Komplikasi

3
c. Komplikasi : 1. Artritis post trauma 2. Kerusakan neurovaskuler 3. Patah tulang terbuka d. Reduksi : traksi longitudinal dan manipulasi yang berlawanan arah dengan kekuatan trauma, kemudian dilakukan bidai (splint) secara baik. 3. Bahu a. Merupakan bagian tubuh tersering yang mengalami dislokasi b. Untuk membedakan dislokasi tipe anterposterior (AP), tipe axillary lateral dan tipe scapular outlet (Y) memerlukan pemeriksaan radiografi. c. Mekanisme 1. dislokasi anterior (90%) : kombinasi dari abduksi, rotasi eksterna dan ekstensi. 2. dislokasi posterior (10%) : adduksi axial dan internal rotasi pada daerah lengan dan trauma langsung yang mencederai bahu anterior ; riwayat yang berhubungan dengan terapi electroconvulsive dan kejang d. Komplikasi 1. Kekambuhan (reccurent) yang disebabkan karena ketidak stabilan (orang muda > orang tua) 2. Kerusakan neurovaskular (tersering a/n. Axillaris, terutama pada orang lanjut usia)

description

komplikasi penyakit

Transcript of Komplikasi

Page 1: Komplikasi

c. Komplikasi :

1. Artritis post trauma

2. Kerusakan neurovaskuler

3. Patah tulang terbuka

d. Reduksi : traksi longitudinal dan manipulasi yang berlawanan arah dengan

kekuatan trauma, kemudian dilakukan bidai (splint) secara baik.

3. Bahu

a. Merupakan bagian tubuh tersering yang mengalami dislokasi

b. Untuk membedakan dislokasi tipe anterposterior (AP), tipe axillary lateral dan

tipe scapular outlet (Y) memerlukan pemeriksaan radiografi.

c. Mekanisme

1. dislokasi anterior (90%) : kombinasi dari abduksi, rotasi eksterna dan ekstensi.

2. dislokasi posterior (10%) : adduksi axial dan internal rotasi pada daerah

lengan dan trauma langsung yang mencederai bahu anterior ; riwayat yang

berhubungan dengan terapi electroconvulsive dan kejang

d. Komplikasi

1. Kekambuhan (reccurent) yang disebabkan karena ketidak stabilan (orang

muda > orang tua)

2. Kerusakan neurovaskular (tersering a/n. Axillaris, terutama pada orang lanjut

usia)

3. Osteoartritis

4. Kerusakan dari kuff rotator

5. Avaskuler nekrosis (sekunder menjadi dislokasi kronis)

e. Reduksi

1. Modifikasi teknik stimson : pasien tertelungkup dengan lengan menggantung

pada meja, secara gentle dilakukan traksi ke arah bawah. Rotasi scapula

secara gentle dapat memudahkan reduksi.

2. Traksi / Counter – traksi ; melakukan traksi longitudinal secara gentle

sepanjang axis dari lengan, bersamaan itu pula melakukan counter – traksi ke

arah axilla. Hindari untuk melakukan rotasi internal dan external karena dapat

mengakibatkan patah tulang.

Page 2: Komplikasi

4. Lutut

a. Berhubungan dengan trauma kompleks pada ligamen dari lutut.

b. Reduksi dilakukan segera pada keadaan kritis dari pembuluh darah dan fungsi

dari n. Peroneus.

c. Arteriogram didindikasikan untuk semua dislokasi lutut posterior (bila tanpa

melihat / arteriogram dilakukan dengan menilai pulsasi pada distal secara baik)

hal ini untuk menyingkirkan kemungkinan trauma a. Poplitea (insiden / kasus 40 -

50%).

5. Siku

a. Mekanisme : siku merupakan sendi dengan gerakan yang lebih terbatas, namun

dislokasi yang terjadi tidak pada umumnya. Pada kenyataannya mekanisme dari

dislokasi ini tidak diketahui sepenuhnya.

b. Insiden / kasus

1. terbanyak antara usia 10 – 20 tahun dari populasi

2. tipe posterior (paling umum)

3. tipe anterior (jarang)

4. tipe lateral

5. tipe medial

6. tipe divergen (berpencar)