KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia...

26
KOHESIVITAS KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN INTERPERSONAL PADA ANAK (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan Oleh : TINON CITRANING HARISUCI F 100 104 012 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia...

Page 1: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

KOHESIVITAS KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN

KETRAMPILAN INTERPERSONAL PADA ANAK

(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :

TINON CITRANING HARISUCI

F 100 104 012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

ii

KOHESIVITAS KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN

KETRAMPILAN INTERPERSONAL PADA ANAK

(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :

TINON CITRANING HARISUCI

F 100 104 012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 3: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah
Page 4: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah
Page 5: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

v

KOHESIVITAS KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN INTERPERSONAL PADA ANAK

(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

Tinon Citraning Harisuci Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ketrampilan interpersonal anak merupakan kemampuan yang dimiliki seorang

anak untuk berteman dan berkenalan dengan mudah, peduli terhadap orang lain dan

ramah terhadap orang yang lebih muda, taman sebayanya, maupun dengan orang yang

lebih dewasa.Peran keluarga dirasa sangat perlu dalam mewujudkan hal tersebut,

karena penanaman dengan memberikan contoh- contoh berinteraksi dengan orang lain

sejak dini dapat membantu anak memiliki bekal untuk mempunyai ketrampilan

interpersonal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk

kohesivitas dalam keluarga di Jawa dengan pengaruh agama Islam, mendeskripsikan

manfaat mengembangkan ketrampilan interpersonal pada anak dengan nilai- nilai

budaya Jawa dan pengaruh Islam, serta memahami dan mendeskripsikan bagaimana

kohesivitas dalam keluarga dapat mengembangkan ketrampilan interpersonal anak

dengan nilai-nilai budaya Jawa dan pengaruh Islam. Subek penelitian ini adalah 90

orang informan orang tua yang berdomisili di wilayah Surakarta dan beragama Islam.

Metode pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner terbuka dan wawancara.

Hasil penelitian menemukan bentuk kohesivitas dalam keluarga di Jawa dengan

pengaruh agama Islam terlihat dari orang tua yang membuat anggota keluarganya

merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan

tuntunan agama Islam serta menjaga kebersamaan, yang diwujudkan melalui aktifitas

yang dilakukan bersama- sama. Manfaat dari pengembangan ketrampilan interpersonal

pada anak adalah agar anak mudah bersosialisai serta mengetahui lebih dini tata krama/

unggah ungguh dalam berhubungan dengan orang lain baik pada teman sebaya maupun

orang yang lebih tua. Ketrampilan interpersonal anak dari keluarga Jawa dengan

pengaruh agama Islam dikembangkan melalui peran serta orang tua dengan mengajari

dan melakukan aktifitas bersama untuk menanamkan agar anak mudah bergaul, percaya

diri, serta menyelesaikan masalahnya sendiri, yakni dengan memotivasi dan

memfasilitasi anak untuk percaya diri (adanya sharing/ musyawarah di rumah), memberi

arahan untuk selalu menjaga sikap dan bicara (tata krama/ unggah ungguh), saling

berbagi, serta selalu mengingat Allah SWT. untuk menjalankan perintahNya dan

menjauhi laranganNya.

Kata kunci : ketrampilan interpersonal, kohesivitas keluarga konteks budaya Jawa dan

Pengaruh Islam.

Page 6: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

Pendahuluan

Lovett dan Jones (2006)

menyatakan bahwa ketrampilan

interpersonal merupakan

kemampuan berinteraksi dan

berkomunikasi untuk membangun

hubungan yang baik dengan

mengacu nilai kesopanan yang

ditunjukkan baik secara verbal

maupun non verbal.

Pada anak yang memiliki

ketrampilan interpersonal memiliki

ciri- ciri seperti mampu berteman

dan berkenalan dengan mudah, suka

berada di sekitar orang lain, ingin

tahu mengenai orang lain dan ramah

terhadap orang asing, menggunakan

bersama mainannya dan berbagi

makanan dengan teman-temannya,

mengalah kepada anak-anak lain,

mengetahui bagaimana menunggu

gilirannya selama bermain, mau

memuji teman/orang lain, mengajak

teman untuk bermain/belajar (Lwin,

2008), sehingga anak yang memiliki

kompetensi sosial cenderung

memiliki teman yang banyak dan

populer di dalam kelompok sosialnya

Howe (dalam Susanti, dkk., 2010).

Untuk mempunyai ketrampilan

interpersonal, orang Jawa harus

mampu mempunyai tutur kata yang

halus, manis, dan hati- hati dalam

berbicara sehingga perilaku akan

mengikuti sesuai dengan tata krama

yang dianut oleh orang Jawa (Yana,

2012). Tali persaudaraan yang dijaga

dengan berperilaku mengikuti aturan

dan nilai kesopanan serta tata krama

yang dianut oleh orang Jawa, dalam

Islam juga ada tuntunannya yakni

menjaga sillaturahmi yang mana

orang Jawa pun sampai saat ini

masih menjaga tali persaudaraan dan

kekeluargaan di masyarakat Jawa

yang menjunjung gotong- royong,

guyup, rukun, dan keharmonisan

dalam masyarakat (Haryanto, 2013).

Tuntunan untuk menjaga sillaturahmi

seperti dalam firman Allah dalam

QS. An Nisa ayat 1.

Berdasarkan beberapa

pemaparan diatas, orang Jawa

dengan pengaruh agama Islam yang

dianut mempunyai tuntunan yang

mengarahkan orang Jawa dari kecil

sudah memiliki bekal untuk mampu

bergaul menjalin tali sillaturahmi

dengan sesama, namun pada

kenyataannya masih ada beberapa

anak khususnya di Jawa Tengah

yang belum bisa mudah bergaul

dengan teman sebayanya, seperti

dalam penelitian yang telah

dilakukan oleh Susanti, Siswati, dan

Widodo (2010) hasil pengisian

kuesioner di SDN Srondol Wetan 04-

09 dan SDN Srondol Wetan 05-08

menyatakan bahwa disamping

terdapat anak yang mudah bergaul,

setiap kelas selalu ada anak-anak

yang diabaikan dan dihindari oleh

teman-teman sebayanya.

Anak yang kurang memiliki

ketrampilan interpersonal akan

berpengaruh pada perilaku dan

prestasi akademiknya juga

disebutkan dalam artikel ilmiah dari

Pramudiarta (2012) dalam

1

Page 7: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

2

DetikHealth.com yang menyatakan

bahwa akibat dari terlalu lama

menarik diri dari pergaulan bisa

memicu perubahan struktur otak

yang berdampak pada gangguan

perilaku. Sebaliknya, Mpofu,

Thomas dan Chan (dalam Susanti,

Siswati, dan Widodo, 2010) dalam

penelitiannya terhadap siswa kelas

tujuh di Zimbabwe membuktikan

bahwa individu yang memiliki

kompetensi interpersonal memiliki

prestasi dibidang akademik dan

dinilai sebagai individu yang lebih

kooperatif, bertanggung jawab,

secara sosial lebih diterima oleh

teman sebaya dan guru, dan ramah

dibandingkan dengan teman sebaya

yang kurang berkompeten.

Anak merupakan amanah

yang tak ternilai harganya. Anak

adalah anugerah Allah SWT. yang

diberikan kepada orang tua, yang

menjadi tanggung jawab bagi orang

tua agar tumbuh menjadi manusia

yang berguna bagi dirinya, keluarga,

masyarakat, bangsa, dan agamanya.

Anak diharapkan kelak menjadi

manusia yang mencintai Allah SWT.

dan Allah SWT. pun juga mencintai

anak- anak tersebut, sehingga orang

tua juga mengharapkan anaknya

tumbuh menjadi individu yang lebih

kooperatif, bertanggung jawab,

secara sosial lebih diterima, serta

ramah pada setiap orang di

sekitarnya dengan tuntunan yang

diberikan Allah SWT. pada umatNya

dalam mendidik anak (Musbikin,

2003).

Peran keluarga dirasa sangat

perlu dalam mewujudkan hal

tersebut, karena penanaman dengan

memberikan contoh- contoh

berinteraksi dengan orang lain sejak

dini dapat membantu anak memiliki

bekal untuk mempunyai ketrampilan

interpersonal. Di dalam keluargalah

seorang anak dikenalkan berbagai

aturan, norma, dan nilai-nilai yang

baik.

Seorang anak dari keluarga

yang bertata krama baik juga akan

memiliki tata krama yang baik, dan

begitu pula sebaliknya. Oleh karena

itu, seorang anak dapat memiliki

ketrampilan interpersonal juga tidak

lepas dari peran serta orang tua dan

anggota keluarga yang lain.

Hubungan yang terjalin

harmonis dengan menjaga

komunikasi yang lancar, saling

menghargai dan menghormati, serta

adanya solidaritas pada setiap

anggota keluarga akan memberikan

contoh nyata pada anak bagaimana

menjalin hubungan dengan orang

lain. Rasa kebersamaan dalam

keluarga yang terjaga akan

diperlukan dalam membantu

pembentukan ketrampilan

interpersonal pada anak. Di daerah

Jawa, keluarga Jawa sangat

menjunjung kebersamaan, seperti

pendapat Sudarsono (2008) ciri-ciri

masyarakat jawa adalah menjunjung

kebersamaan, suka kemitraan,

mementingkan kesopanan, toleransi

tinggi, dan hidup pasrah. Dalam

Page 8: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

3

kebersamaan keluarga terdapat

falsafah Jawa mangan ora mangan

sing penting tetep kumpul, yang

artinya makan tidak makan yang

penting tetap bersama, meskipun itu

hanya sebuah ungkapan, tapi sampai

sekarang orang tua di Jawa dalam

keadaan apapun baik senang maupun

susah yang penting tetap bersama,

akan terasa lebih ringan jika dihapai

bersama karena memang adanya

guyup, rukun, dan gotong royong

sesama saudara.

Keluarga Jawa dengan

pengaruh agama Islam yang dianut,

mengetahui bahwa dalam agama

Islam juga memberi contoh

bagaimana menjalin kebersamaan

dengan keluarga sehingga

kebersamaan yang tercipta dalam

keluarga akan membawa

kebahagiaan tersendiri bagi keluarga,

seperti yang contohkan oleh

Rasulallah SAW. dengan menjalin

hubungan baik dengan anak sehingga

mengajari mereka nilai kesopanan

dan budi pekerti akan labih mudah,

karena memang Rasulallah SAW.

sangat menganjurkan untuk

mendidik anak yang merupakan

anugerah dari Allah SWT., seperti

yang dijelaskan dalam hadits riwayat

Ibnu Majjah (dalam Iman, 2012)

yang berisi tentang perintah untuk

para orang tua menekuni anak-

anaknya dengan memperbaiki

kesopanannya (dalam hal pendidikan

moral, akhlaq, etika, dan sopan

santun.

Kohesivitas dalam keluarga

itu sendiri menurut Schwartz (2007)

memberikan pengaruh pada proses

penyesuaian sosial dan pencarian

identitas diri seorang anak, sehingga

kohesivitas dalam keluarga memiliki

tempat penting dalam pembentukan

ketrampilan interpersonal pada anak.

Shin dan Park (2011) dalam

penelitiannya menyatakan,

kohesivitas adalah salah satu hal

yang penting dalam suatu kelompok

atau hubungan interpersonal.

Ketrampilan Interpersonal

Menurut Sartika, Chairilsyah,

dan Risma (2010) anak dengan

ketrampilan interpersonal yang

menonjol memiliki interaksi yang

baik dengan orang lain, pintar

menjalin hubungan sosial, serta

mampu mengetahui dan

menggunakan beragam cara saat

berinteraksi. Lwin (2008)

menambahkan ciri- ciri anak yang

memiliki kemampuan interpersonal

yang tinggi yaitu mampu berteman

dan berkenalan dengan mudah, suka

berada di sekitar orang lain, ingin

tahu mengenai orang lain dan ramah

terhadap orang asing, menggunakan

bersama mainannya dan berbagi

makanan dengan teman-temannya,

mengalah kepada anak-anak lain,

mengetahui bagaimana menuggu

gilirannya selama bermain, mau

memuji teman/orang lain, mengajak

teman untuk bermain/belajar.

Orang Jawa yang memiliki

ketrampilan interpersonal yakni

Page 9: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

4

orang Jawa yang mampu bertutur

kata yang halus, manis, dan hati- hati

dalam berbicara sehingga perilaku

akan mengikuti sesuai dengan nilai

kesopanan dan tata krama yang

dianut oleh orang Jawa. Ketrampilan

interpersonal merupakan salah satu

kemampuan yang mampu

dikembangkan dengan menjaga tali

sillaturahmi serta menjalin

hubungan yang baik antara sesama

manusia, setiap mukmin juga telah

ada tuntunan (dalam Al Quran)

untuk mengasah kemampuan

interpersonal yang dimiliki yaitu

dengan berinteraksi dengan

menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti, memahami keadaan

orang lain, berkomunikasi harus

dengan bahasa yang lemah lembut

atau ramah.

Faktor- faktor yang

Mempengaruhi Ketrampilan

Intrepersonal

Menurut Suwarno, &

Meinarno (2011) faktor- faktor yang

mempengaruhi ketrampilan

interpersonan ada faktor internal,

faktor eksternal, dan faktor interaksi.

Faktor internal yakni kebutuhan

untuk berinteraksi dan pengaruh

perasaan dari dalam diri individu

tersebut termasuk didalamnya ada

konsep diri dan kematangan

beragama; faktor eksternal yakni

kedekatan dan daya tariktermasuk

didalamnya kontak dengan orang tua,

interaksi dengan teman sebaya,

aktivitas dan partisipasi sosial, serta

lingkungan tempat tinggalnya;

kemudian selanjutnya faktor

interaksi yakni meliputi persamaan

dan perbedaan serta bagaimana

orang tersebut menyukai orang-

orang disekitarnya.

Manfaat memiliki ketrampilan

interpersonal

Menurut DeVito (2005)

manfaat orang yang memiliki

ketrampilan interpersonal yakni

mampu belajar tentang diri sendiri,

tentang orang lain, bahkan tentang

dunia; dapat berhubungan dengan

orang lain dan untuk membangun

suatu ikatan (relationship); dapat

memengaruhi sikap dan perilaku

orang lain; dapat dijadikan hiburan

atau menenangkan diri sendiri, dapat

membantu orang lain.

Kohesivitas keluarga

Menurut Katwal, dan

Kamalanabhan (2002) Kohesivitas

keluarga adalah suatu kedekatan

antar saudara atau antar anggota

keluarga sehingga menumbuhkan

hubungan yang lebih ramah,

kooperatif, dan penuh kasih sayang

dalam keluarga tersebut.

kohesivitas keluarga Jawa

merupakan suasana yang

menyenangkan dalam keluarga

karena kebersamaan sehingga

tercipta sikap saling tolong

menolong dan gotong royong

dilandasi dengan ketulusan tanpa

pamrih (sepi ing pamrih) dan akan

ikut merasakan sakit jika salah satu

Page 10: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

5

anggota keluarganya sakit (tepa

salira) ( Yana, 2012).

kohesivitas keluarga menurut

Islam seperti yang dicontohkan

Rasulallah SAW. yaitu kebersamaan

antar anggota (yang ditunjukkan

Rasulallah SAW. dengan memberi

nama yang baik, menemani anak,

memberi kecupan dan kasih sayang

kepada anak- anak, bermain dan

bercanda dengan anak, memberikan

hadiah dan bonus kepada anak,

membelai kepala anak, menyambut

anak dengan baik, mencari keadaan

anak dan menanyakannya, bersikap

adil dan sama terhadap sesama anak,

mendoakan anak, membantu anak

untuk berbuat baik dan patuh)

dengan memberi pendidikan moral,

akhlaq, serta etika kesopanan,

sehingga menimbulkan keceriaan

dan kebahagiaan dalam keluarga (

Suwaid, 2003).

Faktor- faktor yang

Mempengaruhi Kohesivitas

Keluarga

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kohesivitas sebuah

keluarga dari kalangan kelas sosial

ekonomi bawah adalah pengenalan

mendalam, intensitas kebersamaan,

cinta, dukungan sosial, masa sepi di

usia madya, regulasi emosi, gender

(peran gender dalam pernikahan),

dan temperamen (Anindita, dan

Bashori, 2012).

Wicaksono dan Prabowo

(2010) menyatakan terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan

munculnya kohesivitas yaitu

pengenalan mendalam terhadap

orang lain dalam kelompok dan

intensitas kebersamaan. Selain itu

sedikitnya anggota kelompok

membuat anggota saling mengenal

lebih dalam. Kebersamaan atau

seringnya anggota kelompok

melakukan kegiatan bersama dapat

meningkatkan kohesivitas kelompok.

Katwal dan Kamalanabhan

(2002) menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi kohesivitas

dalam keluarga adalah jenis kelamin,

perbedaan usia, ukuran kelompok

saudara, struktur keluarga, kehadiran

kedua orang tua, dan apa yang

dirasakan orang tua pada keluarga

yang bisa kompak.

Bentuk Kohesivitas Keluarga

Baron dan Byrne (2005)

menyatakan bahwa bentuk

kohesivitas dalam keluarga yang

dapat menumbuhkan hubungan yang

menyenangkan dan memuaskan di

dalam keluarga, yaitu: Kemampuan

untuk mengalami empati; Rasa

percaya yang tinggi; Kepercayaan

interpersonal. Wicaksosno (2008)

menambahkan bentuk kohesivitas

dapat dilihat dari aktifitas yang

dilakukan bersama, proses

pengambilan keputusan ( berdiskusi,

mencari solusi, dan mengambil

keputusan bersama), serta saling

memberi dukungan.

Kohesivitas Keluarga dalam

Mengembangkan Ketrampilan

Page 11: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

6

Interpersonal Pada Anak (

Konteks Budaya Jawa dan

Pengaruh Islam)

Manusia adalah makhluk

sosial yakni dimana seseorang dapat

menjalin hubungan dengan orang

lain, mencoba untuk mengenali, dan

memahami kebutuhan satu sama lain

dengan membentuk interaksi. Oleh

karena itu ketrampilan interpersonal

perlu dimiliki oleh individu. Semua

interaksi dengan orang tua dan

anggota keluarga yang lain memiliki

efek terhadap apa yang anak pelajari

terhadap hubungan dengan orang

lain ( O’Leary, dalam Baron dan

Byrne (2005)). Contohnya, ketika

orang tua bermain dengan anak- anak

mereka ( dari masak- masakkan

sampai monopoli), orang tua tersebut

memberikan informasi mengenai

bagaimana orang- orang berinteraksi

satu sama lain pada suatu situasi

sosial, mengikuti suatu prosedur

tertentu, dan terlibat dalam perilaku

kerja sama, yang semuanya relevan

terhadap kemampuan anak untuk

menghadapi orang dewasa lain dan

juga dengan teman- teman sebayanya

( Lindsey, dkk., dalam Baron dan

Byrne (2005)).

Ketrampilan interpersonal

anak yaitu kemampuan yang dimiliki

seorang anak untuk berteman dan

berkenalan dengan mudah, ingin tahu

mengenai orang lain dan ramah

terhadap orang yang lebih muda,

taman sebayanya, maupun dengan

orang yang lebih dewasa.

Dalam budaya Jawa sendiri

yang dalam kehidupan sosialnya

mengenal tata krama dan unggah

ungguh maka dalam kehidupan

sosial orang Jawa pun diperlukan

ketrampilan interpersonal, sehingga

dari kecil keluarga mengajarkan

ketrampilan interpersonal tersebut.

Ketrampilan interpersonal yang

selama ini dikenal masyarakat Jawa

yakni jika orang tersebut mampu

bertutur kata yang halus, manis, dan

hati- hati dalam berbicara sehingga

perilaku akan mengikuti sesuai

dengan nilai kesopanan dan tata

krama yang dianut oleh orang Jawa.

Bagi masyarakat Jawa yang

beragama Islam untuk membekali

seorang anak memiliki ketrampilan

Interpersonal dalam Al Quran dan

hadits telah ada tuntunannya untuk

mengasah kemampuan interpersonal

yang dimiliki yaitu dengan

berinteraksi menggunakan bahasa

yang mudah dimengerti, memahami

keadaan orang lain, berkomunikasi

harus dengan bahasa yang lemah

lembut atau ramah. Dalam Islam

juga terdapat perintah untuk menjaga

sillaturahmi dengan sesama, yang

mana akan mendorong orang jawa

yang beragama Islam untuk

mengambangkan ketrampilan

interpersonalnya, Abu Ayub al-

Anshari menuturkan, ada seorang

laki-laki bertanya kepada Nabi

Muhammad SAW., “Ya Rasulullah

SAW., beritahu aku perbuatan yang

dapat memasukkan aku ke surga.”

Rasulallah SAW. menjawab:

Page 12: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

7

“Engkau menyembah Allah dan

tidak menyekutukan Dia dengan

sesuatupun, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan menyambung

silaturahmi (HR al-Bukhari, Muslim,

an-Nasa’i dan Ahmad)

Keluarga Jawa memberikan

pendidikan etika dan tata krama

yang dimulai sejak dini melalui

penanaman kebiasaan. Kebiasaan-

kebiasaan yang dijalani adalah

bertutur bahasa halus seperti jenjang

bahasa yang terdiri dari beberapa

tingkatan, berbudi pekerti luhur,

serta bersikap sopan santun.

Sejumlah sifat atau perilaku sesuai

nilai luhur masyarakat Jawa

ditanamkan dengan cara: (a)

memberikan teladan dalam perilaku;

(b) memberikan pendidikan agama;

(c) memberikan bimbingan untuk

mengenal sifat-sifat luhur; (d)

memberikan nasehat; (e)

membiasakan bertutur kata yang

halus dan sopan; (f) membiasakan

menghormati orang yang lebih tua;

(g) berkomunikasi dengan anak

(Ekowarni, 2004). Kohesivitas yang

terbentuk dalam sebuah keluarga

dengan selalu menjaga kebersamaan

dan melakukan pola interaksi yang

konsisten akan sangat membantu

dalam pembentukan ketrampilan

interpersonal pada anak, seperti yang

dikatakan oleh Baron dan Byrne

(2005) bahwa kualitas dari interaksi

antara seorang ibu (atau pengasuh

yang lain) dan anaknya menentukan

bagaimana individu kecil tersebut

berespons terhadap orang lain

sepanjang hidupnya.

Kohesivitas dalam keluarga

merupakan suatu kedekatan antar

anggota keluarga sehingga

menumbuhkan kehangatan,

hubungan yang lebih ramah,

kooperatif, dan penuh kasih sayang

yang tercipta dalam keluarga. Di

Jawa keluarga yang mampu

membentuk kelekatan/ kohesivitas

akan tumbuh merupakan suasana

yang menyenangkan dalam keluarga

karena kebersamaan sehingga

tercipta guyup, sikap saling tolong

menolong (rukun), dan gotong

royong dilandasi dengan ketulusan

tanpa pamrih dan akan ikut

merasakan sakit jika salah satu

anggota keluarganya sakit (Haryanto,

2013). Bagi keluarga Jawa yang

menganut agama Islam mereka

percaya bahwa kebersamaan antar

anggota sehingga menimbulkan

keceriaan dan kebahagiaan dalam

keluarga, seperti yang dicontohkan

Rasulallah SAW. (Suwaid, 2003).

Pengaruh kedekatan sangat

penting dalam daya tarik

interpersonal, terlebih lagi

masyarakat Jawa yang menjunjung

kebersamaan dalam keluarga

sehingga timbul kelekatan yang

menjadikan terciptanya kehangatan,

keceriaan, dan kebahagiaan seperti

yang dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW. sehingga tumbuh

kemampuan untuk berempati, rasa

percaya diri yang tinggi, dan

Page 13: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

8

kepercayaan interpersonal sehingga

mampu membekali anak untuk

mempunyai ketrampilan

interpersonal karena aktifitas yang

dilakukan dalam keluarga

membiasakan untuk berempati serta

menjaga tata krama/ unggah ungguh

dan nilai kesopanan yang telah

dianut oleh keluarga Jawa. Nabi

Muhammad SAW. memberi perintah

dan teladan untuk menekuni anak-

anak dan memperbaiki kesopanan

anak- anak seperti yang diriwayatkan

oleh Ibnu Majjah (Iman, 2012).

Oleh karena itu, kohesivitas

dalam keluarga diperlukan dalam

membantu anak untuk membentuk

ketrampilan interpersonal, sehingga

dari kecil anak sudah mempunyai

bekal untuk memiliki ketrampilan

interpersonal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di

wilayah Surakarta untuk melihat

bagaimana kohesivitas keluarga

dalam mengembangkan ketrampilan

interpersonal pada anak (konteks

budaya Jawa dan pengaruh Islam).

Menggunakan pendekatan kualitatif

dengan alat ukur kuesioner terbuka

dan wawancara.

Informan

Total informan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 90 orang,

yang terdiri dari orang tua yang

memiliki ciri-ciri: orang asli Jawa,

menetap di Jawa Tengah (

Karesidenan Surakarta), memiliki

anak usia 12- 15 tahun, beragama

Islam. Sedangkan informan

pendukung berjumlah 3 orang tua

yang sebelumnya telah diberikan

kuesioner terbuka.

Page 14: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

9

HASIL

Kategori Frekuensi Persentase

1. bentuk kohesivitas dalam keluarga di Jawa

dengan pengaruh agama Islam

a. Cara orang tua membuat anggota keluarga

merasa bahagia dan nyaman di rumah Pelajaran

1) Mengajarkan nilai- nilai dan melaksanakan

tuntunan agama

2) Menjaga kebersamaan keluarga

3) Saling menyayangi

4) Membimbing anak untuk memiliki budi

pekerti (sopan santun dan disiplin)

5) Memfasilitasi kebituhan naggota keluarga

b. Aktifitas yang sering dilakukan bersama- sama

1) Membersihkan rumah bersama

2) Bercengkerama dan sharing saat santai

3) Sholat dan ngaji bersama

4) Makan bersama

5) Pergi berkunjung dan libur bersama

c. Aturan/ kebiasaan orang Jawa dan nilai agama

Islam yang dipakai untuk mengajari anak saling

tolong menolong dengan saudara

1) Saling tolong menolong dengan sesama

tanpa pamrih

2) Gotong royong

3) Saling peduli, menyayangi, dan mengasihi

sesama umat Islam

4) Saling menghormati

45

20

11

7

7

28

27

18

12

5

34

26

23

7

50,00%

22,22%

12,22%

7,78%

7,78%

31,11%

30,00%

20,00%

13,33%

5,56%

37,78%

28,89%

25,56%

7,78%

2. Manfaat Mengembangkan ketrampilan

interpersonal pada anak yang dipengaruhi nilai-

nilai budaya Jawa dan pengaruh Islam

a. Manfaat anak mudah bergaul dengan teman

sebayanya Pendidikan

1) Mudah bersosialisasi

2) Bisa belajar berbagi,toleransi, dan saling

menyayangi

3) Menjadi percaya diri

4) Agar tumbuh kembang anak sesuai dengan

perkembangannya

5) Bisa menjalin sillaturahmi dan

menumbuhkan kerukunan

b. Manfaat mengajarkan bersikap dan berbicara

pada teman sebayanya maupun orang yang

31

29

13

11

7

34,44%

32,22%

14,45%

12,22%

6,67%

Page 15: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

10

lebih tua

1) Lebih dini mengetahui tata krama

2) Mudah berkomunikasi dan bersosialisasi

dengan siapapun

88

2

97,78%

2,22%

3. Kohesivitas keluarga dalam mengembangkan

ketrampilan interpersonal anak dengan nilai-

nilai budaya Jawa dan pengaruh Islam

a. Aturan atau kebiasaan orang Jawa dan nilai-

nilai agama Islam yang dipakai untuk mengajari

anak agar mudah bergaul Menasihati

1) Menanamkan rasa percaya diri

2) Menjaga komunikasi dan sillaturahmi

3) Mengajarkan tata krama dan sopan santun

4) Mau mengerti keadaan orang lain

b. Aturan/ kebiasaan orang Jawa dan nilai agama

Islam yang dipakai untuk menanamkan percaya

diri anak berinteraksi dengan orang lain

Menasihati, menerima

1) Memotivasi untuk percaya diri

2) Mengajarkan tata krama

3) Memberi kepercayaan pada anak

4) Selalu mengingat Allah

5) Belajar berbagi

c. Aturan atau kebiasaan orang Jawa dan nilai-

nilai agama Islam yang dipakai untuk mengajari

anak agar mampu menyelesaikan masalahnya

sendiri

1) Membiasakan bertanggung jawab

2) Musyawarah

3) Bersikap tenang, sabar, dan tawakkal

4) Menerapkan kedisiplinan

5) Memberi contoh sikap teladan yang baik

39

21

19

11

33

24

20

11

2

42

28

12

4

4

43,33%

23,34%

21,11%

12,22%

36,67%

26,67%

22,22%

12,22%

2,22%

46,68%

31,11%

13,33%

4,44%

4,44%

Page 16: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk kohesivitas dalam

keluarga di Jawa dengan

pengaruh agama Islam

Bentuk kohesivitas dalam

keluarga di Jawa dengan

pengaruh agama Islam dapat

diketahui melalui cara orang tua

membuat anggota keluarga

merasa bahagia dan nyaman di

rumah dengan aktifitas yang

sering dilakukan bersama- sama

yang secara tidak langsung akan

mengajari anak saling peduli dan

tolong menolong dengan saudara.

Berdasarkan hasil

kuesioner dan wawancara bahwa

hal yang membuat anggota

keluarga merasa bahagia dan

nyaman di rumah yakni dengan

mengajarkan dan malaksanakan

tuntunan agama Islam serta selalu

menjaga kebersamaan (seperti

berkumpul dan sharing bersama),

sehingga ketika kebersamaan itu

terjaga jugaakan memudahkan

orang tua untuk mengajarkan

nilai- nilai dan melaksanakan

tuntunan agama Islam (seperti

tertib menjalankan sholat

berjamaah dan mengaji bersama),

serta tumbuh sikap saling

menyayangi, membimbing anak

agar memiliki budi pekerti, saling

membantu dan memfasilitasi

kebutuhan anggota keluarga. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat

dari Sudarsono (2008)

kohesivitas yang terbentuk di

keluarga Jawa akan membawa

suasana yang menyenangkan

dalam keluarga karena

kebersamaan sehingga tercipta

sikap saling tolong menolong dan

gotong royong dilandasi dengan

ketulusan tanpa pamrih dan akan

ikut merasakan sakit jika salah

satu anggota keluarganya sakit.

Selanjutnya Suwaid (2003)

menambahkan bahwa dalam

Islam Rasulallah SAW. Telah

mencontohkan bahwa dalam

sebuah keluarga harus

membangun kebersamaan antar

anggota (yang ditunjukkan

Rasulallah SAW. dengan

memberi nama yang baik,

menemani anak, memberi

kecupan dan kasih sayang kepada

anak- anak, bermain dan

bercanda dengan anak,

memberikan hadiah dan bonus

kepada anak, membelai kepala

anak, menyambut anak dengan

baik, mencari keadaan anak dan

menanyakannya, bersikap adil

dan sama terhadap sesama anak,

mendoakan anak, membantu

anak untuk berbuat baik dan

patuh) dengan memberi

pendidikan moral, akhlaq, serta

etika kesopanan, sehingga

menimbulkan keceriaan dan

kebahagiaan dalam keluarga.

Kebersamaan yang

tercipta tersebut tidak lepas dari

aktifitas yang dilakukan bersama-

sama. Berdasarkan hasil

Page 17: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

12

kuesioner dan wawancara

menyatakan bahwa aktifitas yang

sering dilakukan bersama- sama

adalah membersihkan rumah

bersama, bercengkerama dan

sharing saat santai, sholat

berjamaah dan mengaji bersama,

makan bersama, serta pergi

berkunjung dan berlibur bersama.

Manfaat yang dirasakan dari

aktifitas yang sering dilakukan

bersama- sama tersebut yakni

jadi lebih dekat, bisa lebih mudah

mengawasi, lebih mengerti dan

memahami satu sama lain.Hal ini

sesuai dengan pendapat dari

Wicaksosno (2008) bahwa

bentuk kohesivitas dapat dilihat

dari aktifitas yang dilakukan

bersama, proses pengambilan

keputusan ( berdiskusi, mencari

solusi, dan mengambil keputusan

bersama), serta saling memberi

dukungan. Baron dan Byrne

(2005) juga menyatakan bahwa

bentuk kohesivitas dalam

keluarga yang dapat

menumbuhkan hubungan yang

menyenangkan dan memuaskan

di dalam keluarga adalah dengan

saling membantu agar anak

memiliki kemampuan untuk

berempati, memberi kepercayaan

pada anak misalnya dengan

menyatakan pendapat, agar anak

mempunyai rasa percaya diri

sehingga menumbuhkan

kepercayaan interpersonal.

Rasulallah SAW juga memberi

teladan dengan menemani anak,

memberi kecupan dan kasih

sayang kepada anak- anak,

bermain dan bercanda dengan

anak, memberikan hadiah dan

bonus kepada anak, membelai

kepala anak, menyambut anak

dengan baik, mencari keadaan

anak dan menanyakannya (

Suwaid, 2003). Mengerti dan

memahami satu sama lain berarti

mengetahui situasi dan kondisi

(empan papan). Orang yang bisa

empan papan akan

menyenangkan hati orang lain

(Yana, 2012).

Sudarsono (2008)

menambahkan bahwa ciri-ciri

masyarakat jawa adalah

menjunjung kebersamaan, suka

kemitraan, mementingkan

kesopanan, toleransi tinggi, dan

hidup pasrah. Dalam

kebersamaan keluarga terdapat

falsafah Jawa mangan ora

mangan sing penting tetep

kumpul, yang artinya makan

tidak makan yang penting tetap

bersama, meskipun itu hanya

sebuah ungkapan, tapi sampai

sekarang orang tua di Jawa dalam

keadaan apapun baik senang

maupun susah yang penting tetap

bersama, akan terasa lebih ringan

jika dihapai bersama karena

memang adanya guyup, rukun,

dan gotong royong sesama

saudara.

Melakukan aktifitas

bersama- sama seperti sholat dan

ngaji bersama serta

Page 18: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

13

membersihkan rumah bersama

secara tidak langsung akan

menumbuhkan sikap saling bantu

atau tolong menolong satu sama

lain. Berdasarkan hasil kuesioner

dan wawancara orang tua

menanamkan sikap untuk saling

tolong menolong dengan tanpa

pamrih (tulus ikhlas) untuk saling

membantu (gotong- royong),

saling berbagi, saling peduli,

saling menyayangi dan

mengasihi, serta saling

menghormati, sehingga sama

seperti simpul falsafah Jawa yang

menggambarkan gotong royong

harus dikedepankan sifat sepi ing

pamrih, rame ing gawe, yang

artinya dalam berkerja sama

saling tolong menolong jangan

sampai ada penyakit ingin dipuji,

dibangga- banggakan, dan

disanjung- sanjung, sehingga

dalam anggota keluarga Jawa

saling tolong menolong dan

gotong royong dilandasi dengan

ketulusan tanpa pamrih jika

kelekatan telah tercipta dalam

keluarga (Yana,2012). Haryanto

(2013) menambahkan bahwa Di

Jawa keluarga yang mampu

membentuk kelekatan/

kohesivitas akan tumbuh

merupakan suasana yang

menyenangkan dalam keluarga

karena kebersamaan sehingga

tercipta guyup, sikap saling

tolong menolong (rukun), dan

gotong royong dilandasi dengan

ketulusan tanpa pamrih dan akan

ikut merasakan sakit jika salah

satu anggota keluarganya sakit.

Berdasarkan pemaparan

diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa bentuk

kohesivitas dalam keluarga di

Jawa dengan pengaruh agama

Islam terlihat dari orang tua yang

membuat anggota keluarganya

merasa bahagia dan nyaman di

rumah yakni dengan megajarkan

dan melaksanakan tuntunan

agama Islam serta menjaga

kebersamaan, yang diwujudkan

melalui aktifitas yang dilakukan

bersama- sama contohnya yaitu

sholat dan ngaji bersama serta

membersihkan rumah bersama-

sama, dari situ banyak yang

diajarkan agar anak bisa saling

tolong menolong dengan tanpa

pamrih, saling peduli, saling

menyayangi dan mengasihi

sesama umat Islam, serta saling

menghormati.

2. Manfaat mengembangkan

ketrampilan interpersonal

pada anak yang dipengaruhi

nilai- nilai budaya Jawa dan

pengaruh Islam

Ketrampilan interpersonal

pada anak yang dikembangkan dari

kohesifitas keluarga memerlukan

orang tua yang mengetahui manfaat

dari pengembangan ketrampilan

interpersonal itu sendiri pada anak.

Berdasarkan hasil kuesioner dan

wawancara bahwa menurut orang tua

bahwa manfaat dari anak yang

Page 19: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

14

mudah bergaul dengan teman

sebayanya yakni anak akan mudah

bersosialisasi; bisa belajar berbagi

(andhap asor), toleransi, saling

menyayangi; bisa berempati dengan

orang lain; anak jadi percaya diri;

bisa menumbuhkan kerukunan,

solidaritas, dan menjaga sillaturahmi.

Selain berteman dengan teman-

teman di sekolah, anak di rumah juga

bermain dengan teman- teman di

kampung, mengikuti kegiatan

kemasyarakatan (Karang Taruna dan

Olahraga di kampung).

Manfaat tersebut senada

dengan apa yang diungkapkan oleh

Alfikalia dan Maharani (2009)

adapun manfaat yang dapat dirasakan

jika memiliki ketrampilan

interpersonal interpersonal adalah: 1)

Sarana mempelajari dunia luar; 2)

Dapat berhubungan dengan orang

lain; 3) Dapat mempengaruhi orang

lain; 4) Sebagai sarana bermain; 5)

Dapat membantu/memberikan

kemudahan bagi orang lain.

Selanjutnya Bramantyo dan Prasetyo

(2007) menambahkan jika seseorang

memiliki ketrampilan interpersonal

yang tinggi, maka hal pertama yang

dirasakan adalah kuatnya rasa

percaya diri, untuk kemudian akan

dihargai oleh orang lain, dan pada

akhirnya akan dapat membangun

hubungan yang harmonis dengan

orang lain.

Orang Jawa dengan pengaruh

agama Islam yang dianutnya pasti

mengetahui bahwa memang Allah

SWT menganjurkan untuk saling

menyayangi, menjaga kerukunan dan

menjaga sillaturahim. Seperti dalam

firman Allah SWT. dalam surat Ali

Imran ayat 103: “ dan berpeganglah

kamu semuanya kepada tali (agama)

Allah, dan janganlah kamu bercerai

berai, dan ingatlah akan nikmat

Allah kepadamu ketika kamu dahulu

(masa Jahiliyah) bermusuh-

musuhan, Maka Allah

mempersatukan hatimu, lalu

menjadilah kamu karena nikmat

Allah, orang-orang yang

bersaudara; dan kamu telah berada

di tepi jurang neraka, lalu Allah

menyelamatkan kamu dari padanya.

Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk.”

Selain itu dalam Firman Allah SWT.

pada QS. An Nisa ayat 1 yang

menganjurkan untuk menjaga

silaturrahim, yaitu: “ Hai sekalian

manusia, bertakwalah kepada

Tuhan-mu yang telah menciptakan

kamu dari seorang diri, dan dari

padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya

Allah memperkembang biakkan laki-

laki dan perempuan yang banyak.

dan bertakwalah kepada Allah yang

dengan (mempergunakan) nama-Nya

kamu saling meminta satu sama lain,

dan (peliharalah) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah

selalu menjaga dan mengawasi

kamu.”

Page 20: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

15

Selanjutnya, selain

mengetahui manfaat mudah bergaul

dengan teman sebayanya,

mengetahui manfaat cara bersikap

dan berbicara dengan orang yang

lebih tua dari anak tersebut juga

penting untuk mengembangkan

ketrampilan interpersonalnya.

Menurut orang tua berdasarkan hasil

wawancara dan kuesioner manfaat

mengajarkan anak bersikap dan

berbicara pada teman sebayanya

maupun orang yang lebih tua yakni

mengetahui tata krama (bersikap dan

berbicara), mudah bersosialisasi

dengan siapapun. Hal tersebut seperti

pendapat dari Yana (2012) bahwa

Orang tua di Jawa berpandangan

bahwa nilai kesopanan, unggah

ungguh, tindak tanduk, yang

kesemuanya itu merupakan tata

krama Jawa yang diajarkan sejak

anak masih kecil, dengan harapan

bisa menggunakan hal- hal tersebut

di mana pun dan kapan pun (Yana,

2012).

Berdasarkan pemaparan

diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa manfaat dari pengembangan

ketrampilan interpersonal itu sendiri

pada anak adalah agar anak mudah

bersosialisai, serta mengetahui lebih

dini tata krama dan unggah ungguh

dalam berhubungan dengan orang

lain baik pada teman sebaya maupun

orang yang lebih tua.

3. Memahami dan

mendeskripsikan bagaimana

kohesivitas dalam keluarga

dapat mengembangkan

ketrampilan interpersonal

anak dengan nilai-nilai budaya

Jawa dan pengaruh Islam.

Kohesivitas dalam keluarga

dengan nilai budaya Jawa dan

pengaruh Islam dapat membantu

mengembangkan ketrampilan

interpersonal anak dengan

mengetahui aturan atau kebiasaan

orang Jawa dan nilai- nilai agama

Islam yang dipakai orang tua untuk

mengajari anak agar mudah bergaul,

untuk menanamkan percaya diri anak

berinteraksi dengan orang lain, serta

untuk mengajari anak agar mampu

menyelesaikan masalahnya sendiri.

Aturan atau kebiasaan orang

Jawa dan nilai- nilai agama Islam

yang dipakai untuk mengajari anak

agar mudah bergaul adalah dengan

menanamkan rasa percaya diri pada

anak, menjaga komunikasi dan

sillaturahmi, mengajarkan tata

krama, mau peduli serta mengerti

dan menghargai pendapat orang lain.

Hal tersebut ditunjukkan contohnya

dengan orang tua mendukung anak

untuk ikut kegiatan kemasyarakatan

dan keagamaan, menjenguk teman

sakit, dan ikut rewang di tetangga

yang punya kerja. Hal ini sama

seperti yang dicontohkan oleh nabi

Muhammad SAW. Jika di lihat dari

nilai agama Islam bahwa keceriaan

dan kegembiraan anak itu akan

melahirkan rasa optimisme dan

percaya diri, Rasullah SAW.

senantiasa menanamkan jiwa periang

dan kegembiraan di dalam jiwa anak

Page 21: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

16

diantaranya adalah dengan

menyambut anak- anak dengan

sambutan yang hangat ketika

bertemu, mengajak bercanda,

bersikap adil dan sama terhadap

sesama anak, membantu anak untuk

berbuat baik dan patuh) dengan

memberi pendidikan moral, akhlaq,

serta etika kesopanan, sehingga

menimbulkan keceriaan dan

kebahagiaan dalam keluarga

(Suwaid, 2003). Orang Jawa dengan

pengaruh agama Islam yang

dianutnya pasti mengetahui bahwa

memang Allah SWT menganjurkan

untuk menjaga sillaturahim. Seperti

dalam firman Allah SWT. dalam

surat An Nisa ayat 1: “ Hai sekalian

manusia, bertakwalah kepada

Tuhan-mu yang telah menciptakan

kamu dari seorang diri, dan dari

padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya

Allah memperkembang biakkan laki-

laki dan perempuan yang banyak.

dan bertakwalah kepada Allah yang

dengan (mempergunakan) nama-Nya

kamu saling meminta satu sama lain,

dan (peliharalah) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah

selalu menjaga dan mengawasi

kamu.”

Selanjutnya, orang tua

menanamkan percaya diri anak

berinteraksi dengan orang lain adalah

dengan memotivasi anak untuk

percaya diri, mengajarkan tata krama

termasuk unggah ungguh (bisa

membawa diri mereka, jadi mereka

mampu menempatkan diri, jangan

jadi anak yang sombong (ojo

dumeh)), memberi kerpercayaan

pada anak, selalu mengingat Allah

SWT. (semua sama di mata Allah

SWT. hanya ketaatan dan

ketaqwaannya yang membedakan),

selalu bersyukur, apa adanya

(narima)), serta berbagi dengan

sesama (andhap ashor). Menurut

Yana (2012) di dalam keluargalah

seorang anak dikenalkan berbagai

aturan, norma, dan nilai-nilai yang

baik. Nilai kesopanan, unggah

ungguh, tindak tanduk yang

semuanya itu termasuk tata krama

Jawa yang diajarkan sejak anak

masih kecil, dengan harapan bisa

menggunakan hal- hal tersebut di

mana pun dan kapan pun. Orang tua

membimbing nak agar percaya diri

berhubungan dengan orang lain

dengan cara mengingatkan bahwa

semua sama di mata Allah SWT.

hanya ketaatan dan ketaqwaannya

yang membedakan juga terdapat pad

QS. Al Hujarat Ayat 13: “ Hai

manusia, Sesungguhnya Kami

menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal.”

Saling berbagi yang diajarkan

orang tua seperti dalam falsafah Jawa

Page 22: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

17

mengatakan wonten sekedek

(sekedhek) dipundum (dipun dum)

sekedek (sekedhek), wonten katah

(kathah) inggih dipundum (dipun

dum) katah (kathah) yang artinya

bila ada (rizki) sedikit akan dibagi

sedikit, tetapi jika ada banyak (rizki)

yang didapat juga akan dibagi

banyak pula (Yana, 2012). Selain itu

firman Allah dalam QS. Al Baqarah

ayat 245 juga menganjurkan untuk

berbagi yang salah satunya bisa

diwujudkan dengan bersedekah,

yakni sebagai berikut: “ siapakah

yang mau memberi pinjaman kepada

Allah, pinjaman yang baik

(menafkahkan hartanya di jalan

Allah), Maka Allah akan meperlipat

gandakan pembayaran kepadanya

dengan lipat ganda yang banyak.

dan Allah menyempitkan dan

melapangkan (rezki) dan kepada-

Nya-lah kamu dikembalikan.”

Kemudian seperti yang diajarkan

oleh orang tua untuk bersyukur

seperti dalam perintah Allah SWT

firmanNya dalam QS. Albaqarah

ayat 152: “ karena itu, ingatlah

kamu kepada-Ku niscaya aku ingat

(pula) kepadamu, dan bersyukurlah

kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari (nikmat)-Ku.”

Aturan atau kebiasaan orang

Jawa dan nilai- nilai agama Islam

yang dipakai untuk mengajari anak

agar mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri adalah dengan

membiasakan bertanggung jawab,

sharing/ musyawarah, bersikap

tenang, sabar, dan tawakkal

mendekatkan diri kepada Allah.

Orang tua di Jawa yang mengajarkan

seperti itu menurut Sudarsono (2008)

karena ciri- ciri masyarakat Jawa

yakni menjunjung kebersamaan, suka

kemitraan, mementingkan

kesopanan, toleransi tinggi, dan

hidup pasrah. Selain ciri orang Jawa

yang mampu hidup pasrah dalam

tuntunan agama Islam Allah juga

berfirman sabar dan tawakkal dalam

menghadapi sesuatu, dalam QS Ali

Imran ayat 200: “ Hai orang-orang

yang beriman, bersabarlah kamu

dan kuatkanlah kesabaranmu dan

tetaplah bersiap siaga (di perbatasan

negerimu) dan bertakwalah kepada

Allah, supaya kamu beruntung.”

Berdasarkan pemaparan

diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kohesifitas

keluarga yang dapat

mengembangkan ketrampilan

interpersonal anak tidak lepas dari

peran serta orang tua dengan

mengajari dan melakukan aktifitas

bersama untuk menanamkan agar

anak mudah bergaul, percaya diri,

serta menyelesaikan masalahnya

sendiri yakni dengan memotivasi dan

memfasilitasi untuk percaya diri

(adanya sharing/ musyawarah di

rumah), mendukung dan memberi

arahan untuk selalu menjaga sikap

dan bicara (tata krama/ unggah

ungguh), saling berbagi, serta selalu

mengingat Allah untuk menjalankan

perintahNya dan menjauhi

laranganNya.

Page 23: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

18

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan penelitian maka dapat

disimpulkan mengenai kohesivitas

keluarga dalam mengembangkan

ketrampilan interpersonal anak

(konteks budaya Jawa dan pengaruh

Islam) adalah sebagai berikut:

1. Bentuk kohesivitas dalam

keluarga di Jawa dengan

pengaruh agama Islam terlihat

dari orang tua yang membuat

anggota keluarganya merasa

bahagia dan nyaman di rumah

yakni dengan megajarkan dan

melaksanakan tuntunan agama

Islam serta menjaga

kebersamaan, yang diwujudkan

melalui aktifitas yang dilakukan

bersama- sama contohnya yaitu

sholat dan ngaji bersama serta

membersihkan rumah bersama-

sama, dari situ banyak yang

diajarkan agar anak bisa saling

tolong menolong dengan tanpa

pamrih, saling peduli, saling

menyayangi dan mengasihi

sesama umat Islam, serta saling

menghormati.

2. Manfaat dari pengembangan

ketrampilan interpersonal pada

anak adalah agar anak mudah

bersosialisasi serta mengetahui

lebih dini tata krama/ unggah

ungguh dalam berhubungan

dengan orang lain baik pada

teman sebaya maupun orang

yang lebih tua.

3. Ketrampilan interpersonal anak

dari keluarga Jawa dengan

pengaruh agama Islam

dikembangkan melalui peran

serta orang tua dengan mengajari

dan melakukan aktifitas bersama

untuk menanamkan agar anak

mudah bergaul, percaya diri,

serta menyelesaikan masalahnya

sendiri, yakni dengan memotivasi

dan memfasilitasi anak untuk

percaya diri (adanya sharing/

musyawarah di rumah), memberi

arahan untuk selalu menjaga

sikap dan bicara (tata krama/

unggah ungguh), saling berbagi,

selalu mengingat Allah SWT.

untuk menjalankan perintahNya

dan menjauhi laranganNya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian

dan kesimpulan, maka penulis

memberikan saran antara lain

kepada:

1. Bagi informan penelitian

a. Orang tua: hendaknya lebih

banyak meluangkan waktu

bersama anak untuk

memberikan perhatian

kepada anak dan lebih

mendekatkan diri dengan

anak untuk membangun

kelekatan dengan anak, serta

dapat memberi kepercayaan

anak melakukan aktifitas

yang dapat menunjang

kemampuan sosial anak.

b. Anak yang memasuki usia

remaja: hendaknya lebih

memanfaatkan segala hal

yang yang sudah difasilitasi

orang tua untuk

Page 24: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

19

mengembangkan

kemampuan nterpersonal,

misalnya seperti terbuka dan

berdiskusi saat sharing di

rumah serta mengikuti

kegiatan kemasyarakatan

dan keagamaan.

2. Bagi penelliti lain, hasil

penelitian ini dapat

dimanfaatkan sebagai tambahan

informasi para peneliti

selanjutnya tentang kohesifitas

keluarga dalam mengembangkan

ketrampilan interpersonal anak

(konteks budaya Jawa dan

pengaruh Islam) dengan

mempertimbangkan range usia

informan (orang tua) dan

keluarga yang menjadi informan

tersebut merupakan keluarga

dengan orang tua lengkap (bapak

dan ibu lengkap) ataukah single

parent (bapak saja atau ibu saja).

Peneliti selanjutnya juga

diharapkan untuk melihat faktor

dan sisi lain yang berperan

dalam memgembangkan

ketrampilan interpersonal anak.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhori. (2012). Ensiklopedia

hadist 2; Shahih al-bukhori

2. Jakarta: Almahira.

Alfikalia, dan Maharani, A.. (2009).

Faktor- faktor pendukung

komunikasi interpersonal:

studi kasus pada mahaiswa

tingkat pertama di

Universitas Paramadina.

Jurnal Ilmu Komunikasi, 6,

25-44

Anindita, D., & Bashori, K.. (2012).

Kohesivitas suami istri di

usia madya. Jurnal

Humanita, 9, 13-26

An-Naisaburi, M. (2012).

Ensiklopedia hadist 4;

Shahih muslim 2. Jakarta:

Almahira

At-Tirmizi, J. (2012). Ensiklopedia

hadist 6: Jami’ at-tirmizi.

Jakarta: Almahira

Baron, R. A,. & Byrne, D. (2005).

Psikologi sosial. Edisi

Kesepuluh Jilid 2. Jakarta:

Erlangga

Bramantyo R., dan Prasetyo, A. T..

(2007). Ketrampilan

interpersonal. Jakarta: Pusat

Pendidikan dan Pelatihan

Pengawasan BPKP: Jakarta

Departemen Agama. (2010). Al

Quran dan terjemahannya.

Bandung: Sinar Baru

Algensindo

Devito, J. A.. (2005). The

interpersonal

communication, 11th

ed.

New York: Harper collins

Ekowarni, E., (2004). Pemahaman

sifat budi luhur para abdi

dalem keraton yogyakarta.

Laporan Penelitian.

Yogyakarta: Proyek SP4

Fakultas Psikologi UGM

Page 25: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

20

Haryanto, J. T. (2013). Kontribusi

ungkapan tradisional dalam

memebangun kerukunan

beragama. Walisongo, 21,

365- 392

Imam. (2012). Tugas dan tanggung

jawab ayah dan ibu kepada

anak. Diunduh dari

ahklaqulkarimah.blogspot.c

om

Katwal, N., & Kamalanabhan, T J..

(2002). Factors influencing

sibling cohesiveness in the

indian families. Pakistan

Journal of Psychological

Research, 17, 17-28

Lovett, M., & Jones, I. S.. (2006).

Social/interpersonal skills in

business: In field,

curriculum and student

perspectives. Journal of

Management and Marketing

Research (AABRI), 1-13

Lwin, M. (2008). Cara

mengembangkan berbagai

komponen kecerdasan.

Yogyakarta: PT. Indeks

Musbikin, I. (2003). Kudidik anakku

dengan bahagia.

Yogyakarta: Itra Pustaka

Pramudiarta, AN. U.. (2012). Jarang

bergaul bisa membuat

struktur otak berubah.

Diunduh dari

DetikHealth.com

Sartika, R., Chairilsyah, D., &

Risma, D.. (2010). Pengaruh

komunikasi orang tua

terhadap kecerdasan

interpersonal anak usia 4-5

tahun di tk education 21

kulim pekanbaru. Skripsi.

Riau: FKIP-Universitas

Riau

Schwartz, D. J., (2007). Berpikir dan

berjiwa besar. Jakarta:

Binarupa Aksara

Shin, S.Y. & Park, W. (2011).

Moderating effects of group

cohesiveness incompetency

performance relationships:

A multy-level study.

Journal of Behavioral

Studies in Business,

(AABRI), 1-15

Sudarsono. (2008). Kearifan

lingkungan dalam perspektif

Budaya Jawa. Yayasan

Susanti, F., Siswati, & Widodo P.B..

(2010). Pengaruh permainan

tradisional terhadap

kompetensi interpersonal

dengan teman sebaya pada

siswa SD ( studi eksperimen

pada siswa kelas 3 SDN

Srondol Wetan 04- 09 dan

SDN Srondol Wetan 05-

08). Jurnal Psikologi

UNDIP, 8, 146- 148

Suwaid, M.. (2003). Mendidik anak

bersama nabi sallahualaihi

wassalam. Surakarta: Dar

Al wafa Almanshurah

Suwarno, S. W. & Meinarno, E. A.

(2011). Psikologi sosial.

Jakarta: Salemba Humanika

Page 26: KOHESIVITAS KELUARGA DALAM …eprints.ums.ac.id/29585/29/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf · merasa bahagia dan nyaman di rumah yakni dengan megajarkan dan melaksanakan tuntunan ... falsafah

21

Wicaksono, B. & Prabowo, H.

(2010). Kohesivitas tim

pendukung sepak bola

persija. Jurnal Psikologi

Gunadarma, 3, 154-159

Wicaksono, B. (2008). Jurnal

kohesivitas suporter tim

sepak bola persija. Jurnal

Universitas Gunadarma, 1,

1-17

Yana. (2012). Falsafah dan

pandangan hidup orang

Jawa. Yogyakarta: Bintang

Cemerlang