KOMUNIKASI RISIKO: PENTINGNYA INFORMASI DAN … · Dalam menjalankan aktivitas kewirausahaan, ......
Transcript of KOMUNIKASI RISIKO: PENTINGNYA INFORMASI DAN … · Dalam menjalankan aktivitas kewirausahaan, ......
i
KOMUNIKASI RISIKO: PENTINGNYA INFORMASI DAN
PEMBELAJARAN MENGENAI BENTUK RISIKO, PERSEPSI
RISIKO DAN SIKAP RISIKO PADA CALON
WIRAUSAHAWAN MUDA
Oleh:
Desak Nyoman Arista Retno Dewi
Dibiayai oleh Abdimas Grant Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2013/2014
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan YME karena dengan berkat dan
rahmatnya pengabdian kepada masyarakat “Komunikasi Risiko: Pentingnya Informasi dan
Pembelajaran Mengenai Bentuk Risiko, Persepsi Risiko dan Sikap Risiko pada Calon
Wirausahawan Muda” dapat terlaksana dengan lancar. Pengabdian ini diharapkan dapat
memberi manfaat bagi siswa-siswai SMK mengenai pentingnya identifikasi risiko atau
potensi risiko, persepsi risiko dan sikap risiko dalam memulai atau mengembangkan suatu
usaha.
Pada kesempatan ini pula, peneliti hendak menyampaikan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini yaitu kepada :
1. Pimpinan Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya, Ibu Yuni Apsari,
M.Si., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi UKWMS, terimakasih atas kesempatan
dan dukungan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
2. Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
UKWMS, M. Indah Epriliati, STP., M.Si., Ph.D yang mendorong terlaksananya
pengabdian kepada masyarakat. Terimakasih atas dukungannya.
3. Pihak sekolah, SMK Katolik Mater Amabilis Surabaya yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat, berbagi ilmu
dan diskusi dengan para siswa dan siswi yang menjadi peserta pelatihan.
Terimakasih atau bantuannya.
4. Para asisten pelatihan yaitu Claudia (2011) dan Vivien (2011) terimakasih atas
kerjasama dan kesediaannya dalam membantu pelaksanaan pelatihan. Semoga
iv
pengalaman sebagai asisten pelatihan memberikan banyak pembelajaran dan
pengalaman baru yang inspiratif.
5. Semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memperlancar pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat ini. Terimakasih.
Peneliti menyadari pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini tidak lepas dari
kekurangan. Masih perlu banyak belajar untuk melaksanakan pengabdian dengan benar
sesuai dengan metode dan kaidah penelitian ilmiah. Untuk itu peneliti mohon maaf kepada
semua pihak jika sekiranya ada kekurangan atau kesalahan dalam pelaksanaan pengabdian
kepada masyarakat ini. Semoga laporan pengabdian kepada masyarakat ini bisa diterima
dan memberikan inspirasi kepada siapa saja yang memiliki ketertarikan dengan analisa
risiko atau potensi risiko, persepsi dan sikap risiko terkait dengan komunikasi risiko pada
wirausahawan muda. Terimakasih.
Peneliti,
Surabaya, Agustus 2014
v
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul ................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... v
Daftar Tabel .................................................................................................. vii
Daftar Lampiran ............................................................................................ viii
Abstraksi ........................................................................................................ ix
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Fokus Pelaksanaan Abdimas .......................................................... 3
1.3. Tujuan Adbimas ............................................................................. 3
1.4. Manfaat Abdimas ........................................................................... 4
BAB II. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ................................... 5
2.1. Kajian Literatur Seputar Konsep Risiko ........................................ 7
2.2. Kajian Literatur Seputar Persepsi Risiko ....................................... 8
2.3. Kajian Literatur Seputar Sikap Risiko ........................................... 11
BAB III. METODOLOGI KEGIATAN .........…...………………………... 13
3.1. Sasaran Kegiatan ............................................................................ 13
3.2. Bentuk Kegiatan ............................................................................. 13
3.3. Indikator Keberhasilan ................................................................... 14
BAB IV. LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN ABDIMAS .... 15
4.1. Persiapan Pelaksanaan ................................................................... 15
4.2. Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 15
4.3. Hasil dan Data Pelaksanaan Kegiatan ............................................ 17
4.4. Evaluasi Pelaksanaan ..................................................................... 20
vi
4.5. Kesimpulan dan Saran .................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23
LAMPIRAN ..................................................................................................... 24
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1. Tabel nilai total pre-test dan post-test ....................................... 18
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Hasil Olah Data ........................................................................................... 24
Handout Materi ............................................................................................ 25
Foto Pelaksanaan Pelatihan Komunikasi Risiko ......................................... 29
Lembar Presensi .......................................................................................... 31
ix
Desak Nyoman Arista Retno Dewi. (2014). Komunikasi Risiko: Pentingnya Informasi danPembelajaran Mengenai Bentuk Risiko, Persepsi Risiko dan Sikap Risiko pada CalonWirausahawan Muda.
ABSTRAKSI
Pengabdian kepada masyarakat ini mengenai pemberian pemahaman dan peningkatankemampuan mengenai pentingnya informasi dan pembelajaran mengenai bentuk risiko,persepsi risiko dan sikap risiko pada calon wirausahawan muda sebagai bagian darikomunikasi risiko. Metode pembelajaran berikan dalam bentuk sharing pikiran (diskusikelompok/kelas), pendapat dan reaksi, peta konsep (bagan problem mapping), metafor(ilustrasi dan konfirmasi materi), pre-test dan post-test. Pelatihan ini diberikan kepada paracalon wirausahawan muda yaitu siswa dan siswi SMK Mater Amabilis Surabaya. Indikatorkeberhasilan dari penelitian ini adalah peningatan pemahaman pada minimal 50% pesertapelatihan, dan kemampuan melakukan proses identifikasi sebagai bagian dari upayameminimalkan dampak risiko usaha yang dihadapi melalui komunikasi risiko. Hasilpelatihan menunjukkan materi pelatihan komunikasi risiko mampu memberikanpemahaman baru pada peserta pelatihan mengenai pentingnya proses identifikasi risiko,persepsi risiko dan sikap risiko sebagai bagian dari komunikasi risiko. Dimana mayoritaspeserta pelatihan (88,8%) mengalami peningkatan pemahaman. Selain itu pelatihankomunikasi risiko mampu memunculkan kemampuan peserta untuk mengaplikasikanproses identifikasi pada perancangan usaha atau wirausahanya.
Kata kunci: komunikasi risiko, bentuk risiko, persepsi risiko, sikap risiko
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan untuk menghadapi risiko sangat dipengaruhi oleh pemaknaan
atau interpretasi yang dilakukan terhadap objek risiko yang dihadapi. Pengalaman,
pengetahuan, keyakinan, dan kepribadian mempengaruhi merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi terbentuknya persepsi terhadap risiko. Melalui persepsi
risiko ini seseorang akan menentukan sikap untuk menerima dan menghadapi
risiko (risk propensity) atau menghindari risiko (risk aversion). Rohrmann (1999)
dalam penelitiannya menyatakan faktor sosio psikologis dan latar belakang
budaya memiliki pengaruh yang besar dalam proses evaluasi risiko. Seberapa
besar risiko yang ada dan kemungkinan untuk menerima risiko sangat dipengaruhi
oleh jenis bahaya, pengalaman pribadi, keyakinan dan sikap, serta pengaruh sosial
yang ada. Manusia cenderung memiliki sikap khusus mengenai risiko fisik,
keuangan dan sosial. Oleh karena itu sikap terhadap risiko (risk attitude) tidak
pernah sama, tergantung pada jenis dan besarnya bahaya atau risiko.
Salah satu profesi yang rentan terhadap risiko adalah wirausahawan
(entrepreneur). Dalam menjalankan aktivitas kewirausahaan, risiko menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan. Risiko keuangan, risiko karir, risiko keluarga
dan sosial, dan risiko psikis merupakan beberapa jenis risiko yang dihadapi oleh
wirausahawan (Kuratko dan Hodgetts, 2007). Seorang wirausahawan dituntut
untuk memiliki karakter yang berani menanggung risiko, berpikiran maju, kreatif,
2
mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini menunjang kemampuan yang mesti
dimiliki wirausahawan dalam menggunakan sumberdaya seperti finansial, bahan
mentah, dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang baru, usaha baru, serta
proses usaha baru. Wirausahawan juga dituntut mempunyai kemampuan untuk
melihat dan menilai peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan
guna mengambil keuntungan dan bertindak tepat untuk memastikan kesuksesan.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang wirausahawan akan banyak
berhadapan pada situasi-situasi yang berisiko dan menantang sebagai upaya
mencari peluang usaha dan kesuksesan. Wirausahawan akan cenderung
menghindari risiko rendah karena tidak ada tantangannya, dan menjauhi situasi
risiko tinggi karena ingin berhasil. Dalam memilih risiko, seorang wirausahawan
harus mampu menghitung risiko yang akan diambil secara tepat dan bijaksana.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang wirausahawan perlu memiliki
sikap terhadap risiko yang tepat. Tahu kapan harus menghadapi risiko ataupun
menghindari risiko. Untuk itu diperlukan kemampuan yang dapat memberikan
penilaian dan evaluasi yang tepat pada situasi yang berbahaya ataupun berisiko.
Untuk itu wirausahawan perlu memiliki pengetahuan yang detail,
pemahaman yang jelas mengenai bentuk-bentuk atau karakteristik risiko yang
dihadapinya, persepsi dan sikap risiko yang dimiliki, mampu menyusun rencana
tindakan pencegahan, dan menentukan perilaku yang tepat dalam menghadapi
risiko. Peningkatan pengetahuan atau pemahaman dapat dilakukan melalui
komunikasi risiko sebagai salah satu media informasi dan edukasi mengenai risiko
dan segala aspek yang berkaitan. Komunikasi risiko merupakan suatu bentuk
3
komunikasi yang bertujuan memberikan informasi atau pemahaman mengenai
risiko dan berbagai aspek yang dibutuhkan dalam menentukan strategi
pengelolaan risiko. Hal ini dapat melibatkan berbagai pihak yang terkait, dengan
demikian terjadi pertukaran informasi risiko.
Komunikasi risiko memiliki peranan penting bagi para wirausahawan,
juga pada calon wirausahawan muda yang akan memulai usaha. Melalui
komuniasi risiko, wirausahawan dapat menganalisa pemahanan risiko, bentuk
risiko, persepsi risiko dan sikap risikonya sehingga mampu menyusun ulang
strategi dan perencanaan usaha, yang dapat meminimalkan dampak risiko yang
dihadapinya. Komunikasi risiko dapat juga menjadi media komunikasi yang
memberikan peringatan adanya kondisi darurat atau bahaya terkait dengan usaha
yang dijalankan. Dapat juga sebagai media komunikasi dalam pemecahan masalah
dan menentuan solusi terkait dengan risiko usaha.
1.2 Fokus Pelaksanaan Adbimas
Fokus pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan
pemahaman dan kemampuan para calon wirausahawan muda mengenai bentuk
risiko, persepsi risiko dan sikap risiko mengenai pentingnya informasi dan
pembelajaran bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko sebagai bagian dari
komunikasi risiko.
1.3 Tujuan Abdimas
Meningkatkan pemahaman calon wirausahawan muda mengenai
pentingnya pemahaman mengenai bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko
4
dan kemampuan melakukan proses identifikasi sebagai bagian dari upaya
meminimalkan dampak risiko usaha yang dihadapi melalui komunikasi risiko.
1.4 Manfaat Abdimas
Dapat memberikan kontribusi kepada para calon wirausahawan muda
berupa peningkatkan pemahaman dan kemampuan mengenai pentingnya bentuk
risiko, persepsi risiko dan sikap risiko melalui komunikasi risiko, sehingga
diharapkan dapat mendukung upaya para calon wirausahawan muda dalam
meminimalkan dampak risiko melalui analisa ulang persepsi risiko dan sikap
risiko, dengan demikian dapat menyusun ulang perencanaan strategi usaha.
5
BAB II
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
2.1 Risiko
Secara sederhana risiko didefinisikan sebagai hal yang berhubungan
dengan ketidakpastian. Rosa (2003) mendefinisikan risiko sebagai sebuah situasi
atau kondisi dimana sesuatu yang bernilai dipertaruhkan dengan hasil yang tidak
pasti. Dalam banyak teori perilaku dan psikologi, ketidakpastian dinilai sebagai
mediator penting dari respon manusia ketika berada pada situasi dengan hasil
yang tidak diketahui (Sjöberg, Elin Moen & Rundmo, 2004). Ketidakpastian
merupakan konstruk psikologis yang hanya ada dalam pikiran. Jika seseorang
memiliki pengetahuan yang lengkap maka orang tersebut tidak perlu merasakan
ketidakpastian (Windschitl and Wells, 1996). Dalam Hillson & Murray-Webster
(2005) risiko memiliki dua sisi yaitu ketidakpastian yang dapat diwujudkan
sebagai probabilitas atau kemungkinan, dan seberapa pentingnya yang
diekspresikan sebagai dampak atau konsekuensi. Kedua dimensi tersebut harus
dipahami agar dapat membuat keputusan yang tepat. Dimana pengambilan
keputusan setiap Individu dan grup yang berbeda akan mempersepsikan
kemungkinan dan konsekuensi secara.
2.1.1 Klasifikasi risiko
Dalam Vaughan (1997), risiko diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Financial dan nonfinancial risks
6
Financial risks merupakan risiko yang berkaitan dengan hal-hal keuangan dan
biaya-biaya perusahaan, sepereti aset, biaya produksi, ongkos, pajak, suku
bunga, dan hutang. Nonfinancial risks merupakan risiko yang berkaitan dengan
hal-hal diluar keuangan dan biaya perusahaan, seperti sumberdaya manusia,
kesehatan dan keselamatan kerja, kejahatan dan kecurangan kerja, dan kualitas
dan persaingan.
2. Static dan dynamic risks
Dynamic risks adalah risiko yang berasal dari kondisi lingkungan eksternal
yang dinamis dan tidak dapat diprediksi, seperti kondisi perekonomian,
kompetitor, dsan konsumen. Static risks adalah risiko yang berasal dari situasi
yang sudah pasti dan dapat diprediksikan, seperti over time, dan kerusakan
akibat kesalahan manusia.
3. Pure dan speculative risks
Speculative risks yaitu risiko yang disebabkan oleh situasi yang memiliki dua
kemungkinan untuk mengalami kerugian atau keuntungan. Pure risks yaitu
risiko yang disebabkan oleh situasi yang hanya memiliki kemungkinan untuk
mengalami kerugian atau tidak rugi. Pure riks dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Personal risks yaitu risiko yang disebabkan oleh kemungkinan kerugian atas
pendpatan atau aset sebagai akibat dari kondisi kematian yang mendadak,
tanggungan usia tua, sakit atau ketidakmampuan, dan pengangguran.
b. Property risks yaitu risiko pada properti yang meliputi kerugian secara
langsung, seperti kerusakan gedung karena kebakaran; dan kerugian yang
7
dialami akibat dari kerugian secara langsung, seperti tidak dapat
beroperasinya gedung sehingga tidak dapat menghasilkan pendapatan.
c. Liability risks yaitu risiko yang muncul dari kemungkinan kerugian atas aset
atau pendapatan yang akan didapat akibat kesalahan menilai, atau kerugian
akibat kesalahan hukum yang disengaja atau tidak disengaja, atau
pelanggaran terhadap hukum lainnya.
d. Risks arising from failure of other yaitu risiko yang muncul dari
pelanggaran perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat oleh salah satu
pihak.
4. Fundamental dan particular risks
Fundamental risks meliputi risiko yang berasal dari kelompok tertentu dan
merupakan suatu konsekuensi yang memiliki dampak luas, seperti kondisi
ekonomi, sosial, dan politik. Particular risks meliputi risiko yang berasal dari
perorangan atau kejadian yang disebabkan oleh seseorang, seperti kebakaran
gedung.
2.1.2 Teknik menghindari risiko
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunkan untuk menghindari risiko
sebagai berikut (Vaughan, 1997):
1. Risk avoidance, yaitu teknik menolak untuk tidak menerima risiko dan tidak
mengizinkan kehadirannya meski sesaat.
2. Risk reduction, yaitu teknik untuk mengurangi potensi menerima risiko dengan
melakukan tindakan preventif dan pengontrolan melalui monitoring dan
evaluasi.
8
3. Risk retention, yaitu teknik untuk menahan risiko sebelum dilakukan tindakan
untuk menolak, mengurangi, atau mentransfer risiko. Pada umumnya risiko
yang ditahan adalah risiko yang memiliki dampak terkecil.
4. Risk transfer, yaitu teknik untuk memindahkan risiko dari yang tidsak dapat
menghadapinya pada yang mampu mengatasinya.
5. Risk sharing, yaitu teknik untuk membagi risiko agar dampak yang diperoleh
tidak terlalu besar.
2.2 Persepsi risiko
2.2.1 Persepsi
Menurut Sarlito (1983: 89) persepsi adalah kemampuan seseorang dalam
mengorganisir suatu pengamatan, yang meliputi kemampuan untuku
membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, dan kemampuan untuk
memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang
berbeda walaupun objeknya sama. Hal ini dimungkinkan karena adanya
perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan.
Menurut Leavit (1978), persepsi memiliki pengartian dalam arti sempit dan arti
luas. Dalam arti sempit, persepsi adalah penglihatan yaitu bagaimana seseorang
melihat sesuatu, dalam arti luas persepsi yaitu pendangan atau pengertian,
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sondang P. Siagian
(1989) menyatakan persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang
mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan semsorinya dalam
usahanya memberikan suatu makna tertentu dalam lingkungannya. Robins (1999:
124) persepsi adalah suatu roses dimana individu mengorganisasikan dan
9
menafsirkan kesan-kesan indera untuk memberikan makna terhadap
lingkungannya. Menurut pengertian dari beberapa ahli, maka dapat disimpulkan
persepsi adalah proses pemberian gambaran atau makna atas stimulus atau
rangsangan yang diterima dari lingkungan.
2.2.2 Proses pembentukan persepsi
Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari
berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki. Setelah itu diberikan respon
sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsangan. Setelah diterima
kemudian diseleksi. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan
bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan
diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan
berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsangan
tersebut berhasil ditafsirkan (Morris & Maisto, 2001).
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi
Menurut Rakhmat (1998) faktor-faktor fungsional yang menentukan
persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan faktor-faktor personal. Sejalan dengan hal tersebut,
menurut Sugiharto (2001) persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu
pengelaman masa lalu dan faktor pribadi. Menurut Stephen P. Robins terdapat
tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
1. Individu yang bersangkutan
Dalam memberikan interpretasi terhadap rangsangan yang diterima,
individu dipengaruhi oleh karakteristik individual yang dimilikinya,
10
seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan, dan
harapannya.
2. Sasaran dari persepsi
Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Persepsi
terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara teori
melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut
yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda,
atau pun peristiwa yang sejenis, dan memisahkan dari kelompok lain yang
tidak serupa
3. Situasi
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasii dimana
persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang.
2.3 Persepsi risiko
Pengambilan keputusan yang berbeda setiap orang ditentukan oleh
persepsi masing-masing terhadap risiko yang dihadapi dan dan seberapa penting
pengaruhnya. Persepsi risiko adalah bentuk interpretasi atau penilaian terhadap
situasi risiko yang didasarkan pada pengalaman atau keyakinan yang dimiliki
(Slovic, 2000). Pada pendekatan paradigma psikometri, risiko dinilai sebagai hal
yang subyektif dan berada dalam pikiran yang dipengaruhi faktor psikologis,
sosial, lembaga, dan budaya (Slovic, 1992). Penilaian terhadap bentuk
kemungkinan, kondisi lingkungan, dan skala perubahan menentukan efektivitas
dari pengambilan risiko yang tergantung pada seberapa baik orang dalam
11
memahami perubahan dan dampaknya sebagai hal yang berbeda dari yang
diperkirakan (Hillson & Murray-Webster, 2005). Beberapa orang ketika
dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan yang sama akan mengambil
keputusan yang berbeda tergantung pada persepsi masing-masing orang dan
pemahamannya mengenai risiko dan dampaknya. Pada beberapa orang mungkin
akan merasa sangat tidak nyaman dengan ketidakpastian dan cenderung untuk
menghindari, mengurangi ancaman dan memanfaatkan kesempatan untuk
memindahkan ketidakpastian. Beberapa orang yang lain merasakan kenyamanan
dengan ketidakpastian dan dipersepsi sebagai hal yang dapat diterima sehingga
tidak ada keinginan untuk menghindari ancaman. Pada beberapa orang yang lain
cukup mampu bertoleransi dengan ketidakpastian namun memiliki keinginan yang
kurang untuk meresponnya. Sedangkan beberapa orang yang lain merasa tidak
nyaman dengan ketidakpastian dalam jangka waktu yang lama sehingga
mengambil tindakan jangka pendek untuk memberikan hasil jangka panjang.
2.4 Sikap risiko
Menghindari risiko, menghadapi risiko, toleransi terhadap risiko dan posisi
netral terhadap risiko merupakan bentuk respon terhadap ketidakpastian yang
didorong oleh persepsi (Hillson & Murray-Webster, 2005). Respon ini disebut
sebagai sikap terhadap risiko. Sikap risiko adalah tindakan yang dipilih
berdasarkan pemikiran terhadap ketidakpastian yang memiliki pengaruh positif
atau negatif terhadap tujuan (Hillson & Murray-Webster, 2006). Sikap risiko
dipilih individu atau grup ketika berhadapan dengan situasi risiko yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
12
2.5 Faktor-faktor persepsi dan sikap risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap risiko menurut
Hillson & Murray-Webster (2005) adalah:
1. Kesadaran (conscious), merupakan faktor yang didasarkan pada karakteristik
yang terlihat dan terukur dari situasi dimana keputusan dibuat. Faktor ini
meliputi penilaian situasional dan rasional.
2. Bawah sadar (subconscious), meliputi mental jalan pintas yang dibuat untuk
memfasilitasi pengambilan keputusan (heuristics) dan bias kognitif lainnya.
Heuristic menyusun suatu mekanisme yang akan membuat situasi yang
kompleks dan tidak pasti menjadi masuk akal dan dapat diterima.
3. Afektif (affective) adalah respon yang didasarkan pada emosional naluriah atau
lebih mendasarkan pada perasaan dibandingkan penilaian rasional.
Tiga faktor ini disebut dengan the triple strand. Ketiga faktor ini memiliki
peranan penting dalam mempengaruhi persepsi, dimana persepsi mendorong sikap
terhadap risiko yang menentukam kualitas pengambilan keputusan yang dibuat
dibawah situasi yang tidak pasti.
13
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Sasaran Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ditujukan pada para calon
wirausahawan muda. Untuk itu peserta pelatihan adalah siswa kelas XII SMK
yang mayoritas lulusannya mejadi wirausahawan.
3.2 Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini merupakan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan
dalam bentuk pelatihan komunikasi risiko. Pada pelatihan ini, peserta akan diberi
pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dasar risiko, persepsi risiko, dan
sikap risiko. Selanjutnya peserta diminta merancang sebuah usaha dan melakukan
identifikasi bentuk risiko dari usaha tersebut, persepsi yang dimiliki terhadap
risiko dan sikap yang dipilih terhadap risiko. Secara keseluruhan seminar dibagi
menjadi tiga sesi dengan detail kegiatan sebagai berikut:
1) Sebelum dimulai sesi pertama, peserta diminta untuk mengisi kuesioner pre-
test. Setelah sesi kedua (sesi terakhir), peserta juga diminta untuk mengisi
kuesioner post-test. Kuesioner pre-post test menggunakan kuesioner yang
sama dengan jumlah pertanyaan tiga buah. Pemberian pre-post test ini
berguna untuk mengidentifikasi perubahan pemahaman peserta pelatihan
mengenai materi yang disampaikan antara sebelum dan sesudah diberikannya
pelatihan.
14
2) Sesi pertama, peserta diberikan materi pelatihan dengan menggunakan metode
pembelajaran seminar dan sharing pikiran (diskusi kelas). Kegiatan yang
dilakukan meliputi pemberian ilustrasi lisan dan materi secara berselingan
tentang konsep dasar risiko, persepsi risiko dan sikap risiko. Materi tersebut
dikaitkan juga dengan profesi wirausahawan dan kepribadian pentingnya
komunikasi risiko sebagai bagian dalam meminimalkan dampak risiko yang
diterima.
3) Sesi kedua, peserta diminta untuk berkelompok sejumlah lima sampai enam
orang per kelompok. Kemudian peserta diminta menentukan sebuah usaha
yang akan dijalankan bersama, lalu mengidentifikasi risiko atau potensi risiko
yang dimiliki usaha tersebut. Berdasarkan risiko atau potensi risiko tersebut,
peserta diminta untuk menentukan persepsi atau interpretasi atau penilaian
yang dimiliki dan menentukan sikap atau tindakan yang akan dipilih atas
risiko atau potensi risiko tersebut.
4) Sesi ketiga, peserta diminta mempresentasikan hasil diskusi. Presentasi
dilakukan oleh masing-masing perwakilan kelompok.
3.3 Indikator Keberhasilan
Indikasi bahwa tujuan abdimas tercapai adalah:
Minimal 50% peserta mengalami peningkatan pemahaman mengenai konsep
dasar risiko, persepsi risiko dan sikap risiko. Hal ini akan diukur menggunakan
pre dan post test.
15
BAB IV
LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN ABDIMAS
4.1 Persiapan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan mengajukan perijinan untuk
melakukan pengabdian kepada masyarakat pada SMK Katolik Mater Amabilis
Surabaya. Perijinan dilakukan dengan mengajukan permohonan melakukan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara verbal kepada pihak sekolah yang
diwakili oleh Kepala Bagian Kurikulum . Selanjutnya dilakukan penyusunan alat
ukur dan modul pelatihan yang terdiri dari materi pelatihan dan mekanisme
kegiatan pelatihan.
4.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelatihan komunikasi risiko dilaksanakan dalam waktu satu hari pada
tanggal 5 Agustus 2014 di ruang kelas XII Jurusan Tata Boga, SMK Katolik
Mater Amabilis, Jl.Teratai No. 2B Surabaya. Pelaksanaan pelatihan ditujukan
kepada para siswa kelas XII. Berikut merupakan rincian pelaksanaan pelatihan:
4.2.1 Pelatihan Komunikasi Risiko
Tujuan pelatihan komunikasi risiko ini adalah:
1. Peserta memiliki pemahaman mengenai pentingnya komunikasi risiko melalui
pemberian informasi dan pembelajaran bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap
risiko pada calon wirausahawan muda.
16
2. Peserta memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan proses identifikasi
bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko sebagai bagian dari komunikasi
risiko.
4.2.2 Pelaksanaan Pelatihan
Pada pelaksanaan pelatihan, peserta yang hadir adalah 26 orang dari 29
orang. Pelatihan dimulai pukul 11.30 sampai 13.30 WIB di ruang kelas XII
Jurusan Tata Boga, SMK Katolik Mater Amabilis, Jl.Teratai No. 2B Surabaya.
4.2.3 Organisasi Pelatihan
1. Diawal pelatihan dilakukan perkenalan fasilitator dan pembagian daftar
presensi untuk diisi oleh peserta pelatihan.
2. Sebelum pemberian materi, peserta dibagikan kuesioner untuk mengungkap
pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki peserta tentang konsep dasar
bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko sebagai bentuk pre-test. Proses
ini berlangsung selama + 10 menit.
3. Pada proses pelatihan, sesi pertama dilakukan dengan penayangan slide materi
pelatihan mengenai konsep dasar bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko
yang terdiri dari pengertian, jenis dan tingkatan. Materi juga dikaitkan dengan
profesi wirausahawan dan kepribadian yang juga terdiri dari pengertian dan
jenis. Metode pembelajaran yang digunakan adalah sharing pikiran (diskusi
kelompok/kelas), pendapat dan reaksi, metafor (ilustrasi dan konfirmasi
materi). Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian ilustrasi lisan dan materi
secara berselingan antara konsep dan bentuk-bentuk aplikasi yang sering
ditemui. Pemberian materi berlangsung selama + 40 menit.
17
4. Sesi kedua setelah pemberian materi, peserta diminta untuk melakukan
identifikasi bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko. Proses identifikasi
diawali dengan menetapkan jenis usaha yang akan ditekuni. Pada sesi ini
peserta diminta berkumpul dalam bentuk kelompok kerja, dimana setiap
kelompok terdiri dari 5 – 6 orang. Sesi ini berlangsung selama + 40 menit.
5. Pada sesi ketiga peserta diminta untuk melakukan presentasi berdasarkan hasil
diskusi yang telah dilakukan dalam masing-masing kelompok. Presentasi
dilakuan secara berurutan yang diwakili oleh masing-masing perwakilan
kelompok. Sesi ini berlangsung selama + 20 menit.
6. Pelatihan komunikasi risiko diakhiri dengan pengukuran terhadap proses
pembelajaran yang diperoleh peserta dari proses pelatihan yang diikuti sebagai
bentuk post-test. Selain itu peserta juga diminta untuk menuliskan mengenai
kecenderungan aplikasi materi pelatihan. Proses ini berlangsung selama + 10
menit.
7. Diakhir pelatihan sebelum penutupan dilakukan pembagian handout materi
pelatihan.
4.3 Hasil dan Data Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Pengukuran hasil pelatihan terkait dengan pemahaman peserta terhadap
materi pelatihan dilakukan berdasarkan hasil kuesioner dan observasi. Data hasil
pelatihan selanjutnya diolah dan dianalisa secara statistik dan deskriptif.
Pengukuran terhadap perubahan pemahaman peserta mengenai konsep
komunikasi risiko terkait konsep dasar bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap
risiko dilakukan melalui kuesioner tes pemahaman yang diberikan sebelum dan
18
setelah pelatihan (pre-test dan post-test). Hasil tes pemahaman menunjukkan
adanya perbedaan tingkat pemahaman peserta sebelum dan setelah pelatihan.
Berdasarkan hasil uji asumsi normalitas, didapatkan hasil sig p = 0,011 (pre-test)
dan 0,200 (post-test), dan p > 0,05, karena salah satu data tidak berdistribusi
normal, maka dilanjutkan pengolahan data mengunakan statistik non parametrik
dengan menggunakan maka data berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan
pengolahan selanjutnya menggunakan wilcoxon. Olah statistik data tes
pemahaman bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko diperoleh nilai z hitung
sebesar -3,381 dengan sig 0,001 < 0,50 yang berarti ada perbedaan pemahaman
bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko sebelum dan sesudah pelatihan.
Data perbedaan nilai pemahaman bentuk risiko, persepsi risiko dan sikap risiko
juga didukung dengan nilai total tes pemahaman sebelum dan setelah pelatihan
seperti tabel 4.1. sebagai berikut:
No Nama Pre-test Post-test1 CJ 30 352 EMD 35 303 YYW 30 404 SA 20 555 Ax 10 606 FXAHH 5 257 WS 20 358 FS 25 409 IT 15 6010 DG 30 4511 MH 15 4512 AK 35 4013 YS 25 4514 Al 33 2015 SG 30 45
19
No Nama Pre-test Post-test16 SA 25 4517 GH 30 3518 JS 25 5019 NM 25 4520 ML 20 2021 FL 45 6022 LB 50 5023 AD 25 4024 LE 15 4525 VC 70 2026 KY 30 62
Hasil pengamatan selama proses pelatihan terlihat peserta cukup mampu
melakukan identifikasi bentuk risiko atau potensi risiko. Mesti tidak dilakukan
secara lengkap dan detail, namun peserta cukup mampu mendeskripsi apa saja
risiko atau potensi risiko yang dimiliki usaha yang telah mereka rancang. Pada
proses identifikasi persepsi terhadap risiko, tidak semua peserta mampu
melakukannya. Pada beberapa peserta tampak kesulitan memahami makna
persepsi risiko sehingga kurang mampu menjabarkan persepsi yang dimiliki
terkait dengan bentuk risiko atau potensi risiko dari usaha yang sudah dirancang.
Hal yang sama tampak pada proses identifikasi sikap yang akan dipilih atas
bentuk risiko atau potensi risiko yang muncul pada rancangan usaha. Beberapa
peserta juga tampak kurang mampu memahami makna sikap risiko sehingga
mengalami kesulitan dalam menentukan tindakan yang dipilih terkait risiko atau
potensi risiko yang ada.
20
4.4 Evaluasi Pelaksanaan
Selama proses pelaksanaan terdapat beberapa hal yang berjalan diluar
perencanaan. Diantaranya sebagai berikut:
1) Singkatnya waktu pelatihan juga berdampak pada pemberian materi. Pada
pelaksanaan, materi diberikan melalui satu arah (dari pelatih ke peserta)
sehingga kurang ada konfirmasi pengetahuan atau pemahaman peserta akan
materi pelatihan. Meskipun dari hasil analisa data terjadi peningkatan
pemahaman sebelum dan setelah pelatihan.
2) Singkatnya waktu juga membuat proses identifikasi terhadap bentuk risiko
atau potensi risiko, persepsi risiko dan sikap risiko atas rancangan usaha
kurang dapat dapat dilakukan secara lengkap dan detail. Proses diskusi
dengan peserta juga menjadi kurang intens sehingga pemahaman peserta
menjadi kurang dalam.
4.5 Kesimpulan dan Saran
4.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
a. Materi pelatihan komunikasi risiko mampu memberikan pemahaman baru pada
peserta pelatihan mengenai pentingnya informasi dan pembelajaran bentuk
risiko, persepsi risiko dan sikap risiko. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatkan pemahaman pada mayoritas peserta pelatihan (80,8%) saat
sebelum dan setelah pelatihan.
21
b. Pelatihan komunikasi risiko cukup mampu membuat peserta untuk
mengaplikasikan proses identifikasi risiko, persepsi risiko dan sikap risiko pada
rancangan usaha yang disusun.
4.5.2 Saran
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat pelatihan manajemen risiko ini,
maka dapat disarankan:
a. Bagi peserta (calon wirausahawan muda)
Kegiatan ini dapat ditindak lanjuti oleh para peserta (calon wirausahawan muda)
untuk mulai merancang usaha yang akan dibangun atau dikembangkan. Dalam
merancang usaha, peserta dapat juga mulai melakukan identifikasi terhadap risiko
atau potensi risiko yang kemungkinan akan muncul dari usaha tersebut. Proses
identifikasi juga disertai dengan interpretasi atau penilaian terhadap risiko atau
potensi risiko tersebut. Proses identifikasi persepsi risiko juga disertai dengan
penentuan sikap atau tindakan yang akan dipilih atas risiko yang ada sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut sebagai bentuk antisipasi dari dampak risiko yang
merugikan.
b. Bagi Sekolah
Kegiatan ini dapat ditindak lanjuti dengan mengaplikasikannya dalam berbagai
kegiatan proses belajar mengajar atau kegiatan kesiswaan. Melalui pembiasaann
untuk selalu melakukan identisikasi pada risiko atau potensi risiko yang muncul,
lalu melakukan interpretasi terhadap risiko atau potensi risiko tersebut dan
menentukan sikap untuk menghadapinya terhadap segala bentuk kegiatan yang
dilakukan akan membantu para siswa menjadi lebih peka terhadap segala situasi
22
dan kondisi. Diharapkan melalui hal ini dapat membantu para siswa terutama
yang merencanakan usahanya atau menjadi wirausahawan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Hillson, D. A. & Murray-Webster R. (2005). Understanding and managing riskattitude. Aldershot, UK: Gower
Hillson, D. A. & Murray-Webster R. (2006). Managing Risk Attitude usingEmotional Literacy. PMI Global Congress EMEA Proceedings – Madrid,Spain
Kuratko D. F. & Hodgetts R. M. (2007). Entrepreneurship: Theory, Process,Practice. Canada: Thomson South-Western
Morris, C. G. & Maisto, A. A. (2001). Understanding psychology fifth edition.New Jersey: Prentice Hall
Rohrmann, B. (1999). Risk perception research: review and documentation(studies in risk communication 68; also published as WWW version:http://www.kfa-juelich.de/mut/hefte/heft_69 pdf). Juelich: Research centerJuelich.
Rosa, E. A. (2003) The ligical structure of the social amplification of riskframework (SARF): Metatheoretical foundation and policy implication.
Dalam N. K. Pidgeon, R. E. & Slovic, P (Ed.), The social amplification of risk.(pp. 47-79). Cambridge: Cambridge University Press
Sjöberg, L., Elin Moen., & Rundmo, T. (2004). Explaining risk perception. Anevaluation of the psycometric paradigm in risk perception research.Trondheim, Norway: Rotunde Publikasjoner
Slovic, P. (1992). Perception of risk: reflection on the psycometric paradigm.dalam S. Krimsky and D. Golding (Eds), Social theories of risk (pp.117-152). Westport, CT: Praeger
Slovic, P. (2000). The perception of risk. London: Earthscan
Sutanto, A. 2002. Kewirausahaan. Jakarta: Ghalil Indonesia.
Vaughan, Emmett J. (1997). Risk Management. Canada, Jhon Wiley & Sons.
Wilfling, S., Cantner, U., and Silbereisen, R.K. (2011). Which big-five personalitytrait drive entrepreneurial failure in highly innovative firm?. Dime-DruidAcademy.
Windschitl, P. D. & Wells, G. L. (1996). Measuring psychological uncertainty:verbal versus numeric methods. Journal of Experimental Psychology.Applied, 2 (4), 343-364
Zhao, H. and Seibert, S. (2006). The big five personality dimensions andentrepreneurial status: A meta-analytic review. Journal of AppliedPsychology, 91 (2): 259-271.
24
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre_Test .197 26 .011 .895 26 .012
Post_Test .135 26 .200* .939 26 .124
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post_Test - Pre_Test Negative Ranks 3a 10.67 32.00
Positive Ranks 21b 12.76 268.00
Ties 2c
Total 26
a. Post_Test < Pre_Test
b. Post_Test > Pre_Test
c. Post_Test = Pre_Test
Test Statisticsb
Post_Test -Pre_Test
Z -3.381a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
KOMUNIKASI RISIKO:PENTINGNYA INFORMASI DANPEMBELAJARAN MENGENAIBENTUK RISIKO, PERSEPSI RISIKODAN SIKAP RISIKO PADA CALONWIRAUSAHAWAN MUDA
Desak Nyoman Arista RD, M.Psi
KOMUNIKASI RISIKO:PENTINGNYA INFORMASI DANPEMBELAJARAN MENGENAIBENTUK RISIKO, PERSEPSI RISIKODAN SIKAP RISIKO PADA CALONWIRAUSAHAWAN MUDA
Desak Nyoman Arista RD, M.Psi
Fakultas Psikologi - Universitas Katolik Widya MandalaSurabaya
• Sebuah situasi ataukondisi yang tidak pastiyang dapat mempengaruhisatu atau beberapa tujuan
• Personal, sosial dan bisnis
• Sebuah situasi ataukondisi yang tidak pastiyang dapat mempengaruhisatu atau beberapa tujuan
• Personal, sosial dan bisnis
KETIDAKPASTIAN & KONSEKUENSI
• Wirausaha (Entrepreneur) merupakan
profesi yang RENTAN dengan risiko.
• Kemampuan menghadapi risiko ataumemilih risiko dengan menghitung risikosecara tepat dan bijaksana
• Risiko keuangan, risiko karir, risikokeluarga dan sosial, risiko psikis
• Wirausaha (Entrepreneur) merupakan
profesi yang RENTAN dengan risiko.
• Kemampuan menghadapi risiko ataumemilih risiko dengan menghitung risikosecara tepat dan bijaksana
• Risiko keuangan, risiko karir, risikokeluarga dan sosial, risiko psikis
Bentuk risiko lain:
• Finansial – Non Finansial
• Dinamis – Statis
• Spekulatif – Murni
• Fundamental - Partikular
Bentuk risiko lain:
• Finansial – Non Finansial
• Dinamis – Statis
• Spekulatif – Murni
• Fundamental - Partikular
• Critical risks
• Important risks
• Unimportant risks
• Critical risks
• Important risks
• Unimportant risks
Persepsi Risiko:
Interpretasi atau penilaianterhadap situasi ketidakpastian(risiko) yang didasarkan padapengalaman atau keyakinan yangdimiliki
Persepsi Risiko:
Interpretasi atau penilaianterhadap situasi ketidakpastian(risiko) yang didasarkan padapengalaman atau keyakinan yangdimiliki
Sikap Risiko:
Tindakan yang dipilih berdasarkanpemikiran terhadap ketidakpastian(risiko) yang memiliki pengaruh positifatau negatif terhadap tujuan
Sikap Risiko:
Tindakan yang dipilih berdasarkanpemikiran terhadap ketidakpastian(risiko) yang memiliki pengaruh positifatau negatif terhadap tujuan
Big five personality:• Extraversion
• Agreeableness• Conscientiousness• Neuroticism
• Openness
Big five personality:• Extraversion
• Agreeableness• Conscientiousness• Neuroticism
• Openness
• Risk – averse
• Risk - seeking
• Risk - tolerance
• Risk - neutral
• Risk – averse
• Risk - seeking
• Risk - tolerance
• Risk - neutral
• Tentukan tujuan pengelolaan risiko• Identifikasi risiko• Evaluasi risiko
– Risiko yang kritis– Risiko yang penting– Risiko yang tidak penting
• Tentukan alternatif solusi intervensi risiko• Aplikasikan• Evaluasi dan review
• Tentukan tujuan pengelolaan risiko• Identifikasi risiko• Evaluasi risiko
– Risiko yang kritis– Risiko yang penting– Risiko yang tidak penting
• Tentukan alternatif solusi intervensi risiko• Aplikasikan• Evaluasi dan review
“ The danger of small mistakes is thatthose mistakes are not always small “
Terimakasih
Gambar. Foto dokumentasi pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat