Komarudin Watubun bungkomar Bung Komar ... · Komarudin Watubun Bung Komar - Komarudin Watubun...

4
Bung Komar - Komarudin Watubun Komarudin Watubun www.bungkomar.id bungkomar

Transcript of Komarudin Watubun bungkomar Bung Komar ... · Komarudin Watubun Bung Komar - Komarudin Watubun...

Page 1: Komarudin Watubun bungkomar Bung Komar ... · Komarudin Watubun Bung Komar - Komarudin Watubun bungkomar Kata Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama Pancasila dapat saya gambarkan

Bung Komar - Komarudin Watubun

Komarudin Watubunwww.bungkomar.id

bungkomar

Page 2: Komarudin Watubun bungkomar Bung Komar ... · Komarudin Watubun Bung Komar - Komarudin Watubun bungkomar Kata Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama Pancasila dapat saya gambarkan

Bung Komar - Komarudin WatubunKomarudin Watubunwww.bungkomar.id bungkomar

Dari penelusuran sejarah tentang lahirnya Pancasila, saya menjadi semakin menyadari bahwa pilar kita berbangsa hanya ada satu, bukan empat seperti yang saat ini banyak dibicarakan orang. Pilar kita berbangsa hanya Pancasila. Itulah fundasinya. Di atas Pancasila Republik ini dibangun. Itu sebabnya Pembukaan UUD 1945 mencantumkan Pancasila sebagai dasar negara. Di atas itu UUD disusun.

Dalam hidup kita berbangsa yang diwarnai kebhinnekaan, tentu Pancasila harus juga menjadi dasar, termasuk dalam berdemokrasi. Dan demokrasi di Indonesia idealnya adalah dengan sistem “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” sebagaimana diamanatkan sila keempat Pancasila. Demokrasi Indonesia yang sesuai dengan dasar negara kita semestinya adalah demokrasi perwakilan yang menjunjung tinggi permusyawaratan.

Page 3: Komarudin Watubun bungkomar Bung Komar ... · Komarudin Watubun Bung Komar - Komarudin Watubun bungkomar Kata Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama Pancasila dapat saya gambarkan

Bung Komar - Komarudin WatubunKomarudin Watubunwww.bungkomar.id bungkomar

Terus terang saya akui bahwa ketika amandemen UUD 1945 terjadi, mulai dari amandemen pertama pada 1999 hingga keempat pada 2002, saya termasuk orang muda yang tidak setuju. Ketidaksetujuan itu didasarkan pada pendirian bahwa demokrasi yang benar bagi Indonesia adalah demokrasi yang didasarkan pada Pancasila, sebagaimana diatur dalam UUD 1945.

Mengubah UUD 1945 berarti juga mengubah dasar negara tersebut. Sikap itu saya ambil karena saya percaya bahwa kita harus menghargai dan menghormati apa yang telah dicetuskan dan dirintis oleh para pendiri bangsa ini. Mereka, sebagaimana kita tahu dari sejarah, telah berjuang dan tidak asal menyusun dasar negara. Mereka telah memikirkan jauh ke depan dan seharusnya itu menjadi pijakan kita.

Salah satu yang saya kagumi dari visi para pendiri bangsa kita adalah mereka sejak awal sudah memikirkan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan golongan sehingga mereka mengutamakan asas Pancasila dalam berdemokrasi. Dan kita harus sepakat bahwa demokrasi kita adalah Demokrasi Pancasila. Tidak diadopsi mutlak dari demokrasi liberal atau komunis. Jika pun ada yang diadopsi dari kedua kutub itu, pada akhirnya pendiri bangsa ini mengembangkan sendiri demokrasi alternatif, yaitu demokrasi Pancasila yang dibangun atas ciri budaya bangsa kita sendiri.

Page 4: Komarudin Watubun bungkomar Bung Komar ... · Komarudin Watubun Bung Komar - Komarudin Watubun bungkomar Kata Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama Pancasila dapat saya gambarkan

Bung Komar - Komarudin WatubunKomarudin Watubunwww.bungkomar.id bungkomar

Kata Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama Pancasila dapat saya gambarkan sebagai sebuah rumusan jenial yang dapat mengatasi perbedaan berlandaskan ciri khas budaya bangsa sendiri. Kenapa saya katakana demikian? Bayangkan saja jika kita mau berdebat soal Ketuhanan dan keyakinan, kita bisa repot berkepanjangan. Kaum Muslimin menyebut Tuhan sebagai Allah. Dalam Bahasa Indonesia disebut Allah. Tetapi ketika kaum Muslim menyebutnya, tentu pasti dengan cara atau khas Arab. Nah ini berarti akan berbeda dengan penyebutan kaum Nasrani. Belum lagi kawan-kawan yang beragama Hindu dan Budha. Tetapi ketika para pendiri bangsa ini merumuskannya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa Tuhan itu hanya satu walau pun kita menyembah dengan cara masing-masing, semua komponen bangsa dapat menerimanya. Itulah yang saya sebut sebagai demokrasi dengan ciri bangsa kita sendiri.