KOMPOR MELEDAK

download KOMPOR MELEDAK

of 33

Transcript of KOMPOR MELEDAK

KOMPOR MELEDAK

Seorang perempuan 35 tahun, hamil 8 bulan selama ini sudah melakukan ANC teratur ke dokter kandungan. Selama ANC didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg dan kedua kaki bengkak. Suatu hari ia dibawa ke UGD dengan luka bakar pada dada, perut dan lengan yang disebabkan oleh ledakan kompor saat ia sedang memasak. Pasien sadar, suara sedikit serak, alis terbakar. Pasien mengeluh sesak dan saat batuk dahaknya berwarna hitam. Didapati kulit yang mengelupas di daerah dada dan perut tapi pasien masih merasakan nyeri, di daerah lengan timbul gelembung berisi air. Pada saat pemeriksaan pasien mendadak kejang dan didapatkan tensi 200/110 mmHg, nadi cepat dan lemah. Pada pemeriksaan DJJ 160x permenit. Hasil lab didapatkan : proteinuria +3.

1

STEP 1

Proteinuria +3 : Pada uji dipstik didapatkan nilai protein dalam urin +3, setara dengan 3x 300 mg/24 jam

2

STEP 2

1. Bagaimanakah penentuan derajat luka bakar? 2. Bagaimanakah penatalaksanaan luka bakar ? 3. Bagaimana kegawatdaruratan pada pasien obsestri dan ginekologi? 4. Bagaimana hipertensi pada kehamilan? 5. Bagimana kegawatdaruratan pada jantung?

3

STEP 3

1. Bagaimanakah penentuan derajat luka bakar? Secara umum derajat luka bakar dibagi dalam 3 derajat, yaitu : Derajat 1 : Sebatas pada epidermis dimana keluhan yang timbul terdapat eritema, nyeri dan tidak ada bula. Derajat 2 : Sebatas epidermis dan dermis, dimana keluhan yang didapat kemerahan, pembengkakkan dan bula, basah, berair dan terdapat nyeri hebat Derajat 3 : Sebatas epidermis, dermis dan subkutis, dimana keluhan yang didapat kehitaman, kaku, kulit putih,merah kehitaman, nyeri (-), kering.

Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan prosentase. Pengukuran ini disebut rule of nines dan pada bayi dan anak anak dilakukan beberapa modifikasi. Rule of nines membagi tubuh manusia dewasa dalam beberapa bagian dan setiap bagian dihitung 9%.

Kepala = 9% Dada bagian depan = 9% Perut bagian depan = 9% Punggung = 18% Setiap tangan = 9% Setiap telapak tangan = 1% Selangkangan = 1% Setiap kaki = 18%

Misal, jika luka bakar mengenai kedua kaki (18% x 2 = 36%), selangkangan (1%), dada depan dan perut depan maka total luasnya luka bakar adalah 55%.

4

Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan rule of nine, sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukan sebab permukaan kulit relatif bagus sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan dan suhu masih baik. Jika luas luka bakar lebih dari 15 20% maka tubuh telah mengalami kehilangan cairan yang cukup signifikan. Jika cairan yang hilang tidak segera diganti maka pasien dapat jatuh ke kondisi syok atau renjatan

2. Bagaimanakah penatalaksanaan luka bakar ? Tujuan utama berhubungan dengan penatalaksanaan luka bakar: a. Pencegahan. b. Menyelamatkan jiwa pasien. c. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan.5

d. Pemulihan atau rehabilitasi.

Secara

sistematik

dapat

dilakukan

6c

:

clothing,

cooling,

cleaning,

chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

6

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.

3. Bagaimana kegawatdaruratan pada pasien obsestri dan ginekologi? Secara garis besar, kegawatdaruratan pada pasien obgyn disebabkan oleh 4 faktor besar, yaitu : Pendarahan Infeksi dan Sepsis Hipertensi Persalinan Macet

Faktor- lainnya yang berperan adalah emboli air ketuban, luka bakar, syok anafilaktik karena obat, cidera kecelakaan. Untuk menegakkan diagnosis dan melakukan tindakan yang tepat perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh mulai dari anamnesis sampai pemeriksaan penunjang. Selain ditinjau dari keadaan ibunya, seorang pasien hamil juga perlu diperhatikan keadaannya dari aspek janin. Gawat darurat janin dapat dilihat dari denyut jantung janin dan memeriksa kemungkinan didapatkannya mekonium dalam amnion. Gawat darurat janin dapat dilihat dari DJJ > 160 kali permenit atau dibawah 100 kali permenit, DJJ tidak teratur, keluar mekonium diawal persalinan.

4. Bagaimana hipertensi pada kehamilan? Klasifikasi peningkatan tekanan darah tinggi saat kehamilan dapat dibagi menjadi:

7

a. Peningkatan tekanan darah 140/90 mm Hg untuk pertama kali selama hamil, tidak ada proteinuria (kebocoran protein pada ginjal). Biasanya tekanan darah kembali ke normal kurang dari 12 minggu pasca-persalinan. b. Pre-eklampsia, ditandai dengan peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu, proteinuria 300 mg/24 jam atau +1, disertai pembengkakan pada tungkai atau edema tungkai. Pre eklampsia dikategorikan menjadikan preeklampsia berat jika tekanan darah meningkat 160/110 mmHg, Proteinuria 2 gram/24 jam atau > 2+. c. Eklampsia, kejang-kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita hamil dengan pre-eklampsia. d. Preeklampsia pada hipertensi kronik, kehamilan dengan pre-eklampsia pada wanita penderita hipertensi essential (penderita sebelum hamil). e. Hipertensi kronik, ditandai dengan peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu.

5. Bagimana kegawatdaruratan pada jantung? Penyakit Jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Penyebab langsung kematian pada umumnya adalah henti jantung, syok atau gagal jantung yang disebabkan oleh sindrom koroner akut (termasuk infrak miokard akut). Upaya awal yang dilakukan oleh SDM yang terlatih banyak membantu mengurangi angka kematian dan komplikasi setelah kejadian, meskipun pada saat itu tidak ada dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Perangkat kompetensi yang harus diterapkan dalam fase awal akut adalah Advanced Cardiac Life Support (ACLS).

8

STEP 4

1. Bagaimanakah penentuan derajat luka bakar? Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

Etiologi Luka Bakar a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) Gas Cairan Bahan padat (Solid)

b. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn) c. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) d. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar a. Fase akut Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

b. Fase sub akut Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:9

Proses inflamasi dan infeksi. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.

Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

Tindakan terpenting : Segera menghentikan paparan panas Mencegah meluas dan mendalamnya kerusakan jaringan kulit Mencegah dan mengatasi infeksi Mencegah kontraktur dan perlengketan jari tangan/kaki Segera tentukan diagnosis dengan mencantumkan derajat dan berat luka bakar

Derajat luka bakar (berdasarkan kedalaman lapisan kulit yang terkena)

10

a. Derajat 1: mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit oedem, dan nyeri Kedalaman : Ketebalan partial superfisial Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari). Penampilan : Kering tidak ada gelembung, oedem minimal atau tidak ada, pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Warna : Bertambah merah. Perasaan : Nyeri

b. Derajat 2: mengenai epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla,sedikit oedem, nyeri berat. Bila bulla pecah tampak agak kemerahan Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam. Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada pakaian, jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet. Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali. Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.

11

Perasaan : Sangat nyeri

c. Derajat 3: mengenai seluruh lapisan kulit, lesi pucat, warna kecoklatan dengan permukaan lebih rendah dari bagian yang tidak terbakar Kedalaman : Ketebalan sepenuhnya Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak dengan arus listrik. Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan. Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah. Perasaan : Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut.

12

Beratnya luka bakar (berdasar derajat dan luasnya kulit yang terkena) Ringan : luka bakar derajat I atau derajat I atau derajat II seluas 20% atau derajat III seluas > 10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat

kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (> 1000 V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan lunak/gangguan jalan nafas. Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 2. Kedalaman luka bakar. 3. Anatomi lokasi luka bakar. 4. Umur klien. 5. Riwayat pengobatan yang lalu. 6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

Perhitungan luasnya luka bakar Anak-anak (dihitung menurut rumus Lund dan Browder : dalam %), sedangkan dewasa (dihitung menurut rumus Rule of Nine). American college of surgeon membagi dalam: a. Parah critical: Tingkat II Tingkat III : 30% atau lebih. : 10% atau lebih.

Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas.

13

b. Sedang moderate: Tingkat II Tingkat III : 15 30% : 1 10%

c. Ringan minor: Tingkat II Tingkat III : kurang 15% : kurang 1%

14

Proses patofisiologis terjadinya luka bakar adalah sebagai berikut :

15

Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

16

2. Bagaimanakah penatalaksanaan luka bakar ? Pertolongan pertama (di tempat kejadian): a. Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplay) Oksigen dengan menutup tubuh penderita dengan selimut, handuk, seprai, karung, dll b. Perhatikan Keadaan Umum penderita c. Pendinginan : Buka pakaian penderita, rendam dalam air atau air mengalir 20 30 menit, derah wajah dikompres air, yang disebabkan zat kimia: selain air dapat dapat digunakan NaCI (untuk zat korosif) atau gliserin (untuk fenol). d. Mencegah infeksi:Luka ditutup dengan perban/ kain kering bersih yang tidak dapat melekat pada luka Penderita ditutup kain bersih. Jangan beri zat yang tidak larut dalam air seperti: mentega, menyak, kecap, pasta gigi,telor, dll.

17

e. Rujuk ke Puskesmas f. Perhatian: pendinginan tidak ada gunanya jika luka bakar > 1 Jam.

Secara

sistematik

dapat

dilakukan

6c

:

clothing,

cooling,

cleaning,

chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan. a. Clothing : Singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning. b. Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir. c. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan. d. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau

18

bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. e. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat diberikan penghilang nyeri berupa : Paracetamol dan codein (PO-per oral)20-30mg/kg, Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tana bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation) Airway and breathing Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

Circulation Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang

19

dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organorgan tubuh.

Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya

dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.

Pemberian anti tetanus diperlukan pada luka-luka sebagai berikut : 1. Disertai patah tulang 2. Luka yang menembus ke dalam 3. Luka dengan kontaminasi benda asing (terutama serpihan kayu) 4. Luka dengan komplikasi infeksi 5. Luka dengan kerusakan jaringan yang besar (contoh luka bakar) 6. Luka dengan kontaminasi tanah, debu atau produk cairan atau kotoran kuda 7. Implantasi ulang dari gigi yang tanggal.

Menurut derajat Luka Bakar d. Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah muka, genital rawat inap20

e. Derajat 2: inj. ATS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im. Derajat 2 tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa steril, beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu. f. Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Menurut Beratnya Luka Bakar Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Rujukan Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk dirujuk : Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka bakar yang - sangat superfisial Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 510% Luka bakar yang melingkar Luka bakar oleh cairan kimia Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh Luka bakar yang mencederai saluran napas Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi

21

Indikasi rawat inap Luka bakar didaerah wajah dan leher Luka bakar di daerah tangan Luka bakar di daerah mata Inhalasi

3. Bagaimana kegawatdaruratan pada pasien obsestri dan ginekologi? Secara garis besar, kegawatdaruratan pada pasien obgyn disebabkan oleh 4 faktor besar, yaitu : Pendarahan, dengan manifestasi klinik berupa perdarahan berwujud bercak, merembes, profus, syok. Infeksi dan Sepsis dengan manifestasi klinis berupa cairan bau yang keluar pervaginam, air ketuban hijau, demam, syok. Hipertensi dengan manifestasi klinis berupa pusing, bengkak, penglihatan kabur, kejang, koma. Persalinan Macet yaitu proses kelahiran yang lama melebihi waktu normal.

Faktor- lainnya yang berperan adalah emboli air ketuban, luka bakar, syok anafilaktik karena obat, cidera kecelakaan. Untuk menegakkan diagnosis dan melakukan tindakan yang tepat perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh mulai dari anamnesis sampai pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan Fisik : a. Inspeksi : Kesadaran : pingsan, koma, kejang-kejang, gelisah, tampak kesakitan Wajah : pucat, kemerahan, berkeringat Pernafasan : cepat, sesak

22

Perdarahan : pervaginam

b. Palpasi Kulit : dingin, demam Nadi : lemah/kuat, cepat/normal Tungkai bawah : bengkak

c. Tanda Vital

Pemeriksaan Penunjang : a. Pemeriksaan darah Golongan darah dan cross match Hb > 10gr% Ht > 30% Leukosit Ureum dan Kreatinin Glukosa pH dan elektrolit Koagulasi Fungsi hati Kultur darah

b. Pemeriksaan Air kemih Berat jenis air kemih meningkat labih dari 1020

Prinsip Umum Penanganan Kasus : 1. Pastikan jalan nafas bebas 2. Pemberian O2 dengan kecepatan 6-8lt/menit. Intubasi atau ventilasi tekanan positif hanya jika ada indikasi yang jelas. 3. Pemberian cairan iv

23

Cairan isotonik : Nacl 0,9% atau Ringer Laktat. Ukuran jarum sebaiknya 16-18 agar caian dapat masuk dengan cepat Berhati-hati dalam pemberian cairan, apabla kelebihan maka akan memberikan gejala : bengkak, nafas pendek, pipi bengkak.

4. Pemberian Transfusi darah 5. Kateter urin, diharapkan paling sedikit 100ml/4jam atau 30ml/jam 6. Pemberian Antibiotik 7. Obat Analgesik, hati-hati karena : Dapat menyembunyikan gejala Dapat menyebabkan distress pernafasan

Selain ditinjau dari keadaan ibunya, seorang pasien hamil juga perlu diperhatikan keadaannya dari aspek janin. Gawat darurat janin dapat dilihat dari denyut jantung janin dan memeriksa kemungkinan didapatkannya mekonium dalam amnion. Gawat darurat janin dapat dilihat dari DJJ > 160 kali permenit atau dibawah 100 kali permenit, DJJ tidak teratur, keluar mekonium diawal persalinan.

Pengelolaan Gawat Janin : a. Pemantauan Risiko rendah : auskultasi teratur DJJ per 15 menit selama kala I, setiap setelah his kala II, selama satu menit setelah his selesai Risiko tinggi : menggunakan DJJ elektrik dan pemeriksaan pH darah

b. Interpretasi dan pengelolaan Perbaikan aliran darah uterus 1) Miringkan ibu disebelah kiri 2) Henikan infus oksitosin 3) Perbaiki hipotensi ibu 4) Naikkan kecepatan infus cairan intravaskular untuk meningkatkan aliran darah arteri uterina Perbaiki aliran darah umubilikus

24

1) Ubah posisi ibu 2) O2 pada ibu 6-8lt/menit 3) Konsultasikan pada spesialis anak

4. Bagaimana hipertensi pada kehamilan? Pereklampsia ringan adalah komplikasi kehamilan dengan hipertensi 140/90 160/110, disertai dgn protenuria dan/atau edema pada usia kehamilan >20 minggu atau segera setelah persalinan. Kenaikan TD sistolik >30 mmHg dan diastolik >15 mmHg, dalam 2 pengukuran slma 1 jam. Proteinuria +1. Preeklampsia berat: Usia kehamilan >20 minggu, hipertensi >160/ >110, proteinuria > +2, oliguria; 25 ml/jam, ada antidotum (calcium glukonas10%). c. Beri lagi MgSO IV 1x saja minimal 20 menit stlah pberian trakhir jika4

kejang berulang. Jika timbul lagi, beri Diazepam 10 mg IV atau Fenobarbital 250 mg IM.

2. Mencegah komplikasi: a. Obat anti-hipertensi pilihan ialah Nifedipin 5-10 mg per oral, 8x/ 24 jam. Jika respon (-) stlh 10 menit, beri tambahan Nifedipin 5 mg sublingual. b. Bila pasien koma: Dexamethasone 1 amp/8 jam IV.27

3. Memperbaiki keadaan ibu: a. Resusitasi cairan RL/ Dextrose 5%. b. Perawatan ICU; pemantauan cairan & kalori.

4. Terminasi kehamilan: dilakukan bila terjadi pemulihan metabolisme ibu. a. PE berat: persalinan dlm 24 jam.E: persalinan dlm 12 jam. b. Induksi Oxytocine 5 IU/ 500 ml Dextrose 5% atau prostaglandin. c. Operasi bila: 1) Kontra indikasi per vaginam. 2) Drip Oksitosin gagal. 3) Fase aktif (-) setelah 12 jam drip oksitosin. 4) Gawat janin. 5) Primigravida.

Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang usia kehamilan maupun kondisi janin

5. Bagimana kegawatdaruratan pada jantung? Penyakit Jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Penyebab langsung kematian pada umumnya adalah henti jantung, syok atau gagal jantung yang disebabkan oleh sindrom koroner akut (termasuk infrak miokard akut). Upaya awal yang dilakukan oleh SDM yang terlatih banyak membantu mengurangi angka kematian dan komplikasi setelah kejadian, meskipun pada saat itu tidak ada dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Perangkat kompetensi yang harus diterapkan dalam fase awal akut adalah Advanced Cardiac Life Support (ACLS). (LO)

28

STEP 5

1. Bagaimana pemberian antibiotik pada pasien luka bakar? 2. Jelaskan mengenai kegawatdaruratan pada jantung! 3. Bagaimana kegawatdaruratan pada obsestri dan gynekologi? a. Atonia Uteri b. Kehamilan Ektopik Terganggu 4. Bagaimana kegawatdaruratan pada kulit (Stephen Jonsons Syndrom)?

29

STEP 6

Cunningham, F.Gary. 2006. Obsestri Williams. Jakarta :EGC

De Jong, Wim & R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.

Fakultas Kedokteran UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid 2 dan 3.

Fakultas Kedokteran UI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : FKUI

Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC

Mycek, Mary J, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : PB PAPDI

Prawirohardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Prawirohardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Price, Sylvia A. 2006. Patofiologi Konsep Klinis Proses-Proses Peyakit. Jilid 2.

Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Dagnostik. Edisi 2. Jakarta : FKUI

30

Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgry). Jakarta : EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC

Tjay, Tan Hoan, dkk. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta : PT Elexmedia

31

STEP 7

1. Bagaimana pemberian antibiotik pada pasien luka bakar?

2. Jelaskan mengenai kegawatdaruratan pada jantung!

3. Bagaimana kegawatdaruratan pada obsestri dan gynekologi? a. Atonia Uteri

b. Kehamilan Ektopik Terganggu

4. Bagaimana kegawatdaruratan pada kulit (Stephen Jonsons Syndrom)?

32

KESIMPULAN

33