Klinik Dokter Keluarga

36
Klinik Dokter Keluarga, Sistem Pembiayaan Doga, Rujukan, dan Komunikasi Dokter-Pasien 01:38 FRANZ SINATRA YOGA No comments Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook 1. DOKTER KELUARGA Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan, Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yan gkesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya. D okter Keluarga Menurut I D I yang ke-18 Dokter yang memberi pelayanan kesehatan yang berorientasi pada komunitas dengan titik berat keluarga sehingga dia tidak memandang penderita sebagai individu yang sakit tapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita / keluarganya. Ciri D K versi I DI 1. Melayani pasien tdak hanya sebagai individu tapi juga bagian dari keluarga

description

jk;jo;'ljk;/l

Transcript of Klinik Dokter Keluarga

Page 1: Klinik Dokter Keluarga

Klinik Dokter Keluarga, Sistem Pembiayaan Doga, Rujukan, dan Komunikasi Dokter-Pasien

01:38 FRANZ SINATRA YOGA No comments Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook 1. DOKTER KELUARGA

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan

primer yang  komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,

mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan

keilmuan yang mapan, Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK)

sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder,

rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yan gkesemuanya bekerja sama dibawah naungan

peraturan dan perundangan. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang

jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.

D okter Keluarga Menurut I D I yang ke-18  

Dokter yang memberi pelayanan kesehatan yang berorientasi pada komunitas dengan titik

berat keluarga sehingga dia tidak memandang penderita sebagai individu yang sakit tapi

sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tapi bila perlu aktif

mengunjungi penderita / keluarganya.

Ciri D K versi I DI  

1.      Melayani pasien tdak hanya sebagai individu tapi juga bagian dari keluarga

2.      Memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh (holistic) dan memberikan secara lengkap dan

sempurna, melebihi yang dikeluhkan.

3.      Memberikan yankes dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan, mencegah

penyakit, mengenal, serta mengobati penyakit sedini mungkin

4.      Mengutamakan yankes sesuai dengan kebtuhan

5.      Menyediakan diri sebagai tempat yankes primer dan ikut bertanggung jawab pada yankes

lanjutan

2. TUGAS DOKTER KELUARGA

1.      Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna

penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 

Page 2: Klinik Dokter Keluarga

2.      Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,

3.      Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 

4.      Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, 

5.      Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf

kesehatan,pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,

6.      Menangani penyakit akut dan kronik,

7.      Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS,

8.      Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,

9.      Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,

10.  Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,

11.  Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 

12.  Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,

13.  Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmukedokteran

keluarga secara khusus

3.WEWENANG DOKTER KELUARGA:

1.      Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,

2.      Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 

3.      Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,  

4.      Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,

5.      Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, 

6.      Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,

7.      Melakukan perawatan sementara, 

8.      Menerbitkan surat keterangan medis,

9.      Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap, 

10.  Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus

4.KOMPETENSI DOKTER KELUARGA:

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada

seoranglulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu

dilatihkanmelalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi

yang harusdimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai

kompetensi ini, yangdijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan, akan tercantum dibawah judul

Page 3: Klinik Dokter Keluarga

setiap modul pelatihanyang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering

disesuaikan denganperkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

a.       Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam

pelayanankedokteran keluarga,

c.       Menguasai ketrampilan berkomunikasi,

menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :

a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan

perhatiankhusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,

b.   Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikanmasalah

kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, sertapengawasan

dan pemantauan risiko kesehatan keluarga

c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada

penyelenggaraanpelayanan kedokteran/kesehatan

 Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.

a.  Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yangdimiliki

pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya,

b.      Menyelenggarakanpelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang

ditetapkan.B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.

c.   Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan

termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).

5.STANDAR PELAYANAN MEDIS DOGA:

a.    Anamnesis

b.    Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

c.    Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding

d.   Prognosis

e.    Konseling membantu pasien (dan keluarga) untuk menentukan pilihan terbaik

penatalaksanaan untuk pasien sendiri.

f.     Konsultasi jika diperlukan, dokter keluarga dapat melakukan konsultasi ke dokter lain

(dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan) yang

dianggap lebih berpengalaman.

g.    Rujukan

Page 4: Klinik Dokter Keluarga

h.    Tindak lanjut

i.      Tindakan

j.      Pengobatan rasional

k.    Pembinaan keluarga dilakukan bila dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan lebih baik

jika adanya partisipasi keluarga.

Pada kasus, dr. Rino telah dapat dikatakan melaksanakan tugasnya sesuai dengan

kompetensinya sebagai Doga. Dokter Rino telah menegakkan diagnosis penyakit anak Ibu

Rini sesuai dengan standar pelayanan medis Doga, melalui pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Dokter Rino juga telah berusaha menjelaskan dan meyakinkan Ibu

Rini untuk merujuk anaknya ke RSUD agar mendapatkan tindakan yang lebih spesialistik

dalam penanganan penyakit, dalam kasus ini apendisitis akut, yang diluar kompetensinya

sebagai Doga.

6. PRAKTEK DOKTER KELUARGA MANDIRI

Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic).

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu

klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family

clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik

keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit

tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik

dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk

menopang pelayanan dan juga

penghasilan rumah sakit.

Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau

hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut

menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan

pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut.

Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-

sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik  dokter keluarga ini,

yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok.

Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang

sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara

Page 5: Klinik Dokter Keluarga

bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian

menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen

keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika

bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai

berikut (Clark, 1971) :

a)      Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab utamanya

adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok, para dokter

keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan

keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai

cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini,

ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan

dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan

akan lebih bermutu.

b)      Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab utamanya

adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok, pembelian serta

pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost

sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan

dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan

penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan,

pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.

Kesimpulannya, Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga

adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter

keluarga (family clinic center). Klinik doga ini dapat digunakan sendiri (solo practice) atau

bersama-sama dalam satu kelompok(group practice) biasanya 2 atau 3 orang doga.Dari kedua

bentuk ini yang lebih dianjurkan adalah klinik doga bersama. Dalam arti para dokter yang

tergabung dalam klinik tersebut secara bersama-sama membeli dan menggunakan alat-alat

praktik bersama agar lebih bermutu dan lebih terjangkau.

Pelayanan Pada Praktek Dokter Keluarga

Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara

umum dapat dibedakan atas tiga macam:

1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya

pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut

Page 6: Klinik Dokter Keluarga

tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat

inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke

tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat

inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup

pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan

bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan

rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta

pelayanan rawat inap di rumah sakit.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah

mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan

rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter

keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah

sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya

di rumah sakit.

 Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak sama

antara satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu daerah

lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah

mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul kesadaran pada diri pasien

tentang adanya perbedaan mutu pelayanan antara kunjungan dan perawatan pasien di rumah

dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang mengunjungi tempat praktek dokter,

karena telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran yang dibutuhkan.

 Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter keluarga

tidak mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya

menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan

sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk

pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga

memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika

perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.

            Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama,

perlulah diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan tetap

tidak boleh berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar menyembuhkan

Page 7: Klinik Dokter Keluarga

penyakit, tetapi diarahkan pada upaya pencegahan penyakit. Atau jika tindakan penyembuhan

yang dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus mempertimbangkan keadaan pasien

sebagai manusia seutuhnya, juga  harus mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi

keluarga dan lingkungannya. Praktek dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau

bagian anggota badan yang sakit saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan.

7.KLINIK DOKTER KELUARGA ( KDK )

a.       Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK), 

b.      Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis), 

c.       Mempunyai bangunan yang memadai,

d.      Dilengkapi dengan sarana komunikasi, 

e.       Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK, 

f.       Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan

khususpembantu KDK, 

g.      Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.

h.      Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,

i.        Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,

danberkesinambungan, 

j.        Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,

k.      Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs

Page 8: Klinik Dokter Keluarga

Mengenai apakah klinik DOGA dapat didirikan di daerah cakupan dokter keluarga lain,

belum ada peraturan pasti yang mengatur ini.

8.SUMBER PEMBIAYAAN PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan

bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya

maupun sistem pembiayaan fee for service.

Page 9: Klinik Dokter Keluarga

BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial

Manajemen Pembiayaan Klinik Doga

 

Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter

keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model

pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya

dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non

Page 10: Klinik Dokter Keluarga

medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter

keluarga yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang

diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa

pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung

jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi

masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia

membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.

Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan

secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan

membayar biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health

insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai,

karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah

badan asuransi.

Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk

pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai

sesuai untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi

kesehatan saja. Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi

sering menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan,

yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,

kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota

keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang

seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.

Bentuk - Bentuk   Pembiayaan   Pra-Upaya

Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada

saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga

bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.

Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:

1.    Sistem kapitasi (capitation system)

Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang

dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan

kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan

sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada

penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan

Page 11: Klinik Dokter Keluarga

kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka

waktu jaminan.

2. Sistem paket (packet system)

Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang

dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan

kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan

sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada

penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit

apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan

biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama

sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak

negara maju telah lama diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)

Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang

dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan

kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan

kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang

dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh

macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang

telah disepakati.

Info terbaru terkait sistem pembiayaan dalam SKN:

Salah satu solusi yang dilakukan dalam sumber pembiayaan (termasuk nantinya pembiayaan

praktek dokter keluarga) untuk menyelenggarakan Sistem Kesehatan Nasional yang baik

adalah dengan menyelenggarakan amanat Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-Undang yang telah ditetapkan tahun 2004 ini mengalami kendala dalam realisasinya

terkait pembentukan badan penyelenggaranya (BPJS) yang seharusnya telah ditetapkan saat

2009. Akhirnya pada hari rabu, 28 oktober 2011 sekitar pukul 20.40 WIB, RUU BPJS

disahkan menjadi UU BPJS dengan kesepakatan bahwa BPJS I yang mengurus jaminan

kesehatan diselenggarakan oleh ASKES akan mulai beroperasi pada tanggal 1 januari 2014.

Sedangkan BPJS II (Jamsostek, Taspen, dan Asabri) yang mengurus ketenagakerjaan

selambat-lambatnya beroperasi 1 juli 2015. Dengan demikian diharapkan penyelenggaraan

sistem dokter keluarga dapat menjadi lebih baik.

9. PELAKSANAAN DOGA DI INDONESIA

Page 12: Klinik Dokter Keluarga

Mekanisme dan jenjang pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan sebenarnya atau idealnya, ada tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh

masyarakat.Ketiga tahap pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut; pertama, Pelayanan

Tingkat Primer. Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum atau yang

selama ini dikenal dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini merupakan kontak pertama

pasien dengan dokter yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik Dokter Bersama,

Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di rumah sakit, dsb.

Kedua,`Pelayanan Tingkat Sekunder. Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan

Tingkat Sekunder. Untuk itu dokter praktik umum akan menulis surat konsultasi atau rujukan

kepada tenaga kesehatan yang lebih ahli, dalam hal ini dokter spesialis. Ketiga, Pelayanan

Tingkat Tersier. Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh

pelayanan di tingkat sekunder maka pasien akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu

pasien akan dirujuk kepada dokter konsultan atau subspesialis.

Setiap pasien semestinya harus ke pelayanan kesehatan primer terlebih dulu untuk

semua masalah kesehatan yang dihadapinya. Perkecualian tentu saja ada, misalnya untuk

kasus kedaruratan yang parah, pasien bisa langsung ke unit gawat darurat terdekat di

manapun. Jika masalah pasien telah ditangani di tingkat sekunder atau tersier, maka pasien

akan dikembalikan ke dokter umumnya untuk mendapatkan perawatan lanjutan.

Pada dasarnya dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang bertugas

menyelenggarakan pelayanan primer. Beberapa negara masih menggunakan istilah dokter

praktik umum, karena memang lulusan dokter yang keluar dari pendidikan kedokteran

memang telah memiliki keterampilan khusus dokter keluarga, dan sistem pelayanan dokter

keluarga telah digunakan secara menyeluruh di negara tersebut. sedang kan beberapa negara

termasuk Indonesia belum menerapkan sistem pelayanan dokter keluarga ini. Lulusan-lulusan

dokter dari berbagai institusi pendidikan kedokteran di Indonesia juga belum memiliki

kompetensi dokter keluarga.

Di Indonesia memang dokter di Puskesmas belum menerapkan fungsi DK, karena

masih terbentur oleh sistem. Yang kedua terbentur pada dokternya sendiri yang belum

menguasai prinsip pelayanan DK. Sistem itu begini, sebenarnya sudah ada bahwa pelayanan

kedokteran itu terdiri dari pelayanan primer, sekunder, dan tersier. Sistem yang ada di

program Depkes juga menyebutkan Puskesmas itu hanya melayani Unit Kesehatan

Masyarakat (UKM), namun yang terjadi Unit Kesehtan Personal (UKP)-nya tidak terlayani.

Mungkin saja terlayani, tapi tidak manfaatnya kurang terasa. Konsep itu yang seharusnnya

ada, namun dilapangan kenyataannya tidak seperti itu. PDKI menghendaki UKM dan UKP

Page 13: Klinik Dokter Keluarga

berjalan di sebagaimana mestinya, bagaimana UKP adalah bagian dari UKM, dan bisa

dikatakan Puskesmas adalah klinik DK. Selain peranannya sebagai UKM

Namun, ada banyak hal yang menjadi hambatan bagi pelaksanaan secara

komprehensif sistem pelayanan dokter keluarga. Sebagian besar masyarakat masih belum

mengerti denagn peran sistem pelayanan kesehatan dokter keluarga, serta mekanisme

pelayanan kesehatan berjenjang. Akibatnya, sebagian masayarakat masih datang ke tempat

pelayanan kesehatan sekunder untuk wilayah kerja yang harusya mampu ditangani oleh

pelayanan primer. Ini tentu saja, menyebabkan biaya kesehatan yang dikelurkan oleh

masyarat menjadi jauh lebih mahal. Selain itu, sistem pembiayaan kesehatan berbasis

asuransi yang masih belum bisa terlaksana maksimal juga menghambat terlaksananya sistem

pelayanan kesehatan dokter keluarga.

Satu hal lain yang juga penting untuk diperbaiki jika kita ingin menerapkan sistem

pelayanan dokter keluarga ini secara konsisten adalah paradigma kita dalam pembangunan

kesehatan. Semua pihak yang terkait, mulai dari pemerintah sebagai penanggung jawab

pelayanan kesehatan, Rumah sakit, PKM, serta penyedia jasa layanan kesehatan lainnya,

tenaga kesehatan, maupun masyarakat harus mampu mengubah paradigma kita dalam

pelayanan kesehatan. “Paradigma orang sakit” yang selama ini kita gunakan, yang

mengakibatkan kita lebih banyak mengarahkan pembiayaan dan upaya-upaya kesehatan

untuk pengobatan dan perawatan pasca sakit, harus diubah ke arah paradigm sehat yaitu

sebuah paradigma yang berusaha mengarahkan upaya dan pembiayaan kesehatan ke arah

pencegahan masyarakat dari penyakit dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat agar mampu

menjaga kesehatannya secara mandiri. Dengan paradigma sehat, penulis yakin

penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis dokter keluarga bisa terwujud dalam waktu

dekat.

Mengenai sistem pembiayaan dokter keluarga, ASKES sebagai salah satu BUMN yang digadang menjadi BPJS menerapkan besaran kapitasi Dokter keluarga mengacu pada pola perhitungan yang didasarkan pada 2 (dua) ketentuan popok:

1.      Hasil penetapan penggololongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas pelayan yang dimiliki

2.      Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di Dokter Keluarga tersebut (Community Rating by Class)

Pembayaran besaran kapitasi tersebut, pada prinsipnya hanya dapat dilakukan bila Kantor Cabang telah melaksanakan perhitungan sesuai ketentuan-ketentuan pokok seperti di atas Penetapan penggolongan Dokter Keluarga berdasarkan kapitasi pelayanan yang dimilikinya dilakukan melalui pelaksanaan seleksi PPK (credentialing) dan seleksi kembali PPK (re-credentialing) dengan memperhatihkan indicator-indikator penentu yakni:

Page 14: Klinik Dokter Keluarga

1.      Hasil penilaian sarana dan prasarana2.      Ketersediaan tenaga perawat3.      Ketersediaan tenaga administrasi4.      Kemampuan penyediaan sarana laboratorium5.      Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas 6.      pelayanan yang dimiliki di bagi atas 3 kategori yakni:

-Kategori Kapitasi A yakni apabila Dokter Keluarga memenuhi seluruh indicator (indicator penentu point (1)-(4) point c). besaran kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal sebesar Rp 6500,00 per jiwa-Kategori Kapitasi B yakni apabila Dokter Keluarga hanya mampu memenuhi minimal 2 (dua) indicator penentu. Besaran kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal sebesar Rp 6000,00 per jiwa-Kategori Kapitasi C yakni apabila Dokter keluarga hanya mampu memenuhi indicator sarana dan prasarana sedangkan indicator penentu lainnya tidak terpenuhi. Besarnya kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal Rp 5500,00Penetapan komponen besaran kapitasi yang dibayarkan kepada Dokter Keluarga untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

1.      Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa, terdiri  dari: jasa medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, siasanya adalah biaya obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).

2.      Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri dari : jasa medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah biaya obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).

3.      Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa, terdiri dari : jasa medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana)

Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal dasar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

dokter keluarga secara konsisten, yaitu mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang dan

sistem pembiayaan kesehatan berbasis asuransi. Sayangnya sistem pembiayaan yang ada,

seperti dilakukan ASKES belum ideal. Penelitian yang dilakukan oleh pakar jaminan sosial

Prof. Hasbullah Thabrany menunjukkan bahwa untuk menyelenggarakan jaminan sosial yang

ideal, paling tidak kapitasina sebesar Rp. 20.000 per jiwa, tentu angka ini masih jauh

dibanding yang telah dilaksanakan (Rp.5.500- Rp. 6500 per jiwa). Tanpa pelaksanaan

mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang sangat sulit untuk mengedukasi masyarakat akan

peran dan manfaat dokter keluarga. Tanpa pembiayaan kesehatan berbasis asuransi yang

merata, juga akan tetap sangat sulit bagi masyarkat untuk mengakses pelayanan dokter

keluarga. Di berbagai negara, pelaksanaan pelayanan dokter keluarga telah diintegrasikan

dengan mekanisme pembiayaan kesehatan berbasis asuransi dan mekanisme pelayanan

kesehatan berjenjang. Sayangnya sistem jaminan sosial yang memiliki prinsip asuransi belum

Page 15: Klinik Dokter Keluarga

terlaksana (2014 akan dilaksanakan) sehingga saat ini pembiayaan praktek dokter keluarga

masih menjadi kendala tersendiri dalam pelaksanaan sistem ini.

10. KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN

Hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama

proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan,

poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah

kesehatan pasien. Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung

secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang

diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi

yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap

keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter

mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya.

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua

pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi

dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan.

Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan

pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik

kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi

ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang

dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat

dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien

percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.

Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu

lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil

mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis,

adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan

sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama

pasien, berdasarkan kebutuhan pasien. Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di

Indonesia belum disiapkan untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan

kedokteran gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas.

Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna

memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman

tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi

perubahan sikap dalam hubungan dokter-pasien.

Page 16: Klinik Dokter Keluarga

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan

proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan

pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang

digunakan:

        Disease centered communication style atau doctor centered communication style.

Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk

penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

        Illness centered communication style atau patient centered communication style.

Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu

merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,

harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta

kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu

lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara

dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua

belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu

sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara

yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.

Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic

Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya

empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi

berikut:

1)   kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician cognitive

capacity to understand patient’s needs),

2)   menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective sensitivity

to patient’s feelings),

3)   kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien

(a behavioral ability to convey empathy to patient).

Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang

dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS)

Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:

Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien

    Mengacuhkan pendapat pasien

Page 17: Klinik Dokter Keluarga

    Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti “Kalau stress ya,

mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”

Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu

  “A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan

lain-lain

Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implicit

    Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”

    Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?

Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien

  “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa

yang membuat Anda stres?”

Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

  “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk

menyempatkan berolah raga”

Level 5:Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience) dengan pasien.

  “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah

mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,

khawatir”

Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang

pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.

maka dokter dapat sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang akurat

di sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang tidak beralasan Secara

ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan

pasien, yaitu:

1.      Materi Informasi apa yang disampaikan

a.       Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat

pemeriksaan).

b.      Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

c.       Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk

manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.

d.       Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan

diagnosis.

Page 18: Klinik Dokter Keluarga

e.       Diagnosis, jenis atau tipe. (??)

f.       Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masingmasing cara).

g.      Prognosis.

h.      Dukungan (support) yang tersedia.

2.      Siapa yang diberi informasi

a.       Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.

b.       Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.

c.        Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab atas

pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara

langsung

3.      Berapa banyak atau sejauh mana

a.       Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk

disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.

b.      Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter

perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

4.      Kapan menyampaikan informasi

Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.

5.      Di mana menyampaikannya

a.       Di ruang praktik dokter.

b.       Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.

c.       Di ruang diskusi.

d.      Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.

6.      Bagaimana menyampaikannya

a.       Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telpon, juga

tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.

b.      Persiapan meliputi:

  materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh

tim);

Page 19: Klinik Dokter Keluarga

  ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh

dari tv/radio, telepon;

  waktu yang cukup;

  mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga/orang yang

ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang).

c.       Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan.

d.      Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati

kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

Tujuan dan manfaat

Tujuan

Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi dokter

adalah:

1)   Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).

2)   Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan

pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial.

3)   Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien.

4)   Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/masalah yang

dihadapinya.

5)   Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau halhal

6)   yang telah disetujui pasien.

Manfaat

Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya:

1)   Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi

pelayanan medis.

2)   Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-

pasien yang baik.

3)   Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.

4)   Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi

penyakitnya.

11.RUJUKAN

Masalah Konsultasi dan Rujukan

Masalah yang dimaksud mencakup antara lain:

Page 20: Klinik Dokter Keluarga

1.     Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas inisiatif dokter serta penjelasan

yang dilakukan tidak dapat meyakinkan pasien, daat menimbulkan rasa kurang percaya

pasien terhadap dokter. Sebenarnya timbul rasa kurang percaya pasien ini tidak perlu terlalu

dirisaukan dalam praktik sehari-hari. Malah telah terbukti, dokter yang bijaksana serta

berpikiran dewasa, untuk kebaikan pasien tidak segan-segan melakukan konsultasi atau

rujukan. Yang perlu dilakukan di sini hanyalah memberikan penjelasan yang sebaik-baiknya

kepada pasien tentang alasan serta maksud dilaksanakannya konsultasi atau rujukan

tersebut.

2.      Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas permintaan pasien, dapat

menimbulkan rasa kurang senang pada diri dokter. Dalam hal ini dokter harus meyakinkan

pasien tentang perlu atau tidaknya konsultasi atau rujukan yang dimintakan pasien tersebut.

Tetapi apabila pasien tetap meminta, dokter yang bijaksana lazimnya tidak menolak

permintaan pasien.

3.      Apabila tidak ada jawaban dari konsultasi

4.      Apabila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan

5.      Apabila ada pembatas dalam melakukan konsultasi dan ataupun rujukan. Ada yang berasal

dari dokter, misalnya sikap dan perilaku yang tidak menunjang. Ada yang berasal dari pasien,

misalnya tidak bersedia dan ataupun yang terpenting karena tidak cukup biaya atau karena

kesulitan transportasi. Atau ada pula yang berasal dari pihak ketiga, misalnya berbagai

ketentuan program asuransi kesehatan, dan ataupun perusahaan yang menanggung biaya

pelayanan kesehatan. Penyelesaian terhadap berbagai pembatas ini harus dapat dilakukan

dengan sebaik-baiknya, dengan catatan seyogyanya sikap dan perilaku dokter sendiri tidak

bersifat negatif terhadap konsultasi atau rujukan.

6.      Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk. Banyak yang

berperan di sini. Mulai dari hambatan sosial budaya sampai dengan hambatan sosial ekonomi.

Di Indonesia hambatan yang paling banyak ditemukan adalah karena keadaan ekonomi

penduduk yang belum memuaskan, dan karenanya tidak bersedia dan atau tidak dapat

memenuhi anjuran konsultasi dan atau rujukan tersebut.

Tata cara rujukan

• Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan rujukan.

Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli

tertentu.

• Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter

yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat informasi

Page 21: Klinik Dokter Keluarga

secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh

dokter keluarga.

• Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap

mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis,

menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau yang

lainnya.

• Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib

memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya, harus

menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih sesuai.

• Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja

• Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan

• Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian wewenang & tanggungjawab

1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada

dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb

tidak ikut menanganinya.

2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya

untuk satu masalah kedokteran khusus saja.

3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita

sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.

4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya

kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan

tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

Kewajiban dan Hak Pasien

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Paragraf 7 mengatur

kewajiban dan hak pasien sebagai berikut:

Kewajiban Pasien

1. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

2. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

3. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Hak Pasien

Page 22: Klinik Dokter Keluarga

1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain (second opinion)

3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

4. Menolak tindakan medis; dan

5. Mendapatkan isi rekam medis

Kewajiban dan Hak Dokter

Sebagaimana lazimnya suatu perikatan, perjanjian medik pun memberikan hak dan kewajiban

bagi dokter. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, hak

dan kewajiban dokter atau dokter gigi terdapat dalam paragraf 6, yaitu;

Kewajiban Dokter/Dokter Gigi

1.   memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional

serta kebutuhan medis pasien;

2.   merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan

yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;

3.   merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien

meninggal dunia;

4.   melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang

lain yang bertugas mampu melakukannya;

5.   menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran

gigi.

Hak Dokter/Dokter Gigi

1.      memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional;

2.      memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;

3.      memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan

4.      menerima imbalan jasa.

Disusun oleh

R.A Gita Tanelvi                  04081001051

Widya Agustini I                  04081001052

Nurul Fajriyah widya          04081001053

Page 23: Klinik Dokter Keluarga

Christine Juliana                  04081001058

Ari Dwi Prasetyo                  04081001063

Adetia Maharani                  04081001064

Sardimon                               04081001070

Franz Sinatra Yoga              04081001071

Zelfi Primasari                      04081001072

Arif Yudha P                         04081001083

Priska Yolanda                     04081001107

4 PAPARAN PRINSIP PELAYANAN DOKTER KELUARGATanggal : 6 February 2010 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

PRESENTASI materi sosialisasi Dokter Keluarga di Kendari, menyatakan trend pelayanan rawat jalan tingkat pertama (RJTP) bagi peserta Askes yang selama ini masih dilayani di puskesmas, secara bertahap akan beralih ke pelayanan dokter keluarga di tempat praktek pribadi. Berikut paparan ringkas tentang pelayanan Dokter Keluarga.

1. Pengertian Pelayanan Dokter Keluarga :

Pelayanan rawat jalan tingkat pertama (RJTP) bagi peserta Askes yang dilaksanakan pada dokter keluarga (dokter umum dan dokter gigi) yang menjadi provider PT Askes (Persero)

2. Jenis Pelayanan Dokter Keluarga :

Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan Pemeriksaan dan Pengobatan oleh dokter Tindakan medis kecil (ringan) Pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana Pemeriksaan ibu hamil, nifas dan ibu menyusui, bayi dan anak balita Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi Pemberian obat pelayanan dasar dan pelayanan obat penyakit kronis atas indikasi medis Pemberian surat rujukan ke Rumah Sakit/Dokter Spesialis untuk kasus yang tidak dapat

ditangani Dokter Keluarga

3. Prosedur Pelayanan Dokter Keluarga :

Peserta bisa mendapatkan pelayanan Dokter Keluarga dengan menunjukkan Kartu Askes atau identitas lain dalam keadaan darurat

Peserta mendapatkan pelayanan rawat jalan tingkat pertama di Dokter Keluarga dan peserta menandatangani bukti pelayanan

Peserta bisa mendapatkan surat rujukan ke RS/Dokter Spesialis jika diperlukan pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut yang tidak dapat ditangani oleh Dokter Keluarga

Page 24: Klinik Dokter Keluarga

Peserta dengan penyakit kronis bisa mendapatkan pelayanan termasuk resep obat kronis di Dokter Keluarga dengan membawa surat rujukan balik dari RS/Dokter Keluarga

4. Pelayanan Obat Dokter Keluarga :

Pelayanan obat biasa atau obat kronis dapat diperoleh berdasarkan resep Dokter Keluarga Pelayanan Obat Biasa : resep obat dapat diambil di Apotek provider atau dapat diberikan

langsung oleh Dokter Keluarga apabila dalam wilayah tersebut tidak ada Apotek atau lokasi Apotek jauh dari Dokter Keluarga, Jumlah obat yang diberikan maksimal untuk 7 (tujuh) hari

Pelayanan Obat Kronis : diambil dengan menunjukkan surat rujukan balik dari RS/Dokter Spesialis kepada Dokter Keluarga, Jumlah obat yang diberikan maksimal untuk 30 (tiga puluh) hari

Bagi teman sejawat yang berminat menjadi Dokter Keluarga, silakan menghubungi kantor cabang Askes setempat atau mengunjungi situs dokter keluarga Askes untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. (diringkas dari Brosur Pelayanan Dokter Keluarga Bagi Peserta Askes)