KOMPLIKASI KURETASI

download KOMPLIKASI KURETASI

of 2

description

jgsv

Transcript of KOMPLIKASI KURETASI

KOMPLIKASI KURETASI1. Perforasi uterusKuretase dapat menimbulkan terjadi perforasi uterus, hal itu dapat terjadi pada rahim yang hamil, sehingga dinding rahim sangat lunak, sehingga beresiko tinggi untuk terjadinya perforasi uterus akibat pengerokan sisa jaringan.Resiko terjadinya perforasi semakin besar apabila kuretase dilakukan pada ibu yang menderita mola hidatodisa (hamil anggur), sebab ada tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan kuretase. Pada mola hidatidosa perut biasanya cukup besar. Usia tiga bulan saja sudah seperti usia 6 bulan. Karena itu sebelum kuretase dilakukan evakuasi posisi kehamilan menggunakan vakum terlebih dahulu, baru mengerok menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa haringan.Selain itu Perforasi uterus biasanya dapat timbul akibat alat yang menembus terlalu dalam hingga merobek uterus. Dalam melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligatum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan terlebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan yang berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret keluar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar.2. PerdarahanBila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan.3. Sindrom AshermanSindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim. Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk lagi. Akibatnya, pasien tidak mengalami haid. Ini memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan kuretase. Tapi hal itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid kembali.