klinik done_1.docx

48
MAKALAH FARMASI KLINIK KEGIATAN PELAYANAN FARMASI KLINIK oleh : KELOMPOK IV 1) KEZIA BAHARUTAN 1110150 2) YOSINA M. HULISELAN 111015054 3) JEFTA SANI 1110150 4) APRILIA JAYADI 111015005 5) CHRISTIAN RONDONUWU 1110150 6) LISA CITRA 1110150 7) YULIANTI SINEN 1110150 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN IMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 1

description

farmasi klinik pemantau ROM

Transcript of klinik done_1.docx

Page 1: klinik done_1.docx

MAKALAH FARMASI KLINIK

KEGIATAN PELAYANAN FARMASI KLINIK

oleh :

KELOMPOK IV

1) KEZIA BAHARUTAN 11101502) YOSINA M. HULISELAN 1110150543) JEFTA SANI 11101504) APRILIA JAYADI 1110150055) CHRISTIAN RONDONUWU 11101506) LISA CITRA 11101507) YULIANTI SINEN 1110150

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2013

1

Page 2: klinik done_1.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang

“ Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik ” .

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan

dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu

bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan

Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari

pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah

selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada

kita sekalian.

Manado, 11 September 2013

2

Page 3: klinik done_1.docx

Kelompok IV

3

Page 4: klinik done_1.docx

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Informasi Obat……………………………………………………………………………………..3

2.2 Pelayanan Informasi Obat……………………………………………………………………9

2.3 Pemantauan ROM………………………………………………………………………………15

2.4 Evaluasi Penggunaan Obat………………………………………………………………….18

2.5 Edukasi dan Konseling

Pasien……………………………………………………………...19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

5

Page 5: klinik done_1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada jaman sekarang ini kurangnya pengetahuan akan segala kegiatan

pelayanan farmasi klinik akan sangat merugikan terutama pada masyarakat

awam yang notabene adalah pemakai atau konsumen dari obat obat yang

beredar.

Namun pada kenyataan sekarang ini masih banyak masyarakat yang

tidak tau dan mengerti seperti apa kegiatan pelayanan farmasi klinik

tersebut yang sebenarnya dapat membantu mereka untuk lebih mengerti

tentang apa obat yang mereka pakai, gejala apa yang akan ditimbulkan atas

pemakaian obat ini dan masih banyak hal lainnya. Karena itu penulis

membahas seperti apa kegiatan farmasi klinik itu yang meliputi pelayanan

informasi obat, pemantauan reaksi obat merugikan, evaluasi tentang

penggunaan obat, edukasi dan konseling pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini antara lain :

a. Apakah pengertian dari informasi obat ?

b. Jelaskan tentang Pelayanan Informasi Obat !

c. Jelaskan tentang pemantauan ROM !

d. Jelaskan tentang evaluasi penggunaan obat !

e. Jelaskan tentang edukasi dan konseling pasien !

6

Page 6: klinik done_1.docx

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah agar mahasiswa dapat

mengetahui dan memahami lebih dalam lagi tentang kegiatan pelayanan

farmasi klinik .

7

Page 7: klinik done_1.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Informasi Obat

Jenis-Jenis Informasi Obat

Dilihat dari sifat dan sumbernya, informasi obat dapat dibedakan

menjadi 2, yakni informasi non-komersial dan informasi komersial, dengan

berbagai bentuk. Jenis-jenisnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel. Jenis-jenis informasi obat menurut sumber dan bentuknya

Kelebihan Dan Kekurangan Masing-Masing Jenis Informasi Obat

1) Informasi non-komersiil

a) Textbook dan handbook:

Textbook/handbook merupakan sumber informasi utama apabila

diperlukan informasi yang mendalam. Banyak sekali buku-buku tersedia,

namun yang penting adalah memilih buku yang tepat sesuai kebutuhan.

Dalam hal informasi obat, dapat dipilih 2 kelompok buku, yakni:

I. Buku tentang obat. Buku ini mengupas sifat-sifat farmakologi,

farmakokinetik dan efek samping obat.

8

Page 8: klinik done_1.docx

II. Buku tentang pengobatan/terapetik, yang informasinya berangkat

dari masalah klinik (penyakit). Yang perlu diperhatikan adalah

seberapa sering buku tersebut direvisi. Makin sering direvisi, makin

baik sebagai bahan informasi mutakhir. Bila waktu yang tersedia

untuk membaca terbatas, gunakan handbook.

b) Buku referensi:

Beberapa buku referensi dapat dijadikan pegangan. Yang paling

utama adalah buku-buku pedoman yang telah disepakati. misalnya

Pedoman Pengobatan, Pedoman Penggunaan Antibiotika, dsb., baik yang

berskala local (misalnya Rumah Sakit), nasional maupun internasional.

c) Buletin obat dan pengobatan:

Buletin biasanya bersifat periodik dan berisi promosi terhadap

pemakaian obat dan pengobatan secara rasional. Informasinya objektif,

penilaian terhadap manfaat/keamanan obat tidak "biased" dan

rekomendasi-rekomendasinya praktis untuk diterapkan dalam praktek

sehari-hari. Umumnya disediakan secara cuma-cuma oleh badan-badan

yang berkecimpung di kegiatan tersebut, dan sangat dihargai

keberadaannya karena objektivitas informasi tersebut. Beberapa contoh

buletin yang diakui misalnya Australian Prescriber (Australia), Drug and

Therapeutic Bulletin (U.K.), Prescrire (Perancis), Drug Information

Newsletter (Singapore), Lembaran Obat dan Pengobatan (Indonesia).

d) Majalah kedokteran:

Dapat dibedakan dua jenis, yakni majalah kedokteran umum

(misalnya Lancet, British Medical Journal) dan khusus untuk bidang

spesialisasi tertentu (misalnya Tubercule, American Journal of Respiratory

Diseases). Umumnya memuat artikel-artikel dalam bidang terapetik dan

informasi klinik. Majalah khusus umumnya juga memuat infomasi lebih

9

Page 9: klinik done_1.docx

rinci untuk penyakit-penyakit tertentu. Hati-hati membaca majalah,

karena seringkali terdapat kontroversi antara satu penelitian dengan

penelitian yang lain, yang seringkali justru membingungkan untuk

diterapkan di klinik.

e) Bentuk verbal dan bentuk-bentuk lain dengan cara membaca, yang

notabene cukup menyita waktu, tenaga maupun biaya, informasi dapat

pula diperoleh dari sejawat lain, pusat pelayanan informasi, atau dengan

mengikuti pendidikan berkelanjutan. Salah satu contoh misalnya di pusat-

pusat pelayanan kesehatan yang besar, misalnya di rumah sakit, banyak

dibentuk Komisi Farmasi dan Terapi (KFT) yang berfungsi untuk

membantu para praktisi medik dalam menjalankan tugas pelayanan.

Komisi terdiri dari berbagai ahli klinis dan farmasis. Secara berkala,

Komisi ini bertemu untuk membicarakan hal-hal baru dalam hal terapetik,

atau kalau perlu merevisi kesepakatan-kesepakatan pedoman pengobatan

sebelumnya. Informasi obat dalam bentuk disket juga sudah mulai banyak

dijumpai, begitu pula jaringan-jaringan international yang melayani

informasi secara cepat melalui Medline, Popline, E-mail, Cosy, dsb.

Semuanya dapat dimanfaatkan, namun sayangnya biaya masih relatif

mahal sehingga tidak begitu populer di kalangan praktisi medis.

2) Informasi komersial

Informasi yang bersifat komersial jelas datang dari industri farmasi,

dan tersebar sangat luas di seluruh dunia. Bentuk informasi sangat beragam,

mulai dalam bentuk tulisan, verbal maupun dengan disket, CD-ROM atau pita

video. Informasinya sangat jelas dan mudah dicerna, namun juga dapat bias.

Segi positif terlalu ditekankan, sedangkan segi negatifnya seringkali

dilupakan atau disinggung secara ringan. Hal ini dapat dimengerti, karena

tujuannya memang untuk meningkatkan penjualan. Kegiatan komersiil ini

juga melibatkan antara lain penyelenggaraan-penyelenggaraan simposia,

10

Page 10: klinik done_1.docx

seminar atau penulisan artikel di majalah, dengan sponsor industry farmasi.

Informasi ini tetap bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana

perkembangan berlangsung, namun harus hati-hati dalam menelaah kualitas

informasinya. Kesulitan yang sering dihadapi adalah dalam hal mencek

kebenarannya, karena informasi ini sangat cepat berkembang dan beredar,

jauh lebih cepat dari majalah dan buku-buku acuan/standard. Bentuk-bentuk

informasi yang dapat ditemui meliputi:

a) Iklan/advertensi di majalah kedokteran: Tidak dapat dipungkiri, bahwa

iklan obat menyediakan informasi obat yang paling cepat dapat

mencapai praktisi medik. Sayangnya, sangat banyak iklan yang

mengabaikan komponen-komponen informasi seperti yang telah

digariskan oleh WHO (WHO, 1988), yang antara lain harus mencakup:

o Nama senyawa aktif dalam International Non-proprietary Names

(INN) atau nama generiknya, dan nama dagang.

o Bentuk sediaan dan kandungan senyawa aktif tiap sediaan.

o Dosis dan aturan pemakaian yang dianjurkan.

o Indikasi terapetik

o Efek samping dan efek yang tidak dikehendaki

o Perhatian khusus, peringatan dan kontraindikas

o Interaksi penting

o Sumber referensi yang berkaitan

o Nama/alamat pabrik

Secara lebih ringkas, pedoman WHO tersebut menggariskan bahwa

harus ada 4 komponen utama informasi dalam setiap iklan, yaitu:

o Informasi tentang nama generik obat, sifat farmakologik dan

farmakokinetika.

o Informasi tentang indikasi dan bukti manfaat klinik.

o Informasi tentang kekuatan sediaan sediaan, aturan pakai dan

cara pemberian.

11

Page 11: klinik done_1.docx

o Informasi tentang keamanan, meliputi efek samping maupun

peringatan, pembatasan/kontraindikasi.

Dengan selalu mempertimbangkan ada-tidaknya 4 komponen di

atas, ditambah dengan penelaahan secara kritis terhadap pesan umum

yang ditonjolkan dalam iklan, praktisi medik dapat dengan mudah

melakukan penilaian secara objektif, dan memanfaatkan informasi

tersebut.

b) Lembaran informasi produk: Lembaran informasi produk umumnya

disertakan dalam kemasan obat, atau dicetak dalam bungkusnya,

ditujukan untuk para pemakai obat. Sebenarnya jenis informasi ini relatif

paling layak dipercaya, karena untuk saat ini merupakan satu-satunya

jenis informasi dari industri farmasi yang penyiapannya dikontrol oleh

Departemen Kesehatan RI. Bentuknya sederhana dan mencakup semua

komponen informasi tentang obat yang digunakan, tanpa ditambah

pesan-pesan komersiil. Sayangnya justru jenis informasi ini seringkali

tidak sampai ke tangan pasien karena kesalahan teknis penyerahan obat

ke pasien. Informasi yang harus dicakup dalam lembaran informasi

produk meliputi (WHO, 1988):

INN atau nama generik senyawa aktif

Informasi farmakologik (efek farmakologik, mekanisme kerja dan

sifat farmakokinetik)

Informasi klinik meliputi indikasi, regimen dosis, kontraindikasi,

peringatan, efek samping, interaksi obat dan overdosis

Informasi farmasetik misalnya bentuk sediaan, kekuatan, zat

pengisi, kondisi penyimpanan dan masa kadaluwarsa, kelompok

obat (narkotik/obat keras/obat luar), nama pabrik dsb.

12

Page 12: klinik done_1.docx

c) Bentuk-bentuk lain. Sangat banyak bentuk-bentuk informasi yang lain,

yang seringkali sulit dibedakan apakah dari industri farmasi atau bukan,

misalnya simposium, seminar, handbook, majalah kedokteran, atau buku

terbitan resmi hasil penelitian uji klinik suatu obat. Untuk menelaah jenis-

jenis informasi seperti ini, diperlukan penguasaan berbagai masalah,

misalnya untuk menilai apakah data hasil pengujian manfaat suatu obat

terhadap indikasi tertentu dapat dipercaya, diperlukan pengetahuan

tentang metodologi baku yang seharusnya digunakan. Buku-buku seperti

IIMS, ISO dan sejenisnya juga cukup membantu praktisi medik untuk

mencari kandungan bahan aktif suatu sediaan, dan informasi-informasi

lain yang relevan, misalnya pilihan bentuk dan kekuatan sediaan, harga,

dsb. Tetapi jangan digunakan untuk mencari indikasi, efek samping dll,

karena biasanya informasi tentang hal ini sangat terbatas dan tidak

netral.

Pemilihan Jenis Informasi

Walaupun sumber informasi cukup lengkap/terpenuhi, tidak

jarang dijumpai keraguan untuk memilih sumber informasi yang paling

tepat untuk memenuhi kebutuhan pada suatu waktu. Untuk

mempermudah penelusuran pustaka, pedoman di bawah dapat

digunakan.

1. Informasi mengenai obat:

a. Sifat-sifat farmakologik (dinamika dan kinetika obat), gunakan

textbook/handbook farmakologi, misalnya: Gilman AG, Rall TW,

Nies AS, Taylor P (1990) Goodman Gilman's the Pharmacological

Basis of Therapeutics, 7th edition, Macmillan Publishing Co., New

York.

b. Efek samping dan keamanan, gunakan textbook/handbook

farmakologi atau yang khusus membahas efek samping, misalnya:

American Medical Association, Division of Drugs (edisi terbaru)

13

Page 13: klinik done_1.docx

AMA Drug Evaluations, American Medical Association/WB

Saunders Co., Philadelphia.

c. Untuk kandungan suatu sediaan paten, kekuatan, bentuk sediaan,

harga, dll., gunakan IIMS, ISO, atau terbitan

d. yang sejenis.

2. Informasi mengenai pengobatan:

a. Obat pilihan dan alternatifnya untuk suatu penyakit beserta

anjuran pengaturan dosis, gunakan texbook/handbook diagnosis &

penanganan penyakit, misalnya: Current Medical Diagnosis &

Treatment. Lange Medical Publication, Los Altos, edisi terakhir.

referensi (misalnya Buku Pedoman Pengobatan yang dipakai

setempat).

b. Pemakaian obat pada kelompok-kelompok khusus (bayi,

kehamilan, gangguan fungsi hepar/ginjal, malnutrisi, dsb) dan

monitoring kadar terapi, gunakan textbook/handbook farmakologi

klinik seperti: Speight TM (1987) Avery Drug Treatment.

Principles and Practice of Clinical Pharmacology and Therapeutics,

3rd edition, ADIS Press.

2.2 Pelayanan Informasi Obat

Definisi

Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO

merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk

memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,

apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

14

Page 14: klinik done_1.docx

Tujuan

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan rumah sakit.

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan

Terapi.

c. Meningkatkan profesionalisme apoteker.

d. Menunjang terapi obat yang rasional.

Sasaran Informasi Obat

a. Pasien atau keluarga pasien

b. Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten

apoteker, dan lain-lain

c. Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain (Anonim,

2006)

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan

a. Sumber informasi obat

b. Tempat

c. Tenaga

d. Perlengkapan

Kegiatan PIO

Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang

bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan

informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu

pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya

penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan

bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan

informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.

15

Page 15: klinik done_1.docx

Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan

kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat

disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat

melalui pos, faksimili atau e-mail). Pertanyaan mengenai obat dapat

bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat urgen dan kompleks

yang membutuhkan penelusuran literatur serta evaluai secara seksama .

Langkah sistematis pemberian informasi obat oleh petugas PIO

a. Penerimaan permintaan Informasi Obat : mencatat data permintaan

informasi dan mengkategorikan permasalahan : aspek farmasetik

(identifikasi obat, perhitungan   farmasi, stabilitas dan toksisitas obat),

ketersediaan obat, harga obat,efek samping obat, dosis obat, interaksi

obat, farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi,

keracunan, perundang-undangan

b.  Mengumpulkan latar belakang masalah yang ditanyakan :

menanyakan lebih dalam tentang karakteristik pasien dan

menanyakan apakah sudah diusahakan mencari informasi

sebelumnya

c. Penelusuran sumber data : rujukan umum, rujukan sekunder dan bila

perlu rujukan   primer.

d. Formulasikan jawaban sesuai dengan permintaan : jawaban jelas,

lengkap dan benar, jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal

dan tidak bolehmemasukkan pendapat pribadi.

e. Pemantauan dan Tindak Lanjut : menanyakan kembali kepada

penanya manfaat informasi yang telah diberikan baik lisan maupun

tertulis .

16

Page 16: klinik done_1.docx

Prosedur penanganan pertanyaan

a. Menerima pertanyaan

b. Identifikasi penanya

c. Identifikasi masalah

d. Menerima permintaan informasi

e. Informasi latar belakang penanya

f. Tujuan permintaan informasi

g. Penelusuran pustaka dan memformulasikan jawaban

h. Menyampaikan informasi kepada pihak lain

i. Manfaatkan informasi

j. Publikasi

k. Mendukung Panitia Komite Farmasi dan Terapi (Anonim, 2006).

Sumber informasi obat

1) Sumber daya, meliputi :

a) Tenaga kesehatan : Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga

kesehatan lain

b) Pustaka : majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian dan

Farmakope.

c) Sarana : Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet, dan

perpustakaan.

d) Prasarana Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat,

Pendidikan tinggi farmasi, Organisasi profesi (dokter, apoteker, dan

lain-lain).

2) Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam 3 (tiga)

kategori :

a) Pustaka primer

Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang

terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam

jurnal ilmiah.

17

Page 17: klinik done_1.docx

Contoh pustaka primer :

(1). Laporan hasil penelitian

(2). Laporan kasus

(3). Studi evaluatif

(4). Laporan deskriptif

b) Pustaka sekunder

Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari

berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat

membantu dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam

sumber informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai

data base, contoh : medline yang berisi abstrak-abstrak tentang terapi

obat, International Pharmaceutikal Abstract yang berisi abstrak

penelitian kefarmasian.

c) Pustaka tersier

Berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia dan

pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi

yang berisi materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami

(Anonim,2006). Menurut undang-undang No.23 tahun 1992 tentang

kesehatan, pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa Standar profesi adalah

pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam

menjalankan profesi secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan

dengan pasien seperti dokter dan perawat, dalam melaksanakan

tugasnya harus menghormati hak pasien. Yang dimaksud dengan hak

pasien antara lain ialah hak informasi, hak untuk memberikan

persetujuan, hak atas rahasia kedokteran, dan hak atas pendapat

kedua.

18

Page 18: klinik done_1.docx

Dokumentasi

Setelah terjadi interaksi antara penanya dan pemberi jawaban,

maka kegiatan tersebut harus didokumentasikan Manfaat dokumentasi

adalah :

1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang

diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap.

2) Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa

3) Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

4) Media pelatihan tenaga farmasi

5) Basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan layanan.

6) Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan

informasi obat (Anonim,2006).

Evaluasi kegiatan

Evaluasi ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan

pelayanan informasi obat itu sendiri dengan cara membandingkan

tingkatkeberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan

informasi obat (Anonim, 2006).

Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan pelayanan

informasi obat, indikator yang dapat digunakan antara lain :

1) Meningkatkan jumlah pertanyaan yang diajukan.

2) Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.

3) Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan.

4) Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leflet, buletin, ceramah).

5) Meningkatnya pertanyaan berdasarkan jenis pertanyaan dan tingkat

     kesulitan.

6) Menurunnya keluhan atas pelayanan (Anonim, 2006).

19

Page 19: klinik done_1.docx

2.3 Pemantauan ROM

Pengertian ROM

Setiap respon terhadap suatu obat yang berbahaya & tidak

dimaksudkan, terjadi pada dosis biasa yang digunakan pada manusia

untuk profilaksis, diagnosis atau terapi penyakit atau untuk

memodifikasi fungsi fisiologik. Tidak termasuk kegagalan terapi,

overdosis, penyalahgunaan obat, ketidakpatuhan dan kesalahan obat.

Reaksi Obat Merugikan (ROM) merupakan respon terhadap obat yaitu

respon terhadap obat yang sering berbahaya dan tidak diharapkan

dan muncul pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk

profilaksis, diagnosis, terapi penyaki, atau modifikasi fungsi fisiologi

(WHO-UMC, 2010); (Nebeker, Barach, & Samore, 2004).

Epidemiologi ROM

1. Berkontribusi pada angka morbiditas & mortalitas

2. Urutan 4-6 penyebab kematian pasien rawat tinggal

3. 0,3-7% pasien masuk RS karena ROM

4. 30-60% dapat dicegah

Program surveilan ROM

1. Pelaporan sukarela

2. Pengkajian kartu pengobatan pasien retrospektif

3. Surveilan prospektif dengan audit

4. Surveilan prospektif unit pasien

5. Manfaat program pemantauan & pelaporan ROM

6. RS memenuhi standar akreditasi RS (menurunnya tuntutan hukum,

menyempurnakan mutu pelayanan -> standar pelayanan pasien

akan meningkat, ekonomi)

7. Peningkatan baseline surveilan pasca pemasaran

20

Page 20: klinik done_1.docx

Peranan apoteker dalam ROM:

1. Tanggung jawab memberikan pelayanan profesional -> seleksi

dan pemberian obat

2. Evaluasi obat -> obat2 formularium

3. Edukasi masyarakat ->  brosur, leaflet, penyuluhan

4. Kepemimpinan ->  program pemantauan & pelaporan, ada

pengesahan formal

Program surveilan ROM:

1. Pengkajian kartu pengobatan pasien (retrospektif)

2. Pelaporan sukarela (konkuren)

3. Surveilan prospektif audit

4. Surveilan prospektif unit pasien

5. Surveilan prospektif :

Mengidentifikasi ROM serius, merupakan sistem yang berhasil

Dengan memantau adanya “order siaga/sinyal “

Pengurangan dosis tiba-tiba

Penghentian tiba-tiba

Permintaan uji laboratorium

Order segera dg zat telusur/tracer Atropin, kortikosteroid,

diazepam,  difenhidramin, epinefrin,  glukagon,hidroksizin,

lidokain, nalokson, fitonadion, protamin, Na-polistiren Sulfonat

Program pemantauan ROM

1. Penetapan tanggung jawab (PFT atau Komite ROM atau yang

lainnya, ditetapkan oleh RS)

2. Penetapan definisi ROM agar tidak terjadi kebingungan, keraguan

dalam pelaporan lalu disetujui PFT. Setiap efek yang tidak

21

Page 21: klinik done_1.docx

dimaksudkan atau tidak diinginkan dari obat…dst…selanjutnya

dipersempit dengan penambahan qualifiers seperti:

Mengakibatkan penghentian obat

Memerlukan pengobatan tambahan

Memperpanjang hospitalisasi

Mengakibatkan kematian atau cacat, dll

3. Peningkatan kesadaran kepada dokter & perawat melalui buletin

yang bersifat edukasi

4. Penetapan mekanisme

Identifikasi secara retrospektif (kerjasama dengan bag ian

rekam medik -> lembar tambahan pada kartu pengobatan

pasien

Identifikasi konkuren (3 komponen :pelaporan

sukarela/spontan, order siaga dengan zat telusur,skrining

pasien/obat dg risiko

5. Penetapan prosedur untuk evaluasi ROM. Algoritme ROM  untuk

menetapkan klasifikasi probabilitas ROM. Evaluasi pragmatis dengan

pertanyaan sbb :

Apakah ada suatu hubungan sementara dari permulaan terapi

obat dan ROM?

Apakah terjadi suatu dechallenge -> apakah tanda/gejala hilang

jika obat dihentikan?

Dapatkah tanda/gejala ROM diterangkan oleh status penyakit?

Apakah ada uji lab yang mendukung?

Apa pengalaman umum terdahulu dari obat?

Evaluasi keparahan ROM -> skala Hartwig & Siegel

6. Pengkajian ROM rutin -> dikaji berkala jika terdapat pola & 

kecenderungan terjadi kembali

22

Page 22: klinik done_1.docx

7. Pengembangan intervensi pencegahan -> skrining interaksi obat,

alergi obat, dosis, duplikasi atau kontraindikasi

Pelaporan ROM

1. Badan POM -> informasi kepada masyarakat

2. Manufaktur obat -> sabagai rekaman untuk disebarkan kepada

profesi kesehatan

3. Publikasi -> meningkatkan indeks kecurigaan

4. Pelaporan internal -> ROM yang diramalkan.

Peran apoteker dalam Pharmacovigilence

1. Peran aktif /partisipasi dalam pemantauan & pelaporan terjadinya

ROM/ADRs

Pantau status klinik pasien secara berkesinambungan

Kenali ADRs secara tepat bukan ES saja

Cari informasi lebih dalam

Bantu dokter dalam mengisi form

Pelihara informasi data pasien, terutama yg berkaitan dengan

obat

2. Tanggung jawab dalam seleksi dan pemberian obat

3. Evaluasi obat -> obat2 formularium

4. Informasi obat -> dokter, perawat

5. Edukasi masyarakat -> brosur, leaflet, penyuluhan

2.4 Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi Penggunaan Obat adalah program rumah sakit

menyeluruh, yang merupakan proses jaminan mutu yang dilaksanakan

23

Page 23: klinik done_1.docx

secara terus menerus dan terstruktur, secara organisasi diakui,

ditujukan untuk menjamin penggunaan obat yang tepat, aman dan

efektif. Oleh karena itu, EPO merupakan kegiatan resmi yang ditetapkan

oleh rumah sakit. Evaluasi penggunaan obat juga merupakan salah satu

teknik pengelolaan system formularium di rumah sakit. Program

evaluasi penggunaan obat terdiri atas evaluasi secara kuantitatif dan

kualitatif.

Tujuan program evaluasi penggunan obat adalah unuk mengetahui

pola penggunaan obat di rumah sakit dan menilai ketepatan atau

ketidaktepatan penggunaan obat tertentu. Tanggung jawab apoteker

dalam program evaluasi penggunaan obat adalah mengadakan

koordinasi program EPO dan menyiapkan kriteria/standar penggunaan

obat bekerja sama dengan staf medik dan personel lainnya; pengkajian

order obat terhadap kriteria penggunaaan obat dan mengonsultasikan

dengan dokter jika dibutuhkan; memperoleh data kuantitatif

penggunaan obat; dan interpretasi data.

2.5 Edukasi dan Konseling Pasien

Edukasi Pasien

Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan

untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi

dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan

informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam

Suliha, 2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga

dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat.

Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu proses

perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau

24

Page 24: klinik done_1.docx

masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup

sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai

kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan

sendiri menjadi mandiri .

Lepas dari aman atau tidaknya setiap obat maka harus disadari

setiap obat dapat menjadi racun yang amat berbahaya bilamana

pemakaiannya tidak didukung oleh cara pemakaian yang benar. Oleh

sebab itu bagi orang awam perlu diberikan infor masi tentang hal apa

saja yang diperlukannya dalam usaha untuk memperoleh pe ngobatan

secara optimal.

Lima pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada apoteker

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang pernah menggunakan

obat untuk menjaga kesehatan, tapi tidak semua orang mengetahui

betapa pentingnya pengeta huan tentang obat itu bagi mereka  .

Bagaimana, kapan dan mengapa obat itu digunakan. Mereka berpendapat

bahwa dokter telah memilih dan menentukan obat bagi mereka, karena

itu mereka tidak perlu bertanya lagi.  Namun sebenarnya, tanggung jawab

penuh dalam menggunakan obat terletak pada orang yang

menggunakannya . Untuk mencapai pengobatan yang baik, maka setiap

pasien yang membeli/mengambil obat di apotik dll., dianjurkan

mengajukan pertanyaan 5 hal pokok kepada apoteker, dan apoteker

menjawabnya harus mempergunakan bahasa yang dapat dipahami oleh

orang awam.

1. Obat harus berapa kali diminum/berapa lama obat tersebut diminum?

2. Apa gerangan obat yang diberikan serta apa kegunaannya?

3. Hal-hal apa yang perlu kita hindari?

4. Apakah ada efek samping yang timbul?

5. Apakah ada informasi tertulis?

25

Page 25: klinik done_1.docx

1. APA GERANGAN OBAT YANG DIBERIKAN SERTA APA KEGUNAANNYA

Misalnya :

amoksisilina adalah antibiotik yang berguna untuk mengobati infeksi

asetaminopen adalah obat untuk mengurangi rasa sakit dan

menurunkan panas

Bagaimana aturan pakai dan cara pemakaian obat

Aturan pakai/cara pemakaian obat bermacam-macam hal ini sangat

penting untuk di laksanakan dan kepada pasien harus dijelaskan.

Obat adalah zat kimia yang masuk ke dalam tubuh dan akan

mengetahui aktivitas ki mia yang ada dalam tubuh. Pemberian obat yang

paling lazim adalah secara oral/ melalui mulut. Bila obat itu ditelan, maka

obat tersebut akan diserap oleh darah dan masuk ke bagian tubuh yang

membutuhkannya. Zat kimia tersebut diserap oleh pembuluh darah

melalui usus, tapi ada beberapa obat diserap oleh lambung sebe lum ke

pembuluh darah. Contoh : alkohol diserap sebagian oleh lambung

sebelum masuk keperedaran darah. Oleh karena itu, ada obat yang

dianjurkan diminum dalam keadaan perut kosong, berarti obat itu

diminum 1 (satu) jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan tapi ada

obat yang dianjurkan jangan diminum dalam keadaan perut kosong, kare

na meimbulkan rasa mual.

26

Page 26: klinik done_1.docx

Ada obat yang diminum sebelum ada makanan (‘no food’) dan ada

yang diminum sete lah ada makanan (‘with food’). Hal ini disebabkan,

interaksi antara obat dan makanan, dapat mengurangi daya serap obat

dalam tubuh.

Selanjutnya setelah sebagian obat diserap oleh pembuluh darah, maka

sebagian lagi akan didistribusikan ke:

hati untuk mengurangi aktivitas obat tersebut

bagian tubuh/organ lainnya untuk kebutuhan selanjutnya atau

dikeluarkan oleh tubuh. Jumlah obat yang tertinggal dalam darah

tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh terlalu sedikit. 

Bagaimana bentuk sediaan obat 

Setiap macam bentuk sediaan obat mempunyai tujuan dalam

penggunaannya

Sediaan injeksi / suntikan

Bila insulin digunakan secara oral, maka insulin tersebut akan terurai

oleh asam lambung. Oleh karena itu insulin dibuat dalam sediaan injeksi

agar dapat langsung masuk ke dalam pembuluh darah.  

Sediaan obat yang digunakan setempat / lokal

Semprot hidung, adalah obat yang disemprotkan ke hidung untuk

pengobatan hidung yang tersumbat.

Salep kulit, obat yang dioleskan ke kulit untuk mengobati kulit

gatal-gatal atau digigit serangga.

2. BERAPA KALI / LAMA OBAT HARUS DIMINUM

27

Page 27: klinik done_1.docx

Cara pemakaian obat sangatlah penting, karena hal ini

berhubungan dengan dosis seseorang. Bagi anak dan usia lanjut atau

orang dewasa, dosisnya berbeda karena dipengaruhi berat badan dan

umur

Cara pemakaian obat harus tepat karena bila kurang tepat obat akan

kurang ber khasiat tapi bila berlebihan akan menjadi racun bagi tubuh itu

sendiri. Gejala penyakit yang sama bagi seseorang belum tentu

merupakan pengobatan yang baik bagi orang lain walaupun diberikan

obat yang sama, karena tiap orang mempunyai dosis yang berbeda. Maka

konsultasikan ke apoteker anda.

Jangka waktu pemberian obat Beberapa obat diminum sampai

gejala penyakit hilang namun bagi orang lain, misal nya antibiotika harus

diminum sampai habis, walaupun gejala penyakit sudah hilang Pada

beberapa obat tertentu, digunakan dalam jangka panjang, misalnya :

digoxin. Untuk penggunaan obat bebas sebaiknya digunakan sesuai pada

label/brosur

3. HAL-HAL APA YANG PERLU DIHINDARI

Pemakaian lebih dari satu macam obat pada waktu yang

bersamaan, dapat menimbul kan kemungkinan interaksi. Efek obat dapat

semakin kuat atau semakin lemah, atau timbul efek lain yang tidak

dikehendaki. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati dalam menggunakan

kombinasi obat apalagi tanpa sepengetahuan dokter/apoteker. Interaksi

obat dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang masuk kedalam

tubuh kita, contoh : Untuk mengurangi sakit kepala/pusing diberikan

suatu antihistamin dan sedativa, ta pi bila ditambah alkohol maka gejala

penyakit akan bertambah. Wanita hamil sebaiknya tidak makan obat-

obatan terutama pada kehamilan 3 bulan pertama karena dapat berakibat

fatal pada janin.

28

Page 28: klinik done_1.docx

4. APAKAH ADA EFEK SAMPING YANG TIMBUL

Pada beberapa kasus, efek samping dari obat dapat diabaikan tapi

ada beberapa efek samping obat yang harus diperhatikan. Efek samping

yang timbul akan berbe da bagi setiap individu, karena setiap orang

mempunyai reaksi yang berbeda terha dap obat.Efek samping ini dapat

pula ditimbulkan oleh obat otc (obat tanpa resep dokter/ obat bebas) bila

obat digunakan tidak sesuai aturan pakai, walaupun obat bebas ini hanya

mengobati penyakit ringan. 

5. APAKAH ADA INFORMASI TERTULIS

Brosur dari obat yang digunakan perlu dibaca atau bila perlu

pasien diberikan brosur agar tidak lupa terhadap cara pemakaian

obatnya.

Hal ini untuk menghindari kesalahan yang mungkin timbul, karena kita

tidak mungkin mengingat semua keterangan mengenai obat tersebut.

Konseling Pasien

Konseling kefarmasian yang merupakan usaha dari apoteker di dalam

membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan yang

umumnya terkait dengan sediaan farmasi agar masyarakat mampu

menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan kemampuan dan

kondisi masyarakat itu sendiri. Konseling kefarmasian bukan sekedar

PIO atau konsultasi tapi lebih jauh dari itu. Dan untuk mendapatkan

konseling yang efektif, para apoteker praktisi harus selalu melatih

menggunakan teknik-teknik koseling yang dibutuhkan pada praktek

komunitas.

Adapun Tujuan dari konseling pasien adalah

29

Page 29: klinik done_1.docx

mengoptimalkan hasil terapi obat dan tujuan medis dari terapi obat

dapat tercapai

Membina hubungan dengan pasien dan nimbulkan kepercayaan

pasien

menunjukan perhatian dan care kita pada pasien

membantu pasien dalam menangani obat-obat yang digunakan

membantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan

penyakitnya

mencegah dan mengurangi efek samping obat, toksistas, resistensi

antibiotika ,dan ketidakpatuhan pasien

Sebelum memberikan konseling ada beberapa hal yang harus

diketahui oleh seorang apoteker agar tujuan konseling tercapai. Hal yang

Perlu diperhatikan adalah latar belakang pasien ( data base pasien ) seperti

biodata, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga ,

sosial dan ekonomi.

Hal kedua yang pelu diperhatikan adalah membuat daftar masalah

yang dihadapi pasien ( terutama masalah yang berkaitan dengan obat ).

Setelah kedua hal tersebut dilakukan baru dapat memberikan konseling

berdasarkan masalah yang sudah di susun kemudian dapat dilihat dari

perubahan sikap pasien apakah konseling yang telah diberikan sudah tepat

atau belum.

Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat

digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama

kalinya. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?

2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?

3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar

tidak terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu);

30

Page 30: klinik done_1.docx

mencegah pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang

telah disampaikan oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat

yang diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter

atau apoteker; dan juga untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan

tipe open ended question).

Tiga pertanyaan utama tersebut dapat dikembangkan dengan

pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan situasi dan kondisi pasien:

1.    Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan

anda?

Persoalan apa yang harus dibantuh?

Apa yang harus dilakukan?

Persoalan apa yang menyebabkan anda ke dokter?

      2.    Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda?

Berapa kali menurut dokter anda harus menggunakan obat tersebut?

Berapa banyak anda harus menggunakannya?

Berapa lama anda terus menggunakannya?

Apa yang dikatakan dokter bila anda kelewatan satu dosis?

Bagaimana anda harus menyimpan obatnya?

Apa artinya ‘tiga kali sehari’ bagi anda?

      3.    Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda?

Pengaruh apa yang anda harapkan tampak?

Bagaimana anda tahu bahwa obatnya bekerja?

Pengaruh  buruk     apa  yang  dikatakan  dokter  kepada  anda  untuk

diwaspadai?

Perhatian apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini?

Apa yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah/buruk?

Bagaimana anda bisa tahu bila obatnya tidak bekerja?

Pada akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir (tunjukkan dan

katakan) untuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan

31

Page 31: klinik done_1.docx

dipahami oleh pasien terutama dalam hal penggunaan obatnya dapat

dilakukan dengan menyampaikan pernyataan sebagai berikut:

‘sekedar untuk meyakinkan saya supaya tidak ada yang kelupaan, silakan

diulangi bagaimana anda menggunakan obat anda’.

Dalam proses konseling harus melibatkan evidence based practice.

Pada evidence based medicine, pengobatan didasarkan pada bukti ilmiah yang

dapat dipertanggungjawabkan sedangkan evidence based practice bukti tidak

dapat hanya dikaitkan dengan bukti-bukti ilmiah tetapi juga harus dikaitkan

dengan bukti/data yang ada pada saat praktek profesi dilakukan. Dengan

demikian, perbedaan waktu, situasi, kondisi, tempat dll mungkin akan

mempengaruhi tindakan profesi, keputusan profesi dan hasil. Agar tetap

menghasilkan praktek profesi yang optimal, setiap apoteker atau calon

apoteker harus terlatih dalam penguasaan dan penerapan skill dan

knowledge dalam praktek profesi sesuai kebutuhan.

Salah satu ciri khas konseling adalah lebih dari satu kali pertemuan.

Pertemuan-pertemuan selanjutnya dalam konseling dapat dimanfaatkan

apoteker dalam memonitoring kondisi pasien. Pemantauan terhadap kondisi

pasien dapat dilakukan Apoteker pada saat pertemuan konsultasi rutin atau

pada saat pasien menebus obat, atau dengan melakukan komunikasi melalui

telepon atau internet. Pemantauan kondisi pasien sangat diperlukan untuk

menyesuaikan jenis dan dosis terapi obat yang digunakan. Apoteker harus

mendorong pasien untuk melaporkan keluhan ataupun gangguan kesehatan

yang dirasakannya sesegera mungkin.

Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada

proses pengobatan dan pemberian konseling. Kendala yang berasal dari

pasien antara lain adalah perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu. Hal

ini dapat diatasi dengan bersikap empathy, mencari sumber timbulnya

masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu.

32

Page 32: klinik done_1.docx

Untuk kendala yang berasal dari Latarbelakang pendidikan, budaya

dan bqhasa Kendala dapat diatasi dengan Menggunakan istilah sederhana

dan dapat dipahami, Berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif ,

atau Menggunakan penterjemah.

Untuk kendala yang berasal dari fisik dan mental dapat diatsai dengan

upaya menggunakan alat bantu yang sesuai atau Melibatkan orang yang

merawatnya.

Sedangkan Kendala yang berasal dari tenaga farmasi dapat berupa m

endominasi percakapan, Menunjukkan sikap yang tidak memberikan

perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara

berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras , sering rnengulang suatu kata ),

Menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien, sikap

dan gerakan badan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi

pasien, sedikit atau terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien.

Bila ini terjadi pada upaya mengatasinya adalah dengan Memberikan

pasien kesempatan untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas,

menunjukan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan

dan diperhatikan melalui sesekali anggukan kepala, kata ya dan sikap badan

yang cenderung ke arah pasien, Menyesuaikan volume suara dan mengurangi

kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak siap,

menghindari pemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, tidak

menyilangkan kedua tangan dan menghindari gerakan berufang yang tidakk

pada tempatnya dan Menjaga kontak mata dengan pasien

Selain kendala - kendala tersebut diatas terdapat kendala lain yang

kadang kurang diperhatikan oleh tenaga farmasi . kendala tersebut adalah

lingkungan pada saat konseling dilakukan. Tempat yang terbuka, suasana

yang bising, sering adanya interupsi, adanya partisi (kaca kounter ) dapat

mempengaruhi pasien dalam menerima konseling. Hal ini harus diperhatikan

oleh tenaga farmasi dalam memberikan konseling. Adanya tempat khusus

33

Page 33: klinik done_1.docx

ataupun tidak menerima telepon atau tamu lain dapat memberikan rasa

privasi dan nyaman kepada pasien .

34

Page 34: klinik done_1.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah

sebagai berikut :

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan

terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan

pasien. Informasi obat meliputi 2 jenis yaitu informasi obat komersial

dan informasi obat non komersial.

Pemantauan Reaksi Obat Merugikan (ROM) merupakan respon terhadap

obat yaitu respon terhadap obat yang sering berbahaya dan tidak

diharapkan dan muncul pada dosis normal yang digunakan pada

manusia untuk profilaksis, diagnosis, terapi penyaki, atau modifikasi

fungsi fisiologi (WHO-UMC, 2010)

Evaluasi Penggunaan Obat adalah program rumah sakit menyeluruh,

yang merupakan proses jaminan mutu yang dilaksanakan secara terus

menerus dan terstruktur, secara organisasi diakui, ditujukan untuk

menjamin penggunaan obat yang tepat, aman dan efektif.

Edukasi dan Konseling pasien adalah dimana pasien diberi atau

ditambah lagi wawasan tentang obat dan penggunaannya.

35

Page 35: klinik done_1.docx

DAFTAR PUSTAKA

Grahame-Smith DG & Aronson JK 1985 Oxford textbook of Clinical Pharmacology and Drug Therapy. OxfordUniversity Press, Oxford.

World Health Organization 1988 Ethical Criteria for Medical Drug Promotion. World Health Organization, Geneva.

World Health Organization 1988 Guidelines for Developing National Drug Policies. World Health Organization,Geneva.

36