Komisi e Jerman

8
NAMA UMUM NAMA LATIN BAGIAN TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN KANDUNGAN UTAMA DOSIS HARIAN Milk thistle*/* * Silybum marianum Buah, biji, dan daun Flavonoligna ns, (silymarin) flavonoids, fatty oil 12-15 g Temulawak* * Curcuma xanthorrhiza Rimpang Minyak asiri, flavonoid 2 g Meniran** Phyllantus niruri Herba Sambiloto* * Andrographis paniculata Rimpang Flavonoid 10-20 gram Tempuyung* * Sonchus arvensis L. Daun atau seluruh tumbuhan Flavonoid 10 g Artichoke* * Cynara scolymus Daun Turunan asam kafeat, flavonoid, lakton sesquiterpen 6 g Boldo* Peumus boldus Daun Boldine, flavonoid, minyak atsiri 2-3 g Celadine** Chelidonium majus Bagian atas tanah Coptisin, berberin, chelidonin, protopin 2-4 g Dandelion* /** Taraxacum officinale Akar, daun Lakton sesquiterpen , triterpen, dan sterol, flavonoid 3-5 g Devil’s claw* Harpogophytu m procumbens Akar sekunder Iridoid, triterpen, 4,5 g

description

obat-obatan herbal untuk hati yang disetujui oleh komisi E Jerman

Transcript of Komisi e Jerman

NAMA UMUMNAMA LATINBAGIAN TUMBUHAN YANG DIGUNAKANKANDUNGAN UTAMADOSIS HARIAN

Milk thistle*/**Silybum marianumBuah, biji, dan daunFlavonolignans, (silymarin) flavonoids, fatty oil12-15 g

Temulawak**Curcuma xanthorrhizaRimpangMinyak asiri, flavonoid2 g

Meniran**Phyllantus niruriHerba

Sambiloto**Andrographis paniculataRimpangFlavonoid10-20 gram

Tempuyung**Sonchus arvensis L.Daun atau seluruh tumbuhanFlavonoid10 g

Artichoke**Cynara scolymusDaunTurunan asam kafeat, flavonoid, lakton sesquiterpen6 g

Boldo*Peumus boldusDaun Boldine, flavonoid, minyak atsiri2-3 g

Celadine**Chelidonium majusBagian atas tanahCoptisin, berberin, chelidonin, protopin2-4 g

Dandelion*/**Taraxacum officinaleAkar, daunLakton sesquiterpen, triterpen, dan sterol, flavonoid3-5 g

Devils claw*Harpogophytum procumbensAkar sekunderIridoid, triterpen, fenol4,5 g

Fumitory**Fumaria officinalisBagian atas tanahFlavonoid, alkaloid, isokuinolin, asam fumarat6 g

Horehound*Marrubium vulgareBagian atas tanahMarubin, turunan asam kafeat, flavonoid4,5 g

immortelle*Helichrysum arenariumbungaFlavonoid, phthalida, piron, turunan asam kafeat3 g

Japanese mint**Mentha arvensis var. piperascensMinyak dan bagian atas tanahMenthol, menthon, limonene, - dan - pinen3-6 tetes minyak

peppermint*/**Mentha piperita Daun, minyak dari daunMinyak atsiri (menthol, menthon, limonene, - dan - pinen), flavonoid, asam kafeat3-6 g (0,6 mL minyak)

Curcuma*Curcuma domesticarhizomaMinyak atsiri, kurkuminoid1,5-3 g

wormwood*/**Artemisia absinthiumBagian atas tanahMinyak atsiri, sesquiterpen, bitter principles (absinthin)3-5 g

Yarrow*/**Achillea millefoliumBagian atas tanahMinyak atsiri, lakton, sesquiterpen, polyynes, flavonoid3-4,5 g

Tabel 1. Obat-obatan yang disetujui oleh komisi E JermanKeterangan :* Disarankan oleh komisi E jerman untuk keluhan dispeptik** Disarankan oleh komisi E jerman untuk keluhan hati dan kantung empedu

1. Milk Thistle (Silybum marianum) Milk thistle berguna untuk pengobatan hepatitis, sebagai hepatoprotektor, dan antilipidemia. (Murphy, 2000). Milk Thistle merupakan buah tanaman Sylibum marianum (L.) Gaertner (Fam. Asteraceae), tanaman herbal yang berbentuk tabung berwarna ungu pada bunga dan daun dengan bintik putih. Milk Thistle berasal dari Eropa dan dibudibayakan di Afrika Utara dan Amerika Selatan. Milk thistle mengandung silymarin, yang tersusun atas flavanolignan silybin, silydianin, dan silycrhistin. Silybin merupakan kandungan kimia yang paling banyak (60-70% silymarin). Silymarin paling banyak ditemukan di buah, namun juga dapat di temukan di daun dan biji (Supriyatna,2013).a. Pengobatan HepatitisBeberapa herbalis menggunakan ekstrak milk thistle untuk mengobati pasien dengan hepatitis C. Dalam sebuah penelitian dengan menggunakan sampel 8 pasien dengan hepatitis kronis aktif diobati dengan silipede oral (sylibin kompleks) setara dengan 120 mg silybin dua kali sehari selama dua bulan, dan terdapat penurunan signifikan secara statistic pada AST dan ALT. Dalam penelitian lain dengan metode double-blind, dengan sampel sebanyak 20 pasien dengan kondisi hepatitis kronis aktif menggunakan terapi 240 mg sylibin kompleks (silipide) dua kali sehari selama 7 hari menyebabkan penurunan yang signifikan secara statistik pada ASL, ALT, dan GGT dibandingkan dengan kelompok placebo (Murphy, 2000).

b. AntilipidemiaKarena silymarin dapat menghambat sintesis kolesterol hati, maka dilakukanlah penelitian dengan menggunakan 15 pasien kolesistektomi, mereka yang mendapatkan terapi silymarin (420 mg setiap hari selama satu bulan) mengalami penurunan yang signifikan dalam konsentrasi kolesterol empedu dengan mereka yang diobati dengan placebo (Murphy, 2000).

2. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Curcuma xantorrhiza adalah anggota dari keluarga jahe (Zingiberaceae) yang merupakan tanaman asli Indonesia. Curcuma xantorrhiza adalah dengan akar (rimpang) yang mirip dengan jahe dengan aromatik, bau menyengat dan rasa yang pahit. Di Asia Tenggara, secara tradisional digunakan untuk berbagai penyakit termasuk hepatitis, keluhan hati, dan diabetes, rematik, kanker, hipertensi dan gangguan jantung (Devaraj, 2010). Efek anti-hepatotoksik Curcuma xantorrhiza telah lama diketahui di Asia, dan mulai diakui di Barat. Hal ini diketahui sebagai hepatoprotektif oleh masyarakat Indonesia, dan digunakan terutama dalam kasus-kasus Hepatitis. Efektivitas Curcuma xanthorrhiza dalam menurunkan kadar enzim serum alanin aminotransferase (SGPT) dan aspartat aminotransferase (SGOT) (Devaraj, 2010).

3. Meniran (Phyllantus niruri)Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak, bercabang-cabang, tinggi 30-50 cm. Batang bulat, liat, tidak berbulu, licin, hijau pucat, diameter 3 mm, bagian bawah batang berwarna kecokelatan dan cabangnya hijau pucat(Kahono,2010). Berbagai macam bahan organik telah ditemukan dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.). Beberapa golongan zat utama yang terkandung adalah lignan, tanin, polifenol, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid (Kahono,2010). Beberapa zat yang telah diketahui berpotensi untuk menurunkan kadar trigliserida adalah rutin dan lupeol. Zat-zat tersebut ternyata terkandung di dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.). Rutin merupakan bioflavonoid, berwarna kuning atau kuning kehijauan, kristal berbentuk seperti jarum. Rutin adalah flavonol glycoside terdiri dari quercetin dan disakarida rutinose. Rutin secara signifikan menurunkan kadar lemak plasma dan kolesterol hepar. Rutin menginduksi penurunan aktivitas HMG-KoA reduktase dan aktivitas ACAT (acyl CoA: cholesterol acyl transferase) hepar sehingga menurunkan lipogenesis oleh hepar. Selain itu, rutin juga meningkatkan ekskresi fecal sterol sehingga terjadi penurunan absorbsi lemak (Kahono,2010).Lupeol merupakan derivat dari triterpene, yaitu lupane triterpene. Lupeol mensupresi sekresi trigliserida dan kolesterol dari sel hepar. RT-PCR analisis secara kuantitatif menunjukkan bahwa lupeol menghambat ekspresi dari sterol regulatory element-binding protein-1c dan -2, fatty acid synthase, HMG-CoA synthetase, dan farnesyl-diphosphate farnesyl transferase, di mana bahan tersebut dibutuhkan untuk sintesis lemak di dalam sel hepar. Lebih jauh lagi, lupeol menghambat ApoB-100 dan microsomal triglyceride transfer protein dalam sel pada tingkat mRNA. Hal ini menyebabkan lupeol menurunkan sekresi lemak dari sel hepar dengan penghambatan sintesis lemak intrasel (Kahono,2010).

4. Sambiloto (Andrographis paniculata)Di Indonesia sambiloto dikenal dengan beberapa nama daerah seperti ki oray, takilo atau ki peurat (Sunda); bidara, sadilata atau takila (Jawa) atau pepaitan (Melayu). Tanaman ini merupakan anggota famili Acanthaceae dengan nama spesies Andrographis paniculata Nees. Sambiloto tumbuh di wilayah Asia yaitu di India, Sri Lanka, Pakistan dan Indonesia. Di China dan Thailand sambiloto telah ditanam secara ekstensif (Wulandari,2006).Sambiloto secara tradisional digunakan sebagai obat penyakit gula, demam, tipes, gatal kulit, obat gigitan ular, antireumatik, sakit kuning dan obat peluntur kehamilan. Khasiat lainnya adalah sebagai obat penyakit disentri, diare, radang ginjal akut, peradangan sekitar telinga, hidung dan tenggorokan (THT), radang paru-paru dan saluran nafas, influenza, lepra, darah tinggi, raja singa, diuretik, dan kanker. Penelitian secara eksperimental telah membuktikan sambiloto memiliki khasiat antidiabetik, hepatoprotektor, dan antikoagulan (Wulandari,2006). Tanaman sambiloto mengandung senyawa golongan fenol,34 flavonoid, terpenoid, alkaloid, kalium, natrium dan asam kersik. Senyawa kimia yang telah berhasil diisolasi adalah andrografolid, andrografisid, andrograpanin, andropanosid serta andrografidin A, B, C, D, E, dan F. Senyawa kimia yang diduga berperan dalam fungsi perlindungan hati adalah andrografolid (Wulandari,2006).5. TempuyungTempuyung sebagai salah satu tanaman urutan ketujuh tanaman obat potensial di Indonesia, memiliki beberapa khasiat diantaranya untuk asam urat, diuretik, batu ginjal, kencing batu, batu empedu, obat bengkak, penenang, batuk, asma dan bronchitis (Siswanto,2004).Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun tempuyung (Sonchus arvensis L) adalah ion mineral antara lain kalium, silica, magnesium, natrium, dan senyawa organic misalnya Flavonoid, Kumarin, taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, vanilat) (Alkreathy,2014).

6. Artichoke (Cynara scolymus L.)Berasal dari tumbuhan Cynara scolymus L. segar atau yang telah dikeringkan, tumbuhan yang merupakan salah satu sayuran tertua di dunia. Tanaman ini mengandung derivate asam kafeat, flavonoid, dan lakton sesquiterpen. Uji klinis menunjukkan bahwa ekstrak daun artichoke menyebabkan peningkat sekresi empedu ke duodenum pada sukarelawan sehat. Aksi ini dapat menyebabkan peningkatan produksi asam empedu. Pada pengamatan terhadap 553 pasien penderita sindrom dyspepsia, pengobatan menggunakan ekstrak artichoke secara signifikan ampu mengurangi beberapa gejala (muntah, mual, nyeri perut, sembelit, perut kembung, meteorism, intoleransi lemak). Artichoke juga memiliki aktivitas hepato protector. Menurut komisi E jerman, artichoke merupakan senyawa yang kontradiksi dengan pasien yang mengidap cholelithiasis dan oklusi saluran empedu. Kolik dapat terjadi pada penderita batu empedu.

7. Boldo (Peumus boldus)Berasal dari daun Peumus boldus Mol. (fam.Monimiaceae) yang dikeringkan, merupakan tanaman kecil (semak cemara) yang terdapat di Chili. Mengandung sekitar 2% minyak atsiri yang tersusun atas flavonoid monoterpenoid dan alkaloid (0,2-0,5%) termasuk boldine. Ekstrak boldo juga mampu menghambat peroksidasi lipid pada kultur hepatosit tikus dan melindungi kerusakan hepatosit oleh senobiotik. Boldo tidak boleh diberikan pada penderita batu empedu.

8. Dandelion (Taraxacum officinale)Dandelion merupakan tanaman yang berasal dari eropa. Dandelion mempunyai kandungan triterpenoid (taraxacin dan taraxerol), chlorogenic dan asam kafeat, inulin, vitamin, mineral, fitosterol, flavonoid, glikosida. Dandelion telah digunakan pada perawatan hati, gangguan pencernaan, penambah nafsu makan dan daunnya juga berfungsi sebagai cholagogue dan koleretik. Obat yang mengandung dandelion dan senyawa lainnya telah digunakan untuk pengobatan hepatitis. Obat dibuat dalam bentuk infusa atau dekok (3-5 g akar kering dalam 150 mL air) tiga kali sehari dan tincture (3-4 mg dari simplisia utuh) tiga kali sehari. Obat dapat menyebabkan keluhan lambung dan memiliki potensi yang lemah untuk menimbulkan reaksi sensitisasi.

9. Celadine (Chelidonium majus)Caladine terdapat pada bagian atas tanah tanaman Chelidonium majus L., tanaman dengan tinggi sekitar 30-120 cm ditemukan di seluruh eropa wilayah beriklim sedang dan subartik dari asia. Akar dan rimpang segar secara tradisional digunakan untuk meringankan sakit gigi. Komponen pentingnya adalah alkaloid isokinolin dan dericat asam kafeat. Uji klinis telah dilakukan pada 60 pasien dengan keluhan epigastrium dan kram pada daerah saluran pencernaan dan empedu. Setelah pengobatan selama 6 minggu, pasien yang diberi caladine memberikan gejala penyakit yang lebih sedikit dibandingkan dengan plasebo. Caladine disetujui oleh komisi E jerman untuk pengobatan hati dan kantung empedu.