KLT ok

21

Click here to load reader

Transcript of KLT ok

Page 1: KLT ok

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISA 1

Identifikasi zat dari golongan sulfanamida dengan menggunakan metode

“Kromatografi Lapis Tipis”

Disusun oleh :

Renny Rizki Amaliah – 3311101108

Ayu Nurfitria Rahmi – 3311101109

Pangestu Anggun L – 3311101111

Anas Nurdianto - 3311101124

Farmasi C -2010

LABORATORIUM KIMIA FARMASI ANALISA

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2012

Page 2: KLT ok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan

distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase

diam (padat atau cair) dan fasa gerak (cair atau gas). Kromatografi juga merupakan

pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui

kuantitasnya. Untuk itu kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan

kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tiidak hanya kontrol

kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi

reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material.

Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran

bahan adalah prinsip dasar kromatografi. Pemisahan senyawa biasanya

menggunakan beberap teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian

besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa

menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Kromatografi juga

merupakan hasil analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik

penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-

senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar

dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari

eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi

kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala

kecil.

I.2 Prinsip Percobaan

Berdasarkan metode pemisahan campuran zat secara fisika dan kimia.

Berdasarkan pemisahan Kromatografi lapis tipis yang didasarkan pada adsorpsi

larutan (fase gerak atau eluennya) terhadap adsorben yang digunakan.

Berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan

Page 3: KLT ok

1.3 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui zat yang terkandung dalam sampel.

Untuk menentukan nilai Rf yang terkandung dalam sample.

Untuk Mempelajari dan memahami metode pemisahan dengan metode

kromatografi lapis tipis

BAB II

Page 4: KLT ok

TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen

yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan

fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).Fase gerak

dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan

komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya.

Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan

kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat

dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat

terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang

lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada

tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas

dan elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya

diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya

berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang

didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun

demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari

kromatografi kolom.

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran

menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida

yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis,

Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki

banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi

kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker,

antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Fase gerak

yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena

pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending) atau karena

pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending).

Page 5: KLT ok

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah

dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang

digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih

sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan

setiap saat secara cepat. (1)

Berikut, beberapa jenis kromatografi ;

a. Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)

Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion

atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi

dengan fase stasioner, maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase

stasioner; namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap

(adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning), atau ukuran.

Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat

perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati

kolom. Terdapat beberapa jenis kromatografi cair, diantaranya: reverse phase

chromatography, High Performance Liquid Chromatography (HPLC), size

exclusion chromatography, serta supercritical fluid chromatography.

b. Reverse phase chromatography

Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan

memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat

secara kimia pada padatan inert seperti silika. Metode ini biasa digunakan untuk

proses ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile).

c. High performance liquid chromatography

High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang

mirip dengan reverse phase. Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan

kecepatan yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan

berdiameter kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium

dalam jumlah besar.

Page 6: KLT ok

d. Size exclusion chromatography

Size exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel

permeation atau filtration chromatography biasa digunakan untuk memisahkan dan

memurnikan protein. Metode ini tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan

sangat cepat. Perangkat kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan

molekul besar dan molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu

karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.

e. Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography)

Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa digukanan

untuk pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptida, protein. Metode ini

dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar).

Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan

pertukaran anion (anion exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner

bermuatan negatif; sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner

bermuatan positif. Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati

kolom. Jika muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan

terelusi. Namun jika muatan pada molekul tidak sama dengan kolom, maka molekul

tersebut akan membentuk ikatan ionik dengan kolom. Untuk mengelusi molekul

yang menempel pada kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH dan

kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat selektif dan karena

biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya tinggi, maka metode

ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan.

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.

Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,

fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.

Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending),

atau dengan cara elusi 2 dimensi.

Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan

ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

Page 7: KLT ok

BAB III

METEDOLOGI PERCOBAAN

III. 1. Alat Percobaan

1. Bejana kromatografi

2. Plat kromatografi

3. Pipa kapiler

4. Pipet tetes

5. Plat tetes

6. Botol semprot

III. 2. Bahan Percobaan

1. Sample yang berisi dua zat golongan sulfanamida

2. Pembanding :

Sulfadiazin

Sulfametoksazol

Sulfadimidin

3. Eluen

4. Pembercak (P-DAB HCl)

III. 3. Cara Kerja

1. Disiapkan bejana kromatografi

2. Dimasukkan eluen yang berisi metanol : CHCl3 dengan perbandingan 5 : 95,

kemudian dijenuhkan selama ± 30 menit sebagai fase gerak.

3. Disiapkan plat kromatografi berupa alumunium silika gel

4. Ditotolkan sample dengan menggunakan pipa kapiler , kemudian

pembanding juga ditotolkan (diameter ± 3 mm)

5. Dilakukan proses elusidasi dengan kemiringan plat 45 A atau tegak lurus

Page 8: KLT ok

6. Dideteksi noda atau bercak dengan menggunakan pereaksi penampak bercak

pDAB HCl dengan cara di semprotkan pada jarak 30 cm.

7. Diukur jarak elusi yang terjadi,

8. Dihitung Rf dari masing-masing zat, dihitung Rg dan zat diidentifikasi.

Page 9: KLT ok

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

IV.1 Tabel pembanding dan zat

No

.

Titik Zat

1. Pembanding 1 Sulfadiazin

2. Pembanding 2 Sufametoksazol

3. Pembanding 3 Sulfadimidin

4. Zat Sampel

IV.2 Tabel Rf dan jarak bercak

Zat Jarak (cm) Keterangan Rf

Sulfadiazin 1,1 Pembanding 1 O,175

Sulfametoksazol 1,3 Pembanding 2 0,206

Sulfadimidin 1,4 Pembanding 3 0,222

Sampel 1 1,2 Sampel 1 0,190

Sampel 2 1,5 Sampel 2 0,238

IV.3 Tabel Rg

Sample 1 Sample 2

Rfs1 Rf Rg

Pembanding

yang

digunakan

Rfs2 Rf Rg

Pembanding

yang

digunakan

0,190

0,175 1,086 Sulfadiazin

0,238

0,175 1,36 Sulfadiazin

0,206 0,922 Sulfametoksazol 0,206 2,156 Sulfametoksazol

0,222 0,856 Sulfadimidin 0,222 1,072 Sulfadimidin

Page 10: KLT ok

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam kegiatan praktikum kali ini, kami melakukuan praktikum mengenai

Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi lapis tipis merupakan salah

satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan

komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerja dari

kromatogradi lapis tipis ini yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran

antara sampel dengan pelarut yang digunakan. metode ini menggunakan fase diam dari

bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin

dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Eluen,

berfungsi untuk membawa komponen campuran agar terpisah dan menjenuhkan bejana,

agar proses elusi bisa berjalan dengan baik. Dalam prosesnya kami menggunakan 3

pembanding yaitu sulfadiazin, sulfametoksazol dan sulfadimidin. Adapun eluen yang

digunakan terdiri dari metanol dan kloroform dengan perbandingan 9: 95.

Plat yang digunakan harus terlebih dahulu diberi tanda batas di bagian bawah dan

bagian atas dari plat tersebut. Setelah itu sample ditotolkan pada plat yang kemudian di

masukkan ke dalam chamber. berjalannya proses kromatografi ditandai dengan adanya

aliran eluen mulai batas bawah hingga selesai ketika eluen berada di batas atas dari plat

yang telah ditandai.

Kemudian, plat yang telah mengalami proses kromatografi di spray dengan

pereaksi penampak bercak atau noda yaitu P- DAB HCl. Beberapa saat setelah

penyemprotan timbul bercak berwarna kuning jingga dengan jarak yang berbeda dari

masing-masing zat. Dari hadil tersebut, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk

memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat

nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai

nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu

komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf

dapat dihitung dengan rumus berikut :

Page 11: KLT ok

Rf = jarak bercakjarak eluen

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya

senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel

yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila

senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat

kromatografi lapis tipis.

Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila

identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama atau memiliki selisih yang tidak terlalu

jauh, maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau

mirip dengan pembanding. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat

dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.

Jika nilai Rf sudah didapat, maka kita dapat menetukan Rg (rentang fase gerak) dengan

perhitungan :

Rg = Rf sample

Rf zat pembanding

Karena pada sample terdapat dua zat, maka terlihat ada dua bercak yang memiliki jarak

berbeda, namun dalam satu jalur. Dari perhitungan Rg, dapat diketahui bahwa sample 1

merupakan sulfametoksazol dengan Rg 0,922 dan sample 2 adalah sulfadimidin dengan

Rg 1,072.

Dalam kromatografi, fasa diam yang polar akan mengikat lebih kuat komponen

yang relatif polar, sedangkan fasa diam yang tak polar akan mengikat lebih kuat

komponen-komponen yang juga tak polar. Hal yang sama berlaku bagi fasa gerak; fasa

gerak yang polar akan melarutkan lebih baik komponen yang juga polar, sebaliknya fasa

gerak yang tak polar akan melarutkan relatif lebih baik komponen yang juga tak polar.

Dari referensi, diketahui bahwa kloroform bersifat semipolar dan metanol bersifat

nonpolar. Sementara, golongan sulfanamida sendiri bersifat nonpolar. Karena pada

praktikum ini eluen yang digunakan bersisi kloroform yang lebih banyak dibandingkan

dengan metanol, maka jarak bercaknya tidak terlalu jauh. Hal tersebut dikarenakan

sulfanamida bersifat nonpolar dan kloroform bersifaat semipolar. Semakin dekat

Page 12: KLT ok

kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase

gerak tersebut.

BAB VI

KESIMPULAN

1. Sample teridentifikasi sebagai sulfametoksazol dengan Rg = 0,922 dan

sulfadimidin dengan Rg = 1,072

2. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan

semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

Page 13: KLT ok

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta.

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi.

Penerbit ITB. Bandung.

Skoog DA, West DM, Holler FJ. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry.

7th edition. New York: Saunders College Publishing.

Kaiser E, Colescott RL, Bossinger CD, Cook PI. 1970. Color test for detection

of free terminal amino groups in the solid-phase synthesis of peptides. Anal

Biochem

Page 14: KLT ok

LAMPIRAN

1. Perhitungan

1. Rf =jarak bercakjarak eluen

Rf1 = 1,16,3

=0,175

Rf2 = 1,36,3

=0,206

Rf3 = 1,46,3

=0,222

Rfs1 = 1,26,3

= 0,190

Rfs2 = 1,56,3

= 0,238

2. Rg = RfsRf

Sampel 1 :

Rg s1-1 = Rfs 1Rf 1

=0,1900,175

=1,086

Rg s1-2 = Rfs 1Rf 2

=0,1900,206

=0,922

Rg s1-3 = Rfs 1Rf 3

=0,1900,222

=0,856

Sampel 2

Rg s2-1 = Rfs 2Rf 1

=0,2380,175

=1,36

Rg s2-2 = Rfs 2Rf 2

=0,2380,206

=1,156

Page 15: KLT ok

Rg s2-3 = Rfs 2Rf 3

=0,2380,222

=1,072

2. Gambar hasil kromatografi lapis tipis

Page 16: KLT ok