KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER...

29
RIRIN ANGRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) YANG TIDAK DAN DIBERI PARAQUAT DOSIS BERLEBIH: TINJAUAN ORGAN LAMBUNG DAN USUS SAMPAI 48 JAM

Transcript of KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER...

Page 1: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

RIRIN ANGRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus)

YANG TIDAK DAN DIBERI PARAQUAT DOSIS BERLEBIH:

TINJAUAN ORGAN LAMBUNG DAN USUS SAMPAI 48 JAM

Page 2: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul
Page 3: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Komparasi

Morfopatologi Mencit (Mus musculus) yang Tidak dan Diberi Paraquat Dosis

Berlebih: Tinjauan Organ Lambung dan Usus Sampai 48 Jam” adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Ririn Angriani

NIM B04120217

Page 4: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

ABSTRAK

RIRIN ANGRIANI. Komparasi Morfopatologi Mencit (Mus musculus) yang

Tidak dan Diberi Paraquat Dosis Berlebih: Tinjauan Organ Lambung dan Usus

Sampai 48 Jam. Dibimbing oleh BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO dan

EVA HARLINA.

Paraquat merupakan salah satu herbisida yang masih digunakan dalam

bidang pertanian, namun bersifat toksik sehingga tanpa sengaja dapat

menyebabkan kematian hewan domestik maupun liar. Penelitian ini bertujuan

untuk mempelajari perubahan post mortem hewan yang keracunan paraquat

dengan menggunakan mencit sebagai hewan model dengan tinjauan khusus pada

organ lambung dan usus. Sebanyak 72 ekor mencit dibagi dalam dua kelompok,

yaitu kelompok yang diberi paraquat dosis LD50 berlebih (LD50 paraquat: 120

mg/KgBB) secara intragastrik, dan kelompok yang euthanasia dengan dislokasi

cervicalis. Pengamatan post mortem cadaver keseluruhan dan tinjauan lambung

dan usus dilakukan pada jam ke -0, 1, 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, 24, 36 dan 48 setelah

kematian. Hasil penelitian menunjukkan kelompok paraquat lebih cepat

menghasilkan bau dan pseudomelanosis namun lebih lambat didatangi serangga.

Patologi anatomi lambung dan usus kelompok paraquat berwarna hijau gelap

sedangkan kelompok yang tidak diberi paraquat merah kehitaman. Pembusukan

jaringan seperti detached mucosa, penyebaran gas, dan perubahan inti sel lebih

cepat terjadi pada kelompok paraquat.

Kata kunci: lambung, mencit, paraquat, usus

ABSTRACT

RIRIN ANGRIANI. Morfopathology comparison on Mice (Mus musculus) with

and without Paraquat Overdose: Review on Stomach and Intestines for 48 Hours.

Supervised by BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO and EVA HARLINA.

Paraquat is an herbicide that still used in agriculture, but it toxicity could

kill domestic and wild animals. The aim of this research is to study post mortem

changes due to paraquat toxicity in animals using mice as an animal model. A

total of 72 mice were divided into two major groups, the paraquat group was

administered paraquat LD50 over dose (LD50 paraquat: 120 mg/KgBB)

intragastrically and waited until die, and the other group was euthanized by

cervical dislocation. Post mortem changes of the cadaver and special review on

gastric and intestine were observed at 0, 1, 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, 24, 36 and 48

hours post mortem. The results showed that paraquat group more quickly

produced odor, pseudomelanosis and later of insects arrival. The stomach and

intestine in paraquat group were greenish, meanwhile untreated group were

reddish black. Decomposing of tissue was faster in paraquat group as detached

mucosa, gas distribution and cell changes.

Keywords: intestines, mice, paraquat, stomach

Page 5: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

RIRIN ANGRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus)

YANG TIDAK DAN DIBERI PARAQUAT DOSIS BERLEBIH:

TINJAUAN ORGAN LAMBUNG DAN USUS SAMPAI 48 JAM

Page 6: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul
Page 7: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul
Page 8: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini adalah

Komparasi Morfopatologi Mencit (Mus musculus) yang Tidak dan Diberi

Paraquat Dosis Berlebih: Tinjauan Organ Lambung dan Usus sampai 48 Jam.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Nizam, Ibu Marleni, Kak Niko, Kak Wawan, Adelia, dan seluruh

keluarga atas segala doa dan kasih sayang.

2. Dosen pembimbing Prof Drh Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, PhD, APVet,

DACCM dan Dr Drh Eva Harlina, MSi, APVet yang telah dengan sabar

membimbing penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Drh Mawar Subangkit MSi, APVet, yang telah membuka jalan dan saran untuk

penelitian ini.

4. Tenaga Kependidikan Ibu Kiki, Bapak Kasnadi, Bapak Soleh dan Bapak

Endang yang telah banyak membantu selama proses penelitian.

5. Dr Drh H Akhmad Arif Amin sebagai dosen pembimbing akademik.

6. PT Bukit Asam (persero) Tbk Tanjung Enim yang sudah banyak membantu

dalam masalah biaya perkuliahan selama proses pendidikan berlangsung.

7. Seluruh teman-teman atas segala doa dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini, sehingga perlu kritik dan saran yang bersifat membangun.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, terutama

di bidang medis veteriner. Semoga karya ini ilmiah bermanfaat.

Bogor, Oktober 2016

Ririn Angriani

Page 9: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 1

Paraquat 1

Lambung 2

Usus 2

Pembusukan 3

METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Alat dan Bahan 4

Prosedur Penelitian 4

Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 11

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

RIWAYAT HIDUP 19

Page 10: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

DAFTAR TABEL

1 Perubahan makroskopis mencit kelompok yang tidak diberi paraquat 6

2 Perubahan makroskopis mencit kelompok paraquat 6

3 Perubahan patologi anatomi lambung dan usus mencit kelompok

paraquat dan yang tidak diberi paraquat 7

4 Hasil pengamatan histopatologi lambung mencit kelompok paraquat

dan yang tidak diberi paraquat 8

5 Hasil pengamatan histopatologi usus mencit kelompok paraquat dan

yang tidak diberi paraquat 9

DAFTAR GAMBAR

1 Komposisi kimia paraquat 2

2 Histologi normal organ pencernaan 3

3 Pengamatan kedatangan serangga 5

4 Perubahan post mortem lambung mencit pada jam ke-48 7

5 Perubahan post mortem usus mencit 8

6 Grafik perbandingan keadaan inti sel lambung kelompok yang tidak

diberi paraquat 9

7 Grafik perbandingan keadaan inti sel lambung kelompok paraquat 9

8 Grafik perbandingan keadaan inti sel usus kelompok yang tidak diberi

paraquat 10

9 Grafik perbandingan keadaan inti sel usus kelompok paraquat 10

10 Deskuamasi epitel dan detached mucosa 10

11 Penyebaran gas dan penyebaran bakteri 11

12 Perubahan inti sel pada usus jam ke-6 11

13 Mekanisme kerja paraquat pada saluran pencernaan 15

Page 11: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kasus kematian pada hewan liar sulit untuk dideteksi dan jarang dilaporkan

(Listos et al. 2015), sehingga perlu dilakukan investigasi melalui forensik

veteriner. Tujuan dan tugas forensik veteriner sama pada otopsi manusia yaitu

menentukan keadaan, waktu, dan penyebab kematian. Menetapkan postmortem

interval merupakan hal yang paling penting dilakukan dalam penyelidikan

forensik (Collier 2005). Agar dapat melakukan identifikasi kematian diperlukan

pengetahuan lebih banyak tentang perubahan postmortem bangkai baik secara

makroskopis maupun mikroskopis.

Identifikasi kematian hewan berguna untuk mengetahui penyebab kematian,

yang dapat disebabkan karena keracunan, penyalahgunaan hewan, kecelakaan,

perburuan liar, penyelundupan, efek anastesi, dan sebagainya (Brown 2009).

Keracunan merupakan masalah yang sering tejadi. Sebagai contoh yaitu matinya

tujuh ekor anjing di Portland, Amerika karena keracunan paraquat (Cope et al.

2004). Hal tersebut dikarenakan paraquat merupakan salah satu herbisida dengan

toksisitas tinggi. Keracunan paraquat pada hewan telah dilaporkan dibeberapa

negara seperti Yunani, Spanyol, dan Italia (Caloni et al. 2012). Paraquat telah

lama dan masih digunakan dalam bidang pertanian di seluruh dunia termasuk

Indonesia. Menurut Gawarammana dan Buckley (2011), toksisitas paraquat terjadi

secara langsung dan belum ada pengobatan yang efektif.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perubahan post mortem

pada hewan dengan menggunakan mencit sebagai hewan model.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi untuk

mengidentifikasi kematian hewan dan memperkirakan waktu kematian hewan

sesuai dengan forensik veteriner.

TINJAUAN PUSTAKA

Paraquat

Paraquat (1,1’-dimetil-4,4’-bipydril) dengan rumus molekul C12H14N2

(Gambar 1) merupakan pestisida dari golongan biperidil. Paraquat adalah

herbisida non selektif dan memiliki reaksi cepat ketika digunakan sebagai

herbisida paska tumbuh (Sriyani dan Salam 2008). Toksisitas zat ini terjadi akibat

pembentukan radikal bebas. Keracunan kronis pestisida paraquat bersifat

karsinogenik (Raini 2007). Lesio toksisitas paraquat anatara lain mukosa yang

edema, ulserasi di mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus yang sangat nyeri

Page 12: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

2

(Oliveira 2008). Bahan aktif paraquat termasuk golongan II (moderately

hazardous). Gejala keracunan paraquat adalah sakit perut, mual, muntah, diare,

dalam 2-3 hari terjadi kerusakan ginjal, peningkatan kreatinin dan kerusakan paru-

paru (Raini 2007).

Gambar 1 Komposis kimia paraquat (Indika dan Buckley 2011)

Lambung

Lambung secara histologis terdiri atas empat lapisan yaitu lapisan mukosa,

submukosa, muskularis, dan serosa. Mukosa lambung mempunyai satu lapis epitel

silinder yang berlekuk-lekuk (foveolae gastricae), tempat bermuaranya kelenjar

lambung yang spesifik. Kelenjar pada daerah cardiac dan pylorus hanya

memproduksi mukus, sedangkan kelenjar pada daerah corpus dan fundus

memproduksi mukus, asam klorida dan enzim proteolitik. Karena itu pada

kelenjar corpus dan fundus ditemukan 3 jenis sel, yaitu sel yang memproduksi

mukus yaitu sel mukus, sel yang menghasilkan HCl yaitu sel parietal, dan sel

yang menghasilkan enzim proteolitik yaitu sel epitel mukosa (Sukirno 2008).

Lamina propria terdiri atas anyaman serat retikuler dan kolagen, serta sedikit

elastin (Bloom dan Fawcett 2002).

Lapisan muskularis mukosa terdiri atas lapisan otot polos tipis yang

tersusun sirkuler di bagian dalam serta lapisan longitudinal di bagian luar (Gartner

dan Hiatt 2001). Lapisan submukosa tersusun atas jaringan alveolar longgar.

Lapisan serosa merupakan lapisan paling luar yang merupakan bagian dari

peritonium visceralis, terdiri atas jaringan ikat yang menutupi lapisan muskularis.

Jaringan ikat yang menutupi peritonium visceralis banyak mengandung sel lemak.

Usus

Usus halus dibagi kedalam empat lapisan yaitu tunica serosa, tunica

muscularis, submucosa, dan tunica mucosa. Tunica serosa merupakan peritoneum

visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh darah dan sel-sel

lemak. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunica muscularis usus

halus. Submucosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang terletak diantara tunica

muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak di bawah

mukosa. Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior duodenum, tersusun

dalam lipatan sirkular dan lapisan transversa. Masing-masing lipatan ini ditutup

dengan vili (Xu dan Cranwell 2003).

Page 13: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

3

Gambar 2 Histologi normal organ pencernaan. (A). Lambung: 1. Epitel; 2. Gastric

pits; (B). Usus: 1. Vili usus; 2. Lamina propria; 3. Kelenjar mucosa

(Aughey dan Frye 2001).

Pembusukan

Dekomposisi jaringan adalah pemecahan struktur sel menjadi bagian-bagian

kecil pembentuk sel yang sudah terprogram karena kehilangan pasokan nutrisi dan

oksigen, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mendistribusikan

darah karena kematian (Nandy 2000). Pembusukan jaringan disebut sebagai

putrefaction dan autolisis. Putrefaction merupakan pembusukan yang terjadi

karena bakteri sedangkan autolisis terjadi karena enzim-enzim yang ada dalam

tubuh. Akan tetapi untuk gambaran mikroskopis dipengaruhi juga oleh variabel

lain sehingga hanya bisa dipergunakan bila lama kematian tidak lebih dari 72 jam

(Henssge dan Benard 2002).

Menurut Gennard (2007), tahapan dekomposisi terdiri dari lima tahap.

Tahap pertama, fresh stage, yang dimulai pada saat kematian. Serangga yang

pertama kali datang adalah lalat dari famili Calliphoridae dan Sarcophagidae.

Lalat betina akan meletakkan telurnya di daerah yang terbuka seperti daerah

kepala. Tahap kedua, bloated stage, merupakan tahapan pembusukan. Gas yang

dihasilkan oleh aktivitas metabolisme bakteri anaerob menyebabkan

penggelembungan pada perut mayat. Selanjutnya suhu internal naik selama

tahapan ini sebagai akibat dari aktivitas pembusuk dan aktivitas metabolisme

larva lalat. Tahap ketiga, active or decay stage, yang ditandai adanya kerusakan

kulit dan mengakibatkan gas keluar dari tubuh. Pada tahap ini juga ada beberapa

serangga lain seperti kumbang, tawon, dan semut yang berdatangan. Tahap

keempat, postdecay stage or advanced, yaitu tinggal sisa-sisa tubuh seperti kulit,

kartilago dan usus yang sudah mengalami pembusukan. Selanjutnya sisa jaringan

tubuh yang masih ada akan mengering. Indikator tahap ini adalah hadirnya

kumbang dan berkurangnya lalat. Tahap kelima, remains or skeletal stage, pada

tahap ini hanya tersisa tulang belulang dan rambut.

Page 14: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

4

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium,

Paddock, serta Divisi Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi,

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari Februari sampai

Mei 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 ekor mencit (Mus

musculus) strain DD Webster jantan dan betina berumur 10 minggu dengan berat

badan 20-30 g, Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%, herbisida paraquat, xylazin,

alkohol, parafin, xylol, dan pewarnaan Haematoksilin-Eosin (HE). Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah alat bedah minor, Hygrometer, spuit, sonde

lambung, box mencit, tissue cassete, mesin prosesor otomatis, lemari es, tissue-tek,

waterbath, cetakan blok parafin, mikrotom, kaca objek, kaca penutup, inkubator,

mikroskop, dan kamera webcam.

Prosedur Penelitian

Sebanyak 72 ekor mencit dibagi menjadi dua kelompok, 36 ekor kelompok

yang tidak diberi paraquat dan 36 ekor kelompok yang diberi paraquat. Mencit

kelompok yang tidak diberi paraquat diberi xylazine 0,1 ml intraperitonial sebagai

sedatif lalu dieuthanasi dengan cara dislokasi cervicalis, sedangkan mencit

kelompok paraquat diberi paraquat dosis LD50 120 mg/kgBB (Dere dan Polat

2001) berlebih secara intragastrik dan ditunggu hingga mati. Waktu pengamatan

dilakukan pada jam ke 0, 1, 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, 24, 36, dan 48 setelah kematian.

Mencit-mencit tersebut diletakkan di atas tanah. Observasi dilakukan terhadap

perubahan makroskopis kadaver dan organ lambung serta usus, dan dilakukan

pemeriksaan mikroskopis lambung dan usus. Observasi dimulai pada jam 11.30

WIB.

Pembuatan Sediaan Histopatologi

Organ dipotong dengan ketebalan 3 mm, kemudian disusun ke dalam tissue

cassette dan direndam dalam larutan BNF 10% selama 48 jam. Jaringan kemudian

menjalani proses dehidrasi dengan alkohol bertingkat (70%-absolut), clearing

dengan xylol dan infiltring dalam paraffin cair dalam mesin prosesor otomatis

selama 17 jam 30 menit. Tahap selanjutnya adalah embedding jaringan dalam

parafin cair dan cutting jaringan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 3-5µ.

Jaringan siap diwarnai dengan pewarna Haemotoksilin Eosin (Kent 1985).

Pengamatan Makoskopis dan Mikroskopis

Parameter pengamatan makroskopis pada kadaver mencit adalah bau, warna

kulit, kerontokan rambut, kedatangan serangga dan bentuk mata, serta patologi

Page 15: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

5

anatomi lambung dan usus. Suhu dan kelembapan lingkungan juga dicatat saat

pengamatan.

Pengamatan mikroskopis pada usus dan lambung dilakukan secara deskriptif

dengan parameter deskuamasi epitel, detached mucosa, penyebaran gas,

penyebaran bakteri dan perubahan inti sel yaitu piknosis, karyorheksis dan

karyolisis. Pengamatan bakteri dan perubahan inti sel dilihat pada 5 lapang

pandang. Hasil pengamatan dibuat skala dengan ketentuan 0 = tidak ada

perubahan, 1 = kerusakan mulai terjadi (25%), ditemukan perubahan sel dan

bakteri pada 1 lapang pandang, 2 = kerusakan terjadi pada sebagian jaringan

(50%), ditemukan perubahan sel dan bakteri pada 2 lapang pandang, 3 =

kerusakan terjadi hampir seluruh jaringan (75%), ditemukan perubahan sel dan

bakteri pada 3 lapang pandang, 4 = kerusakan terjadi seluruh jaringan (100%),

ditemukan perubahan sel dan bakteri pada 4-5 lapang pandang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan makroskopis kadaver mencit selama 48 jam pada

kelompok yang tidak diberi paraquat dan paraquat disajikan pada Tabel 1 dan 2,

dan hasil pengamatan serangga yang datang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pengamatan kedatangan serangga. (A). Lalat hijau pada kelompok yang

tidak diberi paraquat jam ke-24; (B). Semut merah pada kelompok

paraquat jam ke- 16; dan (C). Belatung pada kelompok yang tidak

diberi paraquat jam ke-48.

Hasil pengamatan patologi anatomi lambung dan usus mencit selama 48 jam

disajikan pada Tabel 3, dan gambaran makroskoskopis lambung dan usus

disajikan pada Gambar 4 dan 5.

Page 16: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

6

Tabel 1 Perubahan makroskopis mencit kelompok yang tidak diberi paraquat

Jam

ke -

Parameter perubahan

Bau Warna kulit Kerontok

an rambut

Serangga Bentuk

mata

Suhu dan

kelembapan

0 - - - - - 23 oC/73 %

1 - Merah pucat - Lalat + - 25 oC/76 %

2 - Pseudomelanosis - - - 28 oC/66 %

4 - Pseudomelanosis - - - 26 oC/70 %

6 - Pseudomelanosis - - - 24 oC/77 %

8 - Pseudomelanosis - - - 24 oC/72 %

12 - Pseudomelanosis - Jangkrik + - 24 oC/76 %

16 - Pseudomelanosis - - Cekung

keruh

22 oC/74 %

20 - Pseudomelanosis - - Cekung

keruh

23 oC/73 %

24 - Pseudomelanosis + Lalat + Cekung

keruh

29 oC/51 %

36 + Pseudomelanosis ++ Semut +;

Jangkrik +;

Belatung +

Mata

hilang

25 oC/71 %

48 ++ Pseudomelanosis ++ Lalat ++;

Belatung ++

Mata

hilang

32 oC/40 %

Tabel 2 Perubahan makroskopis mencit kelompok paraquat

Jam

Ke -

Parameter perubahan

Bau Warna kulit Kerontokan

rambut

Serangga Bentuk

mata

Suhu dan

kelembapan

0 - - - - - 23 oC/73 %

1 - Pseudomelanosis - - - 25 oC/76 %

2 - Pseudomelanosis - - - 28 oC/67 %

4 + Pseudomelanosis - Lalat + - 25 oC/74 %

6 + Pseudomelanosis - - - 24 oC/77 %

8 + Pseudomelanosis - Jangkrik

+

- 23 oC/77 %

12 + Pseudomelanosis - Semut + - 24 oC/76 %

16 + Pseudomelanosis - Semut ++ Cekung

keruh

23 oC/74 %

20 + Pseudomelanosis - Semut ++

Lalat ++

Cekung

keruh

23 oC/74 %

24 + Pseudomelanosis + Semut ++ Cekung

keruh

31 oC/40 %

36 ++ Pseudomelanosis + Semut ++ Mata

hilang

25 oC/70 %

48 ++ Pseudomelanosis ++ Semut ++ Mata

hilang

24 oC/70 %

Keterangan: Tabel 1 & 2: (-): belum ada perubahan; (+): mulai terjadi bau, rambut rontok,

serangga dalam jumlah sedikit (<5); (++): bau lebih menyengat, banyak kerontokan

rambut, serangga dalam jumlah lebih banyak (>5).

Page 17: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

7

Tabel 3 Perubahan patologi anatomi lambung dan usus mencit kelompok paraquat

dan yang tidak diberi paraquat

Jam

ke -

Lambung Usus

Tidak diberi

paraquat

Paraquat Tidak diberi

paraquat

Paraquat

0 Merah muda Merah muda

sedikit hijau

Merah muda Merah muda

sebagian kuning

1 Merah muda Merah muda

sedikit hijau

Merah muda Merah muda

sebagian kuning

2 Merah muda

sedikit kuning

Merah muda

sedikit hijau

Merah muda Merah muda

sedikit hijau

4 Merah muda

sebagian kuning

Hijau terang Merah muda

sebagian kuning

Merah muda

sedikit hijau

6 Merah muda

sebagian kuning

Hijau terang Merah muda

sebagian kuning

Merah muda

sedikit hijau

8 Merah muda

sebagian kuning

Hijau terang Merah muda

sebagian kuning

Merah kehijauan

12 Merah muda

sebagian kuning

Hijau terang Merah muda

sebagian kuning

Merah kehijauan

16 Merah muda

sebagian kuning

Hijau terang Merah kehijauan Hijau terang

20 Merah muda

sebagian kuning

Hijau terang Merah kehijauan Hijau terang

24 Merah muda

sebagian kuning

Hijau gelap Merah kehijauan Hijau gelap

36 Merah kehitaman Hijau gelap Merah kehijauan Hijau gelap

48 Merah kehitaman Hijau gelap Merah kehitaman Hijau gelap

Gambar 4 Perubahan post mortem lambung mencit pada jam ke-48. (A). Lambung

kelompok yang tidak diberi paraquat berwarna merah kehitaman, dan

(B). Lambung kelompok paraquat berwarna hijau gelap.

Hasil pengamatan histopatologi lambung dan usus mencit kelompok yang

tidak diberi paraquat dan paraquat disajikan pada Tabel 4 dan 5.

Page 18: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

8

Gambar 5 Perubahan post mortem usus mencit. (A). Kelompok yang tidak diberi

paraquat jam ke-0, berwarna merah muda; (B). Kelompok yang tidak

diberi paraquat jam ke-48 berwarna merah kehitaman; (C). Kelompok

paraquat jam ke-0 berwarna merah muda dengan sedikit kehijauan; (D).

Kelompok paraquat jam ke-48 berwarna hijau gelap.

Tabel 4 Hasil pengamatan histopatologi lambung mencit kelompok paraquat dan

yang tidak diberi paraquat

Jam ke

-

Paramater perubahan

Deskuamasi

epitel

Detached mucosa Penyebaran gas Bakteri

T P T P T P T P

0 0 0 0 1 0 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 0 0

2 1 1 1 1 1 1 0 0

4 1 1 1 3 1 2 0 0

6 2 2 1 3 1 2 0 0

8 2 3 1 3 1 3 1 2

12 2 3 2 3 2 3 1 2

16 2 4 2 4 2 4 4 2

20 4 4 4 4 4 4 4 2

24 4 4 4 4 4 4 4 2

36 4 4 4 4 4 4 4 3

48 4 4 4 4 4 4 4 4 Keterangan: T: Tidak diberi paraquat , P: Paraquat

Page 19: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

9

Tabel 5 Hasil pengamatan histopatologi usus mencit kelompok paraquat dan yang

tidak diberi paraquat

Jam ke

-

Paramater perubahan

Deskuamasi

epitel

Detached mucosa Penyebaran gas Bakteri

T P T P T P T P

0 0 0 0 0 0 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 0 0

2 1 1 1 1 1 1 0 0

4 2 2 1 2 2 2 0 0

6 2 2 1 3 2 2 1 0

8 2 2 1 3 2 2 2 0

12 3 4 2 4 3 4 2 3

16 4 4 4 4 4 4 3 3

20 4 4 4 4 4 4 4 3

24 4 4 4 4 4 4 4 4

36 4 4 4 4 4 4 4 4

48 4 4 4 4 4 4 4 4 Keterangan: T: Tidak diberi paraquat , P: Paraquat

Perbandingan keadaan inti sel piknosis, karyorheksis, dan karyolisis sel-sel

lambung mencit pada kelompok paraquat maupun yang tidak diberi paraquat

disajikan pada Gambar 6 dan 7, dan perubahan inti yang sama pada sel-sel usus

kedua kelompok mencit disajikan pada Gambar 8 dan 9.

Gambar 6 Grafik perbandingan keadaan inti sel lambung kelompok yang tidak

diberi paraquat

Gambar 7 Grafik perbandingan keadaan inti sel lambung kelompok paraquat

0

1

2

3

4

5

0 1 2 4 6 8 12 16 20 24 36 48

Sk

ala

ker

usa

ka

n

Jam pengamatan pasca kematian (jam)

piknosis

karyorheksis

karyolisis

0

1

2

3

4

5

0 1 2 4 6 8 12 16 20 24 36 48

Sk

ala

ker

usa

ka

n

Jam pengamatan pasca kematian (jam)

piknosis

kayoheksis

karyolisis

Page 20: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

10

Gambar 8 Grafik perbandingan keadaan inti sel usus kelompok yang tidak diberi

paraquat

Gambar 9 Grafik perbandingan keadaan inti sel usus kelompok paraquat

Gambaran perubahan mikroskopis usus seperti deskuamasi epitel,

detached mucosa, penyebaran gas, penyebaran bakteri, dan keadaan inti sel

disajikan pada Gambar 10, 11, dan 12.

Gambar 10 A. Deskuamasi usus kelompok paraquat jam ke-1 dengan skor (+); B.

Detached mucosa usus kelompok yang tidak diberi paraquat jam ke-

12, dengan skor (+++). Pewarnaan HE, bar 20 μm.

0

1

2

3

4

5

0 1 2 4 6 8 12 16 20 24 36 48

Sk

ala

ker

usa

ka

n

Jam pengamatan pasca kematian (jam)

piknosis

karyorheksis

karyolisis

0

1

2

3

4

5

0 1 2 4 6 8 12 16 20 24 36 48

Skal

a ke

rusa

kan

Jam pengamatan pasca kematian (jam)

piknosis

karyorheksis

kayolisis

Page 21: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

11

Gambar 11 A. Penyebaran gas pada lambung kelompok paraquat jam ke-8,

dengan skor (+++); B. Penyebaran bakteri bentuk batang berwarna

biru di jaringan usus. Pewarnaan HE, bar 20 μm.

Gambar 12 Perubahan inti sel pada usus jam ke-6. Inti sel piknosis (tanda panah

merah), inti karyorheksis (tanda panah biru) dan karyolisis (tanda

panah kuning). Bar 20 μm.

Pembahasan

Hasil pengamatan pada Tabel 1 dan 2 menunjukkan lalat mulai mendekat ke

kadaver pada jam ke-4 pada mencit kelompok paraquat, sedangkan kelompok

yang tidak diberi paraquat pada jam ke-1. Lalat merupakan serangga yang

pertama kali datang pada kadaver (Lord dan Goff 2003). Lalat pada kelompok

paraquat lebih lambat datang karena pada jam-jam awal akumulasi paraquat masih

tinggi sehingga lalat enggan mendekat pada kadaver. Lalat yang datang dari jenis

lalat hijau yang termasuk dalam famili Calliphoridae. Menurut Oliveira et al.

(2011), Calliphoridae memiliki peran yang sangat penting dalam proses

dekomposisi. Selanjutnya, jangkrik mulai terlihat pada jam ke-8 untuk kelompok

paraquat, dan jam ke-12 untuk kelompok yang tidak diberi paraquat. Jam ke-8

hari sudah malam sehingga lalat sudah tidak beraktivitas lagi. Menurut Hadi dan

Soviana (2010), lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai

cahaya, sehingga pada malam hari lalat biasanya menjadi tidak aktif. Kedatangan

lalat juga tergantung pada iklim, cuaca, dan lokasi (Catts 1992).

Page 22: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

12

Selain lalat dan jangkrik, semut juga mendekat pada kelompok paraquat

pada jam ke-12, sedangkan kelompok yang tidak diberi paraquat pada jam ke-36.

Semut lebih cepat hadir pada kelompok paraquat, karena semut mulai berdatangan

pada jam waktu paruh paraquat mulai hilang. Waktu paruh paraquat bekisar 5-84

jam. Kedatangan semut lebih lambat daripada lalat. Hal tersebut karena dalam

proses pembusukan kedatangan semut terjadi pada tahap ketiga yaitu, active or

decay stage ( Gennard 2007).

Lalat merupakan invertebrata primer yang mendekomposisi komponen

organik hewan. Lalat mendekat karena tertarik dengan bau bangkai dan untuk

mengambil materi organik yang ada di dalam tubuh bangkai. Serangga yang

tertarik pada bangkai secara umum dapat dikategorikan menjadi empat kelompok

yaitu spesies necrofagus, parasit dan predator yang memakan spesies necrofagus,

dan spesies omnivora. Spesies omnivora misalnya semut, tawon, dan beberapa

kumbang yang memakan jaringan tubuh bangkai serta serangga tertentu (Goff

1991).

Pada mencit kelompok yang tidak diberi paraquat jam ke-36, ditemukan

belatung pada organ-organnya. Belatung merupakan larva lalat, yang

keberadaannya sesuai dengan siklus hidup lalat. Telur lalat menetas setelah 12

jam, tergantung dari suhu sekitarnya. Telur yang baru menetas disebut larva Instar

I, berukuran panjang 2 mm. Setelah 1-4 hari kulit terlepas, keluar larva Instar II

(Wahyu 2009). Menurut Pangaila et al. (2014), larva lalat akan dijumpai setelah

terjadi pembentukan gas pembusukan, yaitu kira-kira 36-48 jam pasca kematian.

Pada kelompok paraquat tidak ditemukan belatung. Hal ini disebabkan paraquat

yang bersifat toksik untuk serangga, sehingga larva lalat tidak bisa berkembang.

Larva lalat ditemukan di rongga perut, karena lalat meletakkan telur di bagian

tubuh terbuka sehingga dengan mudah larva lalat mencari tempat berkembang

dalam rongga tubuh. Menurut Pangaila et al. 2014, kumpulan telur lalat telah

dapat ditemukan beberapa jam pasca mati, di alis mata, sudut mata, lubang hidung

dan diantara bibir. Selain itu, lalat tertarik pada bagian tubuh yang terbuka, luka

terbuka, dan darah pada kadaver untuk mendapatkan makanan dan meletakkan

telur (Catts 1992).

Bau bangkai pada mencit kelompok paraquat mulai tercium pada jam ke-4,

sedangkan pada kelompok yang tidak diberi paraquat mulai dapat tercium pada

jam ke-36. Menurut Pangaila et al. (2014), adanya bakteri yang memproduksi gas

menyebabkan bau busuk. Bau pada kelompok paraquat terjadi lebih cepat,

disebabkan paraquat mempercepat proses dekomposisi.

Pada pengamatan warna kulit, pseudomelanosis kulit kelompok paraquat

terjadi mulai jam ke-1, sedangkan kelompok yang tidak diberi paraquat terjadi

pada jam ke-2. Menurut Bardale (2012), kulit akan mengalami perubahan

morfologi pada periode post mortem. Pseudomelanosis terjadi diakibatkan radikal

bebas yang dihasilkan paraquat memutuskan ikatan antara hemoglobin dan

oksigen (Yuningsih 2013). Terbentuknya Fe-S dari reaksi sulfhemoglobin (Sulf-

Hb) akan mewarnai jaringan (Pangaila et al. 2014).

Pada jam ke-16, mata mencit kelompok paraquat dan yang tidak diberi

paraquat mulai berubah menjadi cekung dan keruh. Mata cekung terjadi akibat

penurunan tekanan intraokuler setelah kematian (Aggarawal 2004), sedangkan

kekeruhan mata diakibatkan kekeringan pada lensa mata (Pierro-Bonete et al.

2015).

Page 23: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

13

Pada jam ke-24, kedua kelompok sama-sama mulai mengalami kerontokan

rambut. Menurut Pangaila et al. 2014, akibat proses pembusukan rambut mudah

dicabut. Terhentinya suplai darah dan oksigen ke folikel rambut menyebabkan

folikel rambut mati.

Pada jam ke-36, sebagian organ seperti mata, mandibula, dan otak sudah

menghilang pada kedua kelompok mencit. Hilangnya organ-organ tersebut karena

dimakan serangga.

Pada pengamatan suhu dan kelembaban, suhu lingkungan berkisar antara

22 °C-32 °C dengan kelembaban 40%-77%. Suhu dan kelembaban lingkungan

penelitian cukup untuk lalat bertelur dan larva lalat berkembang. Menurut

Adamski et al. (2016), tekanan atmosfer dan temperatur yang tinggi dapat

mempercepat dekomposisi, sedangkan menurut Nandy (2000), jarak optimal

temperatur untuk dekomposisi adalah 21 °C-38 °C. Temperatur yang optimal akan

membantu dekomposisi, dengan membantu pemecahan kimiawi jaringan dan

perkembangan mikroorganisme yang membantu pembusukan. Temperatur yang

ekstrim (<0 °C atau >45 °C) akan memperlambat dekomposisi secara kasat mata.

Menurut Pangaila et al. (2014), pembusukan lebih mudah terjadi pada udara

terbuka dengan suhu lingkungan yang panas dan kelembaban tinggi. Jenis tanah

juga akan mempercepat dekomposisi mayat (Carter et al. 2010). Selain faktor

eksternal, faktor internal juga mempengaruhi dekomposisi seperti umur, jenis

kelamin, kondisi tubuh, penyebab kematian, dan adanya perlukaan luar tubuh

(Nandy 2000).

Hasil pengamatan patologi anatomi lambung pada jam ke-48 kelompok

yang tidak diberi paraquat berwarna merah kehitaman, sedangkan kelompok

paraquat berwana hijau gelap (Gambar 4). Warna lambung merah kehitaman

karena adanya akumulasi Fe-S dari lisisnya eritrosit pada proses pembusukan,

sedangkan lambung hijau pekat karena akumulasi cairan paraquat pada lambung.

Jam ke-0 usus kelompok yang tidak diberi paraquat berwarna merah muda,

sedangkan kelompok paraquat berwarna merah muda sebagian kuning. Pada jam

ke-48 usus kelompok yang tidak diberi paraquat menjadi merah kehitaman,

sedangkan kelompok paraquat berwarna hijau gelap (Tabel 3, Gambar 5).

Menurut Nandy (2000), tanda-tanda mulainya dekomposisi mayat adalah

terjadinya pembengkakan pada bagian inferior tubuh karena cairan turun

mengikuti gravitasi. Integritas dari organ juga sudah lebih rapuh secara fisiologis.

Konsistensi kulit, otot, dan organ-organ lain akan berubah menjadi sangat

terdisosiasi.

Pada 24-36 jam setelah kematian, di perut dan usus akan muncul bercak

merah kehitaman di dinding posterior, yang perlahan menyebar ke dinding

anterior lalu terbentuk kista berisi gas. Organ kemudian menjadi lembek dan

cokelat kehitaman. Selain itu, pada 24 jam postmortem akan tampak warna

kehijauan yang dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan

berbau busuk karena terbentuk gas HCN dan H2S. Warna hijau tersebut

disebabkan oleh terbentuknya sulf-Hb, dimana H2S yang berasal dari pemecahan

protein akan bereaksi dengan Hb yang akan membentuk Hb-S dan Fe-S. Bakteri

yang masuk dan berkembang biak pada pembuluh darah menyebabkan hemolisis.

Adanya reaksi hemoglobin dan hydrogen sulfide kemudian mewarnai dinding

pembuluh darah dan jaringan sekitarnya sehingga hitam kehijauan (Pangaila et al.

2014). Menurut Yuningsih et al. (2013), pemberian herbisida paraquat diklorida

Page 24: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

14

per-oral juga berpengaruh pada organ-organ lain seperti hati, saluran pencernaan,

paru-paru, jantung, ginjal, dan otak.

Lambung pada kedua kelompok sama-sama mulai mengalami deskuamasi

epitel pada jam ke-1. Deskuamasi epitel adalah lepasnya sel epitel dari permukaan

mukosa, sebagai respon pertahanan jaringan terhadap suatu rangsangan (iritan).

Deskuamasi epitel juga terjadi pada reaksi fisiologis tubuh. Dalam keadaan

normal, lapisan sel-sel epitel saluran pencernaan terus-menerus berganti dan

regenerasi dengan cara deskuamasi setiap 1-3 hari. Detached mucosa dan

penyebaran gas kelompok paraquat terjadi mulai jam ke-0, sedangkan kelompok

yang tidak diberi paraquat mulai jam ke-1. Detached mucosa merupakan

terpisahnya tunika muskularis dengan lapisan submukosa akibat adanya gas.

Menurut Windarti et al. (2015), pengaruh paraquat di jaringan akan terlihat dalam

hitungan jam setelah absorbsi. Munculnya bakteri pada kedua kelompok

bersamaan, yaitu pada jam ke-8.

Hasil pengamatan mikoskopis usus menunjukkan usus kedua kelompok

sama-sama mulai mengalami deskuamasi epitel dan detached mucosa pada jam

ke-l. Penyebaran gas pada kelompok paraquat mulai terjadi pada jam ke-0,

sedangkan pada kelompok yang tidak diberi paraquat mulai jam ke-1. Menurut

Silva et al. (2015), perubahan yang terjadi pada usus merupakan reaksi pertahanan

jaringan dalam melawan penyerapan paraquat. Penyebaran bakteri terjadi mulai

jam ke-6 pada kelompok yang tidak diberi paraquat dan jam ke-12 pada kelompok

paraquat. Menurut Wahyu (2009), kerusakan jaringan disebabkan oleh bakteri

yang berasal dari usus seperti Clostridium welchii dan proses autolisis akibat kerja

digestif enzim-enzim yang dilepaskan sel setelah kematian. Bakteri yang teramati

berbentuk batang.

Inti sel piknosis pada sel lambung kelompok yang tidak diberi paraquat

mulai terjadi pada jam ke-1, sedangkan kelompok paraquat jam ke-0. Inti sel

karyorheksis mulai terjadi pada jam ke-2 untuk kelompok yang tidak diberi

paraquat dan jam ke-1 untuk kelompok paraquat. Menurut Pallot et al. (1991),

dalam 2 jam kematian inti sel akan memperlihatkan hiperkromatik dan sitoplasma

yang lebih eosinofilik, yang dikenal dengan piknosis. Inti sel karyolisis mulai

terjadi pada jam ke-4 kelompok yang tidak diberi paraquat dan jam ke-1 pada

kelompok paraquat. Kelompok paraquat lebih cepat mengalami perubahan inti sel.

Hal tersebut karena paraquat dapat menginduksi lipid peroksidase, sehingga

menyebabkan gangguan fungsi sel membran akibat hilangnya regulasi Ca2+

intra

seluler (Indika & Buckley 2011).

Proses dekomposisi pada kedua kelompok mencit berjalan menuju autolisis.

Autolisis pada kelompok paraquat dimulai pada jam ke-16, sedangkan kelompok

yang tidak diberi paraquat pada jam ke-20. Lambung, usus dan vesika urinaria

akan mengalami lisis 12 jam postmortem, sedangkan hati pada 24 jam

postmortem. Kelompok paraquat lebih cepat mengalami perubahan inti sel karena

kemampuan paraquat mempengaruhi siklus redoks dan membentuk ROS,

sehingga enzim lambung terpengaruh. Mekanisme kerja paraquat dapat dilihat

secara lengkap pada Gambar 13 (Muhartono et al. 2016).

Menurut Karadzic et al. (2010), autolisis terjadi lebih cepat di jaringan yang

memiliki enzim autolitik, seperti pankreas dan lambung. Proses autolisis

menyebabkan hilangnya struktur jaringan dan sel. Kerusakan jaringan lambung

juga diperparah oleh bakteri. Tingkat autolisis sangat bervariasi sesuai dengan

Page 25: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

15

suhu lingkungan, ukuran badan, status nutrisi, dan penyakit yang diderita.

Autolisis lebih cepat terjadi pada suhu tubuh 37 °C, sesuai dengan suhu optimal

enzim (Lilingan et al. 2016).

Inti sel usus juga mengalami piknosis, karyorheksis, dan karyolisis. Inti sel

piknosis mulai terjadi pada jam ke-1 pada kelompok yang tidak diberi paraquat,

sedangkan kelompok paraquat pada jam ke-0. Inti sel karyorheksis mulai terjadi

pada jam ke-2 kelompok yang tidak diberi paraquat, sedangkan kelompok

paraquat jam ke-1. Inti sel karyolisis mulai terjadi pada jam ke-4 pada kelompok

yang tidak diberi paraquat dan jam ke-1 pada kelompok paraquat. Usus kelompok

paraquat lebih cepat mengalami autolisis yaitu pada jam ke-12, sedangkan untuk

kelompok yang tidak diberi paraquat jam ke-16. Hal tersebut dikarenakan

terserapnya paraquat mono-cation radical (PQ) oleh vili-vili usus (Muhartono et al.

2016). Paraquat sangat cepat diabsorbsi melalui inhalasi dan melalui usus setelah

tertelan. Absorbsi setelah intake oral sekitar 10%, dan tempat absorbsi utama dari

paraquat adalah usus halus.

Menurut Yadav et al. (2015), kematian sel pada organisme hidup disebut

nekrosis yaitu kematian sel lokal, sedangkan kematian sel seluruh tubuh setelah

kematian seseorang disebut sebagai autolisis post mortem. Sel yang mengalami

kematian mempunyai perubahan pada inti yang tipikal yaitu piknosis, karyoreksis,

dan karyolisis.

Gambar 13 Mekanisme kerja paraquat pada saluran pencernaan (Muhartono et al.

2016)

Herbisida paraquat diklorida

Paraquat mono-cation radical (PQ+

)

Masuk ke usus halus, menyebabkan ulserasi pada usus halus

Masuk melalui oral, dan menyebabkan ulserasi pada esofagus

Di dalam saluran pencernaan, paraquat dimetabolisme oleh beberapa sistem

enzim seperti NADPH-Cytochrome p450 reductase, xantin oksidase, NADH,

ubiquinone oxireductase, dan nitric oxide synthase

Paraquat mono-cation radical (PQ+

) diserap oleh vili-vili di usus halus,

masuk ke kapiler yang terdapat pada lamina propria

Page 26: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kelompok mencit yang diberi paraquat secara intragastrik lebih cepat

mengalami pembusukan dibanding kelompok yang tidak diberi paraquat yang

ditandai adanya bau, pseudomelanosis dan serangga yang datang lebih lambat.

2. Kerusakan jaringan lambung dan usus kelompok paraquat lebih hebat

dibanding kelompok yang tidak diberi paraquat, dengan parameter detached

mucosa, penyebaran gas, dan perubahan inti sel.

3. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk kepentingan forensik veteriner.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti penambahan parameter

pengamatan rigor mortis, jumlah dan jenis serangga yang datang, identifikasi

bakteri, dan analisis DNA.

DAFTAR PUSTAKA

Adamski M, Zmudzki P, Chrapusta T, Baber B, Kaminski A, Zabagiok,

Latkawska E, Bialczyk. 2016. Effect of pH and temperature on the stability of

cylindrospermopsin characterization of decomposition products. Algal

Research. 15:129-134.

Aggrawal A. 2014. APC Textbook of Forensic Medicine and Toxicology. Ne

Delhi (IN): Avicahal Pub.

Aughey E, Frye FL. 2001. Comparative Veterinary Histology with Clinical

Correlates. Spain: Manson Publishing Ltd.

Bardale RV, Tumram NK, Dixt PG, Deshmukh AY. 2012. Evaluation of

histologis changes of skin in postmortem period. Am J Forensic Med Pathol.

33 (4):357-361.

Bloom, Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi 9. Jakarta (ID): EGC.

Brown J. 2009. Veterinary Forensics Giving a Voice to Those Who Cannot Speak

For Themselves. USA: Washington State University.

Caloni F, Berny P, Croubels S, Sachana M, Guitart R. 2012. Veterinary

Toxicology Basic and Clinical Principle. London (UK): Elsevier.

Carter DO, Yellowlees D, Tibbet M. 2010. Moisture can be the dominant

Environmental parameter governing cadaver decomposition in soil. Forensic

Science International. 200:60-66.

Catts EP. 1992. Problems in estimating the postmortem interval in death

investigations. J Agric Entomsl. 9(4):245-255.

Collier JH. 2005. Estimating the postmortem interval in forensic case through the

analysis of postmortem deterioration of human head hair [thesis]. Louisiana

(USA): Northwestern State University.

Cope RB, Bildfell RJ, Valentine BA, White KS, Cooper BJ, Oncken A. 2004.

Fatal paraquat poisoining in seven Portland, Oregon, dogs. Vet Hum Toxicol.

46(5):258-64.

Page 27: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

17

Dere E, Polat F. 2001. The effect of paraquat on the activity of some enzymes in

different tissue of mice (Mus musculus – Swiss albino). Turk J Biol. 25:323-

332.

Gartner L, Hiatt JL. 2001. Colour Textbook of Histology. Philadelphia: W.B

Saunders Company. hlm 383-396.

Gawarammana IB, Buckley NA. 2011. Medical management of paraquat

ingestion. Br J Clin Pharmacol. 72(5): 745-57.

Gennard DE. 2007. Forensic Entomology : An Introduction. West Sussex: John

Wiley & Sons Ltd.

Goff ML. 1991. Comparison of insect species associated with decomposing

remains recovered inside dwellings and outdoors on the Island of Oahu,

Hawaii. J Forensic Sci. 36:784-753.

Hadi UK, Soviana S. 2010. Ektopaasit : Pengenalan, Identifikasi, dan

Pengendaliannya. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Henssge C, Bernard K. 2002. The Estimation of The Time Since Death in The

Early Postmortem Period. London: Arnold.

Indika G, Buckley N. 2011. Medical Management of Paraquat Ingestion.

Australia : British Journal of Clinical Pharmacology.

Karadzic R, Ilic G, Antovic A, Banovic LK. 2010. Autolytic ultrastructural

changes in rat and human hepatocytes. Rom J Leg Med. (18):247 – 252.

Kent A. 1985. Laboratory Manual Hisopatologi. Bogor (ID): Balai Penelitian

Veteriner.

Lilingan M, Kalangi SJR, Wangko S. 2016. Gambaran histologik gaster pada

hewan coba selama 24 jam postmortem. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4 (1).

Listos Piotr, Magdalena G, Marek K. 2015. Analysis of cases of forensic

veterinary opinions produced in a research and teaching unit. Journal of

Forensic and Legal Medicine. 36:84 – 89.

Lord WD, Goff ML. 2003. Forensic entomology: application of entomological

methods to the investigation of death. In: Froede RC (ed) Handbook of

Forensic Pathology, 2nd

edition. CAP Illinois.

Muhartono, Windarti I, Septo D, Susianti. 2016. Risiko Herbisida Paraquat

Diklorida terhadap Ginjal Tikus Putih Spraque Dawley. Jurnal Kedokteran

Brawijaya. 29 (1).

Nandy A. 2000. Identification of Individual in Principle of Forensic Medicine 2nd

Edition. Calcuta: New Central Book Agency Publisher.

Oliveira RJ. 2008. Paraquat poisonings : mechanism of lung toxicity, clinical

features, and treatment. Critical Reveiws in Toxicology. 38:13-71.

Oliveira AR, Farinha A, Rebalu MT, Dias D. 2011. Forensic entomology :

Molecular identification of blowfly species (Diptera: Calliphoridae) in Portugal.

Forensic science international. (3):e439-e440.

Pallot DJ, Seker M, Abramovici A. 1992. Postmortem changes in the normal rat

carotid body : possible implication for human histopathology. Virchows Archiv

A Pathol Anat. 420:31 – 35.

Pangaila SKI, Kristanto EG, Mallo JF. 2014. Gambaran kecepatan pembusukan

hewan coba di daerah pesisir pantai Manado [skripsi]. Manado (ID):

Universitas Sam Ratulangi.

Page 28: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

18

Pierro-bonete G, Perez-carceles MD, Luna A. 2015. Morphological and

histological changes in eye lens: possible application for estimating postmotem

inteval. Elsevier. 17(6):437-442.

Raini M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan

Pestisida. MedLitBang Kes. 17(3):10-18.

Silva R, Carrno H, Vilas BV, Barbosa DJ, Monteiro M, Dinho PG, Bastos ML,

Rernia. 2015. Several transport systems contribute to the intestinal uptake of

paraquat modulating its cytotoxic effects. Toxicology Letters. 232:271 – 283.

Sriyani M, Salam AK. 2008. Penggunaan Metode Bioassay untuk Mendeteksi

Pergerakan Herbisida Pasca Tumbuh Paraquat dan 2,4-D dalam Tanah. J.

Tanah Trop. 13(3):199-208.

Sukirno. 2008. SaluranPencernaan [Internet]. [2016 Feb 25]. Tersedia pada:

http://sukirnosukirn.com.

Wahyu N. 2009. Perbedaan genus larva lalat pada bangkai tikus wistar diletakkan

di darat, air tawar, dan air laut [skripsi]. Semarang (ID): Unversitas

Diponegoro.

Windarti I, Muhartono, Widayana IGE. 2016. Pengaruh herbisida paraquat

dichlorida oral terhadap derajat kerusakan pada eosfagus tikus. JuKe Unila.

5(9).

Xu RJ, Cranwell PD. 2003. The Neotanal Pig: Gastrointenstinal Phisiology and

Nutrition. United Kingdom (GB): Nottingham University Press.

Yadav AB, Angadi PV, Kale AD, Yadov SK. 2015. Histological assesment of

cellular changes in postmortem gingival specimens for estimation of time since

death. Journal of Forensic Odontostomatology. 33(1):19 – 26.

Yuningsih, Rini D, Prima MW. 2013. Efek Pemberian Hijauan yang Telah Diberi

Herbisida Paraquat (Gramoxone) Terhadap Kelainan Patologis pada Organ

Kambing. Didalam: Ekayanti MK, Wien K, Dwi S, Asrul , Judhi R, Paskah PA,

Wulansih DA, Baharuddin T, Yantyati W, Puspita L, Syahruddin S, Ramlanto,

Muhamad DA, Warda T, editor. Seminar Nasional dan Forum Komunikasi

Industri Peternakan; 2013 sept 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat

Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 642-651.

Page 29: KOMPARASI MORFOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) … filePERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI. DAN . SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA . Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Puding Baru, Sumatera Selatan pada tanggal

28 oktober 1994. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan

Nizam dan Marleni. Pada tahun 2006 penulis masuk ke SMPN No. 01 Lawang

Kidul hingga tahun 2009. Selanjutnya, penulis masuk ke SMA Bukit Asam

Tanjung Enim dan lulus tahun 2012. Penulis melanjutkan studi dengan mengikuti

jalur Beasiswa Utusan Daerah IPB tahun 2012 dan diterima sebagai mahasiswa

Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi dan

kepanitiaan kampus, yaitu pengurus Divisi Pendidikan pada Himpro Hewan

Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (HKSA) dan pengurus Divisi Kajian

Strategis Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (PC IMAKAHI IPB)

periode 2014 – 2016. Di luar kampus, penulis juga bergabung dalam Ikatan

Mahasiswa Bumi Sriwijaya.