Komunikasi Orang Tua Remaja mengenai Kesehatan Reproduksi
-
Upload
ikamaulida -
Category
Documents
-
view
60 -
download
11
description
Transcript of Komunikasi Orang Tua Remaja mengenai Kesehatan Reproduksi
-
iKOMUNIKASI EFEKTIF ORANGTUA
DENGAN REMAJA
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA
JAKARTA 2012
-
ii
Komunikasi Efektif Orangtua dengan Remaja
Diterbitkan oleh :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Hak Cipta @2012
Direktorat Bina Ketahanan Remaja
Cetakan Kedua
Disusun oleh:
Indra Wirdhana, SH, MM
Drs. M. Edi Muin, M.Si
Andi Ismoyo, SH
Witri Windrawati, SE
Dra. Purini Saptari, M.Pd
Drs. Sugiyatna, MM
Drs. Djafar
Alifah Nuranti, S.Psi, MPH
Ade Isyanah, S.Pd, MARS
Farida Ekasari, SIP, MKM
Masnuryati, SE
Syahril Tanjung, SH
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Direktorat Bina Ketahanan Remaja
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma - Jakarta Timur
Telp/Fax : (021) 8009029, 8008548
http://[email protected]
-
iii
KATA SAMBUTAN
Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja,
antara lain melalui program di sekolah, masyarakat, keluarga dan
kelompok sebaya. Dari berbagai upaya tersebut, keluarga
terutama pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai
pengaruh yang sangat penting dalam membentuk sikap dan
perilaku remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan
orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua dan komunikasi
orangtua dengan remaja. Di antara proses pola asuh tersebut,
komunikasi orangtua dengan remaja diketahui berpengaruh
terhadap pembentukkan karakter, sikap dan perilaku remaja.
Melalui komunikasi, orangtua seharusnya menjadi sumber
informasi dan pendidik utama tentang kesehatan reproduksi
dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Namun
demikian, orangtua sering menghadapi kesulitan untuk
membicarakan masalah tersebut kepada remajanya, begitu pun
sebaliknya. Norma dan budaya masyarakat yang sebagian masih
menganggap tabu tentang isu kesehatan reproduksi dapat
menjadi penghambat terhadap pendidikan seksualitas terhadap
remaja.
Sekaitan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Komunikasi
Efektif Orangtua dengan Remaja yang berisikan materi substansi
program Generasi Berencana (GenRe) yang dapat digunakan
sebagai pegangan bagi Kader BKR, Pengelola BKR, orang tua yang
memiliki remaja, pengelola program GenRe, Remaja dan
masyarakat peduli remaja.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membina remaja,
melalui pendekatan kegiatan pada kelompok Bina Keluarga
Komunikasi Efektif Orangtua dengan Remaja
Diterbitkan oleh :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Hak Cipta @2012
Direktorat Bina Ketahanan Remaja
Cetakan Kedua
Disusun oleh:
Indra Wirdhana, SH, MM
Drs. M. Edi Muin, M.Si
Andi Ismoyo, SH
Witri Windrawati, SE
Dra. Purini Saptari, M.Pd
Drs. Sugiyatna, MM
Drs. Djafar
Alifah Nuranti, S.Psi, MPH
Ade Isyanah, S.Pd, MARS
Farida Ekasari, SIP, MKM
Masnuryati, SE
Syahril Tanjung, SH
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Direktorat Bina Ketahanan Remaja
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma - Jakarta Timur
Telp/Fax : (021) 8009029, 8008548
http://[email protected]
-
iv
Remaja. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Taufik dan rahmatnya
kepada kita semua. Amin.
Jakarta, Juni 2012
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga
Dr. Sudibyo Alimoeso, MA
-
vKATA PENGANTAR
Dalam rangka mewujudkan misi Pembangunan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional, yakni mewujudkan
pembangunan yang berwawasan kependudukan dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, maka salah satu
strateginya adalah meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga melalui pembinaan keluarga (BKB, BKR dan BKL),
pembinaan remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga dan
peningkatan pendapatan keluarga melalui UPPKS.
Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu
kegiatan dalam Program GenRe yang dilakukan oleh keluarga
yang mempunyai remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan orangtua atau keluarga lain dalam pembinaan
tumbuh kembang remaja. Dengan adanya program BKR, orangtua
diharapkan memiliki pengetahuan dan dapat menyampaikan
pengetahuan yang mereka miliki dengan cara-cara berkomunikasi
yang dapat diterima oleh remaja.
Guna mendukung peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman orang tua tentang bagaimana memberikan
pembinaan dan bimbingan pada remaja melalui komunikasi
efektif antara orang tua dengan remaja , maka disusun buku
Komunikasi Efektif Orang Tua dengan Remaja. Dengan adanya
buku komunikasi ini diharapkan orangtua mampu berkomunikasi
secara efektif kepada remajanya.
Remaja. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Taufik dan rahmatnya
kepada kita semua. Amin.
Jakarta, Juni 2012
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga
Dr. Sudibyo Alimoeso, MA
-
vi
Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam
penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya.
Jakarta, Juni 2012
Direktur Bina Ketahanan Remaja
Indra Wirdhana, SH, MM
-
vii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................ i
Kata Sambutan .......................................................................... iii
Kata Pengantar .......................................................................... v
Daftar Isi ........................................................................................ vii
Bab I : Pendahuluan ................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................... 5
C. Sasaran Pengguna ................................................................ 5
D. Ruang Lingkup ..................................................................... 6
E. Batasan dan Pengertian .................................................... 6
Bab II : Komunikasi Efektif ................................................... 9
A. Pengertian Komunikasi ...................................................... 9
B. Tujuan Komunikasi .............................................................. 10
C. Manfaat Komunikasi ............................................................ 11
D. Unsur Komunikasi ................................................................ 11
E. Hambatan Komunikasi ....................................................... 13
F. Aspek-Aspek Komunikasi .................................................. 14
Bab III : Komunikasi Efektif Orangtua dengan
Remaja .......................................................................... 17
A. Gaya Berkomunikasi Orangtua dengan
Remajanya ............................................................................... 17
B. Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orangtuanya 18
C. Keterampilan Komunikasi Orangtua dengan
Remajanya ............................................................................... 19
Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam
penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya.
Jakarta, Juni 2012
Direktur Bina Ketahanan Remaja
Indra Wirdhana, SH, MM
-
viii
1. Mengenal Diri Orang Tua ........................................... 20
2. Mengenal Diri Remaja ................................................. 21
3. Mendengar Aktif ............................................................ 24
4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya .... 26
5. Menentukan dan Menyikapi Masalah
Komunikasi Orangtua dengan Remaja ................. 27
6. Mengenal Dan Menghindari Gaya
Penghambat Komunikasi ........................................... 30
Bab IV : Penutup ......................................................................... 35
Daftar Pustaka ........................................................................... 37
-
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke
masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang
sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka
selanjutnya. Pada tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24
tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari
jumlah Penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus
Penduduk, 2010). Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka
remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan
menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental
dan spiritual. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan
bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat
kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja.
Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu
permasalahan seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS
serta Napza), rendahnya pengetahuan remaja tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja dan median usia kawin
pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun
(SDKI 2007).
Berikut gambaran perilaku remaja, berkaitan dengan risiko
TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS), rendahnya
pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
dan median usia kawin pertama perempuan:
1. Mengenal Diri Orang Tua ........................................... 20
2. Mengenal Diri Remaja ................................................. 21
3. Mendengar Aktif ............................................................ 24
4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya .... 26
5. Menentukan dan Menyikapi Masalah
Komunikasi Orangtua dengan Remaja ................. 27
6. Mengenal Dan Menghindari Gaya
Penghambat Komunikasi ........................................... 30
Bab IV : Penutup ......................................................................... 35
Daftar Pustaka ........................................................................... 37
-
21. Seksualitas
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja
khususnya remaja yang belum menikah, cenderung
meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa remaja perempuan dan remaja
laki-laki usia 15-24 tahun yang menyatakan pernah
melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing 1%
pada wanita dan 6% pada pria (SKRRI, 2007). Masih
berdasarkan sumber data yang sama, menunjukkan
pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung
semakin berani dan terbuka : 1). Berpegangan tangan, laki-
laki 69% dan perempuan 68,3%; 2).Berciuman, laki-laki
41,2% dan perempuan 29,3% dan 3). Meraba/
merangsang, laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1%.
Perilaku seksual pranikah dikalangan remaja diperkuat
dengan data dari Depkes Tahun 2009 di 4 kota besar
(Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya),
menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman
yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah
dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks
pranikah.
Berdasarkan penelitian dari Australian National University
(ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi
(JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia
-
3pernikahan disebabkan oleh kehamilan yang tidak
diinginkan.
2. Napza
Berdasarkan data hasil penelitian Badan Narkotika
Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI Tahun 2008)
menunjukkan bahwa jumlah penyalahguna narkoba pada
tahun 2008 sebanyak 1,99 % atau sekitar 3,3 juta orang,
tahun 2010 bertambah menjadi 3,8 juta orang (2,21%), dan
tahun 2015 bertambah lagi menjadi 5,1 juta orang (2,8%)
dari penduduk Indonesia berumur 10 59 tahun.
Selanjutnya data BNN juga menunjukkan bahwa jumlah
pengguna Napza sampai dengan tahun 2008 adalah
115.404. Dimana 51.986 dari total pengguna adalah
mereka yang berusia remaja (usia 16-24 tahun). Mereka
yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa
berjumlah 4.055.
3. HIV dan AIDS
Jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan periode Januari
Desember 2011 sebesar 21.031 kasus, sedangkan data
kasus AIDS yang dilaporkan periode Januari Desember
2011 sebesar 4.162 kasus. Data tersebut merupakan
fenomena gunung es artinya data tersebut hanya yang
dilaporkan saja. Sedangkan untuk kasus HIV dan AIDS
secara kumulatif sampai dengan Desember 2011, jumlah
kasus HIV sebesar 76.879 kasus, dan jumlah kasus AIDS
sebesar 29.879 kasus. Sedangkan persentase kumulatif
kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20 29 tahun
atau sekitar 45.4%. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS
yang gejalanya baru muncul setalah 3 10 tahun
1. Seksualitas
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja
khususnya remaja yang belum menikah, cenderung
meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa remaja perempuan dan remaja
laki-laki usia 15-24 tahun yang menyatakan pernah
melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing 1%
pada wanita dan 6% pada pria (SKRRI, 2007). Masih
berdasarkan sumber data yang sama, menunjukkan
pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung
semakin berani dan terbuka : 1). Berpegangan tangan, laki-
laki 69% dan perempuan 68,3%; 2).Berciuman, laki-laki
41,2% dan perempuan 29,3% dan 3). Meraba/
merangsang, laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1%.
Perilaku seksual pranikah dikalangan remaja diperkuat
dengan data dari Depkes Tahun 2009 di 4 kota besar
(Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya),
menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman
yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah
dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks
pranikah.
Berdasarkan penelitian dari Australian National University
(ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi
(JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia
-
4terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa
sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah
terinfeksi pada usia yang lebih muda.
Berkaitan dengan berbagai permasalahan remaja di atas,
maka dilakukan upaya melalui remaja dan keluarganya.
Pendekatan kepada keluarga didasari oleh hasil Survei RPJMN
program Kependudukan dan KB Tahun 2011 yang
menunjukkan beberapa pola pengasuhan orangtua terhadap
tumbuh kembang remaja dari aspek kejiwaan, mental dan
spiritual, antara lain: a) orangtua yang menanamkan nilai-nilai
moral dan agama kepada anak remajanya (79%), b) orangtua
yang menyediakan waktu berkomunikasi efektif dengan anak
remajanya (36%), c) orangtua sebagai tempat curahan hati
bagi anak remajanya (33%), d) orangtua sebagai
teladan/contoh/panutan bagi anak remajanya (47%).
Masih berdasarkan hasil survey yang sama, yaitu Survei
RPJMN Tahun 2011, tentang pengalaman keluarga dalam
pengasuhan dan tumbuh kembang remaja dari aspek sosial,
menunjukkan bahwa: a) orangtua yang melibatkan remaja
dalam pemecahan masalah (15%), b) orangtua yang
mengikutsertakan remaja dalam kegiatan sosial (41%), c)
orangtua yang mengkursuskan remaja (24%), d) orangtua
yang menggali potensi/bakat remaja (23%) dan e) orangtua
yang menyekolahkan remaja (83%).
Dari berbagai data menunjukkan bahwa keluarga melalui pola
asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang
sangat penting dalam pembentukan karakter remaja,
termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua
dengan remaja, pengawasan orangtua, dan komunikasi
orangtua dengan remaja. Melalui komunikasi, orangtua
-
5hendaknya menjadi sumber informasi dan pendidik utama
tentang kesehatan reproduksi remaja, juga tentang
perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang.
Namun demikian, orangtua sering menghadapi kendala
dalam berkomunikasi kepada remajanya, begitupun
sebaliknya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
diperlukan buku bacaan sebagai pegangan bagi pengelola,
kader, dan orang tua, serta remaja.
B. Tujuan
Tujuan penulisan buku bacaan ini untuk dijadikan pegangan
bagi pengelola, kader BKR, dan orang tua yang mempunyai
remaja dalam rangka menjalin komunikasi yang efektif antara
orang tua dengan remaja. Selain itu, diharapkan jumlah remaja
yang berkomunikasi dengan orang tuanya semakin
meningkat, sehingga dapat mengatasi berbagai permasalahan
remaja.
C. Sasaran Pengguna
Sasaran yang terkait dengan buku ini adalah :
1. Pengelola Program Generasi Berencana (GenRe)
2. Pengelola BKR
3. Kader BKR
4. Orang tua yang memiliki remaja
5. Remaja
6. Masyarakat peduli remaja
terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa
sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah
terinfeksi pada usia yang lebih muda.
Berkaitan dengan berbagai permasalahan remaja di atas,
maka dilakukan upaya melalui remaja dan keluarganya.
Pendekatan kepada keluarga didasari oleh hasil Survei RPJMN
program Kependudukan dan KB Tahun 2011 yang
menunjukkan beberapa pola pengasuhan orangtua terhadap
tumbuh kembang remaja dari aspek kejiwaan, mental dan
spiritual, antara lain: a) orangtua yang menanamkan nilai-nilai
moral dan agama kepada anak remajanya (79%), b) orangtua
yang menyediakan waktu berkomunikasi efektif dengan anak
remajanya (36%), c) orangtua sebagai tempat curahan hati
bagi anak remajanya (33%), d) orangtua sebagai
teladan/contoh/panutan bagi anak remajanya (47%).
Masih berdasarkan hasil survey yang sama, yaitu Survei
RPJMN Tahun 2011, tentang pengalaman keluarga dalam
pengasuhan dan tumbuh kembang remaja dari aspek sosial,
menunjukkan bahwa: a) orangtua yang melibatkan remaja
dalam pemecahan masalah (15%), b) orangtua yang
mengikutsertakan remaja dalam kegiatan sosial (41%), c)
orangtua yang mengkursuskan remaja (24%), d) orangtua
yang menggali potensi/bakat remaja (23%) dan e) orangtua
yang menyekolahkan remaja (83%).
Dari berbagai data menunjukkan bahwa keluarga melalui pola
asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang
sangat penting dalam pembentukan karakter remaja,
termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua
dengan remaja, pengawasan orangtua, dan komunikasi
orangtua dengan remaja. Melalui komunikasi, orangtua
-
6D. Ruang lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri dari teori komunikasi,
komunikasi efektif orangtua dengan remaja, dan keterampilan
komunikasi orang tua dengan remaja.
E. Batasan dan pengertian
1. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan
perkawinan yang sah untuk dapat membentuk sebuah
keluarga.
2. Remaja adalah orang muda (young people) yaitu
penduduk usia 1024 tahun (UNFPA dan WHO). Remaja
sebagai sasaran program GenRe adalah penduduk usia 10-
24 tahun yang belum menikah.
3. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan
penyampaian informasi, sikap, pikiran atau perasaan
melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh
atau ungkapan emosi.
4. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan sikap pada orang lain yang bisa
terlihat pada proses komunikasi.
5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami dan istri, atau suami istri dan anaknya
atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
6. Keluarga remaja adalah keluarga yang memiliki anak
remaja usia 10-24 tahun, dan belum menikah
7. Program GenRe adalah suatu program yang
dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan
-
7berkeluarga bagi remaja/mahasiswa yang diarahkan untuk
mencapai Tegar Remaja/Mahasiswa agar menjadi Tegar
Keluarga demi terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
8. Pengelola Program GenRe adalah pejabat struktural dan
fungsional mulai dari Tingkat Pusat yaitu Deputi KSPK,
Direktur Bina Ketahanan Remaja; Tingkat Provinsi yaitu
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi, Kabid KSPK, Kasubbid
Bina Ketahanan Remaja; Tingkat Kabupaten dan Kota yaitu
Kepala SKPD KB, Eselon III dan Eselon IV yang menangani
program Keluarga Berencana/Keluarga Sejahtera; Tingkat
Kecamatan yaitu KUPTD/PPLKB/Koordinator Lapangan
PLKB/PKB; serta pada tingkat desa dan kelurahan yaitu
PLKB/PKB yang secara fungsional bertanggungjawab
terhadap pengelolaan program GenRe yaitu pengelolaan
Bina Keluarga Remaja (BKR) dan pengelolaan PIK R/M.
9. Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah wadah kegiatan yang
beranggotakan keluarga yang mempunyai remaja usia 10
24 tahun. BKR bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan orangtua dan anggota
keluarga lainnya baik dalam pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang remaja maupun dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian
ber KB bagi anggota kelompok.
10. Pengelola BKR adalah orang atau lembaga yang menaruh
minat dan melaksanakan rangkaian kegiatan Bina Keluarga
Remaja, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, sampai dengan pemantauan dan penilaian
program.
D. Ruang lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri dari teori komunikasi,
komunikasi efektif orangtua dengan remaja, dan keterampilan
komunikasi orang tua dengan remaja.
E. Batasan dan pengertian
1. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan
perkawinan yang sah untuk dapat membentuk sebuah
keluarga.
2. Remaja adalah orang muda (young people) yaitu
penduduk usia 1024 tahun (UNFPA dan WHO). Remaja
sebagai sasaran program GenRe adalah penduduk usia 10-
24 tahun yang belum menikah.
3. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan
penyampaian informasi, sikap, pikiran atau perasaan
melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh
atau ungkapan emosi.
4. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan sikap pada orang lain yang bisa
terlihat pada proses komunikasi.
5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami dan istri, atau suami istri dan anaknya
atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
6. Keluarga remaja adalah keluarga yang memiliki anak
remaja usia 10-24 tahun, dan belum menikah
7. Program GenRe adalah suatu program yang
dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan
-
811. Kader BKR adalah anggota masyarakat yang melaksanakan
kegiatan Bina Keluarga Remaja secara sukarela, dalam
membina dan memberikan penyuluhan kepada orangtua
tentang cara mengasuh dan membina anak remajanya
dengan baik dan benar
12. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh
remaja/mahasiswa, yaitu risiko-risiko yang berkaitan
dengan Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS
13. Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup
manusia sebagai mahluk seksual, yaitu emosi, perasaan,
kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual,
hubungan seksual dan orientasi seksual.
14. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu
virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia
15. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat melemahnya
sistem kekebalan tubuh, karena terinfeksi virus HIV.
16. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, yaitu zat-zat kimiawi
yang dimasukkan kedalam tubuh manusia baik secara oral
(melalui mulut), dihirup (melalui hidung) atau disuntik
yang menimbulkan efek tertentu terhadap fisik, mental
dan ketergantungan
-
9BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan
penyampaian informasi, sikap, pikiran atau perasaan melalui
bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh atau
ungkapan emosi.
Komunikasi orangtua dengan remaja merupakan salah satu
bentuk komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi
interpersonal, pembicaraan antar kedua belah pihak
berlangsung akrab, berusaha saling memahami dan terjadi
tanya jawab, sehingga terdapat saling pengertian. Dalam hal
ini masing-masing pihak saling memberikan umpan balik,
dengan terbuka, jujur, tidak berprasangka dan saling
mendukung, demi tercapainya efektivitas komunikasi.
Komunikasi dikatakan efektif jika dapat memberikan
informasi, mendidik, menginstruksikan, mengajak dan
menghibur audience termasuk remaja.
1. Memberikan informasi adalah menyampaikan atau
menyebarluaskan pesan (informasi) kepada orang lain.
2. Mendidik adalah pesan (informasi) yang disampaikan
bersifat mendidik, sehingga dapat menambah
pengetahuan tentang informasi yang disampaikan.
11. Kader BKR adalah anggota masyarakat yang melaksanakan
kegiatan Bina Keluarga Remaja secara sukarela, dalam
membina dan memberikan penyuluhan kepada orangtua
tentang cara mengasuh dan membina anak remajanya
dengan baik dan benar
12. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh
remaja/mahasiswa, yaitu risiko-risiko yang berkaitan
dengan Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS
13. Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup
manusia sebagai mahluk seksual, yaitu emosi, perasaan,
kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual,
hubungan seksual dan orientasi seksual.
14. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu
virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia
15. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat melemahnya
sistem kekebalan tubuh, karena terinfeksi virus HIV.
16. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, yaitu zat-zat kimiawi
yang dimasukkan kedalam tubuh manusia baik secara oral
(melalui mulut), dihirup (melalui hidung) atau disuntik
yang menimbulkan efek tertentu terhadap fisik, mental
dan ketergantungan
-
10
3. Menginstruksikan artinya memberikan instruksi
(mewajibkan atau melarang) penerima untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu tindakan yang diperintahkan.
4. Mengajak (persuasif) adalah pesan yang disampaikan
dapat menimbulkan efek pada komunikan, sehingga
dapat mempengaruhi (mengubah) pendapat, sikap dan
perilaku orang yang diajak berkomunikasi.
5. Menghibur artinya mengirimkan pesan-pesan yang
mengandung hiburan kepada penerimanya, sehingga
dapat menimbulkan perasaan senang kepada komunikan.
Berdasarkan beberapa definisi komunikasi, maka dapat
disimpulkan komunikasi orangtua remaja didefinisikan
sebagai informasi atau pesan tentang seksualitas yang
disampaikan oleh komunikator (orangtua) kepada komunikan
(remaja). Komunikasi orangtua - remaja juga harus mencakup
penyampaian nilai, standar dan sikap orangtua mengenai isu
tersebut.
B. Tujuan Komunikasi
Tujuan dilakukannya komunikasi efektif orangtua dengan
remaja, antara lain:
1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
2. Membentuk suasana keterbukaan
3. Membuat orangtua mau mendengar remaja saat mereka
berbicara
4. Membuat remaja mau bicara pada saat mereka
menghadapi masalah
-
11
5. Membuat remaja mau menghormati orangtua atau
orang dewasa saat mereka berbicara
6. Membantu remaja menyelesaikan masalahnya
C. Manfaat Komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan kewaspadaan
seseorang terhadap isu tertentu, sehingga bijak dalam
mengupayakan solusinya;
2. Mempengaruhi persepsi, keyakinan dan sikap seseorang;
3. Mempengaruhi seseorang untuk cepat bertindak
4. Menyangkal mitos-mitos dan persepsi yang salah di
masyarakat tentang isu tertentu.
D. Unsur Komunikasi
Dalam komunikasi efektif antara kelompok satu dengan
kelompok lain atau seseorang dengan orang lain, diperlukan
keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yaitu komunikator,
komunikan, pesan dan saluran.
1. Komunikator adalah orang atau sumber yang
menyampaikan atau mengeluarkan rangsangan dalam
bentuk informasi atau pesan kepada orang atau pihak lain.
Diharapkan orang atau pihak lain tersebut memberikan
tanggapan atau jawaban. Beberapa faktor yang
hendaknya dimiliki oleh komunikator yang mempengaruhi
penerimaan pesan oleh komunikan antara lain :
3. Menginstruksikan artinya memberikan instruksi
(mewajibkan atau melarang) penerima untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu tindakan yang diperintahkan.
4. Mengajak (persuasif) adalah pesan yang disampaikan
dapat menimbulkan efek pada komunikan, sehingga
dapat mempengaruhi (mengubah) pendapat, sikap dan
perilaku orang yang diajak berkomunikasi.
5. Menghibur artinya mengirimkan pesan-pesan yang
mengandung hiburan kepada penerimanya, sehingga
dapat menimbulkan perasaan senang kepada komunikan.
Berdasarkan beberapa definisi komunikasi, maka dapat
disimpulkan komunikasi orangtua remaja didefinisikan
sebagai informasi atau pesan tentang seksualitas yang
disampaikan oleh komunikator (orangtua) kepada komunikan
(remaja). Komunikasi orangtua - remaja juga harus mencakup
penyampaian nilai, standar dan sikap orangtua mengenai isu
tersebut.
B. Tujuan Komunikasi
Tujuan dilakukannya komunikasi efektif orangtua dengan
remaja, antara lain:
1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
2. Membentuk suasana keterbukaan
3. Membuat orangtua mau mendengar remaja saat mereka
berbicara
4. Membuat remaja mau bicara pada saat mereka
menghadapi masalah
-
12
a. Dapat dipercaya. Semakin dipercaya pemberi pesan,
maka semakin besar tingkat kepercayaan penerima.
b. Menarik. Komunikator yang menarik dapat lebih
dipercaya untuk mempengaruhi seseorang
dibandingkan komunikator yang kurang menarik.
c. Kekuasaan. Semakin besar kekuasaan komunikator,
semakin besar tingkat kepercayaan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan.
2. Komunikan adalah pihak yang menerima dan memberikan
respon terhadap rangsangan dari komunikator, tanggapan
dapat bersifat pasif, yaitu memahami maksud yang
disampaikan oleh komunikan atau tanggapan aktif, yaitu
berupa ungkapan lisan, tulisan atau berupa simbol.
Terdapat beberapa faktor komunikan yang harus
diperhatikan, antara lain:
a. Demografi, antara lain: umur, jenis kelamin, ras dan
karakteristik audience termasuk remaja.
b. Faktor psikologis, antara lain: pengetahuan, keyakinan,
sikap, kemampuan, keterampilan dan harapan
audience termasuk remaja.
3. Pesan adalah rangsangan yang dikeluarkan oleh
komunikator kepada komunikan. Isi pesan atau informasi
diharapkan dapat dimengerti oleh komunikan dan
ditanggapi secara pasif ataupun aktif. Terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pesan antara
lain:
a. Tipe pesan. Tipe pesan dapat berbentuk humoris,
berdasarkan fakta, emosional atau perintah sehingga
-
13
dapat menimbulkan perhatian. Setiap tipe pesan
tergantung dari situasi dan audience termasuk remaja.
b. Isi pesan. Sangat penting untuk memperhatikan apa
yang termasuk dan tidak termasuk dalam pesan. Selain
itu, tata urut pesan juga harus diperhatikan, karena
tata urut yang baik, dapat mempengaruhi logika dan
emosi audience, termasuk remaja, sehingga akan
membentuk kesan pada pesan yang disampaikan.
c. Kesesuaian. Pesan dapat dikembangkan menjadi lebih
sederhana agar sesuai dengan latar belakang
komunikan, sehingga dapat cepat menimbulkan
pemahaman.
4. Saluran (media) dapat berupa komunikasi antar pribadi
dan komunikasi massa. Komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang
dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok.
Komunikasi interpersonal, misalnya komunikasi antara
konselor dengan klien, dokter dengan pasien, orangtua
dengan remaja. Komunikasi massa, misalnya TV, radio,
koran, spanduk.
E. Hambatan Komunikasi
Beberapa hal yang sering dilakukan orangtua ketika
berkomunikasi dengan remaja, sehingga menghambat
keberhasilan komunikasi orangtua dengan remaja, antara lain:
1. Lebih banyak berbicara daripada mendengar
2. Merasa tahu lebih banyak
3. Cenderung memberi arahan dan nasihat
a. Dapat dipercaya. Semakin dipercaya pemberi pesan,
maka semakin besar tingkat kepercayaan penerima.
b. Menarik. Komunikator yang menarik dapat lebih
dipercaya untuk mempengaruhi seseorang
dibandingkan komunikator yang kurang menarik.
c. Kekuasaan. Semakin besar kekuasaan komunikator,
semakin besar tingkat kepercayaan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan.
2. Komunikan adalah pihak yang menerima dan memberikan
respon terhadap rangsangan dari komunikator, tanggapan
dapat bersifat pasif, yaitu memahami maksud yang
disampaikan oleh komunikan atau tanggapan aktif, yaitu
berupa ungkapan lisan, tulisan atau berupa simbol.
Terdapat beberapa faktor komunikan yang harus
diperhatikan, antara lain:
a. Demografi, antara lain: umur, jenis kelamin, ras dan
karakteristik audience termasuk remaja.
b. Faktor psikologis, antara lain: pengetahuan, keyakinan,
sikap, kemampuan, keterampilan dan harapan
audience termasuk remaja.
3. Pesan adalah rangsangan yang dikeluarkan oleh
komunikator kepada komunikan. Isi pesan atau informasi
diharapkan dapat dimengerti oleh komunikan dan
ditanggapi secara pasif ataupun aktif. Terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pesan antara
lain:
a. Tipe pesan. Tipe pesan dapat berbentuk humoris,
berdasarkan fakta, emosional atau perintah sehingga
-
14
4. Tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa
yang sebenarnya terjadi dan yang dialami oleh remaja
5. Tidak memberi kesempatan pada remaja untuk
mengemukakan pendapat
6. Tidak mencoba menerima kenyataan yang dialami
remaja dan memahaminya
7. Merasa putus asa dan marah karena tidak tahu harus
bersikap atau bertindak bagaimana kepada remajanya
F. Aspek-Aspek Komunikasi
Dalam komunikasi interpersonal, terdapat beberapa aspek
yang harus diperhatikan oleh komunikator agar komunikasi
menjadi efektif, antara lain:
1. Keterbukaan. Pengertian keterbukaan adalah adanya
keinginan untuk membuka diri dengan orang lain untuk
berinterkasi dan keinginan untuk memberikan tanggapan
sejujurnya terhadap rangsangan yang diterima. Dalam
keterbukaan, memerlukan adanya pengakuan dan sikap
bertanggung jawab terhadap segala pikiran dan perasaan
yang telah diungkapnya.
2. Empati. Adanya usaha masing-masing pihak untuk
merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain,
dalam upaya untuk memahami orang lain. Berempati juga
membutuhkan kepekaan agar dapat merasakan perasaan
orang lain ketika komunikasi berlangsung. Adapun
langkah-langkah untuk mengembangkan empati, antara
lain:
-
15
a. Lebih banyak memahami keinginan, pengalaman,
kemampuan dan kecemasan yang dirasakan orang
lain.
b. Menghindari penilaian baik-buruk atau benar-salah
terhadap perilaku atau sikap orang lain.
c. Mencoba untuk melihat masalah dari cara pandang
(persepsi) orang lain.
3. Dukungan. Dukungan dapat berupa ungkapan verbal dan
non verbal. Ungkapan verbal, seperti gerakan
menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tersenyum
atau tepukan tangan. Ungkapan non verbal, seperti
memahami dan berpikir secara terbuka (mampu menerima
pandangan orang lain).
4. Kepositifan. Dapat dilakukan dengan memberikan sikap
positif dan menghargai orang lain, sehingga seseorang
mampu menghargai dirinya sendiri secara positif.
5. Kesamaan. Adanya kesamaan pengalaman dan kesamaan
dalam percakapan antara para pelaku komunikasi.
Tujuannya agar mencegah terjadinya kesalahpahaman
atau konflik.
4. Tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa
yang sebenarnya terjadi dan yang dialami oleh remaja
5. Tidak memberi kesempatan pada remaja untuk
mengemukakan pendapat
6. Tidak mencoba menerima kenyataan yang dialami
remaja dan memahaminya
7. Merasa putus asa dan marah karena tidak tahu harus
bersikap atau bertindak bagaimana kepada remajanya
F. Aspek-Aspek Komunikasi
Dalam komunikasi interpersonal, terdapat beberapa aspek
yang harus diperhatikan oleh komunikator agar komunikasi
menjadi efektif, antara lain:
1. Keterbukaan. Pengertian keterbukaan adalah adanya
keinginan untuk membuka diri dengan orang lain untuk
berinterkasi dan keinginan untuk memberikan tanggapan
sejujurnya terhadap rangsangan yang diterima. Dalam
keterbukaan, memerlukan adanya pengakuan dan sikap
bertanggung jawab terhadap segala pikiran dan perasaan
yang telah diungkapnya.
2. Empati. Adanya usaha masing-masing pihak untuk
merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain,
dalam upaya untuk memahami orang lain. Berempati juga
membutuhkan kepekaan agar dapat merasakan perasaan
orang lain ketika komunikasi berlangsung. Adapun
langkah-langkah untuk mengembangkan empati, antara
lain:
-
16
-
17
BAB III
KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA
DENGAN REMAJA
A. Gaya Berkomunikasi Orangtua dengan Remajanya
Pada fase remaja, mereka tidak cocok diajak berkomunikasi
dengan gaya orang tua yang memerintah dan mengatur,
karena mereka akan memandang orang tua sebagai sosok
yang mengancam dan tidak mampu mengerti diri remaja.
Untuk berkomunikasi dengan remaja, lebih cocok dengan
gaya komunikasi layaknya seorang teman. Orang tua dapat
mengajak anak berkomunikasi dengan santai, tidak
memberikan penilaian, serta tidak terkesan menggurui.
Dengan gaya komunikasi seperti ini membuat remaja merasa
lebih aman dan nyaman dalam mendengarkan orang tua,
karena orang tua dianggap mampu mengerti posisi serta
keinginan diri remaja.
Berdasarkan hasil penelitian Nuranti, 2009 kepada beberapa
orangtua dan remaja di Yogyakarata, menunjukkan sebagian
besar orangtua tidak mendiskusikan secara langsung
mengenai hubungan seksual, melainkan lebih pada fungsi
dan proses organ reproduksi, seperti menstruasi dan mimpi
basah. Orangtua memberikan keterampilan tentang cara
menjaga kebersihan organ reproduksi, terutama pada saat
remaja putri sedang menstruasi. Selain itu, orangtua
menyampaikan nilai-nilai agama dan budaya yang harus
dipatuhi remaja setelah memasuki akhil balig. Dari sisi nilai
agama, misalnya bagi remaja muslim harus menjalankan
shalat 5 waktu dan cara mandi besar setelah menstruasi atau
-
18
mimpi basah. Dari sisi budaya, jika remaja sudah memasuki
akhil balig diadakan syukuran dengan memasak beras merah
dan beras putih sebagai tanda memasuki usia balig. Selain itu
juga beberapa larangan dan anjuran bagi remaja yang sudah
memasuki akhil balig, seperti tidak berduaan dengan lawan
jenis di tempat sepi dan menjaga tubuhnya dari sentuhan
oleh lawan jenis (terutama bagi remaja putri) (Nuranti, 2009).
B. Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orangtuanya
Remaja saat ini lebih nyaman berkomunikasi dengan teman
atau sebayanya melalui jejaring sosial (misalnya facebook dan
twitter). Tidak dapat dipungkiri bahwa bergaul jejaring sosial
adalah hal yang sangat menyenangkan. Hanya dengan
berbekal akun, masyarakat pengguna situs jejaring sosial
dapat menerima dan bertukar informasi dengan siapapun
dari seluruh penjuru dunia.
Berdasarkan pengalaman seorang ibu, yang menceritakan
pengalaman dengan anak remajanya, sebagai berikut : Akhir-
akhir ini komunikasi seorang ibu dengan anak sulungnya bisa
dibilang sedang bermasalah. Si sulung, sebut saja Arin (berusia
17 tahun) lebih suka menyendiri di kamar. Pulang sekolah dia
melongok ibunya sebentar untuk sekedar cium tangan terus
langsung masuk ke kamar. Tidak ada acara ngobrol atau
curhat-curhat dengan sang ibu. Padahal sebelumnya Arin selalu
lengket dengan ibunya. Kalau ada masalah di sekolah, teman
atau apapun Arin selalu cerita. Cerita-cerita gokil juga sering
terlontar dari bibir Arin. Pokoknya Arin ini adalah pribadi yang
ceria.
-
19
Melihat perubahan anaknya secara tiba-tiba membuat sang ibu
khawatir. Ibu sudah mencoba berulang kali untuk mendekati
Arin. Mengajaknya bicara, tapi Arin tidak memberikan respon.
Setiap kali ditanya apa ada masalah di sekolah? Arin hanya
menggelengkan kepalanya. Sebagai alternatif lain saya lalu
membuka facebook dan segera meluncur ke dindingnya Arin.
Sejenak saya amati aktifitasnya, dari ungkapan-ungkapan yang
tertera pada beberapa statusnya saya bisa menangkap kalau
Arin sedang bermasalah. Apalagi kalau bukan soal cinta.
Namanya juga remaja. Dimana masa-masa itu seorang anak
sedang mengalami masa transisi dan lagi seneng coba-coba.
Yah lumrahlah kalau sekarang ini Arin juga pada taraf itu.
Ada beberapa kalimat yang menyinggung tentang
kekecewaannya terhadap ibunya. Seperti Ahk ibu payah! Gag
boleh ngeliat anaknya seneng dikit.. Ada juga ungkapan seperti
ini; Capek backstreet mulu. Kapan ya aku bisa seperti mereka.
Pacaran gag pake ngumpet-ngumpet. Oh ini toh gerangan
yang telah membuat hubungan antara ibu dan anak ini menjadi
renggang. Hemm.. Nampaknya ada sesuatu yang musti
dibenahin nih!
Dari jejaring sosial tersebut, sebenarnya orang tua bisa
memantau kegiatan anak remajanya. Bukan tidak mungkin
jika seorang anak yang terlihat biasa-biasa saja ternyata
sedang memendam satu permasalahan dan mereka akan
cenderung lari ke jejaring sosialnya untuk bercurhat, bukan
kepada orang tuanya.
C. Keterampilan Komunikasi Orang Tua dengan Remaja
Terdapat beberapa keterampilan komunikasi yang perlu
dikembangkan oleh orangtua dengan remaja, antara lain :
mimpi basah. Dari sisi budaya, jika remaja sudah memasuki
akhil balig diadakan syukuran dengan memasak beras merah
dan beras putih sebagai tanda memasuki usia balig. Selain itu
juga beberapa larangan dan anjuran bagi remaja yang sudah
memasuki akhil balig, seperti tidak berduaan dengan lawan
jenis di tempat sepi dan menjaga tubuhnya dari sentuhan
oleh lawan jenis (terutama bagi remaja putri) (Nuranti, 2009).
B. Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orangtuanya
Remaja saat ini lebih nyaman berkomunikasi dengan teman
atau sebayanya melalui jejaring sosial (misalnya facebook dan
twitter). Tidak dapat dipungkiri bahwa bergaul jejaring sosial
adalah hal yang sangat menyenangkan. Hanya dengan
berbekal akun, masyarakat pengguna situs jejaring sosial
dapat menerima dan bertukar informasi dengan siapapun
dari seluruh penjuru dunia.
Berdasarkan pengalaman seorang ibu, yang menceritakan
pengalaman dengan anak remajanya, sebagai berikut : Akhir-
akhir ini komunikasi seorang ibu dengan anak sulungnya bisa
dibilang sedang bermasalah. Si sulung, sebut saja Arin (berusia
17 tahun) lebih suka menyendiri di kamar. Pulang sekolah dia
melongok ibunya sebentar untuk sekedar cium tangan terus
langsung masuk ke kamar. Tidak ada acara ngobrol atau
curhat-curhat dengan sang ibu. Padahal sebelumnya Arin selalu
lengket dengan ibunya. Kalau ada masalah di sekolah, teman
atau apapun Arin selalu cerita. Cerita-cerita gokil juga sering
terlontar dari bibir Arin. Pokoknya Arin ini adalah pribadi yang
ceria.
-
20
1. Mengenal diri orang tua
Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting
bagi orang tua harus mengenal:
a. Kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya
b. Kelemahan atau kekurangan yang dirasa
mengganggu
c. Cara memanfaatkan kelebihan dan mengatasi
kekurangan diri
Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri
apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah.
Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan
mudah menerima remajanya dengan segala kekurangan
dan kelebihannya.
Ada beberapa cara agar orang tua dapat mengenal diri
mereka sendiri yaitu melalui:
1) Menghargai diri sendiri
Biasakan tidak membandingkan diri dengan orang
lain, karena setiap orang itu unik. Kita dan orang lain
pasti memiliki perbedaan.
2) Menghargai upaya yang sudah kita lakukan
Walaupun mungkin belum berhasil, tetapi tetap
berusaha menghargai niat dan upaya yang telah kita
lakukan.
3) Menentukan tujuan hidup kita
Sebagai orang tua tentukan tujuan dalam mendidik
anak, ingin menjadi ibu yang menjadi panutan bagi
-
21
anak-anaknya atau ingin menjadi ayah yang sukses
dalam mendidik anak.
4) Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain
Memandang dirinya maupun remaja dari sisi yang
positif
5) Mengembangkan minat dan kemampuan diri
Bersedia menghabiskan waktu dan tenaga untuk
belajar dan melakukan tugas sampai tujuan tercapai
6) Mengendalikan perasaan
Tidak mudah marah, menghadapi kesedihan secara
wajar tidak berlebihan. Tidak mudah terpengaruh
keadaan sesaat, dan bisa menerima penjelasan
remaja dengan tenang.
2. Mengenal Diri Remaja
Penting bagi orang tua memahami perasaan remaja.
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan
remaja, yang disebabkan karena orang tua kurang dapat
memahami perasaan remaja yang diajak bicara. Agar
komunikasi dapat lebih efektif, orang tua perlu
meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami
perasaan remaja sebagai lawan bicara.
Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam
adalah keinginan agar perasaannya dimengerti,
didengar, dihargai, dan dirinya dapat diterima oleh orang
lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja,
menunjukkan bahwa kita menghargai remaja dan hal
tersebut membuat mereka merasa berharga. Mereka
akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja
1. Mengenal diri orang tua
Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting
bagi orang tua harus mengenal:
a. Kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya
b. Kelemahan atau kekurangan yang dirasa
mengganggu
c. Cara memanfaatkan kelebihan dan mengatasi
kekurangan diri
Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri
apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah.
Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan
mudah menerima remajanya dengan segala kekurangan
dan kelebihannya.
Ada beberapa cara agar orang tua dapat mengenal diri
mereka sendiri yaitu melalui:
1) Menghargai diri sendiri
Biasakan tidak membandingkan diri dengan orang
lain, karena setiap orang itu unik. Kita dan orang lain
pasti memiliki perbedaan.
2) Menghargai upaya yang sudah kita lakukan
Walaupun mungkin belum berhasil, tetapi tetap
berusaha menghargai niat dan upaya yang telah kita
lakukan.
3) Menentukan tujuan hidup kita
Sebagai orang tua tentukan tujuan dalam mendidik
anak, ingin menjadi ibu yang menjadi panutan bagi
-
22
yang penting, tetapi juga perasaan orang lain sama
pentingnya.
a. Perasaan yang sering dialami remaja
Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah :
1) Perasaan negatif. Perasaan ini antara lain berupa
perasaan marah, kesal, bosan, bingung, kecewa,
frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-
ragu, tidak nyaman, merasa tidak dicintai, dan
sebagainya.
Contoh : Udah deh, kapok aku. Aku nggak
mau sekolah lagi. Aku benci sekolah
2) Perasaan positif, antara lain berupa perasaan
berani, puas, yakin pada kemampuan diri,
senang, berminat, bangga, hebat, dan
sebagainya.
Contoh : Bu, aku nggak kepilih jadi tim
volley di sekolahku. Ternyata banyak temanku
yang mainnya lebih baik dari aku ..
Perasaan memegang peranan yang sangat penting
dalam berkomunikasi. Seseorang yang sedang
dalam perasaan senang akan mudah
berkomunikasi atau menyampaikan pikiran,
pendapat, bahkan perasaan hatinya.
b. Cara memahami perasaan remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus
menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan
remaja, terutama ketika ia sedang mengalami
masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa
-
23
nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan
lawan bicara. Banyak perasaan yang dialami orang
termasuk remaja tidak akan muncul dalam ungkapan
atau kata-kata namun muncul dalam bahasa tubuh
seperti tersenyum, menangis, gugup dan lain
sebagainya.
Melalui bahasa tubuh dapat menunjukkan
bagaimana perasaan yang sebenarnya. Bahasa tubuh
mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam segala
bentuk komunikasi dan umumnya terjadi tanpa kita
sadari. Ungkapan wajah dan mata, gerakan anggota
badan dan tubuh, posisi tubuh remaja, bisa memberi
isyarat yang banyak kepada orang tua agar
memahami perasaan remaja. Demikian pula nada
dan tempo suara. Oleh karena itu penting bagi setiap
orang untuk mengenal bahasa tubuh.
Contoh bahasa tubuh:
Bahasa tubuh: Menangis
Makna yang disampaikan: Sedih, putus asa,
marah, kesal, frustasi, atau terharu dan bahagia
Bahasa tubuh: Senyum
Makna yang disampaikan: Senang atau gembira
Bahasa tubuh: Menghentakan kaki
Makna yang disampaikan: Kesal atau marah
Bahasa tubuh: gugup
Makna yang disampaikan: Takut, malu atau ragu
yang penting, tetapi juga perasaan orang lain sama
pentingnya.
a. Perasaan yang sering dialami remaja
Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah :
1) Perasaan negatif. Perasaan ini antara lain berupa
perasaan marah, kesal, bosan, bingung, kecewa,
frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-
ragu, tidak nyaman, merasa tidak dicintai, dan
sebagainya.
Contoh : Udah deh, kapok aku. Aku nggak
mau sekolah lagi. Aku benci sekolah
2) Perasaan positif, antara lain berupa perasaan
berani, puas, yakin pada kemampuan diri,
senang, berminat, bangga, hebat, dan
sebagainya.
Contoh : Bu, aku nggak kepilih jadi tim
volley di sekolahku. Ternyata banyak temanku
yang mainnya lebih baik dari aku ..
Perasaan memegang peranan yang sangat penting
dalam berkomunikasi. Seseorang yang sedang
dalam perasaan senang akan mudah
berkomunikasi atau menyampaikan pikiran,
pendapat, bahkan perasaan hatinya.
b. Cara memahami perasaan remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus
menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan
remaja, terutama ketika ia sedang mengalami
masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa
-
24
3. Mendengar Aktif
Mendengar aktif adalah cara mendengar dan menerima
perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan
menunjukan kepada remaja bahwa kita sungguh-
sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang
terkandung didalamnya. Hal itu dilakukan sehingga kita
dapat memahami remaja seperti yang mereka rasakan
bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.
Beberapa sikap yang perlu dikembangkan oleh orang tua
dalam mendengar persoalan remaja:
a. Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan
sungguh-sungguh
b. Membuka diri dan siap mendengarkan
c. Tidak berbicara ketika remaja berbicara
d. Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan
dimaksud remaja sesuai dengan kaca mata remaja,
bukan kaca mata orang tua
Mendengar aktif sangat tepat digunakan apabila remaja
sedang mengalami masalah dan menunjukkan emosi
yang kuat, atau remaja tidak menunjukkan emosi akan
tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang tidak
nyaman.Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah
berperan seperti cermin, dengan memantulkan kembali,
memaknai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang
diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar,
dipahami, dan didukung.
-
25
Contoh :
Ana : Tono bilang dia akan ketemu aku di acara
pertemuan remaja. Eh nggak tahunya dia nggak
muncul, jadi aku satu-satunya orang baru di acara itu.
Ortu : Jadi Ana malu dong ya, karena Tono tidak
datang?
Ketika remaja berbicara, tunggulah 10 detik sebelum
membalas pembicaraan. Gunakan waktu ini untuk
berpikir Apa yang sedang dirasakan remaja? dan Apa
yang menyebabkan remaja punya perasaan seperti ini ?
Ada beberapa cara untuk memantulkan kata-kata remaja
kita. Misalnya : Kamu kayaknya lagi karena atau
Kamu kelihatannya . karena
Banyak keuntungan yang diperoleh jika kita mendengar
aktif pada saat berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
1) Membantu remaja untuk mengenal, menerima dan
mengerti perasaannya sendiri serta menemukan cara
mengatasi perasaan dan masalahnya.
2) Merangsang mereka untuk berbicara dan
mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat
mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya
dirasakan oleh remaja. Dengan demikian perasaan
negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
3) Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan
hubungan orang tua dengan remaja. Kita jadi belajar
untuk bisa menerima keunikan remaja yang sedang
kita dengarkan masalahnya.
3. Mendengar Aktif
Mendengar aktif adalah cara mendengar dan menerima
perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan
menunjukan kepada remaja bahwa kita sungguh-
sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang
terkandung didalamnya. Hal itu dilakukan sehingga kita
dapat memahami remaja seperti yang mereka rasakan
bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.
Beberapa sikap yang perlu dikembangkan oleh orang tua
dalam mendengar persoalan remaja:
a. Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan
sungguh-sungguh
b. Membuka diri dan siap mendengarkan
c. Tidak berbicara ketika remaja berbicara
d. Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan
dimaksud remaja sesuai dengan kaca mata remaja,
bukan kaca mata orang tua
Mendengar aktif sangat tepat digunakan apabila remaja
sedang mengalami masalah dan menunjukkan emosi
yang kuat, atau remaja tidak menunjukkan emosi akan
tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang tidak
nyaman.Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah
berperan seperti cermin, dengan memantulkan kembali,
memaknai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang
diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar,
dipahami, dan didukung.
-
26
4) Membuat remaja merasa dirinya penting dan
berharga.
5) Membuat remaja merasa diterima dan dipahami
cenderung akan mudah menerima dan memahami
orang lain.
6) Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya
sehingga mudah terjalin kerjasama
4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya
a. Pengertian Pesan Kamu dan Pesan Saya
Pesan Kamu adalah cara orang tua berkomunikasi
dengan terbiasa menggunakan bahasa Kamu. Cara
seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku
remaja terhadap orang tua tetapi berpusat pada
kesalahan remaja, cenderung tidak membedakan
antara remaja dan perilakunya sehingga membuat
remaja merasa disalahkan, direndahkan, dan
disudutkan.
Pesan Saya lebih menekankan perasaan dan
kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja
sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku
mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui
Pesan Saya akan mendorong semangat remaja,
mengembangkan keberaniannya, sehingga remaja
akan merasa nyaman.
b. Cara mempraktekkan Pesan Saya
1) Ungkapkan perasaan orang tua yang bersangkut
paut dengan konsekuensi perilaku remaja
-
27
2) Tunjukkan hal yang khusus dan positif, apa yang
orang tua inginkan agar remaja mau melakukan.
c. Pesan Saya terdiri dari 4, yaitu:
1) Saya merasa (pernyataan yang mengandung
bagaimana perasaan orang tua yang berkaitan
dengan tingkah laku remaja yang
mengganggu).
2) Kapan (tingkah laku mengganggu orang tua)
3) Karena/sebab (alasan atau penjelasan apa yang
diperkirakan akan terjadi)
4) Perilaku remaja yang diharapkan oleh orangtua
Contoh :
Ibu merasa cemas, ketika kamu tidak pulang pada
waktunya, karena Ibu pikir ada sesuatu yang
terjadi atas dirimu. Ibu suka kamu pulang
menjelang pukul lima sore.
Ibu menjadi marah, ketika kamu memperlakukan
Ibu dengan kasar di muka umum, karena Ibu rasa
kamu tidak menghargai Ibu. Ibu suka bila kamu
berbicara sopan.
5. Menentukan dan Menyikapi Masalah Komunikasi
Orangtua dengan Remaja
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang
bermasalah, kita perlu mengetahui masalah siapa ini.
a. Cara Menyikapi Masalah
Setelah kita mengetahui masalah siapa, maka
akibatnya siapa yang memiliki masalah harus
4) Membuat remaja merasa dirinya penting dan
berharga.
5) Membuat remaja merasa diterima dan dipahami
cenderung akan mudah menerima dan memahami
orang lain.
6) Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya
sehingga mudah terjalin kerjasama
4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya
a. Pengertian Pesan Kamu dan Pesan Saya
Pesan Kamu adalah cara orang tua berkomunikasi
dengan terbiasa menggunakan bahasa Kamu. Cara
seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku
remaja terhadap orang tua tetapi berpusat pada
kesalahan remaja, cenderung tidak membedakan
antara remaja dan perilakunya sehingga membuat
remaja merasa disalahkan, direndahkan, dan
disudutkan.
Pesan Saya lebih menekankan perasaan dan
kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja
sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku
mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui
Pesan Saya akan mendorong semangat remaja,
mengembangkan keberaniannya, sehingga remaja
akan merasa nyaman.
b. Cara mempraktekkan Pesan Saya
1) Ungkapkan perasaan orang tua yang bersangkut
paut dengan konsekuensi perilaku remaja
-
28
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila
masalah itu adalah masalah remaja maka teknik
yang digunakan adalah Mendengar Aktif. Bila
masalah itu adalah masalah orang tua, maka teknik
yang digunakan adalah lebih menekankan perasaan
dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku
remaja, sehingga remaja belajar bahwa setiap
perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain..
b. Manfaat menentukan masalah
Dengan menentukan masalah, orang tua dapat
mengetahui apa yang harus dilakukannya sehingga
mereka bisa memutuskan apakah membiarkan
remaja mengatasinya sendiri atau membantu
apabila perlu. Disamping itu menentukan masalah
dapat melatih remaja untuk mandiri dengan cara :
1) Memahami perasaannya
2) Mengetahui pemilik masalah
3) Mencari kemungkinan jalan keluar
4) Memilih mana yang akan dijalani
5) Membuat kesepakatan untuk melaksanakan
6) Melakukan evaluasi
Baik masalah orang tua atau remaja pemecahannya
dapat dilakukan dengan melibatkan remaja. Bila
persoalan orang tua, remaja merasa dihargai. Bila
masalah remaja, maka remaja belajar ketrampilan
baru sehingga secara bertahap dapat mengurus
masalahnya sendiri
-
29
c. Tips menentukan dan menyikapi masalah
Tanyakanlah pada diri sendiri serangkaian
pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak
dan keselamatan kita sebagai manusia?
- Ya
- Tidak
2. Apakah tingkah laku remaja mengganggu
keselamatan remaja atau orang lain?
- Ya
- Tidak
Jika jawabannya ya untuk kedua pertanyaan di atas
maka berarti itu masalah orang tua, jika sebaliknya
maka itu masalah remaja.
d. Perlunya membiasakan untuk mengetahui masalah
siapa, karena :
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus
mampu memecahkan semua masalah
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa
tanggungjawab dalam memecahkan
masalahnya sendiri
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak terlalu
ikut campur urusan orang lain
4) Remaja perlu belajar mandiri
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila
masalah itu adalah masalah remaja maka teknik
yang digunakan adalah Mendengar Aktif. Bila
masalah itu adalah masalah orang tua, maka teknik
yang digunakan adalah lebih menekankan perasaan
dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku
remaja, sehingga remaja belajar bahwa setiap
perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain..
b. Manfaat menentukan masalah
Dengan menentukan masalah, orang tua dapat
mengetahui apa yang harus dilakukannya sehingga
mereka bisa memutuskan apakah membiarkan
remaja mengatasinya sendiri atau membantu
apabila perlu. Disamping itu menentukan masalah
dapat melatih remaja untuk mandiri dengan cara :
1) Memahami perasaannya
2) Mengetahui pemilik masalah
3) Mencari kemungkinan jalan keluar
4) Memilih mana yang akan dijalani
5) Membuat kesepakatan untuk melaksanakan
6) Melakukan evaluasi
Baik masalah orang tua atau remaja pemecahannya
dapat dilakukan dengan melibatkan remaja. Bila
persoalan orang tua, remaja merasa dihargai. Bila
masalah remaja, maka remaja belajar ketrampilan
baru sehingga secara bertahap dapat mengurus
masalahnya sendiri
-
30
6. Mengenal dan Menghindari Gaya Penghambat
Komunikasi
Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering
bereaksi terhadap ungkapan perasaan, pikiran, maupun
pernyataan remaja dengan gaya yang membuat
perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri
remaja, sehingga menyebabkan komunikasi menjadi
terhambat. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat
mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha
menghindari atau tidak menggunakannya. Adapun
beberapa gaya penghambat komunikasi, antara lain :
a. Memerintah
Tujuan Orang Tua: Mengendalikan situasi dan
menyelesaikan masalah dengan cepat
Pesan yang ditangkap remaja: Harus patuh tidak
punya pilihan
Contoh : Jangan mengeluh, kerjakan saja!
b. Menyalahkan
Tujuan Orang Tua: Memberitahu remaja kesalahannya
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak pernah
benar/baik
Contoh : Pasti kamu bikin onar lagi, apalagi yang
kamu lakukan sampai Ayah dipanggil ke sekolah?
c. Meremehkan
Tujuan Orang Tua: Menunjukkan ketidakmampuan
remaja dan orang tua lebih tahu
-
31
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak berharga/merasa
tidak mampu
Contoh : Kamu kan belum berpengalaman, coba
pikirkan saran Ibu
d. Membandingkan
Tujuan Orang Tua: Memotivasi dengan memberi
contoh orang lain
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak disayang, pilih
kasih, saya memang selalu jelek
Contoh : Buang sampah seenaknya, lihat dong apa
yang dikerjakan adikmu
e. Memberi cap
Tujuan Orang Tua: Memberitahu kekurangan dengan
maksud remaja berubah
Pesan yang ditangkap remaja: Itulah saya
Contoh : Seperti anak-anak saja, cengeng
f. Mengancam
Tujuan Orang Tua: Supaya menurut/patuh dengan
cepat
Pesan yang ditangkap remaja: Cemas, takut
Contoh : Jangan bicara begitu, awas kalau sekali lagi
bicara seperti itu, tahu sendiri
g. Menasehati
Tujuan Orang Tua: Supaya remaja tahu mana yang
baik dan buruk
6. Mengenal dan Menghindari Gaya Penghambat
Komunikasi
Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering
bereaksi terhadap ungkapan perasaan, pikiran, maupun
pernyataan remaja dengan gaya yang membuat
perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri
remaja, sehingga menyebabkan komunikasi menjadi
terhambat. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat
mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha
menghindari atau tidak menggunakannya. Adapun
beberapa gaya penghambat komunikasi, antara lain :
a. Memerintah
Tujuan Orang Tua: Mengendalikan situasi dan
menyelesaikan masalah dengan cepat
Pesan yang ditangkap remaja: Harus patuh tidak
punya pilihan
Contoh : Jangan mengeluh, kerjakan saja!
b. Menyalahkan
Tujuan Orang Tua: Memberitahu remaja kesalahannya
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak pernah
benar/baik
Contoh : Pasti kamu bikin onar lagi, apalagi yang
kamu lakukan sampai Ayah dipanggil ke sekolah?
c. Meremehkan
Tujuan Orang Tua: Menunjukkan ketidakmampuan
remaja dan orang tua lebih tahu
-
32
Pesan yang ditangkap remaja: Sok tahu, bosan dan
bawel
Contoh : Sebaiknya kamu terus terang saja
mengatakannya
h. Membohongi
Tujuan Orang Tua: Membuat urusan jadi gampang
Pesan yang ditangkap remaja: Orang tua/orang
dewasa tidak dapat dipercaya
Contoh : Kalau tidak diselesaikan, nanti diganggu
setan
i. Menghibur
Tujuan Orang Tua: Menghilangkan kesedihan atau
kekecewaan, remaja jadi senang terus dan jangan
larut
Pesan yang ditangkap remaja: Senang, lupa, dan
dimengerti melarikan masalah
Contoh : Banyak yang seperti kamu, ya sudah jangan
dipikirin, nanti juga hilang
j. Mengkritik
Tujuan Orang Tua: Meningkatkan kemampuan
dirinya agar remaja memperbaiki kesalahan
Pesan yang ditangkap remaja: Kurang, salah
Contoh : Dasar pemalas, banyak bicara, tapi tidak
mau mengerjakan
-
33
k. Menyindir
Tujuan Orang Tua: Memotivasi, mengingatkan
supaya tidak selalu melakukan seperti itu dengan
cara menyatakan yang sebaliknya
Pesan yang ditangkap remaja: Menyakiti hati
Contoh : Sebentar lagi turun hujan, tumben kamu
kok mau nyapu
l. Menganalisa
Tujuan Orang Tua: Mencari penyebab
positif/negative remaja atau keselahannnya dan
berupaya mencegahnya agar tidak melakukan
kesalahan yang sama lagi
Pesan yang ditangkap remaja: Ibu sok pintar
Contoh : Ah, kamu saja yang mau libur, koq
mengatakan bahwa teman-teman yang
mengusulkan libur
Pesan yang ditangkap remaja: Sok tahu, bosan dan
bawel
Contoh : Sebaiknya kamu terus terang saja
mengatakannya
h. Membohongi
Tujuan Orang Tua: Membuat urusan jadi gampang
Pesan yang ditangkap remaja: Orang tua/orang
dewasa tidak dapat dipercaya
Contoh : Kalau tidak diselesaikan, nanti diganggu
setan
i. Menghibur
Tujuan Orang Tua: Menghilangkan kesedihan atau
kekecewaan, remaja jadi senang terus dan jangan
larut
Pesan yang ditangkap remaja: Senang, lupa, dan
dimengerti melarikan masalah
Contoh : Banyak yang seperti kamu, ya sudah jangan
dipikirin, nanti juga hilang
j. Mengkritik
Tujuan Orang Tua: Meningkatkan kemampuan
dirinya agar remaja memperbaiki kesalahan
Pesan yang ditangkap remaja: Kurang, salah
Contoh : Dasar pemalas, banyak bicara, tapi tidak
mau mengerjakan
-
34
-
35
BAB IV
PENUTUP
Keluarga sebagai wahana pertama dan utama dalam
pembangunan bangsa, memiliki peran dan tanggungjawab dalam
mewujudkan keluarga yang berkulitas. Upaya tersebut dapat
dilakukan melalui pembinaan kepada keluarga yang mempunyai
remaja agar keluarga dapat mengasuh dan membina remaja
sebagai generasi penerus yang bertanggung jawab, berakhlaq,
dan berperilaku sehat.
Pengasuhan dan pembinaan remaja dapat dilakukan melalui
komunikasi efektif antara orangtua dengan remajanya.
Komunikasi efektif antara orangtua dengan remaja telah diketahui
merupakan pengaruh yang paling penting terhadap
pembentukkan sikap dan perilaku remaja. Orangtua seharusnya
menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang kesehatan
reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja
Oleh karena itu, diperlukan buku komunikasi efektif antara
orangtua dengan remaja. Buku ini berisikan substansi tentang
gaya berkomunikasi orangtua dengan remaja, keterampilan
komunikasi orang tua dengan remaja dan berbagai teori
mengenai komunikasi. Buku ini diharapkan dapat dijadikan
-
36
sebagai pengetahuan bagi kader BKR, pengelola BKR, orang tua
yang memiliki remaja, pengelola program GenRe, remaja dan
masyarakat peduli remaja, dalam membina remaja.
-
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2010.
2. Badan Narkotika Nasional Tahun 2008
3. BKKBN Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera. Survei Indikator RPJMN Program Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Indonesia. Jakarta 2011.
4. Depkes Tahun 2009
5. Kemenkes RI, 2011
6. Nuranti, Alifah. Hubungan Antara Komunikasi Orangtua -
Remaja dengan Sikap Terhadap Hubungan Seksual Pranikah.
Yogyakrta 2009.
7. SDKI 2007
8. Sensus Penduduk, 2010
9. Utomo dkk; 2000
sebagai pengetahuan bagi kader BKR, pengelola BKR, orang tua
yang memiliki remaja, pengelola program GenRe, remaja dan
masyarakat peduli remaja, dalam membina remaja.