KOMUNITAS TERITORIAL LINGKUNGAN - bonaventura...
Transcript of KOMUNITAS TERITORIAL LINGKUNGAN - bonaventura...
-
Peluang Implementasi
Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun 2011-2015 dalam
KOMUNITAS TERITORIAL LINGKUNGAN
Oleh: M. Muliady Wijaya
Dalam Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun 2011-2015, Lingkungan merupakan komunitas basis
teritorial yang menjadi salahsatu fokus pemberdayaan pastoral di KAJ. Maka, Arah Dasar
Pastoral KAJ tersebut pun perlu diimplementasikan pada tingkat Lingkungan yang berarti
menyertakan peran serta setiap umat warga Lingkungan. Artikel ini menawarkan sejumlah
peluang bagi Lingkungan dalam mengimplementasikan Arah Dasar Pastoral KAJ tersebut.
Selanjutnya, adalah tanggungjawab para Ketua dan Pengurus Lingkungan untuk
mengupayakannya bersama-sama dengan seluruh umat warga Lingkungan yang
digembalakannya.
Pastoral Berbasis Data Hal pertama yang dirasakan paling mendasar dalam mengimplementasikan Arah Dasar KAJ
Tahun 2011-2015 ini adalah pengelolaan data pastoral, yang kemudian dijadikan dasar dalam
melakukan karya-karya pastoral yang kontekstual. Hal ini, tidak bisa tidak, harus dimulai
pada tingkat yang paling basis, yaitu di komunitas basis teritorial Lingkungan, yang kemudian
akan disatukan untuk menjadi data Paroki.
Yang dimaksud dengan data pastoral adalah data tentang kondisi umat (dan masyarakat
sekitar) yang berimplikasi/menjadi dasar perencanaan dan penyelenggaraan pastoral/pelayanan
Gereja. Data pastoral ini terdiri dari:
1. Data dasar, yaitu data tentang jumlah umat berdasarkan kategori seks/jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan bidang studi, pekerjaan atau keahlian, golongan darah dan status
kesehatan, dsb.,
2. Data pelayanan sakramen, yaitu data tentang jumlah umat penerima sakramen, terutama Baptis, Komuni Pertama, Krisma, Perkawinan, dan Perminyakan,
3. Data kegiatan, yaitu data tentang jenis kegiatan, isi kegiatan, frekuensi kegiatan, jumlah peserta dan panitia kegiatan, dan alangkah bagusnya dilengkapi dengan keterangan-
keterangan tentang tujuan kegiatan, urutan acara, jumlah dana yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakannya, serta evaluasi pencapaian tujuan kegiatan,
4. Data sosial, yaitu data tentang kondisi dan tantangan/persoalan umat dalam kategori sosial seperti gambaran situasi wilayah RT/RW/kelurahan di mana Lingkungan berada, gambaran
warga masyarakat di sekitar warga Lingkungan (misalnya agama, etnis, kondisi ekonomi,
dsb.) serta gambaran situasi dan masalah sosial yang dihadapi (misalnya ketersediaan sarana-
sarana umum, keamanan atau kerawanan sosial, risiko bencana alam, relasi sosial antar
warga, dsb.).
Berdasarkan data-data pastoral itu dapat diketahui karya-karya pastoral apa yang mendesak
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan umat Lingkungan (serta masyarakat
sekitarnya). Dengan demikian, karya-karya pastoral tidak terjerumus pada hal-hal yang rutin,
-
melainkan sungguh berpijak pada kebutuhan dan tantangan nyata umat Lingkungan setempat.
Misalnya:
1. Apabila dari data dasar diketahui bahwa banyak anak-anak bersekolah di sekolah non-Katolik, perlu pengamatan (monitoring) untuk memastikan mereka mendapatkan pendidikan
iman Katolik dan program pastoral pendidikan iman melalui Bina Iman Anak untuk melayani
mereka yang belum mendapatkan pendidikan iman secara memadai.
2. Apabila dari data pelayanan sakramen diketahui bahwa jumlah umat yang meninggal di suatu Lingkungan lebih banyak dari jumlah penerima sakramen perminyakan di Lingkungan
tersebut, Pengurus Lingkungan perlu mengevaluasi bagaimana pelaksanaan pelayanan
sakramen perminyakan atau mengetahui pemahaman umat tentang sakramen tersebut,
kemudian melakukan langkah-langkah untuk memastikan setiap jiwa umat beriman yang
sakit dan menjelang saat dipanggil Tuhan memperoleh memperoleh pelayanan Sakramen
Perminyakan.
3. Apabila dari data kegiatan diketahui adanya keluarga-keluarga Katolik tertentu yang tidak pernah atau jarang sekali hadir dalam kegiatan Lingkungan, perlu dipikirkan program
pastoral nyata untuk mengajak keterlibatan keluarga tersebut atau memastikan mereka
mendapatkan pelayanan meski sungguh-sungguh tak bisa hadir dalam kegiatan Lingkungan
karena alasan tertentu.
4. Apabila dari data sosial diketahui adanya umat Lingkungan yang hidupnya sangat berkekurangan, harus dipikirkan program-program pastoral tertentu untuk membantu mereka.
Untuk mendapatkan data pastoral yang lebih akurat dan berdaya-guna, perlu dipikirkan
langkah-langkah berikut ini:
1. Membentuk Tim Data Pastoral Lingkungan. Tim ini menjadi tanggungjawab Ketua/Pengurus Lingkungan, namun dalam pelaksanaan tugas-tugasnya bisa melibatkan
kaum muda yang ada di Lingkungan tersebut. Dalam hal ini Paroki dapat menerbitkan
semacam pedoman pendataan pastoral Lingkungan yang sesuai dengan keadaan Paroki
(perangkat yang dibutuhkan, petunjuk pengisian, cara melaksanakan,
pemutakhiran/pembaruan data, perhatian-perhatian penting dsb.) sebagai sarana kerja tim
tersebut.
2. Mempelajari data pastoral sebelum menyusun program pastoral atau membahasnya dalam rapat-rapat rutin bulanan Pengurus Lingkungan, sehingga program-program pastoral sungguh
dijalankan sesuai dengan kebutuhan nyata Lingkungan tersebut.
3. Melakukan evaluasi terus-menerus terhadap program-program pastoral berdasarkan data-data kegiatan yang dijalankan agar selalu terbuka terhadap penyempurnaan, yang dilakukan
dalam rapat-rapat rutin bulanan para Pengurus Lingkungan.
Memberdayakan Komunitas Lingkungan Salahsatu strategi dasar dalam mewujudkan Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun 2011-2015 adalah
memberdayakan komunitas Lingkungan (dan komunitas kategorial). Mengapa strategi ini
penting untuk dilakukan dan bagaimana mengimplementasikannya dalam Lingkungan?
1. Pengurus Komunitas Lingkungan: Ujung Tombak Keberhasilan mengimplementasikan strategi pemberdayaan umat basis sangat tergantung pada
bagaimana Lingkungan-Lingkungan tersebut dikelola. Sebab, strategi ini meyakini bahwa
-
Pengurus Lingkungan merupakan ujung tombak pemberdayaan umat. Mereka adalah penentu
utama apakah pemberdayaan komunitas basis Lingkungan akan terwujud atau tidak. Jika
pengurus Lingkungan tidak jalan, pemberdayaan komunitas basis pun sulit terjadi.
Supaya pengurus Lingkungan tersebut sungguh-sungguh dapat berfungsi dengan baik,
perlulah dibuat suatu pembagian/deskripsi tugas yang jelas. Kalau tidak demikian, ada
kecenderungan tugas-tugas pengurus Lingkungan hanya berada pada pundak ketua Lingkungan
(single fighter=membiarkan ketua Lingkungan bekerja sendiri; ataupun one man
show=mengambil alih semua tugas).
Namun, meskipun perlu pembagian tugas yang jelas, tidak berarti masing-masing pengurus
hanya terpusat pada tugasnya sendiri. Persoalan Lingkungan adalah tanggungjawab semua
Pengurus Lingkungan. Artinya, Pengurus Lingkungan secara bersama-sama bekerja sebagai satu
tim, yang siap sedia saling mendukung dan saling melengkapi. Maka, rapat-rapat rutin
Lingkungan menjadi penting. Dalam rapat-rapat itu, Pengurus Lingkungan memikirkan gerak,
langkah, dinamika, dan permasalahan Lingkungannya, berdasarkan data pastoral Lingkungan,
fokus pastoral Paroki dan Arah Dasar Keuskupan.
2. Melibatkan Umat: Kunjungan Kasih Pengurus Lingkungan perlu melibatkan sebanyak mungkin umat dalam persekutuan dan
pelayanan. Untuk itu perlu menggiatkan kunjungan kasih khususnya terhadap umat yang belum
terlibat; berusaha supaya jangan sampai ada umat yang hilang (bdk. spiritualitas pastoral
Gembala Baik). Dalam kaitan itu, Daftar Absensi (ketidakhadiran) sangat penting sebagai dasar
untuk menentukan umat mana saja yang perlu dikunjungi.
Kunjungan tersebut tidak dimaksudkan untuk menginterogasi atau menarik-narik umat,
namun terutama untuk menunjukkan perhatian kepada mereka yang belum terlibat, menjadi
saudara bagi mereka. Diharapkan dengan kunjungan kasih tersebut, mereka merasakan menjadi
bagian dari Lingkungan; dan semoga dengan demikian dapat menjadi awal keterlibatan dalam
hidup berkomunitas di Lingkungan.
3. Berbagi Peran Untuk mendukung keterlibatan umat tersebut, Pengurus Lingkungan hendaknya berbagi peran
bersama umat yang belum aktif atau masih baru, dalam kepengurusan, kegiatan, kepanitiaan,
atau tugas-tugas Lingkungan, mulai dari peran-peran sederhana yang mudah untuk dilakukan.
Dengan berbagi peran tersebut, umat diberi tempat dan kesempatan untuk terlibat lebih jauh
dalam berbagai kegiatan dan tugas Lingkungan. Untuk ini perlu diciptakan iklim yang
menjauhkan sikap senioritas atau hanya melibatkan orang yang itu-itu saja, juga menjauhkan
kesan bahwa peran kepengurusan selalu berat, menyita banyak waktu dan merepotkan. Pada
kenyataannya, peran kepengurusan menjadi berat dan serba merepotkan justru karena tidak
terjadinya berbagi peran, sehingga seluruh tugas kepengurusan dikerjakan oleh satu atau
segelintir orang saja.
Dengan berbagi peran, hal ini sekaligus menjadi kesempatan untuk menjalankan
kaderisasi pelayan patoral, yaitu semacam sekolah pelayanan untuk mempersiapkan tenaga-
tenaga pelayan pastoral pengembangan Kerajaan Allah.
Yang perlu dicatat di sini, para Pengurus Lingkungan dipilih bukanlah karena kuatnya
pemahaman dan kemampuan mereka dalam berorganisasi, melainkan karena hati yang terbuka
pada panggilan untuk melayani. Maka, kesalahan-kesalahan organisatoris sangat mungkin
-
terjadi; dan izinkanlah kesalahan-kesalahan itu terjadi sebagai proses pembelajaran. Jangan
sampai terjadinya kesalahan-kesalahan itu justru mematikan suasana pelayanan bersama!
4. Pertemuan-pertemuan persaudaraan Suatu kenyataan yang tak dapat disangkal, suasana persaudaraan dan keakraban antar umat
merupakan kunci untuk keterlibatan umat dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan. Dengan kata
lain, Lingkungan yang mampu menciptakan suasana persaudaraan dan anggotanya akrab satu
sama lain akan lebih mudah mengajak umatnya untuk terlibat dalam berbagai kegiatan
Lingkungan. Sebaliknya, Lingkungan yang umatnya kurang peduli dan tidak akrab satu sama
lain akan mengalami kesulitan untuk melibatkan umatnya dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan.
Atas dasar itu, perlu dipikirkan pertemuan atau kegiatan yang dapat makin menjalin
persaudaraan dan keakraban antar umat, misalnya makan bersama, rekreasi bersama atau jalan
sehat bersama.
5. Menjadikan Lingkungan sebagai pusat kegiatan Kegiatan-kegiatan umat hendaknya dipusatkan di Lingkungan, sehingga lebih membuka
kemungkinan keterlibatan sebanyak mungkin umat basis. Wilayah ditempatkan sebagai
koordinasi beberapa Lingkungan dalam hal-hal yang dipandang perlu untuk kepentingan tertentu
(misalnya mengkoordinir pelaksanaan tugas liturgis Lingkungan-lingkungan se-wilayah,
memfasilitasi kegiatan Bina Iman Anak/BIA dan Bina Iman Remaja/BIR Lingkungan-
lingkungan se-wilayah) dan karena itu Paroki dan wilayah jangan sampai menjadi pusat kegiatan
yang menyedot umat basis.
f. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan iman yang dipersiapkan dengan baik
Sudah sering dikeluhkan bahwa keterlibatan umat dalam pertemuan-pertemuan iman di
Lingkungan cenderung kurang diminati. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi Pengurus
Lingkungan untuk mempersiapkan sungguh-sungguh pertemuan-pertemuan iman itu. Misalnya:
mempersiapkan para petugas liturgi, teks dan lagu-lagu Misa Lingkungan; mempersiapkan
fasilitator Pendalaman Iman supaya materi yang diolah bersama sungguh-sungguh menarik dan
bermanfaat bagi umat; melibatkan umat dalam Doa-doa Lingkungan (Bulan Maria/Rosario,
Novena Roh Kudus) dan mendorong umat bergantian mempersiapkan renungan atau intensi doa
yang sesuai dengan kebutuhan nyata umat (ulang tahun, ulang tahun pekawinan, anggota
Lingkungan yang sakit, dan lain sebagainya yang perlu didoakan).
***