KOMUNIKASI POLITIK

51
KOMUNIKASI POLITIK 1. PENDAHULUAN Komunikasi adalah salah satu bentuk kegiatan umat manusia yang paling penting. Tiada hari tanpa komunikasi. Tidak ada masyarakat manusia yang tidak melaksanakan komunikasi, karena komunikasi adalah perlambang dari adanya kehidupan di dalam masyarakat. Dilihat dari sudut pandang ini, komunikasi dilihat dari artinya yang umum dan luas yaitu hubungan dan interaksi yang terjadi antara dua orang\pihak atau lebih. Interaksi tersebut terjadi karena seseorang menyampaikan pesan-pesan dalam bentuk tertentu yang diterima pihak lain yang menjadi sasarannya sehingga sedikit banyak akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku pihak dimaksud. Siapapun sebagai anggota masyarakat melakukan ini secara terus-menerus---kadang-kadang bahkan tanpa sadar--- termasuk mereka yang tidak mengerti makna konsep komunikasi. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota masyarakat kapan pun dan dimana pun di dunia ini. Dari gambaran ini tampak bahwa objek studi ilmu komunikasi ini---yaitu komunikasi yang terjadi dalam masyarakat---merupakan kegiatan manusia yang amat penting. Masalah ini akan semakin penting artinya dalam mengkaji komunikasi politik. Komunikasi politik mencakup masyarakat keseluruhan. Studi komunikasi politik tidak Politik akan sempurna bila komunikasi antar pribadi tidak memperoleh tempat yang penting dalam studi tersebut. Meski harus diakui bahwa sebagian besar buku-buku teks yang membahas komunikasi politik di Amerika Serikat lebih memusatkan perhatiannya pada peranan media massa dalam komunikasi politik. Komunikasi 1 Komu

Transcript of KOMUNIKASI POLITIK

Page 1: KOMUNIKASI POLITIK

KOMUNIKASI POLITIK

1. PENDAHULUAN

Komunikasi adalah salah satu bentuk kegiatan umat manusia yang

paling penting. Tiada hari tanpa komunikasi. Tidak ada masyarakat manusia

yang tidak melaksanakan komunikasi, karena komunikasi adalah perlambang

dari adanya kehidupan di dalam masyarakat. Dilihat dari sudut pandang ini,

komunikasi dilihat dari artinya yang umum dan luas yaitu hubungan dan

interaksi yang terjadi antara dua orang\pihak atau lebih. Interaksi tersebut

terjadi karena seseorang menyampaikan pesan-pesan dalam bentuk tertentu

yang diterima pihak lain yang menjadi sasarannya sehingga sedikit banyak

akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku pihak dimaksud. Siapapun sebagai

anggota masyarakat melakukan ini secara terus-menerus---kadang-kadang

bahkan tanpa sadar--- termasuk mereka yang tidak mengerti makna konsep

komunikasi. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa komunikasi adalah

kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota masyarakat kapan pun dan

dimana pun di dunia ini.

Dari gambaran ini tampak bahwa objek studi ilmu komunikasi ini---

yaitu komunikasi yang terjadi dalam masyarakat---merupakan kegiatan

manusia yang amat penting.

Masalah ini akan semakin penting artinya dalam mengkaji komunikasi

politik. Komunikasi politik mencakup masyarakat keseluruhan. Studi

komunikasi politik tidak Politik akan sempurna bila

komunikasi antar pribadi tidak memperoleh tempat yang penting dalam studi

tersebut. Meski harus diakui bahwa sebagian besar buku-buku teks yang

membahas komunikasi politik di Amerika Serikat lebih memusatkan

perhatiannya pada peranan media massa dalam komunikasi politik.

Studi komunikasi politik mencakup dua disiplin dalam ilmu sosial: ilmu

politik dan ilmu komunikasi (Maswadi Rauf:1990). Ia bisa dijadikan kajian oleh

ilmuwan komunikasi juga oleh ilmuwan politik.

Para ilmuwan politik beranggapan bahwa komunikasi politik termasuk

objek studi ilmu politik karena pesan-pesan yang disampaikan dalam proses

komunikasi itu mempunyai ciri-ciri politik, yaitu berkaitan dengan kekuasaan

politik/negara/pemerintahan dan komunikator serta komunikan yang terlibat di

dalamnya bertindak dalam kedudukan mereka sebagai pelaku kegiatan

politik . Para ilmuwan politik beranggapan bahwa komunikasi politik adalah

gejala yang selalu ada dalam setiap sistem politik, seperti halnya para

Komunikasi 1

Komunikasi Politik

Page 2: KOMUNIKASI POLITIK

ilmuwan sosial lainnya yang beranggapan bahwa komunikasi sosial adalah

gejala yang tak terpisahkan dari masyarakat.

2. PERKEMBANGAN STUDI KOMUNIKASI POLITIK.

Dalam ilmu politik, istilah komunikasi politik adalah relatif baru. Istilah

tersebut mulai banyak disebut-sebut semenjak terbitnya buku Gabriel A.

Almond yang amat berpengaruh di dalam buku The Politics of The Developing

Areas pada tahun 1960. Almond berpendapat bahwa komunikasi politik adalah

salah satu fungsi yang selalu ada di dalam sistem politik sehingga terbuka

kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk membandingkan berbagai

sistem politik dengan latar belakang budaya yang berbeda. Arti penting

sumbangan pikiran Almond terletak pada pandangannya bahwa semua sistem

politik yang pernah ada di dunia ini--- yang sekarang dan yang akan ada nanti

mempunyai persamaan-persamaan yang mendasar, yaitu adanya fungsi-

fungsi yang sama yang dijalankan oleh semua sistem politik.

Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan

oleh setiap sistem politik, sebagaimana dikatakan sendiri oleh Almond sbb:

“ All of the functions performed in the political system—political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication—are performed by means of communication.” (Maswadi Rauf: 1990)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi

yang berdiri sendiri akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan

yang terjadi pada waktu keenam fungsi lainnya dijalankan. Hal ini berarti

bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap

fungsi sistem politik.

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa fungsi komunikasi politik

dapat ditemukan di dalam fungsi-fungsi sistem politik lainnya. Namun

meskipun komunikasi politik mempunyai ciri seperti itu, tidaklah berarti bahwa

komunikasi politik kecil peranannya; justru sebaliknya. Komunikasi politik

adalah proses yang menentukan keberhasilan fungsi – fungsi yang lain,

sehingga keberhasilan penyampaian pesan-pesan dalam setiap fungsi itu

menentukan keberhasilan pelaksanaan fungsi yang bersangkutan.

Contoh aktual yang dapat dikemukakan disini adalah pelaksanaan

fungsi pembuatan peraturan (rule making). Sudah teramat jelas di sini bahwa

komunikasi memainkan peranan yang amat penting dalam proses pembuatan

peraturan (undang-undang ataupun bentuk ketentuan peraturan lainnya). Si

pembuat peraturan/perundangan dituntut untuk menjalin kerjasama,

hubungan, dan komunikasi yang baik antara sesama mereka.

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik

Page 3: KOMUNIKASI POLITIK

Di samping itu, komunikasi dengan masyarakat (rakyat) perlu pula

dijaga oleh para pembuat keputusan politik.

Sebelum tahun 1960, ilmu politik ---mungkin juga ilmu komunikasi---

tidak mengenal istilah komunikasi politik. Namun tidak berarti bahwa tidak ada

studi-studi yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial (ilmuwan politik, ilmuwan

komunikasi ataupun psikolog) tentang masalah yang menjadi studi dari

komunikasi politik dewasa ini.

Kegiatan yang mempelajari materi komunikasi politik telah ada

semenjak lama, walaupun tidak di bawah bendera komunikasi politik. Studi

tentang tingkah laku pemilih, propaganda dan perang urat syaraf dan

perubahan attitude (sikap) dalam proses komunikasi telah diadakan semenjak

lama. Semua studi tersebut telah meletakan dasar yang kokoh bagi

pengembangan studi komunikasi politik.

3. CIRI-CIRI STUDI KOMUNIKASI POLITIK.

Ciri pertama komunikasi politik, dalam arti luas mengandung

pengertian bahwa proses komunikasi tersebut dapat berlangsung di setiap

lapisan masyarakat melalui saluran apa saja yang dapat dipergunakan dan

tersedia. Olehkarena itu para ilmuwan politik menganggap media massa (surat

kabar, radio, TV, dan film) sebagai salah satu saluran melalui mana kegiatan

komunikasi politik dijalankan. Saluran tata muka dianggap sama pentingnya

dengan saluran media massa . Hal ini terlihat dari konsep Almond dengan

kawan-kawannya tentang komunikasi sebagaimana telah disinggung

terdahulu.

Masalah yang timbul dalam studi komunikasi politik menurut versi ilmu

politik adalah bahwa studi komunikasi politik tidak berkembang dengan baik

di dalam ilmu politik, meskipun para ilmuwan politik mengkaji sosialisasi

politik, partisipasi politik dan peranan organisasi politik yang pada hakekatnya

merupakan bidang kajian komunikasi politik.

Ciri yang kedua dari studi komunikasi politik adalah pentingnya

pandangan yang mengatakan bahwa arus komunikasi politik adalah arus dua

arah: ke bawah, yaitu dari penguasa politik/pemerintah kepada rakyat; dan ke

atas, yaitu dari rakyat kepada penguasa politik/pemerintah.

Ciri studi komunikasi politik versi ilmu politik semakin penting artinya,

karena penekanan yang diberikan kepada peranan media massa, yang berarti

dari atas ke bawah.

4. PARADIGMA HAROLD LASSWELL

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik

Page 4: KOMUNIKASI POLITIK

Ilmuwan politik Harold Lasswell, mengemukakan bahwa cara yang

mudah untuk melukiskan suatu tindakan komunikasi ialah dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut:

Who ----------- siapa ?

Says what ---------- mengatakan apa ?

To Whom ---------- kepada siapa ?

With what channel ---------- dengan saluran apa ?

With what effect ----------- dengan akibat apa ?

Pertanyaan tersebut di atas mengidentifikasi unsur-unsur atau

komponen-komponen yang biasa terdapat pada komunikasi, yaitu : sumber

atau komunikator, penerima (komunikan), pesan (message), saluran (channel)

dan tanggapan atau effect. “Baik diuraikan dalam teori pengalihan informasi

yang sangat canggih, maupun dalam pandangan sosiopsikologis yang

provokatif, kelima dasar Lassewll ini menyajikan cara yang berguna untuk

menganalisis komunikasi.” (Dan Nimmo, 1993 :13)

Meskipun demikian, memang rumus Lasswell bila digunakan

sebagaimana adanya, agak terlalu sederhana untuk mengorganisasi

pembicaraan mengenai komunikasi politik dan opini publik. Namun kiranya

dengan sedikit memodifikasi, paradigma ini sudah memadai sebagai rujukan

untuk membahas komunikasi politik.

Siapa komunikator politik, mengatakan apa dengan saluran apa,

kepada siapa dan dengan akibat apa akan dibahas satu persatu setelah uraian

apa itu komunikasi politik.

5. PENGERTIAN KOMUNIKASI POLITIK.

Drs. Soemarno, AP. SH. Dalam bukunya Dimensi-Dimensi Komunikasi

Politik mengutip beberapa pengertian komunikasi politik dari beberapa pakar

antara lain dari :

a) Astrid S. Susanto, Phd, merumuskan definisi komunikasi politik dalam

bukunya “Komunikasi Sosial di Indonesia” sbb :

“Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan

kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa,

sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan

komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui

suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-

lembaga politik.” (1989: 9).

b) Dr. Rusadi Kartaprawira, SH. Dalam buku “Sistem Politik di Indonesia” ,

melihat komunikasi politik pada kegunaannya yaitu :

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik

Page 5: KOMUNIKASI POLITIK

“Untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam

masyarakat, baik Intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun

sektor kehidupan politik pemerintah.” (1983: 64).

c) Soemarno. Ap. Drs., SH. menyatakan bahwa jika dilihat dari tujuan politik

an sich (semata-mata) maka:

“Hakekat komunikasi politik adalah upaya kelompok

manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau

ideologi tertentu di dalam rangka menguasai atau

memperoleh kekuasaan, dan dengan kekuasaan mana

tujuan pemikiran politik dan ideologi tsb, dapat

diwujudkan.” (1989: 9).

Dr. Astrid mengungkapkan lebih lanjut bahwa “komunikasi politik

merupakan suatu kegiatan pra politik, melalui kegiatan mana akan terjadilah

realisasi penghubungan atau pengkaitan masyarakat dengan lingkup negara.”

(1989: 10)

Jadi, komunikasi politik merupakan sarana pendidikan politik dan

sosialisasi politik dalam hubungannya dengan kehidupan kenegaraan.

Selanjutnya, kegiatan komunikasi politik tidak hanya dilakukan secara

internal di dalam negeri suatu negara, tetapi juga dilakukan secara external

dalam hubungan dengan negara-negara lain. Komunikasi tersebut dikenal

dengan komunikasi politik internasional, yang intinya menunjukkan kegiatan

komunikasi yang dilakukan oleh suatu negara untuk mempengaruhi tingkah laku politik

negara lain.

Bertolak dari pendapat para pakar tersebut di atas, jelaslah bahwa komunikasi politik

memiliki lingkup pembahasan yang cukup luas. Ia bukan hanya membahas bagaimana komunikasi

dapat dipergunakan untuk tujuan politik dan memperoleh kekuasaan secara

internal, namun membahas bagaimana suatu sistem berlangsung dan dapat

dipertahankan serta dialihgenerasikan. Di samping itu bagaimana komunikasi

itu dapat digunakan untuk mempengaruhi negara lain dalam mencapai tujuan

politik negara ybs. Atau minimal dapat mewujudkan suatu hubungan yang

saling menguntungkan di antara dua negara atau lebih.

Bertolak dari definisi-definisi di atas, pada intinya dapat disimpulkan

bahwa komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan pada pencapaian

suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis

kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat semua kelompok atau warganya

melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.

Sedangkan bila dilihat dari tujuan politik “an sich”, maka hakekat komunikasi

politik adalah upaya kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran

politik atau ideologi tertentu di dalam rangka menguasai dan atau

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik

Page 6: KOMUNIKASI POLITIK

memperoleh kekuasaan untuk dapat mewujudkan tujuan pemikiran politik dan

ideologi sebagaimana yang diharapkan. (Menpen: ’90)

Sebagaimana terdapat dalam komunikasi pada umumnya, komunikasi

politik pun terdiri dari komponen-komponen: komunikator, komunikan,

message (pesan), media dan pengaruh (efek). Komponen-komponen tersebut

di bidang komunikasi politik terdapat di dalam dua situasi politik atau struktur

politik, yaitu berada pada suprastruktur politik dan Infrastruktur politik.

Beberapa komponen yang terdapat dalam suprastruktur politik terbagi

ke dalam tiga kelompok yaitu yang berada pada lembaga legislatif, eksekutif

dan lembaga yudikatif. Di lain pihak komponen-komponen yang berada di

masyarakat atau infrastruktur politik terbagi dalam asosiasi-asosiasi, antara

lain:

1) Partai politik (political party)

2) Kelompok kepentingan (interest group)

3) Para tokoh politik (political figures)

4) Media komunikasi politik (media of political communication) dan

sebagainya.

Dengan demikian, dalam sistem politik komunikasi berfungsi sebagai

penghubung antara situasi kehidupan politik yang ada pada suprastruktur

politik (The Govermental political sphere) dengan situasi kehidupan dalam

infrastruktur politik (Socio political sphere).

6. KOMUNIKATOR dan KOMUNIKAN POLITIK.

Komponen yang paling menentukan dalam setiap bentuk kegiatan

komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Karena tanpa kedua komponen

tersebut tidak akan terjadi komunikasi. Pertanyaannya sekarang, siapa saja

yang termasuk ke dalam komunikator dan komunikan politik itu ?.

Komunikator politik dapat dikenali dari ciri-ciri komunikator pada umumnya

yaitu:

(a) Pihak yang pertama–tama mempunyai inisiatif.

(b) Pihak yang mempunyai ide atau gagasan; yang akan disebarluaskan.

(c) Pihak yang mula pertama mengajak berkomunikasi.

(d) Pihak yang bermaksud mempengaruhi, mengubah dan membentuk sikap,

pendapat dan tingkah laku orang lebih baik secara perorangan maupun

kelompok.

Bertolak dari ciri-ciri tersebut di atas, maka Drs. Soemarno, Ap. S.M.

dalam bukunya “Dimensi-dimensi politik” mengatakan yang menjadi

komunikator politik adalah pemerintah, karena ia sebagai pemegang inisiatif

untuk mengadakan perubahan dan pembaharuan, terutama di negara-negara

yang sedang berkembang. Kemudian dijelaskan lebih lanjut, yang menjadi

Komunikasi Politik

Page 7: KOMUNIKASI POLITIK

komunikan komunikasi politik ialah keseluruhan lapisan masyarakat, baik

yang berdiri sendiri maupun yang tergabung dalam bentuk asosiasi,

perkumpulan atau kelompok-kelompok tertentu.

Menurut Dr Astrid, komunikator dan komunikan itu harus saling

mengisi dan merupakan interdependensi yang positif, sehingga komunikasi

berjalan dengan harmonis.

Dalam proses komunikasi, pada saat tertentu komunikan bisa berganti

peran menjadi komunikator dan yang semula komunikator bisa menjadi

komunikan tergantung dari pihak mana yang pertama mempunyai inisiatif,

gagasan, mengajak berkomunikasi dan mempengaruhi. Berbeda dengan Drs.

Soemarno, berikut ini akan diuraikan pendapat dari Dan Nimmo.

7. KOMUNIKATOR POLITIK (WHO)

7.1. Siapa Komunikator politik ?

Para komunikator politik, dibandingkan dengan warga negara pada

umumnya, suka ditanggapi lebiih sungguh-sungguh bila mereka berbicara

atau berbuat. Sehubungan dengan itu, di sini kita akan mengidentifikasi tiga

kategori para komunikator politik ini, kemudian akan meninjau unsur-unsur

dan segi-segi pokok peran mereka sebagai pemimpin politik.

Untuk keperluan itu, Dan Nimmo mengidentifikasinya menjadi tiga

kategori : (1) politikus yang bertindak sebagai komunikator politik, (2)

komunikator profesional dalam politik, dan (3) aktivis atau komunikator paruh

waktu ( part-time ).

1) Politikus adalah “orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang

jabatan pemerintah harus dan memang berkomunikasi tentang politik:

tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier dan tidak

mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudikatif.”

Meskipun politikus melayani beraneka ragam tujuan dengan

berkomunikasi, ada dua hal yang menonjol. Daniel Katz menunjukkan

bahwa pemimpin politik mengarahkan pengaruhnya ke dua arah:

1)mempengaruhi alokasi ganjaran, 2) mengubah struktur sosial yang ada

atau mencegah perubahan. Dalam hal yang pertama, politikus itu

berkomunikasi sebagai wakil suatu kelompok, pesan-pesan politik itu

mengajukan dan atau melindungi tujuan kepentingan politik; artinya

komunikator politik mewakili kepentingan kelompok. Sebaliknya, politikus

yang bertindak sebagai ideolog tidak begitu terpusat perhatiannya untuk

mendesakkan tuntutan seseorang anggota kelompok; ia lebih menyibukkan

dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih luas, mengusahakan

reformasi, dan bahkan mendukung perubahan revolusioner. Jadi ideolog itu

terutama berkomunikasi untuk membelokkan mereka kepada suatu tujuan

Komunikasi Politik

Page 8: KOMUNIKASI POLITIK

tertentu, bukan mewakili kepentingan mereka dalam gelanggang tawar-

menawar dan mencari kompromi.

Pertanyaannya sekarang adalah siapakah polikus utama yang

bertindak sebagai komunikator politik yang menentukan politik pemerintah

suatu negara?. Yang pertama adalah para pejabat pemerintah, baik yang

dipilih maupun yang diangkat, yang secara tetap berkomunikasi mengenai

sejumlah besar masalah, subyek, dan materi politik yang beraneka ragam.

Mereka yang termasuk dalam kategori ini ialah para pejabat eksekutif,

legislator dan para pejabat yudikatif. Yang kedua adalah para politikus

tingkat nasional yang secara tetap berkomunikasi tentang sejumlah

terbatas masalah yang ralatif sempit, yang oleh James Rosenau disebut

pembuat opini nasional. Diantara kelompok ini antara lain: Sekretaris

Jendral, Direktur Jendral berbagai departemen dan sejenisnya. Ketiga

adalah politikus yang tidak memegang jabatan dalam pemerintahan;

mereka pun komunikator politik mengenai masalah-masalah yang

memiliki ruang lingkup nasional dan non nasional, masalah jangkauannya

luas dan sempit.

Jika ditarik kesimpulan, banyak jenis politikus yang bertindak sebagai

komunikator politik, sama banyaknya dengan politikus dan dapat kita

klasifikasikan mereka sebagai (1) di dalam atau di luar jabatan pemerintah,

(2) berpandangan nasional atau subnasional dan (3) beurusan dengan

masalah ganda atau masalah tunggal.

2) Profesional sebagai Komunikator politik.

Komunikator profesional mencari nafkahnya dengan berkomunikasi,

apakah ia di dalam atau di luar politik. Komunikator profesional adalah

peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi

komunikasi yang sedikitnya dua dimensi utama: (a) munculnya media

massa yang melintasi batas-batas rasial, etnis, pekerjaan, wilayah dan

kelas untuk meningkatkan kesadaran identitas nasional; dan (b)

perkembangan serta media khusus (seperti majalah untuk khalayak

khusus, stasiun radio, dsb) yang menciptakan publik baru untuk menjadi

konsumen informasi dan hiburan.

Menurut James Carey, komunikator profesional adalah “seorang

makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan dan

minat suatu komunitas yang berbeda tetapi menarik dan dapat

dimengerti”. Komunikator profesional menghubungkan golongan elit dalam

organisasi atau komunitas manapun dengan khalayak umum. Komunikator

profesional adalah manipulator dan makelar simbol yang menghubungkan

para pemimpin satu sama lain dan dengan para pengikut.

18

17

Page 9: KOMUNIKASI POLITIK

Perangkat profesional mencakup: 1)Jurnalis meliputi reporter yang

bekerja pada koran, majalah, radio, televisi atau siapapun yang berkaitan

dengan media berita dalam pengumpulan, persiapan, penyajian dan

penyerahan laporan peristiwa. 2) Promotor adalah orang yang dibayar

untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu, seperti agen

publisitas, PRO pada instansi pemerintah maupun swasta, personel

periklanan, manajer kampanye dan pengarah publisitas kandidat

politik,spesialis teknis (kameramen, produser, sutradara film, pelatih

pidato, dsb) yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik.

3) Aktivitas sebagai komunikator Politik.

Mereka yang termasuk ke dalam golongan ini: Pertama, terdapat juru

bicara bagi kepentingan yang terorganisir. Pada umumnya orang ini tidak

memegang atau mencita-citakan jabatan pada pemerintahan. Jubir

biasanya bukan profesional dalam komunikasi, namun ia cukup terlibat

baik dalam politik maupun dalam komunikasi, sehingga bisa disebut aktivis

politik dan semi profesional dalam komunikasi politik. Ia berbicara untuk

kepentingan yang terorganisasi dan merupakan peran politikus yang

menjadi wakil partisan, yakni mewakili tuntutan anggota suatu organisasi

dan tawar - menawar untuk hal-hal yang menguntungkan. Sebagaimana

politikus dan profesional, juru bicara kepentingan yang terorganisasi

beroperasi pada tingkat nasional dan subnasional serta menangani

masalah-masalah berganda maupun tunggal. Kedua, jaringan interpersonal

mencakup komunikator politik utama, yaitu “pemuka pendapat” (opinion

leader); yaitu orang yang suka dimintai petunjuk dan informasi tentang

sesuatu hal oleh anggota masyarakat serta senantiasa dihormati.

Mereka senantiasa tampil dalam dua hal: (1) Mereka sangat

mempengaruhi keputusan orang lain, artinya mereka meyakinkan orang

lain dalam cara berpikir, (2) Mereka meneruskan informasi politik dari

mass-media kepada masyarakat umum, dengan istilah lain disebut

“komunikasi dua tahap.” Artinya pemuka pendapat memperoleh informasi

dari mass-media (radio, TV, film, media cetak) lalu mereka meneruskan

informasi tsb. kepada penduduk yang kurang aktif. Kesimpulan: siapakah

yang menjadi komunikator politik utama itu? Ada tiga macam yang

terpenting, yaitu : politikus, profesional dan aktivis.

7. 2. Komunikator Politik sebagai Pemimpin Politik.

7. 2. 1. Definisi dan Teori Kepemimpinan

Sebelum membahas komunikator politik sebagai pemimpin pollitik akan

dikemukakan dahulu definisi kepemimpinan dan teori-teori kepemimpinan.

(a) Definisi Kepemimpinan.

Komunikasi Politik

20

21

Page 10: KOMUNIKASI POLITIK

Banyak sekali definisi kepemimpinan itu, tapi di sini hanya akan

mengemukakan beberapa saja yang lebih dekat dengan topik

pembahasan kita. Katz dalam buku Paterns of Leadership

mengatakan: “Proses ketika seorang individu secara konsisten

menimbulkan lebih banyak pengaruh daripada orang lain dalam

melaksanakan fungsi-fungsi kelompok.” Lain lagi dengan Ralph M.

Stogdill mengatakan bahwa: “Kepemimpinan melibatkan proses

kelompok, pengaruh, persuasi, pencapaian tujuan, interaksi, peran-

peran yang diperbedakan, dan pembentukan struktur dalam kelompok-

kelompok.”

Meskipun terdapat beranekaragam definisi kepemimpinan, menurut

Dan Nimmo ada konsensus umum bahwa: “Kepemimpinan (dan

akibatnya yang tidak dapat dipisahkan: kepengikutan) adalah suatu

hubungan diantara orang-orang di dalam suatu kelompok yang di

dalamnya satu atau lebih orang (pemimpin) mempengaruhi yang lain

( pengikut) di dalam setting tertentu.”

(b) Teori-teori Kepemimpinan.

Terdapat empat teori yang mendominasi kepustakaan menurut

Gibb dalam bukunya Leadership, yaitu: Pertama berpendapat bahwa

pemimpin berbeda dari massa rakyat karena mereka memiliki ciri dan

sifat tersendiri yang sangat dihargai. Suatu variasi dari tema ini ialah

teori orang besar, yakni bahwa orang yang memiliki keinginan, sifat,

dan kemauan istimewa muncul sewaktu-waktu dalam sejarah dan

ditakdirkan untuk melakukan hal-hal yang besar, seperti Napoleon,

Gandhi, dll. Variasi kedua jenis pemimpin yang keranjingan sifat-sifat

tertentu yang membuatnya tersendiri seperti manusia ulung, pahlawan

dan pangeran. Kedua, yakni teori konstelasi sifat. Dalam teori ini

pemimpin memiliki sifat-sifat yang sama dengan yang dimiliki oleh

siapapun, tetapi memadukan sifat-sifat ini dalam sindrom

kepemimpinan yang membedakannya dari orang lain. Misalnya

pemimpin itu menonjol karena lebih tinggi, lebih besar, lebihi

bersemangat, lebih percaya diri, tenang, dsb. Ketiga, yakni teori

Situasionalis yang berpendapat bahwa waktu, tempat dan keadaan

menentukan siapa yang memimpin dan siapa pengikutnya. Keempat,

ialah pemimpin yang merefleksikan interaksi kepribadian para

pemimpin dengan kebutuhan dan pengharapan para pengikut,

karakteristik dan tugas kelompoknya serta situasi.

7. 2. 2. Komunikator Politik sebagai Pemimpin Politik.

Pemimpin dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni:

a) Pemimpin Organisasi.

22

23

Page 11: KOMUNIKASI POLITIK

Bagi komunikator politik, untuk menjadi pemimpin politik ia harus

berperilaku sebagaimana yang diharapkan dari seorang pemimpin.

Pengikut mengaitkan kepemimpinan dengan orang yang sesuai dengan

pengertian mereka tentang apa pemimpin itu. Beberapa komunikator

merupakan pemimpin karena posisi yang diduduki mereka di dalam

struktur sosial atau kelompok terorganisasi yang ditetapkan dengan

jelas. Komunikator seperti itu kita sebut pemimpin organisasi.

b) Pemimpin Simbolik.

Komunikator Politik yang merupakan pemimpin karena arti yang

ditemukan orang d dalam dirinya sebagai manusia kepribadian, tokoh

yang ternama, dsb. Diberi nama pemimpin simbolik.

Dari komunikator politik utama yang telah dilukiskan lebih dahulu,

hanya pemuka pendapat (opinion leader) yang bekerja melalui

keakraban yang disediakan oleh jaringan komunikasi interpersonal

berada terutama di luar struktur organisasi yang diformalkan.

Karakteristik sosial pemimpin politik yang membedakan dari

populasi umum antara lain : tingkat keterlibatan politik, kepercayaan

politik, nilai dan pengharapan serta pengaruhnya terhadap pembuatan

kebijakan.

Komunikator politik yang menjadi pemimpin organisasi pemerintah

tidak dipilih secara acak dari populasi umum. Mereka direkrut dari

pengelompokkan yang lebih kecil lagi; yang memenuhi syarat, yang

mampu, partisipan, konsisten, dll.

Pemimpin simbolik muncul jika komunikator melakukan tindakan

yang dramatik, secara selektif mengumpulkan kesan dari tanggapan

khalayak, kemudian menyesuaikan diri dan atau berusaha keras untuk

berbuat sesuai dengan kesan rakyat. Setiap pemimpin simbolik

membina beberapa “reputasi keistimewaan” yang memungkinkannya

“menyimpang dari yang biasa” pada suatu tingkat komunikasi.

8. PEMBICARAAN/PESAN POLITIK (SAYS WHAT)

Satu hal yang menonjolkan seseorang sebagai “komunikator politik”,

apakah pemimpin itu politikus, profesional atau warga negara yang aktif

(aktivis) ialah ia berbicara politik. Kembali ke paradigma Harold Laswell, bagi

komunikator ini (who atau siapa) yang “mengatakan” (says what), maka

pembicaraan tentang komunikasi politik “mengatakan “ (says what) itu berisi

pembicaraan atau pesan-pesan politik.

a.1. Apa yang membuat sesuatu pembicaraan itu menjadi

pembicaraan politik?

24

Komunikasi Politik 25

Komunikasi Politik 26

Page 12: KOMUNIKASI POLITIK

Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa salah satu definisi politik

adalah “kegiatan orang-orang dalam mengatur perbuatan mereka dalam

kondisi konflik sosial, yakni usaha untuk merundingkan penyelesaian

perselisihan yang dapat mereka terima.” Negosiasi politik bertujuan mencapai

pengertian bersama diantara pihak-pihak tentang apa makna syarat-syarat

persetujuan yang diterima.

Menurut Davis V. J. Bell, ada tiga jenis kepentingan pembicaraan

yang mempunyai kepentingan politik yang pasti dan jelas sekali politis, yaitu:

pembicaraan kekuasaan, pembicaraan pengaruh, dan pembicaraan otoritas.

(Dan Nimmo, 1993: 75)

1) Pembicaraan kekuasaan mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau

janji. Kunci pembicaraan kekuasaan ialah bahwa seseorang mempunyai

cukup kemampuan untuk mendukung janji maupun ancaman, dan orang

lain mengira bahwa pemilik kekuasaan itu akan melakukannya. Jadi, janji,

ancaman, penyuapan dan pemerasan adalah alat tukar pada komunikasi

kekuasaan berdasarkan pada kemampuan memanipulasi sanksi positif

atau negatif.

2) Pembicaraan pengaruh tanpa sanksi-sanksi seperti tersebut di atas.

Memberi pengaruh (karena prestise atau reputasinya) dengan berhasil

memanipulasikan persepsi atau pengharapan orang lain terhadap

kemungkinan mendapat untung atau rugi. Pada komunikasi pengaruh alat

tukar komunikasinya ialah nasihat, dorongan, permintaan dan peringatan.

3) Pembicaraan otoritas adalah pemberian perintah. Yang dianggap sebagai

penguasa yang sah adalah suara otoritas dan memiliki hak untuk

dipengaruhi. Sumber pengesahan sama dengan sumber otoritas, yaitu

antara lain : keyakinan religius, sifat-sifat supernatural, daya tarik pribadi,

adat , kebiasaan, kedudukan resmi, dll.

a.2. SPEAKING cara mudah untuk mengingat.

SPEAKING adalah huruf-huruf akronim dari : Setting, Participate, Ends,

Act sequence, Keys, Instrumentalities, Norms, Genres. Pergeseran unsur

manapun menurut Dell Hymes, bisa menunjukkan perubahan tujuan, strategi

atau maksud wacana politik.

a. Setting atau scene (suasana); komunikasi terjadi dalam periode, tempat

dan lingkungan khas; ia bisa formal atau informal, suram, ceria dsb. Suatu

ucapan di dalam sebuah setting bisa diinterpretasikan berbeda dalam

setting yang lain.

b. Participants (peserta); setiap pihak menanggapi suatu pesan yang

diberikan, dengan penuh makna. Misalnya tambahkan seseorang

partisipan, maka makna bersama tentang sesuatu pesan yakni lambang

signifikan akan berubah.

Komunikasi Politik 27

Komunikasi Politik 28

Page 13: KOMUNIKASI POLITIK

c. Ends (tujuan) ; Pembicaraan politik biasanya mengharapkan suatu hasil

sebagai pusat perhatiannya, suatu tujuan yang dipillih dalam pikiran

pesertanya. Suatu pergeseran dalam tujuan dapat mengubah makna dan

tanggapan terhadap pesan.

d. Act sequence (urutan tindakan) ; Komunikasi diskursif (berpindah-pindah

atau melompat-lompat) tertulis dan lisan serta bentuk umum bahasa non-

diskursif terjadi sebagai urutan ucapan dan tindakan,. Gangguan pada

urutan itu dapat mengacaukan tanggapan yang bermakna.

e. Key (kunci) : mengacu kepada jenis vokal dan fasial dari pernyataan non-

verbal. Hal-hal seperti nada dan tingkah laku dapat mendukung atau

bahkan meniadakan isi verbal suatu pesan.

f. Instrumentalities (instrumentalitas) : ini mengacu kepada tipe bahasa

suatu komunitas bahasa. Ia dapat menyiratkan suatu jargon khusus dari

suatu kelompok.

g. Norms (norma) : Kaidah-kaidah yang tidak diucapkan menentukan

komunikasi – jarak ketika orang bertatap muka, hubungan pandangan

diantara mereka, kaidah tata bahasa, dan sebagainya.

h. Genres (genus) : Mengacu kepada kategori-kategori tindakan komunikasi –

pidato, do’a, guraman, peribahasa, penyelidikan, ucapan salam, ucapan

perpisahan dsb. Misalnya istilah “kawanku sebangsa” adalah genus

ritualistik yang dinyatakan untuk mengidentifikasikan bahwa si pembicara

sebagai “salah seorang anak” bangsa itu.

PENGGUNAAN PEMBICARAAN POLITIK

Pembicaraan politik adalah suatu wacana dinamik dari kekuasaan,

pengaruh dan kewenangan yang mendamaikan pertikaian melalui kegiatan

simbolik (kata-kata politik). Pembicaraan politik menyelesaikan konflik sosial

dengan menegosiasikan definisi makna kata-kata yang diperselisihkan

(semantika) dan aturan permainan kata-kata (sintaktika). Untuk melengkapi

uraian tentang pembicaraan politik untuk meyakinkan dan membangkitkan

massa, autoritas sosial dan ungkapan personal.

A. MEYAKINKAN DAN MEMBANGKITKAN MASSA.

Edelmam menulis: “Diantara makhluk hidup, hanya manusia yang

merekontruksi kehidupan masa lalunya, mempersepsi kondisi masanya sekarang,

dan mengantisipasi masa depannya melalui lambang-lambang yang

mengikhtisarkan, menyaring, memadatkan, mendistorsikan, memindahkan,

bahkan menciptakan apa yang oleh inderanya dijadikan perhatiannya.” Lambang

membuat kehidupan menjadi bermakna, lambang politik pun membuat

kehidupan politik menjadi bermakna. Karena lambang membuat pengalaman

Komunikasi Politik 29

Komunikasi Politik 30

Page 14: KOMUNIKASI POLITIK

bermakna dan karena itu menimbulkan keputusan, lambang terutama berguna

sebagai piranti retorik dalam perjuangan di antara kepentingan-kepentingan sosial

untuk memperoleh material. Singkatnya, kelompok pemerintah dan swasta

membuat struktur dan membatasi pembicaraan politik demi kebaikan

kepentingan-kepentingan khusus dan dilaksanakan dua cara pokok:

1. Jaminan. Para pemimpin politik menggunakan simbol-simbol untuk

memberikan jaminan kepada rakyat bahwa masalah sedang diatasi, meskipun

sebetulnya relatif kecil yang telah dicapai oleh kebijakan yang berlaku.

Kepentingan swasta dan pemerintah menggunakan suatu variasi dari apa yang

oleh Bentley disebut “Struktur pikiran bahasa” untuk memperbesar

keuntungannya. Bentuk struktur pikiran bahasa yang banyak digunakan

adalah:

a. Eufemisme, yaitu istilah yang tidak ofensif sebagai pengganti istilah yang

dianggap tegas secara ofensif. Maksudnya agar aktualitas yang jelek itu

menjadi diterima secara lingualistik. Contoh: Penaikkan harga menjadi

penyesuaian harga, sogokan menjadi sumbangan yang tak diminta,

penjara menjadi rumah permasyarakatan, ditahan menjadi diamankan, dll

b. Puffery. Kata ini berasal dari “to puff” yang berarti meniup, membesar-

besarkan, atau menyatakan secara berlebihan masalah penilaian dan opini

subyektif dalam menaksir selera keindahan, kesenangan, popularitas,

keawetan, dan sifat-sifat serupa. Contoh di bidang periklanan : ”Rinso

mencuci sendiri”, “Bayer bekerja secara ajaib”. Puferry di bidang politik

pun banyak kita temukan seperti : Bangsa kita adalah bangsa pelaut,

bangsa kita adalah bangsa yang peramah di dunia, bangsa kita adalah

bangsa yang pemberani buktinya merebut kemerdekaan cukup dengan

semangat berjuang dan bambu runcing.

c. Metafora. Metafora adalah piranti bahasa yang menerangkan sesuatu yang

tidak dikenal dengan mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang lebih

langsung, jelas dan dikenal. Dalam pembicaraan politik, metafora meminta

perhatian kepada hasil-hasil yang diinginnkan dari kebijakan yang

diusulkan, sementara akibat-akibatnya yang kurang menguntungkan

disembunyikan. Contoh: yang ditonjolkan hasil-hasil pembangunan,

sementara korupsi dan kolusi tidak disinggung-singgung.

2. Penggerak. Bentuk bahasa, kebijakan, lembaga dan tindakan para pemimpin

politik melaksanakan fungsi kedua, yaitu melayani kepentingan pemerintah

dan swasta dengan selubung jaminan publik. Mereka juga menggerakkan dan

memobilisasi dukungan untuk bertindak. Contoh, pada sat-saat terancam :

perang, krisis ekonomi, keadaan darurat, - imbauan untuk berkorban dapat

membujuk warga negara untuk menerima atau mendukung. Mitos dan ritual

adalah dua bentuk kata yang sangat penting dalam menggerakkan publik.

Komunikasi Politik 32

Komunikasi Politik 33

Page 15: KOMUNIKASI POLITIK

Misalnya mitos tentang semangaat dan jiwa juang ’45, semangat dan jiwa orba

.

B. AUTORITAS SOSIAL.

Piranti bahasa yang membantu kelompok-kelompok pemerintah dalam

meningkatkan kepentingan material khusus mereka, juga penting dalam

mengusahakan agar rakyat tunduk kepada autoritas. Pada akhirnya piranti-piranti

itu akan menciptakan dan memperkuat kepercayaan, perasaan dan pengharapan

bahwa beberpa orang mmepunyai hak untuk memerintah karena mereka lebih

patut daripada yang lain. Bentuk kata utama yang lain dari kata-kata tsb. Di atas

yang membangun hubungan antara pembicaraan dan status:

a. Labeling atau labelisasi adalah penerapan kata-kata ofensif kepada individu,

kelompok atau kegiatan. Misal “anti kemapanan”, “decident”, “anti orde baru”,

phobi, dll.

b. Asosiasi, merupakan penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat

negatif atau positif terhadap orang, kelas, atau perangkat tindakan. Contoh

kata hitam diasosiasikan dengan kotor, mengerikan, gelap dan jahat, seperti

“lembah hitam” = dunia pelacuran, dll. Mengasosiasikan kata putih dengan

kemurnian, kesucian, dan kebersihan. Kata merah diasosiasikan dengan

berani, gagah, dll. Misalnya warna bendera negara RI merah putih

diasosiasikan berani untuk membela kebenaran.

PERSUASI POLITIK (Propaganda, periklanan dan retorika)

Pengertian dan Karakteristik

Pengertian.

Persuasi adalah suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psikologis,

yang dapat membangkitkan kesadaran individu. (Oemi Abdurrachman, MA,

1989: 62).

Persuasi adalah usaha yang didasari untuk mengubah sikap, kepercayaan,

atau perilaku orang melalui tranmisi pesan (Dan Nimmo, 1993: 119)

Karakteristik.

1) Persuasi biasanya melibatkan tujuan atau persuasi adalah komunikasi yang

bertujuan atau berkepentingan.

2) Persuasi itu bersifat dialektis, artinya persuasi adalah proses timbal balik

yang di dalamnya komunikator dengan sengaja atau tidak, menimbulkan

perasaan responsif kepada orang lain.

3) Bentuk tanggapan dan yang paling kentara ialah tindakan-tindakannya

berisi ungkapan opini yang merefleksikan perubahan dalam persepsi,

kepercayaan, nilai dan pengharapan.

Komunikasi Politik 34

Komunikasi Politik 35

Page 16: KOMUNIKASI POLITIK

A. Persuasi politik sebagai propaganda.

Propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok

terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam

tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri dari individu-individu,

dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan

digabungkan di dalam suatu organisasi. (Jacques Ellul, 1993: 123)

Ciri-ciri propaganda:

1. Komunikasi satu kepada orang banyak,

2. Beroperasi terhadap orang-orang yang mengidentifikaasi diri mereka

sebagai anggota kelompok,

3. Sebagai mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk

mencapai ketertiban.

Jadi propaganda adalah suatu syarat mekanisme kontrol sosial dengan

menggunakan lambang untuk meningkatkan ketertiban sosial melalui

kepercayaan bersama, nilai yang diakui bersama, dan pengharapan yang

saling lingkup.

Tipe-tipe propaganda

a. Propaganda yang disengaja yaitu dengan sengaja mengindoktrinasi

komunikan dengan pandangan-pandangan tertentu. Contoh: Guru ekonomi

dengan sengaja mengidoktrinasi siswa dengan pandangan Marxis.

b. Propaganda yang tidak disengaja, yaitu jawaban spontan dari suatu

pertanyaan dengan menunjukkan segi-segi positif dari suatu pandangan

tertentu. Contoh: ketika guru ekonomi menjawab spontan pertanyaan

siswanya dengan menunjukkan segi-segi positif ajaran Marxiz.

Leonard Doob membedakan propaganda menjadi :

1. Propaganda yang tersembunyi, yaitu propagandis menyelubungi tujuan yang

sebenarnya. Misalnya ketika seorang presiden menyelenggarakan konferensi

pers dengan cara mengembalikan pertanyaan wartawan agar

menguntungkan baginya.

2. Propaganda terang-terangan menyiapkan tujuan yang sebenarnya. Contoh :

ketika kandidat anggota DPR secara terang-terangan berusaha memperoleh

suara dalam pemilu.

Jacques Ellul membedakan propaganda menjadi;

Komunikasi Politik 36

Komunikasi Politik 37

Komunikasi Politik 38

Page 17: KOMUNIKASI POLITIK

a. Propaganda politik, yaitu propaganda yang melibatkan usaha-usaha

pemerintah, parpol atau golongan yang berpengaruh untuk mencapai tujuan

strategis atau taktis.

b. Propaganda sosiologis, biasanya kurang kentara dan lebih berjangka

panjang. Melalui propaganda ini orang disuntik dengan suatu cara hidup,

suatu ideologi berangsur-angsur merembes ke dalam lembaga politik, sosial

dan ekonomi.

c. Agitasi, berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanaan

yang besar bagi tujan yang langsung, dengan mengorbankan jiwa mereka

dalam usaha mewujudkan cita-cita.

d. Integrasi menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka

panjang. Melalui propaganda ini orang-orang diharapkan mengabdikan diri

mereka kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam

waktu bertahun-tahun, bahkan selama mereka hidup.

e. Propaganda vertikal, penebaran imbauannya ditujukan satu kepada banyak

dan terutama mengandalkan media massa.

f. Propaganda horizontal, imbauannya lebih banyak melalui komunikasi

interpersonal dan komunikasi organisasi ketimbang melalui komunikasi

massa- misalnya anjang sono (convassing), pelatihan kader partai dsb.

B. PERSUASI POLITIK SEBAGAI PERIKLANAN.

Periklanan ditujukan kepada setiap individu yang anonim, hubungan

antara iklan denngan calon pembeli adalah hubungan langsung-tidak ada

organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan kelompok

pembeli itu kepada penjual. Akan tetapi, setiap individu bertindak berdasarkan

pilihannya sendiri.

Periklanan dapat dibedakan menjadi periklanan komersial dan

periklanan non komersial. Periklanan politik termasuk ke dalam periklanan non

komersial. Periklanan politik ialah periklanan citra, yaitu imbauan yang ditujukan

untuk membina reputasi pejabat pemerintah atau menghendaki menjadi pejabat

pemerintah; memberi informasi kepada khalayak tentang kualifikasi, pengalaman,

latar belakang, dan kepribadian seorang politikus, dan meningkatkan prospek

pemilihan kandidat atau mempromosikan program dan kebijakan tertentu,

misalnya iklan tentang pemilihan umum, dll.

C. PERSUASI POLITIK SEBAGAI RETORIKA.

Retorika adalah komunikasi dua arah, satu kepada satu, dalam arti

bahwa satu atau lebih (seseorang berbicara kepada beberapa orang maupun

seseorang berbicara kepada seseorang) Masing-masing berusaha dengan sadar

untuk mempengaruhi pandangan satu sama lain melalui tindakan timbal baik.

Komunikasi Politik 39

Komunikasi Politik 40

Page 18: KOMUNIKASI POLITIK

Retorika politik adalah suatu proses yang memungkinkan terbentuknya

masyarakat melalui negosiasi, yang berbeda dengan propaganda yang melibatkan

mekanisme kontrol sosial dan periklanan mengandalkan keselektifan konvergen.

TIPE-TIPE RETORIKA POLITIK.

Aristoteles mengidentifikasi tiga cara pokok:

a. Retorika liberatif, dirancang untuk mempegaruhi orang-orang dalam masalah

kebijakan pemerintah dengan menggambarkan keuntungan dan kerugian

relatif dari cara-cara alternatif dalam melakukan segala sesuatu. Fokusnya

pada yang akan terjadi di masa depan, jika ditentukan kebijakan tertentu. Jadi

si orator menciptakan dan memodifikasi pengharapan atas ihwal yang akan

datang.

b. Retorika forensik adalah yuridis. Ia berfokus pada apa yang terjadi pada masa

lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak bersalah, pertanggungjawaban

atau hukuman dan ganjaran. Settingnya yang biasa adalah ruang pengadilan,

tetapi terjadinya di tempat lain, contohnya adalah pemeriksaan kasus

pelecehan seksual dari presiden Clinton.

c. Retorika demonstratif, adalah wacana yang memuji dan menjatuhkan.

Tujuannya untuk memperkuat sifat baik dan sifat buruk seseorang, suatu

lembaga, atau gagasan. Contoh: kampanye politik dan dukungan editorial dari

surat-kabar, majalah, televisi danradio terhadap seseorang kandidat anggota

parlemen.

TEHNIK PERSUASI POLITIK

Lembaga untuk analisis propaganda, menurunkan tujuh sarana untuk

merangkum berbagai teknik propaganda terpenting untuk memanfaatkan

kombinasi kata, tindakan, dan logika untuk tujuan persuasif:

1. Penjulukan (name calling), yaitu memberi label buruk kepada gagasan, orang,

objek, atau tujuan agar orang menolaknya tanpa menguji kenyataannya

terlebih dulu.

2. Iming-iming (glittering generalities), yaitu dengan menggunakan “kata yang

baik” untuk melukiskan sesuatu agar memperoleh du’kungan, tanpa

menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Contoh: koperasi merupakan “sokongan

guru” ekonomi pancasila. Generasi muda sebagai “pewaris masa depan”, dll.

3. Transfer, yaitu mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas.

Contoh: H.M. Soeharto telah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi

presiden ketujuh kalinya, demikianlah ujar Ketua Umum Golkar.

Komunikasi Politik 41

Page 19: KOMUNIKASI POLITIK

4. Testimonial, menggunakan ucapan yang dihormati atau dibenci untuk

mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Sarana yang paling mudah

kita kenal dalam dukungan politik oleh suatu surat kabar, oleh tokoh terkenal,

dll. Contoh: Menolong masyarakat “jangan hanya memberi ikan”.

5. Merakyat (plain folk), imbauan yang menyatakan bahwa pembicara berpihak

kepada khalayak dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, saya salah

seorang dari anda, hanya rakyat jelata.

6. Memupuk kartu (card stacking), memilih dengan teliti pernyataan yang akurat

dan tidak akurat, logis atau tidak logis, dsb. Untuk membangun suatu kasus.

Contoh: Apa yang saya ucapkan adalah “amar ma’ruf nahi munkar”, “orang

bijak tepat bayar pajak”, dll.

7. Gerobak musik (bandwagon technique); usaha untuk meyakinkan khalayak

akan kepopuleran dan kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan turut naik

(turut serta). Contoh: dengan cara pawai atau arak-arakan dengan atau tanpa

kendaraan dengan mengumandangkan yel-yel dan jargon.

GAYA PENYAJIAN RETORIKA

Selain gaya persuasif yang umum (gaya panas dan dingin) ada gaya

retoris sbb:

1. Ekshortif: mendesak khalayak bahwa ada masalah, bahwa sesuatu harus

dilakukan, dan bahwa mereka harus mengambil tindakan. Misalnya mendesak

penyelesaian krismon.

2. Legal; menggunakan bahasa resmi yang melambangkan kesahihan dan

kecermatan, dll.

3. Birokratis; menggunakan jargon teknis, uraias yang berbelit-belit yang

dikaitkan dengan kaidah (aturan).

4. Tawar-menawar (negosiasi); memberi dan menerima kompromi, barter, balas

jasa dan percakapan politik.

5. Teretutup/terbuka; mengacu kepada ucapan yang berhati-hati dan

mengkontraskan efek dari komunikator politik. Contoh tertutup : kampanye

suatu jabatan yang menyatakan masih ragu, sedangkan contoh yang terbuka

adalah kampanye Jimmy Carter.

9. KHALAYAK KOMUNIKASI POLITIK (TO WHOM).

Dengan mengikuti paradigma Lasswell di bagian ini akan kita bahas

mengenai “kepada siapa (to whom) pesan politik itu disampaikan” atau kita

sebut saja dengan istilah khalayak Komunikasi Politik.

Khalayak adalah sejumlah orang yang heterogen. Mereka menjadi

khalayak komunikasi politik segera setelah mereka “mengkristal” menjadi

Page 20: KOMUNIKASI POLITIK

opini publik. Bagi Dan Nimmo, opini publik adalah abstraksi dari khalayak

komunikasi politik.

Timbul pertanyaan, apa yang dimaksud dengan opini publik itu.

Sebelum sampai pada jawaban tsb., ada baiknya kita ketahui dahulu tentang

pengertian opini. “Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan,

tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dari

dan turut membentuk citra”. Atau secara sederhana, opini ialah tindakan

mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai, dan diharapkan seseorang dari

obyek-obyek dan situasi tertentu.” Tindakan tersebut bisa berupa pemberian

suara, pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau bahkan diam. Singkatnya,

tindakan apapun yang bermakna adalah ungkapan opini.

Setiap opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri atas

tiga komponen : kepercayaan, nilai dan pengharapan.

Proses opini adalah hubungan atau kaitan antara (1) kepercayaan, nilai

dan usul (harapan) yang dikemukakan oleh perseorangan di depan umum

dengan (2) kebijakan yang dibuat oleh pejabat terpilih dalam mengatur

perbuatan sosial dalam situasi konflik, yaitu dalam politik.

“Opini publik sebagai proses yang menggabungkan

pikiran, perasaan dan usul yang diungkapkan oleh warga

negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan yang

dibuat oleh pejabat pemerintah yang bertanggung jawab

atas tercapainya ketertiban sosial dalam situasi yang

mengandung konflik, perbantahan dan perselisihan

pendapat tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana

melakukannya”

Karakteristik Opini Publik.

(1) Terdapat isi (tentang sesuatu), arah (percaya atau tidak percaya,

mendukung atau tidak mendukung), dan intensitas opini publik (kuat,

sedang atau lemah).

(2) Kontroversi, artinya sesuatu yang tidak disepakati seluruh rakyat.

(3) Mempunyai volume berdasarkan kenyataan bahwa kontroversi itu

menyentuh semua orang yang merasakan konsekuensi langsung dan tak

langsung daripadanya meskipun mereka bukan pihak pada pertikaian yang

semula.

(4) Sifatnya relatif tetap.

(5) Ciri lainnya adalah penampilannya yang pluralis.

Wajah Opini Publik

1. Wajah opini massa, pengungkapan yang sebagian besar tidak terorganisasi

yang disebut orang sebagai publik, komunitas, atau suasana publik.

Page 21: KOMUNIKASI POLITIK

2. Wajah opini kelompok, pengungkapan tentang persetujuan berbagai

kelompok.

3. Wajah opini rakyat, yaitu penjumlahan opini perseorangan seperti yang

diukur oleh polling dan survey politik, pemberian suara dalam pemilu, dsb.

Karena opini publik memiliki tiga wajah dan semuanya harus

diperhitungkan dalam melukiskan proses opini, komunikator politik tidak

pernah yakin benar siapa khalayaknya, apalagi apa yang ada dalam pikiran

khalayak itu.

10. SALURAN KOMUNIKASI POLITIK (WITH WHAT CHANNEL).

Saluran komunikasi adalah alat atau sarana yang memudahkan

penyampaian pesan. Ada tiga tipe utama saluran komunikasi politik, yaitu:

saluran massa, imterpersonal dan organisasi.

Ada dua bentuk saluran massa, yaitu (1) komunikasi tatap muka,

contoh: seorang kandiat politik berbicara di dalam rapat umum, dan (2) bentuk

kedua terjadi jika ada perantara yang ditempatkan di antara komunikator dan

khalayak. Dalam bentuk ini media, teknologi, sarana dan alat komunikasi

lainnya turut menyertainya. Misalnya pidato presiden melalui televisi. Kedua

bentuk saluran komuikasi tsb. diatas merupakan tipe utama saluran yang

menekankan komunikasi satu orang kepada orang banyak. Tipe ini oleh Dan

Nimmo dinamakan komunikasi massa.

Tipe saluran berikutnya adalah saluran komunikasi interpersonal atau

antar personal, yaitu merupakan bentuk hubungan seseorang kepada

seseorang orang lain. Saluran ini pun bisa berbentuk tatap muka maupun

berperantara misalnya menggunakan telepon. Misalnya dalam kampanye

Pemilu seseorang kandidat memasang Hotline telepon yang memungkinkan

pendukungnya bisa berbicara secara pribadi.

Akhirnya, saluran lewat manusia perangkat ketiga dalam komunikasi

politik, yaitu komunikasi organisasi yang menggabungkan kedua tipe saluran

tsb. di atas. Misalnya melalui sidang, kongres, edaran memorandum dll.

11. DENGAN AKIBAT APA (WITH WHAT EFFECT).

Berbagai ahli telah merangkum akibat potensial dari komunikasi politik

dengan menggunakan kategori sbb:

(1) Akibat kognitif (menggugah kesadaran), yaitu dapat membedakan akibat

politik jangka panjang dan akibat politik seketika. Konsekuensi komunikasi

bisa menjadi dua dimensi; pertama, informasi awal menciptakan

ambiguitas, kedua menyajikan informasi lebih rinci yang mengurangi dan

memecahkan ambiguitas. Selain menciptakan dan memecahkan

Page 22: KOMUNIKASI POLITIK

ambiguitas dalam pikiran orang, juga menyajikan bahan mentah bagi

interpretasi personal, memperluas realitas sosial dan politik, dll.

(2) Akibat afektif (kecenderungan untuk suka atau tidak menyukai perubahan

atas keputusan akibat komunikasi politik) Empat konsekuensi afektif yang

potensial dari komunikasi politik, yaitu:

bisa menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik.

bisa memperkuat nilai komunikasi politik

bisa memperkecil nilai yang dianut.

bisa memindahkan situasi orang dari persuai yang satu kepada

persuasi yang lain.

(3) Akibat partisipasi, keterbukaan terhadap komunikasi politik dapat

mempengaruhi orang untuk secara aktif dalam politik, di pihak lain bisa

menekan partisipasi politik yang akibatnya bisa:

a) Primer, jika orang yang dipengaruhi itu melibatkan diri secara langsung

dalam proses komunikasi politik.

b) Sekunder, jika orang tidak terlibat langsung dalam komunikasi politik

terpengaruh oleh perubahan pada orang yang terlibat.

Konsekuensi primer dan sekunder dari komunikasi politik itu sangat jelas

dalam kampanye politik.

Nimmo menyimpulkan bahwa efek penting komunikasi politik,

sosialisasi politik, partisipasi politik, mempengaruhi pemilihan umum dan

mempengaruhi para pejabat dalam mengambil kebijakan politik.

12. KOMUNIKASI POLITIK DALAM SISTEM POLITIK.

Sebagaimana diketahui konsep komunikasi politik dalam ilmu politik

telah mengalami perkembangan dalam pengertiannya. Gabriel Almond

mengkatagorikannnya sebagai salah satu dari empat fungsi input sistem

politik. Para ahli yang memakai pendekatan komunikasi politik terhadap

sistem politik telah menjadikan komunikasi politik sebagai penyebab

bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik. Ia diibaratkan sebagai sirkulasi

darah dalam tubuh. Bukan darahnya, tapi apa yang terkandung di dalam darah

itu yang menjadikan sistem politik itu hidup. Komunikasi politik, sebagai

layaknya darah, mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, protes dan

dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat) pemprosesan dalam

sistem politik; dan hasil pemprosesan itu tersimpul dalam fungsi-fungsi output,

dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback.

Begitulah, pendapat DR Alfian bahwa komunikasi politik menjadikan sistem

politik hidup dan dinamis.

Page 23: KOMUNIKASI POLITIK

Dengan lain perkataan, komunikasi politik mempersambungkan semua

bagian dari sistem politik, masa kini dan masa lampau, sehingga dengan

demikian aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi kebijakan-kebijakan.

Jika komunikasi politik itu berjalan lancar, wajar dan sehat maka sistem politik

itu akan mencapai tingkat kualitas responsif yang tinggi terhadap

perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan

perubahan zaman. Hal itu biasanya terjadi pada sistem politik yang handal,

yaitu sistem politik yang mampu mengembangkan kapasitas dan

kapa’belitasnya secara terus-menerus.

Dalam seluruh proses komunikasi politik ini, media massa baik tercetak

maupun elektronik, memainkan peranan yang amat penting, di samping

saluran-saluran lainnya seperti tatap muka, surat-menyurat, media tradisional,

organisasi, keluarga dan pergaulan.

Sebagaimana dapat dilihat, pada tiap bagian dari sistem politik terjadi

komunikasi politik, mulai dari proses penanaman nilai (sosialisai dan

pendidikan politik) sampai pada pengartikulasikan dan penghimpunan aspirasi

dan kepentingan, terus kepada proses pengambilan kebijakan,

pelaksanaannya dan penilaian terhadap kebijakan tsb. Setiap bagian atau

tahap itu dipersambungkan pula oleh komunikasi politik.

Demikianlah, secara stimulan, timbal balik, vertikal maupun horisontal

dalam suatu sistem politik yang handal, sehat dan demokratis komunikasi

politik terjadi pada tiap bagiannya dan pada keseluruhan sistem politik itu.

Sistem politik seperti itu sudah berhasil mejadikan dirinya sistem politik yang

mapan, yaitu sistem politik yang memiliki kualitas kemandirian yang tinggi

untuk mengembangkan dirinya terus-menerus. Itulah sistem politik yang

sudah tinggal landas, mengangkasa secara self-sustainable.

Lebih jauh dapat digambarkan peranan penting komunikasi politik

dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kehandalan suatu sistem politik

yang sudah mapan. Ia berperan penting sekali dalam memelihara dan

mengembangkan budaya politik yang ada dan berlaku yang telah menjadi

landasan yang mentap dari sistem politik yang mapan dan handal itu.

Komunikasi politik mentrasmisikan nilai-nilai budaya politik yang bersumber

dari pandangan hidup atau ideologi bersama masyarakatnya kepada generasi

baru, dan memperkuat proses pembudayaannya dalam dirir generasi yang

lebih tua. Dengan demikian, budaya politik itu terpelihara dengan baik, bahkan

makin berakar dan terus berkembang dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Bersamaan dengan itu komunikasi politik yang ada dan berlaku

menyatu dengan dan menjadi bagian integral dari budaya politik tersebut. Ia

berakar, hidup dan berkembang bersama-sama dengan budaya politiknya.

Page 24: KOMUNIKASI POLITIK

Biasanya budaya politik seperti itu hadir dan berkembang dalam sistem

politik demokratis yang memiliki ideologi terbuka. Bukan dalam sistem politik

otoriter/totaliter dengan ideologi tertutup.

Dalam sistem politik otoriter toteliter, penguasa biasanya mengetahui

makna penting dari komunikasi politik dan memanfaatkannya untuk

memelihara dan memperkuat kekuasaannya, termasuk sebagai senjata untuk

menteror mental masyarakatnya agar mereka taat dan patuh kepada

kekuasaannya yang menakutkan dan semena-mena.

Sifat komunikasi politik dalam sistem politik otoriter/totaliter adalah

satu arah, yaitu dari atas ke bawah, dari penguasa kepada masyarakat, oleh

karena itu bersifat indoktrinatif. Masyarakat merasa tidak berdaya untuk

mengutarakan pandangan, pemikiran, pendapat, aspirasi dan kepentingan

mereka yang murni, dan oleh karena itu mereka pendam saja bersama-sama

rasa ketakutan dan rasa tertindas yang menyesakkan.

Suatu sistem politik demokratis tak mungkin bertahan tanpa dilandasi

atau didukung oleh budaya politik yang relevan dengannya. Apalagi untuk

meningkatkan kualitasnya menjadi suatu sistem politik yang mapan dan

handal. Dari situ tersimpul betapa pentingnya makna peranan komunikasi

politik di dalamnya. Peranan amat penting komunikasi politik itu hanya

mungkin terjadi bilamana ia betul-betul menyatu dan menjadi bagian integral

dari sistem dan budaya politik demokrasi itu. Ia berakar didalamnya hidup dan

berkembang bersamanya.

Sifat terbuka ideologi sistem politik demokratis memungkinkan dan

bahkan mengkhendaki komunikasi politik mengembangkan dialog yang wajar

dan sehat, dua arah atau timbal balik secara vertikal maupun horisontal.

13. ARTI PENTING KOMUNIKASI POLITIK DALAM HUBUNGAN

INTERNASIONAL.

Kebijaksanaan politik luar negeri adalah perumusan tentang sikap, arah

tindak (course of action) dan tujuan yang hendak dicapai (aspired objective)

suatu bangsa melalui penyelenggaraan politik internasional. Kebijaksanaan

luar negeri tidak berarti sekedar penerapan keluar yang berdiri sendiri,

melainkan ke dalam harus terkait pada kebijaksanaan nasional pada

umumnya, yang dirumuskan dari tahap ke tahap sejalan dengan

perkembangan kondisi menyeluruh di dalam negeri. Demikianlah, maka

seringkali dikatakan bahwa kebijaksanaan politik luar negeri suatu bangsa

adalah pantulan (refleksi) atau perpanjangan (extension) daripada kondisi

nyata di dalam negeri bangsa yang bersangkutan.

Page 25: KOMUNIKASI POLITIK

Kebijaksanaan politik luar negeri dan politik internasional pada

pokoknya berkaitan dengan tiga variabel determinan yaitu kepentingan

nasional, kemampuan nasional dan kondisi serta dinamika internasional.

Setiap negara merumuskan kebijaksanaan politik luar negerinya atas

ketentuan bahwa pelaksanaannya akan menguntungkan bagi kepentingan

nasional (to promote national interest). Ukuran kepentingan nasional itu

berkisar pada dua kerangka yaitu (a) diukur dari kepentingan keselamatan dan

keamanan nasional, dan (b) diukur dari peningkatan kemakmuran dan

kesejahteraan bangsa.

Kedua hal ini bersangkutan dengan kepentingan nasional yang paling

mendasar, yaitu apa yang lazim disebut sebagai national survival value. Sudah

tentu pengertian kepentingan kepentingan nasional itu selanjutnya

memperoleh perinciannya, akan tetapi secara umum maka kaitan langsungnya

adalah dengan nilai bertahannya suatu kehidupan kebangsaan.

Determinan ini senantiasa berlaku dalam merumuskan kebijaksanaan

politik luar negeri dan politik internasional. Karena betapapun juga tak

mungkin suatu bangsa bersedia mengorbankan kepentingannya, apalagi

kemerdekaan dan kedaulatannya, betapapun keuntungan sementara yang

bisa diperoleh dari suatu hubungan dengan bangsa atau negara lain. Dari sini

tampak bahwa komunikasi politik merupakan pula landasan untuk terwujudnya

integritas dan loyalitas nasional bangsa dalam suatu negara.

Determinan lain yang tidak bisa diabaikan ialah kemampuan yang

dimiliki oleh suatu bangsa baik aktual maupun potensial yang disebut

kemampuan nasional. Hal dimaksud berkaitan dengan persepsi bangsa yang

bersangkutan tentang kemampuannya sendiri. Dengan kemampuan disini

berarti bahwa segenap daya bangsa, baik yang manifest maupun yang masih

laten berupa sumber daya (resources) yang melekat pada bangsa yang

bersangkutan.

Secara umum dapat dirumuskan bahwa determinan kemajuan nasional

adalah resultante daripada interaksi antara sumber daya alam dengan

sumber-daya manusia di wilayah suatu negara. Suatu bangsa mungkin saja

memiliki sumber daya alam yang kaya, akan tetapi tidak memiliki sumber-

daya manusia yang mampu untuk melakukan eksploitasi maksimal daripada

sumber-daya alamnya. Atau sebaliknya, suatu bangsa memiliki sumber-daya

manusia yang tinggi kemampuannya, akan tetapi sangat terbatas

pemilikannya terhadap sumber daya alam dalam batas-batas wilayah

negaranya. Kemampuan nasional suatu bangsa sangat ditentukan oleh sejauh

mana interaksi terjadi antarar kedua sumber daya itu. Hal tersebut berkaitan

erat dengan kapabilitas akstraktif sistem politik dimana komunikasi politik

merupakan salah satu unsur masukannya.

Page 26: KOMUNIKASI POLITIK

Bagian yang sangat penting dan diperhitungkan dalam membahas

determinan kemampuan nasional ialah kondisi geografis satu bangsa. Apakah

bangsa itu menghuni wilayah yang terkepung daratan (landlocked country),

ataukah menghuni wilayah kenusantaraan (archipelago). Apakah bangsa itu

berbatasan dengan sejumlah besar negara-negara lain, atau hanya berbatasan

dengan satu atau dua negara saja. Apakah negara itu berbatasan dengan

negara sangat kuat dan besar, atau berbatasan dengan negara yang sangat

lemah dan kecil. Kesemuanya itu tentunya menuntut pemikiran yang berbeda

dalam merancang kebijaksanaan luar negerinya masing-masing. Sistem bela

diri masing-masing tentunya dibina dengan pertimbangan kondisi

geografisnya. Bangsa yang menghuni wilayah kenusantaraan tentunya akan

memberi keutamaan dalam membina kekuatan mariitmnya. Bangsa yang

menghuni wilayah dengan ilkim troppik tentunya akan juga menyesuaikan

pembinaan sistem bela dirinya dengan cuaca tropik.

Pendeknya faktor geografi telah menjadi unsur yang penting dalam

menilai determinan kemampuan nasional. Faktor geografi itu tidak mungkin

diabaikan, oleh karena geografi sesuatu bangsa tidak bisa dipertukarkan

dengan wilayah lain dan tidak juga bisa dirubah batas-batasnya tanpa

menimbulkan sengketa dengan bangsa-bangsa lain sekawasan. Kepentingan

faktor geografi antara lain kemudian diperkembangkan sebagai dasar

geopolitik dan geostrategi. Memang tidak dapat disangkal bahwa faktor

geografi itu tidak bisa diabaikan dalam membina kemampuan nasional. Namun

geopolitik bertitik tolak dari kenyataan geografi sebagai faktor utama (kalau

tidak tunggal) yang menentukan nilai kekuatan dan nasib suatu bangsa.

Geopolitik bertitik tolak pada dasar pemikiran, bahwa …..the factor of

geography (as) an absolute that is supposed to determine the power, and

hence the fate, of nations.

Determinan ketiga ialah kondisi internasional dengan sifatnya yang

dinamik, Setiap negara dapat mmerumuskan kebijaksanaan politik luar

negerinya, tetapi tidak akan mungkin mengatur dan menetapkan proses

dinamika internasional sebagai akibat dari interaksi terus-menerus antara

bangsa-bangsa di dunia. Dinamika internasional tidak senantiasa menampilkan

situasi yang sesuai dengan keinginan individual negara, bahkan adakalanya

yang menggejala dalam forum internasional bisa bertentangan dengan apa

yang didambakan. Jangankan kekuatan-kekuatan ang sedang dan kecil,

kekuatan raksasa sekalipun tidak selalu mampu menguasai pengendalian atas

dinamika internasional.

Oleh karenanya maka kebijaksanaan politik luar negeri harus

menyediakan cukup ruang gerak dan ruang penyiasatan, sehingga

penyesuaian-penyesuaian terhadap dinamika internasional dapat dilakukan.

Page 27: KOMUNIKASI POLITIK

Penyesuaian-penyesuaian itu tentunya tidak bisa keluar batas dari unsur-unsur

yang konstan sebagai pedomannya, yaitu ideologi dan konstitusi. Dengan

berpedoman pada kedua unsur konstan itu, maka segala penyesuaian dan

penyiasatan dapat dilaksanakan dalam bats-batas yang menjamin adanya

konsistensi dalam olitik luar negeri.

Pelaksanaan politik luar negeri soleh suatu negara adalah salah satu

petunjuk yang menegaskan kemersdekaan dan kedaulatan negara itu. Sebab

dengan melaksanakan politik luar negerinya suatu negara mendudukkan diri

dalam pergaulan antar negara dan sekaligus menentukan sikap dan

mengambil posisinya dalam dinamika pergaulan internasional.

Karena situasi internasional tidak statik, bahkan sarat dengan berbagai

pola dan kecenderungan perkembangan, maka kebijaksanaan yang dijadikan

landasan bagi pelaksanaan politik luar negeri selslu memerlukan penyesuaian-

penyesuaian dengan dinamika dan perkembangan baru.

Penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan itu tentunya tidak didasarkan

pada azas oportunisme dan tidak juga pasivisme yang sekedar ikut arus.

Untuk menjamin agar penyesuaian-penyesuaian itu terjaga dari

penyimpangan-penyimpangan prinsipil dan tetap memiliki kesadaran arah

(sense of direction) , maka politik luar negeri secara ideal perlu melakukan

penyesuaian-penytesuain terhadap dinamika dan perkembangan baru sambil

tetap berkembang pada beberapa pedoman asasi yang konstan.

Pedoman asasi yang bersifat konstan adalah ideologi dan konstitusi.

Ideologi merupakan susila kehidupan kebangsaan yang seharusnya bukan saja

merupakan naungan ideologi bagi pelaksanaan politik luar negeeri melainkan

jugga harus dimanifestasikan pada perilaku dalam pergaulan internasional.

Konstitusi idealnya mendasari politik luar negeri dan bagi Indonesia

harus merupakan manifestasi dari apa yang termaksud dalam embukaan UUD

– 1945, yang mengatakan bahwa”kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan

oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak

sesuai dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan”..dan bahwa

pemerintah/negara berkewajiban … “melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.: Untuk

itu komunikasi politik yang berhimpitan landasan ideal normatif dengan tujuan

internasional Indonesia merupakan sarana penunjang keberhasilan politik luar

negeri.

14. INTERAKSI HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI POLITIK.

Page 28: KOMUNIKASI POLITIK

Selama ini diketahui bahwa esensi politik domestik dan politik

internasional pada hakekatnya sama, walaupun manifestasi antara keduanya

berbeda sebagai akibat perbedaan lingkungan. Lingkungan politik

internasional adalah anarkis, sedangkan politik domestik non-anarkis.

Disamping itu juga diketahui bahwa dalam seluruh sistem politik, baik yang

lokal, nasional, region, maupun internasiional, terkandung tiga pola interaksi

hubungan yang berdimensi komunikasi politik. Pertama, interaksi kompetitif

dimana pencapaian tujuan oleh suatu aktor politik tidak berjalan sejajar

dengan tujuan aktor-aktor politik lainnya. Kedua, interaksi kooperatif di mana

pencapaian tujuan dipermudah dengan usaha kerjasama dan saling

melengkapi antara berbagai aktor politik. Ketiga, interaksi kompetitif-

kooperatif di mana para aktor politik mengejar tujuan ganda, sebagian tujuan

tidak sejalan dan menimbulkan ketegangan, sedangkan sebagian tujuan

lainnya sama sehingga dapat dicapai dengan kerjasama dan usaha yang saling

melengkapi. Untuk lebih menjelaskan ketiga politik horizontal itu dapat

dikemukakan contoh-contoh berikut baik dalam tingkatan domestik maupun

tingkatan internasional.

Interaksi politik kompetitif biasanya mengambil bentuk zero-sum game.

Ini berarti bahwa ada satu aktor yang menang penuh dan aktor lainnya kalah

secara nyata. Dalam politik nasional, zero-sum game ini dapat dilihat bila ada

beberapa calon presiden, yang berkompetisi merebut kursi kepresidenan.

Calon yang akhirnya meraih kursi kepresidenan itu berarti menang penuh,

sedang calon-calon lain memperoleh zero atau nol. Dalam politik

internasional, interaksi kompetitif misalnya terlihat dalam perlombaan

persenjataan. Tujuan pihak yang satu untuk mencapai keunggulan sudah

barang tentu tidak sejalan (incompatible) dengan tujuan pihak lainnya.

Demikian juga dalam usaha perluasan ideologi yang dilakukan oleh dua super

power atas suatu negara di dunia ketiga misalnya, terdapat interaksi

kompetitif. Suatu negara yang sudah jatuh ke dalam suatu ideologi tertentu

menjadi tidak sesjalan dengan maksud pihak yang menginginkan agar negara

itu bersedia memeluk ideologi lainnya. Interaksi kompetitif murni dalam politik

internasional terutama dapat dilihat dalam proses perang total, di mana

seseorang pemenang dapat memperoleh suatu imperium sedang yang kalah

bisa kehilangan entitas politiknya yang otonom. Karena mekanisme kontrol

atas konflik internasional sangat lemah atau bahkan tidak ada maka interaksi

kompetitif seringkali mengambil bentuk konfrontasi militer.

Interaksi politik kooperatif sesungguhnya merupakan bagian sentral

dalam proses komunikasi politik, tetapi sering diabaikan orang. Sebagai lawan

zero-sum game dalam interaksi kompetitif, interaksi kooperatif dapat

membuahkan hasil yang dapat dipetik bersama setiap pemain, dalam hal ini

Page 29: KOMUNIKASI POLITIK

negara-negara, dapat menang semuanya. Bentuk kooperatif proses politik di

dalam negeri misalnya adalah pemerintahan koalisi dari berbagai partai yang

mendukung suatu program bersama. Tanpa adanya kondisi tersebut mungkin

sekali terjadi suatu instabilitas politik. Sedang contoh dalam politik

internasional adalah organisasi-organisasi regional maupun aliansi militer

untuk meningkatkan keamanan kolektif para anggotanya. Dalam proses

perundingan pembatasan senjata, sesungguhnya juga terdapat kerjasama

antar negara yang sangat sentral sifatnya untuk meningkatkan keamanan

masing-masing sambil mengurangi bahaya perang yang sangat dekstruktif.

Walaupun tidak kelihatan secara spektakuler, kerjasama internasional juga

mencakup pernyataan-pernyataan dukungan diplomatik, pemberian bantuan

luar negeri, pemakaian bersama fasilitas-fasilitas komunikasi dan transportasi

modern, dan aneka ragam kerjasama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi

dan ekonomi. Surat kabar jarang memberitakan tentang hal-hal seperti ini,

akan tetapi jarangnya berita tentang hal-hal di atas tidak mengurangi arti

penting kerjasama dalam politik internasional.

Akhirnya perlu dicatat bahwa interaksi politik tidak selalu sepenuhnya

kompetitif atau sepenuhnya kooperatif, karena terlalu banyak interaksi politik

sekaligus bersifat kooperatif dan kompetitif sebagai manifestasi komunikasi

politik horizontal. Sebagai misal partai-partai dalam suatu negara dapat saling

bersaing dengan sengit untuk memperebutkan kursi sebanyak mungkin dalam

dewan perwakilan rakyat, tetapi pada saat yang sama partai-partai tersebut

bekerjasama membela negaranya dari suatu kekuatan subversif yang dapat

menggoncangkan stabilitas politik. Contoh dalam politik internasional yang

paling terkenal adalah peaceful coexistence antara kedua super power. Dalam

kaitan dengan koeksitensi secara damai, baik Amerika Serikat maupun Uni

soviet tetap dengan penuh semangat mengejar masing-masing yang tidak

sejalan akan tetapi pada saat yang sama mereka bekerjasama untuk

membatasi kompetisi mereka secara non-violent. Ini berarti bahwa kedua

negara bekerjasama agar persaingan mereka tidak pernah melampaui ambang

nuklir (nuclear threshold). Gambaran tentang dunia masa depan bagi keduia

negara jelas sangat bertentangan, akan tetapi kedua negara bersepakat untuk

tidak membangun masa depan masing-masing di atas reruntuhan peradaban

akibat perang nuklir.

Politik internasional pada dasarnya memang suatu politik anarkis

(politics of anarchy) atau suatu politik tanpa pemerintahan (politics without

government). Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa setiap negara kemudian

berada dalam suasana perang dengan negara lainnya., Seperti telah

dikemukakan, hubungan antar negara tidak selalu kompetitif yang menuju

pada konflik dan perang, tetapi juga bersifat kooperatif ataupun sekaligus

Page 30: KOMUNIKASI POLITIK

kompetitif daan kooperatif. Dalam pada itu state of war politik internasional

tidak harus menjurus kepada peperangan, berhubung selalu ada usaha para

negarawan dan diplomat untuk memperlunak akibat anarki yang berlangsung

antar bangsa.

Di sini dapat disebutkan bahwa hukum internasional dan diplomasi

sangat berfaedah untuk memecahkan konflik antar bangsa. Pada batas

tertentu hukum intenasional dapat memberikan norma-norma tingkah laku

bagi pergaulan antar bangsa dan mekanisme pemecahan konflik. Memang

tidak atau belum ada suatu pemerintahan dunia yang dapat memaksakan

berlakunya hukum internasional, namun efektivitas hukum internasional

berasal dari kesediaan negara-negara untuk mentaatinya. Bila pertikaian yang

tejadi tidak menyangkut kepentingan-kepentingan vital, banyak negara yang

mau menerima penyelesaian hukum, walaupun penyelesaian itu tidak

sepenuhnya memuaskan. Penerimaan itu dapat berdasarkan suatu preseden

atau prinsip-prinsip yang mengharuskan bahwa kompromi harus diambil.

Kebanyakan hukum internasional mencerminkan suatu konsensus di antara

negara-negara tentang apa yang dianggap sama-sama menguntungkan,

misalnya aturan-aturan yang mengatur komunikasi internasioonal.

Selain hukum internasional, diplomasi dapat juga melancarkan

kerjasama antar bangsa dan menyelesaikan perselisihan di antara meraka. Jika

diplomasi dilakukan dengan lincah dan realistik,, yaitu dengan

memperhitungkan kepentingan-kepentingan sah dari pihak-pihak yang

terlibat, diplomasi dapat mencegah timbulnya perang. Perlu kiranya dicatat

bahwa para negarawan telah memanfaatkan hukum internasional dan

diplomasi dalam suatu sistem keseimbangan kekuatan (balance of power).

Balance of power atau sekarang balance of terror merupakan suatu sistem dan

cara yang ditempuh dalam pergaulan antar bangsa di mana stabilitas

internasional dapat dicapai melalui usaha negara-negara secara individual,

apakah masing-masing negara itu secara sengaja mengejar tujuan stabilitas

ataukah tidak.

Dalam hal ini orang sering membuat analogi pengejaran kekuasaan

atau kekuatan yang dilakukan oleh setiap negara dengan teori Adam Smith

dalam bidang ekonomi. Menurut Smith, jika setiap orang memburu

kepentingannya sendiri, maka interaksi egoisme masing-masing individu justru

akan meningkatkan kekayaan nasional. Demikian juga para sarjana hubungan

internasional mengajukan alasan, jika setiap negara mengejar kekuasaan

bahkan dengan kemungkinan merugikan negara lain, maka tidak ada satupun

negara pun yang akan mempunyai dominasi. Jadi pada kedua kasus ini

kepentingan bersama malahan akan terpelihara, sebagai hasil dari berbagai

aksi internasional yang selfish. Kendatipun demikian perlu dicatat bahwa

Page 31: KOMUNIKASI POLITIK

sistem keseimbangan kekuatan kadang-kadang gagal dalam mencegah

kemungkinan suatu negara atau kelompok negara-negara merebut hegemoni

dan dapat menjamin adanya ekuilibrum, tetapi belum dapat menbjamin

tercapainya perdamaian.

Setelah perang Dunia I dan II, para negarawan berusaha untuk

membuat suatu inovasi untuk melestarikan perdamaian dan mencegah

perang, yaitu dengan membuat organisasi yang benar-benar bersifat

internasional, berwujud Liga Bangsa-bangsa dan perserikatan bangsa-bangsa.

Perserikatan bangsa-bangsa dilahirkan dengan maksud untuk mencegah

pecahnya perang dunia ketiga dan untuk tidak mengulangi kelemahan-

kelemahan Liga Bangsa-Bangsa. Keberhasilan PBB sejak semula tidak

dikaitkan dengan kerjasama antara negara-negara besar. Oleh karena itu tidak

mengherankan jika organisasi ini belum dapat mencapai tujuan-tujuannya

secara memuaskan, berhubung konflik kepentingan antara negara-negara

besar dan antara super power masih terlalu sering terjadi. Walaupun demikian

PBB telah melakukan beberapa fungsi penting, antara lain sebagai forum

untuk melemparkan keluhan dan protes berbagai negara, sebagai tempat

untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan solusi terhadap sesuatu masalah

internasional yang mendesak, dan sebagai suatu mekanisme untuk

melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil bersama. Dalam

kenyataan PBB dapat menjadi alat yang cukup efektif untuk menyelesaikan

pertikaian internasional, selama kepentingan vital superpower tidak dirugikan

atau selama kepentingan vital negara-negara yang bersengketa tidak dalam

bahaya. Di samping PBB, suatu fenomena yang muncul setelah perang Dunia II

adalah banyaknya organisasi-organisasi regional misalnya pasaran bersama

Eropa, ASEAN di asia tenggara dan SPF di pasifik selatan. Organisasi regional

yang menjurus pada suatu konfederasi negara-negara anggota besar

kemungkinan akan dapat mencegah perang sesama mereka bahkan mungkin

menjalin kerjasama antar organisasi regional.

15. KEDEKATAN GEOGRAFIS DALAM KOMUNIKASI POLITIK INDONESIA

Indonesia bagian timur berbatasan langsung dengan kawasan Pasifik

Selatan khususnya antara Propinsi Irian Jaya dan Papua New Guinea.

Kedekatan geografis ini pada satu sisi, terutama dari segi historis telah

menimbulkan serentetan masalah baik yang berdimensi internal-domestik

maupun yang berdimensi hubungan bilateral dan regional. Meskipun pada sisi

lain apabila dipandang dari segi pendekatan lingkungan dan kerjasama

internasional berpotensi untuk menjalin ketahanan regional yang dapat

memperkuat ketahanan nasional masing-masing negara di kawasan Pasifik

Selatan dan Barat Daya.

Komunikasi Politik 73

Page 32: KOMUNIKASI POLITIK

Pada dimensi internal-domestik tampak gejala-gejala disintegrasi politik

yang sangat sensitif dalam rangka pembinaan negara kesatuan Republik

Indonesia. Sebagaimana halnya dengan masalah-masalah internal-domestik

pada banyak negara lain, masalah inipun bukan tak mungkin dapat

mengundang campur tangan pihak luar. Misalnya saja karena masalah

domestik di Irian Jaya mengakibatkan pelintas batas Irian Jaya-PNG dan pada

gilirannya membawam masalah pengungsi pada pihak PNG yang mengaitkan

masalah dalam hubungan bilateral Indonesia dengan PNG. Meskipun

sebenarnya gejala-gejala disintegrasi politik di bagian timur Indonesia

khususnya di Irian Jaya dapat pula merupakan kerikil-kerikil tajam dalam

perjalanan pembangunan (yang tidak semestinya ada) sehingga dapat

mengundang perhataian Pemerintah Pusat RI, dengan mengggeser sentra-

sentra pembangunan ke wilayah Indonesia bagian timur yang berbatasan

langsung dengan Pasifik Selatan.

Pada dimensi eksternal bilateral dan regional kedekatan geografis

antara Indonesia dan Papua New Guinea telah membawa masalah-masalah

bilateral namun berpotensi untuk memperkuat keterikatan politik dan

fungsionalitas ekonomi yang dapat meningkatkan ketahanan regional. Masalah

bilateral antara Indonesia dan PNG antara lain adalah masalah perbatasan,

masalah pelintas, masalah transmigrasi yang menimbulkan isu Jawanisasi dan

islamisasi, dan masalah OPM yang berkeliaran di PNG. Namun pada tahapan

perkembangan sekarang tampak intensitas masalah bilateral itu menjadi

rendah yang pada gilirannya membawa kecenderungan kerjasama bilateral

yang ditandatangani perjanjian saling menghormati, persahabatan dan

kerjasama antara RI dan PNG. Perjanjian tersebut disambut baik oleh negara-

negara Pasifik Selatan lainnya termasuk Australia dan Selandia baru.

Meskipun demikian harus diakui bahwa Indonesia memiliki masalah

internal-domestik yang berpeluang bagi propaganda dan komunikasi

internasional, terutama di bagian timur Indonesia. Masalah yang dihadapi di

Indonesia bagian Timur, terutama mencakup dua hal yang menyangkut

integrasi politik. Pertama, adalah masalah integrasi politik yang lebih banyak

diwarnai oleh dimensi horisontal. Kedua, sama halnya dengan Republik Maluku

Selatan, proses integrasi politik di Irian Jaya juga dihadang oleh gerakan-

gerakan yang bersifat separatis dan bukan dalam bentuk protes seperti yang

terjadi di kebanyakan daerah lain. Dari segi hubungan internasional masalah

tersebut juga dapat mengundang campur tangan dari luar.

Paralel dengan gerakan-gerakan separatis di Irian Jaya tersebar pul;a

gagasan Melanesian Brotherhood Solidarity di Pasifik selatan. Gagasan itu

merambah ke Irian Jaya sehingga mempertajam rasa perbedaan antara suku-

suku di Irian Jaya, dengan suku-suku Indonesia lainnya. Tambah lagi setelah

Page 33: KOMUNIKASI POLITIK

program transmigrasi meluas meliputi daerah Irian Jaya, maka OPM

menghembus-hembuskan sentimen kesukuan, diskriminasi, jawanisasi

islamisasi, dll. Masalah tersebut berkembang dan pada gilirannya menjadikan

masalah pelintas batas Irian Jaya ke PNG membawa dampak politis. Disinilah

letak dimensi eksternal bilateral masalah integrasi politik di Irian Jaya.

Hubungan Indonesia dengan Papua New Guinea yang kait-mengkait

dengan masalah integrasi politik di Irian Jaya dapat pula mengundang

permasalahan regional. Karena itu Indonesia perlu menempuh langkah-

langkah positif yang baik bagi dirinya dan tidak menimbulkan purbasangka di

pihak PNG dan negara-negara Pasifik selatan lainnya. Salah satu diantaranya

mempercepat pengembangan Irian Jaya dalam proses pembangunan di

Indonesia pada umumnya, sambil memperhatikan keadaan psikologis dan

antropologis yang ada di Irian Jaya sendiri. Bila Indonesia berhasil dalam

bidang ini, maka akan mempunyai dampak yang positif terhadap hubungan

Indonesia dengan negara-negara baru di Pasifik Selatan, bahkan juga dengan

Australia. Disitulah dimensi eksternal-regional hubungan RI-PNG yang kini

telah membuka lembaran baru dengan penandatanganan treaty of Mutual

Respect, Friendship and Cooperation di Port Moresby tangggal 27 Otober 1986.

Kini hubungan bilateral Indonesia PNG cenderung bersahabat. Saling

kunjung-mengunjungi antara kedua nengara menunjukkan intensitas yang

meningkat. Juga perundingan-perundingan bilateral berlangsung dengan

lancar misalnya saja pertemuan Joint Border Committee-JBC telah berlangsung

beberapa kali. Salah satu diantaranya adalah pertemuan keempat Komite

Perbatasan, yang berlangsung tanggal 10-11 November 1987 di propinsi

Madang PNG dimana dibicarakan tentang survai dan demarkasi hubungan

komunikasi Jayapura-Vanimo, saling tukar informasi tentang hasil

pembangunan kedua belah pihak di perbatasan RI-PNG, menilai perlu adanya

perjanjian bilateral menyangkut SAR, dan memperbaiki prosedur kerja JBC

agar menjadi lebih efisien. Selain itu hubungan bersahabat dari kedua negara

juga tidak terpengaruh dari kasus Ted Diro yang menurut pemberitaan surat

kabar-surat kabar PNG dan Australia, mendapat bantuan uang kontan dari

Jendral Benny Murdani dari Indonesia untuk pembiayaan kampanye pemilihan

umum 1987.

Pernyataan-pernyataan kalangan pemerintah PNG sejak

penandatangan perjanjian MRFC antara RI-PNG pada umumnya baik dan

positif. PM PNG Paias Wingti pada akhir tahun 1987 pernah menegaskan

bahwa PNG bisa belajar banyak dari Indonesia mengenai teknologi sederhana

dan teknologi terapan untuk meningkatkan produksi pangan. Dalam hal ini RI

diharapkan membantu program pembangunan pedesaan di PNG. Pada awal

tahun 1988 ketika Paias Wingti berkunjung ke Indonesia ditegaskannya lagi

Page 34: KOMUNIKASI POLITIK

bahwa pola hubungan RI-PNG telah bergeser dari soal pelintas batas kepada

soal kerjasama dalam bidang perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan

penanaman modal. Di bidang perdagangan misalnya pada tahapan awal PNG

bisa mengimpor hasil-hasil produksi industri ringan, alat-alat listrik, dll dari

Indonesia. Di bidang penanaman modal, lembaga-lembaga keuangan

Insonesia bisa melihat kemungkinan-kemungkinan dalam pembangunan hotel

dan pariwisata.

Perubahan sikap PNG dalam menjalankan politik luar negerinya

terhadap Indonesia dan Australia merupakan bagian dari perubahan politik

luar negeri PNG terhadap negara-negara tetangganya. Terutama,dengan

negara-negara yang berbatasan langsung dengan PNG, seperti Indonesia,

Australia, Kepulauan Solomon dan Vanuatu. Terhadap Australia saja misalnya

PNG menempuh kebijaksanaan dengan memperbesar investasi Australia dan

meningkatkan perdagangan dengan Australia. Sementara itu menurunkan

bantuan Australia terhadap budget menjadi 16 % dari 30 % sebelum Paias

Wingti menjadi perdana menteri. Penurunan bantuan Australia terhadap

anggaran PNG pada tahun 1988 menjadi 10 persen.

Penataan hubungan baik PNG dengan negara-negara tetangganya

ditandai dengan inisiatif-inisiatif hubungan bilateral. Dengan Indonesia

dilakukan TMRFC. Seperangakat deklarasi bersama tentnang prinsip-prinsip

hubungan baik dengan Australia, juga terhadap kepulauan Solomon dan

Vanuatu. Khusus terhadap hubungan dengan Indonesia PM Paias Wingti

pernah mengakui bahwa Indonesia mempunyai persamaan pendapat dalaam

hal pentingnya kawasan Pasifik Barat Daya menjadi kawasan yang stabil dan

damai agar pembangunan ekonomi dan taraf hidup rakyat dapat ditingkatkan.

Dari pihak Indonesia kondisi hubungan bilateral yang

bersahabat dengan PNG hendaknya merupakan peluang untuk meningkatkan

kerjasama ekonomi dan teknik. Ekonomi PNG menunjukkan trend yang

semakin terbuka. Hal ini ditandai dengan perbandingan/ratio antara neraca

perdagangan ekspor impor Indonesia terhadapa PNG semakin meningkat.

Dari segi keungan negara, tingkat self relience pemerintah PNG pada

tahun1985 sebesar 75 %. Angka self reliance sebesar ini mencerminkan

adanya peluang kerjasama dalam bidang keuangan negara sebesar 30 persen.

Peluang itu lebih relevan lagi apabila diingat bahwa PNG cenderung

mengurangi tingkat ketergantungan bantuan budget Australia terhadap

dirinya.

Dalam bidang kerjasama teknik dan keterampilan khusus pihak

Indonesia dapat memberikan bantuan latihan-latihan yang berjangka pendek

dalam bidang penyuluhan pertaniann, kursus-kursus tambang, industri kecil,

latihan dalam bidang komunikasi dan eksplorasi minyak. Namun program

Page 35: KOMUNIKASI POLITIK

semacam ini pula dapat mengundang keterlibatan pihak ketiga misalnya

Australia atau Selandia Baru apabila pelaksanaan bantuan latihan itu harus

dilakukan di Indonesia.

Sementara itu dalam bidang perdagangan antara Indonesia dan PNG

terbuka peluang kerjasama antara lain karena 1) adanya hasrat dari kedua

belah pihak untuk menjalin kerjasa ekonomi, sosial budaya danpolitik; 2)

volume transaksi perdagangan yang masih kecil dan karenanya erlu

ditingkatkan; 3) kebutuhan dan jasa impor kedua negara mempunyai

kecenderungan meningkat; 4) keduanya ingin meningkatkan hasil penerimaan

devisa negara dari barang-barang dan jasa-jasa mereka.

Kebijaksanaan pemerintah PNG terhadap penanaman modal aing cukup

menarik dan apabila dimanfaatkan secara hati-hati , peluang tersebut dapat

menguntungkan baik PNG maupun bagi pihak investor. Sekalipun dalam

melaksanakan Pelita pemerintah Indonesia banyak mengundang modal asing,

namun tidaklah berarti bahwa Indonesia sama sekali tidak mempunyai

peluang untuk menanamkan modal di PNG.

Kebijaksanaan kurs valuta asing yang dibarengi oleh kebijaksanaan

perdagangan luar negeri dan kebijakan investasi luar negeri serta didukung

bantuan dari beberapa negara lain dan beberapa organisasi regional maupun

internasional, telah berhasil meningkatkan nilai eksternal mata uang kita. Bagi

Indonesia yang ingin mengembangkan hubungan ekonomi dengan PNG gejala

tersebut merupakan salah satu faktor yang mendukung.

Banyaknya kesamaan keadaan sumber-sumber alam PNG dengan

keadaan sumber-sumber alam Indonesia tidaklah menutup kemungkinan

ditingkatkannya kerjasama ekonomi antara kedua negara tersebut. Perbedaan

pada keadaan sumber daya manusia dan sumber daya kapital merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan keunggulan relatif (comparative

advantage) yang ada.

PENUTUP

Rumusan kebijaksanaan dan pelaksanaan politik luar negeri dalam

memperjuangkan kepentingan nasional, dari segi komunikasi politik

memerlukan kecermatan dalam memperkirakan berbagai peluang dan

tantangan. Perkembangan dunia internasional dan regional kadang-kadang

diwarnai oleh kegiatan-kegiatan yang membuka berbagai peluang dan

tantangan baru. Hal itu menuntut peningkatan kecermatan dan kemampuan

dalam bentuk komunikasi ppolitik antisipatif untuk mengikuti situasi dunia

internasional secara regional dan global. Idealnya bahwa setiap peluang baru

yang tersedia hendaknya disertai dengan inisiatif baru dan tantangan baru

harus dijawab dengan kecanggihan konseptual.

Page 36: KOMUNIKASI POLITIK

Sejalan dengan itu perlu ditingkatkan kemampuan nasional yang

meliputi kemampuan poilitik, kemampuan ekonomi, kemampuan sosial

budayaa, kemampuan militer, kemempuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

kemampuan administrasi pemerintah dan kemampuan diplomasi. Keberhasilan

upaya mengembangkan inisiatif-inisiatif dan gagasan-gagasan konseptual

baru dalam propaganda/komunikasi politik internasional tentunya tergantung

pada kemampuan untuk meramu dengan tepat peluang-peluang dan

tantangan-tantangan byang dihadapi berdasarkan tingkat kemampuan

nasional yang dimiliki.

Indonesia secara geografis melihat dirinya bagian dari Pasifik

khususnya Pasifik Barat Daya. Karena itu perkembangan-perkembangan

lingkungan eksternalnya di Pasifik perlu diikuti secara cermat dan antisipatif.

Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari pergaulan internasional di Pasifik

dan karenanya terpanggil untuk turut memainkan peranan dalam gelanggang

politik internasional, khususnya di Ppasifik untuk mewujudkan stabilitas

regional dalam rangka perdamaian dunia.

Dari segi komunikasi politik aktual-pragmatik, Indonesia perlu berupaya

keras untuk meningkatkan kemampuan nasionalnya baik dari segi kuantitas

maupun kualitas sehingga dapat memanfaatkan peluang dalam

perkembangan terakhir di Pasifik. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

merupakan salah satu faktor strategis yang dapat melibatkan orang-orang

Indonesia ke dalam berbagai peluang kerjasama Pasifik masa kini dan masa

datang.

Indonesia perlu membenahi sistem pendidikan, sistem penelitian dan

sistem pelayanan kepada masyarakat secara lebih koprehensif sehingga dapat

semakin kaya dalam data dan informasi tentang Pasifik. Hal ini penting untuk

ikut berperan serta dalam berbagai bentuk pertukaran informasi dan

pengalaman dalam arena internasional di Pasifik. Sehingga pada akhirnya

orang-orang Indonesia menjadi cermat dan obyektif dalam aktualisasi

komunikasi politik potensial untuk memperjuangkan kepentingan nasional.

Indonesia perlu memperhatikan perkembangan-perkembangan yang

terjadi di kawasan Pasifik Selatan yang memiliki potensi dukungan politik bagi

Indonesia dalam fora internasional khususnya dalam forum PBB. Karena itu

intensitas propaganda dan komunikasi politik internasional perlu ditingkatkan.

Antara lain karena kawasan ini secara potensial dapat menimbulkan ancaman

bagi persatuan negara RI dengan aadanya gagasan Melanesian Brotherhood

Solidarity di kalangan orang-orang melanesia. Dalam hubungan ini Indonesia

perlu lebih aktif memperjuangkan forum kerjasama ASEAN-SPF untuk

mengurangi miscommunication dan psychological barriers antara orang-orang

Indonesia dan orang-orang dari Pasifik selatan.

Page 37: KOMUNIKASI POLITIK

Peningkatan saling pengertian dan persahabatan antara Indonesia dan

negara-negara Pasifik Selatan merupakan salah satu sarana komunikasi politik

horizontal yang menjadi kepentingan Indonesia. Saling pengertian akan

memjembatani masalah-masalah sosial budaya yang mungkin timbul di antara

kedua belah pihak yang sekaligus menyentuh masalah-masalah politik

keamanan. Dalam hal ini Indonesia perlu menempuh serangkaian prioritas,

dan karena Australia dan Selandia Baru penting dalam SPF, maka hubungan

Indonesia dengan merka dalam beberapa segi penting artinya. Selanjutnya

prioritas hendaknya juga diberikan kepada PNG, Vanuatu, dan Fiji sebagai

negara-negara Pasifik Selatan yang aktif dalam kancah regional maupuun

internasional.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alfian, Dr. , Pembangunan Politik Indonesia, PT Gramedia - Jakarta, 1986

Page 38: KOMUNIKASI POLITIK

2. Arbi Sanit, Drs., Sistem Politik Indonesia, PT Raja Grafindo Persada - Jakarta,1993

3. Barbara B. Jones, James G. Robbins, Komunikasi yang efektif, CV. Tulus Jaya - Jakarta, 1983

4. Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, Tiara Wacana - Yogyakarta, 1991

5. Dahlan Nasution, Politik Internasional, Konsep dan Teori, PT. Erlangga -Jakarta, 1989

6. Dan Nimmo , Komunikasi Politik, CV. Remadja Karya - Bandung, 1989

7. ----------------, Komunikasi Politik, CV. Remadja Rosda Karya - Bandung, 1993

8. Farchan Bulkin, Analisa Kekuatan Politik Indonesia, Pustaka LP3ES - Jakarta, 1995

9. Herbert Feith & Lance Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, Pustaka LP3ES - Jakarta, 1995

10. Maurice Duverger, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada - Jakarta, 1998

11. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia - Jakarta, 1993

12. Mochtar Mas’ud, Dr., Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press , 1986

13. Moeljarto, T. Prof., Politik Pembangunan, PT Tiara Wacana - Yogyakarta, 1987

14. Robert Dhal, Analisis Politik Modern, PT Bumi Aksara - Jakarta, 1994

15. Riswanda Irawan, Dr. , Membedah Politik Orde Baru, Pustaka Pelajar - Jakarta, 1997

16. Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia, PT Sinar Baru - Bandung, 1990

17. Rysh & Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, PT. Raja Grafindo Persada - Jakarta, 1997

18. Sukarna, Drs., Sistem Politik Indonesia, CV. Mandar Maju - Bandung, 1990

19. Soelistyati Ismail G., Pengantar Ilmu Politik, PT Ghalia Indonesia - Jakarta, 1987

20. Sumarno, AP. Drs., SH., Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, PT Citra Aditya Bakti - Bandung, 1989

Page 39: KOMUNIKASI POLITIK

21. ------------------------------, Sistem Komunikasi Indonesia, Yayasan AlHasan - Bandung, 1995

22. Surbakti Ramalan – Memahami Ilmu Politik

DOKUMEN :

1. Sejumlah Jurnal Ilmu Politik – AIPI.

2. Sejumlah Karya tulis Ilmiah yang dihimpun dari Seminar Nasional IV

“Indonesia dan Komunikasi Politik” AIPI di Ujung Pandang pada tanggal 8-9

Agustus 1990.

3. Sejumlah artikel dari beberapa surat kabar/majalah (Kompas, Republika,

Merdeka dan Forum).