klom fraksinasi
Transcript of klom fraksinasi
8/13/2019 klom fraksinasi
http://slidepdf.com/reader/full/klom-fraksinasi 1/6
EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU)
PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS
Ummu Hani, Dinny Winda Astuti
Abstrak
Salah satu upaya memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak tanpa membuat plant baru adalah dengan
mengoptimalkan plant yang sudah ada dengan menaikkan kapasitas produksinya. Crude Distillation Unit (CDU) sebuah kilang minyak berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi crude oil menjadi gas, SR Top, nafta,
Light Kerosene Distillate (LKD), Light Cold Test (LCT) dan residu.
Ada 4 kolom distilasi pada unit tersebut yang semuanya beroperasi pada tekanan atmosferik
menggunakan tipe kolom valve tray. Unit ini pada kondisi normal berkapasitas feed sebesar 1700 ton/hari.
Namun untuk menjalankannya di atas kapasitas tersebut perlu studi dan simulasi lebih lanjut sebelum bisa
diaplikasikan secara nyata dan juga evaluasi terhadap kinerja peralatan dan unit-unit yang ada di dalamnya serta
pada kualitas produk yang dihasilkan.
Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dan data hasil simulasi yang telah diperoleh, ditinjau dari persen
flooding dari masing-masing kolom masih memungkinkan untuk menaikkan kapasitas feed hingga 120%. Dari
kualitas produknya pun seperti True Boiling Point (TBP) dan cold properties tidak menunjukkan perbedaan
kualitas yang ekstrim. Sehingga Crude Distillation Unit (CDU) tersebut masih dapat beroperasi dengan baik
pada kapasitas 110% dan 120%.
Kata kunci : Simulasi, CDU, kolom fraksinasi, TBP, cold properties, flooding.
I. Pendahuluan
Dewasa ini industri perminyakan memiliki
peran yang besar sebagai industri hulu dalam dunia
industri yang berkembang sangat pesat. Selainuntuk bahan bakar, industri perminyakan
merupakan penyedia bahan baku utama untuk
industri plastik. Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi minyak yang
memang sangat dibutuhkan dalam banyak proses
industri, salah satu solusi yang bisa dilakukan
adalah optimalisasi kilang-kilang minyak yang
sudah ada dengan menaikkan kapasitas produksiunit-unitnya.
Dalam sebuah kilang minyak, merupakan
kombinasi unit-unit proses kimia, seperti reaktor
kimia, kolom distilasi, extractor, evaporator, heatexchanger dan lain sebagainya yang terintegrasi
secara rasional dalam suatu proses untuk mengubah
raw material dan energi yang masuk menjadi
produk yakni bahan bakar.
Di proses tersebut raw material (dalam hal
ini crude oil ) dipompa dari tangki penyimpanan
melalui gas-fired preheater furnace, kedalam
kolom distilasi untuk mengalami proses pemisahan
menjadi produk berguna seperti nafta, kerosene,
light gas oil, heavy gas oil, dan high boiling residu.Proses ini terjadi pada Crude Distillation Unit
(CDU) di salah satu kilang minyak di Indonesia,
pada kilang minyak tersebut terdapat 4 unit Crude
Distillation. Unit-unit sebelumnya telah mengalami
kenaikan kapasitas sehingga perlu studi lanjut
tentang unit berikutnya apabila akan dinaikkan juga
kapasitasnya. Unit yang akan disimulasikan ini
memiliki 4 kolom fraksinasi yang akan
memisahkan fraksi minyak bumi menjadi Gas,
Straight Run Top, nafta, Light Kerosene Destilat
(LKD), Light Cold Test (LCT), serta residu.
Keempat kolom fraksinasi beroperasi
pada tekanan atmosferik dengan menggunakan jenis tray tipe valve tray. Desain awal kapasitas
CDU secara overall adalah 1700 ton/hari yang
sudah disesuaikan dengan desain internal keempat
kolom pada normal operasi. Namun pada unit ini
akan dilakukan penaikan kapasitas mengikuti unit-
unit sebelumnya. Pada desain normal kolom ini
dapat beroperasi dengan hasil optimum. Namun
setelah penaikan kapasitas maka kolom ini akan beroperasi diatas kapasitas desainnya sehingga
diperlukan simulasi proses untuk mengevaluasi
berapa kapasitas maksimum dari CDU serta
mengetahui performa Crude Distillation Unitapabila beroperasi pada over kapasitas.
II. Tinjauan Pustaka
II.1 Deskripsi Proses Kilang Minyak Proses pengolahan minyak pada kilang
minyak secara umum adalah melalui Crude
Distillation Unit (CDU) dimana di unit ini crude
oil akan dipisahkan berdasarkan perbedaan titik
didihnya pada beberapa kolom fraksinasi yangkemudian akan menghasilkan produk seperti gas,
Straight Run Top, nafta, Light Kerosene Destilat
(LKD), Light Cold Test (LCT), serta residu. Produk
nafta dari CDU adalah komponen premium yang
masih mempunyai bilangan oktan rendah sehingga
nafta harus diolah lebih lanjut dalam platforming
unit dengan katalis platina untuk menghasilkan
komponen bensin beroktan tinggi. Sementara
residu yang dihasilkan akan melewati unit
8/13/2019 klom fraksinasi
http://slidepdf.com/reader/full/klom-fraksinasi 2/6
berikutnya dimana pada unit ini fraksi-fraksi residu
akan diolah lebih lanjut.
II.2. Deskripsi Proses Crude Distillaton Unit
(CDU)CDU merupakan bagian unit proses dari
sebuah kilang minyak di Indonesia dengan
kapasitas 1700 ton/hari. Unit ini berfungsi untukmemisahkan fraksi – fraksi dari crude oil . Proses
pengolahannya dilakukan dengan cara memisahkan
fraksi–fraksinya atas dasar perbedaan titik didih
pada tekanan atmosfer.
Feed yaitu crude oil dipompa menuju pre
heater furnace yang kemudian dipompa lagi
menuju furnace dan kemudian masuk ke
evaporator untuk memisahkan crude oil yang
berupa uap dan liquid , produk bawah evaporator
tersebut kemudian dipompa menuju furnace kedua
untuk memanaskannya lagi dan menjadikannya
berfase uap sebelum dimasukkan ke kolom C-4.
Sementara produk atas dari evaporator langusngdialirkan ke kolom C-1 yang kemudian mengalami
proses distilasi pada kolom C-1 menghasilkan
produk atas yang langsung masuk sebagai feed di
kolom C-3, produk bawahnya dialirkan ke kolom
C-4 sebagai feed dan juga aliran refluksuntukkolom C-4. Produk samping C-1 ada yang
langsung dialirkan menuju kolom C-2 dan ada yang
dikembalikan ke kolom C-1 sebagai aliran refluks.
Produk atas kolom C-2 digabungkan dengan
produk samping kolom C-1 yang dialirkan kembali
ke kolom C-1 sebagai aliran refluks, sementara
produk bawahnya yaitu Light Kerosene Distillate
(LKD) langsung dialirkan ke tangki penampung
untuk diolah di unit berikutnya. Pada kolom C-4
terjadi proses distilasi yang menghasilkan produk
atas berupa gas yang ditampung di tangki tertentu
untuk diproses lebih lanjut, produk samping yaitu Light Cold Test (LCT) sebagian langsung
ditampung dan sebagian dikembalikan ke kolom
sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya
adalah residu yang langsung ditampung di tangki
untuk diolah lebih lanjut pada High Vacuum Unit(HVU) untuk memisahkan fraksi-fraksinya. Hal ini
dilakukan karena residu terdiri dari komponen–
komponen yang mempunyai titik didih tinggi,
sehingga bila dilakukan pada tekanan atmosferik
diperlukan temperatur operasi yang tinggi, padahal
pada temperatur tinggi sebagian residu akan
mengalami perekahan.
Produk atas dari kolom C-1 yangdialirkan ke kolom C-3 didistilasi lebih lanjut
menghasilkan produk atas dari kolom C-3 yang
dipisahkan lebih lanjut di dalam separator untuk
menghasilkan off gas, crude butane dan straightrun top. Sementara produk bawahnya dialirkan ke
kolom C-1 sebagai feed dan produk sampingnya
adalah nafta yang sebagian dikembalikan dalam
kolom sebagai aliran refluks dan sebagian lagi
langsung ditampung pada tangki untuk diolah di
unit berikutnya.
II.3. Distilasi
Dalam skala industri, produk dari minyak
bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik
didihnya atau trayek didihnya. Pengelompokan
produk berdasarkan titik didih ini lebih seringdilakukan dibanding pengelompokan berdasarkan
komposisinya. Pengukuran rentang pendidihan
merupakan karakteristi penting dalam industri
kilang minyak bumi karena menunjukkan kualitas
dan kuantitas berbagai fraksi produk yang
terkandung dalam minyak bumi. Pada umumnya
crude oil tersusun dari elemen atau senyawa
sebagai berikut:
84% karbon
14% hidrogen
1 hingga 3% sulfur (hydrogen sulfide,
sulfides, disulfides, elemental sulfur )
kurang dari 1% nitrogen (komponen dasardengan gugus amina)
kurang dari 1% oksigen (ditemukan pada
senyawa-senyawa organik seperti carbon
dioxide, phenols, ketones, carboxylic
acids) kurang dari 1% metal (nickel, iron,
vanadium, copper, arsenic)
kurang dari 1% garam-garaman ( sodium
chloride, magnesium chloride, calcium
chloride).
(G. Deschamps, 2009)
Beberapa metode distilasi yang lazim
digunakan pada skala laboratorium adalah:
a. Distilasi ASTM/Distilasi Engler (ASTM
D-86)
Merupaka distilasi diferensial
sederhana, dimana sampel
minyak bumi dididihkan sampai
habis menguap. Uap yang terjadi
diembunkan dalam kondensor
dan tetes cairan hasil
pengembunan (distilat)
ditampung dalam gelas ukur.
Temperatur uap yang bergerak ke
kondensor dan volume cairan
diukur bersamaan.
Hasil distilasi dapat digunakan
untuk menganalisa minyakmentah.
Analisa cepat.
Banyak digunakan untuk
mengontrol operasi.
Diaplikasikan untuk minyakmentah dan produk-produknya.
Tekanan yang digunakan adalah
tekanan atmosferik.
Pemanasan diatur sedemikian
rupa 5 – 10 menit untuk
memperoleh tetesan pertama,
8/13/2019 klom fraksinasi
http://slidepdf.com/reader/full/klom-fraksinasi 3/6
hasil dikumpulkan dengan
kecepatan 4 – 5 cc per menit.
Temperatur uap tetesan pertamadisebut dengan IBP ( Initial
Boiling Point ).
Temperatur uap maksimum pada
tetesan terakhir disebut End
Point. b. Distilasi Hempel (ASTM D-285)
Prosedur pengujian sama dengan
distilasi Engler, namun dengan kuantitas
sampel lebih banyak. Selain itu peralatan
distilasi Hempel dilengkapi dengan
coloumn packing yang dipasang antara
labu didih dengan saluran uap ke
kondensor. Diatilasi ini dilakukan
berdasarkan metode ASTM D-285 yang
meliputi pemotongan fraksi-fraksi pada
tekanan atmosferik, dilanjutkan pada
tekanan hampa 40 mmHg, dan analisis
terhadap fraksi.
c. Distilasi TBP/True Boiling Point (ASTMD-2892)
Distilasi TBP dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang
menghasilkan derajat fraksionasiminimal. Hal ini dapat dicapai
dengan menggunakan:
1. Kolom yang menghasilkan
kontak sangat baik antara
uap dan cairan refluks.
2. Sarana pembangkit cairan
refluks yang memungkinkan
pengaturan laju alir refluks.
Derajat kemurnian relatif tinggi,
setiap komponen terpisahkandengan baik (dari komponenringan sampai dengan komponen
berat).
Kondisi operasi, tekanan
atmosferik, dan temperatur
sampai dengan 316oC, kemudian
dilanjutkan dengan tekanan
vakum dengan tujuan mencegah
perengkahan fraksi minyak yang
lebih berat.
Volume minyak mentah 1000 –
5000 sehingga volume distilatsetiap fraksi banyak dan cukup
untuk analisa kualitatif.(Van Winkle, 1967 )
II.4. Parameter Kualitas Bahan BakarUntuk mengetahui kualitas suatu bahan
bakar diperlukan beberapa parameter standar.
Setiap industri kilang minyak biasanya mempunyai
rentang nilai tertentu untuk setiap parameter sesuai
dengan target produk yang diinginkan. Beberapa
parameter bahan bakar yang umum digunakan
antara lain:
1. Specific Gravity (s.g)
Suatu angka yang menyatakan
perbandingan berat bahan bakar minyak
pada temperatur tertentu terhadap air pada
volume dan temperatur yang sama.
Parameter ini digunakan untuk
mengetahui seberapa ringan atau berat
produk yang dihasilkan.
2. Flash Point (titik nyala)Angka yangmenyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak dimana akan timbul
pernyalaan api sesaat apabila pada
permukaan minyak tersebut didekatkan
pada nyala api.
3. Pour Point (titik tuang)
Suatu angka yang menyatakan suhu
terendah dari bahan bakar minyak
sehingga minyak tersebut masih dapat
mengalir karena gaya gravitasi.
4. Cetane Number
Parameter ini menyatakan kualitas
pembakaran dari bahan bakar mesin dieselyang diperlukan untuk mencegah
terjadinya diesel knock atau suara pukulan
di dalam ruang pembakaran mesin. Angka
ini merupakan perbandingan antara
volume n-cetane dengan campuran n-cetane + metil naftalena yang nilainya
berkisar antara 40 – 60.
5. Octane Number
Angka ini menyatakan perbandingan antara
senyawa iso-oktan dengan campuran iso-
oktan + n-oktan.
II.5. Pemilihan Aplikasi Termodinamika Untuk
Permodelan ProsesDalam penelitian, begitu juga dengan
simulasi untuk mendekati kondisi simulasi dengan
kondisi lapangan sangat diperlukan pemilihanmodel termodinamika yang paling akurat. Sebagai
acuan pemilihan model termodinamika ditampilkan
pada tabel 2.2
Dalam tabel 2.1 pemilihan model
termodinamika dipengaruhi oleh sistem kimia.Untuk mendapatkan model yang paling akurat
pemilihan juga dipengaruhi oleh kondisi operasi
(tekanan dan temperatur) terutama untuk proses
dalam fase gas.
8/13/2019 klom fraksinasi
http://slidepdf.com/reader/full/klom-fraksinasi 4/6
III. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagi
berikut:
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
III.2 Simulasi Crude Distillation Unit pada
kapasitas 100% design
Dalam penelitian ini digunakan software
HYSYS v 3.2 dalam pengerjaannya, dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Pengambilan Data OperasiPengambilan data operasi dimaksudkan
untuk memasukkan semua data yang
diperlukan untuk melakukan simulasi.
Data tersebut diambil dari Crude
Distillation Unit salah satu kilang minyak
di Indonesia yang meliputi:
- Tekanan operasi kolom
distilasi- Jumlah tray kolom distilasi
unit CDU
- Laju alir feed dan produk
- Temperatur feed dan produk - Data assay crude oil
- Data fraksi dan laju alir
recycle feed
2. Pemilihan Model Termodinamika ( Fluid
Package)
Agar program simulasi dapat berjalan dan
mendekati kondisi lapangan harus
dilakukan pemilihan model
termodinamika secara baik. Pemilihan
model termodinamika mengikuti acuan
pada artikel Applied Thermodynamics for
Process Modelling yang ditulis oleh Chen
dan Mathias, 2002. ModelThermodinamika yang akan dipilih adalah
metode Peng-Robinson, karena umum
digunakan untuk oil processing dan juga
sesuai dengan komponen-komponen yang
terlibat dan kondisi operasi.
3. Tahap Permodelan dan Penyerdehanaan
Unit-Unit Proses
Permodelan dan penyerdehanaan proses
meliputi:
- Penyesuaian model dengan
paket Oil Manager di
HYSYS
- Penyesuaian kebutuhan peralatan dengan peralatan
yang dimiliki HYSYS
4. Pengujian (validasi) program simulasi
Pengujian model berfungsi untuk
memastikan apakah model yang disusundengan pendekatan dan asumsi-asumsi
yang digunakan dapat mewakili keadaan
yang sebenarnya. Pengujian model
menggunakan data plant test yang didapat
dari pabrik dengan mensimulasikan Crude
Distillation Unit pada program HYSYS
dengan kapasitas 100% design.
Apabila pada saat validasi, data
tidak sesuai dengan data yang diharapkan,
maka kembali dilakukan permodelan unti-
unit proses. Yaitu dengan cara mengecek
kembali kondisi operasi pada setiap unityang ada pada simulasi.
III.2 Evaluasi pada variable over kapasitas yang
telah ditentukanDilakukan dengan mensimulasikan Crude
Distillation Unit pada variabel kapasitas yang telah
ditentukan yaitu 110% design dan 120% design
dengan menggunakan model simulasi yang telah
dibuat (pada point 4) kemudian mengevaluasi
sesuai parameter kinerja yang telah ditentukan
yaitu:
1. Kondisi operasi (meliputi P, T aliran
produk dan peralatan)2. Kualitas produk meliputi:
True Boiling Point
Specific Gravity
Cetane Number
Octane Number
Flash Point
Pour Point
Start
Pengambilan data operasi
Pemilihan model thermodinamika
Validasi
Permodelan unit-unit proses
Pengujian/validasi hasil simulasi
Evaluasi
Selesai
TIDAK
YA
8/13/2019 klom fraksinasi
http://slidepdf.com/reader/full/klom-fraksinasi 5/6
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
IV.1 Hasil Validasi dan SimulasiValidasi model bertujuan untuk
memastikan apakah model yang dibuat sudah dapat
mewakili keadaan yang sebenarnya. Dari data-data
yang diperoleh dari plant test , serta disesuaikan
dengan PDF yang telah ada dari plant maka
dilakukan simulasi pada software HYSYS untukkapasitas CDU 100% actual dengan menginputkan
data-data kondisi operasi yang diperlukan untuk
proses konvergensi keseluruhan unit dan kolom-
kolom yang meliputi:
Data Assay feed, P, T dan rate masuk
kolom.
Data fraksi recycle feed, P, T dan rate
recycle feed.
Tekanan pada masing-masing kolom.
Kondisi operasi peralatan-peralatan
penunjang.
Selain data-data diatas juga diperlukaninputan data lain sebagai specified variable, dimana
merupakan variabel yang diperlukan oleh HYSYSsebagai syarat dari proses konvergensi agar degree
of freedom dari model tersebut sama dengan nol.
Data yang diinputkan sebagai specified variable
adalah rate draw beberapa produk samping
masing-masing kolom.
Proses perhitungan dalam program
HYSYS menggunakan metode jacobie, dimana
selain membutuhkan inputan specified variable
yang akan menjadi batas atau target dari proses
running juga diperlukan inputan dari estimatedvariable. Variabel ini tidak menentukan batas
proses running namun dengan menentukan variabel
tersebut akan mempercepat proses konvergensi.
Sehingga semakin banyak dan benar data yangdiinputkan maka titik konvergensi juga akansemakin cepat tercapai.
Setelah model konvergen maka dilakukan
validasi hasil simulasi. Validasi dilakukan dengan
membandingkan data hasil simulasi dengan data
hasil plant test .
Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa
ada beberapa variabel hasil simulasi yang nilainya
memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh
dibandingkan dengan plant test nya sehingga
harga-harga tersebut masih cukup valid karena jika
dihitung persen erornya tidak terlalu besar dan
masih bisa ditoleransi. Namun untuk produk LCT
dan residu tedapat perbedaan yang cukup tinggi
namun masih dalam batas toleransi, hal ini
disebabkan faktor pembulatan pada perhitungan
nyata dan juga banyaknya asumsi yang dipakai saat
membuat simulasi.
Selain itu pada kapasitas 120% design,
terdapat perbedaan yang besar pada jumlah
residunya. Hal ini disebabkan kondisi operasi
kolom 4 pada kapasitas 120% design berbeda
dengan kapasitas 100% design dan 110% design.
Perbedaan tersebut terdapat pada tekanan kolom
bagian atas kolom 4 pada simulasi kapasitas 120%
design. Hal ini sangat mempengaruhi jumlah
produk yang didapat.
IV.2 Evaluasi Pada Berbagai Over KapasitasDengan menggunakan model yang sudah
tervalidasi, maka dapat dilakukan simulasi CDU
pada berbagai over kapasitas sesuai variabel yangsudah ditentukan yaitu 110% design dan 120%
design yang kemudian akan dilakukan evaluasi
berdasarkan parameter kinerja dan kualitas
produknya.
IV.2.1 Evaluasi Kolom FraksinasiUntuk mengetahui apakah kolom tersebut
masih bisa beroperasi pada kapasitas yang
dinaikkan, maka perlu dilakukan evaluasi peralatan
terutama pada bagian kolom, dimana salah satunya
adalah evaluasi persen flooding . Flooding
merupakan salah satu gangguan internal kolom
yang dapat mempengaruhi efisiensi tray danakhirnya mengurangi kualitas pemisahan. Flooding
terjadi karena tekanan uap yang terlalu tinggi
sehingga liquid tidak bisa jatuh ke tray di
bawahnya dan menyebabkan banjir pada tray
tersebut. Nilai persen flooding biasanya sekitar75% namun pada kondisi nyata di industri
umumnya bisa mencapai 80-90%.
Dari hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa
nilai persen flooding masing-masing kolom seiring
dengan naiknya kapasitas CDU hingga 120% juga
semakin meningkat, namun peningkatan yang
terjadi masih bisa disebut sebagai batas aman
karena belum melampaui 10% (yang berarti 82,5%)
dari batas amannya yaitu 75%.
(van winkle,1967 )
IV.2.2 Evaluasi Kualitas Produk Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kualitas produk yang didapatkan jika
kapasitas CDU dinaikkan yang mengakibatkan
kapasitas semua kolom pun ikut naik. Hal ini dapat
dilihat dari nilai cold properties dari masing-masing produk yang meliputi flash point, pour
point , viskositas dan cetane/octane number .
Specific gravity (s.g) adalah suatu angka
yang menyatakan perbandingan berat bahan bakar
minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada
volume dan temperatur yang sama. Penggunaan
specific gravity adalah untuk mengukur berat
minyak bila volumenya telah diketahui. Bahan bakar minyak pada umumnya memiliki specific
gravity antara 0,74 – 0,96 seperti telah diketahui
bahwa minyak lebih ringan dari air. Dari nilai
tersebut dapat diketahui seberapa ringan/berat produk yang dihasilkan, dimana tiap produk
mempunyai batas atau range tertentu yang
menunjukkan tingkat kemurniannya. Dari tabel
diatas terlihat bahwa nilai specific gravity dari
produk SR Top, nafta, dan LKD makin naik
8/13/2019 klom fraksinasi
http://slidepdf.com/reader/full/klom-fraksinasi 6/6
seiring naiknya kapasitas, sementara produk LCT
dan residu makin turun seiring kenaikan kapasitas.
Dengan jumlah tray kolom yang tetap maka nilai
tersebut seharusnya semakin naik karena derajat
pemisahannya makin kecil. Namun hasil simulasi
ada yang menunjukkan nilai yang berkebalikan
yakni untuk produk SR Top, nafta, dan LKD, hal
ini disebabkan efisiensi tray pada HYSYS pada berbagai kapasitas dianggap 100%. Pada kondisi
nyata jika tidak ada penambahan tray maka
efisiensi tray akan turun jika kapasitas feed
dinaikkan.
Nilai s.g berbanding lurus dengan nilai
flash point . Flash point (titik nyala) merupakan
suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari
bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan
api sesaat, apabila pada permukaan minyak tersebut
didekatkan pada nyala api. Titik nyala ini
diperlukan sehubungan dengan adanya
pertimbangan-pertimbangan mengenai keamanan
dari penimbunan minyak dan pengangkutan bahan bakar minyak terhadap bahaya kebakaran. Titik
nyala ini bisa digunakan sebagai salah satu indikasi
jika fuel tercampur dengan fraksi-fraksi ringan dari
suatu hidrokarbon, dimana bila fuel tercampur
dengan fraksi ringan maka kecenderungan angka flash point akan semakin turun. Sehingga jika nilai
s.g. produk oil tersebut turun yang berarti produk
tersebut semakin ringan maka nilai flash point nya
pun akan semakin turun. Namun dari hasil
simulasi, nilai flash point sampai pada 120%
kapasitas masih dapat ditoleransi.
Kualitas produk juga dapat dilihat dari
pour point , viskositas serta cetane/octane number.
Pour point atau titik tuang merupakan suatu angka
yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar
minyak sehingga minyak tersebut masih dapat
mengalir karena gravitasi. Nilai titik tuang danviskositas ini dibutuhkan sehubungan dengan
persyaratan praktis dari prosedur penimbunan,
distribusi dan pemakaian dari bahan bakar minyak.
Hal ini disebabkan bahan bakar minyak sering sulit
untuk dipompa apabila suhu telah dibawah titiktuangnya.
(www.sparkdieselsupplement.com)
Dari semua tabel diatas terlihat bahwa
nilai pour point juga berbanding lurus dengan s.g
produk. Turun atau naiknya s.g. mempengaruhi
viskositas, sehingga viskositas dari produk
berbanding lurus dengan s.g. S.g makin turun maka
nilai viskositas makin turun karena produk yangsemakin ringan, dan sebaliknya. Semakin rendah
nilai titik tuang maka viskositas pun juga menurun
dan produk makin mudah mengalir.
Sedangkan cetane number merupakanukuran kualitas bakar yang biasa dipakai untuk
minyak diesel dan octane number biasa dipakai
untuk minyak gasoline (bensin, dan sejenisnya).
Cetane number nilainya berkisar antara 40-60. Dari
keseluruhan tabel di atas, nilai cetane dan octane
number hingga kapasitas 120% tidak terlalu jauh
dengan nilai dari plant test , yang berarti kualitas
bahan bakar tersebut masih dalam batas range atau
masih dapat ditoleransi walaupun
kecenderungannya semakin menurun karena
dengan naikknya kapasitas maka pemisahan yang
terjadi juga semakin tidak sempurna dan
mempengaruhi kualitas produk bahan bakar.
IV.2.3 Evaluasi Kinerja Alat-Alat PendukungSetelah dilakukan evaluasi terhadap kolom
fraksinasi dan kualitas produk, maka diperlukan
evaluasi kinerja dari alat-alat pendukung yang
meliputi cooler dan heater .
Dalam simulasi, data yang diinputkan
pada E-105 adalah temperatur masuk dan keluar,
serta perbedaan tekanan. E-105 merupakan
pemanas feed sebelum masuk ke furnace. Semakin
besar kapasitasnya semakin besar dutynya.
Sedangkan E-101 sebagai cooler top product kolom
4 dan E-102 sebagai cooler top product kolom 2,duty masing-masing heat exchanger menurun
seiring dengan menurunnya mass flow yang masuk
ke heat exchanger. Untuk E-103, inputnya adalah
top product dari kolom 5. Data yang diinputkan
adalah fraksi uap, dan jika dilihat dutynyameningkat seiring betambahnya kapasitas. E-104
merupakan cooler produk samping, data yang
diinputkan adalah temperatur keluaran yang
diinginkan, dan jika dilihat dutynya meningkat
seiring bertambahnya kapasitas. E-106 merupakan
cooler produk SR Top, data yang diinputkan adalah
temperatur keluaran yang diinginkan, dutynya
meningkat dengan bertambahnya kapasitas.
Sedangkan E-107 adalah cooler produk naphta, E-
108 sebagai cooler produk LKD dan E-109 sebagai
cooler produk LCT, duty yang paling tinggi pada
E-108 dan E-109 adalah pada saat 110% design.Hal ini disebabkan mass flow yang paling tinggi
adalah pada 110% design. Hal ini berhubungan
dengan kinerja kolom fraksinasi 4 yang kondisi
operasinya sedikit berbeda pada setiap kapasitas,
namun masih dalam toleransi.Jika dilihat secara keseluruhan,
performance masing-masing heat exchanger masih
mampu jika dijalankan pada kapasitas 110% design
dan 120% design.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, Chau-Chyun and Paul M. Mathias. 2002. Applied Thermodynamics for Process Modeling.
AIChe Journal vol 48, no.2. Cambridge : Aspen
Technology, Inc
Descamps, Gerard. 2009. Indonesia Fuels and Refining. Total Professeur Associes. Total E&P
Indonesie
Van Winkle, Matyhew. 1967. Distillation. McGraw
Hill Book Company. London.