KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi...

181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI WARGA JEPANG DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta) Disusun Oleh : KUSNUL ISTIQOMAH D0206063 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi...

Page 1: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1  

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI WARGA JEPANG DI SURAKARTA

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta)

Disusun Oleh :

KUSNUL ISTIQOMAH D0206063

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2  

PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Hari :

Tanggal :

Susunan Panitia Penguji:

Ketua : Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D ( )

NIP. 19490428 197903 1 001

Sekretaris : Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMed, Hons ( )

NIP. 19810429 200501 2 002

Penguji : Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si ( )

NIP. 19580617 198702 1 001

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan,

Page 3: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3  

Page 4: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4  

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI WARGA JEPANG DI SURAKARTA

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta)

adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia

menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata dikemudian hari

terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya

yang asli atau sebenarnya.

Surakarta,

Kusnul Istiqomah

Page 5: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5  

MOTTO

“Hai manusia, sesungguhnya Kami Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antara kamu di Sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

(Q.S Al-Hujurat: 13)

“No matter what they say, I have my own way”

(Kusnul)

“Don’t ever let your ambition takes your sanity”

(Kusnul)

Page 6: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6  

PERSEMBAHAN

母と父に此の卒業論文を捧げます

有難う ございます

(Skripsi Ini Saya Persembahkan Kepada Ibu dan Ayah)

(Terimakasih Banyak)

母へ,母へ,母へ

父へ

(Untuk Ibu, Untuk Ibu, Untuk Ibu)

(Untuk Ayah)

Page 7: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7  

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rakmat serta hidayah-Nya, karena hanya atas kehendak-Nya, skripsi

dengan judul KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI

WARGA JEPANG DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Peran

Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta) dapat

diselesaikan dengan baik dan lancar.

Penelitian untuk skripsi ini bermula ketika peneliti melihat kesebelas orang

imigran asal Jepang yang memiliki kebudayaan yang berbeda mampu berakulturasi

dengan masyarakat Surakarta. Hal itu terlihat dari cara hidup para imigran tersebut

yang semakin mirip orang Jawa. Sebagai mahasiswa komunikasi, peneliti ingin

melihat kontribusi apa yang diberikan komunikasi antarbudaya terhadap proses

akulturasi tersebut.

Selain itu, pada umumnya komunikasi antarbudaya itu sulit, tetapi kesebelas

imigran tersebut relatif tidak memiliki masalah dengan masyarakat sekitar. Hal itu

terlihat dari tidak adanya konflik yang terjadi di antara mereka dengan masyarakat

sekitar. Peneliti ingin melihat kompetensi apakah yang dimiliki oleh para imigran

tersebut sehingga mampu melakukan komunikasi seperti itu.

Page 8: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8  

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dan

pada kesempatan kali ini penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si selaku pembimbing yang telah

memberikan petunjuk dan ilmu selama penyusunan skripsi ini.

2. Hiromi Kano, Miki Orita, Kaoru Serizawa, Yumiko Takenouchi, Akira

Kawakami, Naomi Kawasaki, Mami Yamamura, Hitomi Matsuda,

Keisuke Isobe, Mika Masui, dan Naoko Ujiie karena telah bersedia

menjadi responden penelitian ini. Serta kepada Bpk Hadi Boediono, Bpk

Mulyono, Bpk Sutiman Abdul Rahman, Ibu Santi Staunislavia, Ibu

Theresia Sri Kurniati, Bpk Budi Kadarto, dan Ibu Sri Yuniati selaku

responden dari masyarakat pribumi.

3. Ayahku (alm) dan Ibu tercinta, atas didikan dan kasih sayangnya sehingga

peneliti bisa sampai sejauh ini. Serta atas doa, kerja keras, kesabaran,

ketabahan, dan dukungannya yang tulus.

4. Mas Pendi dan Mas Imam atas nasehat, motivasi, doa dan dukungannya.

5. Keluarga besar Sepon di Doplang.

6. My best Friends: Eke, Ria, Hasna, Arum, Nissa, Dinda and Genk Gemes:

Vaulla, Isni, Mbak Tina, n’ Frenty. Thanks for your friendship.

Page 9: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9  

7. Teman-teman Saku EO, dan Kom ’06 lainnya yang tidak bisa disebutkan

satu persatu.

8. Ai (Deathgaze) atas suaranya yang merdu yang selalu berhasil membuatku

bersemangat.

9. Akito-sama yang selalu mendampingi.

Penulis berharap, semoga karya ini mampu memberikan manfaat dan mampu

memberikan gambaran untuk penelitian-penelitian berikutnya.

Surakarta,

Penulis

Page 10: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

PERSETUJUAN………………………………………………………. ….. ii

PENGESAHAN……………………………………………………….. ….. iii

PERNYATAAN…………………………………………………………… iv

MOTTO…………………………………………………………………….. v

PERSEMBAHAN………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR……………………………………………………… vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv

DAFTAR BAGAN………………………………………………………….. xv

ABSTRAK…………………………………………………………….. ……. xvi

ABSTRACT…………………………………………………………….……. xviii

I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1

Page 11: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11  

A. Latar

Belakang ………………………………………………….. 1

B. Rumusan

Masalah……………………………………………….. 7

C. Tujuan

Penelitian………………………………………………… 7

D. Manfaat

Penelitian……………………………………………….. 8

E. Telaah

Pustaka…………………………………………………… 9

1. Komunika

si…………………………………………………... 9

a. Pengertian

Komunikasi…………………………………… 9

b. Unsur

Komunikasi………………………………………... 11

2. Multikultu

ralisme…………………………………………….. 16

Page 12: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12  

3. Komunika

si Antarbudaya……………………………………. 19

a. Pengertian

Komunikasi Antarbudaya……………………. 19

b. Proses

Komunikasi Antarbudaya………………………… 25

c. Fungsi

Komunikasi Antarbudaya………………………… 30

d. Kompeten

si Komunikasi Antarbudaya…………………… 34

e. Komunika

si Antarbudaya yang Efektif………………….. 37

f. Peran

Komunikasi Antarbudaya terhadap Akulturasi……. 43

g. Faktor –

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Komunikasi

Antarbudaya……………………………………………… 45

4. Akulturasi

…………………………………………………….. 51

Page 13: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13  

a. Pengertian

Akulturasi…………………………………….. 51

b. Potensi

Akulturasi………………………………………… 60

F. Metodolo

gi Penelitian…………………………………………….. 62

1. Jenis

Penelitian………………………………………………... 62

2. Lokasi

Penelitian……………………………………………… 63

3. Populasi

dan Sensus…………………………………………... 63

4. Teknik

Pengumpulan Data……………………………………. 64

5. Teknik

Analisi Data…………………………………………… 66

6. Validitas

Data…………………………………………………. 67

Page 14: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14  

II. DESKRI

PSI LOKASI PENELITIAN……………………………….. 69

A. Kota

Surakarta…………………………………………………...... 69

B. Imigran

Jepang……………………………………………………. 74

C. Profil

Responden………………………………………………….. 79

III. PENYAJ

IAN DAN ANALISIS DATA………………………………. 82

A. Komuni

kasi Antarbudaya Warga Jepang di Surakarta……………. 83

B. Proses

Komunikasi Antarbudaya Warga Jepang di Surakarta…….. 100

C. Fungsi

Komunikasi Antarbudaya Bagi Warga Jepang di Surakarta. 106

1. Fungsi

Pribadi………………………………………………… 106

Page 15: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15  

2. Fungsi

Sosial………………………………………………….. 113

D. Peran

Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

Jepang di Surakarta……………………………………………….. 117

E. Faktor

Pendukung Komunikasi Antarbudaya Warga Jepang di

Surakarta………………………………………………………….. 120

1. Aspek-

aspek yang Mempengaruhi Komunikasi Antarbudaya.. 120

2. Sikap

Saat Berkomunikasi……………………………………. 135

3. Intensita

s……………………………………………………… 142

4. Kompete

nsi Komunikasi Antarbudaya………………………. 144

5. Faktor

Pendukung Akulturasi (Potensi Akulturasi Individu)… 150

Page 16: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16  

IV. PENUTUP

…………………………………………………………… 158

A. Kesimpulan

……………………………………………………….. 158

B. Saran……

………………………………………………………… 162

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 High Context Culture-Low Context Culture………………………….. 27

Page 18: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18  

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Model Komunikasi Antarbudaya…………………………………… 31

Bagan 1.2 Fungsi-fungsi Pribadi dan Sosial dari Komunikasi…………………. 35

Bagan 1.3 Analisis Data Model Miles dan Huberman…………………………. 71

Bagan 3.1 Model Komunikasi Antarbudaya…………………………………….. 106

Page 19: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19  

ABSTRAK

Kusnul Istiqomah, D0206063, KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ALAM PROSES AKULTURASI WARGA JEPANG DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Peran Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Februari 2010

Sekarang ini, banyak orang-orang asing yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan. Ada yang datang untuk berwisata, belajar bahkan ada yang datang untuk bekerja termasuk warga Jepang. Begitu juga di Surakarta, bermacam-macam warga asing datang dengan berbagai keperluan termasuk orang Jepang. Setiap imigran harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya sehingga mereka mampu bertahan di lingkungan baru tersebut. Seorang imigran mempelajari dan mengadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di negara tuan rumah. Dimana proses tersebut dikenal dengan sebutan akulturasi. Peneliti melihat kesebelas orang imigran asal Jepang yang memiliki kebudayaan yang berbeda mampu berakulturasi dengan masyarakat Surakarta. Hal itu terlihat dari cara hidup para imigran tersebut yang semakin mirip orang Jawa. Sebagai mahasiswa komunikasi, peneliti ingin melihat kontribusi apa yang diberikan komunikasi antarbudaya terhadap proses akulturasi tersebut.

Selain itu, pada umumnya komunikasi antarbudaya itu sulit, tetapi kesebelas imigran tersebut relatif tidak memiliki masalah dengan masyarakat sekitar. Hal itu terlihat dari tidak adanya konflik yang terjadi di antara mereka dengan masyarakat sekitar. Peneliti ingin melihat kompetensi apakah yang dimiliki oleh para imigran tersebut sehingga mampu melakukan komunikasi seperti itu.

Penelitian ini mengambil tempat di wilayah Surakarta dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan sensus yaitu mengambil seluruh populasi menjadi objek penelitian. Menurut data dari kantor Imigrasi, di wilayah Surakarta terdapat 15 orang Jepang, namun peneliti hanya mampu menemukan 11 dari jumlah keseluruhan. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan model analisis data Miles dan Huberman. Untuk memastikan validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data.

Dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya yang terjadi antara warga Jepang dengan penduduk pribumi sangat membantu kelancaran akulturasi warga Jepang di Surakarta. Komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan lingkungan fisik dan sosial seorang imigran. Melalui komunikasi antarbudaya, imigran Jepang bisa menyesuaikan diri dengan

Page 20: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20  

lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan serta mendapatkan keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang mempengaruhi mereka. Selayaknya orang-orang pribumi, para imigran Jepang juga memperoleh pola-pola budaya pribumi dari kegiatan komunikasi antarbudaya. Melalui komunikasi massa seorang imigran mengetahui lebih jauh lagi tentang berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya pribumi.

Proses komunikasi antarbudaya tidak bisa lepas dari faktor-faktor pendukung. Aspek-aspek yang mempengaruhi komunikasi antar budaya yang terdiri dari persepsi, proses verbal, proses non-verbal dan konteks komunikasi. Sikap seorang imigran ketika berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya yang meliputi respect, empathy, audible, clarity, humble, adaptability, acceptance, cultural awareness,dan knowledge discovery; intensitas komunikasi, dan kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki oleh tiap imigran Jepang juga ikut andil dalam memperlancar komunikasi antarbudaya. Selain komunikasi antarbudaya, potensi akulturasi yang dimiliki seorang individu juga menentukan lancarnya proses akulturasi individu tersebut.

.

Page 21: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21  

ABSTRACT

Kusnul Istiqomah, D0206063, COMMUNICATION BETWEEN CULTURES IN JAPANESE ACCLUTURATION PROCESS IN SURAKARTA (Descriptive Qualitative Study of Roles of Communication between Cultures in Japanese Acculturation Process in Surakarta). Bachelor Thesis, Department of Communication Science, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University, Surakarta, February 2010.

Nowadays, a lot of people come to Indonesia with various kinds of purposes. Some of them come to enjoy the vacation resorts in Indonesia, to study, even work. Various people from all over the world come to Indonesia as well as from Japan. In Surakarta, there are also various kinds of foreign people who came to vacation, study, work, and even marry with host people. Every immigrant has to adapt with host culture so that can survive in the new environment. An immigrant learns and adopts norms and values of host culture which process is known as acculturation. From the observation, it could be said that the acculturation of Japanese people in Surakarta succeed. Therefore, researcher wanted to know the role of communication between cultures toward that acculturation process. And factors that influence the success of those communication between cultures and acculturation.

This research took place in Surakarta region with descriptive qualitative research method. It used census which took every Japanese people who live in Surakarta as research object. According to data from Immigration Department, there are 15 Japanese persons who live in Surakarta, but researcher could find only 11 persons of them. To analyze research data, researcher used Miles and Huberman data analysis model and to validate data, researcher used data triangulation.

According to research result, researcher could say that communication between cultures which conducted between Japanese people and Javanese people, had a great help to Japanese acculturation in Surakarta. Communication between cultures became a way to translate an immigrant’s physic and social environment. Through communication between cultures, Japanese people could do adaptation with their environment, connected to the environment and got membership and sense of belonging in every social group that influenced them. Like host people, Japanese people also got host culture patterns through conducted communication between cultures. And through it, an immigrant knew about many aspects of host socio-culture for further.

Page 22: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22  

Need to be known that process of communication between cultures is inseparable from factors that support it. The conducted communication between cultures had to be supported by some aspects such as perception, verbal process, non-verbal process, and communication context. Attitude while communicate, communication intensity, and communication between cultures competency which had by immigrants also took part in communication between cultures effectiveness. Need to be known that besides communication between cultures, acculturation potency that had by immigrant also determined acculturation process of those immigrants.

Page 23: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23  

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Disadari ataupun tidak, kebudayaan Jepang telah berpengaruh pada kehidupan

warga Indonesia. Selama 3,5 tahun Indonesia pernah dijajah oleh Jepang, dan pada

masa penjajahan tersebut Jepang terbukti lebih intens dalam melakukan aksi

akulturasi yakni di bidang politik. Jepang menunjukkan betapa unggulnya budaya

militer mereka sehingga bisa mengalahkan tentara Barat. Pada kenyataanya, memang

banyak pemuda Indonesia yang terpesona dan meleburkan diri menjadi tentara PETA.

Untuk tingkat tertentu dengan politik akulturasinya, Jepang telah menguasai dan

mengendalikan para pemuda untuk loyal dan membela penjajah ini.1

Kita wajib bersyukur karena kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan

Jawa adalah kebudayaan dengan jati diri yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh

kebudayaan asing.2 Namun, sisa-sisa pengaruh Negara Jepang masih tampak pada

kehidupan sehari-hari. Misalnya saja penggunaan seragam untuk anak-anak sekolah

                                                            1 Beni Belvy, “Akulturasi Menjamin Kehidupan yang Harmonis?” http://www.overseasthinktankforindonesia.com/tag/akulturasi/. 6/7/2010/09.00. 2 Budya Pradipta, “Pertemuan Budaya dan Konsekuensinya”. 26/7/2010/09.15 

Page 24: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24  

dimana kebiasaan penggunaan seragam tersebut adalah warisan atau pengaruh dari

Jepang. Sekarang Indonesia merupakan Negara yang merdeka.

Di Surakarta, bermacam-macam warga asing datang berkunjung baik untuk

keperluan wisata, pendidikan maupun pekerjaaan, termasuk warga Jepang. Sekarang

bukan lagi penduduk Indonesia (Jawa) yang harus menyesuaikan diri dengan

penduduk Jepang, tetapi sebaliknya, para pendatanglah yang harus menyesuaikan diri

dengan tuan rumah.

Di Amerika maupun Eropa banyak orang disebut imigran yang pada

kenyataannya adalah sojourner dan ekspatriat. Sojourner biasanya tinggal di sebuah

negara baru dengan batas waktu tertentu yaitu dari enam bulan dan paling lama lima

tahun dengan tujuan tinggal yang lebih spesifik, misalnya untuk pendidikan.

Sedangkan ekspatriat lebih sering digunakan untuk menyebut pekerja asing yang

tinggal di sebuah negara dengan batasan waktu yang tak terhingga.3 Imigran yang ada

di Surakarta pun ada yang sebagai sojourner dan expatriate. Menurut data dari

Kantor Imigrasi Wilayah Jawa Tengah 2010, tercatat 15 orang warga Jepang yang

tinggal di Surakarta. Namun, peneliti hanya mampu menemukan 11 orang imigran

asal Jepang. Dari kesebelas orang tersebut tujuh orang merupakan soujourner dan

empat orang merupakan expatriate. Tujuan mereka tinggal di Surakarta bermacam-

macam, tujuh orang Imigran tinggal di Surakarta untuk keperluan pendidikan, tiga

orang untuk bekerja, dan satu orang untuk berumah tangga.

                                                            3 Fred E. Jandt, “Intercultural Communication: An Introduction, cet.II (Thousand Oaks, California: Sage Publication, 1998) hlm. 311 

Page 25: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25  

Setiap orang ingin kehidupannya berhasil. Oleh sebab itu, di lingkungan baru

tersebut mereka perlu melakukan akulturasi sehingga bisa membaur dengan

masyarakat sekitar dan tujuan mereka tercapai.

Setiap imigran harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya

sehingga mereka mampu bertahan di lingkungan baru tersebut. Seorang imigran

mempelajari dan mengadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di negara

tuan rumah di mana proses tersebut dikenal dengan sebutan akulturasi.4

Berry, Kim, & Boski (1987) telah menjelaskan akulturasi ke dalam dua

dimensi.

“…the value placed on maintaining one’s original cultural identity and the value given to maintaining relationship with other group in one’s new culture…”5

(…nilainya yang terletak pada merawat identitas budaya asli

seseorang dan nilai yang diberikan untuk menjaga hubungan dengan kelompok dalam kebudayaan baru orang tersebut…)

Akulturasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh imigran untuk

menyesuaikan diri dengan dan memperoleh kebudayaan pribumi.6 Akulturasi terjadi

melalui identifikasi dan internalisasi lambang-lambang masyarakat pribumi yang

signifikan. Sebagaimana orang-orang pribumi memperoleh pola-pola budaya pribumi

lewat komunikasi, para imigran pun melakukan hal serupa melalui komunikasi.

Karena orang belajar komunikasi dengan komunikasi.

                                                            4 Ibid. hlm.315 5 Pernyataan  Berry, Kim dan Boski seperti dikutip oleh Fred E. Jandt dalam “Intercultural Communication: An Introduction, cet.II (Thousand Oaks, California: Sage Publication, 1998) hlm.315 6 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat (ed), Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan orang‐orang berbeda budaya (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001) hlm. 139 

Page 26: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26  

Proses trial and error selama akulturasi sering mengecewakan dan

menyakitkan. Ada masalah krusial yang sering menghambat proses akulturasi

tersebut. Masalah tersebut adalah komunikasi antarbudaya baik secara verbal maupun

non verbal. Masalah dalam komunikasi verbal sering disebabkan oleh perbedaan

bahasa asli imigran dengan bahasa asli pribumi. Seperti misalnya penggunaan Bahasa

Jepang dan Bahasa Indonesia. Sedangkan masalah komunikasi nonverbal meliputi

perbedan penggunaan dan pengaturan ruang, jarak antarpribadi, ekpresi wajah, gerak

mata, gerakan tubuh lainnya, dan persepsi tentang penting tidaknya perilaku

nonverbal.7

Hal tersebut juga dialami oleh imigran Jepang di Surakarta. Pada awalnya

mereka memiliki kesulitan dalam memahami makna baik secara verbal maupun

nonverbal ketika berkomunikasi dengan penduduk pribumi karena pengetahuan

tentang bahasa Indonesia dan kebudayaan Jawa yang masih sedikit. Namun, dalam

waktu singkat mereka mampu mengatasinya.

Seperti misalnya yang pernah dialami seorang responden, Kaoru Serizawa.

Ketika Kaoru dan rombongan wayang akan pulang setelah pentas, ia ditawari oleh

seorang sinden “monggo, mampir wonten gubug kulo!”, karena mengira sinden

tersebut mengundangnya untuk mampir, Kaoru pun mampir ke rumah sinden

tersebut, padahal ungkapan semacam itu biasa digunakan oleh orang Jawa untuk

berbasa-basi. Kaoru pun turun dari mobil dan ikut masuk ke rumah sinden itu. Dia

melihat ekspresi terkejut di wajah sinden itu, tapi dia tidak mengerti maksud dari                                                             7 Ibid. 

Page 27: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27  

ekspresi tersebut. Setelah bertanya kepada seorang teman, Kaoru pun mengerti

maksud dari ajakan tersebut. Dari pengalaman yang mereka dapat ketika baru tinggal

di Surakarta, mereka belajar lebih banyak tentang kebudayaan Jawa sehingga

membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Saya melihat secara sepintas kesebelas orang tersebut berhasil di dalam

akulturasi. Hal tersebut terlihat dari cara mereka hidup di Surakarta yang semakin

mirip dengan orang Jawa dari segi komunikasi, cara berpakaian, makanan, gerak

tubuh, tutur kata, dan kebiasaan sehari-hari. Dari segi komunikasi, para imigran

tersebut lebih sering berbasa-basi serta aktif untuk berkomunikasi dengan masyarakat

sekitar meskipun baru pertama kali bertemu yang mana hal tersebut tidak pernah

mereka lakukan ketika di Jepang.

Dari segi berpakaian, mereka pun menyesuaikan dengan gaya berpakaian di

Jawa, mereka juga suka mengenakan batik dan kebaya. Ketika akan pergi kuliah,

mereka mengenakan kemeja dan bersepatu. Mereka juga menerima makanan Jawa

dengan mudah bahkan cenderung menyukainya. Makanan favorit mereka adalah

gado-gado, lotek, nasi goreng, sayur asam, dan ayam goreng.

Selain itu ketika lewat di depan orang yang lebih tua mereka membungkukkan

badan dan ketika mempersilakan tamu masuk ke dalam rumah mereka mengucapkan

“monggo” sambil menunjuk dengan ibu jari. Selain “monggo”, kata-kata dalam

bahasa Jawa yang sering mereka gunakan adalah “maturnuwun” dan “nuwun sewu”.

Selain itu, mereka juga sudah terbiasa dengan cara mandi dan buang air di

Surakarta. Mereka juga mengikuti kebiasaan mandi sehari dua kali yang berbeda

Page 28: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28  

dengan di Jepang. Di Jepang, mereka terbiasa mandi satu kali dalam sehari ketika

akan pergi tidur. Mereka juga terbiasa dengan jam karet yang berlaku di lingkungan

sekitar mereka. Bahkan ada yang mengikuti kebiasaan jam karet tersebut. Lalu, bagi

imigran Jepang yang menikah dengan penduduk pribumi, mereka juga mengikuti

serangkaian kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan di daerah baru mereka. Misalnya

jagong, PKK, dan Dharmawanita.

Mereka juga sudah bisa menerima kondisi lalu lintas di Surakarta yang ramai

dan banyak motor. Menurut mereka, alur lalu lintas di Surakarta sangat ramai dan

berbahaya karena banyak motor, banyak orang yang suka mengendarai motor atau

mobilnya dengan kencang dan salip-menyalip. Bagi imigran yang memiliki

kendaraan sendiri misalnya sepedamotor, mereka juga mengikuti kebiasaan

membunyikan klakson sesuka hati mereka yang berbeda dengan Jepang. Di Jepang,

pengendara akan membunyikan klakson jika keadaannya betul-betul berbahaya.

Sebagai seorang imigran mereka juga menyadari bahwa harus bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berusaha menerima nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat sehingga mereka bisa diterima di lingkungan baru tersebut.

Terkadang terdapat perlakuan dari masyarakat sekitar yang tidak sesuai

dengan pengharapan para warga Jepang, misalnya ketika seseorang menanyakan hal

yang menurut orang Jepang sangat pribadi seperti menanyakan “Kenapa belum

memiliki anak?” dan “Siapa ayah anak ini?”. Reaksi yang timbul dari pertanyaan

semacam itu biasanya adalah rasa tersinggung dan terganggu. Reaksi tersebut sesuai

dengan hasil penelitian Jelena Durovic. Dari hasil penelitian, reaksi yang ditimbulkan

Page 29: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29  

ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan

bermacam-macam antara lain merasa berbeda hingga kemarahan.

“The collected data show that the reactions are numerous and range from indifference, surprise, sadness, irritation, frustration to anger.”8

(data yang terkumpul menunjukkan reaksi yang bermacam-macam

mulai dari merasa berbeda, terkejut, sedih, terganggu, frustasi, dan marah)

Namun, reaksi yang mereka rasakan itu tidak menggangu proses akulturasi

yang sedang berlangsung. Karena mereka menyadari perbedaan budaya yang ada

sehingga bisa memaklumi pertanyaan semacam itu.

Pada umumnya, komunikasi antarbudaya itu sulit dilakukan. Tetapi, kesebelas

orang Jepang yang tinggal di Surakarta itu sekalipun memiliki budaya yang berbeda,

mereka relatif tidak memiliki masalah dengan masyarakat. Hal itu terlihat dari tidak

adanya konflik yang pernah terjadi di antara mereka dengan penduduk pribumi.

Mereka mampu hidup berdampingan dan saling memaklumi. Kompetensi apakah

yang dimiliki oleh para imigran tersebut sehingga mampu melakukan komunikasi

seperti itu? Serta, apakah peran yang disumbangkan komunikasi itu terhadap proses

akulturasi yang mereka alami?

Selain kedua masalah tersebut, peneliti tertarik dengan tema ini karena

memiliki ketertarikan tersendiri dengan Jepang baik kebudayaan, cara hidup maupun

bahasa yang mereka miliki. Terlebih lagi, Jepang dan Indonesia sama-sama negara

budaya konteks tinggi.

                                                            8 Jelena Durovic, “Intercultural Communication and Ethnic Identity”, Journal Of Intercultural Communication, issue 16 (April, 2008) hlm. 12 

Page 30: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30  

B. RUMUSAN MASALAH

Di Surakarta peneliti menemukan 11 orang imigran asal Jepang. Meskipun

memiliki latar belakang budaya yang berbeda, imigran-imigran tersebut mampu

membaur dengan masyarakat Surakarta dan mengikuti cara hidup masyarakat

Surakarta. Jika dikaji dari sudut ilmu komunikasi, peran apakah yang disumbangkan

oleh komunikasi antarbudaya dalam memperlancar akulturasi tersebut?

Umumnya komunikasi antarbudaya sering mengalami kegagalan, tetapi tidak

dengan imigran asal Jepang yang ada di Surakarta. Kompetensi apakah yang mereka

miliki sehingga mampu melakukan komunikasi seperti itu?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang bisa diambil dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui peran Komunikasi Antarbudaya dalam mendukung

kelancaran proses akulturasi warga Jepang di Surakarta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mendukung Komunikasi

Antarbudaya dalam proses akulturasi warga Jepang di Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritik: hasil peneltian ini diharapkan bisa menambah khasanah

pengetahuan terutama di bidang ilmu komunikasi antarbudaya.

2. Manfaat Praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rekomendasi pada penelitian berikutnya.

Page 31: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31  

E. TELAAH PUSTAKA

1. Komunikasi

Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang

menjadi wadah kehidupannya. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Mereka memerlukan

bantuan dari orang lain di sekitarnya. Untuk itu ia melakukan komunikasi. Sebagai

makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar

gagasan, mengirim dan menerima informasi, membagi pengalaman, bekerja sama

dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan sebagainya.9

a. Pengertian Komunikasi

Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam

kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat

diterima semua pihak. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang

artinya memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa Inggris

communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan,

perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih.10

Beberapa definisi dari komunikasi yang diungkapkan beberapa ahli adalah

sebagai berikut:

                                                            9 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010) hlm. 1 10 Ibid. hlm. 2 

Page 32: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32  

Wilbur Scramm (1955) menjelaskan, “Communication as an act of

establishing contact between a sender and receiver, with the help of message; the

sender and receiver some common experience which meaning to message encode and

sent by the sender; and received and decoded by the receiver”.11 (Komunikasi

merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan

bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang

memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta

ditafsirkan oleh penerima).

Definisi komunikasi menurut Everett M. Rogers (1955) yaitu

“Communication is the process by which an idea is transferred from a source to

receiver with the intention of changing his or her behavior”.12 (Komunikasi ialah

proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada

penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya).

Sedangkan Raymond S. Ross (1974) mengungkapkan “Communication is a

transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in

such a way as to help another elicit from his own experience a meaning or responses

similar to that intended by source”.13 (Komunikasi ialah proses transaksional yang

meliputi pemisahan, dan pemilahan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa

sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti

atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber).                                                             11 Ibid. 12 Ibid. hlm. 3 13 Ibid. 

Page 33: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33  

Definisi komunikasi menurut Theodore Herbert (1981) “Communication is

the process by which meaning a knowledge is transferred from one person to another,

usually for the purpose of obtaining some specific goals”.14 (Komunikasi adalah

proses di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seorang kepada

orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus).

Edward Depari (1990) menyebutkan komunikasi adalah proses penyampaian

gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu,

mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima

pesan.15

Berdasarkan definisi komunikasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat disimpulkan komunikasi adalah proses transaksi pesan atau informasi yang

mengandung arti, dari pengirim (komunikator) kepada penerima (komunikan) untuk

mencapai tujuan tertentu.16

b. Unsur Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah proses, aktivitas, atau kegiatan terbentuk oleh

karena adanya unsur-unsur komunikasi. Dari komponen-komponen ini selanjutnya

terbentuk proses komunikasi. Karena proses komunikasi yang dilakukan adalah

komunikasi antarbudaya, maka kebudayaan merupakan dinamisator atau “penghidup”

                                                            14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid. hlm. 4 

Page 34: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34  

bagi proses komunikasi tersebut.17 Komponen atau unsur komunikasi tersebut dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1) Komunikator, sumber informasi (source), adalah individu atau orang yang

mengirim pesan. Pesan tersebut diproses melalui pertimbangan dan

perencanan dalam pikiran. Proses mempertimbangkan dan merencanakan

tersebut berlanjut kepada proses penciptaan pesan. Komunikator dalam

komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memprakarsai komunikasi dan

berasal dari latar belakang kebudayaan tertentu. Beberapa studi tentang

karakteristik komunikator yang pernah dilakukan oleh Giles dan Arlenen

Franklyn-Stokes menunjukkan bahwa karakteristik itu di tentukan antara lain

oleh latar belakang etnis dan ras, faktor demografis seperti umur dan jenis

kelamin, hingga ke latar belakang sistem politik. William Gudykunts dan

Young Yun Kim (1995) mengatakan bahwa secara makro perbedaan

karakteristik antarbudaya itu ditentukan oleh faktor nilai dan norma hingga ke

arah mikro yang mudah dilihat dalam wujud kepercayaan, minat dan

kebiasaan. Selain itu faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan

berbahasa sebagai pendukung komunikasi misalnya kemampuan berbicara

dan menulis secara baik dan benar (memilih kata, membuat kalimat),

                                                            17 Alo Liliweri, Dasar‐Dasar Komunikasi Antarbudaya, cet III (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007) hlm. 25 

Page 35: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35  

kemampuan menyatakan simbol non verbal (bahasa isyarat tubuh), bentuk-

bentuk dialek dan aksen, dan lain-lain.18

2) Pesan (message). Pesan atau informasi, ada pula yang menyebut sebagai

gagasan, ide, simbol, stimuli pada hakikatnya merupakan sebuah komponen

yang menjadi isi komunikasi. Pesan ini dapat berupa pesan verbal maupun

non-verbal. Dalam model komunikasi antarbudaya, pesan adalah apa yang

ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada komunikan. Setiap

pesan sekurang-kurangnya mempunyai dua aspek utama: content dan

treatment, yaitu isi dan perlakuan. Pilihan isi dan perlakuan atas pesan

tergantung dari ketrampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi

dalam sistem sosial dan kebudayaan.19

3) Saluran, media (channel), merupakan suatu sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Dalam

proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran yang

dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media tertulis, media

massa cetak dan media massa elektronik. Akan tetapi kadang-kadang pesan-

pesan itu dikirim tidak melalui media, terutama dalam komunikasi

antarbudaya tatap muka. Ada dua tipe saluran; (1) sensory channel, yakni

saluran yang memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indra,

yaitu mata, telinga, tangan, hidung dan lidah. Lima saluran sensoris itu adalah

                                                            18 Ibid. hlm. 25‐26 19 Ibid. hlm. 28 

Page 36: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36  

cahaya, bunyi, perabaan, pembauan dan rasa. (2) institutionalized means, atau

saluran yang sudah sangat dikenal dan digunakan manusia, misalnya

percakapan tatap muka, material cetakan dan media elektronik.20

4) Komunikan, penerima informasi (receiver), merupakan pihak yang menerima

pesan. Sebenarnya komunikan tidak sekedar menerima pesan, melainkan juga

menganalisis dan menafsirkannya sehingga dapat memahami makna pesan

tersebut. Komunikan dalam komunikasi antarbudaya juga berasal dari suatu

kebudayaan tertentu yang berbeda dengan komunikator. Tujuan Komunikasi

akan tercapai jika komunikan “menerima” (memahami makna) pesan dari

komunikator, dan memperhatikan (attention) serta menerima pesan secara

menyeluruh (comprehension).21 Seringkali seorang komunikan, saat

memperhatikan atau memahami isi pesan sangat tergantung pada tiga bentuk

pemahaman, yaitu: (a) kognitif, komunikan menerima isi pesan sebagai suatu

yang benar; (b) afektif, komunikan percaya bahwa pesan itu tidak hanya benar

tetapi baik dan disukai, dan (c) overt action atau tindakan nyata, di mana

seorang komunikan percaya atas pesan yang benar dan baik sehingga

mendorong tindakan yang tepat.22

5) Umpan balik (feedback), merupakan respon atau tanggapan seorang

komunikan setelah mendapatkan terpaan pesan. Dapat pula dikatakan sebagai                                                             20 Ibid. hlm. 28‐29 21 Ibid. hlm.27 22 Ibid. hlm. 27 

Page 37: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37  

reaksi yang timbul. Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam komunikasi

antarbudaya maka komunikator dan komunikan tidak bisa memahami ide,

pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan tersebut.23

6) Gangguan (noise/barier). Gangguan komunikasi seringkali terjadi, baik

gangguan bersifat teknis maupun semantik. Adanya gangguan komunikasi ini

dapat menyebabkan penurunan efektivitas proses komunikasi.24 Gangguan

dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi

penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan,

atau paling fatal adalah mengurangi makna pesan antarbudaya. De Vito

(1997) menggolongkan tiga macam gangguan yaitu:25

(a) Gangguan Fisik yang berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau

pesan lain, misalnya desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,

kaca mata, dll.

(b) Gangguan Psikologis yang berupa interfensi kognitif atau mental,

misalnya prasangka dan bias pada sumber, penerima, pikiran yang sempit.

(c) Gangguan Semantik yang berupa pembicara dan pendengar memberi arti

yang berlainan, misalnya orang berbicara dengan bahasa yang berbeda,

menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit untuk dipahami oleh

pendengar.26

                                                            23 Ibid. hlm.30 24 Suranto Aw. Op.Cit. Hlm. 7 25 Alo Liliweri. Op.Cit. hlm. 30 26 Alo Liliweri. Op.Cit. hlm. 31 

Page 38: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38  

2. Multikulturalisme

Kebudayaan yang homogen relatif langka sekarang ini. Etnik homogen seperti

Italia, Jepang, Norwegia, dan beberapa negara lain telah berdiri berabad-abad lalu.

Nasionalitas yang turun temurun adalah hal yang benar untuk negara Jerman dan

Israel, keduanya adalah negara modern yang menganugerahi hak-hak kepada

rakyatnya berdasarkan darah. Era 1990an melihat etnisitas diproklamirkan sebagai

pondasi yang layak bagi negara-negara Balkan dan di bagian mantan Uni Soviet.

Negara-negara tersebut adalah negara minoritas. Lebih dari 95% dari Negara-negara

di dunia yang heterogen secara etnik.27

Multikulturalisme bukan sekedar berarti lain ras dan nasionalitas tetapi

memiliki pemahaman yang lebih dalam.

“Multiculturalism does not simply mean other races and nationalities but virtually every conceivable human grouping that separates from the norm, develope a separate identity as well as its normative identity. Indeed each person is of many cultures simultaneously. One has a sexual identity; a racial identity; a religious identity; a class/work identity; a school identity; an identity from the friends one keeps; a family identity; several geographic identities; neighborhood; city; state; country; hemisphere; etc. human tendency to be relatively unconscious of other cultures is dysfunctional in our society as well as in any association, and it is clear that much hostility is created by ignorance of other cultures and the failure to recognize their existence”28

(multikulturalisme bukan secara sederhana diartikan sebagai lain ras dan bangsa tetapi pada hakikatnya setiap kelompok manusia yang bisa digambarkan terpisah dari norma, mengembangkan identitas tersendiri begitu

                                                            27 Fred E. Jandt, Intercultural Communication: An Introduction 2nd (Thousand Oaks, Sage Publication, 1998) hlm. 419 28 Pernyataan Executive Committee dari association of Cllege Unions‐International, July 1987 seperti dikutip oleh Fred E. Jandt (1998) dalam Intercultural Communication: An Introduction 2nd (Thousand Oaks, Sage Publication, 1998)  hlm. 425 

Page 39: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39  

juga identitas normatifnya. Tentu saja begitu juga dengan setiap manusia dalam banyak kebudayaan. Seseorang memiliki sebuah identitas seksual; identitas ras; identitas agama; identitas kelas/pekerjaan; identitas sekolah; identitas dari teman-temannya; identitas keluarga; beberapa identitas geografi: lingkungan sekitar, kota, negara bagian, desa, belahan dunia, dll. Kecenderungan manusia yang relatif tidak sadar akan kebudayaan lain tidak berfungsi dalam masyarakat kita begitu juga di asosiasi manapun, dan jelas, permusuhan seperti itu diciptakan oleh ketidakpedulian terhadap kebudayaan lain dan kegagalan untuk mengenali keberadaan mereka).

Multikulturalisme adalah sebuah kata yang digunakan untuk menjelaskan

situasi di dalam suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok yang berbeda

didukung untuk menjaga perbedaan etnik mereka, dan untuk berpartisipasi di dalam

kehidupan sehari-hari dengan masyarakat yang lebih luas. Hal ini berlawanan dengan

perbedaan etnik yang dikurangi dan keberagaman diharmonisasikan seperti “melting

pot”, atau di mana perbedaan etnik diijinkan tetapi tidak terlibat kehidupan di

masyarakat yang lebih luas (segregasi).29

Dalam garis pemikiran ini, sebuah masyarakat multikultur mungkin tidak

memiliki sebuah kebudayaan yang berlaku untuk semua kelompok dan tidak ada satu

pun budaya yang boleh mendahului yang lain.30

Studi sosiologi dan antropologi tentang masyarakat majemuk selalu

menggambarkan bahwa multikulturalisme merupakan ideologi dari sebuah

                                                            29 David L. Sam  dan  John W. Berry (ed), The Cambridge Handbook of Acculturation Psychology (New York: Cambridge University Press, 2006) hlm. 20 30 Ibid. 

Page 40: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40  

masyarakat multikultur yaitu masyarakat yang tersusun oleh keragaman etnik karena

dukungan keragaman etnik atau kebudayaan dalam arti luas.31

Ada beberapa pengertian mengenai multikulturalisme, pertama,

multikulturalisme adalah konsep yang menjelaskan dua perbedaan dengan makna

yang berkaitan. (a) Multikulturalisme sebagai kondisi kemajemukan kebudayaan atau

pluralisme budaya dari suatu masyarakat. Kondisi ini diasumsikan dapat membentuk

sikap toleransi. (b) Multikulturalisme merupakan seperangkat kebijakan pemerintah

pusat yang yang dirancang sedemikian rupa agar seluruh masyarakat dapat

memberikan perhatian kepada kebudayaan dari semua kelompok etnik atau suku

bangsa.32

Kedua, multikulturalisme merupakan konsep sosial yang diintroduksi ke

dalam pemerintahan agar pemerintah dapat menjadikannya sebagai kebijakan

pemerintah.33

Ketiga, jika dikaitkan dengan pendidikan multikultural, multikulturalisme

merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keragaman latar belakang

kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk

sikap multikulturalisme.34

                                                            31 Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur cet. II (Yogyakarta, LKiS, 2009) hlm. 68 32 Ibid. 33 Ibid. 34 Ibid. hlm. 69 

Page 41: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41  

Keempat, multikulturalisme sebagai sebuah ideologi dapat dikatakan sebagai

gagasan bertukar pengetahuan dan keyakinan yang dilakukan melalui pertukaran

kebudayaan atau perilaku budaya setiap hari.35

3. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi berhubungan erat dengan kebudayaan. Komunikasi yang terjadi

antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda mendasari

adanya komunikasi antarbudaya.

Kontribusi latar belakang kebudayaan sangat penting terhadap perilaku

komunikasi seseorang termasuk memahami makna-makna yang dipersepsi terhadap

tindakan komunikasi yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda.36

Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif

dan makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya adalah perbendaharan budaya

yang satu dengan yang lain juga berbeda dan dapat menimbulkan bermacam-macam

kesulitan.37

a. Pengertian Komunikasi Antarbudaya

                                                            35 Ibid.  36 Alo Liliweri, Gatra‐Gatra Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001) hlm. 1 37 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat (ed), Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan orang‐orang berbeda budaya (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001) hlm. 21 

Page 42: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42  

Fred E. Jandt menuliskan definisi komunikasi antarbudaya sebagai interaksi

tatap muka di antara orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda

(intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among

people of diverse cultures).

Collier dan Thomas (1988) mendefinisikan komunikasi antarbudaya as

communication between people ‘who identify themselves as distinct from’ others in a

cultural sense. (Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang yang

menganggap dirinya sebagai orang yang berbeda dengan yang lain dalam sebuah

kebudayaan).

Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa menyebutkan bahwa komunikasi

antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan,

misalnya suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial.38

Sedangkan Carley H. Dodd menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya

mengarah pada pengaruh variabel-variabel dan perbedaan budaya dalam hasil

komunikasi interpersonal. Perbedaan dalam gaya komunikasi dan sosial, pendangan

terhadap dunia, adat, harapan, aturan, peran, dan mitos menggambarkan sedikit

elemen yang menjelaskan bagaimana kebudayaan membentuk proses komunikasi.39

Beberapa teori komunikasi telah diterapkan pada situasi antarbudaya. Salah

satunya adalah yang berdasar pada teori Uncertainty Reduction oleh Berger dan

Calabrese (1975). Teori tersebut berasumsi bahwa pada fase inisiasi dari interaksi                                                             38 Alo Liliweri, Dasar‐dasar komunikasi antarbudaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm. 10 39 Carley H. Dodd, Dynamics of Intercultural Communication 5th (Boston‐Massachusetts: Mc Graw Hill, 1998) hlm. 4 

Page 43: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43  

dengan orang lain, yang menjadi tujuan utama adalah untuk mengurangi keraguan

terhadap orang itu. Saat itu, kita sedang berusaha untuk mengetahui informasi

mengenai lawan bicara dan untuk membagi informasi mengenai diri kita.40

Yang kedua adalah teori Coordinated Management of Meaning (Cronen,

Pearce, & Harris, 1982). Teori ini menjelaskan mengenai alam sosial dari

komunikasi: konteks dimana komunikasi terjadi, aturan untuk interpretasi kata-kata

dan aksi digunakan, dan aturan untuk menentukan bagaimana harus bersikap saat

seseorang berbicara.41

Kedua teori tersebut pada dasarnya menerangkan bagaimana tingkah laku

dipengaruhi oleh norma dan aturan sosial. Teori Uncertainty Reduction berasumsi

bahwa aturan-aturan dibentuk oleh budaya. Teori Coordinated Management of

Meaning menekankan pada persepsi individu mengenai aturan budaya.42

Karena merupakan salah satu bidang studi ilmu komunikasi, komunikasi

antarbudaya mempunyai obyek formal, yakni mempelajari komunikasi antarpribadi

yang dilakukan oleh seorang komunikator dan komunikan yang berbeda budaya.

Secara umum terdapat dua dimensi studi ilmu komunikasi antarbudaya, yakni

studi yang dikaitkan dengan: (1) komunikasi yang bersifat interaktif-perbandingan

(sumbu X); dan (2) komunikasi yang bersifat antarpribadi-penggunaan media (sumbu

                                                            40 Fred Edmund Jandt, Intercultural Communication: An Introduction (London: Sage Publication, 1998) hlm. 38 41 Ibid. 42 Ibid. 

Page 44: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44  

Y). Kemudian, rincian bidang studi ilmu komunikasi dapat dikategorikan

berdasarkan:

Kuadran I: mempelajari komunikasi antarbudaya dengan pokok bahasan proses

komunikasi antarpribadi dan komunikasi antarbudaya termasuk di dalamnya

komunikasi di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan, suku

bangsa, ras dan etnik.

Kuadran II: komunikasi lintasbudaya dengan pokok bahasan perbandingan pola-pola

komunikasi antarpribadi lintasbudaya.

Kuadran III: komunikasi melalui media di antara komunikator dengan komunikan

yang berbeda kebudayaan namun menggunakan media, seperti komunikasi

internasional.

Kuadran IV: mempelajari perbandingan komunikasi massa, misalnya

membandingkan sistem media massa antarbudaya, perbandingan komunikassi massa,

dampak media massa, tatanan informasi dunia baru 43.

Komunikasi antarbudaya memiliki bagian yang disebut unsur-unsur sosio-

budaya yang meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Misalnya unsur yang

berhubungan dengan persepsi, proses verbal, dan proses nonverbal. Unsur-unsur

tersebut membentuk suatu matriks yang kompleks mengenai unsur-unsur yang

sedang berinteraksi bersama-sama, yang merupakan suatu fenomena kompleks yang

disebut komunikasi antarbudaya44.

                                                            43 Alo Liliweri, Gatra‐Gatra Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001) hlm. 1‐28 44Ibid.  hlm. 22 

Page 45: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45  

Komunikasi antarbudaya akan mudah dipahami sebagai perbedaan budaya

dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian. Suatu prinsip penting

dalam pendapat ini adalah bahwa masalah-masalah kecil dalam komunikasi sering

diperumit oleh perbedaan-perbedaan persepsi tersebut.

Edward T. Hall membagi kebudayaan ke dalam dua konteks yaitu High-

Context Culture dan Low-Context Culture. High-context culture menunjuk pada

penggunaan pesan konteks tinggi dimana sering diimplikasikan melalui bentuk fisik

atau dianggap sebagai bagian dari kepercayaan pribadi, nilai-nilai, dan norma-norma.

Sangat sedikit yang tersedia dalam bentuk pesan kode, pesan yang eksplisit.

Sedangkan Low-context culture merujuk pada pesan konteks rendah dimana

informasi disebarkan dalam bentuk kode yang eksplisit45.

High-context Asia

Arab

Southern European

Africa

South American

Other Northern European

Low-Context Australian

American

Scandinavia

German

Swiss

                                                            45 Myron W. Lustig dan Jolene Koester, Intercultural Competence: Interpersonal Communication Across Cultures, cet.IV (Boston, USA: Allyn and Bacon, 2003) hlm. 111 

Page 46: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

Tabel 1. High Context Culture-Low Context Culture46

Konteks kebudayaan dalam berbeda cara mempengaruhi arti dari sebuah

pesan. Ciri konteks kebudayaan terdiri dari pesan verbal dan nonverbal yang kita

gunakan untuk memberikan pemahaman saat berinteraksi dengan orang lain47.

Menurut Hall, dalam high-context culture, isyarat nonverbal sangatlah

penting. Komunikator sangat bergantung pada informasi yang lebih halus atau samar

seperti isyarat ekspresi wajah, suara, dan diam untuk menafsirkan pesan.

Sedangkan low-context culture, lebih mengandalkan pada kejelasan bahasa

dan arti dari setiap kata-kata serta menggunakan lebih sedikit konteks tersirat untuk

mengirim dan menafsirkan pesan.48

Geert Hofstede mengidentifikasi lima dimensi sejalan dengan pola dominan

dari sebuah budaya yaitu power distance (PDI), uncertainty avoidance (UAI),

individualism versus collectivism (IDV), masculinity versus femininity (MAS), dan

long-term versus short-term orientation of time.49

Dimensi-dimensi Hofstede menjelaskan harapan cultural untuk sebuah jenjang

perilaku-perilaku sosial, power distance merujuk pada hubungan dengan orang yang

berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah. Uncertainty avoidance merujuk pada

pencarian seseorang pada kebenaran dan kepastian. Individualism-collectivism

merujuk pada perilaku terhadap kelompok. Masculinity-femininity merujuk pada

                                                            46 Beebe. Loc. Cit. 47 Beebe. Loc. Cit. 48 Ibid. 49 Myron W. Lustig dan Jolene Koester, Intercultural Competence: Interpersonal Communication Across Cultures, cet.IV (Boston, USA: Allyn and Bacon, 2003) hlm. 115 

Page 47: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

pengharapan terhadap prestasi dan perbedaan gender, dan time orientation merujuk

pada pencarian seseorang terhadap kebaikan dan idealisme yang tahan lama.50

b. Proses Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi bukan dipandang sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkan

manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus dipandang sebagai sebuah

proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan yang terus

menerus diperbaharui. Komunikasi disebut sebagai suatu proses karena komunikasi

itu dinamik. Sebuah proses yang terdiri dari beberapa sekuen yang dapat dibedakan

namun tidak dapat dipisahkan. Semua sekuen berkaitan satu sama lain meskipun

selalu berubah-ubah. Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan

proses komunikasi lain, yaitu proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis.51

Wahlstrom (1992) menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya yang interaktif

adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua

arah/ timbal balik namun masih berada pada tahap rendah. Apabila ada proses

pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami

perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah memasuki tahap

transaksional seperti yang diungkapkan oleh Hybels dan Sandra (1992).52

Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yaitu (1) keterlibatan

emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan atas

                                                            50 Myron W. Lustig. Op. Cit hlm. 132 51 Alo Liliweri, Dasar‐Dasar Komunikasi Antarbudaya, Cet.III (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm. 24 52 Ibid. 

Page 48: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

pertukaran pesan; (2) peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan

dengan masa lalu, kini dan yang akan datang; dan (3) partisipan dalam komunikasi

antarbudaya menjalankan peran tertentu.53

Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang

bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang

hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi

tertentu. Karena proses komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi antarbudaya

maka kebudayaan merupakan dinamisator bagi proses komunikasi tersebut.54

                                                            53 Ibid. hlm. 24‐25 54 Ibid. hlm. 25 

Page 49: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

Di bawah ini adalah model komunikasi antarbudaya:

Bagan 1. Model Komunikasi Antarbudaya55 Model komunikasi antarbudaya tersebut menampilkan pengembangan dari

definisi Perceived Cultural Differences (PCD) atau yang bisa diartikan sebagai

                                                            55 Carley H. Dodd, Dynamics of Intercultural Communication 5th edition (Boston: McGraw Hill, 1998) hlm. 7 

Uncertainty/ anxiety motivate intercultural adaptive communication strategies by forming an arena of potentially positive adaption, Cultural C: 

Culture C Is an invented third culture in which A & B experience positive climate, commonality and trust leading to adaptation 

Functional strategies utilizing intercultural knowledge and skills involving rules, roles, customs, beliefs, social style, affirmation, approachability and adaptability 

Intercultural Communicatin Effectiveness Outcome: Task, Positive Relationships, Cultural Adjustment 

Uncertainty Anxiety Dysfunctional strategis such as relying on stereotypes, 

withdrawal denial, hostily 

Interpersonal relationship 

Personality 

Culture 

Perceived Cultural Difference

Interpersonal relationship 

Personality 

Culture 

Page 50: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

mengenali perbedaan cultural. William Gudykunst dan Young Kim menerapkan

metafora dari orang asing menjadi orang-orang yang dikenal sebagai “berbeda

denganku”.

Dari tampilan gambar model komunikasi antarbudaya di atas terdapat

keterangan-keterangan: (1) mengindikasi bahwa budaya adalah satu-satunya sumber

yang menerangkan kenapa orang-orang mengenali perbedaan; (2) menjelaskan

dinamika PCD sebagai motivasi yang mengarahkan pada pengurangan ketidakpastian

dan kecemasan; (3) menggambarkan bagaimana kita bisa memajukan pendekatan

yang fungsional maupun tidak fungsional untuk memutuskan dalam perbedaan yang

ada; (4) menunjukkan bahwa membuat budaya ketiga C menyediakan landasan

umum untuk memajukan strategi membangun hubungan; (5) menggarisbawahi

bagaimana kita bisa menggunakan beberapa kemampuan dan insight antarbudaya

yang sederhana namun kuat; dan (6) mengungkapkan hasil antarbudaya positif yang

diinginkan. Singkatnya, model ini adalah model komunikasi antarbudaya yang

adaptive, yang membutuhkan pertisipan-partisipan untuk menunda penilaian dan bias

ketika mereka bertemu dalam budaya ketiga yang dibuat oleh partisipan-partisipan

antarbudaya untuk menemukan tujuan dan ketertarikan bersama. Dengan kata lain, di

luar pandangan ketidaksamaan, partisipan A dan B bisa membagi kebudayaan ketiga

di antara mereka, budaya tentang kesamaan.56

Untuk membuat kebudayaan baru menjadi arena yang adaptif secara

fungsional bukanlah hal yang otomatis. Beberapa konsep dan keahlian membantu kita                                                             56 Ibid. hlm 6 

Page 51: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

memahami bagaimana caranya membuat kebudayaan C berhasil. Ada tiga prinsip

yang penting dalam mengembangkan sebuah interaksi yang sukses di dalam budaya

C antara A dan B.57

Pertama, harus ada perasaan positif terhadap orang atau kelompok lain, seperti

kepercayaan, kenyamanan, keamanan, kepastian, atau kecemasan yang kecil. Tanpa

perasaan ini, seseorang mungkin kurang mampu berkomunikasi dengan baik dengan

orang lain yang berbeda. Lebih jauh lagi, penilaian dan efektivitas dalam sebuah

kebudayaan baru mungkin diperkecil atau diperpanjang atau bahkan tidak pernah

terjadi sama sekali.58

Area kedua yang dibutuhkan untuk membuat iklim budaya ketiga yang sukses

melibatkan pengenalan kepercayaan-kepercayaan yang kita bawa pada interaksi

antarbudaya. Kepercayaan tersebut meliputi harapan, ketidakyakinan, salah mengerti

terhadap peraturan atau prosedur, kurangnya strategi yang layak untuk melatih

kompetensi akulturasi, aktifasi tanda yang memicu pemikiran sosial yang negatif

maupun positif seperti stereotip dan atribut. Tanpa mengerti seseorang secara akurat,

kecil kemungkinan untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain yang

berbeda.59

Area ketiga yang dibutuhkan adalah aksi komunikasi antarbudaya. Ini berarti

mengembangkan kemampuan dan aksi seperti penampilan komunikasi verbal dan

                                                            57 Ibid. hlm. 11 58 Ibid. 59 Ibid. 

Page 52: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

nonverbal, keahlian untuk bertahan, dan menghadapi sistem dan institusi dalam

budaya yang baru.60

c. Fungsi Komunikasi Antarbudaya

Manusia berkomunikasi, termasuk komunikasi antarbudaya, karena ada tujuan

dan fungsi untuk memenuhi “panggilan” relasi melalui cara menyatakan isi. Secara

umum ada empat kategori fungsi utama komunikasi, yaitu: (1) fungsi informasi; (2)

fungsi instruksi; (3) persuasive; dan (4) fungsi menghibur. Apabila empat fungsi

tersebut diperluas maka akan ditemukan dua fungsi lain, yakni: (1) fungsi pribadi;

dan (2) fungsi sosial. Fungsi pribadi komunikasi dirinci ke dalam fungsi; (1)

menyatakan identitas sosial; (2) integrasi sosial; (3) kognitif; dan (4) fungsi

melepaskan diri/jalan keluar. Sedangkan fungsi sosial terinci atas fungsi: (1) fungsi

pengawasan; (2) menghubungkan/ menjembatani; (3) sosial; dan (4) menghibur.

                                                            60 Ibid. 

Page 53: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

Bagan 1.2 Fungsi-Fungsi Pribadi Dan Sosial Dari Komunikasi61

1) Fungsi Pribadi

Fungsi Pribadi adalah fungsi-sungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui

perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. Fungsi pribadi

terdiri dari beberapa fungsi yaitu:

(a) Menyatakan Identitas Sosial. Dalam proses komunikasi antarbudaya

terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk

menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan

melalui tindakan berbahasa baik verbal maupun nonverbal. Perilaku

tersebut berfungsi menyatakan asal-usul atau latar belakang kehidupan

                                                            61 Alo Liliweri. Op. Cit. hlm. 36 

Page 54: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

sosial budaya, misalnya suku bangsa, agama, pendidikan dan

pengetahuan.62

(b) Menyatakan Integrasi Sosial. Inti konsep integrasi sosial adalah menerima

kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui

perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Dalam kasus

komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antara

komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial merupakan tujuan

utama komunikasi. Prinsip utama dalam proses pertukaran pesan

komunikasi antarbudaya adalah “saya memperlakukan anda sebagaimana

kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya

kehendaki”. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat

meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.63

(c) Menambah Pengetahuan (Kognitif). Komunikasi antarbudaya juga dapat

menambah pengetahuan baik bagi komunikator maupun komunikan.

Mereka mendapat pengetahuan baru tentang kebudayaan lawan bicara

dengan saling mempelajari kebudayaan.64

(d) Melepaskan Diri/Jalan Keluar. Kadang-kadang kita melakukan komunikasi

untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang

dihadapi.65

                                                            62 Ibid. hlm. 37 63 Ibid. 64 Ibid. hlm. 38 65 Ibid. 

Page 55: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

2) Fungsi Sosial

Selain fungsi pribadi, komunikasi juga memiliki fungsi sosial yang terdiri

beberapa fungsi yaitu:

(a) Pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan

komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam

setiap komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk

menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan. Akibatnya adalah

kita turut mawas diri seandainya peristiwa itu terjadi pula dalam

lingkungan kita.66

(b) Menjembatani. Dalam proses komunikasi antarpribadi, termasuk

komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara

dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di

antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-

pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan

tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.67

(c) Sosialisasi Nilai. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan

dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada

masyarakat lain. Dalam komunikasi antarbudaya seringkali muncul

perilaku non verbal yang kurang dipahami namun yang lebih penting

daripada itu adalah bagaimana kita menangkap nilai yang terkandung

                                                            66 Ibid. hlm. 40 67 Ibid. 

Page 56: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

dalam gerakan tubuh, gerakan imajiner dalam perilaku non verbal

tersebut.68

(d) Menghibur. Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi

antarbudaya.69

d. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya

Spitzberg mengatakan bahwa kompetensi komunikasi antarbudaya adalah

perilaku yang pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu. Kim memberikan

definisi yang lebih detil ketika dia menuliskan bahwa kompetensi antarbudaya

merupakan kemampuan internal suatu individu untuk mengatur fitur utama dari

komunikasi antarbudaya: yakni, perbedaan budaya dan ketidakbiasaan, postur inter-

group, dan pengalaman stress. Apa yang dinyatakan dua definisi itu adalah bahwa

menjadi komunikator yang kompeten berarti memiliki kemampuan untuk berinteraksi

secar efektif dan sesuai dengan anggota dari budaya yang memiliki latar belakang

linguistik-kultural.70

Banyak penelitian dalam kompetensi komunikasi antarbudaya

mengungkapkan lima komponen kompetensi yang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan pantas dalam budaya yang lain.71

Kelima komponen tersebut adalah:

                                                            68 Ibid. 41 69 Ibid.  L Larry A. Samovar, dkk, Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, edisi 7 (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hlm. 460 71 Ibid. 

Page 57: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57  

1) Motivasi untuk berkomunikasi

Merupakan hal yang logis dan alami untuk mengasumsikan

seseorang termotivasi untuk berinteraksi dengan orang yang dekat dengan

orang tersebut baik secara fisik maupun emosional. Walaupun hal ini

merupakan reaksi yang normal, hal ini kadang menjauhkan seseorang dari

dari usaha untuk memahami pengalaman orang-orang. Pittinsky,

Rosenthal, dan Montoya mengungkapkan bahwa motivasi dalam

hubungannya dengan kompetensi komunikasi antarbudaya berarti

seseorang memiliki keingian pribadi untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi.72

Sebagai komunikator yang penuh motivasi, seseorang

menunjukkan ketertarikannya, berusaha untuk berbicara serta mengerti,

dan menawarkan bantuan. Selanjutnya, orang tersebut menunjukkan bahwa

dia ingin berhubungan dengan orang lain dalam level personal dan

memiliki perspektif internasional ketika berinteraksi dengan orang-orang

dari kebudayaan yang berbeda.73

2) Pengetahuan yang cukup mengenai budaya

Komponen pengetahuan dalam kompetensi komunikasi

antarbudaya berarti bahwa seseorang menyadari dan memahami peraturan,

                                                            72 Ibid. hlm. 461 73 Ibid. 

Page 58: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58  

norma, dan harapan yang diasosiasikan dengan budaya orang-orang yang

berhubungan dengan orang tersebut.74

3) Kemampuan komunikasi yang sesuai

Sebagai seorang komunikator yang kompeten seseorang harus

mampu mendengar, mengamati, menganalisis dan menginterpretasikan

serta mengaplikasikan perilaku khusus ini dalam cara yang memungkinkan

orang tersebut untuk mencapai tujuannya.75

4) Sensitivitas

Kompetensi komunikasi membutuhkan partisipan suatu interaksi

yang sensitive satu sama lainnya dan terhadap budaya yang ditampilkan

dalam suatu interaksi. Sensitivitas, menurut Pittinsky, Rosenthal, dan

Montoya, meliputi sifat fleksibel, sabar, empati, keingintahuan mengenai

budaya yang lain, terbuka pada perbedaan, dan merasa nyaman dengan

yang lain.76

Spencer-Roberts dan McGovern menambahkan bahwa

komunikator yang sensitif memiliki rasa toleransi terhadap ambiguitas. Hal

tersebut berarti, saat seseorang melihat suatu kebiasaan dan perilaku yang

aneh dan tidak biasa, orang itu tidak akan bingung karena tidak mengerti

apa yang sedang terjadi atau menentang perilaku dan kebiasaan tersebut.

Hal ini mengarah pada pemikiran lain oleh Pittinsky, Rosenthal, dan                                                             74 Ibid. 75 Ibid. hlm. 462 76 Ibid. 

Page 59: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59  

Montoya yang percaya bahwa komunikator yang sensitif harus lebih

toleran terhadap orang lain dan budaya lain serta menegmbangkan perasaan

allophilia, yaitu menyukai yang lain dan perilaku yang menginspirasi.77

5) Karakter

Seorang filsuf dan guru dari Amerika P.B. Fitzwater mengatakan

karakter merupakan keseluruhan dari pilihan seseorang. Intinya adalah

bagaimana seseorang melaksanakan pilihan tersebut ketika berinteraksi

dengan orang yang berbeda budayanya. Mungkin salah satu sifat yang

paling penting yang diasosiasikan dengan karakter adalah apakah mereka

dapat dipercaya atau tidak. Sifat yang kadang diasosiasikan dengan orang

yang terpercaya adalah kejujuran, peghargaan, kewajaran, dan kemampuan

untuk melakukan pilihan yang tepat, dan juga kehormatan, mementingkan

kepentingan orang lain, ketulusan, dan niat baik.78

e. Komunikasi Antarbudaya yang Efektif

Komunikasi antarbudaya yang efektif melibatkan lebih dari sekedar

memahami norma salah satu kelompok. Telah banyak usaha untuk mengetahui

keahlian yang dibutuhkan untuk lebih efektif dalam komunikasi antarbudaya.

Misalnya dengan menggunkan pendekatan bisnis, pendekatan militer, dan pendekatan

komunikasi.

                                                            77 Ibid. 78 Ibid. 

Page 60: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60  

Dengan pendekatan bisnis, Mendenhall dan Oddou (1985) menemukan

beberapa keahlian yang diperlukan yaitu:

1) “Skills related to the maintenance self (mental health, psychological well-

being, stress reduction, feelings of self-confidence).

2) Skills related to the fostering of relationships with host nationals.

3) Cognitive skills that promote a correct perception of the host environment and

its social systems.”79

Pendekatan lain mengenai keberhasilan individu di seberang lautan (daerah

lain) adalah pendekatan militer. Misalnya, AL Amerika Serikat dalam “Overseas

Diplomacy” (1979) berusaha memasuki kesiapan dalam pelayanan overseas. AL

Amerika Serikat menemukan 8 keahlian untuk sukses dalam pelayanan overseas

tersebut, yaitu:

1) Self-Awareness. Kemampuan untuk menggunakan informasi tentang diri

sendiri di dalam situasi yang susah untuk mengerti bagaimana orang lain

melihat diri kita dan menggunakan informasi tersebut untuk mengatasi

situasi yang sulit.

2) Self-respect. Kepercayan diri atau harus percaya dengan diri sendiri, dengan

karakter, dan tingkah laku kita.

3) Interaction. Seberapa efektif kita dalam berkomunikasi dengan orang lain.

4) Empathy. Melihat sesuatu melalui pandangan orang lain atau menjadi tanggap

terhadap perasaan orang lain.                                                             79 Ibid. hlm. 42 

Page 61: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61  

5) Adaptability. Seberapa cepat kita dalam terbiasa dalam lingkungan asing atau

norma yang berbeda.

6) Certainty. Kemampuan untuk berkompromi dengan situasi yang

menginginkan kita untuk melakukan suatu hal walaupun perasaan kita

mengatakan lain. Semakin besar kemampuan kita menerima situasi yang

bertentangan dengan keinginan kita, semakin bisa kita berkompromi dengan

situasi-situasi tersebut.

7) Initiative. Menjadi seseorang yang terbuka terhadap pengalaman baru.

8) Acceptance. Toleransi atau kemauan untuk menerima hal-hal yang

menyimpang dari hal-hal yang biasa bagi kita.80

Deskripsi ketiga yang menggunakan pendekatan komunikasi menemukan 4

keahlian yang hampir sama, yaitu:

1) Personality Strength. Kemampuan personal yang mampu mempengaruhi

komunikasi antarbudaya adalah self-concept, self-disclosure, self-

monitoring, dan social relaxation.

2) Communications Skill. Individu harus kompeten dalam komunikasi verbal

maupun nonverbal, karena kemampuan komunikasi antarbudaya

memerlukan message skills, behavioral flexibility, interaction management,

dan social skills.

                                                            80 Ibid. 

Page 62: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62  

3) Psychological Adjustment. Komunikator yang efektif harus bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan dapat mengatasi

culture shock.

4) Cultural Awareness. Agar kompeten dalam komunikasi antarbudaya, individu

harus memahami adat dan sistem sosial dari kebudayaan tuan rumah.

Memahami bagaimana orang berpikir dan bertingkah laku sangatlah penting

untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat budaya tersebut.81

Keberhasilan komunikasi antarbudaya dapat pula dijelaskan dari perspektif

The 5 Inevitable Laws of Effective Communication (lima hukum komunikasi efektif).

Lima hukum tersebut adalah Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble

(REACH).82

1) Respect. Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi antarbudaya

yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran

pesan yang kita sampaikan. Pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan

dianggap penting. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap

saling menghargai dan menghormati, maka dapat membangun kerjasama

yang sinergi yang akan meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia.83

2) Empathy. Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada

situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu persyaratan                                                             81 Ibid. hlm.  43‐44 82 Suranto AW. Op. Cit. hlm. 194 83 Ibid. hlm. 195 

Page 63: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63  

utama dalam memiliki empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau

mengerti lebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

Rasa empati akan meningkatkan kemampuan kita dalam menyampaikan

pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan komunikan

menerimanya. Oleh karena itu, memahami perilaku komunikan merupakan

keharusan. Sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita

perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan.

Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan

psikologis atau penolakan dari penerima.84

3) Audible. Hukum ketiga ini berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima

oleh penerima pesan.

4) Clarity. Selain pesan harus dapat dimengerti, maka pesan itu sendiri harus

jelas sehingga tidak menimbulkan multi intepretasi atau berbagai penafsiran

yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi.

Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada

yang ditutupi atau terbuka), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya

(trust) dari penerima pesan.85

                                                            84 Ibid. 85 Ibid. hlm. 196 

Page 64: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64  

5) Humble. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama

untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap

rendah hati yang kita miliki.86

Yukiko Inoue dalam Jurnalnya menyebutkan beberapa keahlian yang penting

untuk menjadi pemain global yang sukses. Terdapat enam jenis keahlian yang

dibutuhkan, yaitu:

1) Tolerance of ambiguity yang

merupakan kemampuan untuk menerima kurangnya kejelasan dan menjadi

bisa menerima situasi yang ambigu dengan baik.

2) Behaviour Flexibility yang

merupakan keahlian untuk mengadaptasi perilaku pribadi pada situasi yang

berbeda.

3) Knowledge discovery, yaitu

kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan baru pada waktu

berkomunikasi.

4) Communicative awareness,

yaitu kemampuan untuk menggunakan penemuan komunikatif dari orang-

orang dengan latar belakang budaya yang lain dan kemampuan untuk

memodifikasi bentuk-bentuk ekspresi sendiri.

5) Respect for otherness,

keingintahuan dan keterbukaan sama dengan sebuah kesiapan untuk                                                             86 Ibid. 

Page 65: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65  

mengesampingkan ketidakpercayaan terhadap budaya-budaya lain dan

percaya terhadap budaya sendiri.

6) Empathy, yaitu kemampuan

untuk mengerti secara intuisi apa yang orang lain pikirkan dan bagaimana

perasaan mereka dalam situasi yang sedang dihadapi.87

f. Peran Komunikasi Antarbudaya terhadap Akulturasi

Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek terpenting

dan paling mendasar. Manusia belajar banyak hal lewat respon-respon komunikasi

terhadap rangsangan dari lingkungan. Begitu juga bagi akulturasi. Proses akulturasi

seseorang di lingkungan baru tidak bisa lepas kegiatan komunikasi. Proses

komunikasi dalam hal ini komunikasi antarbudaya menjadi dasar bagi proses

akulturasi seorang imigran.88

Komunikasi antarbudaya yang terjadi memiliki peran yang sangat besar

terhadap akulturasi. Peran komunikasi antarbudaya dalam memperlancar proses

akulturasi tersebut antara lain:

1) Komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan

lingkungan fisik dan sosial seorang imigran.89

2) Melalui komunikasi antarbudaya, imigran bisa menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan serta mendapatkan

                                                            87 Yukiko Inoue, “Cultural Fluency as a Guide to Effective Intercultural Communication: The Case of Japan and the U.S., Journal of Intercultural Communication, issue 15 (November, 2007) hlm. 7 88 Dedy Mulyana, dkk. 2003. Op. Cit. hlm. 139 89 Ibid. hlm. 137 

Page 66: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66  

keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang

mempengaruhi mereka.90

3) Selayaknya orang-orang pribumi, para imigran juga memperoleh pola-pola

budaya pribumi dari kegiatan komunikasi antarbudaya. Seorang imigran

akan mengatur dirinya untuk megetahui dan diketahui dalam berhubungan

dengan orang lain memalui komunikasi.91 Dengan mempelajari pola-pola

dan aturan-aturan komunikasi pribumi dan dengan berpikiran terbuka,

imigran menjadi toleran akan perbedaan-perbedan dan ketidakpastian

situasi-situasi antarbudaya yang dihadapi.92

4) Melalui komunikasi massa seorang imigran mengetahui lebih jauh lagi

tentang berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya pribumi. Dalam

menyiarkan pesan-pesan yang merefleksikan aspirasi-aspirasi, mitos-mitos,

kerja dan bermain, dan isu-isu spesifik serta peristiwa-pwristiwa dalam

masyarakat pribumi, media secara eksplisit membawa nilai-nilai masyarakat

(societal values), norma-norma perilaku, dan perspektif-perspektif

tradisional untuk menafsirkan lingkungan.93

                                                            90 Ibid. 91 Ibid. 92 Ibid. hlm. 147 93 Ibid. hlm. 139 

Page 67: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67  

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Komunikasi Antarbudaya

Terdapat beberapa aspek kultur yang mempunyai pengaruh besar terhadap

komunikasi antarbudaya. Aspek-aspek tersebut bekerja dalam suatu kombinasi dan

saling berhubungan. Aspek-aspek tersebut adalah persepsi, proses verbal, proses

nonverbal, dan aspek konteks.94

1) Persepsi

Salah satu aspek komunikasi antarbudaya adalah persepsi, dimana dalam

aspek ini sebagai seorang individu, partisipan memilih, mengevaluasi, dan

mengorganisir rangsangan dari luar. Persepsi kultural berdasar pada kepercayaan,

nilai-nilai, dan sistem tingah laku.95

Persepsi merupakan suatu cara untuk membuat dunia fisik dan sosial

menjadi masuk akal. Seorang penulis Jerman mengatakan bahwa tidak ada

kenyataan, selain yang ada dalam diri seseorang. Samovar dkk menambahi

bahwa kenyataan itu ada pada diri seseorang, sebagian oleh budaya orang

tersebut.96

Persepsi seseorang mengartikan pengaruh eksternal dengan mengizinkan

orang tersebut untuk menginterpretasi, mengelompokkan dan mengatur stimulus

yang dipilih untuk dimonitor. Seperti yang dinyatakan oleh Gamble dan Gamble

bahwa persepsi merupakan proses seleksi, pengaturan, dan penginterpretasian

                                                            94 Larry A. Samovar, et.al., Communication Between Cultures (Belmont: Wadsworth Publishing, 1998) hlm. 51 95 Ibid. 96 Samovar dkk. 2010 ed.7. Op. Cit. hlm. 221 

Page 68: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68  

data sensor dengan cara yang memungkinkan seseorang mengerti dunia. Dengan

kata lain, persepsi merupakan proses di mana orang-orang mengubah kejadian

dan pengalaman eksternal menjadi pemahaman internal yang berarti.97

Persepsi seseorang angat dipengaruhi oleh budaya. Seperti yang

diungkapkan oleh Chiu dan Hong bahwa setiap proses kognitif dasar, seperti

perhatian dan persepsi merupakan hal yang lunak dan dapat diperoleh melalui

pengalaman budaya.98

Samovar dkk menyimpulkan bahwa ada dua cara bagaimana budaya

mempengaruhi proses persepsi. Pertama, persepsi itu selektif. Hal itu berarti

bahwa terlalu banyak stimulus yang bersaing untuk merebut perhatian seseorang

pada waktu yang sama. Seseorang hanya mengizinkan informasi yang diseleksi

melalui layar persepsi ke dalam pikiran sadar orang tersebut. Apa yang diijinkan

masuk, sebagian ditentukan oleh budaya. 99

Kedua, pola persepsi seseorang dipelajari. Setiap orang lahir ke dunia tanpa

suatu pemahaman. Budaya mengartikan sebagian besar pengalaman seseorang.

Dengan kata lain, persepsi adalah suatu hal yang ditentukan oleh budaya.

Seseorang belajar untuk melihat dunia dengan suatu cara tertentu yang

didasarkan pada latar belakang budaya masing-masing. Sama seperti pada

budaya yang lain, persepsi yang tersimpan pada manusia adalah dalam bentuk

                                                            97 Ibid. hlm. 222 98 Ibid. hlm. 223 99 Ibid. hlm. 224 

Page 69: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69  

kepercayaan dan nilai. Di mana kedua kosep tersebut bekerja sama membentuk

sebuah pola budaya.100

Rogers dan Steinfatt berpendapat bahwa kepercayan bekerja sebagai sistem

penyimpanan bagi pengalaman masa lalu, termasuk pemikiran, ingatan, dan

interpretasi terhadap suatu peristiwa. Kepercayaan dibentuk oleh budaya

seseorang. Kepercayaan adalah hal yang penting karena kepercayaan diterima

sebagai sebuah kebenaran. Kepercayaan biasanya mencerminkan tindakan dan

perilaku komunikasi seseorang.101

Kepercayaan adalah bagian dari suatu budaya dan seseorang tidak akan

mempertanyakannya atau bahkan meminta bukti. Kepercayaan langsung

diterima, karena seseorang tahu bahwa hal itu benar, sehingga kepercayaan itu

tetap bertahan.102

Selain kepercayaan, aspek yang kedua adalah nilai yang terbentuk dari

kepercayaan. Kepercayaan membentuk dasar nilai yang menyediakan aturan

untuk membuat keputusan dan mengatasi konflik. Pentingnya nilai adalah bahwa

nilai terdiri atas sistem yang mewakili apa yang diharapkan atau dibandingkan,

dibutuhkan, dan dilarang. Bukan hanya laporan tentang tingkah laku yang

sebenarnya, namun sistem kriteria di mana tingkah laku dinilai dan sanksi

diterapkan.103

                                                            100 Ibid. 101 Ibid. 102 Samovar. Op. Cit. hlm. 225 103 Samovar dkk. 2010. Op.Cit. 226 

Page 70: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70  

2) Proses Verbal (Bahasa)

Proses verbal yaitu bagaimana kita bicara satu sama lain dan berpikir.

Bahasa adalah aspek penting dalam belajar komunikasi antarbudaya.104

Hampir setiap interaksi komunikasi antarbudaya melibatkan satu atau lebih

individu yang menggunakan bahasa kedua.105

3) Proses Nonverbal.

Aspek yang satu ini tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi dan

setiap budaya memiliki arti yang berbeda-beda terhadap aksi nonverbal.

Barnlund mengatakan:

“Banyak arti penting yang dihasilkan dalam interaksi manusia dapat diperoleh dari sentuhan, lirikan, nuansa vokal, gerakan atau ekspresi wajah dengan atau tanpa pertolongan kata-kata. Mulai dari saat bertemu dan berpisah, orang-orang saling mengamati dengan semua indra mereka, intonasi, cara berpakaian dan sikap diri, mengamati lirikan dan ketegangan wajah, juga memilih kata-kata. Setiap tanda keharmonisan dan tidak keharmonisan mengarah pada interpretasi dari suasana hati yang ada. Di luar evaluasi kinetis, vokal, dan isyarat verbal, keputusan dibuat untuk disetujui atau dibantah, untuk ditertawakan atau dipermalukan, untuk beristirahat atau ditentang, untuk memotong atau melanjutkan pembicaraan.”106

4) Konteks

Semua interaksi manusia dipengaruhi oleh keadaan budaya, sosial

dan fisik, di mana keadaan tersebut dinamakan konteks komunikasi. Budaya

                                                            104 Ibid. hlm. 265 105 Ibid. hlm. 279 106 Pernyataan Barnlund seperti yang dikutip oleh Samovar dkk (2010) dalam Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, edisi 7 (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hlm. 292 

Page 71: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71  

menetapkan perilaku komunikasi yang pantas dalam konteks sosial dan fisik

yang beragam berdasarkan peraturan yang ada.107

Terdapat tiga variabel yang mempengaruhi konteks komunikasi

yaitu:

(a) Keformalan dan Ketidakformalan

Budaya memiliki pandangan mengenai suatu kejadian dan manusia, mulai

dari yang sangat tidak formal hingga yang sangat formal. Manifestasi

keformalan dan ketidakformalan bisa terjadi dalam banyak bentuk.108

Jika Amerika Serikat terkenal dikenal sebagai budaya yang informal, maka

berkebalikan dengan Jepang. Formalitas juga merupakan bukti dari

bagaimana cara memanggil seseorang dalam suatu budaya. Di Jepang,

terdapat sebutan sensei, -sama, senpai, -san, -kun, dan –chan untuk

memanggil seseorang tergantung dari derajad orang tersebut.

Bangsa Jepang dicirikan seperti buah kelapa yang keras di luar. Bangsa

Jepang menggunakan formalitas sebagai cangkang untuk menjaga jarak

dengan seseorang sambil memutuskan apakah ia menginginkan suatu

hubungan dengan orang tersebut. Sekali cangkang itu ditembus,

bagaimanapun, bangsa Jepang akan menjadi sangat mengasihi, murah hati,

dan kelemahan pribadi bukanlah suatu masalah.109

                                                            107 Samovar dkk. 2010. Op. Cit. hlm. 343 108 Ibid. hlm. 347 109 Ibid. hlm. 348 

Page 72: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72  

(b) Ketegasan dan Keharmonisan Interpersonal

Dimensi kedua yang mempengaruhi konteks komunikasi adalah cara

seseorang menyatakan diri kepada orang lain. Walaupun ada banyak aspek

gaya komunikasi, ketegasan dan keharmonisan interpersonal secara langsung

mempengaruhi ruang lingkup antarbudaya.110

Budaya Amerika Serikat dikenal luas, karena gaya komunikasinya yang

tegas. Sedangkan di Asia Timur dan Asia Tenggara, perjanjian yang

menguntungkan, kesetiaan, dan kewajiban timbal balik merupakan hal yang

penting untuk suatu hubungan yang harmonis.111

Mempertahankan hubungan yang harmonis dan menghindari apa yang

kelihatannya merupakan perilaku yang agresif juga merupakan perhatian

penting di antara bangsa Jepang. Begitu kuatnya perhatian akan perasaan

orang lain, sehingga orang Jepang terkenal menghindari kata “tidak” yang

mereka anggap kasar.112

(c) Hubungan Status (Egalitarian dan Hierarkis)

Variabel ketiga yang mempengaruhi semua konteks komunikasi

berhubungan dengan persepsi dan respons budaya terhadap status. Setiap

budaya dan organisasi memiliki protokol yang didasarkan pada budaya

untuk mengarahkan interaksi antara orang-orang yang posisinya bervariasi.

Menggunakan skala klasifikasi yang luas, suatu budaya secara umum dapat                                                             110 Samovar dkk. 2010. Op. Cit. hlm 349 111 Ibid. 112 Ibid. 

Page 73: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73  

dikelompokkan sebagai egalitarian dengan sedikit perhatian terhadap

perbedaan sosial atau hierarkis yang menenkankan pada status dan tingkatan.

Negara Jepang adalah negara yang menganut hierarkis. Di Jepang,

perbedaan status terlihat jelas melalui protokol yang mengatur aktivitas

interpersonal dan oraganisasi. Interaksi antara bawahan dan senior

dilaksanakan dalam cara yang formal dan gelar selalu digunakan. Senior

diharapkan untuk melakukan peranan patriarchal sebagai respon terhadap

rasa hormat anggota yang lebih rendah. Dalam budaya yang menggunakan

status sebagai tanda, seperti Jepang, guru diperlakukan dengan sangat

hormat, bahkan dalam situasi ketika mahasiswa tidak diharapkan menjawab

pertanyaan dosennya.113

4. Akulturasi

a. Pengertian Akulturasi

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa istilah akulturasi mempunyai berbagai

arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semua sefaham bahwa konsep itu

mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing dengan

sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun

diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri.114

                                                            113 Samovar dkk. 2010. Op.Cit. hlm. 353 114 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) Hlm. 247‐248 

Page 74: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74  

Proses akulturasi itu memang ada sejak dulu kala dalam sejarah kebudayaan

manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat yang khusus baru timbul

ketika kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai mempengaruhi

masyarakat-masyarakat suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, Amerika Utara, dan

Amerika Latin.115

Young Yun Kim dalam Komunikasi Antarbudaya menjelaskan bahwa proses

yang dilalui individu-individu untuk memperoleh aturan-aturan (budaya) komunikasi

dimulai pada masa awal kehidupan. Melalui proses sosialisasi dan pendidikan, pola-

pola budaya ditanamkan ke dalam sistem saraf dan menjadi bagian kepribadian dan

perilaku kita (Adler,1976). Proses belajar yang terinternalisasikan ini memungkinkan

kita untuk berinteraksi dengan anggota-anggota budaya lainnya yang juga memiliki

pola-pola komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola demikian oleh individu-

individu itu disebut enkulturasi (Herskovits, 1966: 24) atau istilah-istilah serupa

lainnya seperti pelaziman budaya (cultural conditioning) dan pemrograman budaya

(cultural programming).116

Lalu apa yang terjadi bila seseorang yang lahir dan terenkulturasi dalam suatu

budaya tertentu memasuki suatu budaya lain sebagai seorang imigran atau pengungsi

untuk selamanya? Tidaklah mudah memahami perilaku-perilaku kehidupan yang

sering tak diharapkan dan tak diketahui bagi banyak orang pribumi, apa lagi bagi para

                                                            115 Ibid. hlm. 248 116 Komunikai antarbudaya: panduan berkomunikasi dengan orang‐orang berbeda budaya, editor dr. deddy mulyana, m.a dan drs. Jalaluddin rakhmat, m.sc. young yon Kim, bandung: remaja rosdakarya,2001 hlm 138 

Page 75: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75  

imigran. Sebagai anggota baru dalam budaya pribumi, imigran harus menghadapi

banyak aspek kehidupan yang asing. Asumsi-asumsi budaya tersembunyi dan

respons-respons yang telah terkondisikan menyebabkan banyak kesulitan kognitif,

afektif, dan perilaku dalam penyesuaian diri dengan budaya yang baru. Schutz (1960:

108) mengemukakan bahwa bagi orang asing, pola budaya kelompok yang

dimasukinya bukanlah merupakan tempat berteduh tapi merupakan suatu arena

petualangan, bukan merupakan hal yang lazim tapi suatu topik penyelidikan yang

meragukan, bukan suatu alat untuk lepas dari situasi-situasi problematik tapi

merupakan suatu situasi problematik tersendiri yang sulit dikuasai.117

Proses enkulturasi kedua yang terjadi pada imigran ini biasanya disebut

akulturasi (acculturation). Akulturasi merupakan suatu proses yang budaya pribumi,

yang akhirnya mengarah kepada asimilasi. Asimilasi merupakan derajad tertinggi

akulturasi yang secara teoritis mungkin terjadi.

Proses akulturasi dari seorang imigran selalu didasari oleh proses komunikasi.

Akulturasi terjadi melalui identifikasi dan internalisasi lambang-lambang masyarakat

pribumi yang signifikan. Sebagaimana orang-orang pribumi memperoleh pola-pola

budaya pribumi melalui komunikasi, seorang imigran pun memperoleh pola-pola

budaya pribumi melalui komunikasi.118

Bahkan bila seorang imigran dapat menggunakan pola-pola komunikasi verbal

dan nonverbal secara memuaskan, ia mungkin masih akan mengalami sedikit

                                                            117 Ibid. hlm. 138 118 Ibid. hlm. 139 

Page 76: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76  

kesulitan dalam mengenal dan merespon aturan-aturan komunikasi bersama dalam

budaya yang ia masuki tersebut. Imigran sering tidak sadar akan dimensi-dimensi

budaya pribumi yang tersembunyi yang mempengaruhi apa yang dipersepsikan dan

bagaimana mempersepsi, bagaimana menafsirkan pesan-pesan yang diamati, dan

bagaimana mengekspresikan pikiran dan perasaan secara tepat dalam konteks

relasional dan keadaan yang berlainan.119

Bila kita memandang akulturasi sebagai proses mengembangkan kecakapan

berkomunikasi dalam sistem sosio-budaya pribumi, perlulah diletakkan fakta bahwa

kecakapan berkomunikasi sedemikian diperoleh melalui pengalaman-pengalaman

berkomunikasi. Orang belajar berkomunikasi dengan berkomunikasi. Melalui

pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang terus-menerus dan beraneka ragam,

seorang imigran secara bertahap memperoleh mekanisme komunikasi yang ia

butuhkan untuk menghadapi lingkungannya.

Kecakapan berkomunikasi yang telah diperoleh imigran lebih lanjut

menentukan seluruh akulturasinya. Kecakapannya ini terutama terletak pada

kemampuan imigran untuk mengontrol perilakunya dan lingkungan pribumi. Seperti

yang diungkapkan oleh Maslow (1970), kecakapan imigran dalam berkomunikasi

akan berfungsi sebagai seperangkat alat penyesuaian diri yang membantu imigran

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan akan kelangsungan

hidup dan kebutuhan akan “rasa memiliki” dan “harga diri”.120

                                                            119 Ibid. hlm 139‐140 120 Ibid. hlm. 140 

Page 77: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77  

Oleh karena itu, proses akulturasi adalah suatu proses yang interaktif dan

berkesinambungan yang berkembang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran

dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Kecakapan komunikasi yang

diperolehnya, pada gilirannya menunjukkan derajat akulturasi imigran tersebut.

Derajat akulturasi imigran tidak hanya direfleksikan dalam, tapi juga dipermudah

oleh, derajat kesesuaian antara pola-pola komunikasinya dan pola-pola komunikasi

masyarakat pribumi yang disetujui bersama.

Salah satu kerangka konseptual yang paling komprehensif dan bermanfaat

dalam menganalisis akulturasi seorang imigran dari perspektif komunikasi terdapat

pada perspektif sistem yang dielaborasi oleh Ruben (1975). Dalam perspektif sistem,

unsur dasar suatu sistem komunikasi manusia teramati ketika seorang secara aktif

sedang berkomunikasi, berusaha untuk dan mengharapkan komunikasi dengan

lingkungannya. Sebagai suatu sistem komunikasi terbuka, seseorang berinteraksi

dengan lingkungan melalui dua proses yang saling berhubungan yaitu komunikasi

persona dan komunikasi sosial.121

1) Komunikasi Persona

Komunikasi persona mengacu pada proses-proses mental yang dilakukan

orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan dengan lingkungan sosio-

budayanya, mengembangkan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan

merespon lingkungan. Komunikasi persona dapat dianggap sebagai merasakan,

memahami, dan berperilaku terhadap objek-objek dan orang-orang dalam suatu                                                             121 Ibid. hlm. 141 

Page 78: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78  

lingkungan. Ia adalah proses yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya (Ruben, 1975: 168-169). Dalam konteks akulturasi,

komunikasi persona seorang imigran dapat dianggap sebagai pengaturan

pengalaman-pengalaman akulturasi ke dalam sejumlah pola respons kognitif dan

afektif yang dapat diidentifikasi dan yang konsisten dengan budaya pribumi atau

yang secara potensial memudahkan aspek-aspek akulturasi lainnya.122

Variabel komunikasi persona yang penting antara lain kompleksitas

kognitif yaitu setelah seorang imigran mengetahui budaya pribumi lebih jauh,

persepsinya menjadi lebih halus dan kompleks, memungkinkannya menemukan

banyak variasi dalam lingkungan pribumi. Faktor yang erat hubungannya dengan

kompleksitas kognitif imigran adalah pengetahuan imigran tentang pola-pola dan

aturan-aturan sistem komunikasi pribumi.123

Variabel lain dari komunikasi persona dalam akulturasi adalah citra diri

(self image) imigran yang berkaitan dengan citra-citra imigran tentang

lingkungannya. Perasaan terasing, rendah diri, dan masalah-masalah psikologis

lainya yang diderita imigran cenderung berkaitan dengan jarak perseptual yang

lebih besar antara diri dan anggota-anggota masyarakat pribumi (Kim, 1980).124

Selain itu, motivasi akulturasi seorang imigran terbukti fungsional dalam

memudahkan proses akulturasi. Motivasi akulturasi mengacu pada kemauan

imigran untuk belajar tentang, berpartisipasi dalam, dan diarahkan menuju                                                             122 Ibid. hlm. 141 123 Ibid. 124 Ibid. 

Page 79: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79  

sisitem sosio-budaya pribumi. Orientasi positif yang dilakukan imigran terhadap

lingkungan baru biasanya meningkatkan partisipasi dalam jaringan-jaringan

komunikasi masyarakat pribumi (Kim, 1977).125

2) Komunikasi Sosial

Komunikasi persona berkaitan dengan komunikasi sosial ketika dua

orang atau lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak. Komunikasi sosial

dapat dikategorikan lebih jauh ke dalam komunikasi antarpersona dan

komunikasi massa. Komunikasi antarpersona seorang imigran dapat diamati

melalui derajat partisipasinya dalam hubungan-hubungan antarpersona dengan

anggota-anggota masyarakat pribumi. Seorang imigran yang mempunyai

hubungan antarpersona dengan etnik yang berkuasa dianggap kurang

terakulturasi dan kurang kompeten dibandingkan dengan seorang imigran yang

terutama berhubungan dengan anggota-anggota masyarakat pribumi.126

3) Lingkungan Komunikasi

Komunikasi persona dan komunikasi sosial seorang imigran dan fungsi

komunikasi-komunikasi tersebut tidak dapat dipahami tanpa dihubungkan

dengan lingkungan komunikasi masyarakat pribumi. Apakah imigran tinggal di

desa atau kota metropolitan, tinggal di daerah miskin atau kaya, bekerja sebagai

buruh pabrik atau eksekutif, semua itu merupakan kondisi-kondisi lingkungan

                                                            125 Ibid. hlm. 142 126 Ibid.  

Page 80: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80  

yang mungkin secara signifikan mempengaruhi perkembangan sosio-budaya

yang hendak dicapai oleh imigran.127

b. Potensi Akulturasi

Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu tetapi

beraneka ragam, tergantung pada potensi akulturasi yang dimiliki sebelum

berimigrasi. Sebagian orang lebih bersedia menerima budaya pribumi daripada

sebagian orang lainnya.128

Potensi akulturasi seorang imigran sebelum berimigrasi dapat mempermudah

akulturasi yang dialaminya dalam masyarakat pribumi. Potensi akulturasi ditentukan

oleh faktor-faktor berikut129:

1) Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi. Faktor ini

mungkin merupakan faktor terpenting yang menunjang akulturasi.

Misalnya, seorang imigran dari Kanada ke Amerika Serikat akan

mempunyai potensi akulturasi yang lebih besar daripada seorang imigran

Vietnam dari Asia Tenggara.

2) Usia pada saat berimigrasi. Imigran yang lebih tua umumnya mengalami

lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru

dan mereka lebih lambat dalam memperoleh pola-pola budaya baru.

3) Latar belakang pendidikan. Pendidikan, terlepas dari konteks budayanya,

ternyata memperbesar kapasitas seseorang untuk menghadapi pengalaman                                                             127 Ibid. hlm. 144 128 Ibid. hlm. 144 129 Ibid. hlm. 146 

Page 81: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81  

baru dan mengatasi tantangan hidup. Dalam beberapa kasus, proses

pendidikan seorang imigran di negeri asalnya meliputi kursus bahasa asing

yang memberi individu suatu bekal untuk mengembangkan kecakapan

berkomunikasi setelah berimigrasi.

4) Beberapa karakteristik kepribadian seperti suka bersahabat dan toleransi.

Karakteristik seperti suka bersahabat, toleransi, mau mengambil resiko,

keluwesan kognitif, keterbukaan, dan sebagainya juga memudahkan dalam

lingkungan yang baru.

5) Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi. Pengetahuan

imigran sebelum berimigrasi tentang daerah tujuan juga mampu

meningkatkan potensi akulturasi imigran. Pengetahuan tersebut bisa

didapat dari kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat

media massa.

Begitu seorang imigran memasuki budaya pribumi, proses akulturasi mulai

berlangsung. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama imigran mengadakan

kontak langsung dengan sistem sosio-budaya pribumi.130

Proses akulturasi seorang imigran dapat dipermudah dengan usaha bersama

yang dilakukan imigran sendiri, anggota-anggota masyarakat pribumi, dan komunitas

etnik. Sebagai inti akulturasi interaktif adalah proses komunikasi yang

                                                            130 Ibid. hlm. 146 

Page 82: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82  

menghubungkan individu-individu imigran dengan lingkungan sosio-budaya mereka.

Pentingnya komunikasi bagi akulturasi tidak perlu diragukan lagi.131

F. METODOLOGI PENELITIAN

Kata metodologi (methodology) secara garis besar dapat diartikan sebagai

keseluruhan cara berpikir yang digunakan peneliti untuk menemukan jawaban atas

pertanyan-pertanyan penelitian. Dengan pengertian seperti ini, persoalan metodologi

menyangkut persoalan epistemology pengetahuan (bagaimana pengetahuan

diperoleh), yakni gejala atau realitas yang diteliti. Metodologi, dengan demikian,

meliputi cara pandang dan prinsip berpikir mengenai gejala yang diteliti, pendekatan

yng digunakan, prosedur ilmiah (metode) yang ditempuh, termasuk dalam

mengumpulkan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.132

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu

hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Tujuan dari

deskripsi ini adalah membiarkan pembaca mengetahui apa yang terjadi dalam

program, seperti apa menurut sudut pandang peserta dalam program, dan

kejadian tertentu seperti apa atau kegiatan yang ada dalam program. Dalam

pembacaan melalui catatan penelitian dan wawancara, evaluator mengawali

dengan mencari bagian-bagian data yang ada yang akan diperhalus untuk

                                                            131 Ibid. hlm. 148 132 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta, LKiS, 2007) hlm. 83 

Page 83: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83  

penyajian sebagai deskriptif murni dalam laporan evaluasi. Apa yang

dimaksudkan dengan cara deskripsi akan tergantung pada pertanyaan evaluasi

apa yang diupayakan untuk dijawab. Sering dalam seluruh kegiatan akan

dilaporkan secara rinci dan mendalam karena hal itu menghadirkan pengalaman

program secara khusus. Deskripsi ini ditulis dalam bentuk naratif untuk

menyajikan gambar yang menyeluruh tentang apa yang telah terjadi dalam

kegiatan atau peristiwa yang dilaporkan.133

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Wilayah Surakarta dan sekitarnya

sesuai dengan domisili masyarakat Jepang yang ingin diteliti.

3. Populasi dan Sensus

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang akan

diteliti.134 Menurut kamus riset karangan Drs. Komaruddin, yang dimaksudkan

dengan populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan

sampel. Pada kenyataanya, sampel adalah sekumpulan kasus yang perlu

memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau

peristiwa.135

                                                            133 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006) hlm. 255 134 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteran Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998) hlm. 57 135 Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hlm. 53 

Page 84: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84  

Berdasarkan data tahun 2010 dari Kantor Imigrasi Surakarta, jumlah

populasi warga Jepang di Surakarta adalah sebanyak 15 orang. Dalam

penelitian ini peneliti tidak akan mengambil sampel untuk diteliti melainkan

melakukan sensus yaitu melakukan penelitian pada seluruh populasi. Sensus

mengharuskan setiap populasi diteliti dan dari segala aspeknya.136

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada saat proses penelitian

yaitu :

a) Wawancara (Interview)

Interview adalah alat pengumpulan data yang sangat penting dalam

penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek

(pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk

diteliti. Dalam penelitian Komunikasi Kualitatif dikenal setidaknya ada tiga

jenis wawancara (Patton, 2002: 342-347) yaitu: (a) wawancara percakapan

informal, (b) wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara, dan

(c) wawancara dengan menggunakan open-ended standard. Wawancara

percakapan informal lebih menunjuk pada kecenderungan sifat sangat

terbuka dan sangat longgar (tidak terstruktur) sehingga wawancara

memang benar-benar mirip dengan percakapan137. Sedangkan wawancara

dengan pedoman wawancara pada umumnya dimaksudkan untuk

                                                            136 Ibid. hlm 56 137Pawito. Op Cit. hlm. 132 

Page 85: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85  

kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan

pada persoalan yang menjadi pokok dari minat peneliti138. Untuk

wawancara dengan menggunakan standar open-ended sangat membutuhkan

kecermatan dalam penyusunan pertanyaan baik dalam kaitan dengan

susunan item pertanyaan beserta bagian-bagian yang akan dicakup di

dalamnya maupun pilihan kalimat atau kata-kata139.

b) Pengamatan / Observasi

Metode ini merupakan metode yang utama disamping wawancara tak

berstruktur untuk mendapatkan data. Dalam pengamatan ini, nantinya

peneliti akan mengamati bagaimana proses produksi berita dan kemudian

bagaimana khalayak menerimanya dalam bentuk sebuah program acara.

Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan metode pengamatan

atau observasi (observation research) biasanya dilakukan untuk melacak

secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan

persoalan-persoalan sosial, politik, dan kultural masyarakat140.

Dalam praktik peggunaannya, metode observasi dapat dibedakan menjadi

dua sesuai dengan tingkat keterlibatan peneliti dalam proses-proses yang

ada pada masyarakat yang diteliti. Yaitu: (a) observasi dengan ikut terlibat

dalam kegiatan komunitas yang diteliti (participant observation) yang

masih dibedakan lagi menjadi berpartisipasi secara penuh (total participant                                                             138 Ibid. hlm. 133 139 Ibid. hlm. 134 140 Ibid. hlm. 111 

Page 86: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86  

observation) dan partisipasi aktif (active participant observation), (b)

observasi tidak terlibat (non participant observation)141.

Dalm penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode observasi tidak

terlibat (non participant observation).

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisa data yang berasal

dari Miles dan Huberman (1994) yaitu model interaktif. Teknik analisis ini

pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan

(drawing and verifying conclusions).

Bagan 1.3 Analisis data Model Miles dan Huberman142

                                                            141 Ibid. hlm. 114‐115 142 Pawito. Op. Cit. hlm 105 

Reduksi

data 

Penarikan/pengujian 

Kesimpulan 

Pengumpulan

data 

Penyajian 

Data 

Page 87: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87  

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Yaitu, tahap pertama

yang meliputi langkah-langkah editing, pengelompokan dan meringkas data.

Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo)

mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-

proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok,

dan pola-pola data.

Pada komponen kedua yaitu penyajian data melibatkan langkah-langkah

mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan

(kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar

dilibatkan dalam satu kesatuan.

Pada komponen terakhir yaitu penarikan dan pengujian kesimpulan,

peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan

mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari

display data yang telah dibuat143.

6. Validitas data

Dalam penelitian yang diambil, akan sangat diperlukan triangulasi.

Triangulasi yaitu peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.

Triangulasi merupakan masalah yang penting dan bersifat krusial. Peneliti,

selalu menginginkan agar data yang berhasil dikumpulkan bersifat valid dan

                                                            143 Pawito, Op.Cit. hlm. 104‐106 

Page 88: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88  

reliable144.

Patton menyebutkan terdapat beberapa jenis teknik triangulasi yaitu

triangulasi data (triangulasi sumber), triangulasi metode, triangulasi teori, dan

triangulasi peneliti.

Triangulasi data merujuk pada upaya peneliti untuk mengakses sumber-

sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan

persoalan yang sama.

Sedangkan triangulasi metode lebih merujuk pada upaya peneliti

membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan metode

tertentu (misalnya catatan obsevasi) dengan data yang diperoleh dari metode

lain (misalnya transkrip wawancara).

Triagulasi teori menunjuk pada penggunaan perspektif teori yang

bervariasi dalam mengintepretasikan data yang sama. Untuk triangulasi peneliti

dapat dilakukan ketika dua orang atau lebih peneliti bekerja dalam satu tim

yang meneliti persoalan yang sama145.

Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik

triangulasi data dengan mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi guna

memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama. Yaitu mengadakan

wawancara dengan Imigran Jepang, orang-orang pribumi yang sering

berinteraksi dengan orang Jepang serta observasi langsung.

                                                            144 Ibid. hlm. 97 145 Ibid. hlm 99‐100 

Page 89: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89  

Orang-orang pribumi yang dipilih adalah orang-orang yang sering

berinteraksi dengan imigran Jepang yang tinggal di Surakarta sehingga dapat

memberikan informasi yang terpercaya.

Page 90: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90  

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Kota Surakarta

1. Kondisi Geografis Surakarta

Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan

sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan

pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan air laut.

Dengan luas sekitar 44 km2 . Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15" - 110 45`

35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan

dialiri oleh 3 (tiga) sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali

Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan

panorama serta lalu lintas perdagangan.

Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar

dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo

dan Kabupaten Karangnyar, batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten

Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah

Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah Kecamatan yaitu

Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon, Serengan.146

Suhu udara maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajad Celsius, sedang

suhu udara minimum adalah 21,9 derajad Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah

                                                            146  Endri  Yulianti,  “Media  Cetak  Berbahasa  Jawa  dan  Pelestarian  Budaya  Jawa:  Studi  Deskriptif Kualitatif tentang Suplemen Jagad Jawa dam Harian Umum Solopos dan Pelestarian Budaya Jawa di Surakarta” (Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009) S1 Komunikasi, hlm. 27 

Page 91: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91  

1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah

angin 240 derajad. Solo beriklim tropis, di mana musim penghujan dan kemarau

bergantian sepanjang 6 bulan tiap tahunnya.147

2. Sejarah Kelahiran

Sejarah kelahiran Kota Surakarta (Solo) dimulai pada masa pemerintahan

Raja Paku Buwono II di Keraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan

Mas Garendi (Sunan Kuning) dibantu kerabat-kerabat keraton yang tidak setuju

dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah

satu pendukung pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang

merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh keraton Kartosuro

kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono mengungsi ke daerah

Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo). Dengan bantuan pasukan kompeni di bawah

pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo,

pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah tahu Keraton Kartosuro dihancurkan,

Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung

Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota kerajaan yang

baru.148

Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku

Buwono II memilih desa Sala sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo sebagai

daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa

                                                            147 Ibid. 148 Ibid. hlm. 25 

Page 92: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92  

Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Melihat perjalanan sejarah

tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta (Solo) pada

masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton

(Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda (Benteng

Varstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gedhe

(Hardjonagoro).149

Solo tidak lebih dari sebuah desa terpencil yang tenang, 10 km di sebelah

timur Kartasura, ibukota kerajaan Mataram. Pakubuwana II yang menjadi Raja

Mataram mendukung Cina melawan Belanda, kemudian Pakubuwono II mencari

tempat yang lebih menguntungkan untuk membangun kembali kerajaannya, dan di

tahun 1745 Kerajaan dibongkar dan diarak menuju Kota Surakarta yang terletak di

tepi Kali (Sungai) Bengawan Solo. 18 Februari 1745 dianggap sebagai hari kelahiran

kota yang resmi.

3. Sejarah Pemerintahan

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Secara de

facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan

Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran. Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk

berdasarkan Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada

                                                            149 Ibid. hlm. 26 

Page 93: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93  

tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya,

tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.150

4. Visi Misi

Visi dan Misi Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta

Nomor 10 Tahun 2001, tanggal 13 Desember 2001 adalah :

Visi :

Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi

Perdagangan, Jasa , Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga.

Misi:

a. Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam

semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan bermasyarakat

dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada nilai-nilai “Sala Kota

Budaya”.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan

dalam pengusahaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,

guna mewujudkan inovasi dan integrasi masyarakat madani yang

berlandaskan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

c. Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi daerah, sebagai pemacu

pertumbuhan dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi,

                                                            150 “Sejarah Pemerintahan” http://www.surakarta.go.id/id/news/sejarah.pemerintahan.html. 10/12/2010/14.00 

Page 94: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94  

serta mendayagunakan potensi pariwisata dan teknologi terapan yang akrap

lingkungan.

d. Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Asasi Manusia

dan demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para

penyelenggara pemerintahan.151

5. Slogan Surakarta

Surakarta memiliki semboyan "Berseri" yang merupakan singkatan dari "Bersih,

Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Sedangkan

slogan pariwisata adalah “Solo, The Spirit of Java” (Jiwanya Jawa), sebagai upaya

pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

B. Imigran Jepang

Jepang mulai memasuki Indonesia ketika tahun 1942 untuk menjajah

Indonesia. Bisa dikatakan itulah kontak pertama antara warga Jepang dengan

penduduk pribumi Indonesia.

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman.

Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk

Jepang ke AS dan Britania.

Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan

bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia

Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra                                                             151 “Visi Misi Kota Surakarta”http://surakarta.go.id/news/visi.misi.kota.surakarta.html. 10/12/2010/14.00 

Page 95: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95  

menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan

Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan

kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan

jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para

Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun1943. Tetapi, pengalaman dari

penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang

hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap

penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks,

penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang

Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam

penguasaan Jepang.

Masa penjajahan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir

pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.152

Asal muasal orang Jepang sebenarnya belum begitu jelas. Namun, dari fakta

bahwa sebagian besar bayi orang Jepang lahir dengan tanda biru yang dikenal dengan

titik Mongolian di dasar tulang punggung, pada umumnya disetujui bahwa orang-

orang Jepang adalah Ras Asia Mongoloid. 153

                                                            152 “Sejarah Pendudukan Jepang” http://history1978.files.wordpress.com/2008/08/sejarah‐pendudukan‐jepang.pdf/10/01/2011/17.00 153 Nippon Steel Human Resources Development, Nippon: The Land And Its People (Japan: Gakuseisha, 1993) hlm. 45 

Page 96: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96  

Dari seluruh budaya Asia, Jepang merupakan Negara yang minim

menggunakan komunikasi verbal. Bahasa Jepang memiliki kontekstual yang sangat

tinggi dan seringkali bersifat ambigu. Hal itu disebabkan karena kata kerja selalu

diucapkan pada akhir kalimat dan membuat komunikan tidak akan memahami

maksud pesan yang hendak disampaikan hingga kalimat selesai diucapkan.154

Dalam bahasa Jepang, sejumlah kata memiliki bentuk yang berbeda-beda

sesuai dengan situasi yang berlangsung. Sebagai contoh, terdapat banyak cara untuk

menyebut “kamu”: omae, kimi, anata, kisama, anata-sama. Sebagai tambahan, di

Jepang, kata-kata yang digunakan wanita dan pria berbeda. Kata-kata tertentu hanya

bisa digunakan antara suami dan istri untuk mengekspresikan hubungan mereka.

Seorang pria akan menggunakan kata omae dalam dua kondisi: saat memanggil orang

lain dengan kasar dan saat memanggil istrinya. Dengan kata lain, hanya ada satu pria

yang bisa memanggil seorang wanita dengan sebutan omae, yaitu jika pria tersebut

adalah suaminya.155

Orang Jepang memiliki karakteristik yang bisa dikatakan unik. Salah satunya

adalah untuk menumbuhkan kepercayaan kepada orang Jepang perlu waktu dan tidak

mudah. Pada awal perkenalan dengan orang Jepang, terdapat kesan mereka sangat

hati-hati. Akan tetapi, kesan bahwa orang Jepang menghormati orang lain terlihat

                                                            154 Larry A. Samovar. 1998. Op. Cit. hlm. 127 155 Ibid. hlm. 128 

Page 97: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97  

jelas. Dalam mengekspresikan persahabatan ada kesamaan budaya antara orang

Jepang dengan orang Indonesia, yaitu budaya memberikan oleh-oleh atau omiyage.156

Orang Jepang juga termasuk pekerja yang ulet dan pekerja keras serta

memiliki disiplin yang tinggi terhadap apa yang mereka tekuni. Selain dalam bidang

pekerjaan, orang Jepang juga memiliki disiplin waktu yang sangat tinggi.157

Tidak hanya dalam keadaan senang atau gembira orang Jepang tersenyum,

dalam keadaan yang memilukan hati pun orang Jepang bisa tersenyum. Sedemikian

penting arti senyum orang Jepang sampai-sampai ada buku yang berjudul "The

Japanese Smile" yang ditulis oleh Lafcadio Hearn, seorang sastrawan asal Inggris

yang tinggal di Jepang dan menjadi warganegara Jepang sejak 1890 sampai 1904.

Seperti juga sikap membungkuk atau bersimpuh memberi hormat, tersenyum

juga merupakan sikap untuk menyenangkan dan sekaligus menghormati orang yang

diajak bicara atau dihadapi. Sikap demikian adalah wajib bila orang Jepang

menghadapi orang tua, atasan, teman, dll., terutama orang yang harus dihormati.

Namun orang yang bukan orang Jepang dan belum mengenal budaya Jepang pasti

akan terkejut menyaksikan senyum Jepang di tengah duka atau keadaan berat. Hal

tersebut pasti mengundang tanda-tanya bahkan salah persepsi.

Sebenarnya sikap tersenyum, terutama di kalangan wanita, merupakan salah

satu sikap kendali diri yang sudah berakar dalam kebudayaan Jepang. Perlu diketahui

bahwa orang Jepang terbiasa untuk tidak mengungkapkan perasaannya atau emosinya                                                             156 Japan Foundation, Image Jepang: Jepang Di Mata Orang Indonesia (Jakarta: The Japan Foundation, 2005) hlm. 88‐89 157 Ibid. hlm. 93 

Page 98: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98  

secara ekspresif/jelas. Kalau gembira tidak perlu berteriak atau tertawa lepas

meluapkan kegembiraan, dan dalam kesedihan tidak perlu menangis meraung-raung.

Pokoknya harus bisa mengendalikan perasaan atau emosi, menekan emosi yang

menggebu-gebu, terutama bagi wanita. Emosi baru boleh lepas bebas waktu

berlangsung festival, misalnya ketika kelompok-kelompok ramai-ramai menggotong

omikoshi (kuil kecil), mereka berteriak-teriak dengan gembira.

Namun, berbagai ciri yang disebutkan di atas tidak mutlak selalu demikian

karena sudah banyak terjadi perubahan di kalangan generasi muda Jepang yang

bersikap lebih individualis dan ekspresif seperti budaya Barat.158

Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang bersifat vertikal, artinya

berdasarkan hubungan atas-bawah, sekaligus bersifat patriakal. Sistem ini tidaklah

terkait dengan kelas-kelas dalam masyarakat, melainkan lebih pada penekanan

terhadap kesenioran. Hubungan kesenioran bisa diartikan sebagai hubungan antara

atasan-bawahan, antara siswa kelas yang lebih atas dan siswa kelas yang bawah di

sekolah, atau bisa juga hubungan antara orangtua-anak.

Sistem vertikal dan patriakal ini pada dasarnya masih tetap berakar dalam

masyarakat Jepang karena Jepang belum sampai satu setengah abad terlepas dari

sistem feudal masa lampaunya.

Dapat dikatakan bahwa dalam kenyataan kehidupan Jepang, kesadaran tentang

kesenioran ini sangat berperan dalam masyarakat Jepang, terutama dalam menjaga

                                                            158“ Serba‐serbi Karakter Jepang: Kesadaran Kelompok, Kerja Keras, Bushido dan Senyum Jepang” http://www.id.emb‐japan.go.jp/aj305_01.html.30/12/2009/15.16 

Page 99: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99  

berlangsungnya tatanan sosial secara baik. Untuk itu, ada aturan-aturan moral yang

menjaga kelancaran dan kelanggengan hubungan demikian. Mereka yang secara

sosial lebih tinggi kedudukannya merasa terpanggil atau bahkan berkewajiban untuk

melindungi atau mengurus orang-orang yang berkedudukan di bawahnya, baik untuk

urusan sosial maupun pribadi. Di lain pihak, orang-orang yang kedudukannya lebih

rendah merasa patut membalas kebaikan tersebut dengan menyatakan hormat,

kesetiaan. Perasaan demikian disebut on (rasa utang budi). Orang-orang yang tidak

mempedulikan on kurang disukai dalam masyarakat karena dianggap kurang

bermoral.

Kemudian ada pula istilah giri yang dapat dapat diterjemahkan kira-kira

sebagai kewajiban moral dari orang-orang yang merasa menanggung on terhadap

orang-orang tertentu. Contoh nyata dari ungkapan rasa on yang diwujudkan dalam

pemberian yang bersifat giri (kewajiban secara moral) adalah antara lain pemberian

hadiah akhir tahun atau tengah tahun dari orangtua murid kepada guru.159

Di dunia bisnis, orang Jepang terkenal dengan pribadi yang tidak mudah

menyerah, tidak takut pada cobaan dan kesusahan, menjaga harga diri dan

kehormatan bangsa serta melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh.160

Selain itu orang Jepang juga terkenal sanggup berkorban dengan bekerja

lembur tanpa mengharapkan bayaran. Serta orang jepang sangat mengaitkan disiplin

                                                            159 “Serba‐serbi Karakter Jepang: Masyarakat yang Vertikal‐Patriakal, Senpai‐Kohai” http://www.id.emb‐japan.go.jp/aj306_01.html. 30/12/2009/15.16 160 Ann Wang Seng, Rahasia Bisnis Orang  Jepang:  Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia. (Bandung: Hikmah, 2007) hlm. 10 

Page 100: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100  

dengan harga diri. Jika mengalami kegagalan, bukan organisasi dan perusahaan yang

menanggung malu, melainkan para pekerja yang akan merasa malu dan kehilangan

harga diri.161

C. Profil Responden

Menurut data dari Kantor Dinas Imigrasi Surakarta, tercatat 15 warga Jepang

yang tinggal di Solo dengan berbagai keperluan. Ada yang tinggal di Solo untuk

keperluan pendidikan, pekerjaan maupun menjadi ibu rumah tangga biasa. Namun

dalam penelitian di lapangan, peneliti hanya mampu menemukan 11 warga Jepang

saja. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa orang yang keberadaanya sulit untuk

ditemukan tanpa rekomendasi dari warga Jepang lain dan ada beberapa orang yang

menolak untuk diwawancarai. Kesebelas warga Jepang tersebut adalah, Hiromi Kano,

Kaoru Serizawa, Yumiko Takenouchi, Naomi Kawasaki, Keisuke Isobe, Mika Masui,

Mami Yamamura, Hitomi Matsuda, Akira Kawakami, Miki Orita, dan Naoko Ujiie.

Sebagian besar tinggal di Solo untuk keperluan pendidikan, yaitu sejumlah

tujuh orang. Tiga orang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS)

Surakarta yaitu, Naomi Kawasaki, Keisuke Isobe, dan Mika Masui. Keisuke Isobe

yang datang ke Solo sejak Februari 2010 lalu dan Mika Masui yang baru datang ke

Solo mulai Agustus 2010 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa

(FSSR), Jurusan Sastra Indonesia Strata 1. Sedangkan, Naomi Kawasaki yang mulai

tinggal di Solo sejak 2009 lalu tercatat sebagai mahasiswa S2 di FSSR UNS.

                                                            161 Ibid. hlm. 69 

Page 101: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101  

Empat orang tercatat sebagai mahasiswa di Institut Seni Indonesia (ISI)

Surakarta yaitu, Kaoru Serizawa mengambil jurusan etnomusikologi yang sudah

tinggal di Solo sejak tahun 1995, Mami Yamamura mengambil jurusan tari yang

mulai tinggal di Solo sejak tahun 2009, Hitomi Matsuda mengambil jurusan

karawitan yang tinggal di Solo mulai tahun 2009, dan Miki Orita yang juga

mengambil jurusan karawitan yang mulai tinggal di Solo sejak tahun 1997.

Lalu, tiga orang lagi tinggal di Solo untuk urusan pekerjaan. Akira Kawakami

sebagai seorang General Manager di PT. Bengawan Solo Garment Indonesia. Dia

sudah tinggal di Solo untuk waktu tiga tahun. Hiromi Kano berprofesi sebagai

seorang sinden dan menikah dengan seniman Jawa yang telah menetap lebih dari 13

tahun di Solo, dan Yumiko Takenouchi yang bekerja sebagai salah satu instruktur di

Yayasan Music Indonesia: Yamaha Music School serta menikah dengan seniman

pribumi. Ia tinggal di Solo sejak tahun 1981.

Satu orang lagi yaitu Naoko Ujiie berprofesi sebagai Ibu rumah tangga. Dia

juga menikah dengan penduduk pribumi, dan mulai menetap di Solo sejak tahun

2008.

Page 102: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102  

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari bermacam-macam

suku bangsa. Di mana setiap suku dan budaya terpelihara dengan baik. Negara

Indonesia adalah contoh yang ideal untuk negara multikultur.

Multikulturalisme adalah sebuah kata yang digunakan untuk menjelaskan

situasi di dalam suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok yang berbeda

didukung untuk menjaga perbedaan etnik mereka, dan untuk berpartisipasi di dalam

kehidupan sehari-hari dengan masyarakat yang lebih luas. Hal ini berlawanan dengan

perbedaan etnik yang dikurangi dan keberagaman diharmonisasikan seperti “melting

pot”, atau di mana perbedaan etnik diijinkan tetapi tidak terlibat dalam kehidupan di

masyarakat yang lebih luas (segregasi).162

Sangat pas jika dikatakan Negara Indonesia adalah contoh yang ideal.

Karena semua etnik dan budaya yang berkembang di Indonesia mendapatkan tempat

masing-masing dan tetap bersatu dalam suatu wadah NKRI. Tidak ada pemaksaan

penghapusan terhadap suatu etnik tertentu.

Indonesia sendiri tidak hanya berisi etnik-etnik asli dari Indonesia, tetapi

juga etnik-etnik pendatang seperti Cina dan Arab. Selain itu masih banyak warga

asing yang ada di Indonesia baik untuk kepentingan wisata hingga menetap di

Indonesia.                                                             162 David L. Sam  dan  John W. Berry (ed), The Cambridge Handbook of Acculturation Psychology (New York: Cambridge University Press, 2006)  hlm. 20 

Page 103: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103  

Di Surakarta sendiri terdapat berbagai jenis bangsa yang datang berkunjung.

Salah satunya adalah negara Jepang. Tujuan mereka ke Surakarta pun berbeda-beda.

Ada yang sekedar berwisata, belajar, bekerja, bahkan berumah tangga. Tentunya

begitu memasuki sebuah daerah baru, hal yang tidak dapat dihindari adalah

komunikasi.

A. Komunikasi Antarbudaya warga Jepang di Surakarta

Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang

menjadi wadah kehidupannya. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Mereka memerlukan

bantuan dari orang lain di sekitarnya. Untuk itu ia melakukan komunikasi. Sebagai

makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar

gagasan, mengirim dan menerima informasi, membagi pengalaman, bekerja sama

dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan sebagainya.163

Pentingnya dan pengaruh komunikasi pada manusia secara dramatis

digarisbawahi oleh Keating ketika ia menuliskan, “Komunikasi itu sangat kuat:

mampu membawa teman ke sisi kita atau menceraiberaikan musuh, meyakinkan atau

memperingatkan anak-anak, dan menciptakan mufakat atau garis pertempuran di

antara kita.”164

Dengan kata lain, komunikasi merupakan inti dari hubungan manusia. Baik

yang tinggal di sebuah kota di Kanada, di desa di India, di tanah pertanian di Israel,

maupun di hutan Amazon di Brazil, semuanya mengerjakan aktivitas yang sama                                                             163 Suranto AW. Op. Cit. hlm. 1 164 Pernyataan C. F. Keating seperti dikutip oleh Samovar, dkk dalam Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, edisi 7 (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hlm. 16 

Page 104: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104  

ketika mereka berusaha untuk berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain. Akibat

yang ditimbulkan ketika mengirimkan pesan mungkin berbeda, namun alasan orang

untuk berkomunikasi cenderung sama.165

Begitu juga bagi imigran Jepang yang datang ke Indonesia khususnya yang

tinggal di Wilayah Surakarta. Mereka mengamini bahwa komunikasi adalah suatu

kebutuhan yang mutlak. Tanpa komunikasi manusia tidak dapat hidup. Karena

mereka juga menyadari bahwa sebagai manusia, mereka tidak dapat hidup sendiri.

Seperti yang diungkapan oleh imigran yang tinggal di Solo. Yumiko Takenouchi

menyebutkan bahwa komunikasi adalah sebuah keharusan.

“Karena itu keperluan setiap hari, setiap saat. Tanpa itu, ga bisa hidup. Bukannya tujuan, ya keharusan. Kita semua ya hidup dengan orang lain.”166

Sedangkan bagi Hiromi Kano, ia melakukan komunikasi untuk hidup nyaman

di daerah ia tinggal.

“Saya, biar hidup nyaman. Karena salah satunya itu kan, aku kan ga bisa semaunya ya,”167

Senada dengan Hiromi Kano, Miki Orita pun mengaku melakukan

komunikasi untuk hidup enak.

“Ya, orang itu ga bisa komunikasi ga bisa hidup. Tujuannya untuk hidup enak. Nyaman dan mungkin saya harus bisa bantu, saya buka hati mereka juga mau bantu.”168

                                                            165 Larry A. Samovar, dkk. 2010. Op. Cit. hlm.16 166  Wawancara  dengan  Yumiko  Takenouchi,  responden  (Yayasan  Music  Indonesia:  Selasa,  30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 167 Wawancara dengan Hiromi Kanou, responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 168 Wawancara  dengan Miki Orita,  responden  (D’ Mesem:  Selasa,  23 November  2010,  jam  17.00‐18.00) 

Page 105: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105  

Kaoru mengungkapkan bahwa tujuannya berkomunikasi adalah untuk

mencapai kehidupan yang harmonis.

“Ya untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Tetapi menurut saya, itu bukan tujuan ya tapi itu adalah hal yang wajar.”169

Dalam konteks ini, komunikasi yang mereka lakukan merupakan komunikasi

antarbudaya karena melibatkan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang

berbeda. Carley H. Dodd menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya mengarah

pada pengaruh variabel-variabel dan perbedaan budaya dalam hasil komunikasi

interpersonal. Perbedaan dalam gaya komunikasi dan sosial, pendangan terhadap

dunia, adat, harapan, aturan, peran, dan mitos menggambarkan sedikit elemen yang

menjelaskan bagaimana kebudayaan membentuk proses komunikasi.170

Selayaknya komunikasi, komunikasi antarbudaya pun melibatkan unsur-unsur

komunikasi berupa:

1. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang

memprakarsai komunikasi dan berasal dari latar belakang kebudayaan

tertentu.171

Dalam penelitian ini, warga Jepang yang tinggal di Solo juga

merupakan komunikator dalam komunikasi antarbudaya tersebut. Warga

                                                            169  Wawancara  dengan  Kaoru  Serizawa,  responden  (Tempat  tinggal  Kaoru  serizawa:  Rabu,  24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 170 Carley H. Dodd. Op. Cit. hlm. 4 171 Alo Liliweri.2007. Op. Cit. hlm. 25 

Page 106: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106  

Jepang yang tinggal di Solo pun memiliki keinginan untuk menyampaikan

pesan kepada warga di sekitarnya. Baik kepada suami, anak, tetangga, dosen,

atau rekan kerja.

2. Pesan

Dalam model komunikasi antarbudaya, pesan adalah apa yang

ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada komunikan.172

Pesan yang dipertukarkan dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi antara

warga Jepang yang tinggal di Solo dengan penduduk sekitarnya bermacam-

macam. Tergantung kepada siapa mereka berkomunikasi.

Jika dengan dosen, hal yang biasa dibicarakan adalah tentang

perkuliahan. Umumnya, mereka berkomunikasi jika ada hal yang kurang

dimengerti saat kuliah, menanyakan jadwal kuliah, untuk mengeluarkan

pendapat, juga mangkritisi cara mengajar. Namun, ada juga yang meminta

saran dosen saat menghadapi suatu situasi yang problematik. Seperti yang

diungkapkan oleh beberapa responden berikut.

“Kalau dengan dosen, biasanya kalau ada yang tidak dimengerti.”173

“Terus apa ya, kalau dosen, misalnya ada pertanyaan “boleh

tanya? Kalau gini, caranya gimana?”. Kalau ada pertanyaan-pertanyaan, pasti tanya.”174

                                                            172 Ibid. hlm 28 173 Wawancara  dengan Mami  Yamamura,  Responden  (Kos Mami:  Jumat,  19 November  2010,  jam 20.00‐21.00) 174 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden (Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 

Page 107: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107  

“Kalau di sini kan harus ada komunikasi dengan dosen soalnya jadwalnya sering diubah kan, ada perubahan juga. Otomatis jumlah komunikasinya kan lebih banyak. Kalau ada yang tidak dimengerti di perkuliahan ya kan harus ada pertanyaan.”175

“Dengan dosen ISI juga, biasanya kritik terhadap cara mengajar,

kenapa memakai literature seperti itu, atau kenapa harus mengulang-ulang materi. Kritik apa saja.”176

“Tapi ada dosen, jadi kalau ada masalah saya sering mendapat

nasehat, misalnya saat saya sedang bimbang memutuskan untuk pulang ke Jepang atau tidak.”177

Selain dengan dosen, komunikasi pun dilakukan dengan sesama

rekan kerja baik teman kantor ataupun sesama teman seniman. Pesan yang

dipertukarkan biasanya seputar pekerjaan atau pentas seni. Seperti yang

diungkapkan oleh Hiromi Kano.

“Kalau sama-sama seniman itu kan beda ya. Tapi kan seniman kalau kumpul pasti omongannya sudah..anoo..seni dipanggung. Tapi itu juga beda, laki-laki sama wanita itu beda banget. Kalau saya itu kan lebih suka ngomong itu kan sama seniman laki-laki. Karena topiknya itu benar-benar seni gitu pikirannya. Tapi, kalau sinden itu kan, gosip lagi.”178

“Kalau dengan seniman biasanya tentang kegiatan seni klenengan,

evaluasi pertunjukan, kritik, saran. Kami bertukar pikiran tentang pertunjukan tersebut. Sering ada beda pendapat, tapi itu wajar.”179

“Urusan pekerjaan biasanya.”180

                                                            175 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 176  Wawancara  dengan  Kaoru  Serizawa,  Responden  (Tempat  tinggal  Kaoru  Serizawa:  Rabu,  24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 177 Wawancara  dengan Miki Orita,  Responden  (D’Mesem:  Selasa,  23 November  2010,  Jam  17.00‐18.00) 178 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 179  Wawancara  dengan  Kaoru  Serizawa,  Responden  (Tempat  tinggal  Kaoru  Serizawa:  Rabu,  24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 

Page 108: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108  

Selain pembicaraan mengenai kedua hal tersebut, responden juga

berkomunikasi layaknya pembicaraan sehari-hari misalnya menanyakan

kegiatan, menanyakan kabar atau sekedar menyapa.

“Hmm, apa ya? Ya pembicaraan sehari-hari seperti “Dari mana?” gitu.”181

“Ya, hal-hal yang biasa. Menanyakan kabar, dan sebagainya. Yang

ringan-ringan saja.”182

“Ya, paling percakapan biasa sehari-hari. “Hai, lagi apa?”, “Sudah makan?”, “Sudah mandi?”. Ya seperti itu. Iya.”183

Selain ketiga jenis masalah tersebut, mereka juga sering bertukar

cerita mengenai hal-hal yang bersifat pribadi. Mereka juga kerap

mencurahkan isi hati jika menghadapi suatu masalah. Meskipun hal tersebut

tidak dilakukan kepada sembarang orang. Hanya kepada keluarga, sesama

teman dari Jepang dan dengan teman dekat saja mereka biasanya bercerita

tentang masalah pribadinya.

“Dengan teman dekat saja dan teman-teman orang Jepang.”184 “Tidak semua orang. Dengan teman-teman Jepang. Dengan teman

dekat saja.”185

                                                                                                                                                                          180 Wawancara dengan Akira Kawakami,  responden  (Food Court SGM: Minggu 21 November 2010, jam 15.00‐16.00) 181 Wawancara  dengan  Naoko  Ujiie,  Responden  (Tempat  tinggal  Naoko  Ujiie:  rabu,  15  desember 2010, jam 16.00‐16.30) 182  Wawancara  dengan  Yumiko  Takenouchi,  responden  (Yayasan  Music  Indonesia:  Selasa,  30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 183 Wawancara  dengan Mami  Yamamura,  Responden  (Kos Mami:  Jumat,  19 November  2010,  jam 20.00‐21.00) 184 Wawancara dengan Mika Masui, Responden (Kantin sastra: Rabu, 17 November 2010, jam 12.00‐12.45) 

Page 109: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109  

“Paling dengan orang Jepang. Sama suami dan anak. Saya masih punya family atau teman yang sering datang ke sini. Ya, mungkin dengan rekan-rekan kerja di sini. Saya di YMI sudah lama, sudah 20 tahun.”186

Meski begitu, ada juga yang menceritakan hal yang bersifat pribadi

kepada dosen dan meminta saran dosen tersebut. Seperti yang diakui oleh

Kurniati, salah satu pengajar tari di ISI Surakarta.

“Ada juga yang cerita tentang masalah pribadinya. Curhat itu kadang-kadang juga ada yang namanya tidak broken home ya, ya memang ada yang cerai dengan suami, gitu. Itu ada yang cerita seperti itu, tapi ceritanya tidak terlalu dalam.”187

3. Media

Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat,

saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media

tertulis, media massa cetak dan media massa elektronik. Akan tetapi kadang-

kadang pesan-pesan itu dikirim tidak melalui media, terutama dalam

komunikasi antarbudaya tatap muka. Ada dua tipe saluran; (1) sensory

channel, yakni saluran yang memindahkan pesan sehingga akan ditangkap

oleh lima indra, yaitu mata, telinga, tangan, hidung dan lidah. Lima saluran

sensoris itu adalah cahaya, bunyi, perabaan, pembauan dan rasa. (2)

institutionalized means, atau saluran yang sudah sangat dikenal dan

                                                                                                                                                                          185 Wawancara dengan Keisuke  Isobe, Responden (Kantin KPRI UNS: Senin, 22 November 2010,  jam 13.00‐14.00) 186  Wawancara  dengan  Yumiko  Takenouchi,  responden  (Yayasan  Music  Indonesia:  Selasa,  30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 187 Wawancara dengan Theresia Sri Kurniati, Dosen Tari ISI Surakarta (ISI Surakarta: Kamis, 20 Januari 2010, jam 10.15‐10.30) 

Page 110: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110  

digunakan manusia, misalnya percakapan tatap muka, material cetakan dan

media elektronik188.

Dari hasil penelitian, imigran asal negeri matahari terbit tersebut

menggunakan kedua macam tipe saluran tersebut. Melalui pengamatan

peneliti, responden juga menggunakan sensory channel ketika melakukan

komunikasi. Misalnya dengan melakukan tepukan lembut ke bahu lawan

bicara untuk menunjukkan keakraban. Seperti yang dilakukan oleh Hiromi

Kano saat bertemu dengan rekan sesama sinden. Serta seperti yang

dilakukan oleh Keisuke Isobe ketika mengobrol dengan temannya.

Selain itu, mereka juga menggunakan saluran institutionalized

means, yang berupa percakapan tatap muka serta penggunakan media

elektronik maupun cetak untuk memperoleh informasi.

“HP juga, bicara-bicara juga, Internet juga. Teman disini, semuanya pakai itu, sms ya. Apa, ketemu, terus bicara omong, omong, omong.”189

“Ya HP, kalau dengan teman-teman di Jepang ya pakai e-mail.” 190 “Jadi berita-berita juga aku ga tahu kalau ga baca koran.

Sekarang anoo..internet juga itu bisa buka koran. Makanya, internet bagi saya terutama.”191

                                                            188 Alo Liliweri. 2007. Loc.Cit 189 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden  (Gedung H  ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 190  Wawancara  dengan  Yumiko  Takenouchi,  responden  (Yayasan  Music  Indonesia:  Selasa,  30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 191 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 

Page 111: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111  

“Selain tatap muka? paling ya HP. Kalau dengan teman di Jepang tentunya pakai e-mail atau facebook.”192

4. Hambatan

Gangguan komunikasi seringkali terjadi, baik gangguan bersifat

teknis maupun semantik. Adanya gangguan komunikasi ini dapat

menyebabkan penurunan efektivitas proses komunikasi.193 Gangguan dalam

komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat

laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau paling

fatal adalah mengurangi makna pesan antarbudaya.194

Berdasarkan hasil penelitian, semua responden sepakat bahwa

hambatan utama dalam komunikasi yang mereka lakukan adalah bahasa,

baik yang baru datang atau pun yang sudah tinggal dalam waktu yang lama.

Meskipun beberapa orang telah lancar berbahasa Indonesia, namun dalam

pemahaman arti masih sering ditemukan kesulitan, baik sebagai penerima

pesan maupun pemberi pesan. Hal tersebut dikarenakan perbedan persepsi

terhadap pesan yang dipertukarkan serta struktur bahasa Jepang dan bahasa

Indonesia yang sangat berbeda.

“Pronunciation. Sekarang juga “l” dan “r” masih susah. Kata-katanya masih sedikit. Ya, masalah dengan bahasa.”195

                                                            192  Wawancara  dengan  Kaoru  Serizawa,  Responden  (Tempat  tinggal  Kaoru  Serizawa:  Rabu,  24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 193 Suranto Aw. Op.Cit. Hlm. 7 194 Alo Liliweri. 2007. Op. Cit. Hlm. 30 195 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden  (Gedung H  ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 

Page 112: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112  

“Bahasa ya. Tapi karena di sini dan karyawan saya tidak bisa bahasa Jepang, ya apa boleh buat.”196

“Oh, masih tetep anu, kemampuan bahasa Indonesia. Lumayan

bisa berkomunikasi sekarang. Tapi saat sungguh-sungguh mau menyampaikan logika atau yang pendapat atau yang perasaan yang sesungguhnya itu kan sulit juga. Kalau penggunaan bahasanya benar, tapi kan tetep pikirannya berbeda, apalagi yang bahasa asing. Semakin lama semakin merasa sulit. Kalau pada awalnya, ga begitu merasa sulit dengan bahasa Indonesia. Pada awalnya ya, kok agak gampang belajar bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris, tapi semakin lama semakin merasa sulit. Mungkin ya, itu mungkin karena sudah muncul keinginan saya ingin menyampaikan pendapatnya atau pikiran saya yang sebenarnya.”197

Bahasa mempengaruhi komunikasi antarbudaya dengan dua cara

yaitu masalah penerjemahan antara bahasa-bahasa dan bahasa sebagai

nasionalisme. Selayaknya komunikasi nonverbal, kata-kata sebagai simbol

menjadi penghalang ketika arti sepenuhnya tidak dibagi. Bahkan pembicara

dari bahasa yang sama tidak membagi arti yang sama untuk setiap kata.

Masalahnya tercampur ketika kita mengusahakan penerjemahan antar

bahasa. Cara yang kedua bahasa menjadi penghalang adalah saat

penggunaan bahasa tertentu yang dipaksakan kepada masyarakat dengan

kekuasaan.198

Bahkan ketika kebudayaan-kebudayaan berbicara dengan bahasa

yang sama seperti Australia dan Amerika Serikat, bisa ada perbedan

kosakata. Saat kebudayaan-kebudayaan berbicara bahasa yang berbeda,

                                                            196 Wawancara dengan Akira Kawakami,  responden  (Food Court SGM: Minggu 21 November 2010, jam 15.00‐16.00) 197 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 198 Fred E. Jandt. Op. Cit. hlm. 142. 

Page 113: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113  

terjemahan adalah hal yang kritis, tapi selalu tidak sempurna. Sechrest, Fay,

dan Zaidi (1972) telah mengidentifikasi lima masalah terjemahan yang bisa

menjadi penghalang bagi komunikasi antarbudaya.199

a) Vocabulary Equivalent

Hambatan pertama adalah kurangnya keseimbangan kosakata.

Contohnya, bayangkan harus menerjemahkan semua pink, burgundy,

orange-red, dan lain-lain ke dalam satu kata “merah”. Sebuah

pembatasan akan membuat frustasi jika kita terbiasa menggunakan kata-

kata deskriptif yang lebih banyak. Bahasa yang sangat berbeda sering

kekurangan kata-kata yang bisa diterjemahkan secara langsung. Misalnya:

seorang businessman Amerika Serikat mungkin menulis sebuah surat

untuk diterjemahkan dalam Bahasa Jepang dengan kalimat “We wonder if

you would prepare an agenda for our meeting.” Kata “wonder” dan

konstruksi dari kalimat tersebut dimaksudkan sebagai cara yang sopan

untuk memberitahukan kepada pihak Jepang untuk menyiapkan agenda.

Kata “wonder” dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dengan kata

“gimon”, yang pada umumnya berarti “doubt”. Kalimat yang telah

diterjemahkan menjadi “We doubt that you would prepare an agenda for

our meeting” (Axtell, 1994).200

                                                            199 Ibid. hlm. 143 200 Ibid. hlm. 144 

Page 114: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114  

Hal tersebut juga dialami oleh warga Jepang yang tinggal di

Solo. Ketika mereka harus mengungkapkan sesuatu namun menjadi sulit

karena belum mengetahui kata apa yang cocok untuk mengungkapkan

maksud mereka.

“Misalnya kalau luka, di sini ada kata “parah” kan. Jadi, dulu belum tahu kata itu. Jadi kalau lukanya parah, saya bilangnya “lukanya besaaaar dan sakiiiiiiit sekali”.”201

b) Idiomatic Equivalent

Lee dalam Fred E. Jandt mengatakan bahwa mempelajari idiom

bahasa bisa menjadi cara yang efektif dalam mempelajari kebudayaan.

Misalnya di Jepang terdapat idiom “Paku yang menonjol harus dipukul”,

di Indonesia idiom tersebut mungkin tidak ada yang memahami makna

dibaliknya. Begitu juga dengan idiom Indonesia bagi warga Jepang.

Misalnya, “Air susu dibalas air tuba”, mungkin orang Jepang tidak

mampu memahami makna yang terkandung dalam idiom tersebut.

c) Grammatical-syntactical Equivalent

Simpelnya berarti bahwa bahasa-bahasa tidak perlu memiliki

tatabahasa yang sama. Seringnya, kita perlu memahami tatabahasanya

untuk mengerti arti dari kata-katanya.202

Bahasa Indonesia dan bahasa Jepang memiliki tatabahasa yang

berbeda. Jika bahasa Indonesia berpola SPO (Subyek, Predikat, Obyek),                                                             201 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden (Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 202 Fred E. Jandt . Op.Cit hlm. 145 

Page 115: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115  

bahasa Jepang berpola SOP (Subyek, Obyek, Predikat). Dalam bahasa

Jepang, kata kerja selalu ditempatkan di akhir kalimat. Misalnya: kalimat

“Saya makan nasi” jika dalam bahasa Jepang menjadi “Watashi(saya) ha

gohan(nasi) wo tabemasu (makan)”. Seperti juga yang dicontohkan oleh

salah seorang responden.

“Itu bahasa Indonesia juga begitu, tapi kalau Bahasa Jepang itu kan beda. Kalau misalnya ya, mau pinjam pulpen. “Mana pulpennya?” kalau itu dibahasa Jepangkan “Borupen wa doko?” kasar banget. Borupen wa, borupen wa doko janai, “Borupen o kashite kudasai” yo, yo? Kalau begitu, mau pinjem pulpennya, kalau sini kan oya tadi “mana pulpennya?”. Tapi kan itu kan namanya, pokoknya jangan ditransfer langsung, ya kan. Itu kan kata-kata sebetulnya bahasa Indonesia, tapi beda.”203

d) Experiential Equivalent

Jika sebuah objek atau pengalaman tidak ada pada kebudayaan

kita, sulit untuk menerjemahkan kata yang merujuk pada objek atau

pengalaman tersebut ke dalam bahasa saat tidak ada kata-kata untuk

itu.204

e) Conceptual Equivalent

Penghalang kelima adalah conceptual equivalent yang merujuk

pada ide-ide abstrak yang mungkin tidak ada dalam gaya yang sama

dalam bahasa yang berbeda. Misalnya orang-orang AS memiliki

pemahaman yang unik terhadap kata “freedom”. Arti itu tidak dibagi

                                                            203 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 204 Fred E. Jandt. Op.Cit. hlm. 145 

Page 116: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116  

secara universal. Pembicara-pembicara dari bahasa lain mungkin

mengatakan bahwa mereka bebas dan benar dalam budaya mereka, tapi

“freedom” yang mereka maksud tidak setara dengan “freedom” yang kita

alami di AS.205

Sebaliknya, masyarakat pribumi yang sering berkomunikasi dengan

mereka, mengaku tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi. Mereka

mengakui bahwa warga Jepang yang hendak tinggal di Solo untuk jangka

waktu tertentu telah memiliki bekal Bahasa Indonesia sebelumnya.

Walaupun bahasa yang dimiliki belum sempurna, namun sudah bisa menjadi

modal untuk berkomunikasi dengan penduduk pribumi. Seperti yang diakui

oleh dosen karawitan maupun tari yang sering mengajar orang Jepang.

“Kesulitan, kalau mereka yang belum apa, persiapan, itu memang sulit. Tapi kebanyakan yang datang ke sini dia udah siap, dari segi bahasanya dia udah siap. Terus dari apa yang akan dia pelajari itu juga sudah siap…. Bahasa tidak jadi kendala. Memang ada satu dua yang datang ke sini yang bahasanya pas-pasan, tapi selama ini dia yang datang ada usaha sekali.”206

“Kalau sulit saya kira, karena begini kalau orang Jepang ke sini,

itu pasti dia sudah mempunyai bekal bahasa yang banyak ya. Jadi tidak terlalu sulit untuk ngomong. Kadang-kadang dia malah sudah tahu bahasa Jawa.”207

Sedangkan bagi warga pribumi yang bisa berbahasa Jepang,

mengkaku tidak menemukan kesulitan yang berarti ketika berkomunikasi.

                                                            205 Ibid. hlm. 145. 206 Wawancara dengan Hadi Boediono, Responden (Gedung Karawitan ISI Surakarta: Rabu, 19 Januari 2011,  jam 09.15‐09.45) 207 Wawancara dengan Theresia Sri Kurniati, Dosen Tari ISI Surakarta (ISI Surakarta: Kamis, 20 Januari 2010, jam 10.15‐10.30) 

Page 117: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117  

Kesulitan yang mereka rasakan lebih kepada pemahaman terhadap maksud

yang sebenarnya dari orang Jepang. Karena orang Jepang terkenal pandai

untuk menyembunyikan perasaan atau keinginan yang sebenarnya. Selain

itu, menurut mereka kesulitan itu ada pada nuansa. Seperti yang diakui oleh

beberapa responden pribumi.

“Kalau secara bahasa selama ini, tidak ada kesulitan yang berarti…Pada awalnya mungkin kita kalau belum betul-betul mengenal orang-orang Jepang berkomunikasi itu sulit untuk menggali sebenarnya apa maunya mereka, apa sesungguhnya kesenangan mereka, apa sesungguhnya isi hati mereka, gitu. Karena orang Jepang itu, suka atau tidak suka mereka tidak mengatakan terus terang. Mereka sangat pintar menyembunyikan perasaan.”208

“Ga ada, kalau kita sudah biasa ya. Kita kan rata-rata sudah

pernah tinggal di Jepang minimal tiga tahun. Jadi, untuk hubungan kerjasama atau hubungan dalam hal informal pun kita sudah biasa. Insyaallah kita ga ada kendala, kalau kita mendengarkan berita dalam bahasa Jepang pun paling ga 80% kita bisa ngerti.”209

“Masalah kedua pada nuansanya. Jadi nuansa bahasa. Nuansa

berbahasa itu berbeda-beda, jadi misalkan kita ngomong “ya” begitu terjemahan “ya” itu mempunyai arti yang bermacam-macam. Kalau kita tidak mengenal kultur mereka, bahkan kita ngomong “ya”-nya itu “ya” yang seperti apa. Kita ngomong “ya, ya, saya siap!” gitu, itu bagi mereka mengejek. “hai, hai” itu ga boleh. Sekali ngomong “hai” sekali thok. “hai”, itu artinya iya, paham. Tapi kalau “hai, hai” “iya, iya!” jadi kesannya sudah berbeda rasanya, gitu.”210

                                                            208 Wawancara dengan Santi Staunislavia, Responden (Kantor Nakamura: Rabu, 19 Januari 2011, jam 11.00‐11.15) 209 Wawancara dengan Sutiman, Responden (LPK Hiro: Kamis, 20 Januari 2011, jam 14.15‐14.30) 210 Wawancara dengan Mulyono, Responden (Fujiyama Gakkou, 19 Januari 2011, jam 16.30‐16.45) 

Page 118: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118  

5. Komunikan

Komunikan dalam komunikasi antarbudaya juga berasal dari suatu

kebudayaan tertentu yang berbeda dengan komunikator. Tujuan komunikasi

akan tercapai jika komunikan “menerima” (memahami makna) pesan dari

komunikator, dan memperhatikan (attention) serta menerima pesan secara

menyeluruh (comprehension).211

Dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi antara warga Jepang

yang tinggal di Solo dengan orang sekitarnya, pihak yang menjadi

komunikan bisa dua-duanya. Terkadang warga Jepang yang menerima dan

mengolah informasi yang didapat, begitu juga sebaliknya. Misalnya,

informasi mengenai pentas seni, atau mendapatkan informasi dari media

massa. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat proses saling tukar pesan

antara warga Jepang dengan orang-orang di sekitarnya.

6. Feedback atau Umpan Balik

Merupakan respon atau tanggapan seorang komunikan setelah

mendapatkan terpaan pesan. Dapat pula dikatakan sebagai reaksi yang

timbul. Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam komunikasi antarbudaya

maka komunikator dan komunikan tidak bisa memahami ide, pikiran dan

perasaan yang terkandung dalam pesan tersebut.212

                                                            211 Alo Liliweri. Op.Cit. hlm. 27 212 Alo Liliweri. Op. Cit. hlm.30 

Page 119: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119  

Berdasarkan hasil pengamatan, saat menjadi komunikan dalam

komunikasi antarbudaya yang berlangsung, warga Jepang juga selalu

memberikan umpan balik terhadap pesan yang disampaikan pada mereka.

Umpan balik yang diberikan misalnya, membalas sms yang masuk, tertawa,

mengkritik, menyampaikan pendapat, dan berpikir.

B. Proses Komunikasi Antarbudaya Warga Jepang di Solo

Dalam komunikasi terdapat sebuah model komunikasi antarbudaya yang

dikembangkan dari teori Uncertainty Reduction oleh Berger dan Calabrese (1975).

Dalam bukunya Carley H. Dodd, model komunikasi tersebut digambarkan sebagai

berikut:

Page 120: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120  

Gambar 1.3 Model Komunikasi Antarbudaya213

                                                            213 Carley H. Dodd, Dynamics of Intercultural Communication 5th edition (Boston: McGraw Hill, 1998) hlm. 7 

Uncertainty/ anxiety motivate intercultural adaptive communication strategies by forming an arena of potentially positive adaption, Cultural C: 

Culture C Is an invented third culture in which A & B experience positive climate, commonality and trust leading to adaptation 

Functional strategies utilizing intercultural knowledge and skills involving rules, roles, customs, beliefs, social style, affirmation, approachability and adaptability 

Intercultural Communicatin Effectiveness Outcome: Task, Positive Relationships, Cultural Adjustment 

Uncertainty Anxiety Dysfunctional strategis such as relying on stereotypes, 

withdrawal denial, hostily 

Interpersonal relationship 

Personality 

Culture 

Perceived Cultural  Difference

Interpersonal relationship 

Personality 

Culture 

Page 121: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121  

Berdasarkan hasil wawancara dam pengamatan di lapangan, model

komunikasi antarbudaya tersebut sangat cocok dengan kegiatan komunikasi yang

dilakukan oleh warga Jepang di Solo. Jika diumpakan, Warga Jepang adalah orang

dengan kebudayaan A dan orang Jawa adalah orang dengan kebudayan B. Masing-

masing merupakan kontributor untuk pengenalan perbedaan dari masing-masing

kebudayaan. Di mana keduanya memiliki hubungan interpersonal, personalitas, dan

kebudayaan yang berbeda. Dodd menjelaskan bahwa hanya kebudayaanlah satu-

satunya sumber yang menjelaskan kenapa orang-orang mengenali perbedaan.

Pengenalan perbedaan budaya tersebut kemudian menjadi sebuah motivasi

untuk mengurangi ketidakpastian dan kekhawatiran. Namun, dalam tahap ini juga

terkandung resiko terjadinya disfungsi strategi seperti masing-masing individu masih

bergantung pada stereotip, penarikan diri, penyangkalan, permusuhan.

Ketidakpastian dan kecemasan memotivasi strategi komunikasi adaptif

antarbudaya dengan membuat sebuah area dari adaptasi positif yang potensial, yaitu

kebudayaan C. Kebudayaan C adalah temuan budaya ketiga dimana A dan B

mengalami iklim yang positif, kelumrahan dan kepercayaan yang membimbing ke

arah adaptasi. Strategi fungsional menggunakan kemampuan dan pegetahuan

antarbudaya seperti peraturan, peran, adat-istiadat, kepercayan, gaya sosial, kepastian,

kemudahan untuk didekati, dan kemampuan adaptasi.

Dari kebudayaan C yang adaptif, maka dapat menghasilkan komunikasi

antarbudaya yang efektif misalnya dalam hal pekerjaan, hubungan yang positif,

aturan budaya.

Page 122: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122  

Dalam prakteknya, baik warga Jepang maupun penduduk pribumi

menyadari bahwa mereka memiliki perbedaan. Masing-masing mampu menerima

perbedaan tersebut, terutama warga Jepang. Mereka menyadari bahwa sebagai

pendatang harus menyesuaikan diri dengan kondisi sekitarnya. Hal tersebut mampu

mengurangi kecemasan selama tinggal di Solo dan membuat kehidupan berjalan

lancar.

Seperti beberapa hal yang diungkapkan oleh responden yang mengaku

memiliki kebiasaan-kebiasaan baru selama tinggal di Solo dalam upaya

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

“Kalau mau mempersilakan sesuatu, pakai telunjuk. Kalau orang Jepang kan tangannya membuka. Kalau orang Jawa mau lewat di depan orang pasti menunduk dan tangannya di depan. Kalo orang Jepang “Sumimasen” tapi ga pakai tangan di depan.”214

“Kalau pergi ke kampus pakai kemeja, dan pakai sepatu. Jadi berpakaian

rapi.”215 Berdasarkan hasil penelitian, dalam proses komunikasi antarbudaya warga

Jepang dengan warga Jawa, tidak ditemukan adanya disfungsi strategi yang

memperburuk keadaan. Hal tersebut dikarenakan adanya kemiripan antara warga

Jepang dengan Jawa. Kemiripan tersebut diakui oleh warga Jepang yang tinggal di

Solo.

                                                            214 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 215 Wawancara dengan Mami Yamamura, Responden (Kos Mami: Jumat, 19 November 2010, jam 20.00‐21.00) 

Page 123: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123  

“Ada. Anu ya, Jepang juga Jawa juga anoo ramah-ramah ya. Tidak urusan dewe-dewe gitu lho. Kayaknya itu gitu Jawa ya. Walaupun mempunyai pikiran atau perasaan yang jelek terhadap seseorang tapi tidak bisa ngomong. Orang Jepang juga ga pernah bilang gitu ya. Makanya kadang-kadang ga ngerti gitu ya, tidak mengerti sebenarnya. Fisiknya agak mirip.”216

“Jepang desa dan Jawa itu kan sama ya. Menghormati orang yang lebih

tua atau senior. Di Jawa kan biasanya ada kumpulan ibu-ibu yang ngobrol atau ngrumpi. Dulu di Jepang juga ada. Namanya “Idobatakai”, jadi para wanita berkumpul dan ngobrol di dekat sumur. Lalu, orang Jawa maupun Jepang menghormati orang yang lebih tua. Dan kalau ada rasa ga suka pada orang lain, sulit untuk mengungkapkan langsung.”217

Dari hasil pengamatan, hal tersebut terbukti. Ketika mengikuti Hiromi

Kano pentas pada tanggal 17 Desember 2010 di BI Surakarta, ketika mengobrol

dengan sesorang, ia selalu berusaha menanggapi dengan ramah dan senyum meskipun

kurang suka dengan lawan bicara. Hiromi Kano sempat berbalik ke arah peneliti dan

menunjukkan rasa tidak sukanya kepada orang yang sedang ngobrol dengannya.

Namun, ia tidak mampu menunjukkan hal tersebut kepada orang yang bersangkutan

demi menjaga perasaan lawan bicara.

Kemiripan tersebut diakui membuat mereka nyaman tinggal di Solo.

Karena merasa cocok dengan lingkungan.

“Bagi saya, lebih dekat orang sini. Apa ya, kalau kehidupan keseharian lebih dekat orang sini. Lebih bisa mengerti gitu.”218

“Lama-lama di sini enak. Mungkin sifatnya saya kan cocok, kalau orang yang lain bagaimana.”219

                                                            216 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 217 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 218 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, responden (Yayasan Music Indonesia: Selasa, 30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 

Page 124: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124  

“Malah, semakin lama saya disini malah semakin nyaman. Mungkin karena desa gitu. Ya, kerukunannya tinggi tapi tidak tidak terlalu, tidak berlebihan, he’em.”220

Proses tersebut kemudian berlanjut kepada pembentukan budaya baru yang

bisa diterima oleh masing-masing pihak. Terdapat toleransi yang berlangsung dalam

masyarakat tersebut. Misalnya, warga Jepang yang tinggal di lingkungan mereka

tidak diwajibkan mengikuti serangkaian kegiatan bersama masyarakat. Misalnya,

PKK dan Dharmawanita. Penduduk maklum, karena mengetahui bahwa mereka

orang asing.

“Saya juga tidak tergabung dalam PKK tetapi orang-orang juga sudah pada tahu, jadi tidak ada yang mempermasalahkannya.”221

“Sekarang saya tinggal di perumahan, kontrak rumah, mugkin saya harus ikut rapat, atau ada acara apa, atau ada apa namanya, jadi mungkin harus terlibat. Tapi karena saya orang asing dan masih sekolah, tapi orang-orang tidak apa-apa, jadi saya berterima kasih dengan tetangga. Seharusnya saya ikut tapi saya masih seperti anak-anak karena masih muda. Jadi saya minta maaf karena tidak ikut.”222

Tidak hanya dari pihak pribumi yang menerima perbedaan warga Jepang

yang tinggal di lingkungan mereka, namun warga Jepang tersebut juga menunjukkan

kontribusi atau niat baik terhadap lingkungan. Misalnya ikut membantu dalam acara

yang sedang berlangsung.

                                                                                                                                                                          219 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 220 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 221 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, responden (Yayasan Music Indonesia: Selasa, 30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 222 Wawancara dengan Miki Orita, Responden (D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐18.00) 

Page 125: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125  

“Bagaimana ya, karena mereka baik sekali dengan saya, jadi saya juga berusaha membantu mereka. Kalau mereka butuh bantuan, kalau saya bisa, saya bantu.”223

“Tapi kalau ada Darwis, PKK, kalau aku di rumah ya itu aku

usahakan.”224 Dari saling pengertian tersebut kebudayaan C yang disepakati bisa

terbentuk. Dan dari kebudayaan ketiga yang positif itulah lahir efektifitas komunikasi

antarbudaya. Misalnya lahirnya hubungan yang harmonis, pekerjaan, dan aturan

budaya yang positif.

C. Fungsi Komunikasi Antarbudaya Bagi Warga Jepang di Solo

Komunikasi yang dilakukan oleh warga Jepang dengan lingkungan

sekitarnya tentunya membawa manfaat bagi mereka. Alo Liliweri membedakan

fungsi komunikasi ke dalam dua bentuk yaitu fungsi secara pribadi maupun sosial.

1. Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi merupakan fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan

melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.225 Fungsi

pribadi tersebut terbagi dalam beberapa sub-fungsi sebagai berikut:

a. Menyatakan Identitas Sosial

Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku

komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri

                                                            223 Ibid. 224 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 225 Alo Liliweri. 2007. Op. Cit. hlm. 36 

Page 126: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126  

maupun identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan

berbahasa baik secara verbal dan non-verbal. Dari perilaku berbahasa itulah

dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-

usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.226

Fungsi tersebut juga dirasakan oleh para imigran Jepang yang

tinggal di Surakarta. Mereka semua sepakat bahwa dengan berkomunikasi,

orang-orang di sekitar mereka menjadi tahu identitas sosial mereka.

Masyarakat pribumi menjadi tahu bahwa mereka merupakan imigran yang

berasal dari negeri para samurai. Bahkan mengetahui profesi ataupun

tujuan imigran itu datang ke Surakarta.

“Karena biasa-biasa to, orang sini kan tanya-tanya gitu. Tapi sebenarnya juga ada yang tahu aku itu sinden. Kan anoo..yang siaran wayang sekarang jarang ya. Tapi dulu kan masih banyak sekali siaran wayang gitu. Kalau begitu masyarakatnya semakin faham.”227

b. Menyatakan Integrasi Sosial

Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan

budaya antara komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial

menjadi tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses

pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan

anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan

                                                            226 Ibid. 227 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 

Page 127: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127  

sebagaimana yang saya hendaki. Dengan demikian komunikator dan

komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.228

Dalam relasi yang terjadi antara warga Jepang dengan pribumi,

tampaknya prinsip utama tersebut juga diberlakukan sehingga integrasi

sosial tercapai.

Di satu sisi, warga pribumi memaklumi perbedaan yang dimiliki

pendatang tersebut. Misalnya mengizinkan para imigran untuk tidak

mengikuti serangkaian acara ataupun organisasi yang berlaku di

lingkungan tersebut seperti kerja bhakti, PKK, dan Dharmawanita. Hal itu

membuktikan bahwa tidak ada pemaksaan kebudayaan terhadap para

imigran tersebut. Warga pribumi mengijinkan imigran untuk beradaptasi

dengan cara mereka sendiri tetapi tetap memberi bantuan. Hal tersebut

juga tercermin dari pengakuan warga Jepang yang tinggal di Surakarta.

“Tapi kadang-kadang saya tidak punya waktu, kalau di kampung ada PKKnya, kerja bhaktinya ya dan kalau jagong, itu sesuatu yang agak repot ya. Kalau tidak ada waktu, saya minta suami saya mewakili. Belum tentu saya bisa ikut. Saya juga tidak tergabung dalam PKK tetapi orang-orang juga sudah pada tahu, jadi tidak ada yang mempermasalahkannya.”229

Di sisi lain, tampak kesadaran dari dalam diri warga Jepang untuk

diterima di lingkungan baru mereka. Meskipun diijinkan untuk tidak

mengikuti kegiatan tersebut, namun jika ada warga yang butuh bantuan,                                                             228 Alo Liliweri. 2007. Op.Cit. hlm. 37 229 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, responden (Yayasan Music Indonesia: Selasa, 30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 

Page 128: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128  

mereka akan membantu jika mampu. Misalnya, saat diajak untuk latihan

karawitan bersama atau untuk pentas, jika ada waktu luang, maka mereka

akan bersedia membantu.

“Misalnya, kalau ada kelompok karawitan bapak-bapak yang ingin saya ikut latihan, kalau saya ada waktu, saya pasti akan bantu.”230

Selain itu, para imigran sudah bisa menerima perbedaan yang ada

di lingkungan baru mereka. Mereka menyadari bahwa sebagai pendatang,

harus mampu menerima keadaan sekitar dan beradaptasi dengan kondisi

tersebut. Misalnya, mereka sudah terbiasa dengan cara penggunaan kamar

mandi, makanan, lalu lintas, dan kehidupan sosial lainnya. Serta mereka

merasa telah diterima di lingkungan mereka tinggal dari kegiatan

komunikasi tersebut.

“Sangat berbeda dengan Jepang. Panas sekali disini. Lalu, cara memakai kamar mandinya juga berbeda ya. Mau bersih-bersih badan juga berbeda. Cara apa, buang air besar juga beda. Tapi sekarang sudah bisa dan terbiasa.”231

“Jadi mungkin inti yang dikomunikasikan ga begitu penting tapi

sudah berkomunikasi dengan lingkungan itu saya merasa sudah bisa diterima di masyarakat.”232

                                                            230 Wawancara dengan Miki Orita, Responden (D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐18.00) 231 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden (Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 232 Wawancara dengan Miki Orita, Responden (D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐18.00) 

Page 129: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129  

c. Menambah pengetahuan

Fungsi pribadi yang ketiga adalah menambah pengetahuan.

Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah

pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan.233

Bagi warga Jepang yang tinggal di Surakarta, fungsi tersebut

sangatlah dirasakan dan membantu bagi usaha mereka untuk terbiasa

dengan lingkungan. Dari komunikasi yang mereka lakukan, mereka

mengakui mendapatkan banyak pengetahuan baru dari pesan yang

dipertukarkan. Misalnya mengenai nilai-nilai yang berlaku di lingkungan

mereka, informasi tentang pentas seni, pendidikan, maupun urusan

pekerjaan.

“He’em. Ada banyak. Saya sudah banyak menemukan kesulitan dalam komunikasi, kadang-kadang salah paham atau yang ga bisa nyambung, ga bisa apa ya, ya semacam begitulah.”234

“kan saya tinggal di rumah dosen ISI, jadi dia yang mengajari

saya tentang semua yang di sini. Misalnya, kalau bertamu dan disuguhi teh, kalau tidak diminum, itu nanti menyinggung perasaan yang punya rumah. Tapi kalu cepat-cepat diminum dan dihabiskan itu artinya minta tambah lagi. Ya seperti itu.”235

“Hmm, apa ya? Menambah pengetahuan yang pasti.”236

                                                            233 Alo Liliweri. Op. Cit. 38 234 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 235 Wawancara dengan Mika Masui, Responden (Kantin sastra: Rabu, 17 November 2010, jam 12.00‐12.45) 236 Wawancara dengan Keisuke Isobe, Responden (Kantin KPRI UNS: Senin, 22 November 2010, jam 13.00‐14.00) 

Page 130: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130  

“Jadi, komunikasi aja tidak ada masalah. Jadi, teman-teman saya sering bantu. “Oh. Mungkin gini jadi harusnya gini”.237

“Dan kalau ada pentas, saya diberitahu.”238

Selain itu, mereka juga mendapatkan informasi dari media massa

yang mereka gunakan seperti koran maupun internet.

d. Melepaskan Diri/ Jalan Keluar

Kadang-kadang, kita berkomunikasi dengan orang lain untuk

melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi.239

Sama halnya bagi warga Jepang di Surakarta. Mereka semua

mengakui merasakan manfaat tersebut dari kegiatan komunikasi yang

dilakukan. Ketika sedang mengalami suatu persoalan, kemudian mereka

mengkomunikasikan dengan keluarga ataupun teman terdekat. Dari

komunikasi tersebut, seringkali mereka mendapatkan inspirasi atau bahkan

jalan keluar dari masalah atau persoalan yang tengah mereka hadapi. Baik

masalah perkuliahan maupun masalah pribadi.

“Dengan dosen kalau saya ada kesulian dalam pekuliahan atau untuk cerita dan minta pendapat. Misalnya waktu itu saat saya bingung mau pulang ke Jepang atau tidak. Saya cerita keadaannya kepada dosen dan mendapat nasehat. Dulu saya makan di warung, jadi komunikasinya dengan orang itu. Kalau saya ada masalah saya cerita, lalu dikasih nasihat.”240

                                                            237 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden (Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 238 Wawancara dengan Miki Orita, Responden (D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐18.00) 239 Alo Liliweri. 2007. Op. Cit. hlm 38 240 Wawancara dengan Miki Orita, Responden (D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐18.00) 

Page 131: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131  

“Iya. Kalau saya ada masalah, teman saya bisa bantu.”241 “Ya. Kalau saya ada kesulitan, saya tanya ke suami saya.”242

“Ya, kebanyaakan didapat dari komunikasi. Dari cerita-cerita

dengan teman karawitan, keluarga, anak.”243 Meski begitu, inspirasi tidaklah selalu datang dari rekan bicara.

Setidaknya, hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah seorang

responden.

“Iya, itu juga. Tapi inspirasi atau jalan keluar itu tidak harus saya dapatkan dari komunikasi saja. Ya, saya kalau ada masalah, mendapat jalan keluar itu bukan dari teman curhat saya. Kadang-kadang dari tukang becak, supir taksi, atau kondektur bis. Tapi itu bukan berarti saya cerita dengan mereka. Misalnya, mereka lagi ngomong apa apa apa, saya dengar, dan ternyata hal yang mereka bicarakan itu memberi saya inspirasi. “Ooo, iya ya!”. Dulu saya pernah, omongan supir bus itu mengena di hati saya, saat saya ada masalah. Inspirasi atau ilham itu kan bisa datang dari mana-mana. Dari orang, kucing juga bisa.”244

2. Fungsi Sosial

Selain memiliki fungsi pribadi, komunikasi antarbudaya juga

mempunyai fungsi sosial bagi pelaku komunikasi tersebut. Fungsi sosial

tersebut terbagi menjadi beberapa fungsi yaitu:

a. Pengawasan

                                                            241 Wawancara dengan Keisuke Isobe, Responden (Kantin Sastra: Senin, 22 November 2010, jam 13.00‐14.00) 242 Wawancara dengan Naoko Ujiie, Responden (Tempat tinggal Naoko Ujiie: rabu, 15 desember 2010, jam 16.00‐16.30) 243 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, responden (Yayasan Music Indonesia: Selasa, 30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 244 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 

Page 132: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132  

Fungsi sosial yang pertamana adalah pengawasan. Praktek

komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang

berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses

komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan

“perkembangan” tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan

oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan

peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam

dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. Akibatnya adalah kita

turut mawas diri seadainya peristiwa itu terjadi pula dalam lingkungan

kita.245

Semua warga Jepang yang tinggal di Surakarta mengaku ikut

waspada jika membaca ataupun mendengar berita, misalnya tentang

perampokan. Namun, mereka menganggap hal tersebut terjadi di mana-

mana. Mereka menjadi waspada, namun tidak berlebihan karena yakin

bahwa peristiwa semacam itu dapat menimpa semua orang dan tergantung

dengan nasib.

“Hmm, kalau itu nasib ya. Jadi ga begitu takut.”246 “Itu kan aku mikirnya, kalau di Jepang itu kan sama ya.

Anoo..saya kira itu cuma nasib. Gimana ya, orang tidur di rumah saja bisa mati lho, truknya masuk. Iya kan? Tidur-tidur enak, truknya masuk, mati

                                                            245 Alo Liliweri. Op. Cit. 40 246 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 

Page 133: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133  

juga ada kan? Ya, namanya hidup itu kan ya waspada, hati-hati itu penting.”247

b. Menjembatani

Dalam proses komunikasi antarpribadi, termasuk komunikasi

antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang

yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara

mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan

yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir

atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.248

Fungsi tersebut juga dirasakan oleh semua warga Jepang yang

tinggal di Surakarta. Mereka mengamini bahwa dari kegiatan komunikasi

yang mereka lakukan, mereka menjadi terhubung dengan lingkungan

sekitar meskipun memiliki perbedaan budaya.

c. Sosialisasi Nilai

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan

memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada

masyarakat lain.249

                                                            247 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 248 Alo Liliweri. 2007. Loc. Cit. 249 Ibid. hlm. 41 

Page 134: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134  

Selain dari hasil belajar sendiri dengan cara mengamati lingkungan,

imigran Jepang yang tinggal di Surakarta mempelajari nilai-nilai sosial

yang berlaku di lingkungan mereka tinggal dengan berkomunikasi.

“orang sini sangat baik ya. Mungkin karena orang sini tahu kalau saya orang asing. Jadi, kalau kami ada salah, langsung dikasih tahu.”250

“Hmm, tentu saja ya, saya tanya-tanya kepada dosen tempat saya

tinggal. Dan saya juga mengamati sendiri. Saya mendapat pengetahuan tentang nilai yang ada dari dosen saya.”251

“Ya, itu bisa. Tapi saya juga mengamati sendiri.”252 “Ya semuanya, komunikasi dan belajar sendiri. Tentang

sikap.”253 “Mungkin kalau saya sendiri, ga bisa belajar apa-apa, semuanya

ya oleh karena ada lawan bicara. Kalau saya sendiri mungkin ga begitu sadar atau ga begitu sampai kesadaran, tapi kalau ada lawan bicara antara komunikasi, mungkin saya bisa menangkap perbedaan ada yang persamaan. Kalau begitu ada perbedaan, harus belajar dari ini, apa yang berbeda apa yang dalam cara komunikasinya. Kalau saya ada di sini, kadang-kadang harus mengetahui yang perbedaan itu.”254

d. Menghibur

                                                            250 Wawancara dengan Mami Yamamura, Responden (Kos Mami: Jumat, 19 November 2010, jam 20.00‐21.00) 251 Wawancara dengan Mika Masui, Responden (Kantin sastra: Rabu, 17 November 2010, jam 12.00‐12.45) 252 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 253 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, Responden (YMI: 30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 254 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 

Page 135: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135  

Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi

antarbudaya.255 Dari kegiatan yang mereka lakukan, para imigran tersebut

mendapatkan sebuah hiburan.

“Iya, iya, iya. Bisa menikmati, bisa mendapat informasi. Ya, kalau bicara-bicara dengan orang-orang seni.”256

“Ya, dari kegiatan kesenian itu saya mendapatkan hiburan.”257 “Kalau tidak komunikasi, sepi ya.”258 “Ya tetep ada. Ya memang terutama kan pekerjaanku, itu

pekerjaan ya juga hiburan.”259

D. Peran Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di

Surakarta

Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek terpenting

dan paling mendasar. Manusia belajar banyak hal lewat respon-respon komunikasi

tehadap rangsangan dari lingkungan. Begitu juga bagi akulturasi. Proses akulturasi

seseorang di lingkungan baru tidak bisa lepas kegiatan komunikasi. Proses

komunikasi dalam hal ini komunikasi antarbudaya menjadi dasar bagi proses

akulturasi seorang imigran.260

                                                            255 Alo Liliweri. 2007. Loc. Cit. 256 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden (Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 257 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 258 Wawancara dengan Miki Orita, Responden (D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐18.00) 259 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 260 Dedy Mulyana, dkk. 2003. Op. Cit. hlm. 139 

Page 136: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136  

Dalam proses akulturasi warga Jepang di Surakarta, komunikasi antarbudaya

yang terjadi memiliki peran yang sangat besar. Peran komunikasi antarbudaya dalam

memperlancar proses akulturasi tersebut antara lain:

1. Komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan

lingkungan fisik dan sosial seorang imigran.261

Dari pengalaman berkomunikasi dengan penduduk sekitar, mereka

mendapatkan pengetahuan mengenai lingkungan sekitar sehingga hal itu

menjadi bekal bagi mereka untuk menafsirkan hal-hal yang terjadi di

lingkungan mereka. Pemahaman terhadap lingkungan dan sosio-budaya

sangat membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

sehingga akulturasi semakin lancar.

2. Melalui komunikasi antarbudaya, imigran Jepang bisa menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan serta mendapatkan

keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang

mempengaruhi mereka.262

Dari penjelasan mengenai fungsi komunikasi bagi warga Jepang di Surakarta

telah dijabarkan bahwa mereka mendapatkan pengakuan oleh masyarakat

pribumi serta mengenalkan identitas diri mereka. Dengan pengenalan serta

penerimaan warga pribumi terhadap imigran tersebut maka terbentuknya

                                                            261 Ibid. hlm. 137 262 Ibid. 

Page 137: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137  

budaya C yang menjadi tujuan interaksi antarbudaya akan semakin mudah

tercapai, dengan kata lain, akulturasi pun semakin lancar.

3. Selayaknya orang-orang pribumi, para imigran Jepang juga memperoleh pola-

pola budaya pribumi dari kegiatan komunikasi antarbudaya. Seorang imigran

akan mengatur dirinya untuk megetahui dan diketahui dalam berhubungan

dengan orang lain melalui komunikasi.263 Dengan mempelajari pola-pola dan

aturan-aturan komunikasi pribumi dan dengan berpikiran terbuka, imigran

menjadi toleran akan perbedaan-perbedan dan ketidakpastian situasi-situasi

antarbudaya yang dihadapi.264 Mereka menjadi semakin siap dan percaya

diri dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar sehingga semakin mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berakulturasi.

4. Melalui komunikasi massa seorang imigran mengetahui lebih jauh lagi

tentang berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya pribumi. Dalam

menyiarkan pesan-pesan yang merefleksikan aspirasi-aspirasi, mitos-mitos,

kerja dan bermain, dan isu-isu spesifik serta peristiwa-pwristiwa dalam

masyarakat pribumi, media secara eksplisit membawa nilai-nilai masyarakat

(societal values), norma-norma perilaku, dan perspektif-perspektif

tradisional untuk menafsirkan lingkungan.265

Para imigran Jepang tersebut akan semakin tahu mengenai lingkungan

tempat mereka tinggal dari pemberitaan-pemberitaan melalui koran, televisi,                                                             263 Ibid. 264 Ibid. hlm. 147 265 Ibid. hlm. 139 

Page 138: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138  

radio maupun media online. Mereka akan semakin paham bagaimana

caranya bersikap dan beradaptasi di lingkungan baru dengan bekal

pengetahuan tersebut.

Keempat peran tersebut sangat membantu imigran Jepang untuk membaur

dengan masyarakat sekitarnya. Mereka mampu menerima perbedaan makanan dan

cenderung menyukainya misalnya gado-gado. Mereka juga mengikuti cara hidup

orang Jawa misalnya ada yang ikut jam karet, memakai kemeja saat kuliah, memakai

pakaian batik ketika kuliah, bisa memakai kamar mandi yang berbeda dengan yang

biasa mereka gunakan ketika masih di Jepang, kebiasaan mandi dua kali sehari yang

berbeda ketika masih di Jepang. Selain itu, mereka juga suka menyapa orang

meskipun belum mengenalnya serta basa-basi dengan teman atau tetangganya. Lalu,

imigran Jepang yang menikah dengan pribumi pun mengikuti nilai-nilai yang berlaku

di lingkungan mereka misalnya dengan menghadiri pesta pernikahan tetangganya

meskipun bukan teman mereka, ikut kegiatan seperti dharmawanita dan PKK.

Bila kita memandang akulturasi sebagai proses mengembangkan kecakapan

berkomunikasi dalam sistem sosio-budaya pribumi, perlu ditekankan bahwa

kecakapan berkomunikasi sedemikian diperoleh melalui pengalaman-pengalaman

berkomunikasi. Jika seseorang ingin mempertinggi akulturasinya dan secara sadar

berusaha mempermudah proses akulturasinya, maka ia harus menyadari pentingnya

komunikasi sebagai mekanisme penting untuk mencapai tujuan tersebut. Dan,

komunikasi antarbudaya tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Page 139: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139  

E. Faktor Pendukung Komunikasi Antarbudaya Warga Jepang di Surakarta

1. Aspek-aspek yang mempengaruhi Komunikasi Antarbudaya

Terdapat beberapa aspek kultur yang mempunyai pengaruh besar terhadap

komunikasi antarbudaya. Aspek-aspek tersebut adalah persepsi, proses verbal, proses

nonverbal, dan aspek konteks.266

a. Persepsi

Salah satu aspek komunikasi antarbudaya adalah persepsi, dimana

dalam aspek ini sebagai seorang individu, partisipan memilih, mengevaluasi,

dan mengorganisir rangsangan dari luar. Persepsi kultural berdasar pada

kepercayaan, nilai-nilai, dan sistem tingkah laku.267

Persepsi merupakan suatu cara untuk membuat dunia fisik dan sosial

menjadi masuk akal. Seorang penulis Jerman mengatakan bahwa tidak ada

kenyataan, selain yang ada dalam diri seseorang. Samovar dkk menambahi

                                                            266 Samovar, et.al. 1998. Op. Cit. hlm. 51 267 Ibid. 

Page 140: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140  

bahwa kenyataan itu ada pada diri seseorang, sebagian oleh budaya orang

tersebut.268

Gamble dan Gamble mengungkapkan bahwa persepsi merupakan

proses seleksi, pengaturan, dan penginterpretasian data sensor dengan cara

yang memungkinkan seseorang mengerti dunia. Dengan kata lain, persepsi

merupakan proses di mana orang-orang mengubah kejadian dan pengalaman

eksternal menjadi pemahaman internal yang berarti.269

Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh budaya. Seperti yang

diungkapkan oleh Chiu dan Hong bahwa setiap proses kognitif dasar, seperti

perhatian dan persepsi merupakan hal yang lunak dan dapat diperoleh

melalui pengalaman budaya. 270

Samovar dkk menyimpulkan bahwa ada dua cara bagaimana budaya

mempengaruhi proses persepsi. Pertama, persepsi itu selektif. Hal itu berarti

bahwa terlalu banyak stimulus yang bersaing untuk merebut perhatian

seseorang pada waktu yang sama. Seseorang hanya mengizinkan informasi

yang diseleksi melalui layar persepsi ke dalam pikiran sadar orang tersebut.

Apa yang diijinkan masuk, sebagian ditentukan oleh budaya. 271

Kedua, pola persepsi seseorang dipelajari. Setiap orang lahir ke dunia

tanpa suatu pemahaman. Budaya mengartikan sebagian besar pengalaman

                                                            268 Samovar  dkk. 2010. Op. Cit. hlm. 221 269 Ibid. hlm. 222 270 Ibid. hlm. 223 271 Ibid. hlm. 224 

Page 141: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141  

seseorang. Dengan kata lain, persepsi adalah suatu hal yang ditentukan oleh

budaya. Seseorang belajar untuk melihat dunia dengan suatu cara tertentu

yang didasarkan pada latar belakang budaya masing-masing. Sama seperti

pada budaya yang lain, persepsi yang tersimpan pada manusia adalah dalam

bentuk kepercayaan dan nilai. Di mana kedua konsep tersebut bekerja sama

membentuk sebuah pola budaya.272

Rogers dan Steinfatt berpendapat bahwa kepercayaan bekerja sebagai

sistem penyimpanan bagi pengalaman masa lalu, termasuk pemikiran,

ingatan, dan interpretasi terhadap suatu peristiwa. Kepercayaan dibentuk

oleh budaya seseorang. Kepercayaan adalah hal yang penting karena

kepercayaan diterima sebagai sebuah kebenaran. Kepercayaan biasanya

mencerminkan tindakan dan perilaku komunikasi seseorang.273

Orang Jepang memiliki kepercayaan yang kuat bahwa tepat waktu

adalah hal yang penting. Hal tersebut bukan didasari dari agama namun oleh

doktrin yang terus diberikan kepada mereka sejak kecil.

“Bahkan untuk masalah waktu itu memang sudah di doktrin sejak kecil. Budaya menepati waktu itu memang sejak dari kecil. Tidak hanya waktu ya, menepati janji juga. Memang doktrin dari kecil ya, jadi mereka berbuat seperti itu, jujur, tepat waktu itu memang tidak karena faktor agama, saya berdosa kalau ga tepat waktu, saya berdosa kalau bohong, itu karena doktrin dari kecilnya seperti itu.”274

                                                            272 Ibid. 273 Ibid. 274 Wawancara dengan Sutiman, Responden (LPK Hiro: Kamis, 20 Januari 2011, jam 14.15‐14.30) 

Page 142: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142  

Hal tersebut juga terlihat ketika peneliti membuat janji bertemu

dengan orang Jepang. Mereka selalu datang tepat waktu. Apalagi bagi orang

yang tinggal di Solo dengan urusan pekerjaan. Namun pernah ada suatu

kejadian, ketika salah seorang responden datang telat selama satu jam. Hal

tersebut bukan karena sengaja namun karena salah mengetik sms. Tapi orang

Jepang tersebut tidak henti-hentinya minta maaf karena telah datang

terlambat.

Selain itu, mereka juga terbiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya,

jika memang tujuan datang ke Solo adalah untuk belajar, maka waktu yang

ada benar-benar dimanfaatkan untuk belajar. Seperti yang diungkapkan oleh

pengajar tari yang sering mengajar orang Jepang.

“Yang Jepang itu luar biasa. Itu yang saya amati itu dia itu bener-bener belajar, waktu itu digunakan sebaik-baiknya. Tidak terlalu santai tapi ya tidak terlalu apa ya, serius sekali tapi dia kemampuannya itu luar biasa. Itu yang menjadi murid saya itu semuanya begitu sampai kalau mengajar orang Jepang itu sepertinya tidak terlalu beban. Karena dia juga mudah untuk diberi pemasukan, menerima.”275

Berdasarkan kepercayaan tersebut, orang Jepang memiliki persepsi

bahwa ketepatan waktu di Solo bukanlah prioritas utama dan hal tersebut

sangat bertentangan dengan kebiasaan mereka. Meski begitu, mereka tetap

berusaha untuk tepat waktu karena kepercayaan yang telah didoktrinkan

sejak kecil, tidak mudah untuk dihapus begitu saja. Seperti pengakuan

sebagian besar responden.                                                             275 Wawancara dengan Theresia Sri Kurniati, Dosen Tari ISI Surakarta (ISI Surakarta: Kamis, 20 Januari 2010, jam 10.15‐10.30) 

Page 143: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143  

“Iya, di sini jamnya jam karet ya. Saya datang kuliah, tapi sampai di kelas belum ada siapa-siapa. Saya kaget. Tapi sekarang sudah biasa. Tapi saya tetap tepat waktu.”276

Dalam penelitian, peneliti menemukan ada seorang yang

menyesuaikan diri dengan keadaan ketepatan waktu yang berbeda tersebut.

Salah seorang responden mengaku rugi jika datang tepat waktu di Solo.

“Tepat waktu di sini itu rugi. Saya sudah datang, tapi masih belum ada siapa-siapa. Saya jadi belajar, kalau di Solo, janjian jam tiga berarti datangnya jam empat.”277

Selain itu, berdasarkan pengalaman selama tinggal di Solo, warga

Jepang memiliki persepsi terhadap orang-orang di lingkungan mereka

tinggal adalah rata-rata baik. Mereka merasa nyaman tinggal di Solo karena

suasana kota yang tidak ramai serta penduduk Solo yang ramah-ramah. Di

mata mereka, warga Solo adalah orang yang baik dan suka membantu orang

lain meskipun dengan orang yang belum di kenal. Hal tersebut membuat

mereka nyaman untuk tinggal dan berkomunikasi dengan penduduk pribumi.

“Kalau di sini, langsung membantu. “Ada apa? Ada kesulitan? Saya bisa bantu!”. Misalnya saya, sering dulu naik sepeda onthel, sering bocor bannya, lalu saya ditunjukkan tempat tambal ban. Jadi, ya orangnya baik. Langsung kasih tahu di sana ada tambal ban. Sekarang sudah biasa tapi kalau di Jepang agak kurang senang itu mereka, tapi kalau di sini belum kenal, langsung mau membantu.”278

                                                            276 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden (Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 277 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 278 Wawancara dengan Miki Orita, Responden (D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐18.00) 

Page 144: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144  

Sebaliknya, warga pribumi pun memiliki persepsi yang positif

terhadap orang Jepang yang tinggal di dekat mereka. Warga Jepang tersebut

dinilai memiliki sopan santun yang tinggi melebihi orang Jawa sendiri. Sikap

tersebut sangat terlihat terlebih kepada orang yang dianggap sebagai guru.

“Apalagi kalau dia ketemu dengan orang yang lebih tua kemudian ketemu dengan orang yang dia anggap sebagai guru, itu dia sangat hormat sekali. Walaupun mungkin, kalau antara murid dengan guru, walaupun dia lebih tua dari gurunya, dia tetep hormat. Iya, tetep hormat. Sampai sekarang, sampai ketika saya memberi les sama orang-orang Jepang, dia itu justru malah lebih hormat, menghargai seorang guru daripada orang Jawa yang diajar”.279

Kepercayaan adalah bagian dari suatu budaya dan seseorang tidak

akan mempertanyakannya atau bahkan meminta bukti. Kepercayaan

langsung diterima, karena seseorang tahu bahwa hal itu benar, sehingga

kepercayaan itu tetap bertahan.280

Berdasarkan pengalaman-pengalaman selama tinggal di Solo, mereka

mulai memiliki kepercayaan-kepercayaan terhadap lingkungan baru mereka

sehingga melahirkan sebuah persepsi terhadap lingkungan tersebut.

Selain kepercayaan, aspek yang kedua adalah nilai yang terbentuk

dari kepercayaan. Kepercayaan membentuk dasar nilai yang menyediakan

aturan untuk membuat keputusan dan mengatasi konflik. Pentingnya nilai

adalah bahwa nilai terdiri atas sistem yang mewakili apa yang diharapkan

atau dibandingkan, dibutuhkan, dan dilarang. Bukan hanya laporan tentang                                                             279 Wawancara dengan Hadi Boediono, responden (Gedung Karawitan ISI Surakarta, Rabu 19 Januari 2011, jam 09.15‐09.45) 280 Samovar dkk. 2010. Op. Cit. hlm. 225 

Page 145: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145  

tingkah laku yang sebenarnya, namun sistem kriteria di mana tingkah laku

dinilai dan sanksi diterapkan.281

Hal yang penting mengenai nilai adalah bahwa nilai diterjemahkan

dalam tindakan. Misalnya, orang Jepang sangat menghargai ketepatan

waktu, disiplin, dan kerja keras. Hal itu sangat tampak dari bagaimana

memanfaatkan waktu yang ada dan melakukan hal yang menjadi tujuannya

dengan sungguh-sungguh.

b. Proses Verbal (Bahasa)

Proses verbal yaitu bagaimana kita bicara satu sama lain dan berpikir.

Bahasa adalah aspek penting dalam belajar komunikasi antarbudaya.282

Hampir setiap interaksi komunikasi antarbudaya melibatkan satu atau lebih

individu yang menggunakan bahasa kedua.283

Dalam penelitian ini, peneliti menjumpai bahwa bahasa kedua yang

digunakan oleh orang Jepang untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia

karena lebih mudah dipelajari daripada bahasa Jawa. Sebelum tinggal di

Solo untuk jangka waktu tertentu, warga Jepang tersebut telah memiliki

bekal bahasa Indonesia. Begitu juga dengan orang Solo, mereka

berkomunikasi dengan warga Jepang tersebut dengan bahasa Indonesia.

Kecuali bagi mereka yang bisa berbahasa Jepang.

                                                            281 Samovar dkk. 2010. Op.Cit. 226 282 Ibid. hlm. 265 283 Ibid. hlm. 279 

Page 146: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146  

Menurut orang-orang yang sering berinteraksi dengan warga Jepang

di Solo, orang Jepang pun sangat santun ketika berbicara dengan orang lain,

apalagi dengan orang yang lebih tua. Hal tersebut membuat orang-orang

pribumi senang terhadap orang Jepang yang tinggal di dekat mereka.

“Mungkin tidak terlalu berbeda ya bagi kita orang Indonesia. Yang sangat terasa apa, apabila dia berbicara dengan orang yang, mungkin orang-orang Barat. Karena dalam bahasa Jepang, orang Jepang itu banyak menggunakan yang namanya aizuchi. Aizuchi itu seperti “oh ya?”, “oh, begitu?”, “oh, masak sih?” gitu. Jadi tanggapan-tanggapan kecil seperti itu kan sama dengan kita, bahasa Indonesia. Bagi orang Jepang artinya saya mendengarkan, gitu.”284

“Orang Jepang itu ketika diajak berbicara selalu memperhatikan. Dia ngerti atau tidak ngerti, itu dia dengarkan dulu. Bahkan, mereka ga mau nyela, tidak berani nyela pada saat kita ngobrol gitu.”285

c. Proses Nonverbal.

Aspek yang satu ini tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi dan

setiap budaya memiliki arti yang berbeda-beda terhadap aksi nonverbal.

Barnlund mengatakan:

“Banyak arti penting yang dihasilkan dalam interaksi manusia dapat diperoleh dari sentuhan, lirikan, nuansa vokal, gerakan atau ekspresi wajah dengan atau tanpa pertolongan kata-kata. Mulai dari saat bertemu dan berpisah, orang-orang saling mengamati dengan semua indra mereka, intonasi, cara berpakaian dan sikap diri, mengamati lirikan dan ketegangan wajah, juga memilih kata-kata. Setiap tanda keharmonisan dan tidak keharmonisan mengarah pada interpretasi dari suasana hati yang ada. Di luar evaluasi kinetis, vokal, dan isyarat verbal, keputusan dibuat untuk disetujui atau dibantah, untuk ditertawakan atau dipermalukan, untuk

                                                            284 Wawancara dengan Santi Staunislavia, Responden (Nakamura: Rabu, 19 Januari 2011, jam 11.00‐11.15) 285 Wawncara dengan Mulyono, Responden (Fujiyama Gakkou: Rabu, 19 januari 2011, jam 16.30‐16.45) 

Page 147: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147  

beristirahat atau ditentang, untuk memotong atau melanjutkan pembicaraan.”286

Saat diajak berbicara, biasanya orang Jepang akan diam yang berarti

dia sedang mendengarkan sungguh-sungguh apa yang hendak orang lain

sampaikan pada mereka. Selain itu, sikap tubuh ketika bertemu dengan

orang lain yang dihormati, mereka akan membungkukkan badan. Seperti

yang mereka lakukan ketikan bertemu dengan orang yang lebih senior.

“Iya. Misalnya, ketika akan mulai kelas, ketemu, dia pasti menyapa dulu. Dia duduk memberi hormat. Jadi, itu saya mengatakan cara yang tidak dimiliki oleh kita. Terus kemudian, setiap selesai les atau latihan, dia selalu mengucapkan terimakasih dan memberi hormat.”287

Dari contoh tersebut terlihat bahwa, kebudayaan orang Jepang

mempengaruhi komunikasi non-verbal mereka. Meskipun mereka sudah

lama tinggal di Solo, namun budaya tersebut tidak mudah hilang.

Meski begitu, hal tersebut tidak menghalangi akulturasi yang terjadi.

Masyarakat Jawa merasa senang dengan sikap orang Jepang tersebut.

Dengan adanya sikap tersebut, penduduk pribumi menganggap bahwa orang

Jepang sangat sopan dan menghormati mereka.

d. Konteks

Semua interaksi manusia dipengaruhi oleh keadaan budaya, sosial

dan fisik, di mana keadaan tersebut dinamakan konteks komunikasi. Budaya

                                                            286 Pernyataan Barnlund seperti yang dikutip oleh Samovar dkk (2010) dalam Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, edisi 7 (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hlm. 292 287 Wawancara dengan Hadi Boediono, responden (Gedung Karawitan ISI Surakarta, Rabu 19 Januari 2011, jam 09.15‐09.45) 

Page 148: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148  

menetapkan perilaku komunikasi yang pantas dalam konteks sosial dan fisik

yang beragam berdasarkan peraturan yang ada.288

Seseorang akan berkomunikasi dengan cara yang berbeda tergantung

pada setiap kondisi yang dihadapi. Begitu juga dengan warga Jepang yang

tinggal di Solo. Mereka tahu bagaimana harus berkomunikasi dengan orang-

orang dan keperluan yang berbeda. Dari hasil pengamatan, terlihat terdapat

perbedaan komunikasi tersebut. Misalnya Hiromi Kano, ketika berbicara

dengan orang yang lebih muda dari dirinya, ia bersikap santai tetapi ketika

bertemu dengan guru sindennya, ia sangat hormat.

Selain itu, peneliti sendiri mengalami hal yang menarik. Ketika

pertama kali bertemu dengan para responden, setiap responden sangat terasa

menjaga jarak dan belum bisa menerima peneliti sepenuhnya. Hal tersebut

terlihat dari bagaimana mereka bersikap. Mereka lebih pasif dan tidak

banyak bercanda atau tersenyum. Tetapi, pada interaksi selanjutnya peneliti

merasa lebih diterima karena mereka menunjukkan perubahan sikap

terhadap peneliti. Peneliti disambut dengan hangat, mereka pun sudah mulai

bercanda dan berbicara dengan lebih santai. Serta mulai bertanya-tanya

tentang peneliti.

                                                            288 Samovar dkk. 2010. Op. Cit. hlm. 343 

Page 149: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149  

Terdapat tiga variabel yang mempengaruhi konteks komunikasi

yaitu:

1) Keformalan dan Ketidakformalan

Budaya memiliki pandangan mengenai suatu kejadian dan manusia,

mulai dari yang sangat tidak formal hingga yang sangat formal. Manifestasi

keformalan dan ketidakformalan bisa terjadi dalam banyak bentuk.289

Jika Amerika Serikat terkenal dikenal sebagai budaya yang informal, maka

berkebalikan dengan Jepang. Formalitas juga merupakan bukti dari

bagaimana cara memanggil seseorang dalam suatu budaya. Di Jepang,

terdapat sebutan sensei, -sama, senpai, -san, -kun, dan –chan untuk

memanggil seseorang tergantung dari derajad orang tersebut.

Bangsa Jepang dicirikan seperti buah kelapa yang keras di luar.

Bangsa Jepang menggunakan formalitas sebagai cangkang untuk menjaga

jarak dengan seseorang sambil memutuskan apakah ia menginginkan suatu

hubungan dengan orang tersebut. Sekali cangkang itu ditembus,

bagaimanapun, bangsa Jepang akan menjadi sangat mengasihi, murah hati,

dan kelemahan pribadi bukanlah suatu masalah.290

                                                            289 Ibid. hlm. 347 290 Ibid. hlm. 348 

Page 150: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150  

Hal tersebut juga diakui oleh orang-orang yang sering berinteraski

dengan orang Jepang. Misalnya, sangatlah sulit mendapatkan kepercayaan

dari orang Jepang, namun begitu kepercayaan itu di dapat, orang Jepang

akan sangat mempercayai orang tersebut.

“Yang jelas, kalau orang Jepang, untuk merintis mendapatkan kepercayaan itu sulit sekali. Tapi, setelah kita mendapatkan kepercayan itu orang Jepang itu bisa merekomendasikan ke orang lain. Dalam artian orang Jepang itu mau berhubungan dengan kita itu kalau tanpa rekomendasi dari orang Jepang juga ga mau dia. Jadi, setelah kita dapat satu klien orang Jepang, dapat kolega orang Jepang, itu asal kita ga membuat kesalahan, asal kita bekerja sesuai dengan keinginan mereka, mereka itu dipakai untuk merekomendasikan ke orang lain.”291

Selain itu sikap jaga jarak itu juga terlihat dari bahasa yang

digunakan. Jika mereka menggunkan keigo (bahasa hormat), itu

menunjukkan mereka ingin menjaga jarak dengan lawan bicaranya.

Walaupun keigo juga disebut sebagai bahasa hormat, namun selain untuk

menghormati, keigo juga digunakan untuk menjaga jarak dengan orang lain.

“Jadi seperti kalau dia menggunakan Keigo atau bahasa halus itu sama seperti karma inggil punya orang Jawa, artinya dia sangat menjaga jarak. Meskipun keigo itu katanya bahasa hormat, bukan berarti dia menghormati, ya mungkin ada rasa hormat tapi sebenarnya itu dia menjaga jarak, artinya dia tidak ingin akrab gitu. Sedangkan dengan teman yang sudah akrab apalagi misalnya kita terhadap orang asing pun kalau dia sudah menggunakan bahasa biasa, bahasa teman ya kalau misalnya bahasa Jawanya bahasa ngoko artinya dia membuka diri.”292

                                                            291 Wawancara dengan Sutiman, Responden (LPK Hiro: Kamis, 20 Januari 2011, jam 14.15‐14.30) 292 Wawancara dengan Santi Staunislavia, Responden (Nakamura: Rabu, 19 Januari 2011, jam 11.00‐11.15) 

Page 151: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151  

2) Ketegasan dan Keharmonisan Interpersonal

Dimensi kedua yang mempengaruhi konteks komunikasi adalah cara

seseorang menyatakan diri kepada orang lain. Walaupun ada banyak aspek

gaya komunikasi, ketegasan dan keharmonisan interpersonal secara langsung

mempengaruhi ruang lingkup antarbudaya.293

Budaya Amerika Serikat dikenal luas, karena gaya komunikasinya

yang tegas. Sedangkan di Asia Timur dan Asia Tenggara, perjanjian yang

menguntungkan, kesetiaan, dan kewajiban timbal balik merupakan hal yang

penting untuk suatu hubungan yang harmonis.294

Mempertahankan hubungan yang harmonis dan menghindari apa

yang kelihatannya merupakan perilaku yang agresif juga merupakan

perhatian penting di antara bangsa Jepang. Begitu kuatnya perhatian akan

perasaan orang lain, sehingga orang Jepang terkenal menghindari kata

“tidak” yang mereka anggap kasar.295

Hal itu juga diakui oleh orang-orang yang sering berinteraksi dengan

warga Jepang.

                                                            293 Samovar dkk. 2010. Op. Cit. hlm 349 294 Ibid. 295 Ibid. 

Page 152: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152  

“Misalnya dia bilang “no” itu sudah sangat tegas. Tapi kalau kita tidak tahu karakter orang Jepang, kita tidak bisa paham. Jadi, “no” itu tidak secara nyata tapi secara implicit, kita sudah harus paham.”296

3) Hubungan Status (Egalitarian dan Hierarkis)

Variabel ketiga yang mempengaruhi semua konteks komunikasi

berhubungan dengan persepsi dan respons budaya terhadap status. Setiap

budaya dan organisasi memiliki protokol yang didasarkan pada budaya

untuk mengarahkan interaksi antara orang-orang yang posisinya bervariasi.

Menggunakan skala klasifikasi yang luas, suatu budaya secara umum dapat

dikelompokkan sebagai egalitarian dengan sedikit perhatian terhadap

perbedaan sosial atau hierarkis yang menenkankan pada status dan tingkatan.

Negara Jepang adalah negara yang menganut hierarkis. Di Jepang,

perbedaan status terlihat jelas melalui protokol yang mengatur aktivitas

interpersonal dan oraganisasi. Interaksi antara bawahan dan senior

dilaksanakan dalam cara yang formal dan gelar selalu digunakan. Senior

diharapkan untuk melakukan peranan patriarchal sebagai respon terhadap

rasa hormat anggota yang lebih rendah. Dalam budaya yang menggunakan

status sebagai tanda, seperti Jepang, guru diperlakukan dengan sangat

hormat, bahkan dalam situasi ketika mahasiswa tidak diharapkan menjawab

pertanyaan dosennya.297

                                                            296 Wawancara dengan Sutiman, Responden (LPK Hiro: Kamis, 20 Januari 2011, jam 14.15‐14.30) 297 Samovar dkk. 2010. Op.Cit. hlm. 353 

Page 153: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153  

Warga Jepang yang tinggal di Solo untuk tujuan belajar sangatlah

menghormati orang yang menjadi gurunya. Dan hal tersebut membuat sang

guru tersebut merasa dihormati dan menilai bahwa orang Jepang memiliki

kesopanan yang tinggi bahkan melebihi warga Jawa sendiri. Hal tersebut

sangatlah cocok dengan budaya Indonesia yang juga menganut pandangan

hierarkis.

2. Sikap saat berkomunikasi

Keberhasilan komunikasi antarbudaya dapat pula dijelaskan dari

perspektif The 5 Inevitable Laws of Effective Communication (lima hukum

komunikasi efektif). Lima hukum tersebut adalah Respect, Empathy, Audible,

Clarity, dan Humble (REACH).298

a) Respect.

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi antarbudaya

yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran

pesan yang kita sampaikan. Pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan

dianggap penting. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap

saling menghargai dan menghormati, maka dapat membangun kerjasama

yang sinergi yang akan meningkatkan kualitas hubungan antar manusia.299

Untuk memperlancar komunikasi yang dilakukan, setiap imigran

asal Jepang selalu berusaha menghormati orang yang menjadi lawan

                                                            298 Suranto AW. Op. Cit. hlm. 194 299 Ibid. hlm. 195 

Page 154: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154  

bicaranya. Hal tersebut mereka tunjukkan dalam berbagai cara misalnya

dengan menjaga sikap tubuh serta mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

“Oh itu, saya harus hati-hati itu kan sikapnya gitu kan. Kalau misalnya, kalau misalnya, sama kamu juga ya itu. Walau kamu adik, adikku, tapi aku kalau misalnya ngomong (dengan sikap angkuh) “Yo! gimana?” gitu kan ya, kata-katanya walaupun halus, tapi sikapnya begitu, itu kan orangnya seperti piye gitu kan?”300

“Memilih kata-kata supaya sopan dan untuk menghormati orang

lain. Tapi, sekarang sudah terbiasa, jadi otomatis seperti itu.”301

“Saya dengarkan baik-baik.”302

“Kalau cara saya, mendengar lebih secara focus. Tapi yang biasanya yang sedang berkomunikasi tidak mau pakai HP atau apa apa apa, berarti yang secara berkomunikasi saya kan mau focusnya yang mendengar terhadap lawan bicara secara kehormatan. Atau yang dalam satu kelompok, terus kalau lawan bicara ada di belakang, pasti saya menoleh ke arahnya”303

b) Empathy.

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada

situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu persyaratan

utama dalam memiliki empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau

mengerti lebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

Rasa empati akan meningkatkan kemampuan kita dalam menyampaikan

pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan komunikan

                                                            300 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 301 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 302 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, Responden (YMI: 30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 303 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 

Page 155: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155  

menerimanya. Oleh karena itu, memahami perilaku komunikan merupakan

keharusan. Sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita

perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan.

Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan

psikologis atau penolakan dari penerima.304

Warga Jepang yang tinggal di Surakarta pun selalu berusaha

memahami kondisi lawan bicara sehingga komunikasi dapat berjalan dengan

lancar.

“Apa ya, punya sifat untuk mengerti. Kalau, saya lihat orangnya, saya bisa bicara atau tidak. Gitu, iya. Boleh saya bicara atau tidak, gitu. Kalau, iya orangnya kira-kira mau menerima atau tidak. Ya, kedudukan kan beda-beda. Kalau orangnya tertutup, ya saya tidak akan berkata sesuatu, tapi kalau terbuka saya bicara. Jadi, melihat orangnya. Iya. “305

“Tapi kalau orangnya terbuka dan tidak kaku, saya baru mau

mengkritik. Tapi juga lihat-lihat orangnya. Kalau orang tersebut tidak bisa menerima kritik, saya juga tidak akan mengkritik. Tapi kalau terbuka, saya akan ungkapkan pendapat saya.”306

c) Audible.

Hukum ketiga ini berarti pesan yang kita sampaikan dapat

diterima oleh penerima pesan.

Yang selalu menjadi masalah bagi warga Jepang dalam

berkomunikasi adalah masih sering ditemukan orang yang menjadi lawan

bicara kurang mengerti apa yang hendak disampaikan. Hal tersebut

                                                            304 Suranto Aw. Loc. Cit. 305 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, Responden (YMI: 30 November 2010, jam 17.00‐18.00) 306 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 

Page 156: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156  

dikarenakan penguasaan bahasa Indonesia yang masih kurang oleh warga

Jepang serta keterbatasan kosa kata. Untuk menyiasati hal tersebut, mereka

biasanya mengulangi pesan yang hendak disampaikan sampai lawan bicara

mengerti apa yang mereka maksud.

“Mungkin “Tolong bicara lebih pelan-pelan”. Kalau masih bingung, saya mau jelaskan gitu, “tolong tulis”. Jadi, komunikasi aja tidak ada masalah. Jadi, teman-teman saya sering bantu. “Oh. Mungkin gini jadi harusnya gini.”307

“Ya memilih kata-kata yang tepat, dan kalau masih ada yang

kurang mengerti, diulangi lagi sampai mengerti.”308

“Kadang-kadang masih ada orang yang kurang mengerti maksud saya. Mungkin karena bahasa Indonesia saya masih kurang. Kalau begitu, saya ulangi sampai orang itu mengerti.”309

“Kadang-kadang masih ada yang tidak mengerti, soalnya ya

wajahnya kan sangat aneh. “Maksudnya apa?”. Beberapa kali sampaikan, tapi tetap tidak bisa, juga ada, atau yang menyambung juga ada. Kalau seperti itu, ya saya yang diberi waktu sebentar dulu nanti sampaikan lagi. Saya susun pikiran saya dulu, nanti coba menyampaikannya lagi.”310

d) Clarity.

Selain pesan harus dapat dimengerti, makna pesan itu sendiri

harus jelas sehingga tidak menimbulkan multi intepretasi atau berbagai

penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan

                                                            307 Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden (Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010, jam 11.00‐12.00) 308 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 309 Wawancara dengan Keisuke Isobe, Responden (Kantin KPRI UNS: Senin, 22 November 2010, jam 13.00‐14.00) 310 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 

Page 157: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157  

transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap

terbuka (tidak ada yang ditutupi atau terbuka), sehingga dapat menimbulkan

rasa percaya (trust) dari penerima pesan.311

Semua responden mengaku jika memang membutuhkan untuk

menyampaikan informasi secara lengkap, maka mereka akan memberikan

informasi secara lengkap pula. Namun, hal tersebut juga tergantung pada

tema apa yang sedang dibicarakan serta siapa yang menjadi lawan bicara.

“Ya, tergantung tema dan orangnya. Kalau memang membutuhkan informasi yang lengkap ya saya berikan secara lengkap.”312

“Ya, tergantung tema dan orangnya. Ada yang bisa semua ada

yang harus ditutupi.”313 “Ya, itu tergantung dengan siapa saya bicara dan apa yang

dibicarakan. Kalau soal kesenian, tidak ada yang saya tutupi. Tapi juga lihat-lihat orangnya. Kalau orang tersebut tidak bisa menerima kritik, saya juga tidak akan mengkritik. Tapi kalau terbuka, saya akan ungkapkan pendapat saya. Kalau hal-hal pribadi, tidak kepada semua orang, hanya kepada sahabat-sahabat saya.”314

“Kadang lengkap, kadang disembunyikan. Sebenarnya mau

menyampaikan, tapi capek. Karena bahasanya masih kurang. Jadi susah kalau mau ngomong.”315

                                                            311 Ibid. hlm. 196 312 Wawancara dengan Akira Kawakami,  responden  (Food Court SGM: Minggu 21 November 2010, jam 15.00‐16.00) 313 Wawancara dengan Keisuke Isobe, Responden (Kantin KPRI UNS: Senin, 22 November 2010, jam 13.00‐14.00) 314 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 315 Wawancara dengan Naoko Ujiie, Responden (Tempat tinggal Naoko Ujiie: rabu, 15 desember 2010, jam 16.00‐16.30) 

Page 158: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158  

e) Humble.

Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama

untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap

rendah hati yang kita miliki.316

Setiap warga Jepang tersebut juga mengaku selalu berusaha untuk

bersikap rendah hati, sehingga tidak menyinggung perasaan lawan bicara

sehingga komunikasi berjalan lancar. Hal tersebut diakui sebagai sesuatu

yang otomatis dilakukan.

“Iya, itu juga otomatis ya.”317

Selain kelima hukum di atas, peneliti menemukan beberapa sikap

yang dimiliki oleh warga Jepang yang tinggal di Solo yang mendukung

komunikasi antarbudaya. Sikap tersebut antara lain:

a) Adaptability, yaitu seberapa cepat seseorang untuk terbiasa dalam lingkungan

asing atau norma yang berbeda.318

Penduduk pribumi yang sering berinteraksi dengan warga Jepang di Solo

mengatakan bahwa warga Jepang tersebut memiliki kemampuan adaptasi

yang cepat. Mereka menilai warga Jepang tersebut sudah terbiasa dengan

lingkungan di Solo.

                                                            316 Ibid 317 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 318 Fred E. Jandt. Op. Cit. hlm. 42 

Page 159: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159  

“Kehebatan orang Jepang itu paling cepat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, adaptasinya dia cepet, makanya sampai sekarang pun meskipun dulu Jepang pernah menjajah negara kita, paling mudah untuk beradaptasi dan kita paling mudah menerima.”319

b) Acceptance, yaitu toleransi atau kemauan untuk menerima hal-hal yang

menyimpang dari hal-hal yang biasa bagi seseorang.320

Dalam penelitian ini, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana warga Jepang

yang sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan orang Jawa. Misalnya

makanan, cara menggunakan kamar mandi, menyapa orang walaupun belum

dikenal, transportasi yang berbeda, serta keadaan lalu lintas yang berbeda.

c) Cultural Awareness, yaitu pemahaman seseorang terhadap adat dan sistem

sosial dari kebudayaan tuan rumah. Memahami bagaimana orang berpikir dan

bertingkah laku sangatlah penting untung berkomunikasi secara efektif dengan

masyarakat budaya tersebut.321

d) Knowledge Discovery, yaitu kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan

baru pada waktu berkomunikasi.322

Dalam penelitian ini, hal itu terlihat dari pengetahuan-pengetahuan baru

yang mereka dapat dari komunikasi. Sehingga mereka bisa menggunakan

                                                            319 Wawncara dengan Mulyono, Responden (Fujiyama Gakkou: Rabu, 19 januari 2011, jam 16.30‐16.45) 320 Fred E. Jandt. Loc. Cit. 321 Ibid. hlm. 44 322 Yukiko Inoue. Ibid. 

Page 160: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160  

pengetahuan tersebut sebagai modal berinteraksi dengan masyarakat pribumi

dan beradaptasi.

3. Intensitas

Tingkat keseringan berkomunikasi juga mempengaruhi tingkat

keberhasilan akulturasi seseorang di daerah baru. Semakin sering mereka

berkomunikasi, semakin banyak pengetahuan mereka tentang daerah baru itu

sehingga memudahkan untuk bersikap dan beradaptasi.

Bila kita memandang akulturasi sebagai proses mengembangkan

kecakapan berkomunikasi dalam sistem sosio-budaya pribumi, perlulah

diletakkan fakta bahwa kecakapan berkomunikasi sedemikian diperoleh melalui

pengalaman-pengalaman berkomunikasi. Orang belajar berkomunikasi dengan

berkomunikasi. Melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang terus-

menerus dan beraneka ragam, seorang imigran secara bertahap memperoleh

mekanisme komunikasi yang ia butuhkan untuk menghadapi lingkungannya.

Kecakapan berkomunikasi yang telah diperoleh imigran lebih lanjut

menentukan seluruh akulturasinya.323

Dari hasil penelitian, warga Jepang yang ada di Solo bisa dibilang

sangat sering berkomuniaksi dengan lingkungan sekitarnya. Walaupun hanya

sekedar menyapa. Namun hal tersebut telah menunjukkan kesungguhan mereka

untuk menyatu dengan lingkungan baru mereka.

                                                            323 Deddy Mulyana dkk. 2003. Op. Cit. hlm. 140 

Page 161: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161  

“Ya, sering. Karena kuliah saya kan pribadi jadi dengan dosen ya sering. Sekarang kan saya ada kebiasan menjadi penghubung antara pihak Japan dengan pihak Indonesia, jadi ya harus komunikasi. Pada awalnya, saya tinggal langsung di rumah teman saya. Itu artinya, tidak ada orang asing di tempat saya. Makanya, harus diajak berbicara atau harus berkomunikasi untuk kehidupan. Jadi, makanya sebenarnya itu kan sudah ada keperluan untuk hidup.”324

“Sering sekali ya. Dengan lingkungan sekitar rumah maupun sesama

teman seniman. Kalau ada keperluan juga.”325

“Berapa kali? Ga bisa dihitung. Kalau aku disini, terus ada yang lewat, menegur gitu kan? Ya, ya, jadi seperti itu kalau aku tidak sakit. Kalau sakit, di kamar terus jadi ga da komunikasi sama orang. Tapi kalau ga sakit, sepanjang hari buka mulut. Lebih, lebih, 20 kali aja lebih. Melebihi daripada burung og, iya.”326

“Kan, di sini kan toko. Jadi, ya setiap hari.”327 Sebagai inti akulturasi interaktif adalah proses komunikasi yang

menghubungkan individu-individu imigran dengan lingkungan sosio-budaya

mereka. Pentingnya komunikasi bagi akulturasi tidak perlu diragukan lagi.328

4. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya

Spitzberg mengatakan bahwa kompetensi komunikasi antarbudaya adalah

perilaku yang pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu. Kim memberikan

definisi yang lebih detil ketika dia menuliskan bahwa kompetensi antarbudaya

merupakan kemampuan internal suatu individu untuk mengatur fitur utama dari                                                             324 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 325 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 326 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 327 Wawancara dengan Naoko Ujiie, Responden (Tempat tinggal Naoko Ujiie: rabu, 15 desember 2010, jam 16.00‐16.30) 328 Deddy Mulyana. Op. Cit  hlm. 148 

Page 162: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162  

komunikasi antarbudaya: yakni, perbedaan budaya dan ketidakbiasaan, postur

inter-group, dan pengalaman stress. Apa yang dinyatakan dua definisi itu adalah

bahwa menjadi komunikator yang kompeten berarti memiliki kemampuan untuk

berinteraksi secara efektif dan sesuai dengan anggota dari budaya yang memiliki

latar belakang linguistik-kultural.329

Banyak penelitian dalam kompetensi komunikasi antarbudaya

mengungkapkan lima komponen kompetensi yang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan pantas dalam budaya yang lain.330

Kelima komponen tersebut adalah:

a) Motivasi untuk berkomunikasi

Merupakan hal yang logis dan alami untuk mengasumsikan seseorang

termotivasi untuk berinteraksi dengan orang yang dekat dengan orang tersebut

baik secara fisik maupun emosional. Walaupun hal ini merupakan reaksi yang

normal, hal ini kadang menjauhkan seseorang dari usaha untuk memahami

pengalaman orang-orang. Pittinsky, Rosenthal, dan Montoya mengungkapkan

bahwa motivasi dalam hubungannya dengan kompetensi komunikasi antarbudaya

berarti seseorang memiliki keingian pribadi untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi.331

Seperti hal yang diungkapkan oleh salah seorang responden. Pada

mulanya, dia berkomunikasi hanya untuk sekedar berkomunikasi dengan orang                                                             329 Samovar, dkk. 2010. Op. Cit. 460 330 Ibid. 331 Ibid. hlm. 461 

Page 163: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163  

lain. Tapi lama-kelamaan, keinginan untuk berinisiatif dan meningkatkan

kemampuan komunikasi muncul.

“Kalau pada awalnya, ga begitu merasa sulit dengan bahasa Indonesia. Pada awalnya ya, kok agak gampang belajar bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris, tapi semakin lama semakin merasa sulit. Mungkin ya, itu mungkin karena sudah muncul keinginan saya ingin menyampaikan pendapatnya atau pikiran saya yang sebenarnya. Kalau dulu kan, intinya mau komunikakai kan? Makanya tidak perlu yang sesungguhnya. Kalau ini kan setelah bisa komunikasi, ada muncul keinginan untuk itu. Makanya merasa sulit. Yang lain tidak begitu ada kesulitan, kalau saya.”332

Sebagai komunikator yang penuh motivasi, seseorang menunjukkan

ketertarikannya, berusaha untuk berbicara serta mengerti, dan menawarkan

bantuan. Selanjutnya, orang tersebut menunjukkan bahwa dia ingin berhubungan

dengan orang lain dalam level personal dan memiliki perspektif internasional

ketika berinteraksi dengan orang-orang dari kebudayaan yang berbeda.333

“Jika saya sudah tertarik dengan orang ini, tetep berusaha untuk sering bertemu. Kalau sekali berbicara mungkin ga bisa paham tentang dalam berbicara. Tapi jika tidak tertarik juga tidak perlu sih. Soalnya kalau untuk komunikasi, kan memang harus anu, harus ada waktu lama.”334

Sebagai contoh lain, seorang responden menawarkan bantuannya

kepada peneliti untuk memperkenalkan kepada orang-orang Jepang lain yang

tinggal di Solo.

b) Pengetahuan yang cukup mengenai budaya

                                                            332 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 333 Samovar, dkk. Loc. Cit. 334 Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden (Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30‐16.30) 

Page 164: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164  

Komponen pengetahuan dalam kompetensi komunikasi antarbudaya

berarti bahwa seseorang menyadari dan memahami peraturan, norma, dan

harapan yang diasosiasikan dengan budaya orang-orang yang berhubungan

dengan orang tersebut.335

Dalam penelitian ini, pihak yang harus memiliki pengetahuan tersebut

adalah warga Jepang. Mereka harus memahami bagaimana kondisi sekitar baik

peraturan maupun norma. Sehingga komunikasi yang efektif dapat terjalin dan

mendukung potensi akulturasi.

c) Kemampuan komunikasi yang sesuai

Sebagai seorang komunikator yang kompeten seseorang harus mampu

mendengar, mengamati, menganalisis dan menginterpretasikan serta

mengaplikasikan perilaku khusus ini dalam cara yang memungkinkan orang

tersebut untuk mencapai tujuannya.336

Dari hasil penelitian, setiap individu warga Jepang mengindikasikan

kemampuan tersebut. Mereka pro aktif terhadap lingkungan. Ada keinginan dan

usaha untuk menjadi komunikator yang kompeten. Mereka menerapkan apa yang

telah mereka pelajari tentang lingkungannya agar bisa diterima dan menyatu

dengan lingkungannya.

                                                            335 Samovar, dkk. Loc. Cit. 336 Samovar, dkk. 2010. Op. Cit. 462 

Page 165: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165  

Hal tersebut terlihat dari keinginan untuk berinteraksi dengan orang

lain, mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh dan keinginan untuk

mencapai kehidupan yang harmonis dengan masyarakat.

d) Sensitivitas

Kompetensi komunikasi membutuhkan partisipan suatu interaksi yang

sensitive satu sama lainnya dan terhadap budaya yang ditampilkan dalam suatu

interaksi. Sensitivitas, menurut Pittinsky, Rosenthal, dan Montoya, meliputi sifat

fleksibel, sabar, empati, keingintahuan mengenai budaya yang lain, terbuka pada

perbedaan, dan merasa nyaman dengan yang lain.337

Sensitivitas tersebut juga dimiliki oleh imigran asal Jepang yang

tinggal di Solo. Hal tersebut terlihat dari bagaimana mereka berusaha memahami

lawan bicara dan lingkungan sekitar sehingga komunikasi berjalan lancar.

Mereka semua merupakan individu yang mampu menerima perbedaan yang ada

di sekitar mereka.

Spencer-Roberts dan McGovern menambahkan bahwa komunikator

yang sensitif memiliki rasa toleransi terhadap ambiguitas. Hal tersebut berarti,

saat seseorang melihat suatu kebiasaan dan perilaku yang aneh dan tidak biasa,

orang itu tidak akan bingung karena tidak mengerti apa yang sedang terjadi atau

menentang perilaku dan kebiasaan tersebut. Hal ini mengarah pada pemikiran

lain oleh Pittinsky, Rosenthal, dan Montoya yang percaya bahwa komunikator                                                             337 Samovar, dkk. 2010. Loc. Cit. 

Page 166: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166  

yang sensitif harus lebih toleran terhadap orang lain dan budaya lain serta

mengembangkan perasaan allophilia, yaitu menyukai yang lain dan perilaku

yang menginspirasi.338

e) Karakter

Seorang filsuf dan guru dari Amerika P.B. Fitzwater mengatakan

karakter merupakan keseluruhan dari pilihan seseorang. Intinya adalah

bagaimana seseorang melaksanakan pilihan tersebut ketika berinteraksi dengan

orang yang berbeda budayanya. Mungkin salah satu sifat yang paling penting

yang diasosiasiakan dengan karakter adalah apakah mereka dapat dipercaya atau

tidak. Sifat yang kadang diasosiasikan dengan orang yang terpercaya adalah

kejujuran, peghargaan, kewajaran, dan kemampuan untuk melakukan pilihan

yang tepat, dan juga kehormatan, mementingkan kepentingan orang lain,

ketulusan, dan niat baik.339

Karakter imigran Jepang lebih mudah diterima oleh masyarakat

Surakarta. Mereka dinilai memiliki unggah-ungguh seperti orang Jawa yang

membuat orang yang berhubungan dengan mereka merasa senang. Serta orang

Jepang yang datang dengan tujuan belajar sangat menghormati orang yang

menjadi gurunya dan lebih serius dalam mempelajari kesenian serta bidang yang

dipelajari lainnya.

“Tapi kalau tentang ngajeni itu ya, malah ngajeni orang di sana daripada orang di sini. Ramah-tamahnya, orang ramah-ramahnya itu di sana itu

                                                            338 Ibid. 339 Ibid. 

Page 167: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167  

malah lebih sekali. Terus kalau dia itu menganggap dia guru, kalau orang sini seumpama saya ya, mahasiswa ketemu saya, ya udah “ya bu Kur”, tapi kalau di sana pasti “Ibu, apa kabar?” ini, ini, ini. Ya itu bedanya di situ. Jadi, yang saya rasakan itu kok malah lebih menghormat daripada orang Indonesia kalau dengan pengajarnya.”340

“Lain dengan, sama-sama orang asing, misalnya Eropa, orang Jepang itu lain. Bedanya itu, sikapnya menghargai lain, cara duduknya juga lain. Kalau Jepang itu duduknya betul-betul, apa ya, kalau mungkin timpuh ya. Itu, kebanyakan kalau orang Jepang itu timpuh. Dan itu, mungkin kalau orang asing lain, begitu ketemu masuk kelas, latihan, ya udah. Kalau udah jam pulang ya udah. Jadi ga ada hormatnya.”341

“Terus dia sangat teliti sekali, lain dengan Dharmasiswa yang dari

Eropa. Yang Jepang itu luar biasa. Itu yang saya amati itu dia itu bener-bener belajar, waktu itu digunakan sebaik-baiknya. Tidak terlalu santai tapi ya tidak terlalu apa ya, serius sekali tapi dia kemampuannya itu luar biasa.”342

“Memang orang Jepang itu kalau saya bandingkan dengan orang-

orang asing yang lain yang belajar gamelan, dia lebih siap. Makanya, kepandaian orang Jepang dengan kepandaian orang-rang asing lainnya tentang gamelan, dia lebih unggul.”343

5. Faktor Pendukung Akulturasi (potensi akulturasi individu)

Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu tetapi

beraneka ragam, tergantung pada potensi akulturasi yang dimiliki sebelum

berimigrasi. Sebagian orang lebih bersedia menerima budaya pribumi daripada

sebagian orang lainnya.344

                                                            340 Wawancara dengan Theresia Sri Kurniati, Dosen Tari ISI Surakarta (ISI Surakarta: Kamis, 20 Januari 2010, jam 10.15‐10.30) 341 Wawancara dengan Hadi Boediono, responden (Gedung Karawitan ISI Surakarta, Rabu 19 Januari 2011, jam 09.15‐09.45) 342 Wawancara dengan Theresia Sri Kurniati, Dosen Tari ISI Surakarta (ISI Surakarta: Kamis, 20 Januari 2010, jam 10.15‐10.30) 343 Wawancara dengan Hadi Boediono, responden (Gedung Karawitan ISI Surakarta, Rabu 19 Januari 2011, jam 09.15‐09.45) 344 Deddy Mulyana dkk. Op. Cit. hlm. 144 

Page 168: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168  

Bagi warga Solo, imigran asal Jepang yang tinggal di wilayah Solo

dinilai sangat mudah beradaptasi. Hal tersebut terlihat dari penerimaan warga

Jepang terhadap suasana, adat, budaya, dan masakan Solo. Mereka dinilai tidak

memiliki kesulitan untu membaur dengan lingkungan sekitar. Meskipun orang

Jepang terkenal tertutup, namun di Solo mereka terlihat sangat mudah membaur.

“Yang di Solo sepengetahuan saya, mereka sudah sangat membaur ya. Karena mereka juga kemana-mana juga naik motor, makannya juga seperti anak kos, lingkunganya juga orang-orang Indonesia.”345

“Jadi mereka, kehebatan orang Jepang itu paling cepat menyesuaikan

dengan kondisi lingkungan, adaptasinya dia cepet, makanya sampai sekarang pun meskipun dulu Jepang pernah menjajah negara kita, paling mudah untuk beradaptasi dan kita paling mudah menerima.”346

“Menyatu, menyatu sekali dan dia bisa cepat bergaul, menyatu,

karena dia di sini malah sering banyak apa ya, komunikasi dan dengan keluarga. Menyatu sekali, kadang-kadang sampai makan itu satu piring dua orang.”347

Potensi akulturasi seorang imigran sebelum berimigrasi dapat

mempermudah akulturasi yang dialaminya dalam masyarakat pribumi. Potensi

akulturasi ditentukan oleh faktor-faktor berikut348:

a. Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi.

Faktor ini mungkin merupakan faktor terpenting yang menunjang

akulturasi. Misalnya, seorang imigran dari Kanada ke Amerika Serikat akan

                                                            345 Wawancara dengan Santi Staunislavia, Responden (Nakamura: Rabu, 19 Januari 2011, jam 11.00‐11.15) 346 Wawncara dengan Mulyono, Responden (Fujiyama Gakkou: Rabu, 19 januari 2011, jam 16.30‐16.45) 347 Wawancara dengan Theresia Sri Kurniati, Dosen Tari ISI Surakarta (ISI Surakarta: Kamis, 20 Januari 2010, jam 10.15‐10.30) 348 Deddy Mulyana dkk. Op. Cit. hlm. 146 

Page 169: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169  

mempunyai potensi akulturasi yang lebih besar daripada seorang imigran

Vietnam dari Asia Tenggara.

Jepang dan Indonesia sama-sama kebudayaan konteks tinggi karena

sama-sama Asia. Namun, Jepang menempati tingkat atas. Jika dibandingkan

Jepang sangatlah mirip dengan Jawa. Apalagi Jepang desa. Di Jepang juga

terdapat aturan yang muda harus menghormati yang lebih tua, terdapat ajaran

sopan santun. Warga Jepang pun mengakui kemiripan Jepang dengan Jawa. Baik

orang Jepang maupun Jawa, sama-sama tidak mampu mengungkapkan isi hati

yang sebenarnya jika tidak suka terhadap orang lain.

“Hmm, iya, agak mirip. Mungkin dengan Jepang zaman dulu mirip, banyak sawah. Orang Solo dan orang Jepang, kalau ada yang tidak disukai tidak bisa bicara secara langsung. Lalu, di Jepang maupun Jawa, sama-sama menghormati yang lebih tua. Ada sopan santun.”349

“Tapi orang sini juga mirip dengan orang Jepang ya. Kalau ga suka,

ga bisa ngomong langsung.”350

“Ada. Anu ya, Jepang juga Jawa juga anoo ramah-ramah ya. Tidak urusan dewe-dewe gitu lho. Kayaknya itu gitu Jawa ya. Walaupun mempunyai pikiran atau perasaan yang jelek terhadap seseorang tapi tidak bisa ngomong. Orang Jepang juga ga pernah bilang gitu ya. Makanya kadang-kadang ga ngerti gitu ya, tidak mengerti sebenarnya. Fisiknya agak mirip.”351

“Jepang desa dan Jawa itu kan sama ya. Menghormati orang yang

lebih tua atau senior. Di Jawa kan biasanya ada kumpulan ibu-ibu yang ngobrol atau ngrumpi. Dulu di Jepang juga ada. Namanya “Idobatakai”, jadi para wanita berkumpul dan ngobrol di dekat sumur. Lalu, orang Jawa maupun

                                                            349 Wawancara dengan Mika Masui, Responden (Kantin sastra: Rabu, 17 November 2010, jam 12.00‐12.45) 350 Wawancara dengan Mami Yamamura, Responden (Kos Mami: Jumat, 19 November 2010, jam 20.00‐21.00) 351 Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden (Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00) 

Page 170: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170  

Jepang menghormati orang yang lebih tua. Dan kalau ada rasa ga suka pada orang lain, sulit untuk mengungkapkan langsung.”352

Orang-orang yang sering berinteraksi dengan warga Jepang mengakui

bahwa Jepang dan Jawa memiliki kemiripan. Pertama adalah masalah tata krama.

Baik Jepang maupun Jawa sangat menjunjung tata krama apalagi terhadap

seseorang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya.

“Itu, misalnya dia kelihatan sekali sebagai orang timur, sama dengan kita. Jadi, unggah-ungguhnya ya kalau dalam orang Jawa, unggah-ungguh itu juga banyak. Kemudian, di dalam menghormati sesama itu juga sama dengan kita. Jadi, ketemu, ketemu dengan siapapun pasti menyapa dan apa, hormatnya itu, e, apa ya, apalagi kalau dia ketemu dengan orang yang lebih tua kemudian ketemu dengan orang yang dia anggap sebagai guru, itu dia sangat hormat sekali.”353

“Kalau sebetulnya kalau, ya tidak jauh lah. Saya kira kalau orang

Jepang dengan Indonesia itu tidak jauh saya kira karena ya itu, kadang-kadang kan saya bertemannya dekat sekali, kadang-kadang dia itu malah lebih memikirkan teman, malah begitu.”354

Selain itu, warga Jepang juga dinilai sangat pandai menyembunyikan

perasaan terhadap orang lain. Sama dengan orang Jawa. Untuk menjaga perasaan

orang lain, jika ada hal yang tidak disukai, baik orang Jepang maupun orang

Jawa tidak bisa mengatakan secara langsung kepada orang yang bersangkutan.

Mereka lebih menyimpannya di dalam hati.

                                                            352 Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden (Tempat tinggal Kaoru: 24 November 2010, jam 15.00‐16.00) 353 Wawancara dengan Hadi Boediono, responden (Gedung Karawitan ISI Surakarta, Rabu 19 Januari 2011, jam 09.15‐09.45) 354 Wawancara dengan Theresia Sri Kurniati, Dosen Tari ISI Surakarta (ISI Surakarta: Kamis, 20 Januari 2010, jam 10.15‐10.30) 

Page 171: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171  

“Orang Jepang dan orang Jawa itu mirip ya unggah-ungguhnya itu. Ya tadi, penggunaan bahasa, terus basa-basinya dan dalam hal menyimpan perasaan, tidak memperlihatkan perasaan secara langsung.”355

Kemiripan yang lain terletak pada tingkatan bahasa. Jika di budaya

Jawa ada bahasa Ngoko, Krama Alus, dan Krama Inggil, di Jepang juga ada

Keigo dan bahasa teman.

“Bahkan boleh dibilang bahasanya itu sangat mirip, untuk onomatopei itu sangat kaya. Lebih mudah menerjemahkan bahasa Jepang ke bahasa Jawa daripada ke dalam Bahasa Indonesia. Sama seperti orang Jawa ya. Jadi seperti kalau dia menggunakan Keigo atau bahasa halus itu sama seperti karma inggil punya orang Jawa.”356

“Istilahnya, dari segi bahasa pun di Jepang juga, kalau bahasa Jawa

itu ada krama inggil, krama alus, sama bahasa ngoko, di Jepang pun ada tingkatan-tingkatannya. Jadi kita cukup ada persamaannya dalam hal budaya maupun hal bahasa.”357

Dari banyaknya kemiripan tersebut, membuat warga Jepang lebih

nyaman tinggal di Solo. Begitu juga sebaliknya, warga Jawa lebih mudah

menerima dan bergaul dengan mereka.

Meski begitu, tetap saja ada perbedaan. Misalnya manajemen waktu.

Orang Jepang sangat terkenal dengan kedisiplinan dan ketepatan waktu yang

sangat tinggi. Sedangkan di Solo terlihat lebih santai.

b. Usia pada saat berimigrasi.

                                                            355 Wawancara dengan Santi Staunislavia, Responden (Nakamura: Rabu, 19 Januari 2011, jam 11.00‐11.15) 356 Wawancara dengan Santi Staunislavia, Responden (Nakamura: Rabu, 19 Januari 2011, jam 11.00‐11.15) 357 Wawancara dengan Sutiman, Responden (LPK Hiro: Kamis, 20 Januari 2011, jam 14.15‐14.30) 

Page 172: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172  

Imigran yang lebih tua umumnya mengalami lebih banyak kesulitan

dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru dan mereka lebih lambat

dalam memperoleh pola-pola budaya baru.

Warga Jepang yang tinggal di Solo, rata-rata masih berusia muda saat

pertama kali tinggal di Solo. 22 hingga 36 tahun, kecuali Akira Kawakami yang

mulai tinggal di Solo saat berumur 55 tahun.

Usia yang bisa terbilang masih muda saat mulai tinggal di Solo

membuat potensi akulturasi semakin besar. Mereka cenderung lebih mudah

manerima perbedaan di sekitar dan mudah beradaptasi.

Meskipun ada yang sudah berusia 55 tahun ketika pertama kali tiggal

di Solo, tapi didukung dengan kemiripan Jepang dan Jawa khususnya Solo serta

tingkat pendidikan yang tinggi, maka usia bukan penghalang untuk akulturasi.

c. Latar belakang pendidikan.

Pendidikan, terlepas dari konteks budayanya, ternyata memperbesar

kapasitas seseorang untuk menghadapi pengalaman baru dan mengatasi

tantangan hidup. Dalam beberapa kasus, proses pendidikan seorang imigran di

negeri asalnya meliputi kursus bahasa asing yang memberi individu suatu bekal

untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi setelah berimigrasi.

Hampir semua responden telah menyelesaikan pendidikan S1 di

Jepang sebelum mulai tinggal di Solo. Akira Kawakami telah lulus S1 jurusan

Industrial Engineering dari Tokyo University of Science, Yumiko Takenouchi

dan Kaoru Serizawa lulusan S1 jurusan Ethnomusicology dari Tokyo University

Page 173: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173  

of Art and Music, Hiromi Kano merupakan lulusan S1 dari Tokyo College of

Music, Miki Orita merupakan lulusan S1 dari International Christian University

jurusan Linguistic, Hitomi Matsuda merupakan lulusan dari jurusan Sastra

Jepang di Universitas Doushisha Joushi, Naomi Kawasaki lulusan dari

Universitas Hosei di Tokyo jurusan Sosiologi, Mami Yamamura yang

merupakan lulusan dari Universitas Hosei di Tokyo, dan Naoko Ujiie yang

merupakan lulusan dari jurusan Hubungan Internasional di Universitas Daito

Bunka.

Dari latar belakang pendidikan tersebut, peluang akulturasi menjadi

semakin besar. Karena pendidikan memberi mereka bekal untuk

mengembangkan kecakapan berkomunikasi setelah berimigrasi.

Namun, ada dua orang yang belum menyelesaikan kuliahnya di Jepang

saat tinggal di Solo. Mereka adalah Keisuke Isobe dan Mika Masui. Saat mulai

belajar di Solo, merupakan mahasiswa tingkat 7 di Jepang. Tapi dengan usia

yang masih sangat muda, yaitu 21 tahun dan 20 tahun, maka peluang

akulturasinya pun besar.

d. Beberapa karakteristik kepribadian seperti suka bersahabat dan toleransi.

Karakteristik seperti suka bersahabat, toleransi, mau mengambil

resiko, keluwesan kognitif, keterbukaan, dan sebagainya juga memudahkan

dalam lingkungan yang baru.

Warga Jepang yang tinggal di Solo baik untuk urusan belajar maupun

bekerja merupakan individu yang terbuka terhadap hal-hal yang baru, mereka

Page 174: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174  

juga merupakan individu yang senang berteman, menyukai tantangan, dan

toleran. Kesemua sifat tersebut, mempermudah mereka untuk menyerap hal-hal

baru di sekitar mereka dan mudah beradaptasi dengan kondisi sekitarnya

tersebut. Sehingga, potensi akulturasi mereka semakin besar dengan didukung

faktor-faktor sebelumnya.

e. Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi.

Pengetahuan imigran sebelum berimigrasi tentang daerah tujuan juga

mampu meningkatkan potensi akulturasi imigran. Pengetahuan tersebut bisa

didapat dari kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat

media massa.

Beberapa responden telah memiliki pengetahuan mengenai Solo

sebelum mereka mulai tinggal di Solo. Pengetahuan itu mereka dapat dari

pengalaman kunjungan sebelumnya, ataupun dari teman yang pernah berkunjung

ke Solo, ataupun dari orang Solo yang kebetulan berada di Jepang untuk belajar.

Namun, ada juga yang tidak memiliki pengetahuan apa-apa mengenai

Solo sebelum pindah ke Solo. Seperti yang dialami oleh Akira Kawakami. Dia

sama sekali tidak memiliki gambaran apapun mengenai daerah tujuannya. Tetapi

hal itu tidak menjadi masalah baginya karena begitu sampai di Solo, dia merasa

cocok dan suka suasananya.

Page 175: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175  

Page 176: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176  

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya yang

terjadi antara warga Jepang dengan penduduk pribumi sangat membantu kelancaran

akulturasi warga Jepang di Solo. Manusia belajar banyak hal lewat respon-respon

komunikasi tehadap rangsangan dari lingkungan. Begitu juga bagi akulturasi. Proses

akulturasi seseorang di lingkungan baru tidak bisa lepas kegiatan komunikasi.

Dalam proses akulturasi warga Jepang di Surakarta, komunikasi antarbudaya

yang terjadi memiliki peran yang besar. Proses komunikasi dalam hal ini komunikasi

antarbudaya menjadi dasar bagi proses akulturasi seorang imigran. Peran komunikasi

antarbudaya dalam memperlancar proses akulturasi tersebut antara lain:

1. Komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan

lingkungan fisik dan sosial seorang imigran. Dari pengalaman

berkomunikasi dengan penduduk sekitar, mereka mendapatkan pengetahuan

mengenai lingkungan sekitar sehingga hal itu menjadi bekal bagi mereka

untuk memahami hal-hal yang terjadi di lingkungan mereka. Pemahaman

terhadap lingkungan dan sosio-budaya sangat membantu mereka dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga akulturasi semakin lancar.

Page 177: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177  

2. Melalui komunikasi antarbudaya, imigran Jepang bisa menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan serta mendapatkan

keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang

mempengaruhi mereka. Dengan pengenalan serta penerimaan warga pribumi

terhadap imigran tersebut maka terbentuknya budaya C yang menjadi tujuan

interaksi antarbudaya akan semakin mudah tercapai, dengan kata lain,

akulturasi pun semakin lancar.

3. Selayaknya orang-orang pribumi, para imigran Jepang juga memperoleh pola-

pola budaya pribumi dari kegiatan komunikasi antarbudaya. Seorang imigran

akan mengatur dirinya untuk mengetahui dan diketahui dalam berhubungan

dengan orang lain melalui komunikasi. Dengan mempelajari pola-pola dan

aturan-aturan komunikasi pribumi dan dengan berpikiran terbuka, imigran

menjadi toleran akan perbedaan-perbedan dan ketidakpastian situasi-situasi

antarbudaya yang dihadapi. Mereka menjadi semakin siap dan percaya diri

dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar sehingga semakin mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berakulturasi.

4. Melalui komunikasi massa seorang imigran mengetahui lebih jauh lagi

tentang berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya pribumi. Dalam

menyiarkan pesan-pesan yang merefleksikan aspirasi-aspirasi, mitos-mitos,

kerja dan bermain, dan isu-isu spesifik serta peristiwa-pwristiwa dalam

masyarakat pribumi, media secara eksplisit membawa nilai-nilai masyarakat

(societal values), norma-norma perilaku, dan perspektif-perspektif

Page 178: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178  

tradisional untuk menafsirkan lingkungan. Para imigran Jepang tersebut akan

semakin tahu mengenai lingkungan tempat mereka tinggal dari pemberitaan-

pemberitaan melalui koran, televisi, radio maupun media online. Mereka

akan semakin paham bagaimana caranya bersikap dan beradaptasi di

lingkungan baru dengan bekal pengetahuan tersebut.

Komunikasi antarbudaya tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang

mendukungnya sehingga komunikasi antarbudaya yang efektif dapat tercapai. Faktor-

faktor tersebut antara lain:

1. Aspek-aspek yang mempengaruhi komunikasi antar budaya yang terdiri dari

persepsi, proses verbal, proses non-verbal dan konteks komunikasi.

2. Sikap seorang imigran ketika berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya

yang meliputi respect, empathy, audible, clarity, humble, adaptability,

acceptance, cultural awareness,dan knowledge discovery.

3. Intensitas komunikasi. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi

yang dilakukan oleh warga Jepang termasuk sering, sehingga komunikasi

antarbudaya yang efektif terjalin.

4. Kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki oleh tiap imigran Jepang.

Di mana kompetensi tersebut mengandung lima komponen yaitu motivasi

untuk berkomunikasi, pengetahuan yang cukup mengenai budaya,

kemampuan komunikasi yang sesuai, sensitivitas, dan karakter.

Page 179: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179  

Selain dipengaruhi oleh komunikasi antarbudaya yang terjalin, derajad

akulturasi seorang imigran juga dipengaruhi oleh potensi akulturasi yang dimiliki

oleh tiap individu seperti berikut:

1. Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi. Di mana

budaya Jepang dan Jawa memiliki kemiripan. Keduanya sama-sama

berlatar belakang kerajaan, menjunjung tinggi tata krama, adanya tingkatan

bahasa yang mirip, serta kehidupan sosial yang mirip.

2. Usia pada saat imigrasi. Rata-rata imigran Jepang berusia muda ketika

datang ke Surakarta sesuai tujuan masing-masing. Ketika pertama kali

datang, mereka rata-rata berusia 21-35 tahun.

3. Latar belakang pendidikan. Hampir semua imigran Jepang yang tinggal di

Surakarta telah menamatkan jenjang S1 mereka di Jepang ketika mulai

tinggal di Surakarta.

4. Beberapa karakteristik kepribadian seperti suka bersahabat dan toleransi.

Semua imigran Jepang yang tinggal di Surakarta merupakan pribadi yang

suka tantangan, suka berteman, suka mencoba hal-hal yang baru, serta

mampu menerima keadan sekitar yang berbeda.

5. Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi. Hampir semua

imigran yang tinggal di Surakarta telah memiliki pengetahuan tentang

daerah tujuan ketika akan tinggal dalam wamtu lama. Pengetahuan itu

mereka dapat rata-rata dari orang yang mereka kenal yang pernah pergi ke

Indonesia khususnya Surakarta.

Page 180: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180  

B. SARAN

Berdasarkan hasil peneltian, ada beberapa yang saran yang ingin diberikan

oleh peneliti yaitu:

1. Akulturasi adalah hal yang tidak terlepas dari komunikasi antarbudaya dan

potensi akulturasi tiap individu. Sebaiknya warga Jepang terus

mempertahankan bahkan meningkatkan efektifitas komunikasi serta

potensi akulturasi yang telah dimiliki. Dari kedua hal tersebut, proses

adaptasi maupun akulturasi akan semakin mudah sehingga labih nyaman

dalam hidup berdampingan dengan masyarakat pribumi.

2. Penerimaan warga pribumi terhadap imigran Jepang di Surakarta sangat

baik. Warga pribumi diharapkan mempertahankan toleransi dan

penerimaan perbedaan dari pendatang tersebut tanpa memaksakan

kebudayaan asli kepada mereka sehingga kebudayaan ketiga akan

terbentuk dan keharmonisan akan tercapai. Selain itu lebih baik jika ada

keinginan untuk memahami perbedaan yang dimiliki oleh imigran Jepang

sehingga akan membantu dalam bersikap ketika berinteraksi dengan

mereka.

3. Penelitian ini hanya mengupas peran Komunikasi Antarbudaya dalam

akulturasi warga Jepang di Surakarta secara garis besar saja karena

beberapa kendala seperti sulitnya mendapatkan akses untuk melakukan

interview dan observasi terhadap keseluruhan warga Jepang di Surakarta.

Bagi penelitian berikutnya, sebaiknya melakukan pendekatan sejak awal

Page 181: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI … · Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh ... Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181  

dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Sehingga kepercayaan

yang didapat sangat besar sehingga mempermudah akses kepada warga

Jepang. Selain itu, penelitian selanjutnya bisa memperluas area penelitian

sehingga menambah referensi tentang topik ini.