KodifikasiPeraturanBank Indonesia Likuiditas Rupiah · bagi Bank Umum Hal. 110 – 111 Lampiran 3...
Transcript of KodifikasiPeraturanBank Indonesia Likuiditas Rupiah · bagi Bank Umum Hal. 110 – 111 Lampiran 3...
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Likuiditas RupiahFasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat
Pusat Riset dBank IndoneTelp: 021 38Fax.: 021 35email: PRES@Hak Cipta © 2013
dan Edukasi esia 817321 501912 @bi.go.id
© 2013, Bank
Kodi
LikFasFasPenDar
Bank Sentra
Indonesia
ifikasi P
kuisilitasilitandek,rura
TimRamDu
GantiaRis
al
Peratu
iditas Likas Penk, Fast
m Penyusmlan Gintudy Iskandah Wuryaska Rosdia
uran Ba
as Rkuidindansilitas
sun ting dar andani ana
ank Ind
Rupitas Inaans Pem
donesia
piahIntran Jangmbia
a
h aharigka ayaan
i,
n
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
i
DAFTAR ISI
Paragraf Halaman
Daftar Isi Hal. i – ivRekam Jejak Regulasi Fasilitas Likuiditas Intrahari Hal. vRekam Jejak Regulasi Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Hal. viRekam Jejak Regulasi Fasilitas Pembiayaan Darurat Hal. viiDasar Hukum Hal. viiiRegulasi Terkait Hal. viiiRegulasi Bank Indonesia Hal. viii – ix Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum Ketentuan Umum Pg. 1 – 15 Hal. 1 – 8
Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah
Ketentuan Umum Pg. 16 Hal. 8 – 9Persyaratan dan Tata Cara Permohonan Pg. 17 – 21 Hal. 10 – 12Penggunaan Pg. 22 – 26 Hal. 12 – 15Penyelesaian Pg. 27 – 28 Hal. 15 – 17Ketentuan Lain‐Lain Pg. 29 Hal. 17
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Ketentuan Umum Pg. 30 Hal. 17 – 18Persyaratan Dan Tata Cara Permohonan FPJP Pg. 31 – 42 Hal. 18 – 31Persetujuan dan Pencairan FPJP Pg. 43 – 46 Hal. 31 – 34 Perhitungan Bunga Pg. 47 Hal. 34Pelunasan dan Eksekusi Agunan Pg. 48 Hal. 34 – 37Biaya Pemberian FPJP Pg. 49 Hal. 37Pengawasan Pg. 50 – 51 Hal. 37 – 38 Sanksi Pg. 52 – 53 Hal. 38
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah
Ketentuan Umum Pg. 54 Hal. 38 – 39 Persyaratan dan Tata Cara Permohonan FPJPS Pg. 55 – 71 Hal. 39 – 50Perhitungan Imbalan Pg. 72 Hal. 50 – 51Perlunasan dan Eksekusi Agunan Pg. 73 Hal. 51 – 52Pengawasan Pg. 74 – 75 Hal. 52 – 53 Biaya Pemberian FPJPS Pg. 76 Hal. 53 Sanksi Pg. 77 – 78 Hal. 53
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat
Ketentuan Umum Pg. 79 Hal. 54Persyaratan dan Tata Cara Permohonan FPJP Pg. 80 – 91 Hal. 54 – 63Perhitungan dan Pembayaran Bunga Pg. 92 Hal. 63 – 64 Perlunasan dan Eksekusi Agunan Pg. 93 Hal. 64 – 65Pengawasan Pg. 94 – 95 Hal. 65 – 66
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
ii
Biaya Pemberian FPJP Pg. 96 Hal. 66Sanksi Pg. 97 – 98 Hal. 66 – 67
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Ketentuan Umum Pg. 99 Hal. 67 – 68Persyaratan dan Tata Cara Permohonan FPJPS Pg. 100 – 112 Hal. 68 – 83Perhitungan dan Pembayaran Imbalan Pg. 113 Hal. 83 – 85Perlunasan dan Eksekusi Agunan Pg. 114 Hal. 85 – 88Pengawasan Pg. 115 – 116 Hal. 88 – 90Biaya Pemberian FPJPS Pg. 117 Hal. 90Sanksi Pg. 118 – 119 Hal. 90
Fasilitas Pembiayaan Darurat Ketentuan Umum Pg. 120 Hal. 90 – 91Tujuan dan Ruang Lingkup Pg. 121 Hal. 91Sumber Pendanaan Fasilitas Pembiayaan Darurat Pg. 122 Hal. 91 – 92 Pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat Pg. 123 – 130 Hal. 92 – 95
Persyaratan Pengajuan Fasilitas Pembiayaan Darurat Pg. 123 – 125 Hal. 92 – 93
Permohonan Pengajuan Fasilitas Pembiayaan Darurat Pg. 126 – 127 Hal. 93 – 94
Mekanisme Pengambilan Keputusan Pg. 128 – 130 Hal. 94 – 95
Kriteria Umum Agunan FPD Pg. 131 – 134 Hal. 95 – 97Perjanjian Fasilitas Pembiayaan Darurat dan Realisasi Pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat Pg. 135 – 139 Hal. 97 – 98
Pencegahan Krisis Pg. 135 – 138 Hal. 97 – 98
Penanganan Krisis Pg. 139 Hal. 98
Biaya‐Biaya Pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat Pg. 140 Hal. 98 Pelunasan Fasilitas Pembiayaan Darurat Pg. 141 – 144 Hal. 98 – 99 Pengawasan Pg. 145 – 148 Hal. 99 – 101 Laporan kepada DPR Pg. 149 Hal. 101Sanksi Pg. 150 – 151 Hal. 101
Lampiran Fasilitas Likuiditas Intrahari Hal. 102 – 120 Lampiran 1 Contoh Perjanjian Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum Hal. 102 – 109Lampiran 2 Contoh Perhitungan Biaya atas Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari
bagi Bank Umum Hal. 110 – 111Lampiran 3 Contoh Perjanjian Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari berdasarkan
Prinsip Syariah Hal. 112 – 118Lampiran 4 Contoh Perhitungan Biaya atas Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari
berdasarkan Prinsip Syariah Hal. 119 – 120 Lampiran Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bank Umum Hal. 121 – 172
Lampiran 5 Contoh Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank
Indonesia untuk Agunan Obligasi Korporasi Hal. 121
Lampiran 6 Contoh Surat Permohonan/Perpanjangan FPJP Hal. 122 – 123
Lampiran 7 Contoh Surat Pernyataan kesulitan Likuiditas Dalam Rangka
Permohonan/Perpanjangan/Penambahan FPJP Hal. 124 – 125
Lampiran 8 Surat Pernyataan Agunan FPJP Hal. 126
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
iii
Lampiran 9 Contoh Surat Kesanggupan Membayar dalam Rangka
Permohonan/Perpanjangan/Penambahan Plafon FPJP Hal. 127
Lampiran 10 Surat Pernyataan Kebenaran Hal. 128 Lampiran 11 Proyeksi Arus Kas Hal. 129 – 135 Lampiran 12 Agunan Berupa Surat Berharga Hal. 136 Lampiran 13 Daftar Aset Kredit Lancar Selama 12 Bulan Terakhir yang Diagunkan Bank Hal. 137 Lampiran 14 Perubahan Daftar Aset Kredit Lancar Bank Hal. 138 Lampiran 15 Contoh Surat Pernyataan Agunan berupa Aset Kredit Hal. 139 – 140 Lampiran 16 Contoh Surat Permohonan Penambahan Plafon FPJP Hal. 141 – 142 Lampiran 17 Contoh Perhitungan Nilai Agunan FPJP Hal. 143 – 146 Lampiran 18 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Hal. 147 – 156
Lampiran 19 Addendum Perjanjian Pemberian FPJP (Perpanjangan/Perpanjangan
dengan Perubahan Plafon) Hal. 157 – 159
Lampiran 20 Addendum Perjanjian Pemberian FPJP (Penambahan Plafon) Hal. 160 – 162 Lampiran 21 Akta Gadai Hal. 163 – 172 Lampiran 22 Tambahan Objek Gadai Bank Hal. 173 – 174 Lampiran 23 Penggantian Obyek Gadai Bank Hal. 175 – 176 Lampiran 24 Akta Jaminan Fidusia Hal. 177 – 187
Lampiran 25 Laporan Harian Hasil Penilaian Agunan FPJP‐SBI, SBIS, SBN dan Obligasi
Korporasi Bank Hal. 188
Lampiran 26 Laporan Harian Hasil Penilaian Agunan FPJP – Aset Kredit Hal. 189 Lampiran 27 Lampiran Daftar Aset Kredit Lancar Hal. 190Lampiran Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bank Umum Syariah Hal. 191 – 206 Lampiran 28 Surat Permohonan Mendapatkan Fasilitas FPJP Bagi Bank Syariah Hal. 191 Lampiran 29 Perjanjian Pembiayaan Dalam Rangka FPJP Bagi Bank Syariah Hal. 192 – 198 Lampiran 30 Akta Pengikatan Agunan Secara Gadai Hal. 199 – 203 Lampiran 31 Surat Pernyataan Hal. 204 Lampiran 32 Surat Perpanjangan FPJP Bagi Bank Syariah Hal. 205 Lampiran 33 Addendum Perjanjian Pembiayaan dalam Rangka FPJP Bagi Bank Syariah Hal. 206Lampiran FPJP BPR Hal. 207 – 257 Lampiran 34 Contoh Surat Permohonan/Penambahan/Perpanjangan FPJP Hal. 207 – 208 Lampiran 35 Contoh Surat Pernyataan Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Hal. 209 – 215 Lampiran 36 Contoh Surat Pernyataan Agunan FPJP Hal. 216 Lampiran 37 Contoh Surat Kesanggupan Membayar Hal. 217 Lampiran 38 Contoh Surat Pernyataan Kebenaran Data Hal. 218 Lampiran 39 Contoh Surat Kuasa Pendebetan Rekening BPR Hal. 219 Lampiran 40 Rasio Kebutuhan Kas BPR Hal. 220 Lampiran 41 Daftar Sertifikat Bank Indonesia (SBI) BPR Hal. 221 – 222 Lampiran 42 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi BPR Hal. 223 – 230 Lampiran 43 Akta Gadai BPR Hal. 231 – 241 Lampiran 44 Akta Jaminan Fidusia Hal. 242 – 252 Lampiran 45 Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Hal. 253 – 254 Lampiran 46 Laporan Perhitungan Rasio Kebutuhan Kas Harian Hal. 255 – 256 Lampiran 47 Laporan Kolektibilitas Harian Aset Kredit Agunan FPJP Hal. 257Lampiran FPJP BPRS Hal. Lampiran 48 Contoh Surat Permohonan FPJPS Hal. 258 – 263 Lampiran 49 Contoh Surat Pernyataan Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Hal. 264 – 270
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
iv
Lampiran 50 Contoh Surat Pernyataan Agunan FPJPS Hal. 271 Lampiran 51 Contoh Surat Kesanggupan Membayar Hal. 272 Lampiran 52 Contoh Surat Pernyataan Kebenaran Data Hal. 273 Lampiran 53 Contoh Surat Kuasa Pendebetan Rekening BPRS Hal. 274 Lampiran 54 Laporan Perhitungan Rasio Kebutuhan Kas Harian BPRS Hal. 275 Lampiran 55 Daftar Aset Pembiayaan Lancar BPRS Hal. 276 – 277 Lampiran 56 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) Hal. 278 – 285 Lampiran 57 Akta Gadai BPRS Hal. 286 – 293 Lampiran 58 Akta Jaminan Fidusia BPRS Hal. 294 – 301 Lampiran 59 Laporan Perhitungan Rasio Kebutuhan Kas Harian BPRS Hal. 302 – 303 Lampiran 60 Laporan Kolektibilitas Harian Aset Pembiayaan Agunan FPJPS Hal. 304 Lampiran 61 Laporan Penggunaan FPJPS Harian BPRS Hal.305 Lampiran 62 Contoh Surat Pemberitahuan Rekening Penerimaan FPJPS Hal.306 Lampiran 63 Contoh Surat Kuasa Pemegang Saham kepada BPRS Hal.307
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
v
Rekam Jejak Fasilitas Likuiditas Intrahari
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
vi
Rekam Jejak Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
31/55/KEP/DIR 1998 Fasilitas Diskonto, Pelanggaran GWM
1/1/PBI/1999Fasilitas Pendanaan dalam Rangka Mengatasi Kesulitan Pendanaan
Jangka Pendek
2/20/PBI/2000Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
bagi Bank Umum
5/15/PBI/2003Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
bagi Bank Umum
7/21/PBI/2005Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia 5/15/PBI/2003
10/30/PBI/2008Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia 10/26/PBI/2008
10/26/PBI/2008Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Bagi Bank Umum
Fasdis, Giro Negatif
Pasal 3, 13 (2) dan (3)
SE 2/21/DPM 2000
SE 5/20/DPM 2003
SE 6/7/DPM 2004
SE 9/21/DPM 2007
SE 10/25/DPM 2008
SE 7/33/DPM 2005
SE 10/39/DPM 2008
11/24/PBI/2009Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank
Syariah
7/23/PBI/2005Perubahan atas Peraturan
Bank Indonesia 5/3/PBI/2003
5/3/PBI/2003Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah
SE 7/35/DPM 2005Perubahan SE 6/9/DPM 2004
Ketentuan butir I Pasal 4 dihapus, 5 (2)b diubah
10/35/PBI/2008Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Bagi Bank Perkreditan Rakyat
11/29/PBI/2009Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
10/45/DKBU 2008
12/39/DPbS 2010
Pasal 2, 4, 17A
SE 6/9/DPM 2004
14/20/PBI/2012Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia 11/24/PBI/2009
Pasal 2, 5, 6 (1) d, 7 (4) (5) & (7),7A, 7B, 10 dihapus,13, 14, 14A, 14B, 14C, 17, 19 dihapus, 21
‐ 12/12/PBI/2010 Perubahan atas PBINomor 10/2/PBI/2008 BI‐ScriplessSecurities Settlement System‐ Buku II KUH Perdata Bab 20 Pasal 1150 –1160: Gadai‐ UU No 42 tahun 1999: Fidusia‐ 8/13/PBI/2006 Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
Keterangan : Diubah
Dicabut
PBI/ KEP DIR Masih Berlaku
Terkait
SE Masih Berlaku
SE Tidak Berlaku
Regulasi Terkait
PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku
14/16/PBI/2012Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Bagi Bank Umum
SE 15/11/DPNP 2013
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
vii
Rekam Jejak Fasilitas Pembiayaan Darurat
10/31/PBI/2008Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi
Bank Umum
8/1/PBI/2006Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi
Bank Umum
Keterangan :
Dicabut
PBI/ KEP DIR Masih Berlaku
Terkait
Regulasi Terkait
PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku
- 13/3/PBI/2011 Penetapan Status & Tindak Lanjut Pengawasan Bank
- Nota kesepakatan antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI pada 17 Maret 2004 mengenai ketentuan dan tata cara pengembalian keputusan kesulitan keuangan bank yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
-Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/ PMK.05/2005 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat
-Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangn
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
viii
Dasar Hukum : ‐ Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
Undang Nomor 10 Tahun 1998 ‐ Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang‐Undang Nomor 6 Tahun 2009 ‐ Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ‐ Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ‐ Undang‐Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara ‐ Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ‐ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem
Keuangan Regulasi Terkait : ‐ Undang‐Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ‐ Buku II KUH Perdata Bab 20 Pasal 1150‐1160 tentang Gadai ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/12/PBI/2010 tentang Perubahan Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/02/PBI/2008 Tentang Bank Indonesia‐ Scripless Securities Settlement System ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/5/PBI/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor:
7/18/PBI/2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. ‐ Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/19/DASP 2012 perihal Perubahan atas Ketentuan ini Nomor
11/15/DASP 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/1/DASP 2010 perihal Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/14/DPNP 2005 perihal Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
Regulasi Bank Indonesia : ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/13/PBI/2010 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/29/PBI/2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/30/PBI/2009 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip
Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/29/PBI/2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/16/PBI/2012 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/20/PBI/2012 tentang Tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/35/PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
Perkreditan Rakyat ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/31/PBI/2009 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat bagi Bank Umum ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/17/DPM 2009 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas
Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/4/DASP 2010 Perubahan atas Surat Edaran Nomor 11/17/DPM
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
ix
tanggal 7 Juli 2009 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DPM 2010 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas
Intrahari Bagi Bank Umum ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/11/DPNP 2013 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi
Bank Umum ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/35/DPM 2005 perihal Perubahan atas Surat Edaran Nomor 6/9/DPM
2004 Tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/9/DPM 2004 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
Syariah ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/45/DKBU 2008 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi
Bank Perkreditan Rakyat ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/39/DPbS 2010 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
1
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Moneter Moneter Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum BAB I Ketentuan Umum1
Pasal 1 12/13/PBI/2010
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional.
2. Sistem Bank Indonesia ‐ Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut dengan Sistem BI‐RTGS adalah suatu sistem transfer dana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem Bank Indonesia ‐ Real Time Gross Settlement.
3. Bank Indonesia ‐ Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI‐SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank Indonesia ‐ Scripless Securities Settlement System.
4. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SKNBI adalah sistem kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai sistem kliring nasional Bank Indonesia.
5. Kliring Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai sistem kliring nasional Bank Indonesia.
6. Fasilitas Likuiditas Intrahari yang selanjutnya disebut FLI adalah penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan Bank sebagai peserta Sistem BI‐RTGS dan peserta SKNBI, yang dilakukan dengan cara repurchase agreement (repo) surat berharga yang harus diselesaikan pada hari yang sama dengan hari penggunaan.
7. FLI dalam rangka RTGS yang selanjutnya disebut FLI‐RTGS adalah FLI untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi selama jam operasional Sistem BI‐RTGS.
8. FLI dalam rangka Kliring yang selanjutnya disebut FLI‐Kliring adalah FLI untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi pada saat penyelesaian akhir atas hasil Kliring Debet.
9. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI, adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
10. Surat Utang Negara, yang selanjutnya disebut SUN, adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang‐undang yang berlaku.
11. Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disebut SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang‐undang yang berlaku.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
2
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/29/DASP 2010 Romawi I No. 13
12. Surat Berharga Negara, yang selanjutnya disebut SBN, adalah SUN dan SBSN. 13. Repurchase agreement yang selanjutnya disebut Repo adalah transaksi
penjualan surat berharga oleh Bank kepada Bank Indonesia, dengan kewajiban pembelian kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
2 Pasal 2
12/13/PBI/2010 SE 12/29/DASP 2010 Romawi II No. 3
(1) Bank dapat memperoleh FLI, baik dalam bentuk FLI‐RTGS maupun FLI‐Kliring, setelah menandatangani Perjanjian Penggunaan FLI dan menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. Dokumen pendukung yang disertakan antara lain meliputi fotokopi Anggaran Dasar Bank atau kuasa (power of attorney) dari kantor cabang Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang telah dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh Bank.
(2) Bank dapat menggunakan FLI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank Indonesia
berupa SBI, SBN dan/atau surat berharga lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
b. tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagai Bank peserta BI‐RTGS dan/atau penghentian sebagai Bank peserta kliring; dan Kriteria pengenaan sanksi penangguhan (suspend) tunduk pada Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement yang berlaku dan/atau Peraturan Bank Indonesia tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
c. berstatus aktif sebagai peserta BI‐SSSS. Yang dimaksud dengan kriteria aktif adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.
Bank yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan akan menggunakan FLI harus menyampaikan dokumen sebagai berikut:
a. Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana contoh dalam Lampiran‐1 sebagai dasar bagi Bank untuk menggunakan FLI sebanyak 2 (dua) eksemplar sebagai berikut: 1) Satu eksemplar dibubuhi meterai cukup dan ditandatangani
oleh Direksi atau pejabat Bank yang berwenang sesuai dengan Anggaran Dasar Bank; dan
2) Satu eksemplar dibubuhi meterai cukup untuk ditandatangani oleh Bank Indonesia.
b. Bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia : 1) fotokopi anggaran dasar Bank atau perubahan terakhir yang
dilegalisir Bank, yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatangan perjanjian dilakukan oleh direksi;
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
3
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2) fotokopi anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada butir
1 dan surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi;
3) fotokopi peraturan daerah bagi Bank yang berbadan hukum perusahaan daerah yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatanganan perjanjian dilakukan oleh direksi; atau
4) fotokopi peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada butir 3 dan surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi.
c. Bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri : 1) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor
pusatnya yang memuat kewenangan pejabat untuk mewakili Bank jika penandatangan perjanjian dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO); atau
2) fotokopi surat kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat kuasa dari CEO kepada pejabat yang diberikan wewenang untuk menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh CEO;
3) dalam hal penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh CEO, maka surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusat sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus memuat hak CEO untuk mengalihkan kewenangannya (hak substitusi).
4) fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dari pejabat Bank yang berwenang untuk menandatangani perjanjian sebagaimana dimaksud pada butir b dan butir c.
3 Pasal 3
10/29/PBI/2008 Bank Indonesia berwenang untuk menolak atau menghentikan penggunaan FLI dalam hal Bank tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 2 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c.
4 Pasal 4 10/29/PBI/2008
(1) Pelaksanaan repo atas surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 2 ayat (2) huruf a dalam rangka penggunaan FLI‐RTGS dan/atau FLI‐Kliring dilakukan melalui BI‐SSSS yang diatur sebagai berikut: a. Untuk FLI‐RTGS, Bank harus memindahkan surat berharga ke rekening FLI‐
RTGS di BI‐SSSS selama jam operasional Sistem BI‐RTGS pada saat Bank menilai adanya kebutuhan FLI (self asessment) untuk kelancaran transaksi di Sistem BI‐RTGS; dan
b. Untuk FLI‐Kliring, Bank harus memindahkan surat berharga ke rekening FLI‐Kliring di BI‐SSSS dalam rangka penyediaan pendanaan awal (prefund) sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai sistem kliring nasional Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan pendanaan awal (prefund) adalah penyediaan dana dan/atau surat berharga oleh Bank peserta SKNBI pada awal hari sebelum kegiatan kliring debet dimulai. Dalam ketentuan ini, penyediaan pendanaan awal yang diatur adalah dalam bentuk surat berharga.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
4
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan (2) Surat berharga yang telah dipindahkan ke rekening FLI‐Kliring sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak dapat digunakan untuk FLI‐RTGS.
5 Pasal 5 12/13/PBI/2010
(1) Perhitungan nilai SBI, SBN dan/atau surat berharga lainnya sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 2 ayat (2) yang digunakan Bank dalam rangka FLI ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(2) Nilai maksimum FLI yang dapat digunakan Bank adalah sebesar nilai surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah dipindahkan Bank ke rekening FLI‐RTGS dan FLI‐Kliring di BI‐SSSS.
6 Pasal 6 10/29/PBI/2008 SE 12/29/DASP 2010 Romawi III No. 1 – 5
(1) Penggunaan FLI‐RTGS dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk melakukan transaksi keluar (outgoing transaction). Penggunaan FLI‐RTGS secara otomatis dimaksudkan bahwa nilai atas surat berharga yang direpokan yang dilakukan Bank langsung digunakan untuk menutup ketidakcukupan saldo rekening giro Rupiah di Bank Indonesia.
(2) Penggunaan FLI‐Kliring dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban Bank atas penyelesaian akhir Kliring Debet.
(3) Penggunaan FLI‐RTGS dan FLI‐Kliring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan masing‐masing berdasarkan kecukupan nilai surat berharga untuk FLI yang tersedia di rekening FLI‐RTGS dan FLI‐Kliring.
(4) Dalam hal nilai surat berharga untuk FLI‐Kliring tidak cukup untuk menutup kewajiban penyelesaian akhir Kliring Debet sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) maka nilai surat berharga untuk FLI‐RTGS yang tersedia di rekening FLI‐RTGS secara otomatis digunakan untuk menutup kewajiban penyelesaian akhir Kliring Debet. 1. Dalam rangka menggunakan FLI, Bank melakukan transaksi repo dengan
menggunakan surat berharga berupa SBI dan/atau SBN milik Bank yang bersangkutan yang tercatat dalam rekening perdagangan di BI‐SSSS.
2. Surat berharga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. untuk SBI, memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja
pada saat FLI jatuh waktu; dan b. untuk SBN, memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja
pada saat FLI jatuh waktu. 3. Kriteria, harga, haircut dan perhitungan nilai setelmen untuk surat
berharga tunduk pada ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan surat berharga, peserta dan lembaga perantara dalam operasi moneter.
4. Pelaksanaan transaksi repo dengan menggunakan SBI dan/atau SBN dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Transaksi repo dalam rangka FLI‐RTGS
1) Bank harus memindahkan SBI dan/atau SBN dari rekening perdagangan ke rekening FLI‐RTGS pada BI‐SSSS.
2) Pemindahan SBI dan/atau SBN dilakukan pada saat Bank membutuhkan FLI‐RTGS (self assessment) selama jam operasional BI‐RTGS sampai dengan cut off warning sistem BI‐RTGS.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
5
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/29/DASP 2010 Romawi IV
3) SBI dan/atau SBN tidak dapat dipindahkan ke rekening perdagangan selama Bank menggunakan FLI‐RTGS.
4) Bank dapat memindahkan kembali SBI dan/atau SBN ke rekening perdagangan setelah Bank menyelesaikan FLI‐RTGS.
b. Transaksi repo dalam rangka FLI‐Kliring 1) Bank harus memindahkan SBI dan/atau SBN dari rekening
perdagangan ke rekening FLI‐Kliring dalam rangka peme‐nuhan kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund).
2) Pemindahan SBI dan/atau SBN dilakukan pada awal hari sebelum Kliring Debet dimulai sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
3) Nilai nominal SBI dan/atau SBN yang dipindahkan sesuai dengan kebutuhan untuk memenuhi kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund).
4) Bank dapat memindahkan kembali SBI dan/atau SBN ke rekening perdagangan sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai SKNBI.
5. Pelaksanaan transaksi repo dengan menggunakan SBI dan/atau SBN dalam rangka FLI dilakukan dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai BI‐SSSS. 1) Penggunaan FLI‐RTGS
a. Bank dapat menggunakan FLI‐RTGS sejak Sistem BI‐RTGS dibuka sampai dengan cut‐off warning Sistem BI‐RTGS sepanjang Bank telah memindahkan SBI dan/atau SBN ke rekening FLI‐RTGS.
b. Penggunaan FLI‐RTGS dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk: 1) penyelesaian transaksi keluar (outgoing transaction) sistem
BI‐RTGS; dan 2) penyelesaian akhir Kliring Debet, sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI. 2) Penggunaan FLI‐Kliring
Penggunaan FLI‐Kliring dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban Bank dalam penyelesaian akhir Kliring Debet sepanjang Bank telah memindahkan surat berharga ke rekening FLI‐Kliring.
3) Mekanisme penggunaan FLI melalui BI‐SSSS dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI‐SSSS.
7 Pasal 7 10/29/PBI/2008
Bank Indonesia dapat membatasi jenis‐jenis transaksi yang diperkenankan untuk menggunakan FLI.
8 Pasal 8 10/29/PBI/2008
SE 12/29/DASP 2010 Romawi VI No. 1‐4
Bank Indonesia dapat mengenakan biaya atas penggunaan FLI dan/atau biaya lainnya yang terkait dengan penggunaan FLI kepada Bank.
Besarnya biaya penggunaan FLI dan biaya lainnya yang terkait penggunaan FLI ditetapkan dalam Ketentuan ini.
Bank Indonesia mengenakan biaya atas penggunaan FLI yang dihitung sebagai berikut : Nominal Penggunaan FLI x [t / (10,5 jam x 60 menit)] x i x [1/360] Keterangan:
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
6
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan t = waktu penggunaan FLI
i = suku bunga rata‐rata tertimbang Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Rupiah overnight pagi yang terjadi pada hari
penggunaan FLI (T+0) sebagaimana tercatat dalam Laporan Harian Bank Umum (LHBU).
10,5 jam = jangka waktu dari mulai dibukanya jam operasional Sistem BI‐RTGS (06.30 WIB) sampai dengan cut off warning Sistem BI‐RTGS (17.00 WIB).
Biaya atas penggunaan FLI dihitung dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk penggunaan FLI dalam 1 (satu) jam pertama, biaya atas penggunaan FLI dihitung berdasarkan akumulasi nilai nominal FLI yang digunakan Bank dengan waktu penggunaan dibulatkan menjadi 1 (satu) jam.
b. Untuk penggunaan FLI setelah 1 (satu) jam pertama sebagaimana dimaksud pada huruf a, biaya atas penggunaan FLI dihitung sesuai dengan posisi (outstanding) nominal FLI yang digunakan dengan waktu penggunaan dibulatkan ke atas dalam hitungan menit terdekat.
Contoh perhitungan biaya atas penggunaan FLI dapat dilihat dalam Lampiran‐2. Pembebanan biaya atas penggunaan FLI dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah penggunaan FLI.
9
Pasal 9 10/29/PBI/2008 SE 12/29/DASP 2010 Romawi V
(1) Penyelesaian FLI dilakukan secara otomatis oleh Sistem BI‐RTGS setiap terdapat transaksi masuk (incoming transaction) yang mengkredit rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia sampai dengan batas waktu penyelesaian FLI. Sepanjang Bank masih menggunakan FLI maka Sistem BI‐RTGS secara otomatis menggunakan dana yang berasal dari transaksi masuk (incoming transaction) untuk terlebih dahulu menyelesaikan FLI tersebut. Proses penggunaan dan penyelesaian FLI berlangsung terus sampai dengan batas akhir waktu penyelesaian FLI.
(2) Bank wajib menyelesaikan FLI sampai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(3) Dalam hal Bank tidak dapat menyelesaikan penggunaan FLI sampai dengan batas waktu yang ditetapkan maka terhadap nilai FLI yang tidak dapat diselesaikan diberlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia dengan jangka waktu 1 (satu) hari.
Bank wajib menyelesaikan FLI pada hari penggunaan FLI (T+0) paling lambat sampai dengan pre cut‐off time Sistem BI‐RTGS. Mekanisme penyelesaian FLI melalui BI‐SSSS dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai BI‐SSSS.
10 Pasal 10 10/29/PBI/2008
(1) Bank dapat memindahkan kembali surat berharga dari rekening FLI‐RTGS dan FLI‐Kliring ke rekening perdagangan di BI‐SSSS dalam hal : a. FLI telah diselesaikan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 9 ayat (1);
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
7
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan b. surat berharga yang telah dipindahkan ke rekening FLI‐RTGS tidak sedang
digunakan untuk FLI. (2) Pemindahan kembali surat berharga dari rekening FLI‐Kliring ke rekening
perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kepentingan FLI‐Kliring tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai sistem kliring nasional Bank Indonesia.
11 Pasal 11 10/29/PBI/2008
Dalam hal FLI diberlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 9 ayat (3) maka Bank tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai transaksi repo dengan Bank Indonesia di pasar sekunder.
12 Pasal 12 10/29/PBI/2008 SE 12/29/DASP 2010 Romawi VII No.1‐7
Dalam hal Bank tidak dapat menyelesaikan FLI karena kegagalan Sistem BI‐RTGS dan/atau BI‐SSSS maka penyelesaian FLI dilakukan secara otomatis jika terdapat transaksi masuk (incoming transaction) segera setelah sistem BI‐RTGS dan/atau BI‐SSSS berfungsi kembali. Yang dimaksud dengan kegagalan Sistem BI‐RTGS adalah kegagalan RTGS Central Computer (RCC) sehingga seluruh Bank Peserta BI‐RTGS dan/atau Bank Indonesia tidak dapat mengirimkan transaksi dari terminal RTGS (RT) ke RCC. Gangguan pada salah satu atau beberapa RT dan/atau gangguan pada jaringan RTGS yang mengakibatkan satu atau beberapa Bank Peserta BI‐RTGS tidak dapat mengirimkan transaksi ke RCC, tidak dianggap sebagai kegagalan Sistem BI‐RTGS. Yang dimaksud dengan kegagalan Sistem BI‐SSSS adalah kegagalan System Central Computer (SCC) pada sarana BI‐SSSS sehingga seluruh Bank dan/atau Bank Indonesia tidak dapat mengirimkan transaksi dari terminal (System Terminal/ST) ke SCC. Dalam hal Bank tidak menyelesaikan FLI sampai dengan batas waktu pre‐cut off sistem BI–RTGS maka terhadap nilai FLI yang tidak diselesaikan diberlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia (first leg) dengan jangka waktu 1 (satu) hari kerja (overnight). Atas transaksi repo, Bank dikenakan biaya repo dengan perhitungan sebagai berikut: Biaya Repo = i x (t/360) x n
i = suku bunga lending facility t = jumlah hari kalender repo SBI/SBN n = nominal Repo (FLI yang tidak diselesaikan)
Bank Indonesia mengumumkan suku bunga lending facility sebagaimana dimaksud pada butir 2 melalui BI‐SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Pada tanggal jatuh waktu repo (second leg) BI‐SSSS secara otomatis melakukan setelmen dengan penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut :
a. melakukan setelmen dana dengan cara mendebet rekening giro Bank
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
8
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan sebesar nilai setelmen first leg ditambah biaya repo.
b. melakukan setelmen surat berharga dengan ketentuan sebagai berikut: 1) dalam hal SBI, dilakukan dengan cara memindahkan kembali
pencatatan seri SBI yang diagunkan dari sub rekening hold SBI ke sub rekening aktif sebesar nilai nominal Repo SBI yang jatuh waktu.
2) dalam hal SBN, dilakukan dengan cara mengkredit rekening surat berharga Bank sebesar nilai nominal SBN yang direpokan.
Dalam hal terdapat pembayaran kupon/imbalan SBN maka perlakuan kupon/imbalan tersebut mengikuti ketentuan Bank Indonesia mengenai koridor suku bunga (standing facilities). Dalam hal Bank tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi untuk setelmen pelunasan repo SBI atau repo SBN sampai dengan cut off warning sistem BI‐RTGS, BI‐SSSS secara otomatis membatalkan setelmen second leg. Dalam rangka pemenuhan kewajiban Bank untuk pelunasan repo jatuh waktu yang diakibatkan karena kegagalan setelmen second leg, Bank Indonesia melakukan hal‐hal sebagai berikut: a. mendebet rekening giro Bank untuk penyelesaian biaya repo yang harus
dibayar; dan b. pelunasan seri SBI yang direpokan sebelum jatuh waktu (early redemption)
atau memperlakukan jenis, seri dan nominal SBN yang gagal dibeli kembali oleh Bank sebagai transaksi jual putus (outright selling) secara otomatis melalui BI‐SSSS.
13 Pasal 13
10/29/PBI/2008 Bank yang pada saat berlakunya Ketentuan ini telah menandatangani Perjanjian Penggunaan dan Pengagunan FLI harus mengganti dengan Perjanjian Penggunaan FLI.
14 Pasal 14 10/29/PBI/2008
Bank peserta kliring yang berada di wilayah Kliring yang belum menerapkan SKNBI dapat menggunakan FLI‐RTGS untuk penyelesaian akhir kliring yang terjadi sebelum cut‐off warning Sistem BI‐RTGS.
15 Pasal 15 10/29/PBI/2008
Ketentuan lebih lanjut mengenai FLI diatur dengan Ketentuan ini. Pokok‐pokok ketentuan yang akan diatur dalam SE BI meliputi antara lain:
1. Tata cara penyampaian Perjanjian Penggunaan FLI; 2. Batas akhir waktu penggunaan dan penyelesaian FLI; 3. Tata cara pemindahan surat berharga dari rekening perdagangan ke rekening
FLI‐RTGS dan FLI‐Kliring dan sebaliknya; 4. Tata cara perhitungan dan pembebanan biaya penggunaan FLI dan/atau
biaya lainnya terkait penggunaan FLI.
Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah BAB I Ketentuan Umum
16 Pasal 1 11/30/PBI 2009
1. Bank adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. 2. Bank Umum Syariah adalah Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
9
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 11/17/DPM 2009 Romawi I No.13 – 15
3. Unit Usaha Syariah adalah Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
4. Sistem Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut dengan Sistem BI‐RTGS adalah suatu sistem transfer dana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Bank Indonesia ‐ Real Time Gross Settlement.
5. Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI‐SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank Indonesia ‐ Scripless Securities Settlement System.
6. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SKNBI adalah suatu sistem kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
7. Kliring Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
8. Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya disebut FLIS adalah fasilitas pendanaan yang disediakan Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan sebagai peserta Sistem BI‐RTGS dan SKNBI, yang dilakukan dengan cara repurchase agreement (repo) surat berharga yang harus diselesaikan pada hari yang sama dengan hari penggunaan.
9. FLIS dalam rangka RTGS yang selanjutnya disebut FLIS‐RTGS adalah FLIS untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi selama jam operasional Sistem BI‐RTGS.
10. FLIS dalam rangka Kliring yang selanjutnya disebut FLIS‐Kliring adalah FLIS untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi pada saat penyelesaian akhir atas hasil Kliring Debet.
11. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
12. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN dalam mata uang rupiah.
13. Repo SBIS dalam rangka penggunaan FLIS, yang selanjutnya disebut Repo SBIS adalah repo intraday dengan agunan SBIS (collateralized borrowing) dalam rangka penggunaan FLIS‐RTGS dan/atau FLIS‐Kliring.
14. Repo SBSN dalam rangka penggunaan FLIS, yang selanjutnya disebut Repo SBSN adalah repo intraday melalui transaksi penjualan SBSN oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati dalam rangka penggunaan FLIS‐RTGS dan/atau FLIS‐Kliring.
15. Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya disebut PUAS adalah pasar uang antar bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
10
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB II Persyaratan dan Tata Cara Permohonan
17 Pasal 2 11/30/PBI 2009 SE 11/17/DPM 2009 Romawi II No. 3 – 4
Bank dapat menggunakan FLIS baik dalam bentuk FLIS‐RTGS maupun FLIS‐Kliring jika memenuhi syarat‐syarat sebagai berikut : a. memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank Indonesia berupa
SBIS, SBSN dan/atau surat berharga syariah lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; Surat berharga yang dapat direpokan adalah yang dimiliki oleh Bank pengguna FLIS dan tercatat dalam sarana BI‐SSSS. Surat berharga syariah lainnya yang dapat direpokan ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
b. berstatus aktif sebagai peserta BI‐SSSS; dan Yang dimaksud dengan berstatus aktif adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Indonesia ‐ Scripless Securities Settlement System
c. berstatus aktif sebagai peserta BI‐RTGS dan/atau tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sebagai peserta SKNBI. Yang dimaksud dengan berstatus aktif adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Indonesia ‐ Real Time Gross Settlement. Kriteria pengenaan sanksi penghentian sebagai peserta SKNBI tunduk pada Peraturan Bank Indonesia tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
Bank yang memenuhi persyaratan dan akan menggunakan FLIS harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia dan dilengkapi dengan dokumen persyaratan sebagai berikut:
a. Perjanjian Penggunaan FLIS sebagaimana contoh dalam Lampiran‐3 sebanyak 2 (dua) eksemplar yang masing‐masing dibubuhi meterai cukup dan telah ditandatangani oleh direksi atau pejabat Bank yang berwenang, dengan peruntukan: 1) 1 (satu) eksemplar untuk Bank Indonesia. 2) 1 (satu) eksemplar untuk Bank.
b. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia : 1) fotokopi anggaran dasar Bank atau perubahan terakhir yang dilegalisir
Bank, yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatangan perjanjian dilakukan oleh direksi;
2) fotokopi anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang diberikan wewenang untuk menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi.
3) fotokopi peraturan daerah bagi Bank yang berbadan hukum perusahaan daerah yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatanganan perjanjian dilakukan oleh direksi; atau
4) fotokopi peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada angka 3) dan
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
11
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/4/DASP 2010 Romawi II No. 5 SE 11/17/DPM 2009 Romawi II No. 6 – 7
surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang diberikan wewenang untuk menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi.
Dalam hal UUS, yang dimaksud dengan anggaran dasar dan peraturan daerah adalah anggaran dasar bank umum konvensional dari UUS yang bersangkutan atau peraturan daerah yang menjadi dasar pendirian bank pembangunan daerah dari UUS yang bersangkutan.
c. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri : 1) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusatnya yang
memuat kewenangan pejabat untuk mewakili Bank jika penandatangan perjanjian dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO); atau
2) fotokopi surat kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat kuasa dari CEO kepada pejabat yang diberikan wewenang untuk menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh CEO.
Selain dokumen persyaratan, Bank juga melampirkan dokumen pendukung lainnya berupa fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dari pejabat Bank yang berwenang untuk menandatangani perjanjian serta Perjanjian Pengagunan SBIS Dalam Rangka Repo SBIS dan Janji (Wa’ad) Untuk Membeli Kembali SBSN Dalam Rangka Repo SBSN. Dokumen disampaikan dengan surat pengantar kepada:
Bank Indonesia Bagian Penyelenggaraan Setelmen Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Gedung D, Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta 10350.
Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis mengenai persetujuan atau penolakan permohonan FLIS kepada Bank paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah dokumen diterima oleh Bank Indonesia secara lengkap dan benar. Dalam hal permohonan FLIS disetujui, Bank Indonesia membuka akses bagi Bank untuk menggunakan FLIS melalui BI‐SSSS. Dalam hal Bank telah memiliki akses FLIS dan di kemudian hari Bank yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan FLIS maka Bank Indonesia menghentikan akses penggunaan FLIS melalui BI‐SSSS.
18 Pasal 3 11/30/PBI 2009
(1) Surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 huruf a, harus bebas dari sitaan, tidak sedang digadaikan, atau dipertanggungkan secara apapun juga baik kepada orang atau pihak lain maupun kepada Bank Indonesia, serta tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa.
(2) Surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 huruf a, tidak dapat diperjualbelikan dan/atau dijaminkan kembali oleh Bank.
19 Pasal 4 11/30/PBI 2009
(1) Bank yang memerlukan FLIS harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen‐dokumen sebagai berikut :
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
12
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan a. perjanjian penggunaan FLIS; b. fotokopi anggaran dasar Bank atau kuasa (power of attorney) dari kantor
pusat Bank bagi cabang Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang telah dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh Bank; dan Dalam hal UUS, yang dimaksud dengan anggaran dasar adalah anggaran dasar bank umum konvensional dari UUS yang bersangkutan. Dalam hal Bank berbadan hukum perusahaan daerah, Bank melampirkan peraturan daerah sebagai dasar pendirian bank.
c. dokumen pendukung lainnya. Yang dimaksud dengan dokumen pendukung lainnya antara lain adalah fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor.
20 Pasal 5 11/30/PBI 2009
Bank dapat memperoleh FLIS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 setelah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan menandatangani Perjanjian Penggunaan FLIS.
21 Pasal 6 11/30/PBI 2009
(1) Bank Indonesia berwenang untuk menolak permohonan FLIS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 19 yang tidak sesuai dengan ketentuan, persyaratan dan tatacara yang diatur dalam Ketentuan ini.
(2) Bank Indonesia berwenang untuk menghentikan penggunaan FLIS dalam hal Bank tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 18 dan Paragraf 18.
BAB III Penggunaan22 Pasal 7
11/30/PBI 2009 (1) Perhitungan nilai SBIS, SBSN dan/atau surat berharga syariah lainnya yang
dapat direpokan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 huruf a ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(2) Nilai FLIS yang dapat digunakan Bank paling banyak sebesar nilai surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
23 Pasal 8
11/30/PBI 2009
(1) Pelaksanaan repo atas surat berharga dalam rangka penggunaan FLIS‐RTGS dan/atau FLIS‐Kliring dilakukan melalui sarana BI‐SSSS dengan cara sebagai berikut : a. Untuk FLIS‐RTGS, Bank harus memindahkan surat berharga ke rekening
FLIS‐RTGS pada sarana BI‐SSSS selama jam operasional Sistem BI‐RTGS pada saat Bank menilai adanya kebutuhan FLIS untuk kelancaran transaksi di Sistem BI‐RTGS (self assessment); dan
b. Untuk FLIS‐Kliring, Bank harus memindahkan surat berharga ke rekening FLIS‐Kliring pada sarana BI‐SSSS dalam rangka penyediaan pendanaan awal (prefund) sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
(2) Surat berharga yang telah direpokan dalam rangka FLIS‐Kliring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat digunakan untuk FLIS‐RTGS.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
13
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 11/17/DPM 2009 Romawi III No. 1 – 3 SE 12/4/DASP 2010 Romawi III No. 4 – 5 SE 11/17/DPM 2009 Romawi III No. 6 – 8
Transaksi Repo Dalam Rangka Penggunaan FLIS adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka memperoleh FLIS, Bank merepokan SBIS dan/atau SBSN
milik Bank yang bersangkutan yang tercatat dalam BI‐SSSS. 2. Repo SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan dengan
menggunakan akad qard (pinjaman) dan rahn (gadai). 3. Repo SBSN dilakukan dengan menggunakan akad al bai’ (jual beli) yang
disertai dengan al wa’ad (janji) oleh Bank kepada Bank Indonesia untuk membeli kembali SBSN dalam jangka waktu dan harga tertentu yang disepakati.
4. SBIS harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada
saat FLIS jatuh waktu; dan b. tidak sedang diagunkan kepada Bank Indonesia.
5. SBSN harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki sisa jangka waktu paling singkat 10 (sepuluh) hari kerja
pada saat FLIS jatuh waktu;dan b. tidak sedang diagunkan.
6. Bank Indonesia menetapkan dan mengumumkan harga SBSN yang dapat direpokan dalam rangka penggunaan FLIS melalui BI‐SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
7. Harga SBSN yang digunakan dalam perhitungan penjualan SBSN sama dengan harga SBSN yang digunakan dalam perhitungan pembelian kembali.
8. Repo SBIS dan/atau Repo SBSN dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. repo dalam rangka FLIS‐RTGS
1) Bank harus memindahkan SBIS dan/atau SBSN ke rekening FLIS‐RTGS pada BI‐SSSS.
2) pemindahan SBIS dan/atau SBSN pada saat Bank membutuhkan FLIS‐RTGS (self assessment) selama jam operasional BI‐RTGS sampai dengan cut‐off warning sistem BI‐RTGS.
3) SBIS dan/atau SBSN tidak dapat dipindahkan dari rekening FLIS‐RTGS selama Bank menggunakan FLIS‐RTGS.
4) Bank dapat memindahkan kembali SBIS dan/atau SBSN dari rekening FLIS‐RTGS setelah Bank menyelesaikan FLIS‐RTGS.
b. repo dalam rangka FLIS‐Kliring 1) Bank harus memindahkan SBIS dan/atau SBSN ke rekening FLIS‐
Kliring dalam rangka pemenuhan kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund).
2) pemindahan SBIS dan/atau SBSN pada awal hari sebelum Kliring Debet dimulai sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
3) Bank dapat memindahkan kembali SBIS dan/atau SBSN dari rekening FLIS‐Kliring sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
24 Pasal 9
11/30/PBI 2009
(1) Penggunaan FLIS‐RTGS dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk melakukan transaksi keluar (outgoing transaction).
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
14
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 11/17/DPM 2009 Romawi IV.1.b Pasal 9 11/30/PBI 2009 ayat (2) – (4) SE 11/17/DPM 2009 Romawi IV.1.a dan No. 3
Yang dimaksud dengan penggunaan FLIS‐RTGS dilakukan secara otomatis adalah FLIS‐RTGS langsung diberikan kepada Bank pada saat terdapat ketidakcukupan saldo rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia untuk melakukan transaksi keluar (outgoing transaction). Penggunaan FLIS‐RTGS dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk:
1) penyelesaian transaksi keluar (outgoing transaction) sistem BI‐RTGS; dan
2) penyelesaian akhir Kliring Debet apabila surat berharga yang direpokan untuk FLIS‐Kliring tidak mencukupi, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
(2) Penggunaan FLIS‐Kliring dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening
giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban Bank dalam penyelesaian akhir Kliring Debet sepanjang Bank telah memindahkan surat berharga ke rekening FLIS‐Kliring.
(3) Penggunaan FLIS‐RTGS dan FLIS‐Kliring sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) dilakukan masing‐masing berdasarkan kecukupan nilai surat berharga untuk FLIS‐RTGS dan FLIS‐Kliring.
(4) Dalam hal nilai surat berharga untuk FLIS‐Kliring tidak cukup untuk menutup kewajiban penyelesaian akhir Kliring Debet sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka nilai surat berharga untuk FLIS‐RTGS yang tersedia secara otomatis digunakan untuk menutup kewajiban penyelesaian akhir Kliring Debet. Bank dapat menggunakan FLIS‐RTGS sejak Sistem BI‐RTGS dibuka sampai dengan cut‐off warning Sistem BI‐RTGS sepanjang Bank telah memindahkan SBIS dan/atau SBSN ke rekening FLIS‐RTGS. Mekanisme penggunaan FLIS melalui BI‐SSSS dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank Indonesia‐ Scripless Securities Settlement System.
25 Pasal 10 11/30/PBI 2009
Bank Indonesia dapat membatasi jenis‐jenis transaksi yang diperkenankan untuk menggunakan FLIS.
26 Pasal 11 11/30/PBI 2009 SE 11/17/DPM 2009 Romawi VI
Bank Indonesia dapat mengenakan biaya atas penggunaan FLIS dan/atau mengenakan biaya lainnya yang terkait dengan penggunaan FLIS kepada Bank. Besarnya biaya atas penggunaan FLIS dan biaya lainnya yang terkait penggunaan FLIS ditetapkan dalam Ketentuan ini. Bank Indonesia mengenakan biaya atas penggunaan FLIS yang dihitung sebagai berikut : Biaya Penggunaan FLIS = Nominal Penggunaan FLIS x [t /(10,5 jam x 60 menit)] x R x [1/360] Keterangan:
t = Waktu penggunaan FLIS (dalam hitungan menit). R = Rata‐rata tertimbang PUAS overnight terakhir sebelum hari
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
15
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan penggunaan FLIS. 10,5 jam = Jangka waktu dari mulai dibukanya jam operasional Sistem
BI‐RTGS (06.30 WIB) sampai dengan cut off warning Sistem BI‐RTGS (17.00 WIB).
Biaya atas penggunaan FLIS dihitung dengan cara sebagai berikut: a. untuk penggunaan FLIS dalam 1 (satu) jam pertama, biaya atas
penggunaan FLIS dihitung berdasarkan akumulasi nilai nominal FLIS yang digunakan Bank (extend) dengan waktu penggunaan dibulatkan menjadi 1 (satu) jam dalam hitungan menit.
b. untuk penggunaan FLIS setelah 1 (satu) jam pertama sebagaimana dimaksud pada huruf a, biaya atas penggunaan FLIS dihitung sesuai dengan saldo penggunaan FLIS dengan waktu penggunaan dibulatkan ke atas dalam hitungan menit terdekat.
Perhitungan biaya atas penggunaan FLIS adalah sebagaimana contoh dalam Lampiran‐4. Pembebanan biaya atas penggunaan FLIS dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah penggunaan FLIS.
BAB IV Penyelesaian27 Pasal 12
11/30/PBI 2009 SE 11/17/DPM 2009 Romawi V SE 11/17/DPM 2009 Romawi VII
(1) Penyelesaian FLIS dilakukan secara otomatis oleh Sistem BI‐RTGS setiap terdapat transaksi masuk (incoming transaction) yang mengkredit rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia sampai dengan batas waktu penyelesaian FLIS. Dalam hal Bank masih menggunakan sebagian atau seluruh FLIS yang disetujui Bank Indonesia maka Sistem BI‐RTGS secara otomatis menggunakan dana yang berasal dari transaksi masuk (incoming transaction) untuk terlebih dahulu menyelesaikan FLIS. Proses penggunaan dan penyelesaian FLIS berlangsung terus sampai dengan batas akhir waktu penyelesaian FLIS.
(2) Bank harus menyelesaikan FLIS sampai batas waktu penyelesaian FLIS yang ditetapkan Bank Indonesia.
(3) Dalam hal Bank tidak menyelesaikan nilai FLIS sampai dengan batas waktu penyelesaian FLIS yang ditetapkan maka terhadap nilai FLIS yang tidak dapat diselesaikan tersebut diberlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia dengan jangka waktu 1 (satu) hari.
Penyelesaian FLIS :
1. Bank harus menyelesaikan FLIS pada hari penggunaan FLIS (T+0) paling lambat sampai dengan pre cut‐off time Sistem BI‐RTGS.
2. Mekanisme penyelesaian FLIS melalui BI‐SSSS dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank Indonesia‐ Scripless Securities Settlement System.
Perlakuan FLIS Yang Tidak Diselesaikan :
1. Dalam hal Bank tidak menyelesaikan FLIS sampai dengan batas waktu maka terhadap nilai FLIS yang tidak diselesaikan secara otomatis diperlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia dengan
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
16
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan jangka waktu 1 (satu) hari kerja.
2. Atas masing‐masing jenis dan seri surat berharga yang direpokan 1 dikenakan haircut yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan melalui BI‐SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
3. Atas transaksi repo sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank dikenakan biaya repo dengan perhitungan sebagai berikut: Biaya Repo � �Repo Rate� x �t / 360� x Nominal Penggunaan Repo Repo Rate = BI Rate + Marjin tertentu t = jumlah hari kalender repo SBIS/SBSN
4. Bank Indonesia dapat mengubah repo rate sebagaimana dimaksud pada angka 3 yang dan mengumumkannya melalui BI‐SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
5. Pada tanggal repo SBIS atau repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 1 jatuh waktu, BI‐SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg dengan penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut : a. melakukan setelmen dana dengan cara mendebet rekening giro Bank
sebesar nilai setelmen first leg ditambah biaya repo SBIS atau biaya repo SBSN. Dalam hal selama periode repo SBSN terdapat pembayaran imbalan SBSN maka pembayaran imbalan tersebut akan mengurangi nilai setelmen dana.
b. melakukan setelmen surat berharga dengan ketentuan sebagai berikut : 1) dalam hal SBIS, dilakukan dengan cara memindahkan kembali
pencatatan seri SBIS yang diagunkan dari sub rekening hold SBIS ke sub rekening aktif sebesar nilai nominal Repo SBIS yang jatuh waktu.
2) dalam hal SBSN, dilakukan dengan cara mengkredit rekening surat berharga Bank sebesar nilai nominal SBSN yang direpokan.
6. Dalam hal Bank tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi untuk setelmen pelunasan repo SBIS atau repo SBSN sampai dengan cut off warning sistem BI‐RTGS, BI‐SSSS secara otomatis membatalkan setelmen second leg.
7. Dalam rangka pemenuhan kewajiban Bank untuk pelunasan repo SBIS atau repo SBSN jatuh waktu yang diakibatkan karena kegagalan setelmen second leg, Bank Indonesia melakukan hal‐hal sebagai berikut: a. mendebet rekening giro Bank untuk penyelesaian biaya repo SBIS
atau biaya repo SBSN yang harus dibayar; dan b. Pelunasan seri SBIS yang direpokan sebelum jatuh waktu (early
redemption) atau memperlakukan jenis, seri dan nominal SBSN yang gagal dibeli kembali oleh Bank sebagai transaksi jual putus (outright selling) secara otomatis melalui BI‐SSSS.
28 Pasal 13 11/30/PBI 2009
(1) Bank dapat memindahkan kembali surat berharga yang dipergunakan untuk memperoleh FLIS dari rekening FLIS ke rekening surat berharga Bank dalam hal : a. FLIS telah diselesaikan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 27; dan b. surat berharga yang telah dipergunakan untuk FLIS‐RTGS tidak sedang
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
17
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan digunakan untuk FLIS‐Kliring.
(2) Pemindahan kembali surat berharga yang dipergunakan untuk memperoleh FLIS‐Kliring dari rekening FLIS‐Kliring ke rekening surat berharga Bank tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
BAB V Ketentuan Lain‐Lain
29 Pasal 14 11/30/PBI 2009
Dalam hal terjadi kegagalan Sistem BI‐RTGS dan/atau BI‐SSSS yang mengakibatkan Bank tidak dapat menyelesaikan FLIS maka penyelesaian FLIS dilakukan secara otomatis jika terdapat transaksi masuk (incoming transaction) oleh Sistem BI‐RTGS segera setelah sistem BI‐RTGS dan atau BI‐SSSS berfungsi kembali. Yang dimaksud dengan kegagalan Sistem BI‐RTGS adalah kegagalan RTGS Central Computer (RCC) sehingga seluruh Bank Peserta BI‐RTGS dan/atau Bank Indonesia tidak dapat mengirimkan transaksi dari terminal RTGS (RT) ke RCC. Gangguan pada salah satu atau beberapa RT dan/atau gangguan pada jaringan RTGS yang mengakibatkan satu atau beberapa Bank Peserta BI‐RTGS tidak dapat mengirimkan transaksi ke RCC, tidak dianggap sebagai kegagalan Sistem BI‐RTGS. Yang dimaksud dengan kegagalan Sistem BI‐SSSS adalah kegagalan SSSS Central Computer (SCC) pada sarana BI‐SSSS sehingga seluruh Bank dan/atau Bank Indonesia tidak dapat mengirimkan transaksi dari SSSS System Terminal (ST) ke SCC.
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bank Umum BAB I Ketentuan Umum
30 Pasal 1 14/16/PBI/2012 Butir 1 – 11
1. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang yang mengatur mengenai Bank Indonesia.
2. Bank adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional sebagaimana dimaksud dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, tidak termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri.
3. Giro Wajib Minimum yang selanjutnya disingkat GWM adalah GWM Primer dalam rupiah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai giro wajib minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing.
4. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, yang selanjutnya disingkat FPJP, adalah fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada Bank untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek yang dialami oleh Bank.
5. Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek adalah keadaan yang dialami Bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar (mismatch) dalam rupiah sehingga Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM.
6. Sertifikat Bank Indonesia yang untuk selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
18
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi I No. 10 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi I No. 12 – 17
7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang untuk selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
8. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN adalah Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.
9. Surat Utang Negara yang untuk selanjutnya disebut SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang yang berlaku.
10. Surat Berharga Syariah Negara yang untuk selanjutnya disebut SBSN atau dapat disebut Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing.
11. Aset kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aset Bank Umum.
12. Obligasi Korporasi adalah surat utang yang diterbitkan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah oleh badan hukum lain dan ditatausahakan di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
13. Sistem Bank Indonesia‐Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI‐RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.
14. Bank Indonesia‐Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI‐SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem BI‐RTGS.
15. Central Registry adalah Bank Indonesia yang melakukan fungsi penatausahaan surat berharga untuk kepentingan peserta yang memiliki rekening surat berharga di BI‐SSSS.
16. Sub‐Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan kustodian yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia melakukan fungsi penatausahaan surat berharga untuk kepentingan nasabah.
17. Pialang adalah perusahaan pialang pasar uang Rupiah dan valuta asing serta perantara pedagang efek yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai Dealer Utama.
18. Repurchase Agreement (repo) rate adalah tingkat suku bunga Lending Facility sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Operasi Moneter.
BAB II Persyaratan Dan Tata Cara Permohonan FPJP
31 Pasal 2 14/16/PBI/2012
(1) Bank yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh FPJP apabila memiliki rasio kewajiban penyediaan modal minimum paling rendah 8% (delapan persen) dan memenuhi modal sesuai dengan profil risiko bank. Penetapan besarnya rasio kewajiban penyediaan modal minimum mengacu kepada pemenuhan modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank Umum.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
19
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi II No. 1.d SE 15/11/DPNP 2013 Romawi II No. 1.e – 1.h
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang digunakan adalah berdasarkan perhitungan terkini Bank Indonesia.
(2) Bank mengajukan plafon FPJP berdasarkan perkiraan jumlah kebutuhan likuiditas sampai dengan Bank memenuhi GWM sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perkiraan Bank atas jumlah kebutuhan likuiditas didasarkan pada proyeksi arus kas paling lama 14 (empat belas) hari kalender ke depan.
(3) Pencairan FPJP dilakukan sebesar kebutuhan Bank untuk memenuhi
kewajiban GWM. Yang dimaksud dengan kewajiban GWM adalah kewajiban GWM berdasarkan perhitungan Bank Indonesia. Pencairan FPJP dilakukan oleh Bank Indonesia secara harian selama memenuhi plafon dan jangka waktu FPJP yang disetujui.
(4) Selama periode pemberian FPJP, Bank penerima FPJP tidak dapat
menempatkan dana di Bank Indonesia. (5) Jangka waktu FPJP ditetapkan sebagai berikut:
1) Jangka waktu setiap FPJP paling lama 14 (empat belas) hari kalender. 2) Jangka waktu FPJP dapat diperpanjang secara berturut‐turut dengan
jangka waktu FPJP keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender yang dihitung sejak penandatanganan perjanjian pemberian FPJP awal antara Bank Indonesia dengan Bank.
(6) Bank Indonesia mengenakan biaya bunga atas FPJP yang digunakan Bank dengan tingkat bunga ditetapkan sebesar tingkat suku bunga Lending Facility sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter, ditambah dengan 100 (seratus) basis poin.
(7) Jumlah FPJP yang dikenakan biaya bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah sebesar realisasi penggunaan FPJP secara harian selama periode pemberian FPJP.
32 Pasal 3 14/16/PBI/2012
FPJP wajib dijamin oleh Bank dengan agunan yang berkualitas tinggi dengan nilai sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini.
33 Pasal 4 14/16/PBI/2012 Ayat (1) – (2) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi II No. 2.d.1)
(1) Agunan yang berkualitas tinggi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 32 berupa: a. surat berharga; dan/atau b. Aset Kredit.
(2) Jenis surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa: a. SBI dan SBIS; b. SBN; dan/atau
Untuk agunan berupa SBI, SBIS, dan/atau SBN: a) Persyaratan: Pada tanggal FPJP jatuh tempo, SBI, SBIS, dan/atau SBN yang
diagunkan memiliki sisa jangka waktu: (1) paling singkat 3 (tiga) hari kerja untuk SBI dan SBIS.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
20
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi II No. 2.d.2)
(2) paling singkat 12 (dua belas) hari kerja untuk SBN. b) Nilai agunan SBI, SBIS, dan/atau SBN ditetapkan sebagai
berikut: (1) dalam hal agunan berupa SBI, nilai agunan ditetapkan
sebesar 100% (seratus persen) dari plafon FPJP; (2) dalam hal agunan berupa SBIS, nilai agunan ditetapkan
sebesar 100% (seratus persen) dari plafon FPJP; (3) dalam hal agunan berupa SBN, nilai agunan FPJP
ditetapkan paling rendah sebesar 105% (seratus lima persen) dari plafon FPJP, dengan perhitungan sebagaimana dimaksud pada Paragraf 34.
c) Jangka waktu pengikatan agunan FPJP berupa SBI, SBIS dan SBN ditetapkan sebagai berikut: (1) Untuk SBI dan SBIS, yaitu selama jangka waktu FPJP
ditambah 2 (dua) hari kerja. (2) Untuk SBN, yaitu selama jangka waktu FPJP ditambah 10
(sepuluh) hari kerja. (3) Dalam hal terjadi pelunasan FPJP, maka pengagunan FPJP
berupa SBI, SBIS, dan SBN dilepas (release) paling lama 1 (satu) hari kerja setelah FPJP dilunasi.
(4) Dalam hal terjadi perpanjangan FPJP dan digunakan agunan yang sama, maka pengagunan FPJP dilepas (release) pada saat FPJP jatuh tempo dan pada saat yang bersamaan diagunkan kembali.
c. surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lain yang pada saat
permohonan FPJP memiliki peringkat paling rendah peringkat investasi (investment grade), aktif diperdagangkan, dan sisa jangka waktu surat berharga paling singkat 90 (sembilan puluh) hari. Yang dimaksud dengan “surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lain” adalah obligasi korporasi baik yang konvensional maupun yang syariah. Yang dimaksud dengan ”peringkat investasi” adalah hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia. Untuk agunan berupa Obligasi Korporasi:
a) Persyaratan: (1) pada tanggal FPJP jatuh tempo, Obligasi Korporasi yang
diagunkan memiliki sisa jangka waktu paling singkat 90 (sembilan puluh) hari kalender;
(2) aktif diperdagangkan, yaitu pernah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dalam 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir. Contoh: Dalam hal Bank mengajukan FPJP pada tanggal 5 Desember 2012, maka perhitungan 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir Obligasi Korporasi aktif
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
21
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 4 14/16/PBI/2012 Ayat (3) – (6)
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia adalah sejak tanggal 5 November 2012 sampai dengan 4 Desember 2012;
(3) memiliki peringkat paling kurang 3 (tiga) peringkat (notch) teratas pada 1 (satu) tahun terakhir berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Contoh lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 5; dan
(4) hasil pemeringkatan terkini Obligasi Korporasi disampaikan ke Bank Indonesia bersamaan dengan pengajuan permohonan FPJP, paling kurang dari 1 (satu) lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
b) Jangka waktu pengikatan agunan Obligasi Korporasi ditetapkan selama jangka waktu FPJP ditambah 10 (sepuluh) hari kerja.
c) Dalam hal terjadi pelunasan FPJP, maka pengagunan FPJP berupa Obligasi Korporasi dilepas (release) paling lama 1 (satu) hari kerja setelah FPJP dilunasi.
d) Dalam hal terjadi perpanjangan FPJP dan digunakan agunan yang sama, maka pengagunan FPJP diperpanjang pada saat FPJP jatuh tempo.
e) Nilai agunan Obligasi Korporasi ditetapkan paling rendah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari plafon FPJP, dengan perhitungan sebagaimana dimaksud pada Paragraf 34.
(3) Surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c hanya dapat
digunakan sebagai agunan FPJP dalam hal: a. Bank tidak memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dan/atau huruf b; atau b. Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a dan/atau huruf b namun tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJP. (4) Aset Kredit yang dapat dijadikan agunan FPJP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a. kualitas tergolong lancar selama 12 (dua belas) bulan terakhir berturut‐
turut; Kualitas tergolong lancar adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset Bank Umum. Informasi mengenai Aset Kredit yang mempunyai kualitas lancar diperoleh dari laporan kualitas kredit yang disampaikan Bank ke dalam Sistem Informasi Debitur (SID) dan informasi lain yang dimiliki oleh Bank Indonesia. Dalam hal terdapat perbedaan penilaian kualitas Aset Kredit antara yang telah dilaporkan Bank dengan penilaian oleh Bank Indonesia, maka kualitas Aset Kredit yang digunakan adalah berdasarkan penilaian kualitas Aset Kredit oleh Bank Indonesia;
b. bukan merupakan kredit konsumsi kecuali kredit pemilikan rumah (KPR);
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
22
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
c. kredit dijamin dengan agunan tanah dan/atau bangunan dengan nilai paling rendah 140% (seratus empat puluh persen) dari plafon kredit; Nilai agunan yang digunakan adalah nilai terendah antara nilai taksasi dan nilai pasar. Penilaian agunan dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset Bank Umum, termasuk namun tidak terbatas pada batasan kredit yang agunannya harus dinilai oleh penilai independen, kriteria penilai independen, dan waktu dilakukannya penilaian.
d. bukan merupakan kredit kepada pihak terkait Bank; Yang dimaksud dengan ”pihak terkait” adalah pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit Bank Umum.
e. kredit belum pernah direstrukturisasi; Yang dimaksud dengan ”restrukturisasi” adalah restrukturisasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kualitas aset Bank Umum.
f. sisa jangka waktu jatuh tempo kredit paling singkat 12 (dua belas) bulan dari saat persetujuan FPJP;
g. baki debet (outstanding) kredit tidak melebihi batas maksimum pemberian kredit pada saat diberikan dan tidak melebihi plafon kredit; dan Batas maksimum pemberian kredit mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit Bank Umum.
h. memiliki perjanjian kredit dan pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan hukum.
(5) Aset Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat digunakan sebagai agunan FPJP dalam hal Bank tidak memiliki surat berharga atau surat berharga yang dimiliki oleh Bank tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJP.
(6) Dalam hal setelah memperoleh FPJP yang dijamin oleh sebagian atau seluruhnya dengan Aset Kredit, Bank memiliki surat berharga yang memenuhi syarat untuk menjadi agunan FPJP, Bank wajib mengganti Aset Kredit yang diagunkan dengan surat berharga tersebut.
34 Pasal 5 14/16/PBI/2012 Ayat (1) a‐b
(1) Nilai aset yang digunakan sebagai agunan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 ditetapkan sebagai berikut: a. nilai agunan sebesar 100% (seratus persen) dari plafon FPJP yang dihitung
berdasarkan nilai jual surat berharga, dalam hal agunan berupa SBI; b. nilai agunan sebesar 100% (seratus persen) dari plafon FPJP yang dihitung
berdasarkan nilai nominal surat berharga, dalam hal agunan berupa SBIS;
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
23
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi IV no. 1 Pasal 5 14/16/PBI/2012 Ayat (1) c SE 15/11/DPNP 2013 Romawi IV No. 2 Pasal 5 14/16/PBI/2012 ayat (1) d SE 15/11/DPNP 2013 Romawi IV No. 3
Perhitungan nilai agunan berupa SBI dan/atau SBIS : a. Nilai agunan ditetapkan berdasarkan pada nilai jual SBI dan/atau nilai
nominal SBIS pada saat permohonan awal, permohonan penambahan dan/atau perpanjangan FPJP disetujui.
b. Nilai jual SBI dan/atau nilai nominal SBIS sebagaimana dimaksud pada huruf a dihitung berdasarkan nominal dan harga setiap seri SBI dan/atau nilai nominal SBIS yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang tercantum dalam BI‐SSSS, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter.
c. Harga setiap seri SBI dan/atau SBIS ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan rata‐rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan/atau tingkat imbalan dan sisa jangka waktu setiap seri SBI dan/atau SBIS, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter.
c. nilai agunan paling rendah sebesar 105% (seratus lima persen) dari plafon
FPJP yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat berharga, dalam hal agunan berupa SBN; Perhitungan nilai agunan berupa SBN : a. Nilai agunan ditetapkan berdasarkan nilai pasar SBN pada saat
permohonan FPJP disetujui. b. Nilai pasar SBN dihitung berdasarkan nominal dan harga setiap seri
SBN yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang tercantum dalam BI‐SSSS, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter.
c. Harga setiap seri SBN ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan harga pasar masing‐masing jenis dan seri SBN yang diagunkan, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter.
d. nilai agunan sesuai dengan jenis surat berharga, paling rendah sebesar
120% (seratus dua puluh persen) dari plafon FPJP yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat berharga, dalam hal agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lain; dan Perhitungan nilai agunan berupa Obligasi Korporasi : a. Nilai agunan ditetapkan berdasarkan pada nilai pasar Obligasi
Korporasi pada saat permohonan FPJP disetujui. b. Besarnya nilai agunan sebagaimana dimaksud pada huruf a
ditetapkan sebesar: 1) 120% (seratus dua puluh persen) dari plafon FPJP yang dijamin
dengan Obligasi Korporasi yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan/atau dijamin oleh pemerintah pusat, dengan peringkat teratas berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia.
2) 135% (seratus tiga puluh lima persen) dari plafon FPJP yang dijamin dengan Obligasi Korporasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah, badan hukum lainnya selain BUMN, dengan peringkat teratas berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
24
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 5 14/16/PBI/2012 Ayat (1) e SE 15/11/DPNP 2013 Romawi IV No. 4
yang diakui oleh Bank Indonesia. 3) 140% (seratus empat puluh persen) dari plafon FPJP yang dijamin
dengan Obligasi Korporasi, dengan peringkat ke‐2 (dua) teratas berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia.
4) 145% (seratus empat puluh lima persen) dari plafon FPJP yang dijamin dengan Obligasi Korporasi, dengan peringkat ke‐3 (tiga) teratas berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia.
c. Nilai pasar Obligasi Korporasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dihitung berdasarkan harga penutupan terkini di Bursa Efek Indonesia dalam 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir.
d. Perhitungan nilai agunan dalam bentuk SBI, SBIS, SBN, dan/atau Obligasi Korporasi sebagaimana contoh pada Lampiran 17.
e. nilai agunan paling rendah sebesar 200% (dua ratus persen) dari plafon
FPJP yang dihitung berdasarkan baki debet (outstanding) Aset Kredit, dalam hal agunan berupa Aset Kredit. Perhitungan nilai agunan berupa Aset Kredit : a. Nilai agunan ditetapkan berdasarkan nilai baki debet Aset Kredit 2
(dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan FPJP. b. Besarnya nilai agunan sebagaimana dimaksud pada huruf a
ditetapkan 200% (dua ratus persen) dari plafon FPJP yang dijamin dengan Aset Kredit.
c. Apabila terdapat kredit dalam valuta asing, maka konversi ke dalam mata uang Rupiah dilakukan dengan kurs tengah Bank Indonesia 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan awal, penambahan dan/atau perpanjangan FPJP.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai nilai jual dan nilai pasar sebagaimana
tersebut pada ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dalam Ketentuan ini.
35 Pasal 6
14/16/PBI/2012
(1) Agunan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 ayat (1) harus bebas dari segala bentuk perikatan, sengketa, dan tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain dan/atau Bank Indonesia, yang dinyatakan dalam surat pernyataan Bank kepada Bank Indonesia.
(2) Bank yang telah memperoleh FPJP dilarang untuk memperjualbelikan dan/atau menjaminkan kembali surat berharga yang masih dalam status sebagai agunan FPJP.
(3) Bank wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJP apabila tidak memenuhi kondisi‐kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Bank wajib melakukan penilaian terhadap agunan FPJP secara berkala dalam periode tertentu.
(5) Bank wajib menambah dan/atau mengganti agunan FPJP, apabila: Penggantian atau penambahan agunan FPJP dimaksudkan agar nilai aset agunan FPJP sesuai dengan ketentuan Paragraf 34.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
25
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi II No. 2.e.4).b) dan e)
a. terjadi penurunan nilai surat berharga berupa SBN dan surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 34 ayat (1) huruf c dan huruf d; dan/atau
b. Aset Kredit yang diagunkan tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 ayat (4) dan/atau terjadi penurunan nilai Aset Kredit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 34 ayat (1) huruf e.
c. terjadi perbedaan penilaian agunan antara Bank dengan Bank Indonesia; d. setelah memperoleh FPJP yang dijamin dengan sebagian atau seluruhnya
dengan Aset Kredit, Bank memiliki surat berharga yang memenuhi syarat untuk menjadi agunan FPJP.
(6) Untuk keperluan perpanjangan FPJP, Bank dapat menjaminkan kembali aset
yang sedang menjadi agunan FPJP. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai periode penilaian agunan FPJP diatur dalam
Ketentuan ini.
36 Pasal 7 14/16/PBI/2012
(1) Bank Indonesia dapat menetapkan: a. penambahan persentase tertentu dari nilai agunan surat berharga
berupa SBN dan surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 34 ayat (1) huruf c dan huruf d; dan/atau
b. batas persentase penurunan nilai agunan surat berharga berupa SBN dan surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lain yang lebih tinggi dari persentase sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 34 ayat (1) huruf c dan huruf d. Penambahan persentase tertentu dan batas persentase penurunan nilai agunan surat berharga dilakukan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai pasar surat berharga.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambahan persentase tertentu dan batas persentase penurunan nilai agunan surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam ketentuan ini.
37 Pasal 8 14/16/PBI/2012
(1) Bank wajib memelihara dan menatausahakan daftar Aset Kredit yang memenuhi persyaratan untuk menjadi agunan FPJP. Pemeliharaan dan penatausahaan daftar Aset Kredit dilakukan terhadap Aset Kredit yang akan dialokasikan oleh Bank sebagai agunan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan FPJP dengan agunan berupa Aset Kredit.
(2) Bank wajib menyampaikan laporan daftar Aset Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu untuk posisi akhir bulan Juni dan akhir bulan Desember, paling lambat tanggal 15 (lima belas) setelah posisi akhir bulan bersangkutan.
(3) Untuk pertama kali, laporan daftar Aset Kredit disampaikan untuk posisi bulan Juni 2013.
(4) Bank dapat menyampaikan laporan nihil apabila tidak memiliki aset kredit yang memenuhi persyaratan sebagai agunan FPJP atau tidak mengalokasikan aset kredit sebagai agunan untuk mengantisipasi kebutuhan FPJP.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
26
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi II No. 2.d.3).d).(3)‐(5)
(5) Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia cq. Departemen Pengawasan Bank terkait atau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri setempat dapat meminta Bank untuk menyampaikan dokumen pendukung antara lain fotokopi perjanjian kredit, fotokopi bukti pengikatan agunan Aset Kredit dan/atau fotokopi bukti kepemilikan atas aset yang menjadi agunan kredit Bank;
(6) Dalam hal menurut Bank Indonesia cq. Departemen Pengawasan Bank terkait atau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri setempat, Aset Kredit yang tercantum dalam daftar Aset Kredit yang diajukan oleh Bank sebelumnya tidak memenuhi persyaratan agunan FPJP, Bank Indonesia akan mengembalikan dokumen pendukung Aset Kredit yang tidak memenuhi persyaratan FPJP yang telah disampaikan Bank;
(7) Bank Indonesia meminta Bank untuk menyampaikan tambahan dokumen Aset Kredit lainnya dalam rangka mengantisipasi penurunan nilai, penggantian agunan, dan/atau penambahan plafon FPJP, yang akan dijadikan agunan dalam rangka FPJP.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian daftar Aset Kredit dan dokumen pendukungnya diatur dalam Ketentuan ini.
38 Pasal 9 14/16/PBI/2012 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi II No. 2.d.3).c dan g
(1) Pengikatan agunan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan‐undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku antara lain adalah peraturan yang mengatur gadai atau fidusia.
(2) Dokumen‐dokumen atas aset yang menjadi agunan FPJP ditatausahakan oleh Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan ”dokumen‐dokumen atas aset yang menjadi agunan FPJP” antara lain perjanjian kredit antara Bank dengan nasabah, bukti pengikatan agunan, dan bukti kepemilikan atas aset yang menjadi agunan kredit Bank.
(3) Pengikatan agunan berupa Aset Kredit dilakukan dengan fidusia yang mencakup hak tagih Bank yang timbul dari perjanjian kredit antara Bank dengan debitur.
(4) Pengikatan agunan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk pengikatan agunan diatur dalam
Ketentuan ini.
39 Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No. 1a‐c
(1) Permohonan FPJP wajib diajukan oleh Bank secara tertulis kepada Bank Indonesia. Bank dapat mengajukan permohonan FPJP paling cepat 7 (tujuh) hari kerja sebelum rencana kebutuhan FPJP pada setiap hari kerja pukul 08.30 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Bank Indonesia akan memproses permohonan FPJP setelah dokumen permohonan FPJP diterima secara lengkap.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
27
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (2) a SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1.c.1).a Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (1)b SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1.c.4) Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (1)c SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1.c.5) Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (1)d SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1. c.1).b Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (1)e SE 15/11/DPNP 2013
Permohonan FPJP disampaikan kepada Bank Indonesia melalui surat yang ditandatangani oleh Direksi Bank dan diketahui oleh Dewan Komisaris
(2) Permohonan FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
dokumen‐dokumen sebagai berikut: a. surat pernyataan Bank yang menyatakan bahwa Bank mengalami
Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek; disertai dengan penjelasan mengenai penyebab dialaminya kesulitan likuiditas dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan likuiditas, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 7;
b. dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek; paling kurang berupa proyeksi arus kas paling lama 14 (empat belas) hari ke depan dengan contoh format proyeksi arus kas sebagaimana contoh pada Lampiran 11 dan dokumen lain sesuai permintaan Bank Indonesia;
c. daftar aset yang menjadi agunan beserta dokumen pendukung; Dokumen pendukung antara lain berupa perjanjian kredit antara Bank dengan nasabah dan perjanjian pengikatan agunan atas kredit tersebut dan dokumen lain yang dapat membuktikan terpenuhinya persyaratan agunan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33.
Daftar aset yang menjadi agunan FPJP sebagaimana contoh pada: a) Lampiran 12, untuk agunan FPJP berupa SBI, SBIS, SBN dan/atau
Obligasi Korporasi; dan b) Lampiran 13, untuk agunan FPJP berupa Aset Kredit
d. surat pernyataan bahwa seluruh aset yang menjadi agunan FPJP tidak
sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak dibawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33; sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang FPJP bagi Bank Umum, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 8;
e. surat kesanggupan Bank untuk membayar segala kewajiban terkait FPJP pada saat jatuh tempo. sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 9;
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
28
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Romawi III No. 1.c.1).c dan Romawi III No. 1.f Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (3) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1.c.1).d Pasal 10 14/16/PBI/2012 Ayat (4) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1.c.2), 3), 6) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No. 1.d SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1.c.7)‐8)
Surat permohonan FPJP yang dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada butir a sampai dengan butir e, disampaikan kepada Gubernur Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, dengan tembusan kepada Departemen Pengawasan Bank terkait; atau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri dalam hal Bank yang mengajukan FPJP berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.
(3) Bank wajib meyakini kebenaran data dan dokumen yang disampaikan
termasuk namun tidak terbatas pada kualitas kredit dan agunan yang menyertainya, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 10;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan FPJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.
(5) Surat persetujuan dari Dewan Komisaris atau dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), mengenai penggunaan seluruh aset bank sebagai agunan FPJP sesuai dengan Anggaran Dasar Bank dan perundang‐undangan yang berlaku;
(6) Dokumen pendukung perhitungan atas rasio KPMM; (7) Dalam hal agunan FPJP berupa SBI dan/atau SBN, dilengkapi dengan bukti
bahwa SBI dan/atau SBN telah diagunkan kepada Bank Indonesia, yaitu berupa print‐out hasil pengagunan di BI‐SSSS; Mekanisme pelaksanaan dilakukan sesuai mekanisme setelmen transaksi agunan pada ketentuan BI‐SSSS.
(8) Dalam hal agunan FPJP berupa Obligasi Korporasi, dilengkapi dengan: a) bukti bahwa Obligasi Korporasi telah diagunkan kepada Bank Indonesia
yang berasal dari otoritas penatausahaan surat berharga dimaksud; dan b) hasil pemeringkatan dari lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank
Indonesia. (9) Dalam hal agunan FPJP berupa Aset Kredit, dilengkapi dengan:
a) Surat Pernyataan Agunan berupa Aset Kredit, yang telah ditandatangani oleh Direksi atau Pejabat Bank yang berwenang sesuai dengan Anggaran Dasar Bank yang memuat pernyataan: (1) bahwa Aset Kredit yang diajukan bukan kredit konsumsi kecuali KPR; (2) bahwa Aset Kredit dijamin dengan agunan tanah dan/atau bangunan
yang memiliki nilai paling rendah 140% (seratus empat puluh persen) dari plafon kredit. Aset Kredit tersebut sudah dinilai oleh penilai independen dengan mekanisme sesuai ketentuan mengenai penilaian kualitas aset bank umum;
(3) bahwa sisa jangka waktu jatuh tempo kredit paling singkat 12 (dua
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
29
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.1.g
belas) bulan sejak penandatanganan FPJP; (4) bahwa baki debet (outstanding) kredit tidak melebihi plafon kredit
dan BMPK pada saat FPJP diberikan; (5) bahwa Aset Kredit yang diagunkan memiliki perjanjian kredit dan
pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan hukum; (6) bahwa Aset Kredit yang diagunkan bukan merupakan kredit kepada
pihak terkait Bank; (7) bahwa kualitas Aset Kredit yang diajukan untuk menjadi agunan FPJP
adalah benar tergolong kualitas lancar paling singkat 12 (dua belas) bulan terakhir berturut‐turut;
(8) bahwa Aset Kredit belum pernah direstrukturisasi; dan (9) bahwa pernyataan sebagaimana dimaksud pada angka (1) sampai
dengan angka (8) berlaku pula dalam hal terjadi penambahan dan/atau penggantian agunan FPJP.
b) dokumen asli perjanjian kredit antara Bank dan debitur beserta seluruh perubahannya;
c) dokumen asli pengikatan agunan atas perjanjian kredit antara Bank dan debitur beserta seluruh perubahannya;
d) dokumen asli bukti kepemilikan agunan yang menjadi jaminan kredit Bank;e) dokumen asli hasil penilaian agunan oleh lembaga penilai independen
paling lama 6 (enam) bulan terakhir dari tanggal pengajuan permohonan FPJP; dan
f) dokumen asli polis asuransi agunan Aset Kredit, jika ada. g) Dalam hal agunan FPJP berupa SBIS, Bank menyampaikan surat
pernyataan yang menyatakan bahwa SBIS yang menjadi agunan FPJP tidak akan digunakan untuk kepentingan lain selain FPJP, yang ditandatangani oleh Direktur yang membawahi Unit Usaha Syariah.
Dokumen Aset Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (9) disampaikan kepada : 1) Departemen Pengawasan Bank terkait; atau 2) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri setempat, dalam hal
Bank yang mengajukan FPJP berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.
40 Pasal 11 14/16/PBI/2012
(1) Jangka waktu setiap FPJP paling lama 14 (empat belas) hari kalender. Apabila saat jatuh tempo FPJP bertepatan pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka saat jatuh tempo FPJP adalah pada hari kerja berikutnya.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang secara berturut‐turut dengan jangka waktu FPJP keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender.
41 Pasal 12 14/16/PBI/2012
(1) Bank dapat mengajukan permohonan perpanjangan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 40 ayat (2), dengan ketentuan sebagai berikut: a. bunga atas FPJP yang jatuh tempo dilunasi terlebih dahulu; b. Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM berdasarkan perkiraan arus
kas selama 14 (empat belas) hari ke depan; c. agunan masih mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
30
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.2.a SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.2.c ‐ No. 2.i
dimaksud dalam Paragraf 33, Paragraf 34, dan Paragraf 35. Dalam rangka pelaksanaan perpanjangan FPJP, agunan yang telah diagunkan Bank untuk menjamin FPJP yang diterima Bank sebelumnya akan dinilai kembali, sehingga Bank perlu menyesuaikan jumlah agunan yang diserahkan untuk menjamin perpanjangan FPJP.
(2) Apabila pada saat FPJP jatuh tempo Bank belum dapat melunasi pokok FPJP, Bank dapat memperpanjang FPJP dengan perubahan jangka waktu dan/atau plafon FPJP sesuai kebutuhan.
(3) Besarnya jumlah plafon perpanjangan diperhitungkan dengan nilai pokok
FPJP jatuh tempo dengan tetap memenuhi persyaratan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Ketentuan ini.
(4) Pengajuan permohonan perpanjangan FPJP: 1) Bank dapat mengajukan permohonan perpanjangan FPJP pada setiap
hari kerja pukul 08.30 WIB sampai dengan 12.00 WIB. 2) Bank menyampaikan surat permohonan perpanjangan FPJP paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo FPJP. 3) Permohonan perpanjangan FPJP disampaikan melalui Surat Permohonan
Perpanjangan FPJP, dilengkapi dengan dokumen sebagaimana dimaksud pada Paragraf 39.
(5) Dalam rangka perpanjangan FPJP, Bank dapat menggunakan agunan yang telah diagunkan sebelumnya, sepanjang agunan dimaksud masih memenuhi persyaratan FPJP dan nilainya mencukupi.
(6) Pelaksanaan pengagunan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (5), berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) untuk agunan berupa SBI dan/atau SBN, dilakukan sesuai dengan
mekanisme setelmen transaksi agunan pada ketentuan BI‐SSSS dan dilaksanakan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum pengajuan perpanjangan FPJP.
2) untuk agunan berupa SBIS, Bank menyampaikan surat pernyataan yang menyatakan bahwa SBIS yang menjadi agunan FPJP tidak akan digunakan untuk kepentingan lain selain FPJP, yang ditandatangani oleh Direktur yang membawahi Unit Usaha Syariah.
(7) Pemenuhan dokumen Aset Kredit yang telah diagunkan hanya dilakukan dalam hal terdapat perubahan agunan berupa Aset Kredit.
(8) Bank menyampaikan daftar Aset Kredit yang menjadi agunan FPJP dengan ketentuan, yaitu: 1) dalam hal tidak terdapat perubahan agunan Aset Kredit, Bank cukup
menyampaikan daftar Aset Kredit yang menjadi agunan FPJP dengan format sebagaimana Lampiran 13; atau
2) dalam hal terdapat perubahan agunan Aset Kredit, Bank cukup menyampaikan daftar Aset Kredit yang menjadi agunan FPJP dengan format sebagaimana Lampiran 14.
(9) Surat permohonan perpanjangan FPJP yang dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf d disampaikan kepada Gubernur Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, dengan tembusan kepada Departemen Pengawasan Bank terkait; atau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri dalam hal Bank yang mengajukan
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
31
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.3
FPJP berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.
(10) Dokumen Aset Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (8) disampaikan kepada: a. Departemen Pengawasan Bank terkait; atau b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri setempat, dalam hal
Bank yang mengajukan FPJP berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.
42 Pasal 13 14/16/PBI/2012 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi III No.4
(1) Bank dapat mengajukan tambahan nilai FPJP yang dibutuhkan dalam hal Bank masih memiliki Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek sepanjang: a. agunan masih mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 33, Paragraf 34 dan Paragraf 35; dan b. penggunaan FPJP belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari kalender
berturut‐turut sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 40 ayat (2).
Tambahan nilai FPJP yang diajukan akan diakumulasikan terhadap nilai FPJP yang belum dilunasi.
(2) Apabila diperlukan, selama masa periode FPJP Bank dapat mengajukan
penambahan plafon FPJP sesuai kebutuhan. (3) Penambahan plafon FPJP dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM berdasarkan perkiraan arus kas selama periode FPJP;
2) Bank memiliki agunan yang nilainya mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan ini; dan
3) Bank memiliki rasio KPMM paling rendah 8% (delapan persen) dan memenuhi modal sesuai dengan profil risiko Bank berdasarkan perhitungan Bank Indonesia.
(4) Pengajuan permohonan: 1) Bank dapat mengajukan permohonan penambahan plafon FPJP pada
setiap hari kerja pukul 08.30 WIB sampai dengan 12.00 WIB selama periode FPJP.
2) Bank menyampaikan surat permohonan penambahan FPJP paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo FPJP.
3) Surat Permohonan Penambahan FPJP, yang dilengkapi dengan dokumen pendukung disampaikan kepada Gubernur Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, dengan tembusan kepada Departemen Pengawasan Bank terkait; atau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri dalam hal Bank yang mengajukan permohonan penambahan FPJP berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.
4) Dalam hal penambahan plafon FPJP dijamin dengan agunan berupa Aset Kredit, dokumen Aset Kredit disampaikan kepada: a) Departemen Pengawasan Bank terkait; atau b) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri setempat, dalam hal
Bank yang mengajukan FPJP berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
32
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB III Persetujuan Dan Pencairan FPJP
43 Pasal 14 14/16/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi V No.1‐2 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi V No.4‐5 Pasal 14 14/16/PBI/2012 Ayat (2) – (5)
(1) Persetujuan Bank Indonesia atas permohonan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 39 ayat (1), perpanjangan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41, dan/atau penambahan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 42 dilakukan apabila: a. Bank memenuhi persyaratan permohonan FPJP; b. Bank memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen permohonan FPJP;
dan c. berdasarkan analisis Bank Indonesia diperkirakan bahwa Bank tidak
dapat memenuhi kewajiban GWM berdasarkan perkiraan arus kas paling lama 14 (empat belas) hari kalender ke depan.
Bank Indonesia dalam memberikan persetujuan atau penolakan FPJP melakukan verifikasi dan analisis atas dokumen persyaratan pengajuan permohonan FPJP serta informasi lain yang dimiliki Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat meminta informasi lain kepada Bank dalam rangka melakukan verifikasi dan analisis atas dokumen persyaratan pengajuan permohonan FPJP. Dalam hal permohonan awal, penambahan dan/atau perpanjangan FPJP disetujui oleh Bank Indonesia: 1. Bank meminta notaris untuk mempersiapkan Akta Perjanjian Pemberian
FPJP, Akta Gadai, dan/atau Akta Jaminan Fidusia sebagaimana contoh pada Lampiran 18‐20, Lampiran 15‐17, dan Lampiran 24;
2. Bank harus membuka rekening penampungan (escrow account) di Bank yang bersangkutan untuk menampung angsuran pokok dan segala pendapatan yang diperoleh dari surat berharga dan hak tagih Bank atas Aset Kredit yang menjadi agunan FPJP, antara lain namun tidak terbatas pada penerimaan kupon, pendapatan bunga, klaim asuransi kredit; dan
3. Bank membuat surat kuasa pencairan rekening penampungan (escrow account) kepada Bank Indonesia sebagai bagian dari Akta Perjanjian Pemberian FPJP sebagaimana dimaksud pada huruf a.
Akta sebagaimana dimaksud pada angka 1 ditandatangani oleh Direksi Bank yang berwenang sesuai dengan Anggaran Dasar Bank bersangkutan dan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia yang membawahi pengawasan Bank.
(2) Persetujuan pemberian FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian pemberian FPJP antara Bank Indonesia dengan Bank penerima FPJP.
(3) Perjanjian pemberian FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan perjanjian pengikatan agunan FPJP.
(4) Realisasi pemberian FPJP oleh Bank Indonesia dilakukan melalui rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian pemberian FPJP diatur dalam Ketentuan ini.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
33
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 44 Pasal 15
14/16/PBI/2012 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi V No.7
(1) Bank Indonesia menolak permohonan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 39 dalam hal Bank yang mengajukan permohonan FPJP tidak memenuhi ketentuan, tata cara dan persyaratan yang diatur dalam Ketentuan ini.
(2) Bank Indonesia memberitahukan persetujuan atau penolakan atas permohonan awal, penambahan dan/atau perpanjangan FPJP kepada Bank melalui surat.
45 Pasal 16
14/16/PBI/2012
Bank Indonesia menolak permohonan perpanjangan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41 dan/atau permohonan penambahan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 42, apabila: a. permohonan perpanjangan FPJP dan/atau permohonan penambahan FPJP
tidak sesuai dengan ketentuan, tata cara dan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini; dan/atau
b. Bank penerima FPJP mengalami perkembangan yang memburuk, permasalahan likuiditas mendasar, dan/atau mengalami perubahan status sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penetapan status dan tindak lanjut pengawasan Bank. Yang dimaksud dengan ”mengalami perkembangan yang memburuk” adalah apabila arah rasio GWM Bank semakin menurun. Yang dimaksud dengan ”permasalahan likuiditas mendasar” antara lain adalah posisi arus kas yang semakin memburuk sebagai akibat maturity mismatch yang besar terutama pada skala waktu jangka pendek.
46 Pasal 17
14/16/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VI No. 4.d. 1) Pasal 17 14/16/PBI/2012 Ayat (2) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VI No. 4.d. 2) – 4)
(1) Bank Indonesia menghentikan pencairan FPJP dan/atau mengakhiri perjanjian FPJP sebelum jatuh waktu dalam hal terjadi pelanggaran persyaratan FPJP oleh Bank. Yang dimaksud dengan pelanggaran persyaratan FPJP adalah pelanggaran atas persyaratan Bank penerima FPJP dan persyaratan agunan FPJP. Bank Indonesia akan menghentikan pencairan FPJP dalam hal: a) hasil perhitungan rasio KPMM bank di bawah 8% (delapan persen); b) terjadi penurunan nilai agunan FPJP dengan kondisi sebagai berikut:
1. Bank tidak dapat menyerahkan agunan untuk menambah dan/atau mengganti agunan FPJP setelah jangka waktu berakhir; dan
2. Bank masih memiliki sisa plafon yang belum digunakan lebih besar daripada penurunan nilai agunannya.
(2) Penghentian pencairan FPJP dan/atau pengakhiran perjanjian FPJP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disebabkan karena pelanggaran persyaratan agunan FPJP, dilakukan setelah tindakan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 35 ayat (5) ditempuh. 1. Penghentian pencairan FPJP dilakukan pada hari yang sama dengan
penerimaan laporan perhitungan rasio KPMM. 2. Penghentian pencairan FPJP dilakukan pada hari kerja yang sama dengan
hasil laporan penilaian agunan. 3. Penghentian pencairan FPJP dilakukan sampai dengan FPJP jatuh tempo.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
34
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VI No. 4.e
(3) Pengakhiran FPJP Bank Indonesia akan mengakhiri perjanjian FPJP dalam hal: 1. terjadi penurunan nilai agunan pada saat periode penghentian pencairan
FPJP sebagaimana dimaksud pada huruf d sehingga nilai sisa plafon lebih kecil dibandingkan dengan nilai penurunan agunan;
2. terjadi penurunan nilai agunan FPJP dengan kondisi sebagai berikut: a) Bank tidak dapat menyerahkan agunan untuk menambah dan/atau
mengganti agunan FPJP setelah jangka waktu; dan b) Bank masih memiliki sisa plafon yang belum digunakan lebih kecil
daripada penurunan nilai agunannya atau Bank sudah menggunakan seluruh plafon FPJP.
BAB IV Perhitungan Bunga47 Pasal 18
14/16/PBI/2012
(1) Bank Indonesia mengenakan biaya bunga kepada Bank atas realisasi penggunaan FPJP.
(2) Tingkat suku bunga FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar repurchase agreement (repo) rate ditambah dengan 100 (seratus) basis poin. Yang dimaksud dengan “repurchase agreement (repo) rate” adalah tingkat suku bunga Lending Facility sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter.
BAB V Pelunasan dan Eksekusi Agunan48 Pasal 19
14/16/PBI/2012 Ayat (1) a SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VII No. 1 Pasal 19 14/16/PBI/2012 Ayat (1) b SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VII No. 2‐3 Pasal 19 14/16/PBI/2012 Ayat (1) c Pasal 19 14/16/PBI/2012
(1) Bank Indonesia mendebet rekening giro Rupiah Bank penerima FPJP di Bank Indonesia dalam hal: a. sebelum FPJP jatuh tempo dan saldo rekening giro Bank di Bank Indonesia
melebihi kewajiban GWM, paling tinggi sebesar nilai pokok FPJP yang telah diterima Bank; Bank Indonesia akan mendebet rekening giro Rupiah Bank sebesar kelebihan GWM tersebut sebagai pelunasan keseluruhan atau sebagian nilai pokok FPJP.
b. FPJP jatuh tempo, sebesar nilai pokok dan bunga FPJP; dengan mendahulukan pembayaran biaya bunga FPJP kemudian pelunasan pokok FPJP. Pendebetan dilakukan oleh Bank Indonesia melalui Sistem BI‐RTGS sebesar biaya bunga FPJP jatuh tempo yang dilakukan pada awal hari dan pendebetan sebesar pokok FPJP jatuh tempo yang dilakukan paling cepat pada pukul 16.00 WIB.
c. FPJP diakhiri sebelum perjanjian jatuh tempo, sebesar nilai pokok dan bunga FPJP.
(2) Dalam hal saldo giro Rupiah Bank penerima FPJP di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk membayar pokok dan bunga FPJP maka Bank Indonesia
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
35
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Ayat (2) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VII No. 5‐6 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VIII No. 1‐3
melakukan eksekusi agunan FPJP.
(3) Untuk memenuhi kekurangan pelunasan FPJP, Bank Indonesia melakukan eksekusi agunan dan mencairkan rekening penampungan surat kuasa yang diberikan Bank kepada Bank Indonesia.
(4) Sepanjang eksekusi agunan belum dilaksanakan atau belum selesai
dilaksanakan dan kemudian terdapat dana dalam Rekening Giro Rupiah Bank, maka Bank Indonesia mendebet Rekening Giro Rupiah Bank tersebut untuk melunasi FPJP.
(5) Bank Indonesia melakukan eksekusi agunan FPJP dalam hal:
a. FPJP jatuh tempo dan tidak terdapat perpanjangan FPJP, atau perjanjian FPJP diakhiri; dan
b. saldo Rekening Giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk melunasi biaya bunga dan/atau nilai pokok FPJP.
(6) Eksekusi agunan FPJP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Eksekusi agunan berupa SBI dan/atau SBIS dilakukan dengan cara
mencairkan SBI dan/atau SBIS sebelum jatuh tempo (early redemption). b. Eksekusi agunan berupa SBN dan/atau Obligasi Korporasi dilakukan
melalui penjualan agunan oleh Pialang, dengan pengaturan sebagai berikut: 1) Calon pembeli agunan dapat merupakan Bank, perorangan, atau
pihak lain. 2) Window time penjualan SBN dan/atau Obligasi Korporasi dapat
dilakukan antara jam 08.00 WIB sampai dengan jam 16.00 WIB. 3) Bank Indonesia cq. Grup Operasi Moneter‐Departemen Pengelolaan
Moneter akan mengumumkan rencana penjualan SBN dan/atau Obligasi Korporasi kepada Pialang paling lambat sebelum window time melalui sarana BI‐SSSS atau sarana lainnya.
4) Transaksi dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau sarana lainnya.
5) Bank Indonesia cq. Grup Operasi Moneter‐Departemen Pengelolaan Moneter akan mengumumkan kepada Pialang mengenai calon pembeli agunan yang penawarannya diterima melalui sarana BI‐SSSS atau sarana lainnya.
6) Pialang menginformasikan kepada Bank Indonesia cq. Grup Operasi Moneter‐Departemen Pengelolaan Moneter antara lain hal‐hal sebagai berikut: a) Sub‐Registry bagi calon pembeli agunan selain bank yang
penawarannya diterima untuk pelaksanaan setelmen SBN; b) Lembaga kustodian untuk calon pembeli agunan yang
penawarannya diterima untuk pelaksanaan setelmen Obligasi Korporasi;
c) Bank Pembayar bagi calon pembeli agunan selain bank yang penawarannya diterima untuk pelaksanaan setelmen dana.
7) Calon pembeli yang penawarannya diterima yang merupakan Bank dan Bank Pembayar yang ditunjuk wajib menyediakan dana di Rekening Giro di Bank Indonesia.
8) Bank Indonesia melakukan setelmen paling lambat pada 5 (lima)
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
36
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 19 14/16/PBI/2012 Ayat (3) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VIII No. 4‐5
hari kerja (T+5) setelah pengumuman dengan mendebet rekening giro Bank atau Bank Pembayar yang ditunjuk bagi calon pembeli agunan selain Bank.
9) Dalam hal agunan berupa SBN dan/atau Obligasi Korporasi tidak terjual dan saldo Rekening Giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi sampai dengan berakhirnya jangka waktu pengikatan agunan Obligasi Korporasi (jangka waktu FPJP ditambah 10 (sepuluh) hari kerja), Bank Indonesia meminta Bank untuk memperpanjang jangka waktu pengikatan pengagunan Obligasi Korporasi sampai dengan Bank dapat melunasi pokok FPJP ditambah biaya bunga FPJP dan biaya lain terkait dengan pemberian FPJP.
c. Eksekusi agunan berupa Aset Kredit, dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: 1) Eksekusi agunan dapat dilakukan dengan cara:
a) menjual hak tagih atas dasar Sertifikat Jaminan Fidusia; b) menjual hak tagih atas kekuasaan penerima fidusia sendiri
melalui pelelangan umum; atau c) menjual di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
2) Pelaksanaan eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada angka 1) berpedoman pada ketentuan perundang‐undangan yang mengatur mengenai jaminan fidusia.
3) Dalam hal eksekusi penjualan dibawah tangan dilakukan oleh Bank, maka Bank harus menyampaikan rencana pelaksanaan eksekusi agunan berupa hak tagih atas Aset Kredit tersebut serta melaporkan realisasi eksekusi agunan dimaksud kepada Bank Indonesia cq. Departemen Kredit, BPR dan UMKM atau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri dengan tembusan kepada Bank Indonesia cq. Departemen Pengawasan Bank terkait dan Departemen Pengelolaan Moneter.
4) Dalam hal dilakukan eksekusi agunan Aset Kredit, Bank wajib menginformasikan pengalihan tagihan kredit kepada masing‐masing debitur, berdasarkan surat pemberitahuan dari Bank Indonesia.
5) Hasil eksekusi agunan FPJP disetorkan ke rekening hasil eksekusi agunan FPJP di Bank Indonesia.
(7) Bank Indonesia tetap mengenakan biaya bunga sampai dengan eksekusi
agunan selesai dilaksanakan.
Selama agunan belum dapat dieksekusi, Bank tetap dikenakan biaya bunga FPJP yang besarnya dihitung berdasarkan saldo FPJP yang belum dilunasi dan tingkat bunga FPJP terakhir. Hasil eksekusi agunan diperhitungkan sebagai pelunasan FPJP yang terdiri dari nilai pokok FPJP ditambah dengan akumulasi biaya bunga FPJP, biaya eksekusi agunan, dan biaya lain yang timbul dalam pemberian FPJP.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
37
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 19 14/16/PBI/2012 Ayat (4) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VIII No. 8 Pasal 19 14/16/PBI/2012 Ayat (5) SE 15/11/DPNP 2013 Romawi VIII No. 9
(8) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pokok dan bunga FPJP yang harus dilunasi oleh Bank maka Bank wajib membayar kekurangannya kepada Bank Indonesia. Dalam hal saldo Rekening Giro Rupiah Bank tidak mencukupi untuk pendebetan, Bank wajib menyetor tambahan dana untuk menutup kekurangan dimaksud kepada Bank Indonesia.
(9) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih besar dibandingkan dengan jumlah pokok dan bunga FPJP yang harus dilunasi oleh Bank maka Bank Indonesia mengembalikan kelebihan tersebut kepada Bank.
(10) Selama berlangsungnya eksekusi agunan, Bank Indonesia tetap mengupayakan pelunasan FPJP dengan cara mendebet Rekening Giro Rupiah Bank di Bank Indonesia sebesar nilai pokok FPJP ditambah biaya bunga FPJP yang belum dilunasi dan biaya lain terkait dengan pelaksanaan eksekusi agunan atau sampai dengan nilai saldo giro Bank nihil.
BAB VI Biaya Pemberian FPJP49 Pasal 20
14/16/PBI/2012 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi IX
Biaya‐biaya yang timbul sehubungan dengan pengikatan perjanjian, pengikatan dan eksekusi agunan serta biaya lainnya yang mungkin timbul dalam rangka pemberian FPJP menjadi beban Bank. Biaya antara lain berupa biaya notaris untuk pengikatan perjanjian dan pengikatan agunan dalam rangka pemberian FPJP, biaya jasa penilai agunan serta biaya‐biaya lainnya yang timbul karena eksekusi agunan FPJP. Biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian FPJP menjadi beban Bank penerima FPJP, antara lain berupa: 1. biaya bunga FPJP sampai dengan FPJP dilunasi; 2. biaya pembuatan akta perjanjian FPJP dan pengikatan agunan FPJP; 3. biaya proses eksekusi agunan; 4. biaya transaksi, biaya kustodian dan biaya lainnya yang timbul atas
pengagunan Obligasi Korporasi di otoritas penatausahaan surat berharga dimaksud; dan
5. biaya lainnya terkait pemberian FPJP.
BAB VII Pengawasan50 SE
15/11/DPNP 2013 Romawi X No.1 Pasal 21 14/16/PBI/2012
Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk melakukan tindakan tertentu guna penyelesaian kesulitan likuiditas Bank atau tidak melakukan tindakan tertentu yang dapat menambah kesulitan likuiditas Bank.
Dalam rangka pengawasan terhadap penggunaan FPJP, Bank wajib : a. menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia mengenai penggunaan FPJP,
kondisi likuiditas Bank, pemantauan pemenuhan persyaratan FPJP dan persyaratan agunan FPJP pada setiap akhir hari kerja.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
38
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan b. menyampaikan rencana tindak perbaikan (remedial action plan) untuk
mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek paling lama 5 (lima) hari kerja setelah pencairan FPJP.
51 Pasal 22
14/16/PBI/2012 SE 15/11/DPNP 2013 Romawi X No.1
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan atas penggunaan FPJP yang diberikan kepada Bank. Pemeriksaan terhadap Bank yang menerima FPJP dapat dilakukan pada periode diterimanya atau setelah jatuh tempo FPJP. Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk melakukan tindakan tertentu guna penyelesaian kesulitan likuiditas Bank atau tidak melakukan tindakan tertentu yang dapat menambah kesulitan likuiditas Bank.
BAB VIII Sanksi 52 Pasal 23
14/16/PBI/2012
Dalam hal Bank tidak melunasi FPJP dan/atau melakukan pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, Bank dikenakan sanksi berupa: a. tidak dapat menerima FPJP dalam jangka waktu tertentu; dan/atau b. sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2) Undang‐
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998 antara lain berupa teguran tertulis, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu dan/atau pemberhentian Pengurus Bank.
53 Pasal 24 14/16/PBI/2012
Pengurus Bank, Pemegang Saham Pengendali dan pejabat eksekutif Bank yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah‐langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau memberikan keterangan atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini secara tidak benar, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 52 huruf b juga dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 dan Pasal 50 Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi Bank UmumSyariah
BAB I Ketentuan Umum54 Pasal 1
11/24/PBI 2009 1. Bank Indonesia adalah Bank sentral Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Undang‐Undang Nomor 6 Tahun 2009;
2. Bank Umum Syariah, yang selanjutnya disebut Bank adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;
3. Giro Wajib Minimum yang selanjutnya disebut GWM adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai GWM bagi Bank;
4. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS adalah fasilitas pendanaan berdasarkan prinsip syariah dari Bank Indonesia kepada Bank yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
39
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan kesulitan pendanaan jangka pendek;
5. Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek adalah suatu kondisi yang dialami Bank yaitu arus dana masuk lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar yang dapat menimbulkan tidak terpenuhinya kewajiban GWM dalam mata uang rupiah pada Bank;
6. Sertifikat Bank Indonesia Syariah, yang untuk selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia;
7. Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disebut SBSN adalah surat berharga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara;
8. Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
9. Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dengan pengelola dana untuk memelihara likuiditas Bank.
BAB II Persyaratan dan Tata Cara Permohonan FPJPS
55 Pasal 2 14/20/PBI 2012
(1) Bank yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh FPJPS apabila memiliki rasio kewajiban penyediaan modal minimum (capital adequacy ratio) paling rendah 8% (delapan persen) dan memenuhi modal sesuai profil risiko Bank. Apabila terdapat unit usaha syariah yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek, maka unit usaha syariah wajib meminta tambahan dana dari bank umum konvensional yang menjadi induknya. Penetapan besarnya rasio kewajiban penyediaan modal minimum mengacu kepada pemenuhan modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang digunakan adalah berdasarkan perhitungan terkini Bank Indonesia.
(2) Bank mengajukan plafon FPJPS berdasarkan perkiraan jumlah kebutuhan likuiditas sampai dengan Bank memenuhi GWM dalam mata uang rupiah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perkiraan Bank atas jumlah kebutuhan likuiditas didasarkan pada proyeksi arus kas paling lama 14 hari kalender ke depan.
(3) Pencairan FPJPS dilakukan sebesar kebutuhan Bank untuk memenuhi kewajiban GWM dalam mata uang rupiah. Kewajiban GWM didasarkan pada perhitungan Bank Indonesia.
56 Pasal 3 11/24/PBI 2009
FPJPS yang diterima oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 55 ayat (1) berdasarkan akad Mudharabah.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
40
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 57 Pasal 4
11/24/PBI 2009 FPJPS wajib dijamin oleh Bank dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya memadai sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
58 Pasal 5 14/20/PBI 2012
(1) Agunan yang berkualitas tinggi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 57 berupa: a. surat berharga; b. aset Pembiayaan.
(2) Jenis surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a: a. surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dan/atau Bank Indonesia yang meliputi SBSN dan SBIS; b. surat berharga syariah yang diterbitkan oleh badan hukum lainnya yang
pada saat permohonan FPJPS memiliki peringkat paling kurang peringkat investasi (investment grade), aktif diperdagangkan, dan sisa jangka waktu surat berharga paling kurang 90 (sembilan puluh) hari. Yang dimaksud dengan “surat berharga syariah yang diterbitkan oleh badan hukum lainnya” adalah obligasi syariah korporasi (sukuk korporasi). Peringkat tersebut berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia.
(3) Aset Pembiayaan yang dapat dijadikan agunan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a. kualitas tergolong lancar selama 12 (dua belas) bulan terakhir;
Kriteria kualitas tergolong lancar mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kualitas aktiva bagi Bank.
b. bukan merupakan Pembiayaan konsumsi kecuali Pembiayaan kepemilikan rumah;
c. Pembiayaan dijamin dengan agunan tanah dan/atau bangunan yang memiliki nilai paling kurang 140% (seratus empat puluh persen) dari plafon Pembiayaan; Nilai agunan yang digunakan adalah nilai terendah dari nilai taksasi dan nilai pasar. Penilaian agunan dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kualitas aktiva bagi Bank, antara lain mengenai batasan pembiayaan yang agunannya harus dinilai oleh penilai independen, kriteria penilai independen, dan waktu dilakukannya penilaian.
d. bukan merupakan Pembiayaan kepada pihak terkait Bank; Yang dimaksud dengan “pihak terkait” adalah pihak terkait
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
41
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai batas maksimum penyaluran dana yang berlaku bagi Bank. Sementara ketentuan mengenai batas maksimum penyaluran dana bagi Bank belum diatur, maka batas maksimum penyaluran dana bagi Bank mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit Bank Umum.
e. Pembiayaan belum pernah direstrukturisasi; Yang dimaksud dengan “Pembiayaan belum pernah direstrukturisasi” adalah Pembiayaan yang belum pernah dilakukan restrukturisasi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai restrukturisasi pembiayaan bagi Bank.
f. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo Pembiayaan paling singkat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal persetujuan FPJPS;
g. saldo pokok Pembiayaan tidak melebihi batas maksimum penyaluran dana pada saat diberikan dan tidak melebihi plafon Pembiayaan; dan Batas maksimum penyaluran dana mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai batas maksimum penyaluran dana yang berlaku bagi Bank. Sementara ketentuan mengenai batas maksimum penyaluran dana bagi Bank belum diatur maka batas maksimum penyaluran dana bagi Bank mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit Bank Umum.
h. memiliki akad Pembiayaan dan pengikatan agunan yang memiliki kekuatan hukum.
(4) Surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b hanya dapat
digunakan sebagai agunan FPJPS dalam hal: a. Bank tidak memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a; atau b. Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a namun tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJPS. (5) Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat
digunakan sebagai agunan FPJPS dalam hal Bank tidak memiliki surat berharga atau surat berharga yang dimiliki oleh Bank tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJPS. Apabila Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) namun nilainya tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJPS maka Bank dapat menggunakan aset Pembiayaan untuk menambah kekurangan nilai agunan.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
42
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 59 Pasal 6
14/20/PBI 2012
(1) Nilai aset yang digunakan sebagai agunan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ditetapkan sebagai berikut: a. dalam hal agunan berupa SBIS, nilai agunan ditetapkan paling kurang
sebesar 100% (seratus persen) dari plafon FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai nominal surat berharga tersebut;
b. dalam hal agunan berupa SBSN, nilai agunan ditetapkan paling kurang sebesar 105% (seratus lima persen) dari plafon FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat berharga tersebut;
c. dalam hal agunan berupa surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 55 (2) huruf b, nilai agunan ditetapkan sesuai dengan jenis surat berharga paling kurang sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari plafon FPJPS, yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat berharga;
d. dalam hal agunan berupa aset Pembiayaan, nilai agunan tersebut ditetapkan paling kurang sebesar 200% (dua ratus persen) dari plafon FPJPS, yang dihitung berdasarkan saldo pokok aset Pembiayaan.
(2) Ketentuan mengenai nilai nominal dan nilai pasar sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c akan diatur lebih lanjut dalam Ketentuan ini.
60 Pasal 7 14/20/PBI 2012
(1) Agunan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ayat (1) harus bebas dari segala bentuk perikatan, sengketa, dan tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain dan/atau Bank Indonesia, yang dinyatakan dalam surat pernyataan Direksi Bank kepada Bank Indonesia.
(2) Bank yang telah memperoleh FPJPS dilarang untuk memperjualbelikan dan/atau menjaminkan kembali agunan surat berharga yang masih dalam status sebagai agunan FPJPS.
(3) Bank wajib mengganti dan/atau menambahkan agunan FPJPS apabila tidak memenuhi kondisi‐kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Bank wajib melakukan penilaian terhadap agunan FPJPS secara berkala dalam periode tertentu.
(5) Bank wajib menambah dan/atau mengganti agunan FPJPS, apabila: a. terjadi penurunan nilai surat berharga berupa SBSN dan surat berharga
syariah yang diterbitkan oleh badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 59 ayat (1) huruf b dan huruf c; dan/atau
b. aset Pembiayaan yang diagunkan tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ayat (3) dan/atau terjadi penurunan nilai aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 59 ayat (1) huruf d.
Penggantian atau penambahan agunan FPJPS dimaksudkan agar nilai aset agunan FPJPS sesuai dengan ketentuan Paragraf 59.
(6) Untuk keperluan perpanjangan FPJPS, Bank dapat menjaminkan kembali aset yang sedang menjadi agunan FPJPS.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai periode penilaian agunan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Ketentuan ini.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
43
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 61 Pasal 7A
14/20/PBI 2012
(1) Bank Indonesia dapat menetapkan: a. penambahan persentase tertentu dari nilai agunan surat berharga
berupa SBSN dan surat berharga syariah yang diterbitkan oleh badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 59 ayat (1) huruf b dan huruf c; dan/atau
b. batas persentase penurunan nilai agunan surat berharga berupa SBSN dan surat berharga syariah yang diterbitkan oleh badan hukum lain yang lebih tinggi dari persentase sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 59 ayat (1) huruf b dan huruf c. Penambahan persentase tertentu dan batas persentase penurunan nilai agunan surat berharga dilakukan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai pasar surat berharga.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambahan persentase tertentu dan batas persentase penurunan nilai agunan surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.
62 Pasal 7B 14/20/PBI 2012
(1) Bank wajib memelihara dan menatausahakan daftar aset Pembiayaan yang memenuhi persyaratan untuk menjadi agunan FPJPS. Pemeliharaan dan penatausahaan daftar aset Pembiayaan dilakukan terhadap aset Pembiayaan yang akan dialokasikan oleh Bank sebagai agunan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan FPJPS dengan agunan berupa aset Pembiayaan.
(2) Bank wajib menyampaikan laporan daftar aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu untuk posisi akhir bulan Juni dan akhir bulan Desember, paling lambat tanggal 15 (lima belas) setelah posisi akhir bulan bersangkutan.
(3) Untuk pertama kali, laporan daftar aset Pembiayaan disampaikan untuk posisi bulan Juni 2013.
(4) Bank dapat menyampaikan laporan nihil apabila tidak memiliki aset Pembiayaan yang memenuhi persyaratan sebagai agunan FPJPS atau tidak mengalokasikan aset Pembiayaan sebagai agunan untuk mengantisipasi kebutuhan FPJPS.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian daftar aset Pembiayaan dan dokumen pendukungnya diatur dalam Ketentuan ini.
63 Pasal 8 11/24/PBI 2009
(1) Pengikatan agunan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan “peraturan perundang‐undangan yang berlaku” adalah antara lain peraturan yang mengatur gadai atau fidusia.
(2) Dokumen‐dokumen atas aset yang menjadi agunan FPJPS ditatausahakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan “dokumen‐dokumen atas aset yang menjadi agunan FPJPS” adalah antara lain akad Pembiayaan antara Bank dengan nasabah,
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
44
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 7/35/DPM 2005 Romawi I No. 3.b
bukti pengikatan agunan dan kepemilikan atas aset yang menjadi agunan Pembiayaan Bank.
(3) Ketentuan mengenai bentuk pengikatan agunan dalam ketentuan ini diatur sebagai berikut: Akta Pengikatan Agunan secara gadai sebagaimana contoh Lampiran 30 dalam rangkap 2 (dua) yang telah dibubuhi materai cukup dan ditandatangani oleh Direksi Bank Syariah atau Pejabat Bank Syariah yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa; dan
64 Pasal 9 11/24/PBI 2009 SE 7/35/DPM 2005 Romawi I No. 1 dan 2 angka 1) ‐ 2)
(1) Bank yang memerlukan FPJPS wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia.
Permohonan FPJPS dari Bank Syariah atau UUS 1) Bank Syariah atau UUS dapat mengajukan permohonan FPJPS
kepada Bank Indonesia melalui BI‐SSSS dari cut off warning sampai dengan 15 (lima belas) menit setelah pre‐cut off BI‐SSSS.
2) Permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus ditegaskan dengan surat permohonan sebagaimana contoh pada lampiran 28 yang disampaikan kepada: a. Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM) c.q Bagian Operasi
Pasar Uang (OPU), Bank Indonesia, Jl.M.H.Thamrin No.2 Jakarta, bagi Bank Syariah yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) dengan tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah; atau
b. Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat c.q. Seksi Pelaksana Kebijakan Moneter (PKM), bagi Bank Syariah atau UUS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI dengan tembusan kepada Tim Pengawas Bank di kantor Bank Indonesia setempat.
(2) Permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
dokumen‐dokumen sebagai berikut: a. surat pernyataan Direksi Bank yang menyatakan bahwa Bank mengalami
kesulitan likuiditas; b. dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan likuiditas; c. daftar aset yang menjadi agunan beserta dokumen pendukung;
Yang dimaksud dengan “dokumen pendukung” adalah antara lain akad Pembiayaan antara Bank dengan nasabah dan perjanjian pengikatan agunan atas Pembiayaan tersebut dan dokumen lain yang dapat membuktikan terpenuhinya persyaratan agunan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58.
d. surat pernyataan bahwa seluruh aset yang akan menjadi agunan FPJPS tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak di bawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58;
e. surat kesanggupan Direksi Bank untuk membayar segala kewajiban terkait FPJPS pada saat jatuh tempo.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
45
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 7/35/DPM 2005 Romawi I No. 1.3) SE 7/35/DPM 2005 Romawi I No. 2.3)
Surat permohonan FPJPS, harus dilampiri dengan: a. Perjanjian Pembiayaan FPJPS sebagaimana contoh pada Lampiran 29
dalam rangkap 2 (dua) yang telah dibubuhi meterai cukup dan ditandatangani oleh Direksi Bank Syariah atau Pejabat Bank Syariah yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa;
b. Akta Pengikatan Agunan secara gadai sebagaimana contoh Lampiran 30 dalam rangkap 2 (dua) yang telah dibubuhi materai cukup dan ditandatangani oleh Direksi Bank Syariah atau Pejabat Bank Syariah yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa; dan
c. Bagi Bank Syariah yang akan memanfaatkan FPJPS untuk pertama kali selain melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir a dan butir b, juga harus menyampaikan: i. specimen tanda tangan Direksi Bank Syariah atau Pejabat Bank
Syariah yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa;
ii. fotokopi Anggaran Dasar Bank Syariah, contoh stempel Bank Syariah, dan fotokopi identitas diri berupa KTP/SIM/Paspor Direksi Bank Syariah atau Pejabat Bank Syariah yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa.
iii. Dalam hal terjadi perubahan sebagaimana dimaksud pada butir i dan butir ii, Bank Syariah harus menyampaikan dokumen yang terkait dengan perubahan dimaksud.
Surat permohonan FPJPS bagi UUS harus dilampiri dengan: a. Perjanjian Pembiayaan FPJPS sebagaimana contoh pada Lampiran 29
dalam rangkap 2 (dua) yang telah dibubuhi materai cukup dan ditandatangani oleh Direksi kantor pusat bank konvensional atau Pejabat kantor pusat bank konvensional yang diberikan wewenang berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh kantor pusat bank konvensional atau oleh Pejabat dari UUS berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh kantor pusat bank konvensional kepada UUS tersebut; dan
b. Akta Pengikatan Agunan secara gadai sebagaimana contoh Lampiran 30 dalam rangkap 2 (dua) yang telah dibubuhi materai cukup dan ditandatangani oleh Direksi kantor pusat bank konvensional atau Pejabat kantor pusat bank konvensional yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa atau oleh Pejabat dari UUS berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh kantor pusat bank konvensional kepada UUS tersebut; dan
c. Surat Pernyataan dari Direksi kantor pusat bank konvensional yang menyatakan ketidakmampuan kantor pusat bank konvensional memberikan bantuan dana kepada UUS sebagaimana contoh dalam Lampiran 31.
d. Bagi UUS yang akan memanfaatkan FPJPS untuk pertama kali selain melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir a dan butir b, juga harus menyampaikan: i. specimen tanda tangan Direksi kantor pusat bank konvensional
atau Pejabat kantor pusat bank konvensional yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa atau Pejabat UUS berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh kantor pusat bank konvensional.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
46
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 7/35/DPM 2005 Romawi I No. 3 – 4
ii. fotokopi Anggaran Dasar kantor pusat bank konvensional, contoh stempel kantor pusat bank konvensional, dan fotokopi identitas diri berupa KTP/SIM/Paspor Direksi kantor pusat bank konvensional atau pejabat kantor pusat bank konvensional yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa atau Pejabat UUS berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh kantor pusat bank konvensional.
iii. Dalam hal terjadi perubahan sebagaimana dimaksud pada butir i dan butir ii, UUS harus menyampaikan dokumen yang terkait dengan perubahan dimaksud.
(3) Bank wajib meyakini kebenaran data dan dokumen yang disampaikan
termasuk namun tidak terbatas pada kualitas pembiayaan dan agunan yang menyertainya.
(4) Tatacara permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:.
Dalam hal Bank Syariah atau UUS menggunakan FLIS dan tidak dapat melunasi FLIS sampai dengan batas waktu maka nilai nominal FLIS yang tidak dapat dilunasi secara otomatis melalui sarana BI‐SSSS dialihkan menjadi FPJPS Bank Syariah atau UUS yang bersangkutan.
Dalam hal terdapat pengalihan nilai nominal FLIS menjadi FPJPS diatur sebagai berikut : 1) Apabila Bank Syariah atau UUS sedang tidak menggunakan FPJPS maka
Bank Syariah atau UUS wajib menandatangani dan menyampaikan Perjanjian Pembiayaan FPJPS.
2) Apabila Bank Syariah atau UUS sedang menggunakan FPJPS dan melakukan perpanjangan FPJPS maka Bank Syariah atau UUS wajib menandatangani dan menyampaikan Addendum Perjanjian Pembiayaan FPJPS dengan nilai FPJPS sebesar FLIS yang tidak dapat dilunasi ditambah dengan nilai nominal perpanjangan FPJPS.
3) Dalam hal Bank Syariah atau UUS tidak menandatangani dan menyampaikan Perjanjian Pembiayaan FPJPS atau Addendum Perjanjian Pembiayaan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam angka 1) atau angka 2) paling lambat 30 (tiga puluh) menit setelah berakhirnya waktu pengajuan FPJPS maka pengikatan pembiayaan dilakukan berdasarkan kuasa penandatanganan Perjanjian Pembiayaan FPJPS atau Addendum Perjanjian Pembiayaan FPJPS sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Penggunaan dan Pengagunan FLIS yang telah ditandatangani Bank Syariah atau UUS.
4) Akta pengikatan agunan dalam rangka pengalihan FLIS menjadi FPJPS dibuat oleh Bank Indonesia berdasarkan kuasa gadai sebagaimana diatur dalam ketentuan FLIS yang berlaku.
65 Pasal 11 11/24/PBI 2009 SE 7/35/DPM 2005
Bank Indonesia dapat menolak permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 64 yang tidak sesuai dengan ketentuan, persyaratan dan tatacara yang diatur dalam ketentuan ini. Dalam hal nominal FPJPS yang diajukan berbeda dengan kewajiban yang tidak dapat diselesaikan oleh Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia maka:
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
47
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Romawi I No. 5‐7
1) permohonan FPJPS Bank Syariah atau UUS ditolak oleh Bank Indonesia; 2) Bank Syariah atau UUS dapat melakukan penyesuaian permohonan
nominal FPJPS yang diajukan melalui BI‐SSSS paling lambat 15 (lima belas) menit setelah pre cut off BI‐SSSS;
3) Bank Syariah atau UUS harus menyampaikan kembali Perjanjian Pembiayaan FPJPS atau Addendum Perjanjian Pembiayaan FPJPS dan Akta Pengikatan Agunan paling lambat 30 (tiga puluh) menit setelah pre cut off BI‐SSSS
4) permohonan FPJPS Bank Syariah atau UUS ditolak oleh Bank Indonesia apabila tidak memenuhi persyaratan dan tata cara pengajuan FPJPS sebagaimana dimaksud pada butir 2) dan 3).
Persetujuan atau penolakan atas permohonan FPJPS dapat diketahui melalui BI‐SSSS. Mekanisme pengajuan FPJPS melalui sarana BI‐SSSS dilakukan mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran tentang BI‐SSSS yang berlaku.
66 Pasal 12 11/24/PBI 2009
(1) Jangka waktu setiap FPJPS paling lama adalah 14 (empat belas) hari. Yang dimaksud dengan ”hari pada ayat ini” adalah hari kalender. Apabila saat jatuh tempo FPJPS bertepatan pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka pendebetan saldo rekening giro Bank pada Bank Indonesia dilakukan pada hari kerja berikutnya.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang secara berturut‐turut dengan jangka waktu FPJPS keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari.
67 Pasal 13
14/20/PBI 2012 SE 6/9/DPM 2004 Paragraf II No. 1 – 5
Bank dapat mengajukan permohonan perpanjangan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 66 ayat (2) dengan ketentuan sebagai berikut: a. imbalan atas FPJPS yang jatuh tempo telah dilunasi; b. Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM rupiah berdasarkan perkiraan
arus kas selama 14 (empat belas) hari ke depan; dan Yang dimaksud dengan ”hari” pada ayat ini adalah hari kalender.
c. agunan mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58, Paragraf 59 dan Paragraf 60. Dalam rangka pelaksanaan perpanjangan FPJPS, agunan yang telah diagunkan Bank untuk menjamin FPJPS yang diterima Bank sebelumnya akan dinilai kembali, sehingga Bank perlu menyesuaikan jumlah agunan yang diserahkan untuk menjamin perpanjangan FPJPS.
Perpanjangan FPJPS dapat dilakukan apabila imbalan FPJPS yang jatuh tempo telah dilunasi dan agunan memenuhi persyaratan. Pengajuan perpanjangan FPJPS dilakukan melalui BI‐SSSS dan wajib ditegaskan dengan surat permohonan FPJPS sebagaimana contoh pada
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
48
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Lampiran 32 dan tembusan kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait atau Tim Pengawas Bank di Kantor Bank Indonesia setempat dan disertai lampiran : 1) Dalam hal agunan FPJPS adalah agunan lama maka wajib dilampirkan
dengan Addendum Perjanjian Pembiayaan sebagaimana contoh pada Lampiran 33.
2) Dalam hal agunan FPJPS adalah agunan baru maka wajib dilampirkan dengan Addendum Perjanjian Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan Akta Pengikatan Agunan yang baru sebagaimana contoh pada Lampiran 33.
Dalam hal persyaratan dan tata cara pengajuan perpanjangan FPJPS yang telah ditetapkan tidak dipenuhi oleh Bank Syariah atau UUS maka permohonan perpanjangan FPJPS dimaksud ditolak oleh Bank Indonesia.
Dalam hal nominal FPJPS yang diajukan berbeda dengan kewajiban yang tidak dapat diselesaikan oleh Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia maka: a. permohonan FPJPS Bank Syariah atau UUS ditolak Bank Indonesia; b. Bank Syariah atau UUS dapat melakukan penyesuaian permohonan
nominal FPJPS yang diajukan melalui BI‐SSSS selambat‐lambatnya 15 (lima belas) menit setelah pre cut off BI‐SSSS.
c. Bank Syariah atau UUS wajib menyampaikan kembali Perjanjian Pembiayaan atau Addendum Perjanjian Pembiayaan dan Akta Pengikatan Agunan selambat‐lambatnya 30 (tiga puluh) menit setelah pre cut off BI‐SSSS.
Penyampaian kembali dokumen telah diterima oleh Bank Indonesia secara lengkap selambat‐lambatnya 30 (tiga puluh) menit setelah pre cut off BI‐SSSS.
68 Pasal 14
14/20/PBI 2012 SE 6/9/DPM 2004 Paragraf III No. 1 – 3
(1) Bank dapat mengajukan tambahan nilai FPJPS yang dibutuhkan sepanjang: a. agunan mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 61, Paragraf 62 dan Paragraf 63; dan b. penggunaan FPJPS belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari berturut‐
turut sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 66 ayat (2).
Tambahan nilai FPJPS diakumulasikan dengan nilai FPJPS yang belum dilunasi. (2) Penyelesaian FPJPS Pada Tanggal Permohonan.
Penyelesaian FPJPS pada tanggal permohonan awal dan perpanjangan, dilakukan dengan cara mengkredit rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia sebesar nominal FPJPS yang disetujui melalui BI‐SSSS yang terhubung langsung dengan BI‐RTGS.
(3) Penyelesaian FPJPS Pada Tanggal Jatuh Waktu. Pada tanggal jatuh waktu FPJPS Bank Indonesia mendebet rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia sebesar nominal dan imbalan FPJPS melalui BI‐SSSS yang terhubung langsung dengan BI‐RTGS sebagai berikut:
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
49
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan a. imbalan FPJPS dilakukan mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan cut off
warning BI‐SSSS; dan b. nominal FPJPS dilakukan mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan cut off
warning BI‐SSSS. (4) Mekanisme penyelesaian FPJPS melalui BI‐SSSS diatur lebih lanjut dalam
Surat Edaran mengenai pelaksanaan transaksi dan penatausahaan surat berharga melalui BI‐SSSS.
69 Pasal 14A
14/20/PBI 2012
(1) Persetujuan Bank Indonesia atas permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 64 ayat (1), perpanjangan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67, dan/atau penambahan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 dilakukan apabila: a. Bank memenuhi persyaratan permohonan FPJPS; b. Bank memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen permohonan
FPJPS; dan c. Berdasarkan analisis Bank Indonesia diperkirakan bahwa Bank tidak
dapat memenuhi kewajiban GWM berdasarkan perkiraan arus kas selama 14 (empat belas) hari ke depan.
(2) Persetujuan pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian pemberian FPJPS antara Bank Indonesia dengan Bank penerima FPJPS.
(3) Perjanjian pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan perjanjian pengikatan agunan FPJPS.
(4) Realisasi pemberian FPJPS oleh Bank Indonesia dilakukan melalui rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian pemberian FPJPS diatur dalam Ketentuan ini.
70 Pasal 14B 14/20/PBI 2012
Bank Indonesia menolak permohonan perpanjangan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 dan/atau permohonan penambahan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 dalam hal:
a. permohonan perpanjangan FPJPS dan/atau permohonan penambahan FPJPS tidak sesuai dengan ketentuan, tata cara, dan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini; dan/atau
b. Bank penerima FPJPS mengalami perkembangan yang memburuk, permasalahan likuiditas mendasar, dan/atau mengalami perubahan status sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penetapan status dan tindak lanjut pengawasan Bank.
Yang dimaksud dengan ”mengalami perkembangan yang memburuk” adalah apabila arah rasio GWM Bank semakin menurun. Yang dimaksud dengan ”permasalahan likuiditas mendasar” antara lain adalah posisi arus kas yang semakin memburuk sebagai akibat maturity mismatch yang besar terutama pada skala waktu jangka pendek.
71 Pasal 14C
14/20/PBI 2012
(1) Bank Indonesia menghentikan pencairan FPJPS dan/atau mengakhiri perjanjian FPJPS sebelum jatuh waktu dalam hal terjadi pelanggaran persyaratan FPJPS oleh Bank.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
50
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Yang dimaksud dengan pelanggaran persyaratan FPJPS adalah pelanggaran atas persyaratan Bank penerima FPJPS dan persyaratan agunan FPJPS.
(2) Penghentian pencairan FPJPS dan/atau pengakhiran perjanjian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disebabkan karena pelanggaran persyaratan agunan FPJPS, dilakukan setelah tindakan sebagaimana dimaksud dalam Paragrat 60 ayat (5) ditempuh.
BAB III Perhitungan Imbalan72 Pasal 15
11/24/PBI 2009 SE 6/9/DPM 2004 Paragraf IV No. 1.2) ‐ 3) SE 6/9/DPM 2004 Paragraf IV No. 2
(1) Bank Indonesia memperoleh imbalan atas setiap FPJPS yang diterima oleh Bank. Imbalan FPJPS dikenakan oleh Bank Indonesia dengan cara mendebet rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia sebesar nilai imbalan FPJPS yang dilakukan pada tanggal jatuh waktu FPJPS melalui BI‐SSSS. Mekanisme pembukuan imbalan FPJPS diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran mengenai pelaksanaan transaksi dan penatausahaan surat berharga melalui BI‐SSSS.
(2) Besarnya imbalan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan jumlah pokok FPJPS, tingkat realisasi imbalan, nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia dan jumlah hari kalender penggunaan FPJPS. Rumus perhitungan besarnya imbalan FPJPS adalah sebagai berikut: X = P x R x k x t/360 Dimana : X : Besarnya imbalan yang diterima Bank Indonesia P : Jumlah pokok FPJPS R : Realisasi tingkat imbalan sebelum distribusi pada Bank penerima FPJPS k : Nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia t : Jumlah hari kalender penggunaan FPJPS
(3) Besarnya nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen).
Perhitungan Imbalan FPJPS
1) Besarnya nilai imbalan FPJPS dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : X = P x R x k x t/360 Dimana: X = Besarnya nilai imbalan yang diterima Bank Indonesia P = Jumlah nominal FPJPS R = Realisasi tingkat imbalan sebelum didistribusikan pada bulan terakhir atas deposito mudharabah 3 (tiga) bulan atau deposito mudharabah 1 (satu) bulan dari Bank Syariah atau UUS penerima FPJPS dalam hal deposito mudharabah 3 (tiga) bulan tidak tersedia. mudharabah … k = Nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
51
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan t = Jumlah hari kalender penggunaan FPJPS. Contoh 1 perhitungan imbalan: P = Rp200.000.000.000,00 R = 10% k = 90% t = 1 Maka besarnya nilai imbalan : = Rp200.000.000.000,00 x 10% x 90% x 1/360 = Rp50.000.000,00 Contoh 2 perhitungan imbalan: Dalam hal pengajuan FPJPS pada hari Jum’at maka jangka waktu penggunaan FPJPS dihitung 1 (satu) hari namun perhitungan imbalan FPJPS dihitung 3 (tiga) hari. P = Rp200.000.000.000,00 R = 10% k = 90% t = 3 Maka besarnya nilai imbalan : = Rp200.000.000.000,00 x 10% x 90% x 3/360 = Rp150.000.000,00
2) Untuk setiap perpanjangan FPJPS, nisbah bagi hasil bagi Bank
Indonesia (k) akan ditambah sebesar 2,25% dengan nilai maksimum k menjadi sebesar 99%. Dengan demikian, maka pada saat: a. Perpanjangan FPJPS pertama, nisbah bagi hasil menjadi sebesar
92,25%; b. Perpanjangan FPJPS kedua, nisbah bagi hasil menjadi sebesar
94,50%; c. Perpanjangan FPJPS ketiga, nisbah bagi hasil menjadi b. d. Perpanjangan FPJPS keempat dan seterusnya, nisbah bagi hasil
menjadi sebesar 99,00%.
BAB IV Pelunasan dan Eksekusi Agunan73 Pasal 16
14/20/PBI 2012 SE 6/9/DPM 2004 Romawi V No. 2 – 4
(1) Bank Indonesia mendebet rekening giro Rupiah Bank penerima FPJPS di Bank Indonesia dalam hal: a. sebelum FPJPS jatuh tempo dan saldo rekening giro Bank di Bank
Indonesia melebihi kewajiban GWM, paling tinggi sebesar nilai pokok FPJPS yang telah diterima Bank;
b. FPJPS jatuh tempo, sebesar nilai pokok dan imbalan FPJPS; dan/atau c. FPJPS diakhiri sebelum perjanjian jatuh tempo, sebesar nilai pokok dan
imbalan FPJPS. (2) Dalam hal saldo giro Rupiah Bank penerima FPJPS di Bank Indonesia tidak
mencukupi untuk membayar pokok dan imbalan FPJPS, maka Bank Indonesia melakukan eksekusi agunan FPJPS. Dalam hal agunan berupa penitipan dana dalam SWBI maka eksekusi agunan dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara mencairkan penitipan dana dalam SWBI tersebut sebelum jatuh waktu melalui BI‐SSSS.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
52
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 6/9/DPM 2004 Romawi V No. 5 SE 6/9/DPM 2004 Romawi V No. 6
Mekanisme pelaksanaan eksekusi agunan melalui BI‐SSSS diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran mengenai pelaksanaan transaksi dan penatausahaan surat berharga melalui BI‐SSSS. Jumlah agunan yang dieksekusi adalah sebesar nilai penitipan dana dalam SWBI yang diagunkan.
(3) Bank Indonesia tetap mengenakan imbalan sampai dengan eksekusi agunan selesai dilaksanakan.
(4) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pokok dan imbalan FPJPS yang harus dilunasi oleh Bank, maka Bank wajib membayar kekurangannya kepada Bank Indonesia.
(5) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih besar dibandingkan dengan jumlah pokok dan imbalan FPJPS yang harus dilunasi oleh Bank, maka Bank Indonesia mengembalikan kelebihan tersebut kepada Bank. selambat‐lambatnya pada hari kerja berikutnya dengan mengkredit rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia
(6) Eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
Dalam hal Bank Indonesia memberikan bonus atas SWBI, apabila dilakukan eksekusi oleh Bank Indonesia, maka terhadap agunan SWBI yang dieksekusi dimaksud tidak diberikan bonus.
Contoh eksekusi agunan: 1) Pada tanggal 5 Agustus 2003, Bank Syariah A mengajukan
permohonan FPJPS sebagai berikut: ‐ Penitipan dalam SWBI sebesar Rp12.000.000.000,001) pada
waktu 28 hari (tanggal 1 s.d. 29 Agustus 2003); ‐ Jumlah permohonan FPJPS = Rp3.000.000.000,00; ‐ Jumlah SWBI yang diagunkan hanya sebesar
Rp5.000.000.000,00; 2) Pada tanggal 6 Agustus 2003, FPJPS jatuh waktu namun Bank
Syariah A tidak mampu membayar imbalan FPJPS dan nominal FPJPS serta tidak memperpanjang FPJPS maka agunan dieksekusi dengan perhitungan sebagai berikut: ‐ Jumlah agunan yang dieksekusi adalah sebesar Rp. 5.000.000.000,00.
‐ Asumsi imbalan FPJPS sebesar Rp50.000.000,00. ‐ Kelebihan nilai eksekusi sebesar Rp1.950.000.000,00 (Rp5.000.000.000,00 – Rp3.000.000.000,00 – Rp50.000.000,00) akan dikembalikan kepada Bank Syariah A selambat‐lambatnya pada hari kerja berikutnya.
BAB V Pengawasan
74 Pasal 17 14/20/PBI 2012
Dalam rangka pengawasan terhadap penggunaan FPJPS, Bank wajib: a. menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia mengenai penggunaan
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
53
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 6/9/DPM 2004 Romawi VI No. 1 dan 2
FPJPS, kondisi likuiditas Bank, pemantauan pemenuhan persyaratan FPJPS dan persyaratan agunan FPJPS pada setiap akhir hari kerja; dan
b. menyampaikan rencana tindak perbaikan (action plan) untuk mengatasi kesulitan likuiditas paling lama 5 (lima) hari kerja setelah pencairan FPJPS.
Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap Bank Syariah atau UUS atas penggunaan FPJPS. Dalam hal Bank Syariah atau UUS telah menggunakan FPJPS selama 5 (lima) hari kerja secara berturut‐turut dan dalam rangka pengawasan atas penggunaan FPJPS, Bank Syariah atau UUS menyampaikan rencana penyelesaian FPJPS kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait atau Tim Pengawas Bank di Kantor Bank Indonesia setempat.
75 Pasal 18
11/24/PBI 2009 Bank Indonesia melakukan pemeriksaan khusus atas penggunaan FPJPS terhadap Bank penerima FPJPS. Pemeriksaan terhadap Bank yang menerima FPJPS dapat dilakukan pada periode diterimanya atau setelah jatuh tempo FPJPS.
BAB VI Biaya Pemberian FPJPS76 Pasal 20
11/24/PBI 2009 Biaya‐biaya yang timbul sehubungan dengan pengikatan perjanjian, pengikatan dan eksekusi agunan serta biaya lainnya yang mungkin timbul dalam rangka pemberian FPJPS menjadi beban Bank. Yang dimaksud biaya dalam pasal ini antara lain adalah biaya notaris untuk pengikatan perjanjian dan pengikatan agunan dalam rangka pemberian FPJPS serta biaya‐biaya lainnya yang timbul karena eksekusi agunan FPJPS.
BAB VII Sanksi 77 Pasal 21
14/20/PBI 2012 Dalam hal Bank tidak melunasi FPJPS dan/atau melakukan pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, Bank dikenakan sanksi berupa: a. tidak dapat menerima FPJPS dalam jangka waktu tertentu; dan/atau b. sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 58 ayat (1) Undang‐
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah antara lain berupa teguran tertulis, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu dan/atau pemberhentian pengurus Bank.
78 Pasal 22 11/24/PBI 2009
Apabila pengurus Bank, pemegang saham pengendali dan pejabat eksekutif Bank dengan sengaja tidak melaksanakan langkah‐langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau memberikan keterangan atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini secara tidak benar, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 77 dikenakan juga sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 63 Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
54
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat BAB I Ketentuan Umum
79 Pasal 1 10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi I No. 3 Pasal 1 10/35/PBI 2008 Butir 4 – 7
1. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 2 Tahun 2008.
2. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, tidak termasuk Badan Kredit Desa (BKD).
3. Rasio Kebutuhan Kas adalah perhitungan kebutuhan kas BPR yang didasarkan pada Cash Ratio dengan menambahkan komponen Sertifikat Bank Indonesia serta aset antarbank dan kewajiban antarbank. Rasio Kebutuhan Kas merupakan perbandingan aset lancar terhadap kewajiban lancar. Aset lancar terdiri dari saldo kas, SBI yang tidak menjadi agunan, penempatan pada antarbank aktiva yang tidak menjadi agunan di bank umum atau BPR lain meliputi giro pada bank umum, serta tabungan dan deposito jatuh tempo pada bank umum atau BPR lain. Kewajiban lancar terdiri dari pos kewajiban segera, simpanan dana nasabah tidak terkait meliputi tabungan dan deposito jatuh tempo, serta kewajiban antarbank pasiva tidak terkait yang meliputi tabungan dan deposito yang jatuh tempo.
4. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, yang selanjutnya disebut FPJP adalah fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada BPR untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek yang dialami oleh BPR.
5. Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek adalah keadaan yang dialami BPR yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar (mismatch).
6. Sertifikat Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
7. Aset Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam‐meminjam antara BPR dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
BAB II Persyaratan Dan Tata Cara Permohonan FPJP
80 Pasal 2 10/35/PBI 2008 Ayat (1) SE 10/45/2008 Romawi II No.1 Pasal 2 10/35/PBI 2008 Ayat (2) – (3)
(1) BPR yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek dapat mengajukan permohonan FPJP dengan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
BPR yang dapat mengajukan permohonan atau perpanjangan FPJP adalah BPR yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek dan memiliki agunan yang berkualitas tinggi dengan nilai agunan yang memadai.
(2) BPR dapat mengajukan permohonan FPJP sepanjang memenuhi kriteria
sebagai berikut: a. Memiliki penilaian Tingkat Kesehatan selama 6 (enam) bulan terakhir
paling kurang Cukup Sehat;
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
55
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Penilaian Tingkat Kesehatan didasarkan pada data posisi akhir bulan sesuai dengan Laporan Bulanan BPR selama 6 (enam) periode pelaporan sebelum tanggal pengajuan permohonan.
b. Memiliki Cash Ratio selama 6 (enam) bulan terakhir rata‐rata paling kurang sebesar 4,05% (empat koma nol lima persen); Perhitungan Cash Ratio didasarkan pada data posisi akhir bulan sesuai dengan Laporan Bulanan BPR selama 6 (enam) periode pelaporan sebelum tanggal pengajuan permohonan.
c. Memiliki rasio kewajiban penyediaan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) paling kurang sebesar 8% (delapan persen); dan Rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) yang digunakan berdasarkan perhitungan Bank Indonesia sesuai dengan data posisi akhir bulan pada Laporan Bulanan BPR sebelum tanggal pengajuan permohonan.
d. Memiliki arus kas harian negatif selama 14 (empat belas) hari kalender terakhir.
(3) Plafon FPJP diberikan paling banyak sebesar kebutuhan pendanaan jangka pendek BPR untuk mencapai Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10% (sepuluh persen). Kebutuhan pendanaan jangka pendek BPR dihitung berdasarkan posisi Rasio Kebutuhan Kas pada tanggal pengajuan permohonan FPJP.
81 Pasal 3
10/35/PBI 2008 FPJP wajib dijamin oleh BPR dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya memadai sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
82 Pasal 4 10/35/PBI 2008 Ayat (1) SE 10/45/2008 Romawi II No. 4.a Pasal 4 10/35/PBI 2008 Ayat (2) a – b
(1) Agunan yang berkualitas tinggi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 berupa: a. SBI; dan/atau
BPR menjamin FPJP dengan agunan milik BPR berupa SBI dan/atau Aset Kredit dengan ketentuan: a. Dalam hal agunan berupa SBI, maka SBI dimaksud harus memiliki sisa
jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat FPJP jatuh tempo. Perhitungan nilai jual SBI yang diagunkan ditetapkan berdasarkan perhitungan.
b. Aset Kredit.
(2) Aset Kredit yang dapat dijadikan agunan FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Memiliki perjanjian kredit yang masih berlaku selama jangka waktu FPJP; b. Memiliki kolektibilitas Lancar selama paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir;
Kolektibilitas Lancar adalah Kualitas Lancar sebagaimana diatur dalam
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
56
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 10/45/2008 Romawi II No. 4.b 2) Pasal 4 10/35/PBI 2008 Ayat (2) c SE 10/45/2008 Romawi II No.4.b 3) Pasal 4 10/35/PBI 2008 Ayat (2) d SE 10/45/2008 Romawi II No.4.b 4) SE 10/45/2008 Romawi IV No. 1 – 4
ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Produktif BPR untuk posisi akhir bulan sesuai dengan Laporan Bulanan BPR selama 3 (tiga) periode pelaporan sebelum tanggal pengajuan permohonan. Kualitas kredit yang disampaikan dalam Laporan Bulanan BPR dimaksud harus telah menyesuaikan dengan hasil pemeriksaan Bank Indonesia dalam hal terdapat perbedaan kualitas Aset Kredit yang disampaikan oleh BPR dengan hasil pemeriksaan Bank Indonesia.
c. Memiliki agunan; Adanya agunan dimaksudkan untuk memberi tambahan keyakinan mengenai kualitas Aset Kredit yang dijadikan agunan FPJP. Aset Kredit yang dijaminkan harus memiliki agunan berupa: a. Aktiva tetap antara lain berupa tanah dan bangunan. b. Aktiva tidak tetap antara lain berupa kendaraan bermotor, surat
keputusan pengangkatan/pensiun pegawai.
d. Bukan merupakan kredit kepada pihak terkait BPR; dan Yang dimaksud dengan “pihak terkait” adalah pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) BPR. Kriteria pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Bank Perkreditan Rakyat.
e. Memiliki baki debet (outstanding) kredit tidak melebihi plafon kredit dan Batas Maksimum Pemberian Kredit. Batas Maksimum Pemberian Kredit mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) BPR.
Dalam hal agunan berupa SBI, maka BPR harus menyampaikan dokumen berupa bukti bahwa SBI telah diagunkan (pledge) di BI‐SSSS berupa print‐out hasil pengagunan. Mekanisme pengagunan SBI dilakukan sesuai mekanisme setelmen transaksi agunan (pledge) pada ketentuan BI‐SSSS dengan counterparty Bank Indonesia (INDOIDJA930). Jangka waktu pengikatan agunan FPJP berupa SBI sebagai berikut: a. Jatuh tempo pengikatan agunan FPJP berupa SBI adalah 10 (sepuluh)
hari kerja setelah FPJP jatuh tempo. b. Dalam hal terjadi pelunasan FPJP pada saat jatuh tempo maka
pengikatan agunan FPJP berupa SBI dapat dilepas (release) pada 1 (satu) hari kerja setelah FPJP dilunasi.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
57
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Dalam hal BPR yang mengajukan FPJP tidak memiliki SBI atau SBI yang dimiliki tidak mencukupi sebagai agunan FPJP sehingga perlu menggunakan Aset Kredit maka BPR harus menyampaikan daftar Aset Kredit sebagaimana contoh pada Lampiran‐41.
(3) Aset Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat digunakan
sebagai agunan FPJP dalam hal BPR tidak memiliki SBI atau SBI yang dimiliki tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJP.
83 Pasal 5 10/35/PBI 2008 Ayat (1).a SE 10/45/2008 Romawi V No.1. A. 3) ‐ 4) Pasal 5 10/35/PBI 2008 Ayat (1).b SE 10/45/2008 Romawi V No.2 – 3 SE 10/45/2008 Romawi V No. 4
Nilai aset yang digunakan sebagai agunan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 82 ditetapkan sebagai berikut: a. Dalam hal agunan berupa SBI, nilai agunan ditetapkan paling kurang sebesar
100% (seratus persen) dari plafon FPJP, yang dihitung berdasarkan nilai jual SBI yang diagunkan. nilai jual SBI dihitung berdasarkan nominal atau harga setiap seri SBI yang tercantum dalam BI‐SSSS. Contoh perhitungan nilai jual SBI sebagaimana pada Lampiran‐41; harga setiap seri SBI ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan rata‐rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SBI.
b. Dalam hal agunan berupa Aset Kredit, nilai agunan ditetapkan paling kurang 150% (seratus lima puluh persen) dari plafon FPJP, yang dihitung berdasarkan baki debet (outstanding) Aset Kredit yang diagunkan.
Dalam hal berdasarkan penilaian Bank Indonesia, Aset Kredit tidak memenuhi persyaratan, BPR wajib menambah dan/atau mengganti agunan FPJP sehingga nilai Aset Kredit paling kurang sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari plafon FPJP yang disetujui. Penggantian dan/atau penambahan agunan FPJP berupa Aset Kredit dilakukan oleh BPR dengan menyampaikan dokumen pendukung kepada Bank Indonesia.
Dalam rangka perpanjangan FPJP, BPR dapat menggunakan agunan yang telah diagunkan pada FPJP sebelumnya, sepanjang agunan dimaksud masih mencukupi dan memenuhi persyaratan.
84 Pasal 6 10/35/PBI 2008
(1) Agunan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 82 ayat (1) harus bebas dari segala bentuk perikatan, sengketa, dan tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain dan/atau Bank Indonesia, yang dinyatakan dalam surat pernyataan BPR kepada Bank Indonesia.
(2) BPR wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 82 ayat (1) apabila: a. Agunan FPJP tidak memenuhi kondisi‐kondisi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1); dan/atau b. Agunan FPJP berupa Aset Kredit mengalami penurunan kolektibilitas.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
58
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Penggantian dan/atau penambahan agunan FPJP dimaksudkan agar nilai aset agunan FPJP sesuai dengan ketentuan Paragraf 83.
85 Pasal 7
10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi IV No. 5 SE 10/45/2008 Romawi IV No. 6 dan Romawi X SE 10/45/2008 Romawi IV No. 7 ‐ 10
(1) Pengikatan agunan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 82 ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan‐undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan “peraturan perundang‐undangan yang berlaku” antara lain peraturan perundang‐undangan yang mengatur gadai atau fidusia.
(2) Dokumen‐dokumen atas aset yang menjadi agunan FPJP ditatausahakan oleh Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan “dokumen‐dokumen atas aset yang menjadi agunan FPJP” antara lain perjanjian kredit antara BPR dengan nasabah, bukti pengikatan agunan dan bukti kepemilikan atas aset yang menjadi agunan kredit BPR.
Dalam rangka keperluan pengikatan agunan FPJP, BPR menyampaikan: a. Dokumen asli perjanjian kredit antara BPR dan debitur; b. Dokumen asli pengikatan agunan atas perjanjian kredit antara BPR dan
debitur secara notariil atau di bawah tangan; dan c. Bukti kepemilikan agunan yang menjadi jaminan kredit BPR.
Dokumen disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: 1. Bank Indonesia up. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU), Jl. M.H.
Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi BPR yang berkantor pusat di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Bekasi, Karawang dan Provinsi Banten; atau
2. Bank Indonesia up. Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat, bagi BPR yang berkantor pusat di luar wilayah sebagaimana ketentuan butir 1, dengan tembusan kepada Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU).
Dalam hal sesuai perhitungan Bank Indonesia, Aset Kredit yang diajukan oleh BPR tidak mencukupi dan/atau tidak memenuhi criteria agunan FPJP, BPR harus mengajukan Aset Kredit baru untuk memenuhi kecukupan agunan FPJP. Obyek jaminan fidusia yang diagunkan BPR kepada Bank Indonesia mencakup: a. Hak tagih BPR yang timbul dari perjanjian kredit antara BPR dengan
debitur; dan b. Segala pendapatan yang diperoleh dari hak tagih BPR antara lain namun
tidak terbatas pada pendapatan bunga dan klaim asuransi kredit.
Pengikatan agunan dalam bentuk fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia.
Penatausahaan dokumen Aset Kredit yang menjadi agunan FPJP dilakukan oleh Bank Indonesia cq. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU) atau Bank Indonesia cq. Kantor Bank Indonesia (KBI) sesuai dengan tempat kedudukan kantor pusat BPR.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
59
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 86 Pasal 8
10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi III no. 1 dan 2 SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.a. 1) SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.a. 2) SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.a. 3) SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.a. 4) SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.b.
(1) BPR yang memerlukan FPJP mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia. Pengajuan permohonan, penambahan atau perpanjangan FPJP oleh BPR kepada Bank Indonesia disampaikan pada setiap hari kerja. Surat perpanjangan FPJP diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo FPJP.
(2) Permohonan FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen‐dokumen sebagai berikut: a. Surat pernyataan bahwa BPR mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka
Pendek; disertai dengan penjelasan penyebab dan upaya yang telah dilakukan, yang ditandatangani oleh direksi dan komisaris BPR sesuai Anggaran Dasar BPR yang berlaku, sebagaimana contoh pada Lampiran‐35;
b. Surat pernyataan bahwa seluruh aset yang menjadi agunan FPJP tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak dibawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 82; yang ditandatangani oleh direksi dan komisaris BPR sesuai Anggaran Dasar BPR yang berlaku, sebagaimana contoh pada Lampiran‐36;
c. Surat pernyataan kesanggupan BPR untuk membayar segala kewajiban terkait FPJP pada saat jatuh tempo; yang ditandatangani oleh direksi, komisaris dan Pemegang Saham Pengendali BPR sesuai Anggaran Dasar BPR yang berlaku sebagaimana contoh pada Lampiran‐37;
d. Surat pernyataan mengenai kebenaran dan kelengkapan data dan dokumen yang disampaikan kepada Bank Indonesia; namun tidak terbatas pada kualitas kredit dan agunan yang menyertainya, yang ditandatangani oleh direksi BPR sesuai Anggaran Dasar BPR yang berlaku, sebagaimana contoh pada Lampiran‐38;
e. Surat Kuasa dari BPR kepada Bank Indonesia untuk melakukan pendebetan seluruh rekening BPR pada bank umum dalam rangka pembayaran segala kewajiban BPR terkait FPJP; yang ditandatangani oleh direksi BPR sesuai Anggaran Dasar BPR yang berlaku, sebagaimana contoh pada Lampiran‐39;
f. Dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan pendanaan jangka pendek; Yang dimaksud dengan “dokumen‐dokumen atas aset yang menjadi
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
60
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.c. SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.d. SE 10/45/2008 Romawi III no. 3.e. SE 10/45/2008 Romawi III no. 4‐7 dan Romawi X
agunan FPJP” antara lain perjanjian kredit antara BPR dengan nasabah, bukti pengikatan agunan dan bukti kepemilikan atas aset yang menjadi agunan kredit BPR. paling kurang berupa perhitungan Rasio Kebutuhan Kas, yang ditandatangani oleh direksi BPR sesuai Anggaran Dasar BPR yang berlaku sebagaimana contoh pada Lampiran‐40;
g. Daftar SBI dan/atau Aset Kredit yang menjadi agunan beserta dokumen pendukung; dan Yang dimaksud dengan “dokumen pendukung” antara lai n perjanjian kredit antara BPR dengan nasabah, pengikatan agunan atas kredit tersebut baik secara notariil maupun dibawah tangan, bukti kepemilikan agunan dari aset kredit, antara lain bukti kepemilikan kendaraan bermotor, sertifikat tanah, surat keputusan pengangkatan pegawai dan dokumen lain yang dapat membuktikan terpenuhinya persyaratan agunan. yang ditandatangani oleh direksi dan komisaris BPR sesuai Anggaran Dasar BPR yang berlaku, sebagaimana contoh pada Lampiran‐41;
h. Akta pengikatan agunan FPJP. Konsep akta yang akan ditandatangani oleh direksi BPR sesuai dengan Anggaran Dasar BPR bersangkutan dan pejabat Bank Indonesia di hadapan Notaris yang terdiri dari: 1) Konsep Akta Perjanjian Pemberian FPJP, sebagaimana contoh pada
Lampiran‐42; 2) Konsep Akta Gadai, dalam hal agunan berupa SBI,
sebagaimana contoh pada Lampiran‐43; 3) Konsep Akta Jaminan Fidusia, dalam hal agunan berupa Aset Kredit,
sebagaimana contoh pada Lampiran‐44; 4) Konsep Addendum Perjanjian Pemberian FPJP, dalam hal BPR
mengajukan perpanjangan dan/atau penambahan, sebagaimana contoh pada Lampiran‐45.
Surat permohonan, penambahan, perpanjangan FPJP yang dilengkapi dengan persyaratan dokumen sebagaimana ketentuan ayat (2) dan daftar kelengkapan dokumen permohonan, disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: 1. Bank Indonesia up. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU), Jl. M.H.
Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi BPR yang berkantor pusat di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Bekasi, Karawang dan Provinsi Banten; atau
2. Bank Indonesia up. Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat, bagi BPR yang berkantor pusat di luar wilayah sebagaimana ketentuan butir 1, dengan tembusan kepada Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU).
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
61
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 10/45/2008 Romawi II no. 6
BPR harus segera melengkapi dokumen pendukung sebagaimana ketentuan ayat (2) apabila belum lengkap dan/atau belum sesuai dengan daftar Aset Kredit. Pengikatan agunan secara gadai dan/atau secara fidusia sebagaimana ketentuan ayat (2) butir h dilakukan bersamaan dengan Perjanjian Pemberian FPJP. Biaya yang timbul sehubungan dengan proses permohonan, penambahan, dan/atau perpanjangan FPJP termasuk pengikatan agunan, penambahan dan/atau penggantian agunan menjadi beban BPR penerima FPJP.
Permohonan perpanjangan FPJP yang jatuh tempo dapat diajukan dengan memenuhi kriteria sebagai berikut: a. BPR telah membayar seluruh bunga terhutang atas FPJP yang jatuh tempo; b. BPR tidak dapat memenuhi Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10% (sepuluh
persen); dan c. BPR memiliki agunan yang masih mencukupi dan memenuhi persyaratan
sebagaimana ketentuan ini.
87 Pasal 9 10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi VI No 2‐5
(1) Persetujuan Bank Indonesia atas permohonan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 86 ayat (1) dilakukan apabila: a. BPR memenuhi kriteria permohonan FPJP sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 80 ayat (2); b. BPR memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen permohonan FPJP
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 86 ayat (2); dan c. BPR diperkirakan dapat memenuhi kewajiban pendanaan jangka
pendek berdasarkan penilaian Bank Indonesia. (2) Persetujuan pemberian FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam perjanjian pemberian FPJP antara Bank Indonesia dengan BPR penerima FPJP secara notariil. Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan, penambahan dan/atau perpanjangan FPJP, Bank Indonesia dan BPR menandatangani perjanjian pemberian FPJP atau addendumnya, Akta Gadai dan/atau Akta Jaminan Fidusia.
Bank Indonesia mencairkan FPJP dengan mengkredit rekening BPR penerima FPdi bank umum.
Bank Indonesia dapat menolak permohonan, penambahan dan/atau perpanjangan FPJP yang tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam Surat Edaran ini.
Bank Indonesia memberitahukan penolakan atas permohonan, penambahandan/atau perpanjangan FPJP kepada BPR melalui surat.
(3) Perjanjian pemberian FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diikuti
dengan perjanjian pengikatan agunan FPJP secara gadai dan/atau fidusia. Penandatanganan perjanjian pemberian FPJP dan perjanjian pengikatan agunan dilakukan pada waktu bersamaan.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
62
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan (4) Realisasi pemberian FPJP oleh Bank Indonesia dilakukan dengan mengkredit
rekening BPR yang bersangkutan pada bank umum, setelah perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani.
88 Pasal 10 10/35/PBI 2008
Bank Indonesia dapat menolak permohonan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 86, apabila permohonan dimaksud tidak sesuai dengan ketentuan, tata cara dan/atau persyaratan yang diatur dalam ketentuan ini.
89 Pasal 11 10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi II no. 5
(1) Jangka waktu setiap FPJP adalah 30 (tiga puluh) hari kalender. Apabila saat jatuh tempo FPJP bertepatan pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur nasional, maka saat jatuh tempo FPJP adalah pada hari kerja berikutnya.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang secara berturut‐turut dengan jangka waktu keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender. Jangka waktu perpanjangan FPJP sama dengan jangka waktu pemberian FPJP yaitu 30 (tiga puluh) hari kalender. Jangka waktu FPJP ditetapkan sebagai berikut: a. Jangka waktu setiap FPJP adalah 30 (tiga puluh) hari kalender. Dalam
hal FPJP memiliki tanggal jatuh tempo yang bertepatan dengan hari Sabtu, Minggu atau hari libur nasional maka penyelesaian FPJP jatuh tempo adalah pada hari kerja berikutnya.
b. Jangka waktu FPJP dapat diperpanjang secara berturut‐turut dengan jangka waktu sama dengan jangka waktu FPJP yaitu 30 (tiga puluh) hari kalender dengan jangka waktu keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender yang dihitung sejak pertama kali BPR menerima FPJP. Contoh: Perjanjian pemberian FPJP ditandatangani pada tanggal 1 Desember 2008 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sehingga jatuh tempo FPJP adalah tanggal 30 Desember 2008. Apabila BPR mengajukan perpanjangan FPJP dan atas perpanjangan FPJP tersebut disetujui maka perpanjangan FPJP akan diberikan dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender yaitu sejak tanggal 31 Desember 2008 sampai dengan jatuh tempo 29 Januari 2009. Selanjutnya apabila BPR mengajukan perpanjangan FPJP yang kedua dan atas perpanjangan FPJP tersebut disetujui maka perpanjangan FPJP tersebut akan disetujui dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender yaitu sejak tanggal 30 Januari 2009 sampai dengan jatuh tempo 28 Februari 2009. Mengingat 28 Februari 2009 jatuh pada hari Sabtu maka penyelesaian FPJP dilakukan paling lambat tanggal 2 Maret 2009 (hari kerja berikutnya).
90 Pasal 12 10/35/PBI 2008
Perpanjangan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 90 ayat (2) hanya dapat dilakukan apabila: a. BPR telah membayar seluruh bunga terhutang atas FPJP yang jatuh tempo; b. BPR tidak dapat memenuhi Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10% (sepuluh
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
63
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan persen); dan
c. Agunan masih mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 82, Paragraf 83 dan Paragraf 84. Dalam rangka pelaksanaan perpanjangan FPJP, agunan yang telah diagunkan BPR untuk menjamin FPJP yang diterima BPR sebelumnya akan dinilai kembali, sehingga BPR perlu menyesuaikan jumlah agunan yang diserahkan untuk menjamin perpanjangan FPJP.
91 Pasal 13
10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi II no. 7
(1) BPR dapat mengajukan tambahan plafon FPJP yang dibutuhkan untuk menutupi kewajiban yang tidak dapat diselesaikan BPR sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 80 ayat (1) sepanjang: a. Agunan masih mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 82, Paragraf 83 dan Paragraf 84; dan b. Penggunaan FPJP belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari kalender
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 89 ayat (2).
Tambahan plafon FPJP yang diajukan akan diakumulasikan terhadap jumlah FPJP yang belum dilunasi.
(2) Penambahan plafon FPJP dapat dilakukan sepanjang Rasio Kebutuhan Kas BPR
kurang dari 10% (sepuluh persen). BPR dapat mengajukan penambahan plafon FPJP yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban yang tidak dapat diselesaikan BPR, dengan memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Rasio Kebutuhan Kas pada saat pengajuan penambahan FPJP kurang dari
10% (sepuluh persen); b. BPR memiliki agunan yang masih mencukupi dan memenuhi persyaratan
sebagaimana ketentuan Surat Edaran ini; dan c. Jangka waktu penggunaan FPJP termasuk perpanjangannya belum
melampaui 90 (sembilan puluh) hari kalender.
(3) Jangka waktu setiap tambahan plafon FPJP adalah sampai dengan jatuh tempo FPJP. Sebagai contoh: FPJP diberikan pada tanggal 1 Desember 2008 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sehingga jatuh tempo FPJP adalah tanggal 30 Desember 2008. Tambahan FPJP diberikan kepada BPR pada tanggal 15 Desember 2008, maka jatuh tempo tambahan plafon FPJP adalah tetap pada tanggal 30 Desember 2008.
BAB III Perhitungan Dan Pembayaran Bunga
92 Pasal 14 10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi II no. 10
(1) Bank Indonesia mengenakan biaya bunga kepada BPR atas realisasi pemberian FPJP.
Bank Indonesia mengenakan biaya bunga atas realisasi pemberian FPJP kepada BPR dengan tingkat bunga ditetapkan sebesar bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap simpanan nasabah BPR yang berlaku pada
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
64
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan saat perjanjian atau addendum pemberian FPJP ditandatangani.
Biaya bunga FPJP dihitung secara harian dan dikenakan pada saat jatuh tempo FPJP. Dalam hal BPR mengajukan perpanjangan FPJP maka Bank Indonesia akan mengenakan seluruh biaya bunga FPJP sampai dengan jatuh tempo. BPR harus menyediakan dana untuk pembayaran seluruh biaya bunga FPJP terhutang paling lambat pada saat pengajuan perpanjangan FPJP. (2) Biaya bunga FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar
suku bunga penjaminan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang berlaku terhadap simpanan nasabah BPR pada saat perjanjian pemberian FPJP atau addendum perjanjian FPJP ditandatangani. Yang dimaksud dengan “suku bunga penjaminan LPS yang berlaku” adalah suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh LPS bagi simpanan nasabah BPR pada saat perjanjian pemberian FPJP atau addendumnya ditandatangani.
(3) Biaya bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan pada saat jatuh tempo FPJP yang dihitung secara harian berdasarkan baki debet FPJP.
BAB IV Pelunasan Dan Eksekusi Agunan
93 Pasal 15 10/35/PBI 2008 SE 10/45/2008 Romawi VII no. 1‐3
(1) Pada saat FPJP jatuh tempo, Bank Indonesia mendebet rekening BPR di bank umum sebesar baki debet ditambah bunga FPJP. Yang dimaksud dengan “jatuh tempo” adalah berakhirnya jangka waktu FPJP.
(2) Dalam hal FPJP jatuh tempo dan saldo rekening BPR di bank umum tidak mencukupi untuk membayar pokok dan bunga FPJP dan/atau BPR tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJP maka Bank Indonesia melakukan eksekusi agunan FPJP.
Dalam rangka pelunasan FPJP, BPR harus menyediakan dana dalam jumlah yang cukup pada rekening BPR di bank umum yang ditunjuk paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum jatuh tempo. Pada tanggal FPJP jatuh tempo, Bank Indonesia mendebet rekening BPR penerima FPJP di bank umum yang ditunjuk atau bank umum lainnya dengan mendahulukan pembayaran biaya bunga FPJP kemudian pelunasan nominal FPJP. Dalam hal setelah dilakukan pendebetan, saldo rekening BPR di bank umum tidak mencukupi untuk membayar seluruh biaya bunga dan/atau nominal FPJP dan BPR tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJP maka Bank Indonesia akan melakukan eksekusi agunan.
(3) Bank Indonesia tetap mengenakan biaya bunga sampai dengan eksekusi
agunan selesai dilaksanakan. (4) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih
kecil dibandingkan dengan jumlah pokok dan bunga FPJP yang harus dilunasi
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
65
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 10/45/2008 Romawi VIII no. 1‐9
oleh BPR maka BPR wajib membayar kekurangannya kepada Bank Indonesia. (5) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih
besar dibandingkan dengan jumlah pokok dan bunga FPJP yang harus dilunasi oleh BPR maka Bank Indonesia mengembalikan kelebihan tersebut kepada BPR. Bank Indonesia berwenang untuk mengeksekusi agunan FPJP dalam hal FPJP jatuh tempo dan saldo rekening BPR di bank umum yang ditunjuk atau bank umum lainnya tidak mencukupi untuk membayar biaya bunga dan nominal FPJP serta BPR tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJP.
Dalam hal agunan berupa SBI, Bank Indonesia melakukan proses eksekusi dengan cara pelunasan SBI sebelum jatuh tempo (early redemption) pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya kondisi.
Dalam hal agunan berupa Aset Kredit, eksekusi agunan dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara sebagai berikut: a. Menjual hak tagih secara langsung atau melalui lembaga lelang; atau b. Memberi kuasa kepada BPR untuk melaksanakan penjualan hak tagih.
Hasil eksekusi agunan diperhitungkan sebagai pelunasan FPJP.
Biaya yang timbul sehubungan dengan proses eksekusi agunan menjadi beban BPR penerima FPJP dan Bank Indonesia akan melakukan pendebetan rekening BPR di bank umum yang ditunjuk atau bank umum lainnya. Selama pelaksanaan eksekusi belum selesai dan/atau FPJP belum dilunasi, BPR tetap dikenakan biaya bunga FPJP yang besarnya dihitung berdasarkan baki debet FPJP yang belum dilunasi dengan tingkat bunga FPJP terakhir. Dalam hal nilai eksekusi agunan lebih besar dari baki debet FPJP ditambah dengan akumulasi biaya bunga FPJP dan biaya eksekusi agunan, Bank Indonesia mengkredit rekening BPR di bank umum sebesar kelebihan nilai dimaksud. Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih kecil dari baki debet FPJP ditambah dengan akumulasi biaya bunga dan biaya eksekusi agunan FPJP, Bank Indonesia mendebet rekening BPR di bank umum yang ditunjuk atau bank umum lainnya sebesar kekurangan nilai dimaksud. Dalam hal saldo rekening BPR di bank umum yang ditunjuk atau bank umum lainnya tidak mencukupi untuk pendebetan, BPR wajib menyetor tambahan dana ke rekening tersebut untuk menutup kekurangan nilai dimaksud.
BAB V Pengawasan94 Pasal 16
10/35/PBI 2008
(1) BPR wajib menyampaikan rencana tindak perbaikan (remedial action plan) untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah perjanjian pemberian FPJP atau addendumnya ditandatangani.
(2) BPR wajib menyampaikan laporan secara mingguan kepada Bank Indonesia,
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
66
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 10/45/2008 Romawi IX
berupa: a. Perhitungan Rasio Kebutuhan Kas harian; b. Kolektibilitas harian Aset Kredit yang dijaminkan; dan c. Penggunaan FPJP harian. Laporan wajib disampaikan pada hari kerja pertama minggu berikutnya.
1. Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap BPR atas kebenaran dokumen dan data/informasi yang disampaikan BPR serta penggunaan FPJP, termasuk pemeriksaan atas agunan FPJP yang disampaikan oleh BPR.
2. Bank Indonesia dapat meminta BPR untuk melakukan tindakan tertentu guna penyelesaian kesulitan pendanaan jangka pendek BPR atau tidak melakukan tindakan tertentu yang dapat menambah kesulitan pendanaan jangka pendek BPR.
3. BPR wajib menyampaikan laporan secara mingguan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana dalam Paragraf 86, berupa hardcopy dan softcopy yang terdiri dari: a. Perhitungan Rasio Kebutuhan Kas harian, sebagaimana contoh pada
Lampiran‐46; b. Kolektibilitas harian Aset Kredit yang dijaminkan, sebagaimana contoh
pada Lampiran‐47; dan c. Penggunaan FPJP harian.
95 Pasal 17 10/35/PBI 2008
Dalam rangka pengawasan atas penggunaan FPJP, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap BPR yang bersangkutan. Pemeriksaan terhadap BPR yang menerima FPJP dapat dilakukan selama jangka waktu FPJP atau setelah jatuh tempo FPJP.
BAB VI Biaya Pemberian FPJP96 Pasal 18
10/35/PBI 2008 Biaya‐biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian FPJP menjadi beban BPR. Yang dimaksud dengan “biaya” antara lain biaya nota ris untuk pengikatan perjanjian FPJP, pengikatan agunan dengan gadai dan/atau fidusia, biaya eksekusi agunan serta biaya lainnya yang mungkin timbul dalam rangka pemberian FPJP.
BAB VII Sanksi 97 Pasal 19
10/35/PBI 2008 Dalam hal BPR tidak melunasi FPJP, melakukan pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud Paragraf 95 diketahui adanya penyimpangan penggunaan FPJP, maka BPR dikenakan sanksi berupa: a. Tidak dapat menerima FPJP dalam jangka waktu tertentu; dan b. Sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2) Undang‐
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998 antara lain berupa teguran tertulis, penurunan tingkat kesehatan, pembekuan kegiatan usaha tertentu dan/atau pemberhentian Pengurus BPR.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
67
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 98 Pasal 20
10/35/PBI 2008 (1) Apabila Pengurus dan/atau pegawai BPR dengan sengaja memberikan
keterangan atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini secara tidak benar, dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998.
(2) Apabila Pengurus, Pemegang Saham Pengendali dan/atau pegawai BPR tidak melaksanakan langkah‐langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan BPR terhadap ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah BAB I Ketentuan Umum
99 Pasal 1 11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi I no 6‐10
1. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Undang‐Undang Nomor 6 Tahun 2009;
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang selanjutnya disebut BPRS adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
3. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang selanjutnya disebut FPJPS adalah fasilitas pendanaan berdasarkan prinsip syariah dari Bank Indonesia kepada BPRS untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek yang dialami oleh BPRS;
4. Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek adalah keadaan yang dialami BPRS yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar (mismatch);
5. Rasio Kebutuhan Kas adalah perhitungan kebutuhan kas BPRS yang didasarkan pada perbandingan antara alat likuid berupa kas, dan antarbank aktiva yang tidak diblokir yaitu giro, tabungan dan deposito jatuh tempo dengan kewajiban likuid berupa kewajiban segera, simpanan dana nasabah tidak terkait yaitu tabungan dan deposito jatuh tempo serta antarbank pasiva tidak terkait yaitu tabungan dan deposito jatuh tempo;
6. Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
7. Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dengan pengelola dana untuk memelihara likuiditas BPRS.
8. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek;
9. Surat Utang Negara, yang selanjutnya disebut SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya;
10. Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disebut SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan Prinsip Syariah, dalam mata uang Rupiah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN;
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
68
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 11. Obligasi Syariah Korporasi atau dapat disebut Sukuk Korporasi adalah surat
berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha swasta dan ditatausahakan di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI);
12. Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
BAB II Persyaratan Dan Tata Cara Permohonan FPJPS
100 Pasal 2 11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi II no. 3 SE 12/39/2010 Romawi III no. 1
(1) BPRS yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek dapat mengajukan permohonan FPJPS dengan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
(2) BPRS dapat mengajukan permohonan FPJPS sepanjang memenuhi kriteria sebagai berikut: a memiliki penilaian tingkat kesehatan paling kurang peringkat komposit
3 (PK‐3) selama 2 (dua) periode terakhir; Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian tingkat kesehatan BPRS.
b memiliki penilaian faktor manajemen paling kurang peringkat C selama 2 (dua) periode terakhir; dan Penilaian faktor manajemen didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian tingkat kesehatan BPRS.
c memiliki arus kas harian negatif selama 14 (empat belas) hari kalender terakhir. BPRS memiliki arus kas harian negatif selama 14 (empat belas) hari kalender terakhir, apabila jumlah seluruh penerimaan kas lebih kecil dibandingkan dengan jumlah seluruh pengeluaran kas pada hari yang sama, selama 14 (empat belas) hari kalender terakhir sebelum tanggal permohonan FPJPS. Perhitungan kas harian negatif tidak termasuk untuk hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional.
(3) Plafon FPJPS diberikan paling banyak sebesar kebutuhan pendanaan jangka
pendek BPRS untuk mencapai Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10% (sepuluh persen). Kebutuhan pendanaan jangka pendek BPRS dihitung berdasarkan posisi Rasio Kebutuhan Kas pada tanggal pengajuan permohonan FPJPS.
Contoh: Pada tanggal 20 Januari 2010, BPRS mengajukan permohonan FPJPS sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta Rupiah). Rasio Kebutuhan Kas BPRS pada tanggal 20 Januari 2010 adalah sebesar 3% (tiga persen), dengan perhitungan sebagai berikut:
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
69
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pos‐pos Tertentu Nominal (dalam ribuan Rp) A. ASET LANCAR
1. Kas 10,0002. Antarbank Aktiva (yang tidak diblokir)
a. Giro 400 b. Tabungan 15,300 c. Deposito jatuh tempo 1,000 JUMLAH ASET LANCAR 26,700B. KEWAJIBAN LANCAR
1. Kewajiban Segera 15,0002. Simpanan dana nasabah (tidak terkait)
a. Deposito jatuh tempo 75,000 b. Tabungan 550,000
3. Antarbank Pasiva (tidak terkait) a. Deposito jatuh tempo 75,000 b. Tabungan 175,000 JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 890,000 Rasio Kebutuhan Kas ( A : B) x 100% 3.00%
Jumlah plafon FPJPS yang dapat diberikan kepada BPRS adalah sebesar (10%‐3%) x Rp890.000.000,00 = Rp62.300.000,00 (enam puluh dua juta tiga ratus ribu rupiah). Dengan adanya FPJPS tersebut, maka jumlah aset lancar BPRS menjadi sebesar Rp89.000.000,00 (delapan puluh sembilan juta rupiah) dan Rasio Kebutuhan Kas mencapai 10% (sepuluh persen).
101 Pasal 3
11/29/PBI 2009 FPJPS yang diterima oleh BPRS menggunakan akad Mudharabah.
102 Pasal 4 11/29/PBI 2009
FPJPS wajib dijamin oleh BPRS dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya memadai sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
103 Pasal 5 11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi II no. 4
(1) Agunan yang berkualitas tinggi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 102 adalah berupa : a. aset Pembiayaan; b. surat berharga yang dimiliki pemegang saham.
Jenis agunan dalam permohonan FPJPS berupa aset Pembiayaan milik BPRS atau surat berharga yang dimiliki oleh pemegang saham BPRS. Aset Pembiayaan milik BPRS atau surat berharga yang dimiliki oleh pemegang saham BPRS, yang akan dipergunakan sebagai agunan FPJPS harus bebas dari segala bentuk perikatan, sengketa, dan tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain. Surat berharga milik pemegang saham BPRS hanya dapat digunakan sebagai agunan FPJPS apabila aset Pembiayaan yang dimiliki BPRS tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJPS.
(2) Aset Pembiayaan yang dapat dijadikan agunan FPJPS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a. memiliki akad Pembiayaan yang masih berlaku selama jangka waktu
FPJPS;
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
70
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2010 Romawi III no. 3.a.5) dan 6)
Penentuan besarnya saldo pokok aset Pembiayaan dalam perhitungan agunan FPJPS disesuaikan dengan jenis akad Pembiayaan antara BPRS dengan nasabah, sebagai berikut: a) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah adalah sebesar
saldo piutang dikurangi dengan saldo margin yang ditangguhkan, yang dilaporkan BPRS dalam laporan Bulanan BPRS Form‐04 (Daftar Rincian Piutang Murabahah);
b) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Salam adalah sebesar saldo piutang yang dilaporkan BPRS dalam laporan Bulanan BPRS Form‐05 (Daftar Rincian Piutang Salam);
c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Istishna’ adalah sebesar saldo piutang dikurangi dengan saldo margin yang ditangguhkan yang dilaporkan BPRS dalam laporan Bulanan BPRS Form‐06 (Daftar Rincian Piutang Istishna’);
d) Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah atau Musyarakah adalah sebesar saldo pembiayaan yang dilaporkan BPRS dalam laporan Bulanan BPRS Form‐07 (Daftar Rincian Pembiayaan);
e) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah sebesar harga perolehan aktiva Ijarah dikurangi akumulasi penyusutan/amortisasi, yang dilaporkan BPRS dalam laporan Bulanan BPRS Form‐08 (Daftar Rincian Ijarah);
f) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh adalah sebesar saldo piutang yang dilaporkan BPRS dalam laporan Bulanan BPRS Form‐09 (Daftar Rincian Pembiayaan);
g) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa adalah sebesar saldo piutang dikurangi dengan pendapatan multijasa yang ditangguhkan, yang dilaporkan BPRS dalam laporan Bulanan BPRS Form‐20 (Daftar Rincian Piutang Transaksi Multijasa).
Format laporan Bulanan BPRS sebagaimana dimaksud dalam huruf a) sampai dengan huruf g) merujuk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai laporan bulanan BPRS.
Contoh perhitungan nilai aset Pembiayaan sebagai agunan FPJPS: BPRS mengajukan permohonan pemberian FPJPS sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Jumlah saldo pokok Pembiayaan yang diserahkan sebagai agunan FPJPS adalah piutang Murabahah dengan saldo pokok sebesar Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah), pembiayaan Musyarakah dengan saldo pokok sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan Ijarah dengan saldo pokok sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah), (komposisi jenis akad Pembiayaan dapat berubah‐ubah).
BPRS wajib menambah dan/atau mengganti agunan FPJPS, dalam hal terjadi penurunan kolektibilitas aset Pembiayaan dan/atau penurunan nilai agunan FPJPS).
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
71
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2010 Romawi III no. 3.a. 3) SE 12/39/2010 Romawi III no. 3.a. 4)
b. memiliki kolektibilitas lancar selama paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir; Yang dimaksud dengan “kolektibilitas lancar” adalah kualitas lancar sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aktiva BPRS. Kolektibilitas Pembiayaan pada ayat (2) huruf b didasarkan pada laporan bulanan yang disampaikan BPRS kepada Bank Indonesia. Kualitas Pembiayaan yang dilaporkan dalam laporan bulanan BPRS harus telah menyesuaikan dengan hasil pemeriksaan Bank Indonesia.
c. memiliki agunan; Adanya agunan dimaksudkan untuk memberi tambahan keyakinan mengenai kualitas aset Pembiayaan yang dijadikan agunan FPJPS. Agunan atas Pembiayaan sebagaimana, berupa: a) aktiva tetap antara lain berupa tanah dan/atau bangunan; atau b) aktiva tidak tetap antara lain berupa kendaraan bermotor, surat
keputusan pengangkatan/pensiun pegawai.
d. bukan merupakan Pembiayaan kepada pihak terkait BPRS; dan Yang dimaksud dengan “pihak terkait” adalah pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) yang berlaku bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
e. memiliki saldo pokok tidak melebihi plafon Pembiayaan dan batas maksimum penyaluran dana. Batas maksimum penyaluran dana mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) yang berlaku bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
(3) Surat berharga yang dimiliki pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa : a. surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dan/atau Bank Indonesia yang meliputi Surat Utang Negara (SUN), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
b. surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lainnya yang pada saat permohonan FPJPS memiliki peringkat paling kurang peringkat investasi (investment grade), aktif diperdagangkan, dan sisa jangka waktu surat berharga paling kurang 90 (sembilan puluh) hari. Yang dimaksud dengan “surat berharga syariah yang d iterbitkan oleh badan hukum lainnya” adalah obligasi syariah korporasi (sukuk korporasi).
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
72
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2010 Romawi II no. 5
Peringkat tersebut berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia.
(4) Surat berharga yang dimiliki pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat digunakan sebagai agunan FPJPS dalam hal aset Pembiayaan yang dimiliki oleh BPRS tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJPS. Apabila BPRS memiliki aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) namun nilainya tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJPS maka BPRS dapat menggunakan surat berharga milik pemegang saham untuk menambah kekurangan nilai agunan.
BPRS wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJPS apabila objek yang dijadikan sebagai agunan FPJPS ternyata diketahui tidak memenuhi persyaratan sebagai agunan FPJPS.
104 Pasal 6 11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi III no. 3.b
(1) Nilai agunan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 103 ditetapkan sebagai berikut : a. Dalam hal agunan berupa asset Pembiayaan, nilai agunan tersebut
ditetapkan paling kurang sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari plafon FPJPS, yang dihitung berdasarkan saldo pokok aset Pembiayaan yang diagunkan.
b. Dalam hal agunan berupa SBI, nilai agunan ditetapkan paling kurang sebesar 100% (seratus persen) dari plafon FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai jual SBI yang diagunkan;
c. Dalam hal agunan berupa SUN atau SBSN, nilai agunan ditetapkan paling kurang sebesar 105% (seratus lima persen) dari plafon FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat berharga tersebut.
d. dalam hal agunan berupa surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 100 ayat (3) huruf b, nilai agunan ditetapkan sesuai dengan jenis surat berharga paling kurang sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari plafon FPJPS, yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat berharga.
(2) Ketentuan mengenai nilai jual dan nilai pasar sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d akan diatur lebih lanjut sebagai berikut:
Surat berharga milik pemegang saham BPRS yang dapat dijadikan sebagai agunan FPJPS adalah SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi).
1) Agunan berupa SBI a) Nilai agunan didasarkan pada nilai jual SBI pada saat permohonan
FPJPS. b) Nilai agunan pada butir a) ditetapkan paling kurang sebesar 100%
(seratus persen) dari plafon FPJPS. c) Nilai jual SBI dihitung berdasarkan nominal dan harga setiap seri
SBI sebagaimana tercantum dalam BI‐SSSS. d) Harga setiap seri SBI ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan rata‐rata tertimbang tingkat diskonto saat
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
73
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SBI.
e) Sisa jangka waktu SBI pada saat FPJPS jatuh tempo adalah paling singkat 2 (dua) hari kerja
Contoh perhitungan nilai agunan SBI: SBI 3 bulan dengan seri IDBIxxxxxxxxx dengan karakteristik: nilai nominal Rp50.000.000,00, rata‐rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan 7,83333%, sisa jangka waktu 58 hari, dengan harga 98,75369 (sebagaimana tercantum dalam BI‐SSSS). Perhitungan Nilai Jual SBI dihitung berdasarkan harga setiap seri SBI: Nilai Jual SBI = Rp50.000.000,0 x 98,75369% = Rp49.376.845,00. Dengan demikian, plafon FPJPS adalah paling banyak sebesar Rp49.376.845,00. 2) Agunan berupa SBSN atau SUN
a) Nilai agunan didasarkan pada nilai pasar SBSN atau SUN pada saat permohonan.
b) Nilai agunan pada butir a) ditetapkan paling kurang sebesar 105% (seratus lima persen) dari plafon FPJPS saat permohonan FPJPS.
c) Nilai pasar dihitung berdasarkan nominal dan harga setiap seri SBSN atau SUN sebagaimana tercantum dalam BI‐SSSS.
d) Harga setiap seri SBSN atau SUN ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan harga pasar masing‐masing jenis dan seri SBSN atau SUN yang diagunkan.
e) Sisa jangka waktu SBSN atau SUN pada saat FPJPS jatuh tempo adalah paling singkat 10 (sepuluh) hari kerja.
Contoh perhitungan nilai agunan SBSN: SBSN seri IFRxxxx dengan karakteristik : 100 unit (nilai nominal 100 juta), sisa jangka waktu 1500 hari, dengan harga 92,01250% (sebagaimana tercantum dalam BI‐SSSS). Nilai Pasar SBSN yang dimiliki dihitung sebagai berikut: = Rp100.000.000,00 x 92,01250% = Rp92.012.500,00 Nilai agunan (cash value) ditetapkan sebesar 105% dari Nilai Pasar SBSN, yaitu : Rp92.012.500,00 x 100/105 = Rp87.630.952,38. Dengan demikian, plafon FPJPS adalah paling banyak sebesar Rp87.630.952,38. Contoh perhitungan nilai agunan SUN: (1) Obligasi Negara (ON) seri FRxxxx dengan karakteristik: 50 unit (nilai
nominal Rp50 juta), sisa jangka waktu 3.686 hari, dengan harga 108,05988% (sebagaimana tercantum dalam BI‐SSSS).
(2) ON seri ZCxxxx (zero coupon bond) dengan karakteristik: 50 unit (nilai nominal Rp50 juta), sisa jangka waktu 527 hari, dengan harga 89,19250% (sebagaimana tercantum dalam BI‐SSSS).
(3) SPN seri SPNxxxxxxxxxx dengan karakteristik: 50 unit (nilai nominal Rp50 juta), sisa jangka waktu 351 hari, dengan harga 93,99088% (sebagaimana tercantum dalam BI‐SSSS).
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
74
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Nilai Pasar SUN dihitung sebagai berikut: (1) Nilai Pasar ON = Rp50.000.000,00 x 108,05988% = Rp54.029.940,00 (2) Nilai Pasar Onzc = Rp50.000.000,00 x 89,19250% =Rp44.596.250,00 (3) Nilai Pasar SPN = Rp50.000.000,00 x 93,99088% = Rp46.995.440,00 Jumlah Nilai Pasar SUN (a+b+c) = Rp145.621.630,00
Nilai agunan (cash value) ditetapkan sebesar 105% dari Nilai Pasar SUN, yaitu: = {( Rp54.029.940,00 + Rp44.596.250,00 + Rp46.995.440,00 ) x 100/105}= Rp138.687.266,67.
Dengan demikian, plafon FPJPS adalah paling banyak sebesar Rp138.687.266,67.
3) Agunan berupa Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) a) Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) yang dapat
dijadikan sebagai agunan FPJPS harus memenuhi kriteria sebagai berikut: i. memiliki sisa jangka waktu paling kurang 90 (sembilan
puluh) hari pada saat permohonan FPJPS; ii. aktif diperdagangkan, yaitu pernah diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia dalam 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir; dan
iii. memiliki peringkat paling kurang 3 (tiga) peringkat (notch) teratas pada 1 (satu) tahun terakhir berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
b) Nilai agunan didasarkan pada nilai pasar Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) pada saat permohonan FPJPS.
c) Nilai agunan ditetapkan paling kurang sebesar: i. 135% (seratus tiga puluh lima persen) dari plafon FPJPS
pada saat permohonan FPJPS untuk Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) dengan peringkat teratas;
ii. 140% (seratus empat puluh persen) dari plafon FPJPS pada saat permohonan FPJPS untuk Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) dengan peringkat kedua teratas; dan
iii. 145% (seratus empat puluh lima persen) dari plafon FPJPS pada saat permohonan FPJPS untuk Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) dengan peringkat ketiga teratas.
d) Nilai pasar Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) dihitung berdasarkan harga transaksi terkini di Bursa Efek Indonesia dalam 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir. Contoh perhitungan nilai agunan Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi): (1) Obligasi Syariah Korporasi PT. ABC tahun 2006 seri xx
dengan karakteristik : nilai nominal Rp100 juta, sisa jangka waktu 3.686 hari, dengan harga 100,930%, rating peringkat teratas (misal idAAA).
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
75
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan (2) Obligasi Syariah Korporasi PT. XYZ tahun 2005 seri xx
dengan karakteristik : nilai nominal Rp100 juta, sisa jangka waktu 527 hari, dengan harga 93,303%, rating peringkat kedua teratas (misal idAA+).
(3) Obligasi Syariah Korporasi PT. JKL tahun 2005 seri xx dengan karakteristik : nilai nominal Rp100 juta, sisa jangka waktu 351 hari, dengan harga 90,500%, rating peringkat ketiga teratas (misal idAA).
Nilai Pasar Obligasi Syariah Korporasi dihitung sebagai berikut: (1) Nilai Pasar Obligasi Syariah Korporasi PT. ABC tahun 2006
seri xx = Rp100.000.000,00 x 100,930% = Rp100.930.000,00
(2) Nilai Pasar Obligasi Syariah Korporasi PT. XYZ tahun 2005 seri xx = Rp100.000.000,00 x 93,303% = Rp93.303.000,00
(3) Nilai Pasar Obligasi Syariah Korporasi PT. JKL tahun 2005 seri xx =Rp100.000.000,00 x 90,500% = Rp90.500.000,00
Nilai agunan (cash value) ditetapkan sebesar : = {(Rp100.930.000,00 x 100/135) + (Rp93.303.000,00 x 100/140) + (Rp90.500.000,00 x 100/145)} = Rp203.821.756,07 Total nilai agunan sebesar Rp203.821.756,07 Dengan demikian, plafon FPJPS adalah paling banyak sebesar Rp203.821.756,07
105 Pasal 7
11/29/PBI 2009 (1) Agunan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 103 ayat (1) harus
bebas dari segala bentuk perikatan, sengketa, dan tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain.
(2) BPRS wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJPS apabila tidak memenuhi kondisi‐kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal terjadi penurunan kolektibilitas aset Pembiayaan yang diagunkan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 103 ayat (2), BPRS wajib menambah dan/atau mengganti agunan FPJPS. Penggantian atau penambahan agunan FPJPS dimaksudkan agar nilai agunan FPJPS sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 101.
(4) Untuk keperluan perpanjangan FPJPS, BPRS dapat menjaminkan kembali aset Pembiayaan yang sedang menjadi agunan FPJPS.
106 Pasal 8
11/29/PBI 2009 (1) Pengikatan agunan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 103 ayat (1)
dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan‐undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan “peraturan perundang‐undangan yang berlaku” antara lain peraturan perundang‐undangan yang mengatur mengenai gadai atau fidusia.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
76
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan (2) Dokumen‐dokumen agunan FPJPS ditatausahakan oleh Bank Indonesia.
Yang dimaksud dengan “dokumen‐dokumen agunan FPJPS” antara lain akad Pembiayaan antara BPRS dengan nasabah, bukti pengikatan agunan dan bukti kepemilikan atas aset yang menjadi agunan Pembiayaan BPRS.
107 Pasal 9 11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi IV
(1) BPRS yang memerlukan FPJPS mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia.
(2) Permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen‐dokumen sebagai berikut: a. perhitungan jumlah kebutuhan pendanaan jangka pendek yang
didukung dengan data‐data keuangan terkait; Yang dimaksud dengan “perhitungan jumlah kebutuhan pendanaan jangka pendek” adalah perhitungan Rasio Kebutuhan Kas.
b. surat pernyataan BPRS mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka
Pendek; c. surat pernyataan BPRS bahwa seluruh agunan FPJPS tidak sedang
dijaminkan kepada pihak lain, tidak dibawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 103;
d. surat pernyataan kesanggupan BPRS untuk membayar segala kewajiban terkait FPJPS pada saat jatuh tempo;
e. surat pernyataan BPRS mengenai kebenaran dan kelengkapan data dan dokumen yang disampaikan kepada Bank Indonesia;
f. surat kuasa dari BPRS kepada Bank Indonesia untuk melakukan pendebetan seluruh rekening BPRS pada bank umum dalam rangka pembayaran segala kewajiban BPRS terkait FPJPS;
g. daftar aset Pembiayaan dan surat berharga yang dimiliki pemegang saham yang menjadi agunan FPJPS beserta dokumen pendukung; dan Yang dimaksud dengan dokumen pendukung antara lain akad Pembiayaan antara BPRS dengan nasabah, pengikatan agunan atas Pembiayaan tersebut baik secara notariil maupun dibawah tangan, bukti kepemilikan agunan dari aset Pembiayaan antara lain bukti kepemilikan kendaraan bermotor, sertifikat tanah, surat keputusan pengangkatan pegawai dan dokumen lain yang dapat membuktikan terpenuhinya persyaratan agunan.
h. akta pengikatan agunan FPJPS. (3) Tata cara permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dalam Ketentuan ini.
1. BPRS mengajukan permohonan FPJPS kepada Bank Indonesia pada setiap hari kerja dengan surat sebagaimana contoh pada Lampiran‐48, disertai dengan dokumen: a. surat pernyataan bahwa BPRS mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka
Pendek disertai dengan: 1) penjelasan penyebab dan upaya yang telah dilakukan, sebagaimana
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
77
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan contoh pada Lampiran‐49 (surat pernyataan dan laporan arus kas ditandatangani oleh komisaris dan direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku); dan
2) fotokopi laporan kas harian yang ditandatangani pejabat berwenang dan neraca harian selama 14 (empat belas) hari;
b. surat pernyataan bahwa seluruh aset yang menjadi agunan FPJPS tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak di bawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan agunan FPJPS, sebagaimana contoh pada Lampiran‐50 (surat pernyataan ditandatangani oleh komisaris dan direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku);
c. surat pernyataan mengenai kesanggupan membayar segala kewajiban terkait FPJPS pada saat jatuh tempo, sebagaimana contoh pada Lampiran‐51 (surat pernyataan ditandatangani oleh Pemegang Saham Pengendali (PSP), komisaris dan direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku);
d. surat pernyataan mengenai kebenaran dan kelengkapan data dan dokumen yang disampaikan namun tidak terbatas pada kualitas pembiayaan dan agunan yang menyertainya, sebagaimana contoh pada Lampiran‐52 (surat pernyataan ditandatangani oleh direksi BPRS sesuai anggaran dasar BPRS yang berlaku);
e. surat kuasa dari BPRS kepada Bank Indonesia untuk melakukan pendebetan seluruh rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya dalam rangka pembayaran segala kewajiban BPRS terkait FPJPS, sebagaimana contoh pada Lampiran‐53 (surat kuasa ditandatangani oleh direksi BPRS sesuai anggaran dasar BPRS yang berlaku); Apabila terjadi perubahan rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya, maka surat kuasa yang telah disampaikan wajib diperbaharui.
f. perhitungan Rasio Kebutuhan Kas pada tanggal permohonan pemberian FPJPS dan proyeksi Rasio Kebutuhan Kas setelah tanggal permohonan sampai dengan berakhirnya jangka waktu permohonan FPJPS, sebagaimana contoh pada Lampiran‐54 (perhitungan Rasio Kebutuhan Kas ditandatangani oleh direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku);
g. daftar agunan FPJPS sesuai dengan jenisnya, yaitu: 1) aset Pembiayaan sebagaimana contoh pada Lampiran‐55 (juga
digunakan sebagai lampiran dari Akta Jaminan Fidusia); dan/atau 2) surat berharga milik pemegang saham BPRS sebagaimana contoh
pada Lampiran‐55 (juga digunakan sebagai lampiran dari Akta Gadai).(dokumen daftar agunan FPJPS ditandatangani oleh komisaris dan direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku);
h. dokumen agunan sesuai dengan jenis agunan FPJPS yang diserahkan BPRS, yaitu: 1) untuk agunan dalam bentuk aset Pembiayaan:
a) asli akad Pembiayaan antara BPRS dan nasabah; b) asli pengikatan agunan atas akad Pembiayaan antara BPRS dan
nasabah secara notariil atau di bawah tangan; dan c) bukti kepemilikan agunan yang menjadi jaminan atas
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
78
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pembiayaan BPRS.
2) untuk agunan dalam bentuk surat berharga yang dimiliki pemegang saham BPRS: a) bukti bahwa SBI, SUN, dan/atau SBSN telah diagunkan (pledge)
oleh Sub Registry di BI‐SSSS berupa bukti print‐out yang disertai dengan informasi Account Identifier Database (AID) dari pemegang saham BPRS dan nama Sub Registry‐nya; dan/atau
b) bukti konfirmasi pemblokiran agunan dari KSEI dan hasil pemeringkatan dari lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia, dalam hal surat berharga berbentuk Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi).
i. konsep akta perjanjian dan pengikatan agunan FPJPS yang akan ditandatangani oleh direksi BPRS sesuai dengan anggaran dasar BPRS bersangkutan dan pejabat Bank Indonesia di hadapan Notaris, yaitu: 1) Akta Perjanjian Pemberian FPJPS, sebagaimana contoh pada
Lampiran‐56; 2) Akta Jaminan Fidusia, dalam hal agunan berupa aset Pembiayaan,
sebagaimana contoh pada Lampiran‐58; 3) Akta Gadai, dalam hal agunan berupa surat berharga yang dimiliki
pemegang saham BPRS berupa SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) sebagaimana contoh pada Lampiran‐57.
j. nama dan nomor rekening BPRS di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah yang akan digunakan sebagai alat pengkreditan BPRS terkait dengan penerimaan FPJPS sebagaimana contoh pada Lampiran‐62; dan
k. surat kuasa dari pemegang saham BPRS kepada BPRS mengenai penyerahan surat berharga sebagai agunan FPJPS dalam hal FPJPS menggunakan agunan surat berharga milik pemegang saham BPRS sebagaimana contoh pada Lampiran‐63.
2. Mekanisme pengagunan SBI, SUN dan/atau SBSN, dilakukan sesuai dengan mekanisme setelmen transaksi agunan (pledge) pada ketentuan BI‐SSSS dengan counterparty Bank Indonesia (INDOIDJA930).
108 Pasal 10 11/29/PBI 2009
(1) Persetujuan Bank Indonesia atas permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 107 ayat (1) dilakukan apabila: a. BPRS memenuhi persyaratan permohonan FPJPS; b. BPRS memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen permohonan
FPJPS; dan c. berdasarkan analisis Bank Indonesia diperkirakan bahwa BPRS tidak
dapat memenuhi kewajiban pendanaan jangka pendek. (2) Persetujuan pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam perjanjian pemberian FPJPS secara notariil antara Bank Indonesia dengan BPRS penerima FPJPS.
(3) Perjanjian pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diikuti dengan perjanjian pengikatan agunan FPJPS secara gadai dan/atau fidusia. Penandatanganan perjanjian pemberian FPJPS dan perjanjian pengikatan agunan dilakukan pada waktu bersamaan.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
79
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2010 Romawi V
(4) Realisasi pemberian FPJPS oleh Bank Indonesia dilakukan dengan mengkredit rekening BPRS yang bersangkutan pada bank umum, setelah perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian pemberian FPJPS diatur dalam Ketentuan ini.
Perjanjian Pemberian Dan Pengikatan Agunan FPJPS 1. Bank Indonesia melakukan penelitian terhadap pemenuhan seluruh
persyaratan FPJPS yang diajukan BPRS dan analisis kondisi likuiditas BPRS.
2. Dalam hal pengajuan FPJPS disetujui Bank Indonesia, maka: a. Bank Indonesia dan BPRS menandatangani perjanjian pemberian
FPJPS, Akta Gadai dan/atau Akta Jaminan Fidusia. b. Bank Indonesia mencairkan FPJPS dengan mengkreditkan rekening
BPRS di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah yang telah ditunjuk BPRS.
c. Bank Indonesia membebankan seluruh biaya dalam rangka pembuatan perjanjian pemberian dan pengikatan agunan FPJPS dengan mendebet rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya.
3. Obyek jaminan fidusia yang diagunkan BPRS kepada Bank Indonesia mencakup: a. hak tagih BPRS yang timbul dari akad Pembiayaan antara BPRS
dengan nasabah; dan b. segala pendapatan yang diperoleh dari hak tagih BPRS antara lain
namun tidak terbatas pada pendapatan margin, sewa (ujrah), atau bagi hasil dan klaim asuransi Pembiayaan.
4. Pengikatan agunan dalam bentuk fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia.
5. Pengikatan agunan secara gadai dan/atau secara fidusia dilakukan bersamaan dengan penandatangan perjanjian pemberian FPJPS.
6. Penetapan jangka waktu pengikatan agunan FPJPS berupa surat berharga yang dimiliki pemegang saham BPRS adalah SBI, SUN, SBSN, dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) sebagai berikut: a. jatuh tempo pengikatan agunan FPJPS untuk SBI, SUN, SBSN
dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) adalah 10 (sepuluh) hari kerja setelah FPJPS jatuh tempo.
b. dalam hal terjadi pelunasan FPJPS pada saat jatuh tempo maka pengikatan agunan FPJPS berupa SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi), dapat dilepas (release) pada 1 (satu) hari kerja setelah FPJPS dilunasi.
7. Biaya yang timbul sehubungan dengan proses perjanjian pemberian dan pengikatan agunan FPJPS menjadi beban BPRS penerima FPJPS.
8. Dalam hal pengajuan FPJPS tidak disetujui Bank Indonesia, maka Bank Indonesia akan memberitahukan secara tertulis penolakan pemberian FPJPS kepada BPRS.
109 Pasal 11 11/29/PBI 2009
Bank Indonesia dapat menolak permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 107, apabila permohonan dimaksud tidak sesuai dengan ketentuan, tata cara dan/atau persyaratan yang diatur dalam ketentuan ini.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
80
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 110 Pasal 12
11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi III no. 2
(1) Jangka waktu setiap FPJPS paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender. Apabila saat jatuh tempo FPJPS bertepatan pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur nasional, maka pendebetan saldo rekening BPRS di bank umum syariah, unit usaha syariah dan/atau bank umum konvensional dilakukan pada hari kerja berikutnya. Jangka waktu FPJPS a. Jangka waktu setiap FPJPS adalah paling lama 30 (tiga puluh) hari
kalender. Dalam hal tanggal jatuh tempo FPJPS jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur nasional, maka penyelesaian FPJPS dilakukan pada hari kerja berikutnya.
b. Jangka waktu FPJPS dapat diperpanjang secara berturut‐turut dengan jangka waktu masing‐masing paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender, sehingga jangka waktu keseluruhan FPJPS paling lama adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender yang dihitung sejak pertama kali BPRS menerima FPJPS.
Contoh: Perjanjian pemberian FPJPS ditandatangani pada tanggal 1 Desember 2009 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sehingga jatuh tempo FPJPS adalah pada tanggal 30 Desember 2009. Apabila BPRS mengajukan permohonan perpanjangan FPJPS untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender dan atas permohonan perpanjangan FPJPS tersebut disetujui oleh Bank Indonesia, maka tanggal jatuh tempo FPJPS adalah pada tanggal 29 Januari 2010. Apabila BPRS mengajukan permohonan perpanjangan FPJPS kedua untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender dan atas permohonan perpanjangan FPJPS tersebut disetujui oleh Bank Indonesia, maka tanggal jatuh tempo FPJPS adalah pada tanggal 28 Februari 2010. Mengingat tanggal 28 Februari 2010 jatuh pada hari Minggu, maka penyelesaian FPJPS dilakukan pada hari Senin tanggal 1 Maret 2010.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang secara berturut‐turut dengan jangka waktu keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender. Jangka waktu perpanjangan FPJPS sama dengan jangka waktu pemberian FPJPS yaitu 30 (tiga puluh) hari kalender.
111 Pasal 13
11/29/PBI 2009 Perpanjangan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 110 ayat (2) hanya dapat dilakukan apabila: a. imbalan atas FPJPS yang jatuh tempo dilunasi terlebih dahulu; b. BPRS tidak dapat memenuhi Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10% (sepuluh
persen); dan c. agunan masih mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 103, Paragraf 104 dan Paragraf 105.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
81
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Dalam rangka pelaksanaan perpanjangan FPJPS, agunan yang telah diagunkan BPRS untuk menjamin FPJPS yang diterima BPRS sebelumnya akan dinilai kembali, sehingga BPRS perlu menyesuaikan jumlah agunan yang diserahkan untuk menjamin perpanjangan FPJPS.
112 Pasal 14
11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi VI
(1) BPRS dapat mengajukan tambahan plafon FPJPS yang dibutuhkan untuk menutupi kewajiban yang tidak dapat diselesaikan BPRS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 100 ayat (1) sepanjang: a. BPRS menambah agunan dan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 103, Paragraf 104 dan Paragraf 105; dan b. penggunaan FPJPS belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari kalender
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 110 ayat (2). Tambahan plafon FPJPS yang diajukan akan diakumulasikan terhadap jumlah FPJPS yang belum dilunasi.
(2) Penambahan plafon FPJPS dapat dilakukan sepanjang Rasio Kebutuhan Kas kurang dari 10% (sepuluh persen).
(3) Jangka waktu setiap tambahan plafon FPJPS adalah sampai dengan jatuh tempo FPJPS. Sebagai contoh: FPJPS diberikan pada tanggal 1 Desember 2008 dengan jangka waktu 30 hari kalender sehingga jatuh tempo FPJPS adalah tanggal 30 Desember 2008. Tambahan FPJPS diberikan kepada BPRS pada tanggal 15 Desember 2008, maka jatuh tempo tambahan plafon FPJPS adalah tetap pada tanggal 30 Desember 2008. Tata Cara Pengajuan Tambahan Plafon FPJPS 1. BPRS penerima FPJPS dapat mengajukan tambahan plafon FPJPS untuk
memenuhi kewajiban yang tidak dapat diselesaikan BPRS, dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Rasio Kebutuhan Kas pada saat pengajuan tambahan plafon FPJPS
kurang dari 10% (sepuluh persen); b. memiliki agunan yang mencukupi dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan; dan c. jangka waktu penggunaan FPJPS termasuk perpanjangannya belum
melampaui 90 (sembilan puluh) hari kalender. 2. Jangka waktu setiap penambahan plafon FPJPS adalah sampai dengan
jatuh tempo FPJPS.
Contoh: FPJPS diberikan pada tanggal 1 Desember 2008 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sehingga jatuh tempo FPJPS adalah tanggal 30 Desember 2008. Tambahan plafon FPJPS diberikan kepada BPRS pada tanggal 15 Desember 2008, maka jatuh tempo tambahan plafon FPJPS adalah tetap pada tanggal 30 Desember 2008.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
82
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 3. Permohonan tambahan plafon FPJPS kepada Bank Indonesia pada setiap
hari kerja dengan surat sebagaimana contoh pada Lampiran‐48, disertai dengan dokumen sebagai berikut: a. laporan arus kas selama 14 hari kalender terakhir sebelum tanggal
permohonan tambahan plafon FPJPS, sebagaimana contoh pada Lampiran‐48 (laporan arus kas ditandatangani oleh komisaris dan direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku);
b. perhitungan Rasio Kebutuhan Kas pada tanggal permohonan tambahan plafon FPJPS dan proyeksi Rasio Kebutuhan Kas setelah tanggal permohonan tambahan plafon sampai dengan berakhirnya jangka waktu FPJPS yang sedang dimintakan tambahan plafon, sebagaimana contoh pada Lampiran‐54 (perhitungan Rasio Kebutuhan Kas ditandatangani oleh direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku);
c. surat pernyataan bahwa seluruh aset yang menjadi agunan FPJPS tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak di bawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS);
d. surat pernyataan mengenai kesanggupan membayar segala kewajiban terkait FPJPS pada saat jatuh tempo;
e. surat pernyataan mengenai kebenaran dan kelengkapan data dan dokumen yang disampaikan namun tidak terbatas pada kualitas pembiayaan dan agunan yang menyertainya;
f. daftar agunan FPJPS sesuai dengan jenis agunan FPJPS yang diserahkan BPRS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS);
g. dokumen agunan, sesuai dengan jenis agunan FPJPS yang diserahkan BPRS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS);
h. surat kuasa dari pemegang saham BPRS kepada BPRS mengenai penyerahan surat berharga sebagai agunan FPJPS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS dalam bentuk surat berharga milik pemegang saham BPRS); dan
i. konsep akta addendum perjanjian pemberian FPJPS sebagaimana contoh pada Lampiran‐56.
4. Dalam rangka pengajuan tambahan plafon FPJPS, BPRS dapat
menggunakan agunan yang telah diagunkan atas FPJPS sebelumnya, sepanjang agunan dimaksud masih mencukupi dan memenuhi persyaratan.
5. Dalam hal pengajuan tambahan plafon FPJPS diikuti dengan perubahan agunan, maka ketentuan agunan FPJPS dan pengikatan agunan harus dipenuhi BPRS.
6. Tambahan plafon FPJPS akan diakumulasikan dengan jumlah FPJPS yang belum dilunasi BPRS. Tambahan plafon FPJPS yang dapat diberikan paling banyak sebesar kebutuhan dana untuk mencapai Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10% (sepuluh persen).
7. Bank Indonesia melakukan penelitian terhadap pemenuhan seluruh persyaratan pengajuan tambahan plafon FPJPS yang diajukan BPRS dan analisis kondisi likuiditas BPRS.
8. Dalam hal pengajuan tambahan plafon FPJPS disetujui Bank Indonesia, maka:
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
83
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan a. Bank Indonesia dan BPRS menandatangani:
1) addendum perjanjian pemberian FPJPS; 2) Akta Gadai dan/atau Akta Jaminan Fidusia, dalam hal terjadi
perubahan agunan FPJPS; b. Bank Indonesia mencairkan tambahan FPJPS dengan mengkreditkan
rekening BPRS di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah yang telah ditunjuk BPRS.
c. Bank Indonesia membebankan seluruh biaya dalam rangka pembuatan addendum perjanjian dan pengikatan agunan FPJPS dengan mendebet rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya.
9. Dalam hal pengajuan tambahan plafon FPJPS tidak disetujui Bank Indonesia, maka Bank Indonesia akan memberitahukan secara tertulis penolakan atas pengajuan penambahan plafon FPJPS kepada BPRS.
BAB III Perhitungan Dan Pembayaran Imbalan
113 Pasal 15 11/29/PBI 2009 SE 12/39/2010 Romawi III no. 4
(1) Bank Indonesia memperoleh imbalan atas setiap FPJPS yang diterima oleh BPRS.
(2) Besarnya imbalan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan jumlah pokok FPJPS, tingkat realisasi imbalan, nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia dan jumlah hari kalender penggunaan FPJPS. Rumus perhitungan besarnya imbalan FPJPS adalah sebagai berikut: X = P x R x k x t/360 dimana : X : Besarnya imbalan yang diterima Bank Indonesia; P : Jumlah pokok FPJPS; R : Realisasi tingkat imbalan sebelum distribusi pada BPRS penerima FPJPS; k : Nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia; dan t : Jumlah hari kalender penggunaan FPJPS.
(3) Besarnya nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen).
Bank Indonesia mengenakan imbalan atas FPJPS yang diterima oleh BPRS yang dihitung berdasarkan jumlah pokok FPJPS, tingkat realisasi imbalan, nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia dan jumlah hari penggunaan FPJPS. Rumus perhitungan besarnya imbalan FPJPS adalah sebagai berikut: X = P x R x k x t/360 dimana: X : Besarnya imbalan yang diterima Bank Indonesia; P : Jumlah pokok FPJPS; R : Realisasi tingkat imbalan sebelum didistribusikan periode terakhir pada BPRS
penerima FPJPS. Realisasi tingkat imbalan didasarkan pada laporan keuangan publikasi terakhir yang disampaikan BPRS kepada Bank Indonesia setiap triwulan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan BPRS.
k : Nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia, yang ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen); dan
t : Jumlah hari penggunaan FPJPS. Perhitungan jumlah hari penggunaan FPJPS
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
84
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan dihitung berdasarkan hari kalender tidak termasuk perpanjangan masa penyelesaian FPJPS karena jatuh tempo FPJPS tersebut bertepatan dengan hari Sabtu, Minggu dan/atau hari libur nasional.
Contoh 1: Pada tanggal 1 Januari 2010 BPRS mendapatkan FPJPS dari Bank Indonesia sebesar Rp100.000.000,00 dengan jangka waktu 10 (sepuluh) hari atau jatuh tempo pada tanggal 10 Januari 2010. Dengan demikian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan BPRS, laporan keuangan publikasi triwulanan posisi terakhir yang diterima oleh Bank Indonesia, adalah posisi bulan September 2009 sebagai berikut:
Tabel Distribusi Bagi Hasil
(dalam ribuan Rp) Pendapatan Jenis Penghimpunan Saldo Rata‐Rata yang harus dibagi hasil
a. Giro Wadiah 0 0 D. Tabungan Mudharabah 1.000.000 10.000
E. Deposito Mudharabah
‐ 1 bulan 2.000.000 16.000
‐ 3 bulan 3.000.000 25.000
‐ 6 bulan 2.500.000 18.000
‐ 12 bulan 1.500.000 14.333
TOTAL 10.000.000 83.333
Realisasi tingkat imbalan
sebelum = 83.333 / 10.000.000 x 12 x 100%
didistribusikan (R) = 10%
Perhitungan nilai imbalan FPJPS adalah sebagai berikut P = Rp100.000.000,00 R = 10% k = 90% t = 10 Jumlah imbalan FPJPS: = Rp100.000.000,00 x 10% x 90% x 10/360 = Rp250.000,00 Contoh 2: Pada tanggal 19 Maret 2010 BPRS (yang laporan keuangannya tidak wajib diaudit oleh Akuntan Publik) mendapatkan FPJPS dari Bank Indonesia sebesar Rp100.000.000,00 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender atau jatuh tempo pada tanggal 17 April 2010 (hari Sabtu). Penyelesaian FPJPS dilakukan
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
85
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan pada hari kerja berikutnya, yaitu pada hari Senin tanggal 19 April 2010. Dengan demikian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan BPRS, laporan keuangan publikasi triwulanan posisi terakhir yang diterima oleh Bank Indonesia adalah posisi bulan Desember 2009 sebagai berikut: Tabel Distribusi Bagi Hasil
(dalam ribuan Rp)
Pendapatan
Jenis Penghimpunan Saldo Rata‐Rata yang harus dibagi hasil
A. Giro Wadiah 0 0
B. Tabungan Mudharabah 1.000.000 10.000
C. Deposito Mudharabah
‐ 1 bulan 2.000.000 16.000 ‐ 3 bulan 3.000.000 25.000 ‐ 6 bulan 2.500.000 18.000 ‐ 12 bulan 1.500.000 14.333
TOTAL 10.000.000 83.333
Realisasi tingkat imbalan sebelum = 83.333 / 10.000.000 x 12 x 100%didistribusikan (R) = 10%
Perhitungan jumlah hari penggunaan FPJPS: Jumlah hari penggunaan dihitung dari tanggal 19 Maret 2010 sampai dengan 17 April 2010 atau sebanyak 30 (tiga puluh) hari. Karena tanggal 17 April 2010 adalah hari Sabtu, maka penyelesaian FPJPS dilakukan pada hari kerja berikutnya, yaitu pada hari Senin tanggal 19 April 2010, dengan jumlah hari penggunaan tetap sebanyak 30 (tiga puluh) hari, dan bukan 32 (tiga puluh dua) hari. Perhitungan nilai imbalan FPJPS adalah sebagai berikut: P = Rp100.000.000,00 R = 10% k = 90% t = 30 (bukan 32) Jumlah imbalan FPJPS:
=Rp100.000.000,00 x 10% x 90% x 30/360 =Rp750.000,00
BAB IV Pelunasan Dan Eksekusi Agunan
114 Pasal 16 11/29/PBI 2009
(1) Pada saat FPJPS jatuh tempo, Bank Indonesia mendebet rekening BPRS di bank umum syariah, unit usaha syariah dan/atau bank umum konvensional sebesar pokok FPJPS ditambah imbalan FPJPS.
Yang dimaksud dengan “jatuh tempo” adalah berakhirnya jangka waktu FPJPS.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
86
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2010 Romawi IX
(2) Dalam hal FPJPS jatuh tempo dan saldo rekening BPRS yang bersangkutan di bank umum syariah, unit usaha syariah dan/atau bank umum konvensional tidak mencukupi untuk membayar pokok dan imbalan FPJPS dan/atau BPRS tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJPS, maka dilakukan eksekusi agunan FPJPS. BPRS harus menyediakan dana dalam jumlah yang cukup pada rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum jatuh tempo FPJPS. Pada tanggal FPJPS jatuh tempo, Bank Indonesia mendebet rekening BPRS penerima FPJPS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya dengan mendahulukan pembayaran beban imbalan FPJPS kemudian pelunasan pokok FPJPS. Dalam hal saldo rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya tidak mencukupi untuk pembayaran seluruh beban imbalan dan/atau pokok FPJPS dan BPRS tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJPS, maka Bank Indonesia akan melakukan eksekusi agunan. Dalam hal BPRS melakukan pelunasan FPJPS lebih cepat dari jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian pemberian FPJPS, maka: a. BPRS menyampaikan surat permohonan kepada Bank Indonesia paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal pelunasan FPJPS dipercepat, yang ditandatangani oleh direksi BPRS sesuai anggaran dasar yang berlaku;
b. Bank Indonesia mendebet rekening BPRS penerima FPJPS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya sebesar pokok dan beban imbalan FPJPS sampai dengan tanggal pelunasan FPJPS.
Contoh: Pada tanggal 28 Januari 2010 BPRS mendapatkan FPJPS dari Bank Indonesia sebesar Rp100.000.000,00 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender yaitu jatuh tempo pada tanggal 26 Februari 2010. BPRS akan melakukan pelunasan FPJPS lebih cepat yaitu pada tanggal 8 Februari 2010 dan BPRS telah mengajukan surat permohonan pelunasan FPJPS pada tanggal 7 Februari 2010. Laporan keuangan publikasi triwulanan posisi terakhir yang diterima oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan BPRS, adalah posisi bulan September 2009 dan diketahui realisasi tingkat imbalan BPRS sebelum didistribusikan adalah sebesar 10%.
Perhitungan nilai imbalan FPJPS adalah sebagai berikut: P = Rp100.000.000,00 R = 10% k = 90%
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
87
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2010 Romawi X
t = 12 (28 Januari s.d 8 Februari 2010) Jumlah imbalan FPJPS: = Rp100.000.000,00 x 10% x 90% x 12/360 = Rp300.000,00 Jumlah pelunasan FPJPS: = nominal pokok + imbalan FPJPS = Rp100.000.000,00 + Rp300.000,00 = Rp100.300.000,00
(3) Bank Indonesia tetap mengenakan beban imbalan sampai dengan eksekusi
agunan selesai dilaksanakan. (4) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pokok dan imbalan FPJPS yang harus dilunasi oleh BPRS, maka BPRS wajib membayar kekurangannya kepada Bank Indonesia.
(5) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih besar dibandingkan dengan jumlah pokok dan imbalan FPJPS yang harus dilunasi oleh BPRS, maka Bank Indonesia mengembalikan kelebihan tersebut kepada BPRS.
(6) Eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
Bank Indonesia berwenang untuk mengeksekusi agunan FPJPS dalam hal FPJPS jatuh tempo dan saldo rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya tidak mencukupi untuk membayar beban imbalan dan/atau pokok FPJPS serta BPRS tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJPS. Dalam hal agunan berupa aset Pembiayaan, eksekusi agunan dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara sebagai berikut: a. menjual hak tagih secara langsung atau melalui lembaga lelang; atau b. memberi kuasa kepada BPRS untuk melaksanakan penjualan hak tagih.
Dalam hal agunan berupa SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi), eksekusi agunan dilakukan oleh Bank Indonesia pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya kondisi dengan cara sebagai berikut: a. Agunan berupa SBI
Eksekusi agunan dilakukan dengan cara pelunasan SBI sebelum jatuh tempo (early redemption).
b. Agunan berupa SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) 1) eksekusi agunan dilakukan dengan cara penjualan agunan melalui
pialang berdasarkan harga penawaran yang terbaik; 2) setelmen penjualan agunan sebagaimana dimaksud pada butir
1) dilakukan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah penjualan agunan (T+2);
3) dalam hal pialang tidak berhasil melakukan penjualan sampai dengan 5 (lima) hari kerja setelah FPJPS jatuh tempo, maka agunan BPRS yang tidak terjual akan tetap menjadi agunan FPJPS sampai dengan BPRS dapat melunasi nilai pokok FPJPS ditambah beban
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
88
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan imbalan FPJPS dan biaya lain yang terkait dengan pemberian FPJPS.
Eksekusi agunan SBSN dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. calon pembeli agunan dapat merupakan bank atau perorangan yang
telah memiliki rekening penatausahaan surat berharga di Sub Registry. b. pada hari pelaksanaan eksekusi agunan, pialang memberikan laporan
kepada Bank Indonesia c.q. BOpM‐DPM yang meliputi nama calon pembeli, kuantitas dan harga penawaran yang diajukan calon pembeli paling lambat sampai dengan pukul 16.00 WIB melalui BI‐SSSS dan/atau faksimili.
c. Bank Indonesia akan mengumumkan calon pembeli agunan yang penawarannya diterima melalui pialang.
d. bank pembeli agunan atau perorangan yang bertindak sebagai pembeli agunan melalui Sub Registry melakukan setelmen pada 1 (satu) hari kerja setelah diumumkan sebagai pembeli agunan oleh Bank Indonesia.
Hasil eksekusi agunan diperhitungkan sebagai pelunasan FPJPS. Biaya yang timbul sehubungan dengan proses eksekusi agunan menjadi beban BPRS penerima FPJPS dan Bank Indonesia akan melakukan pendebetan rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya. Selama pelaksanaan eksekusi belum selesai dan/atau FPJPS belum dilunasi, BPRS tetap dikenakan beban imbalan FPJPS yang besarnya dihitung berdasarkan pokok FPJPS yang belum dilunasi dengan tingkat imbalan FPJPS terakhir. Dalam hal nilai eksekusi agunan lebih besar dari jumlah pokok FPJPS ditambah dengan akumulasi beban imbalan FPJPS dan biaya eksekusi agunan, Bank Indonesia mengkredit rekening BPRS di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah sebesar kelebihan nilai dimaksud.
Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih kecil dari jumlah pokok FPJPS ditambah dengan akumulasi beban imbalan dan biaya eksekusi agunan FPJPS, Bank Indonesia mendebet rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya sebesar kekurangan nilai dimaksud.
Dalam hal saldo rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya tidak mencukupi untuk pendebetan, BPRS wajib menyetor tambahan dana ke rekening tersebut untuk menutup kekurangan nilai dimaksud.
BAB V Pengawasan
115 Pasal 17 11/29/PBI 2009
(1) BPRS wajib menyampaikan rencana tindak perbaikan (action plan) untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah perjanjian pemberian FPJPS atau addendumnya ditandatangani.
(2) BPRS wajib menyampaikan laporan secara mingguan kepada Bank Indonesia,
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
89
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2011 Romawi XI
berupa: a. perhitungan Rasio Kebutuhan Kas harian; sebagaimana contoh pada
Lampiran‐59; b. kolektibilitas harian aset Pembiayaan yang diagunkan; sebagaimana
contoh pada Lampiran‐60; dan c. penggunaan FPJPS harian; sebagaimana contoh pada Lampiran‐61. Laporan wajib disampaikan pada hari kerja pertama pada minggu berikutnya.
Laporan FPJPS mingguan disampaikan pada hari ke‐8, hari ke‐15 , hari ke‐22, hari ke‐29, dan/atau hari ke‐31 setelah tanggal pencairan FPJPS, sesuai dengan jangka waktu FPJPS. Laporan terakhir FPJPS disampaikan pada hari ke‐31 atau 1 (satu) hari setelah tanggal jatuh tempo FPJPS sesuai dengan jangka waktu FPJPS. Laporan terakhir FPJPS yang disampaikan BPRS kepada Bank Indonesia berupa laporan Rasio Kebutuhan Kas dan laporan penggunaan FPJPS harian dan
Apabila tanggal laporan jatuh pada hari Sabtu, hari Minggu atau hari libur nasional, maka laporan disampaikan pada hari kerja berikutnya.
Contoh 1: BPRS menerima pencairan FPJPS pada hari Jum’at, tanggal 15 Januari 2010 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender. Laporan mingguan yang disampaikan adalah sebagai berikut: a) Laporan FPJPS pertama (hari ke‐8) disampaikan pada hari Jum’at,
tanggal 22 Januari 2010 untuk periode tanggal 15 s.d 21 Januari 2010. b) Laporan FPJPS kedua (hari ke‐15) disampaikan pada hari Jum’at, tanggal
29 Januari 2010 untuk periode tanggal 22 s.d 28 Januari 2010. c) Laporan FPJPS ketiga (hari ke‐22) disampaikan pada hari Jum’at, tanggal
5 Februari 2010 untuk periode tanggal 29 Januari s.d 4 Februari 2010. d) Laporan FPJPS keempat (hari ke‐29) disampaikan pada hari Jum’at,
tanggal 12 Februari 2010 untuk periode tanggal 5 s.d 11 Februari 2010. e) Laporan FPJPS kelima (hari ke‐31) disampaikan pada hari Senin,
tanggal 15 Februari 2010 untuk periode tanggal 12 s.d 13 Februari 2010 (hari ke‐31 jatuh pada hari Minggu, sehingga laporan disampaikan pada hari Senin berikutnya).
Contoh 2: BPRS menerima pencairan FPJPS pada tanggal 15 Januari 2010 dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari kalender. Laporan mingguan yang disampaikan adalah sebagai berikut: a) Laporan FPJPS pertama (hari ke‐8) disampaikan pada hari Jum’at,
tanggal 22 Januari 2010 untuk periode tanggal 15 s.d 21 Januari 2010. b) Laporan FPJPS kedua (hari ke‐15) disampaikan pada hari Jum’at, tanggal
29 Januari 2010 untuk periode tanggal 22 s.d 28 Januari 2010. c) Laporan FPJPS ketiga (hari ke‐16) disampaikan pada hari Senin, tanggal
1 Februari 2010 untuk tanggal 29 Januari 2010 (hari ke‐15 jatuh pada hari Sabtu, sehingga laporan disampaikan pada hari Senin berikutnya).
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
90
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/39/2011 Romawi XII
1. Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap BPRS atas kebenaran dokumen dan data/informasi yang disampaikan BPRS serta penggunaan FPJPS, termasuk pemeriksaan atas agunan FPJPS yang disampaikan oleh BPRS.
2. Bank Indonesia dapat meminta BPRS untuk melakukan tindakan tertentu guna penyelesaian kesulitan pendanaan jangka pendek BPRS atau tidak melakukan tindakan tertentu yang dapat menambah kesulitan pendanaan jangka pendek BPRS.
116 Pasal 18 11/29/PBI 2009
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan khusus penggunaan FPJPS terhadap BPRS penerima FPJPS. Pemeriksaan terhadap BPRS yang menerima FPJPS dapat dilakukan selama jangka waktu FPJPS atau setelah jatuh tempo FPJPS.
BAB VI Biaya Pemberian FPJPS117 Pasal 19
11/29/PBI 2009 Biaya‐biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian FPJPS menjadi beban BPRS. Yang dimaksud dengan “biaya” antara lain biaya nota ris untuk pengikatan perjanjian FPJPS, pengikatan jaminan gadai atau fidusia, biaya eksekusi agunan serta biaya lainnya yang mungkin timbul dalam rangka pemberian FPJPS.
BAB VII Sanksi 118 Pasal 20
11/29/PBI 2009 Dalam hal BPRS tidak melunasi FPJPS, melakukan pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 116 diketahui adanya penyimpangan penggunaan FPJPS, maka BPRS dikenakan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 58 ayat (1) Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah antara lain berupa teguran tertulis, penurunan tingkat kesehatan, pembekuan kegiatan usaha tertentu dan/atau pemberhentian pengurus BPRS.
119 Pasal 21 11/29/PBI 2009
Apabila anggota dewan komisaris, direksi, pemegang saham pengendali dan/atau pegawai BPRS tidak melaksanakan langkah‐langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan BPRS terhadap ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau dengan sengaja memberikan keterangan atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini secara tidak benar, dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Fasilitas Pembiayaan Darurat BAB I Ketentuan Umum
120
Pasal 1 10/31/PBI/2008
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Bank Bermasalah adalah Bank yang mengalami kesulitan keuangan dalam
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
91
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan bentuk kesulitan likuiditas dan/atau kesulitan solvabilitas yang membahayakan kelangsungan usahanya.
3. Bank Gagal adalah Bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh Bank Indonesia.
4. Rekening Giro Rupiah adalah Rekening Giro dalam mata uang rupiah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern
5. Kesulitan Likuiditas adalah kesulitan pendanaan jangka pendek yang dialami Bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar (mismatch) yang diperkirakan dapat mengakibatkan terjadinya saldo giro negatif.
6. Permasalahan Solvabilitas adalah kesulitan permodalan yang dialami Bank sehingga tidak memenuhi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
7. Krisis adalah suatu kondisi sistem keuangan yang sudah gagal secara efektif menjalankan fungsi dan perannya dalam perekonomian nasional.
8. Dampak Sistemik adalah potensi penyebaran masalah (contagion effect) dari satu Bank Bermasalah ke bank lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga mengakibatkan kesulitan likuiditas Bank‐Bank lain dan berpotensi menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dan mengancam stabilitas sistem keuangan.
9. Fasilitas Pembiayaan Darurat, yang selanjutnya disebut FPD, adalah fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia yang diputuskan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang dijamin oleh Pemerintah kepada Bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang Memiliki Dampak Sistemik dan berpotensi Krisis namun masih memenuhi tingkat solvabilitas.
10. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) adalah komite yang terdiri dari Menteri Keuangan sebagai Ketua merangkap Anggota dan Gubernur Bank Indonesia sebagai Anggota yang berfungsi sebagai sarana pengambilan keputusan pemberian FPD.
11. Surat Berharga Negara, yang selanjutnya disebut SBN, adalah surat utang negara sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Surat Utang Negara dan surat berharga syariah negara sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Surat Berharga Syariah Negara.
12. Pasar Uang Antar Bank yang untuk selanjutnya disingkat PUAB adalah kegiatan pinjam‐meminjam dana antara satu Bank dengan Bank lainnya.
13. Pencegahan Krisis adalah tindakan untuk mencegah terjadinya Krisis. 14. Penanganan Krisis adalah tindakan untuk mengatasi dan menyelesaikan
Krisis agar sistem keuangan kembali berfungsi secara normal.
BAB II Tujuan Dan Ruang Lingkup121 Pasal 2
10/31/PBI/2008 FPD diberikan untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas Bank yang memiliki Dampak Sistemik baik dalam rangka Pencegahan Krisis maupun Penanganan Krisis;
BAB III Sumber Pendanaan FPD122 Pasal 3
10/31/PBI/2008
(1) Sumber pendanaan FPD dalam rangka Pencegahan Krisis berasal dari Bank Indonesia yang dijamin oleh Pemerintah. Terkait dengan fungsi Bank Indonesia sebagai Lender of The Last Resort maka pendanaan FPD terkait dengan kebijakan moneter Bank Indonesia.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
92
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Namun demikian apabila bank dinyatakan sebagai Bank Gagal, maka Pemerintah mengganti dana yang sudah dikeluarkan Bank Indonesia melalui penerbitan SBN atau tunai.
(2) Sumber pendanaan FPD dalam rangka Penanganan Krisis berasal dari Pemerintah. Untuk pendanaan dalam rangka penanganan Krisis bersumber dari APBN.
BAB IV Pemberian FPD Bagian Kesatu Persyaratan Pengajuan FPD
123 Pasal 4 10/31/PBI/2009
(1) Bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip kehati‐hatian yang berlaku, termasuk dalam menjaga kecukupan likuiditasnya.
(2) Dalam hal mengalami Kesulitan Likuiditas, Bank wajib mencari sumber dana lain untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas dimaksud. Yang dimaksud dengan sumber dana lain antara lain Pinjaman Antar Bank, Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI), Repo SBI dan/atau SBN, dan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
124 Pasal 5
10/31/PBI/2008
(1) Dalam hal Bank tidak dapat memperoleh dana untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 123 ayat (2), Bank dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh FPD dari Bank Indonesia dengan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
(2) Persyaratan pemberian FPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Bank mengalami Kesulitan Likuiditas yang memiliki Dampak Sistemik;
Dampak sistemik dapat dinilai dari beberapa aspek pokok antara lain ancaman penurunan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan, penyebaran masalah (contagion) dan kerugian ekonomis (degree of loss) yang ditimbulkan. Faktor‐faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan dampak sistemik adalah: a. Faktor internal yakni kesulitan likuiditas yang dihadapi satu atau
lebih bank yang berdampak sistemik; dan/atau b. Faktor eksternal antara lain namun tidak terbatas pada gangguan
pada sistem pembayaran, krisis keuangan global, krisis mata uang (currency crisis), gangguan operasional akibat kegagalan teknologi dan sistem informasi, dan/atau bencana alam yang mengganggu stabilitas sistem keuangan.
b. Bank memiliki rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM)
positif; dan Yang dimaksud dengan rasio KPMM adalah rasio KPMM posisi terakhir pada saat permohonan FPD diajukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Bank memiliki aset yang dapat dijadikan agunan.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
93
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pemberian FPD tidak harus didasarkan pada nilai taksasi agunan yang diajukan oleh bank, mengingat FPD diberikan untuk mengatasi dampak sistemik sehingga tidak dapat diperlakukan sebagai normal lending. Namun demikian Bank wajib memberikan agunan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
125 Pasal 6
10/31/PBI/2008
FPD hanya diberikan kepada Bank yang berbadan hukum Indonesia.
Bagian Kedua Permohonan Pengajuan FPD126 Pasal 7
10/31/PBI/2008
(1) Permohonan FPD ditujukan kepada Gubernur Bank Indonesia dengan alamat Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Pusat dengan tembusan kepada Menteri Keuangan RI dengan alamat Jalan Lapangan Banteng No. 2‐4 Jakarta Pusat dan: a. Direktorat Pengelolaan Moneter dengan alamat Jalan M.H. Thamrin
No. 2 Jakarta Pusat; b. Direktorat Pengawasan Bank dengan alamat Jalan M.H. Thamrin No. 2
Jakarta Pusat untuk Bank yang berkantor pusat di Jakarta; c. Direktorat Perbankan Syariah dengan alamat Jalan M.H. Thamrin No. 2
Jakarta Pusat untuk Bank Umum Syariah yang berkantor pusat di Jakarta; atau
d. Kantor Bank Indonesia setempat bagi Bank umum konvensional dan Bank Umum Syariah yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
(2) Bank penerima FPD wajib menyampaikan action plan, realisasi action plan dan laporan likuiditas harian sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d.
127 Pasal 8
10/31/PBI/2008
Permohonan FPD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 124 ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen‐dokumen yang dipersyaratkan, yaitu: a. Surat Pernyataan dari Pengurus Bank bahwa Bank telah mencari sumber
dana sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 123 ayat (2) sebelum mengajukan FPD;
Surat pernyataan dimaksud ditandatangani oleh Pengurus Bank yang bertindak untuk dan atas nama Bank yang dibubuhi meterai sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan FPD;
Dokumen yang diperlukan untuk mendukung jumlah kebutuhan FPD antara lain perkiraan kebutuhan pagu FPD, proyeksi arus dana (cash flow), laporan keuangan terakhir berupa neraca dan laboran laba rugi, laporan maturity profile 1 (satu) bulan terakhir.
c. Daftar aset yang akan dijadikan agunan beserta nilai taksiran sementara dan dokumen asli bukti kepemilikan, yang akan diikuti dengan pemasangan Hak Tanggungan, gadai, atau jaminan fidusia; Daftar aset Bank Pemohon FPD yang akan dijadikan agunan FPD disertai dengan harga taksiran sementara.Harga taksiran sementara tersebut
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
94
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan antara lain dapat diperoleh dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)untuk aset berupa tanah, nilai pasar terkini untuk aset berupa surat berharga.
d. Surat Pernyataan Kesanggupan Pemegang Saham Pengendali dan atau Pengurus Bank untuk menyerahkan tambahan aset yang akan diagunkan kepada Pemerintah dalam hal Bank tidak dapat melunasi FPD yang dibuat dihadapan notaris;
e. Surat Pernyataan Kesanggupan dari Pemegang Saham Pengendali untuk menyerahkan kewenangan RUPS;
f. Surat Pernyataan Kesanggupan Pemegang Saham Pengendali dan Pengurus Bank untuk membayar kembali FPD yang dibuat di hadapan notaris;
g. Surat Kesanggupan untuk menerbitkan Personal Guarantee dan/atau Corporate Guarantee dari Pemegang Saham Pengendali yang dibuat di hadapan notaris, dan dilampiri daftar aset; dan
h. Surat Pernyataan kesediaan Pemegang Saham Pengendali dan Pengurus Bank Bermasalah untuk melakukan tindakan yang diperintahkan oleh BI yang dibuat di hadapan notaris.
Bagian Ketiga Mekanisme Pengambilan Keputusan128
Pasal 9 10/31/PBI/2008
(1) Dalam hal Bank Indonesia mengindikasikan bahwa Bank yang mengajukan permohonan FPD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 124 ayat (1) memiliki Dampak Sistemik, Gubernur Bank Indonesia segera meminta kepada Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan rapat KSSK guna membahas permasalahan Bank dan menetapkan langkah‐langkah penyelesaian.
(2) Indikasi mengenai adanya Bank yang memiliki Dampak Sistemik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan antara lain pada analisis kondisi keuangan Bank dan dampaknya terhadap sistem perbankan.
129 Pasal 10 10/31/PBI/2008
(1) Rapat KSSK sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 128, memutuskan kondisi Bank tersebut memiliki Dampak Sistemik atau tidak memiliki Dampak Sistemik.
(2) Dalam hal Bank diputuskan Memiliki Dampak Sistemik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KSSK memutuskan : a. pemberian FPD; b. penetapan pagu FPD; c. jangka waktu; d. suku bunga atau imbalan; dan e. kriteria umum agunan FPD.
(3) Pemberian FPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat diberikan kepada Bank yang mengajukan permohonan FPD dan memenuhi kriteria solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 124 ayat (2) huruf b.
(4) Dalam hal rapat KSSK sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 128 memutuskan Bank memiliki Dampak Sistemik namun tidak mengajukan permohonan FPD, atau mengajukan permohonan FPD namun diputuskan bahwa Bank tidak Memiliki Dampak Sistemik, Bank Indonesia menetapkan Bank dimaksud sebagai Bank Gagal.
(5) Tindak lanjut penanganan terhadap Bank Gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
95
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Yang dimaksud dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku antara lain Undang‐undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2008, dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.
130 Pasal 11
10/31/PBI/2008
(1) Penetapan pagu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 129 ayat (2) huruf b dengan mempertimbangkan perkiraan kebutuhan likuiditas yang diajukan oleh Bank. Bank Indonesia memberikan masukan kepada KSSK setelah melakukan analisis terhadap kebutuhan likuiditas Bank berdasarkan data‐data yang disampaikan oleh Bank dan data yang dimiliki oleh Bank Indonesia.
(2) Jangka waktu FPD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 129 ayat (2) huruf c paling lama adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender yang dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender.
BAB V Kriteria Umum Agunan FPD
131 Pasal 12 10/31/PBI/2008
(1) Bank yang mengajukan permohonan FPD wajib menyerahkan agunan pokok dan agunan tambahan.
(2) Agunan pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa aset Bank yang tersedia dengan prioritas dari aset yang paling likuid dan berkualitas. Yang dimaksud dengan agunan pokok adalah aset Bank yang tersedia dengan prioritas dari aset yang paling likuid dan berkualitas paling kurang namun tidak terbatas yaitu : a. Surat berharga yaitu surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia atau Bank Indonesia yang meliputi SBN, SBI dan SBI Syariah;
b. Surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lainnya dengan prioritas yang berkualitas baik dan aktif diperdagangkan. Surat berharga yang diagunkan tidak boleh berasal dari surat berharga yang diterbitkan oleh pihak terkait dengan Bank atau pihak‐pihak yang mengendalikan dari Bank yang mengajukan permohonan FPD;
c. Aset Kredit dan Aktiva produktif lainnya yang berkolektibilitas Lancar; d. Aktiva tetap Bank; dan/atau e. Seluruh tagihan bank kepada pihak ketiga lainnya.
(3) Agunan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa aset pemegang saham pengendali.
Pengikatan aset Pemegang Saham Pengendali menjadi agunan FPD dilakukan dengan penerbitan Personal Guarantee dan/atau Corporate Guarantee yang dibuat di hadapan notaris disertai dengan lampiran daftar aset.
(4) Bank menyampaikan nilai taksasi agunan pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang penilaiannya terakhir kali dilakukan oleh penilai independen.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
96
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 132 Pasal 13
10/31/PBI/2008
(1) Aset yang dijadikan agunan oleh Bank Penerima FPD harus bebas dari sitaan, tidak sedang digadaikan, atau dipertanggungkan secara apapun juga kepada pihak lain, serta tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa. Penyerahan aset yang akan dijadikan agunan FPD harus disertai dengan keterangan dari Bank Bermasalah atau Pemegang Saham Pengendali mengenai kondisi dan status dari setiap aset yang akan diagunkan tersebut.
(2) Aset yang dijadikan agunan oleh Bank penerima FPD tidak dapat dialihkan, diperjualbelikan atau dijaminkan kembali oleh Bank penerima FPD.
(3) Bank penerima FPD wajib mengganti agunan FPD apabila tidak memenuhi kondisi‐kondisi sebagaimana diatur pada ayat (1) dan ayat (2).
133 Pasal 14 10/31/PBI/2008
(1) Agunan dinilai oleh Penilai Independen yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan daftar nominasi penilai independen yang disampaikan Bank penerima FPD. Yang dimaksud dengan Penilai Independen adalah perusahaan penilai yang:
a. tidak mempunyai keterkaitan dalam kepemilikan, kepengurusan dan keuangan dengan Bank Bermasalah;
b. melakukan kegiatan penilaian berdasarkan Kode Etik Penilai Indonesia dan ketentuan‐ketentuan lain yang ditetapkan oleh Dewan Penilai Indonesia; dan
c. memiliki izin usaha dari instansi berwenang untuk beroperasi sebagai perusahaan penilai.
(2) Seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian agunan menjadi beban
Bank penerima FPD.
134 Pasal 15 10/31/PBI/2008
(1) Pengikatan agunan dilaksanakan oleh Bank Indonesia setelah dokumen agunan lengkap. Pengikatan agunan dilakukan dengan pemasangan Hak Tanggungan, gadai, atau jaminan fidusia sesuai dengan jenis agunannya. Penelitian atas kelengkapan dokumen aset yang akan menjadi agunan dapat dilakukan oleh pihak ketiga atas biaya bank.
(2) Pengikatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengacu pada nilai yang ditetapkan oleh penilai independen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 130 ayat (1).
(3) Penatausahaan bukti kepemilikan agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bank Indonesia.
(4) Bank dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank wajib memelihara fisik agunan yang diserahkan dalam rangka FPD. Bank dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank Penerima FPD memelihara agunan yang secara fisik tidak diserahkan kepada Bank Indonesia, seperti tanah, bangunan dan inventaris kantor.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
97
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB VI Perjanjian FPD Dan Realisasi Pemberian FPD Bagian Kesatu Pencegahan Krisis
135 Pasal 16 10/31/PBI/2008
Perjanjian pemberian FPD dilakukan secara notariil dan ditandatangani oleh pengurus Bank penerima FPD dengan Bank Indonesia.
136 Pasal 17 10/31/PBI/2008
(1) Pemberian FPD dilakukan setelah ditandatanganinya perjanjian FPD. (2) Realisasi pemberian FPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mendebet rekening khusus FPD di Bank Indonesia dan mengkredit Rekening Giro Rupiah Bank penerima FPD di Bank Indonesia.
(3) Realisasi pemberian FPD dilakukan sebesar kebutuhan Bank untuk memenuhi kebutuhan Giro Wajib Minimum (GWM) yang berlaku.
137
Pasal 18 10/31/PBI/2008
(1) FPD yang telah digunakan oleh Bank penerima FPD dikenakan bunga atau imbalan sesuai suku bunga atau imbalan yang besarnya ditetapkan oleh KSSK.
(2) Suku bunga atau imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) nilainya sebesar BI Rate ditambah dengan marjin tertentu.
(3) Bank Indonesia melakukan perhitungan bunga atau imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan saldo akhir hari FPD.
(4) Pembebanan bunga atau imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada saat FPD jatuh tempo yang dibebankan ke Rekening Giro Rupiah Bank penerima FPD di Bank Indonesia.
138 Pasal 19 10/31/PBI/2008
(1) Bank Indonesia memperoleh jaminan secara tertulis dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah atas FPD yang diberikan kepada Bank.
(2) Jaminan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa penggantian dana FPD yang belum dilunasi oleh Bank kepada Bank Indonesia dalam hal: a. Bank tidak melunasi FPD dalam jangka waktu yang ditetapkan KSSK;
atau
Penggantian dana FPD oleh pemerintah terdiri dari pokok dan bunga FPD serta seluruh biaya yang timbul terkait FPD.
b. Bank dinyatakan sebagai Bank Gagal sebelum berakhirnya jangka waktu FPD.
Penyerahan piutang dan agunan dari Bank Indonesia dilakukan segera setelah Bank dinyatakan Bank Gagal dan disertai dengan penerbitan SBN atau pendebetan rekening Pemerintah apabila dilakukan secara tunai.
(3) Dalam hal Bank penerima FPD tidak melunasi FPD dan/atau dinyatakan sebagai Bank Gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka: a. Pemerintah mengganti dana FPD yang belum dilunasi oleh Bank
penerima FPD kepada Bank Indonesia baik dalam bentuk tunai dan atau penerbitan SBN;
b. Bank Indonesia menyerahkan piutang FPD dan agunannya kepada Menteri Keuangan melalui Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang beserta seluruh dokumen yang telah dicek kelengkapannya oleh Bank Indonesia;
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
98
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan c. Dengan adanya pengalihan piutang sebagaimana dimaksud huruf b,
maka utang Bank Penerima FPD beralih dari utang kepada Bank Indonesia menjadi utang kepada Pemerintah.
Bagian Kedua Penanganan Krisis
139 Pasal 20 10/31/PBI/2008
(1) Pemberian FPD dalam kondisi Krisis kepada Bank yang mengalami Kesulitan Likuiditas dilakukan oleh Bank Indonesia yang pembiayaannya dari Pemerintah. Pemberian FPD dalam rangka penanganan Krisis merupakan utang Bank kepada Pemerintah.
(2) Pemberian FPD dalam kondisi Krisis dituangkan dalam perjanjian antara Bank dan Bank Indonesia yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah, yang dilengkapi dengan: a. daftar aset Bank dengan nilai transaksi sementara yang menjadi
agunan FPD; dan Pengikatan aset Bank dilakukan oleh Bank Indonesia yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah setelah dokumen agunan lengkap.
b. rencana kerja Bank dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Rencana kerja Bank harus disampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah pemberian FPD.
(3) Perjanjian pemberian FPD dilakukan secara notariil dan ditandatangani oleh pengurus Bank penerima FPD dengan Bank Indonesia yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah.
(4) Pencairan FPD dalam rangka penanganan Krisis dilakukan setelah Pemerintah melakukan penerbitan SBN dan/atau dengan mendebet rekening Pemerintah di Bank Indonesia.
BAB VII Biaya‐Biaya Pemberian FPD140 Pasal 21
10/31/PBI/2008
Biaya‐biaya yang timbul berkaitan dengan: a. penilaian atas agunan yang dilakukan oleh Perusahaan Penilai Independen; b. biaya pembuatan Perjanjian FPD berikut Pengikatan Agunan yang dilakukan
oleh Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT); dan c. biaya‐biaya lain yang terkait dengan pemberian FPD; menjadi beban Bank penerima FPD.
BAB VIII Pelunasan FPD141 Pasal 22
10/31/PBI/2008
(1) Bank dapat melakukan pelunasan dan atau pengurangan baki debet FPD selama jangka waktu pemberian FPD.
(2) Pelunasan dan atau pengurangan baki debet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Rupiah Bank penerima FPD di Bank Indonesia apabila saldo Rekening Giro Rupiah Bank penerima FPD di Bank Indonesia telah melebihi ketentuan GWM.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
99
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 142 Pasal 23
10/31/PBI/2008
(1) Bank Indonesia mendebet Rekening Giro Rupiah Bank penerima FPD yang bersangkutan dan mengkredit rekening khusus FPD Bank Indonesia pada saat FPD jatuh tempo sebagai pelunasan FPD.
(2) Dalam hal saldo Rekening Giro Rupiah Bank penerima FPD yang bersangkutan di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk pelunasan FPD pada saat FPD jatuh tempo, Gubernur Bank Indonesia meminta rapat KSSK membahas permasalahan Bank antara lain mengenai kondisi dan prospek keuangan Bank, serta memutuskan langkah‐langkah yang diperlukan untuk mengatasinya.
(3) Langkah‐langkah untuk mengatasi permasalahan Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah untuk memutuskan : a. FPD tersebut dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu
paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender, apabila rasio KPMM Bank masih positif; atau
b. FPD tidak diperpanjang apabila rasio KPMM bank negatif . (4) Perpanjangan dan perubahan perjanjian FPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a didasarkan pada permohonan yang diajukan oleh Bank Penerima FPD.
143 Pasal 24 10/31/PBI/2008
(1) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 142 ayat (3) huruf b, atau Bank Penerima FPD tidak mampu melunasi FPD pada saat jatuh tempo setelah adanya perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 142 ayat (3) huruf a maka Bank Indonesia menyatakan sebagai Bank Gagal.
(2) Gubernur Bank Indonesia meminta Rapat KSSK untuk memutuskan langkah‐langkah penanganan Bank Gagal sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
144 Pasal 25 10/31/PBI/2008
(1) Dalam hal Bank penerima FPD tidak mampu membayar FPD (default) dan FPD dialihkan kepada Pemerintah, maka Pemerintah selaku kreditur dapat melakukan eksekusi atas agunan.
(2) Apabila hasil eksekusi agunan lebih kecil dari nilai FPD dan kewajiban bunga yang harus dilunasi oleh Bank Penerima FPD, maka kekurangan pelunasan FPD merupakan utang Bank dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank kepada Pemerintah.
BAB IX Pengawasan145 Pasal 26
10/31/PBI/2008
Dengan diberikannya FPD kepada Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 136 dan Paragraf 139, Bank Indonesia berwenang: a. mengambil alih hak dan wewenang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
untuk mengganti sebagian atau seluruh direksi dan komisaris Bank; Pengambilalihan hak dan wewenang RUPS bersifat sementara sampai dengan FPD dilunasi.
b. menempatkan pihak yang mewakili Bank Indonesia sebagai direksi dan/atau komisaris Bank sampai dengan FPD dilunasi. Penempatan pihak yang mewakili Bank Indonesia dapat berasal dari Bank Indonesia dan atau pihak lainnya yang ditunjuk oleh Bank Indonesia yang
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
100
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang keuangan, ekonomi, hukum, dan industri.
c. melaksanakan kewenangan lainnya sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
146 Pasal 27 10/31/PBI/2008
(1) Bank penerima FPD ditempatkan dalam status Bank Dalam Pengawasan Khusus. Bank Indonesia melakukan Cease and Desist Order (CDO) kepada Bank, termasuk melakukan pemeriksaan dan/atau menempatkan tenaga pengawas terhadap Bank penerima FPD, dalam rangka pengawasan terhadap operasional bank secara umum.
(2) Status Bank Dalam Pengawasan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir apabila Bank penerima FPD telah menyelesaikan kewajiban pelunasan FPD dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan ini. Yang dimaksud dengan Peraturan Bank Indonesia yang berlaku, antara lain Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank.
147 Pasal 28
10/31/PBI/2008
(1) Bank Penerima FPD wajib menyampaikan action plan kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah realisasi FPD untuk menyelesaikan masalah likuiditas serta menyusun rencana pengembalian FPD yang diterima. Action plan paling kurang memuat langkah‐langkah Bank penerima FPD untuk menyelesaikan permasalahan likuiditas dan rencana pengembalian FPD.
(2) Bank wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara mingguan kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Menteri Keuangan.
(3) Bank penerima FPD wajib melaporkan kondisi likuiditasnya kepada Bank Indonesia secara harian.
(4) Bank dianggap terlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) apabila Bank belum menyampaikan laporan sampai dengan batas waktu penyampaian laporan.
(5) Bank dianggap tidak menyampaikan laporan apabila Bank tidak menyampaikan laporan sampai dengan periode laporan berikutnya.
148 Pasal 29
10/31/PBI/2008
(1) Bank penerima FPD dilarang mencairkan rekening simpanan pihak terkait kecuali ditetapkan lain oleh KSSK.
(2) Bank penerima FPD dilarang membagikan dividen dalam bentuk apapun selama kewajiban Bank atas FPD belum lunas.
(3) Pemegang Saham Pengendali Bank Penerima FPD dilarang mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada pihak lain tanpa seijin Bank Indonesia.
Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas
101
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB X Laporan Kepada DPR
149 Pasal 30 10/31/PBI/2008
Gubernur Bank Indonesia bersama‐sama Menteri Keuangan menyampaikan dan menjelaskan keputusan KSSK kepada Dewan Perwakilan Rakyat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak Keputusan pemberian FPD.
BAB XI Sanksi 150 Pasal 31
10/31/PBI/2008
Dalam hal Bank tidak melunasi FPD dan/atau melakukan pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau berdasarkan pemeriksaan Bank Indonesia diketahui adanya penyimpangan penggunaan FPD, maka Bank dikenakan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2) Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain berupa teguran tertulis, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu, dan/atau pemberhentian pengurus Bank.
151 Pasal 32 10/31/PBI/2008
Apabila Pengurus Bank, Pemegang Saham Pengendali dan pejabat eksekutif Bank dengan sengaja tidak melaksanakan langkah‐langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, dan/atau memberikan keterangan atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini secara tidak benar, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dikenakan juga sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998.
Lampiran 1
102
CONTOH
PERJANJIAN PENGGUNAAN
FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI
BAGI BANK UMUM
No ...........................
Pada hari ini, ……………., tanggal ……bulan…......…tahun……, yang
bertandatangan dibawah ini : -----------------------------------------------------------------
1. .........Nama……….., Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran, bertempat
tinggal di Jakarta, dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut, untuk dan atas nama Dewan
Gubernur Bank Indonesia dan dengan demikian mewakili
Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta
berdasarkan Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun
2009, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA ------
---------------------------------------------------------------
Dalam hal berdasarkan Anggaran Dasar PT yang bersangkutan tidak diperlukan
surat kuasa maka komparisi adalah sebagai berikut :
2. .........Nama……….., Direktur .... (Jabatan)...., bertempat tinggal di ...............,
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk
dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan
PT Bank ….., berdasarkan Pasal ……. Anggaran
Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ..........., Nomor
….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….,
Lanjutan Lampiran 1
103
Nomor ….., Tambahan Nomor ….., berikut perubahan-
perubahan terakhir dengan Akta Notaris ……, Nomor
….., tanggal ….., yang termuat dalam Berita Negara
Republik Indonesia tanggal …., Nomor ….., Tambahan
Nomor …..,
atau ( Jika Direksi harus mendapat persetujuan dari komisaris ) :
2. ............Nama……, Direktur ... (Jabatan)..., bertempat tinggal di ..............,
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk
dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Peseroan PT
Bank ….., berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya
yang dimuat dalam Akta Notaris ……, Nomor …..,
tanggal ….., yang termuat dalam Berita Negara Republik
Indonesia tanggal …., Nomor ….., Tambahan Nomor
….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta
Notaris ……, Nomor ….., tanggal ….., yang termuat
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….,
Nomor ….., Tambahan Nomor ….., dan untuk
melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah
mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris
Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan
Tertulis tanggal ….., bermeterai cukup yang dilekatkan
pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA--------------------------
Jika PIHAK KEDUA adalah Bank Asing maka komparisi adalah sebagai berikut :
Lanjutan Lampiran 1
104
2. ............Nama............, Jabatan, bertempat tinggal di ......, dalam hal ini bertindak
berdasarkan kekuatan Akta Power of Attorney tertanggal
..........nomor .........dibuat di hadapan ..............., Notaris di
Jakarta, demikian bertindak untuk dan atas nama
...................., cabang Indonesia, suatu bank yang didirikan
berdasarkan hukum .... (negara kantor pusat bank
asing)...., dan dalam hal ini bertindak melalui kantor
cabangnya di Indonesia, berkedudukan di Jakarta,
...alamat...., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA-----------
Kedua belah Pihak menyatakan sepakat untuk mengadakan Perjanjian Penggunaan
Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum (FLI), dengan ketentuan dan syarat-
syarat sebagai berikut :
Pasal 1
(1) PIHAK PERTAMA memberikan FLI kepada PIHAK KEDUA paling
banyak sebesar nilai Surat Berharga berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan/atau Surat Berharga Negara (SBN) yang di-repo-kan oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada rekening FLI-RTGS dan FLI-
Kliring di Bank Indonesia.
(2) PIHAK KEDUA menerima dan menggunakan FLI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dari PIHAK PERTAMA yang besarnya tercantum dan tercetak
pada Hasil Olahan Komputer (HOK) dari Scripless Securities Settlement
System Central Computer (SCC) yang terdapat dalam Bank Indonesia -
Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).
(3) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerima dengan baik HOK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai satu-satunya dokumen yang
membuktikan besarnya FLI yang dapat digunakan oleh PIHAK KEDUA
sekaligus merupakan dokumen yang membuktikan besarnya penggunaan FLI
Lanjutan Lampiran 1
105
oleh PIHAK KEDUA yang timbul sebagai akibat digunakannya FLI oleh
PIHAK KEDUA.
(4) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menerima dan
menggunakan HOK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai alat bukti
yang sah, otentik, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian ini.
Pasal 2
(1) PIHAK KEDUA menggunakan FLI untuk mengatasi kesulitan pendanaan
pada saat saldo rekening giro rupiah PIHAK KEDUA di Bank Indonesia
tidak mencukupi untuk penyelesaian transaksi keluar (outgoing transaction)
yang terjadi dalam sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-
RTGS) dan/atau kewajiban PIHAK KEDUA untuk penyelesaian akhir
kliring debet.
(2) FLI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) yang digunakan oleh
PIHAK KEDUA terdiri dari :
a. FLI-RTGS, sejak jam Operasional BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-
off warning sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur tentang BI-RTGS.
b. FLI-Kliring, apabila PIHAK KEDUA memiliki kewajiban penyelesaian
akhir kliring debet sampai dengan cut-off warning sistem BI-RTGS
sepanjang PIHAK KEDUA telah menjadi peserta Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
(3) FLI-RTGS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a juga dapat
digunakan untuk:
a. menutup kewajiban penyelesaian akhir kliring debet dalam hal
pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund)
dan/atau surat berharga (collateral prefund) yang disediakan PIHAK
KEDUA tidak mencukupi untuk penyelesaian kewajiban PIHAK
KEDUA yang timbul dari penyelesaian akhir kliring debet;
Lanjutan Lampiran 1
106
b. menutup penyelesaian akhir hasil kliring yang terjadi sebelum cut-off
warning Sistem BI-RTGS bagi PIHAK KEDUA yang memiliki kantor
sebagai peserta kliring yang berada di wilayah Kliring yang belum
menerapkan SKNBI, sepanjang PIHAK KEDUA telah memindahkan
surat berharga ke rekening FLI-RTGS dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Fasilitas
Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum.
Pasal 3
(1) PIHAK KEDUA dengan ini menyatakan me-repo-kan Surat Berharga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) yang dimiliki oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dengan nomor seri Surat Berharga
sebagaimana tercatat dalam rekening FLI-RTGS dan FLI-Kliring, untuk
menyelesaikan kewajiban PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
sebagaimana mestinya sebagai akibat penggunaan FLIS yang diberikan oleh
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK PERTAMA dengan ini menerima dengan baik Surat Berharga
dengan nomor seri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diagunkan oleh
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana tercatat dalam
rekening FLI-RTGS dan FLI-Kliring berdasarkan pembukuan dan HOK pada
Bank Indonesia sebagai bukti yang sempurna.
Pasal 4
(1) PIHAK KEDUA harus menyelesaikan FLI yang digunakan pada hari
penggunaannya paling lambat sampai dengan pre cut-off time Sistem BI-
RTGS sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum.
(2) PIHAK KEDUA dapat memindahkan kembali surat berharga yang
diagunkan dari rekening FLI-RTGS ke rekening surat berharga milik PIHAK
KEDUA sesuai dengan nilai FLI yang dikembalikan oleh PIHAK KEDUA.
(3) Dalam hal PIHAK KEDUA tidak menyelesaikan FLI yang digunakan pada
Lanjutan Lampiran 1
107
hari penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka terhadap
nilai FLI yang tidak diselesaikan oleh PIHAK KEDUA tersebut diberlakukan
sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia dengan jangka waktu 1 (satu)
hari sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
transaksi repo overnight.
Pasal 5
(1) Perjanjian ini berakhir apabila :
a. PIHAK PERTAMA mencabut ketentuan yang mengatur tentang
pemberian FLI;
b. PIHAK KEDUA dicabut izin usahanya atau dibekukan kegiatan
usahanya oleh lembaga/instansi yang berwenang;
(2) Berakhirnya perjanjian ini tidak menghapuskan seluruh kewajiban PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA yang timbul sebagai akibat dari
pemberian FLI.
Pasal 6
Dalam hal Perjanjian ini berakhir karena sebab sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1), PIHAK PERTAMA berwenang untuk melakukan pendebetan rekening
giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA untuk penyelesaian FLI
yang diperoleh PIHAK KEDUA.
Pasal 7
PIHAK PERTAMA mengenakan biaya atas penggunaan FLI sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Fasilitas Likuiditas
Intrahari Bagi Bank Umum.
Pasal 8
(1) PIHAK KEDUA setuju bahwa PIHAK PERTAMA berwenang menentukan
terjadinya pelanggaran/kealpaan PIHAK KEDUA menurut perjanjian ini.
(2) Dalam hal suatu kewajiban PIHAK KEDUA menurut perjanjian ini wajib
dilakukan dalam jangka waktu tertentu, lewatnya waktu saja telah
memberikan bukti cukup bahwa PIHAK KEDUA telah melalaikan
Lanjutan Lampiran 1
108
kewajibannya
(3) PIHAK KEDUA menyatakan melepaskan hak-haknya untuk menyangkal
jumlah kewajiban PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 9
Dalam hal perjanjian berakhir sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, para pihak
sepakat bahwa perjanjian akan berakhir secara otomatis dengan mengesampingkan
ketentuan Pasal 1266 jo. Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 10
(1) Semua pemberitahuan dan/atau surat menyurat antara PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan Perjanjian ini dilakukan secara
tertulis dan dianggap telah disampaikan kepada yang bersangkutan jika
terdapat tanda terima tertulis dari PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK
KEDUA.
(2) Pemberitahuan dan/atau surat menyurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialamatkan kepada :
PIHAK PERTAMA : BANK INDONESIA
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
u.p. Bagian Penyelenggaraan Setelmen
Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350
PIHAK KEDUA : ..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
Pasal 11
(1) Apabila timbul perselisihan sebagai akibat dari pelaksanaan perjanjian ini,
Lanjutan Lampiran 1
109
kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah
untuk mufakat.
(2) Apabila penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, kedua belah pihak sepakat untuk
menyelesaikannya melalui pengadilan dan memilih tempat kediaman dan
domisili yang tetap di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pasal 12
Para pihak sepakat bahwa hal-hal lain yang belum diatur dalam perjanjian ini dan
segala perubahan atas kesepakatan dalam perjanjian ini akan diatur kemudian dalam
bentuk addendum atau surat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian ini.
Pasal 13
Perjanjian ini dibuat pada hari dan tanggal sebagaimana dimaksud pada awal
perjanjian, dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing bermaterai cukup dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,
(...................................................) (..................................................)
Lampiran 2
110
CONTOH PERHITUNGAN BIAYA ATAS PENGGUNAAN FLI Tabel Ilustrasi Penggunaan dan Perhitungan biaya Atas Penggunaan FLI
(nominal dalam ribuan rupiah)
No. Transaksi
Nominal FLI
(Extend)
Pelunasan FLI
(Redeem)
Waktu
Saldo penggunaan
FLI
Waktu penggunaan RRT PUAS
O/N terakhir sblm hr
penggunaan
Perhitungan Biaya
Sebenarnya Pembulatan
ke atas dalam
hitungan menit
Nominal FLI
yang diperhitungkan
Biaya atas
Penggunaan FLI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 400.000 - 10:00:00 400.000 0:00:00
60 7,50% 800.000 15,87
2 - 400.000 10:05:00 0 0:05:00
3 300.000 - 10:10:00 300.000 0:00:00
3 100.000 - 10:30:00 400.000 0:20:00
4 - 100.000 10:45:00 300.000 0:15:00
5 - - 11:00:00 300.000 0:15:00
6 200.000 11:25:00 500.000 0:25:00 25 7,50% 300.000 2,48
7 500.000 11:25:50 1.000.000 0:00:50 1 7,50% 500.000 0,17
8 450.000 11:35:10 550.000 0:09:20 10 7,50% 1.000.000 3,31
9 300.000 11:35:20 250.000 0:00:10 1 7,50% 550.000 0,18
10 200.000 11:35:25 50.000 0:00:05 1 7,50% 250.000 0,08
11 50.000 12:00:00 - 0:24:35 25 7,50% 50.000 0,41
T o t a l B i a y a 22,50
Penjelasan: 1. Kolom 2 : Bank menggunakan FLI (extend) untuk pertama kalinya pada hari
transaksi sebesar Rp400 juta pada pukul 10:00:00. Selanjutnya pada pukul 10:10:00 dan pukul 10:30:00 Bank menggunakan kembali FLIS masing-masing sebesar Rp300 juta dan Rp100 juta. Setelah satu jam pertama, pada pukul 11:25:00 dan pukul 11:25:50 Bank kembali menggunakan FLIS masing-masing sebesar Rp200 juta dan Rp500 juta.
2. Kolom 3 : Pada pukul 10:05:00 dan pukul 10:45:00 terdapat transfer masuk (incoming transaction) di Sistem BI-RTGS masing-masing sebesar Rp400 juta dan Rp100 juta. Transfer masuk tersebut digunakan untuk menutupi penggunaan FLI (redeem). Setelah satu jam pertama, pada pukul 11:35 terdapat tiga kali transfer masuk (incoming transaction) masing-masing sebesar Rp450 juta, Rp300 juta dan Rp200 juta. Pada pukul 12:00:00 kembali terdapat transfer masuk (incoming transaction) sebesar Rp50 juta yang melunasi saldo penggunaan FLI.
Lanjutan Lampiran 2
111
3. Kolom 5 : saldo penggunaan FLI diperoleh dari hasil bersih dari nilai penggunaan dan penyelesaian FLI.
4. Kolom 6 : perhitungan waktu penggunaan FLI yang sebenarnya (dalam hitungan detik)
5. Kolom 7 : pembulatan waktu penggunaan FLI (dibulatkan ke atas dalam hitungan menit)
6. Kolom 8 : Rata-rata tertimbang PUAB O/N terakhir sebelum hari penggunaan FLI sebesar 7,5% yang merupakan hasil perkalian rata-rata tertimbang indikasi imbalan PUAB O/N dengan nisbah bagi hasil PUAB O/N.
7. Kolom 9 : perhitungan nominal FLI yang digunakan sebagai dasar hitung perhitungan imbalan atas penggunaan FLI a) Biaya FLI untuk 1 jam pertama penggunaan FLI (Pukul 10:00:00
s/d 11:00:00) : dihitung berdasarkan akumulasi nilai nominal FLI yang digunakan Bank (kolom 2) dalam kurun waktu 1 jam pertama penggunaan FLI, yaitu sebesar Rp.800 juta dengan waktu penggunaan yang dibulatkan selama 60 menit (1 jam).
b) Biaya FLI setelah 1 jam pertama penggunaan FLI : dihitung berdasarkan outstanding FLI (kolom 5) yang digunakan Bank setelah 1 jam pertama dengan perhitungan waktu penggunaan dibulatkan ke atas dalam hitungan menit.
8. Kolom 10 : perhitungan biaya penggunaan FLI dengan rumus: Nominal Penggunaan FLI x {(waktu penggunaan FLI) / (10,5 jam x 60 menit)} x RRT PUAB O/N Terakhir sebelum hari penggunaan FLI x (1/360) atau Kolom 9 x {(Kolom 7) / (10,5 jam x 60 menit)} x (Kolom 8 / 360)
112
Lampiran-3 CONTOH
PERJANJIAN PENGGUNAAN
FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
No ...........................
Pada hari ini, ……………., tanggal ……bulan…......…tahun……, yang bertandatangan dibawah ini : ----------------------------------------------------------------- 1. .........Nama………..,Direktur Pengelolaan Moneter, bertempat tinggal di Jakarta,
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA ---------------------------------------------------------------------
Dalam hal berdasarkan Anggaran Dasar PT yang bersangkutan tidak diperlukan surat kuasa maka komparisi adalah sebagai berikut : 2. .........Nama……….., Direktur .... (Jabatan)...., bertempat tinggal di ...............,
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT Bank ….., berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ...........……, Nomor ….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …., Nomor ….., Tambahan Nomor ….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris ……, Nomor ….., tanggal ….., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …., Nomor ….., Tambahan Nomor …..,
atau ( Jika Direksi harus mendapat persetujuan dari komisaris ) :
2. ............Nama……, Direktur ... (Jabatan)..., bertempat tinggal di .............., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku
113
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Peseroan PT Bank ….., berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ……, Nomor ….., tanggal ….., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …., Nomor ….., Tambahan Nomor ….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris ……, Nomor ….., tanggal ….., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …., Nomor ….., Tambahan Nomor ….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis tanggal ….., bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA--------------------------
Jika PIHAK KEDUA adalah Bank Asing maka komparisi adalah sebagai berikut :
2. ............Nama............, Jabatan, bertempat tinggal di ......, dalam hal ini bertindak berdasarkan kekuatan Akta Power of Attorney tertanggal ..........nomor .........dibuat di hadapan ..............., Notaris di Jakarta, demikian bertindak untuk dan atas nama ...................., cabang Indonesia, suatu bank yang didirikan berdasarkan hukum .... (negara kantor pusat bank asing)...., dan dalam hal ini bertindak melalui kantor cabangnya di Indonesia, berkedudukan di Jakarta, ...alamat...., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA--------------------------
Kedua belah Pihak menyatakan sepakat untuk mengadakan Perjanjian Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah (FLIS), dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :
Pasal 1
(1) PIHAK PERTAMA memberikan FLIS kepada PIHAK KEDUA paling banyak sebesar nilai Surat Berharga berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan/atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang di-repo-kan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada rekening FLIS-RTGS dan FLIS-Kliring di Bank Indonesia.
114
(2) PIHAK KEDUA menerima dan menggunakan FLIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari PIHAK PERTAMA yang besarnya tercantum dan tercetak pada Hasil Olahan Komputer (HOK) dari Scripless Securities Settlement System Central Computer (SCC) yang terdapat dalam Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).
(3) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerima dengan baik HOK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai satu-satunya dokumen yang membuktikan besarnya FLIS yang dapat digunakan oleh PIHAK KEDUA sekaligus merupakan dokumen yang membuktikan besarnya penggunaan FLIS oleh PIHAK KEDUA yang timbul sebagai akibat digunakannya FLIS oleh PIHAK KEDUA.
(4) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menerima dan
menggunakan HOK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai alat bukti yang sah, otentik, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
Pasal 2
(1) PIHAK KEDUA menggunakan FLIS untuk mengatasi kesulitan pendanaan
pada saat saldo rekening giro rupiah PIHAK KEDUA di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk penyelesaian transaksi keluar (outgoing transaction) yang terjadi dalam sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan/atau kewajiban PIHAK KEDUA untuk penyelesaian akhir kliring debet.
(2) FLIS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) yang digunakan oleh PIHAK KEDUA terdiri dari : a. FLIS-RTGS, sejak jam Operasional BI-RTGS dibuka sampai dengan
cut-off warning sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur tentang BI-RTGS.
b. FLIS-Kliring, apabila PIHAK KEDUA memiliki kewajiban penyelesaian akhir kliring debet sampai dengan cut-off warning sistem BI-RTGS sepanjang PIHAK KEDUA telah menjadi peserta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
(3) FLIS-RTGS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a juga dapat
digunakan untuk: a. menutup kewajiban penyelesaian akhir kliring debet dalam hal
pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dan/atau surat berharga (collateral prefund) yang disediakan PIHAK KEDUA tidak mencukupi untuk penyelesaian kewajiban PIHAK KEDUA yang timbul dari penyelesaian akhir kliring debet;
115
b. menutup penyelesaian akhir kliring hasil kliring yang terjadi sebelum cut-off warning Sistem BI-RTGS bagi PIHAK KEDUA yang memiliki kantor sebagai peserta kliring yang berada di wilayah Kliring yang belum menerapkan SKNBI, sepanjang PIHAK KEDUA telah memindahkan surat berharga ke rekening FLIS-RTGS dalam jumlah yang cukup sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah.
Pasal 3
(1) PIHAK KEDUA dengan ini menyatakan me-repo-kan Surat Berharga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dengan nomor seri Surat Berharga sebagaimana tercatat dalam rekening FLIS-RTGS dan FLIS-Kliring, untuk menyelesaikan kewajiban PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana mestinya sebagai akibat penggunaan FLIS yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK PERTAMA dengan ini menerima dengan baik Surat Berharga
dengan nomor seri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diagunkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana tercatat dalam rekening FLIS-RTGS dan FLIS-Kliring berdasarkan pembukuan dan HOK pada Bank Indonesia sebagai bukti yang sempurna.
Pasal 4
(1) PIHAK KEDUA harus menyelesaikan FLIS yang digunakan pada hari penggunaannya paling lambat sampai dengan pre cut-off time Sistem BI-RTGS sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah.
(2) PIHAK KEDUA dapat memindahkan kembali surat berharga yang
diagunkan dari rekening FLIS-RTGS ke rekening surat berharga milik PIHAK KEDUA sesuai dengan nilai FLIS yang dikembalikan oleh PIHAK KEDUA.
(3) Dalam hal PIHAK KEDUA tidak menyelesaikan FLIS yang digunakan pada hari penggunaan FLIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka terhadap nilai FLIS yang tidak diselesaikan oleh PIHAK KEDUA tersebut diberlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia dengan jangka waktu 1 (satu) hari sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi repo overnight.
116
Pasal 5 (1) Perjanjian ini berakhir apabila :
a. PIHAK PERTAMA mencabut ketentuan yang mengatur tentang pemberian FLIS;
b. PIHAK KEDUA dicabut izin usahanya atau dibekukan kegiatan usahanya oleh lembaga/instansi yang berwenang;
(2) Berakhirnya perjanjian ini tidak menghapuskan seluruh kewajiban PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA yang timbul sebagai akibat dari pemberian FLIS.
Pasal 6
Dalam hal Perjanjian ini berakhir karena sebab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), PIHAK PERTAMA berwenang untuk melakukan pendebetan rekening giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA untuk penyelesaian FLIS yang diperoleh PIHAK KEDUA.
Pasal 7
PIHAK PERTAMA mengenakan biaya atas penggunaan FLIS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah.
Pasal 8
(1) PIHAK KEDUA setuju bahwa PIHAK PERTAMA berwenang menentukan
terjadinya pelanggaran/kealpaan PIHAK KEDUA menurut perjanjian ini.
(2) Dalam hal suatu kewajiban PIHAK KEDUA menurut perjanjian ini wajib dilakukan dalam jangka waktu tertentu, lewatnya waktu saja telah memberikan bukti cukup bahwa PIHAK KEDUA telah melalaikan kewajibannya
(3) PIHAK KEDUA menyatakan melepaskan hak-haknya untuk menyangkal
jumlah kewajiban PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 9
Dalam hal perjanjian berakhir sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, para pihak sepakat bahwa perjanjian akan berakhir secara otomatis dengan mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 jo. Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
117
Pasal 10
(1) Semua pemberitahuan dan/atau surat menyurat antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan Perjanjian ini dilakukan secara tertulis dan dianggap telah disampaikan kepada yang bersangkutan jika terdapat tanda terima tertulis dari PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK KEDUA.
(2) Pemberitahuan dan/atau surat menyurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialamatkan kepada :
PIHAK PERTAMA : BANK INDONESIA Direktorat Pengelolaan Moneter u.p. Biro Operasi Moneter Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
PIHAK KEDUA : .................................................. .................................................. .................................................. ..................................................
Pasal 11
(1) Apabila timbul perselisihan sebagai akibat dari pelaksanaan perjanjian ini,
kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui pengadilan dan memilih tempat kediaman dan domisili yang tetap di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pasal 12
Para pihak sepakat bahwa hal-hal lain yang belum diatur dalam perjanjian ini dan segala perubahan atas kesepakatan dalam perjanjian ini akan diatur kemudian dalam bentuk addendum atau surat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
118
Pasal 13 Perjanjian ini dibuat pada hari dan tanggal sebagaimana dimaksud pada awal perjanjian, dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, (...................................................) (..................................................)
9
119
Lampiran-4
CONTOH PERHITUNGAN BIAYA ATAS PENGGUNAAN FLIS Tabel Ilustrasi Penggunaan dan Perhitungan biaya Atas Penggunaan FLIS
(nominal dalam ribuan rupiah)
No. Transaksi
Nominal FLIS
(Extend)
Pelunasan FLIS
(Redeem)
Waktu
Saldo penggunaan
FLIS
Waktu penggunaan RRT PUAS
O/N terakhir sblm hr
penggunaan
Perhitungan Biaya
Sebenarnya Pembulatan
ke atas dalam
hitungan menit
Nominal FLIS
yang diperhitungkan
Biaya atas
Penggunaan FLIS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 400.000 - 10:00:00 400.000 0:00:00
60 7,50% 800.000 15,87
2 - 400.000 10:05:00 0 0:05:00
3 300.000 - 10:10:00 300.000 0:00:00
3 100.000 - 10:30:00 400.000 0:20:00
4 - 100.000 10:45:00 300.000 0:15:00
5 - - 11:00:00 300.000 0:15:00
6 200.000 11:25:00 500.000 0:25:00 25 7,50% 300.000 2,48
7 500.000 11:25:50 1.000.000 0:00:50 1 7,50% 500.000 0,17
8 450.000 11:35:10 550.000 0:09:20 10 7,50% 1.000.000 3,31
9 300.000 11:35:20 250.000 0:00:10 1 7,50% 550.000 0,18
10 200.000 11:35:25 50.000 0:00:05 1 7,50% 250.000 0,08
11 50.000 12:00:00 - 0:24:35 25 7,50% 50.000 0,41
T o t a l B i a y a 22,50
Penjelasan: 1. Kolom 2 : Bank menggunakan FLIS (extend) untuk pertama kalinya pada hari
transaksi sebesar Rp400 juta pada pukul 10:00:00. Selanjutnya pada pukul 10:10:00 dan pukul 10:30:00 Bank menggunakan kembali FLIS masing-masing sebesar Rp300 juta dan Rp100 juta. Setelah satu jam pertama, pada pukul 11:25:00 dan pukul 11:25:50 Bank kembali menggunakan FLIS masing-masing sebesar Rp200 juta dan Rp500 juta.
2. Kolom 3 : Pada pukul 10:05:00 dan pukul 10:45:00 terdapat transfer masuk (incoming transaction) di Sistem BI-RTGS masing-masing sebesar Rp400 juta dan Rp100 juta. Transfer masuk tersebut digunakan untuk menutupi penggunaan FLIS (redeem). Setelah satu jam pertama, pada pukul 11:35 terdapat tiga kali transfer masuk
120
(incoming transaction) masing-masing sebesar Rp450 juta, Rp300 juta dan Rp200 juta. Pada pukul 12:00:00 kembali terdapat transfer masuk (incoming transaction) sebesar Rp50 juta yang melunasi saldo penggunaan FLIS.
3. Kolom 5 : saldo penggunaan FLIS diperoleh dari hasil bersih dari nilai penggunaan dan penyelesaian FLIS.
4. Kolom 6 : perhitungan waktu penggunaan FLIS yang sebenarnya (dalam hitungan detik)
5. Kolom 7 : pembulatan waktu penggunaan FLIS (dibulatkan ke atas dalam hitungan menit)
6. Kolom 8 : Rata-rata tertimbang PUAS O/N terakhir sebelum hari penggunaan FLIS sebesar 7,5% yang merupakan hasil perkalian rata-rata tertimbang indikasi imbalan PUAS O/N dengan nisbah bagi hasil PUAS O/N.
7. Kolom 9 : perhitungan nominal FLIS yang digunakan sebagai dasar hitung perhitungan imbalan atas penggunaan FLIS a) Biaya FLIS untuk 1 jam pertama penggunaan FLIS (Pukul
10:00:00 s/d 11:00:00) : dihitung berdasarkan akumulasi nilai nominal FLIS yang digunakan Bank (kolom 2) dalam kurun waktu 1 jam pertama penggunaan FLIS, yaitu sebesar Rp.800 juta dengan waktu penggunaan yang dibulatkan selama 60 menit (1 jam).
b) Biaya FLIS setelah 1 jam pertama penggunaan FLIS : dihitung berdasarkan outstanding FLIS (kolom 5) yang digunakan Bank setelah 1 jam pertama dengan perhitungan waktu penggunaan dibulatkan ke atas dalam hitungan menit.
8. Kolom 10 : perhitungan biaya penggunaan FLIS dengan rumus: Nominal Penggunaan FLIS x {(waktu penggunaan FLIS) / (10,5 jam x 60 menit)} x RRT PUAS O/N Terakhir sebelum hari penggunaan FLIS x (1/360)
atau Kolom 9 x {(Kolom 7) / (10,5 jam x 60 menit)} x (Kolom 8 / 360)
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------- Lampiran I
Contoh Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank
Indonesia Untuk Agunan Obligasi Korporasi
Perusahaan Pemeringkat
Peringkat
Teratas Ke-2
Teratas Ke-3
Teratas
Fitch Ratings AAA AA+ AA
Moody’s Investor Service Aaa Aa1 Aa2
Standard and Poor’s AAA AA+ AA
PT. Fitch Ratings Indonesia AAA(idn) AA+(idn) AA(idn)
PT ICRA Indonesia [Idr]AAA [Idr]AA+ [Idr]AA
PT. Pemeringkat Efek Indonesia idAAA idAA+ idAA
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
121
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lampiran II.a
Contoh Surat Permohonan/Perpanjangan FPJP
Nomor : [diisi dengan nomor surat]
Kepada
[diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Permohonan/Perpanjangan1 Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek (FPJP)
Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 14/16/PBI/2012 tanggal 23 November 2012
tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum, bersama
ini kami mengajukan permohonan/perpanjangan1 FPJP untuk jangka
waktu ... ( ... ) hari dari tanggal………… sampai dengan tanggal………
sebesar Rp ............ (terbilang : .......) untuk memenuhi perkiraan
kekurangan Giro Wajib Minimum (GWM) kami.
Sehubungan dengan pengajuan permohonan/perpanjangan1 FPJP
dimaksud, dengan ini kami lampirkan dokumen sebagai berikut :
1. Surat pernyataan kesulitan likuiditas;
2. Surat pernyataan agunan FPJP;
3. Surat kesanggupan membayar kewajiban FPJP;
4. Surat pernyataan Bank mengenai kebenaran data dan dokumen;2
5. Surat persetujuan Dewan Komisaris atau keputusan RUPS mengenai
penggunaan aset Bank sebagai agunan FPJP, sesuai dengan anggaran
dasar Bank dan perundang-undangan yang berlaku;
6. Dokumen perhitungan rasio KPMM;
7. Proyeksi arus kas dan dokumen pendukung lainnya;
8. Daftar aset yang menjadi agunan FPJP;
9. Print-out hasil pengagunan (pledge) di BI-SSSS;3
10. Surat pernyataan pengagunan SBIS;4
11. Konfirmasi pemblokiran agunan dari KSEI dan hasil pemeringkatan
dari perusahaan pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia;5
1 Coret yang tidak perlu 2 Hanya disampaikan pada saat permohonan FPJP 3 Dalam hal agunan berupa SBI, dan/atau SBN 4 Dalam hal agunan berupa SBIS 5 Dalam hal agunan berupa Obligasi Korporasi 12. Dokumen …
122
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran II.a
12. Dokumen atas aset kredit yang menjadi agunan FPJP;6
Surat permohonan beserta lampiran tersebut di atas kami buat
dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat hal-hal
yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari
tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan
terima kasih.
(tempat, tanggal)
Komisaris Direksi
(Nama Bank….) (Nama Bank…..)
ttd ttd
Meterai
---------------- ------------------------------------
(Komisaris) (Direktur/SetingkatDirektur)
CC.
[diisi sesuai ketentuan SE]
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
6 Dalam hal agunan berupa Aset Kredit
123
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lampiran II.b
Contoh Surat Pernyataan Kesulitan Likuiditas Dalam Rangka
Permohonan/Perpanjangan/Penambahan1 FPJP
No. [diisi dengan nomor surat]
Kepada
[diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Surat Pernyataan Kesulitan Likuiditas
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ……………………………………….. 2
Jabatan : Direktur ……. 3 Bank ……….……..... 4
dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini
menyatakan bahwa :
Bank mengalami kesulitan likuiditas yang disebabkan oleh
a)……..
b)……..
dst
Bank telah berupaya untuk mengatasi kesulitan likuiditas tersebut
namun belum dapat mengatasi kesulitan likuiditas tersebut. Adapun
langkah-langkah yang telah diambil oleh Bank adalah
a)……..
b)……..
dst
1 Coret yang tidak perlu 2 Diisi dengan nama direksi Bank yang berwenang mewakili 3 Diisi dengan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank 4 Diisi dengan nama Bank yang mengajukan permohonan FPJP Demikian …
124
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran II.b
Demikian pernyataan kami.
[kota], [tanggal, bln,
tahun]
Tanda tangan
……….5
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
5 Diisi dengan nama dan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank
Materai Rp. 6000,-
125
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lampiran II.c
Contoh Surat Pernyataan Agunan FPJP
No. [diisi dengan nomor surat]
Kepada
[diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Surat Pernyataan Agunan FPJP
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ……………………………………….. 1
Jabatan : Direktur ……. 2 Bank ……….……..... 3
dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini
menyatakan bahwa :
Seluruh aset yang menjadi agunan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
(FPJP) tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak di bawah sitaan,
tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi
seluruh persyaratan agunan FPJP sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang
mengatur mengenai pemberian FPJP.
Demikian pernyataan kami.
[kota], [tanggal, bln,
tahun]
Tanda tangan
……….4
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
1 Diisi dengan nama direksi Bank yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank 3 Diisi dengan nama Bank yang mengajukan permohonan FPJP 4 Diisi dengan nama dan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank
Materai Rp. 6000,-
126
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lampiran II.d
Contoh Surat Kesanggupan Membayar Dalam Rangka
Permohonan/Perpanjangan/Penambahan Plafon1 FPJP No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Surat Kesanggupan Membayar
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : …………………………......……………2 Jabatan : Direktur ……. 3 Bank ………………….4
dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini menyatakan kesanggupan membayar atas segala kewajiban terkait Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang diberikan oleh Bank
Indonesia kepada Bank ………….4 pada saat tanggal jatuh waktu yaitu tanggal …………………5 dengan plafon sejumlah Rp.……………….6 berikut biaya bunga dan biaya lain yang timbul sehubungan dengan pemberian
FPJP dari Bank Indonesia, serta menyatakan tunduk pada seluruh ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai pemberian FPJP.
[kota], [tanggal, bln, tahun]
Tanda tangan
………..7
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
1 Coret yang tidak perlu 2 Diisi dengan nama direksi Bank yang berwenang mewakili
3 Diisi dengan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank 4 Diisi dengan nama Bank yang mengajukan permohonan FPJP 5 Diisi dengan tanggal jatuh waktu FPJP 6 Diisi dengan jumlah FPJP yang diajukan 7 Diisi dengan nama dan jabatan direksi Bank yang berwenang mewakili
Materai Rp. 6000,-
127
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------- Lampiran II.e
SURAT PERNYATAAN KEBENARAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : ……………………………….................1
Jabatan : Direktur ...........2 Bank ............................3
Alamat : .................................................................4
bahwa berkaitan dengan permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek (FPJP) yang diajukan kepada Bank Indonesia, dengan ini untuk
dan atas nama Bank ..........3 menyatakan bahwa seluruh dokumen, data,
penjelasan dan keterangan yang disampaikan kepada Bank Indonesia
dijamin kebenarannya serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku,
termasuk dalam hal terdapat permohonan perpanjangan dan/atau
penambahan plafon FPJP.
Bahwa apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang sebaliknya,
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab kami
sepenuhnya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun juga.
[kota], [tanggal, bln, tahun]
Tanda tangan
……………….5
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
1 Diisi dengan nama direksi Bank yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank 3 Diisi dengan nama Bank yang mengajukan permohonan FPJP 4 Diisi alamat Bank yang mengajukan permohonan FPJP 5 Diisi dengan nama dan jabatan direksi yang berwenang mewakili
Materai Rp. 6000,-
128
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lampiran III
Proyeksi Arus Kas
Nama Bank : …………………….
Posisi : Tanggal ………….
Proyeksi arus kas - Berdasarkan Pendekatan
Remaining Maturity
Posisi Remaining Maturity
H H+1 H+2 … H+29 H+30
I. Settlement/pos-pos tertentu yang
mempengaruhi ON B/S Rupiah
A. Saldo Giro BI
1. Rupiah
2. Valas
B. Kas / Uang Tunai
1. Rupiah
2. Valas
C. Transaksi Jatuh Waktu
1. Transaksi Antar Bank
1.1 Penempatan Pada Bank Lain Jatuh waktu
(placement jatuh waktu)
1.2 Pinjaman Kepada Bank Lain Jatuh waktu
(borrowing jatuh waktu)
1.3 Reverse repo SBI/SBIS
1.4 Repo SBI/SBIS
1.5 Reverse repo SBN
1.6 Repo SBN
1.7 Reverse repo SSB/SSBS Korporasi
1.8 Repo SSB/SSBS Korporasi
1.9 Antar bank aktiva lainnya
1.10 Antar bank pasiva lainnya
2. Transaksi Dengan Bank Indonesia
2.1 SBI/SBIS
a SBI/SBIS Jatuh waktu
b Settlement SBI/SBIS
2.2 Deposit Facility/FASBIS jatuh waktu
2.3 Term Deposit jatuh waktu
2.4 Lending/Financing Facility jatuh waktu
2.5 Repo
a SBI/SBIS jatuh waktu
b SBN jatuh waktu
2.6 Reverse Repo SBN
3. Transaksi Dengan Pemerintah dan Korporasi
3.1 SBN
3.2 SSB/SSBS Korporasi
3.3 Obligasi/Sukuk Subordinasi
3.4 SSB/SSBS yang Diterbitkan
D. Kredit/Pembiayaan
1. Kredit/Pembiayaan yang diberikan
129
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran III
Proyeksi arus kas - Berdasarkan Pendekatan
Remaining Maturity
Posisi Remaining Maturity
H H+1 H+2 … H+29 H+30
2. Pinjaman/pembiayaan yang diterima
E. Dana Pihak Ketiga
1. Tabungan dan Giro
2. Deposito
II. Settlement/Pos-pos tertentu yang
mempengaruhi OFF B/S Rupiah
A. Dengan Bank Indonesia
1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
2. Forward
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
3. Swap
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
4. Option
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
5. Transaksi Derivatif Lainnya
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
B. Dengan Pihak Lainnya
1. Dengan Bank
1.1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
1.2. Forward
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
1.3. Swap
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
1.4. Option
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
1.5. Transaksi Derivatif Lainnya
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
2. Dengan Nasabah Perorangan
2.1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
130
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran III
Proyeksi arus kas - Berdasarkan Pendekatan
Remaining Maturity
Posisi Remaining Maturity
H H+1 H+2 … H+29 H+30
2.2. Forward
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
2.3. Swap
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
2.4. Option
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
2.5. Transaksi Derivatif Lainnya
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
3. Dengan Nasabah Korporasi
3.1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
3.2. Forward
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
3.3. Swap
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
3.4. Option
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
3.5. Transaksi Derivatif Lainnya
a. arus kas masuk (beli Rupiah)
b. arus kas keluar (jual Rupiah)
III. Settlement/Pos-pos tertentu yang
Mempengaruhi ON B/S Valas
A. Transaksi Antar Bank
1. Saldo Nostro
2. Saldo Vostro
3. Penempatan Pada Bank Lain Jatuh waktu
(placement jatuh waktu)
4. Pinjaman Kepada Bank Lain Jatuh waktu
(borrowing jatuh waktu)
5. Reverse repo SSB/SSBS
6. Repo SSB/SSBS
7. Antar bank aktiva lainnya
8. Antar bank pasiva lainnya
B. Transaksi Dengan Bank Indonesia
1. Term Deposit jatuh waktu
C. Transaksi Dengan Pemerintah dan Korporasi
131
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran III
Proyeksi arus kas - Berdasarkan Pendekatan
Remaining Maturity
Posisi Remaining Maturity
H H+1 H+2 … H+29 H+30
1. SBN
2. SSB/SSBS Korporasi
3. Obligasi/Sukuk Subordinasi
4. SSB/SSBS yang Diterbitkan
D. Kredit/Pembiayaan
1. Kredit/Pembiayaan yang diberikan
2. Pinjaman/Pembiayaan yang diterima
E. Dana Pihak Ketiga
1. Tabungan
2. Deposito
IV. Settlement/Pos-pos tertentu yang
Mempengaruhi OFF B/S Valas
A. Dengan Bank Indonesia
1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
2. Forward
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
3. Swap
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
4. Option
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
5. Transaksi Derivatif Lainnya
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
B. Dengan Pihak Lainnya
1. Dengan Pihak Bank
1.1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
1.2. Forward
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
1.3. Swap
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
1.4. Option
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
1.5. Transaksi Detivatif Lainnya
132
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran III
Proyeksi arus kas - Berdasarkan Pendekatan
Remaining Maturity
Posisi Remaining Maturity
H H+1 H+2 … H+29 H+30
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
2. Dengan Nasabah Perorangan
2.1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
2.2. Forward
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
2.3. Swap
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
2.4. Option
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
2.5. Transaksi Derivatif Lainnya
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
3. Dengan Nasabah Korporasi
3.1. Spot/tod/tom
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
3.2. Forward
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
3.3. Swap
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
3.4. Option
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
3.5. Transaksi Derivatif Lainnya
a. arus kas masuk (beli valas)
b. arus kas keluar (jual valas)
133
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran III
Proyeksi Arus Kas – Berdasarkan
Pendekatan Behavioral
Posisi Proyeksi Ket
H H+1 … H+14 W3 W4
I. Penarikan dan Setoran DPK
A Tabungan dan Giro
1. Nasabah Perorangan
1.1 Rupiah
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
1.2 Valas
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
2. Nasabah Korporasi
2.1 Rupiah
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
2.2 Valas
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
B Deposito
1. Nasabah Perorangan
1.1 Rupiah
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
1.2 Valas
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
2. Nasabah Korporasi
2.1 Rupiah
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
2.2 Valas
a. arus kas masuk
b. arus kas keluar
II. Transaksi Antar Bank
1. Rupiah
a. Penempatan Pada Bank lain Jatuh
Waktu (placement jatuh waktu)
b. Pinjaman dari Bank lain Jatuh Waktu
(borrowing jatuh waktu)
2. Valas
a. Penempatan Pada Bank lain Jatuh
Waktu (placement jatuh waktu)
b. Pinjaman dari Bank lain Jatuh waktu
(borrowing jatuh waktu)
III. Surat-Surat Berharga
1. Pembayaran Pokok dan Bunga/Imbalan
dari SSB/SSBS yang diterbitkan
a. Rupiah
b. Valas
2. Buyback SBN dan SSB/SSBS lainnya
a. Rupiah
b. Valas
3. Call Option Obligasi Subordinasi
a. Rupiah
b. Valas
134
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran III
Proyeksi Arus Kas – Berdasarkan
Pendekatan Behavioral
Posisi Proyeksi Ket
H H+1 … H+14 W3 W4
IV. Kredit/Pembiayaan
1. Kredit/pembiayaan yang diberikan
a. Rupiah
b. Valas
2. Realisasi penyaluran kredit/pembiayaan
a. Rupiah
b. Valas
V. Pasar Modal Dalam Negeri dan Luar
Negeri
1. Penerbitan Surat utang baru
a. Rupiah
b. Valas
2. Penerbitan Saham (IPO dan Right Issues)
a. Rupiah
b. Valas
Petunjuk pengisian pada Lampiran II ini mengikuti ketentuan Bank
Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/39/DPM
tanggal 28 Desember 2012 perihal Perubahan atas Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 13/3/DPM tanggal 4 Februari 2011 perihal
Laporan Harian Bank Umum.
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
135
Lampiran SE Ekstern No. 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013 ----------------------------------------------------------------------------
Lampiran IV.a
AGUNAN BERUPA SURAT BERHARGA
Jenis Seri Sisa Jangka Waktu
Tanggal Jatuh
Tempo
Harga*) Rata-rata Tertimbang
Tingkat Diskonto Saat Penerbitan **)
Nilai Nominal Nilai Jual *)
SBI
SBIS
SBN
Obligasi Korporasi
*) Tidak berlaku untuk SBIS **) Hanya berlaku untuk SBI
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
136
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
---------------------------------------------------------------------
Lampiran IV.b
DAFTAR ASET KREDIT LANCAR SELAMA 12 BULAN TERAKHIR YANG DIAGUNKAN BANK …………………………………
Mulai Akhir Rp (juta) Va (ribu) Rp (juta) Va (ribu)Nominal Rp
(juta)
Persentase
terhadap
Plafon
Debitur Kredit Agunan
No Nama
Nomor Debtor
Identification
Number (DIN)
NPWPAlamat
dan Telp
Nomor
Perjanjian
Kredit /
Surat
Perjanjian
Kredit
Nomor
Rekening
Nama
Pemilik
Nilai
Pengikatan
Nomor Bukti
Kepemilikan
Nilai Taksasi Agunan **)
Total dalam mata uang asal
Total dalam Jutaan Rupiah
No
Pengikatan/
Pembebanan
*)
Baki Debet
Jenis
Agunan
Penilai
Agunan ***)
Nomor Polis
Asuransi
Nilai Agunan
Tertanggung
(apabila
ada)
Jenis Kredit
Nomor
Asuransi
Kredit dan
Nilai
Tertanggung
(apabila ada)
Jangka Waktu
(yyy/mm/dd)Plafon Kredit
Catatan: *) Apabila agunan kredit memiliki akta Fidusia, APHT, atau Hipotek cantumkan no. Akta-akta tersebut **) nilai yang dicantumkan sesuai pasal 48 Peraturan Bank Indonesia No.9/6/PBI/2007 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum antara lain telah memperhitungkan
jangka waktu dari penilaian agunan terakhir dilakukan. ***) Diisi " independen", apabila menggunakan penilai agunan independen dan "intern bank", apabila menggunakan penilai agunan dari pihak internal bank Disclaimer : Aset kredit sebagaimana terdapat pada daftar diatas telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia No14/16/PBI/2012 tanggal 23 November 2012 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Informasi yang disampaikan sesuai dengan portofolio kredit yang sebenarnya. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala risiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Jakarta,.......................
DIREKTUR UTAMA DIREKTUR
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
137
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lampiran IV.c
PERUBAHAN DAFTAR ASET KREDIT LANCAR BANK……………………………….
Merujuk pada Perjanjian Pemberian FPJP No…. tanggal …. Jo. Perjanjian Pengikatan Fidusia No. …tanggal ….., berhubungan adanya kewajiban bagi PIHAK PERTAMA
(BANK …) untuk menjaga nilai jaminan dari perjanjian FPJP, PIHAK PERTAMA setuju untuk mengganti dan PIHAK KEDUA (BANK INDONESIA) setuju untuk
menerima penggantian dari PIHAK PERTAMA (BANK…) obyek jaminan fidusia sebagai berikut:
1) menarik Obyek Jaminan Fidusia nomor ……. yang tertuang pada Daftar Aset Kredit Lancar Bank yang merupakan bagian dari Akta Fidusia;
2) mengganti Obyek Jaminan Fidusia tersebut pada angka 1) di atas, menjadi sebagai berikut:
Mulai Akhir Rp (juta) Va (ribu) Rp (juta) Va (ribu)Nominal Rp
(juta)
Persentase
terhadap
Plafon
Total dalam Jutaan Rupiah
Nomor
Polis
Asuransi
Nilai Agunan
Tertanggung
(apabila ada)
Nama
Pemilik
Nilai
Pengikatan
AGUNAN
Total dalam mata uang asal
Baki Debet
KREDIT
Jenis
Agunan
No
Pengikatan/
Pembebanan
*)
Nomor Bukti
Kepemilikan
Nilai Taksasi Agunan **)
Penilai
Agunan
***)
Nomor
Perjanjian
Kredit /
Surat
Perjanjian
Kredit
Nomor
Rekening
Jenis
Kredit
Nomor
Asuransi
Kredit dan
Nilai
Tertanggung
(apabila ada)
Jangka Waktu
(yyy/mm/dd)Plafon Kredit
DEBITUR
No Nama
Nomor
Debtor
Identification
Number (DIN)
NPWPAlamat dan
Telp
Catatan: *) Apabila agunan kredit memiliki akta Fidusia, APHT, atau Hipotek cantumkan no. Akta-akta tersebut **) nilai yang dicantumkan sesuai pasal 48 Peraturan Bank Indonesia No.9/6/PBI/2007 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum antara lain telah memperhitungkan
jangka waktu dari penilaian agunan terakhir dilakukan. ***) Diisi " independen", apabila menggunakan penilai agunan independen dan "intern bank", apabila menggunakan penilai agunan dari pihak internal bank Disclaimer : Aset kredit sebagaimana terdapat pada daftar diatas telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia No14/16/PBI/2012 tanggal 23 November 2012 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Informasi yang disampaikan sesuai dengan portofolio kredit yang sebenarnya. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala risiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Jakarta,.......................
DIREKTUR UTAMA DIREKTUR
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
138
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------- Lampiran V
Contoh Surat Pernyataan Agunan berupa Aset Kredit
No. [diisi dengan nomor surat]
Kepada
[diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Surat Pernyataan Agunan berupa Aset Kredit
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ……………………………………….. 1
Jabatan : Direktur ……. 2 Bank ……….……..... 3
dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini
menyatakan bahwa :
1. seluruh Aset Kredit yang diajukan bukan kredit konsumsi kecuali
KPR;
2. seluruh Aset Kredit dijamin dengan agunan tanah dan/atau bangunan
yang memiliki nilai paling rendah 140% dari plafon kredit yang telah
dinilai oleh penilai independen;
3. sisa jangka waktu jatuh tempo kredit paling singkat 12 (dua belas)
bulan sejak penandatanganan FPJP;
4. baki debet (outstanding) kredit tidak melebihi plafon kredit dan BMPK
pada saat FPJP diberikan;
5. seluruh Aset Kredit yang diagunkan memiliki perjanjian kredit dan
pengikatan agunan yang memiliki kekuatan hukum;
6. seluruh Aset Kredit yang diagunkan bukan merupakan kredit kepada
pihak terkait Bank; dan
7. kualitas seluruh Aset Kredit yang diajukan untuk menjadi agunan
FPJP adalah benar tergolong kualitas lancar paling singkat 12 (dua
belas) bulan terakhir berturut-turut.
1 Diisi dengan nama direksi Bank yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank 3 Diisi dengan nama Bank yang mengajukan permohonan FPJP Demikian …
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran V
Demikian pernyataan kami.
[kota], [tanggal, bln,
tahun]
Tanda tangan
……….4
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
4 Diisi dengan nama dan jabatan direksi yang berwenang mewakili Bank
Materai Rp. 6000,-
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------- Lampiran VI
Contoh Surat Permohonan Penambahan Plafon FPJP
Nomor : [diisi dengan nomor surat]
Kepada
[diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Permohonan Penambahan Plafon Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek (FPJP)
Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 14/16/PBI/2012 tanggal 23 November 2012
tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum dan Surat
Persetujuan Pemberian FPJP No. …. tanggal …, bersama ini kami
mengajukan permohonan penambahan plafon FPJP sebesar Rp ............
(terbilang : .......) untuk memenuhi perkiraan kekurangan Giro Wajib
Minimum (GWM) kami, sehingga seluruh plafon FPJP Bank … menjadi
sebesar Rp ............ (terbilang : .......).
Sehubungan dengan pengajuan permohonan penambahan plafon
FPJP dimaksud, dengan ini kami lampirkan dokumen sebagai berikut :
1. Surat pernyataan kesulitan likuiditas;
2. Surat pernyataan agunan FPJP;
3. Surat kesanggupan membayar kewajiban FPJP;
4. Dokumen perhitungan rasio KPMM;
5. Proyeksi arus kas dan dokumen pendukung lainnya;
6. Daftar aset yang menjadi agunan FPJP;
7. Print-out hasil pengagunan (pledge) di BI-SSSS;1
8. Surat pernyataan pengagunan SBIS;2
9. Konfirmasi pemblokiran agunan dari KSEI dan hasil pemeringkatan
dari perusahaan pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia;3
10. Dokumen atas aset kredit yang menjadi agunan FPJP;4
Surat permohonan beserta lampiran tersebut di atas kami buat
dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat hal-hal
1 Dalam hal agunan berupa SBI, SUN dan/atau SBNSBSN 2 Dalam hal agunan berupa SBISSUN 3 Dalam hal agunan berupa Obligasi Korporasi 4 Dalam hal agunan berupa Aset Kredit yang …
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran VI
yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari
tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan
terima kasih.
(tempat, tanggal)
Komisaris Direksi
(Nama Bank….) (Nama Bank…..)
ttd ttd
Meterai
---------------- ------------------------------------
(Komisaris) (Direktur/SetingkatDirektur)
CC.
[diisi sesuai ketentuan SE]
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-----------------------------------------------------------------------------
Lampiran VII
Contoh Perhitungan Nilai Agunan FPJP
1. Perhitungan Nilai Agunan FPJP dalam bentuk SBI
a. SBI 1 bulan seri IDBIxxxxxxxxx dengan karakteristik: nilai nominal
Rp100 miliar, rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan
8,75000%, sisa jangka waktu 9 hari, dengan harga 99,78173
(sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS).
b. SBI 3 bulan seri IDBIxxxxxxxxx dengan karakteristik: nilai nominal
Rp50 miliar, rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan
7,83333%, sisa jangka waktu 58 hari, dengan harga 98,75369
(sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS).
Perhitungan Nilai Jual SBI dihitung berdasarkan harga setiap seri SBI:
a. Nilai Jual SBI = Rp100 miliar x 99,78173% = Rp
99.781.730.000,00
b. Nilai Jual SBI = Rp 50 miliar x 98,75369% = Rp
49.376.845.000,00
Jumlah Nilai Jual SBI (a + b) = Rp149.158.575.000,00
Nilai agunan adalah sebesar 100% dari Nilai Jual SBI, yaitu
Rp149.158.575.000,00. Dengan demikian, plafon FPJP adalah sebesar
Rp149.158.575.000,00 untuk menutup kekurangan Giro Wajib
Minimum.
2. Perhitungan Nilai Agunan FPJP dalam bentuk SUN
a. Obligasi Negara (ON) seri FRxxxx dengan karakteristik: 50.000 unit
(nilai nominal Rp50 miliar), sisa jangka waktu 3686 hari, dengan
harga 108,05988% (sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS).
b. ON seri ZCxxxx (zero coupon bond) dengan karakteristik: 50.000
unit (nilai nominal Rp50 miliar), sisa jangka waktu 527 hari,
dengan harga 89,19250% (sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS).
c. SPN seri SPNxxxxxxxxxx dengan karakteristik: 50.000 unit (nilai
nominal Rp50 miliar), sisa jangka waktu 351 hari, dengan harga
93,99088% (sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS).
Nilai Pasar SUN dihitung sebagai berikut:
a. Nilai Pasar ON = Rp 50 miliar x 108,05988% = Rp
54.029.940.000,00
b. Nilai Pasar ONZC = Rp 50 miliar x 89,19250% = Rp
44.596.250.000,00
c.Nilai ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VII
c. Nilai Pasar SPN = Rp 50 miliar x 93,99088% = Rp
46.995.440.000,00
Jumlah Nilai Pasar SUN (a + b +c) = Rp145.621.630.000,00
Nilai agunan (cash value) ditetapkan sebesar 100%/105% dari Nilai
Pasar SUN, yaitu {(Rp54.029.940.000,00 100/105) +
(Rp44.596.250.000,00 100/105) + (Rp46.995.440.000,00 100/105)
= Rp138.687.266.666,67.
Dengan demikian, plafon FPJP adalah sebesar Rp138.687.266.666,67
untuk menutup kekurangan Giro Wajib Minimum.
3. Perhitungan Nilai Agunan FPJP dalam bentuk SBSN
SBSN seri IFRxxxx dengan karakteristik: 100.000 unit (nilai nominal
100 miliar), sisa jangka waktu 1500 hari, dengan harga 92,01250%
(sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS).
Nilai Pasar SBSN yang dimiliki dihitung sebagai berikut:
Nilai Pasar SBSN = Rp 100 miliar x 92,01250% = Rp92.012.500.000,00
Nilai agunan (cash value) ditetapkan sebesar 105% dari Nilai Pasar
SBSN, yaitu:
Rp 92.012.500.000,00 x 100/105 = Rp87.630.952.380,95.
Dengan demikian, plafon FPJP adalah sebesar Rp87.630.952.380,95
untuk menutup kekurangan Giro Wajib Minimum.
4. Perhitungan Nilai Agunan FPJP dalam bentuk SBI dan SUN
a. SBI 1 bulan seri IDBIxxxxxxxxx dengan karakteristik: nilai nominal
Rp100 miliar, rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan
8,75000%, sisa jangka waktu 9 hari, dengan harga 99,78173%
(sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS);
b. ON seri VRxxxx dengan karakteristik: 50.000 unit (nilai nominal
Rp50 miliar), sisa jangka waktu 2874 hari, dengan harga
98,96500% (sebagaimana tercantum dalam BI-SSSS).
Nilai Jual SBI dan Nilai Pasar ON yang dimiliki dihitung sebagai
berikut:
a. Nilai Pasar SBI= Rp 100 miliar x 99,78173%= Rp99.781.730.000,00
b. Nilai ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VII
b. Nilai Pasar ON = Rp 50 miliar x 98,96500% = Rp
49.482.500.000,00
Jumlah Nilai Jual SBI dan Nilai Pasar SUN (a + b) =
Rp149.264.230.000,00
Nilai agunan (cash value) ditetapkan sebesar 100% dari Nilai Jual SBI
dan 100%/105% dari Nilai Pasar SUN, yaitu Rp99.781.730.000,00 +
(Rp49.482.500.000,00 100/105) = Rp146.907.920.476,19.
Dengan demikian, plafon FPJP adalah sebesar Rp146.907.920.476,19
untuk menutup kekurangan Giro Wajib Minimum.
5. Perhitungan Nilai Agunan FPJP dalam bentuk Obligasi Korporasi
a. Obligasi korporasi PT. ABC tahun 2006 seri xx dengan
karakteristik: nilai nominal Rp50 miliar, sisa jangka waktu 3686
hari, dengan harga 100,930%, rating peringkat teratas (misal
idAAA).
b. Obligasi korporasi PT. XYZ tahun 2005 seri xx dengan karakteristik:
nilai nominal Rp50 miliar, sisa jangka waktu 527 hari, dengan
harga 93,303%, rating peringkat kedua teratas (misal idAA+).
c. Obligasi korporasi PT. JKL tahun 2005 seri xx dengan karakteristik:
nilai nominal Rp50 miliar, sisa jangka waktu 351 hari, dengan
harga 90,500%, rating peringkat ketiga teratas (misal idAA).
Nilai Pasar obligasi korporasi dihitung sebagai berikut:
a. Nilai pasar obligasi korporasi PT. ABC tahun 2006 seri xx
= Rp 50 miliar x 100,930% = Rp 50.465.000.000,00
b. Nilai pasar obligasi korporasi PT. XYZ tahun 2005 seri xx
= Rp 50 miliar x 93,303% = Rp 46.651.500.000,00
c. Nilai pasar obligasi korporasi PT. JKL tahun 2005 seri xx
= Rp 50 miliar x 90.500% = Rp 45.250.000.000,00
Nilai agunan (cash value) ditetapkan sebesar :
a. Rp 50.465.000.000,00 x 100/135 = Rp 37.381.481.481,48
b. Rp 46.651.500.000,00 x 100/140 = Rp 33.322.500.000,00
c. Rp 45.250.000.000,00 x 100/145 = Rp 31.206.896.551,72
Total nilai agunan sebesar Rp 101.910.878.033,20.
Dengan demikian, plafon FPJP adalah sebesar Rp 101.910.878.033,20
untuk menutup kekurangan Giro Wajib Minimum.
6.Perhitungan ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VII
6. Perhitungan Nilai Agunan Gabungan dari Beberapa Jenis Agunan
Perhitungan nilai plafon FPJP dari beberapa jenis agunan merupakan
jumlah gabungan dari nilai masing-masing jenis agunan sesuai
dengan contoh perhitungan agunan angka 1 sampai dengan angka 5 di
atas.
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lampiran VIII
PERJANJIAN PEMBERIAN
FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK
Nomor:………
Pada hari ini……. tanggal ………… pukul……………….. (Waktu Indonesia
Bagian Barat):................. Menghadap di hadapan saya, Sarjana Hukum,
Notaris di Jakarta dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan
akan disebut pada bagian akhir akta ini:
1. .........................; Anggota Dewan Gubernur Bidang ………..,
bertempat tinggal di ……., dalam hal ini bertindak
dalam jabatannya tersebut untuk dan atas nama
Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan
surat kuasa dari Gubernur Bank Indonesia Nomor
… tanggal …, dan dengan demikian mewakili Bank
Indonesia yang berkedudukan di Jakarta
berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi
Undang-Undang, selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA--------------------------
2. .........................; Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk
di bawah ini, bertempat tinggal di ………, dalam
hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut,
demikian berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar
perseroan terbatas PT. Bank ......., berkedudukan
di ...... yang Anggaran Dasarnya (beserta
perubahannya) (jika telah ada perubahan
Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah dimuat
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal
....... No......., Tambahan Nomor ....., selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA;-----------------------------
atau ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris):
2. .........................; Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di
……………, dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili
Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas
nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT
Bank………, berdasarkan Pasal ……. Anggaran
Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ………,
Nomor……., tanggal……., yang termuat dalam
Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….,
Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut
perubahan-perubahan terakhir dengan Akta
Notaris………., Nomor………, tanggal…….. yang
termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal……, Nomor……., Tambahan Nomor……..,
dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam
Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan
tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana
ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis
tanggal….., bermeterai cukup yang dilekatkan
pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA ---
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal
menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan
perseroan (eks Pasal 88 UU Perseroan Terbatas):
2. ..........................; Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di
……….., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari
dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta
sah mewakili Perusahaan Perseroan PT
Bank………, berdasarkan Pasal…… Anggaran
Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris……,
Nomor……., tanggal………., yang termuat dalam
Berita Negara Republik Indonesia tanggal …….,
Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut
perubahan-perubahan terakhir dengan Akta
Notaris ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang
termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal…….., Nomor……, Tambahan Nomor……..,
dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam
Perjanjian ini telah mendapat persetujuan Rapat
Umum Pemegang Saham Tanggal……..,
sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan
pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA --------------------------------------------
--------
Jika PIHAK KEDUA adalah Bank Asing maka komparisi adalah sebagai
berikut :
2. ..........................; Jabatan, bertempat tinggal di ......, dalam hal ini
bertindak berdasarkan kekuatan Akta Power of
Attorney tertanggal ..........nomor .........dibuat di
hadapan ..............., Notaris di Jakarta, demikian
bertindak untuk dan atas nama ....................,
cabang Indonesia, suatu bank yang didirikan
berdasarkan hukum .... (negara kantor pusat bank
asing)...., dan dalam hal ini bertindak melalui
kantor cabangnya di Indonesia, berkedudukan di
Jakarta, ...alamat...., selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA -------------------------------------------
Jika PIHAK KEDUA adalah Bank yang berbadan hukum Perusahaan
Daerah maka komparisi adalah sebagai berikut:
2. ..........................; Direktur........(jabatan)......., bertempat tinggal
di..........., dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut selaku demikian mewakili
Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas
nama serta sah mewakili Bank berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Nomor...............
tanggal................ dan berdasarkan Pasal......
Peraturan Daerah........ Nomor...... tanggal ........
(yang telah dimuat dalam ............) berikut
perubahan-perubahannya terakhir sebagaimana
Peraturan Daerah Nomor ....... tanggal
.......(apabila ada) (yang termuat dalam Berita
Daerah ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
Daerah Nomor .........) untuk selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA -------------------------------------------
Para penghadap dikenal saya, Notaris………
Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut
menerangkan terlebih dahulu
a. bahwa PIHAK KEDUA dengan surat Nomor..... tanggal.... telah
mengajukan permohonan FPJP kepada PIHAK PERTAMA,
permohonan yang mana telah dilengkapi dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. bahwa PIHAK PERTAMA selaku pihak yang memberikan FPJP telah
melakukan penelitian atas permohonan FPJP yang diajukan PIHAK
KEDUA.
bahwa Para Pihak menyatakan sepakat untuk mengadakan Perjanjian
Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dalam rangka mengatasi
kesulitan likuiditas jangka pendek sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 14/16/PBI/2012 tanggal 23 November 2012 tentang
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum, yang untuk
selanjutnya disebut Perjanjian Pemberian FPJP, dengan ketentuan dan
syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
OBYEK PERJANJIAN
(1) PIHAK PERTAMA setuju untuk memberikan kepada dan oleh karena
itu PIHAK KEDUA setuju menerima Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek, yang untuk selanjutnya disebut FPJP, dengan plafon sebesar
Rp............... (................rupiah), dengan jangka waktu .......... yang
berlaku sejak tanggal …………….. sampai dengan tanggal ……………
(2) PIHAK KEDUA menggunakan FPJP hanya untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas sampai dengan terpenuhinya kewajiban Giro
Wajib Minimum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku.
Pasal ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
Pasal 2
BUNGA
(1) Atas penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, PIHAK
KEDUA dikenakan dan oleh karena itu wajib membayar biaya bunga
kepada PIHAK PERTAMA sebesar ……% (terbilang …. persen) per
tahun.
(2) Pembebanan biaya bunga FPJP yang wajib dibayar oleh PIHAK KEDUA
dilakukan oleh PIHAK PERTAMA pada awal hari tanggal jatuh tempo
FPJP.
Pasal 3
AGUNAN
(1) Terhadap penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
PIHAK KEDUA berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk
menyerahkan agunan kepada PIHAK PERTAMA berupa:1
a. Sertifikat Bank Indonesia yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
c. Surat Berharga Negara yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
d. Obligasi korporasi konvensional atau Obligasi korporasi syariah
yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA dan/atau
e. Aset Kredit yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
Dengan total nilai agunan a sampai e sekurang-kurangnya sebesar
Rp............ (......................rupiah).
(2) Agunan-agunan tersebut akan dilakukan pengikatan secara terpisah
yang merupakan bagian terpenting dan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari perjanjian ini.
(3) Dalam hal PIHAK KEDUA menggunakan Aset Kredit sebagai agunan
dan di kemudian hari setelah ditandatanganinya Perjanjian
Pemberian FPJP ini, PIHAK KEDUA memiliki aset berupa surat
berharga, maka PIHAK KEDUA wajib mengganti agunan Aset Kredit
dengan surat berharga.
1 disesuaikan dengan jenis jaminan
(4) Agunan ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
(4) Agunan berupa surat berharga sebagaimana tersebut pada ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf c, dan/atau huruf d2 dilakukan pengikatan
dengan gadai yang dibuat dalam perjanjian tersendiri yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian
FPJP ini.
(5) Agunan berupa Aset Kredit sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf
e dilakukan pengikatan dengan Jaminan Fidusia yang dibuat dalam
perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(6) PIHAK KEDUA menjamin bahwa agunan yang diserahkan kepada
PIHAK PERTAMA tidak diperjualbelikan dan/atau dijaminkan kepada
pihak lain, tidak dalam sengketa dengan pihak lain, dan bebas dari
segala tuntutan hukum.
(7) PIHAK KEDUA wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJP
apabila terjadi penurunan nilai agunan dan/atau tidak memenuhi
ketentuan FPJP.
(8) Terkait pengelolaan agunan, PIHAK PERTAMA dapat menugaskan
pihak lain atau lembaga lain untuk melakukan penatausahaan
dokumen Aset Kredit atas beban biaya PIHAK KEDUA.
(9) Dalam hal PIHAK KEDUA menggunakan Aset Kredit sebagai agunan
FPJP, PIHAK KEDUA wajib memelihara dan menatausahakan daftar
Aset Kredit yang memenuhi persyaratan untuk menjadi agunan FPJP.
Pasal 4
PEMBAYARAN
(1) PIHAK KEDUA wajib melunasi FPJP paling lambat pada tanggal jatuh
waktu Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(2) Pelunasan atau pembayaran pokok dan biaya bunga FPJP dilakukan
dengan cara PIHAK PERTAMA melakukan pendebetan rekening giro
PIHAK KEDUA yang berada pada PIHAK PERTAMA pada tanggal jatuh
waktu Perjanjian Pemberian FPJP.
2 disesuaikan dengan jaminan Pasal ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
Pasal 5
Selama jangka waktu Perjanjian Pemberian FPJP berjalan, dalam hal
saldo rekening giro PIHAK KEDUA yang berada di PIHAK PERTAMA
melebihi batas minimum kewajiban pemeliharaan GWM PIHAK KEDUA
sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, PIHAK PERTAMA berhak
untuk melakukan pendebetan sejumlah kelebihan batas minimum GWM
dimaksud.
Pasal 6
REKENING PENAMPUNGAN (ESCROW ACCOUNT)
(1) Dalam hal terdapat agunan FPJP berupa Aset Kredit, PIHAK KEDUA
harus membuka rekening penampungan (escrow account) di Bank
yang bersangkutan untuk menampung angsuran pokok dan segala
pendapatan yang diperoleh dari surat berharga dan hak tagih Bank
atas Aset Kredit yang menjadi agunan FPJP, antara lain namun tidak
terbatas pada penerimaan kupon, pendapatan bunga, klaim asuransi
kredit.
(2) PIHAK KEDUA memberikan kuasa kepada PIHAK PERTAMA untuk
mencairkan rekening penampungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam hal PIHAK KEDUA tidak dapat melunasi pokok dan bunga
FPJP pada saat jatuh tempo.
Pasal 7
EKSEKUSI AGUNAN
(1) PIHAK PERTAMA melakukan eksekusi agunan yang diserahkan oleh
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dalam hal:
a. PIHAK KEDUA tidak menjalankan atau tidak memenuhi kewajiban
untuk melakukan pelunasan atas pokok dan bunga yang timbul
dari Perjanjian Pemberian FPJP atau PIHAK KEDUA tidak lagi
memenuhi persyaratan Perpanjangan Perjanjian Pemberian FPJP
dengan lewatnya waktu yang ditentukan atau Perjanjian
Pemberian FPJP diakhiri oleh PIHAK PERTAMA karena terjadi
pelanggaran persyaratan FPJP yang dilakukan oleh PIHAK
KEDUA; dan
b. saldo Rekening Giro Rupiah PIHAK KEDUA yang ada pada PIHAK
PERTAMA tidak mencukupi untuk melunasi biaya bunga
dan/atau nilai pokok FPJP.
(2) Apabila ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
(2) Apabila hasil pencairan atau eksekusi agunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih besar dari nilai pelunasan FPJP maka
PIHAK PERTAMA mengkredit sejumlah kelebihan hasil eksekusi
agunan ke Rekening Giro Rupiah PIHAK KEDUA yang ada pada
PIHAK PERTAMA, setelah dikurangi nilai pokok, biaya bunga FPJP
dan biaya lainnya terkait FPJP.
(3) Apabila hasil pencairan atau eksekusi agunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih kecil dari kewajiban pelunasan FPJP
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA wajib
membayar sejumlah kekurangan atas kewajiban yang harus dilunasi
oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
(4) Selama berlangsungnya eksekusi agunan, PIHAK PERTAMA tetap
mengupayakan pelunasan FPJP dengan cara mendebet Rekening
Giro Rupiah PIHAK KEDUA yang ada pada PIHAK PERTAMA sebesar
nilai pokok FPJP ditambah biaya bunga FPJP yang belum dilunasi
dan biaya lain terkait dengan pelaksanaan eksekusi agunan atau
sampai dengan nilai saldo giro PIHAK KEDUA nihil.
Pasal 8
DOMISILI HUKUM
Tentang perjanjian ini dan pelaksanaannya serta segala akibatnya, para
pihak memilih domisili yang tetap di Kantor Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, demikian tanpa mengurangi hak dan wewenang
PIHAK PERTAMA untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap PIHAK
KEDUA berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJP ini dan memohon
pelaksanaannya di pengadilan-pengadilan negeri lainnya atau lembaga
lainnya yang berwenang di wilayah Republik Indonesia.
Pasal 9
BIAYA
Biaya-biaya yang timbul dalam rangka pemberian FPJP ini menjadi
biaya Bank, yaitu:
a. penatausahaan dokumen aset kredit;
b. biaya eksekusi agunan;
c. biaya pengikatan agunan;
d. biaya pembuatan akta perjanjian FPJP;
e. biaya ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
e. biaya transaksi, biaya kustodian dan biaya lainnya yang timbul
atas pengagunan Obligasi Korporasi di otoritas penatausahaan
surat berharga dimaksud; dan
f. biaya lain yang timbul dalam pemberian FPJP.
Pasal 10
PENGAKHIRAN PERJANJIAN FPJP
PIHAK PERTAMA berhak mengakhiri Perjanjian ini apabila PIHAK KEDUA
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Pihak Penerima FPJP.
Pasal 11
PENUTUP
(1) Selain hal-hal yang diatur dalam perjanjian FPJP, PIHAK KEDUA wajib
tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
FPJP.
(2) Untuk pengakhiran perjanjian ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sepakat untuk mengenyampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 12
Segala perubahan yang diperlukan atau dianggap perlu atas Perjanjian
Pemberian FPJP ini akan dibuat secara tersendiri atas mufakat Para
Pihak dikemudian hari baik secara notariil melalui suatu Addendum
Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek yang
merupakan satu kesatuan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
Akta ...
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII
Akta ini diselesaikan pukul .......... WIB
(.................................................Waktu Indonesia Bagian Barat) 3.
Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di ..............., pada hari ini, tanggal serta pada
jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri
oleh................... Sarjana Hukum dan............................. Sarjana Hukum,
keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta
sebagai saksi-saksi.
Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris..........................
Dilangsungkan dengan...........................
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
3 Pencantuman waktu diisi setelah PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menandatangani akta
perjanjian FPJP
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------
Lampiran VIII.a
ADDENDUM PERJANJIAN PEMBERIAN
FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK
(PERPANJANGAN/PERPANJANGAN DENGAN PERUBAHAN PLAFON)
Nomor:………
Pada hari ini……. tanggal ………… pukul……………….. (Waktu Indonesia
Bagian Barat):................. Menunjuk Perjanjian Pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek Nomor ………… tanggal .............. dan
Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Nomor ………… tanggal ..............1, dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA sepakat untuk melakukan perubahan Perjanjian Pemberian
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dimaksud dan/atau Addendum
Perjanjian dimaksud sebagai berikut :2
1. Pasal 1 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
berubah sehingga menjadi sebagai berikut:
Pasal 1
OBYEK PERJANJIAN
PIHAK PERTAMA setuju untuk memberikan kepada dan oleh karena itu
PIHAK KEDUA setuju:
a. memperpanjang jangka waktu FPJP; atau
b. memperpanjang jangka waktu FPJP dan menambah/mengurangi
plafon Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek2, sebesar Rp...............
(................rupiah), sehingga plafon FPJP yang diterima oleh PIHAK
KEDUA menjadi sebesar Rp............... (................rupiah),
dengan jangka waktu .......... yang berlaku sejak tanggal ……………..
sampai dengan tanggal ……………
2. Pasal 3 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
berubah sehingga menjadi sebagai berikut: (apabila atas addendum
yang dilakukan diikuti dengan penyerahan atau perubahan agunan
baru)
1 Dicantumkan apabila telah ada Addendum Perjanjian Pemberian FPJP sebelumnya 2 Diisi dengan pokok perubahan
Pasal …
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII.a
Pasal 3
AGUNAN
(1) Terhadap penambahan plafon FPJP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1, PIHAK KEDUA berjanji dan karenanya mengikatkan diri
untuk menambah agunan kepada PIHAK PERTAMA berupa:3
a. Sertifikat Bank Indonesia yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
c. Surat Berharga Negara yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
d. Obligasi korporasi konvensional atau Obligasi korporasi syariah
yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA dan/atau
e. Aset Kredit yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA
sehingga seluruh nilai agunan FPJP yang diterima oleh PIHAK KEDUA
menjadi sekurang-kurangnya sebesar Rp…..(……rupiah) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(2) Atas tambahan agunan berupa surat berharga sebagaimana tersebut
pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan/atau huruf d4 dilakukan
pengikatan dengan gadai yang dibuat dalam perjanjian tersendiri yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian
FPJP ini.
(3) Atas tambahan agunan berupa aset kredit sebagaimana tersebut pada
ayat (1) huruf e7 dilakukan pengikatan dengan Jaminan Fidusia yang
dibuat dalam perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(4) PIHAK KEDUA menjamin bahwa agunan yang diserahkan kepada
PIHAK PERTAMA tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak
dalam sengketa dengan pihak dan bebas dari segala tuntutan hukum.
(5) PIHAK KEDUA wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJP
apabila tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4).
3 Disesuaikan dengan jenis jaminan 4 Disesuaikan dengan jaminan
Akta …
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII.a
Akta ini diselesaikan pukul .......... WIB
(.................................................Waktu Indonesia Bagian Barat) 5.
Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di ..............., pada hari ini, tanggal serta pada
jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri
oleh................... Sarjana Hukum dan............................. Sarjana Hukum,
keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta
sebagai saksi-saksi.
Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris..........................
Dilangsungkan dengan...........................
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
5 Pencantuman waktu diisi setelah PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menandatangani akta
perjanjian FPJP
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lampiran VIII.b
ADDENDUM PERJANJIAN PEMBERIAN
FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK
(PENAMBAHAN PLAFON)
Nomor:………
Pada hari ini……. tanggal ………… pukul……………….. (Waktu Indonesia
Bagian Barat):.................Menunjuk Perjanjian Pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek Nomor ………… tanggal .............. dan
Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Nomor ………… tanggal ..............1, dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA sepakat untuk melakukan perubahan Perjanjian Pemberian
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dimaksud dan/atau Addendum
Perjanjian dimaksud sebagai berikut:2
1. Pasal 1 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
berubah sehingga menjadi sebagai berikut:
Pasal 1
OBYEK PERJANJIAN
PIHAK PERTAMA setuju untuk memberikan kepada dan oleh karena itu
PIHAK KEDUA setuju menerima tambahan plafon Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek, sebesar Rp............... (................rupiah), sehingga plafon
FPJP yang diterima oleh PIHAK KEDUA menjadi sebesar Rp...............
(................rupiah), dengan jangka waktu .......... yang berlaku sejak
tanggal …………….. sampai dengan tanggal ……………
2. Pasal 3 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
berubah sehingga menjadi sebagai berikut: (apabila atas addendum
yang dilakukan diikuti dengan penyerahan atau perubahan agunan
baru)
1 Dicantumkan apabila telah ada Addendum Perjanjian Pemberian FPJP sebelumnya 2 Diisi dengan pokok perubahan
Pasal …
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII.b
Pasal 3
AGUNAN
(1) Terhadap penambahan plafon FPJP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1, PIHAK KEDUA berjanji dan karenanya mengikatkan diri
untuk menambah agunan kepada PIHAK PERTAMA berupa:3
a. Sertifikat Bank Indonesia yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA;
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang dimiliki oleh PIHAK
KEDUA;
c. Surat Berharga Negara yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA;
d. Obligasi korporasi konvensional atau Obligasi korporasi syariah
yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA; dan/atau
e. Aset Kredit yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA,
sehingga seluruh nilai agunan FPJP yang diterima oleh PIHAK KEDUA
menjadi sekurang-kurangnya sebesar Rp…..(……rupiah) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(2) Atas tambahan agunan berupa surat berharga sebagaimana tersebut
pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan/atau huruf d4 dilakukan
pengikatan dengan gadai yang dibuat dalam perjanjian tersendiri yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian
FPJP ini.
(3) Atas tambahan agunan berupa aset kredit sebagaimana tersebut pada
ayat (1) huruf e dilakukan pengikatan dengan Jaminan Fidusia yang
dibuat dalam perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(4) PIHAK KEDUA menjamin bahwa agunan yang diserahkan kepada
PIHAK PERTAMA tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak
dalam sengketa dengan pihak dan bebas dari segala tuntutan hukum.
(5) PIHAK KEDUA wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJP
apabila tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4).
3 Disesuaikan dengan jenis jaminan 4 disesuaikan dengan jaminan
Akta …
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran VIII.b
Akta ini diselesaikan pukul .......... WIB
(.................................................Waktu Indonesia Bagian Barat) 5.
Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di ..............., pada hari ini, tanggal serta pada
jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri
oleh................... Sarjana Hukum dan............................. Sarjana Hukum,
keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta
sebagai saksi-saksi.
Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris..........................
Dilangsungkan dengan...........................
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
5 Pencantuman waktu diisi setelah PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menandatangani akta
perjanjian FPJP
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lampiran IX.a
AKTA GADAI
BANK …….. - BANK INDONESIA
Nomor : ………
Pada hari ini…………….tanggal ……………………………………………………,
pukul………………………. (Waktu Indonesia bagian Barat), menghadap di
hadapan saya,…………………………………………………., Sarjana Hukum,
Notaris di Jakarta dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan
akan disebut pada bagian akhir akta ini :
1. ……Nama…… : Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk di
bawah ini, bertempat tinggal di ………, dalam hal ini
bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian
berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan
terbatas PT. Bank ......., berkedudukan di ...... yang
Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah
ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah
dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal ....... No......., Tambahan Nomor .....,
selanjutnya disebut PEMBERI GADAI;--------------------
-----
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris):
1. ……Nama…… : Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di
……………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan
oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah
mewakili Perusahaan Perseroan PT Bank………,
berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang
dimuat dalam Akta Notaris ………, Nomor…….,
tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara
Republik Indonesia tanggal……., Nomor
……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-
perubahan terakhir dengan Akta Notaris……….,
Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita
Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor…….,
Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan
tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah
mendapatkan ...
163
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris
Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat
Persetujuan Tertulis tanggal….., bermeterai cukup
yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk
selanjutnya disebut PEMBERI GADAI---------------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan
jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (eks Pasal
102 UU Perseroan Terbatas):
1. ……Nama…… : Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ………..,
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut,
selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh
karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili
Perusahaan Perseroan PT Bank………, berdasarkan
Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam
Akta Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang
termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal ……., Nomor ……, Tambahan Nomor……,
berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta
Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang termuat
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……..,
Nomor……, Tambahan Nomor…….., dan untuk
melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini
telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam
……. yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk
selanjutnya disebut PEMBERI GADAI---------------------
------------------------------
Jika PEMBERI GADAI adalah Bank Asing maka komparisi adalah sebagai
berikut :
1. ……Nama…… : Jabatan, bertempat tinggal di ......, dalam hal ini
bertindak berdasarkan kekuatan Akta Power of
Attorney tertinggal ..........nomor .........dibuat di
hadapan ..............., Notaris di Jakarta, demikian
bertindak untuk dan atas nama ...................., cabang
Indonesia, suatu bank yang didirikan berdasarkan
hukum .... (negara kantor pusat bank asing)...., dan
dalam ...
164
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
dalam hal ini bertindak melalui kantor cabangnya di
Indonesia, berkedudukan di Jakarta, ...alamat....,
selanjutnya disebut PEMBERI GADAI---------------------
---------------------
Jika PEMBERI GADAI adalah Bank yang berbadan hukum Perusahaan
Daerah maka komparisi adalah sebagai berikut:
1. ……Nama…… : Direktur........(jabatan)......., bertempat tinggal
di..........., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
tersebut selaku demikian mewakili Direksi dari dan
oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah
mewakili Bank berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Nomor............... tanggal................ dan
berdasarkan Pasal...... Peraturan Daerah........
Nomor...... tanggal ........ (yang telah dimuat dalam
............) berikut perubahan-perubahanya terakhir
sebagaimana Peraturan Daerah Nomor ....... tanggal
.......(apabila ada) (yang termuat dalam Berita Daerah
Nomor .........) untuk selanjutnya disebut PEMBERI
GADAI---------------------------------------------------
2. ……Nama…… : Anggota Dewan Gubernur Bidang ……….., bertempat
tinggal di ……., dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut untuk dan atas nama Dewan
Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa
dari Gubernur Bank Indonesia Nomor … tanggal …,
dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang
berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
menjadi Undang-Undang, selanjutnya disebut
PENERIMA GADAI----------------------------------------
Para ...
165
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
Para penghadap dikenal saya, Notaris
Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut
menerangkan terlebih dahulu :
a. bahwa PEMBERI GADAI telah mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek, (untuk selanjutnya disebut “FPJP”) dari PENERIMA GADAI
dengan plafon sebesar Rp............... (................rupiah) dan dengan
berdasarkan ketentuan dan persyaratan sebagaimana diuraikan dalam
Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Nomor
.... tanggal …., termasuk Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek Nomor .... tanggal ....,1 (apabila ada) yang
minutanya dibuat di hadapan saya, Notaris (untuk selanjutnya Akta
Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek berikut segala
Addendumnya disebut “Perjanjian Pokok”);
b. bahwa menurut ketentuan Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI
diwajibkan untuk memberikan agunan berupa surat berharga
sebagaimana tercantum dalam lampiran daftar OBYEK GADAI yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian Akta Gadai
ini, termasuk dalam hal terdapat perubahan lampiran daftar OBYEK
GADAI yang dituangkan dalam addendum lampiran;
c. bahwa PEMBERI GADAI menyatakan telah memiliki surat berharga yang
akan digadaikan sebagaimana tercatat dalam Bank Indonesia – Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS) di Bank Indonesia dan/atau
pada The Central Depository and Book Entry Settlement (C-BEST) di
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang selanjutnya disebut
SURAT BERHARGA, sebagaimana tercantum dalam lampiran daftar
OBYEK GADAI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian Akta Gadai ini, termasuk dalam hal terdapat perubahan
lampiran daftar OBYEK GADAI yang dituangkan dalam addendum
lampiran;
d. bahwa guna memenuhi persyaratan Perjanjian Pokok dan untuk
menjamin terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan
harus dibayarkan oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI, baik
karena hutang pokok, biaya bunga FPJP, biaya eksekusi agunan, dan
seluruh biaya lainnya dalam hal masih terdapat kewajiban PEMBERI
GADAI terkait dengan pemberian FPJP yang belum dilunasi berdasarkan
1 Dalam hal terdapat addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
dengan ...
166
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI menyatakan menggadaikan dan
dengan demikian menyerahkan kepada PENERIMA GADAI SURAT
BERHARGA sebagaimana tercantum dalam Lampiran akta ini yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari akta
ini, dengan jumlah nilai nominal sebesar Rp ………………… ( ……..
rupiah) dan jumlah nilai pasar sebesar Rp ……….. (………….. rupiah)
(selanjutnya disebut sebagai “OBYEK GADAI”) dan PENERIMA GADAI
menyatakan menerima baik OBYEK GADAI tersebut.
e. bahwa PEMBERI GADAI menjamin bahwa OBYEK GADAI yang diberikan
sebagai jaminan dengan akta ini adalah benar-benar haknya PEMBERI
GADAI, semata-mata bebas dari sitaan, tidak sedang digadaikan atau
dipertanggungkan secara apapun juga kepada orang atau pihak lain
terlebih dahulu, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa,
bebas dari segala tuntutan hukum, dan oleh karenanya PENERIMA
GADAI dibebaskan oleh PEMBERI GADAI dari segala tuntutan apapun
juga dari pihak lain.
f. Selanjutnya para penghadap senantiasa dengan bertindak dalam
kedudukannya tersebut menyatakan bahwa gadai SURAT BERHARGA ini
dilangsungkan dan diterima dengan ketentuan dan syarat sebagai
berikut :
Pasal 1
Penyerahan hak atas OBYEK GADAI tersebut di atas beserta OBYEK GADAI
yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam pencatatan kepemilikan
surat berharga tersebut oleh PEMBERI GADAI dinyatakan berlaku terhitung
sejak tanggal penandatanganan Perjanjian ini.
Pasal 2
Apabila bagian dari OBYEK GADAI atau di antara OBYEK GADAI tersebut
nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan
OBYEK GADAI sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/16/PBI/2012 tanggal 23 November 2012 tentang Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek Bagi Bank Umum, maka PEMBERI GADAI dengan ini
berjanji dan karenanya mengikat diri untuk menambah atau mengganti
bagian dari atau OBYEK GADAI yang nilainya mengalami penurunan atau
menjadi tidak layak untuk dijadikan OBYEK GADAI dengan obyek gadai
digantikan ...
167
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
lainnya yang sejenis yang nilainya paling kurang setara dengan yang
digantikan serta yang dapat disetujui oleh PENERIMA GADAI, yang mana
untuk keperluan itu cukup dinyatakan dalam lampiran yang disepakati
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan menjadi satu kesatuan sebagai
OBYEK GADAI berdasarkan akta ini.
Pasal 3
PEMBERI GADAI berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk
melakukan evaluasi atau penilaian terhadap OBYEK GADAI tersebut dan
melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kepada PENERIMA GADAI.
Pasal 4
(1) PENERIMA GADAI melakukan eksekusi OBYEK GADAI yang diserahkan
oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI dalam hal PEMBERI
GADAI lalai membayar hutangnya sebagaimana tersebut dalam premisse
Perjanjian ini dalam butir d di atas kepada PENERIMA GADAI, maka
PENERIMA GADAI berhak mencairkan, menjual OBYEK GADAI atau
mendebet rekening giro PEMBERI GADAI di Bank Indonesia dengan tata
cara sebagaimana diatur dalam Ketentuan Bank Indonesia mengenai
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum dan untuk itu
PENERIMA GADAI berhak mengambil hasil penjualan OBYEK GADAI
tersebut sebagai pembayaran atas seluruh hutang PEMBERI GADAI
kepada PENERIMA GADAI.
(2) Apabila hasil penjualan dari OBYEK GADAI tersebut tidak mencukupi
untuk melunasi semua yang wajib dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada
PENERIMA GADAI, maka PEMBERI GADAI tetap terikat untuk
membayar lunas sisa hutang, biaya bunga dan biaya lain sebagaimana
yang masih harus dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA
GADAI.
Pasal 5
(1) Apabila untuk pencairan atau penjualan OBYEK GADAI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diperlukan kuasa, dengan ini PEMBERI
GADAI memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada PENERIMA
GADAI:
168
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
a. mencairkan agunan berupa SBI dan/atau SBIS dan mengambil hasil
pencairan tersebut untuk pelunasan FPJP PEMBERI GADAI;
b. menjual agunan SBN dan/atau Obligasi Korporasi dan mengambil
hasil penjualan tersebut untuk pelunasan FPJP PEMBERI GADAI;
c. mendebet rekening giro PEMBERI GADAI di Bank Indonesia untuk
pelunasan FPJP PEMBERI GADAI dalam hal pencairan atau
penjualan agunan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan/atau
huruf b tidak dapat dilakukan.
(2) Kuasa tersebut dinyatakan tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi
kuasa (PEMBERI GADAI) dengan alasan apapun juga sesuai ketentuan
yang berlaku, sepanjang PEMBERI GADAI belum melunasi seluruh
hutangnya sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini dalam
butir d di atas kepada PENERIMA GADAI dan/atau PEMBERI GADAI
masih bermaksud menggunakan FPJP dari PENERIMA GADAI.
Pasal 6
Apabila hasil dari pencairan atau penjualan atas OBYEK GADAI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) lebih besar dari jumlah FPJP
yang diterima oleh PEMBERI GADAI, biaya bunga dan biaya administrasi
dan/atau biaya pencairan agunan, maka yang dapat diambil oleh
PENERIMA GADAI adalah sebesar jumlah dimaksud, sedang kelebihannya
harus dikembalikan oleh PENERIMA GADAI kepada PEMBERI GADAI.
Pasal 7
Apabila FPJP yang diterima PEMBERI GADAI telah terbayar lunas tanpa
perlu adanya pencairan atau penjualan OBYEK GADAI yang digadaikan dan
Perjanjian Pokok telah berakhir, maka PENERIMA GADAI wajib
menyerahkan kembali semua OBYEK GADAI yang digadaikan dengan
Perjanjian ini kepada PEMBERI GADAI sesuai dengan kepemilikannya dan
gadai SURAT BERHARGA ini menjadi berhenti dengan sendirinya (gugur).
Pasal 8
(1) Gadai SURAT BERHARGA ini diberikan untuk menjamin hutang-hutang
PEMBERI GADAI, baik yang timbul karena FPJP yang disediakan oleh
PENERIMA GADAI sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini
butir d di atas, maupun yang timbul karena kewajiban-kewajiban lain
b. menjual ...
administrasi ... 169
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
yang terbeban pada PEMBERI GADAI karena biaya bunga, biaya
administrasi dan/atau biaya pencairan agunan yang harus dibayar
kepada PENERIMA GADAI.
(2) PEMBERI GADAI setuju bahwa :
a. besarnya jumlah tagihan yang dijamin dengan OBYEK GADAI ini
adalah sebagaimana yang tercatat pada PENERIMA GADAI; dan
b. PEMBERI GADAI menerima tagihan yang tercatat pada PENERIMA
GADAI sebagaimana dimaksud dalam huruf a sebagai alat bukti
yang sempurna.
Pasal 9
Akta Gadai ini berlaku sampai dengan PEMBERI GADAI telah memenuhi
dan membayar lunas segala hal yang wajib dibayar oleh PEMBERI GADAI
kepada PENERIMA GADAI sebagaimana dinyatakan dalam premisse
Perjanjian Pokok kepada PENERIMA GADAI, antara lain hutang pokok,
biaya bunga, biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan.
Pasal 10
Perjanjian Akta Gadai ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Pokok.
Pasal 11
Tentang Perjanjian Akta Gadai ini dan pelaksanaannya serta segala
akibatnya, para pihak memilih domisili yang tetap di Kantor Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, demikian tanpa mengurangi hak dan
wewenang PENERIMA GADAI untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap
PEMBERI GADAI berdasarkan Perjanjian Pokok Pemberian FPJP dan Akta
Gadai ini.
Pasal 12
Biaya Akta Gadai ini dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pembuatan
Akta Gadai ini maupun dalam melaksanakan ketentuan dalam akta ini
menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh PEMBERI GADAI pada saat
pengikatan Akta Gadai dan/atau addendum Akta Gadai.
170
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
Akta ini diselesaikan pukul ……. WIB (…………… Waktu Indonesia Bagian
Barat).2)
Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
----------------------------------DEMIKIANLAH AKTA INI------------------------------
-----
Dibuat dan dilangsungkan di……………………., pada hari ini, tanggal serta
jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh
……………………., Sarjana Hukum dan …………………………, Sarjana
Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta
sebagai saksi-saksi.
Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris…………………..
Dilangsungkan dengan………………………..
2) Pencantuman waktu diisi setelah PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menandatangani Akta
Gadai ini.
Akta ...
DAFTAR ...
171
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------ Lanjutan Lampiran IX.a
DAFTAR OBYEK GADAI
1) Obyek Gadai berupa SBI / SBIS
No.
Jenis
Surat
Berharga
Sisa
Jangka
Waktu
Nomor
Seri Harga
Rata-Rata
Tertimbang
Tingkat
Diskonto
Saat
Penerbitan
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal
Nilai
Jual
1.
2.
2) Obyek Gadai berupa SUN / SBSN
No. Jenis
Surat
Seri Surat
Berharga
Sisa
Jangka
Waktu
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal Harga Nilai Jual
1.
2.
3) Obyek Gadai berupa Obligasi Korporasi
No.
Jenis
Surat
Berharga
Seri Surat
Berharga Rating
Sisa
Jangka
Waktu
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal
Harga
Pasar
Nilai
Jual
1.
2.
Jakarta, ..... (tgl-bln-thn)……
Menyetujui
PENERIMA GADAI PEMBERI GADAI
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
172
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lampiran IX.b
Lampiran Akta Gadai
TAMBAHAN OBYEK GADAI BANK ............................
Merujuk pada Akta Perjanjian Pemberian FPJP No..... tanggal …........,
dibuat di hadapan …………., Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta
(“Perjanjian Pokok”) jo. Akta Gadai No. ..... tanggal …………..., dibuat di
hadapan………, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta (“Akta Gadai”),
berhubung adanya kewajiban bagi PEMBERI GADAI (BANK....) untuk
menjaga nilai jaminan dari Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI setuju
untuk memberikan kepada PENERIMA GADAI (BANK INDONESIA) dan
PENERIMA GADAI (BANK INDONESIA) setuju untuk menerima tambahan
obyek gadai dari PEMBERI GADAI (BANK....), dengan rincian tambahan
jaminan sebagaimana tercantum di bawah ini, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dan menjadi satu kesatuan dengan OBYEK GADAI Bank .......
yang merupakan lampiran dari Akta Gadai.
1) Obyek Gadai berupa SBI / SBIS
No.
Jenis
Surat
Berharga
Sisa
Jangka
Waktu
Nomor
Seri Harga
Rata-Rata
Tertimbang
Tingkat
Diskonto
Saat
Penerbitan
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal
Nilai
Jual
1.
2.
3.
2) Obyek Gadai berupa SUN / SBSN
No.
Jenis
Surat
Berharga
Seri
Surat
Berharga
Sisa
Jangka
Waktu
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal Harga
Nilai
Jual
1.
2.
3.
3) Obyek ...
173
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran IX.b
Lampiran Akta Gadai
3) Obyek Gadai berupa Obligasi Korporasi
No.
Jenis
Surat
Berharga
Seri
Surat
Berharga
Rating
Sisa
Jangka
Waktu
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal
Harga
Pasar
Nilai
Jual
1.
2.
Jakarta, ..... (tgl-bln-thn)……
Menyetujui
PENERIMA GADAI PEMBERI GADAI
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
174
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lampiran IX.c
Lampiran Akta Gadai
PENGGANTIAN OBYEK GADAI BANK ............................
Merujuk pada Akta Perjanjian Pemberian FPJP No..... tanggal …........,
dibuat di hadapan …………., Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta
(“Perjanjian Pokok”) jo. Akta Gadai No. ..... tanggal …………..., dibuat di
hadapan………, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta (“Akta Gadai”),
berhubung adanya kewajiban bagi PEMBERI GADAI (BANK....) untuk
menjaga nilai jaminan dari Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI setuju
untuk mengganti dan PENERIMA GADAI (BANK INDONESIA) setuju
untuk menerima penggantian dari PEMBERI GADAI (BANK.......) Obyek
Gadai sebagai berikut :
1) menarik Obyek Gadai nomor ....yang tertuang pada Daftar Obyek
Gadai yang merupakan lampiran dari Akta Gadai;
2) mengganti Obyek Gadai tersebut pada angka 1) di atas, menjadi
sebagai berikut :
a. Obyek Gadai berupa SBI / SBIS
No.
Jenis
Surat
Berharga
Sisa
Jangka
Waktu
Nomor
Seri Harga
Rata-Rata
Tertimbang
Tingkat
Diskonto
Saat
Penerbitan
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal
Nilai
Jual
1.
2.
b. Obyek Gadai berupa SUN / SBSN
No.
Jenis
Surat
Berharga
Seri
Surat
Berharga
Sisa
Jangka
Waktu
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal Harga
Nilai
Jual
1.
2.
c. Obyek ...
175
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
-------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran IX.c
Lampiran Akta Gadai
c. Obyek Gadai berupa Obligasi Korporasi
No.
Jenis
Surat
Berharga
Seri
Surat
Berharga
Rating
Sisa
Jangka
Waktu
Tanggal
Jatuh
Waktu
Nilai
Nominal
Harga
Pasar
Nilai
Jual
1.
2.
Jakarta, ..... (tgl-bln-thn)……
Menyetujui
PENERIMA GADAI PEMBERI GADAI
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
176
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------- Lampiran X
AKTA JAMINAN FIDUSIA
BANK....... – BANK INDONESIA
Nomor : ....
Pada hari ini……. , tanggal …………........................................................,
pukul………………..(Waktu Indonesia Bagian Barat), menghadap di
hadapan saya,.........Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta dihadiri oleh
saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir
akta ini:
1. ……………. , Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk di
bawah ini, bertempat tinggal di ………, dalam hal ini
bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian
berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan
terbatas PT. Bank ......., berkedudukan di ...... yang
Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah
ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah
dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal ....... No......., Tambahan Nomor .....,
selanjutnya disebut “PIHAK PERTAMA”;
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris):
1.……………..., Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di
……………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh
karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili
Perusahaan Perseroan PT Bank………, berdasarkan
Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta
Notaris ………, Nomor……., tanggal……., yang termuat
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….,
Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-
perubahan terakhir dengan Akta Notaris……….,
Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita
Negara …
177
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor…….,
Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan
tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah
mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris
Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat
Persetujuan Tertulis tanggal….., bermeterai cukup yang
dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA----------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal
menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan
perseroan (eks Pasal 88 UU Perseroan Terbatas):
1………Nama…..,Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ………..,
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut,
selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena
itu untuk dan atas nama serta sah mewakili
Perusahaan Perseroan PT Bank………, berdasarkan
Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta
Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang termuat
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …….,
Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut perubahan-
perubahan terakhir dengan Akta Notaris……..,
Nomor….., tanggal……., yang termuat dalam Berita
Negara Republik Indonesia tanggal…….., Nomor……,
Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan
tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapat
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham
Tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam ……. yang
dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA-------------------------------
Jika …
178
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
Jika PIHAK PERTAMA adalah Bank Asing maka komparisi adalah
sebagai berikut :
1. ......Nama........., Jabatan, bertempat tinggal di ......, dalam hal ini
bertindak berdasarkan kekuatan Akta Power of
Attorney tertanggal ..........nomor .........dibuat di
hadapan ..............., Notaris di Jakarta, demikian
bertindak untuk dan atas nama ...................., cabang
Indonesia, suatu bank yang didirikan berdasarkan
hukum .... (negara kantor pusat bank asing)...., dan
dalam hal ini bertindak melalui kantor cabangnya di
Indonesia, berkedudukan di Jakarta, ...alamat....,
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA -------------------
----------
Jika PIHAK PERTAMA adalah Bank yang berbadan hukum Perusahaan
Daerah maka komparisi adalah sebagai berikut:
1. ..........Nama.…..., Direktur........(jabatan)......., bertempat tinggal
di..........., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
tersebut selaku demikian mewakili Direksi dari dan
oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah
mewakili Bank berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Nomor............... tanggal................ dan
berdasarkan Pasal...... Peraturan Daerah........
Nomor...... tanggal ........ (yang telah dimuat dalam
............) berikut perubahan-perubahanya terakhir
sebagaimana Peraturan Daerah Nomor ....... tanggal
.......(apabila ada) (yang termuat dalam Berita Daerah
Nomor .........) untuk selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA ------------------------------
2. .…Nama…… , Anggota Dewan Gubernur Bidang ……….., bertempat
tinggal di ……., dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut untuk dan atas nama Dewan
Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa
dari …
179
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
dari Gubernur Bank Indonesia Nomor … tanggal …,
dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang
berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-
Undang, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA-----------
Para penghadap dikenal saya, Notaris …..
Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut
menerangkan terlebih dahulu
a. bahwa, PIHAK PERTAMA selaku pemberi fidusia, telah mendapatkan
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (untuk selanjutnya disebut
“Fasilitas FPJP”) dari PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA selaku
penerima fidusia telah memberikan Fasilitas FPJP yang telah dibuat
dan ditandatangani berdasarkan ketentuan dan persyaratan
sebagaimana diuraikan dalam “Perjanjian Pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek”, Nomor...................., tanggal…………..,
termasuk Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek Nomor …, tanggal …(apabila ada) yang minutanya
dibuat di hadapan saya, Notaris (untuk selanjutnya Perjanjian
Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek disebut “Perjanjian
Pemberian FPJP)”;
b. bahwa, untuk lebih menjamin dan menanggung terbayarnya dengan
baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayar oleh PIHAK
PERTAMA sebagaimana diatur dalam Perjanjian Pemberian FPJP
tersebut, PIHAK PERTAMA diwajibkan untuk memberikan jaminan
fidusia atas piutang milik PIHAK PERTAMA untuk kepentingan
PIHAK KEDUA, sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.
c.bahwa …
180
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
c. bahwa, untuk memenuhi ketentuan tentang pemberian jaminan yang
ditentukan dalam Perjanjian Pemberian FPJP tersebut, maka PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat dan setuju, dengan ini
mengadakan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sebagaimana
yang hendak dinyatakan sekarang dalam akta ini.
d. Selanjutnya para penghadap dengan senantiasa bertindak dalam
kedudukannya tersebut menerangkan untuk menjamin terbayarnya
dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayarkan
oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, baik karena hutang
pokok, bunga dan biaya-biaya lainnya yang timbul berdasarkan
Perjanjian Pemberian FPJP tersebut, dengan jumlah hutang pokok
sebesar Rp............... atau sejumlah uang yang ditentukan
dikemudian hari berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJP, maka
penghadap PIHAK KEDUA menerangkan dengan ini menerima
jaminan fidusia dari PIHAK PERTAMA dengan nilai jaminan sebesar
Rp........................., atas obyek jaminan fidusia berupa hak tagih
(piutang) yang timbul dari perjanjian kredit antara PIHAK PERTAMA
dengan pihak lain sebagaimana tercantum dalam Lampiran akta ini
yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari akta ini, (untuk selanjutnya, dalam akta ini cukup disebut
dengan ”Obyek Jaminan Fidusia”).
e. Selanjutnya, para penghadap senantiasa dengan bertindak dalam
kedudukannya tersebut menerangkan pembebanan jaminan fidusia
ini diterima dan dilangsungkan dengan persyaratan dan ketentuan
sebagai berikut:
Pasal 1
Pembebanan jaminan fidusia atas Obyek Jaminan Fidusia telah
dilakukan di tempat dimana Obyek Jaminan Fidusia tersebut berada
dan telah menjadi milik PIHAK KEDUA, sedang Obyek Jaminan
Fidusia …
181
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
Fidusia tersebut tetap berada pada dan dalam kekuasaan PIHAK
PERTAMA, dalam mana segala bukti yang berhubungan dengan
Obyek Jaminan Fidusia dalam penguasaan PIHAK KEDUA.
Pasal 2
PIHAK KEDUA atau wakilnya yang sah setiap waktu berhak untuk
memeriksa tentang adanya dan tentang keadaan Obyek Jaminan
Fidusia tersebut.
Pasal 3
Apabila bagian dari Obyek Jaminan Fidusia atau diantara Obyek
Jaminan Fidusia tersebut nilainya mengalami penurunan atau
menjadi tidak layak untuk dijadikan Obyek Jaminan Fidusia
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (5) Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/16/PBI/2012 tanggal 23 November 2012 tentang Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum, maka PIHAK PERTAMA
dengan ini berjanji dan karenanya mengikat diri untuk menambah
atau mengganti bagian dari atau Obyek Jaminan Fidusia yang
nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk
dijadikan Obyek Jaminan Fidusia dengan Obyek Jaminan Fidusia
lainnya yang sejenis yang nilainya paling kurang setara dengan yang
digantikan serta yang dapat disetujui PIHAK KEDUA, dalam mana
penambahan atau pengganti Obyek Jaminan Fidusia tersebut
termasuk dalam jaminan fidusia yang dinyatakan dalam akta ini,
yang mana untuk keperluan itu cukup dinyatakan dalam lampiran
yang disepakati PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan menjadi
satu kesatuan sebagai Obyek Jaminan Fidusia berdasarkan akta ini.
Pasal 4
1. PIHAK PERTAMA tidak berhak untuk melakukan fidusia ulang
atas Obyek Jaminan Fidusia. PIHAK PERTAMA juga tidak
diperkenankan …
182
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
diperkenankan untuk membebankan dengan cara apapun,
mengadakan atau menjual atau mengalihkan dengan cara apapun
Obyek Jaminan Fidusia kepada pihak lain.
2. Bilamana PIHAK PERTAMA tidak memenuhi dengan seksama
kewajibannya menurut yang telah ditentukan dalam akta ini atau
tidak memenuhi kewajiban berdasarkan Perjanjian Pemberian
FPJP, maka lewat waktu yang ditentukan untuk memenuhi
kewajiban tersebut saja sudah cukup membuktikan tentang
adanya pelanggaran atau kelalaian PIHAK PERTAMA dalam
memenuhi kewajiban tersebut.
Pasal 5
1. PIHAK PERTAMA berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk
melakukan penilaian dan pemantauan terhadap Obyek Jaminan
Fidusia dan melaporkan hasil penilaian dan pemantauan kepada
PIHAK KEDUA.
2. Dalam hal PIHAK PERTAMA mengasuransikan Obyek Jaminan
Fidusia, maka semua uang premi asuransi harus ditanggung dan
dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
3. Asli polis asuransi dan perpanjangannya di kemudian hari serta
kuitansi pembayaran premi asuransi tersebut harus diserahkan
untuk disimpan oleh PIHAK KEDUA dari perusahaan asuransi
tersebut.
Pasal 6
1. Dalam hal PIHAK PERTAMA tidak menjalankan atau tidak
memenuhi kewajiban untuk melakukan pelunasan atas pokok dan
bunga yang timbul dari Perjanjian Pemberian FPJP atau PIHAK
PERTAMA tidak lagi memenuhi persyaratan Perpanjangan
Perjanjian Pemberian FPJP dengan lewatnya waktu yang
ditentukan …
183
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
ditentukan atau Perjanjian Pemberian FPJP diakhiri oleh PIHAK
KEDUA karena terjadi pelanggaran persyaratan FPJP yang
dilakukan oleh PIHAK PERTAMA, dan saldo Rekening Giro Rupiah
PIHAK PERTAMA yang ada pada PIHAK KEDUA tidak mencukupi
untuk melunasi biaya bunga dan/atau nilai pokok FPJP, tanpa
diperlukan suatu teguran juru sita atau surat lain yang serupa
dengan itu, maka atas kekuasaannya sendiri PIHAK KEDUA
berhak:
a. untuk menjual Obyek Jaminan Fidusia tersebut atas titel
eksekutorial atau melalui pelelangan di muka umum atau
penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA jika dengan
cara demikian diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan
para pihak.
b. untuk keperluan penjualan tersebut, PIHAK KEDUA berhak
menghadap dimana perlu, membuat atau suruh membuat serta
menandatangani semua surat, akta serta dokumen lain yang
diperlukan, menerima uang harga penjualan dan memberikan
tanda penerimaan untuk itu, menyerahkan apa yang dijual itu
kepada pembelinya, memperhitungkan atau mengkompensir
uang harga penjualan yang diterimanya itu dengan semua apa
yang wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA, akan tetapi dengan kewajiban bagi PIHAK KEDUA
untuk menyerahkan sisa uang penjualannya jika masih ada
kepada PIHAK PERTAMA, dengan tidak ada kewajiban bagi
PIHAK KEDUA untuk membayar bunga atau ganti kerugian
berupa apapun juga kepada PIHAK PERTAMA mengenai sisa
uang harga penjualan itu dan selanjutnya PIHAK KEDUA juga
berhak untuk melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu
dan berguna dalam rangka penjualan Obyek Jaminan Fidusia
tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan.
2. Apabila hasil penjualan dari Obyek Jaminan Fidusia tersebut
tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar
oleh …
184
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, maka PIHAK
PERTAMA tetap terikat membayar lunas sisa uang yang masih
harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
3. Apabila penjualan dari Obyek Jaminan Fidusia oleh PIHAK
KEDUA dilakukan secara bawah tangan, maka pelaksanaan
penjualan dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak
diberitahukan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2
(dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.
Pasal 7
Pembebanan jaminan fidusia ini dilakukan oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA dengan syarat-syarat yang memutuskan
(onder de ontbindende voorwaarden), yakni sampai dengan PIHAK
PERTAMA telah memenuhi membayar lunas semua apa yang wajib
dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sebagaimana
dinyatakan dalam Perjanjian Pemberian FPJP, antara lain hutang
pokok, biaya bunga, dan biaya-biaya lain yang timbul dalam rangka
pemberian FPJP.
Pasal 8
1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kuasa dengan hak
substitusi kepada PIHAK KEDUA, yang menyatakan menerima
kuasa dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pendaftaran
jaminan fidusia tersebut, untuk keperluan tersebut menghadap di
hadapan pejabat atau instansi yang berwenang (termasuk kantor
pendaftaran fidusia), memberikan keterangan, menandatangani
surat atau formulir, mendaftarkan jaminan fidusia atas Obyek
Jaminan Fidusia tersebut dengan melampirkan pernyataan
pendaftaran jaminan fidusia, serta untuk mengajukan
permohonan pendaftaran atas perubahan dalam hal terjadi
perubahan atas data yang tercantum dalam sertifikat jaminan
fidusia, selanjutnya menerima sertifikat jaminan fidusia dan/atau
pernyataan …
185
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
pernyataan perubahan, serta dokumen-dokumen lain yang
bertalian untuk keperluan itu membayar semua biaya dan
menerima kuitansi segala uang pembayaran serta selanjutnya
melakukan segala tindakan yang perlu dan berguna untuk
melaksanakan ketentuan dari akta ini.
2. Akta ini merupakan bagian yang terpenting dan tidak dapat
dipisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP demikian pula kuasa
yang diberikan dalam akta ini merupakan bagian yang terpenting
serta tidak terpisahkan dari akta ini, dan oleh karenanya Akta ini
tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan selama berlakunya
Perjanjian Pemberian FPJP tersebut dan kuasa tersebut tidak
akan batal atau berakhir karena sebab yang dapat mengakhiri
pemberian sesuatu kuasa, termasuk sebab yang disebutkan
dalam Pasal 1813, 1814 dan 1816 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia.
Pasal 9
PIHAK KEDUA berhak dan dengan ini diberi kuasa dengan hak
subtitusi oleh PIHAK PERTAMA untuk melakukan perubahan atau
penyesuaian atas ketentuan dalam akta ini, di dalam hal perubahan
atau penyesuaian tersebut diperlukan dalam rangka memenuhi
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Fidusia
maupun ketentuan dalam Undang-undang tentang Jaminan Fidusia
Nomor 42 Tahun 1999.
Pasal 10
(1) Segala perselisihan yang mungkin timbul di antara kedua belah
pihak, maka kedua belah pihak akan memilih domisili hukum
yang tetap dan seumumnya di kantor Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat di Jakarta.
(2) Pemilihan …
186
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lanjutan Lampiran X
(2) Pemilihan domisili hukum tersebut dilakukan dengan tidak
mengurangi hak dari PIHAK KEDUA untuk mengajukan tuntutan
hukum terhadap PIHAK PERTAMA berdasarkan Jaminan Fidusia
atas Obyek Jaminan Fidusia tersebut dihadapan pengadilan
lainnya dalam wilayah Republik Indonesia, yaitu pada pengadilan
negeri yang mempunyai yurisdiksi atas diri dari PIHAK PERTAMA
atau atas Obyek Jaminan Fidusia tersebut.
Pasal 11
Biaya akta ini dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pembuatan
akta ini maupun dalam melaksanakan ketentuan dalam akta ini
menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
Demikian pula biaya pendaftaran fidusia ini di kantor Pendaftaran
Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
Akta ini diselesaikan pukul .......... WIB1
(.................................................Waktu Indonesia Indonesia Barat).
Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di Jakarta, pada hari ini, tanggal serta
pada jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan
dihadiri oleh ................... Sarjana Hukum dan .............................
Sarjana Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat
tinggal di Jakarta sebagai saksi-saksi.
Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh
para panghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris..........................
Dilangsungkan dengan...........................
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
1 Pencantuman waktu diisi setelah PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menandatangani
akta perjanjian FPJP
187
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
------------------------------------------------------------------- Lampiran XI.a
LAPORAN HARIAN HASIL PENILAIAN AGUNAN FPJP – SBI, SBIS, SBN DAN OBLIGASI KORPORASI
BANK……………..
Tanggal……………
1. Agunan Berupa SBI, SBIS, dan SBN No. Jenis Surat
Berharga Seri Nominal Harga Pasar BI-
SSSS (Terakhir) Nilai Pasar Haircut
(%) 1)
Nilai Agunan eligible untuk FPJP
(a) (b) ( c) (d) (e) (f) = (d) x (e)/ 100 (g) (h) = (f) x (100 / (100 + (g))
Jumlah Keterangan: 1) Isi “0” untuk SBI atau SBIS; isi “5” untuk SBN.
2. Agunan berupa Obligasi Korporasi No. Nama
Obligasi
Korporasi
Bond
ID
Issuer Rating Nominal Sisa Jk
Waktu
Harga
Transaksi
BEI
(Terakhir)
Nilai Pasar Haircut
(%) 2)
Nilai Agunan eligible untuk
FPJP
(i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) = (n) x (p) / 100 (r) (s) = (q) x (100/(100+ (r))
Jumlah Keterangan 2) Isi “20” untuk Obligasi Korporasi yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan/atau dijamin oleh pemerintah dengan peringkat teratas; isi
“35” untuk Obligasi Korporasi dengan peringkat teratas; isi “40” untuk Obligasi Korporasi dengan peringkat ke-2 (dua) teratas; isi “45” untuk Obligasi Korporasi
dengan peringkat ke-3 (tiga) teratas.
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
Lampiran SE Nomor 15/11 /DPNP tanggal 8 April 2013
----------------------------------------------------------------------------- Lampiran XI.b
LAPORAN HARIAN HASIL PENILAIAN AGUNAN FPJP – ASET KREDIT
BANK……………..
Tanggal……………
Agunan berupa Aset Kredit
No. Nama
Debitur
Jenis
Kredit1)
Plafon Baki
Debet
Kualitas Sisa Jk
waktu
s.d. jt
Tempo
Kredit
Pihak
Terkait/
Bukan
Pernah
Restrukturisasi/
Tidak
Agunan Kredit Nilai Agunan
eligible
untuk FPJP Tanah/
Bangunan
Nilai Jenis
Pengikatan
Appraisal
Independen/
internal
Tanggal
Appraisal
Terakhir
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) Nominal =
(50% x Baki Debet)
Keterangan :
1) Jenis Kredit: Investasi, Modal Kerja, KPR DEPARTEMEN PENELITIAN DAN
PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
2)
Rp Juta
Mulai AkhirRp
(juta)Va
(ribu)Rp
(juta)Va
(ribu)Nominal Rp (juta)
Persentase terhadap Plafon
(a) (b) ( c ) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) ( r ) (s) (t) (u) (v) (w) (x) (y) (z) (aa) (ab) (ac) (ad)
Keterangan:(a) Diisi nomor(b) Diisi sesuai Sandi Bank(c) Diisi sesuai Nama Bank(d) Diisi sesuai Sandi Kantor Cabang (e) Diisi nama debitur (f) Diisi nomor identifikasi debitur(g) Diisi sesuai NPWP debitur(h) Diisi sesuai alamat dan telepon debitur(i) Diisi dengan nomor perjanjian kredit(j) Diisi dengan nomor rekening Debitur(k) Diisi dengan jenis kredit(l) Diisi dengan Nomor Asuransi Kredit dan Nilai Tertanggung(m) Diisi dengan waktu mulai kredit(n) Diisi dengan periode jatuh waktu kredit(o) Diisi dengan nilai plafon kredit Rupiah (juta)(p) Diisi dengan nilai plafon kredit valas (ribu)(q) Diisi dengan nilai baki debet kredit Rupiah (juta)(r) Diisi dengan nilai baki debet kredit valas (ribu)(s) Diisi dengan jenis agunan(t) Diisi dengan nomor akta apabila agunan kredit memiliki akta APHT, fidusia, atau Hipotek(u) Diisi dengan nomor bukti kepemilikan agunan(v) Diisi nilai yang sesuai pasal 48 Peraturan Bank Indonesia No.9/6/PBI/2007 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum,
antara lain telah memperhitungkan jangka waktu dari penilaian agunan terakhir dilakukan(w) Diisi dengan nilai persentase taksasi agunan terhadap plafon(x) Diisi dengan "independen", apabila menggunakan penilai agunan independen dan "intern bank", apabila menggunakan penilai agunan dari pihak internal bank(y) Diisi dengannomor polis asuransi(z) Diisi dengan nilai agunan tertanggung(aa) Diisi dengan nama pemilik agunan(ab) Diisi dengan nilai pengikatan agunan(ac) Diisi sesuai dengan kredit pernah direstruktur atau tidak(ad) Diisi dengan nilai baki debet yang tidak melebihi BMPK pada saat diberikan
ID Kantor Cabang
Jenis Agunan
Debitur Kredit Agunan
Nama
Lampiran SE Nomor 15/11/DPNP tanggal 8 April 2013
Nomor Asuransi Kredit dan
Nilai Tertanggung (apabila ada)
Bank…………………………………………………………….Laporan Daftar Aset Kredit Lancar Semester …………….. Tahun ………………….
Lampiran 27---------------------------------------------------------------------
Jenis Kredit
Baki Debet Tidak
Melebihi BMPK Pada
Saat Diberikan
ID Bank
NamaPenilai Agunan ***)
Nomor Polis
Asuransi
No Pengikatan/ Pembebanan
*)
Nomor Debtor Identification Number (DIN)
NPWPAlamat dan Telp
No
Total dalam mata uang asal
Nomor Perjanjian
Kredit / Surat Perjanjian Kredit
Nomor Rekening
Kredit Tidak Pernah
Direstrukturisasi
(Ya/Tidak)
Nama Pemilik
Nilai Pengikatan
Bank
Nomor Bukti Kepemilikan
Nilai Taksasi Agunan **)
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
Nilai Agunan Tertanggung (apabila ada)
Jangka Waktu
Total dalam Jutaan Rupiah
Plafon Kredit Baki Debet
173
Lampiran 22 Kepada
Bagian Operasi Pasar Uang Direktorat Pengelolaan Moneter
Bank Indonesia Jl. MH. Thamrin No. 2
Jakarta, 10110
Perihal : Permohonan Mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah
--------------------------------------------------------------------------
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/3/PBI/2003 tanggal 4 Februari 2003, dengan ini kami mengajukan permohonan mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebesar Rp. … … … (terbilang … … … … ) untuk jangka waktu 1 (satu) hari kerja dari tanggal ………… sampai dengan tanggal ………….. Dalam kaitan ini, terlampir kami sampaikan Perjanjian Pembiayaan dan Akta Pengikatan Agunan.
Demikian Surat Permohonan ini kami buat dengan sebenarnya. Apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak benar, kami bersedia untuk mempertanggung-jawabkannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
….…..., ........ (tempat,tanggal)
Direksi/Pejabat Bank yang berwenang (Nama Bank…..)
ttd
Meterai cc. DPbS/DPwB terkait/Tim Pengawas Bank di KBI
191
174
Lampiran 23
PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM RANGKA FASILITAS PEMBIAYAAN JANGKA PENDEK
BAGI BANK SYARIAH NO. ……………………
Pada hari ini ……….., tanggal ……………………………………., yang bertanda tangan di bawah ini : 1. .………………………………… ,Direktur Direktorat Pengelolaan
Moneter/Pimpinan DirektoratPengelolaan Moneter/Pemimpin BankIndonesia, bertempat tinggal di…………………..,dalamhalini bertindak dalam jabatannya tersebutuntuk dan atas nama Dewan GubernurBank Indonesia berdasarkan PDGNo.1/11/PDG/1999 dan dengan demikianmewakili Bank Indonesia yangberkedudukan di Jakarta berdasarkanPasal 39 Undang-undang Nomor 23Tahun 1999 sebagaimana telah diubahdengan Undang-undang nomor 3 Tahun2004, untuk selanjutnya disebut PIHAKPERTAMA -----------------------------------
1. .………………………………… ,Direktur Direktorat PengelolaanMoneter/Pimpinan DirektoratPengelolaan Moneter/Pemimpin BankIndonesia, bertempat tinggal di…………………., dalam hal inibertindak berdasarkan kuasa GubernurBank Indonesia yang dibuat secaradibawah tangan, tanggal …..(tanggaldalam angka), Nomor…….., bermaterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini selaku demikian sebagai kuasa Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
192
175
Undang-undang nomor 3 Tahun 2004, dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Bank Indonesia, berkedudukan di Jakarta, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA -
2. …………………………………. ,Direktur Perusahaan perseroan (persero)
PT Bank ……………., bertempat tinggal di ……., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank ……, berkedudukan di ……., berdasarkan Pasal …….Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris …., Nomor …., tanggal ….(tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …, nomor …., Tambahan Nomor ….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris …, Nomor …, tanggal …, yang termuat dalam Berita Negara republik, Indonesia tanggal….., Nomor…., Tambahan Nomor, …., untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA------
2. …………………………………. ,Direktur Perusahaan perseroan (persero)
PT Bank ……………., bertempat tinggal di …………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank ……, berkedudukan di ……., berdasarkan pasal …. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris …., Nomor …., tanggal …., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …, nomor …., Tambahan Nomor…., Berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris
193
176
…, Nomor …, tanggal …, yang termuat dalam Berita Negara republik, Indonesia tanggal….., nomor…., Tambahan Nomor, …., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis di bawah tangan tanggal….., bermaterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA----------------------------------------
2. …………………………………. ,Direktur Perusahaan perseroan (persero)
PT Bank ……………., berkedudukan di …………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank ……, berkedudukan di ……., berdasarkan Pasal ….. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris …., No mor …., tanggal …., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …, Nomor …., Tambahan Nomor ….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris …, Nomor …, tanggal …, yang termuat dalam Berita Negara republik, Indonesia tanggal….., nomor…., Tambahan Nomor, …., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal …….., sebagaimana ternyata dalam …., bermaterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA---------------------------------------
194
177
Kedua belah pihak menyatakan sepakat untuk mengadakan Perjanjian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah dalam rangka mengatasi kesulitan jangka pendek sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/3/PBI/2003 tanggal 4 Februari 2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1 PIHAK PERTAMA memberikan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah kepada PIHAK KEDUA untuk jangka waktu 1 (satu) hari kerja sebesar Rp………………. (……………… rupiah), yang berlaku dari tanggal …………….. sampai dengan tanggal ……………...
Pasal 2 (1) Pemberian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA didasarkan kepada permohonan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dan sepanjang PIHAK KEDUA memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek; b. memiliki agunan yang mencukupi; c. belum memanfaatkan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank
Syariah selama 90 (sembilan puluh) hari berturut-turut; dan d. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diajukan
untuk jangka waktu 1 (satu) hari kerja. e. Khusus UUS, terdapat surat pernyataan dari kantor pusat UUS mengenai
ketidakmampuan kantor pusat UUS memberikan bantuan dana kepada UUS.
(2) Besarnya pemberian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 setinggi-tingginya sebesar kewajiban yang tidak dapat diselesaikan PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA yang diperkirakan oleh PIHAK KEDUA akan terjadi pada hari permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah diajukan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
195
178
Pasal 3 Dalam hal di kemudian hari diketahui bahwa PIHAK KEDUA tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut di atas, PIHAK PERTAMA berhak untuk setiap waktu menarik kembali Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diberikan kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 4 (1) Atas Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1, PIHAK KEDUA memberikan kepada PIHAK PERTAMA agunan berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang dimiliki PIHAK KEDUA.
(2) Pengikatan agunan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dilakukan dengan akta pengikatan agunan secara gadai yang akan dibuat dalam perjanjian tersendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
Pasal 5 Pemberian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah kepada PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dikenakan imbalan sesuai dengan ketentuan Pasal 13 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/3/PBI/2003 tanggal 4 Februari 2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah.
Pasal 6
(1) Untuk pelunasan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, PIHAK PERTAMA berwenang untuk melakukan pendebetan rekening giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA pada tanggal jatuh waktu Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebesar nominal Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diberikan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA ditambah imbalan.
(2) Untuk keperluan pelunasan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah, dengan ini PIHAK KEDUA memberikan kuasa khusus kepada PIHAK PERTAMA, yang tidak dapat dicabut kembali, untuk melakukan pendebetan rekening giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA pada tanggal jatuh waktu Fasilitas Pembiayaan
196
179
Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebesar nominal Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diberikan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA ditambah imbalan.
Pasal 7 (1) Dalam hal menurut perkiraan yang wajar dari PIHAK KEDUA dan/atau
perkiraan yang wajar dari PIHAK PERTAMA pendebetan rekening giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA oleh PIHAK PERTAMA mengakibatkan rekening giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA bersaldo negatif, PIHAK KEDUA dengan ini memberikan kuasa khusus yang tidak dapat dicabut kembali oleh PIHAK KEDUA dengan alasan apapun termasuk Pasal 1813 KUHPerdata kepada PIHAK PERTAMA, untuk mengeksekusi agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan mengambil hasil eksekusi agunan tersebut untuk pelunasan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah PIHAK KEDUA ditambah imbalan.
(2) Dalam hal hasil eksekusi agunan tidak dapat melunasi Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diperoleh PIHAK KEDUA ditambah imbalan, maka PIHAK KEDUA wajib melunasi kekurangannya dari harta kekayaan PIHAK KEDUA.
(3) Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih besar dari nominal Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diperoleh PIHAK KEDUA ditambah imbalan, maka PIHAK PERTAMA mengkredit rekening giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA sebesar nilai kelebihan dimaksud.
Pasal 8 Atas pemberian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah ini, PIHAK KEDUA tidak dikenakan biaya provisi.
Pasal 9 Mengenai perjanjian ini dan pelaksanaannya serta segala akibatnya, para pihak memilih domisili di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
197
180
Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani di ……….., dalam rangkap 2 (dua), masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
………….., ……….(tempat & tanggal)
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
198
181
Lampiran 24
AKTA PENGIKATAN AGUNAN SECARA GADAI
BANK ………………….. DENGAN BANK INDONESIA
Pada hari ini ……….., tanggal ……………………………………., yang bertanda tangan di bawah ini : 1. …………………………………. ,Direktur Bank ……………, bertempat
tinggal di …………………. bertindak dalam jabatannya untuk dan atas atas nama Bank ………….. yang diberi kuasa sesuai dengan Anggaran Dasar Nomor …………., dan atau Surat Kuasa Nomor …… tanggal ……., yang selanjutnya disebut sebagai PEMBERI GADAI;
1. ………………………………. ,Direktur Perusahaan perseroan (persero) PT
Bank ……………., bertempat tinggal di ……., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank ……, berkedudukan di ……., berdasarkan Pasal …….Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris …., Nomor …., tanggal ….(tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …, nomor …., Tambahan Nomor ….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris …, Nomor …, tanggal …, yang termuat dalam Berita Negara republik, Indonesia tanggal….., Nomor…., Tambahan Nomor, …., untuk selanjutnya disebut PEMBERI GADAI;
199
182
2. .………………………………… ,Direktur Direktorat Pengelolaan
Moneter/Pimpinan Direktorat Pengelolaan Moneter/Pemimpin Bank Indonesia, bertempat tinggal di ………………….., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia berdasarkan PDG No.1/11/PDG/1999 dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 3 Tahun 2004, untuk selanjutnya disebut PENERIMA GADAI;
2. .………………………………… ,Direktur Direktorat Pengelolaan
Moneter/Pimpinan DirektoratPengelolaan Moneter/Pemimpin BankIndonesia, bertempat tinggal di…………………., dalam hal inibertindak berdasarkan kuasa GubernurBank Indonesia yang dibuat secaradibawah tangan, tanggal …..(tanggaldalam angka), Nomor…….., bermateraicukup yang dilekatkan pada Akta Gadaiini selaku demikian sebagai kuasaGubernur Bank Indonesia berdasarkanPasal 39 Undang-undang Nomor 23Tahun 1999 sebagaimana telah diubahdengan undang-undang nomor 3 Tahun2004, dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Bank Indonesia, berkedudukan di Jakarta, untuk selanjutnya disebut PENERIMA GADAI;
dengan terlebih dahulu menerangkan: a. bahwa PEMBERI GADAI telah mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Jangka
Pendek Bagi Bank Syariah dari PENERIMA GADAI sebesar Rp…… (……) dan dengan berdasarkan ketentuan dan persyaratan sebagaimana diuraikan dalam Perjanjian Pembiayaan, Nomor………, tanggal …., yang untuk selanjutnya disebut Perjanjian Pokok.
200
183
b. bahwa menurut ketentuan Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI diwajibkan
untuk memberikan agunan berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia untuk menjamin pengembalian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang sudah diterima oleh PEMBERI GADAI beserta imbalan;
Maka berhubung dengan segala sesuatu yang diuraikan di atas, PEMBERI GADAI dan PENERIMA GADAI sepakat untuk dan dengan ini membuat perjanjian sebagai berikut:
Pasal 1 Guna memenuhi persyaratan Perjanjian Pokok dalam rangka Fasilitas Penbiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah dan agar PEMBERI GADAI dapat menjamin pembayaran kembali segala dana yang diterima dari PENERIMA GADAI karena Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah beserta imbalan yang harus dibayar sebagaimana dimuat dalam Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI menyatakan menggadaikan dan dengan ini menyerahkan kepada PENERIMA GADAI SWBI di atas dengan jumlah nilai nominal sebesar Rp. ……….. (…….. Rupiah). PENERIMA GADAI menyatakan menerima baik gadai SWBI tersebut.
Pasal 2 (1) Penyerahan SWBI tersebut oleh PEMBERI GADAI dinyatakan berlaku
terhitung sejak penandatanganan perjanjian ini. (2) Dalam hal penggadaian SWBI memerlukan pemblokiran dari lembaga
yang menyimpan atau mengadministrasikan SWBI, gadai ini dinyatakan berlaku terhitung sejak tanggal surat pemblokiran dari lembaga yang menyimpan atau mengadministrasikan SWBI yang digadaikan perihal pemblokiran SWBI.
Pasal 3 PEMBERI GADAI menjamin PENERIMA GADAI bahwa dana yang diberikan sebagai jaminan dengan Perjanjian ini adalah benar-benar haknya PEMBERI GADAI semata-mata bebas dari sitaan, tidak digadaikan, dicedeer atau dipertanggungjawabkan secara apapun juga kepada orang/pihak lain terlebih dahulu, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa dan oleh karenanya PENERIMA GADAI dibebaskan oleh PEMBERI GADAI dari segala tuntutan apapun juga dari pi hak lain.
201
184
Pasal 4
Apabila pada saat jatuh waktu pembiayaan sebagaimana diatur dalam Perjanjian Pokok PEMBERI GADAI tidak membayar Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah beserta imbalan kepada PENERIMA GADAI, maka PENERIMA GADAI berhak mengeksekusi SWBI dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/ /DPM tanggal 2004 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah; dan untuk itu PENERIMA GADAI berhak mengambil hasil eksekusi SWBI tersebut sebagai pembayaran atas seluruh Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah beserta imbalan yang diterima oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI.
Pasal 5 Apabila untuk eksekusi SWBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diperlukan kuasa, dengan ini PEMBERI GADAI memberikan kuasa kepada PENERIMA GADAI untuk mengeksekusi SWBI tersebut dan untuk mengambil hasil eksekusi SWBI untuk keperluan pelunasan kewajiban dari PEMBERI GADAI; dan kuasa tersebut dinyatakan tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi kuasa (PEMBERI GADAI) dengan alasan apapun dan tidak akan berakhir karena sebab-sebab yang tercantum dalam Pasal 1813 KUHPerdata, sepanjang PEMBERI GADAI belum melunasi seluruh Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah beserta imbalan sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini kepada PENERIMA GADAI.
Pasal 6 Apabila hasil dari pencairan SWBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 lebih besar dari Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diterima oleh PEMBERI GADAI beserta imbalan, maka yang dapat diambil oleh PENERIMA GADAI adalah sebesar jumlah dimaksud; sedang kelebihannya harus dikembalikan oleh PENERIMA GADAI kepada PEMBERI GADAI.
Pasal 7 Apabila Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang diterima PEMBERI GADAI beserta imbalan telah terbayar lunas tanpa perlu adanya eksekusi SWBI yang digadaikan dan Perjanjian Pokok telah berakhir, maka PENERIMA GADAI menyerahkan kembali SWBI yang digadaikan dengan perjanjian ini kepada PEMBERI GADAI sesuai dengan kepemilikannya; dan gadai SWBI ini menjadi berhenti dengan sendirinya (gugur).
202
185
5
Pasal 8 Gadai SWBI ini diberikan untuk menjamin Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah PEMBERI GADAI, baik yang timbul karena Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang disediakan oleh PENERIMA GADAI sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini, maupun yang timbul karena kewajiban-kewajiban lain yang terbeban pada PEMBERI GADAI karena imbalan, yang harus dibayar kepada PENERIMA GADAI.
Pasal 9 Mengenai Perjanjian ini dan pelaksanaannya serta segala akibatnya, para pihak memilih domisili di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani di …………, dalam rangkap 2 (dua) , masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
………, ………(tempat & tanggal)
PENERIMA GADAI PEMBERI GADAI
203
186
Lampiran 25 Kepada
Bagian Operasi Pasar Uang Direktorat Pengelolaan Moneter
Bank Indonesia Jl. MH. Thamrin No. 2
Jakarta, 10110
SURAT PERNYATAAN Sehubungan dengan FPJPS yang diajukan untuk kepentingan Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank ……… …… dengan ini kami yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : …………………………………... Jabatan : …………………………………… menyatakan bahwa Kantor Pusat Bank Umum Konvensional tidak mampu
untuk memberikan bantuan likuiditas untuk keperluan menutupi kebutuhan pendanaan / pembiayaan jangka pendek kepada UUS bank kami.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya. Apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak benar, kami bersedia untuk mempertanggung-jawabkannya sesuai de ngan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
….…..., ........ (tempat, tanggal)
Direksi/Pejabat Bank yang berwenang (Nama Bank…..)
ttd
Meterai cc. DPbS/DPwBank terkait/Tim Pengawas Bank di KBI
204
187
Lampiran 26 Kepada
Bagian Operasi Pasar Uang Direktorat Pengelolaan Moneter
Bank Indonesia Jl. MH. Thamrin No. 2
Jakarta, 10110
Perihal : Perpanjangan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah --------------------------------------------------------------------------
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/3/PBI/2003 tanggal 4
Februari 2003, dengan ini kami mengajukan permohonan untuk memperpanjang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah sebesar Rp. … … … ( terbilang… … … … ) untuk jangka waktu 1 (satu) hari kerja dari tanggal ………… sampai dengan tanggal ………….. Dalam kaitan ini, terlampir kami sampaikan addendum dari Perjanjian Pembiayaan dan Akta Pengikatan Agunan.
Demikian Surat Permohonan ini kami buat dengan sebenarnya. Apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak benar, kami bersedia untuk mempertanggung-jawabkannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
.…..., ........ (tempat, tanggal)
Direksi/Pejabat Bank yang berwenang (Nama Bank…..)
ttd
Meterai cc. DPbS/DPwB terkait/Tim Pengawas Bank di KBI
205
188
Lampiran 27
ADDENDUM PERJANJIAN PEMBIAYAAN
DALAM RANGKA FASILITAS PEMBIAYAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK SYARIAH (FPJPS)
Nomor: ………
Menunjuk Perjanjian Pembiayaan Dalam Rangka Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah/Addendum Perjanjian Pembiayaan Dalam Rangka Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah Nomor ………… tanggal ………, dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan perubahan Perjanjian Pembiayaan dimaksud dan atau Addendum Perjanjian Pembiayaan dimaksud sebagai berikut: Jumlah Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek menjadi sebesar Rp …………………… (terbilang …………………), yang berlaku dari tanggal …………. sampai dengan tanggal ………. Untuk pengikatan agunan dalam rangka penggunaan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah dimaksud di atas, PIHAK KEDUA menyampaikan Akta Pengikatan Agunan secara gadai nomor………..tanggal……..
Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani di ………. Dalam rangkap 2 (dua), masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
………………….,……………..(tempat & tanggal)
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
206
Lampiran-28
189
Contoh Surat Permohonan/Penambahan/Perpanjangan FPJP Nomor : [diisi dengan nomor surat] Kepada [ diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Permohonan/Penambahan/Perpanjangan1 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
(FPJP)
Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/35/PBI/2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat, bersama ini kami mengajukan permohonan/penambahan/perpanjangan1 FPJP untuk jangka waktu ... ( ... ) hari dari tanggal………… sampai dengan tanggal……… sebesar Rp ............ (terbilang : .......) untuk memenuhi perkiraan kekurangan pendanaan jangka pendek kami.
Sehubungan dengan pengajuan/penambahan/perpanjangan1 FPJP dimaksud, dengan ini kami lampirkan dokumen sebagai berikut :
1. Surat pernyataan kesulitan pendanaan jangka pendek; 2. Dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan pendanaan jangka pendek; 3. Daftar aset yang menjadi agunan FPJP; 4. Surat pernyataan agunan FPJP; 5. Surat kesanggupan membayar kewajiban FPJP; 6. Surat Kuasa dari BPR kepada Bank Indonesia untuk melakukan pendebetan
seluruh rekening BPR di bank umum dalam rangka pembayaran segala kewajiban BPR terkait FPJP;
7. Surat pernyataan Bank mengenai kebenaran data dan dokumen; 8. Surat persetujuan penggunaan aset Bank sebagai agunan FPJP; 9. Perjanjian Pemberian FPJP/Addendum Perjanjian Pemberian FPJP; 10. Konsep Akta Gadai;2 11. Konsep Akta Jaminan Fidusia.3
1 Coret yang tidak perlu 2 Dalam hal agunan berupa SBI 3 Dalam hal agunan berupa Aset Kredit
207
Lampiran-23
190
12. Print-out hasil pengagunan (pledge) di BI-SSSS;4
Surat permohonan beserta lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
(Nama BPR ....)
ttd
(Nama BPR ....)
ttd
----------------------------- --------------------------- cc. : .............. [diisi sesuai ketentuan SE]
4 Dalam hal agunan berupa SBI
Meterai Rp6.000,-
208
Lampiran-29
191
Contoh Surat Pernyataan Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Surat Pernyataan Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek
Yang bertanda tangan di bawah ini : No. Nama Jabatan 1. .................................. 1 Direktur 2 2. .................................. Komisaris
BPR ……….……..... 3
dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini menyatakan bahwa : BPR kami mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek karena adanya penarikan dana masyarakat baik tabungan maupun deposito dalam 14 (empat belas) hari terakhir yang jumlahnya diatas normal (melampaui perkiraan) sehingga arus kas keluar melampaui arus kas masuk yang berakibat terjadi arus kas negatif4. Kami telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kesulitan tersebut dengan melakukan: ............................................................................................................................................ namun upaya tersebut tidak mampu memperbaiki kesulitan pendanaan jangka pendek BPR kami.
Demikian pernyataan kami. (kota), (tanggal/bulan/tahun)
Komisaris, Direktur, (Nama BPR ....)
ttd
(Nama BPR ....)
ttd
----------------------------- ---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur/komisaris BPRyang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur/komisaris yang berwenang mewakili BPR 3 Diisi dengan nama BPR yang mengajukan permohonan FPJP 4 Dilampiri Arus Kas Harian 14 (empat belas) hari terakhir
Meterai Rp6.000,-
209
Lampiran-29
ARUS KAS HARIAN 14 (EMPAT BELAS) HARI TERAKHIR
Nama BPR : …………………………….. Posisi : Tanggal ……………………
(dalam ribuan Rp) Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan
T-14 T-13 T-12 T-11 T-10 T-9 T-8
A. Arus Kas Masuk 1. Kas 2. SBI jatuh tempo 3. Penerimaan antarbank aktiva
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
4. Penerimaan angsuran kredit yang diberikan
5. Penerimaan simpanan dana nasabah a. Tabungan b. Deposito
6. Penerimaan dana antarbank pasiva a. Deposito b. Tabungan c. Pinjaman
7. Lain-lain
................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Jumlah Kas Masuk (2 s.d. 6) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
B. Arus Kas Keluar 1. Kewajiban segera 2. Pembayaran simpanan dana
nasabah (pihak tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito jatuh tempo
3. Kewajiban antarbank pasiva (pihak
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
210
Lampiran-29
193
Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan T-14 T-13 T-12 T-11 T-10 T-9 T-8
tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito jatuh tempo c. Pinjaman (pembayaran angsuran/
pelunasan) 4. Lain-lain
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ...................
................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ..................
................... ................... ................... ...................
Jumlah Kas Keluar (1 s.d. 4) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Selisih Arus Kas (A-B) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
211
Lampiran-29
194
ARUS KAS HARIAN 14 (EMPAT BELAS) HARI TERAKHIR
Nama BPR : …………………………….. Posisi : Tanggal ……………………
(dalam ribuan Rp) Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan
T-7 T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
A. Arus Kas Masuk 1. Kas 2. SBI jatuh tempo 3. Penerimaan antarbank aktiva
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
4. Penerimaan angsuran kredit yang diberikan
5. Penerimaan simpanan dana nasabah a. Tabungan b. Deposito
6. Penerimaan dana antarbank pasiva a. Tabungan b. Deposito c. Pinjaman
7. Lain-lain
................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Jumlah Kas Masuk (2 s.d. 6) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
C. Arus Kas Keluar 1. Kewajiban segera 2. Pembayaran simpanan dana
nasabah (pihak tidak terkait) a. Tabungan
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
212
Lampiran-29
195
Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan T-7 T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
b. Deposito jatuh tempo 3. Kewajiban antarbank pasiva (pihak
tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito jatuh tempo c. Pinjaman (pembayaran angsuran/
pelunasan) 4. Lain-lain
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ...................
Jumlah Kas Keluar (1 s.d. 4) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Selisih Arus Kas (A-B) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Informasi yang disampaikan sesuai dengan yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala resiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
(tempat), tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
--------------------------- ----------------------
213
Lampiran-29
196
ACUAN PENGISIAN
ARUS KAS HARIAN BPR 14 (EMPAT BELAS) HARI TERAKHIR Arus kas harian BPR adalah arus dana dalam 14 (empat belas) hari terakhir yang mempengaruhi pendanaan jangka pendek BPR sehingga BPR mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan mengajukan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek sesuai PBI No 10/...../PBI/2008 tanggal ...................... 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat.
No. Pos-pos Tertentu Keterangan
A. ARUS KAS MASUK
1 Kas Saldo kas 2 SBI jatuh tempo Pencairan SBI yang jatuh waktu (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+) bagi bank 3 Penerimaan antarbank aktiva a. Giro
b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
Penarikan giro, tabungan, dan deposito (pokok dan bunga) yang jatuh waktu (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
4 Penerimaan angsuran kredit yang diberikan
Penerimaan angsuran atau pelunasan kredit yang jatuh waktu (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
5 Penerimaan simpanan dana nasabah a. Tabungan
b. Deposito jatuh tempo Penerimaan tabungan, dan deposito (pokok dan bunga) yang jatuh waktu (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
6 Penerimaan dana antarbank pasiva a. Tabungan
b. Deposito jatuh tempo Penerimaan tabungan dan deposito dari bank umum atau BPR lain (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
7 Lain-lain Penerimaan diluar butir 2 sampai dengan 6, antara lain penerimaan FPJP Jumlah Arus Kas Masuk Penjumlahan 2 s.d. 7
214
Lampiran-29
197
No. Pos-pos Tertentu Keterangan
B. ARUS KAS KELUAR
1 Kewajiban segera Penarikan deposito (pokok dan/atau bunga) pihak tidak terkait yang telah jatuh waktu (pada hari T-x) merupakan kas keluar (-)
2 Pembayaran dana simpanan nasabah (pihak tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito jatuh tempo
- Penarikan tabungan nasabah - Pencairan DPK pihak tidak terkait yang jatuh waktu (pada hari T-x) merupakan kas keluar
(-). 3 Kewajiban antarbank pasiva (pihak
tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito jatuh tempo c. Pinjaman (pembayaran angsuran/
pelunasan)
- Penarikan tabungan setiap hari - Pencairan antarbank pasiva – deposito BPR lain (pihak tidak terkait) yang jatuh waktu
(pada hari T-x) merupakan kas keluar (-) - Pembayaran angsuran/pelunasan pada bank umum atau BPR lain yang jatuh waktu (pada hari
T-x) merupakan kas keluar (-) 4 Lain-lain Pengeluaran kas diluar butir 1 sampai dengan 4, antara lain pembayaran pokok dan/atau bunga
FPJP Jumlah Arus Kas Keluar Penjumlahan 1 s.d. 4
SELISIH (+/-) A-B
215
Lampiran-30
198
Contoh Surat Pernyataan Agunan FPJP No. [diisi dengan nomor surat]
Yang bertanda tangan di bawah ini :
No. Nama Jabatan 1. .................................. 1 Direktur 2 2. .................................. Komisaris
BPR ……….……..... 3 dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini menyatakan bahwa : Seluruh aset yang menjadi agunan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak di bawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan agunan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai pemberian FPJP.
Demikian pernyataan kami.
(Kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
(Nama BPR ....)
ttd
(Nama BPR ....)
ttd
----------------------------- ---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur/komisaris BPRyang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur/komisaris yang berwenang mewakili BPR 3 Diisi dengan nama BPR yang mengajukan permohonan FPJP
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-37
217
Contoh Surat Kesanggupan Membayar
No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Surat Kesanggupan Membayar
Yang bertanda tangan di bawah ini Pengurus dan Pemegang Saham Pengendali
BPR ...........................................….1 :
No. Nama Jabatan 1. .................................. Direktur Utama 2. .................................. Direktur 3. .................................. Komisaris 4. .................................. Pemegang Saham Pengendali
dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini menyatakan kesanggupan membayar atas segala kewajiban terkait Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada BPR ………….3 pada saat tanggal jatuh waktu yaitu tanggal …………………2 dengan plafon sejumlah Rp.……………….3 berikut biaya bunga dan biaya lain yang timbul sehubungan dengan pemberian FPJP dari Bank Indonesia, serta menyatakan tunduk pada seluruh ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai pemberian FPJP kepada BPR.
(Kota), (tanggal/bulan/tahun)Pemegang Saham
Pengendali, (Nama BPR ....)
Komisaris, (Nama BPR ....)
Direktur, (Nama BPR ....)
Direktur Utama, (Nama BPR ....)
ttd
ttd
ttd
ttd
............................ ............................ ........................... ............................
1 Diisi dengan nama BPR yang mengajukan permohonan FPJP 2 Diisi dengan tanggal jatuh waktu FPJP 3 Diisi dengan jumlah FPJP yang diajukan
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-32
200
Contoh Surat Pernyataan Kebenaran Data
No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Surat Pernyataan Kebenaran Data
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : ……………………………….................1
Jabatan : Direktur ...........2 BPR ............................3
Alamat : .................................................................4
bahwa berkaitan dengan permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang diajukan kepada Bank Indonesia, dengan ini untuk dan atas nama BPR ..........3 menyatakan bahwa seluruh dokumen, data, penjelasan dan keterangan yang disampaikan kepada Bank Indonesia dijamin kebenarannya serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
Bahwa apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang sebaliknya, segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Direktur,
(Nama BPR ....)
ttd ---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur BPR yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur yang berwenang mewakili BPR 3 Diisi dengan nama BPR yang mengajukan permohonan FPJP 4 Diisi alamat BPR yang mengajukan permohonan FPJP
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-33
201
Contoh Surat Kuasa Pendebetan Rekening BPR
No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Surat Pernyataan Pemberian Kuasa Pendebetan Rekening BPR Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : ……………………………….................1 Jabatan : Direktur ...........2 BPR ............................3 Alamat : .................................................................4 bahwa berkaitan dengan permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang diajukan kepada Bank Indonesia, dengan ini untuk dan atas nama BPR ..........3 menyatakan memberikan kuasa kepada Bank Indonesia untuk melakukan pendebetan seluruh rekening BPR di bank umum yang ditunjuk dan/atau di bank umum lainnya sebagai berikut:
No. Nomor Rekening
Nama Pemilik Rekening
Nama Bank Umum Keterangan
1. PT. Bank................ KP/KC/KCP...........
Rekening yang ditunjuk
2. Rekening lainnya 3. Rekening lainnya
...... Rekening lainnya dalam rangka pembayaran segala kewajiban BPR terkait dengan FPJP termasuk pelunasan FPJP pada saat jatuh tempo. Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Direktur,
(Nama BPR ....)
ttd ---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur BPR yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur yang berwenang mewakili BPR 3 Diisi dengan nama BPR yang mengajukan permohonan FPJP 4 Diisi alamat BPR yang mengajukan permohonan FPJP
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-34
202
RASIO KEBUTUHAN KAS BPR …………………… Per tanggal ………………………..
Pos-pos tertentu Nominal (dalam ribuan Rp)
A. ASET LANCAR
1. Kas 2. SBI 3. Antarbank Aktiva (yang tidak diblokir)
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
JUMLAH ASET LANCAR
B. KEWAJIBAN LANCAR 1. Kewajiban segera 2. Simpanan dana nasabah (tidak terkait)
a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
3. Antarbank Pasiva (tidak terkait) a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR Rasio Kebutuhan Kas (A : B) x 100%
(kota), (tanggal/bulan/tahun)
Direktur, (Nama BPR ....)
Ttd
---------------------------
Lampiran-35
203
DAFTAR SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) BPR …………………………………………
YANG DIAJUKAN SEBAGAI AGUNAN FPJP
No. Nomor Seri
Nilai Nominal
Rata-Rata Tertimbang
Tingkat Diskonto Saat Penerbitan
Harga Tanggal Jatuh
Waktu
Sisa Jangka Waktu
Nilai Jual
1. 2. 3. 4.
.....
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
(Nama BPR ....)
ttd
(Nama BPR ....)
ttd
--------------------------- ---------------------------
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-35
Mulai Akhir
1.2.3.4.5.6.7.8.
.....
Catatan:
- Aset kredit sebagaimana terdapat pada daftar diatas telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) PBI No.10/35/PBI/2008 Tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi BPR dan disetujui oleh direktur dan komisaris sebagai agunan FPJP BPR.
- Informasi yang disampaikan sesuai dengan portofolio kredit yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala ririko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
........................
Nomor Akta Perjanjian Kredit/ Surat Perjanjian
Kredit
Jenis Agunan
No. Rekening
.........................................
**) Nilai yang dicantumkan sesuai Pasal 13 PBI No.8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif BPR***) Diisi "independen", apabila menggunakan penilai agunan independen dan "intern bank" apabila menggunakan penilai agunan dari pihak internal bank
TOTAL
DAFTAR ASET KREDIT LANCAR BPR …........
DEBITUR KREDIT AGUNAN
YANG DIAJUKAN SEBAGAI AGUNAN FPJP
*) Apabila agunan kredit memiliki akta Fiducia, APHT, atau Hipotik, cantumkan no. Akat-Akta tersebut.
No. Pengikatan/ Pembebanan *)AlamatNPWP
Plafond Kredit
(juta Rp)
Jangka Waktu (dd/mm/yyyy)
Nama DebiturNo. Nomor Bukti KepemilikanBaki
Debet (juta Rp)
Lampiran-36
205
PERJANJIAN PEMBERIAN FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BPR
Nomor:………
Pada hari ini……..... tanggal …………..... pukul……………….. (Waktu Indonesia bagian .......):................. Menghadap di hadapan saya, Sarjana Hukum, Notaris di ......... dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini: 1. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada
tanggal ......................, Direktur Direktorat ….......……./ Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……........, untuk sementara berada di ..............
2. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……......, untuk sementara berada di ..............
3. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di …......., untuk sementara berada di ..............
Menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak dalam jabatan mereka tersebut untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa Gubernur Bank Indonesia Nomor ……….. tanggal ………… dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA----------
223
Lampiran-36
206
2. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk di bawah ini, bertempat tinggal di ………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan terbatas PT. BPR ......., berkedudukan di ...... yang Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ....... No......., Tambahan Nomor ....., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;---
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris):
2. (Nama) Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di ……………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT Bank………, berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ………, Nomor……., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……., Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris………., Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor……., Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis tanggal….., bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA -------------------------------------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan
224
Lampiran-36
207
utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (eks Pasal 88 UU Perseroan Terbatas):
2.
(Nama)
Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ……….., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT Bank………, berdasarkan Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ……., Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….., Nomor……, Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA -------------------------------------------------------
(Untuk badan hukum yang lain menyesuaikan) Para penghadap dikenal saya, Notaris Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan terlebih dahulu
a. bahwa PIHAK KEDUA dengan surat Nomor ........ tanggal ........ telah mengajukan permohonan FPJP kepada PIHAK PERTAMA, permohonan mana telah dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. bahwa PIHAK PERTAMA selaku pihak yang memberikan FPJP telah melakukan penelitian atas permohonan FPJP yang diajukan PIHAK KEDUA.
225
Lampiran-36
208
bahwa Para Pihak menyatakan sepakat untuk mengadakan Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dalam rangka mengatasi kesulitan jangka pendek sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/......./PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat, yang untuk selanjutnya disebut Perjanjian Pemberian FPJP, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
OBYEK PERJANJIAN
(1) PIHAK PERTAMA setuju untuk memberikan kepada PIHAK KEDUA dan oleh karena itu PIHAK KEDUA setuju menerima Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, yang untuk selanjutnya disebut FPJP, sebesar Rp............................. (................rupiah), dengan jangka waktu .......... yang berlaku sejak tanggal …………….. sampai dengan tanggal ……………
(2) FPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan dicairkan pada rekening PIHAK KEDUA di bank umum yang ditunjuk yaitu, nomor......... di PT. Bank ........ Kantor Pusat/Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu ....
Pasal 2
Atas penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), PIHAK KEDUA dikenakan dan oleh karena itu wajib membayar biaya bunga kepada PIHAK PERTAMA sebesar ……% (terbilang …. persen) per tahun.
Pasal 3
AGUNAN
(1) Terhadap penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), PIHAK KEDUA berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk menyerahkan agunan kepada PIHAK PERTAMA berupa:1 a. Sertifikat Bank Indonesia yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA dengan nilai Rp
............... (....................rupiah); 2
1 coret yang tidak perlu 2 yang memiliki nilai jual sebesar 100% dari nilai FPJP
226
Lampiran-36
209
b. Aset Kredit yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA dengan nilai Rp ............... (....................rupiah);3.
Yang rekapitulasinya tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(2) Dalam hal PIHAK KEDUA menggunakan aset kredit sebagai agunan dan di kemudian hari setelah ditandatanganinya Perjanjian Pemberian FPJP ini, PIHAK KEDUA memiliki aset berupa SBI, maka PIHAK KEDUA wajib mengganti agunan aset kredit dengan SBI.
(3) Agunan berupa SBI sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dilakukan pengikatan dengan gadai yang dibuat dalam perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(4) Dalam hal agunan berupa SBI sebagaimana tersebut pada ayat (1) memiliki jangka waktu lebih pendek dari jangka waktu FPJP, maka SBI akan dicairkan pada saat SBI jatuh tempo untuk melunasi sebagian atau seluruh kewajiban terkait FPJP. (5) Dalam hal pencairan SBI sebagaimana tersebut pada ayat (4) mencukupi untuk pelunasan seluruh kewajiban PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA terkait dengan FPJP, maka segala kewajiban PIHAK KEDUA terkait FPJP dianggap terpenuhi dan Perjanjian FPJP ini dianggap berakhir.
(5) Agunan berupa aset kredit sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf b dilakukan pengikatan dengan Jaminan Fidusia yang dibuat dalam perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(6) Biaya-biaya yang timbul untuk melakukan pengikatan agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (6) sepenuhnya menjadi beban PIHAK KEDUA.
(7) PIHAK KEDUA menjamin bahwa agunan yang diserahkan kepada PIHAK PERTAMA tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak dalam sengketa dengan pihak dan bebas dari segala tuntutan hukum.
Pasal 4
PEMBAYARAN
3 paling kurang 150% (seratus lima puluh persen) dari FPJP yang dihitung berdasarkan baki debet
(outstanding) aset kredit.
227
Lampiran-36
210
(1) PIHAK KEDUA wajib melunasi FPJP paling lambat pada tanggal jatuh waktu Perjanjian Pemberian FPJP ini.
(2) Pelunasan atau pembayaran pokok dan biaya bunga FPJP dilakukan dengan cara PIHAK PERTAMA melakukan pendebetan rekening PIHAK KEDUA yang berada pada Bank Umum pada tanggal jatuh waktu Perjanjian Pemberian FPJP.
(3) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran, PIHAK KEDUA memberikan kuasa kepada PIHAK PERTAMA untuk melakukan pendebetan seluruh rekening PIHAK KEDUA di bank umum yang ditunjuk dan bank umum lainnya, baik yang sudah ada maupun yang akan ada.
(4) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran FPJP, PIHAK KEDUA menyediakan dana yang cukup pada rekening BPR di bank umum yang ditunjuk sebagaimana tersebut pada Pasal 1 ayat (2) untuk digunakan sebagai sumber pembayaran FPJP kepada PIHAK PERTAMA.
(5) Dalam rangka penyediaan dana sebagaimana tersebut pada ayat (4), PIHAK KEDUA wajib menyetorkan hasil angsuran dan/atau bunga atas asset kredit yang menjadi agunan FPJP BPR ke rekening BPR di bank umum sebagaimana tersebut pada Pasal 1 ayat (2).
Pasal 5
EKSEKUSI AGUNAN
(1) Apabila dana yang tersedia pada rekening PIHAK KEDUA pada Bank Umum tidak mencukupi untuk pelunasan FPJP atau PIHAK KEDUA tidak mengajukan perpanjangan FPJP atau permohonan perpanjangan FPJP PIHAK KEDUA tidak disetujui PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA akan melakukan eksekusi terhadap agunan yang diserahkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
(2) Apabila hasil pencairan atau eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih kecil dari kewajiban pelunasan FPJP PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA wajib membayar sejumlah kekurangan atas kewajiban yang harus dilunasi oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
(3) Apabila hasil pencairan atau eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih besar dari kewajiban pelunasan FPJP PIHAK KEDUA kepada PIHAK
228
Lampiran-36
211
PERTAMA, PIHAK PERTAMA mengembalikan kelebihan hasil pencairan kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 7 DOMISILI HUKUM
Tentang perjanjian ini dan pelaksanaannya serta segala akibatnya, para pihak memilih domisili yang tetap di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri …………….., demikian tanpa mengurangi hak dan wewenang PIHAK PERTAMA untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJP ini dan memohon pelaksanaanya di pengadilan-pengadilan negeri lainnya atau lembaga lainnya yang berwenang di wilayah Republik Indonesia.
Pasal 8
LAIN-LAIN
PIHAK PERTAMA berhak mengakhiri Perjanjian ini apabila PIHAK KEDUA tidak lagi memenuhi syarat sebagai Pihak Penerima FPJP.
Pasal 9
PENUTUP
Untuk pengakhiran perjanjian ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengenyampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 10
Segala perubahan yang diperlukan atau dianggap perlu atas Perjanjian Pemberian FPJP ini akan dibuat secara tersendiri atas mufakat Para Pihak dikemudian hari baik secara notariil maupun secara di bawah tangan dilakukan melalui suatu Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek yang merupakan satu kesatuan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP ini. Akta ini diselesaikan pukul .......... WI... (............................................Waktu Indonesia Bagian .........). Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
229
Lampiran-36
212
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di ..............., pada hari ini, tanggal serta pada jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh tuan................... Sarjana Hukum dan nona............................. Sarjana Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta sebagai saksi-saksi. Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.......................... Dilangsungkan dengan...........................
230
Lampiran-37
213
AKTA GADAI BPR …….. - BANK INDONESIA
Nomor : ……… Pada hari ini……………., tanggal ……………………………………………………, pukul………………………. (Waktu Indonesia bagian ………..), menghadap di hadapan saya,……………………....…., Sarjana Hukum, Notaris di ………......…. dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini : 1. (Nama) : Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk di bawah
ini, bertempat tinggal di ………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan terbatas PT. BPR ......., berkedudukan di ...... yang Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ....... No......., Tambahan Nomor ....., selanjutnya disebut PEMBERI GADAI;-------------------------
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris):
1. (Nama) : Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di ……………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPR………, berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ………, Nomor……., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……., Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris………., Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor……., Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis
231
Lampiran-37
214
tanggal….., bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PEMBERI GADAI---------------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (eks Pasal 88 UU Perseroan Terbatas):
1. (Nama) : Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ……….., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPR………, berdasarkan Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ……., Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….., Nomor……, Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PEMBERI GADAI---------------------------------------------------
(Untuk badan hukum yang lain menyesuaikan)
2. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Direktur Direktorat ….......……./ Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……........, untuk sementara berada di ..............
3. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……......, untuk sementara berada di ..............
4. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal
232
Lampiran-37
215
......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di …......., untuk sementara berada di ..............
Menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak dalam jabatan mereka tersebut untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa Gubernur Bank Indonesia Nomor ……….. tanggal ………… dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008, selanjutnya disebut PENERIMA GADAI ---------------------------------------------------------------
Para penghadap dikenal saya, Notaris Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan terlebih dahulu : a. bahwa PEMBERI GADAI telah mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek,
(untuk selanjutnya disebut “FPJP”) dari PENERIMA GADAI sebesar Rp…… (……………….…) dan dengan berdasarkan ketentuan dan persyaratan sebagaimana diuraikan dalam Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Nomor .... tanggal …., termasuk Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Nomor .... tanggal ....,1 (apabila ada) yang minutanya dibuat di hadapan saya, Notaris (untuk selanjutnya Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek berikut segala Addendumnya disebut “Perjanjian Pokok”).
b. bahwa menurut ketentuan Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI diwajibkan untuk memberikan agunan berupa Sertifikat Bank Indonesia;
c. bahwa PEMBERI GADAI menyatakan telah memiliki Sertifikat Bank Indonesia yang akan digadaikan sebagaimana tercantum dalam Bank Indonesia – Scriptless Securities Settlement System (BI-SSSS) yang selanjutnya disebut SBI.
d. bahwa guna memenuhi persyaratan Perjanjian Pokok dan untuk menjamin terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayarkan oleh
1 Dalam hal terdapat addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek.
233
Lampiran-37
216
PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI, baik karena hutang pokok, bunga dan biaya-biaya lainnya yang timbul berdasarkan Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI menyatakan menggadaikan dan dengan demikian menyerahkan kepada PENERIMA GADAI SBI sebagaimana tercantum dalam Lampiran akta ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari akta ini, dengan jumlah nilai nominal sebesar Rp ………………… ( …….. Rupiah) dan jumlah nilai jual sebesar Rp ……….. (………….. Rupiah) (selanjutnya disebut sebagai “OBYEK GADAI”) dan PENERIMA GADAI menyatakan menerima baik OBYEK GADAI tersebut.
e. bahwa PEMBERI GADAI menjamin bahwa OBYEK GADAI yang diberikan sebagai jaminan dengan akta ini adalah benar-benar hak PEMBERI GADAI, semata-mata bebas dari sitaan, tidak sedang digadaikan atau dipertanggungkan secara apapun juga kepada orang atau pihak lain terlebih dahulu, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa dan oleh karenanya PENERIMA GADAI dibebaskan oleh PEMBERI GADAI dari segala tuntutan apapun juga dari pihak lain.
f. Selanjutnya para penghadap senantiasa dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menyatakan bahwa gadai SBI ini dilangsungkan dan diterima dengan ketentuan dan syarat sebagai berikut :
Pasal 1
Penyerahan hak atas OBYEK GADAI tersebut di atas beserta OBYEK GADAI yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam pencatatan kepemilikan SBI tersebut oleh PEMBERI GADAI dinyatakan berlaku terhitung sejak tanggal penandatanganan Perjanjian ini.
Pasal 2
Apabila bagian dari OBYEK GADAI atau di antara OBYEK GADAI tersebut nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan OBYEK GADAI sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/…./PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Perkreditan Rakyat, maka PEMBERI GADAI dengan ini berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk menambah atau mengganti bagian dari atau OBYEK GADAI yang nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan OBYEK GADAI dengan obyek gadai lainnya yang
234
Lampiran-37
217
sejenis yang nilainya paling kurang setara dengan yang digantikan serta yang dapat disetujui oleh PENERIMA GADAI, yang mana untuk keperluan itu cukup dinyatakan dalam lampiran yang disepakati PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan menjadi satu kesatuan sebagai OBYEK GADAI berdasarkan akta ini.
Pasal 3
PEMBERI GADAI berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk melakukan evaluasi atau penilaian terhadap OBYEK GADAI tersebut dan melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kepada PENERIMA GADAI.
Pasal 4
(1) Apabila PEMBERI GADAI lalai membayar hutangnya sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini dalam butir d di atas kepada PENERIMA GADAI, maka PENERIMA GADAI berhak mencairkan, menjual OBYEK GADAI atau mendebet rekening PIHAK KEDUA di Bank Umum dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Perkreditan Rakyat dan untuk itu PENERIMA GADAI berhak mengambil hasil penjualan OBYEK GADAI tersebut sebagai pembayaran atas seluruh hutang PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI.
(2) Apabila hasil penjualan dari OBYEK GADAI tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI, maka PEMBERI GADAI tetap terikat untuk membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI.
Pasal 5
(1) Apabila untuk pencairan atau penjualan OBYEK GADAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diperlukan kuasa, dengan ini PEMBERI GADAI memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada PENERIMA GADAI:
a. mencairkan agunan dan mengambil hasil pencairan tersebut untuk pelunasan FPJP PIHAK KEDUA;
b. menjual agunan dan mengambil hasil penjualan tersebut untuk pelunasan FPJP PIHAK KEDUA;
235
Lampiran-37
218
c. mendebet rekening PIHAK KEDUA di Bank Umum untuk pelunasan FPJP PIHAK KEDUA dalam hal pencairan atau penjualan agunan sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b tidak dapat dilakukan.
(2) Kuasa tersebut dinyatakan tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi kuasa (PEMBERI GADAI) dengan alasan apapun juga sesuai ketentuan yang berlaku, sepanjang PEMBERI GADAI belum melunasi seluruh hutangnya sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini dalam butir d di atas kepada PENERIMA GADAI dan/atau PEMBERI GADAI masih bermaksud menggunakan FPJP dari PENERIMA GADAI.
Pasal 6
Apabila hasil dari pencairan atau penjualan atas OBYEK GADAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) lebih besar dari jumlah FPJP yang diterima oleh PEMBERI GADAI, biaya bunga dan biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan, maka yang dapat diambil oleh PENERIMA GADAI adalah sebesar jumlah dimaksud, sedang kelebihannya harus dikembalikan oleh PENERIMA GADAI kepada PEMBERI GADAI.
Pasal 7
Apabila FPJP yang diterima PEMBERI GADAI telah terbayar lunas tanpa perlu adanya pencairan atau penjualan OBYEK GADAI yang digadaikan dan Perjanjian Pokok telah berakhir, maka PENERIMA GADAI wajib menyerahkan kembali semua OBYEK GADAI yang digadaikan dengan Perjanjian ini kepada PEMBERI GADAI sesuai dengan kepemilikannya dan gadai SBI ini menjadi berhenti dengan sendirinya (gugur).
Pasal 8
(1) Gadai SBI ini diberikan untuk menjamin hutang-hutang PEMBERI GADAI, baik yang timbul karena FPJP yang disediakan oleh PENERIMA GADAI sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini butir d di atas, maupun yang timbul karena kewajiban-kewajiban lain yang terbeban pada PEMBERI GADAI karena biaya bunga, biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan yang harus dibayar kepada PENERIMA GADAI.
(2) PEMBERI GADAI setuju bahwa besarnya jumlah tagihan yang dijamin dengan jaminan gadai ini adalah sebagaimana yang tercatat pada PENERIMA GADAI dan diterima sebagai alat bukti yang sempurna.
236
Lampiran-37
219
Pasal 9
Pembebanan gadai ini dilakukan oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI dengan syarat-syarat yang memutuskan, yakni sampai dengan PEMBERI GADAI telah memenuhi membayar lunas semua apa yang wajib dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Pokok, antara lain hutang pokok, biaya bunga, biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan.
Pasal 10
Perjanjian ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pokok.
Pasal 11
Mengenai Perjanjian ini dan pelaksanaannya serta segala akibatnya, para pihak memilih domisili di Kantor Panitera Pengadilan Negeri ……………………..., demikian tanpa mengurangi hak dan wewenang PENERIMA GADAI untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap PEMBERI GADAI berdasarkan Perjanjian ini dan memohon pelaksanaanya di pengadilan-pengadilan negeri lainnya atau lembaga lainnya yang berwenang di wilayah Republik Indonesia.
Pasal 12
Biaya akta ini dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pembuatan akta ini maupun dalam melaksanakan ketentuan dalam akta ini menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh PEMBERI GADAI. Akta ini diselesaikan pukul ……. WI..... (…………… Waktu Indonesia Bagian ……..). Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris. ----------------------------------DEMIKIANLAH AKTA INI----------------------------------- Dibuat dan dilangsungkan di……………………., pada hari ini, tanggal serta jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh tuan…………………….,
237
Lampiran-37
220
Sarjana Hukum dan nona …………………………, Sarjana Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di ……… sebagai saksi-saksi. Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris………………….. Dilangsungkan dengan………………………..
238
Lampiran 37 Lampiran Akta Gadai
221
DAFTAR OBYEK GADAI
Obyek Gadai berupa SBI
No. Nomor Seri
Nilai Nominal
Rata-Rata Tertimbang
Tingkat Diskonto Saat
Penerbitan
Harga Tanggal Jatuh
Waktu
Sisa Jangka Waktu
Nilai Jual
1. 2. 3. 4.
.....
(Kota) , (tgl-bln-thn) Menyetujui
PENERIMA GADAI PEMBERI GADAI
239
Lampiran 37 Lampiran Akta Gadai
222
TAMBAHAN OBYEK GADAI BPR ............................
Merujuk pada Akta Perjanjian Pemberian FPJP No..... tanggal …........, dibuat di hadapan …………., Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta (“Perjanjian Pokok”) jo. Akta Gadai No. ..... tanggal …………..., dibuat di hadapan………, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta (“Akta Gadai”), berhubung adanya kewajiban bagi PEMBERI GADAI (BPR...................) untuk menjaga nilai jaminan dari Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI setuju untuk memberikan kepada PENERIMA GADAI (BANK INDONESIA) dan PENERIMA GADAI (BANK INDONESIA) setuju untuk menerima tambahan obyek gadai dari PEMBERI GADAI (BPR...................), dengan rincian tambahan jaminan sebagaimana tercantum di bawah ini, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan dengan OBYEK GADAI BPR ................. yang merupakan lampiran dari Akta Gadai. Obyek Gadai berupa SBI
No. Nomor Seri
Nilai Nominal
Rata-Rata Tertimbang
Tingkat Diskonto Saat Penerbitan
Harga Tanggal Jatuh
Waktu
Sisa Jangka Waktu
Nilai Jual
1. 2. 3. 4. ....
(Kota), (tgl-bln-thn) Menyetujui
PENERIMA GADAI PEMBERI GADAI
240
Lampiran 37 Lampiran Akta Gadai
223
PENGGANTIAN OBYEK GADAI BPR ............................ Merujuk pada Akta Perjanjian Pemberian FPJP No..... tanggal …........, dibuat di hadapan …………., Sarjana Hukum, Notaris di ……… (“Perjanjian Pokok”) jo. Akta Gadai No. ..... tanggal …………..., dibuat di hadapan………, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta (“Akta Gadai”), berhubung adanya kewajiban bagi PEMBERI GADAI (BPR..................) untuk menjaga nilai jaminan dari Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI setuju untuk mengganti dan PENERIMA GADAI (BANK INDONESIA) setuju untuk menerima penggantian dari PEMBERI GADAI (BPR................) Obyek Gadai sebagai berikut : 1) menarik Obyek Gadai nomor ....yang tertuang pada Daftar Obyek Gadai yang
merupakan lampiran dari Akta Gadai; 2) mengganti Obyek Gadai tersebut pada angka 1) di atas, menjadi sebagai berikut :
Obyek Gadai berupa SBI
No.
Nomor Seri
Nilai Nominal
Rata-Rata Tertimbang
Tingkat Diskonto Saat Penerbitan
Harga Tanggal
Jatuh Waktu
Sisa Jangka Waktu
Nilai Jual
1. 2. 3. 4.
.....
………., (tgl-bln-thn)…… Menyetujui
PENERIMA GADAI PEMBERI GADAI
241
Lampiran-38
224
AKTA JAMINAN FIDUSIA
BPR....... – BANK INDONESIA Nomor : ....
Pada hari ini……. , tanggal …………...................................................................., pukul…………….. (Waktu Indonesia bagian ........), menghadap di hadapan saya,......... Sarjana Hukum, Notaris di ............... dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini: 1. (Nama) , Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk di bawah ini,
bertempat tinggal di ………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan terbatas PT. BPR ......., berkedudukan di ...... yang Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ....... No......., Tambahan Nomor ....., selanjutnya disebut “PIHAK PERTAMA”;
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris): 1. (Nama), Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di ……………, dalam
hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPR………, berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ………, Nomor……., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……., Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-perubahan terkahir dengan Akta Notaris………., Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor……., Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis tanggal….., bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA----------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (eks Pasal 88 UU Perseroan Terbatas):
242
242
Lampiran-38
225
1. (Nama) Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ……….., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPR………, berdasarkan Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ……., Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….., Nomor……, Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA-------------------------------
(Untuk badan hukum yang lain menyesuaikan). 2. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal
......................, Direktur Direktorat ….......……./ Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……........, untuk sementara berada di ..............
3. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……......, untuk sementara berada di ..............
4. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di …......., untuk sementara berada di ..............
Menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak dalam jabatan mereka tersebut untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa Gubernur Bank Indonesia Nomor ……….. tanggal ………… dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA ------------------------------------------------------------
Para penghadap dikenal saya, Notaris. Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan terlebih dahulu
243
243
Lampiran-38
226
a. Bahwa, PIHAK PERTAMA selaku pemberi fidusia, telah mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (untuk selanjutnya disebut “FPJP”) dari PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA selaku penerima fidusia telah memberikan FPJP yang telah dibuat dan ditandatangani berdasarkan ketentuan dan persyaratan sebagaimana diuraikan dalam “Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek”, Nomor...................., tanggal………….., termasuk Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Nomor …, tanggal …(apabila ada) yang minutanya dibuat dihadapan saya, Notaris (untuk selanjutnya Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek disebut “Perjanjian Pemberian FPJP)”;
b. Bahwa, untuk lebih menjamin dan menanggung terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana diatur dalam Perjanjian Pemberian FPJP tersebut, PIHAK PERTAMA diwajibkan untuk memberikan jaminan fidusia atas piutang milik PIHAK PERTAMA untuk kepentingan PIHAK KEDUA, sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.
c. Bahwa, untuk memenuhi ketentuan tentang pemberian jaminan yang ditentukan dalam Perjanjian Pemberian FPJP tersebut, maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat dan setuju, dengan ini mengadakan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sebagaimana yang hendak dinyatakan sekarang dalam akta ini.
d. Selanjutnya para penghadap dengan senantiasa bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan untuk menjamin terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, baik karena hutang pokok, bunga dan biaya-biaya lainnya yang timbul berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJP tersebut, dengan jumlah hutang pokok sebesar Rp............... atau sejumlah uang yang ditentukan dikemudian hari berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJP, maka penghadap PIHAK KEDUA menerangkan dengan ini menerima jaminan fidusia dari PIHAK PERTAMA dengan nilai jaminan sebesar Rp........................., atas obyek jaminan fidusia berupa hak tagih (piutang) yang timbul dari perjanjian kredit antara PIHAK PERTAMA dengan pihak lain sebagaimana tercantum dalam Lampiran akta ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari akta ini, beserta dengan segala pendapatan yang diperoleh dari hak tagih PIHAK PERTAMA antara lain namun tidak terbatas pada pendapatan bunga, klaim asuransi kredit dan jika pendapatan tersebut dimasukkan dalam suatu rekening penampungan maka jaminan fidusia meliputi juga rekening penampungan
244
244
Lampiran-38
227
dimaksud (untuk selanjutnya, dalam akta ini cukup disebut dengan ”Obyek Jaminan Fidusia”).
e. Selanjutnya, para penghadap senantiasa dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan pembebanan jaminan fidusia ini diterima dan dilangsungkan dengan persyaratan dan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
Pembebanan jaminan fidusia atas Obyek Jaminan Fidusia telah dilakukan di tempat dimana Obyek Jaminan Fidusia tersebut berada dan telah menjadi milik PIHAK KEDUA, sedang Obyek Jaminan Fidusia tersebut tetap berada pada dan dalam kekuasaan PIHAK PERTAMA, dalam mana segala bukti yang berhubungan dengan Obyek Jaminan Fidusia dalam penguasaan PIHAK KEDUA.
Pasal 2
PIHAK KEDUA atau wakilnya yang sah setiap waktu berhak untuk memeriksa tentang adanya dan tentang keadaan Obyek Jaminan Fidusia tersebut.
Pasal 3
Apabila bagian dari Obyek Jaminan Fidusia atau diantara Obyek Jaminan Fidusia tersebut nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan Obyek Jaminan Fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/35/PBI/2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat, maka PIHAK PERTAMA dengan ini berjanji dan karenanya mengikat diri untuk menambah atau mengganti bagian dari atau Obyek Jaminan Fidusia yang nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan Obyek Jaminan Fidusia dengan Obyek Jaminan Fidusia lainnya yang sejenis yang nilainya paling kurang setara dengan yang digantikan serta yang dapat disetujui PIHAK KEDUA, dalam mana penambahan atau pengganti Obyek Jaminan Fidusia tersebut termasuk dalam jaminan fidusia yang dinyatakan dalam akta ini, yang mana untuk keperluan itu cukup dinyatakan dalam lampiran yang disepakati PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan menjadi satu kesatuan sebagai Obyek Jaminan Fidusia berdasarkan akta ini.
245
245
Lampiran-38
228
Pasal 4
1. PIHAK PERTAMA tidak berhak untuk melakukan fidusia ulang atas Obyek Jaminan Fidusia. PIHAK PERTAMA juga tidak diperkenankan untuk membebankan dengan cara apapun, mengadakan atau menjual atau mengalihkan dengan cara apapun Obyek Jaminan Fidusia kepada pihak lain.
2. Bilamana PIHAK PERTAMA tidak memenuhi dengan seksama kewajibannya menurut yang telah ditentukan dalam akta ini atau tidak memenuhi kewajiban berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJP, maka lewat waktu yang ditentukan untuk memenuhi kewajiban tersebut saja sudah cukup membuktikan tentang adanya pelanggaran atau kelalaian PIHAK PERTAMA dalam memenuhi kewajiban tersebut.
Pasal 5
1. PIHAK PERTAMA berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk melakukan
evaluasi atau penilaian terhadap obyek jaminan tersebut secara harian dan melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kepada PIHAK KEDUA secara mingguan.
2. Dalam hal PIHAK PERTAMA mengasuransikan Obyek Jaminan Fidusia, maka semua uang premi asuransi harus ditanggung dan dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
3. Asli polis asuransi dan perpanjangannya dikemudian hari serta kuitansi pembayaran premi asuransi tersebut harus diserahkan untuk disimpan oleh PIHAK KEDUA dari perusahaan asuransi tersebut.
Pasal 6
1. Dalam hal PIHAK PERTAMA tidak menjalankan atau tidak memenuhi
kewajiban untuk melakukan pelunasan atas pokok dan bunga yang timbul dari Perjanjian Pemberian FPJP atau PIHAK PERTAMA tidak lagi memenuhi persyaratan Perpanjangan Perjanjian Pemberian FPJP dengan lewatnya waktu yang ditentukan, tanpa diperlukan suatu teguran juru sita atau surat lain yang serupa dengan itu, maka atas kekuasaannya sendiri PIHAK KEDUA berhak:
246
246
Lampiran-38
229
a. Untuk menjual Obyek Jaminan Fidusia tersebut atas titel eksekutorial atau melalui pelelangan di muka umum atau penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA jika dengan cara demikian diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
b. Untuk keperluan penjualan tersebut, PIHAK KEDUA berhak menghadap dimana perlu, membuat atau suruh membuat serta menandatangani semua surat, akta serta dokumen lain yang diperlukan, menerima uang harga penjualan dan memberikan tanda penerimaan untuk itu, menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembelinya, memperhitungkan atau mengkompensir uang harga penjualan yang diterimanya itu dengan semua apa yang wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, akan tetapi dengan kewajiban bagi PIHAK KEDUA untuk menyerahkan sisa uang penjualannya jika masih ada kepada PIHAK PERTAMA, dengan tidak ada kewajiban bagi PIHAK KEDUA untuk membayar bunga atau ganti kerugian berupa apapun juga kepada PIHAK PERTAMA mengenai sisa uang harga penjualan itu dan selanjutnya PIHAK KEDUA juga berhak untuk melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu dan berguna dalam rangka penjualan obyek jaminan fidusia tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan.
2. PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan ayat 1 di atas dapat meminta PIHAK PERTAMA untuk melakukan penjualan atas obyek jaminan fidusia baik melalui pelelangan umum maupun penjualan di bawah tangan dan menyetorkan hasilnya kepada PIHAK KEDUA.
3. Apabila hasil penjualan dari Obyek Jaminan Fidusia tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA tetap terikat membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 7
Pembebanan jaminan fidusia ini dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dengan syarat-syarat yang memutuskan (onder de ontbindende voorwaarden), yakni sampai dengan PIHAK PERTAMA telah memenuhi membayar lunas semua apa yang wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Pemberian FPJP, antara lain hutang pokok, biaya bunga, biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan.
247
247
Lampiran-38
230
Pasal 8
1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA,
yang menyatakan menerima kuasa dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pendaftaran jaminan fidusia tersebut, untuk keperluan tersebut menghadap dihadapan pejabat atau instansi yang berwenang (termasuk kantor pendaftaran fidusia), memberikan keterangan, menandatangani surat atau formulir, mendaftarkan jaminan fidusia atas obyek jaminan fidusia tersebut dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, serta untuk mengajukan permohonan pendaftaran atas perubahan dalam hal terjadi perubahan atas data yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia, selanjutnya menerima sertifikat jaminan fidusia dan atau pernyataan perubahan, serta dokumen-dokumen lain yang bertalian untuk keperluan itu membayar semua biaya dan menerima kuitansi segala uang pembayaran serta selanjutnya melakukan segala tindakan yang perlu dan berguna untuk melaksanakan ketentuan dari akta ini.
2. Akta ini merupakan bagian yang terpenting dan tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJP demikian pula kuasa yang diberikan dalam akta ini merupakan bagian yang terpenting serta tidak terpisahkan dari akta ini, dan oleh karenanya akta ini tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan selama berlakunya Perjanjian Pemberian FPJP tersebut dan kuasa tersebut tidak akan batal atau berakhir karena sebab yang dapat mengakhiri pemberian sesuatu kuasa, termasuk sebab yang disebutkan dalam Pasal 1813, Pasal 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 9
PIHAK KEDUA berhak dan dengan ini diberi kuasa dengan hak substitusi oleh PIHAK PERTAMA untuk melakukan perubahan atau penyesuaian atas ketentuan dalam akta ini, di dalam hal perubahan atau penyesuaian tersebut diperlukan dalam rangka memenuhi ketentuan dalam peraturan pemerintah tentang pendaftaran fidusia maupun ketentuan dalam Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia No. 42 tahun 1999 tersebut.
248
248
Lampiran-38
231
Pasal 10
1. Segala perselisihan yang mungkin timbul di antara kedua belah pihak sendiri, maka kedua belah pihak akan memilih domisili hukum yang tetap dan seumumnya di kantor Pengadilan Negeri ................ di ..............
2. Pemilihan domisili hukum tersebut dilakukan dengan tidak mengurangi hak dari PIHAK KEDUA untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap PIHAK PERTAMA berdasarkan Jaminan Fidusia atas Obyek Jaminan Fidusia tersebut dihadapan pengadilan lainnya dalam wilayah Republik Indonesia, yaitu pada pengadilan negeri yang mempunyai yurisdiksi atas diri dari PIHAK PERTAMA atau atas Obyek Jaminan Fidusia tersebut.
Pasal 11 Biaya akta ini dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pembuatan akta ini maupun dalam melaksanakan ketentuan dalam akta ini menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA. Demikian pula biaya pendaftaran fidusia ini di kantor pendaftaran fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). Akta ini diselesaikan pukul .......... WI... (.................................................Waktu Indonesia ...............). Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di ..............., pada hari ini, tanggal serta pada jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh tuan/nyonya/ nona................. Sarjana Hukum dan tuan/nyonya/ nona .......................... Sarjana Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta sebagai saksi-saksi. Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.......................... Dilangsungkan dengan...........................
249
249
Lampiran SE Nomor 10/45/DKBU tanggal 12 Desember 2008
Mulai Akhir Nominal (juta Rp)
Persentase terhadap Plafon
1.2.3.4.5.6.7.8.
.....
Catatan:
- -
Direktur, Direktur Utama,
........................
Lampiran-38
DAFTAR ASET KREDIT LANCAR SELAMA 3 BULAN TERAKHIRYANG DIAGUNKAN BPR ............................................
DEBITUR KREDIT
No. Rekening
Penilai Agunan ***)
Lampiran Akta Jaminan Fidusia
......................
No. Nama Debitur NPWP AlamatPlafond
Kredit (juta Rp)
Jenis Kredit
(Kota), (tanggal/bulan/tahun)
Jangka Waktu (dd/mm/yyyy)
Nilai Taksasi Agunan **)
*) Apabila agunan kredit memiliki akta Fiducia, APHT, atau Hipotik, cantumkan no. Akat-Akta tersebut.
Aset kredit sebagaimana terdapat pada daftar diatas telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 42 ayat (2) PBI No.10/35/PBI/2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi BPRInformasi yang disampaikan sesuai dengan portofolio kredit yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala ririko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi
Nomor Bukti Kepemilikan
**) Nilai yang dicantumkan sesuai Pasal 13 PBI No.8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif BPR
TOTAL
AGUNAN
Baki Debet (juta Rp)
Jenis Agunan
No. Pengikatan/ Pembebanan *)
Nomor Akta Perjanjian Kredit/ Surat Perjanjian
Kredit
***) Diisi "independen", apabila menggunakan penilai agunan independen dan "intern bank" apabila menggunakan penilai agunan dari pihak internal bank
250
250
Mulai Akhir Nominal Rp (juta)
Persentase terhadap Plafon
1.2.3.4.5.6.7.8.....
Catatan:
- bagi BPR
-
Direktur, Direktur Utama,
........................
Jenis Agunan
......................
(Kota), (tanggal/bulan/tahun)
**) Nilai yang dicantumkan sesuai Pasal 13 PBI No.8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif BPR***) Diisi "independen", apabila menggunakan penilai agunan independen dan "intern BPR" apabila menggunakan penilai agunan dari pihak internal BPR
Alamat No. RekeningNama Debitur
tanggung jawab kami
*) Apabila agunan kredit memiliki akta Fiducia, APHT, atau Hipotik, cantumkan no. Akat-Akta tersebut.
Penilai Agunan ***)
DEBITUR
Nomor Bukti Kepemilikan
No. Pengikatan/ Pembebanan *)
Lampiran Akta Jaminan Fidusia
Aset kredit sebagaimana terdapat pada daftar diatas telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 42 ayat (2) PBI No.10/35/PBI/2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Informasi yang disampaikan sesuai dengan portofolio kredit yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala ririko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi
AGUNANJangka Waktu (dd/mm/yyyy)
NPWP
Nilai Taksasi Agunan **)
KREDIT
Jenis KreditNo.
Nomor Akta Perjanjian Kredit/ Surat Perjanjian
Kredit
TOTAL
Lampiran-38
TAMBAHAN DAFTAR KREDIT LANCAR BPR ..............................................
Merujuk pada Perjanjian Pemberian FPJP No......... Jo. Perjanjian Pengikatan Fidusia No. ...... Tanggal ......, berhubung adanya kewajiban bagi PIHAK PERTAMA (BPR ...............) untuk menjaga nilai jaminan dari Perjanjian FPJP,
PIHAK PERTAMA setuju untuk memberikan kepada PIHAK KEDUA (BANK INDONESIA) dan PIHAK KEDUA (BANK INDONESIA) setuju untuk menerima tambahan jaminan fidusia dari PIHAK PERTAMA (BPR ...........)
dengan rincian tambahan jaminan sebagaimana tercantum di bawah ini, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan dengan Daftar Aset Kredit Lancar BPR .....
Plafond Kredit Baki Debet
251
251
1) menarik Obyek Jaminan Fidusia nomor ....................... Yang tertuang pada Daftar Aset Kredit Lancar BPR merupakan bagian dari Akta Fidusia2) mengganti Obyek Jaminan Fidusia tersebut pada angka 1) di atas menjadi sebagai berikut:
Mulai Akhir Nominal Rp (juta)
Persentase terhadap Plafon
1.2.3.4.5.6.
......
Catatan:
- BPR
-
Direktur, Direktur Utama,
........................ .........................
*) Apabila agunan kredit memiliki akta Fiducia, APHT, atau Hipotik, cantumkan no. Akat-Akta tersebut.**) Nilai yang dicantumkan sesuai Pasal 13 PBI No.8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif BPR***) Diisi "independen", apabila menggunakan penilai agunan independen dan "intern BPR" apabila menggunakan penilai agunan dari pihak internal BPR
(Kota), (tanggal/bulan/tahun)
Aset kredit sebagaimana terdapat pada daftar diatas telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) PBI No.10/35/PBI/2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi
Informasi yang disampaikan sesuai dengan portofolio kredit yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala ririko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami
AGUNAN
Baki DebetAlamatNo. Akta Perjanjian
Kredit/ Surat Perjanjian Kredit
Jangka Waktu (dd/mm/yyyy) Jenis
AgunanPenilai Agunan
***)
Lampiran-38Lampiran Akta Jaminan Fidusia
PENGGANTIAN DAFTAR KREDIT LANCAR BPR ..........................................
Merujuk pada Perjanjian Pemberian FPJP No......... Jo. Perjanjian Pengikatan Fidusia No. ...... Tanggal ......, berhubung adanya kewajiban bagi PIHAK PERTAMA (BPR ...............) untuk menjaga nilai jaminan dari Perjanjian FPJP,
PIHAK PERTAMA setuju untuk mengganti dan PIHAK KEDUA (BANK INDONESIA) setuju untuk menerima penggantian dari PIHAK PERTAMA (BPR ...........) OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI BERIKUT:
KREDIT
No. Rekening
Jenis KreditNPWP
DEBITUR
Nama Debitur
TOTAL
No. Pengikatan/ Pembebanan *)
Plafond KreditNo.
Nilai Taksasi Agunan **)Nomor Bukti Kepemilikan
252
252
Lampiran-39
235
ADDENDUM
PERJANJIAN PEMBERIAN
FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK (FPJP)
Nomor: ……….
Menunjuk Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Nomor ………… tanggal .............. dan Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Nomor ………… tanggal ..............1, dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melakukan perubahan Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dimaksud dan/atau Addendum Perjanjian dimaksud sebagai berikut :2
1. Pasal 1 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek berubah sehingga menjadi sebagai berikut:
Pasal 1 OBYEK PERJANJIAN
PIHAK PERTAMA setuju untuk memberikan kepada dan oleh karena itu PIHAK KEDUA setuju menerima Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, yang untuk selanjutnya disebut FPJP, sebesar Rp...............(................rupiah), dengan jangka waktu .......... yang berlaku sejak tanggal …………….. sampai dengan tanggal ……………...
2. Pasal 3 Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek berubah sehingga menjadi sebagai berikut: (apabila atas addendum yang dilakukan diikuti dengan penyerahan atau perubahan agunan baru)
Pasal 3 AGUNAN
(1) Terhadap penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, PIHAK KEDUA berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk menyerahkan agunan kepada PIHAK PERTAMA berupa: a. .......... b. ..........
1 Dicantumkan apabila telah ada Addendum Perjanjian Pemberian FPJP sebelumnya 2 Diisi dengan pokok perubahan
Lampiran-39
236
c. ..........
(2) Atas aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengikatan agunan secara ...... yang dilakukan dalam Akta Gadai dan/atau Akta Jaminan Fidusia.
Demikian addendum ini dibuat dan ditandatangani di ……….., dalam rangkap 2
(dua), masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
Lampiran-40
237
LAPORAN PERHITUNGAN RASIO KEBUTUHAN KAS HARIAN BPR …………………… tanggal ……s.d.…………………..
(dalam ribuan Rp)
Pos-pos tertentu T-7 T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
A. ASET LANCAR 1. Kas 2. SBI 3. Antarbank Aktiva (yang tidak menjadi
agunan di bank umum atau BPR lain)
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
JUMLAH ASET LANCAR
B. KEWAJIBAN LANCAR 1. Kewajiban segera 2. Simpanan dana nasabah (tidak terkait)
a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
3. Antarbank Pasiva (tidak terkait) a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR Rasio Kebutuhan Kas (A : B) x 100%
Informasi yang disampaikan sesuai dengan yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala resiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Lampiran-40
238
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Direktur,
(Nama BPR ....)
ttd
---------------------------
T+1 T+2 T+3 T+4 T+5 T+6 T+7
1.2.3.4.5.6.7.8.
.....
............................................
LAPORAN KOLEKTIBILITAS HARIAN ASET KREDIT AGUNAN FPJPBPR……………….. TANGGAL ........s.d.....................................
Baki Debet Posisi T+7 (juta
Rp)No. Nama Debitur
Nomor Akta Perjanjian Kredit/ Surat Perjanjian
Kredit
No. Rekening
Lampiran-41
Direktur,(kota), (tanggal/bulan/tahun)
TOTAL
Baki Debet Pada Saat Pengajuan
(juta Rp)
Kolektibilitas
Lampiran-42
240
Contoh Surat Permohonan FPJPS Nomor : [diisi dengan nomor surat] Kepada [ diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)
Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tanggal 7 Juli 2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, bersama ini kami mengajukan permohonan FPJPS untuk jangka waktu ... ( ... ) hari kalender dari tanggal………… sampai dengan tanggal……… sebesar Rp ............ (terbilang : .......) untuk memenuhi perkiraan kekurangan pendanaan jangka pendek kami.
Sehubungan dengan pengajuan FPJPS dimaksud, dengan ini kami lampirkan dokumen sebagai berikut :
1. Surat pernyataan Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek; 2. Surat pernyataan agunan FPJPS; 3. Surat pernyataan kesanggupan membayar kewajiban FPJPS; 4. Surat pernyataan kebenaran data; 5. Surat kuasa dari BPRS kepada Bank Indonesia untuk melakukan pendebetan
seluruh rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya dalam rangka pembayaran segala kewajiban BPRS terkait FPJPS;
6. Perhitungan Rasio Kebutuhan Kas pada tanggal permohonan pemberian FPJPS dan proyeksi Rasio Kebutuhan Kas selama jangka waktu permohonan FPJPS, beserta laporan kas harian BPRS yang selama ini dibuat yang ditandatangani oleh pejabat BPRS;
7. Daftar agunan FPJPS; 8. Dokumen agunan FPJPS; 9. Konsep akta perjanjian pemberian dan pengikatan agunan FPJPS:
a. Akta Perjanjian Pemberian FPJPS;
258
Lampiran-42
241
b. Akta Gadai beserta Daftar Surat Berharga Milik Pemegang Saham BPRS yang diajukan Sebagai Agunan FPJPS;1
c. Akta Jaminan Fidusia.2 10. Nama dan nomor rekening BPRS di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah
yang akan digunakan sebagai alat pengkreditan BPRS terkait dengan penerimaan FPJPS;
11. Surat kuasa dari pemegang saham BPRS kepada BPRS mengenai penyerahan surat berharga sebagai jaminan FPJPS;
12. Fotokopi neraca harian.
Surat permohonan beserta lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
(Nama BPRS ....)
ttd
(Nama BPRS ....)
ttd
----------------------------- --------------------------- cc. : .............. [diisi sesuai ketentuan SE]
1 Dalam hal agunan berupa surat berharga yang dimiliki pemegang saham BPRS berupa SBI, SUN, SBSN dan Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) 2 Dalam hal agunan berupa aset Pembiayaan
Meterai Rp6.000,-
259
Lampiran-42
242
Contoh Surat Penambahan Plafon FPJPS Nomor : [diisi dengan nomor surat] Kepada [ diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Penambahan Plafon Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)
Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tanggal 7 Juli 2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan Perjanjian Pemberian FPJPS No. ……….. tanggal ………….., bersama ini kami mengajukan penambahan plafon FPJPS untuk jangka waktu ... ( ... ) hari dari tanggal………… sampai dengan tanggal……… sebesar Rp ............ (.......Rupiah) untuk memenuhi perkiraan kekurangan pendanaan jangka pendek kami.
Sehubungan dengan pengajuan tambahan plafon FPJPS dimaksud, dengan ini kami lampirkan dokumen sebagai berikut :
1. Perhitungan Rasio Kebutuhan Kas pada tanggal pengajuan tambahan plafon FPJPS dan proyeksi Rasio Kebutuhan Kas setelah tanggal permohonan tambahan plafon sampai dengan berakhirnya jangka waktu FPJPS yang sedang dimintakan tambahan plafon;
2. Surat pernyataan agunan FPJPS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS); 3. Surat pernyataan kesanggupan membayar kewajiban FPJPS; 4. Surat pernyataan kebenaran data; 5. Daftar agunan FPJPS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS); 6. Dokumen agunan (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS); 7. Surat kuasa dari pemegang saham BPRS kepada BPRS mengenai penyerahan surat
berharga sebagai agunan FPJPS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS dalam bentuk surat berharga milik pemegang saham BPRS);
8. Konsep akta addendum perjanjian pemberian FPJPS;
260
Lampiran-42
243
Surat permohonan penambahan plafon beserta lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
(Nama BPRS ....)
ttd
(Nama BPRS ....)
ttd
----------------------------- --------------------------- cc. : .............. [diisi sesuai ketentuan SE]
Meterai Rp6.000,-
261
Lampiran-42
244
Contoh Surat Perpanjangan FPJPS Nomor : [diisi dengan nomor surat] Kepada [ diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Perpanjangan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)
Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tanggal 7 Juli 2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan Perjanjian Pemberian FPJPS No. ……….. tanggal ………….., bersama ini kami mengajukan perpanjangan FPJPS untuk jangka waktu ... ( ... ) hari dari tanggal………… sampai dengan tanggal……… dan penambahan plafon FPJPS1 sebesar Rp ............ ( ......Rupiah) untuk memenuhi perkiraan kekurangan pendanaan jangka pendek kami.
Sehubungan dengan pengajuan FPJPS dimaksud, dengan ini kami lampirkan dokumen sebagai berikut :
1. Perhitungan perkiraan Rasio Kebutuhan Kas pada saat FPJPS jatuh tempo dan proyeksi Rasio Kebutuhan Kas setelah tanggal jatuh tempo sampai dengan berakhirnya jangka waktu perpanjangan FPJPS;
2. Surat pernyataan agunan FPJPS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS); 3. Surat pernyataan kesanggupan membayar kewajiban FPJPS; 4. Surat pernyataan kebenaran data; 5. Daftar agunan FPJPS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS); 6. Dokumen agunan (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS); 7. Surat kuasa dari pemegang saham BPRS kepada BPRS mengenai penyerahan surat
berharga sebagai agunan FPJPS (dalam hal terjadi perubahan agunan FPJPS dalam bentuk surat berharga milik pemegang saham BPRS);
8. Konsep akta addendum perjanjian pemberian FPJPS.
1 Dalam hal disertai dengan penambahan plafon FPJPS
262
Lampiran-42
245
Surat permohonan perpanjangan beserta lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
(kota), (tanggal/bulan/tahun)
Komisaris, Direktur, (Nama BPRS ....)
ttd
(Nama BPRS ....)
Ttd
----------------------------- --------------------------- cc. : .............. [diisi sesuai ketentuan SE]
Meterai Rp6.000,-
263
Lampiran-43
246
Contoh Surat Pernyataan Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek Nomor : [diisi dengan nomor surat] Kepada [ diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Surat Pernyataan Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek
Yang bertanda tangan di bawah ini:
No. Nama Jabatan
1. ..................................... 1 Direktur 2
2. ........................................... Komisaris
PT. BPRS .................................. 3. dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini menyatakan bahwa: BPRS kami mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek karena adanya penarikan dana masyarakat baik tabungan maupun deposito dalam 14 (empat belas) hari terakhir yang jumlahnya di atas normal (melampaui perkiraan) sehingga arus kas keluar melampaui arus kas masuk yang berakibat terjadi arus kas negatif (perhitungan terlampir) 4. Kami telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kesulitan tersebut dengan melakukan …………………………………………………………………… ....................................................................................................................................... namun upaya tersebut tidak mampu memperbaiki Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek BPRS kami.
Demikian pernyataan kami. (kota), (tanggal/bulan/tahun)
Komisaris, Direktur, (Nama BPRS ....)
ttd
(Nama BPRS ....)
ttd
----------------------------- --------------------------- -------------------------------------- 1 Diisi dengan nama direktur/komisaris BPRS yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur/komisaris yang berwenang mewakili BPRS 3 Diisi dengan nama BPRS yang mengajukan permohonan FPJPS 4 Dilampiri Perhitungan Arus Kas Harian 14 (empat belas) hari terakhir
Meterai Rp6.000,-
264
Lampiran-43
247
ARUS KAS HARIAN 14 (EMPAT BELAS) HARI TERAKHIR
Nama BPRS : …………………………….. Posisi : Tanggal ……………………
(dalam ribuan Rp) Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan
T-14 T-13 T-12 T-11 T-10 T-9 T-8
A. Arus Kas Masuk 1. Kas 2. Penerimaan antarbank aktiva
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
3. Penerimaan angsuran pembiayaan yang diberikan
4. Penerimaan simpanan nasabah a. Tabungan b. Deposito
5. Penerimaan dana antarbank pasiva a. Deposito b. Tabungan c. Pinjaman
................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Jumlah Kas Masuk (2 s.d. 5) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
B. Arus Kas Keluar 1. Kewajiban segera 2. Pembayaran simpanan nasabah
(pihak tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito
3. Kewajiban pada bank lain (pihak tidak terkait)
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
265
Lampiran-43
248
Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan T-14 T-13 T-12 T-11 T-10 T-9 T-8
a. Tabungan b. Deposito c. Pembiayaan (pembayaran
angsuran/ pelunasan)
...................
................... ................... ...................
...................
................... ................... ...................
................... ...................
................... ...................
...................
................... ................... ...................
...................
................... ................... ...................
...................
................... ................... ..................
...................
................... ................... ...................
Jumlah Kas Keluar (1 s.d. 3) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Selisih Arus Kas (A-B) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
266
Lampiran-43
249
ARUS KAS HARIAN 14 (EMPAT BELAS) HARI TERAKHIR
Nama BPRS : …………………………….. Posisi : Tanggal ……………………
(dalam ribuan Rp) Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan
T-7 T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
A. Arus Kas Masuk 1. Kas 2. Penerimaan antarbank aktiva
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
3. Penerimaan angsuran pembiayan yang diberikan
4. Penerimaan simpanan nasabah a. Tabungan b. Deposito
5. Penerimaan dana antarbank pasiva a. Deposito b. Tabungan c. Pinjaman
................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Jumlah Kas Masuk (2 s.d. 6) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
B. Arus Kas Keluar 1. Kewajiban segera 2. Pembayaran simpanan nasabah
(pihak tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito
3. Kewajiban pada bank lain (pihak tidak terkait)
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
................... ................... ...................
267
Lampiran-43
250
Pos Tertentu Saldo Arus Kas Pada Hari Ke Keterangan T-7 T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
a. Tabungan b. Deposito c. Pembiayaan (pembayaran
angsuran/ pelunasan)
...................
................... ................... ...................
...................
................... ................... ...................
................... ...................
................... ...................
...................
................... ................... ...................
...................
................... ................... ...................
...................
................... ................... ..................
...................
................... ................... ...................
Jumlah Kas Keluar (1 s.d. 3) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Selisih Arus Kas (A-B) ................... ................... ................... ................... ................... ................... ...................
Informasi yang disampaikan sesuai dengan yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala risiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
(tempat), tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
--------------------------- ----------------------
268
Lampiran-43
251
ACUAN PENGISIAN ARUS KAS HARIAN BPRS 14 (EMPAT BELAS) HARI TERAKHIR
Arus kas harian BPRS adalah arus dana dalam 14 (empat belas) hari terakhir yang mempengaruhi pendanaan jangka pendek BPRS sehingga BPRS mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek dan mengajukan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 11/29/PBI/2009 tanggal 7 Juli 2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
No. Pos-pos Tertentu Keterangan
A. ARUS KAS MASUK
1 Kas Saldo kas 2 Penerimaan antarbank aktiva a. Giro
b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
Penarikan giro, tabungan, dan deposito (pokok dan bagi hasil) jatuh tempo (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
3 Penerimaan angsuran pembiayaan yang diberikan
Penerimaan angsuran atau pelunasan pembiayaan yang jatuh waktu (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
4 Penerimaan simpanan nasabah a. Tabungan
b. Deposito Penerimaan tabungan, dan deposito dari nasabah (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
5 Penerimaan dana antarbank pasiva a. Tabungan
b. Deposito Penerimaan tabungan dan deposito dari bank lain (pada hari T-x) merupakan kas masuk (+)
Jumlah Arus Kas Masuk Penjumlahan 1 s.d. 5
269
Lampiran-43
252
No. Pos-pos Tertentu Keterangan
B. ARUS KAS KELUAR
1 Kewajiban segera Penarikan deposito jatuh tempo (pokok dan/atau bagi hasil) pihak tidak terkait (pada hari T-x) merupakan kas keluar (-)
2 Pembayaran simpanan nasabah (pihak tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito
- Penarikan tabungan nasabah (pada hari T-x) merupakan kas keluar (-) - Pencairan deposito nasabah pihak tidak terkait (pada hari T-x) merupakan kas keluar (-).
3 Kewajiban pada bank lain (pihak tidak terkait) a. Tabungan b. Deposito c. Pembiayaan (pembayaran
angsuran/pelunasan)
- Penarikan tabungan bank lain (pada hari T-x) merupakan kas keluar (-) - Pencairan antarbank pasiva – deposito bank lain (pihak tidak terkait) (pada hari T-x)
merupakan kas keluar (-) - Pembayaran angsuran/pelunasan kepada Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah atau
BPRS lain (pada hari T-x) merupakan kas keluar (-)
Jumlah Arus Kas Keluar Penjumlahan 1 s.d. 3
SELISIH (+/-) A-B
270
Lampiran-44
253
Contoh Surat Pernyataan Agunan FPJPS No. [diisi dengan nomor surat]
Yang bertanda tangan di bawah ini :
No. Nama Jabatan 1. .................................. 1 Direktur 2 2. .................................. Komisaris
BPR ……….……..... 3 dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini menyatakan bahwa : Seluruh aset yang menjadi agunan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak di bawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan agunan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai pemberian FPJPS.
Demikian pernyataan kami.
(Kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
(Nama BPRS ....)
ttd
(Nama BPRS ....)
ttd
----------------------------- ---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur/komisaris BPRS yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur/komisaris yang berwenang mewakili BPRS 3 Diisi dengan nama BPRS yang mengajukan FPJPS
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-45
254
Contoh Surat Kesanggupan Membayar
No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Surat Kesanggupan Membayar
Yang bertanda tangan di bawah ini Direksi, Dewan Komisaris, dan Pemegang Saham Pengendali BPRS ...........................................….1 :
No. Nama Jabatan 1. .................................. Direktur Utama 2. .................................. Direktur 3. .................................. Komisaris 4. .................................. Pemegang Saham Pengendali
dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas, dengan ini menyatakan kesanggupan membayar atas segala kewajiban terkait Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada BPRS ………….1 pada saat tanggal jatuh tempo yaitu tanggal …………………2 dengan plafon sejumlah Rp.……………(…................)3 berikut imbalan dan biaya lain yang timbul sehubungan dengan pemberian FPJPS dari Bank Indonesia, serta menyatakan tunduk pada seluruh ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai pemberian FPJPS kepada BPRS.
(Kota), (tanggal/bulan/tahun)Pemegang Saham
Pengendali, (Nama BPRS ....)
Komisaris, (Nama BPRS ....)
Direktur, (Nama BPRS....)
Direktur Utama, (Nama BPRS ....)
ttd
ttd
ttd
ttd
............................ ............................ ............................
............................
1 Diisi dengan nama BPRS yang mengajukan FPJPS 2 Diisi dengan tanggal jatuh tempo FPJPS 3 Diisi dengan jumlah FPJPS yang diajukan
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-46
255
Contoh Surat Pernyataan Kebenaran Data
No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE] Perihal : Surat Pernyataan Kebenaran Data
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : ……………………………….................1
Jabatan : Direktur ...........2 BPRS ............................3
Alamat : .................................................................4
bahwa berkaitan dengan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) yang diajukan kepada Bank Indonesia, dengan ini untuk dan atas nama BPRS ..........3 menyatakan bahwa seluruh data, dokumen, penjelasan dan keterangan yang disampaikan kepada Bank Indonesia dijamin kebenaran dan kelengkapannya serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
Bahwa apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang sebaliknya, segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Direktur,
(Nama BPRS ....)
ttd ---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur BPRS yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur yang berwenang mewakili BPRS 3 Diisi dengan nama BPRS yang mengajukan FPJPS 4 Diisi alamat BPRS yang mengajukan FPJPS
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-47
256
Contoh Surat Kuasa Pendebetan Rekening BPRS
No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Surat Pernyataan Pemberian Kuasa Pendebetan Rekening BPRS Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : ……………………………….................1 Jabatan : Direktur ...........2 BPRS ............................3 Alamat : .................................................................4 bahwa berkaitan dengan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) yang diajukan kepada Bank Indonesia, dengan ini untuk dan atas nama BPRS ..........3 menyatakan memberikan kuasa kepada Bank Indonesia untuk melakukan pendebetan seluruh rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya, sebagai berikut:
No. Nomor Rekening
Nama Pemilik Rekening
Nama BUS/UUS/bank umum lainnya
Keterangan
1. PT. Bank................ KP/KC/KCP...........
2. 3.
...... dalam rangka pembayaran segala kewajiban BPRS terkait dengan FPJPS termasuk pelunasan FPJPS pada saat jatuh tempo. Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Direktur,
(Nama BPRS ....) ttd
---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur BPRS yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur yang berwenang mewakili BPRS 3 Diisi dengan nama BPRS yang mengajukan FPJPS 4 Diisi alamat BPRS yang mengajukan FPJPS
Lampiran-48
257
LAPORAN PERHITUNGAN RASIO KEBUTUHAN KAS HARIAN BPRS …………………… tanggal ……s.d.…………………..
(dalam ribuan Rp)
Pos-pos tertentu Posisi 1
T+0 T+1 T+2 T+3 T+4 T+5 T+6 T+n
A. ASET LANCAR 1. Kas 2. Antarbank Aktiva (yang tidak diblokir)
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
JUMLAH ASET LANCAR
B. KEWAJIBAN LANCAR 1. Kewajiban segera 2. Simpanan dana nasabah (tidak terkait)
a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
3. Antarbank Pasiva (tidak terkait) a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR
Rasio Kebutuhan Kas (A : B) x 100%
(kota), (tanggal/bulan/tahun)
Direktur,
Ttd ---------------------------
1 Posisi T+0 adalah posisi Rasio Kebutuhan Kas (RKK) pada tanggal permohonan pemberian FPJPS/tanggal permohonan tambahan plafon FPJPS/tanggal jatuh tempo FPJPS dalam hal perpanjangan FPJPS; Posisi T+1 s.d T+n adalah proyeksi RKK setelah T+0 sampai dengan berakhirnya jangka waktu FPJPS.
Lampiran-49
Mulai Akhir
1.2.3.4.5.6.7.8.
.....
Catatan:
**) Agunan memenuhi persyaratan dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesi mengenai kualitas aktiva bagi BPRS- Aset pembiayaan sebagaimana terdapat pada daftar diatas telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) PBI No.11/29/PBI/2009 Tentang Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan disetujui oleh direktur dan komisaris sebagai agunan FPJPS BPRS.- Informasi yang disampaikan sesuai dengan portofolio pembiayaan yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala
risiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Komisaris, Direktur,
Nomor Akta Perjanjian Pembiayaan/ Surat
Perjanjian Pembiayaan
Jenis Agunan
No. Rekening
TOTAL
Jangka Waktu (dd/mm/yyyy)
DAFTAR ASET PEMBIAYAAN LANCAR BPRS …........
NASABAH PEMBIAYAAN AGUNAN**)
YANG DIAJUKAN SEBAGAI AGUNAN FPJPS
*) Apabila agunan pembiayaan memiliki akta Fidusia, APHT, atau Hipotik, cantumkan no. Akta-Akta tersebut.
No. Pengikatan/ Pembebanan *)AlamatNPWP
Plafond Pembiayaan
(ribu Rp)Nama NasabahNo. Nomor Bukti
Kepemilikan
Saldo Pokok
(ribu Rp)
Jenis Akad Pembiayaan
276
Lampiran-49
259
DAFTAR SURAT BERHARGA MILIK PEMEGANG SAHAM BPRS YANG DIAJUKAN SEBAGAI AGUNAN FPJPS
OLEH BPRS ………………………………………… 1) Agunan berupa SBI
No Nomor
Seri Nilai
Nominal Rata-Rata Tertimbang Tingkat Diskonto Saat
Penerbitan
Harga Tanggal Jatuh
Tempo
Sisa Jangka Waktu
Nilai Jual
1. 2. .... 2) Agunan berupa SUN/SBSN No. Nomor Seri Nilai
Nominal Harga Tanggal
Jatuh Tempo Sisa Jangka
Waktu Nilai Jual
1. 2.
.....
3) Agunan berupa Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi) No. Nomor
Seri Nilai
Nominal Rating Harga
Pasar Tanggal
Jatuh Tempo
Sisa Jangka Waktu
Nilai Jual
1. 2.
.....
(kota), (tanggal/bulan/tahun)
Komisaris, Direktur, (Nama BPRS ....)
ttd
(Nama BPRS ....)
ttd
--------------------------- ---------------------------
Meterai Rp6.000,-
277
Lampiran-50
260
PERJANJIAN PEMBERIAN FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH (FPJPS)
Nomor:………
Pada hari ini……..... tanggal …………..... pukul……………….. (Waktu Indonesia bagian .......):................. Menghadap di hadapan saya, Sarjana Hukum, Notaris di ......... dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini:
1. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Direktur Direktorat ….......……./ Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……........, untuk sementara berada di ..............
1. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……......, untuk sementara berada di ..............
Menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak dalam jabatan mereka tersebut untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa Gubernur Bank Indonesia Nomor ……….. tanggal ………… dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA----------
2. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Direktur Utama/Direktur
278
Lampiran-50
261
perseroan yang ditunjuk di bawah ini, bertempat tinggal di ………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan terbatas PT. BPRS ......., berkedudukan di ...... yang Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ....... No......., Tambahan Nomor ....., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;---
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris):
2. (Nama) Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di ……………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPRS………, berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ………, Nomor……., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……., Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris………., Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor……., Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis tanggal….., bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA -------------------------------------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan (vide Pasal 102 UU Perseroan Terbatas):
2.
(Nama)
Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ……….., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut,
279
Lampiran-50
262
selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPRS………, berdasarkan Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ……., Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….., Nomor……, Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA -------------------------------------------------------
(Untuk badan hukum yang lain menyesuaikan) Para penghadap dikenal saya, Notaris Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan terlebih dahulu
a. bahwa PIHAK KEDUA dengan surat Nomor ........ tanggal ........ telah mengajukan permohonan FPJPS kepada PIHAK PERTAMA, permohonan mana telah dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. bahwa PIHAK PERTAMA selaku pihak yang memberikan FPJPS telah melakukan penelitian atas permohonan FPJPS yang diajukan PIHAK KEDUA.
bahwa Para Pihak menyatakan sepakat untuk mengadakan Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) dalam rangka mengatasi kesulitan jangka pendek dengan menggunakan akad Mudharabah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang untuk selanjutnya disebut Perjanjian Pemberian FPJPS, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
280
Lampiran-50
263
Pasal 1
OBYEK PERJANJIAN
(1) PIHAK PERTAMA setuju untuk memberikan kepada PIHAK KEDUA dan oleh karena itu PIHAK KEDUA setuju menerima Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS, sebesar Rp............................. (................rupiah), dengan jangka waktu ..........(…….) hari, yang berlaku sejak tanggal …………….. sampai dengan tanggal ……………
(2) FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan dicairkan pada rekening PIHAK KEDUA di Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah yaitu, nomor......... di PT. Bank ........ Kantor Pusat/Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu ....
Pasal 2
(1) Atas penggunaan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), PIHAK KEDUA dikenakan dan oleh karena itu wajib membayar imbalan kepada PIHAK PERTAMA yang dihitung berdasarkan jumlah pokok FPJPS, tingkat realisasi imbalan, nisbah bagi hasil bagi PIHAK PERTAMA dan jumlah hari kalender penggunaan FPJPS.
(2) Besarnya nisbah bagi hasil bagi PIHAK PERTAMA ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen).
(3) Tingkat realisasi imbalan adalah realisasi tingkat imbalan sebelum didistribusikan periode triwulanan terakhir pada PIHAK KEDUA.
Pasal 3 AGUNAN
(1) Terhadap penggunaan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), PIHAK KEDUA berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk menyerahkan agunan kepada PIHAK PERTAMA berupa:1 a. Aset Pembiayaan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA dengan nilai Rp
............... (....................rupiah);2 dan/atau
1 diisi sesuai dengan jenis agunan yang diserahkan BPRS 2 paling kurang 150% (seratus lima puluh persen) dari FPJPS yang dihitung berdasarkan saldo
pokok aset pembiayaan.
281
Lampiran-50
264
b. Surat berharga (SBI, SUN/SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)) yang dimiliki oleh pemegang saham PIHAK KEDUA dengan nilai Rp ............... (....................rupiah); 3
Yang rekapitulasinya tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJPS ini.
(2) Agunan berupa aset Pembiayaan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dilakukan pengikatan dengan Jaminan Fidusia yang dibuat dalam perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJPS ini.
(3) Agunan berupa surat berharga sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf b dilakukan pengikatan dengan gadai yang dibuat dalam perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJPS ini.
(4) Biaya-biaya yang timbul untuk melakukan pengikatan agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sepenuhnya menjadi beban PIHAK KEDUA.
(5) PIHAK KEDUA menjamin bahwa agunan yang diserahkan kepada PIHAK PERTAMA tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, tidak di bawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa dan bebas dari segala tuntutan hukum.
Pasal 4
PEMBAYARAN
(1) PIHAK KEDUA wajib melunasi FPJPS paling lambat pada tanggal jatuh tempo Perjanjian Pemberian FPJPS ini.
(2) Pelunasan atau pembayaran pokok dan imbalan FPJPS dilakukan dengan cara PIHAK PERTAMA melakukan pendebetan rekening PIHAK KEDUA yang berada pada Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya pada tanggal jatuh tempo Perjanjian Pemberian FPJPS.
(3) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran, PIHAK KEDUA memberikan kuasa kepada PIHAK PERTAMA untuk melakukan pendebetan seluruh rekening PIHAK KEDUA di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya, baik yang sudah ada maupun yang akan ada.
(4) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran FPJPS, PIHAK KEDUA menyediakan dana yang cukup pada rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha
3 yang memiliki nilai nominal sebesar 100% dari nilai FPJPS.
282
Lampiran-50
265
Syariah dan/atau bank umum lainnya untuk digunakan sebagai sumber pembayaran FPJPS kepada PIHAK PERTAMA.
(5) Dalam rangka penyediaan dana sebagaimana tersebut pada ayat (4), PIHAK KEDUA wajib menyetorkan hasil angsuran dan/atau imbalan/bagi hasil/margin/ujrah atas aset Pembiayaan yang menjadi agunan FPJPS BPRS ke rekening BPRS di Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya.
Pasal 5
EKSEKUSI AGUNAN
(1) Apabila dana yang tersedia pada rekening PIHAK KEDUA pada Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau bank umum lainnya tidak mencukupi untuk pelunasan FPJPS atau PIHAK KEDUA tidak mengajukan perpanjangan FPJPS atau permohonan perpanjangan FPJPS PIHAK KEDUA tidak disetujui PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA akan melakukan eksekusi terhadap agunan yang diserahkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
(2) Apabila hasil pencairan atau eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih kecil dari kewajiban pelunasan FPJPS PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA wajib membayar sejumlah kekurangan atas kewajiban yang harus dilunasi oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
(3) Apabila hasil pencairan atau eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih besar dari kewajiban pelunasan FPJPS PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, PIHAK PERTAMA mengembalikan kelebihan hasil pencairan kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 6 DOMISILI HUKUM
Tentang perjanjian ini dan pelaksanaannya serta segala akibatnya, para pihak memilih domisili yang tetap di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri …………….., demikian tanpa mengurangi hak dan wewenang PIHAK PERTAMA untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJPS ini dan memohon pelaksanaanya di pengadilan-
283
Lampiran-50
266
pengadilan negeri lainnya atau lembaga lainnya yang berwenang di wilayah Republik Indonesia.
Pasal 7
LAIN-LAIN
PIHAK PERTAMA berhak mengakhiri Perjanjian ini apabila PIHAK KEDUA tidak lagi memenuhi syarat sebagai Pihak Penerima FPJPS.
Pasal 8 PENUTUP
Untuk pengakhiran perjanjian ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengenyampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 9
Segala perubahan yang diperlukan atau dianggap perlu atas Perjanjian Pemberian FPJPS ini akan dibuat secara tersendiri atas mufakat Para Pihak dikemudian hari baik secara notariil maupun secara di bawah tangan dilakukan melalui suatu Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah yang merupakan satu kesatuan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJPS ini. Akta ini diselesaikan pukul .......... WI... (............................................Waktu Indonesia Bagian .........). Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di ..............., pada hari ini, tanggal serta pada jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh tuan................... Sarjana Hukum dan nona............................. Sarjana Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta sebagai saksi-saksi.
284
Lampiran-50
267
Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.......................... Dilangsungkan dengan...........................
285
Lampiran-51
268
AKTA GADAI BPRS …….. - BANK INDONESIA
Nomor : ……… Pada hari ini……………., tanggal ……………………………………………………, pukul………………………. (Waktu Indonesia bagian ………..), menghadap di hadapan saya,……………………....…., Sarjana Hukum, Notaris di ………......…. dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini : 1. (Nama) : Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk di bawah
ini, bertempat tinggal di ………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan terbatas PT. BPRS ......., berkedudukan di ...... yang Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ....... No......., Tambahan Nomor ....., selanjutnya disebut PEMBERI GADAI;-------------------------
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris):
1. (Nama) : Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di ……………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPRS………, berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ………, Nomor……., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……., Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris………., Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor……., Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis
286
Lampiran-51
269
tanggal….., bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PEMBERI GADAI---------------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (vide Pasal 102 UU Perseroan Terbatas):
1. (Nama) : Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ……….., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPRS………, berdasarkan Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ……., Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….., Nomor……, Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PEMBERI GADAI---------------------------------------------------
(Untuk badan hukum yang lain menyesuaikan)
2. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Direktur Direktorat ….......……./ Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……........, untuk sementara berada di ..............
3. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……......, untuk sementara berada di ..............
Menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak dalam
287
Lampiran-51
270
jabatan mereka tersebut untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa Gubernur Bank Indonesia Nomor ……….. tanggal ………… dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang, selanjutnya disebut PENERIMA GADAI ---------------------------------------------------------------
Para penghadap dikenal saya, Notaris Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan terlebih dahulu : a. bahwa PEMBERI GADAI telah mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Syariah, (untuk selanjutnya disebut “FPJPS”) dari PENERIMA GADAI sebesar Rp…… (……………….…) dan dengan berdasarkan ketentuan dan persyaratan sebagaimana diuraikan dalam Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Nomor .... tanggal …., termasuk Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Nomor .... tanggal ....,1 (apabila ada) yang minutanya dibuat di hadapan saya, Notaris (untuk selanjutnya Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah berikut segala Addendumnya disebut “Perjanjian Pokok”);
b. bahwa menurut ketentuan Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI diwajibkan untuk memberikan agunan berupa surat berharga yang dimiliki pemegang saham BPRS berupa SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)2;
c. bahwa PEMBERI GADAI menyatakan telah menerima surat kuasa dari pemegang saham BPRS PEMBERI GADAI selaku pemilik surat berharga berupa SBI, SUN,
1 Dalam hal terdapat addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah. 2 Pilih sesuai dengan jenis surat berharga yang menjadi agunan FPJPS.
288
Lampiran-51
271
SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)3 yang akan digadaikan;
d. bahwa guna memenuhi persyaratan Perjanjian Pokok dan untuk menjamin terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayarkan oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI, baik karena hutang pokok, imbalan dan biaya-biaya lainnya yang timbul berdasarkan Perjanjian Pokok, PEMBERI GADAI menyatakan menggadaikan dan dengan demikian menyerahkan kepada PENERIMA GADAI SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran akta ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari akta ini, dengan jumlah nilai nominal sebesar Rp ………………… ( …….. Rupiah) dan jumlah nilai jual sebesar Rp ……….. (………….. Rupiah) (selanjutnya disebut sebagai “OBYEK GADAI”) dan PENERIMA GADAI menyatakan menerima dengan baik OBYEK GADAI tersebut;
e. bahwa PEMBERI GADAI menjamin bahwa OBYEK GADAI yang diberikan sebagai jaminan dengan akta ini adalah benar-benar hak PEMBERI GADAI, semata-mata bebas dari sitaan, tidak sedang digadaikan atau dipertanggungkan secara apapun juga kepada orang atau pihak lain terlebih dahulu, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa dan oleh karenanya PENERIMA GADAI dibebaskan oleh PEMBERI GADAI dari segala tuntutan apapun juga dari pihak lain.
f. Selanjutnya para penghadap senantiasa dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menyatakan bahwa gadai SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)5 ini dilangsungkan dan diterima dengan ketentuan dan syarat sebagai berikut :
Pasal 1
Penyerahan hak atas OBYEK GADAI tersebut di atas beserta OBYEK GADAI yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam pencatatan kepemilikan SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)6 tersebut oleh PEMBERI GADAI dinyatakan berlaku terhitung sejak tanggal penandatanganan Perjanjian ini.
3 Pilih sesuai dengan jenis surat berharga yang menjadi agunan FPJPS. 4 Pilih sesuai dengan jenis surat berharga yang menjadi agunan FPJPS. 5 Pilih sesuai dengan jenis surat berharga yang menjadi agunan FPJPS. 6 Pilih sesuai dengan jenis surat berharga yang menjadi agunan FPJPS.
289
Lampiran-51
272
Pasal 2
Apabila bagian dari OBYEK GADAI atau di antara OBYEK GADAI tersebut nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan OBYEK GADAI sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, maka PEMBERI GADAI dengan ini berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk menambah atau mengganti bagian dari atau OBYEK GADAI yang nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan OBYEK GADAI dengan obyek gadai lainnya yang sejenis yang nilainya paling kurang setara dengan yang digantikan serta yang dapat disetujui oleh PENERIMA GADAI, yang mana untuk keperluan itu cukup dinyatakan dalam lampiran yang disepakati PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan menjadi satu kesatuan sebagai OBYEK GADAI berdasarkan akta ini.
Pasal 3
PEMBERI GADAI berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk melakukan evaluasi atau penilaian terhadap OBYEK GADAI tersebut dan melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kepada PENERIMA GADAI.
Pasal 4
(1) Apabila PEMBERI GADAI lalai membayar hutangnya sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini dalam butir d di atas kepada PENERIMA GADAI, maka PENERIMA GADAI berhak mencairkan, menjual OBYEK GADAI atau mendebet rekening PEMBERI GADAI di Bank Umum Syariah, Unit Syariah dan/atau bank umum lainnya dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan untuk itu PENERIMA GADAI berhak mengambil hasil penjualan OBYEK GADAI tersebut sebagai pembayaran atas seluruh hutang PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI.
(2) Apabila hasil penjualan dari OBYEK GADAI tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI, maka PEMBERI GADAI tetap terikat untuk membayar lunas sisa uang yang
masih harus dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI.
290
Lampiran-51
273
Pasal 5
(1) Apabila untuk pencairan atau penjualan OBYEK GADAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diperlukan kuasa, dengan ini PEMBERI GADAI memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada PENERIMA GADAI:
a. mencairkan agunan dan mengambil hasil pencairan tersebut untuk pelunasan FPJPS PEMBERI GADAI;
b. menjual agunan dan mengambil hasil penjualan tersebut untuk pelunasan FPJPS PEMBERI GADAI;
c. mendebet rekening PEMBERI GADAI di Bank Umum Syariah, Unit Syariah dan/atau bank umum lainnya untuk pelunasan FPJPS PEMBERI GADAI dalam hal pencairan atau penjualan agunan sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b tidak dapat dilakukan.
(2) Kuasa tersebut dinyatakan tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi kuasa (PEMBERI GADAI) dengan alasan apapun juga sesuai ketentuan yang berlaku, sepanjang PEMBERI GADAI belum melunasi seluruh hutangnya sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini dalam butir d di atas kepada PENERIMA GADAI dan/atau PEMBERI GADAI masih bermaksud menggunakan FPJPS dari PENERIMA GADAI.
Pasal 6
Apabila hasil dari pencairan atau penjualan atas OBYEK GADAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) lebih besar dari jumlah FPJPS yang diterima oleh PEMBERI GADAI, besar imbalan dan biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan, maka yang dapat diambil oleh PENERIMA GADAI adalah sebesar jumlah dimaksud, sedang kelebihannya harus dikembalikan oleh PENERIMA GADAI kepada PEMBERI GADAI.
Pasal 7
Apabila FPJPS yang diterima PEMBERI GADAI telah terbayar lunas tanpa perlu adanya pencairan atau penjualan OBYEK GADAI yang digadaikan dan Perjanjian Pokok telah
291
Lampiran-51
274
berakhir, maka PENERIMA GADAI wajib menyerahkan kembali semua OBYEK GADAI yang digadaikan dengan Perjanjian ini kepada PEMBERI GADAI sesuai dengan kepemilikannya dan gadai SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)7 ini menjadi berhenti dengan sendirinya (gugur).
Pasal 8
(1) Gadai SBI, SUN, SBSN dan/atau Obligasi Syariah Korporasi (Sukuk Korporasi)8 ini diberikan untuk menjamin hutang-hutang PEMBERI GADAI, baik yang timbul karena FPJPS yang disediakan oleh PENERIMA GADAI sebagaimana tersebut dalam premisse Perjanjian ini butir d di atas, maupun yang timbul karena kewajiban-kewajiban lain yang terbeban pada PEMBERI GADAI karena biaya beban imbalan, biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan yang harus dibayar kepada PENERIMA GADAI.
(2) PEMBERI GADAI setuju bahwa besarnya jumlah tagihan yang dijamin dengan jaminan gadai ini adalah sebagaimana yang tercatat pada PENERIMA GADAI dan diterima sebagai alat bukti yang sempurna.
Pasal 9
Pembebanan gadai ini dilakukan oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI dengan syarat-syarat yang memutuskan, yakni sampai dengan PEMBERI GADAI telah memenuhi membayar lunas semua apa yang wajib dibayar oleh PEMBERI GADAI kepada PENERIMA GADAI sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Pokok, antara lain hutang pokok, beban imbalan, biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan.
Pasal 10
Perjanjian ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pokok.
7 Pilih sesuai dengan jenis surat berharga yang menjadi agunan FPJPS. 8 Pilih sesuai dengan jenis surat berharga yang menjadi agunan FPJPS.
292
Lampiran-51
275
Pasal 11
Mengenai Perjanjian ini dan pelaksanaannya serta segala akibatnya, para pihak memilih domisili di Kantor Panitera Pengadilan Negeri ……………………..., demikian tanpa mengurangi hak dan wewenang PENERIMA GADAI untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap PEMBERI GADAI berdasarkan Perjanjian ini dan memohon pelaksanaanya di pengadilan-pengadilan negeri lainnya atau lembaga lainnya yang berwenang di wilayah Republik Indonesia.
Pasal 12
Biaya akta ini dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pembuatan akta ini maupun dalam melaksanakan ketentuan dalam akta ini menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh PEMBERI GADAI. Akta ini diselesaikan pukul ……. WI..... (…………… Waktu Indonesia Bagian ……..). Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris. ----------------------------------DEMIKIANLAH AKTA INI----------------------------------- Dibuat dan dilangsungkan di……………………., pada hari ini, tanggal serta jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh tuan……………………., Sarjana Hukum dan nona …………………………, Sarjana Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di ……… sebagai saksi-saksi. Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris………………….. Dilangsungkan dengan………………………..
293
Lampiran-52
276
AKTA JAMINAN FIDUSIA
BPRS....... – BANK INDONESIA Nomor : ....
Pada hari ini……. , tanggal …………...................................................................., pukul…………….. (Waktu Indonesia bagian ........), menghadap di hadapan saya,......... Sarjana Hukum, Notaris di ............... dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini: 1. (Nama) , Direktur Utama/Direktur perseroan yang ditunjuk di bawah ini,
bertempat tinggal di ………, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, demikian berdasarkan Pasal ...... Anggaran Dasar perseroan terbatas PT. BPRS ......., berkedudukan di ...... yang Anggaran Dasarnya (beserta perubahannya) (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) (berturut-turut) telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ....... No......., Tambahan Nomor ....., selanjutnya disebut “PIHAK PERTAMA”;
atau (Jika Direksi mendapat persetujuan dari komisaris): 1. (Nama), Direktur …..(Jabatan)….., bertempat tinggal di ……………, dalam
hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPRS………, berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris ………, Nomor……., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……., Nomor ……Tambahan Nomor….., berikut perubahan-perubahan terkahir dengan Akta Notaris………., Nomor………, tanggal…….. yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal……, Nomor……., Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan Tertulis tanggal….., bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA----------
atau (Jika Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (vide Pasal 102 UU Perseroan Terbatas): 1. (Nama) Direktur….. (Jabatan)…., bertempat tinggal di ……….., dalam hal
ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili
294
Lampiran-52
277
Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT BPRS………, berdasarkan Pasal…… Anggaran Dasarnya yang dimuat dalam Akta Notaris……, Nomor……., tanggal………., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ……., Nomor ……, Tambahan Nomor……, berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris…….., Nomor….., tanggal……., yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal…….., Nomor……, Tambahan Nomor…….., dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tanggal…….., sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan pada Perjanjian ini, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA-------------------------------
(Untuk badan hukum yang lain menyesuaikan). 2. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal
......................, Direktur Direktorat ….......……./ Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……........, untuk sementara berada di ..............
3. (Nama) Warga Negara Indonesia, lahir di ........................, pada tanggal ......................, Deputi Direktur Direktorat ......../ Deputi Pemimpin Bank Indonesia ………, bertempat tinggal di ……......, untuk sementara berada di ..............
Menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak dalam jabatan mereka tersebut untuk dan atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan surat kuasa Gubernur Bank Indonesia Nomor ……….. tanggal ………… dan dengan demikian mewakili Bank Indonesia yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA ------------------------------------------------------------
Para penghadap dikenal saya, Notaris. Para penghadap dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan terlebih dahulu a. Bahwa, PIHAK PERTAMA selaku pemberi fidusia, telah mendapatkan Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek Syariah (untuk selanjutnya disebut “FPJPS”) dari PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA selaku penerima fidusia telah memberikan FPJPS yang telah dibuat dan ditandatangani berdasarkan ketentuan dan persyaratan
295
Lampiran-52
278
sebagaimana diuraikan dalam “Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah”, Nomor...................., tanggal………….., termasuk Addendum Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Nomor …, tanggal …(apabila ada) yang minutanya dibuat dihadapan saya, Notaris (untuk selanjutnya Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah disebut “Perjanjian Pemberian FPJPS)”;
b. Bahwa, untuk lebih menjamin dan menanggung terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana diatur dalam Perjanjian Pemberian FPJPS tersebut, PIHAK PERTAMA diwajibkan untuk memberikan jaminan fidusia atas piutang milik PIHAK PERTAMA untuk kepentingan PIHAK KEDUA, sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.
c. Bahwa, untuk memenuhi ketentuan tentang pemberian jaminan yang ditentukan dalam Perjanjian Pemberian FPJPS tersebut, maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat dan setuju, dengan ini mengadakan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sebagaimana yang hendak dinyatakan sekarang dalam akta ini.
d. Selanjutnya para penghadap dengan senantiasa bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan untuk menjamin terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, baik karena hutang pokok, beban imbalan dan biaya-biaya lainnya yang timbul berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJPS tersebut, dengan jumlah hutang pokok sebesar Rp..............(…..Rupiah) atau sejumlah uang yang ditentukan dikemudian hari berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJPS, maka penghadap PIHAK KEDUA menerangkan dengan ini menerima jaminan fidusia dari PIHAK PERTAMA dengan nilai jaminan sebesar Rp.................(........Rupiah), atas obyek jaminan fidusia berupa hak tagih (piutang) yang timbul dari perjanjian pembiayaan antara PIHAK PERTAMA dengan pihak lain sebagaimana tercantum dalam Lampiran akta ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari akta ini, beserta dengan segala pendapatan yang diperoleh dari hak tagih PIHAK PERTAMA antara lain namun tidak terbatas pada pendapatan imbalan/bagi hasil/margin/ujrah, klaim asuransi pembiayaan dan jika pendapatan tersebut dimasukkan dalam suatu rekening penampungan maka jaminan fidusia meliputi juga rekening penampungan dimaksud (untuk selanjutnya, dalam akta ini cukup disebut dengan ”Obyek Jaminan Fidusia”).
e. Selanjutnya, para penghadap senantiasa dengan bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan pembebanan jaminan fidusia ini diterima dan dilangsungkan dengan persyaratan dan ketentuan sebagai berikut:
296
Lampiran-52
279
Pasal 1
Pembebanan jaminan fidusia atas Obyek Jaminan Fidusia telah dilakukan di tempat dimana Obyek Jaminan Fidusia tersebut berada dan telah menjadi milik PIHAK KEDUA, sedang Obyek Jaminan Fidusia tersebut tetap berada pada dan dalam kekuasaan PIHAK PERTAMA, dalam mana segala bukti yang berhubungan dengan Obyek Jaminan Fidusia dalam penguasaan PIHAK KEDUA.
Pasal 2
PIHAK KEDUA atau wakilnya yang sah setiap waktu berhak untuk memeriksa tentang adanya dan tentang keadaan Obyek Jaminan Fidusia tersebut.
Pasal 3
Apabila bagian dari Obyek Jaminan Fidusia atau diantara Obyek Jaminan Fidusia tersebut nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan Obyek Jaminan Fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, maka PIHAK PERTAMA dengan ini berjanji dan karenanya mengikat diri untuk menambah atau mengganti bagian dari atau Obyek Jaminan Fidusia yang nilainya mengalami penurunan atau menjadi tidak layak untuk dijadikan Obyek Jaminan Fidusia dengan Obyek Jaminan Fidusia lainnya yang sejenis yang nilainya paling kurang setara dengan yang digantikan serta yang dapat disetujui PIHAK KEDUA, dalam mana penambahan atau pengganti Obyek Jaminan Fidusia tersebut termasuk dalam jaminan fidusia yang dinyatakan dalam akta ini, yang mana untuk keperluan itu cukup dinyatakan dalam lampiran yang disepakati PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan menjadi satu kesatuan sebagai Obyek Jaminan Fidusia berdasarkan akta ini.
Pasal 4
1. PIHAK PERTAMA tidak berhak untuk melakukan fidusia ulang atas Obyek
Jaminan Fidusia. PIHAK PERTAMA juga tidak diperkenankan untuk membebankan dengan cara apapun, mengadakan atau menjual atau mengalihkan dengan cara apapun Obyek Jaminan Fidusia kepada pihak lain.
297
Lampiran-52
280
2. Bilamana PIHAK PERTAMA tidak memenuhi dengan seksama kewajibannya menurut yang telah ditentukan dalam akta ini atau tidak memenuhi kewajiban berdasarkan Perjanjian Pemberian FPJPS, maka lewat waktu yang ditentukan untuk memenuhi kewajiban tersebut saja sudah cukup membuktikan tentang adanya pelanggaran atau kelalaian PIHAK PERTAMA dalam memenuhi kewajiban tersebut.
Pasal 5
1. PIHAK PERTAMA berjanji dan karenanya mengikatkan diri untuk melakukan
evaluasi atau penilaian terhadap obyek jaminan tersebut secara harian dan melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kepada PIHAK KEDUA secara mingguan.
2. Dalam hal PIHAK PERTAMA mengasuransikan Obyek Jaminan Fidusia, maka semua uang premi asuransi harus ditanggung dan dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
3. Asli polis asuransi dan perpanjangannya dikemudian hari serta kuitansi pembayaran premi asuransi tersebut harus diserahkan untuk disimpan oleh PIHAK KEDUA dari perusahaan asuransi tersebut.
Pasal 6
1. Dalam hal PIHAK PERTAMA tidak menjalankan atau tidak memenuhi
kewajiban untuk melakukan pelunasan atas pokok dan beban imbalan yang timbul dari Perjanjian Pemberian FPJPS atau PIHAK PERTAMA tidak lagi memenuhi persyaratan Perpanjangan Perjanjian Pemberian FPJPS dengan lewatnya waktu yang ditentukan, tanpa diperlukan suatu teguran juru sita atau surat lain yang serupa dengan itu, maka atas kekuasaannya sendiri PIHAK KEDUA berhak:
a. Untuk menjual Obyek Jaminan Fidusia tersebut atas titel eksekutorial atau melalui pelelangan di muka umum atau penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA jika dengan cara demikian diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
b. Untuk keperluan penjualan tersebut, PIHAK KEDUA berhak menghadap dimana perlu, membuat atau suruh membuat serta menandatangani semua surat, akta serta dokumen lain yang diperlukan, menerima uang harga
298
Lampiran-52
281
penjualan dan memberikan tanda penerimaan untuk itu, menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembelinya, memperhitungkan atau mengkompensir uang harga penjualan yang diterimanya itu dengan semua apa yang wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, akan tetapi dengan kewajiban bagi PIHAK KEDUA untuk menyerahkan sisa uang penjualannya jika masih ada kepada PIHAK PERTAMA, dengan tidak ada kewajiban bagi PIHAK KEDUA untuk membayar imbalan atau ganti kerugian berupa apapun juga kepada PIHAK PERTAMA mengenai sisa uang harga penjualan itu dan selanjutnya PIHAK KEDUA juga berhak untuk melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu dan berguna dalam rangka penjualan obyek jaminan fidusia tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan.
2. PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan ayat 1 di atas dapat meminta PIHAK PERTAMA untuk melakukan penjualan atas obyek jaminan fidusia baik melalui pelelangan umum maupun penjualan di bawah tangan dan menyetorkan hasilnya kepada PIHAK KEDUA.
3. Apabila hasil penjualan dari Obyek Jaminan Fidusia tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA tetap terikat membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 7
Pembebanan jaminan fidusia ini dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dengan syarat-syarat yang memutuskan (onder de ontbindende voorwaarden), yakni sampai dengan PIHAK PERTAMA telah memenuhi membayar lunas semua apa yang wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Pemberian FPJPS, antara lain hutang pokok, beban imbalan, biaya administrasi dan/atau biaya pencairan agunan.
Pasal 8
1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA,
yang menyatakan menerima kuasa dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pendaftaran jaminan fidusia tersebut, untuk keperluan tersebut menghadap
299
Lampiran-52
282
dihadapan pejabat atau instansi yang berwenang (termasuk kantor pendaftaran fidusia), memberikan keterangan, menandatangani surat atau formulir, mendaftarkan jaminan fidusia atas obyek jaminan fidusia tersebut dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, serta untuk mengajukan permohonan pendaftaran atas perubahan dalam hal terjadi perubahan atas data yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia, selanjutnya menerima sertifikat jaminan fidusia dan atau pernyataan perubahan, serta dokumen-dokumen lain yang bertalian untuk keperluan itu membayar semua biaya dan menerima kuitansi segala uang pembayaran serta selanjutnya melakukan segala tindakan yang perlu dan berguna untuk melaksanakan ketentuan dari akta ini.
2. Akta ini merupakan bagian yang terpenting dan tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian Pemberian FPJPS demikian pula kuasa yang diberikan dalam akta ini merupakan bagian yang terpenting serta tidak terpisahkan dari akta ini, dan oleh karenanya akta ini tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan selama berlakunya Perjanjian Pemberian FPJPS tersebut dan kuasa tersebut tidak akan batal atau berakhir karena sebab yang dapat mengakhiri pemberian sesuatu kuasa, termasuk sebab yang disebutkan dalam Pasal 1813, Pasal 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 9
PIHAK KEDUA berhak dan dengan ini diberi kuasa dengan hak substitusi oleh PIHAK PERTAMA untuk melakukan perubahan atau penyesuaian atas ketentuan dalam akta ini, di dalam hal perubahan atau penyesuaian tersebut diperlukan dalam rangka memenuhi ketentuan dalam peraturan pemerintah tentang pendaftaran fidusia maupun ketentuan dalam Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia No. 42 tahun 1999 tersebut.
Pasal 10
1. Segala perselisihan yang mungkin timbul di antara kedua belah pihak sendiri,
maka kedua belah pihak akan memilih domisili hukum yang tetap dan seumumnya di kantor Pengadilan Negeri ................ di ..............
2. Pemilihan domisili hukum tersebut dilakukan dengan tidak mengurangi hak dari PIHAK KEDUA untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap PIHAK PERTAMA berdasarkan Jaminan Fidusia atas Obyek Jaminan Fidusia tersebut dihadapan pengadilan lainnya dalam wilayah Republik Indonesia, yaitu pada
300
Lampiran-52
283
pengadilan negeri yang mempunyai yurisdiksi atas diri dari PIHAK PERTAMA atau atas Obyek Jaminan Fidusia tersebut.
Pasal 11 Biaya akta ini dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pembuatan akta ini maupun dalam melaksanakan ketentuan dalam akta ini menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA. Demikian pula biaya pendaftaran fidusia ini di kantor pendaftaran fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). Akta ini diselesaikan pukul .......... WI... (.................................................Waktu Indonesia ...............). Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
Dibuat dan dilangsungkan di ..............., pada hari ini, tanggal serta pada jam seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh tuan/nyonya/ nona................. Sarjana Hukum dan tuan/nyonya/ nona .......................... Sarjana Hukum, keduanya pegawai kantor Notaris dan bertempat tinggal di Jakarta sebagai saksi-saksi. Segera, setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatanganilah akta ini oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.......................... Dilangsungkan dengan...........................
301
Lampiran-53
284
LAPORAN PERHITUNGAN RASIO KEBUTUHAN KAS HARIAN
BPRS …………………… tanggal ……s.d.…………………..
(dalam ribuan Rp) Pos-pos tertentu T-7 T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
A. ASET LANCAR 1. Kas 2. Antarbank Aktiva (yang tidak diblokir)
a. Giro b. Tabungan c. Deposito jatuh tempo
JUMLAH ASET LANCAR
B. KEWAJIBAN LANCAR 1. Kewajiban segera 2. Simpanan dana nasabah (tidak terkait)
a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
3. Antarbank Pasiva (tidak terkait) a. Deposito jatuh tempo b. Tabungan
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR Rasio Kebutuhan Kas (A : B) x 100%
Informasi yang disampaikan sesuai dengan yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala risiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Lampiran-53
285
(kota), (tanggal/bulan/tahun)
Direktur, (Nama BPRS ....)
ttd
---------------------------
Lampiran SE Nomor 12/39/DPbS tanggal 31 Desember 2010
T-7 *) T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
1.2.3.4.5.6.7.8.
.....
*) T-7 untuk pelaporan minggu pertama adalah posisi tanggal pencairan.
............................................
LAPORAN KOLEKTIBILITAS HARIAN ASET PEMBIAYAAN AGUNAN FPJPSBPRS……………….. TANGGAL ........s.d.....................................
Saldo Pokok Posisi T-1 (juta Rp)
No. Nama NasabahNomor Akta Perjanjian
Pembiayaan/ Surat Perjanjian Pembiayaan
No. Rekening
Lampiran-54
Direktur,(kota), (tanggal/bulan/tahun)
TOTAL
Saldo Pokok Pada Saat Pengajuan
Permohonan (juta Rp)
Kolektibilitas
Lampiran-55
287
LAPORAN PENGGUNAAN FPJPS HARIAN BPRS …………………… tanggal ……s.d.…………………..
(dalam ribuan Rp)
Pos-pos tertentu Plafon T-7 T-6 T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
A. PENERIMAAN FPJPS
B. KEWAJIBAN LANCAR 1. Kewajiban segera 2. Simpanan dana nasabah (tidak
terkait)
a. Tabungan b. Deposito jatuh tempo
3. Antarbank Pasiva (tidak terkait)
a. Tabungan b. Deposito jatuh tempo
Sisa Dana FPJPS Informasi yang disampaikan sesuai dengan yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data yang disampaikan, segala risiko yang muncul atas penyampaian data tersebut menjadi tanggung jawab kami.
(tempat, tanggal/bulan/tahun) Direktur,
(Nama BPRS) ----------------------
Lampiran-56
288
Contoh Surat Pemberitahuan Rekening Penerimaan FPJPS
No. [diisi dengan nomor surat] Kepada [diisi sesuai ketentuan SE]
Perihal : Pemberitahuan Rekening Penerimaan FPJPS Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : ……………………………….................1 Jabatan : Direktur ...........2 BPRS ............................3 Alamat : .................................................................4 bahwa berkaitan dengan permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) yang diajukan kepada Bank Indonesia, dengan ini untuk dan atas nama BPRS ..........3 menyatakan kepada Bank Indonesia untuk melakukan pengkreditan rekening kami di Bank Umum Syariah / Unit Usaha Syariah5 sebagai berikut: Nomor Rekening : ................................................................ Jenis Rekening : Giro ............... / Tabungan ........................ Nama Pemilik Rekening : ................................................................ Nama Bank : PT. Bank Syariah .... / UUS PT. Bank ......... Nama Kantor : KC/KCP ................................................... Keterangan : ................................................................ dalam rangka penerimaan terkait dengan FPJPS. Demikian surat pemberitahuan ini dibuat.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Direktur,
(Nama BPRS ....)
ttd ---------------------------
1 Diisi dengan nama direktur BPRS yang berwenang mewakili 2 Diisi dengan jabatan direktur yang berwenang mewakili BPRS 3 Diisi dengan nama BPRS yang mengajukan permohonan FPJPS 4 Diisi alamat BPRS yang mengajukan permohonan FPJPS 5 Pilih bank yang ditunjuk
Meterai Rp6.000,-
Lampiran-57
289
Contoh Surat Kuasa Pemegang Saham kepada BPRS
Kepada Direksi BPRS …………. di …………………..
Perihal : Surat Pernyataan dan Pemberian Kuasa Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : ……………………………….................1 Kedudukan : Pemegang Saham ...........2 BPRS ............................3 Alamat : .................................................................4 bahwa berkaitan dengan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) yang diajukan BPRS ................kepada Bank Indonesia, dengan ini kami menyatakan :
1. menyerahkan surat berharga yang kami miliki kepada BPRS …………. sebagai
berikut: No. Jenis Surat Berharga Nomor Surat Berharga Nilai Keterangan 1. SBI 2. SUN 3. SBSN 4. Obligasi Syariah Korporasi
(Sukuk Korporasi)
2. memberikan kuasa yang tidak dapat dicabut kembali kepada BPRS ................... untuk mengagunkan surat berharga tersebut di atas kepada Bank Indonesia dalam rangka pemberian FPJPS kepada BPRS …., termasuk menandatangani segala dokumen yang terkait dengan pengikatan agunan surat berharga tersebut di atas;
3. tidak akan melakukan release surat berharga yang telah diagunkan dalam rangka pemberian FPJPS PT. BPRS...... dalam sub registry/KSEI, kecuali atas persetujuan Bank Indonesia.
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga.
(kota), (tanggal/bulan/tahun) Pemegang Saham, (Nama BPRS ....)
Ttd ---------------------------
1 Diisi dengan nama Pemegang Saham 2 Diisi dengan kedudukan Pemegang Saham (PSP atau Pemegang Saham Biasa) 3 Diisi dengan nama BPRS yang mengajukan FPJPS 4 Diisi alamat Pemegang Saham yang memberikan kuasa ke BPRS untuk mengagunkan surat berharga yang dimilikinya.
Meterai Rp6.000,-