Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
-
Upload
rarel-masa-lalu -
Category
Documents
-
view
322 -
download
9
description
Transcript of Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
PERJUANGAN TOKOH
MASA PENJAJAHAN BELANDA
DI
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : SITI NURIZATI NAZIRA
KELAS : Va
PELAJARAN : IPS
SD NEGERI 3
KOTA BANDA ACEH
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
PERJUANGAN TOKOH MASA PENJAJAHAN BELANDA
A. Sebab Akibat Wilayah Nusantara Dikuasai Belanda
1. Dikuasainya Wilayah Nusantara oleh Belanda
Bangsa Belanda pertama kali dating ke Indonesia pada tahun 1596. Mereka mendarat di Banten di
bawah pimpinan Cornelius de Hcutman yang didampingi oleh De Keyser.
Pada tahun 1602 Belanda membentuk kongsi dagang yang bernama VOC (Vereenigde Oast
Compagnie), artinya persekutuan dagang Hindia Timur. Orang Indonesia menyebutnya kompeni.
Untuk menjalankan VOC pemerintah Belanda mengangkat Pieter Both sebagai Gubernur Jenderal
VOC yang pertama.
VOC diberi hak dan kekuasaan oleh pemerintah Belanda untuk melaksanakan monopoli dagang di
wilayah Indonesia. Hak dan kekuasaan itu diantaranya mengadakan perjanjian dengan raja-raja,
membentuk angkatan perang, mencetak uang sendiri, mengangkat pegawai, menyatakan perang,
dan memungut pajak. Dengan telah terlibatnya pemerintah Belanda di wilayah Indonesia berartiBelanda menjajah Indonesia.
Hal-hal yang menyebabkan jatuhnya wilayah Indonesia ke pemerintah Belanda disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain pada masa itu sifat-sifat kedaerahan lebih kuat sehingga mudah diadu
domba. Letak geografis Indonesia yang berpulau-pulau dan dilatarbelakangi keadaan masyarakat
yang miskin dan kurang wawasan pendidikan sehingga dapat mengakibatkan sulitnya
berkomunikasi.
Monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Belanda semakin mempersulit kehidupan rakyat
Indonesia setelah dikeluarkan dua peraturan, yaitu :
a.
Rakyat menjual rempah-rempah hanya kepada VOCb. Jenis tanaman dan tempat menanam rempah-rempah ditentukan oleh VOCc. Untuk memperkuat keberadaan Belanda di Indonesia, pada tahun 1619 Pemerintah Belanda
mengangkat Jon Pieterzoon Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC yang kedua,
menggantikan Pieter Both.
Kedudukan Belanda semakin kuat sehinnga Jon Pieterzoon Coen dapat merebut Jayakarta (Jakarta
sekarang) dan nama Jayakarta diubah menjadi Batavia. Belanda menjadikan Batavia sebagai pusat
kegiatan VOC dan pusat pemerintahan Belanda. Bermula dari kota inilah Belanda mulai memperluas
daerah jajahannya ke seluruh wilayah Indonesia.
2. Kerja Paksa dan Pajak yang Memberatkan Rakyat
Berbagai penderitaan yang dirasakan rakyat Indonesia sejak mulai datang hingga berakhirnya
penjajahan Belanda tidak kunjung sirna. Belanda untuk mencapai keinginannya antara lain dengan
cara melakukan kerja paksa atau rodi dan monopoli perdagangan. Bahkan menerapkan pajak tanah
yang memberatkan rakyat.
Kebijakn ekonomi yang diterapkan Belanda sangat merugikan pihak Indonesia, terutama rakyat
kecil. Kebijakan tersebut dikenal dengan sistem Pajak Tanah. Pada sistem itu menyebutkan bahwa
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
semua tanah menjadi hak milik pemerintah Belanda. Oleh karena itu, para petani berkewajiban
membayar sewa tanah kepada Belanda. Pemungutan sewa tanah tersebut dilakukan secara paksa.
Berikut ini merupakan gambaran sebagian kecil penderitaan rakyat yang dialami masa penjajahan
Belanda
1. kerja Paksa ; rakyat harus bekerja tanpa diberi upah dan makan sehingga banyak yangkelaparan dan meninggal dunia
2. Tanam Paksa ; petani dipaksa menanam tanaman yang ditentukan oleh Belanda dan hasilpanennya harus dijual kepada Belanda dengan harga murah
3. Monopoli Perdagangan ; penjajah memaksa petani agar menjual hasil pertanian denganharga murah, sehinnga petani mengalami kerugian yang sangat besar.
4. Perbudakan5. Penyiksaan ; apabila rakyat melanggar atau memberontak, penjajah tidak segan-segan
menyiksa dengan cambuk atau dibuang ke daerah lain bahkan dihukum gantung
Dalam kurun waktu 350 tahun rakyat Indonesia mengalami berbagai penderitaan akibat penjajahan,
antara lain :
a. Pelaksanaan rodi atau kerja paksa siang dan malamb. Tanah rakyat dirampas untuk kepentingan penjajahc. Pemberontakan kepada Belanda mendapat hukuman badand. banyak penduduk yang dijual ke luar negerie. Anak-anak pribumi dilarang bersekolahf. Rakyat dipaksa membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1.000 km.
B. Perjuangan Tokoh-Tokoh Daerah untuk Mengusir Belanda
1. Perlawanan Sultan Ageng Tirtatayasa (1651-1682)
Kehadiran Belanda di Banten mempengaruhi kehidupan
masyarakat di Banten, yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan
Ageng Tirtayasa. Kesewenang-wenangan Belanda terhadap rakyat
Banten dan monopoli perdagangan VOC membuat rakyat marah.
Rakyat Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa
mengadakan aksi menghancurkan kapal yang dijadikan alat angkut
perdagangan VOC.
Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, kesultanan Banten merupakan
Bandar perdagangan internasional yang sangat ramai. Melihat
keadaan itu Belanda merasa sangat iri dengan kemajuan
kesultanan Banten dalam bidang perdagangan. Belanda membuatsiasat untuk memecah belah rakyat Banten dengan cara adu
domba diantara keluarga kesultanan. Siasat tersebut berhasil,
sehingga terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan anaknya yang bernama Sultan Haji.
Terjadilah pertempuran antara pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dengan pasukan Sultan Haji. Karena
terdesak Sultan Haji meninggalkan Istana Surosowan dan meminta pertolongan Belanda. Belanda
mengirimkan pasukan untuk menyerang pasukan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam penyerangan
tersebut Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap. Dengan tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa maka
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
kesultanan Banten mengalami kemunduran. Kemudian pasukan Sultan Haji dihancurkan pula oleh
Belanda. Akhirnya Banten dikuasai oleh Belanda.
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
2. Perlawanan Thomas Matulessi atau Pattimura (1817)
Thomas Matulessi dilahirkan di Haria, pulau Saparua Maluku pada
tahun 1783. ia lebih dikenal dengan nama Kapiten Pattimura. Pada
masa pemerintahan Inggris Pattimura masuk dinas militer berpangkat
Sersan.
Pada tahun 1816 Belanda kembali menguasai Maluku. Pemerintahan
Belanda memperlakukan rakyat Maluku dengan kejam dan sewenang-
wenang. Mereka dibebani untuk mengumpulksn kopi, ikan asin, dan
dipaksa untuk kerja rodi. Hasil rempah-rempah harus diserahkan
kepada Belanda, akibatnya rakyat menjadi sengsara.
Belanda mengangkat Van Den Berg menjadi Residen Saparua dan menempatkan serdadu-serdadu di
Benteng pertahanannya yang bernama Duurstede.
Atas tindakan-tindakan Belanda itu rakyat Maluku bangkit untuk memberontak. Merka berjuang di
bawah pimpinan Pattimura yang dibantu oleh Anthonie Rhebok, Lucas Latumahira, Thomas
Pattiwael, dan Christina Marta Tiahahu.
Pada tanggal 14 Mei 1817 Pattimura mulai memimpin penyerangan dengan membakar perahu-
perahu dan Pos Pelabuhan Porto. Kemudian pada tanggal 16 Mei 1817 menyerbu Benteng
Duurstede, kekuatan Belanda dapat dilumpuhkan dan Van Den Berg mati terbunuh. Kemudian
Belanda mengirim pasukannya dari Ambon di bawah pimpinan Mayor Butjes.
Pada tanggal 25 Mei 1817 Pasukan Pattimura menyerang dan dan menghancurkan pasukan Butjes,
kemudian menyerang Benteng Zeelandia di pulau Horuku.
Untuk mengalahkan pasukan Pattimura pada bulan November 1817 Belanda mendatangkan
pasukan dari Batavia yang dipimpin oleh Laksamana Muda Buykes. Kemudian melancarkan serangan
besar-besaran. Karena kekuatan yang tidak seimbang, kedudukan pejuang Maluku terdesak.Akhirnya Pattimura dan para pejuang lainnya ditangkap.
Pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di depan benteng Victoria Ambon.
Sebelum hukuman gantung dilakukan Pattimura berkata Pattimura akan mati, tetapi Pattimura-
Pattimura muda akan bangkit
Pada abad ke-19 di Minangkabau, provinsi Sumatera Barat terjadi
perselisihan paham antara Kaum Paderi dan Kaum Adat. Kaum Paderi
ialah para pemeluk agama islam yang tidak dipengaruhi oleh adat
kebiasaan. Sementara itu, Kaum Adat adalah pemeluk agama islam
yang banyak dipengaruhi oleh adat kebiasaan. Adat kebiasaannya
diantaranya menyabung ayam, dan meminum-minuman keras.
Kaum Paderi menginginkan dalam menjalankan ajaran agama islam
tidak dipengruhi oleh adat kebiasaan tersebut. Akan tetapi kaum Adat
yang terdiri dari kaum bangsawan dan raja menentang keinginan
tersebut. Perselisihan itu semakin lama semakin meruncing, akhirnya
terjadilah perang saudara.
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
Kaum Paderi dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, yang nama aslinya adalah Muhammad Shahab.
Beliau dilahirkan pada tahun 1772 di Tanjung Bunga Sumatera Barat. Karena bertempat tinggal di
Bonjol maka sering disebut Tuanku Imam Bonjol. Dalam melawan kaum adat Tuanku Imam Bonjol
dibantu oleh Tuanku Nan Ranceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Pasaman.
Pada tahun 1821, Belanda ikut campur dalam perselisihan Kaum Paderi dan Kaum Adat. Belanda
membantu Kaum Adat, bantuan Belanda kepada Kaum Adat menandai diawalinya perang Paderi
yang berlangsung dari tahun 1821-1837.
Pada tahun 1822 Belanda menyerbu ke Tanah Datar. Dalam penyerbuan ini Belanda menggunakan
siasat Benteng, yaitu siasat membangun benteng di daerah yang sudah dikuasainya seperti benteng
Fort de Kock di Bukittinggi. Akhirnya pasukan kaum Paderi dapat dipukul mundur karen
persenjataannya tidak seimbang.
Pada tahun 1832, pasukan belanda di bawah pimpinan Elout berhasil menguasai Bonjol. Kaum Adat
menyadari bahwa bantuan Belanda hanya siasat adu domba. Mereka ingin menguasai
Minangkabau. Kemudian kaum Adat dan Kaum Paderi bersatu padu. Dengan bersatunya Kaum Adat
dan Kaum Paderi maka pasukan Belanda yang dipimpin oleh Van den Bosch dapat dipukul mundur
dan Bonjol dapat direbut kembali.
Pada tahun 1837 pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan Kolonel Michiels kembali menyerang
Bonjol. Serangan tidak seimbang dengan pertahanan Kaum Paderi. Tuanku Imam Bonjol ditangkap,
kemudian diasingkan ke Cianjur. Pada tahun 183 beliau dipindahkan ke ambon, kemudian
dipindahkan ke Minahasa. Pada tahun 1864 beliau wafat di Lotak, Minahasa.
3. Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830)
Pangeran Diponegoro dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 11
November 1785. beliau adalah putra Sultan Hamengkubuwono III.
Nama aslinya adalah Raden Mas Ontowiryo. Sejak kecil beliau diasuh
oleh Ratu Ageng, janda Sultan Hamengkubuwono I.
Walaupun Pangeran Diponegoro keturunan bangasawan, tetapi beliau
sangat akrab dengan rakyat. Pangeran Diponegoro tidak senang
terhadap sikap Belanda yang merendahkan harkat martabat raja-raja di
Jawa.
Kebencian Pangeran Diponegoro terhadap Belanda semakin memuncak setelah tahu bahwa di atas
tanah makam leluhurnya dipasang patok merah. Patok itu merupakan tanda untuk pembuatan jalan
antara Magelang dan Tegalrejo. Kemudian bersama rakyat Pangeran Diponegoro mencabut patok-
patok itu dan diganti dengan tombak. Tindakan Pangeran Diponegoro itu membuat Belanda marah.
Apalagi setelah tahu bahwa dipasang tombak itu melambangkan tantangan perang.
Pada tanggal 12 Juli 1825 terjadilah perang antara Pangeran Diponegoro dan Belanda, yang disebut
perang Diponegoro. Adapun penyebab utama terjadinya perang Diponegoro, yaitu :
1. Masuknya pengaruh Barat dalam lingkungan keraton,2. Belanda memperkecil kekuasaan raja-raja3. Rakyat diperas dengan bermacam-macam pajak dan dilakukannya kerja paksa (rodi)
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
Perang Diponegoro berlangsung di Selarong. Pangeran Diponegoro dibantu oleh pengikutnya,
Pangeran Mangkubumi, Kyai Mojo, Sentot Alibasyah Prawirodirjo, dan Pangeran Adinegoro. Dalam
perangnya Pangeran Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya. Siasat perang gerilya yaitu
menyerang secara tiba-tiba dengan bersembunyi, kemudian menghindar dan berpindah-pindah.
Akibatnya, setdadu-serdadu Belanda banyak yang tewas.
Untuk menghadapi perang gerilya, Belanda menggunakan siasat benteng yang diciptakan oleh
Jenderal De Kock. Siasat benteng yaitu mendirikan benteng-benteng di daerah yang dikuasai
Belanda. Maksudnya, agar ruang gerak pasukan Pangeran Diponegoro semakin menyempit. Siasat
itu disebut benteng Stelsel.
Perang Diponegoro berlangsung selama lima tahun, yaitu dari tahun 1825-1830. untuk
menghentikan perang dan menangkap Pangeran Diponegoro, belanda mencari siasat, yaitu dengan
cara sebagai berikut :
Belanda mengembalikan Sultan Hamengkubuwono II (Kakek Pangeran Diponegoro) yang dibuang di
Penang oleh Raffles (semasa penjajahan Inggris).
Mengankap Kencana Wungu (Ibu Pangeran Diponegoro) dengan harapan ada pengaruh terhadapPangeran Diponegoro.
Belanda menawarkan hadiah sebesar 50.000 Gulden kepada siapa saja yang menangkap Pangeran
Diponegoro. Usaha ini tidak berhasil karena tidak ada seorangpun yang mau menagkap Pangeran
Diponegoro
Setelah para pengikutnya banyak yang ditangkap, Pangeran Diponegoro menerima berunding
dengan Belanda yang dilaksanakan di Magelang pada tanggal 28 Maret 1830. Sebenarnya
perundingan ini hamya siasat belaka. Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibawa ke Batavia
kemudian, di asingkan ke Manado, lalu dipindahkan ke Makassar hingga meninggal dunia pada
tanggal 08 Januari 1855.
4. Perlawanan Pangeran Antasari (1859-1862)
Pada tahun 1857 Sultan Adam Wafat. Belanda ikut campur dalam urusan
kesultanan, yaitu mengangkat Sultan Tamjid sebagai pengganti Sultan
Adam. Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat karen asuka mementingkan
harta. Selain itu, orang yang paling berhak menjadi Sultan Banjar adalah
Pangeran Hidayat.
Belanda juga menjalankan Monopoli dagang di Banjar sehingga banyak
rakyat yang menderita. Akibat tindakan Belanda tersebut timbullah
pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Antasari dan Pangeran
Hidayat.
Pangeran Antasari adalah salah seorang keturunan Sultan Banjar. Ia dilahirakan di Banjarmasin pada
tahun 1809. Perlawanan Pangeran Antasari terjadi pada tanggal 18 April 1859. perlawanan ini
disebut Perang Banjar. Pangeran Antasari di bantu oleh Tumenggung Suropati, Tumenggung Jalil,
Haji Nasrun, Kyai Langlang, dan Kyai Demang Leman.
-
5/28/2018 Kliping Perjuaangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
Pangeran Antasari berhasil mengobarkan semangat perjuangan rakyat Banjar sehingga Belanda
menghadapi kesulitan. Dalam penyerangannya Pangeran Antasari berhasil meledakkan kapal Anrust
milik belanda.
Untuk mengalahkan pasukan Pangeran Antasari, Belanda mendatangakn pasukan dari Jawa yang
dipimpin oleh Verspijk. Dengan bantuan tersebut, pasukan Belanda bertambah kuat,. Sementara itu,
tahun 1862 Pangeran Hidayat tertangkap, kemudian dibuang ke Cianjur. Pada tanggal 11 Oktober
1862, pangeran Antasari wafat karena terseang penyakit cacar. Padahal pada saat itu sudah
direncanakan akan mrngadakan penyerangan secara besar-besaran kepada Belanda. Jenazah
Pangeran Antasari dimakamkan di Banjarmasin.
Sebagai pemimpin perang dan pemimpin agama, Pangeran Antasari oleh para pejuang dan rakyat
Banjar diberi gelar Amiruddin Khalifatul Mukminin. Setelah itu, perjuangannya dilanjutkan oleh
putranya yang bernama Muhammad Seman.
5. Perlawanan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar
Selat Malaka sejak dahulu sampai sekarang digunakan sebagai jalur
Internasional. Oleh karena itu Selat Malaka dikenal pula sebagai jalurperdagangan internasional. Wilayah Aceh sangat dekat dengan selat
malaka sehingga Belanda berkepentingan menguasai wilayah Aceh.
Kedatangan Belanda di Wilayah Aceh semakin lama semakin merugikan
rakyat Aceh, terutama dalam kehidupan ekonomi dan sosial menyikapi
keadaan itu rakyat bangkit dengan gagah berani melawan Belanda.
Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Belanda dipimpin oleh Teuku Umar dan Cut Nyak Dien serta di
bantu oleh Panglima Polim. Walaupaun mengguanakan persenjataan yang sedrehana, pasukan
Teuku Umar sulit dikalahkan Belanda. Sebab rakyat Aceh bersama pemimpinnya dalam perang
menggunakan taktik bergerilya. Melalui taktik bergerilya, Belanda kesulitan mengetahui lokasi
keberadaan rakyat Aceh.
Pasukan Belanda tidak mau kalah dalam melawan pasukan Aceh, kemudia
menambah pasukan. Pasukan Teuku Umar terdesak karena kalah dalam
persenjataan. Akhirnya, Teuku Umar gugur di medan perang.
Gugurnya Teuku Umar tidak menyturutkan semangat juang istrinya, yaitu
Cut Nyak Dien. Ia memimpin pasukan walaupun akhirnya Cut Nyak Dien
ditangkap. Dengan tertangkapnya Cut Nyak Dien maka berakhirlah perang
Aceh.