Komunikasi Seni Pertunjukan 5

16
METODE PENELITIAN KOMUNIKASI SENI PERTUNJUKAN Metode merupakan sesuatu yang harus dipakai dalam penulisan ilmiah apapun, termasuk juga dalam ranah seni pertunjukan. Metode ibarat alat atau pisau yang dalam kepentingannya untuk membedah dan menuliskan sesuatu secara bertanggung jawab dan lebih terarah. Berbicara metode penulisan tentu akan memakai pendekatan-pendekatan yang signifikan pada bidang kajian bersangkutan. Dalam penelitian seni pertunjukan banyak ragam yang harus dipakai untuk mendekati sasaran yang diharapkan, namun pendekatan yang mengarah pada metodologis sejauh penulis kenal ada dua, yakni subjektif dan objektif. Pendekatan subjektif lebih sering digunakan dalam paradigma penelitian kualitatif melalui serangkaian penelitian yang berangkat dari sumber asli dan kualitas kemurnian data yang signifikan. Sementara paradigma objektif lebih sering digunakan dalam penelitian kuantitatif, pengkajian data secara matematis dan cenderung menggunakan perhitungan statistik inferensial. Kedua metodologi tersebut dalam penelitian seni pertunjukan dapat dipakai dengan memilih salah satunya atau menggabungkan metode tersebut yang B agian 4 51

description

dibutuhkan metode tersendiri untuk mengkaji seni pertunjukan dalam perspektif komunikasi

Transcript of Komunikasi Seni Pertunjukan 5

Page 1: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

METODE PENELITIANKOMUNIKASI SENI PERTUNJUKAN

Metode merupakan sesuatu yang harus dipakaidalam penulisan ilmiah apapun, termasuk juga dalamranah seni pertunjukan. Metode ibarat alat atau pisauyang dalam kepentingannya untuk membedah danmenuliskan sesuatu secara bertanggung jawab danlebih terarah. Berbicara metode penulisan tentu akanmemakai pendekatan-pendekatan yang signifikanpada bidang kajian bersangkutan.

Dalam penelitian seni pertunjukan banyak ragamyang harus dipakai untuk mendekati sasaran yangdiharapkan, namun pendekatan yang mengarah padametodologis sejauh penulis kenal ada dua, yaknisubjektif dan objektif. Pendekatan subjektif lebihsering digunakan dalam paradigma penelitiankualitatif melalui serangkaian penelitian yangberangkat dari sumber asli dan kualitas kemurniandata yang signifikan. Sementara paradigma objektiflebih sering digunakan dalam penelitian kuantitatif,pengkajian data secara matematis dan cenderungmenggunakan perhitungan statistik inferensial.Kedua metodologi tersebut dalam penelitian senipertunjukan dapat dipakai dengan memilih salahsatunya atau menggabungkan metode tersebut yang

B a g i a n 4

51

Page 2: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

didasarkan atas sifat data (data kualitatif dankuantitatif). Untuk mengukur kesahihan seni estetissebagai orientasinya dalam suatu penelitian,seseorang tidak dapat menggunakan metodologikuantitatif (objektif) namun ia harus menggunakancara-cara subjektif dalam paradigma penelitiankualitatif. Begitupun dengan penelitian tentangpengaruh seni terhadap penonton misalnya, akanlebih baik dan terukur jika kita menggunakanmetodologi objektif yang memiliki paradigmapenelitian kuantitatif.

Pada prinsipnya, masing-masing metodologimemiliki kekurangan dan kelebihannya tergantungpada apa yang akan kita dekati dan tujuan apa yangakan kita angkat sebagai sebuah hasil peneliti ilmiah.Dalam buku ini penulis mencoba mengangkat sebuahmetodologi yang berkenaan dengan paradigmakualitatif untuk sekadar sampel pada penelitian senipertunjukan teater rakyat di daerah Cirebon. Makapada bagian-bagian selanjutnya buku ini akanmencerminkan pada bagaimana wilayah komunikasipertunjukan itu ada pada bidang kesenian (senipertunjukan).

Pertunjukan adalah dunia pertukaran simbol-simbol yang dipresentasikan oleh para pelaku dansegenap masyarakat pendukungnya. Berkaitandengan hal itu, penelitian tentang komunikasi senidalam pertunjukan teater rakyat dilakukan denganmenggunakan metode . Sekalipunpenelitian ini berbasiskan pada ilmu komunikasi,namun pendekatannya dapat berupa multi-disiplinsebagaimana penel i t ian seni pertun jukan

Desain Penelitian

grounded research

Komunikasi Seni Pertunjukan

52

Page 3: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

(Soedarsono: 11-19) dan hal ini berarti dibutuhkanbeberapa pendekatan untuk menganalisisnya sepertiyang penulis tawarkan yakni pendekatanhermeneutika dan fenomenologis.

Penelitian ini bersifat subjektif-kualitatif karenapenelitian tentang komunikasi seni pertunjukan yangmengungkap makna simbol budaya dalampertunjukan teater rakyat ibarat secuil dunia yangharus dicermati daripada hanya mendapatkanseperangkat ukuran-ukuran (Alasuutari dalamSoedarsono, 1999: 39). Hal ini sejalan dengan apa yangdilakukan penulis dalam mendapatkan data-datapenelitian yang beragam, misalnya data observasi,wawancara, tulisan media massa, ceramah/seminaryang terekam dalam konteks yang berbeda. Lebihlanjut data-data itu didekati dengan pendekatan yangcocok menurut penulis, karena salah satu sifat daridata-data itu memiliki kandungan yang kaya akanmakna. Penulis juga merekam data secara audio visualguna kebutuhan pengamatan secara detail dananalisis komunikasi non-verbal dan verbal dalamsebuah pertunjukan, oleh karena obyek penelitiantidak hanya bisa diamati dengan mata telanjang tetapiada nilai dan makna di balik bentuk suatupertunjukan.

Makna simbol budaya menjadi fokus penelitianpada proses komunikasi dalam media senipertunjukan sandiwara Cirebon. Penulis berminatpada bagaimana cara memberikan makna pada suatusimbol dalam pertunjukan sandiwara sebagai jagatkecil yang masyarakat setiai. Dengan kata lain, penulismemusatkan bagaimana makna diungkap oleh orangyang ada dalam lingkungan budayanya,

, baik oleh pelaku sandiwara maupun penikmatpeople's point

of view

Komunikasi Seni Pertunjukan

53

Page 4: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

sandiwara, yang dalam komunikasi seni keduanyadipahami sebagai komunikator. Keduanya sangatmemperhatikan bagaimana proses pemaknaan ituterjadi dalam konteks tertentu.

Sebagaimana penelitian yang sifatnya kualitatif,penelitian ini bersifat fenomenologis. Artinya, riset inimemandang berbagai masalah selalu di dalamkesatuannya, baik peristiwa, ruang maupun waktuyang tidak terlepas sendiri-sendiri dalam satuperistiwa pertunjukan. Realitas pertunjukan tak bisadipahami begitu saja tanpa mengambil makna bagiandalam dari teks dan konteks secara keseluruhan. Hal-hal yang melingkupi masyarakat di dalam senipertunjukan tidak dapat dilepaskan, oleh karenaketerkaitan teks dan konteks secara keseluruhan ituyang dapat menemukan makna simbol budaya dalamseni pertunjukan sandiwara Cirebon.

Komunikasi dalam seni pertunjukan memandangpenting realitas pertunjukan sebagai teks dan padakonteks seni pertunjukan rakyat perlu dipahamimaknanya sebagai sebuah sistem nilai dankepercayaan. Hal tersebut berkaitan denganpertunjukan sandiwara Cirebon yang di setiappenampilannya merupakan pelengkap upacarainisiasi masyarakat atau pertunjukan pengiring ritualbudaya masyarakat ( ). Pemahamanakan hal tersebut dapat kita lihat pada gambarkomunikasi interaksional yang mencerminkan betapasistem komunikasi pada sebuah pertunjukandilingkupi oleh garis melingkar sebagai sebuahpandangan dunia. Dengan meminjam catatan DeddyMulyana, pandangan dunia diartikan sebagaiseperangkat sikap, kepercayaan, dan nilai yang dianutseseorang atau sekelompok orang dalam asuhan suatu

rites de passage

Komunikasi Seni Pertunjukan

54

Page 5: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

budaya. Pandangan dunia merupakan aspek pentingdalam kehidupan berbudaya yang memberi warnapandangan individu tentang posisi dirinya dan dalamhubungannya dengan lingkungan budaya sekitarnya(Mulyana, 2004:32).

Sasaran penelitian ini adalah seni pertunjukanrakyat sandiwara Cirebon yang ada di kabupatenCirebon. Di daerah ini cukup banyak terdapat senipertunjukan sandiwara yang terdiri dari berbagaikelompok sandiwara dengan berbagai nama, diantaranya; sandiwara Dharma Samudra, sandiwaraMerah Delima, sandiwara Budi Suci, sandiwara JayaBaya, sandiwara Panti Budaya, sandiwara MekarBudaya, dan kelompok sandiwara-sandiwara lainyang jumlahnya mencapai puluhan kelompok. Darikelompok-kelompok sandiwara tersebut dipilih olehpenulis sebagai salah satu sasaran penelitian, yaknisandiwara Dharma Samudra yang berdomisili di desa

Interaksional Komunikasi Seni Pertunjukan (modifikasi)Sumber: Fisher dalam Mulyana, 2001: 161

Sasaran dan Lokasi Penelitian

Komunikasi Seni Pertunjukan

55

Page 6: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

Cangkring, kecamatan Weru, kabupaten Cirebon.Alasan pemilihan kelompok tersebut didasarkan

pada aktivitas pemanggungan yang sejak berdirinyapada tahun 1969 hingga saat ini masih diminatimasyarakat pendukungnya dan konsistensinyasebagai kelompok sandiwara Cirebon yang tak pernahmenyerah diterpa kemajuan zaman dan kemajuanjenis-jenis kesenian lain di tengah masyarakatnya.Masyarakat pendukung kelompok sandiwara initidak saja di daerah Cirebon sendiri, tetapi diIndramayu, Kuningan, dan Majalengka hingga keJawa Tengah (Brebes, Pekalongan). Selama hampir 40tahun kelompok ini bertahan mewakili sandiwara-sandiwara lain yang sebelumnya dan seumurnyayang lebih dulu berguguran ditelan kemajuan zamandan digeser oleh bentuk kesenian lain yang lebihmodern.

Pertunjukan sandiwara Cirebon Dharma Samudrasebagai sebuah sasaran penelitian dikaji dalamkerangka proses komunikasi, yang di dalamnya adadua sosok yang melakukan proses tersebut, yakniseniman dan penikmat seni atau kreator danpenonton. Seniman atau kreator dalam sandiwaraCirebon adalah sekelompok orang yang terlibatmempertunjukkan kesenian sandiwara, bisa seorangsutradara, pemain, nayaga, sinden, dan lainnyayang bekerja secara komunal. Penikmat seni ataupenonton adalah sekelompok orang atau masyarakatyang melihat, 'berdialog' , menikmati, danmemperhatikan sajian pertunjukan tersebut, misalnyaseperti pemangku hajat, penonton biasa, pengamat,dan lain-lain. Akan tetapi dari kedua sosokkomunikator itu yang terpenting adalah medianyapertunjukan sandiwara sebagai teks yang memiliki

crew

Komunikasi Seni Pertunjukan

56

Page 7: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

beragam makna simbolik.

Dalam penelitian yang bersifat kualitatif ini datapenelitian bukan sekedar alat dasar pembuktian tetapisebagai modal dasar bagi pemahaman. Dengandemikian proses pengumpulan data merupakankegiatan dinamis, dengan disemangati landasanstrategi berpikir fenomenologis, yang selalu bersifatlentur dan terbuka. Untuk mengurangi resikoterbatasnya kesimpulan pada metode dan sumberdata serta meningkatkan kualitas hasil penelitian,maka penelitian diupayakan agar tidak merambahpada ranah yang lebih luas dan terbuka. Untuk hal itupenulis menggunakan teknik triangulasi sebagaikombinasi metodologi dalam memahami fenomena(Alwasilah, 2003:150).

Sumber data penelitian ini cukup beragam dandapat dikelompokan, di antaranya sebagai berikut:

1. Narasumber (informan), adalah faktor manusiabaik pelaku seni (seniman) maupun penikmatseni (khalayak penonton, penanggap ataumasyarakat pendukung), dan para pengamat.

2. Peristiwa atau aktivitas, merupakan sumberdata yang juga penting dalam penelitian ini,yang dapat berupa pertunjukan atau prosesperwujudan pertunjukan tersebut.

3. Tempat atau lokasi, merupakan sumber datayang dapat memberikan kontribusi informasimengenai kondisi dari lokasi peristiwa/aktivitas pertunjukan yang menjadi bagiandari kehidupan masyarakatnya.

4. Dokumen dan arsip. Keduanya merupakanrekaman masa lalu yang dapat dijadikan

Prosedur Pengumpulan Data

Komunikasi Seni Pertunjukan

57

Page 8: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

sumber data bagi penelitian ini, baik berupacatatan-catatan, gambar-gambar maupunrekaman audio visual.

Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini,secara umum dikelompokkan dalam dua cara, yakniinteraktif dan non-interaktif. Metode interaktifmeliputi wawancara mendalam dan observasiberperan, sedangkan non-interaktif meliputikuesioner, perekaman, mencatat dokumen/arsip, danobservasi tak berperan (Goetz dan LeCompte dalamSutopo, 1996: 55). Dalam penelitian ini, teknikpengumpulan data yang penulis lakukan padadasarnya memakai cara interaktif, namun adabeberapa cara lain mengingat keberadaan objekp e n e l i t i a n y a n g h a r u s d i d e k a t i s e c a r amultidimensional.

Selanjutnya langkah-langkah untuk menuju kearah tersebut penulis melakukan beberapa tindakanatau aktivitas untuk menunjangnya. Aktivitas dantindakan tersebut meliputi; studi kepustakaan yangdilakukan penulis secara berkesinambungan gunamemfokuskan penelitian, menentukan teknikpengumpulan data, guna menemukan sumber yangbermanfaat bagi penelitian (Alwasilah, 2003: 114).Dalam bahasa lain studi kepustakaan dilakukanpenulis guna meningkatkan kepekaan teoritik dankepekaan terhadap fenomena (Strauss dan Corbin,2003: 30-31). Observasi berperan dijalani oleh penulisdan hal ini dimaksudkan untuk mendapatkaninformasi dari pengalaman pertama dan pandangan-pandangan subjek penelitian secara kualitatif (Cranedan Angrosino dalam Moleong, 1990: 118). Kemudianpenulis melakukan wawancara mendalam, yangdalam prakteknya wawancara dilakukan dengan

Komunikasi Seni Pertunjukan

58

Page 9: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

tidak berstruktur dan memilih situasi yang berkesaninformal. Bentuk wawancara seperti ini sesuai dengancara yang memberikan keleluasaan padanarasumber untuk bercerita apa adanya sehinggaakan didapatkan informasi data yang banyak tentangobjek penelitian dan secara tidak sadar ditemukanjawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian yanglebih esensial (Strauss dan Corbin, 2003: 18).Perekaman atau dokumentasi dilakukan penulisdalam pengumpulan data sebagaimana Guba danLincoln dalam Alwasilah, bahwa pendokumentasiantermasuk pada barang yang tertulis maupun yangterfilmkan selain juga catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Dokumen ini oleh penulis dijadikan datapendukung dan dilampirkan dalam hasil penelitian(Alwasilah, 2003:155-156).

Selanjutnya dari data yang telah dikumpulkanakan ditingkatkan validitasnya melalui tekniktriangulasi. Teknik ini merupakan teknik yangdidasari pola pikir fenomenologi yang bersifatmultiperspektif (Goetz & LeCompte dalam Sutopo,1996: 71-74). Artinya untuk menarik kesimpulan yangmantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang,akan tetapi multifaset.

Metode yang dipergunakan dalam menganalisisdata yang terkumpul secara kualitatif dibutuhkanpengaturan tersendiri. Data yang meliputi catatanwawancara, observasi, artikel yang berkaitan denganmasalah yang ditel it i , data resmi berupadokumen/arsip, potongan pikiran-pikiran penulisyang muncul dalam proses pengumpulan data,komentar pengamat, dan juga semua pandangan

grounded

Metode Analisis

Komunikasi Seni Pertunjukan

59

Page 10: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

yang diperoleh dari mana pun dicatat. Semua datatersebut diperlakukan secara senilai dengan data yangaktual. Artinya, pengaturan dilakukan agar dapatmemudahkan penggunaan data dalam sebuahlaporan penelitian.

Dalam proses analisis, data-data tersebutdireduksi sepanjang penelitian dilakukan sehinggalebih memfokus, kemudian data disajikan denganrangkaian kalimat yang tersusun secara logis dansistematis, sehingga memungkinkan penulis untukmembuat sesuatu atau tindakan lain berdasarkanpemahaman penulis. Selanjutnya data diverifikasidengan melakukan pengulangan, penelusuran datakembali secara cepat dan tepat, mendiskusikan, ataumereplikasi data dalam satuan data yang lain.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, tiga komponenanalisis (reduksi data, sajian data, dan verifikasi data)tersebut saling berkaitan dan berinteraksi, makaproses analisis pun sering dilakukan penulis ketikaberada di lapangan. Secara sederhana ada dua modelpokok dalam melaksanakan analisis, yakni (1) modelanalisis jalinan, dan (2) model analisis interaktif (Miles& Huberman, 1974 dalam Sutopo, 1996: 85). Keduamodel itu fungsinya sama, di sini penulismenggunakan salah satunya yaitu model analisisinteraktif, sebagaimana gambar berikut:

Komunikasi Seni Pertunjukan

60

Page 11: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

Model analisis interaktif

Sumber: Sutopo, 1996: 85

Perlu dijelaskan bahwa dalam upaya pendekatana n a l i s i s t e r h a d a p d a t a y a n g d i p e r o l e h ,diinterpretasikan menurut pemahaman masyarakatpendukung atau penyangga seni pertunjukansandiwara Cirebon sebagaimana apa adanya.Selanjutnya penulis juga menganalisis ataumengadakan interpretasi terhadap data yangdikumpulkan tersebut dengan telaah hermeneutikayang mengacu kepada rangkaian dan relevansi datatersebut. Data pertama kali disajikan secara , yaitudata dianalisis berdasarkan sudut pandangpendukung/penyangga seni pertunjukan sandiwaraCirebon. Selanjutnya penulis mencoba mengadakanpenafsiran terhadap interpretasi yang bersifattersebut, yang dalam pandangan lain disebut(penafsiran dilihat dari sudut pandang penulis) (lihatMoleong, 1990 : 53-58).

Dalam penelitian ini juga penulis meminjamhermeneutika sebagai metode analisis danmerupakan pula metode filsafat yang “open-minded”. Penerapannya dalam penelitian iniberkaitan dengan pengungkapan makna yang adapada media pertunjukan teater rakyat sandiwaraCirebon. Sebagaimana kita ketahui bahwa maknasangat terkait dengan bahasa yang di dalamnyaterdapat kata-kata sebagai sebuah simbol atau bagian-

emic

emicetic view

Komunikasi Seni Pertunjukan

61

Page 12: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

bagian artistika yang diwujudkan dalam bentuksimbolis. Berkaitan dengan pengungkapan kata danbahasa sebagai sebuah simbol dan bentuk artistiksecara simbolis dalam wilayah seni pertunjukan haltersebut diwujudkan dalam bentuk yang lebih nyata,yakni sebuah pertunjukan atau sebuah karya.Meminjam catatan Ricoeur, bahwa pengungkapanmakna atas simbol-simbol seperti ini sangat berkaitandengan teks dan konteks. Mengungkap maknamerupakan kewajiban terbesar penafsir denganmelampaui yang harfiah untuk menerangi makna-makna yang tersembunyi, makna-makna sekunder,yang diperkaya, yang secara tepat disebut simbolis(Ricoeur dalam Dillistone, 2002:130). Lebih lanjutRicoer mengintisarikan bahwa ruang lingkuphermeneutika akan berkisar pada simbol-simbol, dan (Sumaryono 1999: 107-110).Pandangan hermeneutika Ricoer mirip juga denganpandangan Gadamer yang cenderung berbicaratentang tradisi, warisan, atau darisesuatu pikiran lama ke dalam suatu makna yang baru(Poespoprodjo, 1991: 121).

Hermeneutika yang diangkat dari parapemikirnya sejak Schleiermacher, Dilthey, Heidegger,Gadamer, dan Ricoer mulai ramai dibicarakan orang.Sekalipun kajian mereka pada konteks budaya Barat,namun yang dapat dipetik darinya adalah masalaharti tersembunyi karena terdapat sesuatu yang jauhharus didekatkan, sesuatu yang asing harusdikenalkan, karena sesuatu jembatan harus dibangunantara sesuatu yang pernah terjadi dan kini(Poespoprodjo, 1991: 139).

,

maknateks konteks

reprise renaissance

Komunikasi Seni Pertunjukan

62

Page 13: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

Strategi PenelitianPenulis mengawali penelitian ini dengan mencoba

melakukan yang dikemas dalamsebuah catatan-catatan kecil penelitian yang hasilnyamasih prematur. Berbekal keberanian dan sedikitpengetahuan seni, penulis mengawali penelitian inipada tahun 1999 yang difokuskan pada kajian senipertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon.Penelitiannya sendiri sangat holistik, tidak sajamengamati pertunjukan tetapi meliputi juga berbagaiaspek dalam seni pertunjukan termasuk masyarakatsebagai penikmat seni pertunjukan dan senimannyasebagai pelaku seni pertunjukan tersebut.

Perkenalannya dengan seni pertunjukan teaterrakyat sudah penulis kenal sejak kecil yang ketika itusebagai penonton. Akan tetapi perkenalan lebih jauhdengan para senimannya dan kelompok-kelompokseni pertunjukan tersebut dimulai ketika penulismelakukan penelitian lapangan dengan mengunjungipesta di desa Pekantingan, kecamatanKlangenan, kabupaten Cirebon (sekitar 6 km arahBarat dari kota Cirebon dan masuk ke arah kanansekitar 3 km). Sebagai orang yang dilahirkan di daerahCirebon, penulis tidak mengalami kendala apapunketika melakukan penelitian, berinteraksi denganmasyarakat dan seniman, serta mengapresiasipertunjukan yang tengah diselenggarakan. Hampirsetiap minggu penulis memanfaatkan hari liburmenuju ke Cirebon dengan alasan pulang kampung,namun sebenarnya untuk mengadakan penelitian ditempat-tempat yang terdapat perkumpulansandiwara rakyat juga ke tempat-tempat di manapertunjukan sandiwara dipertunjukkan.

Selama penelitian, penulis semakin penasaran

pre-limanary research

ngunjung buyut

Komunikasi Seni Pertunjukan

63

Page 14: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

terhadap keberadaan pertunjukan sandiwara Cirebontersebut. Kuriositas itu muncul ketika di daerahCirebon marak dengan kesenian baru seperti

, tetapi eksistensi sandiwara Cirebon masihberlangsung. Tidak sedikit masyarakat Cirebonmemakai organ tunggal dalam mengiringi pestaupacara inisiasi mereka, namun pada saat-saattertentu pertunjukan sandiwara Cirebon hadir pula ditengah-tengah masyarakat pada peristiwa yang sama.Di beberapa perhelatan tradisi atau upacara adatmasyarakat Cirebon dalam rangka ngunjung buyutmisalnya, pertunjukan sandiwara Cirebon menjadisalah satu seni pertunjukan yang selalu hadir ditengah-tengah peristiwa yang berbau ritual tersebut.Terdapat beberapa tempat upacara ngunjung buyut didaerah Cirebon, antara lain di daerah Pekantingan,Jamblang, Serang, Kebagusan, Trusmi Plered, danlain-lain.

Di setiap pertunjukan sandiwara Cirebon, baik itudi selenggarakan di halaman rumah penduduk dalamrangka kenduri maupun di sebuah area pemakamandalam rangka ngunjung buyut, masyarakatberbondong-bondong menikmati pertunjukansandiwara Cirebon tersebut. Bahkan mereka relauntuk berjalan berkilo-kilo meter dari tempat asalnyauntuk menghadiri acara tersebut dan menontonpertunjukan sandiwara Cirebon. Di setiappertunjukan sandiwara Cirebon, seperti tidak asingpenulis dapati penonton dari anak-anak muda usia,remaja, orang tua, bahkan kakek-kakek dan nenek-nenek.

Kenyataan tersebut membuat penulis semakinyakin memandang eksistensi seni pertunjukan teaterrakyat tersebut, bahwa ada komunikasi yang erat

organtunggal

Komunikasi Seni Pertunjukan

64

Page 15: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

antara seni pertunjukan sandiwara Cirebon denganmasyarakat penyangganya. Penelitian ini menjadis eb ua h k es em pata n b a gi p en ul i s kare naketerkaitannya dengan dunia komunikasi senipertunjukan yang tengah digeluti. Namun di sisi lain,penulis menghadapi permasalahan yang berkaitandengan pemilihan pertunjukan sandiwara karenabanyaknya kelompok seni pertunjukan sandiwara didaerah Cirebon.

Pertama yang dilakukan penulis dalammenghadapi permasalahan tersebut denganmengadakan pengamatan intensif terhadap beberapaperistiwa pertunjukan sandiwara, terutama dalampertunjukan yang berkaitan dengan tradisi hajathidup masyarakat penyangganya. Apa yangdilakukan penulis memberikan sebuah tafsir bahwapertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebonmemiliki struktur pertunjukan yang sama. Namunkemudian penulis juga harus memilih sebuahkelompok sandiwara Cirebon yang memilikikonsistensi dan eksistensi yang tidak diragukan.Maka, dipilihlah satu kelompok sandiwara Cirebonyang syarat dengan kriteria tersebut dan menunjukkelompok sandiwara yangberdomisili di desa Cangkring, kecamatan Weru,kabupaten Cirebon Sebenarnya ada salah satudaerah di kabupaten Cirebon yang banyakmenyimpan kelompok-kelompok sandiwara, yaitudaerah Bedulan, kecamatan Kapetakan, kabupatenCirebon. Akan tetapi kelompok-kelompok sandiwaraitu tidak konsisten, sifatnya (musiman),kadang-kadang hanya menempelkan papan namakelompok saja untuk menunjukkan bahwa merekamasih menerima pesanan pertunjukan Ada beberapa

Dharma Samudra

.

obor blarak

.

Komunikasi Seni Pertunjukan

65

Page 16: Komunikasi Seni Pertunjukan 5

kelompok pula yang ditinggalkan oleh parapelakunya akibat kurang konsisten dalam memeliharakelompok keseniannya. Sementara sandiwaraDharma Samudra memiliki konsistensi daneksistensinya sejak tahun 1969 hingga saat ini karenadidukung oleh orang-orang yang masih tergolongkeluarga sendiri, dan bahkan saat ini menjadikelompok sandiwara yang tertua di daerah Cirebonserta menjadi tempat persinggahan para pelakubeberapa kelompok sandiwara yang sudah tidak aktif.

Sekalipun hanya satu kelompok yang menjadisampel dalam penelitian ini, penulis tidak melupakankomunitas sandiwara yang lain. Beberapa komunitassandiwara Cirebon yang ada di Bedulan misalnya,terutama para tokohnya yang masih hidup didatangiuntuk dijaring informasinya (data). Penulis jugamendatangi beberapa tempat pertunjukan yangberkaitan dengan , baik di area pekuburanmaupun di tengah-tengah perkampunganmasyarakat yang menggunakan sandiwara Cirebonsebagai pengiring peristiwa . Dalam konteksinilah penelitian diarahkan untuk mencari maknasimbol budaya dalam komunikasi seni pertunjukansandiwara Cirebon. merupakan momenpenting dalam pertunjukan sandiwara, dan padamomen inilah perhatian penelitian seni pertunjukansandiwara Cirebon yang penulis lakukan dan dalamisebagai upaya pemahaman makna simbol-simbolbudaya seni pertunjukan teater rakyat sandiwaraCirebon dalam perspektif komunikasi.

slametan

slametan

Slametan

Komunikasi Seni Pertunjukan

66