komunikasi keluarga

29
BAB I TINJAUAN TEORITIS PENGERTIAN KOMUNIKASI Komunikasi adalah proses pertukaran perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat (Mv Cubbin & Dhal, 1985). Galvin dan Brommel (1986), mendefinisikan komunikasi keluarga sebagai suatu simbiosis, proses transaksional menciptakan dan membagi arti dalam keluarga. Seperti halnya setiap orang mempunyai gaya komunikasi yang berbeda, begitu pula setiap keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasi yang unik dan berbeda. Komunikasi yang jelas dan fungsional antara keluarga merupakan alat yang penting untuk mempertahankan lingkungan yang kondusif yang diperlukan untuk mengenbangkan perasaan berharga dan harga diri serta menginternalisasikannya. Sebaliknya, komunikasi yang tidak jelas diyakini sebagai penyebab utama fungsi keluarga yang buruk ( Holman,1983; Satir,1983; Satir, Bannem Gerber & Gomori, 1991). Masalah komunikasi yang problematis dalam keluarga terjadi dimana-mana. Watzlawic dan rekan (1967), peneliti komunikasi keluarga memperkirakan bahwa 85% dari semua pesan yang dikirim dalam keluarga adalah salah paham. A. UNSUR KOMUNIKAS pola dan proses komunikasi merupakan salah satu proses informasi dalam keluarga yang konsisten dengan kerangka system secara umum. Komunikasi memerlukan

description

komunikasi keluarga

Transcript of komunikasi keluarga

Page 1: komunikasi keluarga

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi adalah proses pertukaran perasaan, keinginan, kebutuhan

dan pendapat (Mv Cubbin & Dhal, 1985). Galvin dan Brommel (1986),

mendefinisikan komunikasi keluarga sebagai suatu simbiosis, proses

transaksional menciptakan dan membagi arti dalam keluarga. Seperti

halnya setiap orang mempunyai gaya komunikasi yang berbeda, begitu

pula setiap keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasi yang unik dan

berbeda. Komunikasi yang jelas dan fungsional antara keluarga

merupakan alat yang penting untuk mempertahankan lingkungan yang

kondusif yang diperlukan untuk mengenbangkan perasaan berharga dan

harga diri serta menginternalisasikannya. Sebaliknya, komunikasi yang

tidak jelas diyakini sebagai penyebab utama fungsi keluarga yang buruk

( Holman,1983; Satir,1983; Satir, Bannem Gerber & Gomori, 1991).

Masalah komunikasi yang problematis dalam keluarga terjadi dimana-

mana. Watzlawic dan rekan (1967), peneliti komunikasi keluarga

memperkirakan bahwa 85% dari semua pesan yang dikirim dalam

keluarga adalah salah paham.

A. UNSUR KOMUNIKAS

pola dan proses komunikasi merupakan salah satu proses informasi

dalam keluarga yang konsisten dengan kerangka system secara umum.

Komunikasi memerlukan pengirim, saluran dan penerima pesan serta

interaksi antara pengirim dan penerima. Pengirim adalah orang yang

mencoba untuk memindahkan suatu pesan kepada orang lain. Penerima

adalah sasaran dari pengirim pesan . bentuk atau saluran adalah rute

pesan. Komunikasi diteruskan dari kognisi atau pikiran pengirim melalui

ruang ke kognisi penerima. Modalitas komunikasi yang dibahas secara

luas di literatur mencakup pembicaraan, tulisan, dan media seperti televisi

atau internet. Modalitas komunikasi yang ditulis dalam literature

komunikasi interpersonal dan komunikasi keluarga adalah bahasa yang

digunakan. Akan tetapi, banyak keluarga yang memiliki anggota keluarga

yang tidak yang tidak dapat (memilih atau tidak) sepenuhnya

Page 2: komunikasi keluarga

berpartisipasi secara penuh dalam modalitas komukasi oral atau

pendengaran ( mis, ibu yang dapat mendengar dengan anak tunarungu,

oaring tua dengan anak yang dapat mendengar, orang tua yang

mengalami gangguan pendengaran dengan cucunya.

Interaksi dalam arti yang lebih luas mengacu pada pengiriman dan

penerimaan pesan, termasuk respon yang ditimbulkan oleh pesan

terhadap penerima dan pengirim. Interksi bersipat dinamik, merupakan

perubahan komunikasi secara konstan diantara individu (Watzlawick,

Beavin, & Jackson,1976). Pesan yang diawali oleh pengirim selalu

didistorsi baik oleh pengirim, maupun penerima. salah satu poenyebab

utama distorsi adalah kecemasan diri individu yang berinteraksi, semakin

besar kemungkinan terjadi kesalahpahaman. Penyebab yang biasa terjadi

lainnya adalah perbedaan dalam kerangka acuan dari individu yang

berinteraksi, karena tidak ada persamaan seperti perbedaan usia, latar

belakang etnik atau jenis kelamin. Dalam interaksi sehari-hari anggota

keluarga biasanya mengasumsikan bahwa anggota keluarga yang lain

mempunyai kerangka acuan yang sama kerena hal ini tidak benar untuk

banyak kasus, sehingga kesalahpahaman terjadi.

B. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Watzlawick dan rekan (1967), dalam tulisan seminar mereka tentang

komunikasi keluarga, Pragmatis of Human Communication, menetapkan

enam prinsip komunikasi yang menjadi dasar untuk memehami proses

komunikasi. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut adalah:

1. Prinsip pertama dan yang paling terpenting yaitu suatu pernyataan

bahwa tidak mungkin untuk tidak berkomunikasi, karena semua prilaku

adalah komunikasi. Pada setiap situasi ketika terdapat dua orang atau

lebih, individu mungkin atau tidak mungkin berkomunikasi secara verbal.

Dalam konteks ini, komunikasi nonverbal merupakan ekspresi tanpa

bahasa seperti membalikkan badan atau mengerutkan kening, tapi bukan

merupakan bahasa isyarat.

2. Prinsip kedua dari komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai

dua tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah (instruksi). Isi yaitu apa yang

sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal) sedangkan instruksi

adalah menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg,2000). Isi suatu

Page 3: komunikasi keluarga

pesan dapat saja berupa pernyataan sederhana, tetapi mempunyai meta-

pesan atau instruksi bergantung pada variabel seperti emosi, dan alur

bicara, gerakan dan posisi tubuh serta nada suara.

3. Prinsip ketiga (Watzlawick et al.,1967) berhubungan dengan “

pemberian tanda baca (pungtuasi) “ (Bateson, 1979) atau rangkaian

komunikasi. Komunikasi melibatkan transaksi, dan dalam pertukaran tiap

respon berisi komunikasi berikutnya, selain riwayat hubunbgan

sebelumnya (Hartman & Laird, 1983). Komunikasi melayani sebagai

suatu organisasi yang mempunyai tujuan dan proses penataan diri dlam

keluarga.

4. Prinsip komunikasi yang keempat diuraikan oleh Watzlick dan

rekannya (1979) yaitu terdapat dua tipe komunikasi yaitu digital dan

analogik. Komunikasi digital adal;ah komunikasi verbal ( bahasa isyarat)

yang pada dasrnya menggunakan kata dengan pemahaman arti yang

sama. Jenis komunikasi yang kedua, analogik yaitu ide atau suatu hal

yang dikomunikasikan, dikirim secara nonverbal dan sikap yang

representative (Hrtman & Laird, 1983). Komunikasi analogik dikenal

sebagai bahasa tubuh, ekspresi tubuh, ekspresi wajah, irama dan nada

kata yang diucapkan (isyarat) berbagai manifestasi nonverbal lainnya

(non-bahasa)byang dapat dilakukan oleh seseorang( watzlick et al, hal

62).

5. Prinsip komunikasi kelima diuraikan oleh kelompok yang sama dari

beberapa ahli teori komunikasi keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson,

1967) yang disebut prinsip redundasi (kemubaziran). Prinsip ini

merupakan dasr pengembangan penelitian keluarga yang menggunakan

keterbatasan pengamatan interaksi keluarga sehingga dapat memberikan

penghayatan yang valid kedalam pola umum komunikasi

6. Prinsip komunikasi yang keenam diuraikan oleh Batson dan rekan

(1963) adalah semua interaksi komunikasi yang simetris atau

komplementer. Polka komunikasi simetris, prilaku pelaku bercermin pada

prilaku pelaku interaksi yang lainnya. Dalam komunikasi komplementer,

prilaku seorang pelaku interksi melengkapi prilaku pelaku interaksi

lainnya. Jika satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan secara

konsisten dalam hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan

nilai dan peran serta pengaturan kekuasaan keluarga.

Page 4: komunikasi keluarga

D. PROSES KOMUNIKASI FUNGSIONAL

Menurut sebagian besar terpi keluarga, komunikasi fungsional dipandang

sebagia landasan keberhasilan, keluarga yang sehat (Watzlick &

Goldberg, 2000) dan komunikasi fungsional didefinisikan sebagai

pengiriman dan penerima pesan baik isi maupun tingkat instruksi pesan

yang lansung dan jelas (Sells,1973), serta sebagi sasaran antara isi dan

tingkat instruksi. Dengan kata lain komunikasi fungsional dan sehat dalam

suatu keluarga memerlukan pengirim untuk mengirimkan maksud pesan

melalui saluran yang reltif jelas dan penerima pesan mempunyai

pemahaman arti yang sama dengfan apa yang dimaksud oleh pengirim

(Sells). Proses komunikasi fungsional terdiri dari beberapa unsur, antara

lain :

1. Pengiriman Fungsional

Satir (1967) menjelaskan bahwa pengiriman yang berkomunikasi secara

fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan tegas dan jelas,

mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan

balik dan terbuka terhadap umpan balik.

a. Menyatakan kasus dengan tegas dan jelas

Salah satu landasan untuk secara tegas menyatakan maksud seseorang

adalah penggunaan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan

instruksi (satir,1975).

b. Intensitas dn keterbukaan.

Intensitas berkenaan dengan kemampuan pengirim dalam

mengkomunikasikan persepsi internal dari perasaan, keinginan,dan

kebutuhan secara efektif dengan intensitas yang sama dengan persepsi

internal yang dialaminya. Agar terbuka, pengirim fungsional

menginformasikan kepada penerima tentang keseriusan pesan dengan

mengatakan bagaimana penerima seharusnya merespon pesan tersebut.

c. Mengklarifikasi dan mengualifikasi pesan

Karakteristik penting kedua dari komunikasi yang fungsional menurut

Satir adalah pernyataan klarifikaasi daan kualifikaasi. Pernyataan tersebut

memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan

Page 5: komunikasi keluarga

persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain.

d. Meminta umpan balik

Unsur ketiga dari pengirim fungsional adalah meminta umpan balik, yang

memungkinkan ia untuk memverifikasi apakah pesan diterima secara

akurat, dan memungkinkan pengirim untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk mengklarifikasi maksud.

e. Terbuka terhadap umpan balik

Pengirim yang terbuka terhadap umpan balik akan menunjukkan

kesediaan untuk mendengarkan, bereaksi tanpa defensive, dan mencoba

untuk memahami. Agar mengerti pengirim harus mengetahui validitas

pandangan penerima. Jadi dengan meminta kritik yang lebih spesifik atau

pernyataan “memastikan”, pengirim menunjukkan penerimaannya dan

minatnya terhadap umpan balik.

2. Penerima Fungsional

Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu

pesa secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik

mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat

mengkaji sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan

dalam metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional

mencoba untuk memahami pesan secara penuh sebelum

mengevaluasi.ini berarti bahwa terdapat analisis motivasi dan

metakomunikasi, serta isi. Informasi baru, diperiksa dengan informasi

yang sudah ada, dan keputusan untuk bertindak secara seksama

dioertimbangkan. Mendengar secara efektif, member umpan balik, dan

memvalidasi tiga tekhnik komunikasi yang memungkinkan penerima

untuk memahami dan merespons pesan pengirim sepenuhnya.

a. Mendengarkan

Kemampuan untuk mendengar secara efektif merupakan kualitas

terpenting yang dimiliki oleh penerima fungsional. Mendengarkan secara

efektif berarti memfokuskan perhstisn penuh pada seseorang terhadap

apa yang sedang dikomunikasikannya dan menutup semua hal yang

Page 6: komunikasi keluarga

aakan merusak pesan. Penerima secara penuh memperhatikan pesan

lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan arti dari suatu pesan.

Pendengar pasif merespons dengan ekspresi datar dan tampak tidak

peduli sedangkan pendengar aktif dengan sikap mengomunikasikan

secara aktif bahwa ia mendengarkan. Mengajukan pertanyaan

merupakan bagian penting dari mendengarkan aktif (Gottman, Notarius,

Gonso dan Markman, 1977). Mendengarkan secara aktif berarti menjadi

empati, berpikir tentang kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta

menghindarkan terjadinya gangguan alur komunikasi pengirim.

b. Memberikan umpan baliki

Karakteristik utam kedua dari penerima funbgsional adalah memberikan

umpan balik kepada pengirim yang memberitahu pengirim bagaimana

penerima menafsirkan pesan. Pernyataan ini mendorong pengirim untuk

menggali lebih lengkap. Umpan balik juga dapat melalui suatu proses

keterkaitan, yaitu penerima membuat suatu hubungan antara pengalaman

pribadi terdahulu (Gottman et.al, 1877) atau kejadian terkait dengan

komunikasi pengirim.

c. Member validasi

Dalam menggunakan validasi penerima menyampaikan pemahamannya

terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi tidak berarti

penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan pengirim, tetapi

menunjukan penerimaan atas pesan tersebut berharga.

E. PROSES KOMUKASI DISFUNGSIONAL

1. Pengirim Disfungsional

Komunikasi pengirim disfungsional sering tidak efektif pada satu atau

lebih karakteristik dasar dari pengirim fungsional. Dalam menyatakan

kasus, mengklarifikasi dan mengkulifikasi, dalam menguraikan dan

keterbukaan terhadap umpan balik. Penerima sering kali ditinggalkan

dalam kebingungan dan harus menebak apa yang menjadi pemikiran

atau perasaan pengirim pesan. Komunikasi pengirim disfungsional dapat

bersifat aktif atau defensif secara pasif serta sering menuntut untuk

mendapatkan umpan balik yang jelas dari penerima. Komunikasi yang

tidak sehat terdiri dari :

Page 7: komunikasi keluarga

a. Membuat asumsi

Ketika asumsi dibuat, pengim mengandalkan apa yang penerima rasakan

atau pikiran tentang suatu peristiwa atau seseorang tanpa memvalidasi

persepsinya. Pengirim disfungsional biasanya tidak menyadari asumsi

yang mereka buat, ia jarang mengklarifikasi isi atau maksud pesaan

sehingga dapat terjadi distorsi pesan. Apabila hal ini terjadi, dapat

menimbulkan kemarahan pada penerima yang diberi pesan, yang

pendapat serta perasaan yant tidak dianggap.

b. Mengekspresika perasaan secara tidak jelas

Tipe lain dari komunikasi disfungsional oleh pengirim adalah

pengungkapan perasaan tidak jelas, karena takut ditolak, ekspresi

perasaan pengirim dilakukan dengan sikap terselubung dan sama sekali

tertutup. Komunikasi tidak jelas adalah “sangat beralasan” (Satir, 1991)

apabila kata-kata pengirim tidak ada hubunganya dengan apa yang

dirasakan. Pesan dinyatakan dengan cara yang tidak emosional. Berdiam

diri merupakan kasus lain tentang pengungkapan perasaan tidak jelas.

Pengirim merasa mudah tersinggung terhadap penerima yang tetap tidak

mengungkapkan kemarahannya secara terbuka atau mengalihkan

perasaannya ke orang atau benda lain.

c. Membuat respon yang menghakimi

Respon yang menhakimi adalah komunikasi disfungsional yang ditandai

dengan kecenderungan untuk konstan untuk menbgevaluasi pesan yang

menggunakan system nilai pengirim. Pernyataan yang menghakimi selalu

mengandung moral tambahan. Pesan pernyataan tersebut jelas bagi

penerima bahwa pengirim pesan mengevaluasi nilai dari pesan orang lain

sebagai “benar”, atau “salah”, “baik” atau “buruk”, “normal” atau “tidak

normal”.

d. Ketidakmampuan untuk mendefinisika kebutuhan sendiri

Pengirim disfungsional tidak hanya tidak mampu untuk menekspresikan

kebutuhangnya. Namun juga karena takut ditolak menjadi tidak mampu

mendefenisikan prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi

kebutahan mereka.sering kali pengirim disfungsiopnal tidak sadar merasa

tidak berharga, tidak berhak untuk mengungkapkan kebutuhan atau

berharap kebutuhan pribadinya akan dipenuhi.

e. Komunikasi yang tidak sesuai

Page 8: komunikasi keluarga

Penampilan komunikasi yang tidak sesuai merupakan jenis komunikasi

yang disfungsional dan terjadi apabila dua pesan yang bertentangan atau

lebih secara serentak dikiri (Goldenberg, 2000). Penerima ditinggalkan

dengan teka-teki tentang bagaimana harus merespon. Dalam kasus

ketidaksesuaian pesan verbal dan nonverbal, dua atau lebih pesan literal

dikirim secara secara serentak bertentangan satu sama lain. Pada

ketidaksesuaian verbal nonverbal pengirim mengkomunikasikan suatu

pesan secara verbal, namun melakukan metakomunikasi nonverbalyang

bertentangan dengan pesan verbal. Ini biasanya diketahuinsebagai

“pesan campuran”, misalnya “ saya tidak marah pada anda” diucapakan

dengan keras, nada suara tinggi dengan tangan menggempal.

2. Penerima Disfungsional

Jika penerima disfungsional, terjadi komunikasi yang terputus karena

pesan tidak diterima sebagaimana dimaksud, karena kegagalan penerima

untuk mendengarkan, atau menggunakan diskualifikasi. Merespon secara

ofensif, gagal menggali pesan pengirim, gagal memvalidasipesan,

merupakan karakterstik disfungsional lainnya.

a. Gagal untuk mendengarkan

Dalam kasus gagal untuk mendengarkan, suatu pesan dikirim, namun

penerima tidak memperhatikan atau mendengarkan pesan tersebut.

Terdapat beberapa alasan terjadinya kegagalan untuk mendengarkan,

berkisar dari tidak ingin memerhatikan hingga tidak memiliki kemampuan

untuk mendengarkan. Hal ini biasanya terjadi karena distraksi, seperti

bising, waktu yang tidak tepat, kecemasan tinggi, atau hanya karena

gangguan pendengaran.

b. Menggunakan diskualifikasi

Penerima disfungsional dapat menerapkan pengelakkan untuk

mendiskualifikasi suatu pesan dengan menghindari isu penting.

Diskualifikasi adalah respon tidak langsung yang memungkinkan

penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa memungkinkan penerima

untuk tidak menyetujui pesan tanpa benar-benar tidak menyetujuinya.

c. Menghina

Sikap ofensif komunikasi menunjukkan bahwa penerima pesan bereaksi

secara negatif, seperti sedang terancam. Penerima tampak bereaksi

Page 9: komunikasi keluarga

secara defensif terhadap pesan yang mengasumsikan sikap oposisi dan

mengambil posisi menyerang. Pernyataan dan permintaan dibuat dengan

konsisten dengan sikap negatif atau dengan harapan yang negatif.

d. Gagal menggali pesan pengirim

Untuk mengklarifikasi maksud atau arti dari suatu pesan, penerima

fungsional mencari penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, penerima

disfungsional menggunkan respon tanpa menggali, seperti membuata

asumsi , memberikan saran yang prematur, atau memutuskan

komunikasi.

e. Gagal memvalidasi pesan

Validasi berkenaan dengan penyampaian penerimaan penerima. Oleh

karena itu, kurangnya validasi menyiratkan bahwa penerima dapat

merespon secara netral atau mendistorsi dan menyalahtafsirkan pesan.

Mengasumsikan bukan mengklarifikasi pemikiran pengirim adalah suatu

contoh kurangnya validasi.

3. Pengirim dan Penerima Disfungsional

Dua jenis urutan intearksi komunikasi yang tidak sehat, melibatkan baik

pengirim maupun penerima, juga secara luas didiskusikan dalam literatur

komunikasi. Komunikasi yang tidak sehat merupakan kominikasi yang

mencerminkan pembicaraan “ parallel” yang menunjukan

ketidakmampuan untuk memfokuskan pada suatu isu.

Dalam pembicraan parallel, setiap individu dalam interaksi secara

konstan menyatakan kembali isunya tanpa betul-beetul mendengarkan

pandangan orang lain atau mengenali kebutuhan orang lain. Orang yang

berinteraksi disfungsional, mungkin tidak mampu untuk memfokuskan

pada satu isu. Tiap individu melantur dari satu isu ke isu lain bukannya

menyelesaikan satu masalah atau meminta suatu pengungkapan.

F. POLA KOMUNIKASI FUNGSIONAL DALAM KELUARGA

1. Berkomunikasi Secara Jelas dan Selaras

Pola sebagian nkeluarga yang sehat, terdapat keselarasan komunikasi

diantara anggota keluarga. Keselarasan merupakan bangunan kunci

Page 10: komunikasi keluarga

dalam model komunikasi dan pertumbuhan menurut satir. Keselarasan

adalah suatun keadaan dan cara berkomunikasi dengan diri sendiri dan

orang lain. Ketika keluarga berkomunikasi dengan selarad terdapat

konsistensi dengan selaras terdapat konsistensi anatara tingkat isi dan

instruksi kominikasi. Apa yang sedang diucapkan, sama dengan isi

pesan. Kat-kata yang diucapkan, perasaan yang kita ekspresikan, dan

prilaku yang kita tampilkan semuanya konsisten. Komunikasi pada

kelurga yang sehat merupakan suatu proses yang sangat dinamis dan

saling timbal balik. Pesan tidak hanya dikirim dan diterima.

2. Komunikasi Emosional

Komunikasi emosional berkaitan dengan ekspresi emosi dan persaan dari

persaan marah, terluka, sedih, cemburu hingga bahagia, kasih sayingdan

kemesraan (Wright & Leahey, 2000). Pada keluarga fungsional perasaan

anggota keluarga ddiekspresikan. Komunikasi afektif pesan verbal dan

nonverbal dari caring, sikapfisik sentuhan, belaian, menggandeng dan

memandang sangat penting, ekspresi fisik dari kaisih saying pada

kehidupan awal bayi dan anak-anak penting untuk perkembangan respon

afektif yang normal. Pola komunikasi afeksi verbal menjadi lebih nyata

dalam menyampaikan pesan afeksional, walaupun pola mungkin

beragam dengan warisan kebudayaan individu.

3. Area Komunikasi Yang Terbuka dan Keterbukaan diri

Keluarga dengan pola komunikasi fungsional menghargai keterbukaan,

saling menghargai perasaan, pikiran, kepedulian, spontanitas, autentik

dan keterbukaan diri. Selanjutnya keluarga ini mampu mendiskusikan

bidang kehidupan isu personal, social, dan kepedulian serta tidak takut

pada konflik. Area ini disebut komunikasi terbuka. Dengan rasa hormat

terhadap keterbukaan diri. Satir (1972) menegaskan bahwa anggota

keluarga yant terus terang dan jujur antar satu dengan yang lainnya

adalah orang-orang yang merasa yakin untuk mempertaruhkan interaksi

yang berarti dan cenderung untuk menghargai keterbukaan diri

(mengungkapkan keterbukaan pemikiran dan persaan akrab).

4. Hirarki Kekuasaan dan Peraturan Keluarga

System keluarga yang berlandaskan pada hirarki kekuasaan dan

komunikai mengandung komando atau perintah secara umum mengalir

kebawah dalam jaringan komunikasi keluarga. Interaksi fungsional dalam

Page 11: komunikasi keluarga

hirarki kekuasaan terjadi apabila kekuasaan terdistribusi menurut

kebutuhan perkembangan anggota keluarga (Minuchin, 1974). Apabila

kekuasaan diterpkan menurut kemampuan dan sumber anggota keluarga

serta sesuai dengan ketentuan kebudayaan dari suatu hubungan

kekuasaan keluarga.

5. Konflik dan Resolusi Konflik Keluarga

Konflik verbal merupakan bagian rutin dalam interaksi keluarga normal.

Literature konflik keluarga menunjukkan bahwa keluraga yang sehat

tanpak mampu mengatasi konflik dan memetik mamfaat yang positif,

tetapi tidak terlalu banyak konflik yang dapat mengganggu hubungan

keluarga. Resolusi konflik merupakan tugas interaksi yang vital dalam

suatu keluarga (Vuchinich,1987). Orang dewasa dalam kelurga perlu

belajar untuk mengalami konflik konstruktif. Walaupun orang dewasa

menyelesaikan konflik dengan berbagai cara , resolusi konflik yang

fungsional terjadi apabila konflik tersebut dibahas secara terbuka dan

strategi diterpkan untuk menyelesaikan konflik dan ketika orang tua

secara tepat menggunakan kewenangan mereka untuk mengakhiri

konflik.

G. POLA KOMUNIKASI DISFUNGSIONAL DALAM KELUARGA

Komunikasi disfungsional didefinisikan sebagai transmisi tidak jelas atau

tidak langsung serta permintaan dari salah satu keluarga. Isi dan instruksi

deari pesan dan ketidaksesuaian antara tingkat isi dan instruksi dari

pesan. Transmisi tidak lansung dari suatu pesan berkenaan dari pesan

yang dibelokkan dari saran yang seharusnya kepada orang lain dalam

keluarga. Transmisi langsung dari suatu pesan berarti pesan mengenai

sasaran yang sesuai. Tiga pola komunikasi yang terkait terus menerus

menyebabkan harga diri rendah adalah egasentris, kebutuhan akan

persetujuan secara total dan kurangnya empati.

1. Egosentris

Individu memfokuskan pada kebutuhan diri sendiri dan mengabaikan

kebutuhan orang lain, perasaan atau perspektif yang mencirikan

Page 12: komunikasi keluarga

komunikasi egosentris. Dengan kata lain, anggota keluarga yang

egosentris mencari sesuatu dari orang lain untuk memenuhu kebutuhan

mereka. Apabila individu tersebut harus memberikan sesuatu, maka

mereka akan melakukan dengan keengganan, dan rasa

permusuhan,defensive atau sikap pengorbanan diri, jadi tawar-menawar

atau negosiasi secara efektif sulit dilakukan, karena seseorang yang

egosentris meyakini bahwa mereka tidak boleh kalah untuk sekecil

apapun yang mereka berikan.

2. Kebutuhan Mendapatkan Persetujuan Total

Nilai keluarga tentang mempertahankan persetujuan total dan

menghindari konflik berawal ketika seseorang dewasa atau menikah

menetukan bahwa mereka berada satu sama lain, walaupun perbedaan

yang pasti mungkin sulit untuk dijelaskan seperti yang diekspresikan

dalam pendapat, kebiasaan, kesukaan atauhrapan mungkin terlihat

sebagai ancaman kerena ia dapat mengarah pada ketidaksetujuan dan

kesadaran bahwa mereka merupakan dua individu yang terpisah

3. Kurang Empati

Keluarga yang egosentris tidak dapat menteloransi perbedaan dan tidak

akan mengenal akibat dari pemikiran, persaan dan perilaku mereka

sendiri terhadap anggota keluarga yang lain. Mereka sangat terbenam

dalam pemenuhan kebutuhan mereka sendiri saja bahwa mereka tidak

mampu untuk berempati. Dibalik ketidakpedulian ini, individu dapat

menderia akibat perasaan tidak berdaya. Tidak saja mereka tidak

menghargai diri mereka sendiri tapi mereka juga tidak menghargai oaring

lain. Hal ini menimbulakan suasana tegang, ketakutan atau menyalahkan.

Kondisi ini terlihat pada komunikasi yang lebih membingungkan, samar,

tidak langsung, terselubung dan defensif bukan memperlihatkan

keterbukaan, kejelasan dan kejujuran.

4. Area Komunikasi Yang Tertutup

Keluarga yang fungsional memiliki area komunikasi yang terbuka,

keluarga yang sedikit fungsional sering kali menunjukkan area komunikasi

yang semakin tertutup. Keluarga tidak mempunyai peraturan tidak tertulis

tentang subjek apa yang disetujui atau tidak disetujui untuk dibahas.

Peraturan tidak tertulis ini secara nyata terlihat ketika anggota keluarga

melanggar peraturan dengan membahas subjek yang tidak disetujui atau

Page 13: komunikasi keluarga

mengungkapkan perasaan yang terlarang.

H. KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN GANGGUAN

KESEHATAN

Istilah gangguan kesehatan berkenaan dengan setiap perubahan yang

mempengaruhi proses kehidupan klien (psikologis, fisiologis, social

budaya, perkembangan dan spiritual) (Carpeniyo, 2000). Gangguan

dalam status kesehatan sering kali mencakup penyakit kronis dan

penyakit yang mengancam kehidupan serta ketidakmampuan fisik dan

mentak akut atau kronik, namun dapat juga meliputi perubahan dalam

area ksehatan lainnya. Pola Temuan penelitian tentang adaptasi keluarga

terhadap penyakit kronik dan mengancam kehidupan secara konsisten

menunjukkan bahwea factor sentral dalam fungsi keluarga yang sehat

adalah terdapatnya keterbukaan, kejujuran, dan komunukiasi yang jelas

dalam mengatasi pengalaman kesehatan yang menimbulkan stres serta

isu terkait lainnya (Khan,1990;Spinetta & Deasy-Spineta, 1981). Jiak

keluarga tidak membahas isu penting yang dihadapi mereka, akan

menyababkan jarak emosi dalam hubungan keluarga, dan meningkatnya

stress keluarga (Friedman, 1985; Walsh,1998). Sters yang meningkat

mempengaruhi hubungan keluarga dan kesehatan keluarga serta

anggotanya (Hoffer, 1989).

1. Area Pengkajian

Pernyataan berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis pola

komunikasi keluarga.

a. Dalam mengobservasi keluarga secara utuh atau serangkaian

hubungan keluarga, sejauh mana pola komunikasi fungsional dan

disfungsional yang digunakan ?. diagram pola komunikasi sirkular yang

terjadi berulang. Selain membuat diagram pola komunikasi sirkular,

prilaku spesifik berikut ini harus dikaji:

1) Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan

perasaan interaksi?

2) Sejauh mana anggota menggunakan klerifikasi dan kualifikasi dalam

interaksi?

Page 14: komunikasi keluarga

3) Apakah anggoata keluarga mendapatkan dan merespon umpan balik

secara baik, atau mereka secara umumtidak mendorong adanya umpan

balik dan penggalian tentang suatu isu?

4) Sebera baik anggota keluarga mendengarkan dan memperhatikan

ketika berkomunikasi?

5) Apakah anggota mencari validasi satu sama lain?

6) Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang

bersifat menghakimi dalam interksi?

7) Apakah anggota berinterksi dengan sikap menhina terhadap pesan?

8) Seberapa sering diskualifikasi digunakan?

b. Bagimana pesan emosional disampaikan dalam keluarga dan

subsistem keluarga?

1) Sebera sering pesan emosional disampaikan?

2) Jenis emosi apa yang dikirimkan ke subsistem keluarga? Apakah

emosi negatif, positif, atau kedua emosi yang dikirimkan?

c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi didalam jaringan

komunikasi dan rangkaian hubungan kekeluargaan?

1) Bagaimana cara/sikap anggota kelurga (suami-istri, ayah-anak,anak-

anak) saling berkomunikasi?

2) Bagaimana pola pesan penting yang biasanya? Apakah terdapat

perantar?

3) Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota?

d. Apakah pesan penting keluarga sesuai dengan isi instruksi ? apabila

tidak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian tersebut?

e. Jenis proses disfungsional apa yang terdapat dalam pola komunikasi

keluarga?

f. Apa isu penting dari personal/keluarga yang terbuka dan tertutup untuk

dibahas?

g. Bagiman factor-faktor berikut mempengaruhi komunikasi keluarga?

1) Konteks/situasi

2) Tahap siklus kehidupan kelurga

3) Latar belakakang etnik kelurga

4) Bagaimana gender dalam keluarga

5) Bentuk keluarga

6) Status sosioekonomi keluarga

Page 15: komunikasi keluarga

7) Minibudaya unik keluarga

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Masalah komunikasi keluarga merupakan diagnosis keperawatn keluarga

yang sangat bermakna, Nort American Diagnosis Assosiation (NANDA)

belum mengidentifikasi diagnosis komunikasi yang berorientasi keluarga.

NANDA menggunakan perilaku komunikasi sebagai bagian dari

pendefisian karakteristik pada beberapa diagnosis mereka;seperti proses

berduka disfungsional salah satu diagnosis keperawatn yang terdapat

dalam daftar NANDA adalah “hanbatan komunikasi verbal”, yang

berfokus pada klien individu yang tidak mampu untuk berkomunikasi

secara verbal. Giger & Davidhizar (1995) menegaskan bahwa ”hambatan

komunikasi verbal” tidak mempertimbangkan kjebudayaan klien sehingga

secara kebuyaan tidak relevan dengan diagnosis keperawatan.

3. Intervensi Keperawatan Keperawatan

Intervensi keperawatn keluarga dalam keluarga dalam area komunikasi

terutama melibatkan pendidikan kesehatan dan konseling, serta

kolaborasi sekunder, membuat kontrak, dan merujuk ke kelompok swa-

bantu, organisasi komunitas, dan klinik atau kantor terapi keluarga. Model

peran juga berperan tipe pemberian pendidikan kesehatan yang penting.

Model peran melalui observasi anggota keluarga mengenai tenaga

kesehatan keluarga dan bagaimana mereka berkomunikasi selam situasi

interaksi yang berbeda bahwa mereka belajar meniru perilaku komunikasi

yang sehat.

Konsling dibidang komunikasi keluarga melibatkan dorongan dan

dukungan keluarga dalam upaya mereka untuk meningkatkan komunikasi

diantara mereka sendiri. Perawat keluarga adalah sebagai fasilitator

proses kelompok dan sebagi narasumber. Wright dan Leahey (2000)

menklasifikan tentang tiga intervensi keluarga secara lansung (berfokus

pada tingkat kognitif, afektif, dan perilaku dari fungsi) membantu dalam

pengorganisasian srategi komunikasispesifik yang dapat diterapkan,

strategi intervensi dalam masing-masing ketiga domain meliputi

pendidikan kesehatan dan konsling.

a. Intervensi keperawatn keluarga dengan focus kognitif memberikan atau

Page 16: komunikasi keluarga

ide baru tentang komunikasi. Informasi adalah opendidikan yang

dirancang untuk mendorong penyelesaian masalah keluarga. Apakah

anggota mengubah perilaku komunikasi mereka pertama sangat

bergantung pada bagiamana mereka mempersepsikan masalah. Wright &

Laehey (2000) menegaskan peran penting dari persepsi dan keyakinan.

b. Intervensi dalam area afektif diarahkan pada perubahan ekspresi

emosi anggota keluarga baik dengan meningkatkan maupun menurunkan

tingkat komunikasi emosional dan modifikasi mutu komunikasi emosional.

Tujuan keperawatan spesifik didalam konteks kebudayaan keluarga,

membantu anggota keluarga mengekspresikan dan membagi perasaan

mereka satu sama lain sehingga:

1) Kebutuhan emosi mereka dapat disampaikan dan ditanggapi dengan

lebih baik.

2) Terjadi komunikasi yang lebih selaras dan jelas

3) Upaya penyelesaian masalah keluarga difasilitasi.

c. Intervensi keperawatan keluarga berfokus pada perilaku, perubahan

perilaku menstimulasi perubahan dalam persepsi “realitas” anggota

keluarga dan persepsi menstimulasi perubahan perilaku (proses sirkular,

rekursif). Oleh karena itu, ketika perawat keluarga menolong anggota

keluarga belajar cara komunikasi yang lebih sehat. Ia juga akan

membantu anggota keluarga untuk mengubah persepsi mereka atau

membangun realitas tentang suatu situasi.

Intervensi pendidikan kesehatan dan konsling dirancang untuk mengubah

komunikasi keluarga meliputi;

a. Mengidentifikasi keinginan perubahan perilaku spesifik anggota

keluarga dan menyusun rencana kolaboratif untuk suatu perubahan

b. Mengakui, mendukung, dan membimbing anggota keluarga ketika

mereka mulai mencoba untuk berkomunikasi secar jelas dan selaras.

c. Memantau perubhan perilaku yang telah menjadi sasran sejak

pertemuan terdahulu. Tanyakan bagimana perilaku komunikassi yang

baru, apakah ada masalah yang terjadi, serta jika mereka mempunyai

pertanyaan atau hal penting tentang perubahan tersebut.

BAB III

Page 17: komunikasi keluarga

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi keluarga dikonsepsulisasikan sebagai salah satu dari empat

dimensi struktur dan system keluarga beserta kekuasaan, peran dan

pengambilan keputusan, serta dimensi struktur nilai. Struktur keluarga

dan proses komunikasi terkait memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga.

Selain itu, pola komunikasi dalam sisten keluarga mencerminkan peran

dan hubungan anggota keluarga. Komunikasi memerlukan pengirim,

saluran dan penerima pesan serta interaksi antara pengirim dan

penerima. Pengirim adalah seorang yang mencoba untuk memindahkan

suatu pesan yang dikirimkan dan saliran merupakan perjalanan atau rute

pesan.

Enam prinsip komunikasi adalah: (1) tidak mungkin untuk tidak

berkomuniasi; semua perilaku adalah komunikasi; (2) komunikasi

mempunyai dua tingkat yaitu komando dan informasi; (3) komunikasi

melibatkan proses transaksional dan tiap anggota keluarga mempunyai

“pungtuasi” peristiwa interaksi mereka sendiri; (4) ada dua tipe

komunikasi yaitu digital dan analogik; (5) interaksi keluarga adalah

redundansi yaitu interaksi keluarga dalam kisaran perbatas dari urutan

perilaku berulang-ulang; (6) semua interaksi komunikasi simetris atau

saling melengkapi.

Komunikasi fungsional didefinisikan sebagi pengiriman dan penerimaan

tingkat isi dan instruksi dari tiap pesan yang jelas dan langsung begitu

pula keselarsan antara tingkat isi dan instruksi. Komunikasi disfungsional

adalah pengiriman dan penerimaan isi dan instruksi pesan yang tidak

jelas dan tidak langsung atau tidak ada kesesuaian antara tingkat isi dan

instruksi.

Karakteristik keluarga yang sehat adalah komunikasi yang jelas dan

kemampuan untuk saling mendengarkan. Komunikasi yang baik

diperlukan untuk membina dan memlihara hubungan penuh rasa cinta.

Factor sentral dalam fungsi keluarga yang sehat ketika seseorang

mengalami perubahan kesehatan adalah komunikasi yang terbuka, jujur.

Jelas dalam mengatasi pengalamankesehatan yang menimbulkan sters

Page 18: komunikasi keluarga

serta isu terkait. Pedoman pengkajian komunikasi keluarga digambarkan

sebagai pedoman untuk diagnosis dan intervensi keperawatan untuk

memfasilitasi pola komunikasi sehat keluarga.

B. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa agar bisa menggunakan makalah ini dan

juga menjadikannya sebagai pedoman dalam memberikan intervensi

keperawatan tentang komunikasi pada keluarga dengan gangguan

masalah kesehatan dan dalam memberikan pendidikan serta

konslinguntuk merubah perilaku .

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, dan senantiasa

mengaharapkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Tak lupa salawat dan

salam bagi junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. Alhamdulillah

penulis masih diberi kesehatan dan umur sampai saat ini sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”KOMUNIKASI KELUARGA”

yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Keluarga. Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar

bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan mungkin jauh dari

sempurna, begitupun dengan makalah ini oleh karena itu kritik dan saran

dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa

yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini

bermanfaat bagi penulis khususnya serta kepada pembaca pada

umumnya.

Pekanbaru, April 2011

Page 19: komunikasi keluarga

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi keluarga dinyatakan dalam bentuk konsep sebagai salah satu

dari empat dimensi struktur system keluarga, kekuasaan, pengambilan

keputusan dan struktur peran serta norma dan nilai keluarga. Dimensi

tersebut saling berhubungan dan saling bergantung secara erat. Karena

keluarga merupakan suatu sistem social, terdapat interaksi dan umpsn

balik bersinambungan antar lingkungan internal dan eksternal. Perubahan

pada satu bagian system keluarga pada umumnya diikuti dengan

perubahan kompensasi pada dimensi struktur internal. Walaupun dimensi

ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata, dimensi ini akan

berhubungan secara individualdalam bahasa yang bertujuan heuristic

(mencari solusi).

sturuktur keluarga akhirnya dievaluasi untuk mengetahui seberapa baik

keluarga mampu untuk memenuhi funsgi umum (pentingnya tujuan akhir

bagi anggota dan masyarakat). Struktur keluarga dan komunikasi terkait

memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga. Komunikasi dalam keluarga

dapat dipandang sebagai isi pola dan diuraikan sebagai suatu komponen

structural. Secara bersamaan, komunikasi didalam keluarga dapat

dianggap sebagai interaksi yang beruntun sepanjang waktu dan dikaji

sebagai proses. Pada penerapan perspektif ini, perilaku dipandang sama

dengan komunikasi. Dalam menjaga perspektif yang dominan ini dalam

literature keperawatan keluarga, makalah ini menekankan suatu system

Page 20: komunikasi keluarga

perspektif berorientasi pada proses dalam membahas komunikasi

keluarga

B. Tujuan

1. Tujuan umum untuk mengetahui tentang komunikasi keluarga

2. Tujuan ksusus

a. Untuk mengetahui tentang penertian komunikasi

b. Untuk mengetahui tentang unsur komunikasi

c. Untuk mengetahui tentang prinsip komunikasi

d. Untuk mengetahui tentang proses komunikasi fungsional

e. Untuk mengetahui tentang proses komunikasi disfungsional

f. Untuk mengetahui tentang pola komunikasi fungsional dalam keluarga

g. Untuk mengetahui tentang pola komunikasi disfungsional dalam

keluarga

h. Untuk mengetahui tentang komunikassi dalam keluarga dengan

gangguan kesehatan