Rasio Likuiditas

download Rasio Likuiditas

of 54

Transcript of Rasio Likuiditas

Analisis Rasio Keuangan

Analisis Rasio Keuangan

1. Perhitungan Rasio Keuangan pada PT. Astra Internasioanal Tbk.

1. Rasio Likuiditasmenunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan pada besar kecilnya aktiva lancar.a) Rasio Lancar (Current Ratio)Merupakan kemampuan likuiditas jangka pendek perushaan dengan melihat aset lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancar. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar sekitar 2. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aset lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.Berikut interprestasinya berdasarkan data diatas yaitu : Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 136,88 aset lancar. Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 126,18 aset lancar. Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 136,40 aset lancar. Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 139,91 aset lancar. Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 124,20 aset lancar.Dari hasil interprestasi diatas, maka disimpulkan bahwa rasio lancar pada perusahaan Astra Internasional mengalami penurunan pada tahun 2010 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 1%, sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 1% juga. Pada tahun 2012, rasio lancar mengalami kenaikan sebesar 4% dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 16%, artinya perusahaan pada rasio ini tergolong baik karena masih memenuhi standar rata-rata industri.

b) Rasio Quick (Acid Test Ratio)Rasio ini hampir sama dengan rasio lancar, hanya saja jumlah persediaan atau Inventory tidak diikutsertakan. Tingkat rasio quick dianggap cukup baik adalah 100%. Berikut ini adalah perhitungan rasio quick dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 pada Perusahaan Astra Internasional Tbk.Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2009 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 1,096 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2010 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 0,97 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2011 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2011 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 1,116 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2012 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 1,117 aset lancar di luar persediaan.

Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2013 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 1,04 aset lancer di luar persediaan.Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 13% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 terjadi kenaikan yaitu sebesar 15% pada tahun 2011 dan 1% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 rasio ini menurun sebesar 8%. Artinya, secara keseluruhan rasio quick pada perusahaan ini masih dianggap baik karena tingkat rasio tersebut melebihi 100%, walaupun terdapat penurunan pada tahun 2010 tetapi penurunan tersebut tidak terlalu drastis.

c) Rasio Kas (Cash Ratio)Yaitu rasio yang membandingkan antara kas dan asset lancer yang paling lukuid (surat berharga) dengan hutang lancar. Semakin tinggi rasio kas, maka akan semakin baik.Berikut ini adalah interprestasinya untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diartikan bahwa untuk tahun 2009 setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,33 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2010 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,19 kas dan ekuivalen kas.

Tahun 2011 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2011 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,27 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2012 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,20 kas dan ekuivalen kas.

Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2013 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,26 kas dan ekuivalen kas.Dari hasil interprestasi, maka dapat disimpulkan bahwa rasio kas pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 14% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 8% darri tahun 2010, dan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 7% dari tahun 2011. Pada tahun 2013, rasio kas mengalami kenaikan sebesar 6%. Jika rata-rata industri untuk rasio kas adalah 50% maka kondisi perusahaan dalam rasio ini tergolong kurang baik karena rasio kas dari tahun ke tahun berada di bawah rata-rata industry, kondisi yang kurang baik ini ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lainnya.

2. Rasio AktivitasRasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.a) Perputaran Piutang (Receivable Turn over)Merupakan pengukuran efektivitas pengelolaan piutang. Rata-rata umur piutang adalah seberapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang. Semakin tinggi perputaran piutang, maka semakin efektif manajemen perusahaan dalam pengelolaan piutangnya, dan sebaliknya jika semakin rendah perputaran piutang maka menunjukkan manajemen perusahaan tidak efektif dalam pengelolaan piutang perusahaan.Berikut adalah perhitungan perputaran piutang dari tahun 2009 sampai denga tahun 2013 :Tahun 2009 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 3,86 x = 94,55 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2009, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 3,86 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 94,55 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2010 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 5,43 x = 67,22 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2010, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 5,43 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 67,22 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2011 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 4,35 x = 83,91 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2011, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 4,35 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 83,91 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2012 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 4,87 x = 74,95 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2012, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 4,87 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 74,95 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2013 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 3,75 x = 97 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2013, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 3,75 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 97 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja manajemen pada tahun 2010 dalam mengelola perusahaan tergolong efektif karena perputaran piutang dalam satu tahun adalah 5 kali dan waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi kas adalah 67 hari. Untuk tahun 2009, tahun 2011, 2012 dan 2013 manajemen perusahaan dapat dikatakan kurang efektif karena perputaran piutang dalam satu periode relatif sedikit hanya 3 atau 4 kali saja, walaupn pada tahun 2012 perputaran piutang adalah 5x, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi kas juga sangat lama/panjang.

b) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)Berikut ini adalah perhitungan dan interprestasi Perputaran persediaan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, yaitu :

Tahun 2009 :

Rata-rata umur persediaan = 365/10,40x = 35 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 10,40 kali dan memerlukan waktu 35 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2010 :

Rata-rata umur persediaan = 365/9,5x = 38,42 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 9,5 kali dan memerlukan waktu 38 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2011 :

Rata-rata umur persediaan = 365/10,88x = 33,55 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 10,88 kali dan memerlukan waktu 36 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2012 :

Rata-rata umur persediaan = 365/9,93x = 36,76 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 9,93 kali dan memerlukan waktu 37 hari dalam satu kali penjualan.

Tahun 2013 :

Rata-rata umur persediaan = 365/10,99x = 33,21 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 10,99 kali dan memerlukan waktu 33 hari dalam satu kali penjualan.Dari hasil interprestasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa rasio pada tahun 2010 untuk rasio perputaran persediaan menurun sebanyak 0,90x dari tahun 2009, dan untuk rata-rata umur piutang meningkat menjadi 38 hari dari 35 hari di tahun 2010, hal ini menunjukkan pada tahun 2010, perusahaan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan perputaran persediaan. sedangkan pada tahun 2011 perputaran persediaan perusahaan meningkat sebesar 1,38x dari tahun 2009 dan perusahaan hanya membutuhkan 34 hari dalam satu kali penjualan, begitu pula pada tahun 2013 tidak jauh berbeda dengan tahun 2011, tetapi waktu yang diperlukan dalam satu kali penjualan lebih singkat dibandingkan tahun 2011, hal ini menunjukkan perusahaan dalam mengelola persediaannya termasuk efektif.

c) Perputaran Aktiva Tetap (Asset Turnover)Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Berikut ini adalah interprestasinya :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 4,49x dari aktiva tetap.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 5,34x dari aktiva tetap.Tahun 2011:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 5,68x dari aktiva tetap.Tahun 2012:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 5,48x dari aktiva tetap.Tahun 2013:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 5,12x dari aktiva tetapDari hasil interprestasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa, dari tahun 2010 dan 2011 perputaran aktiva tetap pada perusahaan mengalami kenaikan, walaupun pada tahun 2012 dan 2013 perputaran aktiva tetap pada perusahaan tersebut mengalami penurunan tetapi penurunan tersebut tidak drastic, sehingga dapat dikatakan perusahaan masih tergolong efektif dalam pengelolaan aktiva tetapnya berdasarkan penjualan

d) Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)Untuk mengukur efektivitas pemanfaatan asset dalam menghasilkan penjualan. Berikut ini adalah interprestasinya :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,11x dari total aktiva.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,15x dari total aktiva.Tahun 2011:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,06x dari total aktiva.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,03x dari total aktiva.Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 0,91x dari total aktiva.Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran aktiva dari tahun ke tahun mengalami penurunan, kecuali untuk tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,04x dan pada tahun 2013 perputaran aktiva mengalami penurunan sebesar 0,12x dari tahun 2012, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tergolong kurang efektif dalam pengelolaan total aktiva yang dimiliki berdasarkan penjualan.

3. Rasio Solvabilitasa) Rasio Total Hutang terhadap Total Aset (Debt to Aset Ratio)Yaitu persentase jumlah dana dari hutang yang digunakan untuk membiayai asset perusahaan. Tingkat rasio ini dianggap baik adalah 50% dari asset. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin tidak baik kondisi perusahaannya. Berikut interprestasinya yaitu : Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 45% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,45 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 48% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,48 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2011 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 51% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,51 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2012 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 51% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,51 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2013 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 50% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,50 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 3% dari tahun 2009 dan tahun 2011 kenaikan sebesar 3% dari tahun 2010. Perusahaan pada tahun 2011 dan 2012 mempunyai rasio yang sama, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 1%, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan ini tergolong solvabel, walaupun pada tahun 2010 mengalami kenaikan, tetapi rasio ini masih dikatakan baik dari posisi neraca.

b) Rasio Hutang terhadap Modal Sendiri (Debt to Equity Ratio)Yaitu perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tidak baik. Dari data diatas dapat diinterprestasikan bahwa : Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 1,00x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 1,10x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 1,02x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 1,03x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 1,02x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.Pada tahun 2010 rasio ini meningkat 0,10x dari tahun 2009, dan pada tahun 2011, 2012 dan 2013 mengalami penurunan, tetapi penurunan tersebut berada diatas modal saham sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan tergolong tidak solvabel karena total hutang yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar daripada modal saham sendiri.

4. Rasio ProfitasbilitasRasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingakt penjualan, asset, dan modal saham tertentu. a) GPM, OPM, dan NPMGPM (Gross Profit Margin) merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar rasio ini, maka akan semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena hal ini menunjukkan Harga Pokok Penjualan (HPP) relative lebih rendah daripada penjualan. Berikut adalah interprestasi berdasarkan data diatas, yaitu : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 23,11% dari penjualan. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 20,67% dari penjualan. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 19,71% dari penjualan. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 19,25% dari penjualan. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 18,21% dari penjualan.Dari hasil interprestasi, dapat disimpulkan bahwa GPM menurun dari tahun ke tahun, tetapi penurunan tersebut tidak terlalu signifikan, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini masih tergolong sehat kinerja keuangannya. OPM (Operational Profit Margin) merupakan persentase laba kotor sebelum pajak dan bunga (EBIT) dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar rasio ini, maka akan semakin baik kinerja perusahaan karena hal ini menunjukkan bahwa biaya operasi perusahaan relative rendah daripada penjualan. Berikut interprestasinya berdasarkan data diatas : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 12,95% dari penjualan. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 11,33% dari penjualan. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 10,97% dari penjualan.Untuk tahun 2012 dan 2013 perusahaan menghasilkan 0% laba operasional dari penjualan, disebabkan laba usaha sebelum bunga dan pajaknya juga nol sedangkan untuk tahun 2009 sampai tahun 2011, kondisi perusahaan dikatakan sehat kinerjanya keuangannya.NPM (Net Profit Margin) berguna untuk menghitung sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik. Berikut ini adalah interprestasinya : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 12,63% dari penjualan. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 13,08% dari penjualan. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 12,97% dari penjualan. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 12,09% dari penjualan. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 11,50% dari penjualan.Dari hasil interprestasi, dapat disimpulkan bahwa NPM menurun dari tahun ke tahun, tetapi penurunan tersebut tidak terlalu signifikan/tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini masih tergolong sehat kinerja keuangannya, walaupun pada tahun 2013 menurun menjadi 11,50%.

b) ROA dan ROERasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan asset yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik keadaan kinerja perusahaan. Berikut ini interprestasinya berdasarkan data diatas : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 13,99% dari Total asset. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 15,07% dari Total asset. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 13,73% dari Total asset. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 12,48% dari Total asset. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 10,42% dari Total asset.Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa perusahaan tergolong sehat kinerja keuangannya, walaupun ROA pada perusahaan ini menurun dari tahun ke tahun, tetapi penurunan tersebut tidak drastic masih diatas rata-rata industri. Rasio ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan kinerja keuangan. Berikut ini interprestasinya berdasarkan data diatas : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 31,19% dari Modal saham. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 34,48% dari Modal saham. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 27,79% dari Modal saham. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 25,32% dari Modal saham. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 21,00% dari Modal saham.Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa perusahaan tergolong sehat kinerja keuangannya.

c) EPS (Earning Per Share)Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan kinerja keuangan. Berikut interprestasinya : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 3.073,84 dari per lembar saham. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 3.548,60 dari per lembar saham. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 4.393,14 dari per lembar saham. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 479,73 dari per lembar saham. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 479,63 dari per lembar saham. Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2009 sampai tahun 2011, EPS mengalami kenaikan, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan yang drastic disebabkan karena biaya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Sehingga dapat dikatakan kondisi kinerja keuangan perusahaan dikatakan tidak baik.

5. Rasio PasarRasio pasar mengukur harga pasar relative terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor (calon investor0 meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini.

a) PER dan P/BVPER (Price Earning Ratio) memperlihatkan seberapa besar harga saham bagi investor untuk membayar tiap laba yang dilaporkan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pertumbuhan yang baik. Berikut interprestasinya : Tahun 2010 : Harga saham perusahaan sebesar 15,37x laba per lembar saham. Tahun 2011 : Harga saham perusahaan sebesar 14,03x laba per lembar saham Tahun 2012 : Harga saham perusahaan sebesar 13,70x laba per lembar saham. Tahun 2013 : Harga saham perusahaan sebesar 15,33x laba per lembar saham. Awal Jan 2014 : Harga saham perusahaan sebesar 14,49x laba per lembar saham. PER untuk perusahaan dilihat dari tahun 2010, bahwa pada tahun 2010, 2012, dan 2013 PER perusahaan berada di bawah rata-rata industry, artinya bahwa pertumbuhan perusahaan kurang baik. Sedangkan pada tahun 2011 dan awal tahun 2014 PER perusahaan berada diatas rata-rata industry, artinya pertumbuhan perusahaan pada awal tahun 2014 ini masih tergolong baik. Jika dibandingkan dengan rata-rata industry, pertumbuhan perusahaan terbaik berada pada tahun 2011, yaitu sebesar 14,03x dan dibandingkan dengan rata-rata industry pada tahun 2011 sebesar 12,24x, lebih tinggi 1,79x, sedangkan pada awal tahun 2014 hanya lebih tinggi 0,4x saja.Selanjutnya Untuk interprestasi P/BV adalah sebagai berikut : Tahun 2010 : Harga saham perusahaan sebesar 4,48x dari nilai buku saham. Tahun 2011 : Harga saham perusahaan sebesar 3,95x dari nilai buku Saham. Tahun 2012 : Harga saham perusahaan sebesar 3,43x dari nilai buku saham. Tahun 2013 : Harga saham perusahaan sebesar 2,79x dari nilai buku saham. Awal Jan 2014 : Harga saham perusahaan sebesar 2,64x dari nilai buku saham. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa P/BV perusahaan dari tahun ke tahun mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

b) Devidend, Devidend Payout Ratio, dan Devidend YieldBerikut adalah interprestasinya untuk deviden yaitu : Tahun 2009 : investor menerima deviden sebesar Rp. 830,00 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2010 : investor menerima deviden sebesar Rp. 470,00 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2011 : investor menerima deviden sebesar Rp.1.980,00 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2012 : investor menerima deviden sebesar Rp. 216,00 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2013 : investor menerima deviden sebesar Rp. 64,00 dari jumlah saham yang beredar. Dari interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembayaran deviden paling tinggi terletak pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp.1.980, dan pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2013 pembayaran deviden mengalami penurunan menjadi Rp.64, sehingga perusahaan dapat dikatakan mempunyai pertumbuhan yang tinggi.Selanjutnya adalah interprestasi untuk Devidend Payout Ratio (Rasio pembayaran deviden), yaitu sebagai berikut : Tahun 2009 : investor menerima deviden sebesar 27,00% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2010 : investor menerima deviden sebesar 13,24% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2011 : investor menerima deviden sebesar 45,07% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2012 : investor menerima deviden sebesar 45,03% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2013 : investor menerima deviden sebesar Rp. 13,34% dari jumlah Laba per lembar saham. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Dari data diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan pada tahun 2011 dan 2012 mempunyai Payout Ratio yang tinggi sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan yang drastis. Sehingga dapat dikatakan perusahaan mempunyai pertumbuhan yang baik karena mempunyai Payout Ratio yang rendah pada tahun 2013.Dividend yield yang tinggi bisa berarti harga sahamnya masih murah atau dividen berikutnya mungkin akan lebih rendah. Sebaliknya, dividend yield yang rendah bisa berarti harga sahamnya sudah mahal atau dividen berikutnya bisa lebih tinggi. Semakin tinggi nilai dividend yield, maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan dan menunjukan cash flow yang stabil serta lancar didukung bisnis yang prospektif.Dari data laporan keuangan dapat diinterprestasikan : Tahun 2009 : investor menerima deviden sebesar 2,39% dari return. Tahun 2010 : investor menerima deviden sebesar 0,86% dari return. Tahun 2011 : investor menerima deviden sebesar 2,68% dari return. Tahun 2012 : investor menerima deviden sebesar 2,84% dari return. Tahun 2013 : investor menerima deviden sebesar Rp. 0,94% dari return. Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai Devidend Yield yang tinggi pada tahun 2009, 2011, dan 2012 sedangkan pada tahun 2010 dan 2013 mempunyai Devidend Yield yang tidak terlalu berbeda. Pada tahun 2013, Devidend Yield pada perusahaan mengalami penurunan sebesar 1,9% dari tahun 2012, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik.

2. Perhitungan Rasio Keuangan untuk perusahaan Ace Hardware Indonesia Tbk.

1. Rasio Likuiditasa) Rasio Lancar (Current Ratio)Berikut interprestasinya berdasarkan data diatas yaitu : Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 1,060 aset lancar. Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 629,37 aset lancar. Tahun 2011 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 508,56 aset lancar. Tahun 2012 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 585,25 aset lancar. Tahun 2013 : Setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 466,35 aset lancar.Dari hasil interprestasi diatas, maka disimpulkan bahwa rasio lancar pada perusahaan Ace Hardware mengalami penurunan pada tahun 2010 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,3%, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 1,2%. Pada tahun 2012, rasio lancar mengalami kenaikan sebesar 0,77% dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 1,2%, artinya perusahaan pada rasio ini tergolong baik karena memenuhi syarat standar rata-rata industri.

b) Rasio Quick (Acid Test Ratio)Berikut ini adalah perhitungan rasio quick dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 pada Perusahaan Ace Hardware Tbk, yaitu :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2009 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 9,29 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2010 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 5,31 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2011 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2011 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 3,34 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2012 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 2,88 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2013 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 2,18 aset lancer di luar persediaan.Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2010 mengalami penurunan drastis sebesar 398,7% dari tahun 2009 dan tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 196,5% dari tahun 2010, sedangkan untuk tahun 2012 dan 2013 mengalami sedikit penurunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam rasio ini masih tergolong baik karena berada diatas rata-rata industry, walaupun mengalami penurunan dari tahun ke tahun.c) Rasio Kas (Cash Ratio)Berikut ini adalah interprestasinya untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diartikan bahwa untuk tahun 2009 setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.5,41 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2010 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.2,67 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2011 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2011 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.1,26 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2012 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.1,28 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2013 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,63 kas dan ekuivalen kas.Dari hasil interprestasi, maka dapat disimpulkan bahwa rasio kas pada perusahaan ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 mengalami penurunan drastic yaitu sebesar 2,74 dari tahun 2009, pada tahun 2013 rasio kas perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,66 dari tahun 2012. Jika rata-rata industri untuk rasio kas adalah 50% maka kondisi perusahaan dalam rasio ini tergolong baik karena rasio kas dari tahun ke tahun berada di atas rata-rata industry, walaupun dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan.

2. Rasio Aktivitasa) Perputaran Piutang (Receivable Turn over)Berikut adalah perhitungan perputaran piutang dari tahun 2009 sampai denga tahun 2013 :Tahun 2009 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 97,3 x = 3,75 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2009, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 97,3 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 3,75 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2010 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 78,2 x = 4,67 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2010, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 78,2 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 4,67 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2011 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 46,3x = 7,88 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2011, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 4,35 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 7,88 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2012 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 104 x = 3,5 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2012, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 104 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 3,5 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2013 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 70,49 x = 5,18 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2013, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 3,75 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 5,18 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja manajemen dalam mengelola piutang perusahaan tergolong sangat efektif karena perputaran piutang pada perusahaan ini sangat cepat dan membutuhkan waktu yang relative singkat dalam mengubah piutang menjadi kas. Perputaran yang tinggi terletak pada tahun 2012, dan perusahaan hanya membutuhkan 3,5 hari saja untuk mengubah piutang menjadi kas, walaupun pada tahun 2013 perputaran piutang dari 104x menurun menjadi 70,49x, dan waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas juga meningkat dari 3,5 hari menjadi 5,2 hari.

b) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)Berikut ini adalah perhitungan dan interprestasi Perputaran persediaan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, yaitu :Tahun 2009 :

Rata-rata umur persediaan = 365/8,44x = 43,2 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 8,44 kali dan memerlukan waktu 43,2 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2010 :

Rata-rata umur persediaan = 365/6,89x = 52,97 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 6,89 kali dan memerlukan waktu 52,97 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2011 :

Rata-rata umur persediaan = 365/4,44x = 82,2 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 4,44 kali dan memerlukan waktu 82 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2012 :

Rata-rata umur persediaan = 365/2,69x = 135,68 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 2,69 kali dan memerlukan waktu 135,7 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2013 :

Rata-rata umur persediaan = 365/1,83x = 199 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 1,83 kali dan memerlukan waktu 199 hari dalam satu kali penjualan.Dari hasil interprestasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa rasio pada tahun 2010 untuk rasio perputaran persediaan dari tahun ke tahun mengalami penurunan sedangkan waktu yang diperlukan untuk melakukan penjualan terhadap persediaan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini berarti bahwa manajemen perusahaan dalam pengendalian terhadap persediaan kurang efektif.

c) Perputaran Aktiva Tetap (Asset Turnover)Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 12,93x dari aktiva tetap.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 7,25x dari aktiva tetap.Tahun 2011:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 6,71x dari aktiva tetap.Tahun 2012:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 7,24x dari aktiva tetap.Tahun 2013:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 6,26x dari aktiva tetapDari hasil interprestasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa, pada tahun 2009 perusahaan mempunyai perputaran aktiva tetap yang tinggi yaitu sebesar 12,93x, sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 mengalami pernurunan. tetapi secara keseluruhan dapat dikatakan perusahaan masih tergolong efektif dalam pengelolaan aktiva tetapnya berdasarkan penjualan

d) Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)Untuk mengukur efektivitas pemanfaatan asset dalam menghasilkan penjualan. Berikut ini adalah interprestasinya :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,39x dari total aktiva.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,37x dari total aktiva.Tahun 2011:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,67x dari total aktiva.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,68x dari total aktiva.Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,29x dari total aktiva.Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran aktiva tahun 2010 mengalami penurunan 0,2x dari tahun 2009, untuk tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,10x, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,39x dari tahun 2012. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tergolong kurang efektif dalam total aktiva yang dimiliki berdasarkan penjualan.

3. Rasio Solvabilitasa) Rasio Total Hutang terhadap Total Aset (Debt to Aset Ratio)Berikut interprestasinya yaitu : Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 11% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,11 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2010 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 14% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,14 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2011 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 15% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,15 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2012 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 16% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,16 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Tahun 2013 : Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 20% bersumber dari kreditur atau setiap Rp.0,20 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio ini meningkat dari tahun ke tahun, perubahan terbesar terletak pada tahun 2013 yaitu rasio DAR ini meningkat sebesar 4% dari tahun sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan ini tergolong kurang solvable.

b) Rasio Hutang terhadap Modal Sendiri (Debt to Equity Ratio)Dari data diatas dapat diinterprestasikan bahwa : Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 0,12x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 0,17x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 0,18x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 0,18x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Tahun 2009 : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 0,25x untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.Pada tahun 2010 rasio ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tetapi penurunan tersebut dibawah modal saham sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan tergolong solvable karena total hutang yang dimiliki oleh perusahaan lebih kecil daripada modal saham sendiri.

4. Rasio Profitasbilitas. a) GPM, OPM, dan NPMBerikut adalah interprestasi GPM (Gross Profit Margin) berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 40,66% dari penjualan. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 43,18% dari penjualan. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 46,82% dari penjualan. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 48,14% dari penjualan. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 49,03% dari penjualan.Dari hasil interprestasi, dapat disimpulkan bahwa GPM pada perusahaan ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini tergolong sehat kinerja keuangannya. Berikut adalah interprestasi OPM (Operational Profit Margin) berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu: Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 13,11% dari penjualan. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 13,41% dari penjualan. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 15,28% dari penjualan. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 17,45% dari penjualan. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba Operasional sebesar 14,70% dari penjualan.Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2009 sampai tahun 2012 Operational Profit Margin terus meningkat, hanya saja pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2,75%. Tetapi penurunan tersebut tidak drastic sehingga dapat dikatakan kondisi perusahaan masih sehat kinerjanya keuangannya.Berikut adalah interprestasi NPM (Net Profit Margin) berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu: Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 11,37% dari penjualan. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 10,22% dari penjualan. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 11,52% dari penjualan. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 13,30% dari penjualan. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 11,24% dari penjualan.Dari hasil interprestasi, dapat disimpulkan bahwa NPM paling tinggi terletak pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2,06% dari tahun 2012. Sehingga dapat dikatakan perusahaan ini masih tergolong sehat kinerja keuangannya, walaupun pada tahun 2013 menurun menjadi 11,24%.

b) ROA dan ROEBerikut ini interprestasi untuk ROA berdasarkan data Laporan keuangan diatas : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 15,91% dari Total asset. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 14,00% dari Total asset. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 19,25% dari Total asset. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 22,37% dari Total asset. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 14,45% dari Total asset.Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai Rasio ROA tertinggi terletak pada tahun 2012, dan ROA tersebut mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu menurun menjadi 14,45%, tetapi perusahaan masih dapat digolongkan dalam perusahaan yang sehat kinerja keuangannya walaupun pada tahun 2013 mengalami penurunan yang drastic.Berikut ini interprestasi untuk ROE berdasarkan data Laporan keuangan diatas, yaitu : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 17,80% dari Modal saham. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 16,36% dari Modal saham. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 22,69% dari Modal saham. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 26,50% dari Modal saham. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 18,07% dari Modal saham.Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa perusahaan tergolong sehat kinerja keuangannya, walaupun pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 8,43%.

c) EPS (Earning Per Share)Berikut interprestasinya berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu : Tahun 2009 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0 dari per lembar saham. Tahun 2010 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 99,70 dari per lembar saham. Tahun 2011 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 166,25 dari per lembar saham. Tahun 2012 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 254,89 dari per lembar saham. Tahun 2013 : Perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 18,56 dari per lembar saham. Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2009 perusahaan tidak menunjukkan nilai EPS, dan pada tahun 2012 perusahaan mempunyai EPS yang tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2013, EPS perusahaan mengalami penurunan yang drastic menjadi 18,56% Sehingga dapat dikatakan kondisi kinerja keuangan perusahaan tidak baik.

5. Rasio Pasara) PER dan P/BVBerikut interprestasi PER berdasarkan data Laporan keuangan diatas, yaitu : Tahun 2010 : Harga saham perusahaan sebesar 28,45x laba per lembar saham. Tahun 2011 : Harga saham perusahaan sebesar 25,16x laba per lembar saham Tahun 2012 : Harga saham perusahaan sebesar 32,79x laba per lembar saham. Tahun 2013 : Harga saham perusahaan sebesar 23,85x laba per lembar saham. Awal Jan 2014 : Harga saham perusahaan sebesar 25,61x laba per lembar saham. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 PER perusahaan berada di atas rata-rata industry, artinya bahwa perusahaan mempunyai pertumbuhan yang baik dari tahun ke tahun. Selanjutnya Untuk interprestasi P/BV adalah sebagai berikut : Tahun 2010 : Harga saham perusahaan sebesar 4,91x dari nilai buku saham. Tahun 2011 : Harga saham perusahaan sebesar 5,71x dari nilai buku Saham. Tahun 2012 : Harga saham perusahaan sebesar 8,69x dari nilai buku saham. Tahun 2013 : Harga saham perusahaan sebesar 5,83x dari nilai buku saham. Awal Jan 2014 : Harga saham perusahaan sebesar 6,80x dari nilai buku saham. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa P/BV dari tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan. Untuk awal tahun 2014 PBV juga mengalami kenaikan menjadi 6,80x dari tahun 2013, sehingga dapat dikatakan perusahaan mempunyai pertumbuhan yang baik.

b) Devidend, Devidend Payout Ratio, dan Devidend YieldBerikut adalah interprestasinya untuk deviden yaitu : Tahun 2009 : investor menerima deviden sebesar Rp. 9,20 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2010 : investor menerima deviden sebesar Rp. 51,85 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2011 : investor menerima deviden sebesar Rp. 25,00 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2012 : investor menerima deviden sebesar Rp. 10,00 dari jumlah saham yang beredar. Tahun 2013 : investor menerima deviden sebesar Rp. 0 dari jumlah saham yang beredar. Dari interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembayaran deviden paling tinggi terletak pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 51,58, dan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan. Pada tahun 2013 perusahaan tidak membagikan deviden, hal ini dapat dikatakan bahwa perusahaan mempunyai pertumbuhan yang baik, karena pembayaran deviden yang tidak terlalu tinggi.Selanjutnya adalah interprestasi untuk Devidend Payout Ratio (Rasio pembayaran deviden), yaitu sebagai berikut : Tahun 2009 : investor menerima deviden sebesar 0% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2010 : investor menerima deviden sebesar 52,01% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2011 : investor menerima deviden sebesar 15,04% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2012 : investor menerima deviden sebesar 3,92% dari jumlah Laba per lembar saham. Tahun 2013 : investor menerima deviden sebesar Rp. 0 dari jumlah Laba per lembar saham. Dari data diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan pada tahun 2009 dan tahun 2013 tidak membagikan deviden, sehingga payout ratio tahun tersebut adalah nol. Pada tahun 2010, perusahaan mempunyai Payout Ratio yang tinggi yaitu 52,01% dan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan. Sehingga dapat dikatakan perusahaan mempunyai pertumbuhan yang baik karena mempunyai Payout Ratio yang rendah.Dari data laporan keuangan, Dividend yield dapat diinterprestasikan : Tahun 2009 : investor menerima deviden sebesar 0,61% dari return. Tahun 2010 : investor menerima deviden sebesar 1,76% dari return. Tahun 2011 : investor menerima deviden sebesar 0,61% dari return. Tahun 2012 : investor menerima deviden sebesar 1,22% dari return. Tahun 2013 : investor menerima deviden sebesar Rp. 0 dari return. Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai Devidend Yield yang tinggi pada tahun 2010, dan 2012, sedangkan pada tahun 2009 dan 2011 mempunyai Devidend Yield yang sama, dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik. Pada tahun 2013 tidak membagikan deviden, sehingga untuk Devidend Yield tahun 2013 adalah nol.

3. Perhitungan Rasio Keuangan pada Perusahaan Sat Nusapersada Tbk.

1. Rasio Likuiditasa) Rasio Lancar (Current Ratio)Berdasarkan data laporan keuangan, maka dapat diinterprestasikan bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.114,72 (2009), Rp. 126,84 (2010), Rp. 124,99 (2011), Rp. 137,06 (2012), dan Rp. 157,61 (2013) aset lancar.Dari hasil interprestasi diatas, maka disimpulkan bahwa rasio lancar pada perusahaan Sat Nusapersada mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, rasio ini mengalami kenaikan menjadi 157,61, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan ini dalam membayar hutang jangka pendeknya sangat baik, dan menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi pada perusahaan Sat Nusapersada dari tahun ke tahun.

b) Rasio Quick (Acid Test Ratio)Berikut ini adalah perhitungan rasio quick dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 pada Perusahaan Sat Nusapersada Tbk, yaitu :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2009 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 0,857 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2010 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 0,845 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2011 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2011 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 0,76 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2012 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancer dijamin oleh Rp. 1,026 aset lancar di luar persediaan.Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2013 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp. 1,157 aset lancar di luar persediaan.Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 8,5%, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 mengalami kenaikan. Sehingga dapat katakan bahwa perusahaan dalam rasio ini masih tergolong baik karena berada diatas rata-rata industry.

c) Rasio Kas (Cash Ratio)Berikut ini adalah interprestasinya untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diartikan bahwa untuk tahun 2009 setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,094 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2010 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,069 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2011 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2011 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,024 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2012 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,224 kas dan ekuivalen kas.Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan untuk tahun 2013 yaitu setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,146 kas dan ekuivalen kas.Dari hasil interprestasi, maka dapat disimpulkan bahwa rasio kas untuk tahun 2010 dan 2011 pada perusahaan ini mengalami penurunan sebesar 2,5% dan 4,5%. Pada tahun 2012, rasio ini mengalami peningkatan yang drastic sebesar 20% dari tahun 2011, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 14,6%. Jika rata-rata industri untuk rasio kas adalah 50% maka kondisi perusahaan dalam rasio ini tergolong sangat tidak karena rasio kas dari tahun ke tahun berada di bawah rata-rata industri, ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kas yang sedikit sehingga tidak dapat menjamin hutang lancarnya.

2. Rasio Aktivitasa) Perputaran Piutang (Receivable Turn over)Berikut adalah perhitungan perputaran piutang dari tahun 2009 sampai denga tahun 2013 :Tahun 2009 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 6,26 x = 58,3 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2009, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 6,26 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 58,3 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2010 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 8,62 x = 42,3 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2010, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 8,62 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 42,3 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2011 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 10,18 x = 35,85 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2011, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 10,18 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 35,85 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2012 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 8,33 x = 43,82 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2012, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 8,33 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 43,82 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Tahun 2013 :

Rata-rata umur piutang = 365 / 6,49 x = 56,24 hari.Dari perhitungan diatas, pada tahun 2013, piutang perusahaan dalam satu periode berputar sebanyak 6,49 kali dan dibutuhkan waktu sebanyak 56,24 hari untuk mengubah piutang menjadi kas.Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang yang paling cepat terletak pada tahun 2011, yaitu sebanyak 10,18x dalam setahun dan waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas adalah 36 hari. Pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan dan waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas pun meningkat, walaupun perputaran piutang perusahaan mengalami penurunan, tetapi perusahaan masih dapat dikatakan efektif dalam pengelolaan piutang.

b) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)Berikut ini adalah perhitungan dan interprestasi Perputaran persediaan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, yaitu :Tahun 2009 :

Rata-rata umur persediaan = 365/17,3x = 21 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 17,3 kali dan memerlukan waktu 21 hari dalam satu kali penjualan.

Tahun 2010 :

Rata-rata umur persediaan = 365/14,59x = 24,4 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 14,59 kali dan memerlukan waktu 24,4 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2011 :

Rata-rata umur persediaan = 365/14,76x = 24,7 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 14,76 kali dan memerlukan waktu 24,7 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2012 :

Rata-rata umur persediaan = 365/18,59x = 19,6 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 18,59 kali dan memerlukan waktu 19,6 hari dalam satu kali penjualan.Tahun 2013 :

Rata-rata umur persediaan = 365/12,2x = 29,9 hari.Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, dalam satu tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 12,2 kali dan memerlukan waktu 29,9 hari dalam satu kali penjualan.Dari hasil interprestasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa rasio ini dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 12,2x. walaupun mengalami penurunan pada tahun 2013, tetapi dapat dikatakan bahwa manajemen perusahaan dalam pengendalian yang efektif terhadap persediaan.

c) Perputaran Aktiva Tetap (Asset Turnover)Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 4,48x dari aktiva tetap.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 5,64x dari aktiva tetap.Tahun 2011:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 5,07x dari aktiva tetap.Tahun 2012:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 5,63x dari aktiva tetap.Tahun 2013:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebanyak 4,26x dari aktiva tetapDari hasil interprestasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa, pada tahun 2012 perusahaan mempunyai perputaran aktiva tetap yang tinggi yaitu sebesar 5,63x, sedangkan pada tahun 2013 mengalami pernurunan menjadi 4,26x. tetapi secara keseluruhan dapat dikatakan perusahaan masih tergolong efektif dalam pengelolaan aktiva tetapnya berdasarkan penjualan.

d) Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)Untuk mengukur efektivitas pemanfaatan asset dalam menghasilkan penjualan. Berikut ini adalah interprestasinya :Tahun 2009 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2009, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 2,23x dari total aktiva.Tahun 2010 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2010, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 2,67x dari total aktiva.Tahun 2011:

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2011, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 2,72x dari total aktiva.Tahun 2012 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2012, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 2,59x dari total aktiva.

Tahun 2013 :

Dari perhitungan diatas, dapat diinterprestasikan bahwa untuk tahun 2013, perusahaan mampu melakukan penjualan aktiva sebanyak 1,87x dari total aktiva.Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran aktiva dari tahun 2009 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan, sedangkan pada tahun 2013 rasio ini mengalami penurunan sebesar 1,37x dari tahun 2012, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tergolong kurang efektif dalam pengelolaan total aktiva yang dimiliki berdasarkan penjualan, karena memiliki perputaran piutang yang rendah.

3. Rasio Solvabilitasa) Rasio Total Hutang terhadap Total Aset (Debt to Aset Ratio)Berikut interprestasi DAR berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu :Setiap Rp. 1,00 aset perusahaan yang dimiliki, sebanyak 48% (2009), 43% (2010), 39% (2011), 42% (2012), dan 38% (2013) bersumber dari kreditur.Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 5% dari tahun 2009 dan tahun 2012 kenaikan sebesar 3% dari tahun 2011 sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan lagi sebesar 4%, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan ini tergolong solvabel, walaupun pada tahun 2012 mengalami kenaikan, tetapi rasio ini masih dikatakan baik dari posisi neraca.b) Rasio Hutang terhadap Modal Sendiri (Debt to Equity Ratio)Berikut interprestasi DAR berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu : Setiap Rp. 1,00 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan, sebanyak 0,93x (2009), 0,76x (2010), 0,64x (2011), 0,72x (2012) dan 0,62x (2013) untuk dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar modal sendiri yang dimiliki perusahaan dijadikan sebagai jaminan untuk keseluruhan hutang, Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tergolong kurang solvable karena total hutang yang dimiliki oleh perusahaan hamper sebanding dengan modal saham sendiri.

4. Rasio Profitasbilitas. a) GPM, OPM, dan NPMBerikut adalah interprestasi GPM (Gross Profit Margin) berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu : Perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 1,03% (2009), 2,53% (2010), 2,82% (2011), 3,39% (2012) dan 3,35% (2013) dari penjualan. Dari hasil interprestasi, dapat disimpulkan bahwa GPM pada perusahaan ini mengalami kenaikan dari tahun 2009 sampai tahun 2012, tetapi kenaikan tersebut tidak terlalu tinggi, sedangkan pada tahun 2013 GPM perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,04%, jika dilihat secara keseluruhan dapat dikatakan perusahaan ini tergolong kurang kinerja keuangannya, karena laba yang dihasilnya sangat sedikit dari tahun ke tahun. Berikut adalah interprestasi OPM (Operational Profit Margin) berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu:Perusahaan menghasilkan laba operasional sebesar -1,95% (2009), -0,36% (2010), -0,34% (2011), 0,31% (2012), dan -0,05% (2013) dari penjualan. Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2009 sampai tahun 2013 perusahaan terus mengalami kerugian, walaupun pada tahun 2012 meningkat sedikit laba operasionalnya, tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan drastic, menandakan bahwa perusahaan mengalami tingkat kebangkrutan yang tinggi, karena beban yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan pendapatan operasionalnya.Berikut adalah interprestasi NPM (Net Profit Margin) berdasarkan data laporan keuangan diatas, yaitu: perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar -1,81 (2009), -0,57 (2010), -0,36% (2011), 0,41% (2012), dan 0,56% (2013) dari penjualan. Dari hasil interprestasi, dapat disimpulkan bahwa NPM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dari tahun 2009 yang mengalami kerugian meningkat menjadi menghasilkan laba bersih sebesar 0,56% pada tahun 2013, tetapi perusahaan pada rasio ini tergolong tidak sehat kinerja keuangannya walaupun pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan, tetapi peningkatan tersebut masih sangat kecil.

b) ROA dan ROEBerikut ini interprestasi untuk ROA berdasarkan data Laporan keuangan diatas, yaitu : Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar -4,04% (2009), -1,53% (2010), -0,98% (2011), 1,06% (2012), dan 1,05 (2013) dari total asset. Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai Rasio ROA yang sangat rendah dari tahun ke tahun, walaupun pada tahun 2012 dan 2013 mengalami sedikit peningkatan, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini mempunyai kinerja keuangan yang tidak sehat.Berikut ini interprestasi untuk ROE berdasarkan data Laporan keuangan diatas, yaitu :Perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar -7,77% (2009), -2,69% (2010), -1,60% (2011), 1,83% (2012), dan 1,71 (2013) dari modal saham. Dari hasil interprestasi dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai Rasio ROE yang sangat rendah dari tahun ke tahun, walaupun pada tahun 2012 dan 2013 mengalami sedikit peningkatan, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini mempunyai kinerja keuangan yang tidak sehat.

c) EPS (Earning Per Share)Untuk tahun 2009 sampai tahun 2013 perusahaan ini tidak mempunyai nilai EPS karena Perusahaan Sat Nusapersada mengalami kerugian yang besar sehingga tidak mempunyai nilai EPS.

5. Rasio Pasara) PER dan P/BVBerikut interprestasi PER berdasarkan data Laporan keuangan diatas, yaitu: Harga saham perusahaan sebesar -11,24x (2010), -20,39x (2011), 18,68x (2012), 10,07x (2013), dan 9,46x (awal jan 2014) laba per lembar saham. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 PER perusahaan berada di bawah rata-rata industry, artinya bahwa perusahaan mempunyai pertumbuhan yang kurang baik dari tahun ke tahun. Selanjutnya Untuk interprestasi P/BV adalah sebagai berikut : Harga saham perusahaan sebesar 0,31x (2010), 0,33x (2011), 0,34x (2012), 0,23x (2013), dan 0,22x (awal jan 2014) dari nilai buku saham. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa P/BV dari tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan sedangkan pada tahun 2013 dan awal januari 2014 mengalami penurunan. sehingga dapat dikatakan perusahaan mempunyai pertumbuhan kurang baik.

c) Devidend, Devidend Payout Ratio, dan Devidend YieldUntuk Devidend, Devidend Payout Ratio, dan Devidend Yield pada perusahaan adalah nol (0%), karena perusahaan tidak membagikan deviden selama lima tahun tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai pertumbuhan yang tidak baik dari tahun ke tahun dan mengalami kerugian.Page 1