komunikasi mankep
-
Upload
rifdatul-kh -
Category
Documents
-
view
36 -
download
1
description
Transcript of komunikasi mankep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah
sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Selain itu yang perlu diperhatikan bahwa perubahan bisa terjadi setiap
saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah
berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada
pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi
ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat
memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat
implisit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting
khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan
mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk
memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan
strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah. Keperawatan
yang sedang berada pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat atau
merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan telah menjadi
persyaratan kerja dalam keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk
beberapa pimpinan, termasuk klien dan keluarganya, dokter, manajer
keperawatan, perawat pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda
dalam tiap ship. Perawat pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah
beberapa kali dalam satu hari. Kadang seorang perawat menjadi manajer,
1
kadang menjadi perawat klinik, kadang menjadi konsultan dan selalu dalam
peran yang berbeda. Perawat tentu saja berharap perubahan tersebut jangan
sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, sebaiknya perawat perlu
mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang konsep komunikasi dalam
menajemen keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam dalam makalah ini adalah:
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan
1. Komunikasi dalam manajemen keperawatan
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer
keperawatan bergantung pada posisi manajamene keperawatan bergantung
pada posisi manajer dalam struktur organisasi. Berdasar hasil peneliti
Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu digunakan manajer untuk
berkomunikasi, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis. Pengembangan
keterampilan dalam komunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang manajer
keperawatan.
Mengingat banyaknya waktu yang digunakan oleh manajer untuk
berkomunikasi (mendengar dan berbicara), sehingga jelas bahwa manjer
harus mempunyai keterampilan komnikasi interpersonal yang baik. Manajer
harus berkomunikasi dengan staf, pasien, dan atasan setiap hari. Praktik
keperawtan adalah praktik yang berorientasi pada kelomok/ hubungan
interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk
menciptakan komitme, perlu di tunjang keterampilan manajer dalam
berkomunikasi.
2. Proses komunikasi
Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran
pikiran, perasaan, dan pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara
dua orang atau lebih yang bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan
suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan
cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud
dari tujuan pemberi pesan.
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang
digunakan dalam menjelaskan bagaimana cara berorganisasi dan orang
berkomunikasi. Dasar model umum proses komunikasi terihat pada gambar
1.1 yang menunujukkan bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada pengirim
pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis,
3
maupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan
eksternal, dimana komunikasi dilaksankan. Lingkungan internal meliputi
nilai–nilai kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan
penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu,
faktor kekuasaan dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima
pesan) haruspeka terhadap faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari
komunikasi yang di tentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
Gambar 1.1 Diagram Proses Komunikasi (Marqius Dan Hutson, 1998:290)
3. Prinsip komunikasi dalam manajer keperawatan
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:
1) Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak
dari
2) keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
3) dibangun antara manajer dan staf
4) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang
tak
5) terpisahkan dalam organisasi
4
Faktor Internal
KomunikatorFaktor eksternal
Faktor eksternal
Tertulis
Non-verbal
Faktir internal
Komunikan
Verbal Pesan
6) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
7) Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara
adekuat,
8) lengkap dan cepat.
9) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
10) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam
komunikasi.
Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang
terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan
pengunjung, staf dengan dokter (Swanburg, 2000). Manajer memiliki
interaksi dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan
tujuan berdeda yang menjadi sumber terjadinya konflik (Marquis dan Huston,
2010). Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa
konflik suatu hal yang dapat dihindari dan jika konflik tidak dikelola dengan
baik, maka dapat menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas.
Kepala ruangan menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan
lingkungan yang produktif (Nursalam, 2012)
4. Model model dan media komunikasi
a) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang paling penting dalam organisasi.
Dalam mencapai setiap kebutuhan/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisan dalam mengomunikasikan
pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat
ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi
tertulis, khususnya kepada stafnya. Komunikasi tertulis dan memo dalam
suatu organisasi meliputi:
1) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis.
2) Menulis nama orang dalam tulisan anda dan perlu dipertimbangkan
dampaknya
3) Gunakan kata aktif, di manan akan mempunyai pengaruh yang baik
4) Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, karena akan
lebih mudah dipahami dan memungkinkan untuk dibaca orang lain.
5
5) Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga
orang lain mudah mengerti
6) Tulis kalimat dibawah 20 kata, dan masukan satu ide setiap kalimat,
tuliskan kalimat yang penting dan menjadi topik utama
7) Berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan pesan
8) Atur isi tulisan secara sistematis
9) Gunakan paragraf untuk mempermudah oembaca, untuk memoantara
8-10 baris, dan untuk surat tidak lebih dari enam baris setiap
paragraph
10) Komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus
b) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu megadakan komunikasi verbal kepada atasan dan
bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu
dalam kelompok dan presentasi secara formal. Tujuan komukasi verbal
adalah assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang
memberikan kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannyaa
secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung
perasaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah
pasif dan agresif. Khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi
pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan
berkomunikasi. Sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu
merasa superior terhadap topik yang dibicarakan.
c) Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi
wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh (bodu language). Menurut Arnold
dan Boggs (1989) komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang
yang disignifikan dibandingkan komunikasi verbal karena mengandung
komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Tetapi,
akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal
6
disalahartikan tanpa adanya penjelasan secara verbal. Manajer yang
efektif akan melakukan komunikasi verbal dan nonverbal, supaya
individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas.
Di bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal yang
dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal.
1) Lingkungan, yaitu tempat dimana komunikasi dilakukan merupakan
bagian penting pada proses komunikasi verbal.
2) Penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik,
merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi.
3) Kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi
4) Postur tubuh dan gesture bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan
orang yang menudingkan telunjuknya,berdiri atau duduk
5) Ekspresi wajah komunikasi yang efektif memerlukan respon wajah
yang setuju terhadap pesan yang disampaikan
6) Suara intonasi, volume, dan refleksi-cara tersebut menandakan bahwa
pesan dapat ditransfer dengan baik.
d) Komunikasi via telepon
Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada telepon.
Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer
untuk merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi.
Oleh karena itu, untuk menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf
harus belajar dan sopan serta menghargai setiap menjawab telepon. Jika
orang lain harus menunggu untuk berbicara, maka waktu yang diperlukan
harus singkat untuk menghindari kesan yang negatif.
5. Strategi komunikasi dalam praktik keperawatan di rumah sakit
Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditunjukkan
melalui strategi perencanaan. Tetapi ketiga komponen harus menjadi
perhatian yang sama yaitu : struktur, budaya dan teknologi.
Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status
praktik komunikasi yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok
kerja. Tetapi, setiap struktur yang ada harus memiliki kelompok klinik yang
7
dirancang untuk pelaksanaan perinsip-perinsip asuhan keperawatan kepada
pasien, keterampilan yang baik dan dapat membantu penyelesaian suatu
masalah dalam organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk
diubah dalam waktu sesaat, tetapi kita percaya bahwa kita akan bekerja
dengan lingkungan dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda.
Keadaan ini penting unyuk diperhatikan mengingat perubahan suatu budaya
dalam menejemen adalah aspek yang penting pada proses perubahan yang
efektif.
Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi
yang efektif. Komunikasi interpersonal dan secara organisasi sering
memerlukan suatu perantara, yang disebut teknologi elektronik dan
penggunaan media yang akan sangat bermanfaat di massa yang akan datang.
Setiap suatu perubahan di rumah sakit harus selalu didukung oleh
perencanaan HIS (Health Information System) yang efektif komunikasi
melalui teknologi akan selalu dipantau dan dievaluasi pada setiap tahap
proses perubahan.
8
Diagram strategi komunikasi yang terbaik dalam praktik keperawatan
(Walker, Evans, and Robbson, 1996)
6. Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan
Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan unsur
utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan
komunikasi adalah sebagai berikut.
1) Komunikasi Saat Timbang Terima (overan)
Pada saat timbang terima diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang
belum serta respons pasien yang terjadi.perawat melakukan timbang
9
terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya dan
menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan
lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain untuk
membaca dan akan membantu perawat dalam menerima timbang terima
secara nyata.
2) Interview/Anamnesis
Anamnesis kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh
perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan (proses
keperawatan). Perawat melakukan anamnesis kepada pasien, keluarga,
dokter dan tim kerja lainnya. Interview adalah suatu komunikasi dengan
digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan pasien. Data tersebut
akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien
dengan dengen melaksanakan tindakan secara tepat. Data yang didapatkan
harus akurat tanpa bias, sehingga interview sebaiknya dilaksanakan secara
terencana.
Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah :
a) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan
suasana yang hangat dan kekeluargaan.
b) Hindari interupsi. Komunikasi adalah suatu proses aktif memerlukan
suatu pertanyaan yang fokus dan perhatian. Hindari interupsi atau
gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh.
c) Hindari respons dengan hanya “ya” dan “tidak”. Respons tersebut akan
mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, karena
perawat kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan
enggan untuk berkomunikasi.
d) Jangan memonopolo pembicaraan. Meskipun kata-kata ya dan tidak
meninggalkan kesan negative, tetapi kata-kata tersebut perlu
disampaikan dengan menambah kata-kata sesuai dengan topic yang
dibicarakan.
e) Hindari hambatan personal. Keberhasilan suatu komunikasi sangat
ditentukan oleh subjektivitas seseorang. Jika perawat sebelum
komunikasi menunjukkan rasa tidak senang kepada klien, maka
10
keadaan ini akan berdampak terhadap hasil yang didapat selama proses
komunikasi.
3) Komunikasi Melalui Komputer
Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada
menejemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data klien dalam
komputer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi
masalah pasien dan memberikan intervensi yang akurat. Melalui
komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat diperoleh dengan
menggunakan internet, bila perawat mengalami kesulitan dalam
menangani masalah klien.
4) Komunikasi Tentang Kerahaiaan
Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan menyerahkan
rahasia kepada institusi. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema
dalam menyimpan rahasia pasien. Di satu sisi dia membutuhkan kebenaran
informasi dengan menghubungkan apa yang dikatakan klien dengan orang
lain, dilain pihak dia harus memegang janji untuk tidak menyampaikan
informasi tersebut kepada siapapun.
5) Komunikasi Melalui Sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam
mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang
diberikan oleh perawat juga dapat berguna sebagai terapi bagi pasien,
khususnya pasien dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam
mengambil suatu keputusan. Tetapi yang perlu dicatat dalam sentuhan
tersebut adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan pasien. Dalam
situasi ini perlu adanya suatu persetujuan.
6) Dokumentasi Sebagai Alat Komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keprawatan dalam memfalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan lainnya dan merupakan dokumen paten
dalam pemberian asuhan keperawatan.
Menurut Nursalam (2002), kapan saja perawat melihat pencatatan
kesehatan, maka perawat dapat member dan menerima pendapat dan
11
pemikiran. Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleksnya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya
dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat
mendokumentasikan secra benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan
dikerjakan oleh perawat.
Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah :
1) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat.
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga
kesehatan, apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3) Manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat.
4) Komunikasi Perawat dan Tim Kesehatan lainnya.
Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan professional
atau antara perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter, ahli gizi, fisioterapi
dan lain-lain. Pengembangan model praktik keperawatan professional
merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim
kesehatan lainnya. Komunikasi yang dimaksutkan di sini adalah suatu
kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-masing individu sesuai
dengan kedudukannya.
7. Komunikasi dengan SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation),
metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke
pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang
disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR
juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara
shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan
semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi
12
pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
a) Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b) Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat
paham akan kondisi pasien.
c) Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka
dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan
lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
a. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
1. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien;
2. Diagnosa medis;
3. Apa yang terjadi dengan pasien.
b. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan
dengan situasi?
1. Obat saat ini dan alergi;
2. Tanda-tanda vital terbaru;
3. Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan;
4. Riwayat medis;
5. Temuan klinis terbaru.
c. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
1. Apa temuan klinis?;
2. Apa analisis dan pertimbangan perawat?;
3. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
13
d. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
1. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?;
2. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?;
3. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?;
4. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
d. Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.
Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1) Situation (S) :
a. Nama: Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3
hari perawatan,
b. DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Background (B) :
a. Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
b. Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
c. Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
d. terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
e. Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
f. Diet : rendah protein 1 gram
14
3) Assessment (A) :
a. Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu
37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak
napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
b. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
c. Pasien masil mengeluh mual.
4) Recommendation (R) :
a. Awasi balance cairan
b. Batasi asupan cairan
c. Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
d. Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
f. Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
1) Situation (S) :
a. Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
b. Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran
urine 40 cc/24 jam, mengalami sesak napas.
2) Background (B) :
a. Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013,
program HD hari Senin-Kamis.
b. Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang
dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
c. Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
d. TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema
ekstremitas bawah dan asites
e. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
f. Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
15
3) Assessment (A) :
a. Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Pasien tampak tidak stabil
4) Recommendation (R) :
a. Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
b. Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?
c. Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas berbagai permasalahan komunikasi, maksud
dan tujuan dari komunikasi dalam keperawatan. Memiliki makna bahwa
komunikasi dalam bidang keperawtan tidaklah sama dengan komuniaksi
dengan kelompok atau organisasi yang lain. Komunikasi antar dokter,
manager, dan staff , mungkin sudah di atur dan sudah ada dalam bidang
manajmen komunikasi pada keorganisasian lain. Pemahaman cara perawat
berkomunikasi dengan perawat lain atau kolaborasi dengan tim lain,
berkomunikasi dengan pasien. Dengan berbagai macam kondisi psikis dan
sikis pasien.
Konflik, seringkali tanpa kita sadari konflik selalu muncul dari
perkataan yang salah, kurang di pahami atau miss under standing.
Sehingga menyebabkan konflik dan harus diselesaikan dengan strategi
pendekatan – pendekatan. Agar dapat memecahkan masalah. negosiasi
dapat dilakukan untuk dapat lebih menjernihkan masalah agar tidak ada
unsur buruk dari konflik seperti rasa dendam.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Arwani & Supriyatno. H 200. Manejemen bangsal keperawatan.
Jakarta: EGC
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional edisi. Jakarta: Salemba
Medika
Suarli.S & Bahtiar Yanyan. 2010. Manajemen Keperawatan dengan
Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga
Rahmat, Nur. (2014). Artikel komunikasi efektif SBAR. Diakses pada
tanggal 9 Maret 2014 dari
http://bloggingkuu.blogspot.com/2014/01/bloggingcoid-post-
artikel.html
18