KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan

7
Humaira virda ayuni Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan pada perbadaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fase yang berbeda. Fase diam adalah fase yang tidak bergerak, sedangkan fase gerak adalah fase yang bergerak melalui fase diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Pada praktikum yang telah dilakukan, digunakan metode kromatografi lapis tipis dengan senyawa senyawanya yaitu CoCl 2 .6H 2 O, ZnSO 4 .7H 2 O, MnSO 4. 4H 2 O, NiSO 4 .6H 2 O. percobaan ini bertujuan untuk memisahkan logam dari larutan dan menentukan nilai Rfnya. Pada percobaan yang telah dilakukan fase diam yang digunakan adalah plat tipis alumunium yang dilapisi silika yang berfungsi untuk tempat berjalannya adsorben sehingga proses migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut didalam dua fasa yang berbeda. Sedangkan fase gerak yang digunakan adalah HCl-air-aseton.

Transcript of KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan

Page 1: KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan

Humaira virda ayuni

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak

digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap

untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk

menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa

kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah

yang tertutup (Chamber)

Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan

pada perbadaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fase yang

berbeda. Fase diam adalah fase yang tidak bergerak, sedangkan fase gerak adalah fase yang

bergerak melalui fase diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan.

Pada praktikum yang telah dilakukan, digunakan metode kromatografi lapis tipis dengan

senyawa senyawanya yaitu CoCl2.6H2O, ZnSO4.7H2O, MnSO4.4H2O, NiSO4.6H2O. percobaan ini

bertujuan untuk memisahkan logam dari larutan dan menentukan nilai Rfnya. Pada percobaan

yang telah dilakukan fase diam yang digunakan adalah plat tipis alumunium yang dilapisi silika

yang berfungsi untuk tempat berjalannya adsorben sehingga proses migrasi dan distribusi

senyawa atau ion-ion tersebut didalam dua fasa yang berbeda. Sedangkan fase gerak yang

digunakan adalah HCl-air-aseton.

Hal yang dilakukan pertama yaitu melarutkan padatan yang mengandung logam dengan

HCl. Sampel-sampel harus dilarutkan agar agar dapat menempel dengan plat tipis dan dapat

diuraikan menjadi bentuk-bentuk ionnya. Dalam bentuk padatannya, Co berwarna merah

keunguan, Ni berwana hijau toska, Mn tak berwarna, dan Zn berwarna hijau muda kekuningan.

Padatannya memiliki warna akibat adnya electron yang tidak habis bereaksi dalam logam. Pada

bentuk padatannya semua berbentuk Kristal serbuk dan ukurannya tidak terlalu kecil atau tidak

halus. Tiap-tiap padatan yang mengandung logam diloarutkan dengan HCl 2 M dalam wadah

terpisah. Direaksikan dengn larutan HCL bertujuan agar senyawa-senyawa tersebut terurai

menjadi bentuk-bentuk ionnya yaitu ion Mn2+ larutan berwarna bening, Zn2+ larutan sedikit

kuning pucat. Co2+ larutan berwarna merah dan Ni2+ larutan berwarna hijau terang.

Page 2: KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan

Setelah larutan siap kemudian plat tipis digunting dengan panjang 7 cm dan lebar 4 cm

dan diberi batas atas dan bawah sepanjang 1 cm dengan menggunakan pensil. Hal ini bertujuan

agar kita mengetahui dimana tempat penetesan sampel dan batas akhir eluen bergerak. Dalam

penandaan tidak digunakan tinta karena pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya

kromatogram terbentuk. Hal ini dapat mempengaruhi proses pengelusian senyawa sampel.

Setelah plat siap warna atau larutan yang berisi tiap-tiap senyawa diteteskan pada batas bawah

dengan jarak tertentu agar tiap senyawa tidak saling bercampur. Penetesan atau penotolan larutan

menggunakan mikropipet agat tidak merusak pipet.

Untuk eluen digunakan campuran Air-Aseton-HCl karena campuran ini bersifat polar dan

senyawanya juga bersifat polar sehingga ion-ion logam dapat berjalan karena sifat kepolarannya

yang sama.semua jenis kromatografi kertas dan lapis tipis fasa geraknya adalah eluan sedangkan

fasa diamnya adalah plat yang dilapisi adsorben tertentu. Kedua jenis kromatografi ini

menggunakan aksi kapilaritas untuk menggerakkan pelarut melalui fasa diam. Semua jenis

kromatografi melibatkan proses kesetimbangan molekul-molekul yang dinamis dan cepat

diantara 2 fasa (diam dan gerak). Kesetimbangan diantara kedua fasa tersebut bergantung pada 3

faktor: 1. Kepolaran dan ukuran molekul yanga akan dipisahkan, 2. Kepolaran fase diam, 3.

Kepolaran fasa gerak.

Terbentuknya 2 fasa antara HCl dan Aseton dipengaruhi adanya perbedaan massa

molekul dari larutan . gabunga dari HCl-Aseton-Air membentuk larutan yang tidak berwarna.

Plat yang sudah siap dimasukkan dalam gelas kimia yang telah terisi eluen. Penggunaan

larutan HCl karena larutan HCl dapat mengikat sampel dan membawanya menuju garis akhir

plat dengan bantuan aseton yang merupakan zat organik yan mudah menguap. Gelas kimia

ditutup untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut.

Kondisi dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Penjenuhan udara dalam

gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut dan mempercepat pergerakan

komponen-komponen dari sampel. zat-zat berwarna dapat dilihat secara langsung, namun ada

beberapa zat yang harus menggunakan reagen penyemprot untuk melihat bercak suatu zat.

Ninhidrin sering digunakan untuk zat anorganik sehingga bercak noda terlihat jelas, dan

pengukuran Rf mudah dilakukan. Penyemprotan reagen berfungsi untuk memunculkan warna

disebabkan adanya ion lo gam yang dapat membentuk kompleks ketika bereaksi dengan reagen.

Page 3: KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan

Banyak eluen yang digunakan harus di bawah garis pembatas hal ini bertujuan untuk ion

yang bergerak pada saat sudah ditotolkan dapat bergerak tanpa bercampur dengan pelarut. pada

saat noda bergerak warnanya akan semakin pudar dan tak terlihat hal ini karena zat tersebut

terbawa oleh eluen sehingga kepekatan warnanya makin jauh makin memudar setelah eluen

mencapai batas akhir, plat diangkat dan dikeringkan. Kemudian disemprot dengan ninhidrin agar

warna nampak sehingga jarak noda dari awal sampai akhir dapat ditentukan. Meskipun setelah

disemprot ninhidrin warnanya Nampak namun tidak terlihat tajam. Hal ini diakibatkan karena

ninhidrin biasanya lebih tepat digunakan untuk mendeteksi asam amino. Seetelah dikeringkan

nilai Rf dari masing-masing senyawa ditentukan. Nilai Rf Mn2+ = 0,22 Zn2+ = 0,22 Co2+ = 0,48

Ni2+ = 0,16. Sedangkan pada literatur nilai Rf dari masing masing logam adalah Nilai Rf Mn2+ =

0,25 Zn2+ = 0,9 Co2+ = 0,55 Ni2+ = 0,1. Nilai Rf yang besar menunjukan bahwa daya pisah zat

yang dilakukan solvent (eluennya) maksimum sedangkan jika solvent (eluennya) minimum,

ditunjukkan dengan nilai Rf yang kecil. Dari keempat logam hanya logam Zn yang hasilnya

tidak mendekati hasil literature. Keakuratan hasil pemisahan dengan metode kromatografi

bergantung pada beberapa faktor berikut:

1. Pemilihan adsorben sebagai fasa diam

2. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai fasa gerak

3. Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlah material yang akan

dipisahkan.

4. Laju elusi atau aliran fasa gerak.

Kromatografi lapis tipis lebih efektif digunakannya dibandingkan dengan kromatografi

kertas (KK)karena penyusun dari adsorbens KK berupa selulosa (dalam kertas)yang dapat

mengikat air, sehingga ketika di elusi dengan suatu pelarut atau fase gerak, noda yang dihasilkan

mengalami penyebaran akibat adanya gugus –OH dalam adsorban yang masih tertinggal dalam

fasa diamnya, sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak

bulat. Sedangkan dalam KLT adsorban yang digunakan berupa silika gel (SiO2) yang tidak

mengikat molekul air, sehingga noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam.

Page 4: KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan

Kesimpulan

Dari percobaan dapat diketahui nilai Rf dari masing-masing sampel sebagai berikut:

Rf Mn adalah Mn = 0,22

Rf adalah Ni = 0,16

Rf adalah Co = 0,48

Rf adalah Zn = 0,22.

Pemisahan menggunaka KLT bergantung pada fasa gerak dan fasa diamnya. Fasa gerak

dalam praktikum ini larutan Aseton-Air-HCl dan fasa diamnya plat silica. Kecepatan dan

ketelitian Rf yang di dapatkan bergantung kepada kepolaran fasa diam dan fasa gerak

serta ukuran molekul

Logam yang hasilnya tidak sesuai dengan literatur adal logam Zn.

Daftar Pustaka

Day,RA. Underwood. 2001. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta:Gramedia.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia, Jakarta

Khopkar.2002.”Konsep Dasar Kimia Analitik”.UI-Press:Jakarta.

Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Padang.

Zaenudin.Misbah.2012.Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Available at

http://m7z4science.blogspot.com/2013/01/laoporan-praktikum-kromatografi-

lapis.html di akses pada 13-3-2015.