komunika khusus merah putih 2006

16

description

Editorial Maulana (14), Jakarta Hari yang bersejarah bagi bangsa Indo- nesia. Indonesia kurang bagus karena masih banyak korupsi. Yang korupsi harus ditang- kap! Sekretaris Redaksi: Richard Tampubolon Editor/Penyunting: Illa Kartila, MT Hidayat, Dimas Aditya Nugraha Adam (13), SMP 229, Jakarta Kemerdekaan itu kemenangan bangsa Indonesia dalam berperang melawan pen- jajah. Jadi sekarang kita harus belajar biar terus menang. Diterbitkan oleh: Redaktur Pelaksana: Nursodik Gunarjo 2 foto:istimewa

Transcript of komunika khusus merah putih 2006

Page 1: komunika khusus merah putih 2006
Page 2: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

2 Edisi Khusus Merah-Putih /Agustus 2006

BERANDA

Editorial

Merdeka Dari, Merdeka UntukSecara sempit, kemerdekaan sering diterjemahkan sebagai terbebasnya

bangsa dari belenggu penjajahan. Karena itu, proklamasi kemerdekaanIndonesia dimaknai sebagai berakhirnya sistem kolonialisme dan sekaligus“lahirnya” Indonesia sebagai sebuah negara bangsa (nation state) yangberdaulat.

Pengertian kemerdekaan seperti itu tidak salah, hanya kurang lengkap.Karena pada dasarnya, esensi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adadua, yakni “merdeka dari” (freedom from) dan “merdeka untuk” (freedomfor).

“Merdeka dari” dapat saja diartikan sebagai terbebasnya bangsaIndonesia dari cengkeraman penjajah. Akan tetapi, “merdeka dari” jugamencakup pengertian terbebasnya bangsa dari berbagai permasalahanmendasar yang membuat bangsa Indonesia kehilangan kemampuannyasebagai sebuah bangsa merdeka.

Sedangkan “merdeka untuk” adalah kebebasan dan kesanggupanbangsa Indonesia untuk melakukan kewajibannya dan mendapatkan apa-apa yang menjadi haknya, atas kemauan dan prakarsa sendiri, tanpa adanyapaksaan maupun tekanan dari pihak manapun.

Diakui maupun tidak, kita lebih sering memaknai kata merdeka sebagaifreedom from. Oleh karena itu, peringatan hari ulang tahun kemerdekaanRepublik Indonesia lebih dianggap sebagai seremoni untuk menyambuthari kebebasan tanggal 17 Agustus, tanggal saat Soekarno-Hatta—atasnama bangsa Indonesia—memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. HariUlang Tahun Kemerdekaan RI (HUT RI) kemudian lazim disebut sebagai“17 Agustusan” atau “tujuhbelasan” saja. Suatu pertanda bahwa yangdianggap sangat penting adalah independence day, hari tanggal 17Agustus itulah.

Secara faktual, kita memang telah mencapai apa yang disebut denganfreedom from colonialism. Kita tak lagi dijajah dalam arti tanah air kitadiduduki dan dikuasai oleh bangsa lain. Kita telah menjadi negara sejati,yang berdaulat, memiliki wilayah, penduduk dan pemerintahan sendiri.Akan tetapi sudahkah kita sepenuhnya terbebas dari berbagai perma-salahan yang membuat bangsa ini lemah, seperti masalah kemiskinan, ke-bodohan dan keterbelakangan? Belum!

Padahal kemerdekaan dari penjajahan, tanpa diimbangi dengan pem-berdayaan warganegara, nyaris tak ada gunanya. Kita telah melihat begitubanyak bangsa yang merdeka secara administratif, namun akhirnya menjadibangsa yang sangat tergantung kepada bangsa lain karena mereka belummerdeka dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Globalisasi dengan segala interdependensinya telah menciptakan

Diterbitkan oleh:

DEPARTEMENKOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA

Pengarah:Menteri

Komunikasi dan Informatika

Penanggungjawab:Kepala Badan Informasi Publik

Pemimpin Redaksi:Kepala Pusat

Pengelolaan Pendapat Umum

Wakil Pemimpin Redaksi:Sekretaris BIP

dan Para Kepala Pusat di BIP

Sekretaris Redaksi:Richard Tampubolon

Redaktur Pelaksana:Nursodik Gunarjo

Redaksi:Selamatta Sembiring, Tahsinul

Manaf, Soemarno Partodihardjo,Sri Munadi, Effendy Djal, Ridwan

Editor/Penyunting:Illa Kartila, MT Hidayat,Dimas Aditya Nugraha

Pracetak:Farida Dewi Maharani

Desain:D Ananto Hary Soedibyo

Riset dan Dokumentasi:Maykada Harjono K

Alamat Redaksi:Jl Medan Merdeka Barat No. 9

JakartaTelp/Faks. (021) 3521538,

3840841e-mail:

[email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikeldan foto yang sesuai dengan misi penerbitan.

Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpamengubah maksud dan substansi dari tulisan

tersebut.

desa

in co

ver:

ahas

. fot

o: le

o,my

th, p

i

Agus (15), SMU 78, JakartaHari Kebanggaan bangsa Indonesia

karena pada saat itu Indonesia keluardari penjajahan. Jeleknya Indonesiamasih banyak yang korupsi, kalau ba-gusnya banyak pelajar yang menangolimpiade fisika. Nanti saya mau berantaskorupsi.

Soleh (14), SMP Al Huda, JakartaKemerdekaan itu hari proklamasi Indo-

nesia. Yang proklamasiin itu Ir Soekarno.Indonesia punya tempat wisata yang ba-gus-bagus, ke depan harus dikembangkan.Jangan lupa narkoba harus diberantas. Biarjangan ketinggalan, kita juga harus belajar.

Franklin (20), IKJ, JakartaMerdeka adalah apa yang sekarang kita

alami, bebas bertindak, berbicara, bebas me-ngeluarkan pendapat. Tapi sayangnya belumsepenuhnya merdeka karena hak-hak warganegara belum dipenuhi khususnya rakyatmiskin dan kaum petani.

Nadia (19), Trisakti, JakartaKemerdekaan adalah kebebasan, dalam

artian dapat berjalan tanpa suatu tekanan/penjajahan. Bebas dari pengaruh tentunyadilakukan dengan aksi-aksi yang bertang-gungjawab. Indonesia harus dimajukan su-paya dikenal di seluruh dunia dengan caramengaplikasikan ilmu yang didapat di bidangyang dipelajari.

negara-negara centrum (pusat) dan periferi (pinggiran),di mana negara-negara yang bertindak sebagai pusatselalu mendominasi dan negara-negara yang beradadalam posisi pinggiran selalu terdominasi. Tentu saja,posisi tawar negara-negara pinggiran dalam percaturandunia selalu tidak diuntungkan.

Di abad globalisasi ini—saat batas-batas geografisdan teritorial tak lagi mampu menjadi benteng perta-hanan yang kukuh dari ekspansi kultural dan komersialbangsa lain—ketidakberdayaan suatu bangsa akan me-nempatkan bangsa tersebut menjadi bangsa marginal.Bangsa yang miskin sangat mudah dipermainkan, dieks-ploitasi dan disetir kehidupan ekonominya oleh bangsa-bangsa yang kaya. Bangsa yang bodoh senantiasa akanmenjadi objek bagi bangsa-bangsa yang memiliki pe-nguasaan iptek tinggi. Dan bangsa yang terbelakangakan menjadi bulan-bulanan bangsa yang maju peradab-annya. Tidakkah keadaan yang demikian merupakanbentuk lain dari “penjajahan,” meskipun tanpa koloni-alisme atau penguasaan wilayah?

Karena itu, momentum peringatan HUT RI ke 61ini harus diupayakan agar dapat membangkitkan kesa-daran bersama akan pentingnya kelahiran Indonesiabaru yang lebih kuat, mandiri dan memiliki posisi tawaryang tinggi dalam percaturan dunia. Dan untuk menca-pai hal tersebut, bangsa Indonesia terlebih dahulu harusmampu membuat dirinya sendiri “merdeka” dari kemis-kinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Mulai sekarang bangsa Indonesia harus merevitalisasimakna HUT kemerdekaan, dari sekadar upacara peri-ngatan dan perayaan detik-detik lepasnya negara daricengkeraman penjajah, menjadi pengejawantahan te-kad untuk meningkatkan kesejahteraan, kecerdasandan kemajuan bangsa. Dengan dukungan seluruh anakbangsa, ke depan bangsa Indonesia pasti dapat mewu-judkan kemerdekaan yang sejati: kemerdekaan me-merdekakan. Kemerdekaan yang membuat bangsa initumbuh menjadi bangsa besar dan disegani serta ter-bebas dari tekanan dan dominasi bangsa-bangsa lain dimuka bumi ini. Merdeka!*

Adam (13), SMP 229, JakartaKemerdekaan itu kemenangan bangsa

Indonesia dalam berperang melawan pen-jajah. Jadi sekarang kita harus belajar biarterus menang.

Ayu (10), SD Bhakti, JakartaKemerdekaan itu Hari Nasional tanggal

17 Agustus, harinya lomba-lomba. Kitaharus bekerja keras biar negaranya pintar.Aku suka masang-masang bendera merahputih di rumah.

Hendi (12), SMP 127, JakartaKemerdekaan adalah hari lahirnya bangsa

Indonesia dan terlepas dari jajahan bangsalain. Harus rajin belajar supaya memajukanIndonesia dan diakui bangsa lain. Selain itubelajar non akademik seperti olahraga supayabisa ikut Piala Dunia, Thomas Cup, Tiger Cup.

Maulana (14), JakartaHari yang bersejarah bagi bangsa Indo-

nesia. Indonesia kurang bagus karena masihbanyak korupsi. Yang korupsi harus ditang-kap!

Ridwan (12), SMP Al Huda, JakartaHari Kemerdekaan itu 17 Agustus. Dulu-

nya Indonesia dijajah. Biar Indonesia majukita harus main bola!!

:: Arti Merdeka Bagi Mereka ::

foto

:ist

imew

afo

to:i

stim

ewa

foto

:ist

imew

afo

to:i

stim

ewa

foto

:ist

imew

a

foto

:ist

imew

a

foto

:ist

imew

a

foto

:ist

imew

afo

to:i

stim

ewa

Page 3: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

3Edisi Khusus Merah-Putih / Agustus 2006

Masih ada kelompok masyarakat yangmenganut pandangan yang berbedadengan falsafah Negara. Mereka

berpandangan bahwa jati diri Indonesia bukannegara kesatuan dan bukan negara yangberlandaskan Pancasila. Situasi ini jelasmenjadi tugas yang mesti dikerjakanbersama. Hasil amandemen UUD 1945 yangtetap mempertahankan bentuk negarakesatuan yang berlandaskan Pancasilatampaknya masih perlu dijabarkan dalamtatanan praktis kehidupan masyarakat.

Dalam Prakongres I Kongres NasionalPembangunan Manusia, seluruh peserta se-pakat untuk kembali ke cita-cita para BapakBangsa Indonesia. “Apa yang kita sebut stra-

tegi penanggulangan, atau MDGs (MilleniumDevelopment Goals) ada di UUD 1945,termasuk pembangunan manusia yangdicanangkan PBB pada 1990 juga ada di UUD45, ” kata Ketua Panitia Sujana Royat, diJakarta, akhir Maret lalu.

Sujana yang sehari-hari menjabat DeputiKoordinator Penanggulangan Kemiskinan Ke-menterian Koordinator Kesra itu juga me-ngemukakan tidak perlunya memperten-tangkan soal nasionalisme dan globalisasi.“Justru dengan semangat nasionalisme lebiharif menyikapi globalisasi. Ini malah dijadikanagenda, dan sejumlah peserta meminta agarada gerakan untuk menguatkan kembali rasakebangsaan, nilai-nilai religi dalam kontekskekinian,” tambahnya.

“Kita kan juga merasa tidak jelas, keke-rasan marak, dan melunturnya etika bangsa.Ini kita harus kembali ke nilai-nilai yang adayang sudah dituangkan dalam UUD 1945.Kita, dari pemerintah tetap berupaya mak-simal menghormati pluralisme, toleransi, danhak-hak warga,” ujarnya.

Jati Diri BangsaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono

menegaskan bahwa konsensus–konsensusdasar kebangsaan, yaitu Pancasila dan Un-dang – Undang Dasar 1945, tetap menjadinilai jati diri dan dipertahankan bersama. “Inisaya sampaikan ke hadapan para sesepuh,para senior, dan bapak ibu sekalian untukmembangun ketetapan hati kita bahwa kon-sensus – konsensus dasar kebangsaan Panca-sila, UUD 1945 yang ruh dan jiwanya kita li-hat semua dalam pembukaan Undang-Un-dang Dasar itu, bentuk NKRI dan sasantiBhinneka Tunggal Ika, atau pluralitas, te-taplah menjadi nilai jati diri dan tetap menjadikonsensus kita untuk kita pertahankan se-cara bersama,“ kata Presiden di hadapan parasesepuh pejuang kemerdekaan Indonesia diJakarta pekan lalu.

Sementara itu di kesempatan terpisah,Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pe-nilaian yang mengatakan bahwa pelaksanaan

Pancasila pada masa lalu lebih baik dibandingdengan yang sekarang.

“Kita tidak bisa mengatakan bahwa yangdulu itu pelaksanaan Pancasila lebih baikdibandingkan yang sekarang, tidak bisa kitabuktikan seperti itu dengan hanya bahwadulu banyak kita sebut Pancasila, banyak kitabikin penataran P4,“ kata Wapres di Jakartabeberapa waktu lalu.

Namun, kata Wapres, pelaksanaan Pan-casila pada waktu lalu tidak seperti yang di-tulis dalam butir-butir Pancasila. Wapres men-contohkan, dahulu dikenal adanya demokrasiPancasila, akan tetapi yang terjadi adalahotoritarian dan monopoli. Dahulu Indonesiajuga melaksanakan ekonomi Pancasila, lan-jutnya, namun yang berkuasa saat itu adalahpara konglomerat dan anak penguasa (kro-ninya).

“Pada jaman dahulu tidak ada yang beranimengkritik orang, sehingga kelihatannya kitasaling menghormati, walaupun mangkelnyaluar biasa,“ tambah Wapres. Sebaliknya, Wa-pres menilai saat ini masyarakat mengkritikluar biasa setiap kebijakan yang dibuat pe-merintah sekarang. Kendati demikian, diakui-nya, Pancasila saat ini seolah-olah mengalamipergeseran dan pergeseran ini memang di-perlukan.

Menurut Wapres, hampir selama 30 ta-hun Pancasila seakan-akan menjadi suatuajimat (benda yang dikeramatkan) dan men-jadi suatu pegangan yang menjadi pembe-naran dari segala sesuatu (apa saja). "Bisadipergunakan dengan baik, tapi juga bisadipergunakan tidak baik. Mau memuji orangdengan Pancasila, kadang-kadang tangkaporang juga dengan Pancasila,“ ungkapnya.Wapres menegaskan, yang penting sekarangadalah bagaimana ideologi Pancasila masuk

dalam tindakan setiap orang, karena ideologimerupakan suatu pegangan hidup.

Yakin dengan 4 PerekatSusunan dan bentuk Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pan-casila adalah pilihan tepat dan final sehinggabangsa harus terus membangun negara me-nuju keadaan yang aman dan damai, adil dandemokratis serta sejahtera seperti tujuan dancita-cita bersama.

Berbagai contoh di berbagai belahan du-nia menunjukkan bahwa persatuan dan ke-satuan bangsa yang dilakukan dengan pe-nyeragaman paksa justru akan menimbulkanpersatuan dan kesatuan yang rapuh, ujung-ujungnya adalah kehancuran bangsa ter-sebut.

Menurut Gubernur Lemhannas, Muladi,pada dasarnya pembangunan nilai-nilai sosialbudaya yang kondusif terhadap kemaje-mukan memiliki dimensi yang luas dan kom-pleks. Nilai-nilai yang terkait akan bersentuhandengan usaha-usaha mempertahankan poladan sarana pengintegrasi untuk membantupemantapan atau peradaban bangsa.

Nilai-nilai sosial budaya yang bersumberdari empat perekat persatuan tersebut akansangat bermanfaat untuk mewarnai geo-politik dan geostrategi nasional, kehidupanbermartabat yang mengandung elemen-ele-men seperti demokrasi, supremasi hukumdan promosi serta perlindungan HAM, dangaya kemimpinan para pemimpin nasional.

Muladi menyatakan sangat yakin bahwapersatuan dan kesatuan nasional baik secarastruktural maupun kultural tetap bisa diper-tahankan melalui empat perekat persatuan.

"Keempat perekat untuk memperta-hankan persatuan dan kesatuan bangsa RItersebut adalah ideologi bangsa Pancasila,prinsip-prinsip UUD 1945 yang telah di-aman-demen, prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia, dan semboyan Bhinneka TunggalIka," kata Muladi pada pembukaan seminarKSA XVI di Jakarta belum lama ini.

Melalui perekat-perekat persatuan bangsa

itu, yang sekaligusm e n g a n - d u n gf u n g s i - f u n g s iprediktibiltas ekternaldalam hubungan an-tar bangsa dan seca-ra internal merupa-kan paradigma danbatas-batas pembe-naran dalam sikap,perilaku bangsa, ke-majemukan bangsatidak dilihat sebagaikendala, tetapi se-bagai kekayaan yangmenciptakan nilaitambah apabila dike-lola secara konstruk-tif, demokratis dan si-nergetik yang bersi-fat positif.

MencariIndonesia

Indonesia didiri-kan bukan atas dasarprinsip-prinsip pri-mordialisme melain-kan atas dasar pen-deritaan yang samaakibat penjajahanbangsa lain selamaratusan tahun dimasalalu. Belajar dari pe-ngalaman negara-negara di dunia, pri-mordialisme selalumenimbulkan perpe-cahan yang mengan-cam integritas dan keutuhan suatu bangsa.

Oleh karena itu, Pancasila yang secarategas mengamanatkan pentingnya persa-tuan dalam keberbedaan dan pluralisme tidakperlu lagi dipersoalkan. Yang penting seka-rang adalah melaksanakan Pancasila dalamtindakan dan kehidupan sehari-hari. Untuksatu hal ini, kerja keras seluruh anak bangsasangat dibutuhkan.

Era reformasi yangmengubah tatanan

kehidupan berbangsa danbernegara membawa satu

ekses yang cukupmendasar. Terlepas dariapakah tujuan reformasi

telah tercapai ataurefomasi malah

kehilangan arah, adapermasalahan mendasar

yang cukup mengusik:Pancasila seolah

dilupakan.

Ketika Dasar Negara Diperbincangkan

Pada waktu lalu Pancasila sudah dinya-takan sebagai sumber dari segala sumber

hukum. Indonesia pun dalam sejarahnya ada-lah sekumpulan orang dengan derajat kema-jemukan yang tinggi, namun ingin bersatumenyelesaikan berbagai persoalan bersama.Inilah keindonesiaan itu. Agar bangsa inimampu menghadapi tantangan zaman.

(f)

Gerakan kembali ke UUD 1945 mungkindalam batas-batas tertentu tidak se-

jalan dengan cita-cita para founding fathersnegara ini, Soekarno dan Muhammad Hatta."Para pendiri bangsa ini sebelumnya telahmenyadari kalau UUD 1945 ini tidak sem-purna. Dan jika ada itu (gerakan) berartibertentangan dengan founding father,"kata Valina Singka Subekti, anggota KPU.Bagi pengamat politik asal FISIP-UI inisejumlah perubahan dapat dilihat dari UUD1945 yang sudah diamandemen itu. Dian-taranya adalah adanya pembatasan terha-dap kekuasaan presiden, memperkuat ke-wenangan DPR, terjadi perlindungan ter-hadap HAM. "Ini telah membentuk chekand balances di pemerintahan kita," ujarwanita yang selalu berkerudung ini.

Melihat adanya pandangan untukkembali ke UUD 1945, Valina meminta agarpenggagas itu membaca terlebih dahuluhasil amandemen UUD 1945. Menurutnyadasar konstitusi ini selalu terbuka untukdilakukan perubahan "UUD'45 adalahkonstitusi yang bersifat modern. Jadi bisadisempurnakan sesuai dengan aturan yangada," imbuhnya.

Memang sebuah konstitusi seperti hal-nya UUD 1945 bagi bangsa Indonesia meru-pakan dasar bagi penyelenggaraan tatanankehidupan berbangsa dan bernegara. Jelasada celah dan kelemahan, yang mesti di-sempurnakan sejalan dengan perjalanan

waktu dan tantangan zaman. Namun de-mikian kembali ke UUD 1945 yang asli, jelasmerupakan pilihan yang sulit. Bukan lan-taran akan ada langkah mundur dalam pe-merintahan, melainkan juga amanat refor-masi yang membuahkan amandemen ter-hadap UUD 1945 tidak akan bisa diwujud-kan. Bagaimanapun permintaan atas aman-demen UUD 1945 hendaknya dimaknaisebagai sebuah keinginan untuk mewu-judkan tatatan berbangsa dan bernegarayang lebih baik.

Oleh karena itu, Presiden Susilo Bam-bang Yudhoyono menilai wajar keinginanpihak-pihak yang menginginkan kembalikepada UUD 45. "Asalkan, melalui proseduryang benar dan sesuai dengan kehendakrakyat," kata Presiden dalam acara pembe-kalan kursus singkat angkatan 14 LembagaKetahanan Nasional di Istana Negara, Ja-karta beberapa waktu lalu.

Menurut Presiden Yudhoyono lembagayang berwenang menetapkan UUD 45 ada-lah MPR, namun demikian ia menyatakanbahwa perubahan UUD 45 sebaiknya dila-kukan dengan moratorium untuk melihatkembali pada keberadaannya.

"Bila kemudian dirasa perlu untuk dilihatkembali, maka dapat dilakukan dengan pro-ses yang tepat. Dengan demikian, UUD 45tidak perlu di amandemen setiap tahun,"tegas presiden SBY.

(f)

"Meng-amandemen UUD 1945"fo

to :

mth

d

Page 4: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

4 Edisi Khusus Merah-Putih /Agustus 2006

Awal Komunitas ImajinerPelajaran dari Majapahit maupun Sriwijaya

menunjukkan bahwa integrasi terbentukmelalui persekutuan berbagai kerajaan untukmembangun keamanan dan kemakmuranbersama. Kedatangan bangsa-bangsa baratke Nusantara lewat perdagangan dan pena-klukan mengubah watak integrasi beragamkerajaan dan suku bangsa di Nusantara men-jadi kebersamaan melawan penjajahan danmencapai kemerdekaan.

Dalam fase ini mulailah tumbuh semangatuntuk membangun suatu komunitas yangdicita-citakan–imagined community dalamartikulasi Benedict Anderson–yaitu bangsaIndonesia. Para pemimpin dan pemuda yangberasal-muasal sangat majemuk mulai mem-bangun kesepakatan untuk membangunsatu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa:INDONESIA.

Di era dengan keterbatasan sarana trans-portasi dan komunikasi yang luar biasa, parapemimpin dan pemuda giat bertukar gagasandan membangun aksi bersama untuk mewu-judkan cita-cita komunal hingga akhirnyaseluruh ikhtiar panjang tersebut mengkristalpada Proklamasi Kemerdekaan Indonesiapada tanggal 17 Agustus 1945. Format cita-cita atau imajinasi kebangsaan yang diajukan

Membangun ImajinasiBangsa di Era Baru

Cita-cita kebangsaanIndonesia dibangun dalam

sejarah yang sangat panjang.Sejak era kerajaan, hingga eraglobal sekarang ini. Setelah

mengalami masa eforiademokrasi dengan berbagaimacam suka dan dukanya,

maka sudah saatnya bangsa iniduduk bersama merenungkandan mengambil pelajaran dariberbagai peristiwa masa lalu.Masih adakah nilai-nilai luhurbangsa yang bisa kita jadikanpegangan untuk membangun

Indonesia ke depan?

para pemimpin dan pe-muda semuanya menuju ke

arah bangsa yang merdeka.Bung Hatta pernah menya-

takan dalam sebuah brosur ditahun 1932 bahwa “Tidak ada

pergerakan kemerdekaan yang ter-lepas dari semangat kebangsaan. Apa

yang mau dimerdekakan dari geng-gaman bangsa asing kalau tidak bangsa dantanah-air sendiri? Cita-cita kepada persatuanhati dan persaudaraan segala bangsa danmanusia ada bagus dan baik, tetapi, supayatercapai maksud itu, haruslah dahulu adakemerdekaan bangsa. Hanya bangsa-bangsadan manusia yang sama derajat dan samamerdeka dapat bersaudara. Tuan dan budaksusah mendapat persaudaraan!”

Bukan Sekadar MerdekaPernyataan Bung Hatta memang seolah

mendapatkan respon dari seluruh elemenbangsa. Tercapainya kemerdekaan Indonesiamerupakan wujud nyata cita-cita untuk me-nentukan nasib bersama bangsa Indonesia.Namun setelah bangsa kita merdeka danrevolusi kemerdekaan telah dilalui, tampakkegamangan dalam proses rekonstruksi yangsinambung akan gagasan bangsa Indonesia.

Semestinya dengan hilangnya penjajahsebagai musuh bersama, perlu diiringi dengankesadaran kebangsaan yang jauh lebih tinggi.Bukan sekadar merdeka lepas dari belenggunamun menata ulang kehidupan kebangsaanmencapai tujuan semula: kemajuan bangsadi tengah pergaulan dunia.

Secara faktual, ikatan persatuan di masakemerdekaan tampak kian longgar. Apalagiadanya realitas kondisi masyarakat yangberpotensi atomistik, cenderung mendorongkemunculan isu memerdekakan diri ketikaterjadi ketimpangan regional. Selain itu jugamemudahkan terjadinya konflik horisontal de-ngan latar multidimensi, munculnya arogansikedaerahan atau kesukuan, dan sebagainya.Padahal para founding fathers telah me-nyatakan tekadnya untuk menjadikan bangsaIndonesia sebagai suatu komunitas yangdapat memajukan bangsa-bangsa di duniamelalui kesetaraan dalam hubungan antar-bangsa.

Menggugah Rasa KebangsaanMemang tidak ada bangsa besar yang

dapat bertahan kecuali ia mampu mengatasikonflik eksternal maupun internal denganbaik. Demikian dengan bangsa Indonesia. Uji-an persatuan kebangsaan mulai berhasil di-lewati, dan saat ini adalah momennya ujianrekonstruksi dan kemajuan kebangsaan.

Kemajuan teknologi informasi dan ko-munikasi serta transportasi yang amat dah-syat saat ini perlu menjadi sendi utama untukmendorong semangat kebangsaan kontem-porer ini. Selain melalui pendidikan formalmaupun non-formal, diseminasi informasi me-

ngenai kebangsaan Indonesia kontemporerdan aktualisasinya perlu dilakukan secaraefektif. Soekarno-Hatta dahulu tidak pernahmembayangkan akan ada sekitar 250 suratkabar harian, 250 majalah, ratusan juta situsweb, dan pak pos elektronik (electronic mail)seperti di Indonesia saat ini yang dapat men-diseminasikan informasi dalam waktu sekejapdan masif ke seluruh penjuru negeri.

Belajar dari pengalaman Jepang dalammembangun masyarakatnya, dibutuhkan seniuntuk menerima pengaruh asing serta me-nyaringnya untuk diadopsi dengan budayalokal. Keahlian seperti ini sangat diperlukanuntuk tetap mempertahankan jati diri sebuahbangsa. Jepang sendiri memiliki pengalamandan kemampuan yang unik dalam melakukanhal ini, sebab akulturasi budaya asing kedalamkebudayaan Jepang dilakukan tanpa meng-hilangkan budaya Jepang (Daniel Sosnoski,1996). Gregory Clark menggambarkan keuni-kan didapat dari kemampuan dalam menye-rap budaya Cina dan kemudian budaya Barattanpa diperbudak atau didominasi olehbudaya-budaya tersebut (Jane Withey,1994).

Era Baru KebangsaanHanya bangsa besar yang dapat meng-

galang kemajuan bangsa dan mendorongkemajuan masyarakat dunia. Cita-cita atauimajinasi seperti inilah seharusnya menjadiperhatian seluruh komponen bangsasaat ini. Sebab dengan cita-citadan imajinasi fondasi kebang-saan kita di era kontemporerakan makin kuat. Tanpasebuah imajinasi bersama,tidak akan adaimagined com-munity yangb e r n a m abangsa Indo-nesia. Yangada ting-gallah artifakbudaya da-lam bentukbahasa danartefak te-ritorial danorganisasidalam ben-tuk ne-gara.

B u n gHatta telahmencatat krisisyang akan dialami pe-muda yang intensif bersen-tuhan dengan budaya global:“Semuanya ini haruslah menjadi per-timbangan kepada pemuda Indonesia yangmendapat didikan Barat. Sebab itu “pemudadalam krisis” berarti pemuda terpaksamengambil keputusan: maukah kembalipulang ke masyarakat sendiri? Dan disini tidakada entweder oder! Tidak ada ini atau itu.”(Daulat Rakyat, no 77, tanggal 30-10-1933).

Tentu tantangan yang muncul sekarangdalam mendiseminasikan kesadaran ke-bangsaan kepada seluruh elemen masya-rakat. Proses ini paling tidak bisa dilakukandalam dua strategi.

Pertama, menyusun format kebangsaankontemporer yang mengena, visioner daninspiratif, namun dapat diaktualisasikanbersama. Kedua, meningkatkan keefektifanpesan komunikasi dalam jalur komunikasi mul-timedia yang ada. Tentunya strategi keduaini menuntut pengoptimalan ratusan mediadan jaringan internet information super-

highway agar bisa membuat anak bangsa ini,khususnya pemuda, tertarik kepada sebuahgagasan kebangsaan di tengah lautan infor-masi global. Dua strategi ini, mungkin sangatsulit dilakukan di tengah kompetisi konteninformasi lain yang luar biasa banyaknya,namun bukan hal yang muskil untuk dila-kukan.

Perlu Sense of CrisisGenerasi pemimpin pascaproklamator, di

atas kelebihan dan kekurangan mereka, me-mang telah berbuat. Membangun bangsadan negara pada semua aspeknya. Sebagaibangsa dan negara, sudah selayaknya untuksenantiasa berusaha beradaptasi dengankemajuan zaman. Seperti banyak negara lain,Indonesia pernah mencatat dan mengenyamkemajuan pembangunan. Tapi, sejarah Indo-nesia juga pernah diwarnai pahitnya ke-munduran. Beragam bencana seperti gempa,tsunami, longsor, gunung meletus, hinggawabah flu burung telah terjadi. Namun setiappermasalahan yang ada telah menjadikanbangsa Indonesia berpegangan tangan me-neguhkan kembali tekad untuk saling mem-bantu dan memajukan sesama.

Satu hal yang patut direnungkan ber-sama. Saat ini yang sangat dibutuhkan untukmemajukan bangsa ini adalah sense of crisis.Tidak hanya di bidang konvensional sepertiekonomi, politik, budaya, dan hukum tapijuga bidang informasi dan komunikasi.

Berkaca dari pengalaman bencana das-syat yang mendera bangsa Indonesia sejaktsunami di Aceh: persatuan dan solidaritasitu masih ada. Bencana, selain memunculkankeprihatinan juga mencuatkan aliran per-saudaraan dari segenap penjuru Nusantara.

Dirgahayu Republik Indonesia ke 61.Semoga dapat menjadi bangsa yang maju diera yang baru. (sri w)

Bukan sekadar merdekalepas dari belenggu

namun menata ulangkehidupan kebangsaan

mencapai tujuan semula:kemajuan bangsa di

tengah pergaulan dunia.

foto

:leo

foto

:rep

ro

Page 5: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

5Edisi Khusus Merah-Putih / Agustus 2006

Saat ini sebenarnya Indonesia sudahmengalami kemajuan yang berarti dalam caraberpikir. Kita semakin dewasa dengan keter-bukaan dan kebebasan berpendapat. Walaudemokrasi masih berjalan seadanya. Masih adakesenjangan yang cukup jauh antara pendi-dikan politik masyarakat dengan demokrasi.

Pilkada memang sudah dilakukan secaralangsung, namun belum ada imbas terhadappeningkatan kesejahteraan rakyat. Bahkan kinibiaya penyelenggaraan pemerintahan jauhlebih tinggi dibandingkan kontribusi peme-rintah pada rakyat.

Pasca krisis moneter ini, kondisi kita masihbelum benar-benar pulih, belum sesuai de-ngan harapan banyak orang. Tingkat kemis-kinan masih tinggi, pendidikan pun belum bisadinikmati masyarakat secara layak.

Dari sisi ekonomi, kita masih belum mampumengubah struktur ekonomi. Kita belummerdeka dari sisi ekonomi. Masih banyakcampur tangan negara-negara donor terha-dap perekonomian Indonesia.

Dengan momen ini kita kembali ke se-mangat 45, kembali ke jiwa gotong royong.Karena itu satu-satunya cara membangunekonomi. Jika kita tidak bersatu, ekonomi kitaakan sulit dibangun karena masing-masingpunya kepentingan pribadi.

Pertama yang harus dilakukan adalah

meningkatkan jiwa nasionalisme dan ke-banggaan pada bangsa ini. Karena tanpa na-sionalisme, generasi muda akan lepas darikebersamaan dan gotong-royong, merekaakan semakin individualistis.

Kemudian ada upaya serius dari peme-rintah untuk meningkatkan sektor pendidik-an, membangun diskusi-diskusi publik yangdulu pernah ada. Lihat bagaimana dulu ke-lompok-kelompok masyarakat seperti PKK dankelompecapir berkiprah membangun pendi-dikan di tingkat masyarakat kecil. Ini prosespendidikan awal.

Melalui diskusi tersebut, pemerintah hen-daknya mulai menggulirkan bahaya globalisasibila masyarakat Indonesia tidak survive. KalauAnda terlalu banyak pakai barang impor, padaakhirnya Anda tidak punya pekerjaan. Danpada akhirnya tidak akan punya daya belihingga berdampak pada diri sendiri.

Perlu ada penanaman nilai-nilai seperti itusehingga orang takut dan mulai menggunakanproduk dalam negeri. Mereka harus dibuatberpikir, jika terjadi sesuatu dengan eksporimpor Indonesia maka akan mempengaruhikehidupan mereka.

Saat ini masyarakat Indonesia cenderunghedonis. Akibatnya, tingkat konsumsi akansemakin tinggi dan tingkat produktivitasmenjadi rendah.

Kita butuh waktu lama untuk pemulihanekonomi. Menghilangkan ketergantungankepada asing. Ketika pinjaman kita sudahmembengkak, maka campur tangan asingsemakin kuat. Solusinya harus berani me-nyikapi dengan membuat skala prioritas, manasektor yang boleh dimasuki asing. Proteksinyabukan lagi untuk monopoli melainkan proteksiuntuk rakyat. Proteksi yang harus dilakukanpada sektor pertanian, perikanan, kehutanandan semisalnya.*

AvilianiKomisaris Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Tidak bisa jalansendiri-sendiri

Saya pikir kondisi Indonesia saat inisemakin membaik dan akan terus membaik.Mulai ada demokratisasi, keterbukaan, ke-bebasan berbicara dan mengutarakanpendapat. Yang dulu tertutup menjaditransparan. Yang jelek bisa dikritik danyang salah bisa dihukum. Walau memangterkadang kebablasan, b isa sampaimenyerang pribadi seseorang.

Hal ini merupakan sebuah langkahawal yang baik, terlebih ketika pemerintahsudah mulai membuka diri dan tidakantipati terhadap kritik. Mulai terbuka da-lam membuat keputusan, masyarakatdiminta untuk memberi masukan. Sehing-ga saya optimis keputusan yang dihasilkanmerupakan hasil yang terbaik bagi bangsaini.

Lihat saja bagaimana proses tendermulai dibuka seluas-luasnya, termasuktender broadband wireless. Kemudian adaupaya pengaturan teknologi. Belum lamaini pemerintah melakukan registrasi nomorhandphone, itu untuk mengurangi tindakkejahatan. Belum lagi pencatatan trans-aksi via internet.

Kami sangat mendukung pemerintahyang mau menerima masukan, walau adabeberapa kritik yang terkadang tidak di-gubris.

Kalau di ICT (Information and Com-munication Technology) itu sumbernya diregulasi, seperti pengaturan digital videobroadcast, frekuensi broadband wirelessdan interkoneksi. Jika keadaan pemerin-tah dan masyarakat seperti ini, saya per-caya akan dihasilkan keputusan-keputusandi bidang teknologi yang lebih banyak danmemihak masyarakat.

Untuk penggunaan internet, saya op-timis tak lama lagi dapat dinikmati olehseluruh masyarakat Indonesia. Men-kominfo Sofyan A Djalil walau bukan orangICT, tapi dia tahu secara general dan pu-nya komitmen kuat pada regulasinya. Be-rupaya membuat biaya interkoneksi lebihmurah dan terjangkau untuk seluruh ma-syarakat luas, walau saat ini masih harusmengakomodasi dua kepentingan publik.

Dengan murahnya interkoneksi diharapdapat mengakomodasi perkembanganyang pesat dari generasi muda dalam bi-dang ICT. Perlu pula ada pembinaan yangpositif bagi mereka.

Mastel bersama Depkominfo juga se-ring melakukan berbagai kegiatan semisalseminar dan pelatihan ICT bagi para pe-muda. Bahkan kami juga mencanangkanadanya ICT award bagi insan berprestasibangsa.*

Ir Sumitro ReostamDewan Pengurus Harian Masyarakat Telekomu-nikasi (Mastel)

Pemerintah mulaimembuka diri...

Indonesia saat ini adalah kelanjutanperjuangan para pendahulu kita. Hasil dariakumulasi pengalaman, mencoba dan gagal,nasib baik dan buruk. Indonesia saat ini adalahcermin dari upaya anak mantan negeri jajahanuntuk memperbaiki nasib.

Saat ini memang kita tengah mengalamititik down dari masa-masa sebelumnya. Ketikazaman Soekarno, Indonesia dianggap kampiunbagi pembebasan negara terjajah yang di-pelopori oleh Konferensi Asia Afrika. Kemudianpada masa Soeharto kita berhasil mencapaiswasembada beras. Sekalipun dicap peme-rintahan otoriter atau militeristik, tapi Indo-nesia mencapai stabilitas yang luar biasa dandisegani di kawasan ASEAN dan negara ber-kembang.

Ada yang mengatakan semua itu semu,tapi saat ini banyak yang merindukan suasanatertib dan damai di masa Soeharto dan kege-milangan citra di forum internasional sepertizaman Soekarno.

Apa maknanya? Zaman memang ber-kembang. Dan kita harus bersyukur bahwabangsa ini telah diberi kesempatan mengalamiberbagai macam ujian. Masih ada semangatpada bangsa ini untuk bertahan, memper-satukan diri membangun NKRI.

Dan saya lihat semangat itu tidak luntur,bahkan di era reformasi yang telah membuatorang lebih memikirkan urusan diri sendiri.Lebih individualistis, mengedepankan arogansisektoral.

Insya Allah, jika kita lulus menghadapi ujiankarena gelombang perubahan akibat reformasipolitik dan bencana alam, maka kita akanmatang. Kita akan dibajakan semangat kitakarena penderitaan. Ujian seharusnya menjadimomentum bagi kebangkitan bangsa. Sebuahpelajaran bahwa untuk menjadi sukses orangperlu serius, kerja keras dan kerja cerdas.

Selain itu perlu adanya perubahan metodepengajaran nasionalisme kepada generasimuda. Kita tidak bisa mengajarkan hanyasebatas teori belaka, melainkan dalam tataranpraktek. Akan lebih membekas daripadadiceramahi.

Hal itu guna menjaga nilai-nilai yang adapada bangsa ini. Saya pikir generasi mudatengah mengalami culture shock. Basisnyakurang kuat sementara terpaan informasimelalui media massa dan internet sangat luarbiasa. Untuk itu media hendaknya lebih ba-nyak menjaga tayangannya, jangan men-jadikan duit dan rating sebagai "nabi". Tam-pilkanlah keteladanan yang tidak hanya se-batas teori, melainkan tokoh pelopornya.

Saya sebagai wartawan yang sudah ber-gelut puluhan tahun di dunia media massamerasa malu, belum banyak media massayang sadar dan terpanggil untuk merekam,menampilkan, menyiarkan contoh-contoh ke-teladanan dari siapapun, terutama darifounding mothers dan fathers.

Kakek-kakek kita lebih sulit daripada kitasekarang, tapi mereka bisa bangkit dan maju.Ada semangat yang bisa kita ambil dari me-reka. Mereka punya disiplin dan jati diri sebagaiseorang bangsa.

Kiatnya adalah jangan terlena, tapi bangkitdan serius. Tugas pemimpin, pemerintah, dantugas siapapun yang telah tercerahkan untukmembimbing yang lain sesuai dengan bidangkeahlian masing-masing.*

Banyak belajar darifounding fathers dan

founding mothers

Parni HadiDirektur Utama Lembaga Penyiaran PublikRadio Republik Indonesia (RRI)Perjalanan hidup Indonesia

terus berlanjut. Banyakkata dan upaya anak bangsa

yang masih harusdiwujudkan. Ada harapan

dan keinginan untukmembuat Indonesia lebih

maju. Kini, apa kata merekatentang Indonesia?

Saat ini kita memang tengah menga-lami banyak masalah, mulai dari konflikkesukuan, keamanan dan lain sebagainya.Saya akui, mengatur Indonesia yang luasdan terdiri dari berbagai macam sukubangsa memang sulit. Perlu adanya ker-jasama antara berbagai pihak terkait.

Masyarakat harus mau diatur olehpemerintah atau pembuat kebijakan ka-rena pada dasarnya mereka tengah me-ngakomodir salah satu kepentingan ele-men bangsa. Kalau tidak mau diatur, men-ding kita pecah-pecah saja, atur diri ma-sing-masing.

Kemudian pemerintah pun harus beranimembuat skala prioritas dalam membuatkebijakan. Memang ada konsekuensinya,harus ada salah satu sektor yang dikor-bankan untuk lebih mendukung sektorunggulan. Saat ini menurut saya yang pa-ling depan adalah sektor pendidikan.

Saya pikir tidak perlu takut mengambilresiko, semua bisa dilakukan dengan baikjika pemerintah punya political will yangtersosialisasikan dengan jelas merata sam-pai ke berbagai daerah. Jika tidak beranimelakukan langkah berani, maka kita akanterus seperti ini.

Kemudian juga perlu ada kepercayaanmasyarakat kepada pemerintah karena kitagampang sekali disulut emosinya. Dibakaremosi untuk protes ini dan itu, fanatismekelompok, suku. Akhirnya justru menam-bah masalah saja.

Ada sebuah pendapat umum bahwakalau mau mengukur kepekaan konduktorkita harus melihat kualitas orkestranya.Dan sebaliknya, kalau dengar orkestranya,kita lihat konduktornya peka atau tidak.Begitu konduktornya peka, teliti, perfek-sionis dan membela kepentingan semua,maka tidak usah dengar orkestranya lagi,sudah pasti bagus.

Jadi kembali ke pemerintah. Sayasangat berharap banyak pada pemerintah.Perlu adanya gerakan moral guna mening-katkan mentalitas bangsa yang positif,mulai dari atas sampai bawah. Mulai peri-laku sekelas korupsi sampai buang sampahsembarangan. Semua terkait dalam me-nunjang citra Indonesia.*

Addie MSKonduktor

Perlu gerakan moral

foto

:did

it/aa

m

foto

:did

it/aa

m

foto

: aa

m

foto

:did

it/aa

m

foto

:did

it/aa

m

Page 6: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

6 Edisi Khusus Merah-Putih /Agustus 2006

Kata Mereka Tentang Indonesia

Coba anda perhatikan, beberapa waktuini semakin banyak kendaraan yang dihiasibendera merah putih. Tak peduli, motor bu-tut tahun 70-an, sampai sedan mercy keluar-an baru, beragam bentuk bendera merah-putih melekat di kendaraan. Si empunya se-akan tidak mau ketinggalan untuk menun-jukkan bahwa dirinya merasa bangga sebagaibagian dari republik ini dan memiliki hak untukmerayakan HUT Republik Indonesia

Saya merasa tersentuh melihatnya. Se-mua itu seperti menunjukkan, bahwa siapa-pun mereka, dari golongan apapun, masihmemiliki kecintaan dan harapan atas RepublikIndonesia ini. Rasanya nasionalisme itu masihada.

Menurut saya, seharusnya momen 17Agustus ini menjadi titik kebangkitan na-sional. Rakyat harus digiring untuk memahamibahwa tanah air mereka, merah-putih yangdibanggakan, sedang sakit! Para pimpinan

bangsa juga harus duduk bersama,meninggalkan jubah kepentingan, danmembicarakan masalah masa depan Bang-sa Indonesia!

Caranya bisa bermacam-macam, mulaidari mengintegrasikan seluruh kegiatan ko-munikasi lembaga negara, hingga kam-panye nasional "Bangga Sebagai BangsaIndonesia". Bahkan kalau perlu, dihidupkankembali rencana pembangunan jangkapanjang atau jangka pendek. Pastinya,semuanya harus direncanakan secaramatang dan strategis.

Masalah bangsa memang bukan ma-salah sederhana, namun tidak akan adaperubahan kalau tidak ada permulaan. Tu-gas untuk mengawali inilah yang diembanoleh pemerintah yang sudah diberikanmandat oleh rakyat. Semoga secercahharapan itu tidak pernah meredup.*

61 tahun sudah negeri iniberdiri. Sebuah perjalan-an panjang anak negeriyang penuh lika-liku per-juangan. Beruntai tawadan air mata yang silih-berganti. Walau begitukita harus terus menatapmaju. Hari ini adalah se-buah tonggak menuju ha-rapan, membangun pera-daban Indonesia yang ba-ru. Mari, anak bangsa. Ma-sih ada potensi di bumipertiwi ini.

Dulu sebenarnya saya benci pada negaraini dan ada keinginan untuk tinggal di luarnegeri. Namun, perlahan pudar setelah mem-baca beberapa buku sejarah, semisal Soe-karno, Pramoedya, Hatta, dan lainnya. Daritulisan-tulisannya jelas tergambar bahwamereka sangat mencintai bangsa ini.

Hal itulah yang membuat saya malu dantersadar, mengapa saya tidak bisa cinta ter-hadap tanah air ini. Dan benar, bagaimana bi-sa mencintai negeri ini tanpa tahu perjalananyang telah dilaluinya. Seperti mencintai sese-orang atau sesuatu yang perlu tahu sejarah-nya agar tak salah tanggap atau salah arti.

Saya mulai banyak membaca dan berbicaradengan orang-orang yang tahu tentang Indo-nesia. Semua membuat saya belajar, dalammencintai seseorang kita mesti bisa menerimakekurangan apalagi kelebihannya.

Kekurangan-kekurangan negara ini bukan

berarti menjadi alasan untuk langsungmemutuskan benci dan putus asa dengan-nya. Tidak bisa langsung seperti itu. Cintaharus tulus seperti mencintai seorang keka-sih. Siapa yang tidak mau kekasihnya menjadilebih baik dari sebelumnya. Kita mesti bantuagar negeri ini untuk jadi lebih baik.

Jadi, belajarlah dari sejarah dan janganputus asa dengan negeri ini. Karena Indo-nesia adalah negara besar yang penuh de-ngan orang pintar. Perlu waktu bertahun-tahun untuk maju seperti negara lain. Inibaru 61 tahun. Bandingkan dengan USA,mereka maju tapi setelah ratusan tahun.Indonesia baru 61 tahun dan sudah menjadinegara berkembang dan bukannya negaraterbelakang. Sabar, suatu hari nanti, pastibisa!*

Yulika Satria D (27)

Sampai detik ini, gue masih percaya sa-ma potensi orang-orang Indonesia. Merekapintar dan gue percaya suatu saat nanti,negara ini bisa jadi negara adikuasa sepertiAmerika. Satu contoh adalah carding danhackers, Indonesia masih menjadi negarayang ditakuti oleh negara-negara lain dalamhal ini. Memang ini adalah hal negatif, na-mun sebuah tanda bahwa anak muda In-donesia punya potensi dan tentu saja pin-tar mencari celah. Sesulit apapun sebuahteknologi, kita pasti bisa menguasainya.Hanya saja karena kita tidak pernah diberi

Lioni Beatrix (26)Wartawan

kesempatan!Selain itu, tidak adanya rasa percaya diri

pada anak bangsa. Kita tumbuh dengan bu-daya selalu meninggikan manusia lain. Kitatumbuh dengan anggapan bule itu lebih pin-tar. Kita lebih bangga dengan nama negaraluar.

Itu masalahnya, tidak hormat dengan ne-gara ini. Rasa bangga, rasa hormat, rasa cintasemuanya omong kosong. Kampanye-kam-panye yang tidak ada hasilnya.

Orang indonesia itu pintar. Ingat Bugis!Ingat Jawa! Siapa yang bisa menundukkanKhu Bilai Khan? Orang Jawa!!!! satu keku-rangan kita, yaitu berusaha menyenangkan

orang-orang dengan cara apapun bahkanmencium kaki bangsa lain.

Walau begitu, yang pasti gue masih per-caya sama orang Indonesia. Palingan orang-orang harus sadar kalau Indonesia itu punyapotensi yang sama dengan negara lain, pen-didikan terutama. Mereka harus diajarkankalau dahulu bangsa kita adalah bangsa yangbesar dan jenius. Masalahnya ini yang susah,menumbuhkan kesadaran dan gue gak tahucaranya.

Gue sendiri, dengan belajar sejarah saja,langsung cinta banget pada bangsa ini. LihatSoekarno, Gajah Mada, Hatta, Pramoedya,banyak pemikir yang pintar.*

Tito Edi Wibowo (24)Analis Komunikasi PT Madah ParanparaRancang

Setiap 17 Agustus bangsa Indonesiamemperingati hari Kemerdekaan sebagaiupaya memaknai sejarah masa lalu. Akantetapi, pemaknaan terhadap masa lalumemiliki dua segi yang paradoks.

Pertama, sebagai masa lalu, sejarahbisa bermakna sebuah pijakan awal. Se-jarah berfungsi sebagai guru dan darinyamanusia belajar memahami kebijaksanaan.Kedua, sejarah bisa menjadi pembe-lenggu kemajuan manusia dengan roman-tisme kejayaan masa lalu sehingga manu-sia tidak beranjak darinya.

Untuk itu, bangsa Indonesia harusdengan bijak memaknai arti kemerde-

kaan. Kemerdekaan Indonesia bukanlahpuncak perjuangan yang bernilai romantis-me, tetapi harus dinilai sebagai awal dariperjuangan bangsa Indonesia dalam pu-saran sejarah dunia. Kita tentu tak maubernasib seperti Yugoslavia, Uni Soviet danCekoslovakia yang sekarang tinggal men-jadi puing sejarah karena gagal memaknaientitas persatuan bangsa.

Bangsa ini tidak ditentukan dari warnakulit, bahasa dan agama yang sama. Tetapiseperti kata seorang Indonesianis AS, BenAnderson, bangsa adalah sebuah komunitasimajiner, dan di dalamnya diperlukan kesa-tuan persepsi yang sama mengenai visi, danmisi bangsa, serta bukan didasarkan per-samaan primordial yang rapuh.

Bangsa Indonesia saat ini menghadapitantangan yang tidak mudah baik dari

internal maupun eksternal. Dari faktorinternal sepert i teror isme, kondis iperekonomian yang masih stagnan,korupsi dan musibah bencana alam yangterus mendera. Kondisi internal inimengharuskan bangsa Indonesia tahanbanting dan mampu bangun dari setiapmasalah.

Sedangkan faktor eksternal sepertifaktor geopolitik internasional denganterciptanya berbagai blok perdagangan,kerjasama regional, implementasi per-dagangan bebas dan perang menghadapiterorisme membuat Indonesia mengha-dapi pilihan: apakah harus menjadi bidakdalam percaturan dunia internasionalatau menempati posisi strategis yangmenentukan. *

Arti kemerdekaan bagi saya adalah semuaorang di Indonesia bebas mengekspresikandan mengamalkan pikiran dan pengeta-huannya bagi kemajuan pembangunan. Un-tuk itu, kita memerlukan pikiran dan pe-ngetahuan yang cukup untuk diekspresikan.Dengan kata lain, pendidikan kita harus maju.

Perlu solusi kreatif dan inovatif untuk me-merdekakan Indonesia dari situasi pendidikanyang memprihatinkan. Tidak saja dari pe-merintah, tetapi dari semua pihak; peme-rintah, swasta dan individu.

Jika setiap orang mau menginvestasikanuang dan pikirannya untuk pendidikan, pastiIndonesia akan bergerak maju lebih cepat.Tidak usah muluk-muluk, cukup denganmenyisihkan Rp 30.000 sebulan untukmembiayai uang sekolah satu anak usia SDatau membantu sebuah yayasan tuna netramenerjemahkan buku-buku sekolah ke dalamtulisan Braille. Atau bagi sektor swasta,mungkin menyisihkan sekian persen profitnyauntuk pendidikan guru.

Sekali lagi, setiap rupiah dan setiap detikyang kita sisihkan untuk pendidikan diIndonesia, bukanlah sekedar amal, tetapisebuah investasi jangka panjang untukkemerdekaan dan pembangunan negeri ini.

Citra Indah Lestari (24)Media Relations Sampoerna Foundation

Potensi IndonesiaMasih Ada!

Bayu Indarta (24)Mahasiswa

foto

:istim

ewa

foto

:istim

ewa

foto

:istim

ewa

foto

:istim

ewa

ilust

rasi

: de

wi

Page 7: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

7Edisi Khusus Merah-Putih / Agustus 2006

Keheningan di ruang tunggu A-3 bandara Sukarno Hatta,Jakarta, pagi itu mendadakterusik, ketika lagu kebangsaanIndonesia Raya berkumandang

dari sebuah telepon genggam milik seorangpria paruh baya.

Sekelompok atlet yang tampaknya barusaja mengikuti lomba di ibukota dan mau pu-lang ke Pekanbaru, sejenak terpana, lalu me-reka tertawa dan kemudian salah satu dian-taranya berbisik pada temannya, “Lah, ringtone-nya lagu Indonesia Raya.”

Bisa jadi si pemuda terheran-heran, ka-rena ring tone lazimnya lebih sering diisi de-ngan lagu-lagu metal dari negeri seberang,pop, dangdut bahkan marhaban dan jarangsekali mendendangkan mars perjuangan apa-lagi lagu kebangsaan.

Tetapi pria bertubuh tegap tadi, agaknyacukup cinta pada lagu Indonesia Raya meskibelakangan ini lagu kebangsaan tersebut ha-nya terdengar pada pembukaan siaran stasiuntelevisi swasta, upacara bendera dan peng-hormatan bagi atlet yang menjadi juara digelanggang internasional.

Adakah ini pertanda bahwa rasa kebang-saan atau nasionalisme mulai luntur dari dadabangsa Indonesia terutama generasi muda-nya, seperti yang dikhawatirkan oleh tokoh-tokoh tua?

"Wajar jika kecemasan seperti itu ada dikalangan kaum tua," kata M Husni, mahasiswasemester delapan Institut Pertanian Bogor,"karena memang banyak kawula muda yanglupa akan budaya nasional dan begitu terlenaoleh budaya asing, sehingga lupa dengankepribadian sendiri."

Fenomena seperti ini menurut pengamatsosial dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,Dr Gandung Ismanto menunjukkan betapakuatnya arus informasi global yang cen-derung hanya terpusat pada tren gaya hidup

dan mengesampingkan nilai-nilai fundamental.Tetapi, katanya, arus informasi global ti-

dak mungkin dibendung secara total, karenaitu penanaman rasa percaya diri sebagai bang-sa yang beridentitas ketimuran tetap perludilakukan agar hidup tidak terombang-am-bing.

Pakar politik lulusan Universitas Cornell,Daniel Dhakidae, juga berpendapat bahwarasa nasionalisme di kalangan bangsa Indo-nesia menurun dibanding satu dasawarsa laludan justru saat ini timbul gejala etnonasio-nalisme.

Faktor utama yang berpengaruh padaetnonasionalisme adalah keintiman dan ke-mudahan berkomunikasi. Dari komunikasi an-tar personal ini kemudian terbentuk komu-nitas etnis yang memiliki pandangan sama,sedarah dan senasib serta dari satu garis ke-turunan, katanya.

Sementara Dra Yusmainar, seorang peja-bat di Kantor Infokom dan Wasbang Prop.Riau di Pekanbaru mengeluh, “saya heranpenduduk kota ini disuruh pasang benderaMerah Putih saja, susahnya bukan main.”

Pasang bendera yang berkaitan denganPeringatan Hari Proklamasi menurut dia,hanya diminta setahun sekali. “Ini kan ulangtahun kemerdekaan bangsa kita. Ulangtahun anak saja, hebohnya bukan main, ke-napa memperingati hari jadi negara sendirimalah malas-malasan.”

Masih adaYang menyedihkan lagi, menurut Yus-

mainar, adalah jawaban sebagian pendudukketika dalam kesempatan sebuah sosialisasiperaturan ditanya apakah mereka akan mela-kukan pembelaan atau berjuang seandainyanegara ini dicaplok oleh negara lain yang lebihkuat dan berkuasa.

“Ya, lari saja,” katanya mengutip jawabankelompok penduduk kaya, sementara seba-

Benarkah RasaKebangsaan Mulai Pudar?

gian kaum tak berada juga memilih ber-sembunyi. "Tapi, tentu tidak semua warga-negara bersikap demikian," ujarnya.

Husni, misalnya, memberikan jawabanberbeda. “Saya akan berjuang membela In-donesia, agar tidak jatuh ke tangan pengua-sa asing. Bukankah bela negara merupakankewajiban setiap warga negara.”

Meski disinyalir rasa nasionalisme mulaimemudar, tetapi sinyalemen itu tidak sepe-nuhnya benar. Latief, seorang mahasiswayang sedang belajar di Norwich mengaku da-rahnya terasa berdesir kencang manakaladia bersama teman-temannya menyanyikanlagu “Halo-Halo Bandung”.

Dia bersama sembilan temannya dan se-jumlah pelajar Indonesia yang sedang me-nimba ilmu di beberapa kota di Inggris terusbernyanyi, mengibarkan bendera merah pu-tih dengan kebanggaan dan rasa nasionalismeyang luar biasa saat memberikan semangatkepada para pebulutangkis Indonesia yangtengah berlaga di National Indoor Arena(NIA) di Birmingham.

Ketika Luluk dan Alven tunduk pada pe-main Denmark, begitu juga gandacampuran Nova Widiyanto dan Lili-yana Natsir kalah dari lawannya,“bendera merah putih kami lipatsambil ke luar dari NIA dengan te-riakan tercekat di tenggorokan.”

“Tetapi,” kata Latief, “kami ti-dak menyesal karena setidaknyabisa sedikit membangkitkan rasanasionalisme tanpa harus meng-angkat senjata.”

Menurut Husni untuk me-ngembalikan rasa nasionalisme dikalangan bangsa terutama kaummuda, seluruh warga harus me-nyadari bahwa meski secara politikIndonesia sudah merdeka, tetapisecara ekonomi belum.

Bagaimana pendapat anda tentangpendapat yang mengatakan bahwagenerasi muda bangsa telah kehi-langan rasa nasionalismenya?

Menurut saya, sejauh ini sebagian besarmasih punya rasa nasionalisme dan merekatahu persis bahwa negara ini didirikan de-ngan susah payah.

Buktinya ?Saya mengajar estetika Barat dan este-

tika Timur. Saya sebutkan estetika Baratseperti ini dan Timur seperti ini. Saya kata-kan Indonesia termasuk estetika Timur dansalah satunya adalah karya Soekarno. Di sela-sela mengajar saya sering ngetes mereka,ini karya siapa, bagaimana orang ini berkaryauntuk Indonesia. Dan mereka bisa jawab.

Padahal itu di Jakarta, daerah yang sangatdisorot telah kehilangan nasionalisme.

Apakah sebatas teori yang merekatahu?

Mereka terapkan dalam desain. Saya mintamereka aplikasikan dalam karya mereka. Jikamereka sebagai desainer, dipilih untuk mem-presentasikan Indonesia dalam desain, apayang mereka tampilkan. Ternyata merekamampu meng-eksplore dan meng-exposeetnik-etnik Indonesia yang beragam itu. Ha-silnya pun cukup membanggakan.

Saya pikir nasionalisme itu terwakili dari ha-silnya. Itu kan expose diri, tidak mungkin ter-cipta kalau tidak ter-install masuk ke dalam.Hasil kontemplasi yang keluar. Tidak mungkinada orang yang pura-pura cinta Indonesia ka-lau dia tidak cinta. Itu terekspresi dengan jujur.

Mereka mampu mengambil ikon-ikon In-donesia untuk kebanggaan dirinya dan me-wakili negaranya. Dia masih ingat bahwa In-donesia adalah tempatnya.

Lantas mengapa ada anggapan sepertiitu?

Cara menanyakannya itu seperti apa. Ka-rena konsep nasionalisme itu terlalu luas se-hingga mereka tidak mampu menjawabnya.Ini nasionalisme mana yang dimaksud.

Saya pikir harus spesifik dalam masalah apa.Desain, arsitektur, atau apa. Kalau spesifik, ti-dak hanya teori yang mereka bisa jawab, hasiljuga bisa mereka buktikan.

Kemudian hal lain adalah media. Media itukan kalau menayangkan sesuatu yang bersifatkeriaan akan di blow-up. Yang ditampilkananak muda dan dunia hedonis yang mahaldan rentan terhadap hal negatif. Tapi siapayang bisa masuk, hanya sebagian kecil saja.Imajinasi memang akhirnya berkembang kesana. Mereka tidak melihat yang lainnya.

Apakah masih ada kepedulian merekaterhadap Indonesia?

Lihat saja mahasiswa Indonesia yang diluar negeri. Mereka selalu mengambil topik-topik tentang Indonesia, mencari tahu apayang terjadi di Indonesia. Masih ada kepe-dulian mereka.

Bagaimana menumbuhkan semangatnasionalisme?

Metode penyampaiannya harus simpatikdan menarik. Dibutuhkan vokal-vokal yangpunya basis simpatik dan bisa komperehensifdan menyelami. Ngomong sama anak mudaharus ada entertainmentnya, sama orang tuaharus santun. Kalau semua ini dilakukan, akanberbeda hasil akhirnya. Bahkan jika akumulatif,

perubahan akan cepat terjadi.

Kebanyakan anak muda tengahdisorot nasionalismenya. Tidak punyapanutan?

Mereka punya panutan pada bidang-bidang spesifik yang mereka senangi. Mu-dah-mudahan figur itu layak untuk ditela-dani. Agar bisa memberi alternatif, kita ton-jolkan figur-figur bagus tersebut denganekspose dengan media. Bukukan biografianak muda yang sukses.

Menurut Anda, bagaimana figur anakmuda ideal?

Punya etiket sopan santun. Smart, beri-badah, perilaku sosial yang konstruktif.Hanya dengan itu bisa memutus mata rantaimasa lalu yang memprihatinkan itu.

Bagaimana pandangan Anda tentangIndonesia saat ini?

Indonesia saat ini sedang prihatin. Tapibukan berarti tidak bisa lewat. Kalau masihada yang berani menyuarakan nasionalisme,menggali budaya-budaya kita. Tandanyamasih ada kepedulian dan sifat positif itubisa tertular. Apalagi jika menyampaikannyadengan simpatik dan menarik. ***

(dan)

Dr Yuke AdhiatiSejarahwan dan Desainer

“Karena itu kita harus berjuang bersama-sama untuk merebut kemerdekaan di bidangekonomi yang bisa membawa bangsa ke-pada kemakmuran, sehingga tingkat ke-hidupan rakyat lebih sejahtera," ujarnya.

Selain itu, katanya, generasi muda harusdirangsang dengan kegiatan-kegiatan yangmenciptakan keunggulan-keunggulan misal-nya diperbanyak lomba ilmiah yang disampingakan dapat mengasah daya fikir juga menum-buhkan rasa bangga sebagai orang Indonesia.

Apakah keinginan generasi muda dari Ma-jelis Mujahidin Indonesia (MMI) untuk menjaditenaga-tenaga sukarelawan yang dikirim kedaerah konflik Lebanon, merupakan salahsatu pertanda bahwa rasa nasionalisme dikalangan pemuda masih cukup kental?

Analoginya adalah, membela bangsa dannegara orang lain yang sedang berada dalamkonflik bersenjata saja mereka mau, apalagijika diminta untuk membela negara dan bang-sa sendiri.

Tentunya kita percaya, sangat percaya,bahwa rasa nasionalisme itu masih ada.

(illa)

Menakar NasionalismeKaum Muda

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

foto

: m

yth

foto

: di

dit

Page 8: komunika khusus merah putih 2006

8 Edisi Khusus Merah-Pu

"Marilah kita tetaptegar, percaya diri,

dan bekerja lebihkeras lagi untuk

mencapai cita-citakita. Saatnya telah

tiba, untuk kita lebihbersatu, bangkit danmelangkah maju. Didepan kita, tersediabanyak kesempatan

dan peluang, yangharus kita jemput dan

dapatkan..."

(Cuplikan Pidato KenegaraanPresiden Susilo Bambang Yudhoyono,

16 Agustus 2006)

Foto: Leo, Fik, Edw

Page 9: komunika khusus merah putih 2006

9rah-Putih /Agustus 2006

Page 10: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

10 Edisi Khusus Merah-Putih /Agustus 2006

Rapa-i Daboih di Hari Kemerdekaan

Gema Shalawat Badar berkumandangseolah menggiring perhatiankerumunan manusia yang berkumpul

di Blang Padang Banda Aceh. Kemudianperingatan detik-detik proklamasi punberlangsung dengan khidmat dan sederhana.

Peringatan HUT Ke-61 RI kali inimerupakan peringatan kedua pascapenandatanganan MoU Helsinki. Di beberapawilayah di Aceh dan Sabang, upacaraperingatan berlangsung dengan damai tanpainsiden berarti. Suasana Kota Banda Acehmenyongsong HUT Ke-61 RI tampak begitusemarak. Sejumlah ruas jalan telah dihiasidengan bendera Merah Putih, begitu jugatempat pergelaran upacara 17-an yangberlangsung di Lapangan Blang Padang.

Usai upacara peringatan, beberapa sudutgampong tampak berlangsung meriah. DiKabupaten Bireuen, seperti dipantauKomunikA sebagian besar warga tak lagimerasa was-was terhadap kemungkinanmunculnya berbagai insiden seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan hingga malamhari di sejumlah kecamatan dalam KabupatenBireuen, masyarakat masih larut denganberbagai agenda memeriahkan HUT RI.

Kibar Sang Saka di Bumi AcehSelain menggelar upacara, peringatan tujuhbelasan di Aceh juga dilaksanakan berbagaiperlombaan, mulai dari panjat pinang sampaimenabuh rapa-i (rebana).

Aneka LombaMasyarakat Kota Sabang setelah upacara

peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun iniberkumpul di Taman Ria. Mereka menyaksikanberbagai lomba seperti menangkap anakayam, balap karung hingga panjat pinangyang digelar oleh kelompok pemudasetempat. "Lomba ini kita khususkan bagianak-anak kecil, agar perayaan ini lebihmeriah," ujar Khusnul, ketua panitia lomba.

Dan anak-anak pun sangat antusiasmengikuti lomba disaksikan para orang tuayang juga ada turut meramaikan taman disebelah Tugu Sabang Merauke itu.

Desa Meunasah Manyang KecamatanIngin Jaya, Aceh Besar juga tak ketinggalanmerayakan HUT RI ke-61. Selain panjatpinang, juga digelar lomba makan kerupuk,membawa kelereng dengan sendok,memasukkan tiang bendera ke dalam botoldan pertandingan voli.

Masyarakat desa setempat sangatantusias mengikuti lomba, terlebih saat lombapanjat pinang. Suara teriakan dan tepukanwarga membuat peserta lomba bersemangatuntuk mengambil hadiahnya. Marzuki Abdi,ketua pemuda Desa Meunasah Manyangyang juga ketua panitia mengatakan,kegiatan lomba yang ada berhadiah totalsenilai Rp3 juta, yang berasal dari sumbanganwarga dan pengusaha di desa itu.

Sementara itu di kawasan sepanjangbantaran Krueng Daroy dipenuhi warga yangmenyaksikan lomba tinju bantal. Lomba inimensyaratkan pesertanya memukul lawandiatas sebatang pohon pinang yang dipasangdi tengah-tengah sungai itu. Peserta

dinyatakan kalah apabila terjatuh ke sungai.

Laju-laju JaloGerak jalan dan gelar seni juga

memyemarakkan peringatan HUT RI tahunini di Meulaboh. Seperti, tahun lalu,peringatan kali ini juga dimeriahkan denganpawai obor. Sementara itu di Aceh Jaya,daerah yang mengalami kerusakan cukupparah akibat tsunami akhir 2004 lalu jugameriah dengan pawai becak keliling KotaCalang sehari sebelum peringatan detik-detikproklamasi.

Ada yang khas di Meureuda dan MeurahDua, Pidie, yakni lomba perahu yangdilaksanakan setelah upacara peringatanproklamasi. masyarakat setempatmenyebutnya sebagai Laju-laju Jalo."Sekalipun tahun ini hanya diikuti 6 perahudari 9 perahu yang direncanakan namuntetap meriah," ujar Zakaria, panitia lomba ini.Memang kemeriahan ini juga ditambahdengan hadirnya puluhan pasang mata yangmenyaksikan peserta beradu cepatmengayuh perahu sepanjang 150 metersungai. "Kalah atau menang itu belakangan.Yang penting itu ikut memeriahkan," cetusSyakban, salah seorang peserta lomba.

Berlangsung LancarSementara itu di Lhokseumawe,

Komandan Korem 011/Lilawangsa Kolonel InfMohd Erwin Syafitri jauh hari sebelumnya telahmengimbau semua pihak untuk memberikankeleluasaan kepada semua lapisan rakyatuntuk memperingati HUT ke-61 RI tahun2006. Menurutnya, peringatan HUT RI kaliini adalah yang kedua kalinya setelahpenandatanganan MoU Helsinki. Danrem yakintahun ini lebih semarak disambut wargadibandingkan dengan tahun lalu. Dan ini taklepas dari terajutnya perdamaian. Danrem

menginginkan apa yang telah terjadi sebelumMoU tidak lagi terjadi di masa sekarang, masalalu tinggal berlalu dan masa sekarang fokusutama adalah pembangunan. "Berikan semuakesempatan kepada warga desa merayakanHUT-RI yang sudah di ambang pintu sepuashatinya. Kedamaian seperti ini cukup lamadidambakan masyarakat Aceh, lebih lagi bagipetani yang sempat tak dapat ke ladangmelakukan aktivitas pertanian. Akibat darikonflik panjang itu roda-roda perekonomianmacet dan membuat masyarakat daerahmakin menderita, namun denganterwujudnya kedamaian, kini perekonomiansemakin pulih," pinta Erwin Syafitri. (fik)

Merah Putih yang berkibar dihampir seluruh pelosok Nanggroe

Aceh Darussalam seolah memupusbatas pemisah antar penduduk.

Tak peduli dari suku apa atau dariwilayah mana, kini tak ada bataspemisah antar setiap warga yang

ada di Aceh. Merah putihmenyatukan setiap elemen

masyarakat menjadi satu bangsaIndonesia. Damai telah

menemukan bentuk nyata di Aceh.

foto

: m

thd

foto

: m

thd

D i tengah lingkaran manusia itu, berdirisosok gempal yang mengangkattangan tinggi-tinggi, sejurus kemudian ter-

dengarlah teriakan melengking yang diikuti dengansuara tabuhan rapai secara serentak, yang dilanjutkandengan zikee (salam selamat datang). Perlahan sanglelaki gempal tadi bergerak memperagakan jurus silatsederhana. Tak lama ia mengeluarkan rencong daribalik bajunya dan mulai membacok tangannya.

Ajaib tidak keluar darah, tubuh lelaki tadi seolahkebal senjata. Pada saat saat pukulan rapai dimulaicepat, lelaki berusia baya tersebut mulai beraksi mem-pertontonkan keberaniannya dengan menggunakansenjata tajam. Tak jarang sebagian penonton mena-han nafas menyaksikan sang laki-laki tersebut mengirislidah atau mengasah ketajaman rencong di tu-buhnya.

Rapa-i Daboih atau biasa dikenal dengan debus,sebuah pertunjukan bercanda dengan maut ini digelarwarga Lam Glumpang, Kecamatan Ulee Kareng BandaAceh malam menjelang peringatan 17 Agustus tahunini. Bukan sebagai ekspresi kekerasan atau unjukkekuatan, penampilan Rapa-i Daboih, titik utamanyaadalah pada asah kemahiran spritual.

Menurut Tgk Rusli Abdullah Kali (Syeh) grup Rapa-i Tambon Kemala Kecamatan Dewantara, di jamandulu kesenian Rapa-i yang bernuansa Islami merupa-kan sarana dakwah dalam mengembangkan agamaIslam. "Rapa-i juga sebagai piasan rakyat (hiburanrakyat) yang biasanya digelar setelah panen padi disawah usai," tegas Rusli.

Sambil menabuh rapa-i para penabuh menga-lunkan syair yang bernafaskan Islam menyampaikanrasa syukur atas karunia Allah terhadap keberhasilanpanen padi yang diperoleh. Sementara jaman terusbergulir, piasan rapa-i selain digelar sebagai saranadakwah, piasan rakyat.

Karena itu dalam pertunjukan malam sekitar pukul9 itu, banyak warga sekitar bahkan para relawan

kemanusiaan yang bertugas di Aceh menyempatkandiri melihat pertunjukan ketangkasan yang cukupmenegangkan dan mendebarkan ini.

Ungkapan Syukur"Biasanya Rapa-i Daboih digelar ketika ada hajatan.

Kali ini juga digelar untuk menyambut peringatan 17-an besok," ujar Samsul (27 th), warga Lam Gleum-pang. Gelar Rapa-i Daboih saat ini memang dilakukanjuga pada hari-hari besar nasional seperti peringatanHUT Kemerdekaan RI. "Syairnya juga disesuaikandengan acara, mengisahkan kembali sejarah perjuanganpahlawan pejuang agar semangat pahlawan pejuangdi masa silam, seperti pahlawan nasional Teuku Umar,Cut Nyak Dhien, Cut Meutia dan lain-lain dapat diwarisioleh para generasi penerusnya," jelas Rusli Abdullah.

Peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia ke-61tahun ini di Aceh memang sangat istimewa bagisebagian besar rakyat Aceh lantaran dilaksanakan dalamsuasana damai. Tak berlebihan jika gelar Rapa-i Daboihjuga mengiringi malam jelang 17 Agustus 206 lalu.Pasalnya, untuk pertama kalinya rakyat Aceh benar-benar terbebas dari rasa takut sejak tercapainyakesepakatan antara pihak RI dan GAM di Helsinski,tahun lalu.

Setelah setahun berjalan, kekhawatiran banyakkalangan akan masa depan perdamaian di Aceh pupussudah. Malik Mahmud, salah satu mantan petinggi GAMyang lama bermukim di Eropa menyatakan bahwaperdamaian di Aceh sudah merata. "Di berbagai pelosokAceh tak ada lagi ketakutan. Jadi ada harapan untukmembangun Aceh ke depan," cetus Malik dalam acaraperingatan setahun Perdamaian Aceh di Pantai UleeLheuee. Malik juga mengakui secara terbuka bahwaterciptanya perdamaian di Aceh hanya bisa dicapaidengan kesungguhan dan kerja keras pemerintahIndonesia.

(f)

Page 11: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

11Edisi Khusus Merah-Putih / Agustus 2006

Wajah-wajah khusuk itumelafalkan ayat-ayat suci

dengan khidmat. Timbresuara yang tinggi rendah

tak teratur, tak membuatlantunan ayat suci itu

kehilangan kesakralannya.Justru dalam warna suara

yang tak sama, bulu kudukmeremang, merinding,

hingga lafal terakhirperlahan menghilang dari

indera pendengaran.

Suasana di atas bukan gambaranpengajian akbar ataupun istighot-sah yang menghadirkan kyai ter-nama, namun gambaran malam

renungan menyambut peringatan HUTKemerdekaan RI ke 61 di desa Panjangjiwo,Kec Pundong, Bantul, Rabu malam (16/8).

"Jangan menyerah dan tenggelam dalamduka. Kita harus bangkit. Apa yang kita ala-mi, bencana ini, adalah ujian dari Yang MahaKuasa. Karena itu, mari kita jadikan HUT RIke 61 ini sebagai momentum untuk mem-bangun kembali Bantul tercinta ini," kataPurwanto, tokoh masyarakat Panjangjiwoyang menyampaikan sambutan.

Semua yang hadir malam itu larut dalamsuasana kedukaan yang mendalam. Bebe-rapa orang tampak menyeka air mata de-ngan ujung lengan kemeja. Mereka adalahwarga yang kehilangan anggota keluargasaat gempa melanda wilayah Bantul dansekitarnya, akhir Mei 2006 lalu.

Kendati tajuk renungan malam itu adalahmemperingati HUT RI, namun--tak bisa di-pungkiri--pembicaraan tentang keprihatinanwarga pasca terjadinya gempalah yang men-dominasi suasana. Tak heran pekik "mer-deka" yang diteriakkan berkali-kali oleh Ke-pala Dusun Panjangjiwo kurang mendapat-kan sambutan gegap-gempita dari hadirin.

"Bukan tak cinta RI, tapi kami sedang

Pekik Merdeka di Tengah Keprihatinanprihatin, sehingga pekik merdekanya kuranggreget. Ya maklum saja, ini adalah peringat-an HUT RI yang paling surem (suram--Red)bagi warga Bantul," kata Sugito, warga Pan-jangjiwo, yang ditemui KomunikA setelahacara renungan. Pada bencana gempa lalu,ia kehilangan anak perempuannya.

Seperti kebanyakan warga Bantul lain-nya, Gito mengharapkan agar peringatanHUT RI kali ini dilaksanakan secara sederhanasaja. "Tidak perlu ada pesta-pestaan karenakita sedang prihatin, cukup tahlilan atau ber-doa saja untuk mengenang para pahlawandan mereka yang wafat saat musibah gempakemarin," ujar bapak tiga anak ini.

Kondisi prihatin ini jauh hari sebelumnyamemang telah diprediksi bakal terjadi olehKepala Balai Pengkajian dan PengembanganInformasi (BPPI) Yogyakarta, S Arifianto SE."Kita semua harus memaklumi jika peringat-an HUT RI di Bantul tahun ini agak kurangsemarak, karena kondisi saudara-saudara kitadi Bantul sedang dalam kesulitan yang amatsangat. Jangankan menggelar acara yangmeriah untuk memperingati HUT RI, untukmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sajamereka kesulitan," ungkapnya.

Suasana prihatin jualah yang membuatsuasana di Kabupaten Bantul--terutama didaerah episentrum gempa--tampak adem-ayem saja. Tidak tampak umbul-umbul war-na-warni menghiasi tepi-tepi jalan secaramencolok. Tak ada warga mengecat gapuraatau pagar dengan warna cerah sepertiAgustus tahun lalu. Pun tidak semua wargamemasang bendera merah putih di halamanrumah. "Bendera saya hilang saat gempa,Mas. Mau beli lagi belum sempat," kilah MYunus, penjual es yang membuka warungdi depan SMP N 3 Jetis, Bantul.

Namun ada juga satu-dua warga yangtinggal di tenda-tenda pengungsian mema-sang bendera merah putih, kendati dengantiang alakadarnya. "Tujuhbelasan ya haruspasang bendera. Itu kan untuk menghor-mati Republik Indonesia," kata Mbah Har-toprawiro, warga dusun Klegen, Panjang-rejo, Pundong, Bantul, yang baru saja me-masang bendera merah putih kecil dengantiang dari kayu bekas reng rumahnya.

“Ayo terus! Naik terus! Ambil benderanya! Ambil hadiahnya!” teriak Fauzan,si pembawa acara, melalui mikrofon. Ratusan warga yang tumplek-blek dilapangan Ketangga, Kelurahan Wonokromo, Kec Plered Kab Bantul, tertawatergelak-gelak melihat Bagong, Sukarto, Repot, Jamin dan Wadan--pemanjat pinang--satu-persatu melorot dari tiang licin berlabur oli itudengan sekujur tubuh cemang-cemong hitam-legam penuh jelaga.

Hari itu, tepat 17 Agustus 2006, untuk sejenak warga Kelurahan Wonokromomelupakan duka yang membalut mereka pasca gempa bumi dahsyat tigabulan lalu. Mereka larut dalam kegembiraan lomba panjat pinang yang sudah

menjadi "tradisi" dan selalu diselenggarakan untuk menyambut HUT RI itu."Kami bersyukur semangat kemerdekaan itu masih ada. Kendati kami sendiri masih

dalam kesulitan, namun kami tak ingin melupakan detik-detik yang sangat bersejarahbagi bangsa dan negeri ini," tutur Eko Budi Jatmiko, Ketua Panitia Lomba PanjatPinang HUT Kemerdekaan RI ke 61, Kelurahan Wonokromo.

Menurut Eko, lomba panjat pinang selain untuk memeriahkan HUT RI juga untukmenghibur warga yang pada saat-saat pasca gempa seperti ini sangat butuh hiburan."Kami tidak ingin warga terus-menerus terlarut dalam kesedihan, karena itu kamiberinisiatif menggelar acara yang murah-meriah. Alternatif yang paling tepat ya panjatpinang ini. Syukur, banyak warga yang mendukung dan berpartisipasi," ujarnya.

Hadiah yang diperebutkan memang tak banyak, seluruhnya hanya bernilai Rp500 ribu. Tapi yang patut diacungi jempol, semuanya merupakan hasil urunan (iuran--Red) warga setempat. Dana tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk hadiah,mulai baju batik, kaos, sepatu, bahan pangan, hingga barang elektronik. "Bahkanada warga yang menyumbangkan tiga ekor ayam jago untuk tambahan hadiah bagipemenang I, II dan III," imbuh Eko gembira.

Dan di siang yang terik setelah upacara bendera, lima grup yang masing-masingberanggotakan lima orang itu saling beradu cepat memanjat tiang licin berlabur oliuntuk memperebutkan uang Rp 500 ribu plus tiga ekor ayam jago.

Siapa yang menang tampaknya memang tidak terlalu penting. "Yang pentingseluruh warga bisa tertawa riang-gembira. Dengan bergembira, semangat untuktetap hidup akan tetap terjaga meski kena musibah seberat apapun," kata Bagong,salah seorang pemanjat. g/mnf/leo.

Masih ada Tawa di Plered

Kibaran bendera merah putih juga tam-pak di beberapa rumah yang sedang diba-ngun kembali oleh pemiliknya. Bahkan adajuga yang memasang bendera di puncakkerangka rumah. "Biar kelihatan dari jauh,Mas," kata Misnadi, warga Jetis yang punyaide nyeleneh itu. "Biar orang tahu, bahwameskipun kami sedang dilanda musibah, kamimasih punya semangat untuk membangunnegeri ini," imbuh lelaki yang mengaku belummendapatkan bantuan rehabilitasi rumah daripemerintah ini.

Perlombaan SepiDibandingkan dengan Agustus tahun

lalu, jumlah acara perlombaan menjelangHUT Kemerdekaan di Bantul tahun ini me-mang menurun drastis. Mengapa?

"Hampir seluruh tanah lapang di Bantuldigunakan untuk mendirikan tenda pe-ngungsi, sehingga sulit mencari tempat un-tuk menggelar lomba. Di samping itu, kamijuga mengikuti anjuran pemerintah daerahagar menyelenggarakan peringatan HUT RIke 61 secara sederhana," terang Baiq SriHerawati, Guru SMPN 3 Jetis, Bantul.

Menurut Baiq, sekolah tempatnya me-ngajar hanya menyelenggarakan upacarabendera saja. Itu karena fokus seluruh gurudan murid lebih ditekankan pada kelancaran

proses belajar-mengajar. "Sekolah kamihancur total, sehingga proses belajar-me-ngajar terpaksa diadakan di tenda. Bisa di-bayangkan bagaimana repotnya. Jadi ya wa-jar lah kalau kami tak bisa mengadakan lomba-lomba atau perayaan," kata ibu yang sudahmengajar di SMP 3 selama 12 tahun ini.

Pendapat berbeda dikemukakan Suraja,Guru SD Kanisius Ganjuran, Bantul. MenurutSuraja, perlombaan sepi karena warga masihsibuk merehabilitasi rumah masing-masingpasca bencana. "Mereka memprioritaskankeuangan untuk hal-hal yang lebih penting,seperti membangun rumah atau kebutuhansehari-hari," katanya.

Pengamatan KomunikA, memang ha-nya beberapa tempat di Bantul yang me-nyambut HUT RI dengan aneka lomba, mi-salnya di Cebongan Sewon, di Gowokan Sab-dodadi, Wonokromo Plered (Baca Box),dan beberapa desa lainnya.

Akan tetapi perayaan memang hanyasebagian kecil dari keseluruhan makna pe-ringatan hari kemerdekaan. Ada makna lebihbesar yang sangat penting artinya, yakni se-mangat untuk menghayati dan mengisi ke-merdekaan dalam situasi dan kondisi ba-gaimanapun. Untuk yang terakhir ini, kitabelajar banyak dari kegigihan dan ketabahanwarga Bantul! g/mnf/leo.

Pekik Merdeka di Tengah Keprihatinan

Memperingati hari kemerdekaan di tenda pengungsian.

foto

: le

o

foto

: le

o

Page 12: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

12 Edisi Khusus Merah-Putih /Agustus 2006

Indonesia itu dimana? Apakah Indonesiaitu negara demokrasi? Dua pertanyaandari mahasiswa itu pernah diajukan kepada

seorang guru saya, yang kebetulan pernahmenjadi dosen tamu di Tulane University, NewOrleans, USA. Ceritanya, sampai pulang keIndonesia, pertanyaan itu selalu mengusikpikiran sang guru. Untuk pertanyaan tentangletak Indonesia, dengan mudah sayamenjawab dengan menunjukkan peta dunia,kata sang guru. Meski harus diakui, akan lebihmudah menujukkan Indonesia ketikamenggiringnya dari peta pulau Bali. Memang,ternyata orang Amerika kebanyakan lebihmengenal Bali ketimbang Indonesia. Tetapi,terhadap pertanyaan kedua, cerita sang dosendalam suatu kesempatan, ia cukup kerepotandalam menjawabnya.

Mungkin bisa jadi pengalaman sang dosentadi bukan satu-satunya yang terjadi.Kalaupun harus dijawab, bahwa negaraIndonesia adalah negara demokrasi, pasti akanmuncul pertanyaan lanjutan yang --mungkin-- juga sulit untuk dijawab.

Namun, dosen saya punya cara cerdasuntuk menjawab pertanyaan kedua darimahasiswa di Amerika tadi. Ia mengatakanbahwa di Indonesia tengah berlangsung

Cara analisis yang linier terhadap sistemsosial dapat berdampak fatal tatkalaberkaitan dengan implementasi ke-

bijakan ke dalam sistem sosial yang kita tanga-ni. Dalam sistem sosial yang terdiri dari individumanusia yang merdeka dan berbudaya,tentu adalah keliru jika dianggap bahwapermasalahan satu RW (rukun warga) akansama dengan masalah 5 RT (rukun tetangga)menjadi satu. Terdapat ke-brojol-an masalahdi tingkatan RW yang seringkali tidakberkaitan langsung dengan kondisi RT-RT di

pendidikan demo-krasi. Karena memangsebelum akhir-akhirini; proses-prosesdemokrasi hampirtidak ada dalamkehidupan kitabersama, kilah sangdosen.

Betapa tidak,harus diakui negara inimasih belajar ber-demokrasi. Ya, kitamasih dalam tahapbelajar, lantaranselama ini sekalipunkita berteriak demokrasi, toh masih banyakperilaku kita yang tidak mencerminkan sikap-sikap demokrasi.

Lihatlah peristiwa kekerasan yangmengiringi pemilihan kepala daerah beberapawaktu lalu; atau baku-hantam yang terjadi dikalangan wakil rakyat di sebuah kota sekitarakhir tahun 2004 lalu. Banyak orang mengakuberjiwa demokrasi, tetapi tidak pernah maumendengar opini, apalagi kritisi.

Meski demikian, tidak dapat dipungkiri pulabangsa Indonesia telah dapat menjalani

pemilihan presidendan berbagaipemilihan kepaladaerah yang ber-langsung denganbaik. Sebuah prak-tek demokrasi yangterpuji. Pilihankepala daerah bisadijalankan secaralangsung tanpamelalui prosesp e r w a k i l a n .Dengan demikian,rakyat berke-sempatan dalam

proses pengambilan keputusan bersamamelalui pemilihan umum.

Walhasil, jika ada beberapa praktekdemokrasi masih belum berjalan sempurna,mungkin banyak pihak bisa memakluminya.Tetapi ke depan tentunya tidak hanya cukupdengan permakluman, semua elemenmasyarakat perlu pula memberdayakanpotensi yang ada untuk mengembangkandemokrasi di segala bidang kehidupan.

Bahkan tidak berlebihan jika, demokrasimulai dikenalkan kepada anak-anak sejak dini,

bawahnya. Akibat dari perilakusistem yang seperti ini, kita takdapat menerapkan kebijakan 5 RT(secara agregat) menjadi ke-bijakan satu RW. Analogi ini dapatdiperluas pada berbagai macamsistem sosial, dan di setiap levelmasyarakat yang lebih tinggi akanmemiliki perilaku makro yangsecara tak linier berbeda darikondisi mikronya.

Pendekatan atas permasalah-an sosial selama ini cenderungdilakukan secara monodisiplin atauberbagai disiplin ilmu secaraterpisah. Masalah kemiskinanseringkali dilihat sebagai masalahekonomi semata yang tak ber-kaitan dengan permasalahan lainmisalnya faktor budaya, bahkansosial politik. Masalah tata kotasering juga dipandang terpisahdari dinamika sosial masyarakatsekitarnya seolah-olah ia hanyaberbicara mengenai okupasi lahan.

Masalah informasi tidak akanselesai dengan hanyamemasukkan internet ke kantor-kantor kelurahan. Begitu pulamasalah kesehatan seringkalimengabaikan kultur dan normasosial yang berlaku. Padahal,peng-kotak-kotak-an masalahsosial secara terbatas akanmembatasi kita sendiri dalammencari solusi. Harus disadaribahwa dalam sistem sosial setiapmasalah selalu memiliki banyak sisi,seperti masalah kesehatan terkait

dengan ekonomi, budaya dan religiositasmasyarakat setempat, dan lain-lain. Kita perluperangkat analitik sosial yang lebihkomprehensif, dan karena itu, lebih realistis.

Sains kompleksitas sosial sebagaiperangkat analisis lintas-displin ilmu merupakanperkembangan mutakhir dalam ilmupengetahuan dunia. Dikatakan sains karenapermasalahan sosial yang kompleks didekatidengan perangkat sains yang sesuai (baikdalam matematika, fisika, biologi, dan lain-

lain) dan berpegang pada prinsip tahapanmetode ilmiah. Secara praktis, kita seringkalimelihat bahwa dalam mencari kebijakan yangsesuai, berbagai kebijakan dicobakan secaralangsung kepada masyarakat (seperti padakasus kenaikan harga BBM awal tahun 2004).Itu mungkin yang menyebabkan seringkaliberbagai kebijakan yang sudah berjalan dalambeberapa waktu kemudian dicabut. Terdapatresiko dan harga yang sangat mahal ketikamasyarakat menjadi obyek observasi dari"eksperimen" kebijakan. Dalam hal ini,pendekatan lintas-disiplin sains kompleksitassosial menyediakan sistem masyarakat buatandalam komputer yang dapat menjadi tempatsimulasi (eksperimen) kebijakan yang akanditerapkan. Penelitian yang telaten untuk halini akan sangat membantu menghasilkankebijakan yang mantap, solid, dan dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Harus diakui, pendekatan yang lebihkomprehensif memiliki harga yang mahal,yakni cara analisis menjadi lebih sulit. Namun,bukan berarti tidak mungkin. Banyak sudahpermasalahan sosial di berbagai belahan duniatelah didekati dengan sains kompleksitassosial. Ambil contoh, pemilu di Brasil memakaianalisis Model Sznajd (yang mengadaptasimodel magnet di Fisika) untukmemperkirakan distribusi perolehan suara bagipartai-partai peserta pemilu. Perangkat yangsama juga digunakan untuk analisis pasarduopoli (persaingan dua perusahaandominan). Fisikawan teoretis Marcel Ausloosdi Belgia memakai teori kristal kimia anorganikdan fraktal (matematika) serta karakterputaran magnetik fisika untuk memodelkanbunga bank dan sedikit banyak berhasilmemprediksi adanya jatuhan harga duniatahun 1997.

Perangkat kompleksitas sosial lain yangjuga sangat menarik adalah analisis denganotomata selular. Beberapa peneliti diCekoslowakia telah menggunakan perangkatini dalam memodelkan bentuk tata kotaPraha yakni Republik Ceko di masa depan.Pendekatan yang mirip dengan ini telahdigunakan juga secara teoritik-eksploratif diIndonesia untuk melihat dinamika persebaranflu burung (Situngkir, 2004). Perspektif

epidemi yang umum cenderung menjadikanupaya pencarian vaksin atas virus yangbersangkutan. Pendekatan interdisiplinmelengkapi hal ini melalui simulasikomputasional dengan otomata selular untukmelihat dinamika epideminya. Kedua hal initentu penting, dan yang kedua menjadisangat vital ketika kita berbicara tentangvirus yang sulit dicari obat atau vaksinnya danketika epidemi telah sangat merebak.

Dalam memakai perangkat kompleksitas,setiap sistem sosial diperlakukan berbeda, halini dikarenakan karakter sistem sosial di setiaptempat memiliki kekhasan struktur danlokalitas budaya. Karena itu perangkat yangdipakai untuk masalah yang sama di'kampung' yang berbeda tidaklah harussama. Seperti dalam kasus pemilu Brasil yangmemakai model Sznajd, di Indonesia, analisisserupa dilakukan untuk memodelkan pemilutahun 1999 dan 2004 dengan pendekatanAlgoritma Otomata Selular, dengan berbagaiaturan yang mengadaptasi berbagai prinsiptertentu dalam model magnetisasi dalam ilmufisika dan prinsip-prinsip evolusioner dalam ilmubiologi. Hal ini dilakukan melalui banyakpertimbangan mulai dari karakter multi-partaihingga aspek budaya dalam masyarakatIndonesia.

Dari sini kita telah melihat secara sepintasbahwa terdapat berbagai potensi besardalam penelitian di bidang kompleksitas sosialyang dapat memberikan manfaat dalampenajaman dan optimisasi penyusunankebijakan untuk berbagai domain masyarakat.Secara spesifik, dalam tantangan otonomidaerah dan sistem pemerintahan pusat yangsenantiasa dinamis saat ini, pendekatan sainskompleksitas sosial dapat menjadi alternatifperangkat analisis untuk mendekati berbagaimasalah sosial yang kompleks. Perangkatyang demikian diharapkan akan lebihbermanfaat dalam kerangka menyusunkebijakan pemerintahan daerah maupunpusat yang aspiratif, demokratis, efektif danefisien demi Indonesia yang lebih baik.

agar kelak jika telah dewasa mereka bisamenjadi pemimpin ataupun rakyat yang tahumakna demokrasi.

Di masa lalu, kita hanya dikenalkandemokrasi semu di sekolah-sekolah. Dalamkasus pilihan ketua kelas di Sekolah Dasar; pakatau ibu guru lazimnya cukup menunjuk anakyang tubuhnya paling besar untuk menjadiketua kelas. Jadi intinya, di masa lalu jarangsekali pelajaran apalagi praktek demokrasiyang sejati.

Kini yang bisa diharapkan adalah generasike depan agar bisa lebih baik mengurus negeriini. Mengajarkan demokrasi di tahap dasarmelalui pilihan ketua kelas adalah contoh yangbisa dipraktekkan di lingkungan sekolah.

Atau di lingkungan keluarga, bisa dimulaidengan mengajak anak-anak secara bergiliranmengurus kebersihan rumah. Setiap anggotakeluarga berkesempatan belajar ber-tanggungjawab terhadap kebersihanbersama.

Mungkin pengalaman sang dosen itusekadar cermin bahwa proses belajar tidakakan pernah usai. Dan bisa jadi setiappertanyaan tidak memerlukan jawaban,namun hanya butuh bukti yang bisa disaksikanbersama. (tanti)

Sains Kompleksitas Sosialuntuk Penajaman Perumusan Kebijakan Publik

* Tiktik Dewi Sartika* Hokky Situngkir

Sistem sosial sekecil apapunlingkupnya merupakan sistem yangkompleks dan senantiasa berubah.Satu hal dalam sistem sosial dapatmenjadi penyebab sekaligus akibatdari faktor lain yang saling bertali-

talian satu sama lain. Ini merupakanbidang kajian interdisiplin sains

kompleksitas. Bagaimana bidang baruini membantu meng-optimum-kan

kebijakan pusat dan daerah?

Penulis adalah peneliti pada SuryaResearch International (SRI), Jakarta.

!

foto

: se

ram

biac

eh

ilust

rasi

: de

wi

Page 13: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

13Edisi Khusus Merah-Putih / Agustus 2006

Kekuatan sebuah bangsa tidak dapatdilepaskan dari semangat nasionalismeyang ada. Meski saat ini nasionalisme

banyak dipertanyakan dalam arus besarglobalisasi. Banyak pemikir bertanya apakahnasionalisme masih relevan sekarang ini? Bu-kankah kita negara yang sudah merdeka danberdaulat penuh?

Belum MatiNasionalisme mungkin belum mati dan ia

masih cukup relevan. Ia akan tetap dibutuh-kan untuk meneguhkan identitas kebangsa-an dan kenegaraan. Sekalipun tatanan duniatelah berubah banyak, dan globalisasi adalahhal yang tak terelakkan; nasionalisme akansenantiasa harus hadir sebagai upaya peng-hargaan atas pluralitas dan perlindunganidentitas kebangsaan.

Presiden George W Bush, semisal, baikdalam tutur katanya maupun dalam sim-bolismenya jelas seorang nasionalis sejati. Se-tiap hari dia menyematkan pin bendera Ame-rika Serikat di dadanya, hal yang juga dilaku-kan oleh para menterinya. Lebih dari itu, Bushmenganjurkan supaya setiap orang Amerikasetiap harinya menyematkan bendera Ame-rika di dadanya, dan hampir setiap depart-ment store menjualnya. Upaya ini mengacupada pengalaman di tahun 1942, semua ma-jalah di Amerika dianjurkan untuk memasangbendera Amerika pada cover-nya. Kata-kata-nya, “July 1942 United we stand. In July1942, America’s magazine publishers joinedtogether to inspire the nation by featuringthe American flag on their covers."

Macan Asia?Beberapa dekade yang lalu, Indonesia

pernah hampir mendapat julukan sebagai ma-can Asia, karena memiliki potensi sangat besarseperti sumber daya alam yang melimpah,

jumlah penduduk terbesar nomor empat didunia serta kemampuan diplomasi yangtinggi. Namun dalam perjalanannya keadaanbangsa Indonesia justru mengarah kepadakondisi yang sebaliknya bila dihadapkan de-ngan perkembangan negara-negara di ka-wasan Asia Tenggara khususnya dan Asia pa-da umumnya.

Keanekaragaman Suku, Agama, Ras danAdat Istiadat yang dulu terjalin kokoh kuatdalam bingkai kebangsaan Indonesia, kini te-lah bergeser cenderung longgar dan sangatrentan terhadap masuknya berbagai penga-ruh global yang terkadang kurang sesuai de-ngan nilai-nilai dan norma-norma yang berlakudi Indonesia. Bagaimanapun perubahan inimerupakan sebuah kenyataan yang tidak bi-sa dihindari. Pergaulan global memang mestidihadapi dan digeluti agar bangsa kita tidaktertinggal jauh dan dapat berdiri sejajar de-ngan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Meskidemikian, bekal jati diri bangsa merupakansebuah keharusan agar sebuah bangsa lebihdihargai dari pergaulan yang ada.

Bangkitkan Komitmen KebangsaanMenjadi bangsa yang besar dalam artian

yang sebenarnya merupakan tugas kita ber-sama. Namun menuju hal tersebut hanyabisa dilakuan ketika ada komitmen yang samauntuk bersatu. Bukan hanya dalam konteksteritorial negara, rasa kebangsaan, tapi harusdiwujudkan pula dalam praktek politik danketatanegaraan kita. Melalui persatuan po-tensi bangsa yang ada akan dapat denganmudah dikelola dan dikembangkan agar mem-beri makna bagi bangsa dan negara.

Globalisasi yang identik dengan pasar ter-buka (open market) dan semangat persaing-an (competition) membuat bangsa Indonesiayang masih dalam transisi demokrasi seolahkehilangan jati dirinya. Perubahan yang ber-

Meneguhkan Cinta Tanah Airlangsung dengan cepat dalam batas-batastertentu meredupkan ide “nation building”yang dicita-citakan melalui Pancasila. Seiringdengan perubahan geopolitis dan perkem-bangan teknologi informasi, bangsa ini meng-hadapi beragam tantangan seperti ancamandekadensi nilai-nilai luhur bangsa seperti wa-wasan nusantara. Sehingga banyak pihakyang mengambil kesimpulan bahwa di eraglobalisasi sekarang ini, nilai-nilai luhur bangsaseperti Wawasan Nusantara tersebut tidakdapat membawa Indonesia keluar dari keter-purukan.

Lambat laun, bangsa Indonesia semakinkehilangan jati dirinya sebagai bangsa yangberadab. Keramahtamahan yang menjadi cirikepribadian yang khas Indonesia tidak lagibisa dibanggakan.

Di era globalisasi masalah disorientasibangsa Indonesia menjadi isu krusial yang ha-rus dicari jalan keluarnya. Masyarakat Indo-nesia baru yang modern perlu digagas dalamkerangka bahwa Indonesia adalah bangsayang plural yang terdiri dari bebagai macamsuku bangsa, bahasa dan agama sertakepercayaan dan keyakinan yang beragam.Karena itu diperlukan komitmen yang men-junjung tinggi hak dan kewajiban setiap war-ga negara, ditetapkan melalui proses politikyang konstitusional dan dilaksanakan dengankonsekuensi hukum yang tinggi. Konsepsiuntuk memantapkan wawasan kebangsaan,secara garis besar meliputi tiga dimensi pem-binaan, yakni rasa kebangsaan, paham ke-bangsaan dan semangat kebangsaan.

PluralismeTugas bersama saat ini adalah mengem-

bangkan nasionalisme atas dasar pluralismeyang konstruktif. Bagi Gubernur Lemhanas,Muladi, pendekatan constructive pluralism,atau bersifat demokratis dan mengutamakan

sinergi positif tersebut adalah penerapanformat desentralisasi asimetrik atau otonomikhusus.” Di samping format otonomi daerahyang bersifat umum yang tidak hanya dida-sarkan atas pertimbangan efisiensi dan efek-tivitas seperti DKI Jakarta, tetapi juga atasdasar sistem pemerintah lokal seperti UUNo.21 tentang Otsus Papua dan UU TentangPemerintah Aceh,” tegas Muladi dalam suatukesempatan.

Asumsi demikian mungkin relevan atasdasar pasal 18B UUD 1945 yang menya-takannegara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang ber-sifatkhusus atau bersifat Istimewa. “Bahkannegara juga mengakui dan menghormati ke-satuan-kesatuan masyarakat umum adat be-serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masihhidup dan sesuai dengan perkembanganmasyarakat dan prinsip NKRI,” cetus Muladi.

Pembentukan bangsa bercirikan pluralistikyang mempunyai satu bahasa nasional sepertidi Indonesia dengan toleransi beragama sulitdicari duanya. Sebut saja keinginan Quebecdi Kanada untuk memisahkan diri karena ke-satuan bahasa mereka yang lain dengan ba-gian-bagian lain dari Kanada, yaitu Perancisversus Inggris. Tentunya hal ini tantanganyang berat bagi seluruh bangsa Indonesia.Karena itu perlu dirumuskan sebuah nasional-isme baru. Nasionalisme yang mengenali de-ngan tajam interaksi antarbangsa zaman se-karang dan mampu mengantisipasi perkem-bangannya.

Nasionalisme yang tetap terbuka dan ikutbermain di dalam percaturan dan interaksiantar bangsa di dunia. Agar nantinya bangsaini bisa memilih dan menggariskan nasibnyasendiri. Menjadi bangsa yang diremehkanataukah menjadi bangsa yang disegani. Mo-dalnya hanya satu: semangat kebersamaandalam nasionalisme. (f)

Warna-Warni Kemerdekaan di DaerahRIAUPeringatan HUT RI di RiauBerlangsung Khidmat

Peringatan Hari Ulang Tahun RepublikIndonesia (HUT RI) ke-61 di sejumlah daerahdi Riau berlangsung aman dan kidmat. DiPekanbaru, upacara detik-detik Proklamasidigelar di halaman kantor Gubernur Riau.Prosesi acara berlangsung sekitar pukul 10.00WIB dan berakhir satu jam kemudian.Bertindak sebagai inspektur upacaraGubernur Riau HM Rusli Zainal, SE. komandanupacara Letnan Kolonel Afrizal Hendra dariPangkalan TNI AU Pekanbaru.

Sementara di Bengkalis, acara detik-detikProklamasi diadakan di di Lapangan Tugu.Sebagai inspektur upacara Bupati BengkalisSyamsurizal, yang membacakan teksproklamasi yang dilaksanakan hanya beberapadetik usai peringatan detik-detik ProklamasiKemerdekaan RI ke-61 itu yang ditandaidengan bunyi sirine itu dibacakan Ketua DPRDRiza Pahlefi. Selanjutnya, usai upacara yangmendapat sambutan antusias segenapkomponen masyarakat ditandai denganpengibaran bendera merah putih.

(www.riau.go.id)

DI YOGYAKARTAMalam TirakatanHUT Proklamasi

Malam Tirakatan dalam rangka PeringatanHari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi samahalnya dengan sebuah perenungan spiritual,memusatkan kekuatan batin, agar dapatmenunaikan cita-cita dan semangat Pro-klamasi 17 Agustus dengan Istiqomah, kon-sisten, konsekuen, dan berkelanjutan.

“Dalam budaya Jawa, seperti halnya

menunaikan patrap, melalui adheping tekaddan cloroting batin, suradira jayaningrat, leburdening pangastuti, sebagai laku yang ditem-puh menuju pangajab-sih kawilujengan lang-geng,” kata Gubernur DIY Sri Sultan Ha-mengku Buwono X pasa Malam Tirakatan HariUlang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke 61Tingkat Provinsi, si Bangsal Kepatihan, Rabupekan lalu.

Diakui Gubernur, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, peringatan kali ini diliputioleh suasana keprihatinan yang mendalam.Butir air mata mengalir saat mendengar kisahduka-lara dari warga korban.

“Untuk itu di malam tirakatan ini mengajakkita semua hendaknya untuk bersyukur danmelakukan perenungan serta berbenah diri,bangkit dan berkarya,” tambahnya.

(www.pemda-diy.go.id)

WONOGIRI, JAWA TENGAHFestival Umbul-Umbul

Pemerintah Kabupaten Wonogiri me-nyelenggarakan Festival Umbul-umbul padatanggal 20 Agustus 2006 pukul 08.00 pagi.Festival cukup meriah dan diikuti oleh berbagaiunsur masyarakat baik organisasi pemuda dankemasyarakatan ataupun lembaga keaga-maan yang memperebutkan hadiah total Rp5juta. Dalam acara ini, setiap peserta bebasmengkspresikan kreasi masing-masing dalambentuk umbul-umbul dengan nuansa merahputih. Sebagai ekspresi rasa cinta tanah airdan kebangsaan, setiap bentuk kreasi sepertimobil hias, dan lain-lain yang diarak dari Sta-dion Pringgodani Wonokarto menuju Lapang-an Sukorejo disebelah selatan kantor PolresWonogiri. Festival juga dipadukan dengandisplay drumband berbagai tingkat sekolahse-Kabupaten Wonogiri dan juga barongsay.

(www.jawatengah.go.id)

SURABAYA, JAWA TIMURPawai Nusantara 2006

Selain itu untuk memeriahkan Hari ke-merdekaan Republik Indonesia yang ke 61,Pemerintah Kota Surabaya mengadakan aca-ra Pawai Nusantara, yang menam-pilkan berbagai kebudayaan dari selu-ruh provinsi di Indonesia. "Pesertayang ikut ambil bagian mencapai 1000orang, dengan jumlah mobil hias 60buah. Rombongan pawai antara lainterdiri dari barisan pembawa benderaMerah Putih dan Garuda Pancasila, ba-risan Genderang Suling AAL, mobil hiaskebudayaan provinsi-provinsi yang adadi Indonesia dan berbagai perusaha-an," kata Kabag Humas dan ProtokolKota Surabaya Drs Hari Tjahjono MM.

Masih dalam rangkaian peringatankemerdekaan Indonesia, diselengga-rakan pula Pagelaran Wayang Kolabo-rasi dengan lakon Anoman Karna Bu-mi, dengan dalang Enthus pada hariyang sama, 20 Agustus 2006 pukul 19.00hingga 21 Agustus 2006 pukul 00.30 WIB,bertempat di Tugu Pahlawan Surabaya. "Ke-giatan ini diselenggarakan bertujuan untukmemperkenalkan berbagai kebudayaan dankesenian kepada warga kota Surabaya," ujarHari Tjahjono

(www.surabaya.go.id)

KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTANTIMURGerak Jalan Unik

Dalam rangka memeriahkan peringatatanhari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ,Panitia Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-61 di Kutai Kartanegara (Kukar) selama 2 hariberturut-turut menggelar lomba gerak jalan.

Acara ini dibuka oleh Asisten III Pemkab KukarAR Ruznie Oms, tak kurang dari 211 pesertabaik putra maupun putri turut ambil bagiandalam lomba gerak jalan yang menempuhrute sekitar 5 kilometer ini. Untuk kategoriSLTA diikuti 89 peserta, sedangkan kelompokumum diikuti 122 peserta mulai dari parapegawai dinas/instansi di lingkungan PemkabKukar, organisasi kepemudaan, para remajahingga ibu-ibu.

Berbagai formasi atau variasi gerakan di-peragakan oleh para peserta gerak jalan disamping kerapihan dalam baris-berbaris. Yangmenarik, beberapa peserta tampil menghiburdengan pakaian yang unik dan gaya yanglucu seperti yang diperagakan peserta dariPurna Paskibraka Indonesia (PPI) Kukardengan senapan kayunya, atau penampilanpeserta putra Kelompok Seni SMP YPK 1Tenggarong yang berbusana wanita denganmengenakan daster, pupur basah (bedakdingin-red), kacamata hitam dan topi. Malahada pula peserta yang tampil dengan busanamenyeramkan a la film horror "Scream". Takayal aksi mereka membuat sebagian bocahbalita yang menonton gerak jalan menjadiketakutan.

(www.kutaiKartanegara.com)

Salah satu kelompok peserta gerak jalan mengenakan kostum a lafilm horor "Scream".

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

foto

:kuk

ar.c

om

Page 14: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

14 Edisi Khusus Merah-Putih /Agustus 2006

Kabupaten HalmaheraUtara dengan ibu kota

Tobelo terletak di bagianUtara pulau Halmaherayang secara astronomis

berada pada 10,57' -20,0' LU dan 1280,17' -

1280,18' BT. Luaswilayah 24.983,32 Km2yang meliputi wilayahlaut 78% (19.536,02

Km2) dan wilayah darat22% (5.447,30 Km2).

Morotai, Potensi Pulau Perbatasan &Terluar Indonesia

Daerah ini kaya akan berbagai sumberdaya alam yang belum diolah sepertiminyak dan gas bumi, emas, batu

bara, nikel, pasir besi dan mangan. DiKabupaten Halmahera Utara terdapat 76pulau kecil yang 19 diantaranya belum mem-punyai nama. Pulau-pulau kecil disini memilikiberbagai keindahan khas masing-masingseperti hamparan pasir putih, keindahan ta-man laut, keanekaragaman flora dan faunaserta peninggalan situs-situs sejarah perangdunia kedua. Salah satu pulau yang namanyacukup terkenal di daerah ini adalah PulauMorotai.

Pulau Morotai yang terletak di ujung Ka-bupaten Halmahera Utara dengan luas wila-yah 2.456 Km2 memiliki letak yang sangatstrategis. Dengan batas-batas wilayah an-tara lain bagian Utara dengan Samudera

Pasifik, bagian Timur dengan Laut Halmahera,bagian Selatan dengan Selat Morotai danbagian Barat dengan Laut Sulawesi. Morotaiterdiri dari tiga kecamatan yaitu MorotaiSelatan, Morotai Utara dan Morotai SelatanBarat. yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan dan petani.

Morotai dikelilingi beberapa pulau kecildengan hamparan pasir putih dan terumbu

karang yang indah. Selain itu sebagaisalah satu pulau yang menjadi ajangpertempuran antara pasukan sekutupimpinan Amerika dengan pasukanJepang pada masa perang duniakedua, maka di sini juga terdapatberbagai sisa-sisa peninggalan padamasa itu antara lain tujuh landasanpacu pesawat terbang (runway),bangkai pesawat dan kapal perang,meriam serta goa-goa per-sembunyian.

Beberapa pulau yang menarik di Morotaiadalah Pulau Dodola, pulau ini jaraknya ku-rang lebih 5 mil dari kota Daruba, ibu kotaKecamatan Morotai Selatan. Untuk menca-pai pulau ini dapat menggunakan speed boatatau long boat. Pulau ini dikelilingi oleh ham-paran pasir putih yang menghubungkan an-tara Dodola kecil dan Dodola besar. Airnyajernih dan memiliki keindahan taman lautdengan berbagai jenis ikan.

Selain Pulau Dodola ada juga Pulau Zum-Zum, pulau ini terletak di depan kota Darubadengan jarak kurang lebih 3 mil yang jugadapat dicapai dengan speed boat atau longboat. Pulau Zum-Zum merupakan pulau kecildengan panorama alam pantai yang ber-batu. Di pulau inilah Jenderal Douglas McArthur, pemimpin pasukan sekutu tinggal pa-da masa perang dunia kedua. Dari pulau inijuga sang Jenderal mengatur strategi pe-rangnya melawan pasukan Jepang. Di PulauZum-Zum masih terdapat goa pusat ko-mando dan tempat pendaratan kendaraantempur amfibi.

Di Morotai sendiri tepatnya 1 Km dari De-sa Wawama Kecamatan Morotai Selatan,terdapat landasan pesawat terbang pening-galan Amerika dengan tujuh landas pacu(runway), landasan yang bernama Pitu Strepini dapat didarati oleh berbagai jenis pesawat.Selain itu, tidak jauh dari landasan ini jugaterdapat Goa Air Kaca yang merupakan tem-pat pemandian Jenderal Douglas Mc Arthur.

Permasalahan & Upaya PengelolaanPulau Morotai sangat potensial untuk di-

kembangkan sebagai daerah industri pariwi-sata, maritim, perikanan serta pertambang-an. Selain itu sebagai pulau perbatasan danterluar Morotai juga memiliki tiga aspek geo-strategis dalam menjaga kedaulatan NKRI

sebut seperti Amerika, Jepang dan Australia.Acara ini antara lain di hadiri oleh Dirut

RRI Parni Hadi, Menteri Komunikasi dan In-formatika Sofyan Djalil, Menteri Kelautan danPerikanan Freddy Numberi, Kapuspen TNILaksda Moh Sunarto serta beberapa pejabatlain dari Departemen Kebudayaan danPariwisata, Kementerian Pemuda danOlahraga serta Komisi I DPR RI.

Pada acara dialog interaktif yang dipan-carkan secara langsung ke seluruh Indonesiatersebut telah ditandatangani pula kerjasamaantara RRI dan Pemerintah Daerah setem-pat sehingga RRI dapat mengembangkanjaringannya sebagai upaya penyebaran danpemerataan informasi bagi masyarakat.

Sementara itu dalam hal telekomunikasi,Menteri Komunikasi dan Informatika SofyanDjalil pada kesempatan yang sama juga me-ngatakan akan berusaha memberi prioritasuntuk Maluku Utara dalam program pemba-ngunan telekomunikasi perdesaan yang te-ngah direncanakan oleh pemerintah. "Padatahun ini pemerintah sedang merencanakanpembangunan telekomunikasi perdesaan pa-da paling sedikit 7.000-8.000 desa akan ter-sambung dengan telepon," kata Sofyan.

Selain itu, Menkominfo juga turut meng-ajak agar masyarakat setempat lebih kreatifsehingga berbagai permasalahan pemba-ngunan dapat diatasi bersama. "Pemerintahberperan tetapi bukan pemerintah yang me-nentukan kemakmuran sebuah bangsa te-tapi masyarakatnya," katanya.

Akhirnya, mengutip Menteri Kelautandan Perikanan Freddy Numberi pada acaratersebut bahwa isu pembangunan Pulau Mo-rotai sebagai pulau perbatasan mempunyaispektrum sangat luas sehingga perlukomitmen berbagai instansi baik pusat mau-pun daerah dengan memperhatikan aspekkelestarian. (hbk)

yang diakui oleh Mahkamah Internasionalyaitu continous presence, effective occupa-tion dan ecology preservation.

Dengan jumlah penduduk 45.945 jiwa,permasalahan yang ada di Pulau Morotai diantaranya adalah infrastruktur seperti jalansebagai sarana transportasi, jaringantelekomunikasi, pendidikan dan pember-dayaan nelayan serta masyarakat di wilayahpesisir.

Berdasarkan data, dari infrastruktur jalanyang terdiri dari jalan nasional, jalan provinsidan jalan kabupaten sepanjang 272,59 Km,hanya 1 Km jalan dalam kondisi baik. Sisanyasepanjang 28,51 Km mengalami rusak se-dang, 43 Km rusak ringan dan 200,18 Kmrusak berat. Sementara jaringan saranakomunikasi dan telekomunikasi di PulauHorotai hanya terdapat satu kantor pos dansatu kantor telekomunikasi.

Sedangkan sarana dan prasarana pendi-dikan di Morotai terdapat 4 TK, 58 SD, 11SMP serta 7 SMU dengan jumlah siswa SD8.036 orang, SMP 1.205 orang dan SMU353 orang. Jumlah guru di Morotai adalah193 orang guru SD, 52 orang guru SMP dan39 orang guru SMU.

Beberapa waktu lalu telah diadakan acaradialog interaktif yang dilaksanakan di PulauMorotai. Dialog dalam rangkaian acara "Nos-talgic Tourism" ini merupakan acara yang di-selenggarakan oleh RRI bekerjasama denganpihak-pihak terkait seperti TNI, Depkominfo,DKP dan Depbudpar serta didukung se-penuhnya oleh Pemda Maluku Utara.

Paket acara ini berupa kunjungan ke Pu-lau Morotai untuk melihat berbagai obyekpeninggalan sejarah perang dunia ke-2karena pulau Morotai sangat potensialsebagai obyek wisata sejarah bahkan wisatanostalgia bagi turis yang berasal dari negarayang terlibat langsung dalam perang ter-

Dulu, Bung Karno pernahberkata, “Jas merah, jangan pernah

lupakan sejarah”. Sebuah tautankata yang berpesan padaanak bangsa untuk terusmenggali dan belajar dari

pengalaman yang telah lalu.

Bagaimana tidak, di dalamnya terdapatrekaman perjalanan bangsa di masa lalu.Bercerita tentang kegemilangan dan caraberpikir founding fathers Indonesia dalammenyelesaikan masalah.

Namun, kini tak banyak lagi yangpaham dan mau mengikuti pesan bungKarno tersebut. Pelajaran sejarah tak lagimengundang selera kebanyakan generasimuda Indonesia. Bahkan ironisnya, banyakyang beranggapan bahwa sejarah hanyapelajaran teori khas bangku sekolah yangdipelajari untuk mengejar angka di rapor.

Lihat saja bagaimana representasisejarah, yaitu museum, yang tak banyakdiminati pengunjung. Fungsi

pembelajarannya beralih menjadi sekadartempat rekreasi berharga murah.

“Biasanya museum hanya ramai pada saatpameran. Hari-hari biasa paling 20-an orang,”ujar staf bagian tiket Museum Seni Rupa danKeramik, Ina.

Lain halnya di Museum Nasional Indonesiayang lebih akrab dengan sebutan MuseumGajah. Di tempat yang berada di JalanMerdeka Barat itu jumlah pengunjung rata-rata hanya 50 orang perhari. Dan melonjakmenjadi 200-an orang saat musim liburan.

“Padahal harga tiketnya murah, cumaRp700 per orang,” kata Rusli, penjaga bagiantiket museum nasional yang sudah bekerjadi tempat tersebut selama 24 tahun.

Pada hari-hari biasa justru lebih banyakditemukan wisatawan asing yang berkelilingmuseum dibanding wisatawan lokal. Salahseorang pengunjung museum nasional asalHongkong, Kwee (26) justru telahmenyiapkan sejumlah agenda untukmengunjungi pelbagai museum di Jakarta.

Di negaranya, masyarakat sangat antusias

untuk mendatangi museum. Selain karenaadanya spesifikasi jenis museum, perawatanbenda museum juga terus dilakukan. “Multitrip ticket. By one ticket you can go to everymuseum,” ucapnya.

Museum Ubah ParadigmaTelah akrab di telinga kita perihal fungsi

museum yang hanya dianggap sebagaitempat menyimpan benda-benda purbakalabelaka. Faktor pendidikan dan penelitianperlahan mulai dilupakan.

“Sebenarnya museum dapatdimanfaatkan sebagai lembaga pendidikannon formal untuk mencerdaskan bangsasekaligus membantu masyarakat untukmencari dan menemukan kepribadianbangsanya sendiri,” jelas Direktur MuseumDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata,Dra. Intan Mardiana, M.Hum saat membuka

Penataran Tenaga Teknis PermuseumanTingkat Dasar beberapa waktu lalu.

Untuk itu pihaknya terus gencarmelakukan peningkatan kualitas SDMmuseum agar dapat memberikan penjelasanyang menarik kepada para pengunjung.Selain itu juga berupaya untuk menyesuaikandiri secara kompetitif dan profesional di eraglobalisasi seperti saat ini.

Tak hanya SDM saja yang harus dibenahi.Setidaknya itulah yang dikatakan sejarawanyang juga desainer muda DR Yuke Adhiati.Ia mengatakan metode penyampaian danpembelajaran sejarah, baik di museummaupun tempat lainnya-lah yang harusmendapat prioritas utama untuk diperbaiki.

Saat ini, kata wanita solo yangmengangkat karya arsitektur Soekarnosebagai disertasi ini, banyak pengajar yangkurang atraktif dalam mengajar. Sehinggadampaknya pelajaran sejarah hanya dipahamisebagai teori belaka.

“Sekarang kan ada active learningmethod. Selain itu pakai pendekatan juga.Bicara dengan anak muda denganentertainment. Orang tua, sopan santun.Kalau begini hasilnya akan berbeda,” ucapYuke.

Ya, banyak yang harus dibenahi agarbelajar sejarah tak hanya sebatas teori.Mungkin jika semua itu terwujud, kita harusbelajar sejarah lagi. ***(dan)

Kita Memang HarusBelajar Sejarah (Lagi)

foto

: di

dit

foto

:hbk

foto

: lh

bk

Page 15: komunika khusus merah putih 2006

KOMUNIKA

15Edisi Khusus Merah-Putih / Agustus 2006

"Merdeka, Pak!""Sampeyan (anda--Red)

yang merdeka, kalau sayabelum. Maksud saya... belum

merdeka dari penderitaandan kesengsaraan."

Tentu saja Gitoraharjo sedangberkelakar saat mengucapkankalimat itu. Akan tetapi, gurat-gurat wajahnya tak bisa berbo-hong bahwa ia memang sedang

menderita. Matanya yang keruh berkali-kalimenatap bendera merah putih yang ber-kibar di tiang bambu di halaman rumahnya,kemudian beralih menatap tumpukan kayu,bambu, genting dan tumpukan batu-bata--bekas rumah tinggal yang belum bisa iabangun kembali.

Seperti kebanyakan para tetangganyadi dusun Klegen Panjangrejo Pundong Ban-tul, Gitoraharjo sekeluarga terpaksa masihtinggal di tenda pengungsian. "Belum bisambangun rumah lagi, Mas. Uangnya nggakada," ujarnya pelan.

Tapi justru masalah tinggal di tenda itulahyang membuat Gito merasa menderita.Ruang tenda yang sempit membuat suasanamenjadi tidak nyaman, penuh keterbatasandan juga tidak sehat.

"Dulu waktu masih ada hujan, semuayang ada di tenda basah kuyup. Sekarangagustusan kemarau, kalau siang di dalamtenda pa-nasnya bukan main. Tiap hari

Yang Menunggu dan Yang Gigih

Tiga bulan lalu, dua hari setelah gempa melanda Yogya dan Jateng, sayasempat berkunjung ke Kasongan Bantul. Saat itu suasananya seperti bekasmedan pertempuran. Puing-puing rumah dan reruntuhan galeri berserakan,bercampur-baur dengan pecahan tembikar--kerajinan khas Kasongan--yanghancur berkeping diguncang gempa. Menurut laporan, saat itu sekitar 80persen industri tembikar hancur. Saya membayangkan, pasti butuh waktulama untuk membangun kembali Kasongan sampai pulih seperti sedia kala.

Namun dugaan saya ternyata meleset. Saat saya kembali berkunjung keKasongan tanggal 17 Agustus 2006, atau tiga bulan setelah gempa, matasaya terbelalak. Ternyata Kasongan sudah kembali rapi jali, cantik molek bakperawan yang baru selesai berdandan. Bekas-bekas gempa memang masih

ada, namun suasana khas Kasongan dengan deretan hasil kerajinan yang terpajangindah di galeri-galeri pinggir jalan, tak beda dengan Kasongan yang dulu.

Saat saya melongok ke salah satu galeri, ruangan yang ada sudah penuh dengananeka suvenir baru. Di ruang samping, seorang ibu sedang sibuk memainkan kuas,mengecat pot berbahan dasar tanah terakota dengan warna-warna cerah. Sedangkandi ruang belakang, tiga karyawan laki-laki sedang mengepak guci tembikar berbagaiukuran dengan kardus dan kayu. "Mau dikirim ke Perancis," kata Widodo, pemilik galeri.

Menurut pria yang sudah menggeluti bisnis kerajinan sejak sepuluh tahun lalu ini,pasca gempa beberapa galeri di Kasongan memang cukup "tertolong" dengan banyak-nya order dari luar negeri. Ia sendiri mengaku tak terlalu paham, mengapa tiba-tibabanyak order dari luar. Yang jelas itu sangat membantu menghidupkan kembali usahanyayang bisa dikatakan sudah mati suri. "Hasil order dari luar negeri saya gunakan untuk

Kasongan Kembali Menggeliat

sesudah jam 10.30 saya sekeluarga pastingungsi ke luar tenda dan berteduh dibawah pepohonan, tak tahan hawa panasyang menyengat," tuturnya.

Ia mengaku sudah bosan tinggal di ten-da, akan tetapi ketiadaan tempat tinggalmembuatnya harus bertahan melawan pa-nas dan hujan serta aneka penyakit yangdatang mengancam.

"Saya mengharapkan bantuan rehabilitasiperumahan dari pemerintah segera turun.Tanpa bantuan itu, berat bagi saya untukmendirikan rumah lagi," urainya.

Gempa tiga bulan lalu memang bukansaja meluluhlantakkan rumahnya, namun ju-ga menghancurkan tempat usahanya. "Dulusaya punya warung kecil-kecilan, tapi seka-rang sudah rata dengan tanah beserta se-luruh isinya. Sekarang saya tak punya peng-hasilan tetap. Saya tinggal menunggu ban-tuan pemerintah. Itu satu-satunya harapansaya," imbuh Gito.

Belum Banyak yang DirehabilitasiTapi Gitoraharjo tidak sendiri, karena

sebagian besar warga di pusat gempa sepertidi Pundong dan Plered, juga belum mereha-bilitasi rumah mereka. Alasannya rata-ratasama, tidak ada biaya.

Saat KomunikA memasuki wilayah Pun-dong dan Plered tepat di HUT RI ke 61,suasananya memang tak lagi centang-pe-renang seperti tiga bulan lalu setelah gempadahsyat melanda wilayah ini. Kini, puing-pu-ing rumah dan bangunan sudah dibersihkan.Bahan bangunan sisa rumah yang masih bisa

dipergunakan seperti batu-bata, genting,kayu, bambu, sudah ditumpuk rapi menurutjenisnya masing-masing. "Barangkali suatuwaktu nanti masih bisa dipakai lagi untukmembangun rumah," kata Said Anwar, war-ga Pundong.

Meskipun bahan bangunan sebagian su-dah ada, tapi tanda-tanda warga akan mem-bangun kembali rumah yang roboh tam-paknya belum terlihat merata di seluruh wila-yah. Ada satu-dua rumah yang sudah mulaidirehabilitasi, sementara kebanyakan bekaspondasi masih dibiarkan memerah tak terja-mah. "Kami masih menunggu bantuan yangdijanjikan pemerintah," kata Said.

Mereka Yang GigihLain halnya dengan Suminto, lelaki se-

tengah baya yang tinggal persis di tepi jalanJetis Bantul. Saat yang lain menunggu, iajustru sibuk memasang potongan kayu ke-rangka rumahnya di bawah terik matahariyang menyengat, dibantu Mardi, keme-nakannya. Ia mengaku, dalam membangunkembali rumahnya ia tidak menunggu-nung-gu datangnya bantuan dari pemerintah.

"Saya ingat petuah orangtua saya, ojongarep-arep endhoge si blorok. (janganmenunggu si blorok bertelur--pepatah Jawayang artinya jangan menunggu pemberianyang belum jelas entah kapan datangnya--Red). Mumpung ada dana sedikit ya sayabangun saja. Soal nanti ada bantuan daripemerintah ya terima kasih," tuturnya sambil

menyeka keringat yang mengucur di dahi-nya yang legam.

Dari mana dapat dana? Sebulan sete-lah gempa menghancurkan rumahnya, iamencoba berjualan bakso, lokasinya di tanahbekas rumahnya. "Alhamdulillah laku, Mas.Dari jualan bakso itulah saya menabung se-dikit-sedikit sehingga bisa beli material untukmbangun rumah ini," ungkapnya.

Begitu pula dengan Karjo, warga Sabdo-dadi Bantul, yang rumahnya kini telah tegakberdiri. Ia juga berhasil membangun kembalirumahnya setelah membanting tulangmenjadi kuli bangunan di Jakarta selama tigabulan.

"Saya tak bisa membiarkan keluarga ke-leleran (jadi gelandangan--Red) hanya ka-rena bantuan belum datang. Mereka haruspunya tempat berteduh secepatnya. Kare-na itu saya lari ke Jakarta, jadi kuli di Keba-yoran Lama. Hasilnya ya yang saya tempatisekarang ini," katanya bangga sambil me-nunjuk rumah "baru"-nya yang berukuran4 x 5 meter, berdinding anyaman bambudan beratap genting.

Rumah memang kebutuhan vital yangtidak tergantikan. Karena itu Karjo dengansangat gigih mengupayakan agar rumahnyayang ambruk dapat segera berdiri kembali.Dan buahnya sudah terasa sekarang. Saatyang lain masih sabar menunggu dalam ten-da yang sesak dan pengap, ia sudah bisasantai menikmati semilirnya angin kemaraudi beranda rumahnya yang teduh. g/mnf/leo.

memperbaiki galeri, dan sebagian lagi untuk modal usaha," katanya.Pemilik galeri lainnya, Iskandar, menyatakan bahwa gempa Yogya telah membawa

gairah baru bagi industri kerajinan terutama keramik terakota Kasongan. Ia bersamakawan-kawan seprofesi yang sebelumnya mengkonsentrasikan diri pada pasar dalamnegeri, pasca gempa mulai mengembangkan sayap pemasaran ke luar negeri.

"Harus diakui bahwa gempa bumi telah menyebabkan ratusan orang dari berbagainegara datang ke Yogya dan banyak di antara mereka singgah di Kasongan. Melaluimerekalah cerita tentang produk kerajinan Kasongan makin tersebar ke seluruh penjurudunia, dan akhirnya order mengalir ke kami," ujar Iskandar.

Jadi, benar kata orang bijak, bahwa di balik bencana selalu ada hikmahnya. g/mnf/leo.

Perempuan Kasongan sedang mengecat pot keramik terakota.

Yang gigih, membangun kembali rumah tanpa menunggu datangnya bantuan.

Belum ada dana untuk bangun rumah: Warga Pundong Bantul memasak di luar tenda.

foto

: le

o

foto

: le

o

foto

: le

o

Page 16: komunika khusus merah putih 2006

"Kedatangan satu orang untuknegara seperti Amerika tidaklahberarti apa-apa. Akan tetapi kehi-langan satu orang generasi terbaikbangsa adalah sebuah kehilanganbesar bagi tanah air tercinta."

Itulah kata-kata yang selalu diucapkan olehProf Yohanes Surya, komandan TOFI, kepadasiswa binaannya. Sebuah pelajaran tentangarti nasionalisme yang dipupuk tanpa teorikhas bangku sekolahan. Akan tetapi melaluikebanggaan manjadi putra terbaik bangsa.

Sejak awal seleksi, setiap anggota TOFIsudah diberi dua opsi jika mereka berhasil

lulus nanti. Pertama, mereka diberikebebasan seluas-luasnya un-

tuk belajar di luar negeri.Asalkan serius mendalamiilmu sampai meraih doktordan memperkuat posisiagar bisa mengundangsiswa Indonesia untukbelajar di sana. Hanyasaja, ada satu syarat-nya, dilarang ganti ke-warganegaraan. Bilasewaktu-waktu nega-ra memanggil, siapkembali ke tanah air.

"Makanya ketikabeberapa waktu laluada media yang mem-beritakan ada alumniTOFI ganti kewargane-

garaan, saya hanya tertawa. Tidak mung-kin itu. Dan ternyata setelah diklarifikasi,memang tidak benar. Media itu akhirnyaminta maaf," jelas Yohanes.

Opsi kedua, jika mereka ingin kembalike Indonesia, wajib hukumnya untuk mem-bantu mempersiapkan kader bangsa dibidang ilmu pengetahuan melalui TOFI.Bersama memajukan Indonesia dari fisika.

"Saya melihat pembentukan citra se-buah bangsa melalui intelektualitas itu pen-ting. Hal itu bisa membuat kita dihargai dandiperhitungkan di dunia internasional, bu-kan cuma sekadar nasib TKI yang suram,"ucap Yohanes.

Nasionalisme TOFI yang dicetuskan Yo-hanes Surya terbukti sangat efektif. Saatini saja, banyak alumninya yang siap kembaliuntuk membangun dunia ilmu pengetahu-an Indonesia. Kebanyakan mereka telahmeraih gelar doktor pada usia kurang dari30 tahun. Putra bangsa terbaik itu siapkembali ketanah air, bilanegara membu-tuhkan.***

(dan)

MenMenMenMenMenumbumbumbumbumbuhkan Nasionalisme uhkan Nasionalisme uhkan Nasionalisme uhkan Nasionalisme uhkan Nasionalisme AngAngAngAngAnggggggota ota ota ota ota TTTTTOFIOFIOFIOFIOFI

Beberapa waktu lalu sebuah e-mail beredar di salah satumailist pendidikan. Dari namapengirimnya, tak asing dikalangan pendidik bangsa ini,

Prof Yohanes Surya. Isi surat elektroniktersebut tentang kesan lelaki kelahiran 6November 1943 ini saat mendampingi TimOlimpiade Fisika Indonesia (TOFI) padaOlimpiade Fisika Dunia ke-37 di Singapura.

Dikisahkan, saat pembagian medali,duta besar Indonesia duduk bersama dutabesar dari berbagai negara tetangga sepertiFilipina dan Thailand. Ketika penghargaanhonorable mention disebutkan, dubesnegara asing bertanya, (kalau diterjemah-kan) "Kok tidak ada siswa Indonesia?"Dubes Indonesia pun hanya tersenyum.

Setelah itu peraih medali perunggu di-panggil satu-persatu. Dan peserta dari Fili-pina, Thailand, serta Kazakhtan pun majuke podium. Lagi-lagi dubes negara tetang-ga bertanya perihal yang sama. Dan kem-bali dijawab pula dengan sesungging se-nyuman oleh dubes Indonesia.

Kemudian ketika medali perak disebut,muncul seorang anak usia SMP dengan pecihitam sambil mengibarkan bendera kecil.Namanya pun mulai diumumkan, Muham-mad Firmansyah Kasim dari Indonesia.

Tak lama kemudian diumumkan pene-rima medali emas, empat anak dengan pecidan jas hitamnya maju ke podium. Satupersatu maju sambil mengibarkan benderakecil berwarna merah putih. Dubes negaratetangga mulai tampak kebingungan,

Di tengah krisismultidimensi yangmelanda saat ini,

Indonesia belum mati.Harapan masih terbuka

lebar melalui insanberprestasi bangsa.

mungkin berpikir, "Nggak salah nih…".Tak hanya sampai di situ. Ketika diumum-

kan "The champion of the InternationalPhysics Olympiade XXXVII is……. JonathanPradhana Mailoa".

Semua orang Indonesia bersorak. Per-lahan, penonton mulai berdiri, tepuk tanganmenggema cukup lama. Hampir semua orangIndonesia yang hadir dalam upacara itu takkuasa menahan air mata.

Beberapa saat sebuah sms masuk, dariseorang profesor Belgia, Marc Deschamps,isinya: "Echo of Indonesian victory hasreached Europe! Congratulations to thechampions and their coach for these amazingsuccesses! The future looks bright".

Masa Depan CerahSebuah pengalaman yang sangat meng-

harukan. Di tengah banyak kritikan tajamdan ketidakpercayaan diri anak negeri, se-buah prestasi dunia kembali terukir mengha-rumkan nama bangsa.

"Potensi kita luar biasa. Dari statistik, anakjenius di Indonesia itu 1 : 1000. Jika ada220 juta penduduk Indonesia, maka ada 220ribu generasi berpotensi yang ada di negeriini," jelas Prof Yohanes.

Ucapan lelaki peraih PhD dari universitastop Amerika Serikat, College of William andMary di Virginia ini bukan semata pepesankosong. Saat ini saja, putra terbaik Indonesiaalumni TOFI, juga menjadi mahasiswa ter-baik di pelbagai universitas top dunia. Sebu-ah pertanda bahwa generasi muda Indone-sia punya potensi dan kesempatan untukbersaing di dunia internasional.

"Ini sebenarnya menjadi sebuah perta-nyaan. Siswa terbaik kita, menjadi yang ter-baik pula di negeri orang. Berarti kan sebe-narnya kita bisa," ucap lelaki yang berada dibalik keberangkatan puluhan anak mudaIndonesia belajar ke berbagai universitas topdi luar negeri ini menjelaskan.

Tersebar di Seluruh ProvinsiUntuk mendapatkan bibit-bibit potensial

yang siap mengharumkan namabangsa, Yohanes melalui LembagaPengembangan Fisika Indonesia(LPFI) bersama pemerintah daerahterus mencari anak-anak dengankemampuan di atas rata-rata.

Hasilnya ternyata di luar duga-an. Siswa jenius ternyata tak hanyadidominasi pulau Jawa saja, melain-kan tersebar merata mulai dari Su-matra hingga Papua. Hasil yangmeruntuhkan anggapan bahwa Pa-pua adalah provinsi yang tertinggaldalam dunia pendidikan.

Peran serta dan antusiasme pe-merintah daerahlah yang dinilai Yo-hanes sebagai faktor pendukungterdeteksinya bibit potensial ter-sebut. Kini, menurut pria murah senyum ini,Pemda yang aktif mengundang LPFI untukmembuat pelatihan di daerahnya adalah Pa-pua dan DKI Jakarta.

Untuk itu, ia terus mengimbau agar selu-ruh pemerintah daerah terus aktif melakukanpelatihan, baik bagi para guru maupun siswaberpotensi. Pihaknya, kendati hanya berke-kuatan 90 orang, siap melakukan pelatihanguru ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.Selain menyebarkan ilmu, akses untuk mere-krut siswa-siswa jenius di daerah untuk dilatihintensif dan disertakan dalam lomba fisikatingkat dunia pun menjadi terbuka lebar.

"Pernah di Papua saya tarik seorang anakjenius yang kurang teroptimalkan. Saya tanyasetengah tambah sepertiga berapa, spontandijawab seperlima. Memang tampak aneh,tapi saya tahu dia pintar. Spontanitas," ceritaYohanes.

Kelas Super di Tiap DaerahSaat ini upaya menggagas cara belajar

fisika asyik, mudah dan menyenangkan terusdikembangkan. Berawal dengan di-training-nya para guru di setiap daerah, dapat dilan-jutkan dengan men-training siswa-siswanya.Dari sanalah penyeleksian siswa berbakat ditiap daerah dapat dilakukan. Baru kemudian

dilanjutkan dengan pe-musatan latihan di ting-kat nasional.

"Banyak terjadi sis-wanya justru lebih cer-das dari guru. Tapi me-mang gurunya tidak bi-sa disalahkan karenamungkin dia juga be-lum diajarkan dulunya.Kita coba bangun me-tode pengajaran bah-wa sains itu asyik, mu-dah dan menyenang-kan. Kita tingkatkankualitas guru," jelasYohanes.

Tak hanya itu saja,ia juga berharap agarsetiap daerah mem-buat kelas super bagianak-anak berbakat.Dengan kurikulumyang tak biasa, kelas ininantinya akan diper-siapkan untuk mence-tak siswa-siswa unggulyang mampu bersaingdi dunia internasional.

"Tak usah banyak-banyak dulu. Coba 20-30 anak berbakat, ha-silnya sudah luar bia-sa," ujarnya semangat.

Jika terus sepertiini, tak mustahil cita-cita seorang YohanesSurya untuk meraihHadiah Nobel pada2020 bagi Indonesiaakan terwujud.

Negara ini penuhdengan potensi. Ja-ngan takut, harapanmasih terbentang le-bar di hadapan kita.Menunggu kiprah anakbangsa di pentas du-nia. Seperti kata Yo-hanes, a tribute to thenation (sebuah per-sembahan bagi negara-red).***

(dan)

Prof Yohanes Surya:Sebenarnya kita bisa!

foto

: di

dit