Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

45
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada oran lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang data menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Dunia kesehatan terutama disiplin ilmu keperawatan erat kaitannya dengan komunikasi dengan pasien. Kita sangat perlu untuk mempelajari bagaimana teknik berkomunikasi dengan pasien terlebih lagi dengan pasien anak. Dengan mempelajari teknik komunikasi terapeutik, kita mampu membuat asuhan keperawatan yang benar-benar berfokus pada pasien. Untuk itu, makalah ini kami susun untuk memberikan kita pengetahuan tambahan mengenai komunikasi terapeutik yang dilakukan kepada pasien anak-anak dan remaja. 1 | Page

Transcript of Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

Page 1: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi

yang disampaikan oleh anak kepada oran lain dengan harapan orang yang

diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya.

Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang

membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus

anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun

nonverbal yang data menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan

komunikasi dapat tercapai.

Dunia kesehatan terutama disiplin ilmu keperawatan erat kaitannya dengan

komunikasi dengan pasien. Kita sangat perlu untuk mempelajari bagaimana

teknik berkomunikasi dengan pasien terlebih lagi dengan pasien anak. Dengan

mempelajari teknik komunikasi terapeutik, kita mampu membuat asuhan

keperawatan yang benar-benar berfokus pada pasien.

Untuk itu, makalah ini kami susun untuk memberikan kita pengetahuan

tambahan mengenai komunikasi terapeutik yang dilakukan kepada pasien

anak-anak dan remaja.

B. TUJUAN

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan komunikasi terapeutik pada

anak dan remaja.

Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu mengerti teknik komunikasi pada anak

- Mahasiswa mampu mengerti komponen dalam komunikasi

- Mahasiswa mampu mengerti sikap dalam komunikasi

- Mahasiswa mampu mengerti sikap komunikasi terapeutik

- Mahasiswa mampu mengerti komunikasi terapeutik pada anak dan remaja

1 | P a g e

Page 2: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

- Mahasiswa mampu mengerti tahapan dalam komunikasi dengan anak - Mahasiswa mampu mengerti faktor – faktor yang mempengaruhi

komunikasi dengan anak- Mahasiswa mampu mengerti implikasi komunikasi dalam keperawatan

2 | P a g e

Page 3: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEKNIK KOMUNIKASI PADA ANAK

Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun

kepercayaan diri kita pada anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa

percaya, kasih sayang, dan anak akan merasa memiliki suatu penghargaan atas

dirinya. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang melibatkan

lebih dari satu orang dalam menyampaikan idea atau informasi yang ada.

Dalam praktik keperawatan istilah komunikasi sering digunakan pada

aspek pemberian terapi pada klien, sehingga istilah komunikasi banyak

dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan komunikasi terapeutik

yang menurut Stuart dan Sundeen tahun 1987 merupakan suatu cara untuk

membina hubungan terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi

dan perasaan yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain, mengingat

keberhasilan tindakan proses keperawatan bergantung pada proses

komunikasi.

Secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi

yang disampaikan oleh anak kepada oran lain dengan harapan orang yang

diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya.

Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang

membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus

anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun

nonverbal yang data menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan

komunikasi dapat tercapai.

B. KOMPONEN DALAM KOMUNIKASI

Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berjalan dengan baik.

Proses komunikasi yang dimakud adalah pengirim pesan (informasi), penerus

pesan, pesan itu sendiri, media, dan umpan balik. Proses tersebut merupakan

3 | P a g e

Page 4: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

komponen komunikasi yang satu sama lainnya berhubungan, diantaran

komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengirim pesan

Pengirim pesan dalam hal ini adalah individu dalam hal ini anak, keluarga,

atau kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan individu

(anak) ataupun kelompk lain. Pengirim pesan dapat pula bersal dari tempat

atau sumber pesan yang dikomunikasikan. Pengirim pesan disini adalah

seseorang atau sumber pesan yang memberikan informasi atau ide yang

disampaikan. Pada praktik keperawatan dapat terjadi antara anak perawat,

dokter, atau petugas kesehatan lainnya serta orang tua.

2. Penerima pesan

Penerima pesan merupakan orang yang menerima berita atau lambang

dapat berupa klien (anak), keluarga, atau masyarakat. Penerima pesan

dalam praktik keperwatan adalah anak itu sendiri dan juga bisa orang

tuanya, mengingat dalam keperawatan anak orang tua itu merupakan salah

satu komponen dalam pemberian asuhan keperawatan dan terlibat secara

langsung.

3. Pesan

Pesan merupakan berita yang disampaikan oleh pengirim pesan melalui

lambang pembicara, gerakan maupun sikap. Pesan ini dapat berupa

berbagai informasi tentang masalah kesehatan anak atau informasi-

informasi yang membantu kepercayaan diri anak.

4. Media

Merupakan sarana tempat berlakunya lambang saluran yang dapat meliputi

suara atau lambang itu sendiri. Media dalam komunikasi pada anak ini

sangat beragam seperti suara, atau beberapa hal yang dapat memudahkan

dalam penerimaan pesan khususnya pada anak-anak seperti berupa gambar

atau permainan secara konkret yang menarik bagi anak.

5. Umpan balik

Merupakan bagian dari proses komunikasi yang dapat digunakan sebagai

alat pencapaian pesan/ informasi yang telah disampaikan komponen ini

4 | P a g e

Page 5: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

merupakan evaluasi tercapainya informasi yang disampaikan pada anak,

mengingat dalam komunikasi dengan anak sering menemukan kesulitan

dalam proses umpan balik Karena anak merasa ketakutan atau adanya

dampak dari hospitalisasi.

C. SIKAP DALAM KOMUNIKASI

Sikap dalam komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam

membangun efektivitas proses komunikasi sehingga dapat berjalan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang ada. Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier

dan Erb tahun 1983 meyampaikan sikap komunikaasi merupakan sesuatu apa

yang harus dilakukan dalam proses komunikasi baik secara verbal maupun

nonverbal yang dapat meliputi:

1. Sikap berhadapan

Berhadapan adalah bentuk sikap bertatap muka langsung ata berhadapan

langsung dengan anak (orang yang diajak komunikasi), sikap ini

mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk berkomunikasi

2. Sikap mempertahankan kontak

Mempertahankan kontak mata bertujuan untuk menghargai klien dan

menyatakan adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan cara

selalu memperhatikan apa yang diinformasikan dengan tidak melakukan

kegiatan yang dapat mengalihkan pembicaraan.

3. Sikap membungkuk kearah pasien

Sikap ini adalah bentuk sikap dengan memberikan posisi yang

menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu

dengan cara membunguk sedikit ke arah klien. Cara ini dilakukan untuk

menjaga agar komunikasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

4. Sikap terbuka

Sikap ini merupakan sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melipat,

tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi yang dilakukan

selama dalam proses komunikasi, sehingga proses keterbukaan diri dalam

komunikasi dapat dilakukan .

5 | P a g e

Page 6: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

5. Sikap tetap rileks

Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara

ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon pada klien selama

komunikasi. Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling memberikan

inormasi yang diharapkan tanpa adanya sebuah paksaan.

Selain beberapa sikap yang ada masih ada beberapa sikap nonverbal

selama komunikasi yang juga masuk dalam kategori sikap, seperti:

a. Gerakan mata, merupakan cara interaksi yan cepat mengingat proses

pendidikan anak dapat terwujud pada kontak mata.

b. Ekspresi muka, sikap ini merupakan bahasa nonverbal yang banyak

sipengaruhi budaya. Percaya atau tidak dapat dinilai keadaan ekspresi

muka secara tidak disadari.

c. Sentuhan, merupakan cara interaksi dasar karena dapat memperhatikan

perasaan menerima dan menghargai. Ikatan kasih sayang ditentukan

oleh pendengaran atau suara. Sentuhan merupakan elemen penting

dalam pembentukan ego, perasaan, dan kemandirian.

D. SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Sikap komunikasi terapiutik merupakan cara berperilaku seseorang

selama dalam komunikasi yang dapat memberikan dampak terapi psikologis,

sehingga masalah– masalah psikologis anak dapat teratasi. Dalam praktik

keperawatan sikap komunikasi terapiutik itu terdiri dari:

1. Sikap kesejatian

Merupakan sikap dalam pengiriman pesan pada anak yang

menunjukkan tentang gambaran diri kita yang sebenarnya, sikap yang

dimaksud antara lain menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai

dengan klien (anak) menunjukkan kesiapaan untuk berespon positif

terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan yang digunakan untuk

menumbuhkan rasa percaya kita dengan anak dan harus lebih terbuka,

sikap menghindari membuka diri terlalu dini dalam rangka memanipulasi,

6 | P a g e

Page 7: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

sikap dengan memberikan nasihat atau mempengaruhi klien (anak) untuk

mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita dalam komunikasi.

2. Sikap empati

Merupakan bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada

posisi anak dan orang tua. Sikap empati ini dapat ditunjukkan dengan

mendengarkan apa yang disampaikan oleh komunikan dengan maksud

dimengerti, mengatakan pada diri komunikan bahwa kita ingin mendengar

apa darinya, menyampaikan respon empati seperti keakuratan kejelasan,

kehangatan, dan menunjukkan empati secara verbal.

3. Sikap hormat

Merupakan suatu sikap yang menunjukkan adanya kepedulian/

perhatian, rasa suka dan menghargai klien. Sikap hormat dalam

komunikasi ini dapat ditunjukkan dengan melihat kearah klien saat

berkomunikasi, memberikan perhatian yang tidak terbagi dalam

komunikasi, memelihara kontak mata dalam komunikasi, senyum pada

saat yang tepat, bergerak ke arah klien saat berkomunkasi, menentukan

sapaan saat berkomunikasi, melakukan jabatan tangan atau sentuhan

lembut dengan izin dari komunikan.

4. Sikap konkret

Merupakan bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yang

spesifik dan bukan abstrak pada saat komunikasi dengan klien. Sikap

kongkret dapat ditunjukkan dengan menggunakan sesuatu yang nyata

seperti menunjukkan pada hal yang nyata, melalui orang ketiga dalam hal

ini adalah orang tua dan dapat pula menggunakan alat bantu seperti

gambar, mainan, dan lain-lain.

E. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK DAN REMAJA

Anak merupakan individu yang unik, bukan miniature orang dewasa.

Mereka juga bukan salinan dari orang tua mereka, tetapi merupakan pribadi

dengan haknya sendiri dengan kapasitas untuk menjadi orang dewasa yang

unik. Melalui komunikasi anak-anak membentuk hubungan, tidak hanya

7 | P a g e

Page 8: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

dengan manusia lain tetapi juga dengan dunia social di sekitarnya.

Berkomunikasi pada anak membutuhkan pendekatan yang khusus dan

berbeda, sehingga kemampuan dalam berkomunikasi pada anak dipengaruhi

oleh keluarga dan tingkat perkembangan anak, yaitu perkembangan neurologi

dan intelektual.

1) Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak

Saat perawat melakukan komunikasi terapeutik pada pasien anak,

perawat harus memperhatikan karakteristik anak sesuai dengan tingkat

perkembangan (Yupi Supartini, 2004):

a. Infancy/ Usia Bayi (1-0 tahun)

Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya

dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih

banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar,

haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa

mengekspresikannya dengan cara menangis. Walaupun demikian,

sebenarnya bayi dapat berespons terhadap tingkah laku orang dewasa

yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya

memberikan sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara

dengan lemah lembut.

Ada beberapa respons non verbal yang biasa ditunjukkan bayi,

misalnya menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama

terjadi pada bayi usia kurang dari enam bulan sebagai cara menarik

perhatian orang. Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang

tidak dikenalnya adalah cirri pada dirinya dan ibunya. Oleh karena itu,

perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung ingin

menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut.

Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan atau mainan

yang dipegangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan

yang baik dengannya dan ibunya.

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah

dengan gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat

8 | P a g e

Page 9: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

komunikasi yang efektif, disamping itu komunikasi pada bayi dapat

dilakukan secara nonverbal. Perkembangan komunikasi pada bayi

dapat dimulai dengan kemampuan bayi tersebut untuk melihat sesuatu

yang menarik, ketika bayi digerakkan mata bayi akan berespon untk

membuat suara-suara yang dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan

komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke

delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,

kemudian pada minggu ke dua belas dimana bayi sudah mampu

tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan

kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun

pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba,

da-da, dan lain-lain. Pada bula ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap

panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang

terdapat dalam buku, pada akhir tahun pertama sudah mampu

melakukan kata-kata yang sudah spesifik antara dua atau tiga kata.

Selain itu bisa juga dilakukan komunikasi nonverbal seperti mengusap

menggendong, memangku, dan lain-lain.

b. Toddler (1-3 tahun) dan Early Childhood / Usia Prasekolah (3-5

tahun)

Karakteristik anak pada masa ini (terutama anak usia di bawah tiga

tahun atau toodler) adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga

mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu

diberi tahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat

akan diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan

ditempelkan di tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak

akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang

thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya

untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini

disebabkan karena perbendaharaan kata anak kira-kira 900-1200 kata.

Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,

9 | P a g e

Page 10: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan

anak melalui objek transisional seperti boneka, puppet atau boneka

binatang sebelum bertanya langsung pada anak. Berbicara dengan

orang tua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada anak yang lebih

besar untuk berbicara tanpa keberadaan orang tua.

Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah jongkok,

duduk di kursi kecil atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan

sejajar dengannya.

Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan

kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian

atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat

dan orang tuanya. Perawat juga harus konsisten dalam berkomunikasi

secara verbal maupun non verbal. Jadi, jangan tertawa atau tersenyum

saat dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak,

misalnya diambil darah, dipasang infuse, dan lain-lain. Berbicara

dengan kalimat yang singkat, jelas, dan spesifik ,menggunakan kata-

kata sederhana dan konkret.

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan

perkembangan bahasa anak dan kemampuan anak sudah mampu

memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu

200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.

Pada anak usia ini, khususnya usia tiga tahun anak sudah mampu

menguasai Sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan

seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pda usia in

sifatya sangat egosentris, rasa ingin tahu yang sangat tinggi,

inisiatifnya tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya,

takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini

anak belum fasih dalam berbicara. (Behrman 1996).

Pada usia ini cara komunikasi yang tepat untuk dilakukan adalah

dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi

kesempatan pada mereka untk menyentuh alat pemeriksaan yang akan

10 | P a g e

Page 11: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidakk

dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang lebih

sederhana, hindarkan sikap mendesak jika tidak dijawab misalnya

“jawab dong”. Mengalihkan aktifitas saat komunikasi dengan maksud

anak mudah diajak berkomunikasi, memberika mainan saat

berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya

kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung,

duduk yang terlalu dekat berhadapan. Secara nonverbal kita selalu

memberikan dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan ,

jangan sentuh anak tanpa disetujui olah anak tersebut, salaman dengan

anak merupakan cara untuk mengatasi perasaan cemas, menggambar,

menulis, cerita, dalam menggali perasaan cemas, menggambar,

menulis atau bercerita, dalam menggali perasaan dan fikiran anak

disaat melakukan komnikasi.

c. School Age Years/ Usia Sekolah (6 tahun)

Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya

akan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat

akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan,

untuk apa, dan bagaimana caranya dilakukan? Anak membutuhkan

penjelasan atas pertanyaannya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti

anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan

kognitifnya.

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan

orang dewasa. Perbendaharaan katanya sudah lebih banyak, sekitar

3000 kata dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.

Apabila akan melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskannya

dengan mendemonstrasikan pada mainan anak. Misalnya, bagaimana

perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada bonekanya.

Perkembangan komunikasi anak pada usia ini dapat dimulai

dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf

atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak akan

11 | P a g e

Page 12: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini

sudah dapat dimulai, pada usia ke delapan anak sudah mampu

membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah

tetap memperhatikan tingkat kemapuan bahasa anak yaitu gunakan

kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat

ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia

ini keingintahuan pada aspek fungsional prosedural dari objek tertentu

sangat tinggi maka jelaskan arti prosedurnya, maksud dan tujuan dari

sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakti atau

mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu

berkomunikasi secara efektif.

d. Adolescence/ Usia Remaja

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan Dario akhir masa

kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan

tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang

dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan

masalah secara positif. Apabila Anak merasa cemas atau stress,

jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan atau

orang dewasa yang ia percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia

menemani dan mendengarkan keluhannya. Menghargai keberadaan

identitas diri dan harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk

diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan

tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya, jangan

memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan

pikirannya, menghargai pandangan remaja serta menerima perbedaan.

Hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya, hindari

mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan yang menyelidiki

atau interogasi. Kita harus menhormati privasinya dan beri dukungan

12 | P a g e

Page 13: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

atas hal yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan

reinforcement positif.

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan

dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir

secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada

anak usia ini sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang

direfleksikan tentang komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai

menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi

mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi

atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari pertanyaan yang dapat

menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi

mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa

transisi dalam bersikap dewasa.

2) Teknik Komunikasi Kreatif pada Anak

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam

menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat

dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak

yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau

tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam

berkomunikasi dengan anak. Menurut Whaley dan Wong’s (1995), teknik

komunikasi kreatif pada anak, yaitu:

a. Teknik Verbal

1) Pesan “Saya”;

Nyatakan perasaan tentang perilaku dalam istilah “Saya”. Hindari

penggunaan “Anda” (kamu). Pesan “Anda” adalah perlawanan

yang menghakimi dan menghasut.

Contoh:

Pesan “Anda” : “Anda sangat tidak kooperatif dalam

menjalankan pengobatan Anda”.

13 | P a g e

Page 14: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

Pesan “Saya” : “Saya sangat memperhatikan jalannya

pengobatan karena saya ingin melihat Anda menjadi lebih baik”.

2) Teknik Orang-Ketiga;

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam

menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari

secara langsung dapat berkomunikasi dengan melibatkan orang

tua secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu

dapat digunakan dengana mengomentari tentang mainan, baju

yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak

langsung pada pokok pembicaraan.

Teknik ini biasanya digunakan pada pasien infan dan toodler

yaitu dengan menggunakan orang terdekat pasien. Teknik ini

kurang mengancam dibandingkan dengan menanyakan pada anak

secara langsung bagaimana perasaannya, karena hal ini member

kesempatan pada mereka untuk setuju atau tidak setuju tanpa

merasa dibantah.

Contoh:

“Terkadang bila seseorang menderita sakit parah, ia merasa

marah dan sedih karena tidak dapat melakukan yang orang lain

lakukan”.

Tunggu dengan diam untuk mendapatkan respon atau mendorong

pengulangan dengan pernyataan seperti: “Apakah anda pernah

merasa demikian?”

Berikan anak tiga pilihan:

a. Untuk setuju dan, dengan berharap, mengekspresikan apa

yang mereka rasakan.

b. Untuk tidak setuju

c. Untuk tetap diam, dimana mungkin mereka mengalami

perasaan yang tidak dapat diekspresikannya pada saat itu.

3) Facilitative Responding (Respon Fasilitatif);

14 | P a g e

Page 15: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

Menfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui

ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima.

Dalam menfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan

perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberi

respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan

dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan

negative yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.

Libatkan teknik mendengar dengan perhatian dan cerminkan

kembali pada pasien perasaan dan isi pernyataan yang mereka

ungkapkan. Respon yang dilakukan oleh perawat tidak

menghakimi dan empati.

Contoh:

Bila anak berkata, “Saya benci datang ke rumah sakit dan

disuntik” respon fasilitatifnya adalah: “Kamu merasa tidak

senang ya dengan semua yang dilakukan padamu”.

4) Storytelling (bercerita)

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat

mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekalin dengan

cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan

pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui

tulisan maupun gambar.

Gunakan bahasa anak untuk masuk ke dalam area berpikir

mereka sementara menembus batasan kesadaran atau rasa takut

anak. Teknik paling sederhana adalah meminta anak untuk

menyebutkan cerita tentang kejadian yang berhubungan, seperti

“berasa di rumah sakit”. Pendekatan lainnya:

Tunjukkan pada anak sebuah gambar tentang kejadian

tertentu, seperti seorang anak di rumah sakit dengan orang lain di

suatu ruangan, dan minta mereka untuk menggambarkan

situasinya; “atau” potong cerita komik, buang kata-katanya, dan

minta anak menambahkan pernyataan untuk ilustrasi tersebut.

15 | P a g e

Page 16: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

5) Saling Bercerita;

Tunjukkan pikiran anak dan upayakan untuk mengubah

persepsi anak atau rasa takutnya dengan menceritakan kembali

suatu cerita yang berbeda (pendekatan yang lebih terapeutik

dibandingkan bercerita). Mulailah dengan meminta anak

menceritakan sebuah cerita tentang sesuatu, ikuti dengan cerita

lain yang diceritakan perawat yang hamper sama dengan cerita

anak tetapi dengan perbedaan yang membantu anak dalam area

masalah.

Contoh:

Cerita si anak adalah tentang pergi ke rumah sakit dan tidak

pernah melihat orang tua mereka lagi. Cerita si perawat juga

tentang anak (dengan menggunakan nama yang berbeda tetapi

situasinya serupa) di rumah sakit yang orang tuanya berkunjung

setiap hari (pada sore hari setelah bekerja), sampai anak tersebut

merasa lebih baik dan akhirnya pulang ke rumah bersama

mereka.

6) Biblioterapi;

Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunkan untuk

mengekspresikan perasaa, dengan menceritakan isi buku atau

majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan

kepada anak.

Digunakan dalam proses terapeutik dan suportif. Beri

kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi kejadian yang

serupa dengan mereka sendiri tetapi cukup berbeda, untuk

memungkinkan mereka member jarak diri darinya dan tetap

berada dalam kendali. Pedoman umum untuk menggunakan

biblioterapi adalah sebagai berikut:

a. Kaji perkembangan emosi dan kognitif anak untuk memahami

kesiapan memahami pesan dari buku.

16 | P a g e

Page 17: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

b. Kenali isi buku (pesan yang disampaikan dan tujuannya) dan

usia yang sesuai untuk buku itu.

c. Bacakan buku tersebut bila si anak tidak dapat membaca.

d. Gali makna buku itu bersama si anak dengan memintanya

untuk melakukan hal-hal berikut:

Menceritakan kembali cerita buku itu

Membaca bagian khusus dengan perawat atau orangtua.

Melukiskan gambar yang berhubungan dengan cerita dan

mendiskusikan gambar tersebut.

Membicarakan tentang karakter.

Meringkat moral atau arti dari cerita.

7) Dreams (mimpi)

Tunjukkan dengan sering pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak

disadari dan ditekan. Minta anak untuk menceritakan tentang

mimpi atau mimpi buruk. Gali bersamanya tentang kemungkinan

arti mimpi.

8) “What if” Questions (Pertanyaan “Bagaimana jika”);

Dorong anak untuk menggali situasi potensial dan untuk

mempertimbangkan pilihan pemecahan masalah yang berbeda.

Contoh:

“Bagaiman jika kamu sakit dan harus pergi ke rumah sakit?”

Respons anak menunjukkan apa yang sudah mereka ketahui dan

apa yang ingin mereka ketahui, pertanyaan ini juga member

kesempatan untuk membantu anak mempelajari keterampilan

koping, terutama pada situasi yang berpotensi bahaya.

9) Three Wishes (Tiga Harapan)

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan

meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui

berbagai keluhan yang didapatkan, dan keinginan tersebut dapat

menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.

17 | P a g e

Page 18: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

Libatkan pertanyaan “Bila kamu memiliki tiga hal di dunia

ini, hal apa sajakah itu?” Bila anak menjawab, “Semua harapan

saya menjadi kenyataan”, Tanya kepadanya harapan khusus

tersebut.

10) Permainan Peringkat;

Gunakan beberapa tipe skala peringkat (angka, wajah sedih,

sampai senang) untuk rentang kejadian atau perasaan.

Contoh:

Pengganti pertanyaan bagaimana perasaan seorang remaja,

tanyakan bagaimana hai-hari mereka (pada skala 1 sampai 10,

dengan 10 adalah hari yang paling baik.

11) Permainan asosiasi Kata;

Libatkan pernyataan kata-kata kunci dan minta anak untuk

mengatakan pada kata pertama yang mereka pikirkan pada saat

mereka mendengar kata-kata kunci tersebut. Mulailah dengan

kata-kata netral dan kemudian perkenalkan kata-kata yang lebih

menimbulkankecemasan, seperti penyakit, jarum suntik, rumah

sakit dan operasi. Pilih kata-kata kunci yang berhubungan dengan

suatu kejadian yang relevan dengan kehidupan anak.

12) Melengkapi Kalimat;

Libatkan pernyataan sebagian dan minta anak untuk

melengkapinya. Beberapa contoh pernyataan tersebut sebagai

berikut:

“Yang paling saya sukai tentang sekolah adalah…..”

“Sesuatu yang paling saya sukai tentang orang tua saya

adalah…..”

“Sesuatu yang paling lucu yang pernah saya lakukan adalah…..”

“Salah satu yang akan saya ubah tentang keluarga saya

adalah…..”

“Bila saya dapat menjadi sesuatu yang saya inginkan, saya ingin

menjadi…..”

18 | P a g e

Page 19: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

“Yang paling saya sukai tentang diri saya sendiri adalah…..”

13) Pros dan Cons (Pro dan Kontra/ Baik Buruknya

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam

menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan

mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan yang positif

dan negative sesuai dengan pendapat anak.

Libatkan pemilihan topic, “Berada di rumah sakit”, dan minta

anak menyebutkan “lima hal yang baik dan lima hal yang buruk

“tentang hal tersebut. Merupakan teknik yang dapat diterima bila

diterapkan pada persahabatan, seperti sesuatu yang disukai

anggota keluarga dan yang tidak disukai satu sama lain.

b. Teknik Non Verbal

1. Writing (Menulis);

Merupakan pendekatan komunikasi alternative untuk anak yang

lebih besar dan orang dewasa. Saran khusus mencakup teknik

menulis:

Menyimpan jurnal atau buku harian

Menuliskan perasaan atau pikiran yang sulit untuk

diekspresikan.

Menulis “surat” yang tidak pernah dikirimkan (suatu variasi

membuat “sahabat pena” untuk disurati.

Menyimpan sejumlah kemajuan anak dari titik pandang fisik

dan emosional.

2. Menggambar

Merupakan salah satu bentuk komunikasi paling dapat diterima

baik non verbal (dari melihat gambar) maupun verbal (dari cerita

anak tentang gambar). Gambar anak menceritakan semua tentang

mereka, karena gambar ini adalah proyeksi diri mereka dari dalam.

Menggambar spontan mencakup member anak bahan seni yang

bervariasi dan memberikan kesempatan untuk menggambar.

Menggambar dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik,

19 | P a g e

Page 20: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

seperti “menggambar orang” atau pendekatan “tiga tema”

(menyatakan tiga hal tentang anak untuk memilih salah satu dan

melukis gambar).

Pendoman mengevaluasi gambar:

1) Gunakan gambar spontan dan evaluasi lebih dari satu gambar

bila mungkin.

2) Interpretasi dalam pandangan informasi lain yang tersedia

tentang anak dan keluarga.

3) Interpretasi gambar sebagai keseluruhan, bukan memfokuskan

pada detil khusus dari gambar.

4) Pertimbangkan elemen individual dari gambar yang mungkin

bermakna:

- Jenis kelamin yang digamabr pertama biasanya

berhubungan dengan persepsi anak tentang peran seksnya

sendiri.

- Ukuran figus individu mengekspresikan kepentingan,

kekuatan, atau kekuasaan.

- Pesan diman figure digambarkan mengekspresikan prioritas

dalam hal kepentingan.

- Posisi anak dalam hubunganbta dengan anggota keluarga

mengekspresikan perasaan tentang status atau kelompok.

- Mengesampingkan seorang anggota dapat menunjukkan

perasaan tidak dimiliki atau keinginan untuk

menyingkirkan.

- Bagian-bagian yang menonjol biasanya mengekspresikan

perhatian pada area-area dengan kepentingan khusus

(missal: tangan yang besar menjadi tangan agresi).

- Tidak ada atau adanya lengan dan tangan yang belum

sempurna menunjukkan rasa takut, kepasifan, atau

imaturitas intelektual, gambar kaki yang kecil sekali, tidak

20 | P a g e

Page 21: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

stabil dapat merupakan ekspresi rasa tidak aman, dan

tangan yang tersembunyi dapat berarti perasaan bersalah.

- Penempatan gambar pada halaman dan tipe coretan

berkelanjutan mengekspresikan rasa tidak aman, sedangkan

gambar yang terbatas pada area kecil dan gambar seperti

garis patah-patah atau garis bergelombang dapat menjadi

rasa tidak aman.

- Penghapusan, bayangan, atau garis silang mengekspresikan

keraguan, perhatian, atau kecemasan terhadap area tertentu.

3. Magis

Gunakan trik magis sederhana untuk membantu membuat

hubungan dengan anak, dorong kepatuhan dengan intervensi

kesehatan dan berikan distraksi efektif selama prosedur yang

menyakitkan. Meskipun “tukang sulap” berbicara, tidak adanya

respon verbal dari anak adalah yang diinginkan.

4. Play (Bermain)

Merupakan bahasa umum dan “pekerjaan” anak. Ceritakan banyak

hal tentang anak-anak, karena mereka menunjukkan jati diri

mereka sendiri melalui aktivitas. Bermain spontan mencakup

memberi anak berbagai materi permainan dan member kesempatan

untuk bermain.

Bermain dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik,

seperti member peralatan medis atau boneka untuk memfokuskan

alas an, seperti menggali rasa takut anak terhadap injeksi atau

menggali hubungan keluarga.

3) Komunikasi Efektif dengan Keluarga.

Merupakan proses komunikasi tiga sudut yang terdiri dari orangtua,

anak, dan perawat karena perawat akan lebih mudah membina hubungan

dengan anak melalui orang tua terutama pada anak yang masih muda. Saat

perawat melakukan pengkajian pada anak, data selain didapatkan dari

masukan anak itu sendiri (baik verbal maupun non verbal), juga

21 | P a g e

Page 22: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

didapatkan dari informasi orangtua, observasi perawat serta interpretasi

dari hubungan antara anak dan orangtua.

Hal yang dilakukan dalam komunikasi dengan orangtua:

a) Beri kesempatan orang tua untuk berbicara

Kita dalam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya

peran kita sebagai pemberi informasi saja akan tetapi bagaimana kita

merespons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak komunikasi

mampu untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki,

kemampuan inilah yang seharusnya kita kembangkan sehingga

komunikasi agar berjalan terus dan efektif serta tujuan yang kita

inginkan dalam komunikasi dapat tercapai.

b) Mendengarkan dengan aktif apa yang disampaikan orangtua.

Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif, kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh – sungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu dengan mendengarkan kita akan mendapat seluruh informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal informasi yang akan disampaikan.

c) Diam

Diam adalah cara yang digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar dapat memberikan kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk memberikan kebebasan dalam mengekpresikan persaannya dan memberikan kesemoatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan.

d) Empati

Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang tua anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.

e) Meyakinkan KembaliMeyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin menjadi orang tua terbaik, tetapi pada saat anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan fungsinya, maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya sebagai orang tua.

22 | P a g e

Page 23: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

f) Merumuskan KembaliDalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua anak harus sepakat terhadap masalah yang muncul kadang – kadang pada orang tua, dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau kekhawatiran.

g) Anticipary Guidance

Dimana perawat memperluas pemberian informasi, sehingga keluarga

dapat menggunakan informasi untuk pengembangan kemampuan yang

akan datang.Melalui komunikasi beberapa petunjuk tentang

kemungkinan masalah apa yang terjadi dapat diinformasikan terlebih

dahulu untuk mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi

sehingga orang tua tahu siap bila masalah itu muncul.

h) Menghidari Hambatan dalam KomunikasiMenghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara asertif dengan orant tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi, karena hambatan selama komunikasi akan memberikan dampak tidak berjalannya suatu proses komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan, mengubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum pembicaraan selesai.

F. TAHAPAN DALAM KOMUNIKASI DENGAN ANAK Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap yang

harus dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara langsung, tahapan ini dapat meliputi tahap awal (pra interaksi), tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap terminasi.1. Tahap Prainteraksi

Pada tahap pra interaksi ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang masalah atau latar belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan apa yang ada pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, di mana dan rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.

2. Tahap Perkenalan atau Orientasi

23 | P a g e

Page 24: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), mencari kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau pemerikasaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan tujuan agar selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannya, menanyakan nama panggilan kesukaan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien, menjelaskan peran kita dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan menjelaskan kerahasiaan.

3. Tahap KerjaPada tahap ini kegiatan yang dapat kita dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal – hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.

4. Tahap TerminasiPada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif, merencankan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topic) dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

G. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena selama proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya:1. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin bagus pengetahuan yang dimiliki sehingga pengguanaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatiak tingkat pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.

24 | P a g e

Page 25: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

2. PengetahuanMerupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang

dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Menurut Bloom dan Kartwalk (1996) yang dikutip oleh Wimar Tinambunan (1998), membagi pengetahuan dalam 6 tingkatan diantaranya pertama, tahu dimana subjek hanya dapat mengingat, menyebutkan tentang materi yang dipelajarinya. Kedua memahami, di mana subjek dapat menjelaskan dan menginterpretasikan, menyimpulkan, memberi contoh, dan meramalkan terhadap objek yang sudah dipelajari. Ketiga aplikasi, subjek dapat menerapkan atau menggunakan materi yang sudah dipahami dalam kondisi sebenarnya. Keempat, analisis adalah subjek dapat menggambarkan, membedakan, menjabarkan materi ke dalam komponen yang masih dalam satuan yang terkait, misalnya dengan membuat suatu bagan tentang apa sudah diketahui secara benar. Kelima sintesis, adalah subjek dapat menunjukkan kemampuan untuk meletakkan hubungan atau meringkas materi dalam suatu bentuk baru. Keenam, evaluasi adalah kemampuan subjek menilai materi atau objek dengan memakai kriteria sendiri atau kriteria lain yang telah ada.

Faktor pengetahuan tersebut dalam proses komunikasi dapat mempengaruhinya hal ini dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akan jelas dan mudah diterima oleh penerima akan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan informasi yang kurang.

3. SikapSikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi

berjalan efektif atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kuramg percaya terharap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan kpercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti tebuka, percaya, empati, menghargai dan lain – lain, kesemuanya dapat mendukung behasilnya komunikasi terapeutik.

4. Usia Tumbuh Kembang Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat

ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat dari perkembangan bahasa anak.

5. Status Kesehatan Anak

25 | P a g e

Page 26: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

Status kesehatan sakit dapat mempengaruhi dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan ketika anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.

6. Sistem Sosial Sistem social yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di

masyarakat, di mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang batak dengan orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama – sama tidak memahami bahas daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.

7. Saluran Saluran ini merupakan factor luar yang berpengaruh dalam proses

komunikasi seperti intonasi suara, sikap tubuh, dan sebagainya semuanya akan dapat memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi atau pesan yang disampaikan. Demikian sebaliknya apabila kita bekomunikasi dengan orang yang memiliki suara yang tidak jelas kita akan kesulitan menerima pesan atau informasi yang disampaikan.

8. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan

dalam komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkinana sulit kita bekomunikasi secara efektif karena suara tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit untuk diterima oleh anak.

H. IMPLIKASI KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATANImplikasi komunikasi dalam keperawatan sangat penting bagi perawat

mengingat berbagai pengkajian atau pemerikasaan pada klien dapat dilakukan melalui komunikasi, diantaranya implikasi yang dapat dilakukan adalah :

26 | P a g e

Page 27: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

1. Ajak bicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum berkomunikasi dengan anak atau mengkaji anak dengan menjalani hubungan dalam tindakan keperawatan.

2. Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau teknik lain agar anak mau berkomunikasi.

3. Berikan mainan sebelum masuk kedalam pembicaraan inti4. Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemerikasaan yang

diinginkan sambil duduk, berdiri atau tidur.5. Lakukan pemerikasaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang

berdampak trauma lakukan diakhir pemeriksaan.6. Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri

kesempatan untuk memegang alat periksa.

27 | P a g e

Page 28: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANTerapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari

penyembuhan (As Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini diartikan bahwa

terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.

Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang

direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan/pemulihan

pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi

perawat.

Sikap komunikasi terapeutik merupakan cara berprilaku seseorang selama

dalam komunikasi yang dapat memberikan dampak terapi psikologis,

sehingga masalah-masalah psikologis anak dapat teratasi.

B. SARANDalam pembuatan makalah, hendaknya mahasiswa mengembil rujukan

dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan.

28 | P a g e

Page 29: Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Remaja

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Efendi, Vefi Agustin. 2009. Komunikasi Pada Pediatric. http://komter-anak-vefi.blogspot.com/Last Update 6 Maret 2012

Rahayu, Kanti. 2009. Teknik Komunikasi Kreatif Pada Anak Dengan Teknik Bermain.http://kantirahayukomter.blogspot.com/Last Update 6 Maret 2012

29 | P a g e