KOMPAS - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/kompas-20090910...hidup...

2
KOMPAS o Selasa 4 5 20 o Mar o Rabu . Kamis 0 Juma( 6 7 8 9 @) 11 21 22 23 24 25 26 o Apr 0 Mei 0 Jun 0 Jul 0 Ags . ... 0_ H o Sabtu 12 13 27 28 8Sep ReposisiPKL Oleh SUWANDI SUMARTIAS ~ ktivitas tambaI swam Pemerintah Kota Bandung da- lam menyelesaikan masalah pedagang kaki lima di tu- '00 titik Kota Bandung seakan menjadi pemandang- an sehari-hari, terutama menjelang Lebaran tahun ini. PKL datang seakan dibiarkan, dan alih-alih ditarik retribusi, mere- ka digaruk dengan paksa dan dikenai denda minimal Rp 50.000 per karung. Pasar tumpah di pusat kota yang bercampur dengan parkir kendaraan bennotor, khususnya di Jalan Kepatihan, Pasar Baru, Dalem Kaum, Dewi Sartika, dan Merdeka, menjadi pertanyaan ma- syarakat. Mengapa Pemkot selalu terkesan pilih kasih dan pilih bulu, tidak konsisten dengan peraturan yang dibuat, serta tidak bisa me- nyelesaikan persoalan yang ada? Bahkan kemacetan dan kesemra- wutan selama ini tlilimpahkan se- penuhnya padakehadiran PKL. Padahal, manakala PKL heng- kang dari lokasi tersebut, ruas ja- Ian yang tersedia pun dipakai par- kir kendaraan. Tentu hal itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru menjadikan kondisi karut- marut. Kebijakan tarik ulur me- nyisakan konflik kepentingan di dalamnya, yang berakibat pada munculnya ketidakpercayaan ma- syarakat atas kesungguhan peme- rintah menegakkan Peraturan Daerah Nomor 11Tahun 2005 ten- tang Ketertiban, Keindahan, dan Kebersihan. Memanusiakan PKL Kesan seenaknya dan susah di- atur seakan melekatpadakomuni- tas ini. Namun, di sisi lain, meng- adunasib untuk mempertahankan hidup dan kehidupan merupakan hak sebagai warga negara yang di- lindungi undang-undang. Selama ini keberadaan komunitas ini se- akan menjadi obyek dan penyum- bang utamakesemrawutan kota. Masalah PKL adalah masalah nasional dan terjadi hampir di se- luruh kota di Tanah Air.Kota Ban- dung menjadi daya tarik yang sungguh luar biasa. Menjelang Le- baran, jurnlah PKL meningkat li- ma kalilipat dibandingkan dengan hari-hari biasa. . Jika diurai, penyebab utama ke- semrawutan Kota Bandung tidak sepenuhnya berada di pundak ko- munitas PKL ini. Terlalu banyak masalah yang dihadapi Kota Ban- .<lung,Rencana tata ruan~~an wi- --------..---- K lip in9 Hum Q5 UnpQ~ 2 0 0 9' layah (RTRW) Kota Bandung mengalami fragmentasi yang keli- ru dan asal jadi antara lain karena desakan ekonomi kapitalis, instan, dan pragmatis. Hal itu sungguh menggiurkan para elite birokrasi dan pemilik modal untuk secara si- nergis mengembangkan usaha di pusat-pusat kota, tennasuk di da- lamnya dengan sadar atau tidak te- lah melanggar Perda No 11/2005. Sementara ruangpublik dan ke- berlangsungan lingkungan hidup yang nyaman, indah, hijau, bersih, berbunga seakan menjadi wacana klise yang tidak menguntungkan dari segiekonomi. Tennasuk di da- lamnya adalah keberadaan PKL. Dalam pertarungan .kepenting- an dan persaingan hidup seperti ini, PKLjelas-jelas dianggap seba- gai pihak pengganggu yang mem- buat kota semakin semrawut. Yang lebih parah lagi,keberadaan mere- ka tidak lagi dipandang sebagai manusia yang layak mendapatkan kehidupan dan pelayanan yang le- bih baik, tetapi sebagai obyekyang harus disingkirkan kendati de- ngan cara paksa. Inilah kekeliruan yang sedang terjadi di sekitar kita. Solusi Komunitas PKL adalah realitas sosial yang tidak bisa dianggap re- meh. Krisis ekonomi yang berke- panjangan dan pemutusan hu- bungan kerja secara besar-besar- an; angkapengangguran yangting- gi; lapangan kerja yang terbatas; kemiskinan yang transparan dan terselubung secara sosial, ekono- mi, dan moral; serta keengganan investor asing masuk ke Indonesia tentu merupakan penyebab utama mereka menjadiPKL. Adapun para pemilik modal yang membangun pusat-pusat perbelanjaan di Kota Bandung menjadi daya tarik yang kuat bagi PKL untuk mengadu nasib (ada gulaada semut). Namun, sejauh ini mereka (pengusaha dan elite biro- krasi) tidakmau berpikir keras dan beruIJaya serius .untuk mencoba o Minggu 14 15 16 29 30 31 o Okt ONov ODes

Transcript of KOMPAS - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/kompas-20090910...hidup...

Page 1: KOMPAS - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/kompas-20090910...hidup dan kehidupan merupakan ... Tennasuk di da-lamnya adalah keberadaan PKL. Dalam pertarungan

KOMPASo Selasa

4 520

o Mar

o Rabu . Kamis 0 Juma(

6 7 8 9 @) 1121 22 23 24 25 26

o Apr 0 Mei 0 Jun 0 Jul 0 Ags. ... 0_ H

o Sabtu

12 13

27 28

8Sep

ReposisiPKLOleh SUWANDI SUMARTIAS

~ktivitas tambaI swam Pemerintah Kota Bandung da-

lam menyelesaikan masalah pedagang kaki lima di tu-'00 titik Kota Bandung seakan menjadi pemandang-

an sehari-hari, terutama menjelang Lebaran tahun ini. PKL

datang seakan dibiarkan, dan alih-alih ditarik retribusi, mere-ka digaruk dengan paksa dan dikenai denda minimal Rp

50.000 per karung.

Pasar tumpah di pusat kotayang bercampur dengan parkirkendaraan bennotor, khususnyadi Jalan Kepatihan, Pasar Baru,Dalem Kaum, Dewi Sartika, danMerdeka, menjadi pertanyaan ma-syarakat. Mengapa Pemkot selaluterkesan pilih kasih dan pilih bulu,tidak konsisten dengan peraturanyang dibuat, serta tidak bisa me-nyelesaikan persoalan yang ada?Bahkan kemacetan dan kesemra-wutan selama ini tlilimpahkan se-penuhnya padakehadiran PKL.

Padahal, manakala PKL heng-kang dari lokasi tersebut, ruas ja-Ian yang tersedia pun dipakai par-kir kendaraan. Tentu hal itu tidakmenyelesaikan masalah, tetapijustru menjadikan kondisi karut-marut. Kebijakan tarik ulur me-nyisakan konflik kepentingan didalamnya, yang berakibat padamunculnya ketidakpercayaan ma-syarakat atas kesungguhan peme-rintah menegakkan PeraturanDaerah Nomor 11Tahun 2005 ten-tang Ketertiban, Keindahan, danKebersihan.

Memanusiakan PKL

Kesan seenaknya dan susah di-atur seakan melekatpadakomuni-tas ini. Namun, di sisi lain, meng-adunasib untuk mempertahankanhidup dan kehidupan merupakanhak sebagaiwarga negara yang di-lindungi undang-undang. Selamaini keberadaan komunitas ini se-akan menjadi obyek dan penyum-bang utamakesemrawutan kota.

Masalah PKL adalah masalahnasional dan terjadi hampir di se-luruh kota di TanahAir.Kota Ban-dung menjadi daya tarik yangsungguh luar biasa. Menjelang Le-baran, jurnlah PKL meningkat li-ma kalilipat dibandingkan denganhari-hari biasa.. Jika diurai, penyebab utama ke-semrawutan Kota Bandung tidaksepenuhnya berada di pundak ko-munitas PKL ini. Terlalu banyakmasalah yang dihadapi Kota Ban-

.<lung,Rencana tata ruan~~an wi-

--------..----K lip i n 9 Hum Q5 U n p Q~ 2 0 0 9'

layah (RTRW) Kota Bandungmengalami fragmentasi yang keli-ru dan asal jadi antara lain karenadesakan ekonomi kapitalis, instan,dan pragmatis. Hal itu sungguhmenggiurkan para elite birokrasidan pemilikmodal untuk secarasi-nergis mengembangkan usaha dipusat-pusat kota, tennasuk di da-lamnya dengan sadar atau tidak te-lah melanggarPerda No11/2005.

Sementara ruangpublik dan ke-berlangsungan lingkungan hidupyang nyaman, indah, hijau, bersih,berbunga seakan menjadi wacanaklise yang tidak menguntungkandari segiekonomi. Tennasuk di da-lamnya adalahkeberadaan PKL.

Dalam pertarungan .kepenting-an dan persaingan hidup sepertiini, PKLjelas-jelas dianggap seba-gai pihak pengganggu yang mem-buat kota semakin semrawut. Yanglebih parah lagi,keberadaan mere-ka tidak lagi dipandang sebagaimanusia yang layak mendapatkankehidupan dan pelayanan yang le-bih baik, tetapi sebagaiobyekyangharus disingkirkan kendati de-ngan cara paksa. Inilah kekeliruanyang sedangterjadi di sekitar kita.

Solusi

Komunitas PKL adalah realitassosialyang tidak bisa dianggapre-meh. Krisis ekonomi yang berke-panjangan dan pemutusan hu-bungan kerja secara besar-besar-an;angkapengangguran yangting-gi; lapangan kerja yang terbatas;kemiskinan yang transparan danterselubung secara sosial, ekono-mi, dan moral; serta keenggananinvestor asing masuk ke Indonesiatentu merupakan penyebabutamamereka menjadiPKL.

Adapun para pemilik modalyang membangun pusat-pusatperbelanjaan di Kota Bandungmenjadi daya tarik yang kuat bagiPKL untuk mengadu nasib (adagulaada semut). Namun, sejauhinimereka (pengusaha dan elite biro-krasi) tidakmau berpikir keras danberuIJaya serius .untuk mencoba

o Minggu

14 15 16

29 30 31

o Okt ONov ODes

Page 2: KOMPAS - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/kompas-20090910...hidup dan kehidupan merupakan ... Tennasuk di da-lamnya adalah keberadaan PKL. Dalam pertarungan

memberikan solusi yang elegan,taktis, berkeadilan, proporsional,serta memberdayakanoatau mete-posisikan PKL menjadi kekuatanekonomi yang tangguh.

Misalnya,bagaimana elite Pem-kot dengan kewenangan yang di-miliki membuat peraturan bahwapara pengusaha yang akan mem-bangun usaha bisa berpOOrbersa-ma untuk menyediakan lahan bagiPKL sehingga tidak menggangguRTRW Namun, selama ini keber-pihakan elite birokrasi pada perni-lik modal semakin transparan dandiskriminatif.

Yang tampak adalah para elitebiro,krasiyangkehilangan cara dandaya untuk mengelola PKL selainmengusir d~ men~~ya. Se-

mentara perluasan wilayah bisnispara pemilik modal besar di KotaBandung sungguh dramatis dancepat, termasuk di daerah resapanair, pemukiman, dan lingkunganpendidikan. Dalamsituasi ini,PKLtetap menjadi warga "kelas peng-ganggu".

Asosiasi PekeIja PKL meng-ungkapkan bahwa Pemkot Ban-dung belum memilOOkonsep pe-nataan PKL yang jelas besertasolusinya. Yang teIjadi bukanpenertiban, melainkan "pembu-mihangusan" PKLditujuh titik.

Sehubungan dengan hal terse-but, penulis mencoba menyusunpendekatan reposisi PKL di KotaBandung melalui aplikasi modelintervensi komunitas (community

, ~ ' - --

WHUR

intervention) dari Rothman danTropman (1987) tentang pengor-ganisasian komunitas. Enam halperlu diperhatikan dalampember-dayaan PKL.

Pertama, pemberdayaan bertu-juan menekan perasaan tidak ber-daya (impotensi) PKL bila berha-dapan dengan struktur sosial eko-norni dan politis. Langkah kon-kretnya adalah meningkatkan ke-sadaran kritis atas posisinyadalamstruktur sosial,ekonomi, dan poli-tik di manaPKL berada. Kedua,se-telah kesadaran kritis muncul, di-perlukan upaya untuk memutus-kan hubungan yang bersifat eks-ploitatif.

Ketiga,tanamkan rasa kesama-an (egalitarian) dan berikan gam-baran bahwa keadaan dirinya bu-kan takdir, melainkan penjelmaankonstruksi sosial.Keempat, mere-alisasikan perumusan pemba-ngunan dengan melibatkan PKLsecara penuh.

Kelima, diperlukan pemba-ngunan sosial dan budaya bagiPKL. Keenam, diperlukan distri-busi infrastruktur pembangunanyang lebih merata. PemberdayaanPKL bersifat struktural (masalahkelembagaan dan hubungan an-tarlembaga). Maka, pemecahan-nya pun diharapkan secara struk-tural.

Kiat pemecahan yang bersifatstruktural dalam bentuk perbaik-an administrasi atau pelayananpublik dan aplikasi teknik-teknikprivate management pada sektorpublik, termasuk organisasi swa-daya masyarakat, dengan modifi-kasi atau elaborasi tertentu dapatdicoba diterapkan pada sektorpublik.

Memperkuat kemandirian,PKL dibantu, didampingi, dan di-fasilitasiuntuk melakukan analisisdari masalah yang dihadapi meng-gunakan sumber lokal yang dimi-100 serta menciptakan aktivitasdengan kemampuan sendiri.

Kunci dari semua langkah ter-sebut adalah sejauh mana kornit-men dan kesadaran elite masyara-kat, pemilik modal, elite politik,dan elite birokrasi untuk mera-sakanbahwakeberadaan PKLme-rupakan tanggungjawab bersama,bukan hanya urusan Satuan PolisiPamong Praja di lapangan.

SUWANDISUMARTIASKetuaHarian

YayasanLembagalnovasidin Komunikasi Bandung