered price

11,58

1,08

4,89

5,00

8,36

3,35

3,02

4,37

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

t

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

t

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2014 2015 2016 2017

%yoy%mtm Bukittinggi (%mtm) Padang (%mtm) Sumbar (%yoy) Nasional (%yoy)

Tertinggi ke-4nasional

Tertinggi ke-7nasional

Tertingginasional

Terendahnasional%yoy 2014 2015 2016 Jun 2017

Padang 11,90 0,85 5,02 5,20

Bukittinggi 9,24 2,79 3,93 3,46

Sumbar 11,58 1,08 4,89 5,00

Sumber: BPS, diolah

LHS (sisi kiri) LHS (sisi kiri) RHS (sisi kanan) RHS (sisi kanan)

Lebaran17-18 Juli

Lebaran6-7 Juli

Lebaran25-26 Juni

Disagregasi Inflasi Sumbar

16

Bila dicermati lebih dalam, fluktuasi laju inflasi IHK Sumbar merupakan cerminan dari tingginya fluktuasi kelompok volatile food yang sangat dipengaruhi oleh gangguan cuaca

Sumber: BPS, diolah-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2015 2016 2017

%yoy Sumbar Volatile Food Administered Price Core

Jumlah Komoditas Keranjang IHKBerdasarkan SBH tahun 2012

428

Padang

317

Bukittinggi

443

Sumbar

Inflasi (%yoy) 2015 2016 Jun ‘17

Sumbar 1,08 4,89 5,00

Volatile Food -5,10 10,50 3,41

Administered Price

0,86 2,98 8,93

Core 4,67 2,94 3,93

Andil (%yoy) 2015 2016 Jun ‘17

Sumbar 1,08 4,89 5,00

Volatile Food -1.38 2,68 0,86

Administered Price

0.21 0,71 2,13

Core 2.28 1,49 2,01

Komoditas Inflasi/Deflasi Sumbar Juni 2017

17

No. KomoditasInflasi

(%mtm)Andil

(%mtm)Jenis

1 Tarip Listrik 7,13 0,24 AP

2 Angkutan Udara 6,91 0,08 AP

3 Daging Ayam Ras 6,37 0,06 VF

4 Angkutan Antar Kota 8,11 0,03 AP

5 Bayam 16,22 0,03 VF

6 Petai 9,26 0,02 VF

7 Kangkung 8,95 0,02 VF

8 Rokok Kretek Filter 0,81 0,02 AP

9 Emas Perhiasan 1,37 0,02 Core

10 Kemeja Pendek Katun 7,24 0,02 Core

Komoditas Penyumbang Inflasi Sumbar Juni 2017

No. KomoditasInflasi

(%mtm)Andil

(%mtm)Jenis

1 Cabai Merah -9,96 -0,25 VF

2 Beras -1,77 -0,10 VF

3 Bawang Putih -21,29 -0,05 VF

4 Jeruk -2,85 -0,02 VF

5 Gula Pasir -3,05 -0,01 Core

6 Tongkol/Ambu-ambu -1,20 -0,01 VF

7 Personal Komputer/Desktop -6,57 -0,01 Core

8 Udang Basah -4,24 -0,01 VF

9 Bahan Bakar Rumah Tangga -0,30 -0,01 AP

10 Pir -15,86 0,00 VF

11 Bawang merah -0,48 -0,005 VF

Komoditas Penyumbang Deflasi Sumbar Juni 2017

Sumber: BPS, diolah

Evaluasi Capaian Inflasi Sumbar Selama Ramadhan dan Idul Fitri 1438 H

18

Sumber: BPS, diolah

Proyeksi dan Risiko Tekanan Inflasi 2017 19

CoreInflation

Kenaikan tarif Pulsa Ponsel pada

awal tahun 2017

Peningkatan konsumsi seiring pemulihan daya beli akibat perbaikan harga komoditas

Kenaikan ekspektasi inflasi

Dampak lanjutan penyesuaian harga administered price

volatile

Food• Gangguan produksi dan distribusi

akibat anomali cuaca• Risiko kecukupan cadangan beras

pemerintah dan penyaluran raskin• Belum optimalnya sistem buffer

capacity komoditas pangan

Administered

Prices• Kenaikan TTL secara

gradual • Potensi kenaikan harga

BBM secara gradual • Kenaikan LPG 3 kg dan

distribusi tertutup LPG 3 kg

Inflasi pada tahun 2017 diprakirakan lebih dipengaruhi oleh komponen komoditas Volatile Foods & Administered Price

TAHUN2017

INFLASI

Volatile Food ↑Core Inflation ↔Administered Prices↑1,08

4,89

2015 2016

20174,0 + 1

Komoditas penggerak:Cabai merah, angkutan udara, beras, jengkol, bawang merah, tarif listrik,BBM

Sumber : KPw Bank Indonesia Sumbar

Penghargaan TPID Terbaik (Rakornas Tim Pengendalian Inflasi) 20

TPID Provinsi Sumatera Barat dan Kota Padang secara konsisten melakukan berbagai upaya nyata pengendalian inflasi yang diapresiasi melalui berbagai penghargaan dalam Rakornas.

TPID 2013 TPID 2014 TPID 2015 TPID 2016TPID Terbaik

Tingkat Provinsi

Sumatera : Sumut Sumsel Sumut Sumut

Jawa : Jabar DIY Jatim Jateng

KTI : NTT Kalteng NTT Bali

TPID Terbaik

Tingkat Kab/Kota

Sumatera : Kota Medan Kota Padang Kota Medan Kota Padang

Jawa : Kota Cirebon Kab. Jember Kab. Jember Kab. Jember

KTI : Kota Balikpapan Kota Pontianak Kota Pontianak Kota Samarinda

TPID Berprestasi

Sumatera : Kota Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi

Jawa : Kab. Malang Kab. Malang Kab. Lumajang

KTI : Kab. Sinjai Kab. Takalar Kab. Polewali Mandar

TPID Inovatif

Tingkat Provinsi

Aceh

Jatim

Gorontalo

TPID Inovatif

Tingkat Kab/Kota

Kota Medan

Kota Surakarta

Kota Balikpapan

4

5

1

No. KategoriRakornas

2

3

REKDA Mei 2017 - DR3 - Hal. 21

Q22017

Q22017

Perkembangan Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Sumatera Barat

TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

INDIKATOR BANK UMUM

NPL

Pertumbuhan RTGS (yoy) Pertumbuhan Transaksi Kartu Kredit (yoy)

Pertumbuhan Kliring Nominal (yoy) Pertumbuhan Kliring Warkat (yoy)

Aliran Uang Inflow dan Outflow

Triwulan II 2017

Inflow: Rp2,89 triliun

Outflow: Rp5,04 triliun

Nominal Triwulan II 2017:

RTGS = Rp2,01 triliun Kartu Kredit = Rp226,50 miliar

Kliring = Rp2,53 triliunNet outflow: Rp2,14 triliun

Upal: 101 lembar

gAset

INDIKATOR KREDIT UMKM

gKredit

NPL

NPL Juni’17

Mikro =3,5%

Kecil =6,4%

Menengah 9,9%

Suku Bunga

Sumber : Bank Indonesia

gKredit9,03

5,61 5,58 5,03

Q1'16 Q4'16 Q1'17 Q2'17

2,97

3,233,34

3,26

Q1'16 Q4'16 Q1'17 Q2'17

7,375,55 5,20

6,66

Q1'16 Q4'16 Q1'17 Q2'17

gDPK

9,27 7,20 6,73

8,24

Q1'16 Q4'16 Q1'17 Q2'17

3,4 3,4

1,3-

0,03Q1'16 Q4'16 Q1'17 Q2'17

-0,03

7,22

6,45 6,63 6,51

Q1'16 Q4'16 Q1'17 Q2'17

13,72

12,7412,57 12,59

Q1'16 Q4'16 Q1'17 Q2'17

(3.000)

(2.000)

(1.000)

0

1.000

2.000

3.000

4.000

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Inflow Outflow Net Flow-skala kananmiliar rupiah miliar rupiah

Q4’16 Q1’17 Q2’17

-12,08% -9,26% -34,16%

Q4’16 Q1’17 Q2’17

-8,45% -6,47% -26,00%

Q4’16 Q1’17 Q2’17

5,79% 5,18% 7,67%

Q1'17 Q2’17

-31,96% 9,67%

REKDA Mei 2017 - DR3 - Hal. 22

Proyeksi Ekonomi & Inflasi Sumbar 2018

22

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Tahun 2018 23

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017P 2018P

6.34 6.316.08

5.865.41 5.26 4.8 -5.8 4.9 - 5.9

%, yoy

KonsumsiRT

Ekspor LN

Impor LN

KonsumsiPemerintah

Investasi

Komponen Pengeluaran

Pertanian Perdagangan

Transportasi dan Pergudangan

Industri Olahan

Komponen Sektoral

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tahun 2018 diperkirakan mampu tumbuh moderat pada kisaran 4,9%-5,9%,namun dibayangioleh berbagai risiko eksternal.Dari sisi permintaan, perekonomian Sumatera Barat ditopang oleh belanja pemerintah serta akselerasi investasi PMA dan PMDN. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomiSumatera Barat tahun 2018 ditopang oleh beberapa sektor unggulan seperti pertanian/perkebunan, sektor pengolahan dan sektor transportasi dan pergudangan

Proyeksi Inflasi Sumatera Barat Tahun 2018 24

Laju inflasi Sumbar tahun 2018 diprakirakan sedikit meningkat dibandingkan tahun 2017. Inflasi pada tahun 2018 diprakirakan beradapada kisaran 3,7%-4,7% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan prakiraan inflasi tahun 2017 di level 3,5%-4,5% (yoy)

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

2012 2013 2014 20152016

2017P2018P

4.16

10.8711.59

1.08

4.893.5 - 4.5 3.7 -4.7

%, yoy

INTI • Dari eksternal, faktor yang memengaruhi inflasi inti relatifterjaga dengan mempertimbangkan volatilitas nilai tukar danharga komoditas ekspor internasional.

• Ekspektasi inflasi diperkirakan masih tetap terjaga sejalandengan dukungan kebijakan dan koordinasi yang kuat antaraberbagai pemangku kepentingan khususnya dalam TimPengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat provinsi maupunkota/kabupaten.

AP • Skema penetapan harga energi yang lebih fleksibel mengikutiharga pasar dan asumsi harga minyak dunia berdampak padainflasi kelompok AP yang diperkirakan akan lebih tinggi.

• Masih berlanjutnya reformasi subsidi energi, memberikanruang bagi kenaikan harga-harga BBM, tarif tenaga listrik danharga gas LPG bersubsidi.

VF • Tekanan inflasi diperkirakan meningkat• Dampak tidak langsung kenaikan harga minyak dunia

internasional dan BBM domestik melalui jalur kenaikan biayatransportasi dan ekspektasi inflasi. Peningkatan harga panganlebih lanjut tertahan oleh membaiknya program pengendalianinflasi di tahun 2018 sejalan dengan mulai beroperasinyaGedung Pengendalian Inflasi serta penguatan berbagaiprogram TPID sesuai peta jalan (roadmap) pengendalian inflasiProvinsi Sumatera Barat.

REKDA Mei 2017 - DR3 - Hal. 25

Isu Strategis : Analisis Dampak

Pengembangan Sumber Ekonomi Baru thd

Peningkatan Kesejahteraan Daerah

25

Potret Sumber Daya Unggulan Sumatera Barat

Perkebunan

Perikanan

Bahan Galian

Klasifikasi Sumber Daya Unggulan Kendala

1. Tergantung pada fluktuasi harga internasional2. Minimnya hilirisasi 3. Kesulitan untuk penambahan luas lahan

1. Masih rendahnya budidaya ikan 2. Belum mencukupinya pasokan listrik menghambat industri pengolahan

ikan3. Terbatasnya kapasitas pelabuhan dan docking kapal menghambat

penangkapan ikan dalam jumlah besar

1. Kemungkinan menipisnya produksi bahan galian (bukan barang renewable)

Pengembangan sumber daya alam berbasis hasil bumi dan perikanan belum dapat dioptimalkan dengan baik karena terdapatberbagai kendala ...

1. Panas bumi belum dapat diutilisasi dg baik karena berada di lokasi hutan lindung Panas Bumi

Upaya Pengembangan Kinerja Sektoral

Program 1: “Peningkatan Nilai Tambah

Komoditas SDA”

- Peningkatan produksi pengolahan ikan

- Peningkatan hasil hilirisasi perkebunan

Program 2: “Peningkatan Kinerja Sektor

Sekunder”

- Akselerasi pengembangan industri pengolahan melalui (i) Perbaikan infrastruktur penunjang;

(ii) Penambahan jalur transportasi Kereta Api untuk pengangkutan hasil produksi

Program 3: “Peningkatan Kinerja Sektor

Tersier”

- Pengembangan sektor pariwisata melalui penyusunan blueprint yang komprehensif

- Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam pembiayaan kawasan wisata utama

Diperlukan adanya pembenahan sektor primer, sekunder, dan tersier guna meningkatkan kinerja sektoral di Sumatera Barat ...

Sektor Potensial Sumatera Barat: Pariwisata

28

Potensi Wisata

Danau Pantai Budaya Kuliner

Strength Weakness

Opportunity Threat

SWOT

• Keindahan dan variasi alam serta budaya

• Jumlah SDM yang memadai.

• Kelengkapan infrastruktur perhubungan spt pelabuhan, bandara, stasiun KA, jalan.

• Kurangnya sarana penunjang (parkir, toilet,)

• Kualitas SDM rendah: mindset “aji mumpung”

• Minimnya kerjasama public dan private

• Belum optimalnya promosi• Tidak ada “Something to

Do”

• Event pariwisata berskala internasional.

• Image Sumbar semakin dikenal publik.

• Rawan bencana alam.• Kompetisi promosi

dengan destinasipariwisata di daerah/negara lain.

• Paradigma budaya yg berbeda (mis: adat timur vs adat barat)

• Lokasi selancar di Mentawai disebut sebagai “the world’s richest wave zone” (Matt Warshaw’s Encyclopedia of Surfing)

• Rendang terpilih sebagai makanan peringkat 1 dalam World’s 50 Most Delicious Foods (CNN International Readers Pick Survey)

Prestasi Pariwisata Sumbar

Kebijakan Pariwisata Sumatera Barat

Kebijakan Pemerintah

1Guideline Kepariwisataan:Perda No. 3/2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Prov Sumbar 2014 – 2015

2

Sinergitas Pembangunan Pariwisata: UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan DaerahPerda No. 11/2014 tentang SOTK Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ekraf)

3Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan EkrafKebijakan Sharing Pendanaan Kab/KotaPemfokusan ruang lingkup pembangunan kepariwisataan (destinasi, industri, kelembagaan)

1

5

3

2

4

KUPP: Kota SawahluntoKSPP: Kab. SijunjungKPPP: Kab. Dharmasraya

KUPP: Kab. Tanah DatarKSPP: Kota Padang Panjang, Kab. SolokKPPP: Kab. Solok dan Solok Selatan

KUPP: Tua Pejat KSPP: Sipora dan SiberutKPPP: Pagai Utara dan Sekitarnya

KUPP: Kota Padang KSPP: Kab. Pesisir Selatan, Pdg Pariaman KPPP: Pariaman

KUPP: Tua Pejat KSPP: Sipora dan SiberutKPPP: Pagai Utara dan Sekitarnya

• KUPP: Kawasan Utama Pengembangan Pariwisata (destinasi, pemasaran, industri, kelembagaan pariwisata sudah berkembang, tapi belum optimal)

• KSPP: Kawasan Strategis Pembangunan Pariwisata (destinasi, pemasaran, industri, kelembagaan pariwisata sudah mulai berkembang)

• KPPP: Kawasan Prioritas Pembangunan Pariwisata (destinasi, pemasaran, industri, kelembagaan pariwisata baru bersifat potensial)

Klaster Pariwisata

Penerapan klaster pariwisata menjadi kunci penting bagi pengembangan dan pemfokusan kepariwisataan di Sumbar

Sektor Potensial Sumatera Barat: Kemaritiman

Potensi Wilayah

Luas laut 186.580 km2 (81% dari totalwilayah Sumbar).

Panjang garis pantai 1.973,2 km (termasukKep Mentawai).

Lokasi strategis, berada dekat dgn fishingground di Samudera Hindia yang memilikiproduksi ikan sepanjang tahun.

Potensi Perikanan

23% Rata-rata pertumbuhan Ekspor Ikan Tangkap beberapaterakhir

25%Rata-rata pertumbuhan Produksi Ikan Budidaya beberapa tahun terakhir

Negara Tujuan Ekspor :Jepang, Tiongkok, Korea, Hong Kong, Afrika, Timur Tengah Jenis Ikan Ekspor: Tuna, Tongkol,Cakalang

Jenis Budidaya: Kerapu, Bandeng, Lobster, Mutiara laut, Rumput Laut

Potensi Pelabuhan

17Jumlah pelabuhan perikanan : 1 PPS, 2 PPP, 11 PPI, 4 TPI

300.000

Kapasitas arus barang pelabuhan Teluk Bayur per tahun (dlm Teus)

57.000

Rata-rata arus barang pelabuhan Teluk Bayur per tahun (dlm Teus) selama beberapa terakhir

Arus Barang utama: CPO, crude rubber, semen

Potensi perikanan laut289, 9 ribu ton Pemanfaatan

216,6 ribu (74,72%)

Pengembangan kemaritiman Sumatera Barat sangat besar, ditopang oleh potensi wilayah, perikanan, dan pelabuhan ...

• Budidaya ikan kerapudan rumput laut

• Pengalengan Ikan• Kapal dengan tonase

60 – 200 T• Purse Seine

(pemancingan dengan net)

Peluang Investasi

Pengembangan Industri Perikanan Sumatera Barat

NO Kabupaten / Kota Industri Olahan

Kabupaten

1. Kepulauan Mentawai penggaraman pengeringan

2. Pesisir Selatan penggaraman pengeringan

3. Solok pengasapan, pengolahan lain

4. Sawahlunto pengasapan, segar, pengolahan lain

5. Tanah Datar pengolahan lain

6. Padang Pariaman penggaraman, pemindangan, surimi, segar

7. Agam penggaraman pengeringan, pengasapan

8. Lima Puluh Kota penggaraman pengeringan, pengasapan

9. Pasaman pengeringan, pengasapan

10. Solok Selatan pengeringan, pengolahan lain

11. Dharmasraya pengasapan, pengolahan lain

12. Pasaman Barat penggaraman pengeringan, segar

Kota

13. Padang penggaraman, pemindangan, surimi, abon, segar

14. Solok pengasapan, pereduksian

15. Sawah Lunto pengolahan lain

16. Padang Panjang pengasapan, surimi

17. Bukittinggi pengasapan, pengolahan lain

18. Payakumbuh pengasapan, pengolahan lain

19. Pariaman penggaraman pengeringan, pereduksian

No JenisIkan

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

JumlahEkspor

(kg)

NegaraTujuan

JumlahEkspor (kg)

NegaraTujuan

JumlahEkspor(ton)

NegaraTujuan

1 Tuna Segar

998.397 Jepang 768.534 Jepang, Amerika, Vietnam

265,7 Malaysia, Thailand, Jepang, Singapura, Hongkong, Vietnam,Australia

2 Tuna olahan

283.918 Amerika 120.148 Jepang, Amerika, Vietnam

494,31

Industri Pengolahan Perikanan Laut Sumatera Barat Ekspor Ikan Tuna di Sumatera Barat

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat

Kebijakan Daerah Terkait Kemaritiman

Arah Kebijakan

Sasaran Kemaritiman Daerah “Meningkatnya pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan kemaritiman” yangdilakukan melalui berbagai strategi dan prioritas kebijakan ...

Strategi

• Mengembangkan usaha ekonomi berbasis kelautan dan kemaritiman

• Melengkapi sarpras pendukung • Mengintensifkan pengelolaan sumberdaya

kelautan dan kemaritiman yang berkelanjutan

• Peningkatan produksi , pengolahan, dan pemasaranikan tangkap dan budidaya laut

• Pengembangan wisata bahari • Pengembangan sarpras pelabuhan perikanan • Penataan sistem perizinan usaha perikanan• Peningkatan pengawasan dan pengendalian sumber

daya kelautan dan kemaritiman• Pengaturan dan pengelolaan ruang laut • Pemanfaatan kawasan laut dan pulau-pulau kecil • Peningkatan kerjasama regional lintas pesisir pantai

barat

1 2

3Program Pembangunan Infrastruktur Pendukung

• Pengembangan Bandara Lama : BIM dan Rokot• Pengembangan Bandara Baru: Muara Siberut, Pagai Selatan, dan Kab. Pasaman Barat, serta Pembangunan Bandara Three in One di Siberut Selatan• Peningkatan pelayanan jangkauan penerbangan perintis: BIM dan Rokot • Pembangunan Pelabuhan: Teluk Bayur, Padang, Tiram, dan Pasapuat • Peningkatan Kapasitas Pelabuhan: Muara, Bungus, Padang, Tua Pejat, Sioban, Sikakap, Muara Sikabaluan, Muara Siberut, Bake, Pokai , Carocok Painan• Pembangunan Jalan: Tiku-Sasat-Air Bangis, Siberut-Muara Sigep, Mara-Sioban-Tua Pejat, Padang-Bypass• Pengembangan Dermaga Penyebrangan: Tua Pejat, Sikakap, Pagai Selatan

OPPORTUNITY OF GROWTH SEKTOR POTENSIAL (Sumatera)

33

Sektor perikanan dan kelapa sawit mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan lebih

tinggi sementara pengembangan sektor pariwisata dan perikanan mampu mendorong penyerapan tenaga

kerja dengan lebih tinggi

PERIKANAN1Pangsa PDRB : 0.23%

Pangsa Naker : 1.87%

Optimalisasi produksi perikanan baik

tangkap dan budidaya

Simulasi peningkatan 10%

produksi

PDRB: 0.65%

Naker: 0.83%

KOPI2Pangsa PDRB : 1.83%

Pangsa Naker : 6.61%

Peningkatan produktivitas dan upaya

pengembangan roasted coffee

Peningkatan produktivitas &

pengolahan

PDRB: 0.05%

Naker: 0.02%

PARIWISATA3Pangsa PDRB : 5.33%

Pangsa Naker : 7.18%

Peningkatan jumlah wisatawan

domestik dan mancanegara

Peningkatan Wisnus Wisman

PDRB: 0.30%

Naker: 0.67%

KONSTRUKSI4Pangsa PDRB : 10.31%

Pangsa Naker : 5.45%

Pengembangan real estate untuk

pembangunan konstruksi

Simulasi peningkatan 20%

bangunan gedung

PDRB: 0.20%

Naker: 0.10%

TURUNAN

KELAPA SAWIT

Pangsa PDRB : 7.69%

Pangsa Naker : 10.29%

Peningkatan hilirisasi kelapa sawit dan

perluasan pasar ekspor

Simulasi peningkatan 4%

hilirisasi

PDRB: 0.36%

Naker: 0.42%5

OPPORTUNITY OF GROWTH SEKTOR POTENSIAL - PROVINSI

34

No PROVINSIPERIKANAN KOPI

PARIWISATA -

DOMESTIK

PARIWISATA -

MANCANEGARAREAL ESTATE KELAPA SAWIT TOTAL

KOMODITAS

PDRB Naker PDRB Naker PDRB Naker PDRB Naker PDRB Naker PDRB Naker PDRB Naker

1 Aceh 0.66 1.39 0.09 0.03 0.04 0.14 0.00 0.00 0.19 0.12 0.00 0.01 0.98 1.69 Kopi, perikanan

2 Sumut 0.78 1.22 0.02 0.03 0.16 0.27 0.40 0.84 0.12 0.07 0.51 0.43 1.99 2.86Perikanan, Pariwisata,

Turunan Kelapa Sawit

3 Sumbar 1.44 1.16 0.03 0.01 0.79 2.25 0.00 0.00 0.21 0.08 0.26 0.27 2.73 3.77 Perikanan, Pariwisata

4 Riau 0.05 0.15 0.03 0.37 0.02 0.48 0.00 0.00 0.22 0.25 0.53 0.98 0.86 2.23Real Estate, Turunan Kelapa

Sawit

5 Kepri 0.21 0.39 0.00 0.00 0.11 0.18 0.96 1.57 0.36 0.29 0.21 0.17 1.86 2.60 Pariwisata, Real Estate

6 Jambi 0.65 0.49 0.01 0.01 0.11 0.21 0.00 0.00 0.15 0.08 0.05 0.09 0.98 0.88 Perikanan

7 Sumsel 0.96 0.36 0.07 0.02 0.10 0.21 0.00 0.00 0.14 0.07 0.05 0.07 1.32 0.72 Perikanan, Kopi

8 Bengkulu 2.09 1.13 0.19 0 0.05 0.07 0.00 0.00 0.14 0.22 0.02 0.11 2.49 1.53 Perikanan, Kopi

9 Lampung 0.67 0.68 0.12 0.03 0.03 0.06 0.00 0.00 0.36 0.05 0.76 0.94 1.95 1.76Kopi, Real Estate, Turunan

Kelapa Sawit, perikanan

10 Babel 1.18 1.56 0.00 0.01 0.13 0.16 0.00 0.00 0.13 0.08 0.15 0.22 1.59 2.03 Perikanan, Pariwisata

SUMATERA 0.65 0.83 0.05 0.02 0.13 0.41 0.17 0.26 0.20 0.10 0.36 0.42 1.57 2.03

Pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru disesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-

masing provinsi. Provinsi Sumbar menjadi provinsi dengan dampak potensi kenaikan output terbesar

apabila diterapkan kebijakan implementasi sumber pertumbuhan ekonomi baru.

REKDA Mei 2017 - DR3 - Hal. 35

TERIMA KASIH

35

Puji Atmoko

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Barat

[email protected]

Lampiran: Peringkat Tata Kelola Daerah

Sumbar (KPPOD, 2016)

36

• Secara umum, peringkat Sumbar berdasarkan sub indeks cenderung berada di atas rata-rata

nasional (6 sub indeks di atas nasional)

• Secara nasional, Sumbar berada pada urutan ke-17 dari sisi Tata Kelola Ekonomi Daerah

Tata Kelola Ekonomi Daerah 2016 (Survei Pemeringkatan 32 Ibukota Provinsi di Indonesia)

No. Sub Indeks Indikator Pembentuk

Peringkat

Sumbar dari

32 Provinsi

Keterangan

1 Perizinan Usaha

1. Tingkat biaya resmi Tanda Daftar Perusahaan (TDP); 2.

Lama waktu pengurusan TDP; 3. Persepsi Penyelenggaraan

Izin; 4. Keberadaan Mekanisme Pengaduan. 23Dibawah rata-rata

nasional

2 Biaya Transaksi1.Tingkat Keberatan Retribusi; 2. Keberadaan Donasi pada

Pemda; 3. Tingkat Hambatan Donasi ke Pemda; 4. Tingkat

Hambatan Biaya Pengamanan Informal kepada Polisi.27

Dibawah rata-rata

nasional

3

Akses dan

Kepastian Hukum

Atas Lahan

1. Waktu Kepengurusan Sertipikat Tanah; 2. Tingkat

Kemudahan Pengurusan Sertipikat Tanah; 3. Tingkat

Kemudahan Mendapatkan Lahan Usaha; 4. Frekuensi dan

Kemungkinan Penggusuran Lokasi Usaha; 5. Frekuensi Konfl ik

Peruntukan Tanah.

14Diatas Rata-rata

nasional

4

Interaksi Pemda

Dengan Pelaku

Usaha

1. Keberadaan Forum Komunikasi; 2. Tingkat Pemecahan

Permasalahan Dunia Usaha oleh Pemda; 3. Tingkat Dukungan

Pemda terhadap Pelaku Usaha; 4. Tingkat Kebijakan Pemda

yang Berorientasi untuk Mendorong Iklim Investasi di Daerah;

5. Tingkat Kebijakan Non-Diskriminatif Pemda; 6. Kebijakan

Pemda Tidak Meningkatkan Pengeluaran dan Ketidakpastian

Bagi Dunia Usaha.

23Dibawah rata-rata

nasional

Sumber : Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)

No. Sub Indeks Indikator Pembentuk

Peringkat

Sumbar dari

32 Provinsi

Keterangan

5

Program

Pengembangan

Usaha Swasta

(PPUS)

1. Tingkat pengetahuan akan Keberadaan Program

Pengembangan Usaha Swasta (PPUS); 2. Tingkat manfaat PPUS

terhadap pelaku usaha.6

Diatas Rata-rata

nasional

6

Kapasitas dan

Integritas Kepala

Daerah

1) Pemahaman Kepala Daerah dan profesionalisme birokrat

daerah; 2) Sikap dan karakter Kepala Daerah terkait korupsi; 3)

Karakter kepemimpinan Kepda; 4) Sumber informasi

mengenai perilaku Bupati/Walikota.

12Diatas Rata-rata

nasional

7Infrastruktur

Daerah

1. Kualitas infrastruktur daerah (Jalan, Air PDAM, Penerangan

Jalan); 2. Penggunaan Jaringan Air PDAM; 3. Perkembangan

Kualitas Infrastruktur (Jalan, Air PDAM, Penerangan Jalan).15

Diatas Rata-rata

nasional

8

Keamanan dan

Penyelesaian

Konflik

1. Tingkat pencurian di tempat usaha; 2. Tingkat keamanan di

daerah usaha; 3. Tingkat kejadian konfl ik sosial. 18Diatas Rata-rata

nasional

9 Ketenagakerjaan

1. Kemudahan mendapatkan tenagakerja; 2. Keberadaan

mekanisme penentuan upah; 3. Upaya pemda untuk

memberikan perlindungan dan solusi permasalahan

hubungan industrial.

18Dibawah rata-rata

nasional

10Peraturan di

DaerahYuridis, Substansi dan Prinsip 16

Diatas Rata-rata

nasional

17AGREGAT (TOTAL)