Ko Pelan

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah proses bergabung nya sperma dan ovum (gamet pria dan wanita) untuk menciptakan suatu sel tunggal yang disebut dengan zigot , yang kemudian menggandakan diri berkali-kali melalui pembelahan sel untuk menjadi lahir (Papalia, 2008). Pada wanita hamil terdapat tanda dan gejala yaitu amenore (wanita hamil yang tidak haid lagi), nausea (enek), mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu), pingsan, payudara membesar dan tegang, anoreksia (tidak nafsu makan), sering kencing, obstipasi (sulit buang air besar), pigmentasi kulit (biasanya terjadi pada pipi, hidung dan dahi), pigmentasi kulit, vasrises (Jannah, 2013). Kehamilan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis maupun psikis yang tentunya memerlukan adaptasi bagi wanita yang sedang mengalaminya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat (Mansur, 2009). Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi tiga tribulan (triwulan) pertama (0-12 minggu), tribulan (triwulan) kedua (13-28 minggu), tribulan (triwulan) ketiga (20-40 minggu) (Manuaba, 2009). Menurut data hasil survei National sleep Foundation (2007), 78% wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur dan 97,3% dan wanita hamil trimester tiga selalu terbangun dimalam hari. Rata-rata 3-11 kali setiap malam.Penelitian yang dilakukan University of California di San Francisco menemukan fakta, wanita yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki kemungkinan menjalani operasi

description

berbagii

Transcript of Ko Pelan

Page 1: Ko Pelan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah proses bergabung nya sperma dan ovum (gamet pria dan wanita) untuk menciptakan suatu sel tunggal yang disebut dengan zigot , yang kemudian menggandakan diri berkali-kali melalui pembelahan sel untuk menjadi lahir (Papalia, 2008). Pada wanita hamil terdapat tanda dan gejala yaitu amenore (wanita hamil yang tidak haid lagi), nausea (enek), mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu), pingsan, payudara membesar dan tegang, anoreksia (tidak nafsu makan), sering kencing, obstipasi (sulit buang air besar), pigmentasi kulit (biasanya terjadi pada pipi, hidung dan dahi), pigmentasi kulit, vasrises (Jannah, 2013).

Kehamilan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis maupun psikis yang tentunya memerlukan adaptasi bagi wanita yang sedang mengalaminya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat (Mansur, 2009).

Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi tiga tribulan (triwulan) pertama (0-12 minggu), tribulan (triwulan) kedua (13-28 minggu), tribulan (triwulan) ketiga (20-40 minggu) (Manuaba, 2009).

Menurut data hasil survei National sleep Foundation (2007), 78% wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur dan 97,3% dan wanita hamil trimester tiga selalu terbangun dimalam hari. Rata-rata 3-11 kali setiap malam.Penelitian yang dilakukan University of California di San Francisco menemukan fakta, wanita yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki kemungkinan menjalani operasi caesar 4,5 kali lebih besar. Menurut penelitian yang dilakukan University of Medicine and Dentistry of New jersey, New Brunswick, gangguan tidur ini meningkatkan risiko meningginya tekanan darah saat hamil menjadi empat kali lipat. Studi yang dilakukan University of Pittsburgh School of Medicine menunjukkan kualitas dan kuantitas tidur yang buruk akan mengganggu proses kekebalan tubuh. Pada ibu hamil, hal itu akan memperbesar risiko berat bayi lahir rendah, pre-eklamsi dan komplikasi kesehatan lain.

Badan kesehatan dunia memperkirakan ada sekitar 145.000.000 wanita hamil diseluruh dunia dan sekitar 289.000 wanita hamil meninggal saat melakukan persalinan (WHO, 2013). Menurut survey Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, data Ibu hamil di Indonesia mencapai 5.192.427 dan khusus untuk provinsi Lampung 186.372 ibu hamil (BKKBN, 2011). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). Namun menurut Depkes RI tahun 2008 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 420 kasus. Di Indonesia, sekitar 28% kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13% ekslampsi

Page 2: Ko Pelan

atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, 9% partus lama, 11% komplikasi aborsi dan 10% akibat infeksi (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 kasus kematian ibu hamil seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar ( 59,78% ) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 –34 tahun. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain (Depkes RI, 2012). Dari data yang di peroleh jumlah ibu hamil di puskesmas Sidorejo Lampung Timur tahun 2014 berjumlah 185 orang. Ibu hamil primigravida mencapai 78 orang, dan jumlah ibu hamil primigravida trimester III mencapai 38 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur dengan survey dan wawancara, data yang peneliti peroleh dari 10 orang ibu hamil primigravida trimester III, 4 orang diantaranya mengeluhkan sulit untuk bernafas dan merasa tidur nya tidak nyenyak karena posisi tidur yang serba salah karena perut yang besar, sehingga berpengaruh pada kegiatan ibu keesokan harinya seperti menurunya konsentrasi kegiatan ibu disiang hari, serta merasa pusing. Sedangkan 5 ibu hamil yang lain sulit tidur karena mengkhawatiran nasib janin yang sedang dia kandung, mereka mengeluhkan cemas dan takut pada saat memasuki trimester III jika nanti anaknya dilahirkan tidak normal. Hanya seorang ibu yang tidak mengalami kecemasan dan gangguan tidur.

Page 3: Ko Pelan

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, peneliti merasa perlu untuk diadakan penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur. Karena angka kejadian abortus di daerah Sidorejo, Lampung Timur cukup tinggi dan juga TD ibu hamil Trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur cenderung meningkat.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahui tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur

2. Diketahui kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur

Diketahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan di komunitas dan dapat menjadi informasi yang mendukung dalam pembuatan intervensi keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas dan jiwa.

2. Bagi petugas kesehatan

Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi petugas kesehatan di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur dalam rangka mengatasi kecemasan dan kualitas tidur yang buruk untuk ibu hamil.

Page 4: Ko Pelan

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam ruang lingkup kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III.

Page 5: Ko Pelan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Konsep Tidur

a. Pengertian

Tidur merupakam suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau s ensori yang sesuai. Dengan kata lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada urutan siklus yang berulang (Uliyah & Hidayat, 2008).

b. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Aktivitas tidur ini salah satunya diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.

Letak pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terdapat dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Sedangkan, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, nyeri, pendengaran, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan proses pikir dan emosi. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin dan noreoineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya perlepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchonizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Uliyah & Hidayat, 2008).

Page 6: Ko Pelan

c. Tahapan Tidur

Berdasarkan prosesnya, tidur melibatkan dua fase yaitu tidur non-rapid eye movement (NREM) dan tidur rapid eye movement (REM) BSR (Uliyah & Hidayat, 2008).

1) Tidur NREM

Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam sistem pengaktifan retikularis. Tahapan tidur ini disebut juga tidur gelombang lambat (slow wave sleep), karena gelombang otak bergerak dengan sangat lambat.

Tidur NREM terbagi menjadi 4 tahap, yaitu sebagai berikut:

a) Tahap I

Tahap I merupakan tingkat paling dangkal dari tidur dan merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan tanda-tanda vital dan metabolisme secara bertahap, individu yang cenderung rileks, merasa mengantuk serta mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara. Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari total tidur.

b) Tahap II

Tahap II merupakan tahapan ketika individu masuk pada tahap tidur, tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan tahap II termasuk dalam tahap tidur ringan (light sleep). Tahap II normalnya berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari total tidur.

c) Tahap III

Tahap II merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi otot-otot serta perlambatan denyut nadi, frekuensi nafas dan proses tubuh yang lain. Pada tahap III, individu

Page 7: Ko Pelan

cenderung sulit dibangunkan. Tahap III berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

d) Tahap IV

Pada tahap IV merupakan tahap tidur terdalam atau delta sleep. Tahap IV ditandai dengan perubahan fisiologis, yatu EEG gelombang otak melemah serta penurunan denyut jantung, tekanan darah, tonus otot, metabolisme, dan suhu tubuh. Pada tahap ini individu jarang bergerak dan sangat sulit untuk dibangunkan. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

2) Tidur REM

Tidur REM disebut juga tidur paradoks. Pada tahapan ini biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit setelah mulai tidur dan berlangsung selama 5-20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, hal ini dicirikan dari pergerakan mata yang cepat, kecepatan respirasi, fluktuasi jantung dan peningkatan tekanan darah. Pada tidur REM biasanya sebagian besar mimpi terjadi, tidur REM penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur ini juga berperan dalam proses belajar, memori, dan adaptasi. Tidur REM ditandai dengan:

a)Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun tiba-tiba.

b) Sekresi lambung meningkat.

c)Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali menjadi tidak teratur.

d) Terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur pada otot perifer.

e)Mata cepat tertutup dan terbuka.

f) Metabolisme meningkat.

g) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.

d. Faktor yang mempengaruhi tidur

Menurut Iliyah & Hidayat (2008) kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat memengaruhinya adalah :

Page 8: Ko Pelan

1) Penyakit

Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.

2) Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

3) Stress psikologis

Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kecemasan sehingga sulit untuk tidur.

4) Obat

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

5) Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka sescorang tersebut akan mempercepat proses tcrjadinya tidur, karcna dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.

Page 9: Ko Pelan

6) Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

7) Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat mcnimbulkan gangguan proses tidur.

2.1.2 Gangguan Tidur Ibu Hamil

Ada beberapa masalah tidur yang biasanya terjadi pada ibu hamil. Menurut sehatfresh.com, gangguan tidur yang biasanya terjadi pada kehamilan berdasarkan pembagian trimester adalah sebagai berikut:

a. Trimester pertama

Pada trimester pertama ini ibu hamil akan sering terbangun malam karena perubahan sistem perkemihan yang mengharuskan untuk ke kamar mandi untuk melepaskan hasrat ingin buang air kecil. Keluhan sulit tidur biasanya juga muncul karena stres, dimana ibu masih kurang siap menerima kehamilan dan perubahan hormon yang menunjukkan perubahan psikis seperti mudah marah dan sensitif, dan juga mual dan muntah yang mengakibatkan ibu merasa lelah dan pusing.

b. Trimester kedua

Umumnya kualitas tidur mulai membaik karena kurangnya frekuensi berkemih dan juga rasa mual dan muntah, lemas, dan keluhan lainnya pada trimester pertama akan hilang. Tetapi tetap, masalah stres fisik dan emosional yang terjadi selama masa kehamilan bisa cukup mengganggu tidur.

c. Trimester ketiga

Pada trimester ketiga penyebab sulit tidur bukan karena hormon melainkan perubahan fisik, bobot ibu bertambah mengakibatkan punggung terasa pegal, posisi tidur yang salah, dan juga gangguan psikis seperti kecemasan.

Page 10: Ko Pelan

2.1.3 Kualitas Tidur Ibu Hamil

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun. Kepuasan tidur pada masa kehamilan berkurang khususnya pada trimester ketiga, hal ini diakibatkan kondisi fisik ibu hamil yang menyebabkan sulitnya mendapatkan tidur yang dalam. Ketidakpuasan tidur disebabkan tidur yang tidak melewati seluruh tahapan normal baik NREM dan REM (Musbikin, 2005; dikutip Siallagan, 2010).

Kesulitan tidur sering terjadi pada masa kehamilan karena pikiran aktif dan merasa tidak mampu mengendalikan stress bahkan depresi yang dialami berhubungan dengan perubahan fisik terutama pada trimeter ketiga (Eisenberg, 1996; dikutip Siallagan, 2010).

2.1.4 Pengukuran Kualitas Tidur

Buysse et al. (1989) melakukan penelitian tetang pengukuran kualitas tidur. Buysse menggunakan instrumen pengukuran kualitas tidur yang disebut Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI adalah instrumen efektif yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada orang dewasa. Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen tersebut dinilai dalam bentuk 16 pertanyaan dan memiliki bobot penilaian masing-masing sesuai dengan standar baku. Dari 4 pilihan jawaban yang bernilai 0 (untuk tidak pernah/baik sekali), 1 (untuk kurang dari sekali dalam seminggu/baik), 2 (kurang dari dua kali dalam seminggu/buruk), sampai 3 (untuk tiga kali atau lebih dalam seminggu/buruk sekali) (Carney & Edinger, 2010).

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang, membuat seseorang merasa tidak nyaman, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2006).

Kecemasan (anxiety) berorientasi pada masa depan dan bersifat umum, mengacu pada kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran, kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai akan terjadinya sesuatu yang buruk (Halgin & Whitbourne, 2012).

2.2.2 Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Stuart (2006) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon, adapun respon yang ditimbulkan berupa:

Page 11: Ko Pelan

a. Respon fisiologis individu terhadap kecemasan, yaitu:

1) Kardiovaskuler

Respon dari kardiovaskuler dapat berupa palpitasi, jantung berdebar, peningkatan tekanan darah atau dapat juga menurun, rasa mau pingsan, dan denyut nadi menurun.

2) Pernafasan

Respon dari pernafasan dapat berupa nafas menjadi cepat dan dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, dan terengah-engah.

3) Neuromuskuler

Respon dari neuromuskuler dapat berupa refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyang, dan gerakan yang janggal.

4) Gastrointestinal

Respon dari gastrointestinal dapat berupa kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dan diare.

5) Traktus urinarius

Responnya dapat berupa sering berkemih, tidak dapat menahan BAK.

6) Kulit

Respon dari kulit berupa wajah kemerarahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku

Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik diri dari hubungan interpersoanl, menghalangi, dan menghindar dari masalah.

c. Kognitif

Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas dan produktifitas menurun,bingung,

Page 12: Ko Pelan

sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cidera atau kematian.

d. Afektif

Responnya berupa mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang, ketakutan, gugup, dan gangguan tidur.

2.2.3 Faktor Penyebab Kecemasan a. Faktor Predisposisi

Berikut beberapa teori untuk menjelaskan asal ansietas menurut

Stuard & Sudden(2006).

1) Teori Psikoanalitis

Dalam teori psikoanalitis, kecemasan merupakan konflik yang terjadi antara elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya.

2) Teori interpersonal

Teori interpersonal menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal, berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kerentanan terutama individu dengan harga diri rendah.

3) Teori Perilaku

Teori perilaku mengemukakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Teori Keluarga

Teori keluarga menjelaskan bahwa gangguan cemas biasanya terjadi dalam keluarga.

5) Teori Biologis

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam

Page 13: Ko Pelan

gama-aminobutirat (GABA), yang berperan dalam mekanisme biologi yang berhubungan dengan cemas.

b. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus berasal dari sumber internal dan eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri (Stuart, 2006).

1. Ancaman terhadap integritas fisik

Meliputi menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri

Seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi.

2.2.4 Tingkat Kecemasan

Rentang respon kecemasan (Stuart, 2006).

Berikut tingkat kecemasan menurut Stuart (2006).

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya sehingga meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas.

b. Kecemasan Sedang

Page 14: Ko Pelan

Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, menyebabkan lapang persepsi individu menyempit.

c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus pada hal yang rinci dan spesifik, serta tidak bisa berpikir tentang hal lain.

d. Kecemasan Panik

Kecemasan panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Individu mengalami kehilangan kendali.

2.2.5 Kecemasan Ibu Hamil

Menurut Prillia Detiana (2010), kecemasan selama kehamilan adalah:

a. Trimester pertama

Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa penentuan. Penegasan bahwa wanita tersebut sedang mengandung calon manusia. Perubahan dalam harapan-harapan seperti rancangan karier, kebebasan individu dan seorang ibu akan menghinggapi perasaan seseorang wanita saat hamil. Perubahan tersebut akan membuat wanita menjadi gusar, cemas, ketakutan hingga panic.

b. Trimester kedua

Trimester kedua sering dikatakan sebagai “periode pa kesehatan”. Ini disebabkan karena d merasakan lebih baik dan terlepas dari ketidak nyamanan biasanya dialami selama kehamilan. Pada masa ini wanita cenderung untuk memikirkan kesehatan kandungannya, keadaan janin dan berfantasi angan-angan yang akan dicapainya pada kelahiran nanti.

c. Trimester ketiga

Trimester ketiga disebut “periode waspada”. Karena pada saat trimest menunggu kelahiran bayinya. Namun pada periode ini sebagian besar wanita hamil akan merasakan cemas karena sang ibu mengkhawatirkan proses persalinan dan bagaimana anak yang akan dilahirkannya nanti.

2.2.6 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Max Hamilton pertama kali memperkenalkan skala pengukuran kecemasan HARS yang telah digunakan secara luas dalam berbagai penelitian tentang kecemasan (Hamilton Anxiety Rating Scale) (Solehati & Kosasih, 2015), HRS-A

Page 15: Ko Pelan

terdiri dan masing-masing kelompok gejala diberikan nilai 0-4 dengan penilaian sebagai berikut:

a) Nilai 0 : tidak ada gejala atau keluhan

b) Nilai 1 : gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada).

c) Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada).

d) Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada).

e) Nilai 4 : gejala berat sekali (semua gejala yang ada).

2.3 Penelitian Terkait

1. Penelitian Dewi KusumaHubunganIrianaKecemasan (2013) dan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan”. Desain penelitian ini deng deskriptif korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 69 orang, dengan menggunakan tekhnik Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kecemasan dan kenyamanan fisik denga kualitas tidur ibu hamil, dengan nilai p = 0,01.

Page 16: Ko Pelan

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk

mengidentifikasi variable-variabel yang akan diteliti (diamati) yang

berkaitan dengan kontek ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Kerangka Teori

Gambar 2.2

Faktor yang mempengaruhi kualitastidur

1. Penyakit2. Latihan dan kelelahan3. Stress Psikologis

Kecemasan Kualitas Tidur Tidak cemas Baik Ringan Buruk Sedang

Berat Panik

4. Obat 5. Nutrisi 6. Lingkungan 7. Motivasi

Sumber : Uliyah & Hidayat (2008), Stuart (2006).

2.5 Kerangka Konsep

Page 17: Ko Pelan

Kerangka konsep dalam

suatu penelitian adalah

suatu uraian dan visualitas

hubungan atau kaitan

antara konsep-konsep

yang akan diteliti atau

diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2005)

Gambar 2.3

Kerangka Konsep

Independen

Dependen

Page 18: Ko Pelan

Kecemasan

Kualitas tidur

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa peneliti ingin mengetahui “Hubungan tingkat kecemasa primigravida trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur tahun

2015”.

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini adalah:

Page 19: Ko Pelan

Ha: Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur tahun 2015.

Ho: Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur tahun 2015.

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III DI PUSKESMAS SIDOREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015