Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial...

125
KOMUNITAS CETACEA DAN KARAKTERISTIK HABITATNYA DI PERAIRAN SELAT OMBAI ADRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial...

Page 1: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

KOMUNITAS CETACEA DAN KARAKTERISTIK HABITATNYA DI PERAIRAN SELAT OMBAI

ADRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 2: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis berjudul:

“Komunitas Cetacea dan Karakteristik Habitatnya di Perairan Selat Ombai”

adalah karya Saya sendiri, dengan arahan dari Komisi Pembimbing, dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka tesis ini.

Bogor, Juli 2010

A D R IA N I NRP. C651040091

Page 3: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

ABSTRACT

ADRIANI. Cetacean community and habitat characteristics in the Ombai Strait. Under the direction of INDRA JAYA and RICHARDUS KASWADJI.

As part of collaborative research INSTANT, this research aimed to explore spatio-temporal distribution of cetacean community observed in the Ombai Strait, as well as to study its biophysical characteristics, as the key to understanding cetacean habitat dynamics. During two research cruise in the Ombai Strait, December 2003-January 2004 and June-July 2005, cetacean community was assessed visually and resulted in consistent sightings of three apex predator cetacean species, e.g. Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, and Physeter macrocephalus. The first two species were observed with large number of individuals, with foraging and feeding behavior. INSTANT Cruise I deployed 54 survey hours resulting in 5 positively identified cetacean species (Tursiops truncatus, Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, Orcinus orca, Physeter macrocephalus), originated from 11 sightings, with estimated number of abundance 908 individuals; while INSTANT Cruise II resulted in 60 survey hours, 4 positive identification (Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, Physeter macrocephalus, Kogia simus), 15 sightings, and 698 individuals. In general, 71.6% of cetacean sightings were at morning time (5:00-7:00 and 7:00-10:00 local time).

Biophysical characteristics of the Ombai Strait were analyzed by means of SeaWiFS and INSTANT mooring datasets, to observe features on the ocean surface and ocean depth with reference to several parameters, e.g. temperature, chlorophyll-a, and echo intensity. Ocean color imaging by SeaWiFS presented fine scale distribution of thermal front and mesoscale eddies in the strait. Monthly profiling of sea surface chlorophyll-a between two INSTANT cruises confirmed the existence of persistent upwelling and biological hot spots in the Ombai Strait. Vertical section of temperature at Ombai mooring site revealed thermocline profile which conform the dynamics of upwelling in the area. Echo intensity profiling of the Ombai Strait’s pelagic layer demonstrated the presence of patchy microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic scattering community, particularly zooplankton and micro-nekton. The highest density of acoustic biovolume was observed during the night, with microstructure vertical extent reaching near surface layer, while at day-time such feature was observed at deeper pelagic layer (> 200 m).

Ocean color satellite imagery and pelagic layer properties indicate that the Ombai Strait support high persistent primary and secondary productivity. The presence of front and eddies in the strait sustain the entrainment and magnification of planktonic community, which promote the presence of pelagic nekton community (fish and cephalopods). In the end, the presence of apex predator cetacean to the area was related with foraging and feeding activities, as well depicted by close sighting locations to transition zone of front and eddies. Results of statistical Correspondence Analysis revealed strong spatial correlation between cetacean community and particular sites within the Ombai Strait, at the southeast and southern part of Alor Island, each with different temporal period of sightings. In conclusion, the Ombai Strait plays an essential role as cetacean critical habitat.

Keywords: cetacean, community, habitat, oceanographic properties, Ombai Strait

Page 4: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

RINGKASAN

ADRIANI. Komunitas Cetacea dan Karakteristik Habitatnya di Perairan Selat Ombai. Dibimbing oleh INDRA JAYA dan RICHARDUS KASWADJI.

Penelitian ini merupakan bagian dari riset kolaboratif INSTANT (International Nusantara Stratification and Transport), yang bertujuan untuk mengetahui sebaran spasio-temporal komunitas cetacea di Selat Ombai, serta mengkaji karakteristik biofisik perairan tersebut, sehingga dapat dipahami mengapa cetacea memilih Selat Ombai sebagai habitatnya. Dari dua kali pelayaran INSTANT, masing-masing mewakili musim barat (Desember 2003-Januari 2004) dan musim timur (Juni-Juli 2005), diperoleh tiga spesies yang dijumpai secara konsisten yaitu Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, dan Physeter macrocephalus. Dua spesies yang disebutkan pertama sangat umum dijumpai dalam pod berukuran besar dengan tingkah laku foraging dan makan. Pada Pelayaran INSTANT I diperoleh 54 jam survei dengan lima spesies cetacea yang teridentifikasi positif (Tursiops truncatus, Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, Orcinus orca, Physeter macrocephalus), 11 kali perjumpaan, dan estimasi kelimpahan total mencapai 908 individu, sedangkan pada Pelayaran INSTANT II diperoleh 60 jam, empat spesies (Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, Physeter macrocephalus, Kogia simus), 15 perjumpaan dan 698 individu. Secara umum, sebanyak 71.6% komunitas cetacea dijumpai pada pagi hari (5:00-7:00 WITA dan 7:00-10:00 WITA).

Karakteristik biofisik perairan Selat Ombai dikaji menggunakan data SeaWiFS dan set data mooring oseanografi INSTANT untuk melihat fitur permukaan laut dan sebaran melintang beberapa parameter fisik lingkungan, seperti suhu, klorofil-a, dan intensitas gema. Pencitraan muka laut oleh sensor SeaWiFS memperlihatkan fitur thermal front dan mesoscale eddies yang di bagian pusatnya terdapat area dengan kandungan klorofil-a permukaan maksimum. Profil bulanan sebaran klorofil-a permukaan sepanjang periode antara dua pelayaran INSTANT menunjukkan bahwa perairan Selat Ombai memiliki produktivitas primer yang tinggi sepanjang tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat fitur persistent upwelling dan biological hot spots di Selat Ombai. Sebaran melintang suhu terhadap kedalaman, hasil perekaman sensor suhu di mooring Selat Ombai, menunjukkan adanya lapisan termoklin yang mendukung fitur permanent upwelling di perairan tersebut. Perekaman intensitas gema di lapisan pelagis Selat Ombai, menunjukkan adanya mikrostruktur habitat yang menggambarkan sebaran dan biovolume komunitas penghambur akustik, seperti zooplankton dan mikronekton. Densitas tertinggi dan sebaran mikrostruktur biovolume akustik yang rapat berlangsung pada malam hari, yang sebaran melintangnya dapat mencapai lapisan dekat permukaan, sedangkan pada siang hari fitur tersebut tersebut terlihat ada di lapisan dalam (> 200 m).

Pencitraan warna muka laut dan lapisan pelagis memberikan indikasi bahwa perairan Selat Ombai memiliki produktivitas primer dan sekunder yang tinggi dan bersifat ajek (persistent). Keberadaan front dan eddies di perairan ini menyebabkan komunitas plankton terperangkap di kolom perairan tertentu dan terjadi eskalasi produksi biomassa akibat asupan nutrien dari lapisan bawah melalui proses turbulensi. Di perairan Selat Ombai, proses tersebut berlangsung sedemikian rupa sehingga mengampu produksi biomassa dari jenjang trofik rendah ke jenjang yang lebih tinggi, serta memacu kehadiran komunitas apex predator cetacea yang memilih perairan ini sebagai habitat foraging dan makan. Hasil analisis korespondensi menunjukkan bahwa bagian perairan Selat Ombai yang terletak di tenggara dan selatan Pulau Alor merupakan habitat kritis cetacea, masing-masing untuk periode pengamatan yang berbeda.

Page 5: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 6: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

KOMUNITAS CETACEA DAN KARAKTERISTIK HABITATNYA DI PERAIRAN SELAT OMBAI

ADRIANI

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 7: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis: Komunitas Cetacea dan Karakteristik Habitatnya di Perairan

Selat Ombai

Nama Mahsiswa: ADRIANI

NRP: C651040091

Program Studi: Ilmu Kelautan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc Ketua Anggota

Dr. Ir. Richardus Kaswadji, M.Sc

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Kelautan Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 1 Juli 2010 Tanggal Lulus:

Page 8: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

Penguji tamu: Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA, DAA Penguji dari Komisi Pendidikan: Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc

Page 9: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

PRAKATA

Teriring ucapan syukur ke-hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Komunitas Cetacea dan Karakteristik Habitatnya di Perairan Selat Ombai. Penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa dataset, yaitu data inderaja satelit sensor SeaWiFS, serta data suhu dan akustik dari sejumlah sensor dan instrumen ADCP yang terpasang pada mooring di utara Selat Ombai, untuk mengkaji kondisi biofisik perairan laut pelagis yang menjadi habitat cetacea. Data komunitas cetacea sendiri didasarkan pada hasil pengamatan visual Pelayaran INSTANT 2003-2004 dan 2005.

Penelitian dan proses penyelesaian tesis ini dapat terlaksana dengan baik atas dukungan berbagai pihak. Terkait dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof, Dr. Indra Jaya, M.Sc dan Bapak Dr. Richardus F. Kaswadji, M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah begitu sabar dan telaten dalam membantu penyelesaian penelitian dan penyusunan tesis.

2. Dr. Robert Molcard, Dr. Susan Wijjfels, Prof. Arnold Gordon, Dr. Dwi Susanto, Dr. Janet Sprintall, Prof. AG. Ilahude, Salvienty Makarim, Kapten Irham Danil, serta para peneliti dan awak kapal riset Baruna Jaya 8-LIPI yang terlibat dalam pelayaran dan program INSTANT.

3. Heron Surbakti, Mochamad Tri Hartanto, Fiatri Yusuf, Ranum Esa Kharisma, Sahat MR Tampubolon, Prof. Dr. Dietriech G. Bengen dan Prof. Dr. Mulia Purba atas bantuan teknis, dorongan moral, dan berjuta inspirasi yang diberikan.

4. Keluarga yang senantiasa mendoakan serta memberikan kasih sayang dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan: Syamsul B. Agus, Ahmad Baruna Syahbani, Tenriadjeng Syahrani, Tanritatta Yahya Asy-Syahbani, ayahanda Asli Sunuddin (alm.), ibunda Sawitri Laksmi Moendiasih, ibunda Sitti Hattidjah, dan Lestiawati Sunuddin.

5. Staf pengajar Bagian Hidrobiologi Laut, rekan-rekan kuliah PS IKL angkatan 2004, staf pegawai ITK, asisten praktikum Ekologi Laut Tropis, Keanekaragaman Hayati Laut, dan Biologi Tumbuhan Laut, serta semua pihak yang telah memberikan sokongan selama penulis berupaya menyelesaikan penelitian.

6. WWF US-Russell E. Train Fellowship yang memberikan bantuan dana penelitian dan pendidikan, serta Ibu Fenti dari IIEF yang membantu administrasi fellowship.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa ada kekurangan dalam tesis ini, sehingga saran dan kritik membangun diharapkan bisa disampaikan secara langsung ([email protected]) demi kesinambungan penelitian cetacea di laut nusantara. Semoga hasil karya ini dapat menambah sumbangsih bagi perkembangan ilmu dan pendidikan kelautan, terutama terhadap konservasi cetacea di Indonesia.

Bogor, Juli 2010

Adriani Sunuddin

Page 10: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

PRAKATA

Teriring ucapan syukur ke-hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Komunitas Cetacea dan Karakteristik Habitatnya di Perairan Selat Ombai. Penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa dataset, yaitu data inderaja satelit sensor SeaWiFS, serta data suhu dan akustik dari sejumlah sensor dan instrumen ADCP yang terpasang pada mooring di utara Selat Ombai, untuk mengkaji kondisi biofisik perairan laut pelagis yang menjadi habitat cetacea. Data komunitas cetacea sendiri didasarkan pada hasil pengamatan visual Pelayaran INSTANT 2003-2004 dan 2005.

Penelitian dan proses penyelesaian tesis ini dapat terlaksana dengan baik atas dukungan berbagai pihak. Terkait dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof, Dr. Indra Jaya, M.Sc dan Bapak Dr. Richardus F. Kaswadji, M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah begitu sabar dan telaten dalam membantu penyelesaian penelitian dan penyusunan tesis.

2. Dr. Robert Molcard, Dr. Susan Wijjfels, Prof. Arnold Gordon, Dr. Dwi Susanto, Dr. Janet Sprintall, Prof. AG. Ilahude, Salvienty Makarim, Kapten Irham Danil, serta para peneliti dan awak kapal riset Baruna Jaya 8-LIPI yang terlibat dalam pelayaran dan program INSTANT.

3. Heron Surbakti, Mochamad Tri Hartanto, Fiatri Yusuf, Ranum Esa Kharisma, Sahat MR Tampubolon, Prof. Dr. Dietriech G. Bengen dan Prof. Dr. Mulia Purba atas bantuan teknis, dorongan moral, dan berjuta inspirasi yang diberikan.

4. Keluarga yang senantiasa mendoakan serta memberikan kasih sayang dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan: Syamsul B. Agus, Ahmad Baruna Syahbani, Tenriadjeng Syahrani, Tanritatta Yahya Asy-Syahbani, ayahanda Asli Sunuddin (alm.), ibunda Sawitri Laksmi Moendiasih, ibunda Sitti Hattidjah, dan Lestiawati Sunuddin.

5. Staf pengajar Bagian Hidrobiologi Laut, rekan-rekan kuliah PS IKL angkatan 2004, staf pegawai ITK, asisten praktikum Ekologi Laut Tropis, Keanekaragaman Hayati Laut, dan Biologi Tumbuhan Laut, serta semua pihak yang telah memberikan sokongan selama penulis berupaya menyelesaikan penelitian.

6. WWF US-Russell E. Train Fellowship yang memberikan bantuan dana penelitian dan pendidikan, serta Ibu Fenti dari IIEF yang membantu administrasi fellowship.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa ada kekurangan dalam tesis ini, sehingga saran dan kritik membangun diharapkan bisa disampaikan secara langsung ([email protected]) demi kesinambungan penelitian cetacea di laut nusantara. Semoga hasil karya ini dapat menambah sumbangsih bagi perkembangan ilmu dan pendidikan kelautan, terutama terhadap konservasi cetacea di Indonesia.

Bogor, Juli 2010

Adriani Sunuddin

Page 11: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xvi

1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ....................................................................................... 1 1.2. Kerangka pendekatan masalah .............................................................. 3 1.3. Tujuan penelitian .................................................................................. 6 1.4. Manfaat penelitian ................................................................................ 6 1.5. Hipotesis ............................................................................................... 7

2. PROFIL OSEANOGRAFI BERDASARKAN WARNA MUKA LAUT: KAITANNYA DENGAN SEBARAN CETACEA DI SELAT OMBAI ...... 8

2.1. Pendahuluan .......................................................................................... 8 2.2. Faktor biofisik lingkungan yang berperan terhadap komunitas

cetacea ................................................................................................... 9 2.2.1. Suhu permukaan laut ................................................................. 9 2.2.2. Kandungan klorofil-a dan produktivitas primer ........................ 10

2.3. Bahan dan metode ................................................................................. 12 2.4. Hasil ...................................................................................................... 13

2.4.1. Sebaran cetacea berdasarkan profil suhu permukaan laut ......... 13 2.4.2. Sebaran cetacea berdasarkan profil klorofil-a permukaan ........ 16 2.4.3. Profil bulanan sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai ... 18

2.5. Pembahasan ........................................................................................... 22 2.6. Simpulan ............................................................................................... 25 2.7. Daftar pustaka ....................................................................................... 25

3. DINAMIKA LAPISAN PELAGIS YANG MENJADI FORAGING HABITAT CETACEA DI SELAT OMBAI: PROFIL LAPISAN TERMOKLIN DAN HAMBUR BALIK AKUSTIK .................................... 29

3.1. Pendahuluan .......................................................................................... 29 3.2. Faktor biofisik lingkungan yang berperan terhadap komunitas

cetacea ................................................................................................... 30 3.2.1. Dari fitoplankton ke cetacea: interaksi pemangsaan dan

dinamika spasio-temporal .......................................................... 30 3.2.2. Struktur lapisan termoklin dan dinamika upwelling ................. 32 3.2.3. Struktur lapisan hambur balik akustik dan produktivitas

sekunder ..................................................................................... 33 3.3. Bahan dan metode ................................................................................. 34

Page 12: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

3.4. Hasil ...................................................................................................... 35 3.4.1. Struktur lapisan termoklin di Selat Ombai ................................ 35 3.4.2. Struktur lapisan hambur balik akustik di Selat Ombai .............. 36

3.5. Pembahasan ........................................................................................... 38 3.6. Simpulan ............................................................................................... 40 3.7. Daftar pustaka ....................................................................................... 41

4. SEBARAN DAN KELIMPAHAN CETACEA DI SELAT OMBAI ............ 44

4.1. Pendahuluan .......................................................................................... 44 4.2. Komunitas cetacea di Selat Ombai dan sekitarnya ............................... 45 4.3. Bahan dan metode ................................................................................. 51

4.3.1. Alat dan bahan........................................................................... 51 4.3.2. Metode pengamatan cetacea ..................................................... 56 4.3.3. Analisis korespondensi ............................................................. 55

4.4. Hasil ...................................................................................................... 60 4.4.1. Pengamatan visual cetacea ........................................................ 60 4.4.2. Kelimpahan berdasarkan waktu perjumpaan dan tingkah laku . 63

4.5. Pembahasan ........................................................................................... 66 4.6. Simpulan ............................................................................................... 71 4.7. Daftar pustaka ....................................................................................... 71

5. PEMBAHASAN UMUM ............................................................................... 74

5.1. Komunitas cetacea di Selat Ombai ....................................................... 74 5.2. Dinamika ekosistem pelagis Selat Ombai sebagai habitat cetacea ....... 78 5.3. Implikasi hasil penelitian terhadap konservasi cetacea ........................ 81

6. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 83

6.1. Simpulan ............................................................................................... 83 6.2. Saran ..................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85 LAMPIRAN ....................................................................................................... 91

Page 13: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

DAFTAR TABEL

Tabel Judul tabel Halaman

4-1. Status konservasi spesies cetacea yang ditemukan di perairan Selat Ombai dan sekitarnya (termasuk Laut Sawu dan Perairan Solor)…..

47

4-2. Algoritma penghitungan elemen matriks data kontingensi…..…..… 56

4-3. Kompilasi hasil pengamatan cetacea di Selat Ombai…..…..…..….. 60

5-1. Kedalaman maksimum dan preferensi makanan spesies cetacea yang dijumpai di perairan Selat Ombai (disarikan dari: Stewart et al. 2002, Taylor et al. 2002, Santos 1999) …..…..…..…..…..…..….

75

Page 14: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul gambar Halaman

1-1. Diagram alir penelitian…….…….…….…….…….…….…….…… 4

2-1. Sebaran suhu permukaan laut di Selat Ombai pada 30 Juni 2005…….… 14

2-2. Sebaran suhu permukaan laut di Selat Ombai pada 4 Juli 2005…....…… 14

2-3. Sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai pada 4 Januari 2004…….. 16

2-4. Sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai pada 30 Juni 2005…….… 17

2-5. Sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai pada 4 Juli 2005…….…... 17

2-6. Profil serial bulanan sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai, Desember 2003-Juli 2005…….……….……….……….……….…….

20

3-1. Skala ruang dan waktu yang ditetapkan pada tiga kelompok biota yang menjadi mangsa cetacean: (A) kisaran ukuran dan waktu yang diperlukan untuk menggandakan populasi (B) interaksi pemangsaan antara ketiganya (Steele 1989) …….……….……….……….……….……….……….

30

3-2. Variabilitas suhu di perairan Selat Ombai secara menegak (100-1000 m) dan secara temporal (5 Januari 2004 – 4 Januari 2005) …….……….…

35

3-3. Variabilitas harian EI-maksimum hasil pengukuran moored ADCP di perairan Selat Ombai…….……….……….……….……….………..

37

4-1. Peta lokasi penelitian…….…….…….…….…….…….…….……... 52

4-2. Skema lokasi pengamatan visual cetacea di Kapal Riset Baruna Jaya 8…….……….……….……….……….……….……….……...

53

4-3. Morfologi umum cetacean (Odontoceti: kiri, Mysticeti: kanan) dan

bagian-bagian tubuhnya (modifikasi: Carwardine 1995) …….…………

54

4-4 Persentase komunitas cetacea berdasarkan ukuran tubuh (kiri) dan berdasarkan keberhasilan identifikasi visual (kanan) pada Pelayaran INSTANT I…….……….……….……….……….……….………...

61

4-5. Persentase komunitas cetacea berdasarkan ukuran tubuh (kiri) dan berdasarkan keberhasilan identifikasi visual (kanan) pada Pelayaran INSTANT II…….……….……….……….……….……….………...

62

Page 15: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

xv

Gambar Judul gambar Halaman

4-6. Kelimpahan cetacea berdasarkan waktu perjumpaan…….………… 63

4-7. Kelimpahan cetacea berdasarkan tingkah laku…….……….………. 65

4-8a. Grafik analisis korespondensi, keterkaitan antar variabel pada sumbu pertama (F1) dan sumbu ketiga (F3) …….……….…………

69

4-8b. Grafik analisis korespondensi, keterkaitan antar variabel pada

sumbu kedua (F2) dan sumbu ketiga (F3) …….……….……….…..

69

5-1. Plot sebaran cetacea yang terdata dari dua pelayaran INSTANT serta terlihat melakukan aktivitas makan dan foraging di perairan Selat Ombai.

76

Page 16: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul lampiran Halaman 1. Lembar data pengamatan cetacea………….…….…….…….…….…… 92

2a. Hasil survei visual cetacea pada Pelayaran INSTANT Desember 2003-

Januari 2004…….…….…….…….…….…….…….…….…….………

93

2b. Hasil survei visual cetacea pada Pelayaran INSTANT Juni-Juli 2005…….… 94

3. Skala Beaufort…….…….…….…….…….…….…….…….…….……... 95

4. Nilai klorofil-a permukaan di perairan Selat Ombai. …….…….……… 96

5. Rangkaian alat pada mooring oseanografi Selat Ombai. …….…….…….… 97

6. Tabel kisaran suhu (dalam °C) pada kedalaman 100 m, 125 m, 170 m, 240 m, 350 m, 450 m, 700 m dan 1000 m hasil perekaman sensor suhu di mooring perairan Selat Ombai selama 1 tahun (Januari – Desember 2004) ……. ……

98

7. Spesifikasi ADCP workhorse long ranger 75-kHz (www.rdinstrument.com)... 99

8a. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil pereka-man ADCP bim ke-1. ……. …….…….…….…….…….…….…….……

100

8b. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil pereka-

man ADCP bim ke-2…….…….…….…….…….…….…….…….……..

101

8c. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil pereka-man ADCP bim ke-3……..…….…….…….…….…….…….…….…….

102

8d. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil

perekaman ADCP bim ke-4…….…….…….…….…….…….…….…….

103

9. Spesifikasi Kapal Riset Baruna Jaya 8…….…….…….…….…….……

104

10. Akar cirri dan representasi ragam dari masing-masing variabel…….…….… 105

11. Kontribusi masing-masing variabel terkorelasi terhadap sumbu/faktor utama 106

12. Ringkasan prosedur statistika untuk setiap kategori pada kolom tabel konti-ngensi……...….…….…….…….…….…….…….…….…….…….……

107

13. Dokumentasi lapangan…….…….…….…….…….…….…….…….…… 109

Page 17: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sebagai salah satu pusat marine megabiodiversity dunia, Indonesia memiliki

kekayaan spesies cetacea yang tinggi. Dari sekitar 80 extanct spesies cetacea,

sedikitnya ada 30 spesies yang tercatat di perairan nusantara (Rudolph et al. 1997,

Tomascik et al. 1997), baik yang tinggal menetap maupun yang bermigrasi secara

musiman dari perairan dingin di sub-polar atau kutub karena perairan nusantara

merupakan satu-satunya wilayah di zona tropis yang menjadi tempat pertemuan

massa air dari dua samudera, yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Cetacea merupakan salah satu kelompok hewan tingkat tinggi yang tergolong

langka dan unik, karena memiliki tingkat intelejensia mengagumkan (Marino

2004) dan beberapa spesies, seperti paus biru (Balaenoptera physalus) dan paus

sperma (Physeter macrocephalus) yang merupakan biota nektonik berukuran

sangat besar, memiliki kemampuan jelajah tinggi serta diduga memanfaatkan

sejumlah perairan celah antar pulau di timur Indonesia sebagai jalur migrasinya

(Kahn et al. 2000, Kahn 2001).

Selat Ombai merupakan celah perairan antara Pulau Alor dan Pulau Timor

yang menghubungkan Laut Banda dan Laut Sawu, selain juga merupakan salah

satu pintasan Arus Lintas Indonesia (Gordon 2001, Molcard et al. 2001) serta

jalur penting migrasi cetacea dari dan ke laut nusantara (Kahn et al. 2000, Kahn

2001). Perairan Selat Ombai memiliki karakteristik oseanografi yang dinamis

(Atmadipoera et al. 2009, Robertson and Ffield 2005, Molcard et al. 2001),

ditandai dengan produktivitas primer yang tinggi (Moore and Marra 2001), yang

kuantitasnya berubah-ubah dalam jangka waktu singkat akibat proses

percampuran massa air yang kompleks (Atmadipoera et al. 2009, Robertson and

Ffield 2008, Robertson in press). Sebagai bagian dari Perairan Sunda Kecil, Selat

Ombai juga menjadi salah satu fishing ground nelayan pemburu paus tradisional

dari Lamalera di Pulau Lembata dan Lamakera dari Pulau Solor (Barnes 1996),

karena sedikitnya ada 24 spesies cetacea yang tercatat ada di Selat Ombai dan

sekitarnya (Tomascik et al. 1997).

Page 18: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

2

Keberadaan cetacea di suatu perairan atau informasi yang spesifik mengenai

habitat cetacea masih perlu pemahaman lebih lanjut. Adanya informasi mengenai

sebaran cetacea di perairan dengan kedalaman dan rentang temperatur tertentu,

berdasarkan data perjumpaan (sightings data), seperti yang didokumentasikan

oleh Jefferson et al. (1993), masih memerlukan pertimbangan faktor lingkungan

yang lain. Terkait dengan hal tersebut, Viale (1985) mendeskripsikan ekosistem

ditemukannya komunitas cetacea di perairan Mediterania berdasarkan sebaran

nilai sejumlah parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut, salinitas, dan

profil arus musiman, yang dikombinasikan dengan titik perjumpaan cetacea.

Memahami bagaimana pengaruh proses-proses oseanografi terhadap komunitas

dan habitat cetacea, maupun terhadap komunitas penghuni jenjang trofik dasar

yang nantinya berpengaruh pada sebaran cetacea, akan memberikan masukan

informasi yang sangat berharga bagi pengelolaan maupun strategi konservasi

cetacea. Namun demikian, sebelum melangkah lebih jauh ada baiknya bila

parameter oseanografi, maupun parameter lingkungan perairan laut lain, didata

terlebih dahulu dan perekaman data tersebut dilakukan selaras dengan pencatatan

data perjumpaan komunitas cetacea di suatu perairan.

Di perairan nusantara, walaupun sejumlah desa pesisir di timur Indonesia

diketahui sejak lama merupakan pemburu cetacea tradisional yang andal

(Tomascik et al. 1997, Barnes 1996), namun kajian ilmiah cetacea baru dimulai

pada awal abad XX oleh Weber melalui Ekspedisi Siboga (Rudolph et al. 1997).

Setelah itu tidak banyak mengalami perkembangan sampai Benjamin Kahn

(APEX-Environmental) bekerja sama dengan The Nature Conservancy memulai

pengamatan rutin terhadap cetacea di perairan Taman Nasional Komodo (Kahn et

al. 2000, Kahn 2001). Pada awal masa berdirinya, Kementerian Kelautan dan

Perikanan sempat menambah khasanah pemahaman cetacea melalui sejumlah

survei di perairan Laut Sawu dan sekitarnya. Adanya beberapa pelayaran

INSTANT, atau International Nusantara Stratification and Transport yang

merupakan penelitian jangka menengah mengenai karakteristik dan dinamika

Arus Lintas Indonesia (Arlindo), dapat menjadi platform yang ideal untuk

mengkaji habitat cetacea karena fokus utama pengambilan data oseanografi

dilakukan di sejumlah pintasan arus yang potensial menjadi jalur migrasi cetacea.

Page 19: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

3

Dengan demikian, penelitian ini akan memaparkan kajian mengenai komunitas

cetacea di perairan Selat Ombai dan beberapa parameter lingkungan perairan yang

terkait erat dalam mendeskripsikan habitat cetacea.

1.2. Kerangka pendekatan masalah

Di lingkungan laut, sebagaian besar spesies cetacea dapat digolongkan

sebagai apex predator (predator yang berada di puncak piramida makanan),

walaupun hayatinya beberapa spesies cetacea tergolong sebagai planktivor

(rorquals). Dengan demikian, sebaran cetacea di perairan laut umumnya sangat

erat dengan sebaran mangsanya atau sumber makanannya. Cetacea membutuhkan

energi yang relatif tinggi sehingga seringkali mereka dijumpai berada di perairan

yang produktivitas primernya tinggi, terutama pada musim panas di perairan

Southern Ocean (Bost et al. 2009, Arrigo et al. 1998, Moore and Abbott 2000),

Mediterania (Viale 1985), California Current System (Tynan et al. 2005, Yen et

al. 2003), dan Gulf of Mexico (Kaltenberg 2004, Davis et al. 2002). Hal tersebut

sangat terkait dengan peningkatan biomassa produsen atau kontinuitas

produktivitas primer yang menjadi sumber makanan biota grazers pada jenjang

trofik lebih tinggi, demikian seterusnya hingga mencapai komunitas predator

puncak. Namun demikian untuk melakukan penelitian lapangan yang secara

langsung mengkaji cetacea dengan mangsanya merupakan hal yang sangat sulit,

sehingga pendekatan pemodelan habitat cetacea seringkali digunakan (Embling et

al. 2005, Tynan et al. 2005).

Viale (1985) mengatakan bahwa sebaran cetacea di perairan laut sangat

terkait dengan profil oseanografi perairan tersebut, sehingga korelasi antara

sejumlah parameter lingkungan dengan perjumpaan cetacea dapat meningkatkan

pemahaman ekologi cetacea. Sejumlah penelitian telah dilakukan dengan

mengaitkan faktor lingkungan perairan dengan sebaran cetacea, terutama jika

faktor-faktor tersebut mengarah pada peningkatan produktivitas perairan. Faktor-

faktor lingkungan tersebut adalah kedalaman perairan (Moore et al. 2000,

Macleod et al. 2004), gradien kemiringan dasar laut (Macleod et al. 2004),

Page 20: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

4

topografi dasar laut (Yen et al. 2003), serta suhu permukaan laut, salinitas,

kedalaman termoklin, thermal fronts, dan area upwelling (Tynan et al. 2005).

Gambar 1-1. Diagram alir penelitian

Dengan demikian, upaya mengkaji cetacea di habitatnya ditelusuri melalui

pendekatan biofisik lingkungan, selain menetapkan suatu perairan sebagai habitat

berdasarkan tingkah lakunya berdasarkan survei visual. Pendekatan tersebut

disajikan secara ringkas pada Gambar 1-1. Sebagai apex predator, cetacea sangat

bergantung pada keberadaan mangsanya. Dalam lingkup tingkatan trofik piramida

makanan, mangsa cetacea adalah nekton pelagis yang menghuni stratum tepat di

bawah pucuk piramida dan keberadaannya sangat dipengaruhi oleh produktivitas

sekunder (zooplankton dan mikronekton) dan produktivitas primer (fitoplankton).

Data SeaWiFS

Ocean color spectra

1. klorofil-a; 2. suhu

permukaan laut

Survei visual cetacea

Pelayaran INSTANT

1. Spesies, 2. Kelimpahan

relatif (jumlah individu, jumlah perjumpaan),

3. Tingkah laku 4. Posisi geografis

dan waktu perjumpaan

Kajian komunitas

cetacea

Data mooring

Sv, T, z, t (vol. hambur balik, suhu, kedalaman, waktu)

1. Biovolume zooplankton

2. Struktur termoklin

Kajian komunitas dan habitat cetacea di

Selat Ombai

Kajian produktivitas

primer

Kajian habitat pelagis dan

produktivitas sekunder

Page 21: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

5

Apabila data komunitas cetacea di perairan Selat Ombai diperoleh melalui upaya

survei visual dalam kegiatan pelayaran, maka data SeaWiFS digunakan untuk

mengkaji produktivitas primer dan fitur lain yang didasarkan pada warna muka

laut. Sejumlah sensor suhu dan instrumen Acoustic Doppler Current Profiler yang

terdapat pada tambatan (mooring) oseanografi di Selat Ombai digunakan untuk

mengkaji struktur termoklin dan lapisan hamburbalik akustik produksi sekunder

perairan tersebut.

Penulisan tesis ini dibagi menjadi tiga topik terpisah diikuti dengan

pembahasan umum, yang menguraikan benang merah antara masing-masing topik

untuk bisa memahami bagaimana komunitas cetacea menggunakan perairan Selat

Ombai sebagai habitatnya. Topik pertama dituliskan pada Bab 2 dengan judul

“Profil oseanografi berdasarkan warna muka laut dan kaitannya dengan sebaran

cetacea di Selat Ombai”, yang mengulas sejumlah parameter biofisik lingkungan

perairan Selat Ombai, yaitu suhu permukaan laut dan klorofil-a permukaan

berdasarkan interpretasi data warna muka laut hasil pencitraan sensor SeaWiFS.

Sebagian materi pada bab tersebut telah disampaikan pada INSTANT Workshop

yang diselenggarakan di SEAMEO-Biotrop, Bogor pada 5 November 2007.

Paparan yang disampaikan pada acara tersebut berjudul “Ecological Role of

Cetacean in the Ombai Strait: a spin off idea based on results of INSTANT

research”.

Topik yang kedua disajikan pada Bab 3 dengan judul “Dinamika lapisan

pelagis yang menjadi foraging habitat cetacea di Selat Ombai: profil lapisan

termoklin dan hambur balik akustik”. Di bab tersebut diuraikan bagaimana

dinamika di kolom perairan pelagis Selat Ombai, berdasarkan struktur termoklin

dan struktur lapisan hambur balik akustik, terkait dengan fitur khas oseanografi

permukaan dan proses bioenergetika yang menyokong interaksi predator-mangsa

dari komunitas apex predator cetacea. Topik yang ketiga disajikan pada Bab 4

dengan judul “Sebaran dan Kelimpahan Relatif Cetacea di Selat Ombai”,

membahas mengenai komunitas cetacea yang dijumpai di perairan Selat Ombai

berdasarkan hasil survei visual saat Pelayaran INSTANT I pada Desember 2003-

Januari 2004 dan Pelayaran INSTANT II pada Juni-Juli 2005. Keterkaitan

Page 22: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

6

ekologis antara cetacea terhadap dua fitur lingkungan utama, yaitu waktu (periode

pengamatan) dan ruang (bentang laut), dikaji menggunakan analisis korespon-

densi untuk mengetahui profil spasio-temporal sebaran cetacea di perairan Selat

Ombai. Sebagian dari materi pada Bab 4 telah dipublikasikan pada Jurnal

Teknologi Perikanan dan Kelautan Volume 7 Nomor 1, yang terbit di tahun 2007.

Pada akhirnya, diharapkan tesis ini akan menyajikan pemahaman yang

menyeluruh terkait Selat Ombai sebagai habitat cetacea, baik dari lingkup kajian

biologi maupun fisik, terutama dengan memanfaatkan tools yang dikembangkan

oleh teknologi penginderaan jauh satelit, instrumentasi dan akustik kelautan.

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengkaji karakteristik biofisik perairan habitat cetacea melalui pendekatan

warna muka laut, menggunakan data SeaWiFS,

2. Mengkaji karakteristik biofisik perairan habitat cetacea menggunakan set

data mooring oseanografi dari program INSTANT

3. Mengkaji sebaran, secara spasial dan temporal, dan kelimpahan cetacea di

perairan Selat Ombai,

4. Mengkaji keterkaitan antara butir (1), (2), dan (3) .

1.4. Manfaat penelitian

Salah satu lingkup kajian ekologi laut, yang mencari tahu hubungan timbal

balik antara suatu jenis organisme dengan organisme lain dan lingkungan yang

menjadi tempat hidupnya, adalah analisis komunitas yang diklasifikasikan oleh

Odum (1993) berdasarkan (1) bentuk/sifat utama bentuk hidup yang menjadi

indikator, (2) habitat fisik komunitas tersebut, dan (3) sifat fungsionalnya. Kajian

ekologi cetacea yang dilakukan dalam penelitian ini mengintegrasikan beberapa

analisis komunitas yaitu berdasarkan sifat fungsional spesies-spesies cetacea dan

habitat fisiknya yang ditinjau dari fitur lingkungan perairan, seperti suhu, klorofil-

a, batimetri, dan biovolume akustik.

Page 23: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

7

Jika sebelumnya, penelitian ekologi laut secara klasik memerlukan upaya

yang sangat besar di lapangan untuk bisa mendapatkan data dari sejumlah

parameter kunci lingkungan perairan, maka dalam penelitian ini data tersebut

diupayakan dari sejumlah tools dan kemutakhiran teknologi kelautan. Parameter

suhu permukaan laut dan klorofil-a permukaan diperoleh dari analisis data

SeaWiFS, yang merupakan salah satu tools mutakhir dalam bidang penginderaan

jauh kelautan. Parameter biovolume akustik diperoleh dari instrumen ADCP, yang

walaupun bertujuan utama mengukur arus namun volume hambur balik akustik

yang direkamnya dapat merepresentasikan profil produktivitas sekunder suatu

perairan. Dengan demikian, tesis ini diharapkan dapat bermanfaat dalam lingkup

pengembangan bidang ekologi laut yang lebih komprehensif, terutama dalam

memahami komunitas cetacea dan perairan yang menjadi habitatnya.

1.5. Hipotesis

Hipotesis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah bahwa karakteristik

lingkungan perairan lokal, seperti suhu perairan, klorofil-a, dan biovolume akustik

memiliki peran dalam menentukan sebaran dan kelimpahan cetacea di perairan

Selat Ombai.

Page 24: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

8

2. PROFIL OSEANOGRAFI BERDASARKAN WARNA MUKA LAUT DAN KAITANNYA DENGAN SEBARAN

CETACEA DI SELAT OMBAI

2.1. Pendahuluan

Cetacea, secara umum, memiliki relung ekologi sebagai predator, sehingga

keberadaannya di suatu perairan sangat terkait dengan fitur oseanografi yang

memungkinkan ketersediaan biomassa mangsa yang tinggi sebagai sumber

energinya (ca. Doniol-Valcroze et al. 2007, Embling et al. 2005, Tynan et al.

2005, Yen et al. 2003, Kaltenberg 2004, Davis et al. 2002). Merujuk pada struktur

piramida makanan, apex predator cetacea membutuhkan energi yang sumbernya

berasal dari biomassa masif biota pada tingkat trofik lebih rendah, seperti ikan

pelagis dan beberapa jenis nekton lainnya, yang berpangkal pada produksi bahan

organik oleh fitoplankton. Dengan demikian, seringkali apex predator cetacea

dijumpai di perairan yang memiliki produktivitas primer tinggi, seperti di

Southern Ocean pada musim panas (Bost et al. 2009, Arrigo et al. 1998, Moore

and Abbott 2000), perairan California Current System (Tynan et al. 2005,

Burtenshaw et al. 2004, Yen et al. 2003), dan Teluk Mexico (Kaltenberg 2004;

Davis et al. 2002, Davis et al. 1998). Umumnya, perairan laut dengan produk-

tivitas primer tinggi akan memiliki biomassa fitoplankton yang tinggi pula (Nontji

2006), yang kemudian menjadi landasan pembentukan jejaring dan piramida

makanan di ekosistem tersebut.

Viale (1985) mengatakan bahwa sebaran cetacea di perairan laut sangat

terkait dengan profil oseanografi perairan tersebut. Dengan demikian korelasi

antara sejumlah parameter lingkungan dengan data perjumpaan cetacea dapat

meningkatkan pemahaman ekologi cetacea, dan jika memungkinkan menetapkan

variasi parameter lingkungan tertentu yang bisa menentukan sebaran cetacea di

suatu perairan. Sejumlah penelitian telah dilakukan dengan mengaitkan faktor

lingkungan perairan dengan sebaran cetacea, terutama jika faktor-faktor tersebut

mengarah pada peningkatan produktivitas perairan. Karakteristik lingkungan

perairan dapat ditelusuri melalui warna muka laut, karena warna tersebut

Page 25: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

9

dihasilkan oleh sebaran sinar tampak yang dipengaruhi oleh substansi terlarut

maupun tersuspensi. Nontji (2006) menuliskan bahwa warna biru di laut hanya

muncul bila di perairan tersebut tidak dijumpai material humus, fitoplankton, dan

umumnya miskin produksi organik; sedangkan warna cyan sampai kuning

menunjukkan perairan tersebut kaya akan plankton. Terkait dengan kajian habitat

pelagis, maka pemahaman lingkungan perairan sebaiknya diawali dengan awal

mata rantai produksi primer yaitu fitoplankton. Saat ini kemajuan di bidang

penginderaan jauh kelautan telah memungkinkan penyediaan data lingkungan

fisik berdasarkan tampilan warna muka laut hasil interpretasi data inderaja satelit.

Dalam lingkup kajian habitat cetacea di Selat Ombai, bab ini memaparkan

profil habitat berdasarkan interpretasi tampilan warna muka laut yang datanya

diperoleh sensor SeaWiFS. Data warna muka laut SeaWiFS digunakan untuk

menyajikan sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a, yang selanjutnya

dikaitkan dengan lokasi spesifik dijumpainya komunitas cetacea.

2.2. Faktor biofisik lingkungan yang berperan terhadap komunitas cetacea

2.2.1. Suhu permukaan laut

Pengaruh suhu permukaan laut terhadap keberadaan cetacea bersifat tidak

langsung, terutama dalam kaitannya mempengaruhi struktur hidrologi dan

produktivitas primer (Viale 1985). Berbeda halnya bila hubungan keberadaan

cetacea dikaitkan dengan profil thermal front, yang menunjukkan area sempit

tempat terbentuknya gradien suhu yang tinggi baik secara vertikal maupun

horizontal. Lalli and Parsons (2000) serta Mann and Lazier (2006) menuliskan

bahwa thermal front umumnya dibentuk oleh mekanisme konvergensi/divergensi

dari dua massa air yang sangat berbeda karakteristik suhunya, yang kemudian

diikuti oleh pengadukan massa air, pemusatan nutrien dan komunitas plankton di

badan air tertentu, yang pada akhirnya menciptakan suatu wilayah perairan

dengan produktivitas tinggi.

Page 26: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

10

Dalam kaitannya dengan sebaran cetacea, Tynan et al. (2005) berhasil

mengaitkan keberadaan 44.5% sebaran perjumpaan Lagenorhynchus obliquidens

(pacific white-sided dolphin) terhadap fitur thermal front yang nampak jelas pada

awal musim panas di perairan California. Hal yang sama juga membuat rentang

spasial cetacea yang identik dengan perairan pesisir hangat, Phocoena phocoena

(harbor porpoise), menjadi lebih melebar ke arah lepas pantai Kalifornia

mendekati thermal front (Tynan et al. 2005). Masih dari perairan Pasifik, terdapat

asosiasi yang erat antara thermal front sepanjang musim semi hingga gugur di

barat laut Pasifik dengan kehadiran Balaenoptera musculus (Moore et al. 2002)

dan untuk Eubalaena glacialis di perairan Great South Channel (Brown and Winn

1989). Profil yang serupa juga dijumpai di perairan Atlantik, tepatnya di selatan

Irish Sea, yang menampakkan konsistensi perjumpaan Phocoena phocoena

dengan thermal front musiman di perairan tersebut (Weir and O’Brien 2000).

2.2.2. Kandungan klorofil-a dan produktivitas primer

Mekanisme produksi primer di lingkungan laut didominasi oleh proses

fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton, mengonversi nutrien dengan

bantuan energi matahari menjadi karbohidrat, dan merupakan proses fundamental

dalam jejaring makanan di laut (Nontji 2006; Mann and Lazier 2006; Lalli and

Parsons 2000). Konsentrasi fitoplankton di suatu wilayah perairan selanjutnya

digunakan untuk mengukur laju produktivitas primer di laut, sedangkan klorofil-a

merupakan pigmen yang paling utama dalam menyerap spektrum radiasi

matahari, terutama pada kisaran panjang gelombang 650-700 nm dan 450 nm

(Nontji 2006). Sebagai konsekuensi dari mekanisme tersebut, spektrum radiansi

yang dipantulkan oleh permukaan laut berada pada kisaran cahaya tampak (400-

700 nm) dan sangat bergantung pada konsentrasi kloforil-a yang terkandung di

dalam perairan tersebut (Mann and Lazier 2006; Lalli and Parsons 2000). Dengan

memanfaatkan kemampuan sinoptik inderaja satelit dalam memindai zat warna

yang dominan di suatu perairan (ocean color remote sensing), profil produktivitas

primer yang diwakili oleh kandungan klorofil-a dapat dilakukan secara efisien.

Page 27: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

11

Sebagai biota yang berada di jenjang trofik tertinggi, cetacea membutuhkan

wilayah laut yang di dalamnya terdapat konsentrasi klorofil-a tinggi secara

berkesinambungan (persistent high chlorophyll-a concentration). Hal tersebut

mudah dipahami untuk kelompok rorquals yang merupakan filter feeder, namun

tidak demikian dengan kelompok Odontoceti karena adanya beda fase (time lag)

antara produksi fitoplankton dengan produksi mangsa cetacea yang berupa ikan

pelagis. Hal tersebut dicontohkan oleh Burtenshaw et al. (2004) yang mendapati

hubungan erat antara pergerakan paus biru (Balaenoptera musculus) di wilayah

perairan dengan konsentrasi klorofil-a tinggi, mulai dari perairan lepas pantai

selatan California pada akhir musim panas hingga perairan pantai Vancouver di

akhir musim gugur. Berbeda dengan hasil kajian Davis et al. (2002) yang

mengaitkan sebaran 19 jenis cetacea di Teluk Mexico tidak hanya dengan

produktivitas primer tinggi, tetapi juga dengan fitur hidrografi seperti pusaran

(eddies) dan tebing paparan benua (continental shelf slope) yang merupakan area

terpusatnya komunitas zooplankton. Hasil yang serupa ditunjukkan oleh

preferensi tiga jenis Odontoceti di habitat pelagis continental shelf slope di lepas

pantai barat Skotlandia, karena di wilayah tersebut mereka mudah memangsa ikan

herring (Clupea harengus) yang berasosiasi erat dengan zooplankton yang

terperangkap di sepanjang continental shelf slope tersebut (Embling et al. 2005).

Ditinjau secara vertikal, dari permukaan ke dasar, perairan laut memiliki

stratifikasi berdasarkan perbedaan konsentrasi sejumlah parameter biofisik, seperti

suhu dan klorofil-a. Di luar zona front, produktivitas primer di bawah lapisan

termoklin dapat diabaikan, namun tidak demikian halnya di wilayah terjadinya

front, yang ternyata memiliki produktivitas primer di lapisan kolom perairan 6.5

kali lebih tinggi dengan konsentrasi klorofil-a 40 kali lebih banyak dibandingkan

di lapisan permukaan (Mann and Lazier 2006). Hal tersebut bisa terjadi karena

adanya lapisan piknoklin yang dangkal terdapat di zona front, yang di dalamnya

secara persisten memerangkap komunitas fitoplankton. Di lapisan ini, fitoplankton

dapat melakukan aktivitas fotosintesis secara lebih aktif karena mendapat

pencahayaan yang cukup dari permukaan laut dan asupan nutrien yang secara

terus-menerus terdifusi dari lapisan bawah (Lalli and Parsons 2000; Mann and

Lazier 2006). Umumnya kondisi lapisan perairan yang mendukung terjadinya

Page 28: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

12

upwelling adalah adanya lapisan termoklin yang dangkal (Mann and Lazier 2006).

Kondisi yang demikian telah digambarkan oleh Wyrtki (1962) dan Purba et al.

(1994) di perairan selatan Jawa, khususnya pada saat berlangsungnya upwelling

musiman di bulan Agustus.

2.3. Bahan dan metode

Data penginderaan jauh ocean colour yang digunakan untuk memetakan

sebaran klorofil-a dan suhu permukaan laut di perairan Selat Ombai adalah data

dari sensor SeaWiFS dibawa oleh satelit ORBVIEW-2 yang telah beroperasi

selama 6 tahun. Sensor SeaWiFS ini menghasilkan dua tipe data yaitu LAC

(Local Area Coverage), dengan resolusi spasial 1.13 km, dan GAC (Global Area

Coverage), dengan resolusi 4.5 km. Dalam penelitian ini digunakan data LAC

Level 2 dalam format HDF (Hierarchical Data Format) yang langsung diunduh

dari Goddard Space Flight Center - National Aeronautics and Space

Administration (GSFC – NASA, http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/). Data tersebut

selanjutnya diolah mengunakan software SeaDAS versi 4, yang di dalamnya

terdapat algoritma khusus untuk diaplikasikan secara spesifik di perairan

Indonesia (Hendiarti 2003), sehingga mampu menampilkan profil sebaran

klorofil-a dan suhu permukaan laut.

Data LAC Level 2 hanya digunakan untuk menampilkan profil biofisik

perairan Selat Ombai yang bersamaan dengan waktu pengamatan komunitas

cetacea pada pelayaran INSTANT (28 Desember 2003 – 4 Januari 2004 dan 29

Juni – 4 Juli 2005). Untuk menampilkan profil muka laut secara time series tiap

bulan, digunakan data yang telah diproses, fasilitas dari The Goddard Earth

Sciences Data and Information Services Center (GES DISC) yang tersedia pada

laman http://disc.sci.gsfc.nasa.gov/giovanni. Peta sebaran klorofil-a bulanan dari

Giovanni ditampilkan langsung di situs tersebut dengan resolusi spasial 0.1° x

0.1°, selain itu format ASCII data klorofil-a untuk masing-masing bulan kajian

juga disimpan.

Page 29: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

13

Analisis data

Data klorofil-a dan suhu permukaan laut di perairan Selat Ombai memiliki

resolusi spasial 0.2° x 0.2° dan disajikan dalam format ASCII. Data ASCII

tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk gambar sebaran klorofil-a dengan

bantuan software Surfer versi 8. Berdasarkan gambar sebaran parameter klorofil-a

dan suhu permukaan laut tersebut, selanjutnya dikaji pola perubahan nilai masing-

masing parameter untuk mengetahui keberadaan fitur oseanografi khusus seperti

eddies dan front, serta nilai maksimum, minimum, dan rata-rata di tiap periode

akuisisi data citra.

2.4. Hasil

2.4.1. Sebaran cetacea berdasarkan profil suhu permukaan laut

Selain menampilkan informasi mengenai sebaran klorofil-a, data SeaWiFS

juga dapat memberikan informasi mengenai sebaran suhu permukaan laut.

Ekstraksi data SeaWiFS untuk tampilan sebaran suhu permukaan laut hanya

berhasil untuk akuisisi tanggal 30 Juni dan 4 Juli 2005. Dengan demikian, profil

habitat cetacea yang ditinjau dari sebaran suhu permukaan laut hanya diperoleh

untuk data pengamatan cetacea hasil Survei INSTANT-Cetacea II. Profil habitat

pelagis di perairan Selat Ombai berdasarkan sebaran suhu permukaan laut

ditampilkan pada Gambar 2-1 dan 2-2.

Dari Gambar 2-1 dapat diketahui bahwa suhu permukaan laut (SPL) di Selat

Ombai pada tanggal 30 Juni 2005 memiliki kisaran 27–30 °C. Terlihat adanya

thermal front berbentuk meander di bagian barat Selat Ombai, tepatnya di timur

Pulau Alor dan selatan Pulau Timor, dengan gradien SPL mencapai 2.5 °C. Plot

titik perjumpaan cetacea menunjukkan bahwa komunitas cetacea berada perairan

dengan suhu permukaan 28–28.5 °C, yang termasuk umum di perairan laut tropis

nusantara (Nontji 1993).

Page 30: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

14

Gambar 2-1. Sebaran suhu permukaan laut di Selat Ombai pada 30 Juni 2005

Gambar 2-2. Sebaran suhu permukaan laut di Selat Ombai pada 4 Juli 2005

Page 31: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

15

Pada tanggal 30 Juni 2005 (Gambar 2-1), terjadi empat perjumpaan dengan

komunitas cetacea dengan dua spesies yang teridentifikasi positif dan satu

unidentified cetacea (Plot A). Dua spesies cetacea yang teridentifikasi adalah

Physeter macrocephalus (Plot B, C, D) dan Stenella longirostris (Plot C). Khusus

untuk Stenella longirostris, cetacea jenis ini teramati dalam populasi besar dan

melakukan aktivitas bowriding, yaitu berenang mengikuti pergerakan kapal

Baruna Jaya VIII. Secara umum, plot perjumpaan cetacea memiliki preferensi

terhadap keberadaan thermal front di perairan Selat Ombai.

Gambar 2-2 menunjukkan sebaran SPL pada tanggal 4 Juli 2005, dengan

kisaran 27–29 °C. Sama halnya dengan profil sebaran SPL pada 30 Juni 2005

(Gambar 2-1), pada hari ini juga dijumpai fitur thermal front dengan posisi dan

pola yang sama. Perbedaan fitur thermal front dari kedua periode adalah gradien

SPL maksimal yang terbentuk pada 4 Juli 2005 bernilai lebih rendah, 1.5 °C, dan

gradasi perubahan nilai SPL terlihat lebih lebar. Jenis cetacea yang diamati pada

hari tersebut adalah Stenella longirostris, yang juga tengah melakukan aktivitas

foraging dan makan di sekitar wilayah front.

Hanya tercatat dua perjumpaan dengan komunitas cetacea pada tanggal 4

Juli 2005, yaitu dengan pod Stenella longirostris (Gambar 2-2) yang melakukan

foraging dan makan di sepanjang aliran front yang terbentuk. Aktivitas foraging

dan makan Stenella longirostris ditandai dengan pergerakan simultan pasangan-

pasangan cetacea berkecepatan tinggi, diikuti aktivitas menyelam singkat yang

repetitif, manuver gerak yang memusat di permukaan dengan diselingi aksi

aerials dan melontarkan mangsa ke atas permukaan air (Bearzi 1994, Allen and

Read 2000, pers. obs.). Satu perjumpaan lagi adalah dengan pod Kogia simus,

yang terlihat berenang ke arah timur pada pada larut senja, pukul 17:50 WITA.

Sama halnya dengan Gambar 2-1, plot perjumpaan cetacea pada Gambar 2-2 juga

menunjukkan preferensi habitat cetacea, khususnya Stenella longirostris, terhadap

keberadaan thermal front di perairan Selat Ombai.

Page 32: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

16

2.4.2. Sebaran cetacea berdasarkan profil klorofil-a permukaan

Sebaran klorofil-a permukaan di perairan Selat Ombai ditunjukkan pada

Gambar 2-3, 2-4, dan 2-5. Terlihat bahwa sebaran produktivitas primer, yang

diwakili oleh kandungan klorofil-a permukaan, memiliki variasi spasial. Perairan

Selat Ombai yang memiliki produktivitas primer tinggi ditunjukkan dengan warna

merah dan umumnya terdapat di timur Selat Ombai atau di tenggara Pulau Alor.

Gambar 2-3. Sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai pada 4 Januari 2004.

Gambar 2-3 menunjukkan sebaran klorofil-a di perairan Selat Ombai pada

Musim Barat. Sebaran klorofil-a permukaan berkisar antara 0.01–0.06 mg/L, dan

di beberapa lokasi terdeteksi fitur eddies yang di bagian tengahnya memiliki

kandungan klorofil-a permukaan paling tinggi. Tercatat ada 4 perjumpaan, yang

75% menunjukkan aktivitas foraging dan makan. Tiga spesies cetacea, Stenella

longirostris, Orcinus orca, dan Pseudorca crassidens, dijumpai di perairan shelf

break yang dekat ke arah pantai, sedangkan Physeter macroce-phalus lebih umum

dijumpai di bagian perairan jeluk Selat Ombai.

Page 33: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

17

Gambar 2-4. Sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai pada 30 Juni 2005.

Gambar 2-5. Sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai pada 4 Juli 2005.

Page 34: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

18

Sebaran klorofil-a permukaan untuk Musim Timur ditunjukkan pada

Gambar 2-4 dan 2-5, yang merupakan akuisi 30 Juni 2005 dan 4 Juli 2005.

Apabila sekilas dibandingkan, maka rentang nilai klorofil-a permukaan untuk

musim barat lebih rendah dibandingkan pada musim tenggara. Pada musim

tenggara, kisaran klorofil-a permukaan adalah 0.01 – 0.08 mg/L; kemudian profil

front klorofil-a permukaan dan eddies yang dibentuk juga lebih majemuk dan

terdeteksi di beberapa lokasi di perairan Selat Ombai. Hal tersebut menunjukkan

adanya fenomena localized upwelling. Bila dikaitkan dengan komunitas cetacea

yang teramati, maka plot perjumpaan cetacea umumnya berdekatan dengan lokasi

terbentuknya front atau di zona transisi klorofil-a dan tidak terfokus pada wilayah

berkonsentrasi klorofil-a tinggi.

Secara umum, pendeteksian sebaran klorofil-a permukaan pada tanggal

tersebut tidak optimal disebabkan oleh tebalnya tutupan awan yang menghalangi

kinerja sensor SeaWiFS. Awan merupakan faktor kendala utama dalam

pendeteksian parameter oseanografi permukaan menggunakan teknologi

penginderaan jauh. Kendala serupa dialami oleh Cresswell et al. (1997) yang

mengkaji variabilitas upwelling secara musiman dan tahunan di perairan Nusa

Tenggara dan selatan Jawa menggunakan data inderaja NOAA-AVHRR, dan

mendapati bahwa penutupan awan pada musim barat berlangsung ekstensif.

Moore and Marra (2003), yang menggunakan data SeaWiFS, mendapati bahwa

perairan selatan Alor merupakan wilayah dengan fenomena upwelling yang

berlangsung secara permanen (persistent upwelling).

2.4.3. Profil bulanan sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai

Untuk melihat konsistensi keberadaan zona transisi klorofil-a yang tinggi di

perairan Selat Ombai, digunakan data klorofil-a permukaan serial bulanan,

dimulai dari Desember 2003 sampai dengan Juli 2005. Profil sebaran klorofil-a

permukaan tiap bulan disajikan pada Gambar 2-6, sedangkan data ASCII hasil

pengukuran sensor SeaWiFS digunakan untuk melihat nilai rerata dan maksimum

dari parameter klorofil-a permukaan Selat Ombai yang disajikan di Lampiran 4.

Page 35: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

19

DES-03 JAN 04 FEB-04

MAR-04 APR 04 MEI-04

JUN-04 JUL 04 AGU-04

SEP-04 OKT 04 NOP-04

Musim Barat

Musim Peralihan I

Musim Timur

Musim Peralihan II

Page 36: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

20

Gambar 2-6. Profil serial bulanan sebaran klorofil-a permukaan di Selat Ombai, Desember 2003-Juli 2005.

DES-04 JAN 05 FEB-05

MAR-05 APR 05 MEI-05

JUN-05 JUL 05

Musim Barat

Musim Peralihan I

Musim Timur

Page 37: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

21

Gambar 2-6 menunjukkan bahwa sebaran klorofil-a permukaan di perairan

Selat Ombai bervariasi secara spasial dan temporal, dengan fitur upwelling yang

terdeteksi secara konsisten, walau masing-masing bulan menunjukkan bentang

wilayah dan intensitas upwelling yang berbeda satu sama lain. Rerata nilai

klorofil-a permukaan dihitung untuk nilai yang terekam di sekitar titik

penenggelaman mooring Ombai 1, yaitu 8° 24.098' LS dan 125° 0.163' BT.

Kisaran nilai rerata klorofil-a permukaan adalah 0.13–0.38 mg/m3, sedangkan

nilai maksimum parameter klorofil-a permukaan terletak di titik yang bervariasi

antar musim dengan kisaran 0.46–2.50 mg/m3

Variasi antar musim sebaran dan nilai klorofil-a permukaan di Selat Ombai

terlihat jelas dari Gambar 2-6. Pada periode pertama pengamatan cetacea,

Desember 2003-Januari 2004, nilai rerata dan maksimum klorofil-a adalah 0.26

mg/m

(Lampiran 4).

3 dan 0.74 mg/m3, serta 0.16 mg/m3 dan 0.67 mg/m3. Terjadi peningkatan

nilai maksimum klorofil-a pada periode kedua pengamatan cetacea, Juni-Juli

2005, yaitu 1.02 mg/m3 dan 0.96 mg/m3

Umumnya fitur upwelling di perairan Selat Ombai terdeteksi di selatan

Pulau Alor, dengan kondisi upwelling berintensitas tinggi berlangsung pada

Musim Timur dan Musim Peralihan II (Gambar 2-6). Musim utama perburuan

paus oleh nelayan Lamalera, yang bermukim di barat Pulau Alor, berlangsung

pada bulan-bulan tersebut (Barnes 1996), mengindikasikan bahwa ada kelimpahan

cetacea yang tinggi yang secara tidak langsung terkait dengan tingginya

produktivitas primer di perairan Selat Ombai yang juga merupakan wilayah

perburuan paus. Bentang wilayah yang memiliki konsentrasi klorofil-a permukaan

tinggi pada Musim Timur dan Musim Peralihan II juga lebih luas, menyebar

hingga ke barat daya Selat Ombai atau memasuki perairan Laut Sawu. Hal serupa

juga diperoleh Creswell et al. (1997) dan Moore and Marra (2002).

, walaupun nilai rerata klorofil-a di lokasi

mooring tergolong homogen. Variasi tahunan sebaran klorofil-a permukaan

ditunjukkan secara jelas pada profil bulan Mei, yaitu terjadinya fitur upwelling

intensif yang lebih awal pada akhir Musim Peralihan I di tahun 2005, sedangkan

pada Mei 2004 fitur tersebut tidak nampak.

Page 38: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

22

2.5. Pembahasan

Perairan Selat Ombai memiliki keunikan spesifik dalam kaitannya dengan

sejumlah fenomena oseanografi dan komunitas apex predator cetacea. Data

inderaja satelit hasil pemindaian sensor SeaWiFS dapat digunakan untuk

mendeteksi sejumlah fitur oseanografi penting yang dapat menjelaskan mengapa

komunitas cetacea memanfaatkan beberapa lokasi di perairan Selat Ombai sebagai

habitat makannya. Siegel et al. (2004) menjelaskan bahwa pencitraan muka laut

hasil interpretasi data SeaWiFS memiliki sejumlah kelebihan, yang di antaranya

adalah menampilkan nilai parameter klorofil-a permukaan dan fitur proses

oseanografi penting, seperti upwelling, downwelling, dan eddies, yang dapat

disesuaikan skala ruang dan waktunya, serta tersedia secara konsisten sejak 1

Agustus 1997. Pada penelitian ini digunakan 25 peta citra SeaWiFS, yang lima di

antaranya merupakan data real time yang selaras waktu perekamannya dengan

pengambilan data lapangan komunitas cetacea di Selat Ombai.

Gambar 2-1 dan 2-2 menunjukkan pencitraan muka laut berdasarkan

parameter suhu permukaan laut, yang secara rinci menunjukkan keberadaan fitur

thermal front, terutama di timur Pulau Alor dan di barat laut Pulau Timor.

Gambar 2-3, 2-4, 2-5, dan 2-6 menunjukkan profil muka laut hasil pencitraan

SeaWiFS berdasarkan parameter klorofil-a permukaan, yang masing-masing

menunjukkan adanya fenomena peningkatan konsentrasi klorofil-a permukaan

(upwelling) secara permanen di perairan Selat Ombai. Resolusi spasial data LAC

Level 2 SeaWiFS dapat menunjukkan secara detail lokasi dan bentang wilayah

terbentuknya fitur eddies di Selat Ombai (Gambar 2-3 s/d 2-5).

Hasil kajian Sangra et al. (2001) di perairan Gran Canaria menunjukkan

adanya fitur mesoscale eddies berdasarkan konsentrasi klorofil-a permukaan di

daerah leeward Pulau Canari yang dipengaruhi oleh internal wave. Fitur eddies

tersebut mengakibatkan peningkatan biomassa fitoplankton serta menyokong

peningkatan biomassa zooplankton sepuluh kali lipat dibandingkan di daerah

windward Pulau Canari. Mekanisme serupa juga terdapat di Selat Ombai, karena

memang terdapat fitur internal wave di perairan tersebut (Moore and Marra 2002),

yang intensitasnya bervariasi terhadap penjalaran gelombang pasut, sehingga

Page 39: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

23

memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan berkontribusi terhadap eskalasi

produktivitas primer setempat (Robertson and Ffield 2005, 2008).

Peningkatan kandungan klorofil-a di Selat Ombai secara langsung

menunjukkan bahwa komunitas fitoplankton, yang menjadi landasan piramida

makanan di ekosistem laut, tersedia dalam jumlah yang melimpah secara kontinu

atau bahwa perairan Selat Ombai memiliki mekanisme percampuran massa air

yang intensif. Walaupun tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan keberadaan

komunitas cetacea yang dijumpai di perairan tersebut, adanya sejumlah lokasi

dengan kandungan klorofil-a tinggi menyokong ketersediaan mangsa cetacea dari

jenis Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens, karena apex predator cetacea

dari spesies tersebut seringkali dijumpai tengah melakukan aktivitas foraging dan

makan di perairan Selat Ombai.

Selain upwelling, fitur oseanografi lain yang tak kalah penting yang

terdeteksi oleh data SeaWiFS adalah thermal front, yang umumnya terbentuk di

tepian Pulau Alor dan Timor, tempat Arlindo memasuki perairan Selat Ombai

menuju Laut Sawu. Spesies cetacea yang memiliki kecenderungan terhadap

thermal front di Selat Ombai adalah Stenella longirostris. Ballance et al. (2006)

menuliskan bahwa spesies tersebut juga selalu dijumpai di perbatasan massa air

hangat Peru Current dan Equatorial Front di timur Pulau Galapagos. Selain

Stenella longirostris, terbentuknya fitur thermal front secara musiman juga

mempengaruhi sebaran sejumlah spesies cetacea yang lain, seperti rorquals di

Gulf of St. Lawrence, Kanada (Doniol-Valcroze et al. 2007), pesut Phocoena

phocoena di lepas pantai Barat Skotlandia (Embling et al. 2004), serta banyak

jenis cetacea di perairan California Current System (Tynan et al. 2005,

Burtenshaw et al. 2004).

Apabila Viale (1985) menyatakan bahwa hubungan antara suhu perairan

dengan sebaran cetacea bersifat tidak langsung, maka hal yang berbeda

dikemukaan oleh Bost et al. (2009) yang menuliskan bahwa front merupakan

fitur oseanografi yang sangat penting bagi apex predator cetacea di perairan

Southern Ocean. Ballance et al. (2006) mengkaji pengaruh oseanografi dan

karakteristik massa air di perairan tropis Pasifik Timur dan mendapati bahwa

Page 40: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

24

Equatorial Front merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sebaran

dan densitas cetacea di perairan tersebut.

Martin (2003) menyarikan bahwa fitur front dan eddies di laut merupakan

faktor utama yang memacu peningkatan produktivitas primer dan biomassa

fitoplankton. Hal ini disebabkan oleh terperangkapnya komunitas fitoplankton di

bagian-bagian perairan tertentu dan eskalasi proses fotosintesis terjadi akibat

mekanisme pengadukan (mixing and stirring) yang menyuplai nutrien secara

terus-menerus dari perairan dalam. Keberadaan proses vertical mixing di perairan

Selat Ombai telah dibuktikan oleh Atmadipoera et al. (2009), sehingga diduga

proses tersebut merupakan salah satu mekanisme utama yang menyebabkan

kondisi persistent upwelling dapat dijumpai di perairan ini (Gambar 2-6).

Selain memacu produktivitas primer, front dan eddies juga dapat dikaitkan

dengan sebaran spasial apex predator cetacea di laut, karena merupakan faktor

fisiografi utama yang memungkinkan terjadinya interaksi predator-mangsa antara

penghuni jenjang trofik tertinggi dan terendah, khususnya Stenella longirostris,

Pseudorca crassidens, dan Orcinus orca yang dijumpai memangsa schooling ikan

pelagis permukaan (Gambar 2-1 s/d 2-5). Keberadaan ikan pelagis sebagai salah

satu predator utama di wilayah perbatasan front dan eddies sangat terkait dengan

retensi agregasi zooplankton, larva ikan, dan komunitas grazers lain, sehingga

komunitas apex predator cetacea juga mendatangi wilayah perairan ini untuk

memangsa schooling ikan pelagis tersebut. Namun demikian, fitur lapisan

permukaan tersebut tidak dapat dikaitkan dengan konsistensi perjumpaan dengan

Physeter macrocephalus yang mangsanya merupakan biota penghuni laut dalam,

terutama cephalopoda.

Palacios et al. (2006), Hastie et al. (2004) dan Worm et al. (2003)

mengenalkan istilah biological hot spots, yang menunjukkan wilayah tertentu di

perairan laut, bila dibandingkan wilayah perairan lain di dekatnya, yang memiliki

kandungan kloforil-a permukaan yang tinggi disertai kelimpahan predator yang

tinggi pula, terutama biota pelagis besar, seperti ikan, penyu, burung laut, dan

cetacea. Burtenshaw et al. (2004) mendapati preferensi Balaenoptera musculus

terhadap beberapa titik biological hot spots di perairan California Current System.

Page 41: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

25

Dengan demikian, Selat Ombai juga merupakan biological hot spots di perairan

nusantara karena merupakan lokasi yang secara konsisten memiliki kandungan

klorofil-a tinggi dan keberadaan populasi apex predator tinggi, terutama untuk

spesies Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, dan Physeter macrocephalus

yang dijumpai secara konsisten di perairan tersebut.

2.6. Simpulan

Pencitraan warna muka laut menggunakan data SeaWiFS dapat digunakan

untuk menunjukkan karakteristik lingkungan fisik habitat cetacea di Selat Ombai,

khususnya untuk parameter suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a

permukaan. Profil warna muka laut yang diperoleh dari 25 peta citra SeaWiFS

dapat mengidentifikasi lokasi spesifik keberadaan fitur oseanografi khusus, seperti

thermal front dan eddies, yang melengkapi hasil pengamatan visual komunitas

cetacea serta memberikan indikasi lanjutan terhadap kemungkinan keberadaan

habitat kritis cetacea di perairan Selat Ombai, karena mayoritas titik pengamatan

cetacea berada dekat dengan fitur tersebut. Konsistensi perjumpaan apex predator

cetacea, keberadaan thermal front, eddies dan persistensi kondisi produktivitas

primer yang tinggi (berdasarkan pencitraan kandungan klorofil-a permukaan)

menjadikan Selat Ombai sebagai perairan biological hot spots yang penting untuk

dikaji lebih lanjut.

Daftar Pustaka Allen MC and A Read. 2000. Habitat selection of foraging bottlenose dolphins in

relation to boat density near Clearwater, Florida. Marine Mammal Science 16:815-824.

Arrigo KR, D Worthen, A Schnell, and MP Lizotte. 1998. Primary production in Southern Ocean waters. Journal of Geophysical Research 103: 587-600.

Atmadipoera AS, R Molcard, G Mardec, S Wijffels, J Sprintall, A Koch-Larrouy, I Jaya, and A Supangat. 2009. Characteristics and variability of the Indonesian throughflow water at the outflow straits. Deep-Sea Research I 56(2009)1942–1954. doi:10.1016/j.dsr.2009.06.004

Page 42: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

26

Balance LT, RL Pitman, and PC Fiedler. 2006. Oceanographic influences on seabirds and cetaceans of the eastern tropical Pacific: A review. Progress in Oceanography 69 (2006) 360–390. doi:10.1016/j.pocean.2006.03.013

Bearzi G. 1994. Behavioural states: terminology and definitions. Proceedings of the workshop “Methods for the study of bottlenose dolphins in the wild”. Eds: GN di Sciara, PGH Evans, and E Politi. 8th

Bost CA, C Cotte, F Bailleul, Y Cherel, JB Charrassin, C Guinet, DG Ainley, and H Weimerskirch. 2009. The importance of oceanographic fronts to marine birds and mammals. Journal of Marine Systems 78 (2009): 363-376. doi:10.1016/j.jmarsys.2008.11.022

Annual Meeting of the European Cetacean Society. Montpellier, 3 March 1994.

Brown CW and HE Winn. 1989. Relationship between the distribution pattern of right whales, Eubalaena glacialis, and satellite-derived sea surface thermal structure in the Great South Channel. Continental Shelf Research 9 (3): 247-260.

Burtenshaw JC, EM Oleson, JA Hildebrand, MA McDonald, RK Andrew, BM Howe, and JA Mercer. 2004. Acoustic and satellite remote sensing of blue whale seasonality and habitat in the Northeast Pacific. Deep-Sea Research II 51 (2004) 967–986. doi:10.1016/j.dsr2.2004.06.020

Cresswell G, M Purba, and SI Sachoemar. 1997. Application of remote sensing and oceanographic assessment in fisheries development. Report on short program of collaborative research. CSIRO, BPPT, and IPB.

Davis RW, GS Fargon, N May, TD Leming, M Baumgartner, WE Evans, LJ Hansen, and K Mullin. 1998. Physical habitat of cetaceas along the continental slope in the north-central and western gulf of Mexico. Marine Mammal Science 14 (3): 490-507.

Davis RW, JG Ortega-Ortiza, CA Ribic, WE Evans, DC Biggs, PH Ressler, RB Cady, RR Lebend, KD Mullin, B Wursig. 2002. Cetacean habitat in the northern oceanic Gulf of Mexico. Deep-Sea Research I 49 (2002) 121–142.

Doniol-Valcroze T., D. Berteaux, P. Larouche, and R. Sears. 2007. Influence of thermal fronts on habitat selection by four rorqual whale species in the Gulf of St. Lawrence. Mar Ecol Prog Ser Vol 335: 207-216.

Embling CB, PG Hernandes, PS Hammond, E Armstrong, and J Gordon. 2005 Investigations into the relationship between pelagic fish and dolphin distributions off the west coast of Scotland. ICES CM2005; 15 pp.

Hastie GD, B Wilson, LJ Wilson, KM Parsons, and PM Thompson. 2004. Functional mechanisms underlying cetacean distribution patterns: hotspots for bottlenose dolphins are linked to foraging. Marine Biology (2004) 144: 397–403. DOI 10.1007/s00227-003-1195-4

Hendiarti N. 2003: Investigations of remote sensing ocean color in Indonesian Waters. A thesis of Doctor of Philosophy, University of Rostock, Germany.

Page 43: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

27

Kaltenberg AM. 2004. 38-kHZ ADCP Investigation of Deep Scattering Layers in Sperm Whale Habitat in the Northern Gulf of Mexico. M.Sc Thesis under supervision of DC Biggs and SF DiMarco. Major: Oceanography. Texas A&M University.

Lalli C and TR Parsons. 2000. Biological oceanography - an introduction. 2nd

Mann KH and JRN Lazier. 2006. Dynamics of marine ecosystems: biological-physical interactions in the oceans. 3

edition. Butterworth-Heinemann: 314 pp.

rd

Martin AP. 2003. Phytoplankton patchiness: the role of lateral stirring and mixing. Progress in Oceanography 57 (2003) 125–174. doi:10.1016/S0079-6611(03)00085-5.

ed. Blackwell Publishing: 496 pp.

Moore K and M Abbott 2000. Phytoplankton chlorophyll distributions and primary production in the Southern Ocean. Journal of Geophysical Research, 105 (28): 709-722.

Moore TS and J Marra. 2002. Satellite observations of bloom events in the Strait of Ombai: Relationships to monsoons and ENSO. Geochem Geophys Geosyst 3 (2). doi: 10.1029/2001GC00174.

Moore SE, WA Watkins, MA Daher, JR Davies, and ME Dalheim. 2000. Blue whale habitat associations in the northwest Pacific: analyses of remotely-sensed data using Geographic Information System. Oceanography 15 (3), 20-25.

Nonti, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. 368 hal.

Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. P2O-LIPI. Jakarta. iii + 240 h.

Palacios DM,SJ Bograd, DG Foley, and FB Schwing. 2006. Oceanographic characteristics of biological hot spots in the North Pacific: A remote sensing perspective. Deep-Sea Research II 53 (2006) 250–269. doi:10.1016/j.dsr2.2006.03.004

Purba M, INMN Natih, dan AS Atmadipoera. 1994. Keterkaitan sifat-sifat oseanografi dengan sifat-sifat biologis sebagai akibat proses upwelling di perairan selatan Jawa Barat. Laporan penelitian. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Robertson R and A Ffield. 2005. M2 Baroclinic tides in the Indonesian Seas. Oceanography Vol. 18, No. 4, Dec. 2005.

Robertson R and A Ffield 2008: Baroclinic tides in the Indonesian Seas. Part 2: Interactions between tidal constituents, energy fluxes, and tidal mixing with a focus on Ombai Strait, doi:10.1029/2007JC004677.

Sangra P, G Basterretxea, JL Pelegri, and J Aristegui. 2001. Chlorophyll increase due to internal waves on the shelf break of Gran Canaria (Canary Islands). Sci. Mar. (Suppl. 1): 89-97

Page 44: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

28

Siegel DA, AC Thomas, and J Marra. 2004. Views of ocean processes from the Sea-viewing Wide Field-of view Sensor mission: introduction to the first special issue. Journal of Deep-Sea Research II 51 (2004) 1-3. doi:10.1016/j.dsr2.2003.12.001

Taylor L, M Carwardine, and E Hoyt (Eds). 2002. The nature companions sharks and whales. Fog city press.

Tynan CT, DG Ainley, JA Barth, TJ Cowles, SD Pierce, and LB Spear. 2005. Cetacean distribution relative to ocean processes in the northern California Current System. Deep-Sea Research II: 145-167.

Viale D. 1985. Cetacea in the Northwestern Mediterranean: their place in ecosystem. In: Oceanography and Marine Biology: an annual review - volume 23. M Barnes (Ed). Aberdeen University Press. 491-571pp.

Weir CR and SH O'Brien. 2000. Association of the harbour porpoise (Phocoena phocoena) with the western Irish Sea front. European Research on Cetaceas - 14. Proceedings on the 14th conference of European cetacea society. Cork, Ireland, 2-5 April 2000: 61-65.

Worm B, HK Lotze, and RA Myers. 2003. Predator diversity hotspots in the blue ocean. PNAS 2003;100;9884-9888. doi:10.1073/pnas.1333941100

Wyrtki K. 1962. The upwelling in the region between Java and Australia during the south east monsoon. Australian Journal of Marine and Freshwater Research 13 (3): 217-225.

Yen PPW, WJ Sydeman, and KD Hyrenbach. 2003. Marine bird and cetacea associations with bathymetric habitats and shallow water topographies: implications for trophic transfer and conservation. Journal of Marine Systems 50: 79-99.

Page 45: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

29

3. DINAMIKA LAPISAN PELAGIS YANG MENJADI FORAGING HABITAT CETACEA DI SELAT OMBAI: PROFIL LAPISAN

TERMOKLIN DAN HAMBUR BALIK AKUSTIK

3.1. Pendahuluan

Laut merupakan sistem yang kompleks karena dari seluruh fitur yang digunakan

untuk mendefinisikan bagian atau kondisi laut, hanya batimetri yang sifatnya relatif

permanen. Secara melintang, dari permukaan ke dasar, laut dikelompokkan menjadi

bagian-bagian yang didasari oleh sifat penetrasi cahaya matahari, sehingga di laut

pelagis dikenal zona epipelagis, mesopelagis, dan seterusnya hingga hadalpelagis

(Nontji 1993). Dalam ranah oseanografi, dikenal istilah lapisan termoklin yang

merupakan lapisan transisi antara lapisan massa air tercampur di dekat permukaan laut

dengan lapisan terstratifikasi di bawahnya, yang mengalami perubahan suhu tajam

terhadap perubahan kedalaman (Mann and Lazier 2006). Lebih jauh lagi, perairan

pelagis ternyata memiliki beragam habitat yang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

kedalaman dan suhu. Dipengaruhi oleh faktor dinamika oseanografi, terutama fitur khas

seperti vertical mixing, eddies, front, dan internal wave, perairan pelagis dapat memiliki

mikrostruktur habitat yang sangat penting dalam menyokong eskalasi produksi

komunitas plankton, baik fitoplankton (Martin 2003, Pershing et al. 2001, Lennert-

Cody and Franks 1999) maupun zooplankton (Dagg et al. 2006, Lennert-Cody and

Franks 1999, Zhou et al. 1997). Pada akhirnya, perairan yang memiliki fitur khas

tersebut merupakan lokasi agregasi predator di laut, seperti ikan pelagis besar, burung

laut, dan cetacea (Bost et al. 2009, Tynan et al. 2005, Genin 2004).

Selat Ombai merupakan perairan yang mendapat pengaruh angin musim

(monsoon) dan Arus Lintas Indonesia. Dinamika oseanografi perairan Selat Ombai juga

tergolong kompleks dengan adanya batimetri yang rumit dan dalam (Molcard et al.

2001), serta memiliki fenomena Ombai Jet, arus pasut ganda, internal wave, dan

persistent upwelling (Robertson and Ffield 2008; Moore and Marra 2003; Sprintall,

pers, comm.; Robertson pers. comm.). Dalam lingkup kajian habitat cetacea di Selat

Ombai, bagian tesis ini memaparkan dinamika parameter biofisik oseanografi di lapisan

pelagis, terutama di lapisan epipelagis (0-200 m) dan mesopelagis (200-1000 m),

berdasarkan akuisisi data oseanografi pada program INSTANT.

Page 46: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

30

Menggunakan set data mooring oseanografi yang ditenggelamkan selama 1,5

tahun di utara Selat Ombai (8.40° LS dan 125.00° BT), dua parameter utama akan

ditelaah secara mendalam untuk selanjutnya dikaitkan dengan fitur khas oseanografi dan

proses bioenergetika yang memungkinkan ketersediaan mangsa cetacea di perairan

tersebut. Parameter yang pertama adalah suhu perairan, sehingga dapat diketahui dan

dikaji profil lapisan termoklin, sedangkan parameter yang kedua adalah echo intensity

–EI (intensitas gema) hasil perekaman instrumen Acoustic Doppler Current Profiler.

Parameter EI digunakan untuk mengetahui profil lapisan hambur balik akustik, juga

mengkaji keberadaan mikrostruktur komunitas penghambur sinyal akustik di lapisan

pelagis perairan Selat Ombai. Hasil kajian tersebut selanjutnya dikaitkan dengan proses

yang menyokong interaksi predator-mangsa dari komunitas apex predator cetacea.

3.2. Faktor biofisik lingkungan yang berperan terhadap komunitas cetacea

3.2.1. Dari fitoplankton ke cetacea: interaksi pemangsaan dan dinamika spasio-temporal

Dinamika spasio-temporal kehidupan di laut pelagis merupakan kajian yang

rumit, karena selain struktur fisiknya yang kompleks, komunitas makhluk hidup yang

ditemukan di dalam sistemnya memiliki ukuran, daur hidup, sebaran spasial dan status

trofiknya yang bervariasi, sehingga faktor ekologi dan fisiologi yang mempengaruhi

masing-masing anggota komunitas juga bervariasi.

(A) (B)

Gambar 3-1. Skala ruang dan waktu yang ditetapkan pada tiga kelompok biota yang menjadi mangsa cetacean: (A) kisaran ukuran dan waktu yang diperlukan untuk menggandakan populasi (B) interaksi pemangsaan antara ketiganya (Steele 1989)

Page 47: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

31

Steele (1989) menyarikan dinamika spasio-temporal dari tiga komunitas utama di

ekosistem laut, yaitu fitoplankton, zooplankton, dan ikan (Gambar 3-1). Bisa dilihat dari

Gambar 3-1A, bahwa masing-masing komunitas, fitoplankton, zooplankton, dan ikan,

memiliki domain ruang dan waktu yang berbeda, serta dari Gambar 3-1B dapat

diketahui probabilitas interaksi pemangsaan antara komunitas satu dengan lainnya

memiliki domain ruang dan waktu yang berbeda pula. Notasi X dan Y pada Gambar 3-

1B, secara berturut-turut menunjukkan dimensi yang menyokong dan menghambat

interaksi pemangsaan antara komunitas pengisi jenjang trofik berbeda tersebut.

Dalam kaitannya dengan fitur habitat apex predator cetacea, diperlukan sub-

sistem yang optimal dari masing-masing komunitas penghuni trofik level rendah, yaitu

fitoplankton, zooplankton, dan nekton pelagis kecil (misalnya: ikan, cephalopoda).

Ketentuan lain yang juga diperlukan adalah laju produksi bahan organik oleh komunitas

fitoplankton berlangsung secara konsisten, yang dipengaruhi oleh daya dukung perairan

(penyediaan zat hara penting dan radiasi matahari yang cukup), yang selaras dengan

rasio keberhasilan rekrutmen yang tinggi untuk tiap sub-sistem yang menghuni jenjang

trofik selanjutnya (Biktashev and Brindley 2003). Steele (1989) juga menuliskan bahwa

kesuksesan rekrutmen komunitas jenjang trofik antara (zooplankton dan ikan)

ditentukan oleh tempat dan waktu penetasan telur yang selaras terhadap keberadaan

patches fitoplankton.

Patchiness, atau dinamika spasio-temporal, fitoplankton sangat dipengaruhi fitur

oseanografi seperti front, eddies, dan percampuran vertikal (Martin 2003), yang

umumnya berlangsung dalam lingkup spasial yang bervariasi dari 1-100 km dengan

rentang waktu dari 1-10 hari (Steele 1989, Gambar 3-1B). Di perairan yang mengalami

proses pengadukan (stirring and mixing) atau penaikan massa air (upwelling),

manifestasi tambahan dari proses tersebut adalah adanya thermal gradient antara dua

tipe massa air (Mann and Lazier 2006). Fitur khas oseanografi tersebut memacu

peningkatan produktivitas biologis, mulai dari komunitas produsen (Martin 2003,

Lennert-Cody and Franks 1999), zooplankton (Dagg et al. 2006, Genin 2004, Lennert-

Cody and Franks 1999), hingga komunitas predator, termasuk cetacea (ca. Bost et al.

2009, Tynan et al. 2005, Genin 2004).

Page 48: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

32

3.2.2. Struktur lapisan termoklin dan dinamika upwelling

Ditinjau secara vertikal, dari permukaan ke dasar, perairan laut memiliki

stratifikasi berdasarkan perbedaan konsentrasi sejumlah parameter biofisik, seperti suhu,

klorofil-a. Lapisan termoklin merupakan wilayah vertikal perairan yang mengalami

penurunan suhu secara drastis seiring dengan bertambahnya kedalaman (Mann and

Lazier 2006). Miller (2004) menjelaskan bahwa kondisi yang ideal untuk mendukung

ledakan populasi fitoplankton (spring bloom) adalah jika di lapisan termoklin masih

terdapat radiasi matahari yang cukup dan level kedalaman berada di atas kedalaman

kritis. Sprintall (pers. comm.) menjelaskan bahwa lapisan termoklin di Selat Ombai

berada pada kedalaman ca. 200 m, yang merupakan batas bawah lapisan termoklin

paling dalam dibandingkan lintasan Arlindo lainnya.

Di zona luar terjadinya front, produktivitas primer di bawah lapisan permukaan

tercampur dapat diabaikan, namun tidak demikian halnya di wilayah terjadinya front

yang ternyata memiliki produktivitas primer pada wilayah kolom perairan 6.5 kali lebih

tinggi dengan konsentrasi klorofil-a 40 kali lebih banyak dibandingkan di wilayah dekat

permukaan (Mann and Lazier 2006). Hal tersebut bisa terjadi karena adanya lapisan

pycnocline yang dangkal yang terdapat di zona front (Sangra et al. 2001), yang di

dalamnya meme-rangkap komunitas plankton (Martin 2003, Biktashev and Brindley

2003, Pershing et al. 2001,). Di lapisan ini, fitoplankton dapat melakukan proses

fotosintesis secara lebih aktif karena mendapat pencahayaan yang cukup dan asupan

nutrien yang secara kontinu terdifusi dari lapisan bawah (Mann and Lazier 2006, Lalli

and Parsons 2000).

Bila dikaitkan dengan upwelling, yaitu peristiwa pengangkatan massa air yang

kaya nutrien ke dalam lapisan tercampur di dekat permukaan. Peristiwa upwelling yang

dipengaruhi oleh adanya lapisan termoklin yang dangkal, dapat memacu eskalasi

produktivitas biologis karena proses produksi melalui fotosintesis oleh fitoplankton

dapat berlangsung lebih optimal akibat adveksi nutrien dari lapisan bawah termoklin

langsung dimanfaatkan untuk produksi. Adanya kondisi yang demikian telah

digambarkan oleh Wyrtki (1962) dan Purba et al. (1994) terhadap kondisi lapisan

termoklin di selatan Jawa terkait peristiwa upwelling sepanjang bertiupnya Angin

Muson Tenggara terutama di Bulan Agustus.

Page 49: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

33

3.2.3. Struktur lapisan hambur balik akustik dan produktivitas sekunder

Lapisan hambur balik akustik –HBA (biasa disebut juga sebagai deep scattering

layer –DSL) merupakan lapisan di kolom perairan laut yang di dalamnya terdapat

berbagai jenis hewan, terutama dari zooplankton dan mikronekton, yang pertama kali

diidentifikasi oleh sonar pada tahun 1948 dan memiliki dinamika gerak vertikal

terhadap permukaan laut secara harian atau diel vertical migration –DVM (Tont 1975).

Umumnya komunitas zooplankton dan mikronekton di lapisan HBA melakukan migrasi

ke arah dekat permukaan laut pada waktu malam dan bergerak menjauh dari permukaan

pada siang hari, dikarenakan beberapa faktor yaitu (i) menghindari predasi, (ii) respon

adaptasi terhadap suhu, cahaya, dan kandungan oksigen (Tont 1975; Clark and Levy

1988; Hays 2003). Tont (1975) menuliskan bahwa terdapat beberapa lokasi di perairan

Pasifik yang memiliki lapisan HBA ganda, walaupun mayoritas perairan tersebut

memiliki lapisan HBA tunggal dengan kisaran kedalaman 100-500 m.

Greene and Wiebe (1990) menjelaskan bahwa teknologi bioakustik, menggunakan

Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) atau BIOMAPPER atau echo sounder,

menyediakan platform yang memudahkan kajian lapisan HBA dan mekanisme migrasi

vertikal harian komunitas zooplankton/mikronekton di suatu perairan, karena mampu

memberikan resolusi temporal lebih baik dibandingkan jaring plankton biasa dan tidak

memberikan dampak merusak terhadap komunitas hayati tersebut (pengukuran

biomassa zooplankton didasarkan pada volume sinyal akustik yang dipancar dan

dipantulkan kembali oleh partikel-partikel renik seperti zooplankton dan mikronekton).

Dengan demikian, penggunaan instrumen ADCP kini sangat umum digunakan untuk

mengetahui kondisi awal komunitas zooplankton, dan pada saat yang bersamaan

digunakan untuk mengukur profil arus (arah dan kecepatan) di perairan tersebut (ca.

Holliday et al. 2010, van Haren 2009, Kaltenberg 2004). Penggunaan ADCP juga dapat

menunjukkan adanya mikrostruktur habitat pelagis yang mengindikasikan peningkatan

produktivitas biologis di suatu perairan (ca. Holliday 2010, Pena 2006, Kaltenberg 2004).

Dikaitkan dengan keberadaan cetacea sebagai predator utama di perairan laut,

maka pendugaan biomassa akustik komunitas zooplankton menggunakan ADCP dapat

mengindikasikan profil produktivitas sekunder di suatu perairan. Selain itu,

menggunakan ADCP berfrekuensi rendah Kaltenberg (2004) menemukan asosiasi erat

Page 50: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

34

keberadaan Physeter macrocephalus di lokasi-lokasi spesifik di perairan Gulf of

Mexico yang memiliki lapisan HBA ganda. Keeratan preferensi habitat apex predator

cetacea tersebut terhadap wilayah foraging-nya diketahui dari tingkah laku menyelam

periodik dan durasi waktu selam yang lebih lama di kedalaman lapisan HBA kedua

(650-800 m).

3.3. Bahan dan metode

Data suhu perairan dan data akustik hasil pengukuran ADCP di perairan Selat

Ombai diunduh pada situs http://www.marine.csiro.au/~cow074/index.htm dengan

nama file ‘Ombai North deployment 1’ yang merupakan data hasil kegiatan INSTANT

(International Nusantara Stratification And Transport) fase pertama. Data berformat

‘zipped netcdf files’ (.nc) tersebut dibaca dengan software ODV (Ocean Data View)

versi 3.4.3 dan Matlab versi 7.4. Walaupun berperan utama sebagai pengukur arah dan

kecepatan arus, ADCP juga dapat digunakan untuk menduga biomassa dan sebaran

komunitas zooplankton dan mikronekton di kolom perairan pelagis, melalui kekuatan

intensitas gema (echo intensity –EI, satuan counts) yang diterima oleh transduser

ADCP. Data nilai EI yang digunakan pada penelitian ini telah melalui proses quality

control oleh CSIRO, dan tidak menggunakan data mentah sebagaimana penelitian

serupa sebelumnya (ca. Gustamila 2006, Kharisma 2009).

Analisis data

Hasil perekaman suhu selama satu tahun (5 Januari 2004 – 4 Januari 2005) dari

kedalaman 100 m, 125 m, 170 m, 240 m, 350 m, 450 m, 700 m, dan 1000 m memiliki

interval data yang bervariasi, tergantung pada tipe sensor yang digunakan. Set data suhu

selanjutnya diturus dan dikelompokkan menggunakan software Microsoft Excel,

sebelum kemudian dirata-ratakan pada interval 2 jam. Penggunaan data time series

selama 12 bulan didasari oleh ketidaksinambungan data time series 18 bulan, yang

merupakan periode penenggelaman mooring oseanografi. Sebaran suhu secara vertikal

dan temporal digambarkan sebagai profil melintang (section) menggunakan perangkat

ODV v3.4.3. Untuk melihat, mengolah, dan menampilkan nilai dan sebaran volume

hambur balik digunakan software MATLAB 7.4. Spesifikasi mooring oseanografi dan

ADCP yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 5 dan 7.

Page 51: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

35

3.4. Hasil

3.4.1. Struktur lapisan termoklin di Selat Ombai

Dinamika lapisan termoklin di Selat Ombai ditunjukkan pada Gambar 3-2. Hasil

perekaman suhu di tiap lapisan kedalaman secara detail dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 3-2. Variabilitas suhu di perairan Selat Ombai secara menegak (100-1000 m)

dan secara temporal (5 Januari 2004 – 4 Januari 2005).

100

250

400

550

700

850

1000

5 10 15 20 25

Keda

lam

an (m

)

Suhu (oC) Jan-04

Feb-04

Mar-04

Apr-04

May-04

Jun-04

Jul-04

Aug-04

Sep-04

Oct-04

Nov-04

Bulan ke-

Page 52: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

36

Gambar 3-2 menunjukkan variabilitas termoklin di perairan Selat Ombai dan

terlihat bahwa termoklin pada umumnya memiliki lapisan yang tipis dan berada pada

kedalaman ca. 250 m, kecuali bulan Mei yang lapisan termoklinnya tebal dengan

kedalaman mencapai 300 m. Kondisi tersebut merupakan fitur termoklin yang paling

dalam dibandingkan perairan lain di laut nusantara dan di perairan lintasan Arlindo

lainnya (Sprintall pers. comm.). Pada masa-masa tertentu, terlihat juga bahwa lapisan

termoklin bergerak ke arah dekat permukaan (April 2004 dan Juli-Nopember 2004),

bahkan pada Agustus 2004 terlihat batas lapisan termoklin berada di kedalaman ca. 200

m. Mann and Lazier (2006) menjelaskan bahwa lapisan termoklin yang tebal dan dalam

dapat mengakibatkan penurunan kandungan klorofil-a permukaan, sedangkan lapisan

termoklin tipis dan dekat permukaan dapat meningkatkan kandungan klorofil-a

permukaan karena proses produksi fitoplankton berlangsung lebih efisien.

3.4.2. Struktur lapisan hambur balik akustik di Selat Ombai

Profil lapisan hambur balik akustik dan biomassa akustik di lapisan epipelagis

perairan Selat Ombai ditunjukkan pada Gambar 3-3, berdasarkan intensitas gema (echo

intensity- EI) maksimum yang diterima instrumen moored ADCP. Rata-rata hasil

pengukuran dari 4 bim ADCP secara terpisah ditampilkan di Lampiran 8a, 8b, 8c, dan

8d. Terlihat adanya mikrostruktur yang merepresentasikan sebaran dan biomassa

komunitas penghambur balik akustik (ca. zooplankton dan mikronekton) di kolom

perairan tersebut. Skala intensitas gema (dalam satuan counts) ditampilkan berdasarkan

pewarnaan yang mewakili biomassa akustik tinggi (merah) dan rendah (biru).

Gambar 3-3 menunjukkan bahwa intensitas biomassa akustik yang masif dan

paling tinggi dijumpai pada waktu malam hari. Dari pencitraan biomassa akustik pada

Gambar 3-3 dan pada tiap bim ADCP (Lampiran 8a s/d 8d), terlihat adanya struktur

mikro yang terpisah-pisah (patchy microstructure) yang mengindikasikan bahwa

komunitas zooplankton dan mikronekton di Selat Ombai banyak yang terperangkap di

kolom perairan tertentu. Hal tersebut sangat mungkin terjadi akibat pengaruh internal

wave yang memungkinkan adanya stratifikasi kolom perairan (Sangra et al. 2001) dan

menghambat pergerakan zooplankton/mikronekton dari kolom perairan tempatnya

terperangkap.

Page 53: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

37

Gambar 3-3. Variabilitas harian EI-maksimum, hasil pengukuran moored ADCP di

perairan Selat Ombai

Resolusi vertikal terhadap kedalaman menunjukkan bahwa mikrostruktur

biomassa akustik sangat jelas terlihat pada kedalaman di atas 250 m sampai ke dekat

permukaan pada waktu menjelang malam (ca. 17:00 dan 5:00 waktu lokal). Dengan

demikian, sangat mungkin mikrostruktur tersebut berasosiasi dengan fenomena migrasi

vertikal harian oleh komunitas zooplankton dan mikronekton. Hasil pencitraan ADCP

pada Gambar 3-3 tidak melalui proses filter data menggunakan software VmDas,

sebagaimana dilakukan oleh Gustamila (2006) dan Kharisma (2009) karena set data

yang diterima sudah melalui proses quality control oleh CSIRO.

Semua hasil pengukuran empat bim ADCP juga menunjukkan profil biomassa

akustik yang tinggi pada malam hari di lapisan dekat permukaan, dengan biomassa

akustik yang lebih tinggi dan masif di batas atas lapisan mesopelagis (Lampiran 8a s/d

8d). Komponen hayati yang diwakilkan oleh biomassa akustik tersebut umumnya

adalah kopepoda, telur plankton, dan khaetognatha, yang umum dijumpai di lapisan

dekat permukaan (Pena 2006, Wisudawati 2006). Di lapisan tengah biomassa akustik

diwakilkan oleh amfipoda, euphasiid, dekapoda, dan jenis krustasea lainnya, sedangkan

di lapisan dalam biasa dihuni oleh kopepoda berukuran besar, khaetognatha, sifonofor,

ostrakoda, larva ikan, dan gastropoda (Pena 2006).,

Page 54: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

38

3.5. Pembahasan

Pengaruh lapisan termoklin terhadap dinamika produktivitas primer dan implikasinya terhadap ketersediaan mangsa apex predator cetacea

Kondisi kolom perairan Selat Ombai dikaji berdasarkan profil lapisan termoklin

(Gambar 3-2) dan lapisan hambur balik akustik (Gambar 3-3; Lampiran 8a s/d 8d), yang

menunjukkan adanya variasi temporal sebaran suhu dan sebaran densitas

zooplankton/mikronekton secara melintang terhadap kedalaman. Batas bawah lapisan

termoklin bervariasi tiap bulannya, dengan bulan Februari 2004 dan Juli-Agustus 2004

yang memiliki batas bawah lapisan termoklin paling dangkal dibandingkan bulan

lainnya dan Mei 2004 sebagai periode dengan batas bawah lapisan termoklin paling

dalam (Gambar 3-2). Bila dikaitkan dengan dinamika produktivitas primer bulanan

yang ditunjukkan oleh Gambar 2-6, maka pada bulan Februari, Juli, dan Agustus 2004

terlihat adanya fitur upwelling dan kandungan klorofil-a permukaan yang tinggi di

perairan tersebut (Gambar 2-6 dan Lampiran 4). Mann and Lazier (2006) menjelaskan

bahwa lapisan termoklin yang dangkal lebih potensial memacu peningkatan

produktivitas primer perairan, karena difusi zat hara dari dasar perairan menjadi lebih

efektif dimanfaatkan oleh fitoplankton yang berada di lapisan dekat permukaan.

Atmadipoera et al. (2009) menekankan adanya kondisi spesifik di lapisan

termoklin Selat Ombai sehingga fenomena percampuran vertikal yang intensif bisa

berlangsung, yaitu pengaruh massa air tawar dari Laut Jawa mencapai batas bawah

lapisan termoklin. Percampuran vertikal tersebut berlangsung sepanjang tahun sehingga,

ditambah pengaruh lapisan termoklin yang dangkal, fenomena internal wave, dan

pergerakan Arlindo, menyokong kondisi persistent upwelling, terbentuknya eddies dan

thermal front, serta terdeteksinya fitur biological hot spots oleh sensor SeaWiFS.

Kondisi yang demikian, potensial menjadikan perairan Selat Ombai sebagai foraging

site komunitas cetacea apex predator, terutama Stenella longirostris, Pseudorca

crassidens, dan Orcinus orca yang memangsa nekton epipelagis. Populasi Stenella

longirostris di Hawaii juga kerap terdeteksi di wilayah biological hot spots dan

memangsa komunitas perbatasan mesopelagis (Benoit-Bird and Au 2003).

Page 55: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

39

Profil lapisan hambur balik akustik dan implikasinya terhadap produktivitas primer perairan dan ketersediaan mangsa apex predator cetacea

Penggunaan instrumen ADCP dalam penelitian oseanografi biologi, terutama

zooplankton, masih tergolong hal yang baru (Greene and Wiebe 1990), namun sejumlah

aplikasi terhadap pemanfaatan data ADCP untuk mengkaji dinamika komunitas hayati

telah banyak dilakukan (ca. Gustamila 2006, Kaltenberg 2004). Trevorrow (2005)

memberikan sejumlah kelebihan dalam penggunaan teknologi bioakustik ini, terutama

dalam kemampuannya mengetahui struktur habitat pelagis secara vertikal yang tidak

bisa diketahui hanya dengan menggunakan jaring plankton biasa. Selain itu, kelebihan

dalam menampilkan data bersinambung dan kemampuan sinoptiknya melingkupi ruang

dan periode tertentu di suatu sistem perairan (Trevorrow 2005, Greene and Wiebe 1990)

menjadikan teknologi ini semakin marak diaplikasikan.

Dari Gambar 3-3 dapat dilihat bahwa lapisan HBA di perairan Selat Ombai berada

pada kedalaman ca. 250 m, yang merupakan batas bawah lapisan termoklin. Dari sini

dapat diduga bahwa level kedalaman tersebut merupakan domain interaksi pemangsaan

yang utama antara komunitas fitoplankton dan zooplankton. Biomassa akustik di lapisan

pelagis menunjukkan adanya variasi sebaran vertikal pada periode tertentu dalam kurun

waktu 24 jam. Pada petang hari, ca. 17:00 waktu lokal, terlihat jelas adanya

mikrostruktur yang berkorespondensi dengan tingkah laku migrasi vertikal harian

karena sebarannya mencapai ke lapisan dekat permukaan.

Gambar 3-3 juga menunjukkan kecenderungan adanya sinyal EI yang bias di

batas bawah lapisan termoklin (ca. 250 m). Hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh

sebaran partikel tersuspensi selain komunitas zooplankton/mikronekton, seperti bahan

organik atau sedimen, yang juga dapat mempengaruhi sinyal EI yang diterima ADCP.

Trevorrow (2005) dan Berman et al. (2002) menjelaskan pentingnya pemahaman

mengenai (1) kondisi lapisan pelagis, terutama terkait fitur upwelling, lapisan termoklin,

dan topografi, (2) laju migrasi vertikal tiap jenis zooplankton/mikronekton, karena

masing-masing dapat mempengaruhi karakteristik gema.

Hal lain yang mempengaruhi karakteristik gema yang dipantulkan zooplankton

terkait dengan adaptasi fisiologis, karena EI tidak hanya dipengaruhi oleh kelimpahan

tetapi juga morfologi dan kandungan lipid tubuhnya. Dagg et al. (2006) mendapati dua

kelompok populasi Neocalanus spp. di dua tipe habitat di sekitar front Gulf of Alaska,

Page 56: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

40

yang masing-masing memiliki variasi morfologi dan kandungan lipid. Variasi tersebut

selanjutnya mempengaruhi dinamika pemangsaan fitoplankton dan karakteristik EI.

Zooplankton yang terperangkap di wilayah transisi front, memiliki kandungan lipid

lebih banyak dan menghasilkan nilai EI yang lebih tinggi dibandingkan zooplankton di

luar zona front, walaupun merupakan spesies yang sama. Pemangsaan fitoplankton di

zona front juga berlangsung lebih agresif, sehingga tak jarang sel fitoplankton tidak

utuh dicerna oleh zooplankton. Keberadaan sel fitoplankton hidup yang didukung oleh

mekanisme mixing/stirring, yang umum terdapat di zona front, dan radiasi matahari

yang cukup di lapisan kedalaman tersebut, selanjutnya menyokong proses reproduksi

populasi fitoplankton untuk kembali melimpah. Kesinambungan proses bioenergetika di

wilayah front memungkinkan eskalasi produksi dan pemangsaan antar komunitas

jenjang trofik yang berbeda, baik di tingkat dasar (fitoplankton) maupun di tingkat

perantara (zooplankton). Pada akhirnya, kondisi tersebut memacu kehadiran nekton

pelagis yang merupakan mangsa apex predator cetacea.

3.6. Simpulan

Pencitraan lapisan perairan pelagis diperoleh menggunakan set data mooring

oseanografi Ombai yang menghasilkan profil lapisan termoklin dan profil lapisan

hambur balik akustik (lapisan HBA). Lapisan termoklin memiliki variabilitas yang

selaras dengan pencitraan sebaran klorofil-a bulanan, serta mendukung kondisi

persistent upwelling di perairan tersebut. Profil lapisan HBA pada siang hari terdeteksi

di kedalaman ca. 250 m, yang merupakan batas bawah lapisan termoklin serta

merupakan domain interaksi pemangsaan yang utama antara komunitas produsen dan

grazers. Terlihat juga adanya mikrostruktur biomassa akustik yang merupakan fitur

khas yang umum dijumpai di perairan yang mengalami internal wave, front, eddies, dan

memiliki topografi rumit, seperti di Selat Ombai. Berdasarkan hal tersebut, dapat

disimpulkan bahwa perairan Selat Ombai memiliki sub-sistem produksi fitoplankton

dan zooplankton/mikronekton yang optimal, dengan laju produksi dan daya dukung

yang mampu berlangsung selaras dengan rekrutmen mangsa komunitas cetacea.

Page 57: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

41

Daftar Pustaka

Atmadipoera AS, R Molcard, G Mardec, S Wijffels, J Sprintall, A Koch-Larrouy, I Jaya, and A Supangat. 2009. Characteristics and variability of the Indonesian throughflow water at the outflow straits. Deep-Sea esearch I 56(2009)1942–1954. doi:10.1016/j.dsr.2009.06.004

Ballance LT, RL Pitman, and PC Fiedler. 2006. Oceanographic influences on seabirds and cetaceans of the eastern tropical Pacific: A review. Progress in Oceanography 69 (2006) 360–390. doi:10.1016/j.pocean.2006.03.013

Benoit-Bird KJ and WWL Au. 2003. Prey dynamics affect foraging by a pelagic predator (Stenella longirostris) over a range of spatial and temporal scales. Behav Ecol Sociobiol (2003) 53:364–373. DOI 10.1007/s00265-003-0585-4

Berman MS, JR Green, DV Holliday and CF Greenlaw. 2002. Acoustic determination of the fine-scale distribution of zooplankton on Georges Bank. Mar. Ecol. Prog. Ser. 220:59-72

Biktashev VN and J Brindley. 2003. Phytoplankton blooms and fish recruitment rate: Effects of spatial distribution. Pre-print version submitted to Elsevier Science.

Bost CA, C Cotte, F Bailleul, Y Cherel, JB Charrassin, C Guinet, DG Ainley, and H Weimerskirch. 2009. The importance of oceanographic fronts to marine birds and mammals. Journal of Marine Systems 78 (2009): 363-376. doi:10.1016/j.jmarsys.2008.11.022

Burchard H, K Bolding, TP Rippeth, A Stips, JH Simpson, and J Sundermann. 2002. Microstructure of turbulence in the northern North Sea: a comparative study of observations and model simulations. Journal of Sea Research 47 (2002): 223-238

Burtenshaw JC, EM Oleson, JA Hildebrand, MA McDonald, RK Andrew, BM Howe, and JA Mercer. 2004. Acoustic and satellite remote sensing of blue whale seasonality and habitat in the Northeast Pacific. Deep-Sea Research II 51 (2004) 967–986. doi:10.1016/j.dsr2.2004.06.020

Clark CW and DA Levy. 1988. Diel vertical migrations by juvenile sockeye salmon and the antipredation window. American Naturalists 161 (2):271-290.

Dagg MJ, H Liu, and AC Thomas. 2006 Effects of mesoscale phytoplankton variability on the copepods Neocalanus flemingeri and N. plumchrus in the coastal Gulf of Alaska. Deep-Sea Research I 53 (2006) 321–332. doi:10.1016/j.dsr.2005.09.013

Doniol-Valcroze T, D Berteaux, P Larouche, and R Sears. 2007. Influence of thermal fronts on habitat selection by four rorqual whale species in the Gulf of St. Lawrence. Mar Ecol Prog Ser Vol 335: 207-216.

Embling CB, PG Hernandes, PS Hammond, E Armstrong, and J Gordon. 2005 Investigations into the relationship between pelagic fish and dolphin distributions off the west coast of Scotland. ICES CM2005; 15 pp.

Genin A. 2004. Bio-physical coupling in the formation of zooplankton and fish aggregations over abrupt topographies. Journal of Marine Systems 50: 3-20. doi:10.1016/j.jmarsys.2003.10.008

Greene CH and PH Wiebe. 1990. Bioacoustical Oceanography: New Tools for Zooplankton and Micronekton Research in The 1990s. Oceanography: April 1990

Page 58: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

42

Gustamila M. 2006. Variasi harian, bulanan, dan musiman acoustic volume backscattering strength (SV) di Selat Lombok. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi, tidak dipublikasikan]

Hastie GD, B Wilson, LJ Wilson, KM Parsons, and PM Thompson. 2004. Functional mechanisms underlying cetacean distribution patterns: hotspots for bottlenose dolphins are linked to foraging. Marine Biology (2004) 144: 397–403. DOI 10.1007/s00227-003-1195-4

Hays GC. 2003. A review of the adaptive significance and ecosystem consequences of zooplankton diel vertical migrations. Hydrobiologia 503: 163-170.

Holliday DV, CF Greenlaw, and PL Donaghay. 2010. Acoustic scattering in the coastal ocean at Monterey Bay, CA, USA: Fine-scale vertical structures. Continental Shelf Research 30 (2010): 81–103. doi:10.1016/j.csr.2009.08.019

Kaltenberg AM. 2004. 38-kHZ ADCP Investigation of Deep Scattering Layers in Sperm Whale Habitat in the Northern Gulf of Mexico. Texas A&M University.

Kharisma RE. 2009. Perbandingan pola migrasi deep scattering layer di Selat Makassar dan Selat Lombok menggunakan nilai acoustic volume backscattering strength hasil pengukuran ADCP. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi, tidak dipublikasikan]

Lalli C and TR Parsons. 2000. Biological oceanography - an introduction. 2nd edition. Butterworth-Heinemann: 314 pp.

Lennert-Cody CE and PJS Franks. 1999. Plankton patchiness in high-frequency internal waves. Mar Ecol Prog Ser. 186: 59-66

Mann KH and JRN Lazier. 2006. Dynamics of marine ecosystems: biological-physical interactions in the oceans. 3rd

Miller CB. 2004. Biological oceanography. Blackwell publishing. ix+402 pp.

edition. Blackwell Publishing: 496 pp.

Molcard R, M Fieux, and F Syamsudin. 2001. The throughflow within Ombai Strait. Deep-Sea Research I 48: 1237-1253

Moore TS and J Marra. 2002. Satellite observations of bloom events in the Strait of Ombai: Relationships to monsoons and ENSO. Geochem Geophys Geosyst 3 (2). doi: 10.1029/2001GC00174.

Moore SE, WA Watkins, MA Daher, JR Davies, and ME Dalheim. 2000. Blue whale habitat associations in the northwest Pacific: analyses of remotely-sensed data using Geographic Information System. Oceanography 15 (3), 20-25.

Nonti A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. 368 hal.

Pena WPR. 2006. Characterizing zooplankton and micronekton diel vertical migration at the Western Puerto Rican shelf/slope break.MSc Thesis. University of Puerto Rico.

Pershing AJ, PH Wiebe, JP Manning, NJ Copley. 2001. Evidence for vertical circulation cells in the well-mixed area of Georges Bank and their biological implications. Deep-Sea Research II 48 (2001) 283-310.

Purba M, INMN Natih, dan AS Atmadipoera. 1994. Keterkaitan sifat-sifat oseanografi dengan sifat-sifat biologis sebagai akibat proses upwelling di perairan selatan Jawa Barat. Laporan penelitian. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Page 59: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

43

Record NR and B de Young. 2006. Patterns of diel vertical migration of zooplankton acoustic Doppler velocity and backscatter data on the Newfoundland Shelf. Can. J. Fish Aquat. Sci.: 63: 2708-2721.

Robertson R and A Ffield. 2005. M2 Baroclinic tides in the Indonesian Seas. Oceanography Vol. 18, No. 4, Dec. 2005.

Robertson R and A Ffield. 2008. Baroclinic tides in the Indonesian Seas. Part 2: Interactions between tidal constituents, energy fluxes, and tidal mixing with a focus on Ombai Strait, doi:10.1029/2007JC004677.

Robertson R. pers. comm. 2008. Tidal effects on circulation and mixing in the Ombai Strait. [article in press sent 20 November 2008]

Sangra P, G Basterretxea, JL Pelegri, and J Aristegui. 2001. Chlorophyll increase due to internal waves on the shelf break of Gran Canaria (Canary Islands). Sci. Mar. (Suppl. 1): 89-97

Sprintall J. pers. comm. 2007. Instant Workshop: Bogor, 5 Nopember 2007

Steele JH. 1989. The ocean ‘landscape’. Landscape Ecology Vol. 3, No. 3, 185-192 pp.

Tont SA. 1975. Deep scattering layers: patterns in the pacific. Reports volume XVIII, 1 Juli 1973 to 30 June 1975. California Cooperative Oceanic Fisheries Investigations

Trevorrow M. 2005. The use of moored inverted echo sounders for monitoring mesozooplankton and fish near the ocean surface. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 62: 1004-1018

Tynan CT, DG Ainley, JA Barth, TJ Cowles, SD Pierce, and LB Spear. 2005. Cetacean distribution relative to ocean processes in the northern California Current System. Deep-Sea Research II: 145-167.

van Haren H. 2009. Using high sampling-rate ADCP for observing vigorous processes above sloping [deep] ocean bottoms. Journal of Marine Systems 77 (2009) 418–427. doi:10.1016/j.jmarsys.2008.10.012

Wisudawati D. 2006. Deteksi sebaran kopepoda dengan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) di Selat Ombai, Timor. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi, tidak dipublikasikan]

Worm B, HK Lotze, and RA Myers. 2003. Predator diversity hotspots in the blue ocean. PNAS 2003;100;9884-9888. doi:10.1073/pnas.1333941100

Wyrtki K. 1962. The upwelling in the region between Java and Australia during the south east monsoon. Australian Journal of Marine and Freshwater Research 13 (3): 217-225.

Zhou M, ME Huntley, and TM Powell. 1997. Measuring the influence of animals on turbulence in the sea. Final Report.

Page 60: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

44

4. SEBARAN DAN KELIMPAHAN CETACEA DI SELAT OMBAI

4.1. Pendahuluan

Laut Indonesia diketahui merupakan habitat cetacea dan diperkirakan paling tidak

ada 30 spesies cetacea yang tercatat di berbagai wilayah perairan nusantara (Rudolph et

al. 1997, Tomascik et al. 1997) meski informasi terinci mengenai sebaran dan

kelimpahannya masih perlu pengajian lebih luas. Salah satu faktor yang menjadi

lambannya kajian cetacea di Indonesia, terutama di alam bebas, adalah sangat

diperlukannya moda kapal cepat dengan daya jelajah tinggi dan kapal tersebut harus

memiliki ruang yang cukup lapang untuk aktivitas rutin minimal dua orang pengamat

cetacea. Dengan demikian, penelitian terhadap komunitas cetacea di habitat aslinya bisa

menjadi satu kegiatan yang memerlukan biaya tinggi. Khusus di perairan Selat Ombai

dan sekitarnya (Laut Sawu, perairan Solor, dan perairan Nusa Tenggara), sedikitnya

tercatat ada 23 spesies cetacea dan enam spesies di antaranya tergolong paus berukuran

besar (Rudolph et al. 1997, Tomascik et al. 1997, Barnes 1996). Sebagai biota nektonik

yang memiliki daya jelajah tinggi, sejumlah jenis cetacea diketahui menggunakan

berbagai selat dan perairan antar pulau di wilayah timur Indonesia sebagai jalur migrasi

utama masuk dan keluar perairan nusantara menuju Samudera Pasifik dan/atau

Samudera Hindia. Pemahaman mengenai sebaran, kelimpahan, dan pola pergerakan

cetacea di suatu perairan dapat digunakan untuk menelaah ekologi cetacea di

lingkungan tersebut, juga sebagai bahan masukan dalam rumusan pengelolaan dan

konservasi cetacea di Indonesia.

Selat Ombai, terletak antara Pulau Alor dan Pulau Timor, yang memiliki

kedalaman sill 3250 meter merupakan salah satu jalur utama pergerakan Arus Lintas

Indonesia (Arlindo), juga berperan sebagai satu-satunya perairan di wilayah tropis yang

menghubungkan dua massa air dari dua samudera yang berbeda yaitu Samudera Pasifik

dan Samudera Hindia (Gordon 2001, Molcard et al. 2001). Perairan Selat Ombai

memiliki karakteristik yang dinamis, ditandai dengan tingginya produktivitas primer

yang kuantitasnya berubah-ubah dalam jangka waktu singkat akibat proses percampuran

massa air yang kompleks (Moore and Marra 2002, Robertson and Ffield 2005,

Page 61: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

45

Atmadipoera et al. 2009). Terkait dengan hal tersebut, di lokasi ini diletakkan dua

mooring oseanografi sebagai bagian dari program penelitian INSTANT yang mengkaji

karakteristik dan dinamika Arlindo dari tahun 2003-2006. Dalam program penelitian

ini, terdapat kegiatan pelayaran yang melintasi sejumlah wilayah perairan yang menjadi

jalur masuknya massa air Samudera Pasifik dan jalur keluar menuju Samudera Hindia.

Jalur masuk dan keluar Arlindo, terutama yang ada di perairan Sunda Kecil, ditengarai

merupakan koridor migrasi paus (Kahn et al. 2000, Kahn 2001), sehingga Pelayaran

INSTANT merupakan platform yang ideal untuk melakukan kajian cetacea serta

mencari tahu keterkaitan ekologi cetacea dengan perairan yang menjadi habitatnya.

Dalam dua kali pelayaran INSTANT, untuk menenggelamkan (Desember 2003 –

Januari 2004, Pelayaran INSTANT I) dan recovery/redeployment mooring oseanografi

(Juni-Juli 2005, Pelayaran INSTANT II), survei visual cetacea telah dilakukan dan

dikhususkan di perairan Selat Ombai dan sekitarnya. Topik “Sebaran dan Kelimpahan

Cetacea di Selat Ombai”, yang menjadi bagian dari tesis ini, ditujukan untuk

menguraikan hasil pengamatan survei visual cetacea selama dua pelayaran INSTANT

tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui sebaran spasial dan temporal

komunitas cetacea di perairan Selat Ombai, serta kedudukan trofik komunitas cetacea

dapat dipahami berdasarkan tingkah laku pemangsaannya.

4.2. Komunitas cetacea di Selat Ombai dan sekitarnya

Cetacea merupakan istilah taksonomi, pada tingkat ordo, untuk kelompok

mammalia yang terdiri atas tiga kelompok yaitu paus, lumba-lumba, dan porpoises

(pesut atau cetacea berhidung pendek), yang telah mengembangkan berbagai

kemampuan adaptasi evolusioner untuk bisa hidup sepenuhnya di dalam air. Istilah

cetacea berasal dari Bahasa Yunani Kuno, ketos, yang artinya monster laut atau ikan

yang sangat besar, walaupun ada kelompok cetacea yang ukurannya < 2.0 meter seperti

sejumlah spesies paus kerdil dan pesut. Hingga saat ini ada 88 spesies cetacea yang

diketahui hidup di seluruh dunia, termasuk yang berhabitat di air tawar, dengan tiga

spesies baru yang ditetapkan setelah tahun 2000 yaitu Balaenoptera omurai (Wada et

al. 2003), Orcaella heinsohni (Beasley et al. 2005), dan Mesoplodon perrini (Dalebout

Page 62: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

46

et al. 2002). Ada tiga sub-ordo di bawah Ordo Cetacea, yaitu Mysticeti, Odontoceti, dan

Archaeoceti yang sudah punah. Dalam percabangan ilmu biologi dan kelautan, Cetologi

merupakan salah satu yang khusus mempelajari cetacea.

Mysticeti

Mysticeti merupakan kelompok extant cetacea yang memiliki semacam gigi

berupa pelat kapur yang menyerupai surai tebal atau disebut sebagai baleen. Pelat kapur

tersebut digunakan untuk menyaring makanannya yang berupa plankton dan ikan-ikan

kecil. Ada 16 spesies anggota sub-ordo Mysticeti, yang salah satunya baru saja

ditetapkan sebagai spesies baru pada tahun 2003 yaitu Balaenoptera omurai (Wada et

al. 2003). Diperkirakan ada 8 spesies Mysticeti yang bisa ditemukan di perairan Solor,

Selat Ombai, dan Laut Sawu (Tomascik et al. 1997) yaitu Eubalaena glacialis, E.

australis, Balaenoptera acutorostrata, B. borealis, B. edeni, B. musculus, B. physalis,

dan Megaptera novaeangliae. Namun demikian menurut Jefferson et al. (1993) sebaran

Eubalaena glacialis dan E. australis terbatas di perairan sirkumpolar dan kutub.

Umumnya cetacea dari jenis Sub-ordo Mysticeti tergolong mamalia laut

berukuran besar (large marine mammals). Kisaran bobot paus Mysticeti adalah mulai

dari 3 ton, Caperea marginata, sampai dengan 120 ton, Balaenoptera musculus.

Spesies Mysticeti yang terakhir lebih dikenal dengan sebutan paus biru, merupakan

hewan terbesar yang pernah hidup di muka bumi dan tergolong makhluk hidup yang

terancam punah (IUCN 2009). Enam spesies cetacea dari kelompok Mysticeti yang

dapat ditemukan di perairan Selat Ombai dan sekitarnya, beserta status konservasi yang

diterapkan terhadap spesies tersebut dan gambarnya bisa dilihat di Tabel 4-1.

Page 63: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

47

Tabel 4-1. Status konservasi spesies cetacea yang ditemukan di perairan Selat Ombai dan sekitarnya (termasuk Laut Sawu dan Perairan Solor).

No Spesies Cetacea Status Konservasi Gambar

Mysticeti

1. Balaenoptera brydei* (paus bryde)

Tidak diketahui

2. Balaenoptera borealis* (paus sei)

Terancam punah

3. Balaenoptera edeni (paus kerdil bryde) Data kurang

4. Balaenoptera musculus* (paus biru)

Terancam punah

5. Balaenoptera physalus* (paus sirip)

Terancam punah

6. Megaptera novaeangliae* (paus bungkuk) Baik

Odontoceti

1. Tursiops truncatus†Data kurang

(Bottlenose dolphin)

2. Stenella attenuata(Pantropical spotted dolphin)

† Tergantung pada mekanisme

konservasi lokal

3. Stenella longirostris* (Spinner dolphin)

Tergantung pada mekanisme

konservasi lokal

Page 64: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

48

No Spesies Cetacea Status Konservasi Gambar

4. Stenella coeruleoalba† Tergantung pada mekanisme

konservasi lokal

(Striped dolphin)

5. Lagenodelphis hosei (Fraser’s dolphin) Data kurang

6. Grampus griseus* (Risso’s dolphin) Data kurang

7. Peponocephala electra†Baik

(Melon-headed whale)

8. Feresa attenuata (Pygmy killer whale) Data kurang

9. Pseudorca crassidens (False killer whale) Baik

10. Orcinus orca (Killer whale) Tergantung pada

mekanisme konservasi lokal

11. Globicephala macrorhynchus (Short-finned pilot whale)

Tergantung pada mekanisme

konservasi lokal

12. Physeter macrocephalus (Sperm whale) Rentan

13. Kogia simus(Dwarf sperm whale)

† Baik

Page 65: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

49

No Spesies Cetacea Status Konservasi Gambar

14. Kogia breviceps (Pygmy sperm whale) Baik

15. Ziphius cavirostris

(Cuvier’s beaked whale) Data kurang

16. Mesoplodon ginkgodens (Ginkgo-toothed beaked whale)

Data kurang

17. Mesoplodon densirostris (Blainville’s beaked whale)* Data kurang

Catatan: Informasi pada Tabel 2-1 disarikan dari IUCN (2009) dan Taylor et al. (2002); hak

cipta gambar tercantum di bawah gambar atau bersumber dari FAO, kecuali untuk spesies bertanda * (http://marinebio.org) dan bertanda † (http://www.cms.int).

Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources

(IUCN), status konservasi makhluk hidup terhadap resiko kepunahan dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu punah, terancam, dan beresiko kecil. Dua status, yaitu punah dan

punah di alam (extinct in the wild –E/ew), berlaku pada kelompok punah; empat status,

yaitu dalam bahaya kepunahan kritis (critically endangered–T/ce), bahaya punah

(endangered–T/e), rentan kepunahan, dan terancam punah, berlaku pada kelompok

terancam; serta tiga status berlaku pada resiko kecil, yaitu tergantung mekanisme

konservasi lokal (conservation dependent–LR/cd), mendekati terancam punah (near

threatened –LR/nt), dan kurang mendapat perhatian (least concerned –LR/lc). Data

kurang atau data kurang adalah status konservasi yang diberlakukan pada spesies-

spesies makhluk hidup yang sediaan informasi ilmiahnya masih sangat minim.

Merujuk pada status konservasinya, maka kelompok Mysticeti yang ada di

perairan Selat Ombai dan sekitarnya terbagi atas tiga kelompok kategori. Kelompok

pertama adalah spesies Mysticeti yang status konservasinya masih cukup baik (least

Page 66: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

50

concern), yaitu Megaptera novaeangliae atau paus bungkuk. Kelompok kedua adalah

spesies Mysticeti yang status konservasinya tidak diketahui, yaitu Balaenoptera brydei

dan B. edeni. Terakhir adalah kelompok yang berada dalam bahaya kepunahan, yaitu

Balaenoptera borealis (paus sei), B. physalus (paus sirip), dan B. musculus (paus biru).

Odontoceti

Sub-ordo lain dari Cetacea yang masih bisa ditemukan di habitatnya adalah

Odontoceti atau paus bergigi, namun tidak semua anggota spesies Odontoceti tergolong

sebagai paus. Anggota kelompok Odontoceti yang paling terkenal adalah lumba-lumba

(delphinids) dan paus pembunuh (Orcinus orca). Sebagai mammalia laut yang memiliki

gigi, umumnya Odontoceti tergolong pemburu aktif di laut atau habitat air lainnya

dengan makanan utama ikan, cumi-cumi, dan bahkan spesies mammalia laut lain. Ada

10 famili yang terlingkupi dalam Sub-ordo Odontoceti, yaitu Delphinidae, Phocoenidae,

Monodontidae, Physeteridae, Kogiidae, Iniidae, Lipotidae, Pontoporiidae, Platanistidae,

dan Ziphidae. Ke-17 spesies Odontoceti yang ditemukan di perairan Selat Ombai hanya

empat famili saja yaitu Delphinidae, Physeteridae, Kogiidae, dan Ziphidae.

Merujuk daftar spesies Odontoceti pada Tabel 4-1, spesies dengan nomor urut 1

hingga 11 termasuk ke dalam famili Delphinidae. Ada tiga status konservasi yang

berlaku untuk spesies Delphinidae dari perairan Selat Ombai dan sekitarnya, yaitu

“tergantung mekanisme konservasi lokal” atau tergantung di lingkup teritorial negara

mana spesies tersebut berada (Stenella attenuata, S. longirostris, S. coeruleoalba,

Orcinus orca, Globicephala macrorhynchus), data kurang (Tursiops truncatus,

Lagenodelphis hosei, Grampus griseus, Feressa attenuata), dan kurang mendapat

perhatian (Peponocephala electra, Pseudorca crassidens).

Page 67: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

51

4.3. Bahan dan metode

4.3.1. Alat dan bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pengamatan cetacea adalah binokuler

Nikon 7x25, kamera Nikon F60 dengan lensa tele 300 mm (pelayaran INSTANT

2003/2004) dan 280 mm (pelayaran INSTANT 2005), rol film, pinsil dan lembar data

pengamatan cetacea. Lembar pengamatan data dapat dilihat di Lampiran 1.

Lokasi dan waktu pengamatan cetacea

Lokasi pengamatan cetacea difokuskan di perairan Selat Ombai, sekitar 8º LS

120-125º BT (Gambar 2-1). Di perairan ini terdapat dua mooring oseanografi yang

ditenggelamkan di sisi selatan Pulau Alor (Ombai Utara) dan di sisi utara Pulau Timor

(Ombai Selatan).

Waktu pengamatan disesuaikan dengan pelayaran INSTANT. Pelayaran

INSTANT yang pertama (Pelayaran INSTANT I) bertujuan untuk menenggelamkan

mooring oseanografi, yaitu pada 28 Desember 2003 – 4 Januari 2004, sedangkan

pelayaran INSTANT yang kedua (Pelayaran INSTANT II) berlangsung pada 29 Juni –

4 Juli 2005. Bila dikaitkan dengan kondisi musim, maka Pelayaran INSTANT I

bertepatan dengan musim barat atau berhembusnya angin muson barat laut, sedangkan

Pelayaran INSTANT II bersamaan dengan awal dimulainya musim timur atau

bertiupnya angin muson tenggara.

Page 68: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

52

Keterangan: = lokasi penenggelaman mooring oseanografi INSTANT

Gambar 4-1. Peta lokasi penelitian

4.3.2. Metode pengamatan cetacea

Onboard cetacean survey umumnya dilakukan menggunakan kapal motor yang

kecepatannya bisa disesuaikan untuk mengejar kelompok cetacea yang terlihat,

hovering di permukaan untuk pengamatan intensif, dan memiliki jalur pelayaran yang

dirancang (transek) untuk melingkupi seluruh area survei (Anonimous 2003). Tidak

demikian halnya dengan survei cetacea pada Pelayaran INSTANT, karena pelayaran ini

dirancang untuk penenggelaman dan recovery/redeployment mooring oseanografi di

perairan Selat Ombai. Dengan demikian, terdapat beberapa penyesuaian dalam upaya

pengamatan cetacea sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini.

Pengamat tunggal melakukan upaya visual sepanjang hari terang, kondisi cuaca

baik dan cerah (misalnya: tidak hujan, skala Beaufort < 6) di anjungan Kapal Riset

Baruna Jaya 8 yang terletak ± 20 m di atas permukaan laut (Gambar 2-2, Lampiran 7).

Keterangan mengenai kondisi skala Beaufort disajikan di Lampiran 3. Waktu

pengamatan saat hari terang dimulai pada pukul 05:00 – 18:30 WITA untuk Pelayaran

INSTANT I dan pukul 06.00 – 18:00 WITA untuk Pelayaran INSTANT II. Selama

upaya visual dilakukan, pengamat bertukar posisi di dalam anjungan kapal tiap 30 menit

Page 69: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

53

untuk mengurangi kelelahan observasi (observational fatigue). Pada beberapa

pengamatan, pengamat turun dari anjungan ke dek bagian depan untuk melakukan

pengambilan gambar dengan kamera.

Keterangan: A. Dek bawah (haluan kapal) 1. Posisi pengamatan di sisi kiri anjungan B. Dek tengah 2. Posisi pengamatan di sisi kanan anjungan C. Anjungan (ruang kemudi)

Gambar 4-2. Skema lokasi pengamatan visual cetacea di Kapal Riset Baruna Jaya 8.

Saat cetacea terlihat, pengamat akan mengambil gambar dan mencatat

kehadirannya di lembar data pengamatan. Data pengamatan meliputi tipe cetacea (paus,

lumba-lumba, atau pesut), posisi kapal, perkiraan jumlah individu (ukuran kelompok),

dan tingkah laku. Lembar data pengamatan cetacea dapat dilihat di Lampiran 1. Jika

memungkinkan, identifikasi jenis secara pasti dilakukan di tempat. Untuk keperluan

identifikasi cetacea, buku yang digunakan adalah Jeffferson et al. (1993) dan Taylor et

al. (2002). Identifikasi spesies cetacea terutama didasari oleh morfologi sirip dorsal,

pola semburan (spout), tingkah laku dan sekuens penyelaman.

Cetacea dianggap tidak teridentifikasi jenisnya (unidentified cetacean) jika sampai

waktu 10 menit setelah perjumpaan dan upaya pengamatan, pengamat tidak bisa

melakukan identifikasi positif. Informasi tambahan mengenai komposisi kelompok

cetacea, keberadaan bayi cetacea (calf), perkiraan jarak dari kapal, arah pergerakan, dan

spesies yang berasosiasi juga dicatat jika memungkinkan. Sehubungan dengan

keterbatasan daya pengamatan dan inkonsistensi upaya pengamatan, maka cetacea yang

ternampak oleh awak kapal dan kru peneliti juga dicatat walaupun identifikasi spesies

tidak dilakukan.

C

A

1

2

B

Page 70: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

54

Penentuan spesies, kelimpahan, dan tingkah laku cetacea

Ada sejumlah karakteristik morfologi dan tingkah laku cetacea yang dapat

dijadikan acuan dalam mengidentifikasi cetacea secara visual sampai ke tingkat spesies.

Menurut Carwardine (1995), ada sedikitnya 12 karakteristik yang dijadikan acuan

mengidentifikasi cetacea, yaitu: (1) ukuran tubuh; (2) tanda-tanda yang tidak biasa pada

tubuh cetacea, misalnya goresan pada punggung; (3) bentuk, warna, posisi, dan tinggi

sirip punggung (dorsal fin); (4) bentuk tubuh dan bentuk kepala; (5) warna dan tanda

pada tubuh, misalnya eyespot, body spots, saddle; (6) bentuk semburan nafas (spout);

(7) bentuk dan tanda pada ekor (fluke); (8) gaya renang di permukaan air; misalnya cara

melekukkan punggung; (9) breaching dan tingkah laku unik lainnya, seperti aerials dan

spy-hopping; (10) jumlah individu yang terlihat; (11) habitat cetacea, misalnya: sungai,

muara, perairan pantai atau pelagis; (12) wilayah geografis, misalnya: tropis, kutub,

Indo-Pasifik. Skema morfologi cetacea secara umum dan bagian-bagian tubuhnya

ditunjukkan pada Gambar 4-3.

Gambar 4-3. Morfologi umum cetacea (Odontoceti: kiri dan Mysticeti: kanan) dan bagian-bagian tubuhnya (Modifikasi Carwardine 1995)

Kelimpahan merupakan konsep yang berbeda untuk tiap spesies atau kelompok

organisme dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang menjadi obyek kajian,

sehingga untuk spesies berdaya jelajah tinggi di perairan pelagis yang luas seperti

cetacea, kelimpahan dapat diukur berdasarkan parameter jumlah individu dan

perjumpaan (Begon et al. 2006). Untuk dapat menetapkan jumlah individu mamalia laut

secara tepat sangatlah sulit, karena hewan tersebut menghabiskan lebih banyak waktu

hidupnya didalam air, sehingga diperlukan metode estimasi yang tepat untuk melakukan

Page 71: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

55

perhitungan jumlah mamalia laut tersebut (Hammond et al. 2002). Ada dua teknik dasar

dalam upaya estimasi kelimpahan cetacea (di Sciara 1994), yaitu pendekatan stokastik

dan deterministik. Pendekatan stokastik dapat dilakukan pada spesies berukuran

populasi besar, berukuran tubuh kecil-sedang, dan yang biasa ditemukan di perairan

pelagis, sedangkan pendekatan deterministik ditetapkan untuk spesies yang berukuran

populasi kecil, berukuran tubuh besar, dan biasa ditemukan di perairan pantai.

Berdasarkan ukuran tubuhnya, cetacea digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu

cetacea berukuran kecil (< 5 m), sedang (5-15 m), dan besar (> 15 m). Pada penelitian

ini, pendugaan jumlah individu untuk cetacea berukuran kecil-sedang dan berkoloni

besar (> 30 individu) dilakukan secara stokastik, sedangkan untuk spesies cetacea

berukuran besar (> 15 meter) dilakukan secara deterministik.

Tingkah laku cetacea didasarkan pada catatan Perrin et al. (2002) dan Bearzi

(1994). Perilaku foraging ditetapkan jika pada pengamatan ternampak ikan mangsa di

mulut cetacea atau melompat atau terlempar ke permukaan air, cetacea melakukan

aktivitas renang cepat dengan manuver yang memusat atau mengejar langsung mangsa

tersebut. Aktivitas istirahat ditunjukkan bila tidak banyak pergerakan yang dilakukan,

kecuali mengapung di dekat permukaan, sedangkan aktivitas renang ditunjukkan oleh

pergerakan terarah, zigzag, dan berputar-putar di wilayah perairan yang sama (milling in

the same area). Beberapa aktivitas sosial lain yang umumnya ditunjukkan cetacea

adalah spy-hopping (menandak ke luar permukaan air secara vertikal 180° dan hanya

separuh badan yang ternampak di permukaan air), aerials (melompat tinggi ke udara

dengan seluruh tubuh berada di atas permukaan air, biasa dilakukan oleh lumba-

lumba), dan breaching (melompat tinggi ke luar permukaan air lalu membanting

tubuhnya ke arah samping, biasa dilakukan oleh rorquals)

4.3.3. Analisis korespondensi

Untuk mengkaji sebaran spasiotemporal cetacea di perairan Selat Ombai, antara

wilayah perairan dan periode perjumpaan terhadap spesies cetacea, digunakan analisis

korespondensi (Correspondence Analysis, CA). Menurut Bengen (2000), analisis

korespondensi merupakan teknik statistik yang bertujuan mencari keterkaitan erat antara

modalitas dua variabel yang ada pada matriks data N yang bersifat kontingensi dua arah

Page 72: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

56

N(IxJ) ke dalam suatu vektor berdimensi kecil. Baris ke-i menunjukkan informasi

spesies cetacea yang terdiri atas tujuh variabel, yaitu Tursiops truncatus, Stenella

longirostris, Pseudorca crassidens, Orcinus orca, Physeter macrocephalus, Kogia

simus, dan unidentified cetacea. Kolom j menunjukkan variabel lokasi perjumpaan

(posisi Lintang dan Bujur perairan Selat Ombai) dan variabel periode perjumpaan

(Desember 2003, Januari 2004, Juni 2005, dan Juli 2005), yang terdiri dari 23 variabel.

Matriks data kontingensi N, berisikan data pengamatan (nij), yang menunjukkan

baris spesies cetacea (variabel I1, I2, …, In) terhadap kolom periode pengamatan dan

lokasi perjumpaan (variabel J1, J2, …, Jp

). Data pengamatan bersifat kualitatif, yaitu ada

(1) dan tidak ada (0). Matriks korespondensi dinotasikan sebagai P, yang memiliki

notasi vektor baris dan kolom r dan c. Matriks diagonal dari elemen vektor baris r

adalah Dr, yang berukuran (IxI), sedangkan Dc adalah matriks diagonal vektor kolom c

dengan ukuran (JxJ). Masing-masing elemen memiliki peran yang simetrik satu sama

lain. Algoritma yang digunakan dalam analisis korespondensi disajikan pada Tabel 4-2,

mulai dari persamaan (4.1) sampai dengan (4.17).

Tabel 4-2. Algoritma penghitungan elemen matriks data kontingensi

Formula untuk penghitungan baris

Formula untuk penghitungan baris

Analisis profil baris (I) R ≡ Dr-1 G ≡ Dc P -1 P T Analisis profil kolom (J) R ≡ Dr-1 P G ≡ DcT -1 P Analisis korespondensi R ≡ Dr-1 G ≡ Dc P -1 P (4.1) T

Dimana: s ≡ 1'N1 = jumlah total seluruh elemen matriks N;

P ≡ 1/s*N = matriks korespondensi;

r ≡ P(nxp)*1(px1)

Dr ≡ diag (r) = matriks diagonal baris;

= vektor massa baris;

c ≡ PT(pxn)*1(nx1)

Dc ≡ diag (c) = matriks diagonal kolom.

= vektor massa kolom;

Page 73: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

57

Selanjutnya diperlukan pereduksian dimensi/faktor data yang dilakukan dengan

memperhatikan keragaman data (nilai eigen atau inersia) terbesar dan menguraikan nilai

singular untuk mempertahankan informasi optimum. Asosiasi antar baris dan kolom

diperoleh dari nilai singular tersebut, yang merepresentasikan koordinat baris dan kolom

dalam visualisasi grafis (Bengen 2000; Ludwig and Reynolds 1988). Penguraian nilai

singular dinotasikan dalam (IxJ) dalam matriks Λ dengan peringkat P, berdasarkan

formula berikut:

P*(IxJ) ≡ UIx(J-1) Λ(J-1)x(J-1) VT

(J-1)xJ

Dimana: rank (P

(4.2)

*

U

) = rank ( ) ≤ J-1; TU = I = VT

diag Λ ≡ diag (λ

V;

1, λ2, …, λJ-1

) = diagonal nilai singular yang diurutkan dari

nilai terbesar hingga terkecil;

= P – rcT

Dimana: = Dr

= = (4.3) ½U dan = Dc ½

= vektor kolom ke-j dari

V

= vektor kolom ke-j dari

Kolom merupakan koordinat sumbu yang digunakan sebagai referensi titik

kolom dari matriks P. Kolom merupakan koordinat sumbu yang digunakan sebagai

referensi titik baris dari matriks P. Penghitungan koordinat baris dan kolom mengikuti

matriks P-rcT

P – rc

, yang formulanya sebagai berikut:

T

Dimana: P – rc

= (4.4)

T

= nilai singular (eigen atau inersia)

= nilai singular dekomposisi

uk (Ix1) = vk (Jx1) = bentuk singular vektor korespondensi dari matriks

Dr-½ (P-rc') Dc-½

Page 74: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

58

Dengan demikian, koordinat dari profil baris dan kolom adalah:

X(I x (J-1)) = Dr-1(IxI) ( IX (J-1)) Λ((J-1) X (J-1))

Y

(4.5)

(I x (J-1)) = Dc-1(JxJ) (JX (J-1)) Λ((J-1) X (J-1))

(4.6)

Inersia merupakan nilai akhir sumbu koordinat titik-titik dimensi dengan kuadrat

nilai singular dalam dimensi/faktor yang ada. Total inersia merupakan ukuran dari

semua variasi dalam titik yang menunjukkan baris atau kolom. Semakin besar inersia,

maka hubungan suatu kategori semakin jauh dari kategori lain yang dicari keeratannya.

Total inersia dihitung dengan formula berikut:

Total inersia = (4.7)

Dimana: λ1 ≥ λ2 …, λk

> 0 = diagonal tak nol dari elemen Λ

Pada akhirnya, jarak yang digunakan untuk dapat menggambarkan titik-titik pada

plot korespondensi adalah jarak chi-square. Jarak antara dua baris ke-i dan ke-i' adalah

sebagai berikut:

d2

f = (4.9)

(i,i') = (4.8)

fi.

f

= = (4.10)

.j

n = (4.12)

= (4.11)

sedangkan jarak antara dua kolom ke-j dan ke-j' adalah:

d2

(j,j') = (4.13)

Dimana: nij

f

= nilai pada baris ke-i kolom ke-j

i.

f

= massa baris yang diperoleh dari penjumlahan baris pada matriks P

.j = massa kolom dari penjumlahan kolom matriks P

Page 75: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

59

Di dalam analisis korespondensi, terdapat korespondensi mutlak dan

korespondensi relatif. Kontribusi mutlak merupakan keragaman masing-masing titik

terhadap sumbu utama, dengan demikian nilai ini digunakan untuk menentukan

keterkaitan titik terhadap terhadap faktor/dimensi tertentu yang dilihat dari nilai korelasi

kuadrat. Semakin besar nilai korelasi kuadrat, maka sumbu utama mampu menerangkan

nilai inersia dengan baik. Kontribusi relatif (% inersia) adalah korelasi baris ke-i atau

kolom ke-j terhadap komponen k atau nilai yang menunjukkan besar/kecilnya

kontribusi aksis ke inersia baris ke-i atau kolom ke-j. Korelasi aksis ditentukan oleh

formula berikut:

Korelasi aksis k dan baris i = (4.14)

Korelasi aksis k dan kolom j = (4.15)

sedangkan persen inersia aksis ke k, dihitung menggunakan rumus:

Kontribusi baris i dan aksis k = (4.16)

Kontribusi kolom j dan aksis k = (4.17)

Dimana: fik

f

= koordinat profil baris ke-i pada aksis ke-k

jk

= koordinat profil kolom ke-j pada aksis ke-k

Proses penghitungan analisis korespondensi dibantu dengan perangkat lunak

Statistica versi 6.0. Tampilan grafis dari analisis korespondensi dapat digunakan secara

efektif untuk menjabarkan hubungan antara tiap kategori variabel baris dengan tiap

kategori variabel kolom melalui struktur pengelompokkan. Tahapan proses

penghitungan analisis korespondensi disajikan pada Lampiran 10, 11, dan 12.

Page 76: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

60

4.4. Hasil

4.4.1. Pengamatan visual cetacea

Pelayaran INSTANT I

Upaya pengamatan visual terhadap komunitas cetacea yang dilakukan selama

pelayaran INSTANT tidak berlangsung secara konsisten, karena pelayaran ini memiliki

tujuan utama penenggelaman dan pengambilan mooring oseanografi, selain kegiatan

pelatihan pengolahan data oseanografi dan perakitan instrumen oseanografi yang harus

penulis ikuti. Secara ringkas, hasil pengamatan cetacea dari dua pelayaran disajikan

pada Tabel 4-3.

Secara kumulatif, tercatat ada 26 kali perjumpaan (sightings) dan 6 spesies

cetacea yang teridentifikasi positif. Tiga spesies di antaranya dijumpai secara konsisten

pada dua pelayaran, yaitu Stenella longirostris atau lumba-lumba pemutar (spinner

dolphin), Pseudorca crassidens atau paus pembunuh palsu (false killer whale), dan

Physeter macrocephalus atau paus sperma (Tabel 4-3).

Tabel 4-3 . Kompilasi hasil pengamatan cetacea di Selat Ombai

No. Variabel Pelayaran INSTANT I Pelayaran INSTANT II

1. Jumlah hari survei 4 hari 5 hari 2. Jumlah waktu survei 54 jam 60 jam 3. Total perjumpaan 11 kali 15 kali 4. Periode survei Desember-Januari

Awal northwest monsoon Juni-Juli

Awal southeast monsoon 5. Estimasi kelimpahan

relatif total 908 individu 698 individu

6. Spesies yang positif teridentifikasi

5 spesies Tursiops truncatus Stenella longirostris Pseudorca crassidens Orcinus orca Physeter macrocephalus

4 spesies Stenella longirostris Pseudorca crassidens Physeter macrocephalus Kogia simus

Page 77: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

61

Gambar 4-4. Persentase komunitas cetacea berdasarkan ukuran tubuh (kiri) dan

berdasarkan keberhasilan identifikasi visual (kanan) pada Pelayaran INSTANT I.

Dari 11 kali perjumpaan pada Pelayaran INSTANT I, dapat diketahui bahwa

69.2% cetacea yang dijumpai berukuran sedang (Gambar 4-4, kiri). Orcinus orca,

walaupun dikenal sebagai paus pembunuh yang ganas, ternyata tergolong cetacea

berukuran sedang karena panjang total yang bisa dicapai masih kurang dari 15 meter.

Selain itu, dapat diketahui bahwa hanya 45.4% dari total perjumpaan yang berhasil

mendapatkan identifikasi positif terhadap komunitas cetacea di Selat Ombai.

Pelayaran INSTANT II

Untuk Pelayaran INSTANT II, seperti ditunjukkan pada Gambar 4-5, dapat

diketahui bahwa berdasarkan profil ukuran tubuhnya sebagian besar atau 60% dari

komunitas cetacea yang dijumpai berukuran besar. Berdasarkan keberhasilan

identifikasi visual, persentase komunitas cetacea yang berhasil diidentifikasi secara

positif pada Pelayaran INSTANT II meningkat 21,2% dibandingkan Pelayaran

INSTANT I.

69,2

30,8

Medium-sized cetacean

Large-sized cetacean

45,5

54,5

ID+ ID-

Page 78: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

62

Gambar 4-5. Persentase komunitas cetacea berdasarkan ukuran tubuh (kiri) dan

berdasarkan keberhasilan identifikasi visual (kanan) pada Pelayaran INSTANT II.

Dengan demikian, dari dua kali Pelayaran INSTANT dalam kurun waktu

Desember 2003 sampai dengan Juli 2005, total upaya survei yang diperoleh hanya 9

hari survei (survey days) dengan 114 jam survei (survey hours) sebagaimana bisa dilihat

pada Tabel 4-3. Empat (4) hari survei diperoleh pada Pelayaran INSTANT I, sedangkan

Pelayaran INSTANT II menghasilkan 5 hari survei. Akumulasi jam survei untuk tiap

periode pelayaran adalah 54 jam untuk Pelayaran INSTANT I dan 60 jam untuk

Pelayaran INSTANT II.

Perbedaan jam survei antara pelayaran yang pertama dan kedua dikarenakan

durasi hari terang yang lebih lama pada Pelayaran INSTANT I atau pada awal musim

northwest monsoon. Pada bulan Desember 2003 – Januari 2004 matahari telah terbit dan

bersinar terang sejak pukul 05:00 WITA dan terbenam menjelang pukul 18:30 WITA,

sedangkan pada Juni – Juli 2005 hari terang berkisar antara pukul 06.00 – 18:00 WITA.

Hari terang, yang dimulai saat matahari terbit hingga terbenam, merupakan salah satu

syarat untuk melakukan pengamatan cetacea secara visual. Syarat lain, terkait dengan

kondisi cuaca dan perairan yang dapat menghambat upaya visual sebagaimana yang

dijabarkan oleh Skala Beaufort (Lampiran 3).

60,0

40,0

Medium-sized cetacean

Large-sized cetacean

66,7

33,3

ID+ ID-

Page 79: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

63

4.4.2. Kelimpahan berdasarkan waktu perjumpaan dan tingkah laku

Waktu perjumpaan

Pada pelayaran INSTANT I (24 Desember 2003 – 10 Januari 2004), upaya

pengamatan dimulai sejak kapal Baruna Jaya 8 memasuki Selat Sape (28 Desember

2003) yang menghubungkan Laut Flores dan Laut Sawu. Seperti halnya dengan Selat

Ombai, Selat Sape juga merupakan perairan sempit antar pulau yang dalam dan diduga

menjadi salah satu jalur migrasi cetacea di perairan Indonesia (Kahn 2001, Kahn et al.

2000). Cetacea yang dijumpai di perairan Selat Sape memiliki tingkah laku berenang

cepat pada pagi dan sore hari. Setelah melewati Selat Sape, pelayaran dilanjutkan

dengan menyusuri perairan timur Pulau Sumba dan Pintasan Timor. Tidak dijumpai

komunitas cetacea selama berada di kedua bagian perairan ini dan cetacea baru dijumpai

lagi saat kapal memasuki perairan Selat Ombai.

Gambar 4-6. Kelimpahan cetacea berdasarkan waktu perjumpaan.

Khusus di perairan Selat Ombai (2-4 Januari 2004), upaya pengamatan

ditingkatkan dan dalam 25 jam waktu survei diperoleh 8 perjumpaan dengan 4 spesies

yang teridentifikasi positif (Tabel 4-3). Pada pagi di hari terakhir survei visual (4

Januari 2004), pengamat menjumpai sekelompok kecil paus yang merupakan anggota

Sub-ordo Mysticeti. Dugaan ini didasari atas beberapa hal yaitu semburan udara yang

tinggi secara vertikal (tegak lurus terhadap blowhole) dan tingkah laku breaching

865

303

3 0 00

300

172

53

173

0

150

300

450

600

750

900

5:00-7:00 7:00-10:00 10:00-13:00 13:00-16:00 16:00-18:30

Kelim

paha

n re

lati

f (in

divi

du)

Waktu pengamatan cetacea

INSTANT 1

INSTANT 2

Page 80: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

64

(melemparkan tubuh dari kepala-dada ke atas permukaan air) yang sangat umum

dilakukan oleh cetacea jenis Megaptera novaeangliae atau paus bungkuk. Sayangnya

identifikasi jenis Mysticeti tersebut tidak dapat dipastikan karena kapal bergerak ke arah

yang berlawanan.

Akumulasi waktu sebanyak 12 jam 30 menit yang diberlakukan untuk upaya

pengamatan harian cetacea pada Pelayaran INSTANT I dibagi menjadi lima rentang

waktu (Gambar 4-6). Rentang waktu pukul 5:00 – 7:00 WITA merupakan masa

komunitas cetacea sangat sering dijumpai di perairan Selat Ombai. Ada 865 individu

cetacea atau 73,87% dari komunitas cetacea teramati di pagi hari, sedangkan di senja

hari (16:00 – 18:30 WITA) hanya 7 individu yang teramati. Pada kurun waktu pagi

menjelang siang atau pukul 7:00 – 10:00 WITA, sekitar 27,6% komunitas cetacea atau

333 individu teramati. Pada Pelayaran INSTANT II, perjumpaan dengan komunitas

cetacea dimulai dari pukul 7:00 – 7:20 WITA, dan 42.98% komunitas cetacea dijumpai

pada rentang waktu tersebut. Hanya 3 individu cetacea, semuanya adalah Physeter

macrocephalus, yang teramati pada rentang waktu menjelang tengah hari (10:00 –

13:00 WITA) dan tidak ada cetacea yang teramati pada kurun waktu siang hingga

menjelang sore atau pukul 13:00 – 16:00 WITA, pada Pelayaran INSTANT I. Berbeda

dengan Pelayaran INSTANT II yang pada sisa waktu hari terang masih bisa dijumpai

komunitas cetacea (Gambar 4-6).

Berdasarkan waktu perjumpaan, dapat diketahui dari Gambar 4-6 bahwa pagi hari,

pukul 5:00 – 7:00 dan 7:00-10:00 WITA, merupakan waktu perjumpaan cetacea yang

paling umum untuk perairan Selat Ombai. Hasil yang serupa juga diperoleh Purnomo

(2001) untuk waktu perjumpaan Stenella spp. di perairan Lovina, Bali. Perjumpaan

pada waktu siang hari memiliki kelimpahan relatif paling sedikit, hanya 53 individu.

Perjumpaan pada waktu menjelang siang (10:00 – 13:00 WITA) dan larut senja (16:00 –

18:00 WITA) memiliki kelimpahan relatif yang tidak jauh berbeda satu sama lain, yaitu

sekitar 170 individu. Hasil rinci upaya visual cetacea disajikan di Lampiran 2.

Page 81: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

65

Tingkah laku

Ada empat macam pola tingkah laku yang ditunjukkan oleh komunitas cetacea di

perairan Selat Ombai sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4-7. Makan dan bermain

merupakan tingkah laku yang paling umum dari komunitas cetacea di Selat Ombai, baik

dari kelimpahan relatif maupun hari pengamatan, karena meliputi 69,4% (630 individu)

dari total kelimpahan yang terdata dan teramati pada 3 dari 4 hari survei yang

dilakukan. Hal yang tidak jauh berbeda ditunjukkan oleh tingkah laku berenang cepat,

yaitu sebanyak 61,3%. Kondisi yang demikian disebabkan oleh perilaku berenang cepat

berasosiasi erat dengan perilaku makan dan bermain, terutama dalam lingkup mengejar

dan menakuti mangsanya sehingga mereka terkonsentrasi dalam satu titik atau sering

disebut sebagai foraging.

Gambar 4-7. Kelimpahan cetacea berdasarkan tingkah laku.

Sama halnya dengan hasil pengamatan pada pelayaran INSTANT I, komunitas

cetacea pada pelayaran INSTANT II juga dijumpai secara intensif di perairan Selat

Ombai terutama pada sisi selatan Pulau Alor. Sebagian besar tingkah laku yang teramati

adalah berenang cepat dan makan (Gambar 4-7). Sebanyak 370 individu cetacea

teramati dengan perilaku berenang cepat, diikuti dengan perilaku makan sebanyak 250

individu. Perilaku lima individu cetacea digolongkan sebagai lain-lain, karena selain

istirahat teramati pula kegiatan mengasuh anak (calf) yang ditunjukkan oleh paus jenis

Physeter macrocephalus.

550

110

605

5

370

71

257

00

150

300

450

600

750

900

Berenang cepat Berenang perlahan

Makan dan bermain

Lain-lain

Kelim

paha

n re

lati

f (in

divi

du)

Tingkah laku cetacea

INSTANT 1

INSTANT 2

Page 82: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

66

4.5. Pembahasan

Penelitian mengenai komunitas cetacea di perairan Laut Sawu sangat dipengaruhi

adanya fakta bahwa ada beberapa pulau di Lesser Sunda Islands yang menjadi pemburu

paus tradisional, yaitu Pulau Lamalera dan Pulau Lamakera (Barnes 1996). Syahria

(2007) melakukan pengamatan cetacea di perairan Laut Sawu bagian timur pada

Desember 2005 dan mendapatkan identifikasi positif atas 8 spesies cetacea. Kedelapan

spesies tersebut adalah Pseudorca crassidens, Stenella longirostris, Stenella attenuata,

Tursiops truncatus, Lagenodelphis hosei, Globicephala macrorhynchus, Feresa

attenuata, dan Physeter macrocephalus. Keberhasilan Syahria (2007) mengidentifikasi

lebih banyak spesies cetacea disebabkan oleh tujuan utama pelayaran yang dilakukan

adalah untuk survei komunitas cetacea di perairan timur Laut Sawu selain moda kapal

kayu berukuran kecil yang mobilitasnya lebih baik dan penggunaan kamera digital yang

sangat membantu saat proses identifikasi spesies menggunakan foto.

Berdasarkan tingkah lakunya, dapat diketahui bahwa makan merupakan perilaku

yang sangat umum teramati pada komunitas cetacea di Selat Ombai. Kahn (2001) juga

menyatakan bahwa perairan di antara Pulau Solor dan Alor, serta Laut Sawu diduga

merupakan daerah mencari makan dan koridor migrasi cetacea menuju perairan

nusantara. Pada beberapa kali pengamatan, komunitas cetacea yang berada di Selat

Ombai terlihat membentuk kelompok multi-spesies dan berinteraksi sosial dalam upaya

memperoleh makanannya yang berupa schooling ikan pelagis. Hal ini teramati

khususnya pada Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens. Setelah schooling ikan

pelagis tersebut terjebak pada satu titik dan aktivitas makan dimulai, spesies lain yang

bersifat oportunistik mengambil keuntungan dan ikut menikmati mangsa tersebut. Salah

satu spesies cetacea yang tergolong adalah Orcinus orca, yang baru teridentifikasi

berada di lokasi yang sama setelah aktivitas makan selesai dan kelompok multi-spesies

(multispecies pod) cetacea terpisah menjadi tiga kelompok dari spesies yang berbeda.

Scott and Chivers (1990) menuliskan bahwa asosiasi antar species cetacea odontoceti

yang berbeda sering terjadi, terutama di perairan pelagis, dengan tujuan untuk

mendapatkan mangsa berupa ikan-ikan pelagis.

Page 83: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

67

Sejumlah perjumpaan atas cetacea dari Stenella longirostris dan Pseudorca

crassidens selalu konsisten dengan ukuran pod yang besar atau melebihi 50 individu.

Terutama di pagi hari, pada saat aktivitas makan sangat intensif dilakukan. Pada musim

muson barat, aktivitas makan komunitas cetacea di Selat Ombai telah dimulai sejak

sebelum pukul 6:00 waktu setempat, namun pada musim muson timur aktivitas makan

baru teramati setelah lewat pukul 7:00 waktu setempat. Di perairan Hawaii Stenella

longirostris memiliki diet berupa ikan pelagis, makrozooplankton, dan cephalopoda

yang berada di lapisan batas mesopelagis (Benoit Bird and Au 2003), sedangkan diet

Pseudorca crassidens menurut Taylor et al. (2002) adalah beragam spesies ikan pelagis

dan cephalopoda.

Aktivitas makan pada Physeter macrocephalus didasari oleh profil habitat dengan

batimetri yang dalam (sill depth 3250 m) dan curam; serta tingkah laku menyelam lama

yang teramati pada beberapa individu paus sperma tersebut. Umumnya cumi-cumi laut

dalam yang menjadi mangsa utama paus sperma (Santos et al. 2001) hidup di

kedalaman di bawah 600-800 m (Kaltenberg 2004), dan paus sperma memiliki

kemampuan menyelam mencapai kedalaman 2000 m dengan durasi hingga 1-2 jam

(Taylor et al. 2002).

Tingkah laku sosial yang umumnya ditunjukkan pod apex predator cetacea

menjelang makan adalah berenang cepat secara berpasangan, bergerak dengan manuver

yang dinamis dan atraktif, terkadang beberapa individu cetacea melompat tinggi ke luar

permukaan air (aerials), yang secara kumulatif tingkah laku ini disebut sebagai foraging

(Benoit-Bird and Au 2003). Pergerakan ini terus-menerus dilakukan sedemikian hingga

schooling ikan terjebak pada satu titik di dalam lingkaran kerumunan cetacea dan

terletak lebih dekat ke permukaan air. Setelah terjebak, maka cetacea memulai aktivitas

makan dengan menyambar mangsanya dari bagian tengah schooling secara vertikal dari

kolom perairan yang dalam ke arah permukaan.

Rincian tingkah laku foraging ini teramati saat Pelayaran INSTANT I. ketika pada

pukul 6:10 WITA teramati satu kelompok cetacea yang berenang cepat ke satu arah

dengan tingkah atraktif seperti melompat tinggi ke luar permukaan air. Beberapa

anggota kelompok terlihat memisahkan diri dan melakukan manuver pergerakan

bersifat konsentris, sampai pada titik tertentu terlihat kelompok besar cetacea jenis lain

Page 84: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

68

yang bergabung dari arah berlawanan. Pada pukul 6:55 WITA aktivitas makan dimulai

dan kegiatan ini berakhir pada pukul 7:45 WITA, karena kelompok besar cetacea

multispesies tersebut mulai berenang perlahan ke arah berlawanan. Pukul 8:10 WITA

baru terlihat dengan jelas komposisi multispesies cetacea tersebut karena mereka

memisahkan diri menjadi tiga kelompok, yaitu dua pod besar Stenella longirostris dan

Pseudorca crassidens, serta tiga individu Orcinus orca.

Khusus untuk Physeter macrocephalus, yang diet utamanya berupa cumi-cumi

laut dalam berukuran sedang-besar (Santos et al. 2001), keberadaan paus ini secara

konsisten di perairan Selat Ombai mengindikasikan adanya biomassa cumi-cumi laut

dalam yang cukup tinggi. Hal ini sangat terkait dengan upaya untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi paus sperma sebagai biota terbesar dari dari Sub-ordo Odontoceti.

Hal lain adalah profil batimetri yang rumit dan curam di perairan Selat Ombai

mendukung ketersediaan habitat potensial bagi biota cumi-cumi laut dalam,

sebagaimana dituliskan oleh Kaltenberg (2004) bahwa profil batimetri Teluk Mexico

yang rumit dan curam menyediakan habitat mencari makan paus sperma. Hal tersebut

dibuktikan menggunakan set data ADCP berfrekuensi rendah yang menunjukkan

adanya dua lapisan hambur balik akustik (lapisan HBA) di kedalaman 150-300 m dan

650-800 m. Lapisan HBA sekunder diduga merupakan habitat cumi-cumi laut dalam,

karena rekaman penyelaman menunjukkan bahwa paus sperma menghabiskan waktu

10-15 menit di kedalaman tersebut.

Analisis korespondensi

Sebaran spasio-temporal komunitas cetacea di Selat Ombai dikaji dengan analisis

korespondensi, menggunakan data kualitatif perjumpaan cetacea pada periode dan

lokasi tertentu. Hasil analisis korespondensi menunjukkan bahwa keterkaitan komunitas

cetacea terhadap habitat perairan pelagis Selat Ombai terbagi di tiga sumbu utama, yang

masing-masing menjelaskan 39,21% (F1), 19,05% (F2), dan 9,87 % (F3) dari total

ragam 68.13%. Grafik analisis korespondensi ditunjukkan pada Gambar 4-8, tahapan

perhitungan untuk mendapatkan grafik tersebut disajikan pada Lampiran 10, 11, dan 12.

Page 85: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

69

2D Plot; Dimension: 1 x 3

Ja:0

Ja:1

Jn:0

Jn:1

Jl:0

Jl:1

L1:0

L1:1

L2:0L2:1L3:0

L3:1

L4:0

L4:1

L5:0L5:1

L6:0

L6:1

L7:0L7:1 L8:0L8:1

L9:0

L9:1

L10:0

L10:1

L11:0L11:1

L12:0

L12:1

L13:0L13:1

L14:0

L14:1B1:0

B1:1

B2:0

B2:1

B3:0

B3:1

B4:0

B4:1B5:0

B5:1

B6:0

B6:1

-2,0 -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0

F1; (39,21% of Inertia)

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0F3

; (9,

870%

of I

nerti

a)

Gambar 4-8a. Grafik analisis korespondensi, keterkaitan antar variabel pada sumbu

pertama (F1) dan sumbu ketiga (F3)

2D Plot; Dimension: 2 x 3

Ja:0

Ja:1

Jn:0

Jn:1

Jl:0

Jl:1

L1:0

L1:1

L2:0L2:1L3:0

L3:1

L4:0

L4:1

L5:0L5:1

L6:0

L6:1

L7:0L7:1 L8:0L8:1

L9:0

L9:1

L10:0

L10:1

L11:0L11:1

L12:0

L12:1

L13:0L13:1

L14:0

L14:1B1:0

B1:1

B2:0

B2:1

B3:0

B3:1

B4:0

B4:1B5:0

B5:1

B6:0

B6:1

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

F2; (19,05% of Inertia)

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

F3; (

9,87

0% o

f Ine

rtia)

Gambar 4-8b. Grafik analisis korespondensi, keterkaitan antar variabel pada sumbu

kedua (F2) dan sumbu ketiga (F3)

Page 86: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

70

Dari Gambar 4-8a dapat dilihat bahwa terdapat tiga pengelompokkan wilayah

habitat cetacea. Kelompok pertama ada pada bidang perpotongan antara sumbu negatif

1,5 hingga 2,0 (F1) dan sumbu negatif 1,0 hingga positif 0,5 (F3), kelompok kedua pada

bidang sumbu negatif 1,0 hingga 0 (F1) dan sumbu negatif 0,5 hingga positif 0,5 (F3).

Kedua kelompok ini mewakili wilayah perairan Selat Ombai yang kerap memiliki

catatan perjumpaan dengan komunitas cetacea, yaitu perairan yang terletak di selatan

pulau Solor-Alor dan tenggara pulau Alor. Pada kelompok pertama profil konsekutif

yang unik terlihat jelas, yang mengindikasikan korespondensi antara wilayah yang satu

dengan wilayah berikutnya atau konektivitas spasial habitat cetacea di Selat Ombai. Hal

ini disebabkan oleh keberadaan notasi L12 yang menandakan lokasi perairan dalam

dengan profil curam sebagai habitat Physeter macrocephalus, dan notasi L2 yang

menandakan perairan batas paparan benua yang merupakan habitat Stenella longirostris

dan Pseudorca crassidens. Kedua notasi posisi lintang tersebut berkorespondensi

dengan notasi B5 yang letaknya di selatan Pulau Alor. Kelompok ketiga menempati

bidang perpotongan antara sumbu positif 0,5 (F1) dan sumbu negatif 0,5 sampai positif

0,5 (F3) yang menunjukkan pengelompokkan terpisah sebagian besar wilayah perairan

Selat Ombai yang tidak memiliki catatan perjumpaan cetacea.

Sumbu utama yang kedua (F2) dan ketiga (F3) pada Gambar 4-8b memberikan

informasi yang tidak tersampaikan pada grafik sebelumnya. Pada grafik hasil analisis

korespondensi yang kedua terlihat adanya keterkaitan antara variabel spasial dengan

variabel temporal yang tidak terlihat pada grafik yang pertama. Hanya terdapat satu

kelompok pada grafik yang menunjukkan informasi berbeda pada masing-masing empat

kuadran yang dilingkupinya. Kuadran pertama dan kedua, yang terletak pada bidang

perpotongan sumbu positif 0,5 (F2) dengan sumbu negatif 0,5 sampai positif 0,5 (F3),

menginformasikan wilayah yang tidak memiliki catatan perjumpaan dengan komunitas

cetacea. Pada kuadran ketiga, bidang perpotongan sumbu negatif 0,5 (F2 dan F3),

terlihat bahwa catatan perjumpaan cetacea pada periode Juni-Juli (notasi Jn dan Jl)

memiliki keterkaitan dengan wilayah perairan selatan Pulau Alor (notasi B5). Kuadran

keempat, bidang perpotongan negatif 0,5 (F2) dengan positif 0,5 (F3), menunjukkan

korespondensi yang erat antara periode Januari (notasi Ja) dengan wilayah perairan

tenggara Pulau Alor (notasi B6).

Page 87: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

71

4.6. Simpulan

Perairan Selat Ombai memiliki komunitas cetacea yang secara konsisten dijumpai

pada musim yang berbeda. Sebagian spesies cetacea yang dijumpai memiliki ukuran

kelompok besar (> 30 individu), terutama Stenella longirostris (spinner dolphin atau

lumba-lumba pemutar) dan Pseudorca crassidens (false killer whale atau paus

pembunuh palsu). Physeter macrocephalus (sperm whale atau kotekelema) juga

dijumpai pada tiap pelayaran, dalam jumlah individu yang lebih sedikit, dan khusus

pada Pelayaran INSTANT II spesies tersebut terlihat berenang bersama calf. Spesies

cetacea yang hanya dijumpai pada pelayaran INSTANT I adalah Orcinus orca (killer

whale atau paus pembunuh) dan spesies yang hanya dijumpai pada pelayaran INSTANT

II adalah Kogia simus (dwarf sperm whale atau paus sperma kerdil).

Terdapat keterkaitan yang erat antara komunitas cetacea dengan habitatnya di

perairan Selat Ombai, terutama di wilayah selatan dan tenggara Pulau Alor.

Berdasarkan tingkah laku dan informasi dietnya, spesies cetacea yang ditemukan di

perairan Selat Ombai tergolong sebagai apex-predator, sedangkan ditinjau dari tingkat

perjumpaan, catatan tingkah laku, keberadaan calf, dan hasil analisis korespondensi,

dapat disimpulkan bahwa perairan Selat Ombai merupakan habitat kritis bagi komunitas

cetacea.

PUSTAKA Anonimous. 2003. Marine Mammal Survey Techniques. Jakarta, Januari 2003.

Convention on Migratory Species, World Wildlife Fund, and Ministry of Fisheries and Marine Affairs.

Atmadipoera AS, R Molcard, G Mardec, S Wijffels, J Sprintall, A Koch-Larrouy, I Jaya, and A Supangat. 2009. Characteristics and variability of the Indonesian throughflow water at the outflow straits. Deep-Sea esearch I 56(2009)1942–1954. doi:10.1016/j.dsr.2009.06.004

Barnes RH. 1996. Sea hunters of Indonesia, fishers and weavers of Lamalera. Clarendon Press.

Page 88: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

72

Beasley I, KM Robertson, and PW Arnold. 2005. Description of a new dolphin, the Australian Snubfin Dolphin Orcaella heinshoni sp n (Cetacea, Delphinidae). Marine Mammal Science 21 (3): 365-400.

Bearzi G. 1994. Behavioural states: terminology and definitions. In: Proceedings of the workshop "Methods fro the study of bottlenose dolphins in the wild". 8th annual meeting of the European Cetacean Society. Montpellier, 3 March 1994. GN di Sciara, PGH Evans, and E Politi (Eds.). ECS Newsletter No.23

Begon M, CR Townsend, and JL Harper. 2006. Ecology: from individuals to ecosystems. 4th

Bengen DG. 2000. Sinopsis teknik pengambilan contoh dan analisis data biofisik sumberdaya pesisir. Bogor. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

edition. Oxford, Blackwell Publ. 738 pp.

Benoit-Bird KJ and WWL Au. 2003. Prey dynamics affect foraging by a pelagic predator (Stenella longirostris) over a range of spatial and temporal scales. Behav Ecol Sociobiol (2003) 53:364–373. DOI 10.1007/s00265-003-0585-4

Carwardine M. 1995. Smithsonians handbooks: Whales, dolphins, and porpoises. Dorling Kindersley Publ. Inc. New York. 256 pp.

Dalebout ML, JG Mead, C Scott, AN Baker, and AN van Helden. 2002. A new species of beaked whale, Mesoplodon perrini sp n (Cetacea, Ziphiidae) discovered through phylogenic analysis of mitochondrial DNA sequence. Marine Mammal Science 18 (3): 577-608.

di Sciara GN. 1994. Determination of group size. In: Proceedings of the workshop “Methods fro the study of bottlenose dolphins in the wild”. 8th

Gordon AL. 2001. Inter-ocean exchange. In: Ocean circulation and climate. G Siedler, J Church, and J Gould (Eds.). Academic Press. 303-314 pp.

annual meeting of the European Cetacean Society. Montpellier, 3 March 1994. GN di Sciara, PGH Evans, and E Politi (Eds.). ECS Newsletter No.23

Hammond PS, P Berggren, H Benke, DL Borchers, A Collet, MP Heide-Jorgensen, S Heimlich, AR Hilby, MF Leopold, and N Oien. 2002. Abundance of harbor porpoises and other cetaceans in the North Sea and adjacent waters. Journal of Applied Ecology 39: 361-376.

Hoyt E. 2005. Marine Protected Areas for Whales, Dolphins and Porpoises: A worldwide handbook for cetacean habitat conservation. Earthscan, London, 516pp.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2009. IUCN red list of threatened species. http://www.iucnredlist.org/ (observed 15 June 2009)

Jeffferson TA, S Leatherwood, and MA Webber. 1993. FAO species identification guide-marine mammals of the world. The Expert center for Taxonomic Identification (ETI). University of Amsterdam.

Kahn B. 2001. Komodo National Park cetacea surveys. A rapid ecological assessment of cetacea diversity, abundance & distribution, monitoring report - April 2001. The Nature Conservancy and APEX. 39 pp.

Page 89: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

73

Kahn B, Y James, and J Pet. 2000. Komodo National Park cetacea surveys. A rapid ecological assessment of cetacea diversity, abundance & distribution. The Nature Conservancy and APEX. 30 pp.

Kaltenberg AM. 2004. 38-kHZ ADCP Investigation of Deep Scattering Layers in Sperm Whale Habitat in the Northern Gulf of Mexico. M.Sc Thesis. Major: Oceanography. Texas A&M University.

Ludwig JA and JF Reynolds. 1988. Statistical ecology: a primer on methods and computing. John Wiley and Sons, Inc. xvii+329.

Molcard R, M Fieux, and F Syamsudin. 2001. The throughflow within Ombai Strait. Deep-Sea Research I 48: 1237-1253

Moore TS, and J. Marra. 2002. Satellite observations of bloom events in the Strait of Ombai: Relationships to monsoons and ENSO. Geochem Geophys Geosyst 3 (2). doi: 10.1029/2001GC00174.

Perrin WF, BG Wursig, JGM Thewissen. 2002. Encyclopedia of marine mammals. Academic Press. 1414 pp.

Robertson R. and A. Ffield. 2005. M2 Baroclinic tides in the Indonesian Seas. Oceanography Vol. 18, No. 4, Dec. 2005.

Rudolph P, C Smeenk, and S Leatherwood. 1997. Preliminary checklist of Cetacea in the Indonesian Archipelago and adjacent waters. Leiden: Nationaal Natuurhistorisch Museum.

Santos MB, MR Clarke, and GJ Pierce. 2001. Assessing the importance of cephalopods in the diets of marine mammals and other top predators: problems and solutions. Fisheries Research 52: 121-139.

Scott MD, SJ Chivers. 1990. Distribution and herd structure of bottlenose dolphins in the Eastern Tropical Pacific Ocean. In: The Bottlenose Dolphin. (S. Leatherwood & R. R. Reeves, eds.). Academic Press, San Diego, CA. pp.387 - 402.

Syahria F. 2007. Penyebaran Beberapa Jenis Cetacean Subordo Odontoceti di Perairan Laut Sawu Bagian Timur, Nusa Tenggara Timur. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi: tidak dipublikasikan]

Taylor L, M Carwardine, and E Hoyt (Eds). 2002. The nature companions sharks and whales. Fog city press.

Tomascik T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The ecology of the Indonesian seas, part 2. Periplus editions.

Wada S, M Oishi, and TK Yamada. 2003. A newly discovered species of living baleen whales. Nature 426: 278-281.

Page 90: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

74

5. PEMBAHASAN UMUM

Bab 5 tesis ini menguraikan keterkaitan antara topik-topik yang disampaikan di

tiga bab sebelumnya, dengan tambahan pembahasan mengenai implikasi hasil kunci

dari penelitian ini terhadap konservasi cetacea. Telaah biologi konservasi merupakan

lanjutan dari telaah ekologi cetacea, yang secara spesifik dilakukan dengan membahas

komunitas cetacea dan fitur lingkungan perairan Selat Ombai (ca. 8°24´ LS, 125°00´

BT) sebagai habitat cetacea. Urgensi terhadap konservasi cetacea didasarkan pada

keberadaan masyarakat nelayan tradisional di Pulau Lamalera yang memanfaatkan

spesies cetacea yang umum dijumpai di Selat Ombai, ancaman kerusakan habitat, dan

status konservasi yang telah diberlakukan terhadap beberapa spesies dan kawasan

perairan tersebut.

5.1. Komunitas cetacea di Selat Ombai

Komunitas cetacea yang dijumpai secara konsisten di perairan Selat Ombai terdiri

atas tiga spesies, yaitu Stenella longirostris (lumba-lumba pemutar atau spinner

dolphin), Pseudorca crassidens (paus pembunuh palsu atau false killer whale), dan

Physeter macrocephalus (paus sperma atau kotekelema atau sperm whale). Ada dua

spesies lain yang juga dijumpai selama Pelayaran INSTANT di Selat Ombai, yaitu

Orcinus orca (paus pembunuh atau killer whale) dan Merujuk pada predator di

ekosistem laut yang umumnya adalah nekton, maka predator hot spots merupakan

istilah yang ditujukan untuk wilayah perairan yang didatangi oleh predator dengan

keanekaragaman hayati dan biomassa yang tinggi dalam rentang waktu yang teratur

(Worm et al. 2003; Davoren 2007). Pada dua pelayaran INSTANT, yaitu Desember

2003-Januari 2004 yang mewakili kondisi musim muson barat daya dan Juni-Juli 2005

yang mewakili musim muson tenggara, tiga spesies cetacea dijumpai secara konsisten

dalam biomassa tinggi di perairan Selat Ombai. Ketiga spesies tersebut adalah Stenella

longirostris (lumba-lumba pemutar), Pseudorca crassidens (paus pembunuh palsu), dan

Physeter macrocephalus (paus sperma), yang semuanya dapat digolongkan sebagai

komunitas top predator di ekosistem laut pelagis. Stenella longirostris dan Pseudorca

crassidens memiliki mangsa yang sama, berupa nekton pelagis permukaan seperti ikan

Page 91: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

75

tuna dan ikan makarel, sedangkan mangsa Physeter macrocephalus merupakan nekton

yang hidup di lapisan pelagis dalam yaitu sepalopoda berukuran sedang-besar dan ikan

besar (Santos et al. 2001).

Tabel 5-1. Kedalaman maksimum dan preferensi makanan spesies cetacea yang dijumpai di perairan Selat Ombai (disarikan dari: Taylor et al. 2002, Santos et al. 2001, Benoit-Bird and Au 2003)

No Nama spesies cetacea Kedalaman selam Preferensi makanan

1 Stenella longirostris < 30 m (rerata) Schooling ikan pelagis kecil

2 Pseudorca crassidens Tidak diketahui Beragam spesies ikan pelagis dan cephalopoda

3 Physeter macrocephalus 2000 m (maks.) Cumi-cumi, gurita, dan ikan demersal ukuran sedang-besar yang hidup di laut dalam

4 Orcinus orca > 228 m (maks.), < 30 m (rerata)

Kosmopolitan, termasuk cetacea spesies lain

5 Tursiops truncatus 112 m (maks.) Ikan pelagis dan mesopelagis, cumi-cumi

6 Kogia simus Tidak diketahui Cumi-cumi, gurita, dan ikan demersal ukuran kecil yang hidup di laut dalam

Plot perjumpaan cetacea pada hari yang sama dengan perekaman data SeaWiFS

menunjukkan sebaran komunitas cetacea di zona thermal front dan zona transisi front

klorofil-a dan bukan di area yang memiliki konsentrasi klorofil-a tinggi (Gambar 3-1 s/d

3-5). Komunitas cetacea yang didata pada musim barat (4 Januari 2004) terdiri atas

empat spesies, yaitu Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, Orcinus orca, dan

Physeter macrocephalus. Bahkan tiga spesies pertama dijumpai melakukan interaksi

sosial selama foraging mangsa ikan pelagis mulai pukul 6:10 WITA hingga

berlangsungnya aktivitas makan pada 6:55 WITA. Pada pukul 8:10 WITA, terlihat

bahwa aktivitas makan berakhir dengan terpisahnya dua pod besar (100-200 individu)

dan satu pod kecil (3 individu) dari masing-masing spesies. Kondisi yang demikian

menunjukkan bahwa ada proses oseanografi dinamis yang memungkinkan terbentuknya

peningkatan kandungan klorofil-a permukaan dan eddies di Selat Ombai, sehingga

Page 92: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

76

komunitas cetacea menjadikan perairan ini sebagai habitat foraging dan makan. Hal

yang serupa diperoleh Tynan et al. (2005) yang mendapati korelasi kuat antara sebaran

Megaptera novaeangliae, pada musim semi dan panas, serta Phocoena phocoena pada

musim semi, di bagian utara perairan California Current System. Demikian pula dengan

aktivitas foraging beberapa spesies cetacea di perairan barat Skotlandia yang

terkonsentrasi di wilayah perbatasan front (Embling et al. 2005)

Perjumpaan yang konsisten dengan Physeter macrocephalus, baik pada musim

barat maupun musim tenggara, memberikan petunjuk bahwa perairan Selat Ombai juga

berperan sebagai habitatnya. Berdasarkan tingkah lakunya, beristirahat 2-5 menit dan

menyelam selama ~30 menit, paus sperma diduga tengah melakukan aktivitas foraging

(Kaltenberg, 2004). Pembuktian dugaan tersebut sangat sulit karena makanan cetacea

jenis ini merupakan cumi-cumi laut dalam yang habitatnya masih musykil untuk

dieksplorasi secara visual. Kajian habitat paus sperma di Teluk Meksiko yang dilakukan

oleh Kaltenberg (2004) memanfaatkan data ADCP berfrekuensi 38 kHZ, serta berhasil

mendeteksi adanya lapisan hambur balik sekunder dan tersier di kedalaman 400-900 m

yang merefleksikan ketersediaan mangsa bagi cumi-cumi laut dalam.

Gambar 5-1. Plot sebaran cetacea yang terdata dari dua pelayaran INSTANT serta terlihat melakukan aktivitas makan dan foraging di perairan Selat Ombai.

124.6 124.9 125.2 125.5

Bujur (BT)

-9

-8.7

-8.4

-8.1

Lint

ang

(LS)

-5000

-4000

-3000

-2000

-1000

-500

-300

-100

-50

0

P. ALOR

Keterangan :

Physeter macrocephalus

Physeter macrocephalus

Pseudorca crassidens

Stenella longirostris

Multispecies cetacean

Kedalaman (m)

Page 93: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

77

Dari Gambar 5-1 terlihat bahwa Physeter macrocephalus memiliki preferensi

terhadap perairan yang kedalamannya > 1000 m. Hal ini sesuai dengan deskripsi habitat

utama Physeter macrocephalus yang menyukai perairan dalam (Taylor et al. 2002).

Gambar 5-1 juga menunjukkan bahwa sebaran perjumpaan spesies cetacea lainnya

terdapat di perairan yang kedalaman dasarnya < 1000 m, atau di wilayah perbatasan

paparan benua (continental shelf break). Berdasarkan karakteristik ekologi mangsa, ada

pembagian relung (niche) antara Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens karena

mereka mengalami peristiwa yang dinamakan resource partitioning. Mekanisme

resource partitioning ini teramati dengan sangat jelas terutama pada pelayaran

INSTANT 1, antara Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, dan Orcinus orca,

yang pada Minggu/4 Januari 2004, terlihat melakukan kolaborasi foraging,

mengarahkan dan memangsa schooling ikan pelagis di sepanjang aliran front. Pada hari

tersebut, pukul 6.10 WITA pod Stenella longirostris terdeteksi melakukan aktivitas

berenang cepat ke arah timur, yang selanjutnya dipastikan merupakan aktivitas foraging

berdasarkan kehadiran pod spesies cetacea lainnya, yaitu Pseudorca crassidens. Secara

kebetulan, kegiatan pelayaran INSTANT pada hari itu juga difokuskan di bagian tengah

perairan Selat untuk menenggelamkan mooring oseanografi, sehingga komunitas

cetacea yang terdeteksi dapat terus teramati. Pada pukul 6:55 WITA, terlihat komunitas

cetacea telah memiliki ukuran pod yang masif (>300 individu) dan mulai melakukan

aktivitas makan yang menunjukkan interaksi sosial antar individu dan spesies cetacea.

Kegiatan makan yang dilakukan komunitas cetacea ditetapkan berakhir pada pukul

7:45-8:10 WITA, ketika komunitas multispesies tersebut terbagi menjadi tiga pod, dua

pod besar (masing-masing terdiri dari >100 individu) dan satu pod kecil berukuran 3

individu, yang ternyata masing-masing mewakili spesies yang terpisah.

Taylor et al. (2002) dan Marino (2004) menyatakan bahwa cetacea merupakan

kelompok hewan yang bersifat sosial dengan tingkat intelejensia tinggi, dan hasil

pengamatan komunitas cetacea di Selat Ombai membuktikan hal tersebut dengan

aktivitas kolaboratif pod cetacea yang berbeda spesies dalam upaya memperoleh

makanan di perairan pelagis. Benoit-Bird and Au (2003) mendeskripsikan aktivitas

foraging pod Stenella longirostris yang berupaya memangsa schooling ikan di wilayah

Page 94: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

78

front terutama di lapisan perbatasan mesopelagis yang memiliki densitas mangsa tinggi.

Dengan demikian, tidak semua wilayah front menjadi habitat mencari makan cetacea,

karena Stenella longirostris memiliki kemampuan mendeteksi dan menelusuri dinamika

migrasi vertikal dan horizontal mangsanya di perairan pelagis. Embling et al. (2005)

mendapati korelasi 39% antara sebaran tiga spesies cetacea dengan sebaran ikan herring

di perairan barat Skotlandia, karena hanya menggunakan faktor kedalaman sebagai

proxy keterkaitan antara sebaran apex predator cetacea dan mangsanya. Hasil yang

berbeda juga diperoleh Tynan et al. (2005) yang mendapati korelasi tinggi (44.5-94.4%)

untuk sejumlah jenis cetacea yang ditemukan di perairan California Current System,

yang mana digunakan sedikitnya 16 proxies dengan penekanan variasi musiman

terhadap perjumpaan species cetacea di perairan tersebut.

5.2. Fitur lingkungan yang menjadi karakteristik habitat cetacea di perairan

Selat Ombai

Peliknya melakukan kajian langsung mengenai preferensi habitat makan

komunitas apex-predator cetacea sangat terkait dengan mobilitasnya yang tinggi dan

sulitnya mendapatkan data sebaran mangsa cetacea pada skala spasiotemporal yang

sama dengan hasil pengamatan visual cetacea, sehingga pada penelitian ini kajian

tersebut diarahkan pada beberapa fitur lingkungan yang menandai karakteristik habitat

makan, juga melalui pendekatan piramida makanan di ekosistem laut dengan fokus

komunitas fitoplankton dan zooplankton. Ballance et al. (2006) menuliskan bahwa

tahap pertama dalam mengkaji habitat cetacea adalah dengan mencatat pola sebaran dan

kelimpahan cetacea, kemudian mengaitkannya dengan pergerakan fitur oseanografi

permukaan dari wilayah kajian tersebut. Keberadaan mangsa di perairan pelagis tidak

bisa dilepaskan dari komunitas produsen yang menduduki jenjang trofik terendah, yang

pada penelitian ini dikaji memanfaatkan teknologi inderaja SeaWiFS.

Berdasarkan pencitraan muka laut oleh SeaWiFS, terdapat dua fitur lingkungan

yang kerap dijumpai di perairan Selat Ombai, yaitu thermal front (Gambar 2-1, 2-2) dan

eddies (Gambar 2-3 s/d 2-5) yang sangat umum terkait dengan wilayah perairan

produktif. Thermal front di perairan Selat Ombai dijumpai di sisi timur pulau Alor dan

sisi barat laut pulau Timor, yang merupakan wilayah masuknya Arlindo yang akan

Page 95: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

79

menuju Samudera Hindia. Front dan eddies merupakan fenomena yang menyokong

kondisi upwelling di perairan (Sangra et al. 2001) serta memiliki keterkaitan erat

sebagai preferensi habitat cetacea (Doniol-Valcroze et al. 2007, Embling et al. 2004,

Tynan et al. 2005, Burtenshaw et al. 2004). Bost et al. (2009) dan Ballance et al. (2006)

menjelaskan bahwa apex predator cetacea memiliki preferensi terhadap front dan eddies

adalah sebagai habitat mencari makannya.

Sebaran kandungan klorofil-a permukaan di perairan Selat Ombai (Gambar 2-3

s/d 2-6) menunjukkan bahwa di perairan ini terdapat fenomena persistent upwelling,

sebagaimana juga diperoleh Moore and Marra (2002). Dinamika bulanan kondisi

persistent upwelling di Selat Ombai memiliki korelasi dengan variabilitas lapisan

termoklin (Gambar 3-2), lapisan termoklin yang dangkal lebih potensial memacu

peningkatan produktivitas primer perairan. Lapisan termoklin di Selat Ombai memiliki

batas bawah yang terdapat di kedalaman ca. 250 m.

Pembentukan front dan eddies, serta peningkatan kandungan klorofil-a permukaan

di Selat Ombai sangat dipengaruhi oleh sejumlah dinamika proses pergerakan massa air,

yaitu internal wave yang dipengaruhi pasang surut (Robertson and Ffield 2008, 2005),

percampuran vertikal (Atmadipoera et al. 2009), dan kondisi batimetri yang dipengaruhi

keberadaan sill (Molcard et al. 2001). Dengan demikian, perairan Selat Ombai juga

merupakan biological hot spots karena merupakan lokasi yang secara konsisten

memiliki kandungan klorofil-a permukaan tinggi dan keberadaan populasi apex predator

yang tinggi pula, yang sedikitnya diwakili oleh tiga spesies cetacea yaitu Stenella

longirostris, Pseudorca crassidens, dan Physeter macrocephalus.

Satu faktor lain yang memungkinkan agregasi apex-predator di laut adalah

biophysical coupling antara arus dan tingkah laku komunitas biotik yang hidup di

perairan tersebut (Genin 2004). Lebih lanjut lagi, Genin (2004) menguraikan bahwa ada

tiga mekanisme yang menjadi proses fundamental terhadap tingginya produksi

fitoplankton dan zooplankton di wilayah tersebut, yaitu (1) hambatan topografi yang

menghalangi proses migrasi ke lapisan bawah, yang sangat efektif bila berlangsung pagi

hari; (2) akumulasi komunitas zooplankton/mikronekton yang mempertahankan

posisinya di kedalaman tertentu (isovolume) terhadap proses upwelling, dan; (3)

akumulasi komunitas zooplankton/mikronekton yang mempertahankan posisinya di

Page 96: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

80

kedalaman tertentu (isovolume) terhadap proses downwelling. Khusus untuk perairan

Selat Ombai, Atmadipoera et al. (2009) dan Wisudawati (2006) mendapati adanya dua

sisi perairan yang masing-masing mengalami proses kontradiktif, yaitu upwelling di

selatan Pulau Alor dan downwelling di timur Pulau Alor. Dengan demikian sangat

potensial menyokong retensi agregasi komunitas plankton di Selat Ombai, selain

merujuk pada keberadaan dan peran ekologis dan sejumlah fitur khas oseanografi lain

seperti internal wave, front, dan eddies.

Profil lapisan hambur balik akustik menunjukkan adanya patchiness atau sebaran

spasio-temporal mikrostruktur biomassa akustik pada kedalaman di atas 250 m sampai

ke dekat permukaan pada waktu menjelang malam (ca. 17:00 dan 5:00 WITA). Dengan

demikian, sangat mungkin mikrostruktur tersebut berasosiasi dengan fenomena migrasi

vertikal harian oleh komunitas zooplankton dan mikronekton. Sangat sulit untuk

mengaitkan secara langsung komunitas zooplankton/mikronekton hasil pencitraan data

akustik ADCP dengan apex predator cetacea yang dijumpai di perairan Selat Ombai.

Pertama, terkait dengan mangsa cetacea yang berupa komunitas nekton pelagis yang

umumnya tidak menunjukkan tingkah laku migrasi vertikal harian seperti yang

diperoleh. Kedua, posisi ADCP yang upward tidak berhasil memperoleh informasi

keberadaan lapisan HBA sekunder seperti yang dijumpai Kaltenberg (2004), yang

merupakan indikasi habitat foraging Physeter macrocephalus.

Terkait dengan mangsa Stenella longirostris, Benoit-Bird and Au (2003)

menghasilkan kajian yang terstruktur dalam memahami dinamika foraging cetacea

tersebut di perairan Hawaii serta bagaiman pola migrasi komunitas biomassa akustik

yang juga disebut sebagai komunitas perbatasan mesopelagis berdasarkan data ADCP

(Benoit-Bird and Au 2004). Kajian Benoit-Bird and Au mendapati bahwa lokasi dan

periode cetacea melakukan foraging sangat terkait dengan dinamika migrasi mangsa

yang umumnya terperangkap di lapisan front. Migrasi tersebut tidak hanya bersifat

vertikal melainkan juga horizontal, berdasarkan jarak terhadap pantai. Di siang hari,

cetacea umum forage di sisi luar front yang dekat dengan continental shelf break,

sedangkan di malam hari lokasi forage bergeser ke arah perairan dangkal, mengikuti

migrasi vertikal komunitas perbatasan mesopelagis yang bergerak menuju permukaan di

wilayah dekat pantai

Page 97: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

81

5.3. Implikasi hasil penelitian terhadap konservasi cetacea

Cetacea merupakan salah satu flagship species dalam upaya konservasi bahari.

Selain itu, secara biologi komunitas cetacea tergolong tipe makhluk hidup yang

memerlukan waktu lama untuk mencapai usia matang reproduktif, memelihara fetus,

dan calf sampai masa penyapihan, sehingga sampai saat ini sedikitnya ada enam spesies

cetacea yang populasinya terancam dan rentan terhadap kepunahan (IUCN 2009). Ada

lima tipe ancaman terhadap kelestarian populasi cetacea sebagaimana disarikan oleh

Prideaux (2003), yaitu (1) Kegiatan perikanan tangkap, kemungkinan tertangkap

sebagai bycatch; (2) Polusi kimiawi, terutama persistent organic pollutants seperti DDT

dan PCB; (3) Pelayaran (strikes, noise, disturbance, harassments); (4) Hilangnya dan

degradasi habitat; dan (5) Perburuan. Sebagian besar ancaman tersebut sangat sulit

untuk dimonitor status dan kondisinya di alam, sehingga pendekatan konservasi

berbasis habitat sering diterapkan selain penetapan status konservasi spesies.

Hoyt (2005) mendefinisikan habitat kritis bagi cetacea sebagai bagian dari

wilayah jelajah cetacea yang sangat penting dalam membantu hewan tersebut bertahan

hidup sehari-hari dan mempertahankan laju pertumbuhan populasi yang sehat. Sebagai

konsekuensinya, wilayah yang digunakan cetacea untuk berburu makanan (foraging

habitat), memijah, membesarkan calf, dan koridor migrasi, akan berperan sebagai

habitat kritis cetacea; terlebih lagi jika wilayah tersebut dimanfaatkan secara berkala

oleh lebih dari satu jenis cetacea. Dari Gambar 5-1 dapat dilihat bahwa pada musim

barat (Pelayaran INSTANT I), aktivitas makan dan foraging yang dilakukan oleh

seluruh spesies cetacea lebih terkonsentrasi di shelf break selatan Pulau Alor, sedangkan

pada musim tenggara (Pelayaran INSTANT II) konsentrasi wilayah tersebut terbagi di

beberapa lokasi, yaitu shelf break tenggara Alor (Stenella longirostris), shelf break

timur Alor (Pseudorca crassidens) dan perairan jeluk (2000-3000 m) di bagian tengah

Selat Ombai (Physeter macrocephalus). Hal tersebut semakin dikuatkan oleh hasil

analisis korespondensi (Gambar 4-8b), yang menunjukkan bahwa ada preferensi

wilayah yang berbeda di perairan Selat Ombai untuk bulan Januari maupun Juni-Juli.

Page 98: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

82

Konsistensi perjumpaan sejumlah spesies cetacea yang tergolong apex predator,

tingkah laku komunitas cetacea, serta variabilitas faktor suhu dan klorofil-a,

menunjukkan bahwa perairan Selat Ombai berperan sebagai habitat kritis cetacea.

Walaupun hubungan antara cetacea dengan parameter biofisik lingkungan yang

menjabarkan kondisi habitat tersebut tidak dapat dikaitkan secara langsung, namun

dinamikanya yang selaras dengan alih energi dari jenjang trofik rendah sampai ke

puncak dapat menjadi landasan dalam memahami relung ekologi cetacea di Selat

Ombai. Dasar pemahaman yang sama diterapkan oleh Embling et al. (2005) terhadap

komunitas cetacea di perairan barat Skotlandia serta dilengkapi dengan pendataan

komunitas nekton yang dipredasi cetacea dan pemodelan Generalized Additive Model

untuk mengetahui kontribusi masing-masing faktor lingkungan yang dikaji.

Analisis korespondensi yang digunakan pada penelitian ini (Gambar 4-8)

menunjukkan bahwa komunitas cetacea, yang sedikitnya terdiri atas tiga populasi yang

berbeda, memiliki keterkaitan yang erat dengan wilayah perairan Selat Ombai yang

terletak di sisi tenggara Pulau Alor (125° BT) dan selatan Pulau Alor (8°24' – 8°30' LS;

124° BT). Pada akhirnya, ada baiknya apabila penghapusan wilayah ini dari Kawasan

Konservasi Perlindungan Nasional Laut Sawu (DKP 2009) dipertimbangkan kembali

dan perairan Selat Ombai tetap ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi atau

sebagai kawasan pemanfaatan terbatas. Dengan demikian, masih ada legalitas formal

yang berwawasan lingkungan yang memungkinkan masyarakat Lamalera

mengeksploitasi cetacea secara tradisional, sekaligus meminimalkan ancaman akibat

kegiatan ekstraktif atau ancaman lingkungan lainnya.

Page 99: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

83

6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Beberapa simpulan yang dihasilkan dari penelitian yang diramu dalam tesis ini

disampaikan sebagai berikut:

(1) Komunitas cetacea yang dijumpai di perairan Selat Ombai tergolong sebagai apex

predator, dengan tiga spesies dijumpai secara konsisten pada tiap survei pelayaran

INSTANT yaitu Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, dan Physeter

macrocephalus.

(2) Set data SeaWiFS yang digunakan mampu mendeteksi thermal front dan pusaran

(microscale eddies), yang merupakan fitur oseanografi penting dalam proses produksi

komunitas plankton dan bioenergetika antar jenjang trofik yang menyokong interaksi

predator-mangsa untuk komunitas apex predator cetacea..

(3) Set data mooring oseanografi menunjukkan dinamika lapisan termoklin yang yang

menyokong suplai nutrien secara kontinu dan kondisi persistent upwelling, serta profil

produktivitas sekunder yang bervariasi terhadap kedalaman dan adanya agregasi-

agregasi populasi zooplankton/mikronekton berdensitas tinggi yang mengindikasikan

mikrostruktur habitat pelagis.

(4) Keberadaan komunitas cetacea di perairan Selat Ombai menunjukkan korespondensi

yang kuat terhadap wilayah perairan tenggara dan selatan Pulau Alor, baik di bulan

Januari 2004 maupun Juni-Juli 2005. Ditambah dengan informasi keberadaan calf serta

catatan tingkah laku foraging dan makan menunjukkan bahwa perairan Selat Ombai

secara nyata berperan sebagai habitat kritis cetacea.

Page 100: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

84

6.2. Saran

Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk perbaikan penelitian sejenis di masa

mendatang adalah:

(1) Perlu diterapkan tools lain seperti inderaja satelit JASON dan ADCP berfrekuensi rendah

disarankan untuk dapat menelaah pengaruh parameter biofisik perairan lainnya, seperti

tinggi muka laut dan keberadaan lapisan hambur balik sekunder. Dengan demikian,

parameter lingkungan lain yang mencirikan suatu perairan pelagis sebagai habitat cetacea

dapat lebih dipahami secara komprehensif.

(2) Perlu dilakukan pengambilan contoh in situ terhadap komunitas produsen, grazers, dan

nekton pelagis mangsa cetacea, untuk mengetahui secara rinci komponen pengisi jenjang

trofik rendah di ekosistem pelagis perairan Selat Ombai.

(3) Adanya dinamika percampuran massa air secara vertikal yang intensif memerlukan kajian

yang lebih intensif untuk memungkinkan pemahaman ekologi komunitas plankton, baik

fitoplankton maupun zooplankton, terutama terkait struktur habitat mikropelagis sehingga

dinamika spasial dan temporal komunitas tersebut dapat lebih dipahami dalam kaitannya

terhadap komunitas apex predator.

Page 101: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

85

DAFTAR PUSTAKA

Allen MC and A Read. 2000. Habitat selection of foraging bottlenose dolphins in

relation to boat density near Clearwater, Florida. Mar Mamm Sc 16:815-824. Anonimous. 2003. Marine Mammal Survey Techniques. Jakarta, Januari 2003.

Convention on Migratory Species, World Wildlife Fund, and Ministry of Fisheries and Marine Affairs.

Arrigo KR, D Worthen, A Schnell, and MP Lizotte. 1998. Primary production in Southern Ocean waters. Journal of Geophysical Research 103: 587-600.

Atmadipoera AS, R Molcard, G Mardec, S Wijffels, J Sprintall, A Koch-Larrouy, I Jaya, and A Supangat. 2009. Characteristics and variability of the Indonesian throughflow water at the outflow straits. Deep-Sea esearch I 56(2009)1942-1954. doi:10.1016/j.dsr.2009.06.004

Balance LT, RL Pitman, and PC Fiedler. 2006. Oceanographic influences on seabirds and cetaceans of the eastern tropical Pacific: A review. Progress in Oceanography 69 (2006) 360-390. doi:10.1016/j.pocean.2006.03.013

Barnes RH. 1996. Sea hunters of Indonesia, fishers and weavers of Lamalera. Clarendon Press.

Bearzi G. 1994. Behavioural states: terminology and definitions. In: Proceedings of the workshop "Methods fro the study of bottlenose dolphins in the wild". 8th annual meeting of the European Cetacean Society. Montpellier, 3 March 1994. GN di Sciara, PGH Evans, and E Politi (Eds.). ECS Newsletter No.23

Beasley I, KM Robertson, and PW Arnold. 2005. Description of a new dolphin, the Australian Snubfin Dolphin Orcaella heinshoni sp n (Cetacea, Delphinidae). Marine Mammal Science 21 (3): 365-400.

Begon M, CR Townsend, and JL Harper. 2006. Ecology: from individuals to ecosystems. 4th edition. Oxford, Blackwell Publ. 738 pp.

Bengen DG. 2000. Sinopsis teknik pengambilan contoh dan analisis data biofisik sumberdaya pesisir. Bogor. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Benoit-Bird KJ and WWL Au. 2003. Prey dynamics affect foraging by a pelagic predator (Stenella longirostris) over a range of spatial and temporal scales. Behav Ecol Sociobiol (2003) 53:364-373. DOI 10.1007/s00265-003-0585-4

Berman MS, JR Green, DV Holliday and CF Greenlaw. 2002. Acoustic determination of the fine-scale distribution of zooplankton on Georges Bank. Mar. Ecol. Prog. Ser. 220:59-72

Biktashev VN and J Brindley. 2003. Phytoplankton blooms and fish recruitment rate: Effects of spatial distribution. Pre-print version submitted to Elsevier Science.

Bost CA, C Cotte, F Bailleul, Y Cherel, JB Charrassin, C Guinet, DG Ainley, and H Weimerskirch. 2009. The importance of oceanographic fronts to marine birds and mammals. Journal of Marine Systems 78 (2009): 363-376. doi:10.1016/j.jmarsys. 2008.11.022

Page 102: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

86

Brown CW and HE Winn. 1989. Relationship between the distribution pattern of right whales, Eubalaena glacialis, and satellite-derived sea surface thermal structure in the Great South Channel. Continental Shelf Research 9 (3): 247-260.

Burchard H, K Bolding, TP Rippeth, A Stips, JH Simpson, and J Sundermann. 2002. Microstructure of turbulence in the northern North Sea: a comparative study of observations and model simulations. Journal of Sea Research 47 (2002): 223-238

Burtenshaw JC, EM Oleson, JA Hildebrand, MA McDonald, RK Andrew, BM Howe, and JA Mercer. 2004. Acoustic and satellite remote sensing of blue whale seasonality and habitat in the Northeast Pacific. Deep-Sea Research II 51 (2004) 967-986. doi:10.1016/j.dsr2.2004.06.020

Carwardine M. 1995. Smithsonians handbooks: Whales, dolphins, and porpoises. Dorling Kindersley Publ. Inc. New York. 256 pp.

Clark CW and DA Levy. 1988. Diel vertical migrations by juvenile sockeye salmon and the antipredation window. American Naturalists 161 (2):271-290.

Cresswell G, M Purba, and SI Sachoemar. 1997. Application of remote sensing and oceanographic assessment in fisheries development. Report on short program of collaborative research. CSIRO, BPPT, and IPB.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 38/MEN/2009 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Nasional Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jakarta: DKP.

Dagg MJ, H Liu, and AC Thomas. 2006 Effects of mesoscale phytoplankton variability on the copepods Neocalanus flemingeri and N. plumchrus in the coastal Gulf of Alaska. Deep-Sea Research I 53 (2006) 321-332. doi:10.1016/j.dsr.2005.09.013

Dalebout ML, JG Mead, C Scott, AN Baker, and AN van Helden. 2002. A new species of beaked whale, Mesoplodon perrini sp n (Cetacea, Ziphiidae) discovered through phylogenic analysis of mitochondrial DNA sequence. Marine Mammal Science 18 (3): 577-608.

Davis RW, GS Fargon, N May, TD Leming, M Baumgartner, WE Evans, LJ Hansen, and K Mullin. 1998. Physical habitat of cetaceas along the continental slope in the north-central and western gulf of Mexico. Mar Mamm Sc 14 (3): 490-507.

Davis RW, JG Ortega-Ortiza, CA Ribic, WE Evans, DC Biggs, PH Ressler, RB Cady, RR Lebend, KD Mullin, B Wursig. 2002. Cetacean habitat in the northern oceanic Gulf of Mexico. Deep-Sea Research I 49 (2002) 121-142.

di Sciara GN. 1994. Determination of group size. In: Proceedings of the workshop "Methods fro the study of bottlenose dolphins in the wild". 8th annual meeting of the European Cetacean Society. Montpellier, 3 March 1994. GN di Sciara, PGH Evans, and E Politi (Eds.). ECS Newsletter No.23

Doniol-Valcroze T, D Berteaux, P Larouche, and R Sears. 2007. Influence of thermal fronts on habitat selection by four rorqual whale species in the Gulf of St. Lawrence. Mar Ecol Prog Ser Vol 335: 207-216.

Embling CB, PG Hernandes, PS Hammond, E Armstrong, and J Gordon. 2005 Investigations into the relationship between pelagic fish and dolphin distributions off the west coast of Scotland. ICES CM2005; 15 pp.

Page 103: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

87

Genin A. 2004. Bio-physical coupling in the formation of zooplankton and fish aggregations over abrupt topographies. Journal of Marine Systems 50: 3-20. doi:10.1016/j.jmarsys.2003.10.008

Gordon AL. 2001. Inter-ocean exchange. In: Ocean circulation and climate. G Siedler, J Church, and J Gould (Eds.). Academic Press. 303-314 pp.

Greene CH and PH Wiebe. 1990. Bioacoustical Oceanography: New Tools for Zooplankton and Micronekton Research in The 1990s. Oceanography: April 1990

Gustamila M. 2006. Variasi harian, bulanan, dan musiman acoustic volume backscattering strength (SV) di Selat Lombok. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi, tidak dipublikasikan]

Hammond PS, P Berggren, H Benke, DL Borchers, A Collet, MP Heide-Jorgensen, S Heimlich, AR Hilby, MF Leopold, and N Oien. 2002. Abundance of harbor porpoises and other cetaceans in the North Sea and adjacent waters. Journal of Applied Ecology 39: 361-376.

Hastie GD, B Wilson, LJ Wilson, KM Parsons, and PM Thompson. 2004. Functional mechanisms underlying cetacean distribution patterns: hotspots for bottlenose dolphins are linked to foraging. Marine Biology (2004) 144: 397-403. DOI 10.1007/s00227-003-1195-4

Hays GC. 2003. A review of the adaptive significance and ecosystem consequences of zooplankton diel vertical migrations. Hydrobiologia 503: 163-170.

Hendiarti N. 2003: Investigations of remote sensing ocean color in Indonesian Waters. A thesis of Doctor of Philosophy, University of Rostock, Germany.

Holliday DV, CF Greenlaw, and PL Donaghay. 2010. Acoustic scattering in the coastal ocean at Monterey Bay, CA, USA: Fine-scale vertical structures. Continental Shelf Research 30 (2010): 81-103. doi:10.1016/j.csr.2009.08.019

Hoyt E. 2005. Marine Protected Areas for Whales, Dolphins and Porpoises: A worldwide handbook for cetacean habitat conservation. Earthscan, 516pp.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2009. IUCN red list of threatened species. http://www.iucnredlist.org/ (observed 15 June 2009)

Jeffferson TA, S Leatherwood, and MA Webber. 1993. FAO species identification guide-marine mammals of the world. The Expert center for Taxonomic Identification (ETI). University of Amsterdam.

Kahn B, Y James, and J Pet. 2000. Komodo National Park cetacea surveys. A rapid ecological assessment of cetacea diversity, abundance & distribution. The Nature Conservancy and APEX. 30 pp.

Kahn B. 2001. Komodo National Park cetacea surveys. A rapid ecological assessment of cetacea diversity, abundance & distribution, monitoring report - April 2001. The Nature Conservancy and APEX. 39 pp.

Kaltenberg AM. 2004. 38-kHZ ADCP Investigation of Deep Scattering Layers in Sperm Whale Habitat in the Northern Gulf of Mexico. M.Sc Thesis. Major: Oceanography. Texas A&M University.

Kharisma RE. 2009. Perbandingan pola migrasi deep scattering layer di Selat Makassar dan Selat Lombok menggunakan nilai acoustic volume backscattering strength

Page 104: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

88

hasil pengukuran ADCP. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi, tidak dipublikasikan]

Lalli C and TR Parsons. 2000. Biological oceanography - an introduction. 2nd edition. Butterworth-Heinemann: 314 pp.

Lennert-Cody CE and PJS Franks. 1999. Plankton patchiness in high-frequency internal waves. Mar Ecol Prog Ser. 186: 59-66

Ludwig JA and JF Reynolds. 1988. Statistical ecology: a primer on methods and computing. John Wiley and Sons, Inc. xvii+329.

Mann KH and JRN Lazier. 2006. Dynamics of marine ecosystems: biological-physical interactions in the oceans. 3rd ed. Blackwell Publishing: 496 pp.

Martin AP. 2003. Phytoplankton patchiness: the role of lateral stirring and mixing. Progress in Oceanography 57 (2003): 125-174. doi:10.1016/S0079-6611(03)00085-5.

Miller CB. 2004. Biological oceanography. Blackwell publishing. ix+402 pp. Molcard R, M Fieux, and F Syamsudin. 2001. The throughflow within Ombai Strait.

Deep-Sea Research I 48: 1237-1253 Moore K and M Abbott 2000. Phytoplankton chlorophyll distributions and primary

production in the Southern Ocean. Journal of Geophysical Research, 105 (28): 709-722.

Moore SE, WA Watkins, MA Daher, JR Davies, and ME Dalheim. 2000. Blue whale habitat associations in the northwest Pacific: analyses of remotely-sensed data using Geographic Information System. Oceanography 15 (3), 20-25.

Moore TS and J Marra. 2002. Satellite observations of bloom events in the Strait of Ombai: Relationships to monsoons and ENSO. Geochem Geophys Geosyst 3 (2). doi: 10.1029/2001GC00174.

Nonti A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. 368 hal. Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. P2O-LIPI.

Jakarta. iii + 240 h. Palacios DM,SJ Bograd, DG Foley, and FB Schwing. 2006. Oceanographic

characteristics of biological hot spots in the North Pacific: A remote sensing perspective. Deep-Sea Research II 53 (2006) 250-269. doi:10.1016/j.dsr2.2006.03.004

Pena WPR. 2006. Characterizing zooplankton and micronekton diel vertical migration at the Western Puerto Rican shelf/slope break.MSc Thesis. University of Puerto Rico.

Perrin WF, BG Wursig, JGM Thewissen. 2002. Encyclopedia of marine mammals. Academic Press. 1414 pp.

Pershing AJ, PH Wiebe, JP Manning, NJ Copley. 2001. Evidence for vertical circulation cells in the well-mixed area of Georges Bank and their biological implications. Deep-Sea Research II 48 (2001) 283-310.

Purba M, INMN Natih, dan AS Atmadipoera. 1994. Keterkaitan sifat-sifat oseanografi dengan sifat-sifat biologis sebagai akibat proses upwelling di perairan selatan Jawa Barat. Laporan penelitian. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Page 105: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

89

Record NR and B de Young. 2006. Patterns of diel vertical migration of zooplankton acoustic Doppler velocity and backscatter data on the Newfoundland Shelf. Can. J. Fish Aquat. Sci.: 63: 2708-2721.

Robertson R and A Ffield 2008: Baroclinic tides in the Indonesian Seas. Part 2: Interactions between tidal constituents, energy fluxes, and tidal mixing with a focus on Ombai Strait, doi:10.1029/2007JC004677.

Robertson R and A Ffield. 2005. M2 Baroclinic tides in the Indonesian Seas. Oceanography Vol. 18, No. 4, Dec. 2005.

Robertson R. pers. comm. 2008. Tidal effects on circulation and mixing in the Ombai Strait. [article in press, sent 20 November 2008]

Rudolph P, C Smeenk, and S Leatherwood. 1997. Preliminary checklist of Cetacea in the Indonesian Archipelago and adjacent waters. Leiden: Nationaal Natuurhistorisch Museum.

Sangra P, G Basterretxea, JL Pelegri, and J Aristegui. 2001. Chlorophyll increase due to internal waves on the shelf break of Gran Canaria (Canary Islands). Sci. Mar. (Suppl. 1): 89-97

Santos MB, MR Clarke, and GJ Pierce. 2001. Assessing the importance of cephalopods in the diets of marine mammals and other top predators: problems and solutions. Fisheries Research 52: 121-139.

Scott MD, SJ Chivers. 1990. Distribution and herd structure of bottlenose dolphins in the Eastern Tropical Pacific Ocean. In: The Bottlenose Dolphin. (S. Leatherwood & R. R. Reeves, eds.). Academic Press, San Diego, CA. pp.387 - 402.

Siegel DA, AC Thomas, and J Marra. 2004. Views of ocean processes from the Sea-viewing Wide Field-of view Sensor mission: introduction to the first special issue. Journal of Deep-Sea Research II 51 (2004) 1-3. doi:10.1016/j.dsr2.2003.12.001

Sprintall J. pers. comm. 2007. Instant Workshop: Bogor, 5 Nopember 2007 Steele JH. 1989. The ocean 'landscape'. Landscape Ecology Vol. 3, No. 3, 185-192 pp. Syahria F. 2007. Penyebaran Beberapa Jenis Cetacean Subordo Odontoceti di Perairan

Laut Sawu Bagian Timur, Nusa Tenggara Timur. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi: tidak dipublikasikan]

Taylor L, M Carwardine, and E Hoyt (Eds). 2002. The nature companions sharks and whales. Fog city press.

Tomascik T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The ecology of the Indonesian seas, part 2. Periplus editions.

Tont SA. 1975. Deep scattering layers: patterns in the pacific. Reports volume XVIII, 1 Juli 1973 to 30 June 1975. California Cooperative Oceanic Fisheries Investigations

Trevorrow M. 2005. The use of moored inverted echo sounders for monitoring mesozooplankton and fish near the ocean surface. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 62: 1004-1018

Tynan CT, DG Ainley, JA Barth, TJ Cowles, SD Pierce, and LB Spear. 2005. Cetacean distribution relative to ocean processes in the northern California Current System. Deep-Sea Research II: 145-167.

Page 106: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

90

van Haren H. 2009. Using high sampling-rate ADCP for observing vigorous processes above sloping [deep] ocean bottoms. Journal of Marine Systems 77 (2009) 418-427. doi:10.1016/j.jmarsys.2008.10.012

Viale D. 1985. Cetacea in the Northwestern Mediterranean: their place in ecosystem. In: Oceanography and Marine Biology: an annual review - volume 23. M Barnes (Ed). Aberdeen University Press. 491-571pp.

Wada S, M Oishi, and TK Yamada. 2003. A newly discovered species of living baleen whales. Nature 426: 278-281.

Weir CR and SH O'Brien. 2000. Association of the harbour porpoise (Phocoena phocoena) with the western Irish Sea front. European Research on Cetaceas - 14. Proceedings on the 14th conference of European cetacea society. Cork, Ireland, 2-5 April 2000: 61-65.

Wisudawati D. 2006. Deteksi sebaran kopepoda dengan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) di Selat Ombai, Timor. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi, tidak dipublikasikan]

Worm B, HK Lotze, and RA Myers. 2003. Predator diversity hotspots in the blue ocean. PNAS 2003;100;9884-9888. doi:10.1073/pnas.1333941100

Wyrtki K. 1962. The upwelling in the region between Java and Australia during the south east monsoon. Aust Jour of Mar and Fresh Res 13 (3): 217-225.

Yen PPW, WJ Sydeman, and KD Hyrenbach. 2003. Marine bird and cetacea associations with bathymetric habitats and shallow water topographies: implications for trophic transfer and conservation. J of Mar Sys 50: 79-99

Zhou M, ME Huntley, and TM Powell. 1997. Measuring the influence of animals on turbulence in the sea. Final Report.

Page 107: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

91

Page 108: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

92

Lampiran 1. Lembar data pengamatan cetacea Marine Mammals Visual Assessment

Location: Platform for observation:

Observer:

Height of observation:

Environmental data

Date

Time Position Sighting object

No. of individu

Beha-viour

Asc. Wildlife Photo Sea

state Wind Water Visi-

bility Swell height

Cloud cover

Precipitati

on Start Finish Lat Lon force

(BS) direc-tion Depth Temp.

Page 109: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

93

Lampiran 2a. Hasil survei visual cetacea pada Pelayaran INSTANT Desember 2003-Januari 2004

Marine Mammals Visual Assessment 1

Location: Savu Sea and adjacent waters

Vessel based observation (Baruna Jaya 8)

Observer: Adriani Sunuddin

Height of observation: 10-20 m

Date Time (GMT) Position Sighting object

No. of animals Behaviour Asc.

Wildlife Photo Start Finish Lat Lon

28.12.2003 0:30 0:52 9° 04.65 S 119° 49.33 E dolphins 12-20 feeding, playing, jumping out of water

birds x

9:55 10:00 9° 39.87 S 120° 48.14 E dolphins

travelling fast - x

22:45 22:50

dolphins 10 travelling in medium

speed - -

29.12.2003 9:49 9:55 10° 52.45 S 120° 38.73 E dolphins 2-4 jumping out of water; travelling fast

- -

02.01.2004 21:35 21:50 8° 24.29 S 120° 05.36 E dolphins 70-130 travelling fast to east - x

22:05 22:15 8° 24.38 S 120° 00.48 E dolphins 50-70 travelling fast to south - x

22:20 22:30 8° 24.74 S 120° 07.12 E whales

3 (blowholes) resting, feeding (?) - x

22:40 23:29 8° 24.60 S 120° 05.19 E dolphins ~300 feeding, erratic,

jumping out of water birds x

22:24 22:58 8° 24.11 S 120° 05.80 E whales 10-20 milling in the same area, travelling slowly to east

- ?

03.01.2004 21:20 21:40 8° 23.97 S 125° 05.13 E whales 3-5 resting, breaching - -

22:10 23:45 8° 24.55 S 125° 00.50 E dolphins ~300 travelling fast, feeding

- erratic (starts at 22:25); travelling slowly to east (23:45)

birds x

04.01.2004 00:10

8° 24.55 S 125° 00.50 E dolphins ~300 the big pod was split

into 3 smaller pods - -

1330 m

03:30 03:32 8° 24.96 S 125° 00.17 E whale 1 tall blowhole, diving - -

04:00 04:03 8° 24 S 125° 00 E whales 2 blowhole, diving - x

Page 110: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

94

Lampiran 2b. Hasil survei visual cetacea pada Pelayaran INSTANT Juni-Juli 2005

Marine Mammals Visual Assessment 2

Note:

Location: Ombai Strait

Vessel based observation (Baruna Jaya 8)

Observer: Adriani Sunuddin

Height of observation: 10-20 m

Date Sighting object Start Finish No. of

animals Lat/Lon Behavior

30.6.2005 Lumba-lumba 7:20 50 8° 25', 125° 14' Berenang dengan kecepatan sedang ke barat Physeter macrocephalus 10:47 1 8° 26', 125° 13' Berenang perlahan ke barat Physeter macrocephalus 12:07 1 8° 29', 125° 04' Berenang di sekitar kapal

Stenella longirostris 150 Bowriding (berenang di sepanjang jalur kapal), melompat

Physeter macrocephalus 17:02 2 8° 19', 125° 14' Menjaga anak 1.7.2005 Lumba-lumba 7:00 50 8° 21', 125° 12' Berenang cepat ke barat Pseudorca crassidens 8:40 8:45 200 8° 22', 124° 59' Makan Paus 14:39 1 8° 31', 125° 04' Berenang, menyelam Physeter macrocephalus 15:18 2 8° 32', 125° 02' Bermain di sekitar ADCP yang terapung 2.7.2005 Lumba-lumba 14:59 50 8° 26', 125° 01' Berenang di sisi kapal Physeter macrocephalus 15:03 1 8° 25', 125° 00' Berenang, menyelam Pseudorca crassidens 16:50 17:30 100 posisi mooring

Ombai 2 (Timor) Berenang cepat

3.7.2005 Lumba-lumba 10:54 20 8° 18', 125° 10' Berenang cepat 4.7.2005 Stenella longirostris 16:06 50 8° 19', 125° 10' Bermain, makan, lompat, terkonsentrasi di

sepanjang aliran front

Kogia simus 17:50 20 DDD (Setelah penenggelaman mooring Ombai 2)

Berenang perlahan

Page 111: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

95

Lampiran 3. Skala Beaufort

Skala Beaufort merupakan salah satu cara mengukur parameter kondisi lingkungan laut yang umum digunakan saat pelayaran dan pendugaan visual komunitas cetacea. Parameter dalam menetapkan Skala Beaufort didasari pada kondisi gelombang, penutupan awan, dan kondisi permukaan laut.

Skala Beaufort

Keterangan Kondisi permukaan laut (kecepatan angin –dalam knots)

0 Calm Mirror (< 1) 1 Very light breeze Ripples with the appearance of scales, no foam crests

2 Light breeze Wavelets, small but pronounced. Crests with glassy appearance but they don’t break (4-6)

3 Gentle breeze Large wavelets, crests begin to break. Glassy looking foam, occasional white horses (7-10)

4 Moderate breeze Small waves becoming longer, frequent white horses (11-16)

5 Fresh breeze Moderate waves of pronounced long form. Many white horses, some spray (17-21)

6 Strong breeze Some large waves, extensive white foam crests, some spray (22-27)

7 Near gale Sea heaped up, white foam from breaking waves blowing in streaks with the wind (28-33)

Swell scale

Scale Swell Wavelength Height 0 No swell <2 m 1 Low swell Short or average <2 m 2 Low swell Long 2-4 m 3 Moderate swell Short 2-4 m 4 Moderate swell Average 2-4 m 5 Moderate swell Long >4 m 6 Heavy swell Short >4 m

7 Heavy swell Average >4 m

8 Heavy swell Long >4 m

9 Confused swell Pronounced swells from 1+ direction

Page 112: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

96

Lampiran 4. Nilai klorofil-a permukaan di perairan Selat Ombai.

Bulan-Tahun Rata-rata nilai klorofil-a (mg/m3)

Nilai klorofil-a maksimum (mg/m3)

Desember 2003 0.26 0.74

Januari 2004 0.16 0.67

Februari 2004 0.35 1.65

Maret 2004 0.38 1.37

April 2004 0.15 0.59

Mei 2004 0.13 0.46

Juni 2004 0.21 0.83

Juli 2004 0.29 0.81

Agustus 2004 0.37 1.65

September 2004 0.23 1.09

Oktober 2004 0.25 1.33

Nopember 2004 0.19 2.50

Desember 2004 0.35 1.00

Januari 2005 0.24 1.80

Februari 2005 0.24 1.16

Maret 2005 0.23 0.66

April 2005 0.28 0.86

Mei 2005 0.18 1.43

Juni 2005 0.24 1.02

Juli 2005 0.26 0.96

Page 113: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

97

Lampiran 5. Rangkaian alat pada mooring oseanografi Selat Ombai.

Page 114: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

98

Lampiran 6. Tabel kisaran suhu (dalam °C) pada kedalaman 100 m, 125 m, 170 m, 240m, 350 m, 450 m, 700 m dan 1000 m hasil perekaman sensor suhu di mooring perairan Selat Ombai selama 1 tahun (Januari – Desember 2004).

Page 115: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

99

Lampiran 7. Spesifikasi ADCP workhorse long ranger 75-kHz (www.rdinstrument.com).

Page 116: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

100

Lampiran 8a. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil perekaman ADCP bim ke-1.

Page 117: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

101

Lampiran 8b. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil perekaman ADCP bim ke-2.

Page 118: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

102

Lampiran 8c. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil perekaman ADCP bim ke-3.

Page 119: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

103

Lampiran 8d. Variabilitas harian biovolume akustik di perairan Selat Ombai, hasil perekaman ADCP bim ke-4.

Page 120: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

104

Lampiran 9. Spesifikasi Kapal Riset Baruna Jaya 8

1. Nama kapal: Kapal Riset Baruna Jaya VIII

2. Ukuran pokok

a. Panjang total: b. Lebar: c. Tinggi (main deck): d. Tinggi (shelter deck) e. Tinggi (forecastle deck):

53.20 m 12.50 m 4.70 m 7.10 m 9.50 m

3. Kecepatan jelajah: 12.5 knot, rata-rata 10 knot

4. Peralatan riset onboard: Scientific echosounder Echo integrator BI500 Sonar SD 570 Trawl Echosounder EA500, dual frequency Navigation computer RDN50 Navigation sounder EQ50 Speed log NL Data management system MDM300 Multibeam Echosounder95 (EM1000) GPS receiver RS5400

5. Peralatan pendukung: Air compressor Peralatan Selam SCUBA Gravitymeter CTD system Coring equipment Seismic equipment Hull mounted ADCP Microflow analysis system

6. Bobot mati: 346.40 ton

7. Instansi pemilik: Pusat Penelitian Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Page 121: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

105

Lampiran 10. Akar cirri dan representasi ragam dari masing-masing variabel

Kode Variabel spasio-

temporal

Nilai singular

dekomposisi Nilai eigen

Kontribusi relatif

Kontribusi mutlak

Jarak chi-square

1 Ja Jan-04 0,626185 0,392107 39,21071 39,2107 798,4341 2 Jn Jun-05 0,436426 0,190468 19,04679 58,2575 387,8432 3 Jl Jul-05 0,314162 0,098698 9,86978 68,1273 200,9749 4 L1 Lat 8°19' 0,273064 0,074564 7,45642 75,5837 151,8325 5 L2 Lat 8°20' 0,227725 0,051859 5,18589 80,7696 105,5985 6 L3 Lat 8°21' 0,211487 0,044727 4,47268 85,2423 91,0756 7 L4 Lat 8°22' 0,204907 0,041987 4,19870 89,4410 85,4967 8 L5 Lat 8°23' 0,173952 0,030259 3,02592 92,4669 61,6157 9 L6 Lat 8°24' 0,156713 0,024559 2,45590 94,9228 50,0085 10 L7 Lat 8°25' 0,126201 0,015927 1,59266 96,5154 32,4308 11 L8 Lat 8°26' 0,110250 0,012155 1,21550 97,7309 24,7509 12 L9 Lat 8°27' 0,092880 0,008627 0,86266 98,5936 17,5661 13 L10 Lat 8°28' 0,088801 0,007886 0,78857 99,3822 16,0573 14 L11 Lat 8°29' 0,051662 0,002669 0,26690 99,6491 5,4347 15 L12 Lat 8°30' 0,042692 0,001823 0,18226 99,8313 3,7114 16 L13 Lat 8°31' 0,032430 0,001052 0,10517 99,9365 2,1415 17 L14 Lat 8°32' 0,025200 0,000635 0,06350 100,0000 1,2931 18 B1 Lon 120° 0,000000 0,000000 0,00000 100,0000 0,0000 19 B2 Lon 121° 0,000000 0,000000 0,00000 100,0000 0,0000 20 B3 Lon 122° 0,000000 0,000000 0,00000 100,0000 0,0000 21 B4 Lon 123° 0,000000 0,000000 0,00000 100,0000 0,0000 22 B5 Lon 124° 0,000000 0,000000 0,00000 100,0000 0,0000 23 B6 Lon 125° 0,000000 0,000000 0,00000 100,0000 0,0000

Page 122: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

106

Lampiran 11. Kontribusi masing-masing variabel terkorelasi terhadap sumbu/faktor utama

F1 F2 F3 Jan04:0 -0,016516 0,018501 -0,015051 Jan04:1 0,016516 -0,018501 0,015051 Jun05:0 -0,010833 0,023644 0,025496 Jun05:1 0,010833 -0,023644 -0,025496 Jul05:0 -0,018548 0,021248 0,020047 Jul05:1 0,018548 -0,021248 -0,020047 Lat819:0 -0,002603 0,022111 -0,047714 Lat819:1 0,002603 -0,022111 0,047714 Lat820:0 0,020348 0,008525 0,000531 Lat820:1 -0,020348 -0,008525 -0,000531 Lat821:0 0,019415 0,019528 -0,016463 Lat821:1 -0,019415 -0,019528 0,016463 Lat822:0 0,010693 0,016240 0,010937 Lat822:1 -0,010693 -0,016240 -0,010937 Lat823:0 0,012271 0,027507 0,004235 Lat823:1 -0,012271 -0,027507 -0,004235 Lat824:0 -0,004867 0,029186 -0,041473 Lat824:1 0,004867 -0,029186 0,041473 Lat825:0 0,011900 0,034633 0,001333 Lat825:1 -0,011900 -0,034633 -0,001333 Lat826:0 0,007821 0,032792 -0,003272 Lat826:1 -0,007821 -0,032792 0,003272 Lat827:0 0,015726 0,021194 0,022550 Lat827:1 -0,015726 -0,021194 -0,022550 Lat828:0 0,023426 0,014505 0,016386 Lat828:1 -0,023426 -0,014505 -0,016386 Lat829:0 0,022006 0,018200 0,003975 Lat829:1 -0,022006 -0,018200 -0,003975 Lat830:0 0,025311 -0,010068 0,007831 Lat830:1 -0,025311 0,010068 -0,007831 Lat831:0 0,025254 -0,004380 0,002803 Lat831:1 -0,025254 0,004380 -0,002803 Lat832:0 0,023755 -0,007492 0,006794 Lat832:1 -0,023755 0,007492 -0,006794 Lon120:0 0,018911 -0,009171 -0,028113 Lon120:1 -0,018911 0,009171 0,028113 Lon121:0 0,022233 -0,016049 -0,008024 Lon121:1 -0,022233 0,016049 0,008024 Lon122:0 0,022233 -0,016049 -0,008024 Lon122:1 -0,022233 0,016049 0,008024 Lon123:0 0,022233 -0,016049 -0,008024 Lon123:1 -0,022233 0,016049 0,008024 Lon124:0 0,026292 0,003606 0,018292 Lon124:1 -0,026292 -0,003606 -0,018292 Lon125:0 0,009232 0,013440 -0,030127 Lon125:1 -0,009232 -0,013440 0,030127

Page 123: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

107

Lampiran 12. Ringkasan prosedur statistika untuk setiap kategori pada kolom tabel kontingensi

F1 F2 F3 Total ragam

Kualitas ragam

Kontribusi relatif

F1 F2 F3

Inersia Kosinus Inersia Kosinus Inersia Kosinus Jan04:0 -0,53519 0,41785 -0,24469 0,019324 0,416724 0,024155 0,014116 0,229144 0,017714 0,139682 0,011722 0,047898 Jan04:1 0,42815 -0,33428 0,19575 0,024155 0,416724 0,019324 0,011293 0,229144 0,014171 0,139682 0,009378 0,047898 Jun05:0 -0,31203 0,47467 0,36845 0,021739 0,458431 0,021739 0,005398 0,097363 0,025716 0,225312 0,029902 0,135756 Jun05:1 0,31203 -0,47467 -0,36845 0,021739 0,458431 0,021739 0,005398 0,097363 0,025716 0,225312 0,029902 0,135756 Jul05:0 -0,96170 0,76784 0,52149 0,012077 0,687070 0,031401 0,028487 0,355715 0,037384 0,226759 0,033277 0,104596 Jul05:1 0,36988 -0,29532 -0,20057 0,031401 0,687070 0,012077 0,010956 0,355715 0,014378 0,226759 0,012799 0,104596 Lat819:0 -0,07498 0,44389 -0,68953 0,021739 0,678114 0,021739 0,000312 0,005622 0,022489 0,197036 0,104724 0,475456 Lat819:1 0,07498 -0,44389 0,68953 0,021739 0,678114 0,021739 0,000312 0,005622 0,022489 0,197036 0,104724 0,475456 Lat820:0 0,35167 0,10268 0,00460 0,036232 0,671202 0,007246 0,011428 0,618376 0,002006 0,052721 0,000008 0,000106 Lat820:1 -1,75837 -0,51342 -0,02302 0,007246 0,671202 0,036232 0,057140 0,618376 0,010029 0,052721 0,000039 0,000106 Lat821:0 0,38717 0,27141 -0,16471 0,031401 0,651799 0,012077 0,012005 0,389744 0,012144 0,191522 0,008631 0,070533 Lat821:1 -1,00665 -0,70566 0,42823 0,012077 0,651799 0,031401 0,031212 0,389744 0,031575 0,191522 0,022440 0,070533 Lat822:0 0,18481 0,19561 0,09483 0,036232 0,407060 0,007246 0,003156 0,170776 0,007279 0,191321 0,003301 0,044963 Lat822:1 -0,92406 -0,97806 -0,47415 0,007246 0,407060 0,036232 0,015780 0,170776 0,036394 0,191321 0,016506 0,044963 Lat823:0 0,24470 0,38231 0,04237 0,031401 0,540367 0,012077 0,004795 0,155689 0,024096 0,380010 0,000571 0,004668 Lat823:1 -0,63623 -0,99400 -0,11016 0,012077 0,540367 0,031401 0,012468 0,155689 0,062649 0,380010 0,001485 0,004668 Lat824:0 -0,18026 0,75333 -0,77059 0,016908 0,759701 0,026570 0,001401 0,020678 0,050379 0,361140 0,101728 0,377882 Lat824:1 0,11471 -0,47939 0,49038 0,026570 0,759701 0,016908 0,000892 0,020678 0,032059 0,361140 0,064736 0,377882 Lat825:0 0,25709 0,52146 0,01444 0,028986 0,676439 0,014493 0,004886 0,132191 0,041380 0,543831 0,000061 0,000417 Lat825:1 -0,51418 -1,04291 -0,02889 0,014493 0,676439 0,028986 0,009772 0,132191 0,082760 0,543831 0,000123 0,000417 Lat826:0 0,20274 0,59249 -0,04255 0,024155 0,492447 0,019324 0,002532 0,051380 0,044518 0,438804 0,000443 0,002264 Lat826:1 -0,25343 -0,74061 0,05319 0,019324 0,492447 0,024155 0,003165 0,051380 0,055648 0,438804 0,000554 0,002264

Page 124: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

108

F1 F2 F3 Total ragam

Kualitas ragam

Kontribusi relatif

F1 F2 F3

Inersia Kosinus Inersia Kosinus Inersia Kosinus Lat827:0 0,27178 0,25529 0,19553 0,036232 0,886336 0,007246 0,006825 0,369323 0,012397 0,325858 0,014035 0,191155 Lat827:1 -1,35890 -1,27644 -0,97764 0,007246 0,886336 0,036232 0,034127 0,369323 0,061987 0,325858 0,070173 0,191155 Lat828:0 0,43378 0,18720 0,15223 0,033816 0,862352 0,009662 0,016228 0,658582 0,006222 0,122659 0,007940 0,081111 Lat828:1 -1,51824 -0,65521 -0,53281 0,009662 0,862352 0,033816 0,056798 0,658582 0,021777 0,122659 0,027791 0,081111 Lat829:0 0,47540 0,27402 0,04309 0,028986 0,605901 0,014493 0,016707 0,452008 0,011427 0,150179 0,000545 0,003713 Lat829:1 -0,95080 -0,54805 -0,08618 0,014493 0,605901 0,028986 0,033414 0,452008 0,022854 0,150179 0,001090 0,003713 Lat830:0 0,46868 -0,12994 0,07276 0,033816 0,846433 0,009662 0,018944 0,768811 0,002998 0,059095 0,001814 0,018527 Lat830:1 -1,64038 0,45479 -0,25464 0,009662 0,846433 0,033816 0,066304 0,768811 0,010492 0,059095 0,006348 0,018527 Lat831:0 0,50360 -0,06087 0,02804 0,031401 0,671071 0,012077 0,020310 0,659393 0,000611 0,009633 0,000250 0,002045 Lat831:1 -1,30936 0,15826 -0,07291 0,012077 0,671071 0,031401 0,052806 0,659393 0,001588 0,009633 0,000651 0,002045 Lat832:0 0,51318 -0,11281 0,07364 0,028986 0,563009 0,014493 0,019468 0,526713 0,001937 0,025451 0,001592 0,010845 Lat832:1 -1,02637 0,22561 -0,14728 0,014493 0,563009 0,028986 0,038936 0,526713 0,003873 0,025451 0,003185 0,010845 Lon120:0 0,37711 -0,12746 -0,28127 0,031401 0,617677 0,012077 0,011388 0,369743 0,002678 0,042240 0,025170 0,205695 Lon120:1 -0,98048 0,33140 0,73130 0,012077 0,617677 0,031401 0,029610 0,369743 0,006964 0,042240 0,065442 0,205695 Lon121:0 0,38425 -0,19332 -0,06957 0,036232 0,949285 0,007246 0,013643 0,738225 0,007109 0,186857 0,001777 0,024203 Lon121:1 -1,92123 0,96658 0,34787 0,007246 0,949285 0,036232 0,068214 0,738225 0,035545 0,186857 0,008885 0,024203 Lon122:0 0,38425 -0,19332 -0,06957 0,036232 0,949285 0,007246 0,013643 0,738225 0,007109 0,186857 0,001777 0,024203 Lon122:1 -1,92123 0,96658 0,34787 0,007246 0,949285 0,036232 0,068214 0,738225 0,035545 0,186857 0,008885 0,024203 Lon123:0 0,38425 -0,19332 -0,06957 0,036232 0,949285 0,007246 0,013643 0,738225 0,007109 0,186857 0,001777 0,024203 Lon123:1 -1,92123 0,96658 0,34787 0,007246 0,949285 0,036232 0,068214 0,738225 0,035545 0,186857 0,008885 0,024203 Lon124:0 0,56800 0,05430 0,19826 0,028986 0,729753 0,014493 0,023849 0,645242 0,000449 0,005897 0,011544 0,078613 Lon124:1 -1,13600 -0,10860 -0,39652 0,014493 0,729753 0,028986 0,047698 0,645242 0,000897 0,005897 0,023087 0,078613 Lon125:0 0,79779 0,80945 -1,30613 0,007246 0,599533 0,036232 0,011762 0,127293 0,024928 0,131042 0,125253 0,341198 Lon125:1 -0,15956 -0,16189 0,26123 0,036232 0,599533 0,007246 0,002352 0,127293 0,004986 0,131042 0,025051 0,341198

Page 125: Komunitas cetacea dan karakteristik habitatnya di perairan ... · microstructure revealing spatial extent and bio-volume of acoustic ... Densitas tertinggi dan ... 2004, staf pegawai

109

Lampiran 13. Dokumentasi lapangan

Aktivitas foraging komunitas apex-predator cetacea

Cetacea jenis Orcinus orca, jantan

Bagian dari pod Stenella longirostris