Komunikasi Seni Pertunjukan 6

26
KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN SENI BUDAYA CIREBON Heterogenitas Masyarakat Cirebon Pada tahun 1270 ada daerah yang terkenal dengan nama Ma'ana. Pemimpin daerah itu bernama Ki Ageng Alang- alang. Ia tinggal di desa Lemah Wungkuk. Karena produksi terasi sebagai sumber penghidupan masyarakat pada zaman itu, selanjutnya Ma'ana terkenal dengan nama Cai Rebon (cai = air dan rebon = anak udang). Sekarang dikenal dengan sebutan Cirebon dan pada waktu dulu, penduduk asli menyebutnya dengan Gerage Pada masa Ki Gedeng Alang-alang menjadi tetua wilayah pedukuhan Cirebon, datanglah beberapa orang asing yang berlabuh di pantai Muara Jati… Pada tahun 1415 telah berlabuh di Muara Jati, armada Cina yang dipimpin oleh Laksamana Te Ho dan Kun Wei Ping beserta para awak kapalnya. Pada tahun 1418 datang seorang ulama, Syeh (Marhun, 1991: 171). Wilayah Cirebon yang dahulu masih kecil dikenal juga dengan nama , karena masyarakatnya yang sangat beragam ( = campuran). Daerah yang awalnya merupakan pemukiman kecil berkembang menjadi desa yang ramai dikunjungi banyak orang dari berbagai bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan kemampuan hidup (Abdurachman, 1982:32). Dalam Sebuah wawancara di ceritakan tentang sejarah Cirebon, bahwa: Caruban caruban B agian 5 67

description

komunikasi seni pertunjukan dibutuhkan pemahaman latar budaya masyarakat yang menjadi penyangga seni tersebut

Transcript of Komunikasi Seni Pertunjukan 6

Page 1: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

KEHIDUPAN MASYARAKATDAN SENI BUDAYA CIREBON

Heterogenitas Masyarakat CirebonPada tahun 1270 ada daerah yang terkenal dengan namaMa'ana. Pemimpin daerah itu bernama Ki Ageng Alang-alang. Ia tinggal di desa Lemah Wungkuk. Karena produksiterasi sebagai sumber penghidupan masyarakat padazaman itu, selanjutnya Ma'ana terkenal dengan nama CaiRebon (cai = air dan rebon = anak udang). Sekarang dikenaldengan sebutan Cirebon dan pada waktu dulu, pendudukasli menyebutnya dengan Gerage

Pada masa Ki Gedeng Alang-alang menjadi tetua wilayahpedukuhan Cirebon, datanglah beberapa orang asing yangberlabuh di pantai Muara Jati… Pada tahun 1415 telahberlabuh di Muara Jati, armada Cina yang dipimpin olehLaksamana Te Ho dan Kun Wei Ping beserta para awakkapalnya. Pada tahun 1418 datang seorang ulama, Syeh

(Marhun, 1991: 171).

Wilayah Cirebon yang dahulu masih kecil dikenaljuga dengan nama , karena masyarakatnyayang sangat beragam ( = campuran). Daerahyang awalnya merupakan pemukiman kecilberkembang menjadi desa yang ramai dikunjungibanyak orang dari berbagai bangsa, agama, bahasa,adat istiadat dan kemampuan hidup (Abdurachman,1982:32). Dalam Sebuah wawancara di ceritakantentang sejarah Cirebon, bahwa:

Carubancaruban

B a g i a n 5

67

Page 2: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

Hasanudin bin Yusuf Sidik bersama perahu dagang darinegeri Campa. Kemudian sekitar tahun 1420 datang pularombongan orang asing lainnya yaitu ulama Arab dariBagdad berjumlah dua belas yang dipimpin langsung olehSyeh Datuk Kahfi (Wawancara dengan Kartani,Budayawan, Cirebon, 12 Agustus 2003).

Dari keterangan awal terbentuknya daerahCirebon di atas menunjukkan bahwa daerah Cirebonmemiliki komunitas masyarakat yang heterogen.Beragamnya masyarakat Cirebon dewasa ini sangatmungkin diakibatkan dari latar historis yang dimilikidaerah tersebut. Masyarakat Cirebon terdiri daribanyak suku bangsa seperti Arab, Cina, India, Sunda,Jawa dan bahkan dewasa ini banyak berdatanganmasyarakat Indonesia dari luar pulau Jawa. Akandapat kita lihat warna keberagaman masyarakatCirebon saat ini di pusat-pusat kota, baik kecamatanmaupun kabupaten, di pusat-pusat keramaian ataupusat perbelanjaan. Umumnya mereka sebagaiwiraswasta, pedagang dan pengusaha, sementaramasyarakat Cirebon yang tinggal di daerah pedesaanmemiliki profesi sebagai petani atau pengrajin sertapedagang kecil. Bahkan dewasa ini di daerah Cirebonbanyak tumbuh dan berkembang industri-industriyang menjadikan kehidupan berbudaya sangatberagam dan semakin kompleks. Kompleksitaskehidupan sosial budaya akibat pembauran antaramasyarakat pedesaan dan perkotaan dan juga denganmasyarakat pendatang lainnya merupakan suatukelebihan masyarakat Cirebon dan sekaligusmemunculkan aspek-aspek yang bisa saja mengarahpada menghilangnya kesatuan budaya komunalmasyarakatnya.

Komunikasi Seni Pertunjukan

68

Page 3: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

Secara kultural, daerah Cirebon didasarkan padabudaya masyarakatnya dapat dibagi menjadi tigabagian wilayah budaya, di antaranya meliputiwilayah bagian Utara, Tengah dan Selatan. Pembagianini didasarkan pada jalur transportasi utama dan letakwilayah kantung-kantung budaya. Alasan lain daripembagian wilayah budaya masyarakat tersebut,didasarkan pada bahasa; wilayah Utara adalahwilayah masyarakat yang berbasis bahasa daerahJawa Cirebon, wilayah Tengah adalah wilayah daerahperkotaan (kota kecamatan, kabupaten dankotamadya) yang terdiri atas masyarakat campurandengan basis bahasa Jawa-Sunda Cirebon (campuran),dan wilayah Selatan adalah masyarakat yangmemiliki basis bahasa Sunda.

W i l a y a h U t a r a a d a l a h w i l a y a h y a n gmasyarakatnya cukup banyak menyimpan sumberdaya kultural. Wilayah ini merupakan lingkunganmasyarakat yang masih banyak menaruh minatterhadap seni budaya sebagai media ekspresi dalamkehidupan sosial-budaya. Tidak sedikit dari wilayahini bermunculan kelompok-kelompok senipertunjukan sebagai salah satu bagian dari unsurkebudayaan, misalnya di daerah Gegesik, Palimanan,Bojong, Cangkring, Kapetakan dan Gebang.Sementara di wilayah bagian Tengah adalah wilayahyang masyarakatnya terdiri atas kalangan menengahdan beberapa kalangan atas yang di beberapa bagianwilayahnya sudah terimbas kehidupan kota.Masyarakat wilayah ini memiliki selera yang berbedaakan seni budaya sebagai produk kebudayaan jugad a l a m k e h i d u p a n s o s i a l n y a . S e k a l i p u nmasyarakatnya masih banyak menaruh minatterhadap seni budaya tradisi sebagai media ekspresi

Komunikasi Seni Pertunjukan

69

Page 4: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

dan relaksasi, namun untuk memenuhi selera merekalebih suka mengangkat seni budaya yang tergolongmodern. Namun demikian bukan berarti padakelompok ini tidak memiliki kelompok seni budayatradisi. Dan yang ketiga, wilayah Selatan adalahwilayah masyarakat yang memiliki komunitas senibudaya tersendiri yang lebih dominan. Wilayah inimerupakan wilayah yang masyarakatnya dalam segibahasa keseharian menggunakan bahasa Sunda danbiasa disebut daerah . Masyarakat wilayahbagian selatan ini umumnya bermata pencahariansebagai petani dan hanya beberapa dari merekamenjadi pegawai, buruh atau karyawan (Wawancaradengan TD. Sudjana, Budayawan Keraton Cirebon, 13Agustus 2003).

Heterogenitas masyarakat Cirebon salah satunyajuga tercermin dalam bahasa karena keberagamanmasyarakatnya. Sebagai gambaran, hampir di setiapdaerah di wilayah Cirebon masyarakatnya memilikilogat bahasa Cirebon yang berbeda, sementara itubeberapa kecamatan Cirebon pun kadang-kadangberbeda pula bahasanya, misalnya Jawa Cirebon danSunda seperti halnya masyarakat kecamatanPalimanan, Babakan Ciledug, Gebang, Ciwaringindan seterusnya. Dan yang lebih kompleks lagi dariposisi bahasa adalah masyarakat yang berada di pusatkota Cirebon, mereka dari berbagai suku bangsaberbaur, ada yang memakai bahasa asli sukunya, adapula yang berbahasa Cirebon namun dicampur-campur dengan bahasa asli mereka, serta bahasanasional sebagai bahasa keseharian.

Dari aspek religius, masyarakat Cirebon menganutberagam kepercayaan seperti Hindu-Budha, Kristendan mayoritas pemeluk Islam. Oleh karena Cirebon

Pakidulan

Komunikasi Seni Pertunjukan

70

Page 5: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

dibangun dengan semangat oleh parapendahulunya, maka dalam aktifitas religius punmasyarakat Cirebon memiliki keberagaman kegiatanreligius. Masyarakat Cirebon bagian luar (bagianutara) yang mendiami wilayah budaya pesisiranmemiliki aktifitas religius dengan mengadakan pestalaut (nadran). Masyarakat Cirebon yang mendiamiwilayah tengah dengan wilayah budaya campuran(pesisiran dan persawahan) memiliki aktifitas religiusyang dikenal dengan (selametanleluhur di area pekuburan). Sementara masyarakatyang mendiami wilayah budaya antara masyarakatpersawahan dan ladang (terutama bagian selatanCirebon) memiliki aktifitas religius yang dikenaldengan upacara kesuburan, upacara yang berkaitandengan padi dan tanaman sejenisnya. Beberapaaktifitas religius lain yang menjadi semacam peristiwabudaya dan memiliki kekuatan dan nilai tersendiribagi masyarakat Cirebon, misalnya diKeraton Kasepuhan dan beberapa tempat lainnya didaerah Cirebon, di Astana Gunung Jati,

dan di daerah Trusmi,Karang Mas di Pecung Jamblang, Serang,

Gegesik, PekantinganKlangenan, Kebagusan, dan lain-lain.Kegiatan seperti ini biasa dilakukan oleh masyarakatCirebon yang tentunya dihadiri oleh beragammasyarakat pendukungnya, baik dari dalam Cirebonmaupun dari luar Cirebon.

Keberagaman lain yang dimiliki oleh masyarakatwilayah Cirebon seperti diungkapkan oleh seorangtokoh yang mengatakan bahwa:

sinkretisme

ngunjung buyut

muludan

syawalanmemayu ganti sirap pesta buyut

pesta buyutngunjung buyut ngunjung buyut

ngunjung buyut

“Cirebon memiliki kreatifitas seni yang tinggi, dari mulaiseni sastra, lukis, kriya, tari, musik/suara, drama hingga

Komunikasi Seni Pertunjukan

71

Page 6: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

seni pertunjukan rakyat lainnya. Kepemilikan di bidangseni ini merupakan kekuatan tersendiri bagi masyarakatCirebon untuk tetap eksis di jalur seni budaya dan menjagagerbang kebudayaan. Kesenian daerah Cirebon harusdiakui sebagai inspirator kesenian-kesenian lain di JawaBarat dengan kekhasan dan bobot nilai estetiknya yangtinggi”

Wilayah Cirebon merupakan daerah yang cukup strategissebagai wilayah perbatasan propinsi antara Jawa Barat danJawa Tengah. Cirebon merupakan jalur utama transportasiyang menghubungkan pusat ibu kota negara dengandaerah lain di bagian timur Jawa Barat, yang sekaligussebagai wilayah transit antar wilayah

(Wawancara dengan Rd. Muchtar, Cirebon, 25Maret 2002).

(Wawancaradengan Salana, Budayawan Cirebon, 4 April1999).

Tidak dipungkiri bahwa salah satu dari kesenianyang sangat ekspansif mempengaruhi kehidupan senidi Jawa Barat adalah topeng Cirebon, yangmempengaruhi beberapa seni tari di Jawa Baratkhususnya tari topeng. Tari topeng Cirebon jugasudah dijajahkan kemana-mana, dari skala lokal,nasional hingga internasional.

Heterogenitas kehidupan sosial budayamasyarakat Cirebon di atas mencerminkan betapadinamisnya kehidupan masyarakat Cirebon denganakselerasi yang sangat tinggi, dan hal ini dibuktikandengan pengembangan sarana fisik dan non fisikwilayah itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi,teknologi dan lain-lain.

Melihat hal tersebut, dapat kita pahami bahwakarakteristik wilayah Cirebon merupakan wilayahbudaya yang mudah dimasuki atau dipengaruhi oleharus budaya luar dan konsekuensi logisnya adalah

Komunikasi Seni Pertunjukan

72

Page 7: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

rentan terhadap arus perubahan dalam tatanankehidupan sosial-budaya masyarakatnya. Budayamodern dan arus globalisasi misalnya, mulai terasapada kehidupan masyarakat Cirebon. Pola kehidupansos ia l -budaya masyarakat Cirebon mula iterkontaminasi oleh sebuah pola budaya dankehidupan masyarakat modern. Bahkan parabudayawan Cirebon mengatakan, bahwa:

Sekalipun demikian, keragaman potensi danmasalah sosial pada akhirnya menjadi ciri tersendirimasyarakat Cirebon karena didasari oleh bangunanyang secara historis penuh keberagaman, baikmasyarakat, budaya, latar belakang sosial maupunnilai-nilai kepercayaan yang dianut. Ada masyarakatyang masih menganut dan mendukung nilai-nilailama kebudayaannya, dan ada pula masyarakat yangsudah melupakan nilai-nilai tersebut danmengubahnya dengan pola budaya dan kehidupank e k i n i a n d i l i n g k u n g a n m a s y a r a k a t n y a .Heterogenitas menjadikan masyarakat memilihsendiri apa yang mereka yakini dalam pola kehidupansosia l dan budaya. Hal demikian sangatmempengaruhi kebiasaan aktifitas, kreatifitas,kepercayaan dan nilai-nilai yang diembannya dalamwacana kehidupan sosial budaya.

“Akan celaka apabila modernisasi oleh masyarakat Cirebondiartikan dan ditafsirkan sepihak dengan mengacu padapola kehidupan Ibukota Jakarta atau westernisasi yangsemakin hari semakin kisruh dengan pola-pola yang dibawamasyarakatnya yang pada gil irannya banyakmenimbulkan masalah-masalah, baik sosial, politik,ekonomi, budaya maupun hankam” (Wawancara denganAskadi, dan TD. Sudjana, Budayawan Cirebon, 14Desember 2003).

Komunikasi Seni Pertunjukan

73

Page 8: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

Kerinduan Menumbuhkan Kembali Local GeniusFakta nyata masyarakat Cirebon adalah

masyarakat yang secara sosial budaya tengahmengalami transisi dengan adanya perubahan sosialbudaya, dari masyarakat tradisional ke masyarakatmodern. Perubahan kebudayaan dan perubahansosial sulit dipisahkan, walaupun di sisi lain adaperbedaan. Misalnya perubahan sosial hanyamenyangkut struktur sosial dan hubungan sosial,sedangkan perubahan kebudayaan mengacu padaperubahan pola-pola perilaku, termasuk teknologidan dimensi keilmuan, baik material maupunnonmaterial.

Pengaruh dari perubahan di atas sangat besardampaknya bagi masyarakat secara sosial budaya.Terlebih lagi dalam dinamika modernitas yang padawujudnya banyak didatangkan hasil-hasil teknologidalam segala bidang, masuknya sistem ekonomi

Dimensi perubahan sosial ada tiga macam, yakni dimensistruktural, dimensi kultural dan dimensi interaksional.Dimensi struktural mengacu pada perubahan dalambentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahandalam peranan, munculnya peranan baru, perubahandalam struktur kelas sosial dan perubahan dalam lembagasosial. Dimensi kultural mengacu pada perubahankebudayaan dalam masyarakat, seperti; adanya penemuanbaru (discovery), pembaharuan hasil (invention), kontakdengan kebudayaan lain sehingga menyebabkan difusi danpeminzaman kebudayaan. Dimensi interaksional mengacuada perubahan hubungan sosial di dalam masyarakat, yangdiidentifikasikan dalam lima dimensi. Seperti frekuensi,jarak sosial, peralatan, keteraturan dan perundang-undangan. (Himes dan Moore dalam Sulaiman, 1998:115-120).

Komunikasi Seni Pertunjukan

74

Page 9: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

kapitalis, masuknya unsur budaya luar, gaya hidupdan sebagainya, yang langsung dirasakan olehmasyarakat Cirebon yang masih diliputi suasanakebudayaan tradisional. Pengaruh-pengaruh tersebutsangat besar terhadap kelembagaan sosial di daerahCirebon, terutama pada lingkungan pedesaan sebagailingkungan mayoritas yang ada di wilayah ini.Demikian pula pada lembaga seperti keluarga;kehidupan keluarga dikuasai atau dikendalikan olehproduk teknologi. Maka struktur ekonomi punbergeser ke arah komersial setelah masuknyateknologi ke desa-desa, hal ini ditunjukkan denganmulai bergesernya usaha tani dari skala kecil ke skalabesar. Bersamaan dengan itu juga, keluarga petanijuga mulai bergeser dari struktur tradisional kekeluarga struktur kota. Tidak jarang anak-anak darikeluarga tradisional (petani) beralih profesi, yangdulu mereka membantu orang tuanya menggarapsawah, kini beralih profesi sebagai buruh/karyawanperusahaan rotan atau bekerja di pusat kota Cirebonsebagai karyawan .

Implikasinya pada kehidupan sosial budayamenimbulkan perubahan cita rasa dan nilaikehidupan masyarakatnya. Jika saja kita arif, akanlebih baik bila masyarakat Cirebon mengartikanmodern itu secara benar, tetapi masyarakat desa yangtradisional dengan tingkat pendidikan yang rendahtak jarang mengartikan modern sebagai tampilan fisik,modern sebagai gaya hidup kota dengan gemerlapnyapenampilan secara fisikal.

Banyak berbagai hal yang harus dikorbankan demimodernisasi dan sempat menimbulkan kecurigaan.Contoh kecil dari kecurigaan tersebut, beberapamasyarakat berprasangka dengan tumbuh suburnya

Dept. Store

Komunikasi Seni Pertunjukan

75

Page 10: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

industri rotan di kabupaten Cirebon. Merekamengecam dengan mengartikan kata rotan menjadibentuk simbolik yang diartikan sebagai .Pemaknaan itu dikarenakan industri rotan banyakmengambil tenaga kerja di bawah umur atau anak-anak usia sekolah, yang setelah mereka bekerja diindustri rotan tersebut menunjukkan pola hidup yangberbeda dari ni la i-nila i masyarakat yangdipercayainya; gaya hidup, perilaku, dan kebiasaananak-anak tersebut cenderung mengarah pada gayahidup masyarakat perkotaan. Kecurigaan jugamuncul dengan banyak berkembangnya kesenianbaru yang diartikan secara modern, misalnya disindiroleh budayawan Cirebon, bahwa:

Hal demikian oleh tokoh dan pemikir(Wong, Davis, Conyers, Cemea,

Chambers dan Erler), yang menamakan dirinyasebagai pengkaji tentang modernisasi, butuhpelurusan atas pengertian modern. Pendekatannyabertitik tolak pada faktor internal berupa nilai

tradisional dan berbagai pranata sosial. Sudah saatnyauntuk meninggalkan keyakinan bahwa kebudayaandan gaya hidup tradisional (budaya lokal) sebagaipenghalang besar bagi pembangunan sosial ekonomi,maupun budaya modern. Kebudayaan tradisionaljustru terkait langsung dan menunjang proses sosial,

“ ”sorotan setan

neomodernisme

Kehadiran dangdut organ tunggal menggeser keseniantradisi rakyat setempat yang mengakibatkan sempitnyalahan bagi orang Cirebon untuk belajar tentang Cirebon itusendiri. Kehadirannya banyak membuat ulah, keributansosial seperti (tawuran), keributan rumah tangga dansebagainya yang oleh orang Cirebon dikatakan lebih banyakmudarat-nya daripada manfaatnya (Wawancara denganKartani, Budayawan Cirebon, 15 September 2001).

Komunikasi Seni Pertunjukan

76

Page 11: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

ekonomis dan ekologis masyarakat secara mendasar(Soelaiman, 1988: 159).

Bagi keberadaan masyarakat Cirebon, hal di atasmerupakan sinyal untuk membangkitkan kembalikesadaran tentang yang ada pada sumberdaya kultural dan natural. diartikansebagai kekayaan kebudayaan lokal dengan nilai-nilaispesifik kelokalan, yang menjadi milik masyarakatlingkungannya. Masyarakat Cirebon mulai sadardengan filosofinya, bahwa: “

” (sesuatu hal yangpaling enak milik orang lain akan lebih enak miliksendiri). Membangkitkan kembalimerupakan suatu cara untuk mensiasati perencanaanstrategis pembangunan secara fisik dan non fisikaspek sosial budaya dengan menghindari sekecilmungkin resiko kemanusiaan dalam pembangunan,baik konservasi dan lingkungan alam, pembangunanperkampungan perkotaan dan infrastrukturnya,pembangunan sumberdaya (air, pertambangan,pertanian, perikanan dan kehutanan), pariwisata,maupun pembangunan sosial (pendidikan,keagamaan, dan lain-lain). Pertimbangan ini tentu sajadidasarkan pada kekayaan sumber daya kultural dannatural yang dimiliki oleh wilayah Cirebon danmasyarakatnya, yang hingga kini masih belumtersentuh secara keseluruhan.

Di samping pembangunan wilayah denganmanajemen yang berbasiskan , secarabudaya proses adaptasi harus pula diperhatikan.Proses adaptasi itu sangat penting bagi parapengambil kebijakan di daerah Cirebon khususnyad a n m a s y a r a k a t p a d a u m u m n y a d a l a mperkembangan dan pertumbuhan aspek sosial budaya

local geniusLocal genius

seenak-enake ndeke wongsejen masih luwih enak ndeke dewek

local genius

local genius

Komunikasi Seni Pertunjukan

77

Page 12: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

masyarakat terhadap budaya-budaya luar, dimanaakan terwujud pemeliharaan yang seimbang antarapengatur dan yang diatur serta ada prosestransformasi di antara keduanya yang mutualistik.

Di era otonomi daerah (walaupun masih setengah-setengah), di era global, dan di era perdagangan bebasbagi wilayah Cirebon begitu terbuka untukmengembangkan diri dengan kekayaan kultural dannaturalnya. Kekayaan tersebut harus digali dandikembangkan untuk bersaing di arena internasional.Pemanfaatan wilayah-wilayah yang menjadi aksesi n f o r m a s i , t r a n f o r m a s i d a n k o m u n i k a s idikembangkan sedemikian rupa dengan lebih dulumemperkuat kemampuan sumberdaya manusia( ), baik mental maupun spiritual yangberbasis pada . Keyakinan ini bukan tidakberdasar, tetapi dari kenyataan aspek sosial budaya,terutama kebudayaan yang dimiliki masyarakatCirebon cukup mendukung. Secara geografis wilayahCirebon cukup potensial untuk dimajukembangkan,baik secara kultural maupun natural, tinggalb a g a i m a n a p e m e r i n t a h d a n m a s y a r a k a tmemberdayakan kekuatan lokal tersebut.

Cirebon secara geografis sangat memungkinkanterjadi keluar masuknya masyarakat dengan beragambudaya, baik sebagai pendatang yang tak tetapmaupun sebagai pendatang yang menetap. Hal inimengakibatkan akselerasi kebudayaan masyarakatCirebon semakin dinamis, khususnya dalamkehidupan berkesenian. Dinamisasi kehidupankesenian di wilayah ini menunjukkan betapa

human resourceslocal genius

Masyarakat dan Seni Pertunjukandalam Konteks Kebutuhan

Komunikasi Seni Pertunjukan

78

Page 13: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

kebutuhan akan hal tersebut tak terpisahkan darikehidupan masyarakatnya. Uraian berikut inimenggambarkan kebutuhan masyarakat akan senipertunjukan, baik dari masyarakat penikmat senimaupun pelaku seni pertunjukan.

Cukup banyak potensi seni yang dimilikimasyarakat Cirebon yang meliputi beberapakelompok, diantaranya kelompok keseniankarawitan, teater, pedalangan, musik modern, senitari, pertunjukan sastra Cirebon, dan seni pertunjukanrakyat.

Kesenian khas masyarakat daerah Cirebon ataukesenian (dalam) berdasarkan data yang ada diDepdiknas kabupaten Cirebon di antaranya:karawitan Cirebon, gong renteng, genjring pengiring,terbangan, brahi, gembyung, sandiwara Cirebon,wayang kulit, wayang cepak, wayang wong, wayangcatur, tarling, topeng Cirebon, tari baksa, tari klasikCirebon, tayuban, angklung Bungko, rudat, genjringakrobat, sintren atau lais, ronggeng umbul, reogCirebon, genjring burok, berokan, ronggeng Bugis,sampyong, jaran lumping. Sedangkan kesenianmasyarakat Cirebon yang termasuk dalam kategorikesenian (luar) di antaranya: wayang golek,degung, kliningan, calung, tanjidor ( ), arumba,

Biasanya masing-masing kelompok kesenian dikategorikandalam dua penyebutan kelompok seni, yaitu kelompokkesenian jaba dan jero. Kelompok kesenian jaba diartikansebagai kesenian yang datang dari luar masyarakat Cirebonyang berbahasa Jawa Cirebon (kesenian yang bahasapengantarnya bahasa Sunda), sedangkan kesenian jeroadalah kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Cirebonyang berbahasa Jawa Cirebon (Wawancara denganKartani, Cirebon, 24 Mei 2004).

jero

jabapejidur

Komunikasi Seni Pertunjukan

79

Page 14: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

jaipongan, klasik Sunda, longser, kuda kepang,sitardog, dan debus (Depdikbud Cirebon, 1992/1993).

Hal tersebut menunjukkan bahwa senipertunjukan di daerah Cirebon secara jumlah cukupsignifikan. Namun akhir-akhir ini, masyarakatCirebon menunjukkan adanya fenomena peralihanrasa, selera dan daya cipta seni pertunjukan daerahtersebut yang diilhami oleh budaya-budaya di luarlingkungannya. Contoh kecil, pada saat ini banyakmen jam ur pertu n ju ka n-per tun j ukan yan gdikonsumsi oleh masyarakat dari hasil perkenalanmereka dengan teknologi di bidang organologi musikmodern. Seperti dituturkan Umar Karsiyan, bahwa:

Tumbuh suburnya kelompok-kelompoksebuah tontonan masyarakat sekarang (di

Cirebon) yang mendominasi hiburan masyarakatyang tengah memangku hajat. Bentuknya berupas a j i an m u s i k d a n gd u t a ta u p op d en ga nmeminimalisasikan pelaku, misalnya hanya denganmenghadirkan alat musik dan pemain sertabeberapa penyanyi. Bentuk kesenian baru inilah yangmengakibatkan masyarakat menjauh dari seni

“penurunan volume pemanggungan seni pertunjukanrakyat diakibatkan dari munculnya tontonan baru yangbanyak digemari masyarakat, misalnya organ tunggal.Persaingan tontonan di masyarakat Cirebon semakinmeningkat dengan munculnya kesenian baru tersebut.Kemunculan organ tunggal ini sekaligus juga menambahberkurangnya volume pemanggungan jenis kesenianrakyat dan terutama kelompok sandiwara, yang setiaptahunnya berkurang hingga menjadi rata-rata 25 20 kalipemanggungan dalam setahun (Wawancara denganUmar Karsiyan, Pimpinan Sandiwara, Cirebon, 26September 2004).

organtunggal,

keyboard

Komunikasi Seni Pertunjukan

80

Page 15: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

pertunjukan tradisional yang dulu merekabanggakan. Sebelum bentuk kesenian organ tunggalitu muncul dan menenggelamkan bentuk-bentukkesenian tradisi rakyat Cirebon, muncul juga tontonandengan kekuatan teknologi yang menjadi pesaingseni-seni rakyat tersebut, misalnya layar tancap, videoatau tontonan sejenis dengan menggunakan(LD) yang dianggap sangat efektif dalam mengiringipesta hajat mereka.

Dinamisasi munculnya pertunjukan modernmembuat kompleksitas budaya dalam lingkunganmereka berdesakan dengan tradisi-tradisi yang dulumereka bangga-banggakan. Masyarakat Cirebon telah'berubah selera', walaupun di sisi lain masih adaperhatian atas keberadaan seni budaya Cirebon,khususnya dalam seni pertunjukan rakyat setempat.Berkaitan dengan masyarakat dan seni pertunjukantersebut, Cirebon dinilai cukup pesat perkembangandan kemajuannya dilihat dari sisi ,sedangkan dari sisi dapat dikatakantelah menurun. adalah budayamasyarakat dalam berkesenian yang berorientasipada keduniawian, seperti masalah ekonomi, politik,sosial yang dapat dikatakan tidak berhubungandengan Yang Maha dan lebih bersifat hiburan semata,walaupun di sisi lain ada kadar estetika namun sangatsedikit sekali. adalah budayamasyarakat dalam berkesenian yang berorientasitrandensius, mengacu pada hubungan manusiadengan Tuhannya, dewa-dewa atau roh-rohleluhurnya dan cukup memiliki filosofis keindahan.Hal ini tentu saja terlihat dari kegiatan-kegiatankesenian yang bersifat ritual berubah menjadi

sedangkan sisi hiburan yang bersifat

Laser Disc

budaya materilbudaya spirituil

Budaya Materil

Budaya Sprituil

psedouritual

Komunikasi Seni Pertunjukan

81

Page 16: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

keduniawian semakin marak diselenggarakan.Gejala kehidupan seni pertunjukan masyarakat

Cirebon merupakan juga sebuah gejala yangberlabelkan gaya hidup modern dalam berkesenian.Kondisi ini semakin komplek dengan munculnyaperangkat dan media komunikasi yang semakincanggih, televisi serta alat-alat telekomunikasi dankomputerisasi yang memainkan pertumbuhan gayahidup modern. Maka dapat kita bayangkan betapasemakin -nya perangkat dan struktur senipertunjukan rakyat yang ada di masyarakat Cirebon.Dalam sebuah sajian seni pertunjukan tradisional ditengah-tengah masyarakat Cirebon, apapun jenis danbentuk kesenian tersebut hampir semuanyaterkontaminasi oleh unsur modern, salah satunyaadalah musik dangdut. Kesenian dangdut sebagaiproduk budaya masyarakat modern mewabah padastruktur-struktur pertunjukan kesenian daerahCirebon, seperti wayang kulit purwa, sintren, tarling,genjring akrobat, sandiwara, topeng Cirebon dan senipertunjukan lainnya.

Bagi masyarakat Cirebon, kehadiran senipertunjukan modern memunculkan kelompok-kelompok yang pro dan kontra. Mereka yangmenerima kehadiran seni pertunjukan modern danmerasakannya sebagai suatu hiburan beranggapanbahwa seni apapun harus bersifat menghibur tanpaperlu memikirkan dampaknya. Kesenian dijadikansebagai media yang sekejap dapat melepas masalah-masalah sosial yang tengah membebaninya. Namunbagi masyarakat yang berada pada kalangan orang-orang yang peduli akan pentingnya sebuah tradisisangat merasakan bahwa kehadiran seni pertunjukandewasa ini sangat mengganggu

chaos

equibrilium

Komunikasi Seni Pertunjukan

82

Page 17: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

(keseimbangan), dimana sering munculnyakekacauan sosial, seperti keributan di kalanganpenonton terutama penonton muda usia, terjadinyapenyimpangan konsumsi obatan-obatan dan jugapesta minuman keras.

Berkembangnya bentuk kesenian baru tersebutmengindikasikan adanya kebudayaan massa yangsemakin menguasai sentra-sentra seniman tradisi danmasyarakat. Meminjam catatan Idi S. Ibrahim, merekasemakin terbius oleh gaya hidup (Ibrahim, 1997:32). Hal ini berkaitan erat dengan kondisi masyarakatCirebon seperti yang digambarkan sebelumnya danmerupakan fenomena yang menyelimuti senipertunjukan rakyat Cirebon secara umum.

Namun demikian, masih ada para seniman dankreator seni pertunjukan rakyat Cirebon yang pedulidengan konsistensi kesenian tradisi daerahnya.Konsistensi seni pertunjukan rakyat Cirebon yangdilakukan oleh para senimannya diaplikasikandengan tetap memelihara kesenian daerahnya sebagaisuatu media pertunjukan yang dibangun oleh rakyatuntuk kepentingan masyarakat dalam melakukanamanat-amanat tradisi. masyarakat Cirebonmasih menginginkan seni pertunjukan miliknyadipergunakan untuk melengkapi kegiatan-kegiatantradisinya seperti khitanan, upacara perkawinan, kaulatau juga dalam upacara-upacara tradisi yang masihdiyakini seperti , dan bentuk-bentuk upacara syukuran lainnya.

Bagi masyarakat Cirebon, seni pertunjukan adalahsalah satu bagian yang dianggap penting dalammenjaga keseimbangan kehidupan. Seni pertunjukandipercayai memiliki kegunaan-kegunaan yangmemiliki dampak positip bagi masyarakatnya,

ectasy

Folkways

ngunjung buyut nadran

Komunikasi Seni Pertunjukan

83

Page 18: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

misalnya sebagai pendidikan, pengungkapan sejarah,penerangan, syarat pelengkap upacara adat,pengangkat derajat status sosial, dan juga olehsenimannya diakui sebagai mata pencaharian, disamping sebagai hobi atau kegemaran untukberekspresi dalam kehidupan berbudaya.

Seni pertunjukan telah menjadi kebutuhanmasyarakat dalam menjaga keseimbangan kosmossakral mereka. Rasa aman mereka dibangun dengantidak melanggar janji ) yang telah diniatkansebelumnya untuk menyertakan seni pertunjukandalam suasana suka cita atau sukses yang telahdiraihnya. Cinta kasih mereka sesama manusia,kerabat, keluarga, dan tetangga dirayakan dengandiiringi seni pertunjukan, yang sekaligus untukmenjaga harkat, martabat, dan harga diri dalammenjaga status sosial mereka. Aktualisasi diri merekamuncul sebagai orang yang telah sanggup memenuhi

kebutuhan (lihat Boeree, 2004: 288-289). Haldemikianlah yang kemudian menjadikan senipertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon sebagaikebutuhan masyarakatnya.

Kegiatan kreatif memiliki keinginan untukmembentuk 'sesuatu', demikian Herbert Readmenyebutnya yang salah satunyaditujukan pada sosok seniman yang memiliki dayatersebut. Sebagian besar masyarakat memiliki

, namun tidak semua bisa disebut sebagaiseniman. Akan berbeda jika pengertian senimantersebut tidak terbatas pada seniman yang biasa kitakenal sekarang, tetapi lebih luas lagi bila meminjam

(nadzar

meta-

Will-to-form

will-to-form

Pencapaian Aktualisasi DiriPelaku Seni Pertunjukan Rakyat

Komunikasi Seni Pertunjukan

84

Page 19: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

istilah Sudjoko, seniman bisa disebut sebagai ,, , , dan bisa jadi seorang

(Sudjoko dalam Deliar Noer, 1986: 143).Di Cirebon, sebutan untuk para pelaku sandiwara

pada umumnya oleh masyarakat Cirebon tidakdisebut seniman, akan tetapi mereka menyebutnyadengan sebutan sandiwara, sandiwara,

sandiwara atau sandiwara. Sebutan itudisandang, dimana sebutan seniman atau bukanseniman terasa tidak mengganggu kegiatan merekasebagai pelaku sandiwara Cirebon. Mereka akan tetapmenjadi pelaku sandiwara dengan sebutan apapundalam sebuah pertunjukan yang sudah menjadiaktifitasnya ( ). Hal ini berbeda denganpelaku seni modern atau barangkali pelaku senirakyat yang memiliki tarap pendidikan khusus secaraformal lumayan tinggi. Pelaku seni yang demikianakan memakai sebutan yang layak bagi dirinya,misalnya dengan sebutan “seniman”, karena hal itusebagai salah satu bentuk “penghargaan” bagimanusia pelaku seni. Sebutan/julukan atauseseorang sebagai penghargaan menjadi pentingdalam kehidupan sosial masyarakat budayakolektivistik saat ini, misalnya sebutan kyai, ustad,guru, petani dan lain-lain termasuk juga sebutanseniman, berarti seseorang telah memiliki status dimata lingkungan masyarakatnya, tidak(tak tentu arah dan tak memiliki profesi). Namundemikian tidak menjadi hal penting bagi pelakusandiwara Cirebon karena mereka tidak bertumpupada media sandiwara dalam mencari nafkah, tetapihal itu hanya sebagai aktifitas kedua setelah profesisebenarnya di masyarakat ( ).

Mereka para pelaku sandiwara lebih akrab

EmpuKipuh Pandai Ahli Utas tukang

Tukang PemaenWayang Dalang

back stage

labeling

mbambung

second activity

Komunikasi Seni Pertunjukan

85

Page 20: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

dikenal dengan sebutan Wayang sandiwara atauDalang sandiwara secara umum di lingkunganmasyarakat Cirebon. Sebutan sandiwarakarena alasan mereka (masyarakat) bahwa sebagaipelaku sandiwara ia bertindak seperti wayang yangdimainkan oleh dalang, dijadikan peran/tokohdalam sebuah pentas, baik peran yang beraliran putihmaupun hitam. Maka pelaku sandiwara seperti itu,menurut masyarakat Cirebon disebut wayang, yangdalam sandiwara Cirebon biasa disebut anak wayangsandiwara. Sedangkan sebutan dalang, karena parapelaku sandiwara tersebut tidak saja memainkanperanannya dalam pentas, akan tetapi dalampenyampaian dialog, mereka berimprovisasi denganwawasan budaya mereka sendiri untuk dapatmenghadirkan peran yang dimainkan. Merekabertindak seperti layaknya seorang dalang wayang,hanya saja gerakan yang ia pakai bukan dengan mediawayang, akan tetapi lebih pada tubuh sendiri,mengolah gestur sendiri. Maka sudah sangat biasa,dalam masyarakat Cirebon bahwa setiap pelakukesenian, khususnya seni pertunjukan rakyat, parapelakunya disebut dengan nama dalang; ada dalangwayang, dalang reog, dalang topeng, dalang genjring,dalang sintren, dan dalang sandiwara.

Peran seseorang dalam sebuah pertunjukansandiwara sebagai bentuk pemberdayaan manusiateater rakyat pada Sandiwara Cirebon, berkaitandengan keinginan seseorang untuk lebih dikenal danmewujudkan dirinya. Meminjam istilah KurtGoldstein yang dipersempit lagi oleh Abraham H.Maslow, bahwa manusia memiliki kebutuhan yangsalah satunya kebutuhan manusia akan perwujudandiri (Maslow, 1994: 56-57). Kebutuhan para pelaku

wayang

aura

Komunikasi Seni Pertunjukan

86

Page 21: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

Sandiwara Cirebon akan perwujudan diri itu dapatmemacu pelaku sandiwara tersebut untuk berbuatsesuatu, belajar, mengeksplorasi, dan mencari sesuatuuntuk mendapatkan sebuah peran dalampertunjukan sandiwara, bahkan mereka menciptakansesuatu yang berhubungan dengan sebuahpertunjukan sandiwara, seperti trik panggung,penelitian skrip lakon, pemeranan, gaya yang khasdan lain-lain. Hal itu disadari betul, bahwakebutuhan itu akan terwujud dengan tidakmengabaikan cara-cara (sebuah cara yang ditempuh oleh pelaku sandiwaradengan melakukan hal-hal seperti puasa, tapa bratadan lain-lain), di samping cara-cara yang(sebuah cara yang ditempuh oleh para pelakusandiwara dengan berlatih keras secara fisik pada hal-hal yang menjadi perannya).

Pada sandiwara Cirebon setiap tokoh peranmemiliki tipe yang monoton (hitam putih),misalnya pelaku yang memiliki kecenderungan baikdan tampilan fisik yang meyakinkan akan selalumendapat peran/tokoh atau wayang putih. Merekayang memiliki kecenderungan buruk atau tampilanfisik yang kasar akan selalu menempati peran tokohwayang (hitam) atau wayang jahat. Sedangkanbagi mereka yang memiliki kecenderungan bodor/j e n a k a a k a n m e n e m p a t i p e r a n s e b a g a ipelawak/bodoran dan mereka yang memilikikeahlian dalam melakukan trik-trik akanmenempati peran sebagai (pelakusandiwara yang khusus dimainkan dalam adegan-adegan perang, pertarungan). Para pelaku sandiwaraC i r e b o n m e n y a d a r i a k a n k e t e r b a t a s a nkemampuannya sebagai pelaku pertunjukan

magis-spiritual Magis-spiritual

logis-material

flat karakter

ireng

fightingwayang perang

Komunikasi Seni Pertunjukan

87

Page 22: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

sandiwara Cirebon, maka mereka akan terus menerusmencoba berusaha untuk menjadi salah satu daripelaku sandiwara dengan sebutan 'terkenal', misalnyasutradara terkenal, primadona terkenal, wayang(tokoh) terkenal, bodor terkenal, sinden terkenal,nayaga terkenal, ahli teknik panggung terkenal danlain-lain. Maka dengan terkenalnya seseorang, artinyatelah memenuhi kebutuhan akan perwujudan dirinyadalam lingkup panggung sandiwara. Seorang pelakuitu akan dijadikan sebagai pelaku yang penting dandalam setiap pementasan ia akan selalu dibutuhkan.Dengan demikian merekalah yang diutamakan untukmemerankan tokoh/peran penting dalam sebuahpertunjukan. Mereka dibutuhkan karena memilikikeahlian dan kelebihan tersendiri yang dengansendirinya akan memiliki konsekuensi, baik secaraekonomi maupun eksistensinya.

Untuk menjadi wayang sandiwara terkenaldipercayai oleh para pelaku sandiwara Cirebon akanadanya sebuah proses tersendiri agar mendapatkanperan yang penting dalam pertunjukan. Prosestersebut telah menjadi tradisi dalam masyarakatSandiwara Cirebon, bahwa seseorang ingin memilikiperanan yang utama, menjadi , menjadi(peran/tokoh dalam sandiwara yang membelakebenaran), menjadi wayang putih, atau menjadiprimadona harus melalui tahap-tahap yangsepertinya sudah menjadi ketentuan dalam langkah-langkah menjadi seorang pemeran, dalang, wayang,atau tukang sandiwara Cirebon dengan melakukankegiatan yang bersifat lahir maupun batin.

Pada tahap permulaan bagi seorang pelakuSandiwara Cirebon akan mendapatkan peran yanglevelnya sangat bawah. Mereka akan berperan sebagai

lakon seri

Komunikasi Seni Pertunjukan

88

Page 23: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

prajurit yang hanya ikut-ikutan tampil atau sebagaimurid pada sebuah perguruan (dalam sebuah lakon)yang tidak mengeluarkan dialog, atau merekaberperan sebagai kroni-kroninya para tokoh jahat.Mereka ini dikenal sebagai wayang pinggiran ataupemain pelengkap dan ini berlaku bagi pemain priayang ingin memiliki peran dalam sandiwara yakniberperan sebagai tokoh utama. Proses itu akanberlangsung lama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, hingga mereka terbiasa dengan kehidupandalam sebuah pentas, dan ia pun sudah cukup denganperbendaharaan cerita/lakon serta sanggupmengeluarkan dialog dalam sebuah lakon. Begitu pulabagi pemain wanita yang ingin menjadi primadona,awalnya ia muncul dengan memegang peran sebagaipenari atau penyanyi. Ia merupakan pelengkap dalamsebuah lakon yang hanya berperan sebagai penghibur,menyanyikan sebuah lagu atau menarikan tariantertentu dalam selingan-selingan di mana lakonsedang berjalan. Proses demikian oleh masyarakatCirebon merupakan bentuk pewarisan yang biasadikenal dengan sebutan .

Setelah mengalami masa awal, mereka memangbelum tentu langsung dijadikan peran utama dalampertunjukan sandiwara. Mereka masih mengalamitahapan-tahapan yakni tahapan sebagai pemain yangmemegang peranan setengah penting, artinya merekaakan memiliki peranan setingkat lebih tinggi daripadawayang pinggiran. Dalam peranan ini mereka mulaimemiliki legalitas dari seorang pimpinan atausutradara sandiwara untuk mengungkapkan dialog-dialog, tentunya sebatas kemampuan mereka yangdinilai baru memegang peran. Kemudian merekasemakin lama, tahun bertambah tahun, pementasan

guru panggung

Komunikasi Seni Pertunjukan

89

Page 24: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

demi pementasan mereka lalui, maka mereka akanterlihat kemampuannya untuk dijadikan tokohutama, baik tokoh protagonis maupun antagonis.

Dalam Sandiwara Cirebon, tokoh utama diartikansebagai pelaku sandiwara yang dalam pertunjukanmemegang peranan tokoh penting, yang menjalankanalur cerita, baik protagonis maupun antagonis, dan itumesti diperankan oleh pelaku-pelaku yang sudahcukup berpengalaman dalam menggeluti pertunjukandemi pertunjukan sandiwara. Bagi seorangprimadona, biasanya dalam sandiwara Cirebonmemiliki syarat-syarat seperti rupa cantik, memilikikemampuan untuk menyanyi, menari dan bisa jugatidak begitu cantik rupanya namun memilikikemampuan untuk melawak serta sanggup dalammemainkan peran apa saja dalam sebuah pentas.

Pelaku yang memiliki peran sebagai pimpinansandiwara, primadona, sinden, (pemainutama), ahli teknik, nayaga maupun lain, setelahmereka menjalani proses secara lahir akan terusberusaha untuk tidak cepat terlupakan olehmasyarakatnya. Mereka rata-rata sambil berjalansebagai pelaku sandiwara berusaha menjalani prosessecara batin, proses komunikasi secara spiritual. Hal-hal yang menyangkut diwariskan secaraturun temurun oleh generasi tua pada generasi baru,sebagai pewarisan secara batiniah. Dalampengetahuan manusia Jawa, hal tersebut dikenaldengan istilah , dalam arti bahwa untukmencapai sesuatu tujuan ia memfungsikan ragasepenuhnya. Seperti dianjurkan di dalam

dan , ia memfungsikanraga dengan jalan mengurangi makan dan tidur,berpuasa “senin-kamis”, seperti tapa-brata

wayang seri

meditatif

mbantingraga

SeratWulangreh Serat Wedhatama

ngelakoni

Komunikasi Seni Pertunjukan

90

Page 25: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

(Hardjowirogo, 1995: 90-93) sebagai bentukkomunikasi spiritual mereka.

Dalam masyarakat atau para pelaku sandiwaraCirebon, diartikan sebagai prosesperolehan (kekuatan yang melindungibatin manusia). Hal tersebut bagi pelaku sandiwaramerupakan keharusan untuk dituntut sebagaikekuatan yang nanti akan berpengaruh dalammenjalankan peranannya di sebuah pentas. Seorangpemimpin sandiwara tidak polos lahir dan batinuntuk memimpin grupnya. Ia harus diisi denganpengalamannya secara lahir tentang sandiwara, danharus dibekali secara batin misalnya denganmelakukan puasa, mengurangi tidur jugasesuatu; meditasi dan sebagainya agar apa yangmenjadi keinginannya tercapai, misalnya keinginanagar kelompok sandiwaranya mengalami kemajuandalam volume pemanggungan, keinginan menjadipemimpin sandiwara yang berwibawa di antara anak-anak wayangnya, bahkan keinginan untuk menjadipemain sandiwara yang laku dan 'beken'.

Bagi seorang pelaku sandiwara yang memilikiperan/tokoh putih, maka ia akan melakukan puasadan sebagainya dan memenuhi syarat-syaratnyauntuk mendapatkan , yaitu salah satupakaian batin yang memiliki pengaruh agarmasyarakat penonton selalu mengasihi, menyayangidan mencintai pelaku tersebut. Peranan tokoh putihini bila sudah memiliki Aji Danandjaya akan menjadiidola masyarakat penonton. Begitu pula denganseorang pelaku sandiwara yang memiliki peransebagai primadona, maka sudah barang tentu untukmempertahankan peranannya agar selalu menarikperhatian penonton, ia melakukan sesuatu untuk

mbantingragapakean batin

ngelakoni

Aji Danandjaya

Komunikasi Seni Pertunjukan

91

Page 26: Komunikasi Seni Pertunjukan 6

menjadi pakaian batinnya. Misalnya saja denganmemakai susuk berupa emas ataupun berlian, denganmemakai pakaian batin seperti itu sang primadonaakan selalu menjadi pusat perhatian penonton.Kemudian primadona juga harus melengkapi dirinyadengan menjalankan puasa dan sebagainya untukmendapatkan , yaitu suatu pakaian batinagar penonton memiliki rasa kasih terhadap pelakuperanan primadona. Seorang bodor/pelawak pundemikian, ia harus melengkapi peranannya dengan

agar dalam penampilannyamasyarakat penonton terpengaruh untuk tertawa,merasa gembira dan puas melihat pelaku sandiwaratersebut.

Beberapa pelaku sandiwara diidentifikasi tidakmelakukan satu atau dua pakaian batin, akan tetapibeberapa pakaian batin harus mereka miliki. Inilahcara mereka memenuhi kebutuhannya berperan totaldalam panggung teater rakyat, yang penulissimpulkan sebagai bentuk pemberdayaan secara batindalam mengaktualisasi diri yang sekaligusmerupakan proses komunikasi spiritual.

Aji Pengasian

Ajian Semar Mesem

Komunikasi Seni Pertunjukan

92