KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN...

download KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN ...gunungwalat.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/2014_Komposisi... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

If you can't read please download the document

Transcript of KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN...

  • KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR

    DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

    LODY JUNIO

    DEPARTEMEN SILVIKULTUR

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Vegetasi

    pada Lahan Bekas Terbakar di Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar

    karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

    bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

    berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

    penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

    bagian akhir skripsi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

    Institut Pertanian Bogor.

    Bogor, Januari 2014

    Lody Junio

    NIM E44090075

  • ABSTRAK

    LODY JUNIO. Komposisi Vegetasi pada Lahan Bekas Terbakar di Hutan

    Pendidikan Gunung Walat. Dibimbing oleh ERIANTO INDRA PUTRA dan

    DADAN MULYANA

    Hutan yang mengalami kebakaran akan memperbaiki dirinya melalui tahap-

    tahap suksesi dan menjadi hutan sekunder. Penelitian ini dilakukan untuk

    mengidentifikasi: (1) tipe dan penyebab kebakaran hutan di Hutan Pendidikan

    Gunung Walat (HPGW) pada September 2012, (2) perbedaan komposisi tegakan,

    (3) suksesi tumbuhan bawah, serta (4) sifat kimia tanah di tegakan setelah terbakar

    dan tegakan tidak terbakar. Kebakaran di HPGW terjadi akibat api yang menjalar

    tak terkendali pada penggunaan api untuk membakar ilalang oleh masyarakat

    sekitar. Komposisi vegetasi pada tingkat pohon pada seluruh plot pengamatan

    memiliki kesamaan paling tinggi, sedangkan komposisi vegetasi pada tingkat

    tumbuhan bawah memiliki perbedaan yang paling signifikan. Hal ini disebabkan

    oleh rentannya tumbuhan bawah terhadap gangguan dan perubahan yang terjadi,

    salah satunya perubahan sifat kimia tanah. Secara umum terjadi perbaikan sifat

    kimia tanah pada plot pengamatan 11 bulan setelah terbakar dibandingkan 6 bulan

    setelah terbakar.

    Kata kunci: kebakaran hutan, komposisi vegetasi, sifat kimia tanah, suksesi,

    tumbuhan bawah

    ABSTRACT

    LODY JUNIO. The Composition of Vegetation on Post Fire Land in Hutan

    Pendidikan Gunung Walat. Supervised by ERIANTO INDRA PUTRA and

    DADAN MULYANA

    The resiliency of the ex-burnt forest area will following the forest

    succession stages and resulted to secondary forest. This study was conducted to

    identifies: (1) type and cause of forest fire on September 2012 at Hutan

    Pendidikan Gunung Walat (HPGW), (2) differences of the vegetation composition

    of stands, (3) undergrowth succession, as well as (4) differences of soil chemical

    properties in the ex-burnt and unburnt stands. Fire in HPGW was mainly due to

    the careless use of fire by local communities when they used fire to burn thatch on

    their land. Highest index of similarity is found on tree stage at all plots, while the

    most significant differences found on undergrowth stage. This may related to the

    vulnerability of the undergrowth to evey changes that occur, one of which is the

    change on soil chemical properties. Generally, the soil chemical properties at 11th

    month after fire is better than 6th

    month after fire.

    Keyword: composition of vegetation, forest fire, soil chemical properties,

    succession, undergrowth

  • Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kehutanan

    pada

    Departemen Silvikultur

    KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR

    DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

    LODY JUNIO

    DEPARTEMEN SILVIKULTUR

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • Judul Skripsi : Komposisi Vegetasi pada Lahan Bekas Terbakar di Hutan

    Pendidikan Gunung Walat

    Nama : Lody Junio

    NIM : E44090075

    Disetujui oleh

    Dr Erianto Indra Putra, SHut MSi

    Pembimbing I

    Dadan Mulyana, SHut MSi

    Pembimbing II

    Diketahui oleh

    Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS

    Ketua Departemen

    Tanggal Lulus:

  • PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

    karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

    dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah keadaan

    vegetasi pada lahan pasca terbakar, dengan judul Komposisi Vegetasi pada Lahan

    Bekas Terbakar di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Erianto Indra Putra, SHut MSi dan

    Dadan Mulyana, SHut MSi selaku pembimbing I dan II. Kepada ayah, ibu, kedua

    kakak, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Kepada Bang Amed,

    Pak Uus, Pak Lili, Pak Edi serta seluruh staf HPGW yang telah berkenan

    menyediakan akomodasi dan konsumsi selama penelitian. Kepada Khalid, Nizza,

    Lilla, Devhi, Ari, SDW, Kiki, Ayu, Agil, Dery, Arry dan Dayat yang telah

    membantu dalam pengambilan dan pengolahan data, serta seluruh rekan

    Silvikultur 46 yang telah memberikan semangat.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Bogor, Januari 2014

    Lody Junio

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL vi

    DAFTAR GAMBAR vi

    DAFTAR LAMPIRAN vi

    PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Tujuan Penelitian 1

    Manfaat Penelitian 2

    METODE 2

    Waku dan Tempat 2

    Alat dan Bahan 2

    Metode 2

    Analisis Data 3

    HASIL DAN PEMBAHASAN 6

    Kebakaran di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) 6

    Analisis Vegetasi 8

    Analisis Kimia Tanah 12

    SIMPULAN DAN SARAN 14

    Simpulan 14

    Saran 14

    DAFTAR PUSTAKA 14

    LAMPIRAN 16

    RIWAYAT HIDUP 17

  • DAFTAR TABEL

    1 Indeks Nilai Penting (INP) jenis vegetasi pohon 8 2 Indeks Nilai Penting (INP) jenis vegetasi tiang 8 3 Indeks Nilai Penting (INP) jenis vegetasi pancang 8 4 Indeks Nilai Penting (INP) jenis vegetasi semai 8 5 Indeks Nilai Penting (INP) jenis vegetasi tumbuhan bawah 9 6 Indeks Dominansi (C) 10 7 Indeks Kekayaan Jenis Margalef (R1) 10 8 Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener (H) 10 9 Indeks Kemerataan Jenis (E) 10

    10 Hasil perhitungan Koefisien Kesamaan Komunitas (IS) antara tegakan tidak terbakar, tegakan 6 bulan setelah terbakar, dan tegakan 11 bulan

    setelah terbakar 10

    11 Hasil analisis kimia tanah pada pengamatan di tegakan tidak terbakar tegakan 6 bulan setelah terbakar dan tegakan 11 bulan setelah terbakar 12

    DAFTAR GAMBAR

    1 Plot Analisis Vegetasi 3 2 Peta Hutan Pendidikan Gunung Walat 6 3 Upaya pemadaman api di HPGW (a): dengan teknik manual dengan

    menggunakan tepus; (b): Dengan menggunakan firepump; (c): Dengan

    teknik bakar balik 7

    4 Bekas terbakar yang terlihat pada batang pohon di tegakan bekas terbakar 7

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Kriteria penilaian analisis tanah 16

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Hutan adalah persekutuan antara tumbuhan dan binatang dalam suatu

    asosiasi biotis. Asosiasi ini bersama-sama dengan lingkungannya membentuk

    suatu sistem ekologis dimana organisme dan lingkungan saling berpengaruh di

    dalam suatu sistem ekologis dimana organisme dan lingkungan saling

    berpengaruh di dalam suatu siklus energi yang kompleks (Spurr 1973).

    Keberadaan hutan di Indonesia pada kenyataannya sangat rentan terhadap

    gangguan. Salah satunya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan menimbulkan

    kerugian dalam bidang ekonomi, ekologi, dan sosial baik dalam jangka pendek

    maupun jangka panjang. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan

    cukup besar mencakup gangguan asap hingga lintas batas negara (Syaufina 2008).

    Selain itu dampak negatif juga terjadi baik terhadap tegakan pohon dan tumbuhan

    bawah yang ada. Dampak negatif tersebut menyebabkan terjadinya proses suksesi

    sekunder pada komunitas tumbuhan bawah, meliputi perubahan komposisi jenis

    tumbuhan yang berlangsung ke satu arah secara teratur.

    Suksesi merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu yang lama,

    sehingga penelitian harus terus dilakukan berkaitan dengan sudah sejauh mana

    proses suksesi yang terjadi dilihat dari komposisi dan struktur hutannya. Secara

    alamiah hutan-hutan yang mendapat gangguan (kebakaran) atau dirombak akan

    kembali menjadi hutan sekunder setelah melalui tahap-tahap suksesi (Hamzah

    1980 dalam Saharjo 2011).

    Menurut Soerianegara dan Indrawan (1976), jika hutan hujan mengalami

    kerusakan oleh alam atau manusia, maka suksesi sekunder yang terjadi biasanya

    dimulai dengan vegetasi rumput dan semak. Salah satu contoh kerusakan tersebut

    adalah kebakaran yang terjadi di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada

    1 September 2012 di wilayah barat laut HPGW seluas 3.7 Ha yang disebabkan

    oleh pembersihan lahan dengan cara dibakar yang dilakukan oleh warga sekitar.

    Sejauh ini, informasi mengenai komposisi tumbuhan di lahan pasca terbakar

    khususnya di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) masih terbatas. Oleh

    karena itu penelitian mengenai struktur dan komposisi tumbuhan di lahan pasca

    terbakar perlu dilakukan.

    Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi tipe dan penyebab kebakaran

    hutan yang terjadi di HPGW pada awal September 2012, (2) mengidentifikasi

    perbedaan komposisi tegakan pada areal tegakan setelah terbakar dan tidak

    terbakar di HPGW, (3) mengidentifikasi perkembangan suksesi tumbuhan bawah

    pada tegakan setelah terbakar di HPGW, (4) mengidentifikasi sifat kimia tanah di

    tegakan setelah terbakar dan tidak terbakar di HPGW

  • 2

    Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

    kondisi kerusakan vegetasi di lahan pasca kebakaran sehingga dapat dijadikan

    sebagai alat bantu pengambilan keputusan terkait pengelolaan lahan bekas

    terbakar bagi pihak-pihak terkait, khususnya pihak manajemen HPGW.

    METODE

    Waktu dan Tempat

    Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW),

    Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai Agustus

    2013. Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali, yaitu bulan Februari 2013

    (6 bulan setelah terbakar), dan bulan Agustus 2013 (11 bulan setelah terbakar)

    untuk melihat perubahan komposisi vegetasi yang terjadi. Pengambilan data

    dilakukan selama dua hari dalam satu kali kunjungan.

    Alat dan Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kantung plastik transparan,

    kertas label, alkohol 70%, kertas lakmus dan buku identifikasi tumbuhan bawah.

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali rafia, kompas, meteran

    gulung 30 meter, pita ukur, parang, pisau, bambu, tally sheet, penggaris, alat tulis,

    staples, koran bekas, oven untuk herbarium, sasak untuk herbarium, ring sample,

    cangkul, dan kamera.

    Metode

    Pengumpulan data untuk mengetahui penyebab dan jenis serta tingkat

    keparahan kebakaran yang terjadi di HPGW pada awal bulan September 2012

    dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak pengelola HPGW. Pengumpulan

    data primer mengenai komposisi vegetasi di lapangan dilakukan dengan cara

    analisis vegetasi yaitu dengan metode jalur berpetak. Metode ini dilakukan dengan

    cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang garis

    rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama dengan ukuran petak

    20x20 m untuk tingkat pohon, 10x10 m untuk tingkat tiang, 5x5 m untuk tingkat

    pancang dan 2x2 m untuk tingkat semai. Plot pengambilan sampel tanah terusik

    dilakukan di empat titik yang berbeda pada setiap plot analisis vegetasi dengan

    kedalaman 0-20 cm (Gambar 1). Setiap sampel tersebut kemudian dikompositkan

    sehingga menjadi satu sampel untuk setiap plot analisis vegetasi. Setelah sampel

    tanah terusik pada seluruh plot selesai diambil, kemudian semua sampel tersebut

    kembali dikompositkan, sehingga dalam satu jalur analisis vegetasi terdapat satu

    sampel tanah terusik.