KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DASARrepository.ub.ac.id/6999/1/Purwaningsih, Yuyun.pdf ·...
Transcript of KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DASARrepository.ub.ac.id/6999/1/Purwaningsih, Yuyun.pdf ·...
i
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DASAR
(BOTTOM GILLNET) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN
PERIKANAN (UPT-PP) MUNCAR BANYUWANGI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh :
YUYUN PURWANINGSIH
NIM. 135080201111059
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DASAR
(BOTTOM GILLNET) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN
(UPT-PP) MUNCAR BANYUWANGI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar
Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
YUYUN PURWANINGSIH
NIM. 135080201111059
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
JULI, 2017
ii
Judul :KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG
DASAR (BOTTOM GILLNET) DI UNIT PELAKSANA
TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN (UPT-PP) MUNCAR
BANYUWANGI JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : YUYUN PURWANINGSIH
NIM : 135080201111059
Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : IR. SUKANDAR, MP
Pembimbing 2 DR.IR. TRI DJOKO LELONO, M.Si
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : DR. IR. DEWA GEDE RAKA WIADNYA, M.Sc
Dosen Penguji 2 : DR. IR. DARMAWAN OCKTO SUTJIPTO, M.Si
Taggal Ujian : 27 September 2017
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di indonesia.
Malang,
Mahasiswa
Yuyun Purwaningsih
NIM. 135080201111059
iv
RINGKASAN
Yuyun Purwanigsih (135080201111059). Komposisi hasil tangkapan Jaring insang dasar (bottom gillnet) di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar, Banyuwangi Jawa Timur (dibawah bimbingan Ir. Sukandar, MP. dan Dr. Ir. Tri Djoko Lelono M.Si).
Gilinet termasuk alat penangkap ikan yang bersifat pasif karena menunggu ikan yang berenang menabrak badan jaring dan merupakan alat tangkap yang selektif karena jika diameter tubuh ikan lebih kecil dari ukuran mata jaring maka ikan akan lolos, hanya Ikan yang ukuran diameter tubuhnya sama atau lebih besar dari ukuran mata jaring yang akan tertangkap. Hal ini sangat bermanfaat untuk pengaturan ukuran ikan yang akan ditangkap, misalnya dengan membatasi ukuran mata jaring (mesh size) ukuran minimal ikan yang ditangkap dapat ditentukan, sehingga ikan-ikan yang masih kecil tidak tertangkap dan dapat meloloskan diri dari alat penangkap ikan
Adapun tujuan yang diambil pada penelitian ini adalah Mengetahui jenis hasil tangkapan jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar, Mengetahui komposisi dan jenis hasil tangkapan jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar, Mengetahui keanekaragaman dan keseragaman hasil tangkapan alat tangkap jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar
Metode penelitian yang digunakan dalam pengambilan data yaitu deskriptif survey melakukan sampel secara langsung dilapang dengan melihat alat tangkap bottom gillnet yang dating ke pelabuhan dan mencatat data hasil tangkapan. Pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisis dengan Hirarchical Cluster, Anova dan Microsoft excel.
Hasil dari penelitian konstruksi alat tangkap Hasil penelitian menggunakan alat tangkap Bottom gillnet ada 18 jenis, 2. Total hasil tangkapan adalah 5238,43 kg Sebanyak 18552 Ekor. hasil tangkapan terbanyak adalah ikan Botana (Acanthurus nigricauda) sebesar 14% sebanyak 2748 ekor dengan total berat 725,51, sedangkan hasil tangkapan yang paling sedikit adalah ikan selar dan peperek, ikan selar sebesar 1% sebanyak 345 dengan berat total 34,5 kg. Nilai indek Keanekaragaman (H’) adalah 2,68 jadi nilai >0,1 hasil tangkapan bottom gillnet memiliki keanekaragan yang tinggi dan tingkat selektifitas yang rendah, indeks keseragaman memiliki nilai 0,93 yakni >1 yang berarti hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Muncar keseragaman tinggi dan komunitas tetap stabil.
Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai komposisi hasil tangkapan bottom gillnet dan waktu yang lebih lama yang dapat mewakili musim puncak, sedang maupun paceklik dan Perlu adanya pencatatan data secara rutin oleh pihak pelabuhan terkait komposisi hasil tangkapan dan spesies yang tertangkap supaya dapat menjadi acuan dasar hasil tangkapan yang ada di Pelabuhan Perikanan Muncar.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Skripsi yang berjudul Komposisi Hasil Tangkapan Jaring insang dasar
(Bottom gillnet) di Unit Pelaksanan Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar
Banyuwangi Laporan ini bertujuan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, dibawah bimbingan:
1. Ir. Sukandar, MP
2. Dr.Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si
Pada laporan skripsi ini penulis membahas beberapa tujuan yaitu: 1.
Mengetahui jenis hasil tangkapan jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis
Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar, 2. Mengetahui komposisi hasil tangkapan
jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP)
Muncar, 3. Mengetahui keanekaragaman dan keseragaman hasil tangkapan alat
tangkap jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-
PP) Muncar
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Sehingga kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak demi
perbaikan dimasa mendatang. Akhirnya, semoga laporan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Malang, September 2017
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas segala
berkat serta karuniaNya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi yang
berjudul “Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar (Bottom gillnet) di Unit
Pelaksana teknis Pelabuhan Perikan (UPT-PP) Banyuwangi Jawa Timur”. Mulai dari
awal pengajuan judul sampai dalam penyusunan laporan, penulis dibantu oleh
banyak pihak yang terkait. Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Orangtua terkasih Bapak Marlan Haryanto dan Ibu As Nanik yang senantiasa
selalu mendoakan, mendukung dan memberi semangat serta dukungan dalam
melaksanakan penelitian hingga selesai.
2. Bapak Dr. Ir. Happy Nursyam, MS selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya melalui ketua jurusan Bapak Dr. Ir. Daduk
Setyohadi, MP dan Ketua Program Studi Bapak Sunardi, ST. MT yang telah
merekomendasikan dosen pembimbing kepada saya sehingga penelitian ini
bisa berjalan dengan lancar.
3. Bapak Ir. Sukandar, MP selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Dr. Ir.
Tri Djoko Lelono, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah banyak
meluangkan waktu, membimbing dengan sabar, memberikan arahan serta
pemikiran bagi penulis dalam menyusun laporan skripsi hingga selesai.
4. Bapak Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, M.Sc selaku dosen penguji pertama
dan Bapak Dr. Ir Darmawan Ockto Sutjipto, M.Si selaku dosen penguji kedua
yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan kritik beserta
saran kepada penulis.
vii
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang yang telah memberikan bimbingan selama saya menjalani
perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Pegawai di Unit pelaksana Teknis Pelabuhan Perikan Muncar
yang telah memberi idzin saya melakukan penelitian di lapang.
7. Bapak Nurdin selaku nelayan jaring insang dasar yang telah banyak membantu
mengukur alat tangkap dan memberikan informasi-informasi yang penulis
butuhkan selama dilapang.
8. Teman seperjuangan Girls squad ( Firda Musarifatul Ula, Khurniawati, Vina
Alfiani, Jenny Crismawati, Lasti yunita Butar Butar, Try Afriani dan Natasya)
yang sudah menjadi teman susah, senang selama kuliah dan penyemangat
dalam proses pengerjaan skripsi ini.
9. Naila Izzatul Firdaus dan evi Safitri yang sudah banyak membantu dan memberi
dukungan penuh selama kuliah dan mengerjakan laporan skripsi.
10. Iis iswati, Yunia Kurniasari, Ainani Aqmarina, Ilham Nur Huda, Rizky Windu
Pratama, Nurudin, Rendra, Fatkhul Muchlis, Nikita Carera yang membantu dan
memberi dukungan selama melakukan penelitian di Pelabuhan Muncar,
Banyuwangi
11. Teman Seperjuangan PSP angkatan 2013 yang telah memberi dukungan dan
kelancaran serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4 2.1 Alat Tangkap Bottom gillnet ...................................................................... 4 2.2 Komponen dan Material Bottom gillnet ..................................................... 5 2.3 Nelayan Bottom Gillnet ............................................................................. 7 2.4 Kontruksi alat tangkap bottom gillnet ........................................................ 7 2.5 Cara Pengoperasian Bottom gillnet .......................................................... 8 2.6 Daerah penangkapan Ikan ....................................................................... 9 2.7 Hasil Tangkapan Bottom gillnet .............................................................. 10 2.8 Selektifitas Bottom Gillnet ....................................................................... 10 2.9 Keanekaragaman dan Keseragaman ..................................................... 11
3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 12 3.1 Materi Penelitian ..................................................................................... 12 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 12
3.2.1 Alat Penelitian ............................................................................... 12 3.2.2 Bahan Penelitian ........................................................................... 13
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 13 3.4 Metode Pengumpulan data..................................................................... 13
3.4.1 Data Primer................................................................................... 14 3.4.2 Data sekunder .............................................................................. 14
3.5 Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 15 3.5.1 Mengidentifikasi Alat Tangkap Bottom gillnet .............................. 15 3.5.2 Identifikasi Jenis Ikan Hasil Tangkapan ...................................... 18
3.6 Metode Analisis Data.............................................................................. 18 3.6.1 Komposisi Hasil Tangkapan ......................................................... 19 3.6.2 Keanekaragaman dan Keseragaman ............................................ 19 3.6.3 Analisis Ragam ANOVA ................................................................ 20 3.6.4 Analisis BNT.................................................................................. 21
3.7 Alur Penelitian ........................................................................................ 22
ix
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 24 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 24
4.1.1 Keadaan geografis dan topograpi kabupaten banyuwangi ........... 24 4.1.2 Potensi Perikanan ........................................................................ 25
4.2 Alat Tangkap Bottom Gillnet ................................................................... 25 4.2.1 Deskripsi Bottom Gillnet ................................................................ 25 4.2.2 Kontruksi Alat Tangkap Bottom Gillnet .......................................... 27 4.2.3 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap bottom gillnet ....................... 29 4.2.4 Daerah penangkapan ikan ............................................................ 30 4.2.5 Musim Penangkapan Ikan ............................................................. 31
4.3 Unit Penangkapan Ikan .......................................................................... 32 4.3.1 Kapal ............................................................................................. 32 4.3.2 Nelayan ......................................................................................... 33
4.4 Identifikasi Jenis Hasil Tangkapan.......................................................... 34 4.5 Komposisi Hasil Tangkapan Bottom Gillnet ............................................ 47 4.6 Hirarchical Cluster .................................................................................. 49 4.7 Variasi Spesies Hasil Tangkapan ........................................................... 49 4.8 Variasi Kapal Hasil Tangkapan ............................................................... 50 4.9 Keanekaragaman dan Keseragaman Hasil Tangkapan .......................... 51
5. PENUTUP ..................................................................................................... 53 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 53 5.2 Saran ..................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
LAMPIRAN .......................................................................................................... 1
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian ................................................ 3
Tabel 2. Deskripsi webbing bottom gillnet .......................................................... 26
Tabel 3 Deskripsi alat tangkap bottom gillnet ..................................................... 28
Tabel 4 Spesifikasi alat tangkap Bottom gillnet .................................................. 33
Tabel 5 Ikan hasil tangkapan bottom gillnet ....................................................... 48
Tabel 6. Variasi soesies hasil tangkapan ........................................................... 50
Tabel 7. Variasi kapal hasil tangkapan ............................................................... 50
Tabel 8. Keanekaragaman dan keseragaman ................................................... 51
Tabel 9. Indek Keanekagaraman dan keseragaman .......................................... 52
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kontruksi Bottom gillnet (Sumber : SNI, 2006) ........................................ 8
Gambar 2. Diameter 1 Pis jaring (Sumber : SNI,2006) ............................................ 15
Gambar 3. Mata Jaring (Sumber : SNI,2006) ............................................................ 16
Gambar 4. Panjang jaring jadi (l=1m) dan panjang jaring teregang sempurna
atau panjang jaring sebelum jadi (lo > 1 m) (Sumber : SNI, 2006) ........................ 16
Gambar 5. Identifikasi Pelampung (Sumber : SNI.2006), ........................................ 17
Gambar 6. Alur Penelitian ............................................................................................. 23
Gambar 7. Alat tangkap bottom gillnet (Sumber : dokumentasi pribadi). .............. 26
Gambar 8. Kapal bottom gillnet (sumber : dokumentasi pribadi) ........................... 32
Gambar 9. Ikan Kerapu lumpur (Sumber : dokumentasi pribadi) ........................... 34
Gambar 10. Ikan swanggi/mata besar (sumber : dokumentasi pribadi) ................ 35
Gambar 11. Ikan Baronang (sumber : dokumentasi pribadi) .................................. 36
Gambar 12. Ikan Kapasan (sumber : dokumentasi pribadi) .................................... 36
Gambar 13. Ikan tambak moncong (sumber : dokumentasi pribadi) ..................... 37
Gambar 14. Ikan Talang-talang (sumber : dokumentasi pribadi) ........................... 38
Gambar 15. Ikan Kakaktua (sumber : dokumentasi pribadi) ................................... 39
Gambar 16. Ikan Sotong (sumber : dokumentasi pribadi) ....................................... 39
Gambar 17. Ikan Sani (sumber : dokumentasi pribadi) ............................................ 40
Gambar 18. Ikan Giant travelly (sumber : dokumentasi pribadi) ............................ 41
Gambar 19. Ikan Biji nangka (sumber : dokumentasi pribadi) ................................ 42
Gambar 20. Ikan Derkuku (sumber : dokumentasi pribadi) .................................... 42
Gambar 21. Ikan Lolosi biru (Sumber : dokumentasi pribadi) ................................. 43
xii
Gambar 22. Ikan Maradona (sumber : dokumentasi pribadi) .................................. 44
Gambar 23. Ikan Gempele (sumber : dokumentasi pribadi) ................................... 44
Gambar 24. Ikan Ekor kuning (sumber : dokumentasi pribadi) ............................... 45
Gambar 25. Ikan Kembung (sumber : dokumentasi pribadi)................................... 46
Gambar 26. Ikan Peperek (sumber : dokumentasi pribadi) ..................................... 46
Gambar 27. Komposisi hasil tangkapan bottom gillnet ............................................ 48
Gambar 28. Hubungan kekerabatan ........................................................................... 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian ................................................................................. 1
Lampiran 2. Kontruksi alat tangkap bottom gillnet ..................................................... 2
Lampiran 3. Perhitungan hasil identifikasi alat tangkap bottom gillnet ................... 3
Lampiran 4. Kegiatan Penelitian .................................................................................... 8
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Potensi sumberdaya laut, terutama perikanan menjadi hal yang penting
bagi nelayan dalam memanfaatkan laut. Informasi kondisi terbaru terhadap
sumberdaya perlu diperbaharui secara periodik untuk mengetahui daya dukung
sumberdaya alam terhadap pola pemanfaatan perikanan yang ada (Samidi,
2012). Menurut DKP Jatim Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung paling timur
pulau jawa dengan batas wilayah Kabupaten Banyuwangi sebelah utara adalah
Kabupaten Situbondo, sebelah timur adalah Selat Bali, sebelah selatan adalah
Samudera Indonesia sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan
Bondowoso. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi 5.782,50 km2 terbagi menjadi
24 kecamatan 28 kelurahan dan 189 desa, memiliki panjang garis pantai sekitar
175,8 km, serta jumlah pulau ada 10 buah. Hasil tangkapan perikanan di
Banyuwangi pertahun sebesar 27.489,77 ton dan bebrapa hasil tangkapan yang
berpotensi disana adalah ikan Tuna, Cakalang, Kerapu dan Udang barong.
Gilinet termasuk alat penangkap ikan yang bersifat pasif karena
menunggu ikan yang berenang menabrak badan jaring dan merupakan alat
tangkap yang selektif karena jika diameter tubuh ikan lebih kecil dari ukuran mata
jaring maka ikan akan lolos, hanya Ikan yang ukuran diameter tubuhnya lebih
sama atau lebih besar dari ukuran mata jaring yang akan tertangkap. Hal ini
sangat bermanfaat untuk membantu pengaturan ukuran ikan yang akan
ditangkap oleh nelayan, misalnya dengan membatasi ukuran mata jaring (mesh
size) ukuran minimal ikan yang ditangkap dapat ditentukan, sehingga ikan-ikan
yang masih kecil tidak tertangkap dan dapat meloloskan diri dari alat penangkap
ikan. (Kepala Pusat Penyuluhan Kelautandan Perikanan, 2011).
2
Berdasarkan Laporan Statistik Perikanan Tangkap Jawa Timur (2013),
Ikan hasil tangkapan jaring insang antara lain ikan ekor kuning, tetengkek,
kembung, bawal hitam, lemuru, kapas-kapas, lencam, kakap, belanak, kurisi,
kerong-kerong dan layur. Pengoperasian alat tangkap bottom gillnet di
Pelabuhan Muncar biasanya menggunakan satu buah kapal yang biasa disebut
dengan kapal jok yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1) Apa saja jenis hasil tangkapan jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis
Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar ?
2) Bagaimana komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar di Unit Pelaksana
Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar ?
3) Bagaimana Keragaman dan Keseragaman hasil tangkapan menggunakan
jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP)
Muncar?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah:
1) Mengetahui jenis hasil tangkapan jaring insang dasar di Unit Pelaksana
Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar
2) Mengetahui komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar di Unit Pelaksana
Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar
3) Mengetahui keanekaragaman dan keseragaman hasil tangkapan alat
tangkap jaring insang dasar di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan
(UPT-PP) Muncar
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
1) Bagi instansi
Sebagai suatu kajian dan penelitian dalam pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai Komposisi hasil tangkapan dengan menggunakan alat
tangkap jaring insang dasar (Bottom gillnet) di UPT Pelabuhan Perikanan Muncar
Banyuwangi.
2) Bagi Nelayan
Untuk memberikan informasi bagi nelayan komposissi hasil tangkapan
yang menggunakan alat tangkap jaring insang dasar (Bottom Gillnet) di UPT
Pelabuhan Perikanan Muncar Banyuwangi.
3) Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kita sebagai
mahasiswa yang kelak berguna di masyarakat.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan
Perikanan (UPT-PP) Muncar Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, yang
berlangsung pada bulan Maret-april 2017
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian
Keterangan : Jadwal Pelaksanan Penelitian
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Tangkap Bottom gillnet
Jaring Insang dasar (bottom gillnet) adalah alat penangkap ikan yang
berupa selembar jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata
jaring (mesh size) yang merata atau seragam di seluruh bagian jaring. Pada
bagian atas jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung sedangkan pada
bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat. Komponen dari jaring insang
dasar terdiri atas tali temali ( tali ris atas dan tali penguat, tali pelampung, tali ris
bawah dan tali penguat bawah, tali pemberat serta tali ris samping). Fungsi dari
pelampung dan pemberat ialah agar jaring dasar pada saat dioperasikan dapat
terbentang sempurna di dalam air. (Bandar Strandar Nasional, 2006). Jaring
yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat,
tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan,
sehingga ikan terjerat atau terpuntal. (BPPI semarang, 2005)
Menurut KEPMEN-KP No.08 tahun 2008 Tentang Penggunaan alat
penangkap ikan jaring (gillnet) adalah jenis alat penangkapan ikan yang
berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali
ris atas, tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan
cara terjerat, terpuntal, jaring ini dioperasikan dipermukaan, pertengahan dan
dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan
pelagis maupun demersal.
5
2.2 Komponen dan Material Bottom gillnet
Menurut SNI (2006), Komponen jaring insang dasar nylon (polyamide)
monofilament terdiri dari jaring nylon monofilament, tali pelampung dan
pelampung, tali ris atas serta tali ris bawah, tali pemberat dan pemberat. Jaring
insang dasar tidak mempunyai komponen kelengkapan jaring, yang terdiri dari
tali pelampung tambahan dan pelampung tambahan serta tali pemberat
tambahan dan pemberat tambahan. Komponen dan material jaring insang dasar
monofilament (dalam 1 pis jaring).
Menurut Badan Strandar Nasional (2006), komponen – komponen jaring
insang terdiri dari:
1) Tali Pelampung (float line)
tali pelampung adalah seutas tali yang dipergunkan untuk menempatkan dan
mengikatkan pelampung.
2) Pelampung (float)
pelampung adalah sesuatu benda yang mempunyai daya apung dan
dipasang pada jaring bagian atas berfungsi sebagai pengapung jaring.
3) Tali Penguat Atas (upper selvedge line)
tali penguat atas adalah seutas tali yang terletak diantara tali pelampung
dengan tali ris atas berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian atas.
4) Tali Ris Atas (head rope)
tali ris atas adalah seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan
tubuh jaring.
5) Serampat Atas (upper selvedge)
serampat atas adalah lembaran jaring yang terpasang diatas tubuh jaring
berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian atas.
6) Tubuh Jaring (net body)
6
tubuh jaring adalah lembaran jaring yang berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang merata atau sama atau
seragam.
7) Serampat Bawah (lower selvedge)
serampat bawah adalah lembaran jaring yang terpasang dibawah tubuh
jaring berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian bawah.
8) Tali Ris Samping (side line)
tali ris samping adalah seutas tali yang dipasang pada sisi-sisi tubuh jaring
berfungsi sebagai pembatas tinggi jaring insang.
9) Tali Ris Bawah (ground rope)
tali ris bawah adalah seutas tali yang dipergunakan untuk membatasi
gerakan jaring kearah samping
10) Tali Penguat Bawah (lower selvadge line)
tali penguat bawah adalah seutas tali yang terletak diantara tali ris atas
dengan tali pemberat berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian bawah.
11) Tali Pemberat (sinker line)
Tali pemberat adalah seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan
mengikatkan pemberat
12) Pemberat (sinker)
Pemberat adalah sesuatu benda yang mempunyai daya tenggelam dan
dipasang pada jaring bagian bawah, berfungsi sebagai penenggelam jaring
13) Satu Piece Jaring
Satuan lembaran jaring dari hasil pabrikan dengan ukuran 70 MD x 80 yards
atau 100 MD x 100 yards.
14) Satu Ting-ting Jaring (istilah nelayan)
Satuan lembaran jaring yang dipergunakan untuk pembuatan jaring insang (1
pis jaring = 2 ~ 4 ting-ting jaring)
7
2.3 Nelayan Bottom Gillnet
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun (2004), tentang perikanan
nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Orang yang hanya
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau
perlengkapan ke dalam perahu atau kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan.
Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukan
sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung melakukan penangkapan.
Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun (2004), nelayan dikelompokkan
berdasarkan curahan waktu kerjanya yaitu:
1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya dipergunakan
untuk melakukan operasi penangkapan ikan.
2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya
dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan.
3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu
kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan.
2.4 Kontruksi alat tangkap bottom gillnet
Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011), konstruksi
gillnet relatif sederhana terdiri dari lembar jaring yang disebut webbing, satu
lembar gillnet biasanya disebut dengan satu pis, ketika dioperasikan untuk
menangkap ikan jumlah pis gillnet yang digunakan sangat bervariasi antara satu
kapal dengan kapal yang lain, pada umumnya para nelayan terutama nelayan
dengan usaha skala kecil sering membuat sendiri alat penangkap ikan yang akan
digunakan.
8
Gambar 1. Kontruksi Bottom gillnet (Sumber : SNI, 2006)
Keterangan gambar 1 sebagai berikut:
Lhr : Panjang tali ris atas E : Hanging ratio datar
Lgr : Panjang Tali ris bawah S : Pemberat
L : Panjang rata-rata Ss1 : Jarak antar pemberat
H : Panjang tali teregang B : pelampung
h : tinggi jaring terpasang Sf1 : Jarak antar pemberat
2.5 Cara Pengoperasian Bottom gillnet
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006), Pengoperasian jaring
insang dasar dilakukan dengan cara menenggelamkan dan dipasang tegak lurus
arah arus di dasar perairan dan menghadang arah gerakan ikan. Ikan sasaran
tertangkap dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara
terpuntal badan pada tubuh jaring. Jaring insang dasar merupakan salah satu
jaring insang yang mempunyai daya tenggelam lebih besar dari pada daya apung
jaring. Menurut Miranti (2007), Secara umum metode pengoperasian alat
tangkap gillnet terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1) Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap,kondisi
mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil
tangkapan.
9
2) Pencarian daerah penangkapan ikan, hal ini dilakukan nelayan berdasarkan
pengalaman-pengalaman melaut, yaitu dengan mengamati kondisi perairan
seperti banyaknya gelembung-gelembung udara di permukaan perairan,
warna perairan, serta adanya burung-burung di atas perairan yang
mengindikasikan adanya schooling ikan.
3) Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting),
perendaman jaring (soaking) dan pengangkatan jaring (hauling).
4) Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan
dari jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat.
2.6 Daerah penangkapan Ikan
Daerah penangkapan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam operasi penangkapan ikan karena letak dan keadaan daerah
penangkapan ikan akan mempengaruhi bentuk dan ukuran alat tangkapnya.
Pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan ini sangat berguna dalam
menghadapi musim-musim paceklik (Prastyo, 1999). Menurut Gunarso (1985),
Menambahkan bahwa yang perlu diketahui dari daerah penangkapan ikan
khususnya mengenai penyebaran ikan diantaranya adalah:
1) Keberadaan ikan pada suatu tempat tertentu
2) Kapan waktu ikan akan muncul pada saat tertentu
3) Penyebab ikan berkumpul pada suatu daerah penangkapan
4) Menurut sifatnya ikan dan kapan ikan membentuk kelompok atau menyebar
5) Keberadaan ikan di tempat tersebut bersifat tetap, sementara ataukah hanya
sekedar lalu saja
6) Aktivitas ikan di tempat tersebut, untuk mencari ikan pada saat memijah,
membuat sarang ataukah ada berbagai sebab lainnya
10
7) Reaksi ikan tersebut terhadap faktor alami yang ada di daerah penangkapan
tersebut.
2.7 Hasil Tangkapan Bottom gillnet
Menurut Hasnia dan Ahmad Mustafa (2010), Hasil tangkapan dari jaring
insang dasar beragam antara lain seperti dari family Siganidae (Siganus guttatus,
S. canaliculatus, S. vermiculatus), Scaridae (Scarus gobban, S. hypselopterus, S.
sordidus), Lutjanidae (Lutjanus johnii), Lethrinidae (Lethrinus harak, L.
nebulosus, L. olivaceus), Mulloidae (Mulloides flavolineatus, Parupeneus
macronema), dan family Acanthuridae (Acanthurus nigrofuscus). Ada dua jenis
hasil tangkapan yang dominan adalah spesies baronang (Siganus canaliculatus),
Kapas-kapas / Kapasan (Gerres filamentosus).
Jaring insang dapat dioperasikan pada waktu malam atau siang hari di
daerah penangkapan yang telah ditentukan sebelumnya untuk menangkap ikan
target. Hasil tangkapan yang dominan dari alat tangkap ini adalah ikan kerapu
(epinephelus tauvina), ikan beloso (saurida tumbil) dan ikan kurisi (holocentrus
ruber). rajungan (portunus pelagicus) dan udang ronggen (paneus sp), kepiting
(crab) dan crustacea. (Iporenu, 2013).
2.8 Selektifitas Bottom Gillnet
Selektifitas menjadi sangat penting dalam upaya pelaksanaan kegiatan
penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan. Perbaikan selektivitas alat
tangkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keramahan
lingkungan. Berdasarkan ukuran yang tertangkap diharapkan bahwa ikan-ikan ini
telah berada pada ukuran yag layak tangkap yaitu minimal berada pada ukuran
pertama kali matang gonad (Length at first maturity / LFM). Dilihat dari ukuran
ikan dominan yang tertangkap yaitu 18,4 cm FL untuk Siganus canaliculatus dan
11
8,0 – 10,0 cm TL untuk spesies Gerres filamentosus telah melampaui ukuran
pertama kali matang gonad, yang berarti telah memenuhi salah satu kriteria dari
alat tangkap yang ramah lingkungan (Hasnia dan Ahmad Mustafa 2010).
Menurut Sudirman (2002), Salah satu masalah yang dihadapi dalam
pemanfaatan sumberdaya ikan adalah kurang selektifnya berbagai jenis alat
tangkap yang digunakan oleh nelayan, akibatnya adalah tertangkapnya ikan-ikan
yang bukan menjadi tujuan utama penangkapan (bycatch) yang dalam
prakteknya sebagian besar hasil tangkapan (bycatch) dibuang dilaut (discarded
catch)
2.9 Keanekaragaman dan Keseragaman
Indeks keanekaragaman adalah nilai yang dapat menunjukkan
keseimbangan keanekaragaman dalam suatu pembagian jumlah individu tiap
spesies. Sedikit atau banyaknya keanekaragaman spesies ikan dapat dilihat
dengan menggunakan indeks keanekaragaman. Indeks keanekaragaman
mempunyai nilai terbesar jika semua individu berasal dari spesies yang berbeda-
beda. Sedangkan nilai terkecil didapat jika semua individu berasal dari satu satu
spesies saja (Odum, 1983). Keanekaragaman jenis adalah suatu ekspresi dari
struktur komunitas, dimana suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman
jenis tinggi jika proporsi antar jenis atau spesies secara keseluruhan memiliki
jumlah yang sama banyak, sehingga jika ada beberapa jenis dalam komunitas
yang memiliki dominansi yang besar maka keanekaragamannya dan
keseragamannya rendah (Latuconsina, 2012).
Nilai Indeks keseragaman (E), semakin besar menunjukan kelimpahan
yang hampir seragam dan merata antar jenis atau spesies, nilai indeks
keseragaman pengamatan dibagi menjadi pada pada kriteria dengan kondisi labil
dan stabil (Odum, 1983).
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
Materi penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Jenis hasil tangkapan bottom gillnet di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan
Perikanan (UPT-PP) Muncar
2) komposisi dari hasil tangkapan bottom gillnet di Unit Pelaksana Teknis
Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar
3) Keanekaragaman dan Keseragaman hasil tangkapan bottom gillnet di Unit
Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan (UPT-PP) Muncar
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Bottom gillnet : sebagai alat penangkap ikan
2) Timbangan : alat untuk menimbang hasil tangkapan
3) Kamera : untuk mendokumentasikan hasil penelitian dan
kegiatan selama penelitian
4) Alat tulis : untuk mencatat data hasil penelitian
5) Jangka Sorong : untuk mengukur ketebalan benang, Mesh zise,
diameter pelampung dan pemberat
6) Kertas Asturo : untuk alas saat mendokumentasikan sampel
7) Buku Identifikasi : untuk mencocokan nama ikan hasil tangkapan
13
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Hasil tangkapan Bottom gillnet : Sebagai objek yang akan diteliti
2) kertas : untuk mencatat data saat penelitian
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif survey,
deskriptif survey dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung guna
mendapatkan keterangan yang jelas mengenai permasalahan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti melaukan pengamataan langsung saat ikan hasil
tangkapan didaratkan di UPT-PP Muncar banyuwangi profinsi Jawa timur
3.4 Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai
cara. Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder, sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsug memberikan data
kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono,2009:137). Tahap awal yang harus dilakukan dalam penelitian adalah
mengumpulkan data yang akan digunakan dalam pemecahan masalah yang
dihadapi. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder
14
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapang oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukanya, seperti wawancara. Data ini disebut juga data asli atau data baru
(hasan, 2004). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan
secara langsung partisipasi aktif pada saat pendaratan ikan di UPT Pelabuhan
Perikanan Muncar, selain itu juga melakukan wawancara kepada nelayan
setempat maupun pihak Pelabuhan terkait alat tangkap jaring insang dasar,
Kapal, hasil tangkapan, serta mendokumentasikan setiap kegiatan yang
berkaitan dengan penelitian.
3.4.2 Data sekunder
Menurut Sugiyono (2016), data sekunder adalah sumber yang diperoleh
atau dikumpulkan tidak secara langsung melainkan lewat orang lain atau lewat
dokumen. Data yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan ini diambil dari
berbagai buku, jurnal dan laporan terdahulu yaitu pengambilan data dari literatur-
literatur yang berkaitan dengan alat tangkap bottom gillnet.
Data sekunder kegiatan penelitian ini diambil dari buku perpustakaan,
jurnal, laporan terdahulu di Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, laporan
statistik perikanan tangkap UPT-PP Muncar Banyuwangi terkait dengan data alat
tangkap jaring insang dasar, kondisi geograis, hasil tangkapan, serta daerah
penangkapn jaring insang dasar.
15
3.5 Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian secara langsung
serta wawancara kepada nelayan setempat mengenai alat tangkap jaring insang
dasar yang sandar di UPT Pelabuhan perikanan Muncar.
3.5.1 Mengidentifikasi Alat Tangkap Bottom gillnet
1). Menentukan Panjang jaring insang dasar
Ukuran jaring (Webbing) yaitu ukuran panjang jaring dalam meter (m)
atau dalam jumlah mata jaring secara horizontal atau memanjang (mesh length)
dan lebar jaring dalam meter atau dalam jumlah mata jaring kearah Vertikal
(mesh depth). Mata jaring gillnet yang diijinkan beroperasi di Indonesia minimal
1 inci ( 1” ). Berikut diameter 1 pis jaring dapat dilihat pada (Gambar 2).
Gambar 2. Diameter 1 Pis jaring (Sumber : SNI,2006)
2). Menentukan ukuran mata jaring insang dasar
Untuk menentukan ukuran mata jaring yaitu dengan mengukur mata
jaring dari tengah simpul kiri ke tengah simpul kanan (mata jaring berimpit atau
stretch), biasanya ukuran mata jaring dalam millimeter (mm) atau inci (“). Gambar
mata jaring bisa dilihat di (gambar 3).
646
646
4040
Mesh Length (ML)
Mesh
Depth
(MD)
Keterangan : ML = 646 mata jaring ( )
MD = 40
1" 1"
16
Gambar 3. Mata Jaring (Sumber : SNI,2006)
1. Menentukan Hanging Ratio
Hanging ratio berpengaruh terhadap bukaan mata jaring pada
Jaring Insang. Cara menentukan hanging ratio ialah dengan mengukur jaring
jadi sepanjang 1 meter lalu diukur panjang jaring dalam 1 meter ini dalam
keadaan teregang sempurna (stretched )
Keterangan : E= Hanging Ratio L = Panjang tali pada lembaran jaring terpasang (m) Lo = Panjang jaring teregang (m)
Gambar 4. Panjang jaring jadi (l=1m) dan panjang jaring teregang sempurna atau panjang jaring sebelum jadi (lo > 1 m) (Sumber : SNI, 2006)
2. Pelampung
Cara mengidentifikasi sebuah pelampung yaitu dengan mencatat kode
pelampung, bahan pelampung, ukuran diameter luar dan diameter dalam lubang,
panjang pelampung dan daya apung (jika telah diketahui) serta kebutuhan
Ukuran Mata Teregang (Stretched Mesh Size)
Misalnya 50 mm
Bukaan Mata Jaring
Simpul (knot)
Kaki (Bar)
17
pelampung dalam 1 (satu) pis jaring. Pelampung pada umumnya nerkode Y-8
atau Y-3 (plastik) atau terbuat dari karet.
Gambar 5. Identifikasi Pelampung (Sumber : SNI.2006),
Identifikasi pelampung seperti pada (Gambar 5) untuk mengetahui jumlah
pelampung (bh) dalam 1 pis jaring dan jarak antar pelampung (m), maka secara
cepat dapat dihitung panjang jaring dalam 1 pis dan dalam seluruh rangkaian
jaring yang dioperasikan, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan : n = Jumlah pelampung j = Jarak antar pelampung (m)
Keterangan : n = Jumlah pelampung j = Jarak antar pelampung (m) N = Jumlah jaring yang dirangkai / disambung dalam operasi
dalam operasi penangkapan ikan (pis)
5). Pemberat
Menentukan salah satu pemberat yaitu mencatat kode pemberat, bahan
pemberat, dan daya tenggelam (jika telah tercantum) dalam g (gram), diameter
Jarak Antar Pelampung
(cm atau m)
Panjang Pelampung
(mm atau cm)
Diameter Lubang
Pelampung
(mm)
18
luar dan diameter dalam lubang, panjang pemberat serta kebutuhan pemberat
dalam 1 (satu) pis atau 1 tinting jaring. Umumnya digunakan pemberat buatan
pabrik dari bahan timah hitam atau Plumbum (Pb).
3.5.2 Identifikasi Jenis Ikan Hasil Tangkapan
Pertama yang dilakukan ialah memisahkan jenis hasil tangkapan
kemudian menanyakan nama lokal tersebut kepada nelayan, setelah antar
spesies ikan sudah dipisahkan kemudian diidentifikasi untuk mengetahui nama
latin, family, genus dan ciri-ciri morfologi, selatjutnya ambil salah satu sampel
atau specimen spesies diletakan pada kertas asturo yang sudah disiapkan dan
didokumentasikan menggunakan resolusi dan cayaha yang bagus supaya
mendapat foto terlihat jelas, spesies yang sudah diidentifikasi menggunakan
penciri morfologi yang ada pada buku referensi Carpenter dan Niem, kemudian
dimasukan pada microsoft excel data yang sudah siap kemudian dibuka di
aplikasi SPSS kemudian pilih classify pilih uji hierarchical cluster analysis dan
pilih plot dendogram agar hasilnya bisa ditampilkan dalam bentuk diagram pohon
atau dendogram, hubungan kekerabatan akan ditambikan dengan garis-garis
antar spesies, semakin dekat garis antar spesies maka hubungan kekerabanya
semakin dekat, dan terdapat juga nilai koefisien dibagian atas dendogram
semakin kecil nilai koefisien tersebut makan kekerabatan antar spesies semakin
dekat dan semakin besar nilai koefisienya hubungan kekerabatam antar spesies
hasil tangkapan alat tangkap Bottom gillnet yang saya teliti semakin jauh.
3.6 Metode Analisis Data
Penelitian kuantitatif mempunyai teknik analisis data yang jelas, analis
yang digunakan yaitu untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis
yang telah dirumuskan dalam proposal sebelumnya. Karena pada data yang
19
peneliti lakukan adalah data kuatitatif, maka teknis analisis data menggunakan
metode statistik yang sudah tersedia (Sugiyono, 2016).
3.6.1 Komposisi Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan yang sudah didaratkan di Pelabukan perikanan
Banyuwangi kemudian di pisahkan berdasarkan spesiesnya diletakan pada
tempat yang sudah disediakan. Selanjutkan diambil sampling untuk di timbang
berat (kg) menggunakan rumus:
Keterangan:
p = Komposisi Spesies (%) ni = Berat total setiap spesies hasil tangkapan (kg) N = berat seluruh spesies hasil tangkapan (kg)
3.6.2 Keanekaragaman dan Keseragaman
Indeks keanekaragaman jenis (H’) adalah indeks yang memperlihatkan
beragamnya jenis dan individu yang ditemukan pada suatu perairan
Keanekaragaman. Berdasarkan Shannon (H’) menurut Shannon and Wiener
(1949) dalam Odum (1983) dihitung menggunakan formula:
( ( ))
Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman, Pi = proporsi jumlah individu (ni/N). Ni = jumlah individu dari spesies ke-1 N = jumlah individu (Σni)
Keseragaman adalah sebaran jumlah spesies dalam suatu komunitas
sama dan tidak ada salah satu atau beberapa spesies yang mendominasi
komunitas tersebut, Formula dari indeks keseragaman Odum (1983) yaitu:
20
Keterangan :
E = indeks keseragaman H’ = indeks keanekaragaman S = jumlah spesies
Menurut Rizwanda (2015), nilai indeks berkisar 0 – 1 dengan kriteria:
E ≤ 0 : keseragaman kecil, komunitas tertekan
0,5 ≤ E ≤ 0,1 : keseragaman sedang, komunitas labil
E > 1 : keseragaman tinggi, komunitas stabil
3.6.3 Analisis Ragam ANOVA
Analisis ragam (ANOVA) dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan tangkapan antara kapal satu dengan kapal lainya. seperti data jumlah
spesies, data total hasil tangkapan menggununakan semua kapal dimasukan
kedalam Microsoft excel kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS analisis
one way ANOVA. pada analisis ini menggunakan hipotesis dan hipotesis yang
digunakan tersebut yaitu:
H1 = jumlah spesies hasil tangkapan per kapal per trip bervariasi atau memiliki
beda nyata.
H0 = jumlah spesies hasil tangkapan per kapal per trip tidak bervariasi atau tidak
memiliki beda yang nyata.
Apabila nilai signifikansi <0,05, maka H1 diterima yang artinya variasi
jumlah spesies antar kapal memiliki beda dan diperlukan adanya uji lanjutan
dengan prosedur post hoc untuk mengetahui variabel mana yang memiliki
perbedaan yang signifikan atau nyata, tetapi apabila nilai signifikansi >0,05 maka
H0 yang diterima yang artinya tidak perlu dilakukan prosedur post hoc
dikarenakan hasil variasi spesies antar kapal tidak berbeda. Variasi rata-rata
21
berat (kg) antar spesies diperoleh dengan menggunakan data rata-rata berat
spesies hasil tangkapan per spesiesnya (spesies yang melakukan pengulangan).
3.6.4 Analisis BNT
Uji BNt (Beda Nyata terkecil) atau lebih dikenal sebagai uji LSD (Least
Significance Different) adalah metode yang diperkenalkan oleh Ronald Fisher,
metode ini menjadikan nilai BNt dan nilai LSD sebagai acuan dalam menentukan
apakah rata-rata dua perlakuan memiliki perbedaan secara statistik atau tidak.
Untuk menghitung nilai BNt atau LSD kita membutuhkan beberapa data dari
perhitungan sidik ragam (ANOVA) yang telah dilakukan sebelumnya, data
tersebut berupa MSe dan dfe selain itu juga membutuhkan tabel t-student secara
lebfkap rumusnya yaitu:
Keterangan:
BNT(α) = t tabel tα = diperoleh dariabel t dengan α dfe dan MSE = diperoleh dari tabel hasil uji ANOVA r = Uangan atau banyaknya pengulanagan
Bila rata-rata dua populasi sampel lebih kecil atau sama dengan nilai
LSD, maka dinyatakan tidak berbeda signifikan. Atau dapat ditulis dengan
persamaan berikut :
Nilai BNT untuk menentukan apakah menolak adalah H0: i= j
22
3.7 Alur Penelitian
Alur penelitian adalah suatu alur pemikiran dari penelitian untuk
menjelaskan secara sederhana mengenai proses penelitian yang telah dilakukan,
tahapan mulai dari awal sampai akhir pertama ialah mengumpulkan data secara
primer, pengamatan secar langsung dari partisipasi aktif, observasi, dokumentasi
dan wawancara kepada pihak Pelabuhan maupun nelayan, kemudian
pengumpulan data secara sekunder diperoleh melalui laporan statisrik tahunan
UPT Pelabuhan Perikanan Muncar jurnal, buku di Fakultas perikanan dan Ilmu
Kelautan. Alur penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat ditabel berikut:
23
Gambar 6. Alur Penelitian
Mengumpulkan data
Data primer
1. Identifikasi alat tangkap dan hasil tangkapan
2. Komposisi hasil tangkapan
3. Analisis keanekaragaman dan keseragaman jenis
Data sekunder
1. Data Statistik perikanan di UPT-PP Muncar
2. Jurnal 3. Laporan terdahulu
Pengolahan Data
1. Analisis Deskriptif 2. Analisis Statistik
Hierarchical Cluster
SPSS
Anova, BNT
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILLNET) DI UNIT PELAKSANA
TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN (UPT-PP) MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR
Pelaksanaa
1. Identifikasi Spesies Ikan
Mengetahui nama umum
dari nelayan
Sesuai standar statistik
Nama umum => Nama
ilmiah
Fish base => Family
Identifikasi Menggunakan
Buku Carpenter dan Niem
Mendokumentasi Spesies
Karakteristik Morfologi
2. Komposisi Spesies
Ikan
Spesies Ikan yang
Diketahui
Alat tangkap gillnet
Hasil Tangkapan
Sampling Hasil
Tangkapan
Pisahkan per Spesies
Ikan
Menimbang Ikan (kg)
2. Keragaman dan
Keseragaman hasil
tangkapan
Hasil tangkapan jaring
insang dasar
Memisahkan hasil
tangkapan per jenis
Melihat proporsi jenis
ikan yang mendominasi
Menghitung
menggunakan rumus
odum
Mulai
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan geografis dan topograpi kabupaten banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi merupakan bagian yang Timur dari Wilayah
Propinsi Jawa timur, Teletak dikoordinat 7 43 - 8 46 Lintang Selaan Dn 113 53 –
114 38 Bujur Timur. Adapun batas- batas Wilayah yang berbatasan langsung
dengan Wilayah Banyuwangi adalah sebagai berikut:
1) Utara : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso
2) Timur : Selat Bali
3) Selatan : Samudra Hindia
4) Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso
Secara administratif Kabupaten Banyuwangi memiliki 24 kecamatan salah
satunya adalah kecamatan Muncar terletak dibagian Selatan dari wilayah
Kabupaten Banyuwangi, adapun batas-batas Kecamatan Muncar sebagai
berikut:
1) Utara : Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Songgon
2) Selatan : Kecamatan Kecamatan Tegaldlimo dan Cluring
3) Barat : Kecamatan Srono
4) Timur : Selat Bali
Kecamatan Muncar memiliki luas wilayah sebesar 76,9 km2, Topografi
Daratan Wilayah ini, menurut data dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Banyuwangi, mempunyai kemiringan antara 0-3 persen, sehingga termasuk
dalam kategori landau. Dengan ketinggian yang berkisar antara 15-50 m diatas
permukaan laut.
25
4.1.2 Potensi Perikanan
Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bottom gillnet di
perairan Muncar merupakan salah satu kegiatan yang menjadi mata pencaharian
bagi masyarakat sekitar khususnya yang berprofesi sebagai nelayan. Walaupun
termasuk kapal motor kecil dan jumlah hasil tangkapan tidak terlalu banyak tapi
ikan-ikan dasar hasil tangkapan bottom gillnet biasanya mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan juga tidak memerlukan banyak tenaga karna ABK
hanya 2-4 orang saja. Alat yang digunakan untuk usaha penangkapan yaitu
bottom gillnet dengan lebar rata-rata 1,5 meter dikedalaman 20-60 meter.
4.2 Alat Tangkap Bottom Gillnet
Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bottom gillnet di
perairan Muncar merupakan salah satu kegiatan yang menjadi mata pencaharian
bagi masyarakat sekitar khususnya yang berprofesi sebagai nelayan. Walaupun
termasuk kapal motor kecil dan jumlah hasil tangkapan tidak terlalu banyak tapi
ikan-ikan dasar hasil tangkapan bottom gillnet biasanya mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan juga tidak memerlukan banyak tenaga karna ABK
hanya 2-4 orang saja. Alat yang digunakan untuk usaha penangkapan yaitu
bottom gillnet dengan lebar rata-rata 1,5 meter dikedalaman 20-60 meter.
4.2.1 Deskripsi Bottom Gillnet
Alat tangkap bottom gillnet atau masyarakat Muncar biasa menyebut
dengan jaring jok, bertentuk selembaran jaring persegi panjang dengan pemberat
maupun pelampung dan termasuk kedalam alat tangkap yang pasif karena alat
tangkap ini menunggu ikan datang dan terjerat dijaring, dan alat tangkap yang
selektif karena hanya ikan yang berukuran sama atau lebih besar dari ukuran
26
jaring insang yang bisa terjerat ikan yang lebih kecil dari ukuran mata jaring akan
lolos, jaring ini biasanya menagkap ikan-ikan dasar / ikan karang. Gambar
Bottom gillnet dapat kita lihat di (Gambar 7).
Gambar 7. Alat tangkap bottom gillnet (Sumber : dokumentasi pribadi).
Berikut dijelaskan mengenai keterangan webbing alat tangkap bottom
gillnet di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikananan Muncar, mulai dari
bahan, tipe simpul, warna, meshsize sampai luas jaring, untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Deskripsi webbing bottom gillnet
Webbing Keterangan
Bahan Nylon
Tipe simpul English knot Warna Putih Mesh size (cm) 7,4cm Jumlah mata horizontal 8100 Jumlah mata vertical 200
Hanging ratio (%) 75
Shortening (%) 24,9
Diameter benang (mm) 0,5 mm
Arah pintalan Benang Z
No.benang 50/020
Panjang jaring Terenggang (m) (1pis) 703,2 M
Tinggi jaring terpasang (m) (1pis) 10,5 M
Tal ris atas (m) (1pis) 52,8 M
Tali ris bawah (m) (1pis) 51,7 M
Luas jaring 13,047 m2
27
4.2.2 Kontruksi Alat Tangkap Bottom Gillnet
Konstruksi dan bagian-bagian bottom gillnet terdiri dari:
1. Tali temali
Bahan yang digunakan pada tali temali adalah Polyethylene (PE), bahan
polyethylene ini diyakini lebih kuat tidak mudah putus, lebih lentur dan lebih
murah dari bahan lainya.
2. Tal ris atas
Tali ris adalah tali yang menghubungkan antara jaring utama dan tali
pelampung, untuk menghindarkan agar gillnet tidak terbelit sewaktu dioperasikan
(terutama pada bagian tali ris atasnya) biasanya tali ris atas dibuat rangkap dua
dengan arah pintalan yang berlawanan (S-Z), pelampung digunakan untuk
menandai jaring biasanya dipasang setiap beberapa cm sesuai deinginan dari
nelayan.
3. Tali Ris bawah
Tali ris bawah adalah tali penghubung antara badan jaring dengan
pemberat berfungsi untuk menghubungkan antara badan jaring dan pemberat
juga untuk mempermudahkan penurunan maupun pengangkatan jaring.
4. Pemberat
Pemberat yang digunakan di Muncar ada dua jenis yaitu menggunakan
logam dengan bahan timah atau bahan lain yang tidak mudah berkarat dan
menggunakan bata, pemberat ini digunakan agar jaring insang dapat tebuka
sempurna ketika dioperasikan.
5. Pelampung
Pelampung biasanya menggunakan bahan gabus/karet, pelampung yang
melekat pada tali ris atas Bottom gillnet berfungsi untuk mengangkat tali ris agar
jaring dapat berdiri tegak terhadap permukaan air, diperlukan pelampung
28
tambahan yang berfungsi sebagai tanda di permukaan perairan. Deskripsi alat
tangkap bottom gillnet dapat dilihat pada (Tabel 3).
Tabel 3 Deskripsi alat tangkap bottom gillnet
Tali ris atas Bahan Arah Pintalan Panjang (m) Diameter (cm) Warna
PE Z 528 6 Biru tua
Tal iris bawah Bahan Arah pintalan Panjang (m) Diameter (mm) Warna
PE Z 517 2 Biru tua
Pemberat logam Bahan Bentuk Diameter (cm) Berat 1 pemberat (kg) Jumlah 1 (pis) Jarak setiap pemberat
Pemberat bata Bahan Bentuk Lebar (cm) Panjang (cm) Tinggi Berat 1 pemberat (kg) Jumlah (1 pis) Jarak setiap pemberat
Timah lonjong 0,5 0,3 208 15 tanah kotak 10 11,3 3,9 1 3 18
29
Pelampung Bahan Bentuk Lebar (cm) Panjang (cm) Diameter Berat 1 pelampung (gr) Jumlah (1 pis) Jarak setip pelampung (m)
Sandal Oval 6,5 11,3 6,5 5 45 1
4.2.3 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap bottom gillnet
Teknik pengoperasian alat tangkap bottom gillnet dilakukan secara pasif
yakni dengan membiarkan jaring menghanyut di sepanjang dasar perairan,
berdasarkan pengalaman langsung dilapang dan wawancara kepada nelayan
ada 5 tahapan pengoperasian alat tangkap bottom gillnet yaitu:
1. Persiapan
Persiapan meliputi pemeriksaan alat tangkap, pengisian bahan bakar,
mempersiapkan perbekalan dan juga mempersiapkan es dan palka untuk
tempat ikan, penangkapan ada sore hari dan juga dini hari, sore hari persiapan
pukul 16.00 WIB dan dini hari pukul 02.30 WIB membutuhkan waktu kurang lebih
1,5 jam sampai daerah penangkapan atau fishing ground , sampai fishing ground
nelayan tidak langsung melakukan setting melainkan menunggu perairan agak
terang, nelayan berangkat pukul 02.30 WIB karena untuk menghindari kapal
karam dipelabuhan.
2. Pemasangan jaring (setting)
Sekitar pukul 04:30 WIB dan dirasa fishing ground tepat nelayan mulai
menurunkan jaring, pengoperaian bottom gillnet yaitu tegak dengan menghadang
arus, tujuanya supaya ikan-ikan dapat terjerat, penurunan dimulai dari
pelampung tanda dan membutuhkan waktu 30-45 menit penurunan dilakukan
dibagian buritan dengan kapal yang terus melaju perlahan tetelah jaring semua
30
sudah diturunkan yang terakhir adalah mengikat tali salambar pada kapal untuk
memudahkan pengangkatan.
3. Perendaman jaring (soaking)
Perendaman dilakukan sekitar 60-90 menit pada kedalanan 20-30m
pemasangan jaring yang tepat menjadi salah satu faktor keberhasilan
penangkapan ikan,
4. Pengangkatan jaring (hauling) dan pelepasan ikan dari badan jaring
Pengangkatan jaring dilakukan dibagian buritan sebelah kanan atau kiri,
pertama melepaskan tali salambar pada kapal dan langsung menari jaring secara
perlahan, satu orang menarik jaring sedangkan yang lainya bertugas melapaskan
ikan dari jeratan jaring, Ikan-ikan hasil tangkapan kemudian dimasukan dalam
coolbox kemudian mereka membawa hasil tangkpan ke pelabuhan setelah
sampai pelabuhan hasil tangkapan dibongkar kepengepul biasanya pengepul
ikan ini adalah istri dari pemilik kapal itu sendiri.
4.2.4 Daerah penangkapan ikan
Daerah operasi penangkapan jaring insang dasar (bottom gillnet) masih
berada dikawasan muncar dan selat bali. Nelayan bottom gillnet dalam mencari
daerah penangkapan masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan naluri,
pengalaman serta didasarkan pada kegiatan penangkapan sebelumnya, jika
penangkapan sebelumnya memperoleh hasil tangkapan yang banyak, maka
penangkapan berikutnya dilakukan pada daerah yang sama atau tidak akan jauh
dari daerah sebelumnya dan biasanya penangkapan akan dilakukan didaerah
trumbu karang karna biasanya disekitar terumbu karang banyak ikan-ikan dasar.
ada dua daerah penangkapan yang biasa didatangi oleh nelayan Muncar yaitu:
31
1. Karang ente dan Senggrong
Daerah penangkapan Karang ente dan Senggrong biasanya nelayan
memerlukan waktu 2-4 hari pertrip karena daerah penangkapan ini lumayan jauh
yakni membutuhkan waktu antara 4-6 jam menuju fishing ground, daerah ini
menjadi area penangkapan untuk nelayan besar karena membutuhkan modal
antara lain Rp.600-800 ribu rupiah sekali trip dengan jumlah ABK 2-4 orang.
2. Teluk Sembulungan
Daerah penangkapan di Teluk Sembulungan hanya sehari (one day
fishing) perjalan membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam, biasanya daerah ini
menjadi tujuan utama nelayan-nelayan kecil dengan modal sekali trip adalah
Rp.50-100rb rupiah.
4.2.5 Musim Penangkapan Ikan
Musim penangkapan di Pelabuhan Perikanan Muncar ada dua yaitu
musim barat dan musim angin timur, musim barat adalah cuaca yang kurang
bersahabat angin sangat kencang dan gelombang tinggi sehingga tidak semua
nelayan bottom gillnet pergi melaut, dan yang kedua adalah musim angin timur
yakni angin dan gelombang relatif kecil dan tenang. Musim penangkapan ikan
oleh nelayan bottom gillnet di Pelabuhan Muncar terbagi menjadi tiga musim,
yaitu:
1. Musim puncak yang terjadi sekitar bulan Juli sampai dengan bulan
November.
2. Musim sedang atau biasa yang terjadi sekitar bulan April sampai bulan Juni
3. Musim paceklik yang terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret. Pada
bulan ini tetap ada alat tangkap bottom gillnet yang beroperasi tapi jumlahnya
sedikit dan hasil tangkapan merekapun sedikit. Pada bulan paceklik ini rata-
rata nelayan bottom gillnet sekali trip 2-4 hari.
32
4.3 Unit Penangkapan Ikan
4.3.1 Kapal
Kapal penangkapan bottom gillnet yang ada di PPN Muncar biasa
disebut dengan kapal jok, menggunakan perahu motor dengan ukuran mesin <5-
5 GT kapal tidak dilengkapi dengan GPS atau alat bantu penangkpan yang lainya
karena untuk menentukan fishing ground masih menggunakan insting atau
kemampuan dari nelayan, tenaga penggerak kapal motor menggunakan mesin
dengan nama Kubota biasa diletakan dibagian kanan kapal dan kendali kapal
berada dibelakang. Anak buah kapal (ABK) berjumlah 1-4 orang termasuk
nahkoda kapal. Gambar kapal Bottom gillnet dapat dilihat pada (Gambar 8).
Gambar 8. Kapal bottom gillnet (sumber : dokumentasi pribadi)
Perawatan kapal bottom gillnet / jaring jok ini dilakukan sebulan sekali
ketika bulan terang antara tanggal 11-18 atau masyarakat Muncar biasa
menyebut dengan padangan. Nelayan biasanya membawa kapal mereka
kesungai saat air pasang kemudian menunggu surut baru mereka memperbaiki
kapal, perbaikan kapal dilakukan dari pendempulan sampai mengecatan kapal.
33
Spesifikasi alat tangkap Bottom gillnet pada hasil wawancara dan
pengukuran pada kapal salah satu nelayan saat penelitian bisa dilihat pada
(Tabel 4).
Tabel 4 Spesifikasi alat tangkap Bottom gillnet
No Spesifikasi kapal Keterangan
1 Nama kapal Sumber rezeki
2 Nama pemilik kapal Nudin
3 Jenis alat tangkap Bottom gillnet
4 Jenis kapal Kapal motor
5 Panjang kapal 8 m
6 Lebar kapal 2,5 m
7 Dalam kapal 0,8
8 Merk mesin Kubota
9 Tenaga mesin 12 pk
10 Bahan bakar Solar
4.3.2 Nelayan
Nelayan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam operasi
penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di PPN Muncar,
Pekerjaanya sebagai nelayan ini adalah mata pencaharian utama untuk
masyarakat sekitar walaupun nelayan di Muncar sering merugi atau hanya
mendapatkan ganti bahan bakar mereka tetap mempertahankan pekerjaan
dengan alasan mereka tidak mempunyai pekerjaan lain dan rata-rata hanya
lulusan pendidikan yang rendah, selain jadi nelayan mereka biasanya membuka
usaha lain seperti membuka toko kelontong dan ibu-ibu nelayan menjemur ikan
untuk dibuat ikan asin. Kapal bottom gillnett dalam melakukan operasi
penangkapan membawa sekitar 1-4 anak buah kapal (ABK) termasuk
34
nahkodanya, pemilik kapal biasanya ikut turun langsung melakukan operasi
penangkapan ikan.
4.4 Identifikasi Jenis Hasil Tangkapan
1. Klasifikasi Ikan Kerapu lumpur Cephalopholis argus menurut Bloch and
Schneider (1801) dalam carpenter (1999b:2476), adalah sebagai berikut:
Family : Serranidae
Subfamily : Epinephelinae
Genus : Cephalopholis
Spesies : Cephalopholis argus
Nama lokal : Kerapu Minyak
Nama Indonesia : Kerapu lumpur
Nama Inggris : grouper / groper
Gambar 9. Ikan Kerapu lumpur (Sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Kerapu lumpur pada (Gambar 9). Mempunyai bentuk tubuh
compressed, seluruh bagian tubuhnya didominasi warna coklat kehitaman
dengan bintik-bintik berwarna kebiruan diseluruh tubuhnya, ikan kerapu lumpur
biasanya ditemukan pada terumbu karang atau substrat berlumpur, makanan
utamanya adalah ikan-ikan kecil, cumi-cumi dan crustacea.
2. Klasifikasi Ikan swanggi Myripristis berndti menurut Jordan and Evermann
(1903) dalam Carpenter (1999b:2238), adalah sebagai berikut:
Family : Priacanthidae
35
Subfamily : Myripristinae
Genus : Myripristis
Spesies : Myripristis berndti
Nama lokal : Gora Suangi, Lolong Bara, Temenggong
Nama Indonesia : ikan mata besar / ikan swanggi
Nama Inggris : Big eye
Gambar 10. Ikan swanggi/mata besar (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Swanggi/mata besar pada (Gambar 10). Mempunyai mata yang
besar dan menonjol, mempunyai badan yang pipih memanjang/compresed,
bagian tubuhnya biasanya didominasi oleh warna merah dan mempunyai sisik
yang cukup keras, biasanya ikan ini hidup didaerah dasar yang lunak berlumpur
atau pasir.
3. Klasifikasi Ikan baronang Siganus puellus menurut Schlegel (1852) dalam
carpenter (2001b: 3640), adalah sebagai berikut:
Family : Siganidae
Genus : Siganus
Spesies : Siganus puellus
Nama lokal : Sadar
Nama Indonesia : Ikan Baronang
Nama Inggris : Masked spinefoot
36
Gambar 11. Ikan Baronang (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Baronang pada (Gambar 11). Mempunyai tubuh berwarna oranye-
kuning ditandai dengan pola garis bergelombang halus yang rumit, dibagian
perut berwerna putih keperakan, dibagian kepa kepala terdapat bar kehitaman
dari dagu sampai tengkuk, bintik hitam besar di atas mata di bar, tubuh pipih
memanjang. Panjang total maksimal sekitar 38 cm, rata-rata mempunya panjang
25 cm, habitat di daerah trumbu karang dengan kedalaman sampai 30m.
4. Klasifikasi Ikan kapasan/ Kapas-kapas Gerres filamentosus menurut Cuvier
(1829) dalam Carpenter (2001a:2952), adalah sebagi berikut:
Family : Gerreidae
Genus : Gerres
Spesies : Gerres filamentosus
Nama lokal : kapas-kapas
Nama Indonesia : Kapasan / kapas-kapas
Nama Inggris : Cotton silverbiddy
Gambar 12. Ikan Kapasan (sumber : dokumentasi pribadi)
37
Ikan Kapasan pada (Gambar 12). Memiliki Tubuh compresed dengan
warna tubuh keperakan, kebiruan, atau kehitaman dengan bercak gelap
bervariasi dibagian punggung, dibagian perut berwarna keputihan, biasaya hidup
dimuara sungai memakan invertebrata kecil disekitar tempat hidupnya.
5. Klasifikasi Ikan lencam Lethrinus amboinensis menurut Bleeker (1854) dalam
Carpenter (2001a:3026), adalah sebagai berikut:
Family : Lethrinidae
Genus : Lethrinus
Spesies : Lethrinus amboinensis
Nama lokal : Tambak moncong
Nama Indonesia : Ikan lencam
Nama Inggris : Ambon Emperors
Gambar 13. Ikan tambak moncong (sumber : dokumentasi pribadi)
Tubuh pipih memanjang tubuh berwarna putih kemerahan / kecoklatan
dengan bintik gelap yang tidak jelas, Kepala berwarna coklat, kadang dengan
garis-garis terang dan bibir kemerahan. Panjang total maksimum sekitar 70 cm
tapi umumnya memili panjang berkisar antara 30 dan 50 cm. Hidup didaerah
trumbu karang dan dasar yang berpasir makanan utamnay adalah ikan dan
crustacea.
6. Klasifikasi Ikan Talang-talang Decapterus macrosoma menurut Bleeker (1851)
dalam carpenter (1999b:272, adalah sebagai berikut:
Family : Carangidae
38
Genus : Decapterus
Spesies : Decapterus macrosoma
Nama lokal : Badong, Talang padi
Nama Indonesia : Talang-talang / Daun bambu
Nama Inggris : Queen fish
Gambar 14. Ikan Talang-talang (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Talang-talang pada (Gambar 14). Memiliki badan pipih dan
memanjang, tubuh berwarna putih keperakan dan terdapat finlet dibelakang sirip
punggung panjang rata-rata sekitar 60cm, hampir tersebar diseluruh perairan
Indonesia, makanan utamanya adalah ikan-ikan kecil.
7. Klasifikasi Ikan kakaktua Scarus rivulatus menurut Valenciennes in Cuvier
and Valenciennes (1840) dalam Carpenter (2001b:3489), adalah sebagai berikut:
Family : Scaridae
Genus : Scarus
Spesies : Scarus rivulatus
Nama lokal : Keleng
Nama Indonesia : Kakaktua
Nama Inggris : Parrotfish
39
Gambar 15. Ikan Kakaktua (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Kakaktua pada (Gambar 15). Mempunyai bentuk tubuh pipih
memanjang dengan warna hijau kebiruan tapi umumnya berwarna cerah
mengkilap pada bagian seluruh tubuhnya dan dibagian bawah mata terdapat
bercak hijau, hidup didaerah terumbu karang yang dangkal.
8. Klasifikasi Ikan sotong Naso hexacanthus menurut Bleeker, (1855) dalam
carpenter (2001b:3678), adalah sebagai berikut:
Family : Acanthuridae
Subfamily : Nasinae
Genus : Naso
Spesies : Naso hexacanthus
Nama lokal : Sotong
Nama Indonesia : Sotong
Nama Inggris : Sleek unicornfish
Gambar 16. Ikan Sotong (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Sotong pada (Gambar 16). Memiliki bentuk tubuh pipih memanjang,
dengan warna abu-abu kebirun sampai kekuningan (warna hidup bisa bervariasi
40
dari coklat tua sampai biru muda) memiliki panjang rata-rata 50cm, biasa hidup
dikedalaman 6-150m dan biasanya hidup secara shooling / berkelompok.
9. Klasifikasi Ikan sani / botana Acanthurus nigricauda menurut Duncker and
Mohr (1929) dalam Carpenter (2001b:3670), adalah sebagai berikut:
Family : Acanthuridae
Subfamily : Acanthurinae
Genus : Acanthurus
Spesies : Acanthurus nigricauda
Nama lokal : sani
Nama Indonesia : Botana
Nama Inggris : Epaulette surgeonfish
Gambar 17. Ikan Sani (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Sani pada (Gambar 17). Memiliki warna coklat tua (tapi mampu
mengubah warna dengan cepat menjadi abu-abu keunguan) tidak punya sisik
tapi kulitnya kasar terdapat bercak hitam dibelakang mata, panjang bisa
mencapai 40m dan panjang rata-rata adalah 30cm, biasanya hidup pada substrat
berpasir atau diatas karang, ikan botana/ Tangs umumnya memakan ganggang
(algae), meskipun ada beberapa spesies menjadi karnivora.
10. Klasifikasi Ikan Putian / Giant Travelly (GT) Caranx ignobilis
Family : Carangidae
Genus : Caranx
Spesies : Caranx ignobilis
41
Nama lokal : Putian
Nama Indonesia : Kuwe gerong
Nama Inggris : Giant Travelly
Gambar 18. Ikan Giant travelly (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan giant travelly pada (Gambar 18). mempunyai bentuk tubuh pipih
memanjang dengan dominasi warna perak kebiruan pada bagian punggung dan
keputihan pada bagian perut, termasuk kedalam salah satu ikan yang bernilai
ekonomis tinggi, makanan utama adalah ikan yang lebih kecil, ikan ini biasanya
hidup didaerah terumbu karang dan bebatuan.
11. Klasifikasi Ikan biji nangka Parupeneus heptacanthus Lacepède (1802)
dalam carpenter (2001a:3189), adalah sebagai berikut:
Family : Mulidae
Genus : Parupeneus
Spesies : Parupeneus heptacanthus
Nama lokal : Jenggotan
Nama Indonesia : Biji nangka
Nama Inggris : Cinnabar goatfish
42
Gambar 19. Ikan Biji nangka (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Biji nangka pada (Gambar 19). Memiliki warna kuning-oranye sampai
merah muda, terdapat dua sunggut dibawah mulut, panjang total mencapai 37
cm dan panjang rata-rata biasanya sampai 25 cm, biasanya hidup di air yang
agak keruh atau lumpur berpasir dengan kedalaman rata-rata > 15cm.
12. Klasifikasi Ikan Derkuku Parupeneus heptacanthus menurut Quoy and
Gaimard (1825) dalam carpenter (2001a:3294), adala sebagai berikut:
Family : Kyphosidae
Genus : Parupeneus
Spesies : Parupeneus heptacanthus
Nama lokal : Derkuku
Nama Indonesia : Derkuku
Nama Inggris : Brassy chub
Gambar 20. Ikan Derkuku (sumber : dokumentasi pribadi)
Mempunya bentuk tubuh pipih memanjang badanya didiminasi dengan
warna perak kehitaman panjang total maksimal 60 cm biasanya sampai 40
43
cm,tinggal didaerah pesisir terutama trumbu karang berbatu, termasuk ikan
herbivora karna makanan utamanya adalah rumput laut.
13. Klasifikasi Ikan Lolosi biru Caesio caerulaurea menurut Lacepède (1801)
dalam carpenter (2001a:2926), adalah sebagai berikut:
Family : Caesionidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio caerulaurea
Nama lokal : Sulir biru
Nama Indonesia : Lolosi biru
Nama Inggris : Blue and gold fusilier
Gambar 21. Ikan Lolosi biru (Sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Lolosi biru pada (Gambar 21). Memiliki warna tubuh bagian atas
kebiruan tubuh bagian bawah putih sampai kebiruan pucat terdapat garis kuning
tunggal tepat di atas garis lateral, panjang total maksimal adalah 35cm dan
panjang rata-ratanya 25cm, biasanya hidup didaerah pesisir dan trumbu karang
sampai kedalaman 40m.
14. Klasifikasi Ikan Maradona abudefduf vaigiensis menurut kuiter dan tonozuka
(2001:440), adalah sebagai berikut:
Family : Pomacentridae
Genus : Abudefduf
Spesies : Abudefduf vaigiensis
Nama lokal : Maradona
44
Nama Indonesia : maradona
Nama Inggris : Spawning
Gambar 22. Ikan Maradona (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Maradona pada (Gambar 22). Mempunyai bentuk tubuh pipih
memanjang, bagian punggung terdapat motif vertikal berwarna hijau kebiruan
dan terdapat garis horizontal berwarna kuning, pada bagian perut berwarna
putih, ikan ini biasanya ditemukan didaerah terumbu karang yang dangkal.
15. Klasifikasi Ikan gempele Diagramma pictum menurut Thunberg (1792) dalam
carpenter (2001a: 2967), adalah sebagi berikut:
Family : Haemulidae
Genus : Diagramma
Spesies : Diagramma pictum
Nama lokal : Gempele
Nama Indonesia : Gempele
Nama Inggris : Painted sweetlips
Gambar 23. Ikan Gempele (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Gempele pada (Gambar 23). Memiliki warna kecoklatan dengan
bintik-bintik berwarna oranye terang diseluruh bagian tubuhnya, dan membentuk
45
garis-garis dibagian kepala, panjang maksimal adalah 100cm dan panjang rata-
rata adalah 45cm, habitat didaerah trumbu karang dan daerah berpasir terbuka
sampai kedalaman 80m.
16. Klasifikasi Ikan Ekor kuning Caesio cuning menurut Bloch (1791) dalam
Carpenter (2001a: 2927), adalah sebagai berikut:
Family : Caesionidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio cuning
Nama lokal : Ekor kuning
Nama Indonesia : Ekor Kuning
Nama Inggris : Redbelly yellowtail fusilier
Gambar 24. Ikan Ekor kuning (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Ekor kuning pada (Gambar 24). Memiliki tubuh bagian punggung
sampai sirip berwarna kuning terang dan dibagian perut berwarna putih sirip
perut berwarna merah muda, panjang maksimal adalah 50cm, menghuni daerah
pesisir, biasanya di atas karang berbatu dan terumbu karang hingga
kedalamannya Sekitar 60 m.
17. Klasifikasi Ikan Kembung lelaki Restrelliger kanagurta
Family : Scombridae
Genus : Restrelliger
Spesies : Restrelliger kanagurta
46
Nama lokal : Madehi, banyar
Nama Indonesia : Ikan Kembung
Nama Inggris : Indo pacific striped mackerel
Gambar 25. Ikan Kembung (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan kembung pada (Gambar 25). Memiliki warna tubuh abu-abu bagian
punggung agak kebiruan dan bagian bawah keputihan, termasuk ikan pelagis
yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
18. Klasifikasi Ikan Peperek Leiognathus equulus menurut Forsskål (1775)
dalam Carpenter (2001a:2808), adalah sebagai berikut:
Family : Leiognathidae
Genus : Leiognathus
Spesies : Leiognathus equulus
Nama lokal : Petek, pepetek
Nama Indonesia : Peperek
Nama Inggris : Common ponyfish
Gambar 26. Ikan Peperek (sumber : dokumentasi pribadi)
Ikan Peperek pada (Gambar 26). Memiliki bentuk tubuh pipih memanjang,
dengan warna tubuh putih keperakan, biasa hidup didaeah pantai berlumpur
47
dengan kedalaman 70m, panjang maksimal 24cm dan rata-rata adalah 18cm,
makanan utamanya adalah crustacean dan ikan-ikan kecil.
4.5 Komposisi Hasil Tangkapan Bottom gillnet
Hasil pengamatan selama penelitian menggunakan alat tangkap Bottom
gillnet didapatkan hasil tangkapan diantaranya Kerapu lumpur (Cephalopholis
argus), swanggi (Myripristis berndti), Baronang (Siganus puellus, kapasan
(Gerres filamentosus), lencam (Lethrinus amboinensis), Talang-talang
(Decapterus macrosoma), kakaktua (Scarus rivulatus), sotong (Naso
hexacanthus), sani / botana (Acanthurus nigricauda), Putian / Giant Travelly
(GT) (Caranx ignobilis), biji nangka (Parupeneus heptacanthus), Derkuku
(Kyphosus vaigiensis), Sulir biru / Lolosi biru (Caesio caerulaurea), Maradona
(abudefduf vaigiensis), gempele (Diagramma pictum), Ekor kuning (Caesio
cuning), Kembung lelaki (Restrelliger kanagurta), Peperek (Leiognathus
equulus). Dalam penelian yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Muncar
menggunakan Bottom gillnet mandapatkan 18 (delapan belas) jenis. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada (Tabel 5).
48
Tabel 5 Ikan hasil tangkapan bottom gillnet
No Nama Indonesia Nama lokal Nama Ilmiah
1 Kerapu Kerapu Cephalopholis argus 2 swanggi Suanggi Myripristis berndti 3 Baronang Sadar Siganus puellus 4 kapasan Kapasan Gerres filamentosus 5 lencam Tambak moncong Lethrinus amboinensis 6 Talang-talang Talang-talang Decapterus macrosoma 7 Kakaktua Keleng Scarus rivulatus 8 Sotong Sotong Naso hexacanthus 9 Botana Sani Acanthurus nigricauda 10 GiantTravelly
(GT) Putian Caranx ignobilis
11 biji nanagka Jenggotan Parupeneus heptacanthus 12 Derkuku Derkuku Kyphosus vaigiensis 13 Lolosi biru Sulir biru Caesio caerulaurea 14 Maradona Maradona abudefduf vaigiensis 15 gempele Gempele Diagramma pictum 16 Ekor kuning Ekor kuning Caesio cuning 17 Kembung lelaki Madehi, banyar Restrelliger kanagurta 18 Peperek Petek, pepetek Leiognathus equulus
Gambar 27. Komposisi hasil tangkapan bottom gillnet
Total hasil tangkapan selama penelitian di Pelabuhan Perikanan Muncar
Banyuwangi pada (Gambar 27). Memiliki berat total 5238,43 kg Sebanyak 18552
Ekor. Hasil tangkapan terbanyak adalah ikan Botana (Acanthurus nigricauda)
Kerapu 7%
Swanggi 5%
Baronang 3%
Kapasan 5%
Lencam 5%
Talang-talang 3% kakak tua
8%
Sotong 13%
Botana 14%
Putian/GT 8%
Biji Nangka 9%
Derkuku 4%
lolosi biru 5%
Maradona 3%
Gempele 3%
Ekor kuning
3% Selar 1%
Peperek 1%
Komposisi hasil tangkapan
49
sebesar 14% sebanyak 2748 ekor dengan total berat 725,51, sedangkan hasil
tangkapan yang paling sedikit adalah ikan selar dan peperek, ikan selar sebesar
1% sebanyak 345 dengan berat total 34,5 kg.
4.6 Hirarchical Cluster
Hirarchical Cluster adalah untuk mengetahui hubungan kekerabatan hasil
tangkapan ikan mengunakan alat tangkap bottom gillnet di Unit Pelaksana Teknis
Pelabuhan Perikanan Muncar Banyuwangi.
Gambar 28. Hubungan kekerabatan
Berdasarkan pada (Gambar 28). Terdapat 3 hubungan kekerabatan / tiga
cluster, cluster pertama adalah ikan sotong, botana, kapasan, talang-talang,
peperek, kembung dan ikan giant travelly, cluster kedua terdiri dari ikan kerapu,
gempele, lolosi biru dan maradona, dan cluster ketiga adalah ikan swanggi,
derkuku, baronang, lencam, biji nangka, ekor kuning, dan kakaktua.
4.7 Variasi Spesies Hasil Tangkapan
Analisa ragamOne-Way ANOVA ( Analisys of variance) digunakan untuk
mengetahui variasi rata-rata berat antar spesies hasil tangkapan jaring insang
dasar (bottom gillnet) di TPI Muncar Banyuwangi
50
Tabel 6. Variasi soesies hasil tangkapan
Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Between Groups
4729,052 17 278,180 1,875 0,20
Within Groups 42137,267 284 148,371 Total 46866,319 301
Dari analisa ragam pada (Tabel 6). Diketahui bahwa nilai probalilitas yang
ditunjukan pada kolom sig.(signifikan) sebesar 0,20 yang berarti tidak ada beda
nyata terhadap variasi rata-rata berat antar spesies hasil tangkapan
menggunakan bottom gillnet. Jika nilai signifikan >0,05 diterima h0 yang artinya
variasi rata-rata berat antar spesies tidak ada beda nyata.
4.8 Variasi Kapal Hasil Tangkapan
Analisa ragam One-Way ANOVA ( Analisys of variance) digunakan untuk
mengetahui variasi jumlah spesies hasil tangkapan perkapal jaring insang dasar
(bottom gillnet) di TPI Muncar Banyuwangi
Tabel 7. variasi kapal hasil tangkapan
Dari analisa ragam pada (Tabel 7). Diketahui bahwa nilai probalilitas yang
ditunjukan pada kolom sig.(signifikan) sebesar 0,18 yang berarti tidak ada beda
nyata terhadap variasi rata-rata berat antar spesies hasil tangkapan
menggunakan bottom gillnet. Jika nilai signifikan >0,05 diterima h0 yang artinya
variasi jumlah spesies hasil tangkapan tidak ada beda nyata.
Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Between Groups
3390,710 23 147,422 2,058 0,18
Within Groups 3439,185 48 71,650 Total 6829,895 71
51
4.9 Keanekaragaman dan Keseragaman Hasil Tangkapan
Tingkat keanekaragaman dan keseragaman sangat berpengaruh
terhadap hasil tangkapan, Berikut adalah hasil penelitian di Muncar Banyuwangi.
Tabel 8. Keanekaragaman dan keseragaman
No Spesies Jumlah (ekor)
1 Kerapu 742
2 Swanggi 1945
3 Baronang 463
4 Kapasan 463
5 Lencam 472
6 Talang-talang 718
7 kakak tua 879
8 Sotong 2748
9 Botana 2117
10 Putian/GT 1642
11 Biji Nangka 1358
12 Derkuku 739
13 Lolosi biru 1343
14 Maradona 1252
15 Gempele 315
16 Ekor kuning 811
17 Kembung 345
18 Peperek 200
Berdasarkan pada (Tabel 8). Ikan hasil tangkapan bottom gillnet ada 18
(delapan belas jenis) yaitu kerapu 742 ekor, Swanggi 1945 ekor, Baronang 463
ekor, kapasan 463 ekor, lencam 472 ekor, talang-talang 718 ekor, kakaktua 879
ekor, sotong 2748 ekor, botana 2117 ekor, putian/GT 1642 ekor, biji nangka 1358
ekor, derkuku 739 ekor, lolosi biru 1343 ekor, maradona 1252 ekor, gempele 315
ekor, Ekor kuning 811, kembung 345 ekor, peperek 200 ekor. Spesies hasil
tangkapan yang paling banyak adalah ikan sotong dengan 2748 ekor dan
spesies hasil tangkapan yang paling sedikit adalah ikan gempele dengan 315
ekor.
52
Tabel 9. Indek Keanekagaraman dan keseragaman
NO PARAMETER JUMLAH
1 Indek keanekaragaman (H') 2,68
2 Keanekaragaman maksimum (H max) 2,89
3 indek kesergaman (E) 0,93
Dari (Tabel 9). Diketahui nilai indek Keanekaragaman (H’) adalah 2,68
jadi nilai >0,1 berarti hasil tangkapan bottom gillnet memiliki keanekaragan yang
tinggi dan tingkat selektifitas yang rendah, kemudian untuk indeks keseragaman
memiliki nilai 0,93 yakni >1 yang berarti hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Muncar keseragaman tinggi dan komunitas tetap stabil.
Menurut Rizwanda (2015) nilai indeks berkisar 0 – 1 dengan kriteria :
E ≤ 0 : keseragaman kecil, komunitas tertekan
0,5 ≤ E ≤ 0,1 : keseragaman sedang, komunitas labil
E > 1 : keseragaman tinggi, komunitas stabi
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian menggunakan alat tangkap Bottom gillnet ada 18 (delapan
belas) jenis antara lain Cephalopholis argus, Myripristis berndti, Siganus
puellus, Gerres filamentosus, Lethrinus amboinensis, Decapterus macrosoma,
Scarus rivulatus, Naso hexacanthus, Acanthurus nigricauda, Caranx ignobilis,
Parupeneus heptacanthus, Kyphosus vaigiensis, Caesio caerulaurea,
abudefduf vaigiensis, Diagramma pictum, Caesio cuning, Restrelliger
kanagurta, Leiognathus equulus.
2. Total hasil tangkapan adalah 5238,43 kg Sebanyak 18552 Ekor. hasil
tangkapan terbanyak adalah ikan Botana (Acanthurus nigricauda) sebesar
14% sebanyak 2748 ekor dengan total berat 725,51, sedangkan hasil
tangkapan yang paling sedikit adalah ikan selar dan peperek, ikan selar
sebesar 1% sebanyak 345 dengan berat total 34,5 kg.
3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) adalah 2,68 jadi nilai >0,1 hasil tangkapan
bottom gillnet memiliki keanekaragan yang tinggi dan tingkat selektifitas yang
rendah, indeks keseragaman memiliki nilai 0,93 yakni >1 yang berarti hasil
tangkapan di Pelabuhan Perikanan Muncar keseragaman tinggi dan
komunitas tetap stabil.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai komposisi hasil
tangkapan bottom gillnet dan waktu yang lebih lama yang dapat mewakili
musim puncak, sedang maupun paceklik.
54
2. Perlu adanya pencatatan data secara rutin oleh pihak pelabuhan terkait
komposisi hasil tangkapan dan spesies yang tertangkap supaya dapat
menjadi acuan dasar hasil tangkapan yang ada di Pelabuhan Perikanan
Muncar
55
DAFTAR PUSTAKA
BPPI Semarang. 2015 pengertian jaring insang dasar, balai pengembangan
penangkapan ikan semarang. hal : 5
Badan pusat statistik kabupaten banyuwangi. 2015.Statistik daerah kabupaten
muncar website: banyuwangikab.bps.go.id; email : [email protected]
Carpenter Kent E. Volker H. Niem. 2001a. Sumberdaya laut di Western Central
Pasific. Badan Perikanan Forum Pasifik Selatan (FFA) dan Badan
Pembangunan Internasional Norwegia (NORAD) MAKANAN. FAO. Volume
5. M-40 ISBN 92-5-104587-9
Carpenter Kent E. Volker H. Niem. 2001b. Sumberdaya laut di Western Central
Pasific Volume 6 Ikan bertulang bagian 4. M-40 ISBN 92-5-104587-9
Gunarso, w. 1985. tingkah laku ikan. bahan pengajar bogor : fakultas perikanan
institut pertanian bogor
Hasnia Arami, Mustafa Ahmad, 2010. analisis selektifitas gillnet yang
dioperasikan di perairan lentea, kecamatan kaledupa selatan kabupaten
wakatobi. warta-wiptek, volume 18 nomor : 01 januari 2010, issn 0854-
0667
Iporenu, H, E, Aristi Dian Purnama Fitri, Boesono, H2. 2013. analisis
perbandingan hasil tangkapan bottom gillnet dengan umpan ikan petek
segar dan asin (leiognathus sp.) di perairan jepara jawa tengah. journal of
fisheries resources utilization management and technology volume 2,
nomor 4, hlm 59-68
Kementrian Kelautan Perikanan 2008. PERMEN KP no.8 tahun 2008 Tentang
penggunaan alat penangkapan ikan jaring (gillnet) yang dioperasikan di
zona ekonomi eklusif Indonesia. Jakarta
Latuconsina, H, M.Natsir Nessa, dan rohani ambo rappe2. 2012, komposisi spesies dan struktur komunitas ikan padang lamun di perairan tanjung tiram – teluk ambon dalam. jurnal ilmu dan teknologi kelautan tropis, vol. 4, no. 1, hlm. 35-46
Prasetyo, D.T. 1999. Study pendahuluan tentang penggunaan echosounder dan
sonar dalam operasi penangkapan ikan pelagis kecil pada kapal purde
deine di perairan utara Jawa . Program studi pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Riswandha, N,S, Anhar Solichin, Norma Afiati. 2015 struktur komunitas larva ikan pada ekosistem mangrove dengan umur vegetasi yang berbeda di desa timbulsloko, demak. diponegoro journal of maquares volume 4 , nomor halaman 164-173
56
Sudirman, M. S. Baskoro, A.Purbayanto, D.R. Monintja, dan T.Aromoto. 2002
Perkembangan hasil tangkapan, tingkat discard carch dan selektivitas alat
tangkap bagan Rambo doselat mkasar. Tulisan ini telah dipresentasikan
dan dimuat dalam Prosiding seminar Nasional Perikanan Tangkap
(ISBN:(979-1225-00-1)
Sugiyono. 2009 metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D hal 137,145
Bandung: Alfabeta
Sugiono. 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Undang-undang No.31 tahun 2004 Tentang perikanan. Pengertian nelayan dan
pembagian nelayan menurut hari kerjanya
Wiyono.2009 Selektifitas spesies alat tangkap garuk di Cirebon jawa barat jurnal
bumi lestari, volume 9 no.01 hlm.61-65
Muhammad, s dan Soemarno 2011.sumberdaya alam dan lingkungan wilayah
pesisir dan lautan jawa timur.http://images.plsub.multiply.com. diakses
pada tanggal 15januari 2015 pukul 15.19 wib
Samidi, N. 2012. langkah penting dorong perikanan berbasis ekosistem di
ntt.www.wwf.or.id. diakses pada tanggal 11 januari 2016 pukul 17.45 wib