KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan
-
Upload
humairavirdaayuni -
Category
Documents
-
view
244 -
download
1
Transcript of KLT Humaira Virda Ayuni Pembahasan
Humaira virda ayuni
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak
digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap
untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk
menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa
kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah
yang tertutup (Chamber)
Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan
pada perbadaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fase yang
berbeda. Fase diam adalah fase yang tidak bergerak, sedangkan fase gerak adalah fase yang
bergerak melalui fase diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan.
Pada praktikum yang telah dilakukan, digunakan metode kromatografi lapis tipis dengan
senyawa senyawanya yaitu CoCl2.6H2O, ZnSO4.7H2O, MnSO4.4H2O, NiSO4.6H2O. percobaan ini
bertujuan untuk memisahkan logam dari larutan dan menentukan nilai Rfnya. Pada percobaan
yang telah dilakukan fase diam yang digunakan adalah plat tipis alumunium yang dilapisi silika
yang berfungsi untuk tempat berjalannya adsorben sehingga proses migrasi dan distribusi
senyawa atau ion-ion tersebut didalam dua fasa yang berbeda. Sedangkan fase gerak yang
digunakan adalah HCl-air-aseton.
Hal yang dilakukan pertama yaitu melarutkan padatan yang mengandung logam dengan
HCl. Sampel-sampel harus dilarutkan agar agar dapat menempel dengan plat tipis dan dapat
diuraikan menjadi bentuk-bentuk ionnya. Dalam bentuk padatannya, Co berwarna merah
keunguan, Ni berwana hijau toska, Mn tak berwarna, dan Zn berwarna hijau muda kekuningan.
Padatannya memiliki warna akibat adnya electron yang tidak habis bereaksi dalam logam. Pada
bentuk padatannya semua berbentuk Kristal serbuk dan ukurannya tidak terlalu kecil atau tidak
halus. Tiap-tiap padatan yang mengandung logam diloarutkan dengan HCl 2 M dalam wadah
terpisah. Direaksikan dengn larutan HCL bertujuan agar senyawa-senyawa tersebut terurai
menjadi bentuk-bentuk ionnya yaitu ion Mn2+ larutan berwarna bening, Zn2+ larutan sedikit
kuning pucat. Co2+ larutan berwarna merah dan Ni2+ larutan berwarna hijau terang.
Setelah larutan siap kemudian plat tipis digunting dengan panjang 7 cm dan lebar 4 cm
dan diberi batas atas dan bawah sepanjang 1 cm dengan menggunakan pensil. Hal ini bertujuan
agar kita mengetahui dimana tempat penetesan sampel dan batas akhir eluen bergerak. Dalam
penandaan tidak digunakan tinta karena pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram terbentuk. Hal ini dapat mempengaruhi proses pengelusian senyawa sampel.
Setelah plat siap warna atau larutan yang berisi tiap-tiap senyawa diteteskan pada batas bawah
dengan jarak tertentu agar tiap senyawa tidak saling bercampur. Penetesan atau penotolan larutan
menggunakan mikropipet agat tidak merusak pipet.
Untuk eluen digunakan campuran Air-Aseton-HCl karena campuran ini bersifat polar dan
senyawanya juga bersifat polar sehingga ion-ion logam dapat berjalan karena sifat kepolarannya
yang sama.semua jenis kromatografi kertas dan lapis tipis fasa geraknya adalah eluan sedangkan
fasa diamnya adalah plat yang dilapisi adsorben tertentu. Kedua jenis kromatografi ini
menggunakan aksi kapilaritas untuk menggerakkan pelarut melalui fasa diam. Semua jenis
kromatografi melibatkan proses kesetimbangan molekul-molekul yang dinamis dan cepat
diantara 2 fasa (diam dan gerak). Kesetimbangan diantara kedua fasa tersebut bergantung pada 3
faktor: 1. Kepolaran dan ukuran molekul yanga akan dipisahkan, 2. Kepolaran fase diam, 3.
Kepolaran fasa gerak.
Terbentuknya 2 fasa antara HCl dan Aseton dipengaruhi adanya perbedaan massa
molekul dari larutan . gabunga dari HCl-Aseton-Air membentuk larutan yang tidak berwarna.
Plat yang sudah siap dimasukkan dalam gelas kimia yang telah terisi eluen. Penggunaan
larutan HCl karena larutan HCl dapat mengikat sampel dan membawanya menuju garis akhir
plat dengan bantuan aseton yang merupakan zat organik yan mudah menguap. Gelas kimia
ditutup untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut.
Kondisi dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Penjenuhan udara dalam
gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut dan mempercepat pergerakan
komponen-komponen dari sampel. zat-zat berwarna dapat dilihat secara langsung, namun ada
beberapa zat yang harus menggunakan reagen penyemprot untuk melihat bercak suatu zat.
Ninhidrin sering digunakan untuk zat anorganik sehingga bercak noda terlihat jelas, dan
pengukuran Rf mudah dilakukan. Penyemprotan reagen berfungsi untuk memunculkan warna
disebabkan adanya ion lo gam yang dapat membentuk kompleks ketika bereaksi dengan reagen.
Banyak eluen yang digunakan harus di bawah garis pembatas hal ini bertujuan untuk ion
yang bergerak pada saat sudah ditotolkan dapat bergerak tanpa bercampur dengan pelarut. pada
saat noda bergerak warnanya akan semakin pudar dan tak terlihat hal ini karena zat tersebut
terbawa oleh eluen sehingga kepekatan warnanya makin jauh makin memudar setelah eluen
mencapai batas akhir, plat diangkat dan dikeringkan. Kemudian disemprot dengan ninhidrin agar
warna nampak sehingga jarak noda dari awal sampai akhir dapat ditentukan. Meskipun setelah
disemprot ninhidrin warnanya Nampak namun tidak terlihat tajam. Hal ini diakibatkan karena
ninhidrin biasanya lebih tepat digunakan untuk mendeteksi asam amino. Seetelah dikeringkan
nilai Rf dari masing-masing senyawa ditentukan. Nilai Rf Mn2+ = 0,22 Zn2+ = 0,22 Co2+ = 0,48
Ni2+ = 0,16. Sedangkan pada literatur nilai Rf dari masing masing logam adalah Nilai Rf Mn2+ =
0,25 Zn2+ = 0,9 Co2+ = 0,55 Ni2+ = 0,1. Nilai Rf yang besar menunjukan bahwa daya pisah zat
yang dilakukan solvent (eluennya) maksimum sedangkan jika solvent (eluennya) minimum,
ditunjukkan dengan nilai Rf yang kecil. Dari keempat logam hanya logam Zn yang hasilnya
tidak mendekati hasil literature. Keakuratan hasil pemisahan dengan metode kromatografi
bergantung pada beberapa faktor berikut:
1. Pemilihan adsorben sebagai fasa diam
2. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai fasa gerak
3. Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlah material yang akan
dipisahkan.
4. Laju elusi atau aliran fasa gerak.
Kromatografi lapis tipis lebih efektif digunakannya dibandingkan dengan kromatografi
kertas (KK)karena penyusun dari adsorbens KK berupa selulosa (dalam kertas)yang dapat
mengikat air, sehingga ketika di elusi dengan suatu pelarut atau fase gerak, noda yang dihasilkan
mengalami penyebaran akibat adanya gugus –OH dalam adsorban yang masih tertinggal dalam
fasa diamnya, sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak
bulat. Sedangkan dalam KLT adsorban yang digunakan berupa silika gel (SiO2) yang tidak
mengikat molekul air, sehingga noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam.
Kesimpulan
Dari percobaan dapat diketahui nilai Rf dari masing-masing sampel sebagai berikut:
Rf Mn adalah Mn = 0,22
Rf adalah Ni = 0,16
Rf adalah Co = 0,48
Rf adalah Zn = 0,22.
Pemisahan menggunaka KLT bergantung pada fasa gerak dan fasa diamnya. Fasa gerak
dalam praktikum ini larutan Aseton-Air-HCl dan fasa diamnya plat silica. Kecepatan dan
ketelitian Rf yang di dapatkan bergantung kepada kepolaran fasa diam dan fasa gerak
serta ukuran molekul
Logam yang hasilnya tidak sesuai dengan literatur adal logam Zn.
Daftar Pustaka
Day,RA. Underwood. 2001. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta:Gramedia.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia, Jakarta
Khopkar.2002.”Konsep Dasar Kimia Analitik”.UI-Press:Jakarta.
Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Padang.
Zaenudin.Misbah.2012.Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Available at
http://m7z4science.blogspot.com/2013/01/laoporan-praktikum-kromatografi-
lapis.html di akses pada 13-3-2015.