Komposit Comp

7
1. TUJUAN a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi komposit secara tepat b. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan kekerasan hasil polimerisasi resin komposit berdasarkan pengamatan 2. MANIPULASI RESIN KOMPOSIT 2.1 Bahan a. resin komposit aktivasi sinar tampak (light activated resin composite), bentuk sediaan pasta tunggal b. vaselin 2.2 Alat a. Cetakan teflon ukuran diameter 4 mm . tebal 2 mm dan tebal 5 mm b. Plat kaca c. Celluloid strip d. Plastic filling e. Light curing unit (halogen atau LED) f. Sonde 2.3 Cara Kerja Untuk cetakan teflon tinggi 2 mm, dilakukan penyinaran dengan jarak 0 mm dan 10 mm. Untuk cetakan teflon tinggi 5 mm, dilakukan penyinaran dengan jarak 0 mm dan 10 mm. a. Permukaan cetakan teflon diulasi dengan vaselin, kemudian cetakan teflon diletakkan di atas lempeng kaca yang telah dilapisi celluloid strip. b. Bahan tumpatan resin komposit dikeluarkan dari tube, kemudian masukkan sedikit demi sedikit ke dalam cetakan teflon tinggi 2 mm memakai plastic filling instrument. Cetakan harus terisi penuh dengan resin komposit tanpa ada rongga (diusahakan setinggi cetakan teflon) c. Sebelum menggunakan light curing halogen, intensitas sinar di cek dahulu dengan cure light meter (antara 400 - 500 nm). Bila menggunakan LED,

description

sangat membantu buat anak FKG

Transcript of Komposit Comp

Page 1: Komposit Comp

1. TUJUAN

a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi komposit secara tepat

b. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan kekerasan hasil polimerisasi

resin komposit berdasarkan pengamatan

2. MANIPULASI RESIN KOMPOSIT

2.1 Bahan

a. resin komposit aktivasi sinar tampak (light activated resin composite),

bentuk sediaan pasta tunggal

b. vaselin

2.2 Alat

a. Cetakan teflon ukuran diameter 4 mm . tebal 2 mm dan tebal 5 mm

b. Plat kaca

c. Celluloid strip

d. Plastic filling

e. Light curing unit (halogen atau LED)

f. Sonde

2.3 Cara Kerja

Untuk cetakan teflon tinggi 2 mm, dilakukan penyinaran dengan jarak 0 mm

dan 10 mm. Untuk cetakan teflon tinggi 5 mm, dilakukan penyinaran dengan

jarak 0 mm dan 10 mm.

a. Permukaan cetakan teflon diulasi dengan vaselin, kemudian cetakan teflon

diletakkan di atas lempeng kaca yang telah dilapisi celluloid strip.

b. Bahan tumpatan resin komposit dikeluarkan dari tube, kemudian

masukkan sedikit demi sedikit ke dalam cetakan teflon tinggi 2 mm

memakai plastic filling instrument. Cetakan harus terisi penuh dengan

resin komposit tanpa ada rongga (diusahakan setinggi cetakan teflon)

c. Sebelum menggunakan light curing halogen, intensitas sinar di cek dahulu

dengan cure light meter (antara 400 - 500 nm). Bila menggunakan LED,

Page 2: Komposit Comp

intensitas sinar dicek dengan menempelkan light tip pada perangkat yang

tersedia.

d. Celluloid strip diletakkan di atas cetakan teflon yang telah diisi resin

komposit, kemudian diberi pemberat 1 kg selama 30 detik, ujung alat

curing (light tip) ditempelkan pada celluloid strip dan sinari setama 20 - 40

detik (lihat aturan pabrik)

e. Resin komposit yang telah berpolimerisasi / mengeras dilepas dari cetakan

Teflon dengan hati-hati

f. Hasil kekerasan permukaan yang terkena light tip alat curing langsung ( 0

mm ) dibedakan dengan permukaan yang jauh dari light tip alat curing (10

mm) dengan cara digores dengan sonde.

g. Tahap a - f diulangi pada cetakan dengan tinggi 5 mm

3. HASIL PRAKTIKUM

Percobaan

Ketebalan

komposit

(mm)

Jarak

penyinaran

(mm)

Lama penyinaran

(detik)

Sifat fisik komposit setelah

penyinaran*

Bagian atas Bagian bawah

I 2 0 20 - -

II 2 10 20 - +

III 5 0 20 - +

IV 5 10 20 + +

Tabel 1. Hasil percobaan manipulasi resin komposit aktivasi sinar tampak.

Percobaan I-IV sebelum penyinaran diberi pemberatan yang sama selama 30

detik.

* Tanda (-) menunjukkan tidak adanya goresan ketika dilakukan pengecekan

dengan digores sonde.

Tanda (+) menunjukkan adanya goresan ketika dilakukan pengecekan dengan

digores sonde.

Berdasarkan tabel hasil percobaan, jarak penyinaran 0 mm menghasilkan

sifat fisik komposit lebih baik daripada jarak penyinaran 10 mm. Hal ini dapat

diketahui dari percobaan I dengan II. Sifat fisik percobaan I tidak tergores oleh

Page 3: Komposit Comp

sonde, sedangkan percobaan II terdapat goresan pada bagian bawah komposit.

Begitu juga pada percobaan III dan IV, sifat fisik percobaan III lebih baik

daripada percobaan IV Jadi, semakin dekat jarak penyinaran maka sifat fisik

komposit semakin baik, begitu juga sebaliknya..

Ketebalan komposit juga mempengaruhi sifat fisik komposit setelah

penyinaran. Komposit dengan ketebalan 2 mm memiliki sifat fisik lebih baik

daripada komposit dengan ketebalan 5 mm. Hal ini dapat diketahui dengan

membandingkan percobaan I dan III. Pada percobaan I, tidak terdapat goresan

pada bagian atas maupun bawah, sedangkan pada percobaan III bagian atas tidak

tergores tetapi bagian bawah tergores. Begitu juga dengan percobaan II dan IV,

sifat fisik percobaan II lebih baik daripada percobaan IV. Jadi, semakin tebal

komposit yang disinari maka semakin berkurang kualitas fisik komposit setelah

mengeras, begitu juga sebaliknya.

4. PEMBAHASAN

Resin komposit biasanya digunakan untuk menggantikan struktur gigi

yang hilang, mengubah warna gigi dan kontur, sehingga meningkatkan estetika

wajah. Resin komposit terdiri dari empat komponen utama: matriks yang berupa

polimer organik, partikel filler anorganik, bahan coupling, dan sistem inisiator-

accelerator. Bahan matriks dalam komposit yang paling banyak berupa bahan

aromatik atau urethane diakrilat oligomer. Komposit pada awalnya dikembangkan

untuk aplikasi pada kelas 3 dan kelas 5 sebagai restorasi anterior, di mana nilai

estetika harus diperhatikan. Sedangkan aplikasi komposit di laboratorium

digunakan untuk mahkota dan bahan jembatan. Ketika diperkuat dengan serat,

komposit lebih kuat dan dapat terikat ke substruktur paduan. (Powers & Craig :

2002)

Matriks resin komposit merupakan material resin plastis yang mempunyai

fase kontinu dan akan mengikat partikel-partikel filler. Bahan filler yang

merupakan fiber dan partikel penguat akan terdispersi oleh matriks. Kedua bahan

ini akan membentuk suatu ikatan yang kemudian akan diperkuat oleh coupling

agent. Coupling agent akan bekerja meningkatkan adhesi kedua bahan.

(Anusavice: 2003)

Page 4: Komposit Comp

Improvisasi dari bahan komposit pada matrix dan filler banyak dilakukan

untuk mengatasi problem penggunaan material restorasi. Hingga pada tahun 1970-

an resin komposit menjadi salah satu pilihan material untuk restorasi anterior yang

bersifat estetik. Material ini juga dapat diterima penggunaannya untuk restorasi

bagian oklusal posterior (high-bearing-stress area) dengan berbagai aplikasi antara

lain untuk pit & fissure sealants, bahan bonding keramik, dan untuk perlekatan

protesa lain. (Anusavice: 2003)

Komposit light-cure tersedia dalam berbagai variasi seperti syringe dan

compules. Syringe terbuat dari plastik opaque, hal ini berguna untuk melindungi

material dari paparan cahaya. Jika dikemas pada sebuah compule, compule

ditempatkan pada ujung syringe. Keuntungan dari compules adalah kemudahan

penempatan pasta komposit, penurunan infeksi silang, dan perlindungan pasta dari

paparan cahaya. (Powers & Craig : 2002)

Ketika proses curing dengan sinar blue visible 1ight terjadi, akan

dihasilkan ikatan silang pada resin (cross-linked resin). Hal ini dapat terjadi

karena cahaya biru mengiritasi monomer diacrylate yang mengandung

photoinitiator. Komposit light-cured dengan cahaya biru tampak mempunyai

keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain tidak perlu dilakukan

pencampuran untuk mendapat porosity minimal, tidak ada staining, dan

didapatkan kekuatan tinggi; komponen aliphatic amin dapat meningkatkan

kestabilan warna; memungkinkan pengaturan working time oleh operator.

Kerugian dari light-cured material adalah diperlukan teknik layering dalam

aplikasinya dengan ketebalan maksimal 2 mm untuk menghindari polimerisasi

yang tidak sempurna serta sulit diaplikasikan pada bagian yang aksesnya terbatas

seperti pada lokasi posterior dan interproximal. (anusavice; 2003)

Reaksi polimerisasi komposit light-cure secara kimiawi dimulai dengan

inisiator peroksida dan accelerator amina. Polimerisasi komposit light-cure adalah

diinisiasi oleh sinar tampak biru. Produk dual-cure menggunakan kombinasi kimia

dan aktivasi cahaya untuk melaksanakan reaksi polimerisasi. Polimerisasi resin

cross-linkednya tinggi karena adanya ikatan karbon double bond. Tingkat

polimerisasi bervariasi, tergantung pada apakah itu dalam bulk atau di udara

menghambat lapisan restorasi. Polimerisasi komposit light-cure bervariasi sesuai

Page 5: Komposit Comp

dengan jarak dari komposit untuk cahaya dan durasi eksposur cahaya. Persentase

dari ikatan double bond yang bereaksi kemungkinan bervariasi dari 35% hingga

75% (Powers & Craig : 2002)

Polimerisasi inisiasi komposit light-cured berhubungan erat dengan

aplikasi sinar tampak untuk bahan. Sekitar 75% dari polimerisasi berlangsung

selama 10 menit pertama. Reaksi curing berlanjut selama jangka waktu 24 jam.

Tidak semua ikatan karbon ganda tak jenuh bereaksi. Penelitian melaporkan

bahwa sekitar 25% tetap tidak bereaksi di sebagian besar restorasi. Jika

permukaan restorasi tidak dilindungi dari udara oleh sebuah matriks transparan,

polimerisasi terhambat dan jumlah karbon ikatan ganda tidak bereaksi dapat

mencapai 75% dalam lapisan permukaan. Meskipun restorasi dapat diselesaikan

dengan abrasive dan fungsional setelah 10 menit, sifat fisik tidak mencapai

optimal sampai sekitar 24 jam setelah reaksi dimulai. (Powers & Craig : 2002)

Kebanyakan komposit diinisiasi dengan visible light, ada periode waktu

kritis setelah pengeluaran pasta ke sebuah paper pad selama flow komposit

terhadap struktur gigi pada tingkat optimal. Dalam waktu 60 sampai 90 detik

setelah terpapar cahaya, permukaan komposit kemungkinan kehilangan

kemampuan untuk mengalir terhadap struktur gigi, dan bekerja lebih lanjut

dengan bahan menjadi sulit. Pengaturan waktu untuk aktivasi kimia komposit

berkisar antara 3 sampai 5 menit. Pengaturan waktu pendek telah dicapai oleh

pengendali konsentrasi inisiator dan accelerator. (Powers & Craig : 2002)

Dari hasil percobaan pertama, ketebalan komposit 2 mm dengan jarak

penyinaran 0 mm dan 10 mm menunjukkan bahwa jarak penyinaran 0 mm

menghasilkan sifat fisik komposit lebih baik daripada jarak penyinaran 10 mm.

Dan pada percobaan dengan ketebalan komposit 5 mm dengan jarak penyinaran 0

mm dan 10 mm menunjukkan komposit dengan ketebalan 2 mm memiliki sifat

fisik lebih baik daripada komposit dengan ketebalan 5 mm. Hal ini disebabkan

karena Intensitas maksimum dari radiasi cahaya adalah konsentrasi terdekat

permukaan komposit light-cure. Sejumlah faktor mempengaruhi tingkat

polimerisasi pada kedalaman tertentu dari permukaan setelah curing cahaya.

Konsentrasi penyerap cahaya dalam komposit harus sedemikian rupa sehingga

akan bereaksi pada panjang gelombang yang tepat dan berada dalam konsentrasi

Page 6: Komposit Comp

yang cukup. Baik filler maupun ukuran partikel sangat penting untuk dispersi

cahaya. Microfilled komposit dengan partikel yang lebih kecil dan lebih banyak

menyebarkan lebih banyak cahaya dari microhybrid komposit dengan partikel

lebih besar dan lebih sedikit. Waktu pemaparan yang lebih lama dibutuhkan untuk

mendapatkan kedalaman yang tepat bagi microfilled komposit. Intensitas cahaya

pada permukaan resin merupakan faktor penting di permukaan dan dalam materi.

Ujung cahaya sumber harus berada dalam jarak 1 mm dari permukaan komposit

untuk memperoleh penetrasi optimum. Waktu eksposur standar menggunakan

cahaya tampak adalah 20 detik. Secara umum waktu ini cukup untuk resin hingga

kedalaman 2 atau 2,5 mm. Paparan selama 40 detik meningkatkan tingkat

kedalaman, tetapi dperlukan perawatan yang cukup dengan warna gelap. Jika

aplikasi cahaya tampak melebihi 1 mm atau ketebalan kurang dari struktur gigi,

kekerasan diperoleh tetapi nilai tidak konsisten. Karena berkas cahaya tidak cukup

menyebar butuh langkah tertentu agar seluruh permukaan menerima paparan

cahaya. Jika sinar didistribusikan pada daerah permukaan yang lebih besar,

intensitas pada suatu titik tertentu berkurang sehingga dibutuhkan waktu

pemaparan lebih lama hingga 60 detik (Powers & Craig : 2002).

5. KESIMPULAN

Manipulasi resin komposit dapat dilakukan dengan aktivasi cahaya

tampak. Aktivasi ini dilakukan agar setting time resin komposit dapat terjadi.

Jarak penyinaran dan tebal restorasi berpengaruh terhadap lama setting time resin

komposit. Semakin dekat jarak penyinaran dan semakin tipis restorasi maka

setting time semakin cepat, sebaliknya semakin jauh jarak penyinaran dan

semakin tebal restorasi maka setting time semakin panjang.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillip’s science of dental materials.

Missouri. P 401, 411.

Powers JM, Craig RG. 2002. Restorative dental material. 11th ed. USA.

p: 231-259.

Page 7: Komposit Comp

7. LAMPIRAN